ANALISIS EKSPOR KOMODITAS UNGGULAN MAKANAN OLAHAN INDONESIA DAN FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ARYO MUFTI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Jakarta, Desember 2012 Aryo Mufti NRP. H151090071
Halaman ini sengaja dikosongkan
ABSTRACT ARYO MUFTI. Analysis of Main Processed Foods Export Commodities Indonesia and the factors that influence. Under direction of SRI MULATSIH and YETI LIS PURNAMADEWI. The purpose of this study was to determine the commodity exports of processed foods Indonesia and the factors that influence. The data used in this study is secondary data, the data in this study came from WITS (UNCOMTRADE), Central Bureau of Statistics Indonesia, the World Bank and CEPII. The data used is the data for 2005-2009. The method used in this research is a method of trade performance index and the method of static data using a panel gravity model. Object state in this study were the 10 major importers Indonesia for processed foods, namely: Australia, Japan, Malaysia, Nigeria, Philippina, Saudi Arabia, Singapore, Thailand United State of America and Vietnam. The results of this study were (1) processed food main commodities Indonesia exports are tobacco, cereals, tea and coffee and fish, (2) Commodities tobacco which has the largest export commodity tobacco not stemmed/stripped (240110), tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120), cigarettes containing tobacco (240220). Commodities cereal that has the largest export commodity other pasta (190230), sweet biscuits; waffles and wafers (190530), other bread (190590). Commodities tea and coffee which has the largest export commodity black tea fermented (090230), other black tea fermented (090240), and coffea extracts, essences and concentrates (210111). As well as fish commodities that have the greatest export is commodities fish, whole or in pieces (160414), crab (160510), and shrimps and prawns (160520), (3) factors exports and GDP Per Capita Indonesia overall positive effect on exports of processed food commodities Indonesa. Factors importing countries population overall negative effect on exports of processed food commodities in Indonesia. GDP Per Capita Factor Importer countries, exchange rates and the overall ecodistance no significant effect on exports of processed food commodities in Indonesia.
Keywords: Main Commodities, Processeds Food Export, Gravity Model
Halaman ini sengaja dikosongkan
RINGKASAN ARYO MUFTI. Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan YETI LIS PURNAMADEWI. Perdagangan internasional merupakan hal yang penting dikarenakan dengan adanya perdagangan internasional akan menggerakkan variabel lainnya, pertumbuhan ekonomi meningkat dengan adanya penambahan devisa, pengangguran berkurang dengan adanya permintaan ekspor yang tinggi serta investasi meningkat dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dalam perdagangan internasional ada tiga keunggulan yang harus dilihat suatu negara. Pertama, adalah keunggulan absolut keunggulan suatu negara mutlak menguasai perdagangan internasional karena memiliki daya saing yang lebih baik. Kedua, adalah keunggulan komparatif keunggulan suatu negara memegang peranan penting dalam suatu perdagangan internasional karena negara tersebut memiliki biaya untuk komoditas suatu barang lebih murah dibandingkan negara lain. Ketiga, adalah keunggulan kompetitif keunggulan suatu negara dapat bersaing dengan negara lain karena empat faktor yaitu: kondisi faktor, kondisi kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif, serta kondisi persaingan, struktur dan strategi industri. Salah satu ekspor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah ekspor komoditas makanan olahan. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun potensi ini belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah. Komoditas makanan olahan seringkali diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah. Oleh karena itu perlu suatu analisis yang mampu melihat potensi dari komoditas makanan olahan. Potensi komoditas makanan olahan dapat dilihat dari dua sisi yakni potensi eksternal yang meliputi pangsa pasar dunia, pertumbuhan impor dunia dan tarif impor dunia. Selain itu dapat dilihat dari sisi internal yang meliputi nilai tambah industri, efisiensi aset dan penyerapan tenaga kerja. Metode untuk menganlisis potensi eksternal dan internal ini adalah dengan menggunakan Metode TPI (Trade Performnace Index) sehingga nantinya akan terlihat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan Indonesia. Komoditas unggulan makanan olahan Indonesia harus mampu bersaing dalam perdagangan internasional oleh karena itu harus dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain volume ekspor makanan olahan Indonesia, GDP negara importir, nilai tukar negara importir, serta jarak negara importir terhadap Indonesia. Hasil analisis ini bertujuan untuk pembuatan kebijakan pemerintah untuk membuat strategi kebijakan dalam rangka peningkatan ekspor. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Trade Performance Index yang menganalisis potensi eksternal dan internal suatu komoditas dan dengan menyelaraskan dengan misi Kementerian Perdagangan RI terdapat empat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia yaitu: tembakau, sereal, teh dan kopi serta ikan. Komoditas tembakau yang memiliki ekspor terbesar adalah tobacco not
stemmed/stripped (240110), tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120), dan cigarettes containing tobacco (240220). Komoditas sereal yang memiliki ekspor terbesar adalah other pasta (190230), sweet biscuits; waffles and wafers (190530), dan other bread (190590). Komoditas teh dan kopi yang memiliki ekspor terbesar adalah black tea fermented (090230), other black tea fermented (090240), dan coffea extracts, essences and concentrates (210111). Serta komoditas ikan yang memiliki ekspor terbesar adalah fish, whole or in pieces (160414), crab (160510), dan shrimps and prawns (160520). Hasil perhitungan dengan menggunakan metode data panel statis Faktor volume ekspor dan GDP Per Kapita Indonesia secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. Faktor jumlah penduduk negara importir secara keseluruhan berpengaruh negatif terhadap ekspor komoditas makanan olahan Indonesia. Faktor GDP Per Kapita negara Importir, nilai tukar dan ecodistance secara keseluruhan tidak berpengaruh signifikan terhadap ekspor komoditas makanan olahan Indonesia. Kata Kunci: Komoditas Unggulan, Makanan Olahan Ekspor
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
Halaman ini sengaja dikosongkan
ANALISIS EKSPOR KOMODITAS UNGGULAN MAKANAN OLAHAN INDONESIA DAN FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ARYO MUFTI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec
Judul Tesis : Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Nama : Aryo Mufti NRP : H151090071 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr Ketua
Dr.Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si
Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr
Tanggal Ujian: 09 Agustus 2012
Tanggal Lulus:
Halaman ini sengaja dikosongkan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLOH SWT, atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc.Agr selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Dr.Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan tesis ini; 2. Bapak Dr. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku penguji luar komisi sidang thesis yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini; 3. Bapak Dr.Ir. Nunung Nuryartono, M.Si selaku ketua program studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana IPB atas bimbingan dan pengarahan selama menempuh kuliah; 4. Para dosen di Program Studi Ilmu Ekonomi, atas segala didikan dan pengajarannya; 5. Para staf di Program Studi Ilmu Ekonomi, atas segala bantuannya; 6. Semua rekan di Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana IPB untuk semangat dan kebersamaannya selama menjalani kuliah; dan 7. Ayah, Ibu, Adik serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Akhirnya, besar harapan penulis agar tesis ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Jakarta, Desember 2012
Aryo Mufti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 26 Januari 1987, dari Ayah H. Agus Haryoko, S.Sos dan Hj. Ibu Juju Juhaeriah, S.PdI. Penulis merupakan putra pertama dari lima bersaudara. Tahun 2004 penulis lulus dari SMA Perguruan Cikini Jakarta dan pada tahun yang sama penulis lulus SNMPTN Tulis dan diterima di Universitas Negeri Jakarta pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi. Penulis menyelesaikan kuliah sarjana pada tahun 2008, yang kemudian melanjutkan kuliah pasca sarjana pada tahun 2009 pada program studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ................................................................................................
