ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PEMETAAN PERSEPSI INDOMIE (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
Oleh RENNY AULIA H24102026
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PEMETAAN PERSEPSI INDOMIE (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh RENNY AULIA H24102026
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
s
Take time to THINK. It is the source of power Take time to READ. It is the foundation of wisdom Take time to QUIET. It is the opportunity to seek God Take time to DREAM. It is the future made of Take time to PRAY. It is the greatest power on earth
Skripsi ini kupersembahkan untuk Papa, Mama, Uda, Adekku Kinoi dan orang-orang yang telah memberikan warna berbeda dalam hidupku.
ABSTRAK Renny Aulia. H24102026. Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Pemetaan Persepsi Indomie (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor). Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis dan Farida Ratna Dewi PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ISM) merupakan market leader yang menguasai pasar mie instan di Indonesia. Tingginya tingkat persaingan pasar mie instan membuat PT. ISM perlu melakukan studi perilaku konsumen, sehingga dapat menyusun strategi untuk menghadapi pesaing. Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi mie instan merek Indomie, (2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Indomie, (3) Mengetahui posisi atribut Indomie dibandingkan dengan merek mie instan lainnya dari sisi konsumen, dan (4) Memberikan rekomendasi kebijakan strategi pemasaran, khususnya terhadap bauran pemasaran mie instan yang didasarkan hasil studi perilaku konsumen. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner dan mewawancarai responden sebanyak 100 responden yang diperoleh dengan teknik penarikan contoh metode Kuota dan metode Judgement Sampling. Data sekunder diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian. Analisis menggunakan analisis deskriptif, analisis faktor, analisis gerombol dan biplot dengan alat pengolahan data SPSS versi 11.5 dan program Excel. Dari penelitian didapatkan bahwa proses pembelian Indomie yang dilakukan oleh konsumen pada pembelian awal melalui tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian, tetapi tidak semua tahapan harus dilalui dan tidak selalu urutannya sesuai dengan setiap proses pembelian. Hal ini dapat terjadi pada pembelian yang bukan untuk pertama kali. Dari analisis faktor diketahui bahwa yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi Indomie adalah (1) kelengkapan informasi pada kemasan seperti masa kadaluarsa, (2) keunggulan Indomie seperti kemudahan memperoleh merek, (3) bauran pemasaran seperti kemasan, (4) pengaruh lingkungan, (5) pendapatan dan (6) ukuran berat dari Indomie. Berdasarkan hasil analisis gerombol terdapat empat gerombol yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Indomie, yaitu (1) informasi pada kemasan, (2) motivasi pembelian (3) bauran pemasaran dan (4) pengaruh lingkungan. Sedangkan dari analisis biplot diketahui bahwa keunggulan yang dimiliki Indomie dibandingkan dengan mie instan merek Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi adalah memiliki cita rasa bervariasi. Dari sisi konsumen, Indomie memiliki harga relatif mahal dan isi/ukuran relatif sedikit/kecil. Untuk implikasi bauran pemasaran, strategi produk lebih ditekankan kepada pemberian informasi lengkap pada kemasan (kandungan gizi, masa kadaluarsa dan label halal) dan penambahan ukuran berat indomie; strategi harga ditekankan pada penetapan strategi penyesuaian; strategi promosi menekankan pada peningkatan promosi penjualan dengan memberikan diskon harga, pemberian contoh produk dan mengadakan undian berhadiah, serta meningkatkan mutu iklan dan frekuensi penayangan yang tepat di televisi; strategi distribusi dengan memperhatikan kontinuitas ketersediaan Indomie secara berkala di sentrasentra penjualan yang potensial dan strategis.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN DAN PEMETAAN PERSEPSI INDOMIE (STUDI KASUS MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh Renny Aulia H24102026
Menyetujui, Mei 2006
Prof.Dr.Ir.H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Tanggal Ujian : 3 Mei 2006
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Renny Aulia. Dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 7 Oktober 1983 dari pasangan Bapak Az.Dt.Sangguno dan Ibu Zalher. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Restu Ibu Dangung-Dangung pada tahun 1990, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 01 Koto Baru Simalanggang. Pada tahun 1996, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Payakumbuh dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 2 Payakumbuh dan masuk program IPA pada tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai seksi Administrasi Kesekretariatan dan Keuangan pada tahun 2003/2004. Selain itu, penulis bergabung dalam organisasi kedaerahan yaitu Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) dan Ikatan Keluarga Mahasiswa Payakumbuh (IKMP). Penulis pernah bergabung menjadi anggota paduan suara pada acara Dies Natalies FEM IPB dan aktif dalam kepanitiaan seperti Economic Contest se-Jawa Bali, Gema Alam Syukur (GAS), FEMily Days dan Gracias sebagai acara puncak pada Dies Natalies FEM IPB. Selama berkuliah di IPB penulis selama dua tahun berturut-turut menerima beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) yaitu pada tahun 2003/2004 dan 2004/2005. Pada tahun 2005/2006 penulis juga menerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA).
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Pemetaan Persepsi Indomie (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor)”. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada pihak perusahaan dalam rangka pemilihan strategi bauran pemasaran yang efektif. Banyak kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan skripsi ini, namun berkat rahmat dan karunia dari Allah SWT serta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Alhamdulillah skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku dosen pembimbing I dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan petunjuk, pengarahan dan sumbangan pemikiran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Heti Mulyati, STP, MT selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, dan koreksi yang sangat berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Suhartono selaku Corporate Training Manager PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan Ibu Retno selaku sekretaris, terima kasih atas izin yang diberikan untuk melakukan penelitian tentang Indomie. 4. Dr Ir. Jono M. Munandar, MSc. selaku Ketua Departemen Manajemen FEM IPB. 5. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati FEM IPB yang telah mendidik dan memberikan ilmu serta hikmah kepada penulis selama berkuliah di IPB. Mas Dedy (terima kasih untuk analisis faktornya). 6. Keluarga yang sangat kucintai, Papa dan Mama, terima kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat, inspirasi, dan doanya sehingga anakmu ini dapat menyelesaikan masa belajar di IPB. Menjadi anak Papa dan Mama adalah
iv
anugerah terindah yang pernah kumiliki. Buat uda EP dan Kinoi, terima kasih atas semangat, kegilaan dan keceriaan yang kalian hadirkan dalam hidupku. Aku sayang kalian. Sama-sama kita berjuang untuk membahagiakan Papa dan Mama. 7. Bermuda Plus: Bi2 (makasih komputernya), Nova (makasih atas masukan di saat aku sedang goyah), Jeng (makasih atas bantuan dalam penulisan skripsi ini dan buat uji vali-relinya), Mamie (makasih atas perhatiannya yang begitu besar), Mpu (makasih atas tawa yang diberikan). Terima kasih telah menjadi sahabatku selama empat tahun ini, menjadi sahabat kalian dalam suka maupun duka adalah kekuatan buat aku, keep in touch terus ya guys!!! 8. Rekan-rekan Manajemen 39 terima kasih atas kebersamaan yang selama ini tercipta dan akan menjadi kenangan terindah, Arya (makasih atas semua bantuannya), Apri (yang telah mengejarkan Biplot). 9. A1-107 (Mba Syes, Mba Diah, Ina), TM 15, rumah oren (Nilla, Cha2, Nora), Wisma Shambala, terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan yang tercipta. 10. Uda (Hafzil Karmi), thanks for being my wonderful uda, terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya, sehingga aku kuat menapaki jalan selama ini, terima kasih atas semua pembelajaran yang sangat berarti, dan terima kasih atas kesabarannya mendengarkan semua cerita suka dan dukaku. 11. Udaku Muhammad Thahir, terima kasih atas semangat, dorongan, masukan, perhatian dan bantuan walau dari jauh. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberikan dorongan dan bantuan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan segala informasi yang terdapat di dalamnya.
Bogor, Mei 2006
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR...........................................................................................iv DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x I. PENDAHULUAN.............................................................................................1 1.1. Latar belakang............................................................................................1 1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................3 1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................................4 II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................5 2.1. Perilaku Konsumen ....................................................................................5 2.2. Proses Keputusan Pembelian Konsumen ...................................................6 2.2.1. Pengenalan Kebutuhan.....................................................................7 2.2.2. Pencarian Informasi .........................................................................8 2.2.3. Evaluasi Alternatif .........................................................................10 2.2.4. Keputusan Pembelian.....................................................................12 2.2.5. Perilaku Pascapembelian................................................................13 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan......14 2.3.1. Faktor Lingkungan .........................................................................15 2.3.2. Faktor Perbedaan Individu .............................................................16 2.3.3. Faktor Psikologis............................................................................18 2.4. Atribut Produk..........................................................................................19 2.5. Tinjauan Metode Positioning...................................................................20 2.6. Strategi Pemasaran ...................................................................................21 2.6.1. Strategi Produk...............................................................................22 2.6.2. Strategi Harga ...............................................................................23 2.6.3. Strategi Promosi .............................................................................23 2.6.4. Strategi Tempat atau Distribusi......................................................24 2.7. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 25 III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................28 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................................28 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................30 3.3. Pengumpulan Data ...................................................................................31 3.4. Pengolahan dan Analisis Data..................................................................33 3.4.1. Tabulasi Deskriptif.........................................................................33 3.4.2. Analisis Faktor ...............................................................................33 3.4.3. Analisis Gerombol .........................................................................36
vi
3.4.4. Analisis Biplot................................................................................37 3.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas .........................................................38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................40 4.1. Gambaran Umum Perusahaan...................................................................40 4.1.1. Sejarah Perusahaan ........................................................................40 4.1.2. Dewan Komisaris dan Direksi, serta Karyawan ............................42 4.2. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ......................................................42 4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner .........................................43 4.4. Karakteristik Umum Konsumen Indomie .................................................44 4.5. Proses Keputusan Pembelian Indomie ......................................................46 4.5.1. Pengenalan Kebutuhan...................................................................46 4.5.2. Pencarian Informasi .......................................................................48 4.5.3. Evaluasi Alternatif .........................................................................50 4.5.4. Keputusan Pembelian.....................................................................52 4.5.5. Perilaku Pasca pembelian...............................................................55 4.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Indomie ..................................................................................59 4.6.1. Faktor Pertama : Informasi pada Kemasan ....................................63 4.6.2. Faktor Kedua : Keunggulan Produk...............................................63 4.6.3. Faktor Ketiga : Bauran Pemasaran.................................................64 4.6.4. Faktor Keempat : Pengaruh Lingkungan .......................................64 4.6.5. Faktor Kelima : Ekonomi Konsumen ............................................66 4.6.6. Faktor Keenam : Internal Produk...................................................66 4.7. Analisis Gerombol ....................................................................................67 4.8. Analisis Biplot...........................................................................................70 4.9. Implikasi Strategi Bauran Pemasaran .......................................................73 4.9.1. Strategi Produk...............................................................................73 4.9.2. Srategi Harga..................................................................................75 4.9.3. Strategi Promosi .............................................................................75 4.9.4. Strategi Distribusi ..........................................................................76 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................79 1. Kesimpulan ........................................................................................................79 2. Saran...................................................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................81 LAMPIRAN..........................................................................................................83
vii
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Top of Mind Brand Awareness Mie Instan berdasarkan kota ............................2 2. Rekapitulasi jumlah mahasiswa IPB program sarjana aktif tahun akademik 2005/2006 hingga Januari 2006 ......................................................31 3. Jumlah contoh tiap Fakultas dengan metode kuota......................................... 32 4. Sejarah perkembangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk............................. 41 5. Karakteristik umum konsumen Indomie......................................................... 45 6. Motivasi pembelian Indomie oleh mahasiswa IPB......................................... 46 7. Manfaat pembelian Indomie oleh mahasiswa IPB.......................................... 47 8. Tingkat keterlibatan konsumen ....................................................................... 48 9. Waktu mengkonsumsi Indomie....................................................................... 48 10. Sumber informasi konsumen Indomie mahasiswa IPB .................................. 49 11. Media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian Indomie...... 49 12. Pengaruh iklan bagi konsumen dalam pembelian Indomie............................. 50 13. Fokus perhatian konsumen terhadap informasi............................................... 50 14. Pertimbangan awal pembelian Indomie .......................................................... 51 15. Indikator mutu Indomie................................................................................... 51 16. Alasan konsumen memilih Indomie................................................................ 52 17. Tempat pembelian Indomie ............................................................................ 53 18. Cara memutuskan pembelian Indomie............................................................ 53 19. Jumlah rataan Indomie yang dikonsumsi per minggu..................................... 54 20. Tingkat kesukaan konsumen terhadap Indomie.............................................. 54 21. Alasan memilih Indomie favorit ..................................................................... 55 22. Sikap konsumen, jika ada merek lain melakukan promosi penjualan ............ 55 23. Sikap konsumen pasca pembelian Indomie .................................................... 56 24. Sikap loyalitas konsumen, jika Indomie tidak tersedia................................... 56 25. Sikap loyalitas konsumen, jika Indomie mengalami kenaikan harga ............. 56 26. Pendapat konsumen mengenai penambahan variasi rasa Indomie ................ 57 27. Nilai communality berdasarkan urutan............................................................ 60 28. Hasil analisis faktor......................................................................................... 62 29. Cluster membership ........................................................................................ 67 30. Hasil analisis gerombol ................................................................................... 69 31. Implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi bauran pemasaran Indomie ......................................................................................... 78
viii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Model perilaku keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ................................................................................... 6 2 Lima tahap proses keputusan pembelian............................................................7 3. Proses pengenalan kebutuhan berpusat pada tingkat ketidaksesuaian...............7 4. Proses pencarian internal ...................................................................................9 5. Komponen dasar proses evaluasi alternatif......................................................11 6. Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian....................13 7. Model perilaku konsumen................................................................................15 8. Sistem distribusi Mie Instan di Indonesia ........................................................25 9. Kerangka pemikiran penelitian ........................................................................30 10. Tahap-tahap proses keputusan pembelian Indomie mahasiswa IPB................58 11. Pemetaan persepsi Indomie dengan merek pesaing ........................................ 71
ix
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1 Kuesioner penelitian pra pengujian..................................................................84 2. Kuesioner penelitian ........................................................................................91 3. Hasil uji validitas analisis faktor ..................................................................... 97 4. Hasil uji validitas analisis biplot Indomie....................................................... 97 5. Hasil uji validitas analisis biplot Mie Sedaap ................................................. 97 6. Hasil uji validitas analisis biplot Supermi....................................................... 98 7. Hasil uji validitas analisis biplot Sarimi.......................................................... 98 8. Output SPSS uji reliabilitas analisis faktor ..................................................... 98 9. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Indomie ....................................... 99 10. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Mie Sedaap ................................. 99 11. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Supermi......................................100 12. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Sarimi.........................................100 13. Hasil uji reliabilitas analisis faktor dan analisis biplot...................................100 14. Hasil uji validitas analisis faktor 100 responden............................................101 15. Hasil uji validitas analisis biplot Indomie 100 responden .............................101 16. Hasil uji validitas analisis biplot Mie Sedaap 100 responden........................101 17. Hasil uji validitas analisis biplot Supermi 100 responden .............................102 18. Hasil uji validitas analisis biplot Sarimi 100 responden ................................102 19. Output SPSS uji reliabilitas analisis faktor 100 responden............................102 20. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Indomie 100 responden .............103 21. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Mie Sedaap 100 responden........103 22. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Supermi 100 responden .............103 23. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Sarimi 100 responden ................104 24. Hasil uji reliabilitas analisis faktor dan analisis biplot 100 responden ..........104 25. Hasil analisis faktor........................................................................................105 26. Hasil analisis biplot ........................................................................................111 27. Overlay analisis biplot ...................................................................................112 28. Hasil analisis gerombol ..................................................................................113
x
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Berdasarkan data BPS (2003) saat ini konsumen Indonesia membelanjakan 62,94% dari pengeluaran per bulannya untuk kebutuhan makanan. Hal ini berarti bahwa kebutuhan pangan merupakan kebutuhan dasar paling utama. Pangan tersedia dalam jenis, bentuk dan macam yang beragam. Jenis, bentuk dan macam pangan yang dipilih dan dikonsumsi sangat ditentukan
oleh
masing-masing
individu
konsumen.
Seiring
dengan
meningkatnya aktivitas untuk melakukan pekerjaan, maka semakin penting pula peranan makanan, serta semakin terlihat perilaku masyarakat ke pola yang serba praktis dan efisien. Alasan kepraktisan inilah yang mendorong individu untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang bisa didapatkan di restoran maupun makanan instan yang dapat diolah sendiri. Penelitian Wulandari (2003) mengemukakan bahwa alasan kepraktisan menjadi alasan utama konsumen mengkonsumsi mie instan. Mie instan cukup dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, mulai dari masyarakat lapisan bawah sampai masyarakat lapisan atas. Mie instan diidentikkan sebagai menu sehari-hari bagi masyarakat. Hal ini dapat dimengerti, mengingat harga mie instan yang sangat terjangkau dan mudah diperoleh, serta mudah diproses, baik yang masih dalam kemasan maupun yang siap dimakan. Pasar mie instan di Indonesia sangat menjanjikan, maka tidak mengherankan jika dari waktu ke waktu banyak perusahaan baru melirik pasar mie instan. Lima tahun belakangan ini, pasar mie instan di Indonesia dikuasai oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ISM) yang memproduksi Indomie, Supermi dan Sarimi, dengan produk andalan Indomie (Anggoro, 2005). Sebagai market leader dominasi Indomie sangat kuat, sampai tahun 2002 Indomie masih menguasai sekitar 90% pasar mie instan di Indonesia. Namun pada tahun 2003 PT Sayap Mas Utama yang memproduksi mie instan dengan merek Mie Sedaap, berhasil merebut pangsa pasar mie instan sebesar 15%, sehingga penguasaan Indomie terhadap pasar mie instan menurun dari 90%
2
menjadi 75%. Untuk meraih kembali pangsa pasar Indomie, PT ISM menyusun strategi baru, mulai dari peluncuran produk baru, melakukan promosi dengan memberi hadiah, sampai pada penataan ulang manajemen distribusinya (Majalah SWA, 2006). Hal ini mengakibatkan dipenghujung tahun 2004 Indomie berhasil kembali meraih 3% pangsa pasarnya menjadi 78 % dari seluruh pangsa pasar mie instan di Indonesia (PT Indofood Sukses Makmur, 2004). Dalam kondisi seperti ini, Indomie harus selalu siap menghadapi persaingan yang ketat dari mie instan lainnya. Indomie adalah merek mie instan yang paling terkenal di Indonesia, karena begitu terkenalnya hingga orang Indonesia memanggil mie instan dengan sebutan “Indomie”, walaupun yang dikonsumsi bukan merek Indomie. Secara nasional, Indomie sudah meraih brand equity yang memudahkan Indofood meluncurkan produk baru maupun upaya menguasai pasar (Jonatan, 2004).
Sebelum
konsumen
mendapatkan
produk,
konsumen
akan
menyebutkan nama merek yang akan dibeli. Hal ini berkaitan dengan strategi dan informasi yang disampaikan oleh perusahaan agar merek tersebut selalu dalam ingatan konsumen. Merek yang dibeli merupakan merek yang ada dalam ingatan konsumen. Sebagai ilustrasi, disajikan 10 merek mi instan yang paling dikenal oleh konsumen di beberapa kota (Tabel 1). Tabel 1. Top of mind brand awareness Mie Instan berdasarkan kota Merek Indomie Mie Sedaap Supermi Sarimi Mie 100 Alhami Mie Gaga Mie ABC Salam Mie Selera Rakyat Lainnya
Jakarta (%) 76,4 12,6 6,3 3,4 0,2 0,0 0,5 0,0 0,2 0,0 0,5
Bandung (%) 40,8 16,7 15,1 20,1 2,3 0,0 0,3 3,0 1,0 0,0 0,7
Kota Penelitian Semarang Surabaya (%) (%) 49,1 58,5 46,3 25,0 1,8 6,0 1,5 4,5 0,0 2,0 0,0 0,0 0,3 1,0 0,0 0,5 0,3 0,5 0,5 1,0 0,3 1,0
Medan (%) 56,4 2,4 10,0 5,6 7,6 10,4 5,6 1,6 0,0 0,0 0,4
Makassar (%) 73,5 9,2 4,1 8,2 0,0 0,5 0,0 1,5 0,5 0,0 2,6
Sumber : SurveyOne, 2005. Berdasarkan hasil penelitian SurveyOne yang dilakukan di beberapa kota di Indonesia, dari segi Top of Mind Brand Awareness, Indomie berada pada posisi pertama dengan jumlah total yang selangnya sangat jauh
Total (%) 61,0 19,6 6,9 6,4 1,6 1,4 1,1 0,9 0,4 0,2 0,1
3
dibandingkan dengan merek-merek mie instan lainnya, artinya Indomie sudah begitu melekat di benak konsumen, sehingga ketika konsumen akan memutuskan untuk membeli mie instan, maka Indomie akan menjadi prioritas pertama konsumen dalam memutuskan untuk mengkonsumsi mi instan. Kota Bogor merupakan salah satu daerah yang potensial bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM), yang dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa pendatang dari luar Bogor yang menuntut ilmu di Bogor, khususnya di Institut Pertanian Bogor (IPB). Selama ini mie instan, khususnya Indomie kerap diidentikkan sebagai menu sehari-hari bagi para anak kos. Hal ini dapat dimengerti, mengingat harga Indomie yang sangat terjangkau, juga takaran bumbu yang memungkinkan mie dapat diberi kuah melimpah, sehingga makanan tersebut dapat mengenyangkan (Hasibuan, 2003). Secara tidak langsung kondisi ini menunjukkan bahwa mahasiswa indekos merupakan salah satu populasi konsumen yang cukup besar dan potensial untuk dimanfaatkan pihak Indofood. Menyikapi hal di atas, maka PT ISM harus memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai perilaku konsumen, meliputi proses keputusan pembelian, persepsi dari produknya dan strategi pemasaran yang tepat dalam kondisi persaingan kompetitif.
1.2. Rumusan Masalah Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana
proses
pengambilan
keputusan
konsumen
dalam
mengkonsumsi mie instan merek Indomie ? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Indomie ? 3. Bagaimana posisi atribut Indomie dibandingkan dengan merek mie instan lainnya dari sisi konsumen ? 4. Bagaimana
implikasi
studi
perilaku
konsumen
pemasaran, khususnya terhadap bauran pemasaran ?
terhadap
strategi
4
1.3. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis
proses
pengambilan
keputusan
konsumen
dalam
mengkonsumsi mie instan merek Indomie. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian Indomie. 3. Mengetahui posisi atribut Indomie dibandingkan dengan merek mie instan lainnya dari sisi konsumen. 4. Memberikan rekomendasi kebijakan strategi pemasaran, khususnya terhadap bauran pemasaran mie instan yang didasarkan hasil studi perilaku konsumen.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku Konsumen Definisi perilaku konsumen menurut Engel, dkk (1995) adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003),
istilah
diperlihatkan
perilaku konsumen
konsumen dalam
diartikan mencari,
sebagai membeli,
perilaku
yang
menggunakan,
mengevaluasi, serta menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya. Amirullah dalam Parinduri (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perilaku konsumen adalah sejumlah tindakan nyata individu (konsumen) yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan (psikologis) dan faktor luar lainnya (eksternal) yang mengarahkannya untuk menggunakan
barang-barang
yang
diinginkan.
memilih dan
Pengertian
tersebut
berkembang menjadi bagaimana respon manusia dalam dunia komersial, bagaimana dan mengapa orang membeli dan menggunakan produk, serta apa yang mendasari dan menghambat kegiatan konsumsinya. Menurut Engel, dkk (1995) perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Model dikembangkan untuk berbagai macam kegunaan, tetapi tujuan utama dari pengembangan model perilaku konsumen adalah : (1) membantu pengembangan teori yang mengarahkan penelitian perilaku konsumen, dan (2) sebagai bahan dasar untuk mempelajari pengetahuan yang terus berkembang tentang perilaku konsumen. Salah satu model yang telah dikembangkan adalah Model Engel, dkk (1995), seperti yang disajikan pada Gambar 1.
6
Pengaruh Lingkungan - Budaya - Kelas sosial - Pengaruh pribadi - Keluarga - Situasi Perbedaan Individu - SDM - Motivasi dan keterlibatan - Sikap - Kepribadian, gaya hidup dan demografi.
