ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR PENENTU EKSPOR KOMODITAS UNGGULAN INDONESIA KE ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI)
DEKI SUNARDI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Deki Sunardi NIM H151120101
RINGKASAN DEKI SUNARDI. Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan TANTI NOVIANTI. Perdagangan internasional merupakan salah satu motor penggerak yang mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pengaruh perdagangan menjadi hal yang sangat penting ketika suatu negara menganut sistem perekonomian terbuka. Keterbukaan perekonomian membuat perpindahan barang dan jasa semakin mudah, sehingga mendorong terciptanya arus globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi. Dalam persaingan perdagangan internasional, negara-negara di dunia sangat mengandalkan ekspor untuk meningkatkan perekonomiannya. Ekspor akan mempengaruhi laju perekonomian di dalam negeri, ketika ekspor semakin meningkat maka investasi yang berasal dari luar atu dalam negeri akan meningkat pula, sehingga akan memperbesar peluang terciptanya lapangan kerja. Pasar ekspor Indonesia saat ini masih terfokus pada negara-negara mitra dagang utama seperti Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, India dan Singapura. Ketergantungan terhadap suatu pasar tertentu dapat berdampak negatif ketika terjadi krisis, sehingga perlu dilakukan suatu diversifikasi pasar tujuan ekspor serta pengembangan komoditas yang memiliki daya saing tinggi. Beberapa negara yang dapat menjadi sasaran pasar tujuan ekspor adalah negaranegara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Pada organisasi tersebut tergabung sebanyak 57 negara yang sangat potensial sebagai pasar ekspor baru. Oleh karena itu dalam rangka diversifikasi pasar dan komoditas ekspor ke OKI maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi dan komoditas unggulan yang berdaya saing di pasar OKI serta menganalisis faktor penentu ekspor komoditas unggulan tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari berbagai sumber seperti Trade Map, WITS, Worldbank, CEPII dan WTO pada periode tahun 2004 sampai dengan 2013 yang meliputi sepuluh besar negara anggota OKI yang menjadi pasar ekspor Indonesia. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), Intra Industry Trade (IIT), Export Product Dynamics (EPD) serta estimasi faktor penentu ekspor dengan model gravitasi yang terdiri dari variabel tingkat pendapatan per kapita, perbedaan PDB per kapita, nilai tukar riil, jarak ekonomi, tarif dan kesamaan bahasa. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi ekonomi negara-negara anggota OKI cukup besar. Ekspor Indonesia ke negara anggota OKI seperti Turki, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Iran dan Malaysia sejalan dengan pertumbuhan ekonominya. Komoditas ekspor terbesar Indonesia ke pasar OKI sebagian besar memiliki nilai RCA diatas satu yang berarti komoditas tersebut merupakan keunggulan komparatif bagi Indonesia seperti komoditi palm oil & its fraction (HS 1511), coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701), uncoated paper for writing, printing etc.(HS 4802), coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011) dan lain-lain. Sementara berdasarkan analisis IIT,
perdagangan Indonesia ke OKI terjadi secara satu arah dengan derajat integrasi tertinggi hanya sama tingkat integrasi sedang untuk komoditi petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (HS 2713) dan petroleum gases (HS 2711). Posisi pasar komoditas Indonesia yang dianalisis dengan metode EPD menunjukkan bahwa dari 15 besar komoditas ekspor terbesar Indonesia ke OKI, 7 komoditi diantaranya berada pada posisi rising star, 6 komoditi pada posisi falling star dan 2 komoditi berada di posisi lost opportunity. Dari sekian banyak komoditas ekspor Indonesia ke pasar OKI, dilakukan pemilihan hanya lima komoditi yang dianalisis menggunakan model gravitasi berdasarkan hasil RCA, IIT, EPD serta adanya kesinambungan data ekspor dalam kurun waktu 10 tahun periode penelitian. Komoditi tersebut yaitu palm oil & its fraction (HS 1511), soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401), industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011) dan uncoated paper for writing, printing etc.(HS 4802). Hasil analisis model gravitasi terhadap komoditas tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel penjelas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai ekspor Indonesia dengan tingkat signifikansi yang berbeda-beda untuk tiap komoditi. Kata kunci: RCA, IIT, EPD, model gravitasi
SUMMARY DEKI SUNARDI. Analysis of Competitiveness and Determinants Export of Priority Commodities from Indonesia to Organization of Islamic Cooperation (OIC). Supervised by RINA OKTAVIANI and TANTI NOVIANTI. International trade can stimulate economic growth of a country. The influence of trade becomes very important when a country adopts an open economic system. An openness of economy makes goods and services move more easy, thus encouraging the creation of globalization that can not be irreversible. In international trade competition, countries in the world are relying on exports to boost its economy. Exports will affect economic growth in the country, where the high exports will attract investment from both outside and inside the country, thereby increasing the chances of job creation. Indonesia's export market is still focused on some major trading partners such as the People's Republic of China, Japan, USA, India and Singapore. Dependence on a certain market can have a negative impact if there is a crisis, so it need some diversification of export markets and the development of a commodity that has high competitiveness to anticipate the problem. Organization of Islamic Cooperation (OIC) is a potential market for Indonesian commodities. This organization consists of 57 countries with huge potential as a new export market. In order to diversify export markets and commodities to OIC, the aims of this study is to analyze the potential economies of OIC, analyze the competitiveness and the level of integration of Indonesian commodities, and to analyze the determinants of Indonesia's main exports. The data used in this research is taken from various sources such as Trade Map, WITS, Worldbank, CEPII and WTO from 2004 to 2013. The scope of the research is ten countries which Indonesia have largest export to OIC. The analytical method used is analysis of Revealed Comparative Advantage (RCA), Intra Industry Trade (IIT) and Export Product Dynamics (EPD). While to estimated determinants of export is using gravity model that consist of variable income per capita, GDP per capita differences, exchange rates, economic distance, tariff and common language. The analysis showed that the Gross Domestic Product (GDP) of the OIC member countries are quite high in line with Indonesia's exports to countries such as Turkey, Saudi Arabia, United Arab Emirates, Iran and Malaysia. From commodities that have largest export to OIC, most of them have RCA value above one. This value means that those commodities is Indonesia's comparative advantage such as palm oil & its fraction (HS 1511), coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701), uncoated paper for writing, printing etc.(HS 4802), coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011) etc. While based on the analysis of the IIT, Indonesian trade to OIC still on one direction with the highest degree of integration at the level medium integration for commodities petroleum coke, petroleum bitumen and other residues of petroleum oils (HS 2713) and petroleum gases (HS 2711). The market position of Indonesian commodity are analyzed by the EPD method. This method shows that from fifteen largest export commodities Indonesia to the OIC, seven commodity of them are in
rising star position, six commodity at falling star and two commodities are in lost opportunities position. From many commodities that Indonesia export to OIC market, next step is choose only five commodities were analyzed using gravity model based on the results of RCA, IIT, EPD and the continuity of the export data in the past 10 years of the study period. The commodity is palm oil and its fraction (HS 1511), soap; organic surface-active preparations for use soap (HS 3401), industrial Monocarboxylic fatty acid (HS 3823), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011) and uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802). The results of the gravity model to those commodities indicate that the explanatory variables significantly affect the value of Indonesian exports with the level of significance is different for each commodity. Keywords: RCA, IIT, EPD, gravity model
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR PENENTU EKSPOR KOMODITAS UNGGULAN INDONESIA KE ORGANISASI KERJASAMA ISLAM (OKI)
DEKI SUNARDI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:
Prof Dr Ir Bonar M. Sinaga, MA
Judul Tesis : Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Nama : Deki Sunardi NIM : H151120101 Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS Ketua
Dr Tanti Novianti, SP, MSi Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 19 Desember 2014
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah kebijakan perdagangan, dengan judul Analisis Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penelitian ini, khususnya kepada yang terhormat : 1. Prof Dr Ir Rina Oktaviani, MS dan Dr Tanti Novianti, SP, M.Si selaku komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dari awal sampai selesainya tesis ini. 2. Menteri Perdagangan dan Direktur Pengembangan Mutu Barang Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen Kementerian Perdagangan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan program studi Magister di Sekolah Pascasarjana IPB. 3. Prof Dr Ir Bonar M. Sinaga, MA selaku penguji luar komisi dan Dr Alla Asmara, SPt, MSi selaku perwakilan Program Studi Ilmu Ekonomi yang telah memberikan masukan pada pelaksanaan ujian tesis. 4. Dr Ir R. Nunung Nuryartono, MSi selaku ketua Program Studi Ilmu Ekonomi beserta seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha yang telah memberikan ilmu dan kelancaran dalam proses perkuliahan. 5. Kepala Balai Sertifikasi dan rekan-rekan di UPT Balai Sertifikasi yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil. 6. Orang tua dan saudara-saudaraku yang senantiasa mendoakan penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan di IPB. 7. Teman-teman semua di Fakultas Ilmu Ekonomi IPB, khususnya kelas Kemendag atas segala kebersamaan selama menempuh pendidikan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang dalam kepada istri tercinta Merry Helpetiah, SPi, MM, ananda Virny Aulia Maharani dan Darren Ardiansyah atas segala kesabaran, doa dan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Januari 2015 Deki Sunardi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR LAMPIRAN
i
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 5 6 6
2 TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional Daya Saing dan Integrasi Ekonomi Model Gravitasi Tinjauan Empiris Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
6 6 8 10 10 12 13
3 METODE Jenis dan Sumber Data Metode Analisis
14 14 15
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Ekonomi OKI Komoditas Unggulan Ekspor Indonesia ke OKI Analisis Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke OKI
21 21 27 36
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
40 40 41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5.
Neraca perdagangan Indonesia Jenis dan sumber data Klasifikasi Intra Industry Trade (IIT) Matriks EPD PDB negara pasar ekspor Indonesia di OKI tahun 2009-2013 (juta US$) 6. Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke negara anggota OKI periode tahun 2004-2013 7. Ekspor 15 komoditi terbesar Indonesia ke OKI 8. Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) komoditi Indonesia ke OKI Tahun 2009-2013 9. Nilai IIT (Intra Industry Trade) komoditi Indonesia ke OKI tahun 20092013 10. Hasil analisis EPD (Export Product Dynamics) komoditi ekspor Indonesia ke pasar OKI 11. Lima komoditi unggulan Indonesia ke pasar OKI 12. Hasil uji koefisien faktor-faktor penentu ekspor komoditas unggulan Indonesia ke OKI
2 15 16 17 25 27 29 31 33 34 36 37
DAFTAR GAMBAR Total dan share PDB OKI terhadap PDB dunia Tahun 2004-2013 Share total ekspor Indonesia ke OKI Pola perdagangan inter industry trade dan intra industry trade Kerangka pemikiran Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis dalam EPD Pengujian model data panel Sepuluh besar PDB negara anggota Organisasi Kerjasama Islam tahun 2013 8. Perbedaan PDB per kapita Indonesia dengan sepuluh negara OKI 9. Sepuluh besar eksportir dan importir OKI tahun 2013 10. Populasi Indonesia dan negara-negara OKI 11. Total ekspor Indonesia ke OKI Tahun 2004-2013 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
4 5 9 13 18 20 22 22 23 26 28
DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil estimasi komoditi HS 1511 (Palm oil and its fraction) 2. Hasil estimasi komoditi HS 3401 (Soap; organic surface-active preparations for soap use) 3. Hasil estimasi komoditi HS 3823 (Industrial monocarboxylic fatty acid) 4. Hasil estimasi komoditi HS 4011 (New pneumatic tires) 5. Hasil estimasi komoditi HS 4802 (Uncoated paper for writing, printing etc.) 6. Hasil uji Hausman komoditi HS 1511 7. Hasil uji Hausman komoditi HS 3401 8. Hasil uji Hausman komoditi HS 3823 9. Hasil uji Hausman komoditi HS 4011 10. Hasil uji Hausman komoditi HS 4802
44 45 46 47 48 49 49 49 49 50
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perdagangan merupakan salah satu ujung tombak dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan juga dapat mencerminkan tingkat kemakmuran yang ada pada masyarakat. Masyarakat dengan aktivitas jual beli tinggi mencirikan bahwa masyarakat tersebut berada dalam kondisi yang lebih baik atau makmur dibandingkan dengan masyarakat yang aktivitas perdagangannya minim. Secara lebih luas, aktivitas perdagangan ini dilakukan oleh berbagai negara di dunia melewati batas-batas teritorialnya yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Negara yang memiliki aktivitas ekspor impor yang tinggi saat ini banyak termasuk ke dalam golongan negara-negara maju, dibandingkan dengan negara berkembang yang aktivitas perdagangannya belum maksimal. Perkembangan perdagangan yang terjadi pada abad sekarang tidak terlepas dari semakin terbukanya negara-negara dunia, ketika arus perdagangan barang dan jasa bergerak semakin cepat. Pertumbuhan infrastruktur dan teknologi yang demikian pesat semakin mendorong perpindahan barang dan jasa dari satu tempat ke tempat lain lebih mudah. Hambatan yang biasanya terjadi dalam sektor transportasi barang atau jasa dapat diminimalisir serendah mungkin. Peningkatan sarana transportasi dan teknologi pengiriman barang saat ini memperlihatkan bahwa batas-batas wilayah seharusnya bukan lagi menjadi masalah utama dalam perdagangan. Selain semakin majunya perkembangan infrastruktur, perdagangan antar negara juga semakin mudah dan berkembang dengan pesat dengan adanya berbagai kerjasama antar negara baik secara bilateral, regional dalam kawasan maupun multilateral antar negara di berbagai kawasan dunia. Keterbukaan perekonomian negara-negara di dunia mendorong terciptanya arus globalisasi yang tidak dapat dibendung lagi. Indonesia sebagai salah satu negara yang menganut sistem perekonomian terbuka harus dapat mengantisipasi dan memanfaatkan situasi ini sehingga memperoleh manfaat yang maksimal. Dalam suatu sistem perekonomian yang terbuka, negara-negara di dunia sangat mengandalkan ekspor untuk meningkatkan perekonomiannya. Ekspor akan mempengaruhi laju perekonomian di dalam negeri, dimana dengan tingginya ekspor akan menarik investasi baik dari luar maupun dalam negeri, sehingga akan meningkatkan peluang terciptanya lapangan kerja. Penambahan lapangan pekerjaan dapat mengurangi pengangguran dan meningkatkan konsumsi masyarakat yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekspor dapat dicapai dengan memaksimalkan potensi yang ada dari berbagai sektor. Perdagangan Indonesia secara garis besarnya ditopang oleh dua kelompok sektor utama yaitu migas dan non migas. Pada sektor migas, Indonesia memiliki keunggulan untuk mengekspor gas bumi, karena Indonesia memiliki gas alam yang sangat melimpah. Sedangkan pada sektor non migas, Indonesia memiliki berbagai macam komoditas yang dapat bersaing di dunia internasional seperti minyak kelapa sawit, tekstil, elektronik, produk karet, otomotif dan lain-lain. Saat ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan lebih fokus dalam hal peningkatan ekspor non migas. Hal ini
2 dikarenakan selama kurun waktu lima tahun terakhir neraca perdagangan migas mengalami stagnansi dan cenderung mengalami defisit perdagangan akibat tingginya impor bahan bakar minyak bumi. Pada tahun 2012, defisit neraca perdagangan sektor migas mencapai US$ 5.5 miliar. Sebaliknya di sektor non migas, neraca perdagangan Indonesia mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir. Pada periode tahun 2008 sampai dengan 2012, sektor non migas terus mengalami surplus dengan trend sebesar 12.83 persen. Pada tahun 2008 total ekspor non migas Indonesia sebesar US$ 107.8 miliar meningkat menjadi US$ 153.1 miliar di tahun 2012 (Tabel 1). Tabel 1 Neraca perdagangan Indonesia Nilai (Juta US$) Tahun
Migas
% Perubahan Migas Non Migas
Non Migas
Ekspor
Impor
Neraca
Eskpor
Impor
Neraca
Ekspor
Impor
Ekspor
Impor
2008
29.126
30.553
-1.427
107.894
98.644
9.250
-
-
2009 2010 2011 2012
19.018 28.040 41.477 36.977
18.981 27.413 40.702 42.564
38 627 776 -5.587
97.492 129.740 162.020 153.055
77.848 108.251 136.734 149.127
19.644 21.489 25.286 3.928
-34.70 47.43 47.92 -10.85
37.88 44.42 48.48 4.58
21.08 39.05 26.31 9.06
-9.64 33.08 24.88 -5.53
Sumber : Kemendag (2013) Sasaran pasar ekspor non migas Indonesia tersebar ke berbagai negara di dunia. Selama ini, pasar tujuan ekspor non migas Indonesia masih didominasi oleh kelompok mitra dagang utama yaitu Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, India dan Singapura. Pada tahun 2012, Indonesia mengekspor komoditas non migas ke Tiongkok dengan perolehan share sebesar 12.88 persen dari seluruh total ekspor Indonesia ke dunia. Ekspor ke Tiongkok ini mencapai US$ 20.8 miliar. Share ekspor ke mitra dagang utama lainnya seperti Jepang mencapai 10.64 persen dengan nilai US$ 17.2 miliar, Amerika Serikat 9.01 persen dengan nilai US$ 14,6 miliar, India 7.68 persen dengan nilai US$ 12.4 miliar dan Singapura 6.51 persen dengan nilai ekspor US$ 10.5 miliar. Walaupun memiliki nilai share ekspor terbesar dari seluruh total ekspor Indonesia ke negara-negara lain, apabila dilihat secara lebih detail pada periode 2008 sampai 2012, ekspor non migas terhadap negara-negara tradisional tersebut mengalami trend yang menurun. Amerika Serikat menjadi negara yang mengalami penurunan trend terbesar dari kelima mitra dagang utama tersebut sebesar negatif 6.97 persen (Kemendag 2013). Selain mitra dagang utama yang menjadi tujuan ekspor komoditas Indonesia, pemerintah Indonesia terus mengembangkan dan mencari pasar-pasar ekspor potensial lainnya baik di benua eropa, afrika maupun benua asia. Menurut laporan Kementerian Perdagangan (2013), terdapat beberapa negara non tradisional yang memiliki potensi tinggi apabila dilihat secara statistik selama lima tahun terakhir yang memiliki trend ekspor positif seperti Saudi Arabia, Afrika Selatan, Jerman, Pakistan, Djibouti, Oman dan Aljazair.