xv
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
xx
I.
1 1 4 6 6 7 9 9 9 13 15 16 21 24 26 27 27 27 27 32 32 37 39 41 41 41 43 44 46
PENDAHULUAN................................................................................. 1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1.2 Permasalahan Penelitian............................................................... 1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 1.4 Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 1.5 Manfaat Penelitian........................................................................ II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN............ 2.1 Tinjauan Teori dan Konsep.......................................................... 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional.................................... 2.1.2 Komoditas Unggulan..................................................... 2.1.3 Teori Penawaran............................................................. 2.1.4 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor.................. 2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................... 2.3 Kerangka Analisis......................................................................... 2.4 Hipotesis Penelitian...................................................................... III. METODE PENELITIAN.................................................................... 3.1 Jenis dan Sumber Data................................................................. 3.2 Metode Analisis............................................................................ 3.2.1. Metode Trade Performance Index..................................... 3.2.2. Metode Deskriptif.............................................................. 3.2.3. Model Gravitasi dengan Data Panel Statis......................... 3.3 Pengujian Model........................................................................... 3.4 Definisi Operasional..................................................................... IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 4.1 Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia...................... 4.1.1 Indeks Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia.. 4.1.2 Indeks Performa Pasar Dunia...................................... 4.1.3 Indeks Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia.. 4.1.4 Indeks Performa Dampak Sosial Ekonomi................... 4.1.5 Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia.......................................... 4.2 Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia.......................................................................... 4.2.1 Tembakau.....................................................................
47 50 50
xv
4.2.2 Sereal............................................................................ 4.2.3 Teh dan Kopi................................................................ 4.2.4 Ikan............................................................................... 4.3 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia......................................... 4.3.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Tembakau................................. 4.3.1.1 Komoditas Tobacco Not Stemmed/ Stripped (240110) ......................................... 4.3.1.2 Komoditas Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120)....................................... 4.3.1.3 Komoditas Cigarettes Containing Tobacco (240220)........................................... 4.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Sereal........................................ 4.3.2.1 Komoditas Other Pasta (190230)............... 4.3.2.2 Komoditas Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530)..................................... 4.3.2.3 Komoditas Other Bread (190590).............. 4.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Teh dan Kopi........................... 4.3.3.1 Komoditas Black Tea Fermented (090230)........................................................ 4.3.3.2 Komoditas Other Black Tea Fermented (090240)......................................................... 4.3.3.3 Komoditas Coffea Extracts, Essences and Concentrates (210111).................................. 4.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Ikan.......................................... 4.3.4.1 Komoditas Fish, Whole or in Pieces (160414)......................................................... 4.3.4.2 Komoditas Crab (160510)........................... 4.3.4.3 Komoditas Shrimps and Prawns (160520) V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN........................... 5.1 Kesimpulan................................................................................... 5.2 Implikasi Kebijakan...................................................................... DAFTAR PUSTAKA............................................................................. LAMPIRAN...........................................................................................
xx
52 55 57 60 60 60 62 63 65 65 67 68 70 70 72 73 75 75 77 78 81 81 82 83 87
DAFTAR TABEL
No 1. 2. 3.
Halaman
Pertumbuhan Ekspor dan Share Ekspor Terhadap PDB Indonesia..... Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia.................... Pangsa Pasar Makanan Olahan Indonesia di Negara Importir Utama................................................................................................... 4. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan............................................. 5. Data yang Diperlukan.......................................................................... 6. Indikator Indeks Performa................................................................... 7. Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia...................................... 8. Indeks Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia.......................... 9. Performa Pasar Dunia.......................................................................... 10. Indeks Performa Pasar Dunia............................................................. 11. Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009................ 12. Indeks Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009.... 13. Penyerapan Tenaga Kerja Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009. 14. Indeks Performa Dampak Sosial Ekonomi........................................ 15. Indeks Komposit Makanan Olahan Ekspor Indonesia...................... 16. Prioritas Komoditas Makanan Olahan Ekspor Indonesia................. 17. Perkembangan Komoditas Tembakau dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)............................................................................... 18. Perkembangan Komoditas Tembakau ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009 (US$)......................................... 19. Perkembangan Komoditas Sereal dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)............................................................................... 20. Perkembangan Komoditas Sereal ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009 (US$)......................................... 21. Perkembangan Komoditas Teh dan Kopi dengan Kode Periode 2005-2009 (US$)............................................................................... 22. Perkembangan Komoditas Teh dan Kopi ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009 (US$)............................. 23. Perkembangan Komoditas Ikan dengan Kode Periode 2005-2009 (US$).................................................................................................. 24. Perkembangan Komoditas Ikan ke Negara Importir Utama Indonesia pada Periode 2005-2009..................................................... 25. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) ............................................................... 26. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) ............................................................... 27. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cigarettes Containing Tobacco (240220)............................................................. 28. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Pasta (190230)..... 29. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) .............................................................