Proses Keputusan - Pengenalan Kebutuhan - Pencarian informasi - Evaluasi alternatif - Pembelian - Hasil
Proses Psikologi - Pengolahan informasi - Pembelajaran - Perubahan sikap dan perilaku
Gambar 1. Model perilaku keputusan konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya (Engel, dkk, 1995)
2.2. Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pembuatan keputusan konsumen tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan tingkat keterlibatan konsumen (consumer involvement). Dalam meraih keberhasilan, seorang pemasar harus melewati bermacam-macam pengaruh yang mempengaruhi pembeli dan mengembangkan pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan proses keputusan pembelian. Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja tetapi melalui suatu tahap tertentu. Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pascapembelian (Kotler, 2000). Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum dan setelah pembelian. Setiap konsumen tentu melewati kelima tahap ini untuk setiap pembelian yang dibuat. Dalam pembelian yang lebih rutin, konsumen membalik tahap-tahap tersebut. Secara skematis ditunjukkan dalam Gambar 2.
7
Pengenalan Kebutuhan
Pencarian Informasi
Evaluasi Alternatif
Perilaku Pasca pembelian
Keputusan Pembelian
Gambar 2. Lima tahap proses keputusan pembelian (Kotler, 2000) 2.2.1. Pengenalan Kebutuhan Proses ini dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya bergantung pada beberapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan. Pada saat ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau
ambang
tertentu,
maka
kebutuhan
dikenali.
Seandainya
ketidaksesuaian itu berada di bawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak terjadi (Engel, dkk, 1995). Secara skematis dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.
Keadaan yang diinginkan Di bawah ambang
Tidak ada pengenalan kebutuhan
Keadaan aktual
Tingkat Ketidaksesuaian
Di atas ambang
Pengenalan Kebutuhan
Gambar 3. Proses pengenalan kebutuhan berpusat pada tingkat ketidaksesuaian (Engel, dkk, 1995) Kebutuhan ini disebabkan karena adanya rangsangan internal maupun eksternal. Rangsangan internal berupa kebutuhan dasar yang timbul dalam diri seseorang, seperti lapar, haus dan lain-lain. Sedangkan rangsangan eksternal adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan eksternal, seperti seseorang melewati toko buah dan melihat buahbuahan segar, sehingga mendorong rasa keinginannya untuk memakan buah-buahan tersebut. Berdasarkan pengalaman sebelumnya orang telah
8
belajar bagaimana mengatasi dorongan ini dan dimotivasi ke arah produk yang diketahuinya untuk memuaskan dorongan ini. 2.2.2. Pencarian Informasi Pencarian merupakan tahap kedua dari proses keputusan pembelian,
yang menurut Engel, dkk (1995) didefinisikan sebagai
aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan (pencarian internal) dan pengumpulan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal). Tahap ini mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Dalam hal ini, konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau melakukan pengumpulan
informasi
dari
lingkungan
sekitarnya
(pencarian
eksternal). Sebagai ilustrasi, jika dorongan konsumen kuat dan produk itu berada didekatnya, maka konsumen akan langsung membelinya, atau jika tidak akan menjadi ingatan saja. Pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan di dalam ingatan jangka panjang adalah pencarian internal. Jika pencarian internal memberikan informasi yang memadai, maka pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Ketika
pencarian
internal
tidak
mencukupi,
maka
konsumen
memutuskan untuk mencari tambahan melalui pencarian eksternal, yaitu mengumpulkan informasi tambahan dari lingkungan. Pada tahap ini, perhatian utama pemasar adalah sumber informasi utama yang akan dicari konsumen. Untuk lebih jelasnya, internal dapat dilihat pada Gambar 4.
proses pencarian informasi
9
Pengenalan Kebutuhan Pencarian Internal Pencarian Internal Berhasil ? Ya
Tidak
Jalankan Pencarian Eksternal
Lanjutkan dengan Keputusan
Gambar 4. Proses pencarian internal (Engel, dkk, 1995) Menurut Kotler (2000) sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok, yaitu : 1. Sumber pribadi
: Keluarga, teman, tetangga dan kenalan
2. Sumber komersial
: Iklan, tenaga penjual dan pedagang perantara
3. Sumber umum
: Media massa dan organisasi rating konsumen
4. Sumber pengalaman : Pengkajian dan pemakaian produk. Setiap sumber informasi tersebut memberikan fungsi yang berbeda-beda dalam mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi dari sumber komersial biasanya menjalankan fungsi pengesahan dan evaluasi. Sumber-sumber informasi yang berbeda dapat menuntun konsumen dalam setiap keputusan pembelian yang berbeda. Faktor lain yang mempengaruhi tahap pencarian adalah situasi, ciri-ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen itu sendiri (Engel, dkk, 1995). Tekanan waktu merupakan salah satu sumber pengaruh situasi. Ciri-ciri produk dapat mempengaruhi pencarian informasi, jika konsumen yakin bahwa semua merek pada dasarnya sama, maka hanya sedikit pencarian ekstensif yang diperlukan, tetapi nilai merek-merek dirasakan berbeda, maka hasil yang diharapkan semakin besar pula.
10
Lingkungan
eceran
akan
mempengaruhi
pencarian
oleh
konsumen, karena jarak antara pesaing dapat menentukan banyaknya toko yang menjadi tempat belanja konsumen selama pengambilan keputusan. Terakhir yang dapat mempengaruhi tahap ini adalah karakteristik konsumen yang meliputi pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan, sikap dan karakteristik demografi. 2.2.3. Evaluasi Alternatif Evaluasi alternatif didefinisikan sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen (Engel, dkk, 1995). Prosedur yang harus dilakukan untuk membuat pilihan akhir disebut kaidah keputusan. Kaidah keputusan dapat bersifat sangat sederhana dan bersifat sangat kompleks yang membutuhkan pemrosesan cukup besar. Konsep dasar yang dapat membantu untuk memahami proses evaluasi alternatif adalah konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan, konsumen mencari manfaat, konsumen memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan tersebut (Kotler, 2000). Pada tahap ini konsumen mengevaluasi berbagai alternatif dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahap ini konsumen harus : (1) menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, (2) memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, (3) menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan, serta (4) memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan terakhir. Hal ini dapat terlihat pada Gambar 5.
11
Menentukan kriteria evaluasi
Menentukan alternatif evaluasi Menilai Kinerja alternatif
Menerapkan kaidah keputusan
Gambar 5. Komponen dasar proses evaluasi alternatif (Engel, dkk, 1995) Konsumen memproses informasi tentang pilihan merek untuk membuat keputusan terakhir. Pertama, melihat bahwa konsumen mempunyai kebutuhan. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut produk. Masing-masing konsumen akan memberikan bobot yang berbeda untuk setiap atribut produk sesuai dengan kepentingannya. Selanjutnya mungkin akan mengembangkan himpunan kepercayaan merek. Konsumen dapat dianggap memiliki fungsi utilitas, yaitu bagaimana konsumen mengharapkan kepuasan produk bervariasi sesuai tingkat alternatif tiap ciri. Pada akhirnya, konsumen akan tiba pada sikap ke arah alternatif merek melalui prosedur tertentu. Menurut Sutisna dalam Parinduri (2004), setidaknya ada dua kriteria yang berhubungan secara hirarki dengan evaluasi berbagai alternatif merek. Pertama adalah manfaat yang diperoleh dengan membeli suatu produk (benefit association) dan kedua setelah dievaluasi berdasarkan manfaat, maka konsumen dapat mengevaluasi merek sesuai tingkat kepuasan yang diharapkan (expected satisfaction). Dalam benefit association, konsumen menentukan prioritas manfaat yang paling diinginkan dan menghubungkan kriteria manfaat itu dengan karakteristik merek. Kriteria evaluasi merek berdasarkan expected satisfaction, berarti konsumen mengevaluasi berbagai alternatif
12
merek sesuai kemampuan merek produk untuk memenuhi harapan yang dibuat konsumen. Merek yang paling mampu memenuhi harapan tingkat kepentingan yang paling tinggi akan dipilih konsumen. Hasil akhir dari proses evaluasi alternatif pada keterlibatan tinggi adalah pembentukan sikap umum terhadap masing-masing alternatif. Pada situasi keterlibatan rendah, proses evaluasi alternatif hanya melibatkan pembentukan sedikit kepercayaan kepada alternatif pilihan. Sedangkan sikap muncul setelah terjadi perilaku. Jika konsumen mengambil keputusan mengikuti model eksperimensial, maka proses evaluasi alternatif berfokus kepada penciptaan sikap bukan kepada pembentukan kepercayaan. Sedangkan proses evaluasi alternatif pada model perilaku, konsumen tidak membandingkan pilihan alternatif sebelum melakukan pembelian. 2.2.4. Keputusan Pembelian Pada tahap ini konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan,
dimana
dan
bagaimana
membeli.
Engel,
dkk
(1995)
mengilustrasikan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu nilai pembelian dan pengaruh lingkungan dan atau perbedaan individu. Niat pembelian konsumen dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : (1) produk dan merek, disebut sebagai pembelian terencana penuh, dengan pembelian masalah yang diperluas dan (2) kelas produk, disebut sebagai pembelian terencana, jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian. Menurut Kotler (2000), terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan keputusan pembelian (Gambar 6). Pertama adalah faktor sikap atau pendirian orang lain. Faktor ini mempengaruhi alternatif yang disukai seseorang, namun tergantung pada intensitas dari pendirian negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap negatif orang lain dan semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, maka konsumen akan semakin menyesuaikan maksud pembeliannya. Faktor kedua yang dapat
13
mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi atau tidak diinginkan. Adanya faktor ini akan mengubah rencana pembelian suatu produk yang akan dilakukan konsumen. Evaluasi Alternatif
Nilai Pembelian
Faktor situasi yang tidak diantisipasi
Pendirian Orang Lain
Keputusan pembelian Gambar 6. Tahap-tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian (Kotler, 2000) 2.2.5. Perilaku Pascapembelian Setelah membeli produk, konsumen akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pascapembelian. Pemasar
harus
memantau
kepuasan,
tindakan,
pemakaian
dan
pembuangan pascapembelian. Konsumen tidak selalu terlibat dalam setiap keputusan, terutama dalam melakukan pembelian terhadap barang-barang dengan tingkat keterlibatan yang rendah (Kotler, 2000). Konsumen dapat melewatkan satu tahap atau lebih yang urutannya tidak sesuai. Untuk produk-produk yang relatif baru dipasarkan, konsumen umumnya melewati proses keputusan pembelian. Kepuasan berfungsi untuk mengokohkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Hal
14
ini merupakan upaya untuk mempertahankan pelanggan menjadi bagian yang penting sekali dalam strategi pemasaran. Memahami kebutuhan dan proses pembelian konsumen sangat penting dalam membuat strategi promosi yang efektif. Dengan memahami pembelian melalui tahap-tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian, para pemasar dapat memperoleh petunjukpetunjuk
tentang
bagaimana
memenuhi
kebutuhan
konsumen.
Memahami berbagai faktor dalam proses pembelian dan pengaruh utama terhadap perilaku pembelian, para pemasar dapat merancang program pemasaran yang efektif untuk pasar sasarannya.
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Proses keputusan membeli setiap konsumen berbeda dan bervariasi. Hal ini disebabkan keputusan pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam pengambilan keputusan pembelian produk, konsumen mungkin dipengaruhi oleh faktor budaya, keluarga, pendapatan, kelas sosial, gaya hidup, iklan, situasi di toko, pelayanan, dan lain-lain. Engel, dkk (1995) mengungkapkan ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian produk, yaitu pertama faktor lingkungan, meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh keluarga dan situasi. Kedua faktor perbedaan individu, meliputi sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan
demografi. Ketiga faktor psikologis, meliputi pengolahan
informasi, pembelajaran dan perubahan sikap atau perilaku. Model perilaku konsumen menurut Engel, dkk (1995) secara sistematis ditunjukkan pada Gambar 7.
15
Pengaruh Lingkungan
Pengaruh Individu
Proses Keputusan
Proses Psikologis
Proses Pemasaran
Gambar 7. Model perilaku konsumen (Engel, dkk, 1995) 2.3.1. Faktor Lingkungan Pengaruh lingkungan memainkan peranan yang cukup besar terhadap perilaku konsumen. Informasi yang lengkap mengenai faktorfaktor lingkungan yang mempengaruhi perilaku konsumen memberikan masukan yang sangat berarti terhadap strategi dan taktik pemasaran sebuah perusahaan. Faktor lingkungan ini terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi dan keluarga. Budaya adalah kumpulan nilai, persepsi, preferensi, serta perilaku keluarga dan lembaga-lembaga penting lainnya. Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar (Kotler, 2000). Menurut Engel, dkk (1995), budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol bermakna lainnya yang membantu individu berkomunikasi, membuat tafsiran dan melakukan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Budaya tidak mencakupi naluri dan tidak pula mencakupi idiosinkratik yang terjadi sebagai pemecahan sekali saja untuk suatu masalah yang unik. Budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam masyarakat. Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri atas individu yang berbagai nilai, minat, dan perilaku yang sama atau kelompok-kelompok yang relatif homogen dalam suatu masyarakat lama yang tersusun secara hierarki (Kotler, 2000). Kelas sosial yang berbeda cenderung memunculkan perilaku konsumsi yang berbeda. Kelas sosial mengacu pada pengelompokkan orang yang sama dalam perilakunya menurut posisi ekonomi di dalam pasar. Kelompok
16
status mencerminkan suatu harapan komunitas akan gaya hidup di kalangan masing-masing kelas dan juga estimasi sosial yang positif atau negatif tentang kehormatan yang diberikan kepada masing-masing kelas. Pengaruh pribadi adalah tekanan yang dirasakan untuk menyesuaikan diri dengan norma dan harapan yang diberikan oleh orang lain. Sebagai konsumen, perilaku orang sering dipengaruhi oleh hal yang berhubungan erat. Dalam hal ini, keluarga sangat penting di dalam studi konsumen karena dua alasan. Pertama keluarga adalah unit pemakaian dan pembelian untuk banyak produk konsumen. Kedua keluarga adalah pengaruh utama pada sikap dan perilaku individu (Kotler, 2000). Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan yang tinggal bersama. Rumah tangga berbeda dengan keluarga berdasarkan pendeskripsikan semua orang, baik yang berkerabat maupun yang tidak yang menempati suatu unit perumahan. Proses pengambilan keputusan mungkin sama dengan masing-masing kategori, walaupun kategori rumah tangga mencakupi kelompok non tradisional yang tumbuh jauh lebih cepat dari keluarga. Anggota keluarga (atau rumah tangga) memegang berbagai peranan yang mencakup penjaga pintu (pemikiran keluarga), pemberi pengaruh, pengambil keputusan, pembeli dan pemakai. Pengaruh pasangan hidup, anak atau anggota lain dalam keluarga bervariasi menurut sumber daya anggota keluarga, jenis produk, tahap dalam siklus kehidupan dan tahap dalam keputusan pembelian. Peubah ini penting dalam memahami keputusan keluarga dibandingkan dengan peranan keluarga yang sudah dianggap berasal dari satu jenis kelamin atau yang lainnya. 2.3.2. Faktor Perbedaan Individu Ada lima cara dimana konsumen berbeda dalam pengambilan keputusan belanja, sehingga berpengaruh terhadap perilaku konsumen, yaitu : (1) sumber daya konsumen, (2) motivasi dan keterlibatan, (3)
17
pengetahuan, (4) sikap, serta (5) kepribadian, gaya hidup dan demografi (Engel, dkk, 1995). Sumber daya yang dimiliki konsumen atau apa yang tersedia dimasa datang berperan penting dalam keputusan pembelanjaan. Sumber daya konsumen terdiri atas waktu, uang dan perhatian (penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Ketiga sumber daya ini dibawa ke dalam setiap situasi pengambilan keputusan. Perilaku
yang
termotivasi
diprakarsai
oleh
pengaktifan
kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan atau motif diaktifkan, ketika ada ketidakcocokan antara yang diinginkan dengan kondisi yang diinginkan dengan kondisi aktual (Engel, dkk, 1995). Pengetahuan dapat diartikan secara sederhana sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Pengetahuan konsumen sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar disebut pengetahuan konsumen (Engel, dkk, 1995). Pengetahuan konsumen mencakup informasi tentang ketersediaan dan karakteristik produk,
dimana
dan
kapan
untuk
membeli,
serta
bagaimana
menggunakan produk. Pengetahuan adalah faktor penentu utama perilaku konsumen. Apa yang dibeli, dimana dan kapan membeli, akan tergantung pada pengetahuan yang relevan dengan keputusan. Manfaat pengetahuan konsumen dibagi menjadi tiga kategori, yaitu (1) pengetahuan produk mencakup kesadaran produk, atribut produk dan kepercayaan merek, (2) pengetahuan pembelian (dimana membeli dan kapan membeli), serta (3) pengetahuan pemakaian mencakup informasi yang tersedia di dalam ingatan mengenai bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan, agar benar-benar menggunakan produk tersebut (Engel, dkk, 1995). Sikap
didefinisikan
sebagai
evaluasi
menyeluruh
yang
memungkinkan orang merespon dengan cara menguntungkan secara konsisten yang berkenaan dengan obyek atau alternatif yang diberikan. Sikap diekspresikan bilamana seseorang suka atau tidak suka terhadap
18
suatu obyek. Sikap sangat penting dalam membentuk pangsa pasar dan pangsa target. Sikap merupakan keseluruhan evaluasi yang dilakukan konsumen (Engel, dkk, 1995). Kotler (2000) menyatakan bahwa sikap (attitude) adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan. Kepribadian, nilai dan gaya hidup merupakan sikap yang penting untuk mengerti mengapa orang memperlihatkan perbedaan dalam mengkonsumsi produk dan preferensi merek. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsistensi terhadap stimulus lingkungan. Rokeach dalam Engel, dkk (1995) mendefinisikan nilai sebagai kepercayaan abadi bahwa modus perilaku tertentu atau keadaan akhir dari keberadaan. Nilai yang digunakan oleh individu didasarkan pada nilai inti dari masyarakat tempat tinggal, tetapi dimodifikasi oleh nilai dari kelompok lain, dimana menjadi anggota dan situasi kehidupan atau kepribadian. Sedangkan gaya hidup didefinisikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu, serta uang (Engel, dkk, 1995). Seseorang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Demografi mendeskripsikan pangsa konsumen dalam istilah seperti usia, pendidikan dan pendapatan. Usia merupakan salah satu karakteristik individu yang mempengaruhi persepsi seseorang dalam membuat keputusan, menerima segala sesuatu sebagai hal yang baru, serta dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap beberapa barang dan jasa (Kotler, 2000). 2.3.3. Faktor Psikologis Proses psikologis merupakan proses sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen. Kotler (2000) menyebutkan bahwa pembelian yang dilakukan dipengaruhi oleh lima faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, keyakinan dan pendirian.
19
Motivasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Dengan kata lain, motivasi adalah keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang ada pada diri manusia. Persepsi
merupakan
proses
individu
dalam
memilih,
mengorganisasikan, dan menafsirkan masukan-masukan informasi yang dapat menimbulkan preferensi terhadap produk dan merek-merek tertentu ini tercermin dalam perilaku pembeliannya. Pengetahuan yang ada dalam pikiran manusia merupakan hasil penggunaan panca inderanya (Guhardja, dkk dalam Parinduri, 2004). Seseorang dapat memperoleh pengetahuan dari pendidikan formal maupun informal. Media yang dapat mentransfer pengetahuan pada seseorang, antara lain buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (seperti orang tua, teman dan tetangga). Dalam hal ini, keyakinan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu .
2.4. Atribut Produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi kegiatan atau kebutuhan konsumen (Kotler, 2000). Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut setiap produk, baik barang atau jasa dapat didefinisikan dengan menyebutkan atribut-atributnya. Keunikan suatu produk dapat dengan mudah menarik perhatian konsumen. Keunikan ini terlihat dari atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk terdiri atas tiga tipe, yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi (function) dan manfaat (benefit). Ciri-ciri dapat berupa ukuran, karakteristik astetis, komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses manufaktur, servis atau jasa, penampilan, harga, susunan maupun trademark atau tanda merek dan lain-lain. Sementara manfaat dapat berupa kegunaan, kesenangan yang berhubungan dengan indera, manfaat non material seperti kesehatan dan penghematan misalnya waktu. Manfaat dapat juga berupa manfaat langsung
20
dan manfaat tidak langsung. Atribut fungsi jarang digunakan dan lebih sering diperlakukan sebagai ciri-ciri atau manfaat (Engel, dkk, 1995). Atribut produk dapat menjadi penilaian tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap atribut produk dan memberikan kekuatan kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki oleh suatu produk. Menurut Engel, dkk (1995), dalam mengevaluasi atribut produk, ada dua sasaran pengukuran yang penting, yaitu (1) Mengidentifikasi kriteria evaluasi yang mencolok dan (2) Memperkirakan aliensi relatif dari masing-masing atribut produk. Kriteria evaluasi yang mencolok ditentukan dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat tertinggi. Sedangkan aliensi biasanya diartikan sebagai kepentingan, yaitu konsumen diminta untuk menilai kepentingan dari berbagai kriteria evaluasi. Ukuran evaluasi atribut yang dihasilkan menunjukkan kepentingan atribut sekaligus “keteringinan” atribut.
2.5. Tinjauan Metode Positioning Brand positioning merupakan tindakan para pemasar dalam memberi identitas atau citra tertentu pada produk yang dihasilkan, karena semakin kompetitifnya persaingan merek yang ada di pasaran, brand positioning terkait erat dengan segmentasi (brand segmentation), penggunaan merek (brand usage), dan citra terhadap merek itu sendiri (brand image). Dalam rangka mengetahui kekuatan dan kelemahan, serta posisi dan kedudukan relatif suatu produk terhadap produk pesaingnya, para pemasar melakukan produk positioning. Posisi dan kedudukan relatif tersebut didasarkan pada persepsi (perceptual) yang melekat pada pikiran konsumen mengenai satu atau beberapa atribut. Pengenalan persepsi konsumen terhadap suatu produk atau jasa berkaitan dengan produk-produk pesaingnya merupakan hal yang sangat penting untuk melihat keefektifan pemasaran produk atau jasa tersebut dalam setiap segmen pasar. Melalui produk positioning, produsen dapat melakukan identifikasi persepsi konsumen, kesempatan atau peluang pasar, mengetahui kelemahan dan kekuatan relatif suatu produk terhadap pesaingnya. Hasil akhir
21
yang diharapkan dari positioning produk adalah menentukan cara terbaik untuk melakukan repositioning produk atau jasa tersebut untuk memperkuat atau memperbaiki posisinya pada setiap segmen pasar.
2.6. Strategi Pemasaran Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh, terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan (Jauch and Glueck dalam Hasibuan, 2003). Pada intinya, strategi merupakan pendekatan pemakaian sumber daya di dalam kendala iklim yang kompetitif, agar penggunaan seperangkat sasaran dapat dicapai. Definisi pemasaran menurut Kotler (2000) adalah suatu proses sosial dan manajerial, dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu dengan yang lainnya. Dari definisi yang dikemukakan oleh Kotler (2000), pemasaran terdiri dari konsep inti, yaitu kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk; nilai, biaya dan kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar. Pendekatan yang digunakan untuk membahas strategi pemasaran mie instan merek Indomie ini adalah dengan menggunakan peubah-peubah bauran pemasaran yang terdiri dari produk (product), harga (price), promosi (promotion) dan tempat (place). Bauran pemasaran didefinisikan sebagai kelompok kiat pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai sasaran pemasaran dan pasar-pasar (Kotler, 2000). Dalam hal ini, perusahaan dapat mempengaruhi konsumen dengan mengubah perangkat bauran pemasaran yang sesuai dengan anggaran dan didasarkan pada observasi terhadap perilaku konsumen. Empat faktor utama bauran pemasaran dapat dijelaskan berikut ini secara rinci.