3 Pasar tradisional yang masih menjadi andalan bagi komoditi-komoditi yang berasal dari Indonesia dapat menimbulkan dampak negatif. Ketergantungan terhadap suatu pasar tertentu sangat beresiko bagi perkembangan ekspor itu sendiri, terutama jika terjadi guncangan ekonomi dunia. Hal ini bisa terlihat dari tahun 2008 sejak adanya krisis di Amerika Serikat yang berdampak terhadap sebagian besar negara di dunia. Krisis ini menyebabkan ekspor non migas Indonesia mengalami pelambatan di negara tersebut. Disamping adanya ketergantungan kepada pasar tradisional, komoditi yang menjadi andalan ekspor non migas Indonesia masih terfokus ke dalam kelompok produk tertentu saja. Kementerian perdagangan membagi kelompok komoditi tersebut menjadi dua kelompok besar yaitu 10 (sepuluh) komoditi utama dan 10 (sepuluh) komoditi potensial. Komoditi utama meliputi produk-produk tekstil, elektronik, karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao dan kopi. Pada tahun 2012, komoditi utama yang paling besar nilai ekspornya masih dikuasai oleh komoditi sawit dengan nilai ekspor sebesar US$ 17.6 miliar. Selain komoditi utama, Indonesia juga sedang mengembangkan peningkatan ekspor terhadap komoditas potensial yang meliputi makanan olahan, perhiasan, ikan, kerajinan, rempah-rempah, peralatan medis, minyak atsiri, produk kulit, peralatan kantor serta tanaman obat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kinerja perdagangan terutama dari segi ekspor maka perlu dilakukan suatu diversifikasi baik pada pasar tujuan maupun terhadap produknya itu sendiri. Diversifikasi pasar sangat penting agar Indonesia tidak hanya bergantung pada negara tradisional yang rentan apabila terjadi guncangan ekonomi, sedangkan diversifikasi produk penting untuk meningkatkan daya saing komoditi lain yang tidak hanya tercakup pada komoditi utama dan komoditi potensial saja. Salah satu diversifikasi pasar yang dapat dilakukan yaitu melalui peningkatan eskpor ke Organisasi Kerjasama Islam. Organisasi Kerjasama Islam (OKI) merupakan salah satu organisasi terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dari segi jumlah anggota. Saat ini OKI beranggotakan 57 negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Indonesia merupakan anggota OKI sejak organisasi ini pertama kali berdiri. Melihat jumlah negara yang sangat banyak, OKI merupakan pasar yang sangat potensial bagi Indonesia. OKI didirikan di Rabat, Maroko pada tanggal 25 September 1969. Organisasi ini adalah organisasi non militer yang berdiri karena dipicu oleh peristiwa pembakaran mesjid al-aqsa pada tanggal 21 Agustus 1969. Potensi OKI dapat dilihat dari segi jumlah populasi dan ekonominya. Jumlah seluruh penduduk OKI baik yang beragama Islam maupun non Islam sebanyak 22.6 persen dari seluruh populasi dunia yaitu sekitar 1.5 miliar orang. Dari segi ekonomi, total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) OKI pada tahun 2004 mencapai US$ 2.3 triliun dan mengalami kenaikan hingga US$ 6.5 triliun pada tahun 2012. Share total PDB OKI pada tahun 2012 ini mencapai 9.01 persen dari PDB dunia (Gambar 1). Perdagangan Indonesia dengan OKI didominasi oleh sektor migas dan non migas. Pada periode tahun 2009 sampai dengan 2013, neraca perdagangan Indonesia dan OKI mengalami defisit. Hal ini terjadi karena Indonesia masih mengimpor minyak bumi dan gas dalam jumlah besar dari negara-negara anggota OKI seperti Azerbaijan, Brunai Darussalam, Iran, Kuwait, Malaysia, Qatar, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Namun dari sisi lain, trend ekspor non migas
Miliar US$
4 7000 6000
7.62%
5000 4000
5.41%
5.98%
6.54%
6.92%
8.17%
8.64%
10%
9.01% 8.16%
7.29%
9% 8% 7% 6% 5%
3000
4% 3%
2000
2%
1000
1%
0
0% 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total GDP OKI
Share
Gambar 1 Total dan share PDB OKI terhadap PDB dunia Tahun 2004-2013 Sumber : Worldbank (2014) Indonesia mengalami peningkatan secara positif setiap tahunnya dengan neraca perdagangan yang surplus. Hal ini mengindikasikan bahwa negara-negara OKI semakin memiliki ketergantungan dan adanya kebutuhan terhadap produk-produk non migas dari Indonesia. Produk-produk atau komoditi yang selama ini memiliki nilai ekspor tertinggi terhadap total ekspor Indonesia ke OKI berdasarkan HS 2 digit adalah produk lemak dan minyak hewan/nabati (23.03%), produk kertas (5.96%), kendaraan dan bagiannya (4.99%) serta produk elektronik (4.14%). Sedangkan untuk komoditi yang memiliki nilai impor tertinggi dari OKI adalah produk kimia organik (5.91%), produk plastik (3.61%), peralatan mesin (3.52%) dan produk elektronik (2.91%). Perumusan Masalah Perdagangan Indonesia dengan OKI pada periode 2004 sampai dengan 2013 terlihat fluktuatif. Dari segi total perdagangan baik migas maupun non migas mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sektor migas Indonesia saat ini masih bergantung kepada impor dari negara-negara lain. Hal inilah yang menjadi penyebab utama Indonesia sering mengalami defisit neraca perdagangan. Walaupun dari segi volume, impor migas dari tahun ke tahunnya relatif tetap, tetapi dari segi harga sangat rentan terhadap kondisi politik maupun ekonomi di negara-negara anggota OKI terutama dari Timur Tengah serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang dapat menyebabkan nilai impor melonjak tajam. Secara keseluruhan terlihat bahwa nilai ekspor Indonesia baik migas maupun non migas ke OKI terus tumbuh. Data statistik menunjukkan share ekspor Indonesia ke OKI apabila dibandingkan dengan total ekspor Indonesia ke dunia pada tahun 2013 telah mencapai 12.52 persen (Gambar 2). Peningkatan
Miliar US$
5 250 11.23%
200
9.65%
9.74%
11.82% 12.22% 11.67%
11.24%
12.16% 12.52%
9.92%
14% 12% 10%
150
8%
100
6% 4%
50
2%
0
0% 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total Ekspor Indonesia ke OKI
Total ekspor ke dunia
Share ke pasar OKI
Gambar 2 Share total ekspor Indonesia ke OKI Sumber : Trade Map (2014) ekspor ke OKI ini patut menjadi perhatian pemerintah sebagai langkah untuk memperluas pasar ekspor dan juga sebagai diversifikasi produk ekspor. Dalam rangka menjaga kinerja perdagangan agar terus positif, diversifikasi suatu komoditi menjadi penting. Diversifikasi komoditi ini sangat erat hubungannya dengan kemampuan komoditi tersebut untuk berdaya saing dengan komoditi sejenis dari negara lain. Daya saing suatu komoditi menunjukkan bahwa komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif bagi negara pengekspor. Semakin banyak produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekspor Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi dalam negeri pun akan meningkat. Selain daya saing, keterkaitan perdagangan juga menjadi faktor penting penunjang peningkatan ekspor. Tingkat keterkaitan perdagangan atau integrasi ekonomi yang tinggi akan memperlancar arus perdagangan antar negara. Dalam upaya diversifikasi pasar dan produk ekspor untuk meningkatkan kinerja perdagangan, serta adanya rencana OKI dalam jangka panjang untuk membentuk pasar bersama Islam (Islamic Common Market), maka kajian mengenai kondisi perdagangan dan komoditi ekspor yang berdaya saing perlu dilakukan. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki beberapa perumusan masalah, diantaranya adalah : 1. Bagaimana potensi ekonomi negara-negara anggota OKI sebagai pasar potensial untuk ekspor? 2. Bagaimana tingkat daya saing dan tingkat integrasi komoditas unggulan ekspor Indonesia ke OKI? 3. Faktor penentu apa sajakah yang mempengaruhi aliran ekspor Indonesia ke negara-negara OKI? Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis potensi ekonomi negara OKI sebagai pasar tujuan ekspor.
6 2. Menganalisis kinerja perdagangan berdasarkan daya saing dan tingkat integrasi komoditas unggulan Indonesia ke OKI. 3. Menganalis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan Indonesia ke negara-negara OKI. Manfaat Penelitian Hasil dari analisis perdagangan antara Indonesia dan negara-negara Organisasi Kerjasama Islam diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun strategi kebijakan ekspor Indonesia ke OKI yang tepat sehingga dapat berkontribusi lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada arus perdagangan Indonesia dengan 10 negara anggota OKI yang memiliki rata-rata nilai ekspor terbesar dari Indonesia selama sepuluh tahun terakhir. Negara-negara tersebut meliputi Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, Mesir, Pakistan, Yordania, Saudi Arabia, Turki dan Uni Emirat Arab. Komoditas yang akan digunakan sebagai objek dalam penelitian ini adalah komoditas dengan HS 4 digit dan untuk menganalisis faktor penentu ekspor perdagangan Indonesia ke OKI akan menggunakan data panel selama 10 tahun dari periode tahun 2004 sampai 2013.
2 TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional mengemukakan bahwa negara-negara akan memperoleh keuntungan apabila melakukan perdagangan secara lebih terbuka, pada saat arus barang dan jasa bebas masuk ke dalam suatu negara tanpa mengalami hambatan baik tarif maupun non tarif. Tujuan dari perdagangan itu sendiri adalah untuk meningkatkan volume perdagangan dan pencapaian produksi yang lebih efisien sehingga tercipta kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya perdagangan, akan diperoleh suatu peningkatan dalam konsumsi melalui spesialisasi produksi. Walaupun masih menjadi perdebatan diantara ekonom dunia tentang dampak dari suatu perdagangan yang terbuka diantara negara di dunia, beberapa penelitian membuktikan bahwa negara yang menganut sistem ekonomi terbuka mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari negara yang menganut sistem ekonomi tertutup. Pada dasarnya negara-negara di dunia melakukan perdagangan internasional untuk dua alasan khusus, tiap-tiap alasan tersebut berkontribusi pada tingkat perekonomian. Pertama, negara di dunia melakukan perdagangan karena tiap negara tersebut memiliki perbedaan satu sama lain. Kedua, negara melakukan perdagangan untuk mencapai skala ekonomi (economies of scale) dalam berproduksi. Ketika tiap negara hanya memproduksi produk-produk tertentu dan
7 terbatas jumlahnya, maka negara tersebut dapat memproduksi dalam skala yang besar dan lebih efisien daripada mencoba untuk memproduksi semua barang. Pada dunia yang nyata, pola perdagangan internasional merefleksikan interaksi antara kedua motif ini (Krugman dan Obstfeld 2003). Secara teori, perdagangan internasional memiliki beberapa konsep. Adam Smith dengan teori keunggulan mutlaknya menjelaskan bahwa setiap negara akan memperoleh manfaat perdagangan internasional karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara tersebut memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage) serta mengimpor barang jika negara tersebut tidak memiliki keunggulan mutlak. Prinsip lain yang mendasari perdagangan internasional untuk meningkatkan output dunia adalah dengan melakukan spesialisasi pada setiap negara untuk berproduksi sesuai dengan keunggulan komparatifnya. Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan komparatif pada suatu komoditi apabila opportunity cost untuk menghasilkan komoditi tersebut lebih rendah daripada di negara-negara lain. Perdagangan antar dua negara ini dapat memberikan keuntungan apabila setiap negara mengekspor komoditi yang memiliki keunggulan komparatif. Konsep mengenai keunggulan komparatif ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom yang berasal dari Inggris bernama David Ricardo pada awal abad ke-19. Pendekatan yang dilakukan oleh David Ricardo mengenai perdagangan internasional semata-mata karena adanya perbedaan produktifitas tenaga kerja. Konsep ini lebih terkenal dengan sebutan model Ricardian. Selain teori tersebut, terdapat konsep teori lain yang dianggap sebagai teori perdagangan modern yang dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin. Teori ini merupakan pengembangan dari teori keunggulan komparatif David Ricardo. Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau faktor produksi (factor endowment) yang dimiliki masing-masing negara seperti tanah, modal dan sumber daya mineral. Model ini pada intinya menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor produk yang menggunakan faktor produksi yang murah dan berlimpah serta akan mengimpor produk yang memiliki faktor produksi langka di negara tersebut. Pada saat ini, perdagangan internasional tidak dapat terlepas dari arus globalisasi dunia, sehingga perdagangan internasional semakin berkembang dengan sangat pesat. Sebagai bagian masyarakat internasional, negara-negara di dunia tidak dapat menghindar dari arus liberalisasi perdagangan. Hal ini menyebabkan banyak negara membentuk suatu kerjasama perdagangan baik secara bilateral maupun multilateral dengan negara lain. Kejasama perdagangan dalam bentuk perjanjian perdagangan preferensial (Preferential Trade Agreements) adalah kesepakatan antara dua negara atau lebih yang memiliki tarif bersama dimana tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi negara anggota lebih rendah dibanding dengan tarif yang diperdagangkan dengan negara diluar anggota (Bhagwati dan Panagariya 1996). Perjanjian kerjasama perdagangan ini tidak terlepas dari lingkup World Trade Organization (WTO), dimana setiap negara bebas untuk melakukan kerjasama baik bilateral maupun regional dengan negara lain asal sesuai dengan prinsip-prinsip dan aturan perdagangan dari WTO. Dalam jangka panjang, perjanjian perdagangan preferensial ini adalah langkah awal dalam pembentukan integrasi ekonomi yang selanjutnya dapat
8 terjadi perluasan tahap integrasi ekonomi seperti: (1) Free Trade Area yaitu penghapusan tarif dan kuota antara negara anggota, tarif nasional tetap ada dan diberlakukan ke negara bukan anggota, (2) Custom Union yaitu penghapusan tarif dan kuota antar negara anggota dan pengenaan tarif yang sama pada negara nonanggota, (3) Common Market dimana faktor produksi barang dan jasa bergerak bebas, (4) Economic Union yaitu harmonisasi atau koordinasi beberapa kebijakan nasional. Daya Saing dan Integrasi Ekonomi Daya saing internasional perekonomian suatu negara dan langkah-langkah untuk meningkatkannya telah menjadi isu penting dalam berbagai kajian kebijakan perdagangan beberapa dekade terakhir. Daya saing internasional dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu negara untuk mengolah sumber daya yang ada dengan berbagai cara dalam rangka mencapai spesialisasi produk perdagangan sehingga tujuan akhir yaitu peningkatan standar hidup dan standar produk domestik dapat tercapai (Petrovic et al. 2008). Secara teori, daya saing suatu negara terkait erat dengan keunggulan komparatif negara tersebut. Banyak metode yang telah dikembangkan untuk mengetahui daya saing komoditi perekonomian suatu negara, salah satu yang paling populer yaitu menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode RCA ini penting untuk mengetahui komoditi unggulan ekspor dan trend per tahunnya, sehingga dapat dijadikan pedoman bagi pemerintah dalam menyusun kemana arah kebijakan perdagangan harus dikembangkan. Kebijakan yang diambil pemerintah ini dapat mempengaruhi posisi suatu komoditi baik di dalam pasar domestik maupun pasar internasional. Kebijakan tersebut akan mempengaruhi daya saing suatu komoditi baik dari segi harga maupun kualitasnya. Selain daya saing komoditi, pertumbuhan ekonomi yang distimulasi oleh perdagangan internasional juga dipengaruhi oleh tingkat integrasi ekonomi negara dalam blok-blok tertentu pada suatu kawasan atau organisasi bersama. Integrasi ekonomi ini akan mempengaruhi produktivitas melalui peningkatan pertukaran suatu barang dan penyerapan teknologi. Apabila telah terjadi integrasi ekonomi antar suatu negara, maka akan dapat dilihat secara lebih jelas komoditi apa saja yang memiliki keterkaitan antar industrinya. Hal ini menjadi sangat penting mengingat industri yang memiliki keterkaitan satu sama lain dapat meningkatkan nilai perdagangan negara tersebut. Keterkaitan perdagangan suatu negara dapat dianalisis menggunakan Trade Intensity Index, dimana dengan indeks ini akan diketahui tingkat integrasi komoditi tersebut. Trade Intensity Index dapat dievaluasi dengan melihat perkembangan antar industri yang berbeda (Inter Industry Trade) maupun dengan melihat perkembangan diantara industri yang sama atau sejenis (Intra Industry Trade). Perkembangan saat ini, perdagangan internasional telah didominasi oleh perdagangan antara industri yang sama atau sejenis (Intra Industry Trade). Hal ini tidak terlepas dari semakin banyaknya perusahaan multinasional yang berdiri di berbagai negara. Intra Industry Trade memegang peranan penting dalam perdagangan di sektor manufaktur negara-negara maju dan mencakup sebagian besar dari total perdagangan dunia. Seiring dengan berjalannya waktu, industri
9 suatu negara akan berkembang secara proporsional dengan tingkat teknologi dan ketersediaan kapital serta tenaga kerja terampil. Sejak negara-negara utama dunia memiliki tingkat teknologi dan sumber daya yang sama, perdagangan internasional tidak lagi didominasi oleh industri yang memiliki keunggulan komparatif, tetapi lebih kepada pertukaran barang dalam industri yang sama dalam rangka mencapai economies of scale (Krugman dan Obstfeld 2003). Teori klasik menyatakan bahwa perdagangan terjadi karena negara memiliki spesialisasi berdasarkan keunggulan ketersediaan faktor produksi (keunggulan komparatif), tetapi teori intra industri menyatakan bahwa negara tetap akan melakukan perdagangan walaupun memiliki keunggulan komparatif yang relatif sama, sehingga pola intra industry trade ini tidak merefleksikan keunggulan komparatif. Perdagangan intra industri memberikan keuntungan kepada konsumen, akibat adanya differensiasi produk sehingga konsumen memiliki pilihan yang lebih banyak pada jenis produk tertentu yang sama, serta adanya economies of scales yang mengakibatkan harga akan menjadi lebih murah. Gambar 3 merupakan pola perdagangan yang akan terjadi karena pencapaian economies of scale oleh industri yang bersaing secara monopoli pada sektor tertentu. Meskipun setiap negara (home dan foreign) mampu memproduksi sektor manufaktur secara penuh atau hanya beberapa saja oleh dirinya sendiri, akan selalu ada produk yang berbeda satu sama lain. Negara asal (home) tetap akan menjadi net eksportir sektor manufaktur dan importir untuk sektor makanan (food). Tetapi industri pada negara luar (foreign) di sektor manufaktur akan memproduksi produk yang berbeda dari negara asal (home). Oleh karena sebagian konsumen di negara asal (home) akan lebih menyukai jenis barang yang berbeda dari negara luar (foreign), maka negara asal (home) akan melakukan impor terhadap barang dalam satu sektor industri yang sama. Pada sektor manufaktur akan terjadi perdagangan dua arah yang disebut dengan intra industry trade, sedangkan perdagangan yang lainnya yaitu pertukaran manufaktur untuk makanan (food) disebut inter industry trade (Krugman dan Obstfeld 2003).