2 2 4 7 27 29 41 42 43 44 45 45 46 47 48 49 51 52 53 54 55 56 58 59 61 62 64 66 67 xvii
30. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Bread (190590) ... 31. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Black Tea Fermented (090230)............................................................................. 32. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black Tea Fermented (090240)............................................................................. 33. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea Extracts Essences and Concetrates (210111).................................................... 34. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish Whole or in Pieces (160414)................................................................................... 35. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crab (160510) .............. 36. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and Prawns (160520)............................................................................................... 37. Hasil Model Gravitasi............................................................................
xx
69 71 72 74 75 77 79 81
DAFTAR GAMBAR
No 1. Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia........................... 2. Kurva Perdagangan Internasional....................................................... 3. Variabel Trade Performance Index..................................................... 4. Kurs Nominal...................................................................................... 5. Tabungan dan Investasi pada Perekonomian Terbuka Kecil............. 6. Ekspansi Fiskal Domestik pada Perekonomian Terbuka Kecil........ 7. Ekspansi Fiskal Luar Negeri pada Perekonomian Terbuka Kecil..... 8. Pergeseran Kurva Investasi pada Perekonomian Terbuka Kecil...... 9. Kerangka Analisis............................................................................ 10. Pengujian Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel.............. 11. Ekspor Tembakau............................................................................... 12. Ekspor Sereal...................................................................................... 13. Ekspor Teh dan Kopi.......................................................................... 14. Ekspor Ikan.........................................................................................
Halaman 3 12 14 17 18 18 19 19 25 35 50 52 55 57
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
xx
Halaman Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Daging................................ Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Ikan.................................... Klasifikasi Komoditas Tembakau...................................................... Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Cokelat.............................. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Sereal................................ Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Kopi dan Teh.................... Klasifikasi Komoditas Buah dan Sayuran......................................... Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Mengandung Gula............ Klasifikasi Komoditas Minuman....................................................... Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Berbahan Baku Susu........ Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Lainnya............................. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Periode 2005-2009 (US$)......... Impor Makanan Olahan Indonesia Periode 2005-2009 (US$).......... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) ............................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) ............................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cigarettes Containing Tobacco (240220)............................................................. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Pasta (190230)..... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) ............................................................. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Bread (190590) ... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Black Tea Fermented (090230)............................................................................. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black Tea Fermented (090240)............................................................................. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea Extracts Essences and Concetrates (210111).................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish Whole or in Pieces (160414)................................................................................... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crab (160510) .............. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and Prawns (160520)...............................................................................................
87 89 90 91 92 93 94 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114
xxi
1
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Globalisasi menandakan era perdagangan internasional antar negara,
globalisasi menandakan pula dimulainya era persaingan antar negara dalam kegiatan perdagangan internasional. Negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, dampak globalisasi harus mampu diimplementasikan dalam bentuk sebuah kebijakan pemerintah yang mampu menangkap potensi dan peluang dari globalisasi. Indonesia sebagai negara berkembang dan menganut sistem perekonomian terbuka juga sudah merasakan dampak globalisasi, yakni mulai terbuka luasnya lalu lintas perdagangan internasional yang meliputi kegiatan ekspor dan impor. Kegiatan ekspor dan impor yang mulai dibuka luas ini harus mampu ditangkap sebagai peluang, sehingga kegiatan ekspor dan impor dapat berperan penting dalam perekonomian dalam negeri dan memberi kontribusi yang besar bagi pertumbuhan dan pembangunan Indonesia. Kegiatan ekspor merupakan kegiatan yang harus diperhatikan dan diprioritaskan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena selain sebagai sarana untuk menjual komoditas–komoditas dalam negeri ke pasar dunia, kegiatan ekspor dapat memacu peningkatan pengadaan barang–barang modal untuk sektor industri dalam negeri. Ekspor sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia, ekspor tidak saja sebagai sumber penerimaan devisa tetapi juga mampu menggairahkan perekonomian Indonesia. Ekspor akan menarik banyak investor, meningkatkan penyerapan tenaga kerja serta pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, sehingga kegiatan ekspor komoditas unggulan dapat menjadi lokomotif penggerak dalam perekonomian nasional. Selama periode 2005-2009 Indonesia memiliki rata–rata nilai ekspor sebesar US$ 101,7 milyar per tahun, selama periode 2005–2008 trend nilai ekspor Indonesia mengalami peningkatan, namun tahun 2009 nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor hampir 15%,
penurunan nilai ekspor
Indonesia akibat dari krisis finansial global (ICN). Selama periode 2005-2009 pertumbuhan ekspor Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 11,3%
2
dengan pertumbuhan ekspor terbesar pada tahun 2008 dan terkecil tahun 2009 (lihat Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan Ekspor dan Share Ekspor Terhadap PDB Indonesia Tahun
Ekspor (Milyar US$)
Pertumbuhan Ekspor (%)
2005 85,6 19,7 2006 100,7 17,6 2007 114,1 13,3 2008 137,0 20,0 2009 116,5 -14,0 Rata – rata 100,7 11,3 Sumber: Kementerian Perdagangan (2010)
PDB (Milyar US$)
Share Ekspor Terhadap PDB (%)
2.774,2 3.339,2 3.950,8 4.948,6 5.606,2 4.123,8
3,0 3,0 2,8 2,7 2,0 2,7
Dari Tabel 1 diatas terlihat bahwa selama periode 2005-2009 rata-rata PDB Indonesia sebesar US$ 4.123,8 milyar per tahun dengan rata–rata share ekspor terhadap PDB sebesar 2,7%. Peran ekspor bagi PDB Indonesia masih sangat kecil dan cenderung menurun. Dengan demikian, peran ekspor dalam pertumbuhan ekonomi masih perlu ditingkatkan. Peningkatan nilai ekspor dapat dilakukan jika Indonesia memfokuskan ekspor kepada komoditas unggulan dan potensial untuk dikembangkan. Ekspor yang dilakukan Indonesia terbagi atas ekspor migas dan non migas, selama periode 2005-2009 ekspor Indonesia didominasi oleh ekspor non migas (lihat Tabel 2).