22
2.6.1. Strategi Produk Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Produk merupakan unsur pertama dan yang paling penting dalam suatu bauran pemasaran (Kotler, 2000). Strategi produk memerlukan hubungan dengan berbagai keputusan mengenai bauran produk, lini produk, merek, kemasan dan label. Bauran produk memiliki tingkat kelebaran tertentu (banyaknya lini produk),
kepanjangan tertentu (jumlah keseluruhan
jenis produk), tingkat kedalaman (jumlah variasi produk yang ditawarkan), tingkat konsistensi (menunjukkan hubungan dari berbagai lini produk dengan pemakai terakhir, persyaratan produksi, saluran distribusi dan lainnya). Keputusan dalam hal merek merupakan aspek utama dalam strategi produk, karena merek yang kuat berarti memiliki kesetiaan konsumen. Merek ditujukan untuk mengidentifikasikan barang dan jasa dari suatu penjual dan membedakan barang dan jasa tersebut dari milik pesaing. Merek dapat berbentuk nama, simbol, tanda, desain atau kombinasi diantaranya. Untuk meningkatkan nilai tambah suatu produk, maka banyak produk-produk fisik yang ditawarkan ke pasar dikemas dan diberi label. Kewajiban memberikan label pada kemasan diperlukan, karena konsumen tidak dapat lagi memeriksa isi produk pada waktu membeli. Label juga dapat dipakai sebagai promosi oleh produsen. Produsen memproduksi mie instan dengan bermacam-macam merek. Pemberian merek merupakan bagian dari strategi pemasaran untuk melayani segmen yang berbeda-beda, disamping memproduksi mie instan dengan berbagai macam rasa. Hal lainnya, kemasan yang digunakan oleh produsen terdiri dari tiga bentuk bahan. Pertama adalah kemasan utama yang merupakan bungkus langsung suatu produk. Kemasan kedua (secondary package), yaitu bahan yang melindungi kemasan dan akan dibuang bila produk tersebut hendak digunakan. Ketiga, kemasan pengiriman (shipping package), yaitu kemasan yang
23
diperlukan untuk pengangkutan. Pada umumnya, produk mie instan menggunakan kemasan primer yang terbuat dari plastik, alumunium foil dan mangkok, serta kemasan pengiriman menggunakan karton (Harahap dalam Juniarti, 2001). 2.6.2. Strategi Harga Bauran harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga yang dibayarkan terhadap produk yang dibeli merupakan apresiasi konsumen terhadap kepuasan yang diperoleh dari pembelian tersebut. Oleh karena itu, harga harus sepadan dengan nilai yang ditawarkan, agar pembeli tidak berpaling memilih produk pesaingnya. Untuk itu sangat penting bagi perusahaan untuk mempelajari harga jual dan mutu dari pesaingnya, bagaimana tanggapan konsumen terhadap mutu dan harga produknya, serta sejauhmana reaksi permintaan konsumen terhadap perubahan harga. Menurut Kotler (2000), terdapat enam tahap prosedur yang perlu dilakukan dalam menetapkan harga produk, yaitu : (1) Memilih tujuan penetapan harga, (2) Menentukan permintaan, (3) Memperkirakan biaya, (4) Menganalisis harga, (5) Memilih metode penetapan harga dan (6) Memilih harga akhir. Meskipun faktor non harga menjadi semakin penting akhir-akhir ini, faktor harga masih merupakan elemen terpenting yang menentukan pangsa pasar dan keuntungan perusahaan. 2.6.3. Strategi Promosi Komunikasi pemasaran merupakan pusat untuk merancang perencanaa pemasaran yang bertujuan untuk mempengaruhi pembeli. Tanpa komunikasi pemasaran, pemasar tidak dapat menjual dan konsumen tidak dapat bertindak. Promosi terhadap konsumen membantu produsen untuk memperkenalkan produk dan meningkatkan penjualan perusahaan. Pada dasarnya konsumen memerlukan informasi mengenai kehadiran, ketersediaan, penampilan produk dan manfaat yang diperoleh oleh konsumen terhadap produk tersebut. Empat alat utama bauran komunikasi pemasaran (bauran promosi), yaitu iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan pribadi (Kotler, 2000).
24
Leutenborn seperti dikutip oleh Kotler (2000) menyarankan agar 4P penjual merupakan tanggapan terhadap 4C pembeli, yaitu : 1. Kebutuhan dan keinginan pembeli (customers needs and wants) untuk product 2. Biaya bagi pembeli (cost to the customers) untuk price 3. Kemudahan memperoleh (convenience) untuk place 4. Komunikasi (communication) untuk promotion. 2.6.4. Strategi Tempat atau Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan agar produk menjadi lebih mudah diperoleh atau selalu tersedia untuk pelanggan sasaran. Keputusan membeli suatu produk dipengaruhi oleh kemudahan memperolehnya. Konsumen akan cenderung mencari tempat yang tidak terlalu jauh dan memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat meningkatkan kenyamanan konsumen. Oleh karena itu pemilihan tempat oleh sebuah perusahaan akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan. Perantara membuat produk yang diproduksi oleh produsen sampai ke tangan konsumen pada saat, harga, tempat dan bentuk yang tepat. Pemilihan saluran distribusi yang tepat merupakan awal bagi terciptanya kesuksesan dalam pemasaran. Saluran distribusi akan memberikan manfaat tambahan bagi produk, yang dilihat dari segi tempat, waktu, informasi dan pelayanan. Saluran distribusi mie instan termasuk fleksibel, karena tidak mempunyai saluran distribusi khusus. Setelah dari pabrik, pihak distributor utama menyalurkan produk ke beberapa sub distributor yang selanjutnya disalurkan ke beberapa pihak seperti pedagang grosir, pedagang besar, pasar swalayan, pedagang eceran dan operasi kanvas. Kemudian sistem distribusi dilanjutkan ke pengecer dan akhirnya sampai ke konsumen. Struktur sistem distribusi mie instan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 8.
25
PABRIK
DISTRIBUTOR UTAMA
SUB DISTRIBUTOR
Pedagang Grosir
SUB DISTRIBUTOR
Pedagang Besar
Pasar Swalayan
SUB DISTRIBUTOR
Pedagang Eceran
Operasi Kanvas
PENGECER
KONSUMEN Gambar 8. Sistem distribusi Mie Instan di Indonesia (PT. Capricorn Indonesia Consultant dalam Hasibuan, 2003) 2.7. Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap produk mie instan diantaranya dilakukan oleh Juniarti (2001), dengan judul Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan dan Identifikasi Atribut Produk yang Diinginkan Konsumen (Studi Kasus Kotamadya
Bogor)
menjelaskan
bahwa
sebagian
besar
responden
mengkonsumsi mie instan sebagai makanan selingan, terutama sebagai sarapan pagi. Pertimbangan awal responden kelas menengah dan bawah dalam membeli adalah harga yang terjangkau, sedangkan responden kelas atas adalah rasa yang cocok. Faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli mie instan adalah rasa, harga, gaya hidup, kemudahan memperoleh produk dan merek. Pola konsumsi responden yang menginginkan kepraktisan dan kemudahan dalam penyajian mendorong responden membeli mie instan.
26
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi atribut produk yang diinginkan konsumen adalah Model Multiatribut Fishbein terhadap merek mie instan, yaitu Indomie, Sarimi, Gagamie dan Supermie. Atribut produk yang diidentifikasi adalah harga, rasa, tidak mengandung pengawet, volume, fungsi mie instan sebagai penghilang rasa lapar, merek dan ketersediaannya. Produsen perlu melakukan segmentasi pasar berdasarkan konsumen kelas atas, menengah dan bawah yang didasarkan pada harga jual yang dapat diterima oleh semua kalangan. Selain itu, produsen perlu membuat variasi rasa, inovasi kemasan dan memperhatikan harga produk. Hasil penelitian Hasibuan (2003), dengan judul Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan dan Implikasinya terhadap Strategi Pemasaran (Studi Kasus pada Konsumen Mahasiswa di Bogor) menyatakan bahwa berdasarkan hasil Analisis Faktor, enam peubah utama yang paling dipertimbangkan atau mempengaruhi keputusan pembelian mie instan pada konsumen mahasiswa di empat perguruan tinggi terbesar di Bogor, yaitu IPB, Universitas Pakuan, Universitas Ibnu Khaldun dan Akademi Kimia Analisis adalah kepraktisan, rasa, berat bersih per bungkus, merek, motivasi dan harga. Berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) dihasilkan enam Komponen Utama. Komponen Utama Pertama terdiri dari rasa dan berat bersih per bungkus, Komponen Utama Kedua terdiri dari kemudahan diperoleh, merek dan promosi penjualan. Komponen Utama Ketiga adalah motivasi membeli, pengaruh teman yang berkorelasi negatif dengan pengaruh keluarga. Komponen Utama Keempat adalah harga dan penerimaan per bulan, dan Komponen Utama Kelima adalah kepraktisan dan informasi nilai gizi yang berkorelasi negatif dengan situasi pembelian, sedangkan iklan dan kemasan merupakan peubah penyusun Komponen Utama Keenam. Rusmawati (2004) dengan penelitian berjudul Analisis Preferensi Konsumen terhadap Produk Tatarias Lipstik (Studi Kasus PT. Avon Indonesia Cabang Bogor) menjelaskan bahwa dari 104 responden, sebanyak 79 orang menyatakan bahwa manfaat kosmetika tatarias lipstik adalah mendukung penampilan dan akan merasa kurang bila tidak menggunakan lipstik. Sumber
27
informasi yang diperoleh konsumen sebagian besar dari teman atau keluarga, karena sistem penjualan lipstik Avon secara langsung (direct selling). Berdasarkan Analisa Multiatribut Fishbein, atribut yang dianggap penting oleh responden adalah mutu, tingkat kecocokan, warna, harga dan ketersediaan. Berdasarkan Analisis Biplot terhadap produk Avon yang dibandingkan dengan Revlon dan Oriflame, atribut yang perlu dipertahankan oleh Avon adalah atribut wangi, mutu dan keterkenalan merek. Hubungan antar atribut berkorelasi positif, artinya persepsi konsumen terhadap merek Avon yang populer dengan mutu yang baik dan memiliki kewangian yang sesuai dengan keinginan konsumen. Parinduri (2004) dengan penelitian berjudul Analisis Pengambilan Keputusan Konsumen dan Perceptual Mapping Mie Instan di Kota Bekasi (Kasus di Supermarket Hero, Matahari dan Giant). Penelitian ini menggunakan analisis tabulasi silang, uji khi kuadrat dan biplot. Terdapat hubungan antara pendapatan dengan mie instan yang paling sering dikonsumsi, pertimbangan utama sebelum membeli mie instan dan dalam memutuskan pembelian mie instan. Hal lainnya, tidak ditemui adanya hubungan antara pendapatan dengan manfaat yang dicari dari mie instan, sumber informasi mie instan dan loyalitas pada mie instan. Dengan semakin tinggi pendapatan, maka semakin leluasa dalam pemilihan produk yang diinginkannya. Dari hasil analisis biplot diketahui bahwa Mie Sedaap dan Indomie memperoleh persepsi yang relatif bagus dari konsumen. Sedangkan Supermi, ABC, dan Sarimi cenderung kurang memperoleh persepsi dari konsumen.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Lima tahun belakangan ini, pasar mie instan di Indonesia dikuasai oleh PT ISM yang memproduksi mie instan seperti merek Indomie, Supermi dan Sarimi, dengan produk andalannya adalah Indomie. Sebagai market leader, dominasi Indomie sangat kuat hingga menguasai + 78% pangsa pasar mie instan di Indonesia. Indomie adalah merek mie instan yang paling terkenal di Indonesia. Namun karena persaingan industri mie instan di Indonesia yang sangat ketat, maka pihak PT ISM harus waspada terhadap persaingan tersebut. Menyikapi kondisi ini, penting bagi pihak PT ISM mengetahui bagaimana perilaku aktual konsumennya, serta produk seperti apa yang disukai dan diinginkan konsumen. Permasalahan di atas dapat dijawab dengan mengadakan studi perilaku konsumen yang menganalisis proses keputusan pembelian Indomie yang dilakukan oleh konsumen mahasiswa S1 IPB Bogor yang menetap secara indekos atau tinggal di asrama, dimana mahasiswa tersebut sebagai salah satu populasi pangsa pasar yang potensial. Proses keputusan pembelian Indomie ini meliputi lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi elternatif, pembelian dan evaluasi setelah pembelian. Dalam mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian digunakan Analisis Faktor dan Analisis Gerombol. Untuk memenuhi karakteristik konsumen dan tahapan dalam proses keputusan pembelian dilakukan analisis deskriptif melalui tabulasi sederhana, dimana data yang diperoleh dari jawaban responden ditransformasikan ke dalam suatu bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan. Dasar pemikiran yang digunakan untuk meneliti persepsi konsumen adalah mengetahui bagaimana sikap konsumen terhadap suatu merek tertentu. Perbedaan penilaian persepsi konsumen ini menjadi penyebab perbedaan posisi antar merek mie instan. Dalam hal ini Indomie akan dibandingkan dengan Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi sebagai mie instan yang berada di
29
empat peringkat tertinggi di Top of Mind Brand Awareness, dengan menilai atribut-atribut harga, isi, aroma, tekstur, rasa, cita rasa, kemasan, ketersediaan dan merek terkenal. Alat analisis yang digunakan adalah analisis biplot. Hasil interpretasi biplot dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang menjadi keunggulan dan kekurangan, serta kedudukan relatif Indomie terhadap pesaingnya. Informasi yang diperoleh mengenai karakteristik konsumen, proses keputusan pembelian dan pemetaan kedudukan sangat menentukan suatu strategi pemasaran yang baik, agar produk Indomie dapat terus bertahan di posisi sebagai pemegang pangsa pasar mie instan di Indonesia. Kebijakan strategi pemasaran ini di khususkan untuk peningkatan strategi produk, strategi harga, strategi distribusi atau tempat dan strategi promosi. Bagan aliran kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 9.
30
Indomie Pemegang Pangsa Pasar Mie Instan Terbesar di Indonesia Tingkat Persaingan Pasar yang Tinggi (Market Challenger)
Studi Perilaku Konsumen
Karakteristik Konsumen
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Indomie
Proses Keputusan Pembelian
Analisis Persepsi Konsumen
Pemetaan Kedudukan Analisis Faktor Biplot
Analisis Deskriptif
Analisis Gerombol
Strategi Pemasaran
Produk
Harga
Distribusi
Promosi
Gambar 9. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di IPB yang meliputi wilayah Darmaga dan Baranangsiang sejak bulan Januari-Maret 2006. Lokasi penelitian meliputi delapan fakultas dan asrama TPB yang terdapat di dua kampus dikarenakan mahasiswa IPB merupakan salah satu konsumen potensial untuk pemasaran produk mie instan, khususnya Indomie, mengingat banyaknya mahasiswa
31
pendatang yang menetap secara indekos atau asrama di Darmaga dan Baranangsiang.
3.3. Pengumpulan Data Populasi dari penelitian ini adalah seluruh mahasiswa strata satu IPB. Terdapat sembilan fakultas dan Tingkat Persiapan Bersama. Kesembilan fakultas tersebut adalah Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Peternakan, Fakultas Kehutanan, Fakultas Teknologi Pertanian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan Fakultas Ekologi Manusia. Satu bagian tersendiri adalah Tingkat Persiapan Bersama. Namun pada saat waktu yang direncanakan untuk penelitian, Fakultas Ekologi Manusia masih baru berdiri dan belum terdapat Mahasiswa tetapnya, maka dalam penelitian ini Fakultas Ekologi Manusia tidak termasuk dalam contoh, sehingga total yang digunakan dalam penelitian ini sembilan lokasi, dimana delapan diantaranya adalah Fakultas yang sudah aktif dan terdapat mahasiswa tetapnya dan lainnya Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama. Tabel 2. Rekapitulasi jumlah Mahasiswa IPB Program Sarjana aktif pada tahun akademik 2005/2006 - Januari 2006 NO KODE FAKULTAS JUMLAH MAHASISWA 1 P TPB 2.801 2 A Pertanian 2.298 3 B Kedokteran Hewan 484 4 C Perikanan dan I. Kelautan 1.335 5 D Peternakan 898 6 E Kehutanan 943 7 F Teknologi Pertanian 1.136 8 G Matematika dan IPA 1.564 9 H Ekonomi dan Manajemen 712 JUMLAH 12.171 Sumber : Sub. Dit. Registrasi & Statistik DAJMP-IPB, 20061
Penentuan jumlah contoh yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Slovin : 1
DAJMP-IPB adalah Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (Bogor, 2 Januari 2006).
32
n=
N ........................................................................... (1) 1 + Ne 2
Keterangan : n = Jumlah contoh yang diambil N = Jumlah populasi e
= Taraf nyata
Dengan rumus Slovin diperoleh jumlah contoh yang digunakan pada penelitian ini, yaitu :
n=
12.171 12.171 12.171 = = = 99,18 ≈ 100 2 1 + 12.171X 0.1 1 + 121,71 122,71
Maka jumlah contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode Judgement Sampling yaitu metode pengambilan contoh sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti). Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa indekos dan mahasiswa yang tinggal di asrama yang terpilih dalam wilayah penelitian yang mengkonsumsi Indomie dan bersedia mengisi kuesioner (Lampiran 2), serta menggunakan metode Kuota tiap Fakultas, yaitu pembagian sesuai dengan proporsinya (Tabel 3). Tabel 3. Jumlah contoh tiap Fakultas dengan metode kuota JUMLAH JUMLAH PROPORSI NO KODE CONTOH MAHASISWA 1 P 2.801 0,23 23 2 A 2.298 0,19 19 3 B 484 0,04 4 4 C 1.335 0,11 11 5 D 898 0,07 7 6 E 943 0,08 8 7 F 1.136 0,09 9 8 G 1.564 0,13 13 9 H 712 0,06 6 JUMLAH 12.171 1,00 100 Sumber : Sub. Dit. Registrasi & Statistik DAJMP-IPB diolah, 20062 2
DAJMP-IPB adalah Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu Pendidikan (Bogor, 2 Januari 2006).
33
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner (Lampiran 2), yang dilakukan dengan mewawancarai secara langsung responden. Tujuan dari wawancara langsung dan tatap muka adalah untuk menggali lebih mendalam berbagai informasi dari konsumen mengenai pola konsumsi Indomie. Data sekunder akan diperoleh dari studi literatur yang berhubungan dengan topik penelitian, seperti buku-buku, artikel dari majalah maupun internet. Disamping itu data dari lembaga-lembaga lain yang menunjukkan topik penelitian sebagai sumber data sekunder.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis dengan software SPSS 11.5 dan program Excel untuk Analisis Faktor, Ananlisis Gerombol, Analisis Biplot dan untuk uji validitas dan reliabilitas. Sedangkan, tabulasi deskriptif diolah menggunakan program Excel. 3.4.1. Tabulasi Deskriptif
Data tentang karakteristik responden dan proses keputusan pembelian produk Indomie yang mencakup pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan perilaku pascapembelian dibuat ke dalam suatu tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama, lalu dipersentasekan menurut jumlah responden. Persentase yang terbesar merupakan faktor yang dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. 3.4.2. Analisis Faktor
Analisis faktor adalah suatu cabang dari analisis peubah ganda yang memperhatikan hubungan internal dari sebuah himpunan peubahpeubah (Sartono, 2003). Proses
analisis
faktor
mencoba
menemukan
hubungan
(interrelationship) antar sejumlah peubah yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan peubah yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal. Sebagai contoh, jika
34
ada 10 peubah yang independen satu dengan yang lain, maka analisis faktor dapat meringkas atas 3 kumpulan peubah baru (new set of variables). Kumpulan peubah disebut faktor, dimana faktor tersebut tetap mencerminkan peubah-peubah aslinya (Santoso, 2003). Tujuan analisis faktor adalah : 1. Data Summarization, yaitu mengidentifikasi adanya hubungan antar peubah dengan melakukan uji korelasi. 2. Data Reduction, yaitu setelah melakukan korelasi, dengan proses membuat kumpulan peubah baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah peubah tertentu. Prinsip utama Analisis Faktor adalah korelasi, sedangkan asumsiasumsi yang terkait dengan korelasi Analisis Faktor, adalah : 1. Besar korelasi atau korelasi antar peubah independen harus cukup kuat, misal di atas 0,5. 2. Besar
korelasi
parsial,
korelasi
antar
dua
peubah
dengan
menganggap tetap peubah yang lain, justru harus kecil. Pada SPSS, deteksi terhadap korelasi parsial diberikan lewat pilihan anti-image correlation. 3. Pengujian seluruh matrik korelasi (korelasi antar peubah), yang diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau Measure Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi nyata di antara paling sedikit beberapa peubah. 4. Pada beberapa kasus, asumsi normalitas dari peubah atau faktor yang terjadi sebaiknya dipenuhi. Dalam
penelitian
ini
data
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian Indomie dianalisis melalui Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis. Data yang digunakan merupakan data primer dari pengisian kuesioner mahasiswa S1 IPB. Untuk keperluan perhitungan, digunakan bantuan software SPSS 11.5. Data yang akan dianalisis ini terdiri dari tujuh belas peubah, yang telah ditentukan sebelumnya, karena peubah tersebut diduga dapat
35
mempengaruhi proses keputusan pembelian Indomie yang akan dilakukan konsumen. Peubah-peubah tersebut terdiri dari : (X1) Rasa, (X2) Harga, (X3) Kepraktisan/ cepat saji, (X4) Kemudahan memperoleh produk, (X5) Merek terkenal, (X6) Motivasi membeli, (X7) Pengaruh iklan, (X8) Promosi penjualan, (X9) Pendapatan, (X10) Jenis Mie Instan, (X11) Pengaruh keluarga, (X12) Ukuran berat, (X13) Pengaruh teman, (X14) Kemasan, (X15) Masa kadaluarsa, (X16) Kandungan gizi dan (X17) Label halal. Masing-masing peubah terdiri dari lima tingkat kepentingan, yaitu sangat penting, penting, biasa, tidak penting dan sangat tidak penting. Kelima penilaian tersebut diberi skor sebagai berikut : 1. Jawaban sangat penting diberi skor 5 2. Jawaban penting diberi skor 4 3. Jawaban biasa diberi skor 3 4. Jawaban tidak penting diberi skor 2 5. Jawaban sangat tidak penting diberi skor 1 Proses dasar dari Analisis Faktor adalah : 1. Menentukan peubah apa saja yang akan dianalisis. 2. Menguji
peubah-peubah
yang
telah
ditentukan,
dengan
menggunakan metode Bartlett Test of Sphericity dan pengukuran Measure of Sampling Adequacy (MSA). 3. Melakukan proses inti pada analisis faktor, yaitu factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari peubah-peubah yang telah lolos pada uji peubah sebelumnya. 4. Melakukan proses Factor Rotation atau rotasi terhadap faktor yang telah terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas peubah yang masuk ke dalam faktor tertentu. Beberapa metode rotasi : a. Orthogonal Rotation, yaitu memutar sumbu 900 dengan proses rotasi metode orthogonal, baik Quartimax, Varimax dan Equimax. b. Oblique Rotation, yaitu memutar sumbu ke kanan, namun tidak harus 900 dengan proses rotasi metode oblique, baik Oblimin, Promax, Orthoblique dan lainnya.
36
5. Interpretasi atas faktor yang telah terbentuk, khususnya memberi nama atas faktor yang terbentuk tersebut, yang dianggap bisa mewakili peubah-peubah anggota tersebut. 6. Validasi hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah sahih. Validasi dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Membagi contoh awal menjadi dua bagian, lalu membandingkan hasil faktor contoh satu dengan contoh dua. Jika hasil tidak banyak perbedaan, dikatakan faktor yang terbentuk telah sahih. b. Dengan melakukan metode Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan cara Structural Equation Modelling. Terdapat dua hasil utama dari analisis faktor ini. Pertama, nilai communality suatu peubah, yaitu jumlah keragaman peubah tersebut yang dijelaskan oleh faktor-faktor utama yang dipilih. Semakin tinggi nilai communality, maka peubah tersebut semakin berpengaruh dalam proses keputusan pembelian. Hasil kedua adalah ekstraksi peubah ke dalam komponen utama. Untuk menentukan jumlah komponen utama, maka dipilih komponen utama dengan nilai eigenvalue di atas 1,00. Nilai ini menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh peubah yang dianalisis. Pengelompokan sebuah peubah ke dalam komponen utama berdasarkan pada nilai loading terbesar dari peubah tersebut. 3.4.3. Analisis Gerombol
Tujuan
utama
Analisis
Gerombol
(Cluster)
adalah
mengelompokkan obyek-obyek berdasarkan kesamaan karakteristik di antara obyek-obyek tersebut. Obyek bisa berupa produk (barang dan jasa), benda (tumbuhan atau lainnya) dan orang (responden, konsumen atau yang lain). Obyek tersebut akan diklasifikasikan ke dalam satu atau lebih gerombol (kelompok), sehingga obyek yang berada dalam satu kelompok akan mempunyai kemiripan satu dengan yang lain (Santoso, 2003).
37
Proses dasar analisis gerombol adalah mengukur kesamaan antar obyek
(similarity).