Home (capital abundant)
Foreign (labor abundant)
Manufactures
Food Inter Industry trade Intra Industry trade
Gambar 3 Pola perdagangan inter industry trade dan intra industry trade Sumber : Krugman dan Obstfeld (2003)
10 Model Gravitasi Selama lebih dari setengah abad terakhir, model gravitasi telah menjadi metode yang digunakan dalam berbagai literatur penelitian mengenai arus perdagangan negara-negara di dunia. Model gravitasi merupakan kunci bagi para peneliti yang tertarik untuk menganalisis dampak suatu kebijakan perdagangan. Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Tinbergen pada tahun 1962 berdasarkan kepada hukum Newton, dimana interaksi antara dua benda/wilayah dipengaruhi oleh massa dan jarak antara kedua benda tersebut. Hukum Newton itu sendiri adalah sebagai berikut :
=
......................................................................................................(1)
keterangan : : Gaya tarik gravitasi , : Massa dari dua benda : Jarak antara dua benda : Konstanta gravitasi Analogi perdagangan dari formula diatas yaitu ekspor dipengaruhi langsung secara proporsional oleh ukuran ekonomi masing-masing negara eksportir dan importir (PDB) serta berhubungan terbalik dengan jarak diantara kedua negara tersebut. Dengan kata lain, model gravitasi menduga bahwa pasangan negara yang ekonominya besar akan melakukan perdagangan yang besar pula, tetapi negara yang berjauhan secara jarak akan kurang dalam aktivitas perdagangannya. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh tingginya biaya transportasi (Shepherd 2012). Model gravitasi pada awalnya hanya berdasarkan oleh insting Tinbergen berdasarkan hukum Newton. Seiring waktu, semakin banyak peneliti yang membangun teori model gravitasi ini. Pada berbagai literatur, model gravitasi yang paling mendapatkan perhatian adalah model yang dilakukan oleh Anderson dan Van Wincoop (2003) dengan jurnal yang berjudul “Gravity with Gravitas”. Anderson dan Van Wincoop (2003) menjelaskan bahwa perdagangan bilateral antar negara bergantung pada hambatan perdagangan (trade barrier) kedua negara tersebut, relatif terhadap indeks multilateral resistance. Negara i akan mengekspor lebih banyak ke negara j apabila mengalami resistensi multilateral dengan negara lainnya. Begitu juga sebaliknya, negara j akan mengimpor lebih banyak dari negara i apabila negara j tersebut mengalami resistensi multilateral yang tinggi dari negara-negara lainnya. Saat ini, model gravitasi telah menjadi bagian integral dan penting dari perdagangan internasional. Head dan Mayer (2013) menyatakan bahwa ekspor meningkat secara proporsional sesuai dengan ukuran ekonomi negara tujuan, sedangkan impor akan meningkat proporsional dengan ukuran ekonomi negara asal. Tinjauan Empiris Pilar utama dalam globalisasi ekonomi dunia saat ini adalah liberalisasi perdagangan yang menghasilkan ekonomi nasional yang kompetitif. Negara yang melakukan efektifitas dalam kegiatan ekonominya akan mendapatkan banyak
11 keuntungan dari fenomena globalisasi ini. Salah satu hal yang menjadi perhatian oleh negara berkembang adalah dampak dan konsekuensi dari globalisasi ekonomi tersebut, sehingga banyak penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan arus perdagangan, salah satunya adalah penelitian oleh Bendjilali (1997) yang berjudul An Intra-Trade Econometric Model for OIC Member Countries : A Cross Country Analysis. Bendjilali melakukan analisis tentang faktor-faktor penentu perdagangan intra bilateral diantara negara anggota OKI. Model yang digunakan adalah model gravitasi dengan menggunakan data cross section pada tahun 1994. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perdagangan intra bilateral anggota OKI secara positif dipengaruhi oleh PDB masing-masing negara, pendanaan dari Islamic Development Bank (IDB) dan integrasi dalam suatu blok ekonomi seperti blok Asia dan blok GCC (Gulf Cooperation Council), sebaliknya perdagangan diantara anggota OKI secara negatif dipengaruhi oleh biaya transportasi dan komunikasi sebagai proksi dari jarak. Clark dan Stanley (1999) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi determinan intra industry trade antara Amerika Serikat dengan 30 negara berkembang dengan judul Determinants of intra industry trade between developing countries and United States. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intra industry trade semakin menurun seiring dengan semakin besarnya perbedaan relatif faktor endowments. PDB dan kebijakan perdagangan di negara berkembang berpengaruh positif terhadap intra industry trade, sedangkan jarak berpengaruh negatif. Perdagangan dalam industri yang sama antara negara-negara di utara dan selatan terjadi akibat perbedaan produk secara vertikal yaitu berdasarkan kualitasnya, tidak terjadi akibat adanya perbedaan skala ekonomi. Zahra dan Leili (2011) dalam penelitian yang berjudul The analysis of bilateral trade : The case of D8 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perdagangan bilateral di antara negara-negara yang tergabung dalam D8 dengan menggunakan model gravitasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDB dan populasi negara pengimpor memiliki pengaruh yang positif, sedangkan populasi negara pengekspor berpengaruh negatif terhadap perdagangan bilateral. Variabel lainnya yaitu kesamaan struktur ekonomi dan jarak memiliki pengaruh negatif, sedangkan tingkat keterbukaan perekonomian memiliki pengaruh positif terhadap perdagangan bilateral. Abidin et al. (2013) dalam penelitian yang berjudul Analysis of Trade Pattern Between Malaysia and The OIC Member Countries : Gravitasi Model menganalisis pola perdagangan antara Malaysia dengan negara anggota OKI. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah data panel dengan model gravitasi dari periode 1997 sampai dengan 2009. Hasil estimasi menunjukkan bahwa PDB dan PDB per kapita memiliki pengaruh yang positif terhadap perdagangan Malaysia. Setiap kenaikan PDB sebesar 1 persen akan menaikkan perdagangan Malaysia sebesar 0.002 persen dan setiap kenaikan 1 persen PDB per kapita akan meningkatkan arus perdagangan sebesar 0.38 persen. Variabel lainnya yang memiliki pengaruh positif terhadap arus perdagangan Malaysia dengan negara OKI adalah Foreign Direct Investment (FDI), tingkat keterbukaan ekonomi dan indeks persepsi korupsi. Sedangkan variabel jarak memiliki pengaruh yang negatif terhadap arus perdagangan Malaysia. Saputra (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh perjanjian regional dan infrastruktur terhadap arus perdagangan di ASEAN menggunakan model
12 gravitasi. Dalam penelitian tersebut, peneliti ingin mengetahui efek dari perjanjian ASEAN Free Trade Agreement (AFTA), infrastuktur serta faktor determinan lainnya seperti ukuran ekonomi (pendapatan), jarak dan perbatasan terhadap arus perdagangan negara ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa AFTA dan infrastruktur mempengaruhi arus perdagangan ASEAN secara signifikan dan positif untuk sebagian besar periode. Determinan lainnya seperti ukuran ekonomi dan jarak pun berpengaruh signifikan, tetapi variabel perbatasan diketahui tidak memiliki pengaruh terhadap arus perdagangan. Kerangka Pemikiran Kinerja perdagangan suatu negara tidak terlepas dari kebijakan yang diterbitkan oleh pemerintahan. Kebijakan perdagangan adalah suatu langkah atau tindakan yang diambil pemerintah untuk melindungi kepentingan nasional. Kebijakan perdagangan akan mempengaruhi secara langsung terhadap ekspor dan impor suatu komoditi. Selain kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, kinerja perdagangan terutama ekspor juga dipengaruhi oleh keragaan ekonomi negara tujuan ekspor itu sendiri. Dalam kerangka Organisasi Kerjasama Islam, Indonesia telah melakukan perdagangan internasional baik ekspor dan impor. OKI sendiri saat ini telah memiliki perjanjian perdagangan yang disebut Trade Preferential SystemOrganization of the Islamic Conference (TPS-OIC), dimana sebanyak 32 negara telah menandatangi perjanjian ini termasuk Indonesia, tetapi hanya 15 negara yang baru meratifkasi TPS-OIC ke dalam undang-undang negerinya. Untuk mengantisipasi perjanjian TPS-OIC serta tujuan jangka panjang dari OKI yaitu membentuk pasar bebas Islam, maka Indonesia perlu mempersiapkan diri menghadapi persaingan dalam pasar OKI. Salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu memaksimalkan potensi ekspor yang ada dengan cara melihat potensi ekonomi negara-negara anggota OKI tersebut, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemetaan atau analisis terhadap komoditi-komoditi yang saat ini telah menjadi komoditi ekspor ke pasar OKI. Setelah memperoleh gambaran mengenai komoditas ekspor, maka selanjutnya dilakukan analisis dengan melihat tingkat daya saing komoditi tersebut menggunakan metode RCA, IIT dan EPD. Hasil dari analisis daya saing, tingkat integrasi dan dinamika ekspor tersebut akan diperoleh berbagai macam komoditas. Sehingga untuk tahap berikutnya, pada penelitian ini akan dibatasi hanya lima komoditas unggulan saja yang akan dianalisis menggunakan regresi model gravitasi. Untuk mengetahui faktor-faktor penentu atau determinan yang mempengaruhi aliran perdagangan antara Indonesia dan negara-negara OKI digunakan metode regresi data panel. Model yang biasa digunakan dalam menganalisis aliran perdagangan yaitu model gravitasi dengan variabel yang akan digunakan adalah pendapatan per kapita, perbedaan pendapatan per kapita, nilai tukar riil, jarak ekonomi, kesamaan bahasa dan tingkat tarif yang berlaku antar negara OKI. Tarif menjadi variabel penting dalam penelitian ini untuk mengetahui dampaknya terhadap ekspor komoditas unggulan Indonesia, sehingga dapat diambil suatu kebijakan mengenai keanggotan Indonesia di OKI dalam rangka meratifikasi perjanjian TPS-OIC. Dari uraian tersebut, kerangka pemikiran penelitian ini secara singkat disajikan pada Gambar 4.
13 Kinerja Perdagangan Indonesia ke OKI
Analisis Potensi Ekonomi dan Komoditas Unggulan Indonesia ke OKI Analisis Tingkat Daya Saing dan Integrasi Perdagangan Komoditas Ekspor
Metode RCA
Metode IIT
Metode EPD
Dipilih Lima Komoditas Unggulan
Analisis Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Terpilih
Metode Gravitasi dengan variabel : 1. Pendapatan Per Kapita 2. Perbedaan PDB Per Kapita 3. Nilai Tukar Riil 4. Jarak Ekonomi 5. Tarif 6. Bahasa
Implikasi Kebijakan Gambar 4 Kerangka pemikiran Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis variabel-variabel model gravitasi pada penelitian ini adalah : 1. Pendapatan per kapita Indonesia memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor komoditas unggulan.
14 2. Pendapatan per kapita negara partner memiliki pengaruh yang positif terhadap impor komoditas yang berasal dari Indonesia. Semakin tinggi pendapatan masyarakat akan meningkatkan konsumsinya. 3. Perbedaan PDB per kapita dapat bersifat positif atau negatif terhadap ekspor suatu komoditi. Perbedaan PDB per kapita dilihat dari kesamaan struktur ekonominya. Menurut teori Heckscher-Ohlin perdagangan akan semakin meningkat antar negara yang memiliki perbedaan relatif factor endownment. Sedangkan hipotesis Linder merupakan kebalikan dari teori Heckscher Ohlin, dimana semakin mirip permintaan dalam struktur ekonomi antar dua negara yang tercermin dalam pendapatan per kapitanya, maka perdagangan akan semakin besar diantara keduanya. 4. Nilai tukar mata uang memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor. Apabila rupiah terdepresiasi maka peluang ekspor akan semakin besar. 5. Jarak ekonomi memiliki pengaruh yang negatif bagi ekspor komoditas dari Indonesia. 6. Tarif impor yang diterapkan oleh negara partner berpengaruh negatif terhadap ekspor dari Indonesia. 7. Bahasa memiliki pengaruh yang positif bagi perdagangan antar negara. Semakin mirip bahasa yang digunakan, maka akan memudahkan dalam melakukan kerjasama perdagangan.