Tabel 2. Perkembangan Ekspor Migas dan Non Migas Indonesia Tahun
Migas (Milyar US$)
Pertumbuhan (%)
2005 19,2 23,0 2006 21,2 10,4 2007 22,0 3,7 2008 29,1 32,2 2009 19,0 -34,7 Rata - Rata 22,1 6,9 Sumber: Kementerian Perdagangan (2010)
Non Migas (Milyar US$)
Pertumbuhan (%)
66,4 79,5 92,0 107,8 97,4 88,6
18,7 19,7 15,7 17,1 -9,6 12,3
Dari Tabel 2 diatas terlihat bahwa selama periode 2005–2009, nilai ekspor non migas menggungguli nilai ekspor migas dimana rata–rata nilai ekspor non migas adalah US$ 88,6 Milyar sedangkan nilai ekspor non migas adalah US$ 22,1
3
Milyar. Hal ini menjelaskan bahwa ekspor non migas merupakan ekspor yang potensial untuk dikembangkan dikarenakan perbedaan yang cukup besar antara ekspor migas dan ekspor non migas sebesar US$ 66,5 Milyar. Rata–rata pertumbuhan ekspor selama periode 2005–2009 pertumbuhan ekspor non migas pun menggungguli nilai ekspor migas, pertumbuhan ekspor non migas sebesar 12,3% sedangkan pertumbuhan ekspor migas sebesar 6,9%. Perbedaan pertumbuhan ekspor migas dan non migas ini menjelaskan bahwa ekspor non migas potensial untuk dikembangkan dan Indonesia mulai dapat berpikir agar lebih memfokuskan kepada ekspor non migas dibandingkan sektor migas. Salah satu komoditas
ekspor non migas yang potensial untuk
dikembangkan adalah komoditas makanan olahan, dengan memperbesar ekspor komoditas makanan olahan akan berdampak besar bagi perekonomian Indonesia, karena komoditas makanan olahan selain memberikan nilai tambah industri juga dapat menambah kesempatan kerja masyarakat. Potensi ekspor makanan olahan Indonesia terlihat dari posisi Indonesia di pasar komoditas makanan olahan dunia, Indonesia menduduki urutan ke 32 dengan pangsa pasar sekitar 0,53% per tahun (Kementerian Perdagangan RI, 2010). Selain itu potensi ekspor makanan olahan Indonesia terlihat dari trend perkembangan ekspor makanan olahan Indonesia
Millions
selama periode 2005-2009 yang mengalami trend kenaikan (lihat Gambar 1)
4 3 3 2 2 1 1 0 2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 1 Perkembangan Ekspor Makanan Olahan Indonesia Gambar 1 diatas menjelaskan bahwa terlihat trend perkembangan ekspor dari komoditas makanan olahan selama periode 2005–2009 mengalami kenaikan,
4
rata-rata nilai ekspor Indonesia untuk komoditas makanan olahan selama periode 2005-2009, mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dengan rata-rata nilai ekspor US$ 23,4 Milyar dan dengan pertumbuhan rata–rata ekspor sebesar 14,1%. Perbandingan antara pertumbuhan rata-rata ekspor makanan olahan dengan pertumbuhan rata-rata ekspor migas dan non migas Indonesia cukup besar, pertumbuhan rata-rata ekspor makanan olahan sebesar 14,1% mengungguli pertumbuhan rata-rata ekspor migas sebesar 6,9% dan pertumbuhan rata-rata ekspor non migas sebesar 12,3%. Hal ini menjelaskan bahwa komoditas makanan olahan memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan dalam tahun-tahun mendatang, hal ini memberikan optimisme yang tinggi bagi peningkatan ekspor makanan olahan Indonesia.
1.2
Permasalahan Penelitian Pertumbuhan ekspor makanan olahan sebesar 14,1% masih belum mampu
menangkap peluang permintaan dari negara importir utama Indonesia hal ini dapat terlihat dari pangsa pasar makanan olahan Indonesia di beberapa negara importir utama Indonesia (lihat tabel 3)
Tabel 3. Pangsa Pasar Makanan Olahan Indonesia di Negara Importir Utama Negara 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata Australia 3,410 3,195 2,891 3,142 2,697 3,067 Jepang 0,001 0,002 0,002 0,002 0,003 0,002 Malaysia 1,387 1,622 2,259 1,652 2,241 1,832 Nigeria 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Philipina 0,040 0,032 0,040 0,023 0,037 0,034 Saudi Arabia 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 Singapura 0,092 0,082 0,107 0,092 0,085 0,092 Thailand 0,043 0,054 0,068 0,061 0,073 0,060 USA 0,003 0,004 0,005 0,006 0,009 0,006 Vietnam 0,023 0,029 0,073 0,049 0,040 0,043 Sumber: UNCOMTRADE (2010) Pangsa pasar Indonesia di negara importir utama masih sangat kecil, hal ini sejalan dengan pangsa pasar Indonesia di pasar dunia yang hanya memiliki pangsa pasar sebesar 0,87%, serta saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 32
5
untuk negara eksportir makanan olahan. Keadaan ini masih sangat jauh dari yang diharapkan serta sangat bertolak belakang dengan sumber daya yang dimiliki oleh Indonesia. Pangsa pasar yang masih kecil ini harus mampu ditingkatkan agar ekspor Indonesia meningkat. Harus ada suatu kebijakan untuk meningkatkan pangsa pasar makanan olahan Indonesia. Kebijakan yang dibuat harus mengikutsertakan strategi untuk menentukan pasar ekspor yang memiliki potensi untuk komoditas makanan olahan tertentu. Komoditas makanan olahan memiliki ragam yang banyak dan tidak semua komoditas makanan olahan memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan, terutama jika dilihat dari potensi sosial dan ekonomi yang ditimbulkan baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal. Potensi internal antara lain berkaitan dengan ketersediaan bahan baku, nilai tambah, efisiensi penggunaan asset dan tenaga kerja, sedangkan potensi eksternal berkaitan dengan kebijakan tarif negara importir. Komoditas makanan olahan harus dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki, komoditas makanan olahan yang memiliki potensi akan menjadi prioritas ekspor dan menjadi komoditas unggulan. Selain itu hal yang terpenting lainnya dalam membuat suatu kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas unggulan makanan olahan adalah dengan menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan, sehingga dapat ditetapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan nilai ekspor. Berdasarkan penjabaran di atas, maka rumusan permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia? 2. Perkembangan komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia di negara importir utama? 3. Faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia ke negara importir utama?
6
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya maka tujuan
dari penelitian ini adalah: 1. Menentukan komoditas makanan olahan Indonesia yang berpotensi menjadi komoditas unggulan; 2. Mengkaji perkembangan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia di negara importir utama serta melihat sub-komoditas yang memiliki perkembangan ekspor terbesar; 3. Menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia ke negara importir utama.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis komoditas makanan olahan ekspor Indonesia.
Data yang digunakan adalah data ekspor impor makanan olahan dari World Integrated Trade Solution (WITS) dan UNCOMTRADE, data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) untuk potensi suplai domestik dan penyerapan tenaga kerja pada industri makanan olahan, data World Bank untuk GDP negara importir utama makanan olahan Indonesia, data dari International Finance Statistics (IFS) untuk data nilai tukar serta data dari CEPII untuk data jarak antar negara. Makanan olahan dalam penelitian ini mengacu kepada klasifikasi sektor berdasarkan OECD, komoditas makanan olahan adalah komoditas yang termasuk kedalam sektor pertanian (dengan kode dua digit dari 01 sampai 14) dan sektor teknologi rendah, terutama antara kode 15 sampai 24, seperti ditampilkan pada Tabel 3. Data yang diambil adalah data series selama periode tahun 2005-2009. Alasan peneliti menggunakan data 2005-2009 karena kepastian data yang peneliti peroleh serta konsistensi tahun data yang peneliti dapatkan.