Sesuai
prinsip
dasar
gerombol
yang
mengelompokkan obyek yang mempunyai kemiripan, maka proses pertama adalah mengukur seberapa jauh ada kesamaan antar obyek. Pengelompokkan data yang
dilakukan adalah dengan metode
Hirarchical Method. Metode ini memulai pengelompokan dengan dua atau lebih obyek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian proses diteruskan ke obyek lain yang mempunyai kedekatan kedua. Demikian seterusnya sehingga gerombol akan membentuk semacam ‘pohon’ dimana ada hierarki (tingkatan) yang jelas antar obyek, dari yang paling mirip sampai paling tidak mirip. Dendogram biasanya digunakan untuk membantu memperjelas proses hierarki tersebut. Pengelompokan secara hierarki biasanya digunakan untuk jumlah contoh (data) yang relatif sedikit yaitu di bawah 200 contoh (Simamora, 2004). 3.4.4. Analisis Biplot
Analisis Biplot adalah alat analisis statistika yang dapat meringkas informasi dari suatu matriks data besar suatu obyek yang diteliti. Analisis biplot bertujuan melihat posisi suatu merek produk mie instan dengan merek yang lain. Posisi tersebut diperagakan dalam grafik matriks berpangkat dua atau lebih. Merek mie instan yang menjadi pembanding dalam penelitian ini adalah Indomie yang dibandingkan dengan Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi dengan atribut-atribut harga, isi, aroma, tekstur, rasa, cita rasa, kemasan, ketersediaan dan merek terkenal. Penggunaan metode ini dapat mengatasi kesulitan dalam mengamati sejumlah tabel yang rumit menjadi plot visual yang mudah dilihat dan sekaligus diinterpretasikan melalui visualisasi dari segugus obyek, serta diubah dalam grafik bidang datar secara simultan. Selain itu, akan diperoleh gambaran posisi relatif obyek terhadap peubah, bila dilihat dari penciri masing-masing obyek. Gambar dari dimensi hasil analisis Biplot dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
38
1. Panjang vektor peubah sebanding dengan keragaman peubah tersebut, semakin panjang vektor suatu peubah, maka keragaman peubah tersebut semakin tinggi. 2. Nilai kosinus sudut antara dua vektor peubah menggambarkan korelasi kedua peubah, semakin sempit sudut yang dibuat antara dua peubah, maka semakin positif tinggi korelasinya. Jika sudut tegak lurus, maka korelasi keduanya rendah dan jika sudutnya tumpul (berlawanan arah), maka korelasinya negatif. 3. Posisi
obyek
yang
searah
dengan
suatu
vektor
peubah
diinterpretasikan sebagai besarnya nilai peubah untuk obyek yang searah dengannya. Semakin dekat letak obyek dengan arah yang ditunjukkan oleh suatu peubah, maka semakin tinggi peubah tersebut untuk obyek itu dan jika arahnya berlawanan, maka nilainya rendah. 4. Kedekatan letak atau posisi dua arah obyek diinterpretasikan sebagai kemiripan sifat dua obyek tersebut. Semakin dekat letak dua obyek yang diperagakan, maka sifat yang ditunjukkan oleh nilai-nilai peubahnya semakin mirip. 3.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Secara umum, validitas dapat diartikan sebagai suatu alat ukur yang dapat mengukur apa yang hendak diukur (Husein dalam Novriadi, 2004). Dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas terhadap item pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian dan pemetaan persepsi dengan menggunakan analisis biplot. Sebuah item pertanyaan dapat dikatakan sahih, jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total (jumlah keseluruhan item). Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas tinggi, jika terdapat skor kesejajaran (korelasi tinggi) yang terdapat skor total item. Data yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian Indomie tersebut merupakan data ordinal, maka digunakan skala Likert yang mempunyai urutan tingkat kepentingan berikut : (a) sangat tidak penting
39
diberi skor 1, (b) tidak penting diberi skor 2, (c) biasa diberi skor 3, (d) penting diberi skor 4, dan (e) sangat penting diberi skor 5. Oleh karena data tersebut ordinal, maka untuk menguji validitas data ini menggunakan metode Product Moment Pearson dengan bantuan software SPSS 11.5. Uji validitas dilanjutkan dengan uji reliabilitas, setelah alat ukur tersebut dinyatakan sahih. Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Husein dalam Novriadi, 2004). Metode yang digunakan untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini adalah teknik Cronbach α (Alpha), yaitu teknik mencari reliabilitas yang berbentuk skala 1-3, 1-5 atau 1-7. Uji reliabilitas ini masih dapat diuji dengan menggunakan bantuan software SPSS 11.5.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan PT ISM pada mulanya bernama PT Pangan Jaya Intikusuma yang didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri makanan. Empat tahun kemudian, perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT ISM berdasarkan akta pendirian No. 51/ 5 Februari 1994 dan pada tahun tersebut sekaligus terjadi peningkatan modal perusahaan. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terdiri dari produksi mie, penggilingan tepung, kemasan, jasa manajemen serta penelitian dan pengembangan. Pada tanggal 12 Februari 1994, perusahaan melakukan penggabungan usaha (merger) dengan 18 perusahaan lain yang bergerak dalam bidang industri makanan. Perusahaan-perusahaan yang melakukan merger tersebut selanjutnya dibagi menjadi beberapa divisi di PT ISM. Divisi-divisi tersebut antara lain Divisi Noodle, Divisi Packaging, Divisi Snack, Divisi Baby Food, Divisi Food Ingredient, Divisi Pastry, Divisi Beverage dan Divisi Distribusi. Pada tanggal 7 Maret 1994, PT ISM mendapat persetujuan dari pemerintah RI untuk mengubah statusnya dari perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA). Pada tahun yang sama, perusahaan juga melakukan go public untuk meningkatkan usahanya sehingga dikenal dengan nama PT ISM Tbk. Sejarah perkembangan PT ISM dapat dilihat pada Tabel 4.
41
Tabel 4. Sejarah perkembangan PT ISM Tbk TAHUN SEJARAH Didirikan pada tahun 1990 dengan nama PT Pangan Jaya 1990 Intikusuma (PJIK). • PT ISM PJIK bergabung dengan 18 perusahaan lainnya di Indofood group dan berubah menjadi PT ISM. 1994 • Menerbitkan 763 juta saham di Jakarta dan Surabaya dengan nilai tukar Rp 1.000 per sahamnya. Akuisisi perusahaan Bogasari lengkap dengan aset dan 1995 kemampuannya. Saham dibagi menjadi dua, dengan nilai masing-masing Rp 1000 1996 dan Rp 500 per sahamnya. • Akuisisi 80% kepemilikan setara atas pabrik pengolahan minyak kelapa, minyak goreng dan perusahaan-perusahaan distribusi. 1997 • Meluncurkan penerbitan hak dengan total saham 305.200.000: satu saham untuk setiap pembukaan lima saham. 40% dari saham diraih oleh First Pacific Co LTd (FP) 1999 Hongkong melalui wadah CAB LTD. • Meluncurkan obligasi dalam rupiah dengan jangka lima tahun untuk pertama kalinya. • Terjadi perjanjian antara dua komisioner independen. • Saham dibagi dari angka satu sampai lima, nilai tukarnya 2000 bervariasi dari Rp 500 sampai Rp 100 per saham. • Awal dari perdagangan tanpa adanya uang kertas darurat. • Saham tambahan senilai 8% diraih oleh FP Hong Kong, menyebabkan nilai total pembukaan saham mencapai 48%. Persetujuan pemegang saham untuk pengembalian atas 2001 pembelian saham (maks 10%) dan Employee Stock Ownership Plans (ESOP) (maks 5%). • Meluncurkan obligasi jangka lima tahun dalam dolar amerika senilai US$ 280. • Persetujuan atas dua komisioner independen tambahan. 2002 • Pada tahun ini, perusahaan melengkapi pengembalian atas pembelian saham senilai 10%. • Langkah pertama ESOP senilai 2.5%. Meluncurkan obligasi jangka lima tahun yang kedua sebesar 1.5 2003 miliar rupiah. Saat ini, perusahaan terutama bergerak di bidang pembuatan mie dan penggilingan tepung terigu. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Gedung Ariobimo Sentral, Lantai 12, Jl. H.R. Rasuna Said X-2 Kav.
42
5 Kuningan, Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. 4.1.2. Dewan Komisaris dan Direksi , dan Karyawan Anggota dewan komisaris dan direksi perusahaan adalah sebagai berikut : a. Dewan Komisaris, terdiri dari Komisaris Utama, 5 orang Komisaris dan 4 orang Komisaris (Independen). b. Dewan Direksi, terdiri dari Direktur Utama, 3 orang Wakil Direktur Utama dan 6 orang Direktur. Pada tanggal 31 Desember 2004, perusahaan dan anak perusahaan memiliki 48.383 karyawan tetap.
4.2. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Wilayah penelitian terdiri dari dua kampus yang terdapat di Institut Pertanian Bogor (IPB). Daerah itu meliputi kampus IPB Darmaga dan Baranangsiang. Kampus IPB Darmaga terletak di desa Babakan, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Terdapat delapan Fakultas, yaitu Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) dimana terdapat lima Departemen dari FMIPA di kampus IPB Darmaga, yaitu Departemen Fisika, Departemen Matematika, Departemen Statistik, Departemen Meteorologi dan Geofisika, dan Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Dan di kampus IPB Darmaga ini juga terdapat satu asrama khusus untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB), dimana lokasi asrama terbagi menjadi dua yaitu asrama putri yang berada dekat dengan Gymnasium IPB, sedangkan asrama putra terletak berdekatan dengan SMU Kornita. Asrama putri berkapasitas 1644 orang dan asrama putra berkapasitas 1.356 orang yang masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi, mushola, ruang pertemuan, kantin, wartel, dan tempat parkir yang luas. Kampus IPB Darmaga ini lebih kurang memiliki area seluas 225 hektar.
43
Kampus IPB Baranangsing terletak di Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Bogor tengah, Kotamadya Bogor.Kampus yang berada di tengah kota Bogor ini hanya terdiri dari satu Fakultas, yaitu Fakultas Matematika dan IPA, dan di kampus FMIPA Baranangsiang ini hanya terdapat dua Departemen, yaitu Departemen Biologi dan Departemen Kimia. Kampus ini merupakan kampus tertua di IPB dan bangunannya masih memiliki ciri khas arsitektur Belanda. Di kedua lingkungan kampus ini (Darmaga dan Baranangsiang) tersedia beberapa fasilitas, seperti perpustakaan, laboratorium, tempat ibadah, sarana olah raga, asrama mahasiswa, kafetaria/ kantin mahasiswa, gedung serbaguna, layanan kesehatan (poliklinik), cyber mahasiswa dan rumah sakit hewan.
4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kuesioner yang disebarkan dalam penelitian ini diuji dengan uji validitas dan reliabilitas. Validitas kuesioner dilihat dari nilai korelasi (r) antara skor total dengan skor masing-masing butir pertanyaan. Pengujian kuesioner dilakukan dengan mengambil 31 orang responden (n=31) dari mahasiswa IPB yang tinggal secara indekos yang diambil dengan acak, dan menggunakan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Berdasarkan uji validitas dengan metode Product Moment Pearson dengan program SPSS versi 11.5, diperoleh hasil korelasi setiap pernyataan untuk masing-masing peubah pada analisis faktor dan masing-masing atribut pada analisis biplot untuk produk Indomie, Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi. Dari hasil uji validitas yang diperoleh pada analisis faktor, terdapat tiga peubah (Lampiran 3) yang tidak sahih, karena memiliki r-hasil lebih kecil dari r-tabel (0,355) yaitu peubah rasa (0,301), harga (0,323) dan motivasi membeli (0,304). Pada analisis biplot, terdapat atribut yang tidak sahih, yaitu dua atribut dari Indomie seperti harga (0,114) dan isi (-0,117), dua atribut dari Mie Sedaap yaitu isi (0,326) dan kemasan (0,295), satu atribut dari Supermi yaitu harga (0,269), dan satu artibut dari Sarimi yaitu harga (0,236). Kemudian dari kuesioner tersebut dilihat apakah peubah tersebut penting atau tidak, ternyata
44
semua peubah tersebut dianggap penting, maka tidak ada yang direduksi. Untuk peubah rasa dan harga pada analisis faktor, serta atribut harga, isi dan kemasan pada analisis biplot dianggap penting, maka peubah dan atribut ini direvisi untuk kuesioner berikutnya. Pada kuesioner pra pengujian ditambahkan pertanyaan tentang perlu atau tidaknya penambahan peubah lain untuk analisis faktor selain yang telah tercantum dalam tabel peubah. Dalam hal ini, hampir sebagian besar responden menambahkan peubah masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal, sehingga peubah ini dimasukkan dalam kuesioner berikutnya. Sebagai bukti, setelah dilakukan pengujian terhadap 100 responden, didapatkan kenaikan validitas, maka dinyatakan semua pernyataan, baik analisis faktor maupun analisis biplot signifikansi pada alpha 0,05 (Lampiran 14, 15, 16, 17 dan 18). Seluruh nilai korelasi atau r-hasil setiap pernyataan lebih besar dari nilai r-tabel (0,195), artinya semua pernyataan dianggap sahih. Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik, apabila alat ukur atau instrumen tersebut selalu memberikan hasil yang sama, meskipun digunakan berkali-kali baik oleh peneliti yang sama maupun berbeda (Sudarmanto, 2005). Uji reliabilitas pada 31 kuesioner menunjukkan nilai alpha untuk analisis faktor (0,9161), analisis biplot Indomie (0,8114), analisis biplot Mie Sedaap (0,7854), analisis biplot Supermi (0,8118), analisis biplot Sarimi (0,8291), sehingga semua analisis dinyatakan reliabel.
4.4. Karakteristik Umum Konsumen Indomie Berdasarkan 100 kuesioner yang telah terkumpul, didapatkan sejumlah karakteristik konsumen Indomie (Tabel 5). Karakteristik konsumen Indomie tersebut dapat dibedakan berdasarkan jenis kelamin, asal fakultas, usia, semester (tingkat perkuliahan di IPB), dan sumber pendapatan. Pemilihan konsumen Indomie dilakukan pada mahasiswa S1 IPB yang mengkonsumsi Indomie. Dalam penelitian ini konsumen Indomie yang berjenis kelamin laki-laki cukup mendominasi (53%), dan perempuan berjumlah 47%. Golongan usia terbesar konsumen Indomie dari mahasiswa S1
45
IPB adalah berusia 19 tahun, yaitu 30% dari total konsumen, dan paling sedikit adalah konsumen yang berusia 17 tahun, yaitu sebanyak 2%. Dalam penelitian ini mahasiswa yang menjadi konsumen Indomie berasal dari berbagai tingkat perkuliahan/semester. Jumlah konsumen tingkat perkuliahan paling banyak adalah mahasiswa semester 8 sebanyak 27% dan paling sedikit mahasiswa semester 10 sebanyak 4%. Maka dapat dikatakan bahwa mayoritas dalam penelitian ini berasal dari mahasiswa semester 8. Dilihat dari status konsumen Indomie yang masih merupakan mahasiswa, maka pada umumnya biaya hidupnya masih menjadi tanggungan orang tua. Sebagian besar konsumen Indomie, yaitu 93% dibiayai orang tua. Sedangkan 6% konsumen Indomie menyatakan bahwa sumber pendapatan mereka berasal dari beasiswa/ bantuan lainnya. Tabel 5. Karakteristik umum konsumen Indomie. Responden Mahasiswa S1 IPB No Karakteristik Contoh Jumlah (orang) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-Laki 53 53 1 Perempuan 47 47 Jumlah 100 100 Usia 30 30 19 tahun 25 25 20 tahun 24 24 21 tahun 2 13 13 22 tahun 6 6 18 tahun 2 2 17 tahun Jumlah 100 100 Semester 23 27 8 23 23 2 23 23 4 3 27 23 6 4 4 10 Jumlah 100 100 Sumber Pendapatan 93 93 Orang Tua 6 6 Beasiswa/ bantuan lainnya 4 1 1 Pendapatan Sendiri Jumlah 100 100
46
4.5. Proses Keputusan Pembelian Indomie Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli tidak muncul begitu saja, tetapi melalui beberapa tahap tertentu. Berdasarkan Kotler (2000) terdapat lima tahapan proses keputusan pembelian konsumen, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, proses pembelian, dan perilaku pascapembelian. Oleh karena itu, perilaku konsumen dalam membeli Indomie pasti melalui tahapan proses keputusan pembelian tersebut. 4.5.1. Pengenalan Kebutuhan Proses keputusan pembelian Indomie dimulai saat konsumen mengenali sebuah masalah atau kebutuhan akan produk tersebut. Kesadaran akan kebutuhan yang harus dipenuhi tersebut membuat konsumen berusaha untuk mencari produk yang dapat mengatasi masalah yang mereka rasakan. Hal ini tentu akan memberi keuntungan bagi pihak produsen Indomie yaitu PT ISM Tbk, karena dapat mendeteksi kapan konsumen mengenali suatu kebutuhan dan mampu menawarkan alternatif solusi yang realistis. Tabel 6. Motivasi pembelian Indomie oleh mahasiswa IPB Jumlah Persentase Motivasi/Alasan Pembelian Responden (%) (orang) 57 57 Praktis/ kecepatan penyajian 18 18 Sedang lapar 9 9 Ingin mencoba 7 7 Rasa yang khas 3 3 Harganya terjangkau 3 3 Pengaruh keluarga 3 3 Lainnya (berhemat, suka mie) 100 100 Jumlah Kebutuhan
akan
Indomie
dimulai
dari
mendeteksi
motivasi/alasan konsumen melakukan pembelian Indomie, manfaat yang dicari dari pembelian tersebut, tingkat keterlibatan konsumen terhadap pembelian Indomie, dan waktu mengkonsumsi Indomie. Tabel 6 menunjukkan bahwa motivasi atau alasan utama yang mendasari konsumen dalam pembelian Indomie karena kepraktisan/kecepatan
47
penyajian sebanyak 57%. Hal ini sesuai dengan produk Indomie yang dalam
penyajiannya
sangat
praktis
dan
kemudahan
dalam
mengkonsumsi. Selain itu Indomie dapat dikonsumsi setiap saat, dimana konsumen tidak mempunyai cukup waktu sehingga membutuhkan sesuatu yang cepat saji. Motivasi terkecil (3%) adalah harga yang terjangkau, pengaruh keluarga, dan lainnya (berhemat, suka mie). Motivasi harga per kemasan yang relatif murah secara tidak langsung merupakan suatu tindakan alternatif konsumen untuk menekan pengeluaran kebutuhan makan (alasan keuangan). Adanya konsumen yang termotivasi karena pengaruh keluarga dapat dimaklumi karena biasanya anggota keluarga dapat saling melihat hasilnya dari pengalaman mereka dan biasanya komunikasi antar keluarga lebih sering dibandingkan dengan yang lain. Alasan berhemat dan pada dasarnya konsumen memang menyukai mie instan juga menjadi penyebab konsumen melakukan pembelian Indomie. Tabel 7. Manfaat pembelian Indomie oleh mahasiswa IPB Jumlah Manfaat Pembelian Responden (orang) Sebagai makanan selingan 45 Sebagai makanan pengganti nasi 36 Sebagai makanan cadangan ketika begadang 14 Sebagai sarapan pagi 5 Jumlah
100
Persentase (%) 45 36 14 5 100
Pada Tabel 7 dapat dilihat data mengenai manfaat yang dicari oleh konsumen dalam pembelian Indomie. Manfaat yang paling mendominasi dari pembelian tersebut adalah sebagai makanan selingan dengan jumlah persentase 45%. Konsumen beranggapan bahwa Indomie merupakan makanan yang dapat dikonsumsi sewaktu-waktu dan hanya sebagai pengganjal perut. Selain itu manfaat paling sedikit yang dirasakan oleh konsumen Indomie adalah sebagai sarapan pagi (5%). Hal ini dapat disebabkan adanya faktor kebiasaan dari konsumen.
48
Tabel 8. Tingkat keterlibatan konsumen Tingkat Keterlibatan Biasa Merasa ada yang kurang Merasa sangat kehilangan Jumlah
Jumlah Responden (orang) 96 3 1 100
Persentase (%) 96 3 1 100
Pada Tabel 8 dapat dilihat tingkat keterlibatan konsumen terhadap pembelian Indomie. Sebagian besar konsumen (96%) biasa saja jika tidak mengkonsumsi Indomie. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen tidak terlalu loyal terhadap Indomie, buktinya merasa biasa tidak mengkonsumsi Indomie. Tabel 9. Waktu mengkonsumsi Indomie Waktu Mengkonsumsi Lainnya (tidak tentu) Malam hari Pagi hari Siang hari Setelah beraktivitas Jumlah
Jumlah Responden (orang) 53 26 13 6 2 100
Persentase (%) 53 26 13 6 2 100
Tabel 9 menjelaskan data mengenai waktu mengkonsumsi Indomie. Sebanyak 53% dari konsumen menyatakan bahwa waktu mengkonsumsi Indomie tidak tentu, tergantung kapan saja konsumen menginginkannya, serta 2% dari konsumen menjelaskan bahwa mengkonsumsi Indomie setelah beraktivitas, seperti setelah pulang kuliah, selesai berolah raga dan sebagainya. 4.5.2. Pencarian Informasi Tahapan setelah pengenalan kebutuhan adalah pencarian informasi. Pencarian didefinisikan sebagai kegiatan termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan (pencarian internal) dan pengumpulan informasi dari lingkungan (pencarian eksternal). Informasi tersebut diperoleh dari berbagai sumber dengan rincian disajikan pada Tabel 10.
49
Tabel 10. Sumber informasi konsumen Indomie mahasiswa IPB Jumlah Persentase Sumber Informasi Responden (%) (orang) 75 75 Televisi 20 20 Keluarga 3 3 Teman 2 2 Penjual 100 100 Jumlah Berdasarkan hasil kuesioner yang ditampilkan pada Tabel 10, dapat dilihat bahwa informasi diperoleh dari berbagai sumber. Umumnya, sebagian besar konsumen menyatakan bahwa informasi tentang Indomie diperoleh dari televisi, dengan jumlah 75%. Televisi sebagai media elektronik memiliki jangkauan luas yang memberikan informasi kepada konsumen. Melalui televisi, konsumen dapat menerima informasi lebih jelas, karena adanya visualisasi yang diberikan. Konsumen yang menganggap pihak penjual sebagai sumber informasi adalah sebanyak 2%. Tabel 11. Media yang paling pembelian Indomie
mempengaruhi
konsumen
Jumlah Responden (orang) 66 19 12 3 100
Media Televisi Keluarga Teman Penjual Jumlah
dalam
Persentase (%) 66 19 12 3 100
Dari sekian banyak sumber informasi tersebut, maka media yang paling mempengaruhi konsumen untuk membeli Indomie adalah televisi (66%).