3 METODE Jenis dan Sumber Data Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari berbagai sumber. Data aliran perdagangan yang meliputi ekspor maupun impor komoditi dari Indonesia dan negara-negara OKI akan diambil dari beberapa sumber yang saling melengkapi seperti dari Kementerian Perdagangan, WITS (World Integrated Trade Solution), Worldbank maupun Trademap. Data perdagangan yang akan diteliti adalah seluruh komoditi dengan kode HS 4 digit. Kode HS 4 digit digunakan agar lebih mempermudah untuk melihat secara lebih detail komoditi yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke OKI. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengambilan kode HS 4 digit dilakukan untuk memperoleh hasil yang mendekati sebenarnya, tidak overestimate maupun underestimate. Untuk data-data makro seperti pendapatan per kapita dan nilai tukar riil akan diambil dari website Worldbank, sedangkan data-data terkait dengan model gravitasi seperti jarak dan dummy variabel kesamaan bahasa akan diambil dari website CEPII (Centre d’Etudes Prospectives et d’Informations Internationales). Variabel tarif impor yang diterapkan oleh negara-negara OKI sebagai tujuan ekspor komoditas unggulan Indonesia akan diambil dari website WTO (World Trade Organization) dengan satuan persentase. Rincian data yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2 :
15 Tabel 2 Jenis dan sumber data No 1 2
Jenis Data Data ekspor nominal
3 4 5
Pendapatan per kapita nominal Nilai tukar riil Jarak ekonomi Bahasa
6
Tarif
Sumber WITS/Trademap/ Kemendag Worldbank
Keterangan US$
Worldbank CEPII dan Worldbank CEPII
Rp/mata uang negara j km 1 apabila bahasanya mirip dgn Indonesia; 0 sebaliknya Persen
WTO
US$/tahun
Metode Analisis Kinerja perdagangan suatu negara dapat diukur dengan melihat pertumbuhan nilai atau volume ekspor rata-rata per tahun atau trend pertumbuhan jangka panjangnya. Untuk melakukan analisis terhadap kinerja perdagangan Indonesia ke OKI secara menyeluruh, maka perlu dilakukan kajian terhadap potensi ekonomi negara-negara yang tergabung dalam organisasi tersebut. Potensi ekonomi yang terdapat dalam suatu negara dapat menstimulus pertumbuhan impor negara yang bersangkutan. Semakin tinggi potensi ekonomi seperti tingkat pendapatan per kapita akan meningkatkan daya beli masyarakat. Indikator lainnya yang dapat mengukur perkembangan perdagangan adalah diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Kinerja ekspor dapat dikatakan bagus apabila produk yang diekspor bervariasi dan pasarnya luas. Metode yang digunakan adalah metode analisis secara deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat kinerja perdagangan Indonesia ke OKI dengan melihat potensi ekonomi negara-negara yang menjadi tujuan ekspor serta melihat komoditas apa saja yang selama ini menjadi produk ekspor unggulan dari Indonesia. Sedangkan metode secara kuantitatif menggunakan empat alat analisis yaitu Revealed Comparative Advantage (RCA), Intra Industry Trade (IIT), Export Product Dynamics (EPD) dan regresi data panel model gravitasi. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Terdapat dua teori yang dapat menjelaskan mengenai keunggulan komparatif yaitu teori Ricardian dan teori Hecscher-Ohlin (H-O). Teori Ricardian mengasumsikan bahwa keunggulan komparatif terbentuk karena adanya perbedaan teknologi, sedangkan teori H-O mengasumsikan teknologi adalah sama antar negara, yang membedakan hanyalah faktor harga. Sebagaimana diketahui, terdapat kesulitan ketika melakukan analisis keunggulan komparatif yang berdasarkan pada perbedaan data harga komoditas antar negara. Oleh karena itu, untuk mengetahui keunggulan komparatif suatu negara, banyak dilakukan menggunakan metode RCA. Metode ini disebut dengan ‘revealed’ karena dihitung dengan cara melihat pola perdagangan yang telah ada yaitu berdasarkan pada nilai ekspor, tidak berdasarkan pada faktor harga komoditas tersebut. Nilai
16 RCA dihitung menggunakan rumus matematis yang diperkenalkan oleh Balassa dalam Esterhuizen (2006) yang telah dimodifikasi seperti berikut ini : ⁄
=
keterangan :
................................................................................................(2)
⁄
: Nilai ekspor Indonesia untuk komoditi k ke OKI : Nilai total ekspor Indonesia ke OKI : Nilai ekspor dunia komoditi k ke OKI : Nilai total ekspor dunia ke OKI
Nilai RCA yang berada diatas angka satu mengidentifikasikan bahwa suatu produk memiliki keunggulan atau daya saing. Sebaliknya, apabila nilai RCA dibawah satu, maka daya saing produk tersebut sangat rendah. Semakin tinggi nilai RCA, menunjukkan daya saing suatu produk semakin tinggi. Analisis Intra Industry Trade (IIT) Setelah diketahui komoditi yang memiliki daya saing ke negara OKI, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis Intra Industry Trade (IIT) untuk mengetahui tingkat integrasi perdagangan antar negara dalam suatu industri atau sektor tertentu. Metode pengukuran yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan Grubel-Llyod indeks yang telah disesuaikan berdasarkan Sharma (2004), sebagai berikut : =1−
× 100 ........................................................................................(3)
keterangan :
: ekspor negara i ke negara j pada komoditi/sektor k : impor negara i ke negara j pada komoditi/sektor k Nilai GL indeks berkisar antara 0 sampai 100. Jika dalam satu komoditi, suatu negara hanya sebagai pengekspor atau pengimpor saja, maka indeks GL akan bernilai nol, dalam hal ini perdagangan hanya berlangsung dalam satu arah saja. Sebaliknya, jika dua negara melakukan ekspor dan impor dengan jumlah yang sama dalam suatu komoditi atau sektor tertentu, nilai indeks GL akan bernilai 100. Penjelasan lebih detail tentang intra industry trade sebagai indikator integrasi perdagangan terlihat pada Tabel 3. Tabel 3 Klasifikasi Intra Industry Trade (IIT) Intra Industry Trade (IIT) * 0.00
Klasifikasi Tidak terdapat aliran perdagangan Tidak ada integrasi (Perdagangan satu arah)
>0.00 – 24.99
Integrasi lemah
25.00 – 49.99
Integrasi sedang
50.00 – 74.99
Integrasi kuat
75.00 – 99.99
Integrasi sangat kuat
Sumber : Austria (2004)
17 Analisis Export Product Dynamics (EPD) Salah satu indikator yang baik untuk mengetahui tingkat daya saing adalah Export Product Dynamics (EPD). Indikator EPD digunakan untuk mengidentifikasi posisi pasar suatu komoditi pada tujuan pasar tertentu dan juga untuk mengetahui performa komoditi tersebut, apakah memiliki pertumbuhan yang dinamis dalam arti pertumbuhannya cepat atau tidak. Analisis EPD dapat digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal maupun internal yang mempengaruhi kinerja dan daya saing. Faktor eksternal terkait dengan akses pasar keluar dan yang mempengaruhi permintaan impor, sedangkan faktor internal terkait dengan kondisi sisi penawaran (supply side) yang dipengaruhi oleh kondisi sumber daya alam, manusia, akses terhadap pemodalan dan peran pemerintah melalui kebijakan perdagangan yang kondusif. Sebuah matriks EPD terdiri atas daya tarik pasar dan informasi kekuatan bisnis. Daya tarik pasar dihitung berdasarkan pertumbuhan dari permintaan sebuah produk untuk tujuan pasar tertentu, sedangkan informasi kekuatan bisnis diukur berdasarkan pertumbuhan dari perolehan pasar (market share) sebuah negara pada tujuan pasar tertentu. Meskipun suatu komoditi memiliki nilai ekspor yang tinggi, tetapi belum tentu komoditi tersebut memiliki pertumbuhan ekspor yang cepat dari tahun ke tahunnya, sehingga komoditi yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat patut diperhitungkan sebagai komoditi potensial negara tersebut. Analisis EPD yang terdiri dari kombinasi daya tarik pasar dan kekuatan bisnis menghasilkan karakter posisi yang terbagi menjadi empat kategori yaitu rising star, falling star, lost opportunity dan retreat. Posisi pasar ideal dari empat karakter tersebut adalah pada posisi rising star yang ditandai dengan negara tersebut memperoleh tambahan pangsa pasar untuk produk-produk yang berkembang cepat (fast growing products). Lost opportunity terkait dengan penurunan pangsa pasar pada produk-produk yang dinamis dan merupakan posisi yang paling tidak diinginkan. Falling star juga merupakan posisi yang tidak diinginkan, tetapi masih lebih baik dari lost opportunity dikarenakan pangsa pasarnya masih tetap meningkat. Sementara itu retreat biasanya tidak diinginkan, tetapi pada kasus tertentu mungkin diinginkan jika pergerakannya menjauhi produk-produk yang stagnan dan menuju produk-produk yang dinamis (Bappenas 2009). Secara lengkap matriks EPD yang telah dimodifikasi, terlihat pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks EPD Share of Country’s Export in OIC Trade
Share of Product in OIC Trade Rising (Dynamic) Falling (Stagnant)
Rising (Competitive)
Rising Star
Falling Star
Falling (Non-Competitive)
Lost Opportunity
Retreat
Sumber : Estherhuizen (2006) Dari Tabel 4, matriks EPD dapat dikonversikan ke dalam bentuk gambar berbentuk kuadran dengan sumbu X menggambarkan peningkatan pangsa pasar ekspor di perdagangan dunia atau daya tarik pasar dan sumbu Y yang
18 menggambarkan peningkatan pangsa pasar produk i di perdagangan dunia atau informasi kekuatan bisnis.
Lost Opportunity
Rising Star
Retreat
Falling Star
Gambar 5 Daya tarik pasar dan kekuatan bisnis dalam EPD Sumber : Esterhuizen (2006) Secara matematis untuk menghitung pangsa pasar ekspor suatu negara (negara i) dan pangsa pasar suatu produk (produk n) dalam perdagangan dunia adalah sebagai berikut : Sumbu X
: Pertumbuhan pangsa pasar ekspor i (Indonesia) = ∑
Sumbu Y
×
×
............................(4)
: Pertumbuhan pangsa pasar produk n = ∑
keterangan :
∑
X T t
×
∑
×
............................(5)
: Nilai ekspor : Jumlah tahun : tahun ke-t
Analisis Model Gravitasi Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor penentu ekspor komoditi unggulan Indonesia ke OKI menggunakan model gravitasi statis. Spesifikasi model yang akan digunakan mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Nguyen (2010) yang telah dimodifikasi yaitu sebagai berikut : ln(Xijt) = β0 + β1ln(PDBCAPit) + β2ln(PDBCAPjt) + β3ln(PDBCAPDijt) + β4ln(RERijt) + β5ln(ECODISTijt) + β6Trfjt + β7Langij + eijt ........................................................................(6)
19 keterangan : PDBCAPit PDBCAPjt PDBCAPDijt
: Nilai ekspor komoditi unggulan Indonesia ke negara j pada tahun t : PDB per kapita negara Indonesia pada tahun t : PDB per kapita negara j pada tahun t : Perbedaan pendapatan per kapita negara Indonesia dan negara j : Nilai tukar riil antara negara Indonesia dan negara j pada tahun t : Jarak ekonomi antara Indonesia dengan negara j pada tahun t : Tarif negara j pada tahun t : Dummy variabel perbedaan bahasa antara Indonesia dan negara j : Error term Definisi Variabel Operasional
Penjelasan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Nilai ekspor (X) adalah nilai perdagangan dari suatu negara ke negara mitra dagangnya. 2. PDB per kapita merupakan pengukuran terhadap besaran pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. PDB per kapita adalah hasil pembagian dari pendapatan nasional (PDB) dengan jumlah penduduk. 3. Perbedaan pendapatan per kapita (GDP per capita differencing) merupakan hasil perhitungan dari perbedaan pendapatan absolut antar dua negara. =
−
.................................................................(7)
4. Nilai tukar riil (RER) adalah harga relatif dari barang-barang yang diperdagangkan antar dua negara. Secara umum nilai tukar riil didapatkan dari hasil perkalian nilai tukar nominal dengan rasio tingkat harga yang biasanya diukur dari Indeks Harga Konsumen (IHK). ( )×
=
....................................(8)
5. Jarak ekonomi (ECODIST) merupakan proksi dari biaya transportasi yang diperlukan dalam transaksi perdagangan antar negara yang dipisahkan oleh jarak geografis. Semakin jauh jarak suatu negara dengan negara lainnya mengindikasikan biaya transportasi yang semakin tinggi. Jarak ekonomi didapatkan dengan rumus : =
.................................................(9)
20 6. Tarif adalah pungutan yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan ketika masuk atau keluar lintas batas teritorial suatu negara. Tarif yang digunakan adalah tarif bea masuk umum (MFN) simple average per komoditi. Uji Statistika Uji statistika dilakukan terhadap hasil dari data panel. Data panel sendiri merupakan data gabungan antara data runtun waktu (time series) dan data silang (cross section). Data runtun waktu merupakan data dari satu objek/individu tetapi memiliki beberapa periode waktu yang berbeda, sedangkan data silang terdiri dari beberapa atau banyak objek/individu dalam suatu periode waktu tertentu. Data panel memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan data time series atau cross section di antaranya yaitu data yang terbentuk akan lebih banyak karena merupakan data gabungan, sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar yang akan memperkecil efek bias. Dalam analisis data panel, terdapat tiga teknik estimasi regresi yaitu model dengan metode Pooled Least Squares (PLS), model fixed effect dan model random effect. Untuk melakukan pemilihan model yang efisien, maka perlu dilakukan pengujian statistika terhadap ketiga model data panel tersebut. Diagram pemilihan model terbaik dalam data panel terlihat pada Gambar 6.
Fixed effect
Chow test
Hausman test
Random effect LM test Pooled least squares
Gambar 6 Pengujian model data panel 1. Chow test Uji chow atau pengujian F statistik dilakukan untuk memilih model yang terbaik antara Pooled least squares dengan fixed effect. Hipotesa yang digunakan adalah sebagai berikut : H0 : Model Pooled least squares H1 : Model Fixed effect Dasar penolakan terhadap hipotesa nol (H0) adalah dengan menggunakan F-statistik sebagai berikut : ( )/( ) = .................................................................(10) , /( )
21 keterangan : ESS1 adalah Residual Sum Square hasil pendugaan Pooled least squares ESS2 adalah Residual Sum Square hasil pendugaan Fixed effect N adalah jumlah data cross section T adalah jumlah data time series K adalah jumlah variabel penjelas Statistik Chow Test mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1,NT-N-K) jika nilai Chow Statistik (F-Stat) hasil pengujian lebih besar dari Ftabel, maka cukup bukti untuk menolak hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, dan begitu juga sebaliknya. 2. Hausman test Dalam memilih apakah fixed effect atau random effects yang lebih baik, maka uji dilakukan uji Hausman. Dalam uji ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 : Model Random effect H1 : Model Fixed effect Sebagai dasar penolakan Ho maka digunakan statistik Hausman dan membandingkannya dengan Chi square. Statistik Hausman dirumuskan dengan : )~ ( ) … (11) =( − ) ( − ) ( − keterangan : M adalah matriks kovarians untuk parameter β k adalah degrees of freedom Jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari χ tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap Ho, sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Ekonomi OKI Organisasi Konferensi Islam merupakan organisasi yang memiliki anggota terbesar kedua setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan jumlah penduduk yang sangat potensial sebagai pengembangan pasar ekspor. OKI beranggotakan 57 negara yang tersebar di berbagai belahan dunia yang mencakup empat benua, terbentang dari Albania (Eropa) di wilayah utara sampai Mozambik (Afrika) di Selatan dan dari Guyana (Amerika latin) di barat sampai dengan Indonesia (Asia) di wilayah timur. OKI sebagai grup, terbentuk dengan dasar ikatan yang kuat sebagai sesama negara muslim. Secara ekonomi, total PDB OKI telah mencapai US$ 6.5 triliun pada tahun 2012. Total PDB negara anggota OKI ini terus meningkat dari tahun 2004, yang hanya memperoleh share sebesar 5.41 persen dari total PDB dunia kemudian mencapai 9.01 persen pada tahun 2012. Dari seluruh negara anggota, OKI, total pertumbuhan PDB secara aggregat ternyata hanya ditopang oleh beberapa negara saja. Pada tahun 2013, sepuluh negara anggota OKI yang memiliki PDB terbesar
22