7
Tabel 4. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Klasifikasi Daging Ikan Tembakau Cokelat Sereal Teh dan Kopi Buah dan Sayuran Makanan mengandung gula Minuman Makanan berbahan baku susu Makanan olahan lainnya
Kode Produk 2 digit 02, 05, 13 16, 21 24 18 10, 19, 21 09, 21 07, 08, 12, 13, 20, 21 12, 17 22 04, 21 04, 08, 12, 20, 21
Sumber: BPS (2009) Negara–negara importir terbesar makanan olahan Indonesia adalah Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam (Kementerian Perdagangan RI, 2010). Hasil dari perhitungan metode trade performance index akan terdapat komoditas unggulan makanan olahan yang dapat dijadikan komoditas unggulan ekspor. Komoditas unggulan makanan olahan ini akan dianalisis lagi untuk 3 terbaik dilihat dari ekspor terbesar Indonesia
1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah khasanah keilmuan dan berpikir sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan serta menambah pemahaman dan informasi mengenai komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. 2. Sebagai dasar masukan untuk peneliti lain dalam membuat penelitian yang berhubungan dengan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. 3. Sebagai dasar dan masukan bagi pemerintah dalam menyusun kebijakan dalam rangka meningkatkan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.
8
Halaman ini sengaja dikosongkan
9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1
Teori Perdagangan Internasional Menurut Salvatore (1997) perdagangan internasional merupakan bagian
dari ekonomi internasional yang lebih bersifat mikroekonomi yang melihat hubungan antara masing–masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal dan berhubungan dengan harga relatif atau komoditi. Suatu negara melakukan perdagangan dengan negara lain karena dua alasan. Pertama, karena setiap negara mempunyai perbedaan dalam pemilikan sumberdaya alam dan pengolahannya.
Kedua, karena negara-negara yang
berdagang bermaksud untuk mencapai skala ekonomis (economics of scale). Perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya memberi peluang bagi terjadinya perdagangan antar negara dan masing-masing memperoleh keuntungan dari aktivitas perdagangan (Krugman dan Obsvelt, 2000). Perdagangan internasional merupakan dasar dari aktivitas perekonomian dimana terjadi perpindahan secara fisik ataupun non fisik dari satu negara ke negara lainnya. Perdagangan bisa menjadi faktor yang penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara karena dengan perdagangan dapat meningkatkan kapasitas ekonomi suatu negara, menjadi akses ke sumberdaya yang tidak dimiliki dan pasar internasional yang potensial untuk berbagai komoditas ekspor. Menurut Todaro dan Smith (2003) jika negara miskin tidak memiliki suatu sumberdaya maka dengan adanya perdagangan ini mereka dapat melakukan kegiatan kehidupan perekonomiannya. Hal ini sependapat dengan Jhingan (2000) Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi, maka lingkaran kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan. Awal kegiatan perdagangan internasional adalah zaman merkantilisme, dasar dari aliran merkantilisme, walaupun suatu negara memiliki segala sumber daya alam dan mampu membeli barang dari negara lain namun hal tersebut
10
sifatnya dinamis dan tidak bisa dijadikan pedoman. Menurut Salvatore (1997) satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kaya dan kuat adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sedikit impor, pada zaman merkantilisme banyak kalangan yang menerapkan hal itu. Zaman merkantilisme mengukur kesejahteraan nasional suatu negara diukur dengan stok emas dan perak yang dimiliki. Kebijakan ini dinamakan kebijakan bullionisme, dalam bullionisme terdapat aktivitas mendorong impor logam mulia dan melarang ekspor logam mulia. Sehingga pada akhirnya kebijakan ini menjadi aturan dalam perdagangan internasional yang bertujuan untuk mendapatkan logam mulia. Dalam perekonomian terbuka, output yang diproduksi oleh suatu negara sebagian dikonsumsi oleh masyarakat dalam negeri dan sebagian lain dikonsumsi oleh masyarakat luar negeri. Tindakan mengekspor barang ke luar negeri merupakan injeksi terhadap aliran pendapatan. Di sisi lain, pengeluaran masyarakat sebagian untuk membeli produk dalam negeri dan selebihnya untuk mengkonsumsi impor barang luar negeri. Besar kecilnya ekspor (X) tergantung pada harga dalam negeri (P), nilai tukar (e) dan pendapatan luar negeri (Yf): X = X (P, e, Yf)......................................................................................................(1) dimana : X’(P) < 0 ; X’(e) < 0 dan X’(Yf) > 0 Sementara impor (M) merupakan fungsi dari harga dalam negeri (P) dan nilai ukar (e) serta pendapatan dalam negeri (Y) sehingga: M = M (Y, P, e)......................................................................................................(2) dimana M’(Y) > 0 ; M’(P) > 0 dan M’(e) > 0 Selisih antar nilai ekspor dan impor mencerminkan nilai ekspor bersih (nett export). Nilai kurs pada persamaan ekspor dan impor tersebut menggunakan kurs nominal Dengan memperhitungkan nilai kurs riil ke dalam persamaan ekspor dan impor maka fungsi ekspor bersih adalah sebagai berikut: NX = NX (Y, Yf, R)................................................................................................(3) dimana NX’(Y) < 0 ; NX(Yf) > 0 dan NX’(R) < 0 NX : ekspor netto Y : pendapatan dalam negeri Yf : pendapatan luar negeri R : nilai kurs riil
11
Apabila faktor-faktor lain dianggap tetap, maka kenaikan pendapatan luar negeri (Yf) akan mendorong permintaan luar negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor negara mitra dagangnya. Depresiasi riil yang dilakukan oleh suatu negara akan mengubah harga relatif dan menyebabkan harga dalam negeri relatif lebih murah terhadap produk luar negeri sehingga akan mendorong ekspor dan mengurangi dorongan impor. Kenaikan pendapatan dalam negeri (Y) akan meningkatkan pengeluaran impor (Dornbusch dan Fisher, 2000) . Adam Smith dalam Salvatore (1997) menyebutkan bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage), jika suatu negara lebih efisien daripada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain untuk suatu komoditas, namun kurang efisien dibanding atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam komoditas lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing–masing melakukan spesialisasi dalam suatu komoditas yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkannya dengan komoditas lain yang memiliki kerugian absolut. Selain itu ada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif dikembangkan pertama kali oleh David Ricardo, dan dikembangkan oleh Heckscher dan Ohlin. Menurut Heckscher dan Ohlin dalam Salvatore (1997) menyatakan bahwa suatu negara akan mengekspor komoditas yang lebih banyak menyerap sumberdaya yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan negara tersebut akan mengimpor komoditas yang memerlukan sumberdaya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Secara keseluruhan terdapat tiga implikasi dari konsep keunggulan komparatif dalam perdagangan internasional. Pertama, bahwa pasar dunia memberikan kesempatan pada suatu negara untuk membeli komoditas pada tingkat harga yang lebih murah sehingga negara tersebut dapat meningkatkan pendapatannya
dibandingkan
komoditas
di
dalam
negeri
tanpa
terjadi
perdagangan.