Televisi
merupakan
media
audio
visual
yang
dapat
menyampaikan informasi atau pesan yang dapat menarik perhatian pemirsanya. Melalui televisi, pesan atau informasi tentang Indomie dalam sebuah iklan dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian yang akan dilakukan oleh konsumen. Namun, ada pula konsumen yang dipengaruhi oleh penjual (3%). Penjual biasanya berpengaruh dalam
50
memberikan informasi tentang produk Indomie pada saat konsumen berada di tempat penjualan. Tabel 12. Pengaruh iklan bagi konsumen dalam pembelian Indomie Jumlah Persentase Sikap Responden (%) (orang) Membuat Anda tertarik untuk mencoba/ membeli Tidak berpengaruh
69
69
31
31
Jumlah
100
100
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa pengaruh iklan secara dominan
adalah
membuat
konsumen
menjadi
tertarik
untuk
mencoba/membeli (69%). Hal ini berarti bahwa dengan adanya iklan, maka akan sangat berpengaruh sekali dalam proses keputusan pembelian konsumen. Tabel 13. Fokus perhatian konsumen terhadap informasi Jumlah Fokus Perhatian Responden (orang) 86 Rasa dan variasinya 7 Kandungan gizi 5 Harga 1 Kemasan 1 Lainnya (tidak ada) Jumlah
100
Persentase (%) 86 7 5 1 1 100
Fokus perhatian konsumen pada tahap pencarian informasi ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Indomie, seperti keterangan mengenai harga, rasa dan variasinya, kemasan, kandungan gizi dan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 13, keterangan mengenai rasa dan variasinya menjadi fokus perhatian utama (86%). Bagi konsumen, rasa ini sangat menentukan apakah Indomie tersebut sesuai dengan selera konsumen. 4.5.3. Evaluasi Alternatif Tahapan selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah evaluasi alternatif. Pada tahap ini konsumen menetapkan kriteria-kriteria
51
yang relevan dengan keinginannya untuk membuat suatu keputusan yang dirasakan paling bermanfaat dalam memecahkan masalahnya. Kriteria ini dapat dijadikan pertimbangan awal konsumen dalam membeli Indomie (Tabel 14). Tabel 14. Pertimbangan awal pembelian Indomie Jumlah Pertimbangan Awal Responden (orang) 64 Rasa dan variasinya 21 Harga 6 Ukuran berat/ volume 6 Praktis dalam penggunaan 2 Lainnya (masa kadaluarsa) 1 Kemasan Jumlah
100
Persentase (%) 64 21 6 6 2 1 100
Faktor rasa dan variasinya merupakan hal utama yang dipertimbangkan oleh sebagian besar konsumen dalam memilih Indomie (64%), karena menganggap rasa dan variasinya sangat menentukan selera konsumen. Rasa dapat menambah selera makan dan merasa nikmat dalam menyantap Indomie. Selain itu, sebanyak 1% dari konsumen menjelaskan bahwa yang menjadi pertimbangan awal dalam pembelian Indomie adalah kemasan. Kemasan ini berkaitan dengan kepraktisan dari Indomie tersebut. Kemasan Indomie dibuat dalam dua bentuk, yaitu kemasan plastik dan kemasan cup. Dengan adanya pilihan bentuk kemasan ini akan menjadi pertimbangan juga bagi konsumen. Tabel 15. Indikator mutu Indomie Indikator Mutu Komposisi pada label Rasa Merek terkenal Harga Kemasan Jumlah
Jumlah Responden (orang) 39 28 16 13 4 100
Persentase (%) 39 28 16 13 4 100
52
Indikator mutu Indomie dapat ditentukan oleh komposisi pada label, rasa, merek terkenal, harga dan kemasan. Pada Tabel 15 dapat diketahui bahwa yang menjadi indikator mutu Indomie yang utama atau dominan adalah komposisi pada label (39%). Dengan adanya komposisi yang jelas pada kemasan Indomie, maka konsumen akan mengetahui jenis bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Indomie. Jika bahan pembuatan Indomie ini baik bagi kesehatan, artinya produk Indomie ini dapat dikatakan bermutu. Konsumen sebesar 4% menyatakan bahwa kemasan menunjukkan mutu dari Indomie, padahal secara teknologi proses, penggunaan kemasan hanya berfungsi untuk menambah daya tarik. 4.5.4. Keputusan Pembelian Tahapan selanjutnya dalam pengambilan keputusan adalah proses pembelian. Pembelian dilakukan dengan memilih alternatif yang dinilai dapat memenuhi kebutuhan atau manfaat yang diharapkan. Tahap evaluasi membuat para konsumen menyusun daftar peringkat pilihannya. Produk yang dinilai dapat memecahkan masalah merupakan pilihan terbaik dari alternatif yang ada, sehingga akan dibeli oleh konsumen. Tabel 16. Alasan konsumen memilih Indomie Jumlah Alasan Memilih Responden (orang) 49 Rasanya cocok 23 Harganya terjangkau 15 Mudah di dapat 8 Merek terkenal 4 Lainnya (praktis) 1 Berat bersih Jumlah
100
Persentase (%) 49 23 15 8 4 1 100
Alasan sebagian besar konsumen dalam membeli Indomie adalah karena rasanya yang cocok (49%), karena mutu bumbu yang cukup dan baik telah membuat konsumen ingin tetap mengkonsumsi dan menikmati Indomie. Konsumen sebesar 23% berpendapat bahwa harganya yang
53
terjangkau menjadi alasan konsumen memilih Indomie. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor keterbatasan daya beli konsumen mahasiswa. Tabel 17. Tempat pembelian Indomie Tempat Pembelian Supermarket atau swalayan Toko atau warung Lainnya (kantin asrama) Jumlah
Jumlah Responden (orang) 54 44 2 100
Persentase (%) 54 44 2 100
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai tempat pembelian Indomie yang biasa dipilih oleh konsumen (Tabel 17), maka dapat dilihat bahwa secara dominan dipilih supermarket atau swalayan (54%), karena lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal konsumen, suasana yang nyaman, sekalian belanja bulanan dan tersedianya kelengkapan pilihan rasa Indomie. 2% dari konsumen memilih kantin asrama sebagai tempat pembelian Indomie, karena konsumen adalah mahasiswa IPB tingkat awal yang tinggal di asrama. Tabel 18. Cara memutuskan pembelian Indomie Jumlah Cara Memutuskan Pembelian Responden (orang) 65 Tergantung situasi 26 Mendadak 9 Terencana 100 Jumlah
Persentase (%) 65 26 9 100
Ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkan Indomie menimbulkan stimuli atau rangsangan kepada konsumen untuk membeli Indomie. Hal tersebut akan berpengaruh pada cara memutuskan pembelian (Tabel 18). 65% dari konsumen cenderung tergantung situasi dalam memutuskan pembelian Indomie, karena Indomie selain rasanya enak, praktis dalam mengkonsumsi dan mudah di dapat di tempat responden, maka responden akan terbiasa dan selalu membeli Indomie yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi. Indomie dibeli jika persediaan Indomie sudah habis. Konsumen membeli Indomie pada
54
waktu-waktu yang tidak tertentu, misalnya pada saat lapar dan malas untuk membeli nasi, maka diputuskan untuk membeli Indomie. Tabel 19. Jumlah rataan Indomie yang dikonsumsi per minggu Jumlah Persentase Jumlah Rataan (Bungkus) Responden (%) (orang) 1-3 88 88 4-7 11 11 7-10 1 1 Jumlah
100
100
Berdasarkan jumlah Indomie yang dikonsumsi per minggu (Tabel 19), maka mayoritas konsumen mengkonsumsi 1-3 bungkus per minggu (88%), diposisi kedua ada 11% konsumen yang mengkonsumsi 4-7 bungkus per minggu dan jumlah konsumen yang mengkonsumsi 710 bungkus adalah 1%. Berdasarkan gambaran tingkat konsumsi di atas, maka secara umum dapat dikatakan bahwa mahasiswa khususnya yang indekos dan tinggal di asrama merupakan suatu pasar yang potensial bagi penjualan Indomie. Tabel 20. Tingkat kesukaan konsumen terhadap Indomie Jumlah Jenis Rasa Responden (orang) 44 Indomie goreng 23 Indomie rasa kari ayam 18 Indomie rasa ayam bawang 14 Indomie rasa soto mie 1 Lainnya (Indomie rasa baso sapi) Jumlah
Persentase (%)
100
44 23 18 14 1 100
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 20, secara keseluruhan dapat diketahui bahwa Indomie goreng yang paling banyak disukai dan dikonsumsi oleh sebagian besar konsumen (44%), lalu sebanyak 23% konsumen menyukai Indomie rasa kari ayam. Pemilihan rasa yang dianggap favorit oleh konsumen didasarkan beberapa alasan. Pada Tabel 21 disajikan beberapa alasan pemilihan rasa favorit tersebut.
55
Tabel 21. Alasan memilih Indomie favorit Jumlah Responden (orang) 92 6 2 100
Alasan Memilih Rasanya yang enak Mudah diperoleh Harga terjangkau Jumlah
Persentase (%) 92 6 2 100
Secara keseluruhan alasan yang diutarakan sebagian besar konsumen adalah rasa yang enak (92%), sebab dengan mutu bumbu yang cukup dan baik telah
membuat konsumen
ingin
tetap
mengkonsumsi dan menikmati Indomie. Tabel 22. Sikap konsumen jika ada merek lain melakukan promosi penjualan Jumlah Persentase Sikap Konsumen Responden (%) (orang) Beralih ke merek lain 61 61 Tidak beralih 39 39 Jumlah
100
100
Berdasarkan Tabel 22, dapat dilihat bahwa sikap konsumen jika ada merek lain yang melakukan promosi penjualan seperti diskon harga atau kupon berhadiah, maka 61% dari konsumen mengakui akan beralih ke merek tersebut. Kondisi ini menunjukkan bahwa promosi penjualan cukup mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. 4.5.5. Perilaku Pasca pembelian Setelah melakukan pembelian, konsumen akan mengevaluasi apakah hasil yang diperoleh dari pembelian produk tersebut memuaskan atau tidak. Keyakinan dan sikap pada tahap ini akan mempengaruhi niat pembelian berikutnya di masa mendatang.
56
Tabel 23. Sikap konsumen pasca pembelian Indomie Jumlah Sikap Konsumen Responden (orang) 72 Biasa saja 27 Puas 1 Tidak puas Jumlah
100
Persentase (%) 72 27 1 100
Pada Tabel 23 diperoleh 72% konsumen merasa biasa setelah mengkonsumsi Indomie. 1% dari konsumen mengatakan tidak puas, karena Indomie yang dibeli konsumen kurang memenuhi harapan. Tabel 24. Sikap loyalitas konsumen, jika Indomie tidak tersedia Jumlah Persentase Sikap Konsumen Responden (%) (orang) 82 82 Membeli mie instan lain yang tersedia 11 11 Tidak jadi membeli 7 7 Mencari ke tempat lain Jumlah
100
100
Jika Indomie tidak tersedia (Tabel 24), mayoritas konsumen Indomie (82%) menyatakan akan membeli mie instan lain yang tersedia di tempat tersebut. Hal ini berarti loyalitas konsumen akan Indomie tidak baik. Tabel 25. Sikap loyalitas konsumen, jika Indomie mengalami kenaikan harga Jumlah Persentase Sikap Konsumen Responden (%) (orang) Membeli merek mie instan lain yang 49 49 lebih murah Akan tetap membeli 37 37 Tidak jadi membeli 14 14 Jumlah
100
100
49% konsumen menunjukkan rendahnya loyalitas terhadap Indomie. Hal ini terbukti dengan keputusan konsumen untuk membeli merek mie instan lain yang lebih murah, jika terjadi kenaikan harga Indomie.
57
Tabel 26. Pendapat konsumen mengenai penambahan variasi rasa Indomie Jumlah Persentase Pendapat Konsumen Responden (%) (orang) Ya 56 56 Tidak 44 44 Total
100
100
Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa sebagian besar (56%) konsumen menyatakan bahwa perlu adanya penambahan dari variasi rasa Indomie. Berdasarkan pendapat konsumen, variasi rasa yang perlu ditambahkan sangat beragam, seperti rasa soto Makasar, rasa sup jamur, rasa rendang, rasa sop buntut, rasa rawon rasa barbeque, rasa cumi saus tiram, rasa tomyam pedas, dan lain-lain. Berdasarkan analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelian Indomie yang dilakukan oleh konsumen pada pembelian awal akan melalui tahap-tahap proses pengambilan keputusan pembelian. Namun tidak semua tahap harus dilalui konsumen dan tidak selalu urutannya sesuai pada setiap proses pembeliannya. Hal ini dapat terjadi pada pembelian yang bukan untuk pertama kali. Pada kondisi ini, tahap evaluasi pasca pembelian merupakan tahap yang paling penting untuk diperhatikan oleh produsen, karena dari evaluasi pasca pembelian akan diketahui tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen. Tahap proses pembelian Indomie pada konsumen mahasiswa S1 IPB secara ringkas dirangkum pada Gambar 10.
58
Pengenalan Kebutuhan Motivasi/ alasan pembelian : Praktis/ kecepatan penyajian Manfaat pembelian : Sebagai makanan selingan Tingkat keterlibatan : Biasa Waktu mengkonsumsi : Tidak tentu
Pencarian Informasi Sumber informasi : Televisi Media yang berpengaruh : Televisi Pengaruh iklan : Membuat ingin membeli Fokus perhatian : Rasa dan variasi
Evaluasi Alternatif Pertimbangan awal : Rasa dan variasi Indikator kualitas : Komposisi pada label
Keputusan Pembelian Alasan pemilihan : Rasanya cocok Tempat pembelian : Supermarket/ swalayan Cara memutuskan pembelian : Tergantung situasi Mengkonsumsi dalam seminggu : 1-3 bungkus Jenis rasa favorit : Indomie goreng Alasan pemilihan rasa favorit : Rasanya yang enak Sikap konsumen, jika merek lain : Beralih ke merek lain melakukan promosi penjualan
Perilaku Pasca pembelian Tingkat kepuasan : Biasa saja Loyalitas konsumen jika Indomie : Membeli mie instan tidak tersedia lain yang tersedia Sikap loyalitas konsumen jika : Membeli mie instan harga Indomie naik lain yang lebih murah Pendapat konsumen mengenai : Perlu penambahan variasi rasa Indomie
Gambar 10. Tahap-tahap proses keputusan pembelian Indomie mahasiswa IPB
59
4.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Indomie Analisis faktor digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian Indomie. Metode ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara jumlah peubah-peubah yang saling bebas satu dengan lainnya, sehingga dapat dibuat satu atau beberapa kumpulan peubah (faktor) yang lebih sedikit dari jumlah peubah awal, tetapi tetap mencerminkan peubah aslinya, sehingga pada akhirnya dengan adanya pengelompokan antara peubah yang berkorelasi kuat dapat memudahkan produsen dalam merumuskan kebijakan strategi pemasaran yang efektif untuk pemasaran Indomie. Pada penelitian ini, peubah awal yang sudah dianalisis berjumlah 17 peubah, yaitu (X1) Rasa, (X2) Harga, (X3) Kepraktisan/cepat saji, (X4) Kemudahan memperoleh produk, (X5) Merek terkenal, (X6) Motivasi membeli, (X7) Pengaruh iklan, (X8) Promosi penjualan, (X9) Pendapatan, (X10) Jenis Mie Instan, (X11) Pengaruh keluarga, (X12) Ukuran berat, (X13) Pengaruh teman, (X14) Kemasan, (X15) Masa kadaluarsa, (X16) Kandungan gizi dan (X17) Label halal. Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapatkan hasil seperti pada Lampiran 25. Pengolahan data ini bertujuan untuk menilai peubah mana yang dianggap layak untuk dimasukkan ke dalam analisis selanjutnya. Hasil pengolahan awal tersebut memperlihatkan angka Keiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (K-M-O MSA) mencapai 0,755 dengan taraf nyata 0,000 dan nilai Khi Kuadrat pada uji Barlett sebesar 724,646. Oleh karena angka MSA sudah di atas 0,5 dan taraf nyatanya jauh di bawah 0,05 (0,000 <0,05), maka peubah dan contoh awal ini dapat dianalisis lebih lanjut. Dalam perhitungan Tabel Anti-Image Matrix (Anti Image Correlation) tidak didapatkan peubah yang memiliki nilai MSA (angka korelasi yang bertanda “a”) di bawah 0,5. Dengan demikian tidak ada peubah yang dikeluarkan, sehingga tidak perlu dilakukan pengujian ulang analisis faktor tersebut.
60
Langkah berikutnya melakukan proses inti dari analisis faktor, yakni mengekstraksi sekumpulan peubah yang ada, sehingga terbentuk satu atau lebih faktor. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi ini adalah Analisis Komponen Utama (Principle Component Analysis). Setelah proses ekstraksi dilakukan, maka diperoleh nilai communalities. Communalities pada dasarnya jumlah keragaman dari suatu peubah mula-mula yang dapat dijelaskan oleh faktor yang terbentuk. Semakin tinggi nilai communality sebuah peubah, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Tabel 27 menunjukkan nilai communality dari 17 peubah yang dianalisis berdasarkan urutan. Tabel 27. Nilai communality berdasarkan urutan No Peubah Pengaruh teman 1 Pengaruh keluarga 2 Promosi penjualan 3 Iklan 4 Pendapatan 5 Ukuran berat 6 Kemasan 7 Kandungan Gizi 8 Masa Kadaluarsa 9 10 Harga 11 Merek terkenal 12 Kemudahan memperoleh 13 Kepraktisan/ cepat saji 14 Jenis Mie Instan 15 Rasa 16 Label Halal 17 Motivasi membeli
Nilai Communality 0,890 0,863 0,823 0,822 0,821 0,809 0,787 0,760 0,705 0,701 0,700 0,685 0,682 0,677 0,655 0,608 0,392
Dalam pengolahan ini terbentuk enam faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Indomie. Pembentukan faktor-faktor ini terdapat pada Tabel total variance explained di Lampiran 25. Pada tabel tersebut terlihat keenam faktor yang terbentuk ini memiliki angka eigenvalue di atas 1 dan dapat menjelaskan 72,822% dari total keragaman faktor yang terbentuk. Jika Tabel total variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, maka untuk menampilkan hal tersebut dengan grafik dapat dilihat pada Scree Plot, yaitu grafik yang menunjukkan
61
dampak factoring terhadap angka eigenvalue. Terlihat bahwa dari faktor satu ke faktor dua (garis dari sumbu Component Number = 1 ke 2), arah garis menurun dengan cukup tajam. Kemudian dari faktor 2 ke 3, garis masih menurun. Demikian pula dari faktor 3 ke 4, 4 ke 5, dan 5 ke 6 masih tetap menurun, akan tetapi dengan sudut lebih kecil. Namun, setelah faktor 6 angka eigenvaluenya sudah di bawah angka 1 dari sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meringkas ketujuh belas tersebut sangat tepat, jika dibentuk enam faktor. Analisis selanjutnya dilakukan pada Tabel Component Matrix yang menunjukkan distribusi dari 17 peubah pada enam faktor yang terbentuk. Seluruh peubah tersebut mengelompok pada enam faktor berdasarkan besarnya korelasi antara suatu peubah dengan faktor yang terbentuk. Hal ini ditunjukkan dari nilai loading factor yang dihasilkan oleh masing-masing peubah tersebut. Nilai loading factor tersebut dapat dilihat pada Tabel component matrix. Berdasarkan hasil dalam tabel itu, maka dilakukan perbandingan besar korelasi dari nilai loading factor peubah tersebut untuk menentukan sebuah peubah akan masuk ke dalam faktor yang mana. Dalam Tabel component matrix ini, masih ada beberapa peubah yang tidak terlihat perbedaan nyata pada nilai loading factor, sehingga sulit untuk menentukan peubah tersebut termasuk faktor yang mana. Hal ini terlihat dari nilai loading factor yang masih di bawah 0,5. Padahal syarat suatu peubah masuk ke dalam suatu faktor, nilai loading factor harus di atas 0,5. Untuk melihat perbedaan yang nyata pada nilai loading factor dari setiap peubah, maka harus dilakukan proses rotasi. Rotasi dalam penelitian ini adalah rotasi dengan metode Varimax, yang bertujuan untuk memperbesar nilai loading factor yang dulunya memang sudah besar dan memperkecil nilai loading factor yang dulunya memang sudah kecil, sehingga diperoleh distribusi loading factor yang lebih jelas dan nyata. Hasil dari rotasi Varimax ini tidak merubah jumlah faktor yang telah terbentuk, melainkan hanya merubah nilai loading factor saja. Berdasarkan hasil dari rotasi pada Tabel rotated component matrix (Lampiran 25), setiap peubah yang terdapat pada faktor yang terbentuk tersebut harus memenuhi
62
ketentuan cut off point, dimana nilai loading factor-nya harus lebih besar dari 0,55, agar peubah tersebut secara nyata termasuk ke dalam bagian dari suatu faktor. Dari 17 peubah yang ada pada Tabel rotated component matrix tersebut, terdapat tiga peubah yang tidak memenuhi ketentuan cut off point. Peubah itu adalah harga (X2), motivasi membeli (X6) dan jenis mie instan (X10). Akhirnya setelah dilakukan penyaringan dengan ketentuan tersebut, tersisa 14 peubah yang dapat dikelompokkan ke dalam keenam faktor yang telah terbentuk. Tabel 28. Hasil analisis faktor Faktor Faktor Pertama (Informasi pada Kemasan) Faktor Kedua (Keunggulan Produk) Faktor Ketiga (Bauran Pemasaran) Faktor Keempat (Pengaruh Lingkungan) Faktor Kelima (Ekonomi Konsumen) Faktor Keenam (Internal Produk)
Eigenvalue
5,357
Varian (%)
31,510
Peubah Asal X15 X1 X17 X16
= Masa kadaluarsa = Rasa = Label halal = Kandungan gizi
Nilai Loading Factor 0,806 0,705 0,703 0,699 0,761
12,315
X4=Kemudahan memperoleh produk X5 = Merek terkenal X3 = Kepraktisan
1,500
8,826
X14 = Kemasan X7 = Pengaruh iklan X8 = Promosi penjualan
0,793 0,736 0,647
1,338
7,873
X13 = Pengaruh teman X11 = Pengaruh keluarga
0,916 0,881
1,085
6,384
X9
0,879
1,005
5,913
X12 = Ukuran berat
2,094
= Pendapatan
0,729 0,715
0,779
Hasil analisis faktor adalah dari 17 peubah asli yang diteliti melalui Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis tersisa 14 peubah yang dapat direduksi menjadi enam faktor. Hasil rinci dari analisis faktor dapat dilihat pada Tabel 28 yang kemudian diinterpretasikan
63
sesuai dengan urutan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi pembelian Indomie. 4.6.1. Faktor Pertama (Informasi pada Kemasan) Pada faktor pertama terdapat nilai eigenvalue 5,357 dan ini merupakan nilai eigenvalue terbesar diantara keenam faktor lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian Indomie. Faktor ini dapat menerangkan keragaman data sebesar 31,510%. Peubah-peubah yang menyusun faktor pertama ini adalah masa kadaluarsa, rasa, label halal dan kandungan gizi. Hal ini dapat diartikan bahwa ada sekelompok konsumen yang membeli Indomie dengan lebih dulu mempertimbangkan masa kadaluarsa yang tercantum pada kemasan, rasa yang bervariasi, adanya label halal dan kandungan gizi yang lengkap yang tertera pada kemasan. Melihat dari penjelasan tersebut, maka tidak salah jika faktor pertama ini dinamakan faktor Informasi pada Kemasan. Berdasarkan nilai loading factor yang terdapat dalam Tabel 28, dapat dilihat bahwa keempat peubah tersebut memiliki nilai loading yang cukup kuat (semua angka positif) dan memiliki korelasi yang positif antara peubah. Hal ini berarti bahwa jika tercantum masa kadaluarsa, maka rasa Indomie memiliki variasi yang banyak, kemudian adanya label halal pada kemasan, serta adanya petunjuk mengenai kandungan gizi dari Indomie yang lengkap, maka konsumen akan semakin terdorong untuk melakukan pembelian Indomie. 4.6.2. Faktor Kedua (Keunggulan Produk) Faktor kedua dinamakan Keunggulan Produk, yang terdiri dari tiga peubah, yaitu kemudahan memperoleh produk, merek terkenal dan kepraktisan. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 2,094 dan mampu menerangkan keragaman data (varian) 12,315%. Berdasarkan nilai loading pada Tabel 28 dan Lampiran 25 (Tabel rotated component matrix) dari tiga peubah tersebut yaitu kemudahan memperoleh produk (0,761), merek terkenal (0,729) dan kepraktisan
64
(0,715), memiliki nilai loading cukup kuat (semua angka positif) dan memiliki korelasi positif antara variabel. Artinya dari ketiga peubah dalam faktor tersebut terdapat sekelompok konsumen yang membeli Indomie lebih disebabkan pada besarnya pengaruh kemudahan memperoleh produk, merek terkenal dan kepraktisan/cepat saji. Sedangkan peubah kemudahan memperoleh produk, merek terkenal dan kepraktisan/cepat saji mempunyai korelasi positif, artinya semakin mudah diperoleh dan semakin terkenal, serta semakin praktis dalam pengkonsumsiannya,
maka
akan
semakin
tertarik
konsumen
melakukan pembelian Indomie. 4.6.3. Faktor Ketiga (Bauran Pemasaran) Faktor Bauran Pemasaran merupakan nama untuk faktor ketiga dan faktor ini terdiri dari tiga peubah, yaitu kemasan, pengaruh iklan dan promosi penjualan. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 1,500 dan mampu menerangkan keragaman data 8,826%. Berdasarkan nilai loading pada Tabel 28 dan Lampiran 25 (Tabel rotated component matrix) dari tiga peubah tersebut yaitu kemasan (0,793), pengaruh iklan (0,736) dan promosi penjualan (0,647), memiliki nilai loading yang cukup kuat (semua angka positif) dan memiliki korelasi positif antara peubah. Artinya dari ketiga peubah dalam faktor tersebut terdapat sekelompok konsumen yang membeli Indomie lebih dikarenakan kemasan, pengaruh iklan dan promosi penjualan. Sedangkan peubah kemasan, pengaruh iklan dan promosi penjualan tersebut mempunyai korelasi positif, artinya semakin menarik kemasan dan semakin ditingkatkan frekuensi iklan, serta semakin gencar dilakukan promosi penjualan, maka akan semakin tertarik konsumen untuk melakukan pembelian Indomie. 4.6.4. Faktor Keempat (Pengaruh Lingkungan) Faktor keempat ini terdiri dari dua peubah, yaitu pengaruh teman dan pengaruh keluarga. Kedua peubah ini memiliki eigenvalue 1,338 dan mampu menerangkan keragaman data 7,873%. Faktor keempat ini dinamakan Faktor Pengaruh Lingkungan, karena menggambarkan
65
peubah-peubah
yang
mempengaruhi
konsumen
dalam
proses
pembelian Indomie yang berasal dari lingkungan sekitarnya. Kedua peubah tersebut memiliki korelasi kuat satu sama lain dalam satu faktor, sebab masing-masing peubah tersebut berkorelasi positif. Oleh karena itu, dapat diartikan bahwa apabila konsumen akan melakukan pembelian Indomie, maka harus mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang didapatkan dari teman maupun keluarga sebagai orang-orang terdekat yang berada disekitarnya. Interpretasi dari korelasi positif diantara kedua peubah tersebut (nilai loading factor pengaruh teman adalah 0,916 dan nilai loading factor pengaruh keluarga adalah 0,881) adalah jika pengaruh teman semakin kuat terhadap konsumen dan diikuti pula oleh pengaruh keluarga yang semakin kuat dalam memberikan informasi tentang produk Indomie, maka konsumen akan semakin terdorong untuk melakukan pembelian Indomie. Apabila dibandingkan nilai loading factor kedua peubah ini, maka dapat dilihat bahwa pengaruh teman (0,916) nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan nilai loading factor pada peubah pengaruh keluarga (0,881). Hal ini menunjukkan lebih besarnya korelasi antara peubah pengaruh teman dengan faktor keempat ini. Kehidupan mahasiswa yang terkadang jauh dari keluarga, memang mengharuskan konsumen untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman). Oleh karena itu, secara langsung atau tidak langsung, teman dapat mempengaruhi pola berpikir dan perilaku konsumen, sehingga
tidak
menutup
kemungkinan
bahwa
teman
banyak
memberikan saran mengenai produk Indomie yang pernah dibeli. Mungkin dengan adanya informasi yang konsumen peroleh dari teman, nantinya akan memudahkan untuk segera mengambil keputusan terhadap pembelian Indomie. Dalam hal ini, teman dan keluarga hanya berperan sebagai pemberi pengaruh, sedangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keputusan akhir pembelian Indomie tetap tergantung pada konsumen itu sendiri.