Gambar 7 Sepuluh besar PDB negara anggota Organisasi Kerjasama Islam tahun 2013 Sumber : Worldbank (2014) menyumbang sebesar 71 persen dari total PDB. Terlihat pada Gambar 7, beberapa negara tersebut seperti Turki, Saudi Arabia, Uni Emirates Arab, Iran, Malaysia dan Indonesia sebagai negara yang memiliki PDB paling tinggi dibandingkan dengan yang lainnya. Semakin tinggi PDB suatu negara secara teori semakin besar pula kemampuannya untuk menarik arus investasi. Peningkatan arus investasi akan mendorong pertumbuhan tingkat pendapatan negara tersebut yang secara otomatis meningkatkan daya beli masyarakatnya. Permasalahan yang terjadi di antara anggota OKI adalah adanya ketimpangan pendapatan per kapita yang cukup tinggi. Qatar merupakan negara 50000 45000
Uni Emirat Arab
40000
Saudi Arabia
35000
Turki
30000
Malaysia
25000
Iran
20000
Bangladesh
15000
Jordan
10000
Pakistan
5000
Nigeria Mesir
0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 8 Perbedaan PDB per kapita Indonesia dengan sepuluh negara OKI Sumber : Worldbank (2014)
23 yang paling sejahtera dengan nilai pendapatan per kapita pada tahun 2013 mencapai US$ 93 352, sementara negara anggota yang memiliki pendapatan per kapita terkecil adalah Niger dengan nilai US$ 412. Indonesia sendiri memiliki pendapatan per kapita sebesar US$ 3 475 yang masih di bawah rata-rata pendapatan per kapita negara anggota OKI yang mencapai US$ 8 821. Gambar 8 memperlihatkan perbedaan pendapatan per kapita Indonesia dengan sepuluh negara anggota OKI yang menjadi pasar ekspor terbesar komoditas Indonesia. Terdapat beberapa negara yang potensial sekali sebagai pasar ekspor apabila dilihat dari tingkat pendapatan per kapita masyarakatnya. Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia memilik perbedaan PDB per kapita dengan Indonesia yang sangat tinggi, sedangkan negara-negara OKI lainnya memiliki perbedaan PDB per kapita dengan Indonesia di bawah US$ 10 000. Dari segi perdagangan, terjadi dinamika ekspor impor produk maupun jasa antar anggota OKI dan sangat berfluktuasi setiap tahunnya. Berdasarkan laporan tahunan Organisasi Kerjasama Islam pada tahun 2013, secara agregat pertumbuhan perdagangan OKI ditopang sangat kuat oleh ekspor produk dalam bentuk barang daripada penawaran jasa/service. Pertumbuhan ekspor produk barang ini telah meningkatkan share ekspor OKI terhadap total ekspor dunia sebesar 12.5 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan rata-rata ekspor OKI di tahun yang sama mencapai 3.4 persen. Nilai ini telah melebihi pertumbuhan rata-rata ekspor dunia yang hanya sebesar 0.3 persen. Di sisi lain, total impor dalam bentuk barang juga mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada tahun 2012. Share impor OKI terhadap total impor perdagangan dunia sebesar 10.2 persen di tahun yang sama. Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi diantara negara anggota OKI lainnya. PDB yang merupakan proksi dari tingkat produksi mencerminkan bahwa Indonesia mampu untuk
Total Ekspor (%) Saudi Arabia
16.97%
Malaysia
10.88%
United Arab… Indonesia Turkey Qatar
Total Impor (%)
9.91% 8.69% 7.23% 6.53%
Turkey
14.23%
United Arab…
12.16%
Malaysia
11.67%
Indonesia
10.56%
Saudi Arabia Egypt
8.09% 3.77%
Kuwait
5.04%
Algeria
3.11%
Nigeria
4.58%
Kazakhstan
2.76%
Iraq
4.26%
Nigeria
2.70%
Kazakhstan
3.93%
Morocco
2.58%
Gambar 9 Sepuluh besar eksportir dan importir OKI tahun 2013 Sumber : Trade Map (2014)
24 melakukan kegiatan produksi dalam skala besar. Berdasarkan data total ekspor dan total impor negara-negara OKI, Indonesia termasuk negara yang memiliki peran penting dalam kegiatan perdagangan. Meskipun OKI terdiri dari banyak negara, ternyata kegiatan perdagangannya saat ini hanya terkonsentrasi pada beberapa negara saja. Pada Gambar 9, terlihat sepuluh besar negara penyumbang nilai ekspor dan impor tertinggi tahun 2013. Pada sisi ekspor, Saudi Arabia merupakan negara yang melakukan perdagangan terbesar ke sesama anggota OKI dengan share sebesar 16.97 persen, sedangkan total ekspor Kazakhstan yang berada pada posisi sepuluh besar hanya memperoleh share sebanyak 3.93 persen. Indonesia sendiri berada pada posisi keempat dengan share sebesar 8.69 persen. Sebaliknya dari segi impor, Turki merupakan negara yang paling aktif dalam melakukan kegiatan impor barang dengan perolehan share sebesar 14.23 persen, disusul dengan Uni Emirat Arab (12.16%), Malaysia (11.67%) dan Indonesia (10.56%). Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan, Indonesia melakukan transaksi perdagangan hampir ke semua negara anggota OKI dengan nilai perdagangan yang cukup bervariasi. Total perdagangan Indonesia dan OKI yang mencakup ekspor impor pada tahun 2009 sebesar US$ 29 miliar dan terus mengalami peningkatan hingga mencapai US$ 56 miliar pada tahun 2013. Trend peningkatan total perdagangan selama lima tahun terakhir sebesar 17.93 persen, sedangkan dari segi ekspornya saja, nilai transaksi Indonesia ke OKI mencapai titik tertinggi pada tahun 2012 sebesar US$ 23.1 miliar. Angka ini selaras dengan pencapaian ekspor tertinggi OKI secara agregat di tahun yang sama yang mencapai nilai ekspor sebesar US$ 2.2 triliun, dan merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah OKI. Pertumbuhan perdagangan Indonesia ke OKI ini sangat penting dalam penentuan kebijakan perdagangan di masa yang akan datang terutama terkait dengan kerjasama perdagangan Trade Preferential System Organization of Islamic Conference (TPS-OIC). Pertumbuhan perdagangan Indonesia dan OKI dalam beberapa tahun terakhir tidak terlepas oleh adanya pengaruh kenaikan harga minyak dunia dan juga harga komoditas lainnya. Kenaikan harga minyak dunia mendorong peningkatan nilai impor Indonesia dari negara anggota OKI penghasil minyak bumi seperti Brunai Darussalam, Iran dan Saudi Arabia. Meskipun nilai impor minyak dan gas selama ini mengalami peningkatan, tetapi kinerja perdagangan pada sektor non migas pun mengalami peningkatan yang signifikan dimana ekspor non migas melebihi impornya. Hal ini mengindikasikan bahwa komoditas yang berasal dari Indonesia dapat diterima oleh pasar OKI. Dari seluruh negara anggota Organisasi Kerjasama Islam, terdapat beberapa negara yang memiliki transaksi perdagangan dengan Indonesia yang nilainya lebih besar dibandingkan dengan negara lainnya. Dalam penelitian ini, negara-negara yang menjadi objek penelitian hanya akan diambil sebanyak sepuluh negara yang memiliki nilai ekspor terbesar dari Indonesia. Pengambilan sampel sebanyak sepuluh negara didasari oleh data ekspor yang memperlihatkan nilai transaksi perdagangan Indonesia dengan negara anggota OKI diatas 100 juta US dollar. Dengan nilai diatas 100 juta US dollar tersebut, diharapkan dapat diperoleh komoditas yang memiliki pertumbuhan ekspor stabil dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, sehingga akan mempermudah dalam melakukan analisis regresi data panel. Sepuluh besar negara anggota OKI yang menjadi pasar ekspor terbesar
25 Tabel 5 PDB negara pasar ekspor Indonesia di OKI tahun 2009-2013 (juta US$) Negara
2009
Turkey 614 554 Saudi Arabia 429 098 Nigeria 169 481 United Arab 254 803 Emirates Iran, Islamic Rep. 362 661 Malaysia 202 251 Egypt, Arab Rep. 188 984 Pakistan 167 875 Bangladesh 89 357 Jordan 23 818 Sumber: Worldbank (2014)
2010
2011
2012
2013
731 168 526 811 369 062
774 754 669 507 411 744
788 863 733 956 462 979
820 207 745 273 521 803
Trend (%) 6.75 15.44 28.09
287 422
348 595
383 799
383 799
11.72
422 568 247 534 218 888 177 166 100 360 26 425
528 426 289 259 236 001 213 686 111 906 28 840
502 729 305 033 262 832 224 880 116 034 31 015
368 904 312 435 271 973 236 625 129 857 33 678
2.10 11.39 9.54 9.69 9.34 8.90
komoditas Indonesia tersebut adalah Bangladesh, Iran, Malaysia, Nigeria, Mesir, Pakistan, Yordania, Saudi Arabia, Turki dan Uni Emirat Arab. Nilai ekspor Indonesia yang cukup besar ke sepuluh negara OKI tersebut tidak terlepas dari potensi ekonomi negara bersangkutan. Pendapatan domestik bruto negara-negara tersebut termasuk yang tertinggi dibandingkan dengan negara OKI lainnya (Tabel 5). PDB yang tinggi dapat dijadikan sebagai indikator kekuatan daya serap pasar, ketika pendapatan domestik bruto suatu negara meningkat maka akan terjadi peningkatan daya beli termasuk terhadap barangbarang impor. Negara yang memiliki trend pertumbuhan ekonomi diatas 10 persen di antaranya yaitu Nigeria, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab dan Malaysia, sedangkan selebihnya trend pertumbuhan masih positif meskipun di bawah 10 persen. Selain pertumbuhan ekonomi yang positif sebagai tolok ukur pasar ekspor potensial, faktor lain yang sangat berpengaruh adalah jumlah penduduk atau populasi yang ada di suatu negara. Pertambahan populasi dapat mempengaruhi ekspor dari dua sisi yaitu dari segi penawaran maupun permintaan. Pada sisi penawaran, pertambahan jumlah populasi dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk sektor-sektor tertentu yang membutuhkan tenaga manusia dalam berproduksi. Sedangkan pada sisi permintaan, pertumbuhan populasi akan mendorong peningkatan konsumsi baik terhadap komoditas dalam negeri maupun luar negeri. Indonesia memiliki keunggulan dengan jumlah populasi yang hampir mencapai 250 juta jiwa (Gambar 10). Tingginya populasi ini merupakan potensi sebagai tenaga kerja produktif yang mampu menghasilkan komoditas yang berdaya saing. Negara pasar tujuan ekspor yang memiliki populasi di atas 150 juta jiwa adalah Bangladesh, Nigeria dan Pakistan, sedangkan selebihnya memiliki populasi di bawah 100 juta jiwa. Tingginya populasi negara tujuan ekspor berimplikasi pada peningkatan permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga kurva permintaan akan bergeser ke arah kanan yang menyebabkan terjadinya excess demand.
Juta
26 300
Indonesia
250
Pakistan Nigeria
200
Bangladesh Egypt, Arab Rep.
150
Iran, Islamic Rep. 100
Turkey Malaysia
50
Saudi Arabia 2009
2010
2011
2012
2013
United Arab Emirates
Gambar 10 Populasi Indonesia dan negara-negara OKI Sumber : Worldbank (2014) Pada Tabel 6 terlihat nilai rata-rata ekspor Indonesia ke negara-negara anggota OKI selama periode tahun 2004 sampai 2013. Malaysia menjadi negara terbesar pasar ekspor komoditas Indonesia dibandingkan dengan negara anggota OKI lainnya. Nilai rata-rata ekspor komoditas Indonesia mencapai US$ 7.1 miliar. Berbagai macam komoditas baik migas maupun non migas dari Indonesia diserap dengan baik oleh Malaysia. Beberapa komoditias ekspor ke Malaysia adalah komoditas yang termasuk golongan HS 27 yaitu produk bahan bakar mineral, minyak mineral dan produk sulingannya, serta produk-produk lainnya seperti berbagai macam bahan kimia, produk lemak dan minyak hewan/nabati, mesinmesin/pesawat mekanik, kendaran dan spare part kendaraan, tembakau, tembaga, peralatan elektonik serta coklat dan produk kertas. Tingginya ekspor ke Malaysia sedikit banyak kemungkinan dipengaruhi oleh faktor kedekatan jarak dan adanya kesamaan bahasa yang memudahkan dalam melakukan transaksi perdagangan. Selain itu, Malaysia dan Indonesia tergabung dalam organisasi ASEAN yang telah memiliki perjanjian kerjasama tersendiri yaitu ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Negara anggota OKI yang memiliki nilai perdagangan paling rendah dengan Indonesia adalah negara Palestina. Rata-rata ekspor komoditas Indonesia selama lima tahun terakhir ke negara Palestina hanya mencapai US$ 248 900. Nilai ekspor ke Palestina yang sangat rendah ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Diduga, selain dari segi jarak dan bahasa yang berbeda, faktor lainnya yaitu karena ketidakstabilan politik dan adanya blokade oleh pihak Israel terhadap Palestina yang menyebabkan barang-barang dari luar sulit untuk masuk ke pasar Palestina. Beberapa produk yang diekspor ke Palestina, tercatat hanya berbagai produk makanan olahan, produk olahan dari tepung serta produk-produk sabun dan preparat pembersih.
27 Tabel 6 Nilai rata-rata ekspor Indonesia ke negara anggota OKI periode tahun 2004-2013 Negara
Nilai (US$)
Afghanistan Albania Aljazair Azerbaijan Bahrain Bangladesh Benin Brunei Burkina Faso Cameroon Chad Comoros Cote d'Ivoire Djibouti Egypt/Mesir Gabon Gambia Guinea Guine Bissau Guyana Iran Iraq Jordan Kazakhstan Kuwait Kyrgyztan Libanon Libya Malaysia
26 274 260 3 564 450 170 691 182 2 528 964 32 233 661 788 409 816 69 735 556 63 365 641 4 062 694 27 139 347 485 149 1 586 695 42 665 242 107 826 672 743 352 024 11 774 137 17 367 894 25 837 289 2 161 121 1 455 687 484 483 042 80 766 082 186 108 861 7 291 519 109 757 784 1 287 617 52 888 005 39 032 776 7 120 361 710
Trend (%) 29.51 56.01 10.20 18.04 6.07 17.93 12.40 14.55 15.47 14.11 29.17 16.72 25.23 30.62 20.54 16.98 41.05 10.81 37.20 12.50 10.84 1.69 -4.35 14.57 6.71 24.69 14.68 17.62 17.42
Negara
Nilai (US$)
Maldives Mali Mauritania Morocco Mozambique Niger Nigeria Oman Pakistan Palestine Qatar Saudi Arabia Senegal Sierra Leone Somalia Sudan Suriname Syria Tajikistan Togo Tunisia Turkey Turkmenistan Uganda UAE Uzbekistan Yaman
21 813 365 4 271 521 28 448 318 56 317 723 55 144 232 4 671 610 295 112 232 118 907 400 873 555 186 248 900 84 081 618 1 081 498 764 23 589 936 13 857 166 7 236 349 82 932 022 4 314 842 65 222 184 744 696 51 940 485 51 830 804 965 475 664 1 444 577 6 619 057 1 338 025 025 4 579 331 109 237 060
Trend (%) 4.57 7.92 22.50 9.25 17.10 -12.03 15.03 29.37 10.47 13.18 4.94 16.74 19.70 12.28 17.23 0.99 10.90 -0.72 43.05 10.58 25.40 14.67 23.03 20.25 8.43 36.41 8.31
Sumber : WITS (2014)
Komoditas Unggulan Ekspor Indonesia ke OKI Indikator kinerja perdagangan suatu negara dapat dilihat dari sejauhmana negara tersebut melakukan ekspor berdasarkan keunggulan komparatif dan tingkat integrasi perdagangannya. Keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara dipengaruhi oleh faktor produksi yang melimpah pada negara tersebut. Negara Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk paling besar diantara negara-negara anggota OKI memiliki keunggulan komparatif pada produk-produk yang menggunakan tenaga kerja sebagai faktor utama produksinya. Sedangkan beberapa negara Timur Tengah anggota OKI yang termasuk ke dalam negara berpenghasilan tinggi seperti Qatar dan Arab Saudi memiliki keunggulan komparatif pada produk-produk yang menggunakan modal yang banyak.
28 Pada penelitian ini, untuk mengetahui kinerja perdagangan berdasarkan keunggulan komparatif produk dari Indonesia ke negara OKI, maka dilakukan langkah identifikasi komoditi unggulan yang selama ini menjadi andalan ekspor. Analisis komoditi unggulan tidak hanya dilihat dari nilai ekspor komoditi yang paling besar, tetapi juga dilihat dari daya saing komoditi tersebut di pasar yang menjadi tujuan ekspor. Komoditi yang memiliki daya saing akan memiliki share ekspor yang tinggi dibandingkan dengan komoditi yang sama dari negara lain. Penghitungan daya saing komoditi ini dilakukan dengan metode RCA (Revealled Comparative Advantage). Faktor lain yang mempengaruhi keunggulan komparatif selain tingkat daya saing adalah tingkat integrasi komoditi tersebut. Tingkat integrasi yang menjadi acuan pada perdagangan masa kini adalah intra industry trade (IIT). Globalisasi perdagangan dunia telah memicu perusahaan-perusahaan internasional mendirikan pabriknya di berbagai dunia. Hal ini menyebabkan terjadinya pertukaran barang yang sejenis antar negara. Tingkat integrasi perdagangan ini sangat penting bagi pertumbuhan ekspor, karena dengan semakin tingginya integrasi perdagangan antar negara akan membuat ekspor impor berjalan secara berkesinambungan dan saling membutuhkan. Penelitian ini mengkaji komoditi unggulan ekspor Indonesia ke pasar Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Untuk melihat komoditi unggulan ekspor ini maka dilakukan pengkajian data selama 10 (sepuluh) tahun terakhir yaitu dari tahun 2004 sampai dengan 2013 dengan melihat nilai total ekspor. Pada rentang waktu sepuluh tahun tersebut, diketahui bahwa ekspor Indonesia ke OKI terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan trend sebesar 15 persen. Ekspor Indonesia pada tahun 2004 hanya sebesar US$ 6.9 miliar dan mencapai puncak ekspor pada tahun 2012 dengan nilai total ekspor secara keseluruhan sebesar US$ 23.1 miliar (Gambar 11).