Kedua, jika suatu negara kurang mampu menguasai akses
perdagangan, maka tetap akan memperoleh manfaat potensial dari adanya perdagangan meskipun negara lain akan memperoleh manfaat juga. Ketiga, suatu negara akan memperoleh manfaat lebih besar dari perdagangan dengan
12
mengekspor komoditas dengan sumberdaya yang melimpah yang dipunyai dan mengimpor komoditas dengan kelangkaan sumberdaya.
Panel A Pasar di Negara 1 untuk komoditi X
Px/Py
P3
Px/Py
Panel B Hubungan Perdagangan Internasional dalam Komoditi X
Px/Py
untuk Komoditi X Sx
P3
A"
A’
S
Sx
Ekspor
E*
P2 B
Panel C Pasar di Negara 2
E
E'
B’
B*
Impor D
P1 A Dx 0
Dx
A * X 0
Z
X
0
X
Gambar 2 Kurva Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore (1997) Gambar 2 memperlihatkan proses terciptanya harga komoditi ekuilibrium dengan adanya perdagangan, ditinjau dari keseimbangan parsial.
Panel A
memperlihatkan bahwa dengan adanya perdagangan internasional, negara 1 akan mengadakan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif komoditi X sebesar P 1 . Negara 2 akan berkonsumsi di titik A’ berdasarkan harga relatif P 3 . Setelah hubungan perdagangan berlangsung diantara kedua negara tersebut, harga relatif komoditi X akan berkisar antaara P 1 dan P 3 seandainya kedua negara tersebut cukup besar kekuatan ekonominya. Apabila harga yang berlaku di atas P 1 , maka negara 1 akan memasok atau penawaran komoditi X lebih banyak daripada tingkat permintaan (konsumsi) domestik. Kelebihan penawaran itu selanjutnya akan diekspor (lihat panel A) ke negara 2. Dilain pihak jika harga yang berlaku lebih kecil dari P 3 , maka negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada penawaran domestiknya. Hal ini akan
13
mendorong negara 2 untuk mengimpor kekurangan kebutuhannya atas komoditi X itu dari negara 1 (lihat panel C). Negara 1 mengalami kelebihan penawaran komoditi X (Panel A) karena Px/Py lebih besar dari P 1 , sehingga kurva penawaran ekspornya atau S mengalami peningkatan (Panel B). Dilain pihak, karena Px/Py lebih rendah dari P 3 , maka negara 2 mengalami kelebihan permintaan untuk momoditi X (Panel C) dan ini mengakibatkan permintaan impor negara 2 terhadap komoditi X atau D, mengalami kenaikan (Panel B). Panel B juga menunjukkan bahwa hanya pada tingkat harga P 2 maka kuantitas impor komoditi X yang diminta oleh negara 2 akan persis sama dengan kuantitas ekspor yang ditawarkan oleh negara 1. P 2 merupakan Px/Py atau harga relatif ekuilibrium setelah berlangsungnya perdagangan diantara kedua negara tersebut. Tapi jika Px/Py lebih besar dari P 2 maka akan terdapat kelebihan penawaran ekspor komoditi X dan hal ini akan menurunkan harga relatifnya atau Px/Py, sehingga pada akhirnya harga itu akan bergerak mendekati atau sama dengan P 2 . Sebaliknya jika Px/Py lebih kecil daripada P 2 , maka akan tercipta kelebihan permintaan impor komoditi X yang selanjutnya akan menaikkan Px/Py sehingga akan sama dengan P 2 . Titik Z adalah titik pertemuan antara jumlah barang yang diekspor dan jumlah barang yang diimpor, atau jumlah barang yang diperjual-belikan dalam perdagangan internasional. Keunggulan–keunggulan tersebut sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan ekspor. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). Selain itu, Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro dan Smith, 2003).
2.1.2 Komoditas Unggulan Menurut Syafaat dan Supena (2000), konsep dan pengertian komoditas unggulan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi penawaran (supply) dan sisi
14
permintaan (demand). Dilihat dari sisi penawaran, komoditas unggulan merupakan komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi bio-fisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah tertentu. Sedangkan menurut Sambodo (2002) kriteria komoditas unggulan sangat bervariasi, hal ini didasarkan oleh besarnya peranan komoditas tersebut dalam perekonomian yaitu memiliki laju pertumbuhan tinggi, memiliki angka penyerapan kerja yang relatif besar, dan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Salah satu metode untuk menentukan komoditas unggulan adalah Trade Performance Index. Metode ini digunakan untuk menentukan skala prioritas komoditas komoditas yang memiliki potensi untuk dikembangkan (International Trade Center, 2007). Keunggulan dari metode ini adalah untuk menentukan komoditas komoditas unggulan faktor–faktor yang dipertimbangkan adalah faktor dalam negeri seperti nilai tambah komoditas, efisiensi asset dan penyerapan tenaga kerja dan faktor luar negeri yang berhubungan dengan kegiatan ekspor. Sehingga selain komoditas ekspor itu berpotensi di pasar dunia, komoditas tersebut memiliki potensi sosial ekonomi yang memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi khususnya dalam hal penyerapan tenaga kerja. Variabel penentu indeks komoditas makanan olahan ditampilkan pada Gambar 3. Indeks Potensi Ekspor Makanan Olahan
Potensi Internal
Potensi Eksternal
Performa Ekspor - Ekspor - Pertumbuhan Ekspor - Neraca Perdagangan Relatif - Share Perdagangan Dunia
Pasar dunia - Pertumbuhan Impor Dunia - Akses Pasar
Suplai Domestik - Nilai tambah - Efisiensi asset
Dampak Sosial Ekonomi - Penyerapan Tenaga Kerja
Gambar 3 Variabel Trade Performance Index
15
2.1.3
Teori Penawaran Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran
(supply) dan permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi. Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan pada waktu dan harga tertentu. Hubungan antara harga dengan jumlah barang yang ditawarkan adalah berbanding lurus, sesuai dengan hukum penawaran: “Jika harga barang naik, maka penawaran naik dan sebaliknya jika harga barang turun maka penawaran akan turun ceteris paribus. Sehingga, dalam hal ini harga barang sangat mempengaruhi jumlah barang yang ditawarkan. Menurut Mankiw (2008) ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran yaitu: biaya produksi, jumlah produsen, teknologi, serta harga barang lain. Menurut Jean Baptiste Say (Mankiw, 2008)
Penawaran menciptakan
sendiri permintaan atasnya atau Supply creates its own demand.