66
4.6.5. Faktor Kelima (Ekonomi Konsumen) Faktor kelima dinamakan Faktor Ekonomi Konsumen, karena berhubungan dengan dana yang harus dikeluarkan konsumen untuk membeli Indomie. Faktor ini hanya disusun oleh satu peubah, yaitu pendapatan. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 1,085 dan mampu menerangkan keragaman data 6,384%. Arti dari peubah pendapatan ini dalam faktor kelima adalah jika konsumen ingin melakukan pembelian
terhadap
Indomie,
maka
akan
mempertimbangkan
pendapatan yang diperolehnya. Korelasi positif yang kuat dari peubah pendapatan (nilai loading factor 0,879) dapat menginterpretasikan bahwa semakin besar pendapatan yang diperoleh atau dimiliki oleh konsumen, maka semakin mudah pula konsumen membeli Indomie tersebut. Penjelasan
ini
sangat
menggambarkan
konsumen
dalam
penelitian ini yang masih berstatus sebagai mahasiswa, dimana sebagian darinya belum mempunyai penghasilan sendiri. Oleh karena itu, pembelian Indomie yang akan dibeli harus didasarkan pada dana yang diperoleh dari orang tua. 4.6.6. Faktor Keenam (Internal Produk) Faktor Internal Produk hanya terdiri dari satu peubah, yaitu ukuran berat. Faktor ini memiliki nilai eigenvalue 1,005 dan mampu menerangkan keragaman data 5,913%. Berdasarkan nilai loading pada Tabel 28 dan Lampiran 25 (Tabel rotated component matrix) dari peubah ukuran berat (0,779) memiliki nilai loading cukup kuat (positif) dan memiliki korelasi positif antara peubah. Artinya terdapat sekelompok konsumen yang membeli Indomie lebih disebabkan pada besarnya ukuran beratnya. Sedangkan peubah ukuran berat mempunyai korelasi positif, artinya semakin berat ukuran, maka akan semakin tertarik konsumen untuk melakukan pembelian Indomie.
67
4.7. Analisis Gerombol Hasil dari analisis faktor menyatakan bahwa dari 17 peubah asli yang diteliti dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis tersisa 14 peubah yang dapat direduksi menjadi enam faktor. Dari enam faktor tersebut akan dikelompokkan lagi menjadi faktor yang lebih kecil. Untuk mengelompokkan peubah tersebut digunakan analisis gerombol secara hierarki. Hasil keluaran pertama dari analisis gerombol menyatakan bahwa semua data (100) telah diproses tanpa ada data yang hilang (Lampiran 18). Cara pembuatan gerombol yang dimulai dari dua atau lebih peubah yang paling mirip membentuk satu gerombol, kemudian gerombol memasukkan lagi satu peubah yang paling mirip, dan proses ini dinamakan agglomerasi. Proses agglomerasi pada akhirnya akan menyatukan semua peubah menjadi satu gerombol. Hanya dalam prosesnya, dihasilkan beberapa gerombol dengan masing-masing anggotanya, tergantung jumlah gerombol yang dibentuk. Perincian jumlah gerombol dengan anggota yang terbentuk bisa dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Cluster membership Peubah 4 Gerombol 1 Rasa 2 Kepraktisan 2 Mudah Diperoleh 3 Merek Terkenal 3 Pengaruh Iklan 3 Promosi Penjulan 2 Pendapatan 4 Pengaruh Keluarga 3 Ukuran Berat 4 Pengaruh Teman 3 Kemasan 1 Masa Kadaluarsa 1 Kandungan Gizi 1 Label Halal
3 Gerombol 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 1
2 Gerombol 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1
68
Berdasarkan cluster membership terlihat perincian anggota jumlah gerombol yang terbentuk, yaitu : a. Jika ditentukan 4 gerombol, maka dengan melihat kolom 4 Gerombol : 1) Anggota gerombol 1 adalah peubah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal. 2) Anggota gerombol 2 adalah peubah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan. 3) Anggota gerombol 3 adalah peubah ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi penjualan dan kemasan. 4) Anggota gerombol 4 adalah peubah pengaruh keluarga dan pengaruh teman. b. Jika ditentukan 3 gerombol, maka dengan melihat kolom 3 Gerombol : 1) Anggota gerombol 1 adalah peubah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal. 2) Anggota gerombol 2 adalah peubah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan, ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi penjualan dan kemasan. 3) Anggota gerombol 3 adalah peubah pengaruh keluarga dan pengaruh teman. c. Jika ditentukan 2 gerombol, maka dengan melihat kolom 2 Gerombol : 1) Anggota gerombol 1 adalah peubah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal. 2) Anggota gerombol 2 adalah peubah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi penjualan, kemasan, pengaruh keluarga, ukuran berat dan pengaruh teman. Dari hasil di atas bisa dilihat bahwa peralihan dari 4 gerombol ke 3 gerombol dan peralihan dari 3 gerombol ke 2 gerombol yang terjadi adalah penggabungan peubah-peubah yang sudah ada, dan bukan mengacak peubah dari awal. Dalam proses keputusan pembelian Indomie ini akan diambil 4 gerombol karena dilihat dari kedekatan masing-masing peubah pada setiap gerombol yang terbentuk. Hasil rinci dari analisis gerombol dapat dilihat pada
69
Tabel 30 yang kemudian diinterpretasikan sesuai dengan urutan gerombol yang terbentuk. Tabel 30. Hasil analisis gerombol Gerombol X15 X1 Gerombol Pertama (Informasi pada Kemasan) X17 X16 X4 Gerombol Kedua X3 (Motivasi Pembelian) X9 X14 X7 Gerombol Ketiga X8 (Bauran Pemasaran) X5 X12 Gerombol Keempat X13 (Pengaruh Lingkungan) X11
Peubah = Masa kadaluarsa = Rasa = Label halal = Kandungan gizi = Kemudahan memperoleh produk = Kepraktisan = Pendapatan = Kemasan = Pengaruh iklan = Promosi penjualan = Merek terkenal = Ukuran berat = Pengaruh teman = Pengaruh keluarga
1. Gerombol 1 (Informasi pada Kemasan) Gerombol ini dinamakan informasi pada kemasan. Anggota gerombol informasi pada kemasan adalah rasa, masa kadaluarsa, kandungan gizi dan label halal. Hal ini dapat diartikan bahwa konsumen membeli Indomie dengan mempertimbangkan informasi yang tercantum pada kemasan, seperti masa kadaluarsa, label halal, variasi rasa dan kandungan gizinya. 2. Gerombol 2 (Motivasi Pembelian) Gerombol ini dinamakan motivasi pembelian. Anggota gerombol motivasi pembelian adalah kepraktisan, mudah diperoleh, pendapatan. Hal ini dapat diartikan bahwa konsumen membeli Indomie lebih disebabkan pada besarnya pengaruh kemudahan memperoleh produk, kepraktisan dan pendapatan yang dimilikinya. 3. Gerombol 3 (Bauran Pemasaran) Gerombol ini dinamakan bauran pemasaran. Anggota gerombol bauran pemasaran adalah ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi penjualan dan kemasan. Hal ini dapat diartikan bahwa konsumen membeli Indomie lebih dikarenakan ukuran berat, merek terkenal, pengaruh iklan, promosi penjualan dan kemasan.
70
4. Gerombol 4 (Pengaruh Lingkungan) Gerombol ini dinamakan pengaruh lingkungan. Anggota gerombol pengaruh lingkungan adalah pengaruh keluarga dan pengaruh teman. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila konsumen akan melakukan pembelian Indomie, maka akan mempertimbangkan pengaruh-pengaruh yang didapatkan dari teman maupun keluarga sebagai orang-orang terdekat yang berada disekitarnya. Hasil dari cluster membership ini akan sama dengan proses Dendogram, dengan perbedaan dendogram adalah visualisasi proses clustering yang terjadi, sedangkan cluster membership langsung menunjukkan anggota gerombol yang ada. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 18.
4.8. Analisis Biplot Gambaran mengenai persepsi konsumen terhadap produk Indomie dibandingkan dengan produk pesaingnya, yaitu merek Mie Sedaap, Supermi, dan Sarimi dilakukan dengan mengidentifikasikan persepsi konsumen terhadap ketiga merek tersebut. Analisis biplot adalah salah satu cara untuk memetakan kedudukan relatif suatu merek produk dan atributnya terhadap merek lainnya berdasarkan persepsi yang diterima oleh konsumen dalam suatu diagram dua dimensi. Hasil interpretasi biplot dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang menjadi keunggulan dan kekurangan, serta kedudukan relatif suatu merek terhadap pesaingnya. Persepsi konsumen terhadap empat merek mie instan, yaitu Indomie, Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi, merupakan mie instan yang berada di empat peringkat tertinggi di Top of Mind Brand Awareness, dengan menilai atributatribut harga, isi, aroma, tekstur, rasa, cita rasa, kemasan, ketersediaan dan merek terkenal.
71
1,5
Komponen Utama Kedua (14,424%)
MIE SEDAAP
1,0
Isi
Harga
,5
Tekstur Rasa Kemasan Ketersediaan Aroma Merek Terkenal
SUP ERMI
0,0 Cita Rasa
-,5 SARIMI INDOMIE
-1,0 -1,5
-1,0
-,5
0,0
,5
1,0
1,5
Komponen Utama Pertama (84,106%) Gambar 11. Pemetaan persepsi Indomie menurut mahasiswa dengan merek pesaing Dari Gambar 11 yang merupakan hasil pengolahan dari analisis biplot terhadap atribut Indomie, Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi, dapat diamati posisi relatif antara merek mie instan dengan atribut yang menyertainya. Besarnya keragaman data yang dapat diterangkan oleh dua sumbu utama dalam analisis biplot adalah 98,53% (sumbu pertama menerangkan keragaman data 84,106% dan sumbu kedua menerangkan 14,424%). Hal ini diartikan dapat memberikan infomasi 98,53% dari keseluruhan informasi pada tabel, karena nilai ini cukup besar (≥ 75%), maka pendekatan biplot dapat digunakan untuk memberikan penyajian visual bagi matriks data mie instan. Berdasarkan Gambar 11 dapat diinterpretasikan bahwa Indomie merupakan merek mie instan yang diposisikan oleh konsumen sebagai mie instan yang memiliki cita rasa beragam. Posisi Indomie pun berada pada arah yang berlawanan dengan posisi arah vektor yang mewakili isi dan harga. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Indomie memperoleh persepsi isi dengan
72
jumlah berat yang sedikit bagi konsumen dan harga relatif lebih mahal. Selanjutnya Mie Sedaap diposisikan oleh konsumen sebagai mie instan yang memiliki keunggulan pada atribut tekstur, rasa, kemasan, ketersediaan, aroma dan merek terkenal. Artinya konsumen memposisikan Mie Sedaap sebagai mie instan yang memiliki tingkat kekenyalan (tekstur) tinggi, rasa gurih, kemasan menarik, ketersediaan Mie Sedaap yang tinggi, dimana konsumen dapat dengan mudah memperolehnya, aroma yang membuat konsumen lebih berselera dan merek terkenal. Sedangkan Supermi diposisikan oleh konsumen sebagai mie instan yang memiliki harga relatif murah dan memiliki jumlah berat (isi) cukup di mata konsumen. Sarimi dipersepsikan oleh konsumen sebagai mie instan yang tidak memiliki keunggulan. Peta persaingan mie instan dapat dilihat berdasarkan kedekatan antar obyek. Mie Sedaap nampaknya merupakan market leader bagi konsumen mahasiswa IPB, karena hampir memiliki keunggulan di semua atribut. Kedekatan antara peubah, dapat dilihat dari sudut yang dibentuk oleh vektorvektor peubah. Dapat dilihat bahwa tekstur berkorelasi positif dengan rasa. Maka dapat dikatakan jika tingkat kekenyalan mie instan (tekstur) tinggi, rasanya akan semakin gurih. Peubah kemasan berkorelasi positif dengan ketersediaan. Artinya dengan kemasan lebih menarik, konsumen akan lebih tertarik, sehingga permintaan akan naik dan pasokan dari produsen meningkat, yang mana mengakibatkan ketersediaan mie instan tersebut semakin banyak. Aroma
berkorelasi
positif
dengan
merek
terkenal.
Hal
ini
dapat
diinterpretasikan bahwa suatu merek mie instan terkenal karena mie tersebut memiliki aroma yang membuat konsumen berselera. Peubah cita rasa dan harga berkolerasi negatif karena sudut yang dibentuk adalah tumpul (berlawanan arah), artinya mie instan yang memiliki cita rasa yang beragam akan ada kemungkinan memiliki harga relatif mahal. Isi dan cita rasa juga berkorelasi negatif, artinya mie instan yang memiliki cita rasa yang beragam akan ada kemungkinan memiliki isi relatif sedikit. Besarnya keragaman pada masing-masing atribut diwakili oleh panjang vektor yang mewakili atribut tertentu. Dari grafik biplot yang dihasilkan, dapat diamati bahwa pada umumnya atribut-atribut pada mie
73
instan memiliki keragaman yang relatif sama, hal ini dapat diamati terhadap panjang dari vektor-vektor yang relatif sama.
4.9. Implikasi Strategi Bauran Pemasaran Analisis strategi bauran pemasaran terdiri dari strategi produk, strategi harga, strategi promosi dan strategi tempat. Analisis bauran pemasaran ini implikasi dari hasil pembahasan sebelumnya, baik proses keputusan pembelian Indomie, faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembelian Indomie, maupun pemetaan persepsi Indomie yang dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya. 4.9.1. Strategi Produk Pengembangan produk yang akan dilakukan oleh produsen haruslah diselaraskan dengan keinginan dan kebutuhan konsumen sasarannya. Faktor pertimbangan utama bagi konsumen dalam pembelian Indomie adalah aspek rasa. Hal ini menunjukkan bahwa semua konsumen menginginkan rasa yang enak dan lezat, serta sesuai dengan seleranya. Kondisi ini menandakan bahwa masih terbukanya peluang bagi produsen untuk menciptakan produk dengan variasi rasa yang baru, karena banyak konsumen yang membeli Indomie dengan rasa berbedabeda. Untuk itu dibutuhkan kreativitas pihak produsen untuk berinovasi dalam aspek rasa Indomie yang disesuaikan dengan selera masyarakat Indonesia. Hal ini juga didukung oleh karakter konsumen yang selalu ingin mencoba, terutama jika ada rasa Indomie yang baru dipasarkan. Hal ini didukung dengan adanya pernyataan dari konsumen mahasiswa IPB yang berpendapat bahwa 56% darinya menyatakan perlu adanya penambahan variasi rasa Indomie. Berdasarkan pendapat konsumen, variasi rasa yang perlu ditambahkan sangat beragam, seperti rasa soto Makasar, rasa sup jamur, rasa rendang, rasa sop buntut, rasa rawon, rasa barbeque, rasa cumi saus tiram, rasa tomyam pedas, dan lain-lain. Salah satu atribut yang perlu diperhatikan secara lebih mendalam oleh para produsen Indomie adalah kemasan. Dalam hal ini bagaimana
74
menciptakan kemasan menarik dengan komposisi warna dan gambar yang serasi dan unik, sehingga tertarik untuk membeli. Konsumen biasanya memperhatikan kelengkapan label kemasan, terutama masa berlaku produk atau masa kadaluarsa, label halal, komposisi bahan, kandungan gizi dan berat bersih produk. Strategi kemasan produk yang perlu dikembangkan oleh produsen adalah mencantumkan informasi nilai kandungan gizi per kemasan, mengingat semakin meningkatnya kesadaran
dan
pengetahuan
gizi
masyarakat
dan
berupaya
mengembangkan teknik pengemasan bumbu agar semakin praktis dan mudah disobek. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran gizi konsumen, sebaiknya produsen meningkatkan kandungan gizi Indomie dengan menambahkan
beberapa
vitamin
dan
mineral.
Atau
dengan
menambahkan bahan pelengkap seperti bawang goreng, sayuran kering, atau bakso/sosis kering dalam tiap kemasannya. Kemasan Indomie juga cukup berpengaruh, karena secara langsung memberikan kesan awal atau citra tentang mutu dan nilai produk bagi konsumen. Berdasarkan analisis proses keputusan pembelian diketahui bahwa komposisi pada label yang terdapat pada kemasan merupakan indikator yang menunjukkan mutu suatu produk. Selain itu, hendaknya dibuat kemasan yang praktis, karena motivasi konsumen terbesar membeli Indomie adalah karena kepraktisan atau kecepatan penyajian. Selain itu berdasarkan analisis faktor dan analisis biplot, maka faktor ukuran berat menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan
konsumen
dalam
pembelian
Indomie.
Konsumen
cenderung menyukai mie instan yang memiliki ukuran berat yang besar. Persepsi konsumen berdasarkan analisis biplot adalah Indomie memiliki ukuran berat yang sedikit. Untuk itu, strategi produk yang dilaksanakan adalah dengan menambahkan ukuran berat Indomie.
75
4.9.2. Strategi Harga Hasil analisis biplot menunjukkan bahwa Indomie memiliki persepsi harga yang relatif mahal dibandingkan dengan merek Mie Sedaap, Supermi dan Sarimi. Selain itu, pada proses keputusan pembelian jika ditinjau dari loyalitas konsumen, 49% dari konsumen Indomie akan beralih ke merek mie instan lainnya yang lebih murah, jika terjadi kenaikan harga Indomie (Tabel 25). Hal ini mengindikasikan bahwa harga akan dapat membuat konsumen Indomie menjadi tidak loyal. Rancangan strategi harga yang mungkin dapat ditetapkan adalah strategi pemasaran terdiferensiasi. Strategi ini tergantung segmen pasar yang akan dijadikan sasaran, sehingga produsen menawarkan harga yang berbeda-beda dari masing-masing pangsa pasar. Salah satu cara untuk membuat perbedaan harga adalah dengan mengadakan diversifikasi ukuran kemasan. Selain itu untuk meningkatkan loyalitas jangka panjang, agar konsumen tidak meninggalkan Indomie dan pindah ke produk mie instan lain, maka produsen dalam menetapkan harga tersebut harus menyesuaikan dengan penawaran nilai kepada konsumen dan dapat bersaing dengan produsen mie instan lain, sehingga akhirnya bagi sebagian konsumen harga tidak menjadi masalah jika sebanding dengan mutu yang diberikan oleh produsen Indomie. Dalam menetapkan harga, pemasar sebaiknya menetapkan strategi penyesuaian, artinya harga yang ditetapkan oleh pemasar harus sesuai dengan kondisi pasar yang terjadi. Penurunan harga Indomie bisa dilakukan untuk merebut kembali pangsa pasar Indomie dengan cara melakukan efisiensi biaya produksi. 4.9.3. Strategi Promosi Promosi
bertujuan
untuk
mengkomunikasikan
dan
memperkenalkan suatu produk pada pasar sasarannya. Promosi dapat membentuk persepsi yang diinginkan dan memberikan rangsangan untuk membeli produk yang ditawarkan.
76
Strategi promosi penjualan yang dapat dilakukan produsen adalah diskon harga, pemberian contoh gratis dan undian berhadiah yang dinilai cukup efektif untuk merangsang minat konsumen membeli Indomie. Hal ini terbukti dari pernyataan konsumen sebanyak 61% yang menyatakan akan beralih ke merk lain, jika ada mie instan lain yang mengadakan promosi penjualan seperti potongan harga, undian berhadiah, dan lainlain. Jika strategi ini diterapkan, maka akan meningkatkan loyalitas konsumen. Strategi ini penting dilaksanakan, terutama untuk produk yang baru dilempar ke pasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi dan media yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian Indomie adalah televisi (Tabel 10 dan 11). Berdasarkan hal tersebut, maka promosi yang paling tepat adalah melalui iklan di media massa, terutama di televisi. Kondisi ini menuntut produsen untuk mampu menciptakan iklan yang menarik dan aspek isi pesan yang informatif, terutama keunggulan produk seperti rasa dan variasinya, cara penyampaian iklan yang lugas dan pemilihan bintang iklan yang sesuai dan disukai masyarakat. Hal penting yang juga harus diperhatikan dalam mengiklankan Indomie adalah dengan menyesuaikan penayangan iklan sesuai adaptasi konsumen, frekuensi penayangan melalui pengulangan iklan yang tinggi dengan penggunaan jingle iklan menarik dan mudah diingat dapat menumbuhkan citra merek dalam ingatan konsumen. Iklan itu sangat penting dalam menyusun strategi promosi karena berdasarkan hasil penelitian ini dinyatakan bahwa pengaruh iklan sangat besar sekali bagi konsumen, karena dengan adanya iklan akan membuat konsumen tertarik untuk mencoba/membeli Indomie. 4.9.4. Strategi Distribusi Distribusi merupakan kegiatan yang dilakukan produsen untuk membuat produknya dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan, sehingga sistem distribusi menjadi langkah yang sangat penting bagi kesuksesan pemasaran suatu produk. Sistem distribusi yang baik akan memastikan suatu produk sampai kepada konsumen pada saat
77
dibutuhkan, karena kemudahan mendapatkan suatu produk merupakan bagian dari strategi distribusi. Sebagian besar konsumen Indomie membeli di supermarket/ swalayan, dengan pertimbangan kenyamanan dan dekat dengan kosan. Dalam hal ini, konsumen menghendaki lokasi yang memiliki kenyamanan dalam berbelanja, sehingga memiliki banyak waktu untuk mencari informasi sebelum melakukan pembelian. Oleh karena itu, pihak produsen harus memperhatikan posisi penempatan produk Indomie semenarik mungkin dan mudah untuk dilihat oleh konsumen di supermarket/ swalayan. Kemudahan memperoleh Indomie merupakan salah satu faktor penting yang dipertimbangkan konsumen dalam membeli. Hal ini terlihat dari reaksi konsumen yang akan membeli mie instan lain yang tersedia, jika Indomie yang biasa dibeli tidak tersedia. Oleh sebab itu, pihak pemasar harus senantiasa memperhatikan kontinuitas ketersediaan produknya dalam kuantitas dan mutu yang memadai di berbagai supermarket/swalayan, warung atau toko. Jaringan distribusi yang tersebar luas menyebabkan Indomie dapat dengan mudah diperoleh dimana-mana. Strategi distribusi yang perlu diterapkan produsen adalah menciptakan jaringan distribusi yang kuat dan tersebar di sentra-sentra penjualan potensial dan strategis, serta memperhatikan ketersediaan produk secara berkala. Implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi bauran pemasaran Indomie secara ringkas dirangkum pada Tabel 31.