Total ekspor Indonesia ke OKI 25
Miliar US$
20 15 10 5 0 2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Gambar 11 Total ekspor Indonesia ke OKI Tahun 2004-2013 Sumber : Trade Map (2014)
2012
2013
29 Berdasarkan data yang diperoleh dari COMTRADE, ekspor Indonesia ke OKI terdiri atas ribuan macam komoditi. Dari berbagai jenis komoditi tersebut, terdapat beberapa komoditi yang memiliki kinerja ekspor yang baik apabila dilihat dari sisi nilai ekspornya. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, komoditi yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke negara OKI secara umum bervariasi, tetapi terdapat beberapa komoditi yang memiliki nilai ekspor terbesar yang berkontribusi signifikan terhadap total ekspor Indonesia ke OKI. Pada penelitian ini, komoditi yang menjadi obyek penelitian merupakan komoditi dengan HS 4 digit. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekspor terbesar Indonesia ke OKI sebagian besar sesuai dengan versi pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, dimana komoditi ekspor ke OKI banyak termasuk ke dalam kelompok komoditi utama maupun komoditi potensial. Beberapa komoditi yang termasuk ke dalam komoditi utama antara lain produk sawit, produk otomotif, produk tekstil dan produk hasil hutan. Sedangkan, komoditi yang termasuk ke dalam kelompok komoditi potensial adalah produk perawatan kulit. Data aliran ekspor dapat dijadikan landasan awal untuk mengetahui kinerja perdagangan. Pada Tabel 7, terlihat data ekspor Indonesia ke OKI yang diurutkan berdasarkan ekspor komoditi terbesar pada tahun 2012. Dari data tersebut diperoleh 15 (lima belas) komoditi yang memiliki kontribusi ekspor paling tinggi. Meskipun memiliki nilai ekspor tinggi, komoditi tersebut belum dapat dipastikan apakah memiliki daya saing atau belum berdaya saing di pasar OKI. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan kebijakan ekspor ke depan, maka perlu dikaji lebih dalam komoditi mana yang perlu didukung sehingga strategi diversifikasi produk dan diversifikasi pasar dapat tercapai. Komoditi yang memiliki nilai Tabel 7 Ekspor 15 komoditi terbesar Indonesia ke OKI Nilai (Juta US$)
Trend (%)
No
Kode HS
1
1511
2 290
3 081
4 792
4 800
3 971
16.70
2
2701
934
1 284
1 740
1 474
1 241
7.31
3
2713
144
62
276
1 363
2 184
134.73
4
8703
299
458
598
1 011
1 005
37.98
5
2710
375
874
1.050
828
491
5.02
6
4802
527
800
673
672
611
1.22
7
1513
373
783
986
648
288
(6.76)
8
5407
341
391
504
572
519
12.99
2009
2010
2011
2012
2013
2009-2013
9
2711
135
324
351
440
426
29.86
10
4011
248
307
366
381
355
9.80
11
4412
265
397
357
379
354
5.50
12
3823
62
90
241
327
297
55.72
13
3401
177
178
244
287
313
17.55
14
8001
129
135
260
267
179
14.34
15
7403
479
666
497
251
251
(20.34)
Sumber : WITS (2014)
30 ekspor terbesar adalah palm oil & its fraction (HS 1511). Hal ini sesuai dengan posisi Indonesia sebagai pengekspor minyak kelapa sawit yang terbesar di dunia. Komoditi lain yang merupakan penyumbang ekspor terbesar ke pasar Organisasi Kerjasama Islam adalah coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701), petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (HS 2713), cars (incl. station wagon) (HS 8703), Petroleum oils, not crude (HS 2710), uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802), coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513), woven fabrics of synth. filam yarn (HS 5407), petroleum gases (HS 2711), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011), plywood, veneered panels and similar laminated wood (HS 4412), industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823), soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401), unwrought tin (HS 8001) dan refined copper and copper alloys, unwrought (HS 7403). Berdasarkan Tabel 7, terlihat bahwa produk minyak kelapa sawit dan fraksinya masih mendominasi ekspor Indonesia ke pasar OKI. Trend pertumbuhan nilai ekspor rata-rata per tahunnya untuk produk minyak kelapa sawit mencapai 16.70 persen. Jika dilihat dari lima belas komoditi ekspor terbesar ke OKI, maka produk yang termasuk HS 2713 yaitu produk kokas (petroleum coke) memiliki trend pertumbuhan nilai ekspor yang paling baik dengan trend sebesar 134.73 persen. Produk kokas (petroleum coke) ini merupakan produk akhir dari hasil penyulingan minyak bumi dan sering dianggap sebagai limbah sehingga dijual dengan harga yang murah, padahal dengan proses yang tepat, bahan ini bisa digunakan lebih lanjut untuk menghasilkan produk-produk yang memiliki nilai tambah yang tinggi. Produk lain yang memiliki trend pertumbuhan yang baik adalah produk kimia yang termasuk ke dalam kelompok HS 3823. Sementara produk yang memiliki trend yang paling rendah yaitu produk dengan kategori HS 7403 (Tembaga) dengan trend negatif 20.34 persen. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) Kinerja perdagangan Indonesia ke pasar Organisasi Kerjasama Islam dapat dilihat dari keunggulan komparatifnya. Salah satu metode untuk melihat keunggulan komparatif adalah dengan metode RCA. Metode RCA ini akan mengetahui posisi daya saing suatu komoditi di pasar tujuan ekspornya. Metode RCA mengukur share ekspor komoditi suatu negara dibandingkan dengan share ekspor dunia komoditi tersebut ke pasar tujuan yang sama. Nilai yang dihasilkan dari pengukuran dengan metode RCA ini akan berkisar antar nol sampai tak hingga. Suatu komoditi dikatakan memiliki daya saing apabila memperoleh nilai RCA diatas satu. Sebaliknya, komoditi yang memperoleh nilai RCA di bawah satu dapat diklasifikasikan sebagai komoditi yang tidak berdaya saing. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari lima belas komoditi penyumbang ekspor terbesar Indonesia ke OKI, hampir semuanya memiliki nilai RCA dalam lima tahun terakhir berada diatas nilai 1 (satu). Hal ini menunjukkan adanya keselarasan antara besaran nilai ekspor dengan kemampuan komoditi tersebut untuk bersaing dengan komoditi yang sama dari negara lain. Tabel 8 menunjukkan bahwa komoditi yang berdaya saing tinggi di pasar OKI didominasi oleh kelompok produk lemak dan minyak hewani atau nabati, kemudian produk pertambangan serta produk-produk kimia.
31 Tabel 8 Nilai RCA (Revealed Comparative Advantage) komoditi Indonesia ke OKI Tahun 2009-2013 No
Kode HS
Nama Komoditi
1
1511
Palm oil & its fraction
2
2701
3
Tahun 2009 29.43
2010 24.31
2011 26.31
2012 31.11
2013 32.50
Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal
17.19
15.06
14.76
13.19
13.55
2713
Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils
6.84
1.85
5.65
23.08
29.79
4
8703
Cars (incl. station wagon)
0.60
0.59
0.70
0.97
0.98
5
2710
Petroleum oils, not crude
0.55
0.81
0.65
0.47
0.27
6
4802
Uncoated paper for writing, printing etc.
18.98
20.04
15.02
14.65
14.62
7
1513
52.08
47.80
42.46
44.43
37.05
8
5407
Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions Woven fabrics of synth. filam yarn
4.34
4.25
4.37
5.15
4.52
9
2711
Petroleum gases
1.37
1.93
1.29
1.95
2.60
10
4011
2.65
2.65
2.35
2.16
2.20
11
4412
New pneumatic tires, of rubber Plywood, veneered panels and similar laminated wood
14.13
16.57
12.35
11.22
11.51
12
3823
Industrial monocarboxylic fatty acid
15.36
15.72
22.65
30.76
31.59
13
3401
Soap; organic surface-active preparations for soap use
11.89
10.27
11.52
13.80
13.07
14
8001
Unwrought tin
37.86
28.86
32.48
38.68
31.72
15
7403
Refined copper and copper alloys, unwrought
9.46
7.93
5.32
2.94
2.63
Secara spesifik, apabila dilihat dari nilai ekspor terbesar Indonesia ke OKI masih dikuasai oleh palm oil & its fraction (HS 1511). Pada tahun 2012, ekspor minyak kelapa sawit mencapai posisi puncaknya sebesar US$ 4.8 miliar. Hasil analisis RCA minyak kelapa sawit pada tahun 2013 adalah 32.50. Hal ini menunjukkan bahwa produk minyak kelapa sawit Indonesia telah menjadi primadona di pasar OKI. Selain minyak kelapa sawit, komoditi lain yang berdaya saing tinggi adalah coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions dengan nilai RCA paling tinggi 37.05 dan unwrought tin dengan nilai RCA sebesar 31.72. Walaupun memiliki nilai RCA tinggi, kedua komoditi ini masih memiliki nilai ekspor di bawah minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan kerja ekstra untuk mendorong ekspor kedua komoditi yang berdaya saing tinggi tersebut agar terjadi peningkatan kontribusi terhadap total ekspor Indonesia ke OKI. Beberapa komoditi lain yang memiliki nilai RCA diatas satu yaitu coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (13.55), uncoated paper for writing, printing etc (14.62), petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (29.79), woven fabrics of synth. filam yarn (4,52), new pneumatic tires, of rubber (2.20), soap; organic
32 surface-active preparations for soap use (13.07) dan refined copper and copper alloys, unwrought (2.63). Sedangkan komoditi yang tidak memiliki daya saing diantaranya adalah cars (incl. station wagon) dengan nilai RCA 0.98 dan petroleum oils, not crude dengan nilai RCA 0.27. Meskipun memiliki nilai ekspor yang relatif tinggi, tetapi kedua komoditi ini tidak memiliki daya saing di pasar OKI. Hal ini dikarenakan ekspor kedua komoditi tersebut dari seluruh negara dunia ke pasar OKI memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada ekspor dari Indonesia. Analisis Intra Industry Trade (IIT) Analisis intra industry trade digunakan untuk mengetahui seberapa kuat integrasi perdagangan yang terjadi diantara komoditi ekspor Indonesia dengan negara-negara anggota OKI. Analisis ini akan menghasilkan suatu gambaran bagaimana tingkat integrasi perdagangan tersebut apakah perdagangan komoditi tersebut hanya berlangsung satu arah atau terjadi dua arah. Perdagangan satu arah mengindikasikan bahwa hanya satu negara saja yang aktif melakukan kegiatan ekspor atau impor pada satu komoditi yang sejenis. Hasil analisis terhadap derajat integrasi perdagangan lima belas komoditi penyumbang ekspor terbesar Indonesia ke OKI menunjukkan bahwa tidak ada satupun dari komoditi ekspor tersebut yang memiliki derajat integrasi yang kuat atau sangat kuat. Beberapa komoditi hanya memiliki tingkat integrasi sedang dengan nilai IIT berkisar antara 25.00-49.99. Produk bahan bakar mineral seperti petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (HS 2713), petroleum gases (HS 2711) serta produk kimia industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823) memiliki tingkat derajat integrasi sedang. Komoditi andalan ekspor Indonesia seperti palm oil & its fraction (HS 1511) dan coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701) hanya memiliki tingkat integrasi yang lemah. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa Indonesia merupakan pemasok terbesar minyak kelapa sawit, sedangkan negara-negara lain anggota OKI sebagian besar tidak memproduksi kelapa sawit. Minyak kelapa sawit tumbuh optimal di negara iklim tropis seperti Indonesia dan Malaysia, dan tidak cukup memungkinkan untuk tumbuh subur di negara Timur Tengah maupun Afrika. Begitupun dengan batubara, data statistik menunjukkan bahwa perdagangan lebih didominasi oleh ekspor batubara dari Indonesia. Berdasarkan data COMTRADE, Ekspor batubara dari Indonesia ke OKI pada tahun 2013 mencapai US$ 1.24 miliar, sedangkan nilai impor pada tahun yang sama hanya sebesar US$ 657 ribu. Tabel 9 merupakan hasil perhitungan tingkat integrasi perdagangan Indonesia dan OKI dalam beberapa komoditi. Pada hasil penelitian ini terlihat bahwa tingkat integrasi secara keseluruhan berfluktuasi setiap tahunnya. Tingkat integrasi yang terlihat cukup menonjol adalah komoditi petroleum gases (HS 2711). Pada tahun 2009, nilai IIT komoditi gas petroleum termasuk ke dalam derajat integrasi sedang dan terjadi peningkatan nilai IIT pada tahun berikutnya dengan nilai sebesar 56.61 (integrasi kuat). Dari data ekspor impor yang bersumber dari COMTRADE ternyata ekspor Indonesia mencapai US$ 323 juta, sedangkan impor Indonesia dari OKI sebesar US$ 819 juta. Kebutuhan terhadap gas petroleum ini menyebabkan Indonesia melakukan impor yang lebih tinggi lagi di tahun-tahun berikutnya, sedangkan disisi lain kemampuan ekspor Indonesia ke
33 Tabel 9 Nilai IIT (Intra Industry Trade) komoditi Indonesia ke OKI tahun 2009-2013 No
Kode HS
Nama Komoditi
1
1511
Palm oil & its fraction
2
2701
3
Tahun 2009 0.62
2010 2.21
2011 1.03
2012 0.00
2013 1.59
Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal
0.16
0.13
0.10
0.14
0.11
2713
Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils
43.95
77.99
56.26
28.12
19.45
4
8703
Cars (incl. station wagon)
10.91
9.34
11.06
12.13
13.24
5
2710
Petroleum oils, not crude
22.35
38.91
32.98
19.20
10.48
6
4802
Uncoated paper for writing, printing etc.
0.84
0.92
1.94
1.32
0.72
7
1513
Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions
0.10
0.33
0.61
0.42
0.40
8
5407
Woven fabrics of synth. filam yarn
2.46
3.41
4.65
3.76
2.40
9
2711
Petroleum gases
45.62
56.61
39.80
26.21
29.14
10
4011
1.78
3.79
3.74
3.48
4.18
11
4412
New pneumatic tires, of rubber Plywood, veneered panels and similar laminated wood
2.35
1.63
1.06
1.31
0.53
12
3823
Industrial monocarboxylic fatty acid
40.35
37.94
27.03
20.62
26.97
13
3401
Soap; organic surface-active preparations for soap use
4.71
5.75
5.04
5.61
4.17
14
8001
Unwrought tin
0.06
8.38
6.42
4.05
5.39
15
7403
Refined copper and copper alloys, unwrought
1.76
1.92
1.23
6.22
7.30
pasar OKI semakin menurun. Hal ini terlihat dari nilai IIT untuk gas petroleum (HS 2711) pada periode tahun 2011-2013 semakin melemah. Analisis Export Product Dynamics (EPD) Pengukuran tingkat daya saing komoditi unggulan ekspor, selain menggunakan metode RCA (Revealed Comparative Advantage) juga dapat menggunakan metode Export Product Dynamics (EPD). Metode EPD ini dapat menangkap gambaran umum tentang dinamika ekspor suatu komoditi. Hasil analisis EPD memperlihatkan tingkat kedinamisan pertumbuhan ekspor pada suatu periode tertentu yang dikategorikan pada empat posisi pasar yaitu rising star, falling star, lost opportunity dan retreat. Data yang digunakan untuk menganalisis posisi pasar komoditi Indonesia ke OKI adalah data yang berasal dari COMTRADE periode tahun 2004 sampai dengan 2013. Hasil analisis EPD terhadap lima belas komoditi penyumbang ekspor terbesar dari Indonesia, seperti terlihat pada Tabel 10 menunjukkan bahwa terdapat tujuh komoditi yang berada pada posisi rising star yaitu palm oil & its
34 Tabel 10 Hasil analisis EPD (Export Product Dynamics) komoditi ekspor Indonesia ke pasar OKI Rata-rata Sumbu X 1.46
Rata-rata Sumbu Y 0.04
Rising Star
Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal
14.59
-0.09
Falling Star
2713
Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils
53.03
1.64
Rising Star
4
8703
Cars (incl. station wagon)
1.46
-116.27
Falling Star
5
2710
Petroleum oils, not crude
0.08
-9.03
Falling Star
6
4802
Uncoated paper for writing, printing etc.