Menurut
pendapatnya dalam setiap perekonomian jarang sekali masalah kelebihan produksi. Masalah kelebihan produksi, apabila hal itu terjadi, adalah masalah sementara. Mekanisme pasar akan membuat penyesuaian-penyesuaian sehingga akhirnya jumlah produksi akan turun di sektor-sektor yang mengalami kelebihan produksi dan akan naik di sektor-sektor di mana permintaan ke atas produksi mereka sangat berlebihan. Suatu negara akan mengekspor produk yang dibuatnya apabila terjadi kelebihan penawaran di dalam negeri. Kelebihan stok bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya: konsumsi dalam negeri berkurang, pendapatan masyarakat rendah atau produk sudah tidak diminati di dalam negeri. Penawaran barang ke luar negeri dapat pula terjadi karena adanya impor barang dari luar negeri, produk yang diimpor yang memiliki permintaan di dalam negeri kecil maka sisanya akan di ekspor ke luar negeri.
16
2.1.4. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Menurut Batiz (1994), ekspor dipengaruhi oleh harga relatif dan pendapatan riel negara pengimpor, dimana dapat dirumuskan dalam persamaan berikut ini: X = X (q, Yd).........................................................................................................(4) dimana X adalah kuantitas ekspor negara d, q adalah harga relatif (rasio antara harga barang di negara D terhadap harga barang di negara C), dan Yd adalah pendapatan negara d. Apabila diasumsikan harga suatu barang di negara C dan D adalah sama, peningkatan harga barang di negara C, akan menyebabkan konsumen di negara C mengalihkan pembelian barangnya ke negara D dengan cara mengimpor, ini akan menyebabkan peningkatan ekspor negara D. Dengan demikian terdapat hubungan terbalik antara ekspor negara D dengan harga relatif (q). Sementara itu, apabila pendapatan negara C meningkat, ceteris paribus, maka tambahan peningkatan pendapatannya akan dialihkan untuk pembelian barangbarang dari negara D melalui impor, ini berarti variabel Yc berbanding lurus dengan ekspor negara D. Hal ini sependapat dengan Goswami dan Kazi (2010), bahwa permintaan ekspor merupakan hubungan antara harga dan pendapatan. Menurut Tinbergen (1962) jika ingin mengukur arus uang (seperti nilai ekspor dan impor) maka variabel yang dapat digunakan adalah GDP. Menurut Kalbasi (2001), GDP dari negara eksportir mengukur kapasitas produksi negara tersebut, sementara GDP negara importir untuk mengukur kapasitas absorsi. Kedua variabel tersebut diperkirakan mempunyai hubungan positif dengan perdagangan. Pendapatan per kapita menunjukkan daya beli setiap individu di dalam suatu wilayah. Hoftyzer (1984) melakukan penelitian semakin rendah tingkat pendapatan per kapita suatu wilayah, maka perdagangan juga akan mengalami penurunan. Faktor lain yang mempengaruhi ekspor adalah nilai tukar. Nilai tukar adalah mata uang asing atau alat pembayaran yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral (Putong, 2003). Menurut Mankiw (2008) kurs terbagi menjadi dua macam yaitu (1) kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara; dan (2) kurs rill (real exchange
17
rate) adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Pengaruh permintaan barang terhadap kurs nominal disebut sebagai apresiasi atau depresiasi. S$
e
e1 D$’
e0 D$
$
Gambar 4 Kurs Nominal Sumber: Mankiw (2008) $
Jika D bergeser ke kanan yang berarti permintaan dolar meningkat menyebabkan kurs nominal meningkatkan keadaan ini dikenal sebagai apresiasi dari dolar. Sebaliknya jika D$ bergeser ke kiri yang berarti permintaan dolar berkurang menyebabkan kurs nominal berkurang keadaan ini dikenal sebagai depresiasi dari dolar. Kurs rill menyatakan tingkat dimana barang-barang dari suatu negara dapat diperdagangkan dengan barang-barang dari negara lain. Jika kurs riil tinggi, maka barang-barang luar negeri relatif lebih murah dan barang- barang domestik relatif lebih mahal. Secara umum kurs riil dirumuskan sebagai berikut: Kurs rill = Faktor-faktor penentu kurs riil yaitu (1) kurs riil terkait dengan ekspor neto. Jika kurs riil lebih rendah maka barang-barang domestik relatif lebih murah dibandingkan barang-barang luar negeri dan ekspor neto lebih besar; dan (2). neraca perdagangan (ekspor neto) harus sama dengan arus modal keluar neto, yang sama dengan tabungan dikurangi investasi. Menurut Mankiw (2008), dampak kebijakan perdagangan terhadap kurs riil dapat dilihat dari beberapa hal diantaranya: 1. Tabungan dan investasi berada dalam perekonomian terbuka kecil;
18
Di perekonomian tertutup, suku bunga (r) menyeimbangkan tabungan (S) dan investasi (I). Di perekonomian terbuka kecil, tingkat bunga ditentukan pasar keuangan dunia. Selisih antara tabungan dan investasi menentukan neraca perdagangan. Di kasus ini, karena r* diatas r tertutup dan S melebihi I, maka terdapat surplus perdagangan. Jadi, pada perdagangan berimbang, kenaikan tingkat bunga dunia karena ekspansi fiskal luar negeri menyebabkan surplus perdagangan. Jika tingkat bunga dunia berkurang ke
r*’, maka I akan
melebihi S , yang menyebabkan defisit perdagangan (Gambar ).
Gambar 5. Tabungan dan Investasi pada perekonomian terbuka kecil
2. Ekspansi Fiskal Domestik pada perekonomian terbuka kecil; Kenaikan belanja pemerintah atau penurunan pajak mengurangi tabungan nasional dan menggeser kurva tabungan ke kiri (Gambar 5).