78
Tabel 31. Implikasi studi perilaku konsumen terhadap strategi bauran pemasaran Indomie Strategi Bauran Rekomendasi Strategi Pemasaran Pemasaran 1. Penyediaan variasi rasa yang disukai konsumen 2. Menggunakan kemasan praktis 3. Mencantumkan informasi nilai kandungan gizi per kemasan 4. Mendesain kemasan semenarik mungkin dan unik, serta kelengkapan informasi dalam label kemasan, seperti label halal dan masa Strategi Produk kadaluarsa 5. Menambahkan bahan pelengkap seperti bawang goreng, sayuran kering, atau bakso/ sosis kering dalam tiap kemasannya 6. Memproduksi Indomie dengan ukuran berat per bungkus yang memberikan kepuasan terbesar. 1. Membuat perbedaan harga dengan mengadakan diversifikasi ukuran kemasan 2. Untuk jangka panjang, penetapan harga yang Strategi Harga sebanding dengan penawaran nilai kepada konsumen dan dapat bersaing dengan produsen mie instan lain 3. Menetapkan strategi penyesuaian 1. Meningkatkan promosi penjualan dengan memberikan diskon harga, pemberian contoh produk dan mengadakan undian berhadiah. 2. Meningkatkan mutu iklan dan frekuansi Strategi Promosi penayangan yang tepat di televisi, serta isi pesan yang informatif terutama menekankan pada keunggulan produk 1. Memperhatikan posisi penempatan produk Indomie semenarik mungkin dan mudah untuk dilihat oleh konsumen di supermarket/ Strategi Distribusi swalayan. 2. Memperhatikan kontinuitas ketersediaan Indomie secara berkala di sentra-sentra penjualan yang potensial dan strategis
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, S. 2005. Jalan Sendiri, Nggak Seru dan Nggak Tumbuh. http://www.detikpublishing.com/index.php/artikel.read/thn/2005/bln/06/tgl/08/ti me/103341. [8 Desember 2005]. BPS. 2003. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Biro Pusat Statistik, Jakarta. Engel, J, dkk. 1995. Perilaku Konsumen (Terjemahan, Jilid 1). Binarupa Aksara, Jakarta. Hasibuan, Z.E. 2003. Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran (Studi Kasus pada Konsumen Mahasiswa di Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jonatan, S. 2004. Adu Strategi Merebut Pasar Mi Instan. http://www.csahome.com/modules.php?op=modload&name=News&file=article &sid=206. [8 Desember 2005]. Juniarti, E. 2001. Analisis Proses Keputusan Pembelian Mie Instan dan Identifikasi Atribut Produk Diinginkan Konsumen (Studi Kasus Kotamadya Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran. (Terjemahan, Jilid 1). PT. Prenhallindo, Jakarta. Majalah SWA. 2006. Mengapa Indofood Gagal Menghadapi Mie Sedaap ?. Edisi 02/XXII/26 Januari-8 Februari 2006, hal 114-116. Novriadi, R.T. 2004. Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Telepon Selular (Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor). Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Parinduri, F.R. 2004. Analisis Pengambilan Keputusan Konsumen dan Perceptual Mapping Mie Instan di Kota Bekasi (Kasus di Supermarket Hero, Matahari, dan Giant). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 2004. Laporan Tahunan PT. Indofood Sukses Makmur. Jakarta. Rusmawati, M. 2004. Analisis Preferensi konsumen terhadap Produk Tatarias Lipstik (Studi Kasus PT. Avon Indonesia Cabang Bogor). Skripsi pada Fakultas Pertanian, Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
82 Santoso, S. 2003. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat. PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta. Sartono, B, dkk. 2003. Model Teori Analisis Peubah Ganda. Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sudarmanto, R.G. 2005. Analisis Regresi Ganda Linear dengan SPSS. Graha Ilmu, Yogyakarta. Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. SurveyOne. 2005. Top of Mind Brand Awareness Mie Instan Berdasarkan Kota. http://www.marketing.co.id/img/Survey-mie-instant.gif. [8 Desember 2005]. Wulandari, D.S. 2003. Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek (Brand Equity) Produk Mie Instan. Skripsi pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Kuesioner penelitian pra pengujian KUESIONER PRA PENGUJIAN
Saya Renny Aulia, mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian tentang Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Pemetaan Persepsi Indomie (Studi Kasus pada Konsumen Mahasiswa Indekos dan Asrama TPB di IPB, Bogor). Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, mohon kesediaan Anda untuk menjadi salah satu responden dan ikut berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Atas bantuannya saya ucapkan banyak terima kasih. Petunjuk : Isilah jawaban Anda pada tempat (titik-titik) yang telah disediakan Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. SCREENING Apa Anda pernah mengkonsumsi Indomie ? a. Ya b. Tidak Jika Ya, dilanjutkan; Jika Tidak, terima kasih Anda tidak perlu melanjutkan pengisian kuesioner. I. Identitas Responden Nama : Fakultas/Angkatan : No. HP / Telp. : Alamat Bogor :
................................................. ................................................. ................................................. .................................................
II. Data Umum Responden 1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia : a. 19 tahun b. 20 tahun d. 22 tahun e. Lainnya, Sebutkan .... 3. Semester : a. 1 b.2 c.3 d.4 e.5 f.6 g.7 i. Lainnya, Sebutkan ... 4. Sumber pendapatan per bulan : a. Orang tua b. Beasiswa atau bantuan lainnya c. Pendapatan sendiri d. Lainnya, Sebutkan ..........
c. 21 tahun
h.8
85
Lanjutan Lampiran 1. III. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Tahan Pengenalan Kebutuhan 1. Apa motivasi/alasan utama Anda mengkonsumsi Indomie ? a. Praktis/ kecepatan penyajian e. Rasa yang khas b. Harganya yang terjangkau f. Pengaruh keluarga c. Ingin mencoba g. Melihat orang lain membeli d. Sedang lapar h. Lainnya, sebutkan....... 2. Manfaat apa yang Anda cari dalam mengkonsumsi Indomie ? a. Sebagai makanan pengganti nasi e. Sebagai sarapan pagi b. Sebagai makanan selingan f. Lainnya, sebutkan...... c. Sebagai makanan cadangan ketika begadang 3. Apa yang Anda rasakan jika tidak mengkonsumsi Indomie ? a. Merasa ada yang kurang c. Merasa sangat kehilangan b. Biasa saja 4. Pada saat kapan Anda mengkonsumsi Indomie ? a. Pagi hari d. Setelah beraktivitas b. Siang hari e. Lainnya, sebutkan........ c. Malam hari Tahap Pencarian Informasi 5. Darimana Anda mengetahui tentang produk Indomie ? a. Keluarga d. Penjual b. Teman e. Majalah/ koran c. Televisi f. Lainnya, sebutkan...... 6. Media apa yang paling mempengaruhi Anda dalam mengkonsumsi Indomie ? a. Keluarga d. Penjual b. Teman e. Majalah/ koran c. Televisi f. Lainnya, sebutkan...... 7. Bagaimana iklan mempengaruhi Anda dalam mengkonsumsi Indomie ? a. Membuat Anda tertarik untuk mencoba b. Membuat Anda membeli c. Tidak berpengaruh 8. Apa yang menarik dari iklan Indomie ? a. Isi pesan b. Tokoh pembawa pesan/ bintang iklan c. Cara penyampaian pesan 9. Jika Anda melihat iklan Indomie, maka yang menjadi fokus perhatian Anda adalah : a. Harga d. Kandungan gizi b. Rasa dan variasinya e. Lainnya, sebutkan..... c. Kemasan
86
Lanjutan Lampiran 1. Tahap Evaluasi Alternatif 10. Apa yang Anda pertimbangkan pertama kali sebelum membeli Indomie ? a. Harga d. Ukuran berat/ volume b. Rasa dan variasinya e. Praktis dalam penggunaan c. Kamasan f. Lainnya, sebutkan....... 11. Menurut Anda, produk Indomie yang bermutu dapat dilihat dari : a. Harga e. Rasa b. Merek terkenal f. Komposisi pada label c. Kepraktisannya g. Lainnya, sebutkan...... d. Kemasan Tahap Proses Pembelian 12. Alasan Anda mengkonsumsi Indomie ? a. Rasanya cocok d. Merek terkenal b. Harganya terjangkau e. Mudah didapat c. Berat bersihnya besar f. Lainnya, sebutkan......... 13. Dimana biasanya Anda membeli Indomie ? a. Supermarket atau swalayan c. Pedagang grosir b. Toko/ warung d. Lainnya, sebutkan....... 14. Bagaimana cara Anda memutuskan pembelian Indomie ? a. Tergantung situasi b. Mendadak (niat membeli baru dirasakan ketika berbelanja) c. Terencana (sudah direncanakan sejak dari kostan atau asrama) 15. Bagaimana situasi Anda ketika membeli Indomie ? a. Menyediakan waktu khusus untuk membeli Indomie b. Bersamaan dengan belanja kebutuhan lain 16. Berapa besarnya pengeluaran Anda untuk membeli Indomie per bulan ? a. < Rp.10.000 b. Rp 10.000 – Rp 20.000 c. > Rp 20.000 17. Berapa jumlah rataan Indomie yang dikonsumsi per minggu ? a. 1-3 bungkus c. 7-10 bungkus b. 4-7 bungkus d. > 10 bungkus 18. Indomie rasa apa yang paling sering Anda beli ? a. Indomie goreng d. Indomie rasa ayam b. Indomie rasa kari ayam e. Indomie rasa ayam bawang c. Indomie rasa soto ayam f. Lainnya, sebutkan....... 19. Alasan Anda memilih jenis rasa tersebut : a. Rasa yang enak d. Mudah diperoleh b. Harga terjangkau e. Lainnya, sebutkan....... c. Kemasannya menarik dan higienis 20. Jika ada merek mie instan lain mengadakan promosi (diskon, potongan harga, kupon berhadiah), maka Anda : a. Beralih ke merek lain b. Tidak beralih c. Tidak terpengaruh
87
Lanjutan Lampiran 1. 21. Bagaimana pengaruh keluarga pada saat Anda membeli Indomie : a. Memberitahukan bahwa mereka telah mencoba/ membeli b. Meminta Anda membeli c. Membujuk Anda membeli d. Tidak berkomentar e. Lainnya, sebutkan....... 22. Bagaimana pengaruh teman pada saat Anda membeli Indomie : a. Memberitahukan bahwa mereka telah mencoba/ membeli b. Meminta Anda membeli c. Membujuk Anda membeli d. Tidak berkomentar e. Lainnya, sebutkan....... Tahap Perilaku Pascapembelian 23. Apakah Anda merasa puas setelah mengkonsumsi Indomie ? a. Puas b. Biasa Saja c. Tidak Puas 24. Jika Indomie tidak tersedia, apa yang Anda lakukan ? a. Membeli Mie Instan lain yang tersedia b. Tidak jadi membeli c. Akan mencari ke tempat lain 25. Jika harga Indomie naik, maka Anda : a. Akan tetap membeli b. Tidak jadi membeli c. Membeli merek Mie Instan lain yang lebih murah 26. Menurut Anda, apakah variasi rasa dari Indomie perlu ditambahkan ? a. Ya, sebutkan............... b. Tidak
88
Lanjutan Lampiran 1. IV. Mohon isi kolom pernyataan berikut ini dengan tanda (√) sesuai dengan jawaban Anda. Seberapa penting pengaruh peubah-peubah di bawah ini Anda pertimbangkan dalam proses keputusan pembelian Indomie ? Peubah
Sangat tidak penting
Tidak penting
Biasa
Penting
Sangat penting
Rasa Harga Kepraktisan/ cepat saji Kemudahan memperoleh Merek terkenal Motivasi membeli Iklan Promosi penjualan Pendapatan Jenis Mie Instan Pengaruh keluarga Ukuran berat Pengaruh teman Kemasan Menurut Anda, selain peubah/atribut di atas, apakah ada peubah/atribut lain yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam membeli dan mengkonsumsi Indomie? a. Ya, sebutkan...... b. Tidak
89
Lanjutan Lampiran 1. V. Penilaian konsumen terhadap Indomie dibandingkan merek Mie Instan lain Mohon isi kolom pernyataan berikut ini dengan tanda (X) sesuai dengan jawaban Anda. Produk Atribut Harga Isi (Berat) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam) Kemasan Ketersediaan Merek Terkenal
INDOMIE 5. Sangat Murah 5. Sangat Banyak 5. Sangat Berselera 5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa 5. Sangat Beragam 5. Sangat Baik 5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
4. Murah
3. Biasa Saja
2. Mahal
1. Sangat Mahal
4. Banyak
3. Sudah Pas
2. Sedikit
1. Sangat Sedikit
4. Berselera
3. Biasa Saja
4. Kenyal
3. Sudah Pas
4. Terasa
3. Biasa Saja
4. Beragam
3. Biasa Saja
4. Baik
3. Biasa Saja
2. Tidak Berselera 2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa 2. Tidak Beragam 2. Buruk
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam 1. Sangat Buruk
4. Mudah Diperoleh
3. Biasa Saja
2. Sulit Diperoleh
1. Sangat Sulit Diperoleh
4. Populer
3. Biasa Saja
2. Tidak Populer
1. Sangat Tidak Populer
Produk Atribut Harga Isi (Berat) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam) Kemasan Ketersediaan Merek Terkenal
MIE SEDAAP 5. Sangat Murah 5. Sangat Banyak 5. Sangat Berselera 5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa 5. Sangat Beragam 5. Sangat Baik 5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
4. Murah
3. Biasa Saja
2. Mahal
1. Sangat Mahal
4. Banyak
3. Sudah Pas
2. Sedikit
1. Sangat Sedikit
4. Berselera
3. Biasa Saja
4. Kenyal
3. Sudah Pas
4. Terasa
3. Biasa Saja
4. Beragam
3. Biasa Saja
4. Baik
3. Biasa Saja
2. Tidak Berselera 2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa 2. Tidak Beragam 2. Buruk
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam 1. Sangat Buruk
4. Mudah Diperoleh
3. Biasa Saja
2. Sulit Diperoleh
1. Sangat Sulit Diperoleh
4. Populer
3. Biasa Saja
2. Tidak Populer
1. Sangat Tidak Populer
90
Lanjutan Lampiran 1. Produk Atribut Harga Isi (Berat) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam) Kemasan Ketersediaan Merek Terkenal
SUPERMI 5. Sangat Murah 5. Sangat Banyak 5. Sangat Berselera 5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa 5. Sangat Beragam 5. Sangat Baik 5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
4. Murah
3. Biasa Saja
2. Mahal
1. Sangat Mahal
4. Banyak
3. Sudah Pas
2. Sedikit
1. Sangat Sedikit
4. Berselera
3. Biasa Saja
4. Kenyal
3. Sudah Pas
4. Terasa
3. Biasa Saja
4. Beragam
3. Biasa Saja
4. Baik
3. Biasa Saja
2. Tidak Berselera 2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa 2. Tidak Beragam 2. Buruk
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam 1. Sangat Buruk
4. Mudah Diperoleh
3. Biasa Saja
2. Sulit Diperoleh
1. Sangat Sulit Diperoleh
4. Populer
3. Biasa Saja
2. Tidak Populer
1. Sangat Tidak Populer
Produk Atribut Harga Isi (Berat) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam) Kemasan Ketersediaan Merek Terkenal
SARIMI 5. Sangat Murah 5. Sangat Banyak 5. Sangat Berselera 5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa 5. Sangat Beragam 5. Sangat Baik 5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
4. Murah
3. Biasa Saja
2. Mahal
1. Sangat Mahal
4. Banyak
3. Sudah Pas
2. Sedikit
1. Sangat Sedikit
4. Berselera
3. Biasa Saja
4. Kenyal
3. Sudah Pas
4. Terasa
3. Biasa Saja
4. Beragam
3. Biasa Saja
4. Baik
3. Biasa Saja
2. Tidak Berselera 2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa 2. Tidak Beragam 2. Buruk
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam 1. Sangat Buruk
4. Mudah Diperoleh
3. Biasa Saja
2. Sulit Diperoleh
1. Sangat Sulit Diperoleh
4. Populer
3. Biasa Saja
2. Tidak Populer
1. Sangat Tidak Populer
....TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA DALAM PENGISIAN KUESIONER INI....
91
Lampiran 2. Kuesioner penelitian
KUESIONER Saya Renny Aulia, mahasiswa Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan penelitian tentang Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Pemetaan Persepsi Indomie (Studi Kasus pada Konsumen Mahasiswa Indekos dan Asrama TPB di IPB, Bogor). Penelitian ini digunakan untuk memenuhi tugas penyelesaian Skripsi Program Sarjana. Demi tercapainya hasil yang diinginkan, mohon kesediaan Anda untuk menjadi salah satu responden dan ikut berpartisipasi dalam mengisi kuesioner ini secara lengkap dan benar. Atas bantuannya saya ucapkan banyak terima kasih. Petunjuk : Isilah jawaban Anda pada tempat (titik-titik) yang telah disediakan Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda. SCREENING Apa Anda pernah mengkonsumsi Indomie ? a. Ya b. Tidak Jika Ya, dilanjutkan; Jika Tidak, terima kasih Anda tidak perlu melanjutkan pengisian kuesioner. I. Identitas Responden Nama : ................................................. Fakultas/Angkatan : ................................................. No. HP / Telp. : ................................................. Alamat Bogor : ................................................. II. Data Umum Responden 1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 2. Usia : a. 19 tahun b. 20 tahun c. 21 tahun d. 22 tahun e. Lainnya, Sebutkan .... 3. Semester : a. 1 b.2 c.3 d.4 e.5 f.6 g.7 h.8 i. Lainnya, Sebutkan ... 4. Sumber pendapatan per bulan : a. Orang tua b. Beasiswa atau bantuan lainnya c. Pendapatan sendiri d. Lainnya, Sebutkan ..........
92
Lanjutan Lampiran 2. III. Tahap-tahap Proses Keputusan Pembelian Tahap Pengenalan Kebutuhan 1. Apa motivasi/alasan utama Anda mengkonsumsi Indomie ? a. Praktis/ kecepatan penyajian e. Rasa yang khas b. Harganya yang terjangkau f. Pengaruh keluarga c. Ingin mencoba g. Melihat orang lain membeli d. Sedang lapar h. Lainnya, sebutkan....... 2. Manfaat apa yang Anda cari dalam mengkonsumsi Indomie ? a. Sebagai makanan pengganti nasi d. Sebagai sarapan pagi b. Sebagai makanan selingan e. Lainnya, sebutkan...... c. Sebagai makanan cadangan ketika begadang 3. Apa yang Anda rasakan jika tidak mengkonsumsi Indomie ? a. Merasa ada yang kurang c. Merasa sangat kehilangan b. Biasa saja 4. Pada saat kapan Anda mengkonsumsi Indomie ? a. Pagi hari d. Setelah beraktivitas b. Siang hari e. Lainnya, sebutkan........ c. Malam hari Tahap Pencarian Informasi 5. Darimana Anda mengetahui tentang produk Indomie ? a. Keluarga d. Penjual b. Teman e. Majalah/ koran c. Televisi f. Lainnya, sebutkan...... 6. Media apa yang paling mempengaruhi Anda dalam mengkonsumsi Indomie ? a. Keluarga d. Penjual b. Teman e. Majalah/ koran c. Televisi f. Lainnya, sebutkan...... 7. Bagaimana iklan mempengaruhi Anda dalam mengkonsumsi Indomie? a. Membuat Anda tertarik untuk mencoba/ membeli b. Tidak berpengaruh 8. Jika Anda melihat atau mendengar promosi mengenai Indomie, maka yang menjadi fokus perhatian Anda adalah : a. Harga d. Kandungan gizi b. Rasa dan variasinya e. Lainnya, sebutkan..... c. Kemasan Tahap Evaluasi Alternatif 9. Apa yang Anda pertimbangkan pertama kali sebelum membeli Indomie ? a. Harga d. Ukuran berat/ volume b. Rasa dan variasinya e. Praktis dalam penggunaan c. Kemasan f. Lainnya, sebutkan.......
93
Lanjutan Lampiran 2. 10. Menurut Anda, produk Indomie yang bermutu dapat dilihat dari : a. Harga e. Rasa b. Merek terkenal f. Komposisi pada label c. Kepraktisannya g. Lainnya, sebutkan...... d. Kemasan Tahap Proses Pembelian 11. Alasan Anda mengkonsumsi Indomie ? a. Rasanya cocok d. Merek terkenal b. Harganya terjangkau e. Mudah didapat c. Berat bersihnya besar f. Lainnya, sebutkan......... 12. Dimana biasanya Anda membeli Indomie ? a. Supermarket atau swalayan c. Pedagang grosir b. Toko/ warung d. Lainnya, sebutkan....... 13. Bagaimana cara Anda memutuskan pembelian Indomie ? a. Tergantung situasi b. Mendadak (niat membeli baru dirasakan ketika berbelanja) c. Terencana (sudah direncanakan sejak dari kostan atau asrama) 14. Berapa jumlah rataan Indomie yang dikonsumsi per minggu ? a. 1-3 bungkus c. 7-10 bungkus b. 4-7 bungkus d. > 10 bungkus 15. Indomie rasa apa yang paling sering Anda beli ? a. Indomie goreng d. Indomie rasa ayam bawang b. Indomie rasa kari ayam e. Indomie rasa kaldu ayam c. Indomie rasa soto mie f. Lainnya, sebutkan....... 16. Alasan Anda memilih jenis rasa tersebut : a. Rasa yang enak d. Mudah diperoleh b. Harga terjangkau e. Lainnya, sebutkan....... c. Kemasannya menarik dan higienis 17. Jika ada merek mie instan lain mengadakan promosi (diskon, potongan harga dan kupon berhadiah), maka Anda : a. Beralih ke merek lain b. Tidak beralih Tahap Perilaku Pascapembelian 18. Apakah Anda merasa puas setelah mengkonsumsi Indomie ? a. Puas b. Biasa Saja c. Tidak Puas 19. Jika Indomie tidak tersedia, apa yang Anda lakukan ? a. Membeli Mie Instan lain yang tersedia b. Tidak jadi membeli c. Akan mencari ke tempat lain 20. Jika harga Indomie naik, maka Anda : a. Akan tetap membeli b. Tidak jadi membeli c. Membeli merek Mie Instan lain yang lebih murah
94
Lanjutan Lampiran 2. 21. Menurut Anda, apakah variasi rasa dari Indomie perlu ditambahkan ? a. Ya, sebutkan............... b. Tidak IV. Mohon isi kolom pernyataan berikut ini dengan tanda (√) sesuai dengan jawaban Anda. Seberapa penting pengaruh peubah-peubah di bawah ini Anda pertimbangkan dalam proses keputusan pembelian Indomie ?