63.15
-0.01
Falling Star
7
1513
Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions
-0.14
57.27
Lost opportunity
8
5407
Woven fabrics of synth. filam yarn
2.04
-6.10
Falling Star
No
Kode HS
Nama Komoditi
1
1511
Palm oil & its fraction
2
2701
3
EPD
9
2711
Petroleum gases
0.05
279.74
Rising Star
10
4011
0.42
0.00
Rising Star
11
4412
New pneumatic tires, of rubber Plywood, veneered panels and similar laminated wood
0.70
-12.95
Falling Star
12
3823
Industrial monocarboxylic fatty acid
1.54
5.15
Rising Star
13
3401
Soap; organic surface-active preparations for soap use
1.35
0.70
Rising Star
14
8001
Unwrought tin
0.18
1.82
Rising Star
15
7403
Refined copper and copper alloys, unwrought
-0.16
18.21
Lost opportunity
fraction (HS 1511), petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (HS 2713), petroleum gases (HS 2711), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011), industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823), soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401) dan unwrought tin (HS 8001). Posisi rising star merupakan posisi yang paling tinggi dari matriks EPD. Posisi ini menggambarkan kinerja perdagangan ekspor yang cepat dan dinamis dimana tingkat pertumbuhan ekspor dari Indonesia terus meningkat dan pertumbuhan pangsa ekspor di pasar OKI juga mengalami peningkatan sehingga komoditi yang termasuk kategori ini berada pada level yang kompetitif. Komoditas yang termasuk pada kategori rising star dapat dikatakan sebagai komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dari Indonesia dan dapat bersaing di pasar OKI. Sesuai dengan data ekspor pada periode 2004 sampai 2013, komoditas yang berada pada kategori rising star menunjukkan trend yang positif. Komoditas ekspor Indonesia yang lain berada pada posisi falling star dan lost opportunity. Posisi falling star merupakan suatu posisi yang tidak disukai tetapi lebih baik daripada lost opportunity. Hal ini dikarenakan meskipun komoditas tersebut berada pada kategori falling star, tetapi dari segi ekspor masih
35 terjadi peningkatan. Beberapa komoditas yang termasuk kategori falling star adalah coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701, cars (incl. station wagon) (HS 8703), petroleum oils, not crude (HS 2710), uncoated paper for writing, printing etc. (HS 4802), woven fabrics of synth. filam yarn (HS 5407) dan plywood, veneered panels and similar laminated wood (HS 4412). Pertumbuhan ekspor selama sepuluh tahun terakhir pada produk ini masih positif, namun dari segi permintaan mengalami penurunan. Sedangkan komoditas yang termasuk kategori lost opportunity yaitu coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513) dan refined copper and copper alloys, unwrought (HS 7403). Kedua komoditi ini terindikasi kehilangan pangsa pasarnya di negara-negara OKI. Pertumbuhan ekspor selama periode 2004-2013 untuk kedua produk tersebut menunjukkan trend yang negatif dengan coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513) negatif 0.14 dan refined copper and copper alloys, unwrought (HS 7403) negatif 0.16. Kondisi lost opportunity merupakan kondisi yang paling tidak disukai karena hilangnya kesempatan komoditi tersebut untuk bersaing di pasar OKI. Oleh karena itu, komoditi yang termasuk ke dalam kategori lost opportunity perlu mendapat perhatian khusus dan strategi pemasaran yang lebih baik lagi. Komoditas Unggulan Indonesia ke Pasar OKI Komoditas unggulan ekspor Indonesia ke negara-negara anggota OKI dipilih berdasarkan hasil analisis RCA (Revealed Comparative Advantage), IIT (Intra Industry Trade) dan EPD (Export Product Dynamics). Hasil RCA digunakan untuk mengetahui komoditas yang memiliki kemampuan daya saing di pasar OKI yang dilihat dari hasil RCA pada tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua dari lima belas komoditi penyumbang ekspor terbesar Indonesia ke OKI memiliki nilai RCA diatas satu. Hanya dua komoditi yang tidak memiliki daya saing yaitu cars (incl. station wagon) (HS 8703) dan petroleum oils, not crude (HS 2710). Selanjutnya, komoditi-komoditi ini kemudian dilihat tingkat integrasi perdagangannya. IIT digunakan sebagai analisis pendukung dimana apabila suatu komoditi memiliki tingkat integrasi yang kuat maka diasumsikan akan terjadi saling ketergantungan antar negara, sehingga ekspor impor akan terus berkesinambungan. Hasil analisis IIT terhadap lima belas komoditi ekspor Indonesia ke OKI memperlihatkan bahwa tingkat integrasi perdagangan Indonesia dan OKI masih dalam kategori integrasi sedang dengan nilai IIT dibawah 50. Setelah diketahui kemampuan daya saing dan tingkat integrasinya, kemudian komoditi-komoditi tersebut disaring kembali dengan analisis EPD untuk memperoleh komoditi yang memiliki pertumbuhan ekspor yang positif selama kurun waktu sepuluh tahun. Hasilnya adalah tujuh komoditi berada dalam kategori rising star, enam komoditi kategori falling star dan dua komoditi dengan kategori lost opportunity yaitu coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513) dan refined copper and copper alloys, unwrought (HS 7403) . Kesimpulan dari analisis diatas akan diteruskan dengan analisis lanjutan untuk mengetahui faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhi ekspor komoditi tersebut dari Indonesia ke pasar OKI. Dalam rangka melakukan analisis faktor penentu ekspor, maka pada penelitian ini hanya akan diambil sebanyak 5 (lima) komoditi yang memiliki daya
36 saing dengan nilai RCA lebih dari satu sebagai penentu keunggulan komparatif Indonesia di pasar OKI serta komoditi tersebut termasuk ke dalam kategori rising star atau falling star dalam analisis EPD. Pemilihan lima komoditi ini tidak terlepas dari adanya keterbatasan data, dimana meskipun komoditi tersebut termasuk kategori rising star, tetapi ekspor yang dilakukan tidak berkesinambungan setiap tahunnya sehingga akan sulit dilakukan analisis panel data. Sedangkan hasil dari analisis IIT digunakan sebagai gambaran aliran perdagangan yang terjadi untuk mendukung hasil dari RCA dan EPD. Komoditas yang akan dilanjutkan dengan analisis faktor-faktor penentu ekspornya tersaji pada Tabel 11. Tabel 11 Lima komoditi unggulan Indonesia ke pasar OKI No
Kode HS
Komoditi
1 2
1511 3401
3 4 5
3823 4011 4802
Palm oil & its fraction Soap; organic surface-active preparations for soap use Industrial monocarboxylic fatty acid New pneumatic tires Uncoated paper for writing, printing etc.
Analisis Faktor Penentu Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia ke OKI Faktor-faktor penentu ekspor komoditas unggulan ekspor Indonesia ke pasar OKI dianalisis menggunakan metode data panel model gravitasi. Model ini telah banyak dilakukan dalam berbagai analisis aliran perdagangan baik untuk menganalisis kerjasama perdagangan bilateral maupun multilateral. Dalam model gravitasi pada penelitian ini, akan dilihat pengaruh variabel-variabel ekonomi maupun non ekonomi terhadap ekspor komoditi dari Indonesia ke OKI. Variabelvariabel independen yang diduga akan berpengaruh terhadap nilai ekspor (Xijt) yaitu pendapatan per kapita negara pengekspor (PDBCAPit), pendapatan per kapita negara pengimpor (PDBCAPjt), perbedaan PDB per kapita (PDBCAPDijt), nilai tukar riil (RERijt), jarak ekonomi antar negara (ECODISTijt), tarif yang berlaku pada negara pengimpor (Trfjt) dan adanya kesamaan bahasa (Langij). Fokus utama penelitian yang menggunakan model gravitasi pada awalnya adalah variabel PDB dan jarak, tetapi semakin berkembangnya perdagangan dan negara-negara di dunia mulai melakukan proteksi terhadap industri dalam negerinya, maka variabel tarif dan non tarif juga menjadi semakin berpengaruh. Variabel PDB yang dalam penelitian ini menggunakan PDB per kapita menjadi cerminan dari kemampuan suatu negara untuk membayar atau mengkonsumsi barang. Variabel jarak merupakan proksi dari biaya transportasi dalam perdagangan. Pada penelitian ini jarak yang digunakan adalah jarak ekonomi yang membandingkan antara jarak geografis dengan PDB. Variabel tarif digunakan untuk melihat dampak pemberlakuan tarif pada suatu komoditi, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai kajian dalam pembentukan kerjasama perjanjian perdagangan.
37 Tabel 12 Hasil uji koefisien faktor-faktor penentu ekspor komoditas unggulan Indonesia ke OKI HS 1511 Palm Oil
HS 3401 Soap
Komoditi HS 3823 Fatty acid
17.87145
1.170378
14.87589
10.51476
9.365621
LN_PDBCAPI
2.277467**
1.446491**
3.216865**
0.552070**
0.843948**
LN_PDBCAPJ
-0.803975**
0.905145**
-1.350995**
0.348320**
0.231035
LN_PDBCAPDij
-0.084360
-0.575602**
0.068787
-0.093404
-0.072095
LN_RERij
0.123704
-0.108333
0.229008
0.122583**
-0.118081
LN_ECODISTij
-0.845064**
-0.027024
-1.305079**
-0.107292
0.080954
TRFj
-0.106219**
0.028560
-0.142418**
-0.024840
-0.041668
LANG Model
0.080290
2.349474
0.553813
1.115996**
1.896635**
REM
REM
REM
REM
REM
R-squared Adjusted R-squared Prob(F-statistic)
0.539795
0.347278
0.608312
0.588812
0.566008
0.504779
0.297615
0.577505
0.557526
0.532987
0.000000
0.000001
0.000000
0.000000
0.000000
DW Stat
1.021190
1.084399
1.401438
0.858041
1.023983
Variabel C
HS 4011 Tyre
HS 4802 Paper
** Signifikan pada taraf nyata 5 % * Signifikan pada taraf nyata 10 %
Estimasi terhadap koefisien-koefisien variabel independen dilakukan dengan menggunakan software Eviews 6. Pemilihan model terbaik diambil berdasarkan hasil uji antar model dalam data panel tersebut, baik menggunakan uji Chow maupun dengan uji Hausman. Hasil signifikansi koefisien menggunakan data panel terhadap masing-masing komoditi dalam periode waktu sepuluh tahun tersaji pada Tabel 12. Dari hasil analisis tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa model yang paling tepat untuk menganalisis faktor penentu ekspor komoditas yang berdaya saing adalah model random effects. Model ini dipilih berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Hausman yang ditampilkan dalam lampiran. Pendapatan per kapita Pendapatan per kapita merupakan hasil pembagian dari pendapatan domestik bruto suatu negara dengan jumlah penduduk. Semakin besar pendapatan per kapita akan meningkatkan konsumsi masyarakat dan mendorong peningkatan perekonomian secara nasional. Pendapatan per kapita merupakan indikator yang penting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Berdasarkan hasil analisis, variabel pendapatan per kapita negara Indonesia memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap semua komoditi terpilih pada taraf nyata 5 persen. Peningkatan pendapatan masyarakat Indonesia akan mendorong peningkatan ekspor komoditi palm oil and its fraction (HS 1511), soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401), industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823), new pneumatic tires (HS 4011) dan
38 uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802). Hasil ini telah sesuai dengan teori yang ada, dimana tingkat pendapatan per kapita berpengaruh positif terhadap ekspor. Tingkat pendapatan yang tinggi pada negara pengekspor mengindikasikan tingginya level produksi sehingga terjadi peningkatan ketersediaan barang untuk ekspor (Lehmann 2003) . Dari segi pendapatan per kapita negara importir, hasil estimasi model gravitasi bervariasi antar komoditi. Komoditi seperti soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401) dan new pneumatic tires (HS 4011) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Hal ini mengindikasikan terjadinya peningkatan impor seiring dengan peningkatan pendapatan negara importir. Sebaliknya, untuk komoditi palm oil dan industrial monocarboxylic fatty acid terjadi penurunan ekspor ketika pendapatan per kapita importir meningkat. Hal ini dapat disebabkan kedua komoditi tersebut sudah termasuk pada kategori barang inferior bagi negara-negara anggota OKI terutama yang memiliki pendapatan per kapita yang sangat tinggi, sehingga terjadi penurunan permintaan seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakatnya. Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan memilih produk sejenis dari negara lain yang memiliki kualitas yang lebih baik. Perbedaan PDB per kapita (GDP differences) Perbedaan pendapatan per kapita digunakan untuk mengetahui pola perdagangan antara Indonesia dengan negara anggota OKI. Variabel ini memiliki dua kemungkinan hasil terhadap nilai ekspor suatu komoditi, yaitu dapat berpengaruh secara positif maupun negatif. Perbedaan PDB per kapita memiliki tujuan untuk menguji kemungkinan adanya efek Linder yang menyebutkan bahwa perdagangan bilateral akan memiliki dampak yang lebih besar ketika PDB per kapita negara-negara tersebut memiliki tingkatan yang mirip/sama. Pada hasil estimasi menunjukkan bahwa perbedaan PDB per kapita hanya signifikan terhadap komoditi soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401). Nilai koefisien yang negatif untuk komoditi ini memperlihatkan terjadinya efek Linder dimana setiap kenaikan perbedaan pendapatan per kapita sebesar 1 persen akan menurunkan nilai ekspor soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401) sebesar 0.57 persen (ceteris paribus). Sedangkan untuk komoditi-komoditi lainnya, variabel ini tidak signifikan yang berarti negaranegara yang memiliki pendapatan per kapita lebih tinggi dari Indonesia masih merupakan pasar yang potensial untuk ekspor. Nilai tukar riil Hasil estimasi untuk variabel nilai tukar riil menunjukkan bahwa komoditas unggulan ekspor Indonesia ke OKI hampir semuanya tidak terpengaruh oleh nilai tukar. Hanya komoditi new pneumatic tyres (HS 4011) yang terpengaruh oleh nilai tukar. Koefisien estimasi menunjukkan bahwa nilai tukar riil berpengaruh signifikan dan positif pada taraf nyata 5 persen. Hubungan yang positif dapat diartikan bahwa bila nilai tukar mengalami penurunan atau terjadi depresiasi, maka ekspor akan meningkat (Nguyen 2010). Nilai koefisien HS 4011 sebesar 0.12258 memiliki arti bahwa jika terjadi depresiasi nilai tukar sebesar 1 persen, maka akan terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar 0.12 persen (ceteris paribus).
39 Variabel nilai tukar riil Indonesia terhadap negara-negara anggota OKI tidak memiliki pengaruh yang banyak bagi sebagian besar komoditas. Hal ini dikarenakan tingkat volatilitas mata uang Indonesia dan negara-negara OKI relatif stabil. Beberapa negara anggota OKI bahkan memiliki nilai tukar yang tidak berubah dalam periode tahun 2004 sampai dengan 2013 yaitu negara Jordan, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab. Jarak ekonomi Variabel jarak yang merupakan proksi dari biaya transportasi memiliki pengaruh negatif terhadap ekspor (Di Mauro, 2001). Komoditi soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401), new pneumatic tires (HS 4011) dan uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802) tidak terpengaruh oleh jarak ekonomi, hanya dua komoditi yaitu palm oil & its fraction (HS 1511) dan industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823) yang terpengaruh secara signifikan. Setiap adanya peningkatan jarak ekonomi sebesar 1 persen akan menambah biaya transportasi sehingga akan menurunkan nilai ekspor komoditi palm oil sebesar 0.84 persen dan komoditi industrial monocarboxylic fatty acid sebesar 1.30 persen. Tarif
Pengaruh tarif pada suatu perdagangan dapat menambah biaya yang dikeluarkan oleh eksportir maupun importir sehingga dapat menyebabkan harga menjadi mahal. Sebagian besar komoditas unggulan ekspor Indonesia ke OKI terpengaruh negatif oleh tarif. Dua komoditi unggulan yaitu palm oil & its fraction (HS 1511) dan industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823) memiliki koefisien tarif yang negatif dan berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen. Pada komoditi palm oil, setiap kenaikan tarif sebesar 1 persen akan menurunkan nilai ekspor palm oil Indonesia ke negara anggota OKI sebesar 0.11 persen, sedangkan pada komoditi industrial monocarboxylix fatty acid, setiap kenaikan tarif sebesar 1 persen akan menurunkan nilai ekspor sebesar 0.14 persen (ceteris paribus). Kesamaan bahasa Faktor kesamaan bahasa memiliki pengaruh yang positif pada semua komoditas unggulan ekspor Indonesia ke OKI. Negara yang memiliki kemiripan dalam bahasa akan memiliki potensi yang lebih besar dalam perdagangan bilateral (Binh 2013). Hasil estimasi yang signifikan dan berpengaruh nyata diperoleh pada komoditi new pneumatic tyre (HS 4011) dan uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802). Faktor bahasa akan meningkatkan ekspor komoditi new pneumatic tyre (HS 4011) sebesar 205 persen (e1,11-1 ≈ 2.05), sedangkan untuk komoditi uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802) sebesar 566 persen.
40
5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan terkait dengan kinerja perdagangan Indonesia ke OKI, yaitu : 1. Ekspor terbesar Indonesia ke pasar OKI terfokus pada 10 negara selaras dengan potensi ekonomi yang ada berdasarkan pertumbuhan PDB yang positif dan tingkat populasinya. 2. Terdapat lima belas besar komoditi yang menjadi andalan ekspor Indonesia ke OKI dengan komoditi palm oil & its fraction (HS 1511) sebagai komoditi yang paling besar nilai ekspornya, dilanjutkan berturut-turut yaitu komoditi coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal (HS 2701), petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils (HS 2713), cars (incl. station wagon) (HS 8703), petroleum oils, not crude (HS 2710), uncoated paper for writing, printing etc (HS 4802), coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions (HS 1513), woven fabrics of synth. filam yarn (HS 5407), petroleum gases (HS 2711), new pneumatic tires, of rubber (HS 4011), plywood, veneered panels and similar laminated wood (HS 4412), industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823), soap; organic surface-active preparations for soap use (HS 3401), unwrought tin (HS 8001) dan refined copper and copper alloys, unwrought (HS 7403). 3. Dari lima belas besar komoditi penyumbang ekspor terbesar, terdapat 86.7 persen komoditi dengan nilai RCA lebih dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar komoditas Indonesia dapat bersaing di pasar OKI. 4. Tingkat integrasi perdagangan Indonesia dan OKI masih termasuk ke dalam kategori perdagangan satu arah dengan nilai IIT yang paling tinggi hanya pada derajat integrasi sedang. Sebagian besar komoditas ekspor Indonesia ke OKI adalah produk pertanian dan pertambangan berupa bahan mentah (raw material) yang selama ini menjadi keunggulan dari Indonesia, sedangkan perkembangan industri antar negara tersebut belum berkembang dan masih perlu ditingkatkan agar tercipta perdagangan dua arah. 5. Kinerja perdagangan Indonesia apabila dilihat dari market position komoditinya sebagian besar memiliki performa yang baik. Dari lima besar komoditas ekspor tertinggi, menghasilkan tujuh komoditi berstatus rising star (pertumbuhan pangsa pasar dan pertumbuhan ekspor relatif tinggi), enam komoditi berstatus falling star (pertumbuhan pasar relatif rendah namun pertumbuhan ekspor dari Indonesia relatif tinggi) dan hanya dua komoditi berstatus loss opportunity (pertumbuhan permintaan yang relatif tinggi namun pertumbuhan ekspor dari Indonesia masih rendah). 6. Variabel-variabel yang menjadi faktor penentu ekspor komoditas unggulan menunjukkan bahwa variabel pendapatan per kapita Indonesia yang merupakan proksi dari produksi dalam negeri berpengaruh nyata dan signifikan untuk semua komoditi. Variabel lain yang memiliki pengaruh signifikan adalah pendapatan per kapita pengimpor, perbedaan pendapatan per kapita, jarak ekonomi, tarif dan kesamaan bahasa yang nilai dan tingkat signifikansinya berbeda-beda untuk tiap komoditi.
41 Saran 1. Perlu dilakukan peningkatan daya saing komoditas yang memiliki nilai RCA dibawah satu, sehingga persentase komoditas ekspor Indonesia yang berdaya saing di pasar ekspor OKI semakin tinggi. 2. Untuk memperbaiki tingkat integrasi perdagangan Indonesia dan negara anggota OKI, maka perlu dilakukan hilirisasi atau olahan terhadap komoditi dari Indonesia. Kebijakan hilirisasi komoditi dapat diterapkan tidak hanya pada sektor mineral dan pertambangan (minerba) tetapi juga sektor-sektor lainnya. Kebijakan hilirisasi dapat mendorong industri untuk mengekspor komoditas olahan, tidak hanya komoditi dalam bentuk bahan mentah, sehingga nilai tambah komoditi tersebut semaikin tinggi. Pemerintah dapat memberikan kemudahan atau insentif bagi para pengusaha untuk mendirikan industri pengolahan salah satunya yaitu dengan memberikan keringanan pajak dalam jangka waktu tertentu. 3. Variabel pendapatan per kapita negara importir yang berpengaruh negatif terhadap komoditi palm oil & its fraction (HS 1511) dan industrial monocarboxylic fatty acid (HS 3823) mengindikasikan terjadinya penurunan permintaan ketika pendapatan per kapita masyarakat negara importir semakin tinggi memberikan implikasi bahwa kedua komoditi perlu diperbaiki kualitasnya sehingga sesuai dengan standard dan mengikuti selera konsumen yang semakin meningkat. 4. Hasil analisis Export Product Dynamics (EPD) untuk komoditas terpilih, memperlihatkan bahwa masih ada produk yang termasuk ke dalam kategori loss opportunity. Kondisi ini sangat disayangkan, karena pertumbuhan pangsa pasar untuk komoditi kategori loss opportunity sebenarnya meningkat, tetapi pertumbuhan ekspor dari Indonesia mengalami penurunan. Penurunan ekspor ini dapat terjadi karena peningkatan konsumsi dalam negeri ataupun oleh adanya persaingan harga, sehingga khusus untuk komoditi dengan kategori loss opportunity perlu dilakukan strategi efisiensi dalam kegiatan produksi dan mendorong peningkatan produksi. Diharapkan dengan strategi ini komoditas tersebut dapat memenuhi kecukupan konsumsi di dalam negeri dan dapat bersaing kembali dengan produk sejenis dari negara lain, sehingga terjadi peningkatan status menjadi rising star. 5. Biaya perdagangan yang lain selain biaya transportasi adalah tarif. Hasil analisis model gravitasi menunjukkan tarif yang berlaku di Organisasi Kerjasama Islam hampir semuanya memiliki pengaruh yang negatif dan beberapa komoditi terpengaruh secara signifikan, sehingga pada saat perundingan kerjasama perdagangan perlu lebih difokuskan pada penurunan tarif bea masuk agar lebih mempermudah ekspor komoditas dari Indonesia. 6. Untuk penelitian selanjutnya, dapat dilakukan penambahan variabel harga tiap komoditi. Penambahan variabel ini akan sangat menentukan dari segi permintaan. Oleh karena adanya keterbatasan informasi mengenai harga per komoditi, maka dapat dimasukkan variabel harga per volume ekspor atau unit price.
42
DAFTAR PUSTAKA Anderson JE, Van Wincoop E. 2003. Gravity with gravitas : A solution to the border puzzle. American Economic Review. Abidin ISZ, Jantan MD, Abu-Bakar NA. 2013. Analysis of trade pattern between Malaysia and the OIC member countries : gravity model. The 2nd IBSM, International Conference on Bussiness and Management 2 – 4 October 2013, Chiang Mai – Bangkok. Austria MS. 2004. The pattern of intra ASEAN trade in the priority goods sectors. REPSF Project. No. 03/006e. Final Main Report. Bacchetta M, et al. 2012. A practical guide to trade policy analysis. World Trade Organization, Geneva, Switzerland. http://vi.unctad.org/tpa [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Perdagangan dan investasi di Indonesia : Sebuah catatan tentang daya saing dan tantangan ke depan. Bendjilali B. 1997. An intra trade econometric model for OIC member countries : A cross country analysis. IRTI Research Paper. No.55 Bhagwati J, Panagariya A. 1996. Preferential trading areas and multilateralism : strangers, friends or foes. Discussion paper series no. 9596-04. Binh DTT, Duong NV, Cuong HM. 2013. Applying gravity model to analyze trade activities of Vietnam. FREIT Working Paper. December 2013. Christie Edward. 2001. Potential trade in Southeast Europe : A gravity model approach. The Wiiw Balkan Observatory. Clark DP, Stanley DL. 1999. Determinants of intra-industry trade between developing countries and the United States. Journal of Economic Development. Volume 24, Number 2, Desember 1999. Di Mauro F. 2001. Economic integration between the EU and the CEECs : A sectoral study. Center For European Policy Studies. Working document no. 165, April 2001. Estherhuizen D. 2006. Measuring and analyzing competitiveness in the agribusiness sector: Methodological and analytical framework. University of Pretoria. Firdaus, M. 2011. Aplikasi ekonometrika untuk data panel dan time series. IPB Pr. Head K, Mayer T. 2013. Gravity equations : Workhorse, toolkit and cookbook. Sciences Po Economics Discussion Papers. 2013-02. [Kemendag] Kementerian Perdagangan. 2011. Kajian kebijakan pengembangan diversifikasi pasar dan produk ekspor. Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. ________________________________. 2013. Statistik perdagangan luar negeri Indonesia. DJPEN, Kementerian Perdagangan. Krugman PR, Obstfeld M. 2003. International economics, theory and policy sixth edition. Addison-Wesley Publishing Company, San Francisco. Lehmann FN, Zarzoso IM. 2003. Augmented gravity model : An empirical application to Mercosur-European Union trade flows. Journal of Applied Economics. Vol VI no. 2. November 2003.
43 Nguyen, BX. 2010. The determinants of Vietnamese export flows : Static and dynamic panel gravity approaches. International Journal of Economics and Finance. Vol. 2 No. 4. November 2010. [OIC] Organization of Islamic Cooperation. 2013. Annual report on trade among the member states of the Organization of Islamic Cooperation. Petrovic P, Antevski M, Vesic D. 2008. The international competitiveness and economic integration. FACTA Universitatis Series Economics and Organization. Vol.5, No.1, 2008, pp.1-8. Ridwan. 2011. Analisis aliran perdagangan dan investasi dalam integrasi ekonomi ASEAN : Pendekatan model gravitasi. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Saputra PMA. 2014. The effect of regionalism and infrastructure on bilateral trade: an augmented gravity analysis for ASEAN. International Journal of Economics and Finance. Vol.6, No.3; 2014. Sharma K. 2004. Horizontal and vertical intra industry trade in Trans-Tasman bilateral trade. Journal of Economic Integration. 19(3), September 2004;590603. Shepherd B. 2012. The gravity model of international trade : A user guide. ARTNet Gravity Model Initiative. ESCAP-United Nations. Trade Map. 2014. Trade statistics for international business development. http://www.trademap.org/Index.aspx [diakses Agustus 2014] [WITS] World Integrated Trade Solution. http://wits.worldbank.org/ [diakses Agustus 2014] Worldbank. 2014. World Development Indicator, The World Bank. http://data.worldbank.org/data-catalog/world-development-indicators [diakses Agustus 2014. Zahra N, Leili N. 2011. The analysis of bilateral trade : The case of D8. Bussiness Intelligence Journal. January 2011 Vol. 4 No. 1. Zarzoso IM, Felicitas NLD, Horsewood N. 2009. Are regional trading agreements beneficial? Static and dynamic panel gravity models. North American Journal of Economics and Finance. 20 (2009) 46-65.
44 Lampiran 1 Hasil estimasi komoditi HS 1511 (Palm oil and its fraction) Dependent Variable: LN_EKSPOR? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 10/31/14 Time: 11:13 Sample: 2004 2013 Included observations: 10 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 100 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_GDPCAPI? LN_GDPCAPJ? LN_RELENDOW? LN_RER? LN_ECODIST? TARIF? LANG? Random Effects (Cross) _BANGLADESH--C _EGYPT--C _IRAN--C _JORDAN--C _MALAYSIA--C _NIGERIA--C _PAKISTAN--C _SAUDI--C _TURKI--C _UAE--C
17.87145 2.277467 -0.803975 -0.084360 0.123704 -0.845064 -0.106219 0.080290
4.234858 0.352493 0.259448 0.184448 0.091277 0.275451 0.015898 0.872830
4.220083 6.461036 -3.098797 -0.457364 1.355251 -3.067925 -6.681144 0.091988
0.0001 0.0000 0.0026 0.6485 0.1787 0.0028 0.0000 0.9269
0.194348 -0.047727 0.124877 0.100614 3.05E-15 -0.044113 -0.299641 -0.394717 0.325419 0.040940 Effects Specification
Cross-section random Idiosyncratic random
S.D. 0.479764 1.278980
Rho 0.1234 0.8766
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.539795 0.504779 1.257742 15.41584 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
11.73836 1.787278 145.5362 1.021190
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.664706 152.7360
Mean dependent var Durbin-Watson stat
18.21191 0.973052
45 Lampiran 2 Hasil estimasi komoditi HS 3401 (Soap; organic surface-active preparations for soap use) Dependent Variable: LN_EKSPOR? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 10/31/14 Time: 11:15 Sample: 2004 2013 Included observations: 10 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 100 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_GDPCAPI? LN_GDPCAPJ? LN_RELENDOW? LN_RER? LN_ECODIST? TARIF? LANG? Random Effects (Cross) _BANGLADESH--C _EGYPT--C _IRAN--C _JORDAN--C _MALAYSIA--C _NIGERIA--C _PAKISTAN--C _SAUDI--C _TURKI--C _UAE--C
1.170378 1.446491 0.905145 -0.575602 -0.108333 -0.027024 0.028560 2.349474
6.154094 0.359851 0.441799 0.233437 0.167307 0.461671 0.025257 1.561493
0.190179 4.019689 2.048772 -2.465772 -0.647512 -0.058535 1.130779 1.504633
0.8496 0.0001 0.0433 0.0155 0.5189 0.9534 0.2611 0.1358
-1.225123 0.171873 -0.849613 -1.123154 1.54E-15 1.237552 1.065545 0.049709 -1.105782 1.778993 Effects Specification
Cross-section random Idiosyncratic random
S.D. 1.104780 0.999339
Rho 0.5500 0.4500
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.347278 0.297615 1.031488 6.992616 0.000001
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
4.112433 1.230769 97.88499 1.084399
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.432391 212.2418
Mean dependent var Durbin-Watson stat
14.95339 0.500120
46 Lampiran 3 Hasil estimasi komoditi HS 3823 (Industrial monocarboxylic fatty acid) Dependent Variable: LN_EKSPOR? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 10/31/14 Time: 11:16 Sample: 2004 2013 Included observations: 10 Cross-sections included: 10 Total pool (unbalanced) observations: 97 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_GDPCAPI? LN_GDPCAPJ? LN_RELENDOW? LN_RER? LN_ECODIST? TARIF? LANG? Random Effects (Cross) _BANGLADESH--C _EGYPT--C _IRAN--C _JORDAN--C _MALAYSIA--C _NIGERIA--C _PAKISTAN--C _SAUDI--C _TURKI--C _UAE--C
14.87589 3.216865 -1.350995 0.068787 0.229008 -1.305079 -0.142418 0.553813
6.371795 0.324706 0.440770 0.198142 0.141257 0.438645 0.074441 1.309547
2.334647 9.907004 -3.065077 0.347159 1.621223 -2.975252 -1.913176 0.422905
0.0218 0.0000 0.0029 0.7293 0.1085 0.0038 0.0589 0.6734
-0.637715 0.135318 0.561737 0.152948 -8.26E-15 -0.547917 0.490678 -1.155987 1.294573 -0.293634 Effects Specification
Cross-section random Idiosyncratic random
S.D. 0.864155 0.862824
Rho 0.5008 0.4992
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.608312 0.577505 0.870888 19.74597 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
4.481650 1.317075 67.50173 1.401438
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.681098 114.4163
Mean dependent var Durbin-Watson stat
14.71751 0.826800
47 Lampiran 4 Hasil estimasi komoditi HS 4011 (New pneumatic tires) Dependent Variable: LN_EKSPOR? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 10/31/14 Time: 11:17 Sample: 2004 2013 Included observations: 10 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 100 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_GDPCAPI? LN_GDPCAPJ? LN_RELENDOW? LN_RER? LN_ECODIST? TARIF? LANG? Random Effects (Cross) _BANGLADESH--C _EGYPT--C _IRAN--C _JORDAN--C _MALAYSIA--C _NIGERIA--C _PAKISTAN--C _SAUDI--C _TURKI--C _UAE--C
10.51476 0.552070 0.348320 -0.093404 0.122583 -0.107292 -0.024840 1.115996
1.649079 0.095391 0.134180 0.065780 0.048984 0.132920 0.016870 0.505752
6.376144 5.787449 2.595913 -1.419940 2.502498 -0.807194 -1.472462 2.206607
0.0000 0.0000 0.0110 0.1590 0.0141 0.4216 0.1443 0.0298
0.205348 0.573141 -0.511828 -0.641437 7.99E-15 -0.093446 0.064476 0.817084 -1.053324 0.639987 Effects Specification
Cross-section random Idiosyncratic random
S.D. 0.309100 0.266151
Rho 0.5742 0.4258
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.588812 0.557526 0.327710 18.82031 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
4.281753 0.492658 9.880228 0.858041
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.655470 44.72169
Mean dependent var Durbin-Watson stat
16.29756 0.189564
48 Lampiran 5 Hasil estimasi komoditi HS 4802 (Uncoated paper for writing, printing etc.) Dependent Variable: LN_EKSPOR? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 10/31/14 Time: 11:07 Sample: 2004 2013 Included observations: 10 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 100 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LN_GDPCAPI? LN_GDPCAPJ? LN_RELENDOW? LN_RER? LN_ECODIST? TARIF? LANG? Random Effects (Cross) _BANGLADESH--C _EGYPT--C _IRAN--C _JORDAN--C _MALAYSIA--C _NIGERIA--C _PAKISTAN--C _SAUDI--C _TURKI--C _UAE--C
9.365621 0.843948 0.231035 -0.072095 -0.118081 0.080954 -0.041668 1.896635
2.762346 0.165350 0.234802 0.094390 0.076865 0.201385 0.032310 0.674409
3.390459 5.103998 0.983957 -0.763792 -1.536212 0.401985 -1.289627 2.812290
0.0010 0.0000 0.3277 0.4469 0.1279 0.6886 0.2004 0.0060
-0.326066 -0.172983 -0.298697 -0.208308 7.63E-15 0.071255 0.454620 0.540022 -0.560031 0.500191 Effects Specification
Cross-section random Idiosyncratic random
S.D. 0.497539 0.374825
Rho 0.6379 0.3621
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.566008 0.532987 0.379849 17.14080 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
3.995686 0.555836 13.27427 1.023983
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.686784 27.39315
Mean dependent var Durbin-Watson stat
17.24159 0.496205
49 Lampiran 6 Hasil uji Hausman komoditi HS 1511 Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PALM Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
1.944714
6
0.9247
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
10.447785
6
0.1070
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
3.975398
6
0.6800
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
40.607582
6
0.0000
Lampiran 7 Hasil uji Hausman komoditi HS 3401 Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: SOAP Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Lampiran 8 Hasil uji Hausman komoditi HS 3823 Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: MONOCARBOXYLIC Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Lampiran 9 Hasil uji Hausman komoditi HS 4011 Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: TIRES Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
50 Lampiran 10 Hasil uji Hausman komoditi HS 4802 Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: PAPER Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
7.328680
6
0.2915
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan Jawa Barat pada tanggal 7 Juli 1980 dari ayah Yuyun Nasrudin dan Ibu Eha Sulawati. Penulis adalah putra kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh pendidikan dasar sampai menengah di kota Kuningan. Penulis lulus dari SMU Negeri 1 Kuningan pada tahun 1998. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB dan lulus pada tahun 2003. Penulis memulai karir sebagai PNS pada tahun 2009 sebagai staf pada Balai Sertifikasi, Direktorat Pengembangan Mutu Barang, Ditjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, Kementerian Perdagangan. Pada tahun 2012, penulis memperoleh beasiswa dari Kementerian Perdagangan untuk melanjutkan studi program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.