Peubah Rasa Harga Kepraktisan/ cepat saji Kemudahan memperoleh Merek terkenal Motivasi membeli Iklan Promosi penjualan Pendapatan Jenis Mie Instan Pengaruh keluarga Ukuran berat Pengaruh teman Kemasan Masa Kadaluarsa Kandungan Gizi Label Halal
Sangat tidak penting (1)
Tidak penting (2)
Biasa (3)
Penting (4)
Sangat penting (5)
95
V. Penilaian konsumen terhadap Indomie dibandingkan merek Mie Instan lain Mohon isi kolom pernyataan berikut ini dengan tanda (X) sesuai dengan jawaban Anda. Produk Atribut Harga (Goreng Rp 1050, kuah Rp 900) Isi (Berat) (Goreng 85 gr, kuah 65 gr) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam) Kemasan (Warna, gambar bungkus) Ketersediaan Merek Terkenal Produk Atribut Harga (Goreng Rp 875, kuah Rp 750) Isi (Berat) (Goreng 90 gr, kuah 70 gr) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam)
INDOMIE 1. Sangat Mahal
2. Mahal
3. Biasa Saja
4. Murah
5. Sangat Murah
1. Sangat Sedikit
2. Sedikit
3. Sudah Pas
4. Banyak
5. Sangat Banyak
2. Tidak Berselera
3. Biasa Saja
4. Berselera
5. Sangat Berselera
3. Sudah Pas
4. Kenyal
3. Biasa Saja
4. Terasa
2. Tidak Beragam
3. Biasa Saja
4. Beragam
5. Sangat Beragam
2. Tidak Menarik
3. Biasa Saja
4. Menarik
5. Sangat Menarik
2. Sulit Diperoleh
3. Biasa Saja
4. Mudah Diperoleh
2. Tidak Populer
3. Biasa Saja
4. Populer
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam 1. Sangat Tidak Menarik 1. Sangat Sulit Diperoleh 1. Sangat Tidak Populer
2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa
5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa
5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
MIE SEDAAP 1. Sangat Mahal
2. Mahal
3. Biasa Saja
4. Murah
5. Sangat Murah
1. Sangat Sedikit
2. Sedikit
3. Sudah Pas
4. Banyak
5. Sangat Banyak
2. Tidak Berselera
3. Biasa Saja
4. Berselera
5. Sangat Berselera
2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa
3. Sudah Pas 3. Biasa Saja
2. Tidak Beragam
3. Biasa Saja
4. Beragam
5. Sangat Beragam 5. Sangat Menarik
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam
4. Kenyal 4. Terasa
Kemasan (Warna, gambar bungkus)
1. Sangat Tidak Menarik
2. Tidak Menarik
3. Biasa Saja
4. Menarik
Ketersediaan
1. Sangat Sulit Diperoleh
2. Sulit Diperoleh
3. Biasa Saja
4. Mudah Diperoleh
Merek Terkenal
1. Sangat Tidak Populer
2. Tidak Populer
3. Biasa Saja
4. Populer
5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa
5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
96
Lanjutan Lampiran 2. Produk Atribut Harga (Goreng Rp 850, kuah Rp 700) Isi (Berat) (Goreng 90 gr, kuah 75 gr) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam)
SUPERMI 1. Sangat Mahal
2. Mahal
3. Biasa Saja
4. Murah
5. Sangat Murah
1. Sangat Sedikit
2. Sedikit
3. Sudah Pas
4. Banyak
5. Sangat Banyak
2. Tidak Berselera
3. Biasa Saja
4. Berselera
5. Sangat Berselera
3. Sudah Pas
4. Kenyal
3. Biasa Saja
4. Terasa
2. Tidak Beragam
3. Biasa Saja
4. Beragam
5. Sangat Beragam 5. Sangat Menarik
1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam
2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa
Kemasan (Warna, gambar Bungkus)
1. Sangat Tidak Menarik
2. Tidak Menarik
3. Biasa Saja
4. Menarik
Ketersediaan
1. Sangat Sulit Diperoleh
2. Sulit Diperoleh
3. Biasa Saja
4. Mudah Diperoleh
Merek Terkenal
1. Sangat Tidak Populer
2. Tidak Populer
3. Biasa Saja
4. Populer
Produk Atribut Harga (Kuah Rp 725) Isi (Berat) (Kuah 70 gr) Aroma Tekstur (Kekenyalan) Rasa (Gurih) Cita Rasa (Beragam)
5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa
5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
SARIMI 1. Sangat Mahal 1. Sangat Sedikit 1. Sangat Tidak Berselera 1. Sangat Tidak Kenyal 1. Sangat Tidak Terasa 1. Sangat Tidak Beragam
5. Sangat Murah 5. Sangat Banyak
2. Mahal
3. Biasa Saja
4. Murah
2. Sedikit
3. Sudah Pas
4. Banyak
2. Tidak Berselera
3. Biasa Saja
4. Berselera
3. Sudah Pas
4. Kenyal
3. Biasa Saja
4. Terasa
2. Tidak Beragam
3. Biasa Saja
4. Beragam
5. Sangat Beragam 5. Sangat Menarik
2. Tidak Kenyal 2. Tidak Terasa
Kemasan (Warna, gambar Bungkus)
1. Sangat Tidak Menarik
2. Tidak Menarik
3. Biasa Saja
4. Menarik
Ketersediaan
1. Sangat Sulit Diperoleh
2. Sulit Diperoleh
3. Biasa Saja
4. Mudah Diperoleh
Merek Terkenal
1. Sangat Tidak Populer
2. Tidak Populer
3. Biasa Saja
4. Populer
5. Sangat Berselera 5. Sangat Kenyal 5. Sangat Terasa
5. Sangat Mudah Diperoleh 5. Sangat Populer
....TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA DALAM PENGISIAN KUESIONER INI....
Lampiran 3. Hasil uji validitas analisis faktor
97
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14
Koefisien r 0,301 0,323 0,487 0,580 0,614 0,304 0,664 0,759 0,719 0,554 0,676 0,650 0,594 0,617
Kesimpulan Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 4. Hasil uji validitas analisis biplot Indomie No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,114 -0,117 0,777 0,620 0,630 0,542 0,549 0,776 0,660
Kesimpulan Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 5. Hasil uji validitas analisis biplot Mie Sedaap No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,468 0,326 0,670 0,418 0,529 0,404 0,295 0,426 0,672
Kesimpulan Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid
Lampiran 6. Hasil uji validitas analisis biplot Supermi
98
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,269 0,514 0,716 0,587 0,769 0,819 0,794 0,811 0,711
Kesimpulan Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 7. Hasil uji validitas analisis biplot Sarimi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,236 0,416 0,512 0,389 0,796 0,821 0,751 0,654 0,596
Kesimpulan Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 8. Output SPSS uji reliabilitas analisis faktor
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
31.0
N of Items = 3
.9161
Lampiran 9. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Indomie
99
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
31.0
N of Items = 6
.8114
Lampiran 10. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Mie Sedaap
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
31.0
N of Items = 9
.7854
Lampiran 11. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Supermi
100
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
30.0
N of Items = 12
.8118
Lampiran 12. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Sarimi
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = Alpha =
30.0
N of Items = 15
.8291
Lampiran 13. Hasil uji reliabilitas analisis faktor dan analisis biplot Analisis Faktor Biplot Indomie Biplot Mie Sedaap Biplot Supermi Biplot Sarimi
Harga Koefisien α 0,9161 0,8114 0,7854 0,8118 0,8291
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Lampiran 14. Hasil uji validitas analisis faktor dari 100 responden
101
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Peubah X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17
Koefisien r 0,452 0,578 0,629 0,608 0,536 0,587 0,663 0,615 0,487 0,586 0,576 0,537 0,510 0,587 0,492 0,523 0,503
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 15. Hasil uji validitas analisis biplot Indomie dari 100 responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,294 0,443 0,443 0,609 0,632 0,630 0,557 0,538 0,659
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 16. Hasil uji validitas analisis biplot Mie Sedaap dari 100 responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,419 0,419 0,720 0,768 0,694 0,482 0,558 0,433 0,580
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 17. Hasil uji validitas analisis biplot Supermi 100 dari responden
102
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,463 0,443 0,769 0,716 0,751 0,618 0,658 0,658 0,575
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 18. Hasil uji validitas analisis biplot Sarimi dari 100 responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Koefisien r 0,444 0,695 0,695 0,675 0,745 0,622 0,627 0,653 0,726
Kesimpulan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Lampiran 19. Output SPSS uji reliabilitas analisis faktor dari 100 responden
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 Alpha =
.9118
N of Items = 3
103
Lampiran 20. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Indomie dari 100 responden
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 Alpha =
N of Items = 3
.8836
Lampiran 21. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Mie Sedaap dari 100 responden
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 Alpha =
N of Items = 3
.8889
Lampiran 22. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Supermi dari 100 responden
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 Alpha =
.9045
N of Items = 3
104
Lampiran 23. Output SPSS uji reliabilitas analisis biplot Sarimi dari 100 responden
Reliability ****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 Alpha =
N of Items = 3
.8948
Lampiran 24. Hasil uji reliabilitas analisis faktor dan analisis biplot dari 100 responden Analisis Faktor Biplot Indomie Biplot Mie Sedaap Biplot Supermi Biplot Sarimi
Harga Koefisien α 0,9118 0,8836 0,8889 0,9045 0,8948
Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
105
Lampiran 25. Hasil analisis faktor
Factor Analysis a. KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square df Sig.
.755 724.646 136 .000
b. Communalities Initial RASA HARGA PRAKTIS MDHPRLH TERKENAL MOTIVASI IKLAN PROMOSI PNDPTN JENISMIE KELUARGA UKURAN TEMAN KEMASAN KDALRSA KNDNGZI LEBLHLAL
Extraction
1.000 .655 1.000 .701 1.000 .682 1.000 .685 1.000 .700 1.000 .392 1.000 .822 1.000 .823 1.000 .821 1.000 .677 1.000 .863 1.000 .809 1.000 .890 1.000 .787 1.000 .705 1.000 .760 1.000 .608 Extraction Method: Principal Component Analysis.
106
Lanjutan Lampiran 25. c. Anti-image Matrices RASA Anti-image Covariance
RASA HARGA PRAKTIS MDHPRLH TERKENAL MOTIVASI IKLAN PROMOSI PNDPTN JENISMIE KELUARGA UKURAN TEMAN KEMASAN KDALRSA KNDNGZI LEBLHLAL
Anti-image Correlation
RASA HARGA PRAKTIS MDHPRLH TERKENAL MOTIVASI IKLAN
MDHPRLH
TERKENAL
MOTIVASI
KELUARGA
UKURAN
.591
HARGA -,061
PRAKTIS -,088
3.561E-02
2.582E-02
7.508E-02
IKLAN 1.360E-02
PROMOSI -3.640E-04
PNDPTN 5.421E-02
JENISMIE -8.559E-02
-3.700E-02
.114
-1.753E-02
TEMAN
KEMASAN -9.288E-02
KDALRSA -.141
KNDNGZI 3.407E-02
LEBLHLAL -.137
-,061
.529
-,088
3.660E-02
2.069E-02
-2.594E-02
2.881E-02
-4.702E-02
-.108
-7.120E-02
-1.410E-02
-.149
3.908E-02
8.643E-02
-6.042E-02
-6.688E-02
-3.318E-02
-,088
-,088
.451
-.209
-7.802E-02
-4.191E-03
-9.383E-02
6.283E-02
3.343E-02
2.266E-02
1.089E-02
-5.832E-02
-1.685E-02
5.631E-02
2.418E-02
-3.250E-02
-1.911E-02
3.561E-02
3.660E-02
-.209
.481
-5.697E-02
-5.832E-02
1.495E-03
-1.198E-02
-5.111E-02
-1.363E-02
1.321E-02
-4.932E-03
-1.672E-02
-7.049E-02
-.128
8.688E-02
-2.799E-02
2.582E-02
2.069E-02
-,078
-5.697E-02
.549
-6.028E-02
-5.723E-02
-1.204E-02
-2.860E-02
-.102
-6.244E-04
7.428E-02
-5.498E-02
-1.648E-02
-4.091E-02
.137
-5.498E-02
7.508E-02
-,026
-,004
-5.832E-02
-6.028E-02
.685
-7.610E-03
-1.782E-02
-3.872E-02
-4.273E-02
-1.133E-02
-1.538E-02
-3.540E-02
-9.189E-02
-1.994E-02
3.412E-02
-9.954E-02
1.360E-02
2.881E-02
-,094
1.495E-03
-5.723E-02
-7.610E-03
.252
-.189
9.240E-02
-.107
-6.591E-03
4.173E-02
-6.816E-04
-1.718E-02
2.577E-03
-5.231E-02
5.060E-02
,000
-,047
6.283E-02
-1.198E-02
-1.204E-02
-1.782E-02
-.189
.264
-.147
9.738E-02
-1.014E-03
-9.601E-02
3.236E-02
-6.900E-02
2.091E-02
4.985E-02
-3.654E-02
5.421E-02
-.108
3.343E-02
-5.111E-02
-2.860E-02
-3.872E-02
9.240E-02
-.147
.591
-.133
-8.280E-02
6.455E-02
1.987E-02
9.747E-02
-4.535E-02
-7.300E-02
7.981E-02
-,086
-,071
2.266E-02
-1.363E-02
-.102
-4.273E-02
-.107
9.738E-02
-.133
.542
-6.500E-02
4.780E-02
4.816E-02
-9.732E-02
.118
-7.407E-02
-5.294E-02
-,037
-,014
1.089E-02
1.321E-02
-6.244E-04
-1.133E-02
-6.591E-03
-1.014E-03
-8.280E-02
-6.500E-02
.299
-2.883E-02
-.221
-2.979E-03
-3.336E-02
6.410E-02
1.127E-02
.114
-.149
-,058
-4.932E-03
7.428E-02
-1.538E-02
4.173E-02
-9.601E-02
6.455E-02
4.780E-02
-2.883E-02
.537
-8.684E-02
-1.885E-02
3.839E-02
-7.218E-02
-.102
-,018
3.908E-02
-,017
-1.672E-02
-5.498E-02
-3.540E-02
-6.816E-04
3.236E-02
1.987E-02
4.816E-02
-.221
-8.684E-02
.300
-2.763E-02
5.813E-02
-6.259E-02
3.302E-02
-,093
8.643E-02
5.631E-02
-7.049E-02
-1.648E-02
-9.189E-02
-1.718E-02
-6.900E-02
9.747E-02
-9.732E-02
-2.979E-03
-1.885E-02
-2.763E-02
.560
4.491E-03
-.164
5.935E-02
-.141
-,060
2.418E-02
-.128
-4.091E-02
-,020
2.577E-03
2.091E-02
-,045
.118
-3.336E-02
3.839E-02
5.813E-02
4.491E-03
.420
-.182
-.112
3.407E-02
-,067
-,033
8.688E-02
.137
3.412E-02
-,052
4.985E-02
-,073
-,074
6.410E-02
-,072
-,063
-.164
-.182
.434
-5.847E-02
-.137
-,033
-,019
-2.799E-02
-5.498E-02
-,100
5.060E-02
-,037
7.981E-02
-,053
1.127E-02
-.102
3.302E-02
5.935E-02
-.112
-,058
.553
.776(a)
-.108
-.171
6.673E-02
4.531E-02
.118
3.521E-02
-,001
9.165E-02
-.151
-8.794E-02
.201
-,042
-.161
-.283
6.722E-02
-.240
-.108
.843(a)
-.181
7.256E-02
3.840E-02
-,043
7.891E-02
-.126
-.194
-.133
-3.545E-02
-.280
9.815E-02
.159
-.128
-.140
-6.137E-02
-.171
-.181
.807(a)
-.448
-.157
-,008
-.278
.182
6.475E-02
4.584E-02
2.965E-02
-.119
-,046
.112
5.555E-02
-,073
-3.827E-02
6.673E-02
7.256E-02
-.448
.818(a)
-.111
-.102
4.291E-03
-,034
-,096
-,027
3.480E-02
-,010
-,044
-.136
-.286
.190
-5.425E-02
4.531E-02
3.840E-02
-.157
-.111
.847(a)
-,098
-.154
-,032
-,050
-.187
-1.540E-03
.137
-.135
-,030
-,085
.280
-9.979E-02
.118
-,043
-,008
-.102
-9.834E-02
.927(a)
-,018
-,042
-,061
-,070
-2.504E-02
-,025
-,078
-.148
-,037
6.258E-02
-.162
3.521E-02
7.891E-02
-.278
4.291E-03
-.154
-,018
.710(a)
-.733
.239
-.290
-2.399E-02
.113
-,002
-,046
7.914E-03
-.158
.135
10784
Lanjutan Lampiran 25. RASA PROMOSI PNDPTN JENISMIE KELUARGA UKURAN TEMAN KEMASAN KDALRSA KNDNGZI LEBLHLAL
MDHPRLH
TERKENAL
MOTIVASI
KELUARGA
UKURAN
-,001
HARGA -.126
PRAKTIS .182
-3.361E-02
-3.163E-02
-,042
IKLAN -.733
PROMOSI .652(a)
PNDPTN -.373
JENISMIE .257
-3.608E-03
-.255
TEMAN .115
KEMASAN -.179
KDALRSA 6.275E-02
KNDNGZI .147
LEBLHLAL -9.564E-02
9.165E-02
-.194
6.475E-02
-9.579E-02
-5.019E-02
-,061
.239
-.373
.680(a)
-.235
-.197
.115
4.717E-02
.169
-,091
-.144
.140
-.151
-.133
4.584E-02
-2.667E-02
-.187
-,070
-.290
.257
-.235
.751(a)
-.161
8.858E-02
.119
-.177
.248
-.153
-9.669E-02
-,088
-,035
2.965E-02
3.480E-02
-1.540E-03
-,025
-,024
-,004
-.197
-.161
.699(a)
-,072
-.738
-,007
-,094
.178
2.769E-02
.201
-.280
-.119
-9.700E-03
.137
-,025
.113
-.255
.115
8.858E-02
-7.192E-02
.760(a)
-.216
-,034
8.080E-02
-.149
-.186
-,042
9.815E-02
-,046
-4.400E-02
-.135
-,078
-,002
.115
4.717E-02
.119
-.738
-.216
.643(a)
-,067
.164
-.173
8.108E-02
-.161
.159
.112
-.136
-2.972E-02
-.148
-,046
-.179
.169
-.177
-7.275E-03
-,034
-,067
.808(a)
9.255E-03
-.332
.107 -.233
-.283
-.128
5.555E-02
-.286
-8.517E-02
-,037
7.914E-03
6.275E-02
-,091
.248
-9.405E-02
8.080E-02
.164
9.255E-03
.733(a)
-.426
6.722E-02
-.140
-,073
.190
.280
6.258E-02
-.158
.147
-.144
-.153
.178
-.149
-.173
-.332
-.426
.684(a)
-.119
-.240
-,061
-,038
-5.425E-02
-9.979E-02
-.162
.135
-,096
.140
-,097
2.769E-02
-.186
8.108E-02
.107
-.233
-.119
.827(a)
a. Measures of Sampling Adequacy (MSA)
108
Lanjutan Lampiran 25. d. Total Variance Explained Component
Initial Eigenvalues % of Cumulative Total Variance % 1 5.357 31.510 31.510 2 2.094 12.315 43.825 3 1.500 8.826 52.652 4 1.338 7.873 60.525 5 1.085 6.384 66.909 6 1.005 5.913 72.822 7 .756 4.449 77.271 8 .686 4.037 81.308 9 .635 3.738 85.046 10 .500 2.938 87.984 11 .446 2.623 90.607 12 .415 2.440 93.048 13 .340 2.001 95.049 14 .313 1.842 96.891 15 .239 1.406 98.297 16 .159 .933 99.230 17 .131 .770 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Extraction Sums of Squared Loadings % of Cumulative Total Variance % 5.357 31.510 31.510 2.094 12.315 43.825 1.500 8.826 52.652 1.338 7.873 60.525 1.085 6.384 66.909 1.005 5.913 72.822
Scree Plot 6
5
4
3
Eigenvalue
2
1
0 1
2
3
4
5
6
Component Number
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
109
Lanjutan Lampiran 25. f. Component Matrix(a) Component 1
2
3
4
5
6
RASA
.470
.441
5.851E-03
.398
.253
HARGA
.587
.342
.177
-.297
-.276
.208
PRAKTIS
.669
7.613E-02
-.196
.277
-.279
-.187
MDHPRLH
.645
2.614E-02
-.285
.303
-.285
-.118
TERKENAL
.541
-.366
-.371
.330
-.118
.109
MOTIVASI
.589
-.177
-,050
3.640E-02
-,086
-,054
IKLAN
.672
-.308
-.404
-.270
.131
-.149
PROMOSI
.613
-.278
-.305
-.516
-,046
-,092
PNDPTN
.473
-.123
9.545E-02
-.333
-.168
.658
JENISMIE
.583
-.152
-.109
6.604E-02
.381
.391
KELUARGA
.535
-.459
.542
.248
1.349E-02
.110
UKURAN
.508
-,023
.455
-.341
-.278
-.388
TEMAN
.465
-.470
.600
.287
3.172E-02
-,098
KEMASAN
.576
-,081
-,048
-,080
.602
-.280
KDALRSA
.518
.651
1.261E-02
9.802E-02
-,018
5.362E-02
KNDNGZI
.516
.485
.263
-.263
.339
-,069
LEBLHLAL
.520
.549
3.018E-03
.118
-.129
-,075
.132
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 6 components extracted. g. Rotated Component Matrix(a) Component 1
2
3
4
5
6
RASA
.705
.185
7.938E-02
.151
-,022
-.306
HARGA
.506
.142
3.985E-02
3.385E-02
.535
.368
PRAKTIS
.351
.715
.105
.120
-,002
.147
MDHPRLH
.289
.761
9.998E-02
8.227E-02
3.495E-02
6.014E-02
TERKENAL
-,062
.729
.210
.200
.156
-.236
MOTIVASI
.120
.440
.278
.251
.166
.126
IKLAN
-,031
.474
.736
-,002
.201
.117
PROMOSI
-,088
.364
.647
-,078
.383
.333
7.744E-02
8.903E-02
9.442E-02
.159
.879
9.164E-03
.220
.191
.464
.278
.384
-.391
1.969E-02
.183
9.253E-02
.881
.207
4.971E-02
.187
9.093E-02
.176
.341
.103
.779
-,010
.153
9.246E-02
.916
1.896E-03
.141
KEMASAN
.274
6.453E-02
.792
.246
-.138
-,032
KDALRSA
.806
.184
1.787E-02
-,072
.116
5.988E-02
KNDNGZI
.699
-.214
.395
9.222E-02
.120
.216
LEBLHLAL
.703
.288
-,002
-,041
4.192E-02
.167
PNDPTN JENISMIE KELUARGA UKURAN TEMAN
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 17 iterations.
110
Lanjutan Lampiran 25. h. Component Transformation Matrix Component 1
1
2
3
4
5
6
.482
.537
.472
.349
.326
.171
2
.826
-.199
-.243
-.456
-.085
.061
3
.170
-.508
-.279
.717
.042
.345
4
.176
.407
-.412
.373
-.453
-.538
5
.157
-.480
.641
.130
-.243
-.508
6
.031
-.130
-.245
.023
.788
-.549
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Component Plot in Rotated Space
Component 2
1.0
mdhprlh praktis terkenal
.5
iklan motivasipromosi leblhlal kdalrsa rasa jenismie kemasan hargakeluarga teman ukuran pndptn kndngzi
0.0
-.5
1.0
.5
0.0
Component 1
-.5
-.5
0.0
.5
1.0
Component 3
111
Lampiran 26. Hasil analisis biplot
Factor Analysis Total Variance Explained Component
Initial Eigenvalues Total
Extraction Sums of Squared Loadings % of Total Variance Cumulative %
% of Variance
Cumulative %
7,570
84,106
84,106
7,570
84,106
84,106
1,298
14,424
98,530
1,298
14,424
98,530
3
,132
1,470
100,000
4
2,639E-16
2,932E-15
100,000
1 2
5
2,634E-17
2,927E-16
100,000
6
-1.156E-16
-1,284E-15
100,000
7
-2.449E-16
-2,721E-15
100,000
8
-5.507E-16
-6,119E-15
100,000
9
-7.593E-16
-8,436E-15
100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrix(a) Component 1
2
HARGA
-,863
,492
ISI
-,483
,859
AROMA
,996
,073
TEKSTUR
,935
,354
RASA
,926
,274
CITARASA
,967
-,223
KEMASAN
,983
,183
SEDIA
,987
,160
TERKENAL
,996 ,061 Extraction Method: Principal Component Analysis. a 2 components extracted.
112
Lampiran 27. Overlay analisis biplot Subjek Indomie Mie Sedaap Supermi Sarimi Harga Isi Aroma Tekstur Rasa Cita Rasa Kemasan Ketersediaan Merek Terkenal
Score 1 1,23043 0,36668 -0,60333 -0,99377 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Score 2 -0,84241 1,30009 0,26885 -0,72653 . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Load 1
Load 2
. . . .
. . . .
0 0,86346 0 0,48349 0 0,99625 0 0,9351 0 0,92565 0 0,96659 0 0,98273 0 0,98709 0 0,9603
0 0,49216 0 0,85872 0 0,07307 0 0,35425 0 0,2739 0 0,22342 0 0,18314 0 0,15959 0 0,06124
113
Lampiran 28. Hasil Analisis Gerombol
Proximities
a. Case Processing Summary(a) Cases Valid N 100
Missing Percent 100,0%
N 0
Total
Percent ,0%
N 100
a. Euclidean Distance
b. Cluster Membership Case RASA
4 Clusters
3 Clusters
2 Clusters
1
1
1
PRAKTIS
2
2
2
MDHPRLH
2
2
2
TERKENAL
3
2
2
IKLAN
3
2
2
PROMOSI
3
2
2
PNDPTN
2
2
2
KELUARGA
4
3
2
UKURAN
3
2
2
TEMAN
4
3
2
KEMASAN
3
2
2
KDALRSA
1
1
1
KNDNGZI
1
1
1
LEBLHLAL
1
1
1
Percent 100,0%
114
Lanjutan Lampiran 28.
Dendrogram * * * * * * H I E R A R C H I C A L
C L U S T E R
A N A L Y S I S * * * * * *
Dendrogram using Ward Method Rescaled Distance Cluster Combine C A S E Label Num
0 5 10 15 20 25 +---------+---------+---------+---------+---------+
PRAKTIS 2 Ø8ØØØØØÞ MDHPRLH 3 ØÝ ßØØØØØÞ PNDPTN 7 ØØØØØØØÝ Ù IKLAN 5 Ø8ØØØØØÞ ßØØØØØØØØØØØÞ PROMOSI 6 ØÝ ßØÞ Ù Ù KEMASAN 11 ØØØØØØØÝ ßØÞ Ù ßØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÞ TERKENAL 4 ØØØØØØØØØÝ ßØÝ Ù Ù UKURAN 9 ØØØØØØØØØØØÝ Ù Ù KELUARGA 8 Ø8ØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÝ Ù TEMAN 10 ØÝ Ù KDALRSA 12 Ø8ØÞ Ù LEBLHLAL 14 ØÝ ßØØØÞ Ù RASA 1 ØØØÝ ßØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØØÝ KNDNGZI 13 ØØØØØØØÝ