Gambar 6. Ekspansi Fiskal Domestik Pada Perekonomian Terbuka Kecil
19
3. Ekspansi Fiskal Luar Negeri pada perekonomian terbuka kecil; Ekspansi fiskal di perekonomian luar negeri yang cukup besar untuk mempengaruhi tabungan dan investasi dunia meningkatkan tingkat bunga dunia dari r 1 * ke r 2 * (Gambar 6).
Gambar 7. Ekspansi Fiskal Luar Negeri Pada Perekonomian Terbuka Kecil
4. Pergeseran kurva investasi pada perekonomian terbuka kecil Pergeseran ke kanan pada kurva investasi dari I(r) 1 ke I(r) 2 meningkatkan jumlah investasi pada tingkat bunga dunia r* (Gambar 7).
Gambar 8. Pergeseran Kurva Investasi Pada Perekonomian Terbuka Kecil
20
Nilai tukar merupakan faktor tambahan yang secara eksplisit turut mempengaruhi perilaku ekspor dalam satu dekade terakhir (Rajan, 2001). Hal ini dipertegas oleh Krugman dan Obstfeld (2000), untuk komoditi yang kompetitif, penawaran dan permintaan domestik akan tergantung pada harga dalam mata uang domestik, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor) akan bergantung pada harga dalam mata uang asing. Selanjutnya faktor lain yang mempengaruhi ekspor adalah populasi, menurut Rahardja dan Manurung (2008), jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang
Kenaikan jumlah
penduduk diasumsikan akan sejalan dengan kenaikan jumlah konsumen di pasar dan sekaligus akan menyebabkan kenaikan permintaan dan kecenderungan harga juga akan naik sehingga kurva permintaan akan bergeser kekanan atas. Penurunan jumlah penduduk atau jumlah konsumen akan menyebabkan hal sebaliknya, yaitu penurunan permintaan. Populasi digunakan untuk mengukur ukuran negara. Suatu negara yang memiliki ukuran lebih besar menunjukkan bahwa negara tersebut mempunyai produksi yang lebih beragam dan cenderung untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, namun besarnya populasi dapat juga dianggap sebagai potensi pasar yang besar, sehingga besarnya populasi diperkirakan mempunyai hubungan dua arah, baik positif maupun negatif dengan perdagangan. Faktor lain yang mempengaruhi nilai ekspor adalah jarak antar negara, dikarenakan semakin jauh jarak antar negara maka akan semakin tinggi pula biaya transportasinya, hal ini dijelaskan pula oleh Roberts (2004) nilai ekspor yang menjadi komoditas ditentukan oleh transportation cost yang dalam hal ini didekati dengan menggunakan jarak relatif dari negara eksportir ke negara importir. Hal ini sependapat dengan Krugman (1991) jarak dua mitra dagang menjadi determinan penting pola perdagangan secara geografis. Dalam penelitian ini jarak yang digunakan adalah perbandingan antara jarak antara Indonesia dan negara importir dengan share gdp negara importir, perhitungan ini sering disebut sebagai Ecodistance. Diperkirakan ecodistance memiliki hubungan negatif dengan ekspor.
21
2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian untuk melihat pola perdagangan yang dilakukan oleh setiap
propinsi dengan menggunakan pendekatan model gravitasi juga pernah dilakukan oleh Anderson dan Smith (1996). Mereka meneliti secara lebih detail dampak keberadaan perbatasan antara
US dan Canada yang telah menurunkan
perdagangan internasional pada setiap propinsi di Canada. Sementara hasil penelitian yang lain menemukan perilaku berbeda dari setiap propinsi di Canada dengan partnernya (US) di dalam perdagangan 3internasional sebagai akibat adanya border effect antara US dan Canada. Penelitian model gravitasi diterapkan oleh Zarzoso dan Lehmann (2003) penelitian menilai perdagangan negara Mercosur dengan Uni Eropa. Model diuji dari 20 negara, empat resmi anggota Mercosur ditambah Chili dan lima belas anggota Uni Eropa. Sebuah analisis data panel digunakan untuk mengurai waktu invarian spesifik efek negara dan untuk menangkap hubungan antara variabelvariabel yang relevan dari waktu ke waktu. Hasil penelitian ini menemukan bahwa model fixed effect lebih baik daripada model random effect. Selain itu, sejumlah variabel, yaitu, infrastruktur perbedaan pendapatan, dan nilai tukar ditambahkan ke persamaan gravitasi standar, ditemukan menjadi penentu penting dari arus perdagangan bilateral. Penelitian dengan model gravitasi dilakukan oleh Rehman (2003) menerapkan model gravitasi untuk menganalisis perdagangan Bangladesh dengan mitra dagang utama. Hasil menunjukkan bahwa perdagangan Bangladesh adalah positif ditentukan oleh ukuran ekonomi, pendapatan per kapita dari negara-negara yang terlibat, dan keterbukaan perdagangan negara. Penelitian dengan menggunakan model gravitasi dilakukan oleh Roberts (2004) yang menggunakan variabel–variabel trade flows (total antara ekspor dan impor), GDP, GDP per kapita dan jarak relatif yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh China–ASEAN Free Trade Area (CAFTA) terhadap negara lainnya (apakah terjadi efek kreasi atau diversi). Hasilnya adalah terjadi efek diversi dengan adanya CAFTA. Selanjutnya model gravitasi digunakan oleh Managi et al (2005) untuk mengevaluasi faktor–faktor yang mempengaruhi ekspor dan ,menganalisis efek
22
perdagangan. Variabel–variabel yang digunakan adalah volume ekspor, GDP, luas wilayah, populasi, inflasi, jarak, nilai tukar nominal, bahasa, dummy batas negara, dummy anggota NAFTA dan EU. Hasilnya adalah NAFTA lebih efektif di dalam peningkatan ekspor bila dibandingkan dengan EU dan efek integrasi ekonomi regional lebih efektif untuk komoditas pertanian bila dibandingkan sektor lain Model gravitasi digunakan juga oleh Cortes (2005) untuk menganalisis nilai barang yang diekspor melalui perdagangan antara Australia dan 9 negara Amerika Latin dengan menggunakan model gravitasi dari tahun 1998–2004. Variabel–variabel yang digunakan adalah nilai ekspor/impor, GDP, populasi, real openness, real exchange rate, dan jarak. Hasilnya adalah perdagangan dipengaruhi oleh variabel jarak, openness, populasi, dan pengaruh politik. GDP dan jarak signifikan untuk komoditas manufaktur dan pengaruh politik pada hubungan bilateral signifikan kecuali untuk Argentina, Chile dan Uruguay. Kristjandottir (2005) menggunakan model gravitasi dalam kajiannya yang bertujuan untuk menganalisis variabel–variabel yang berpengaruh terhadap ekspor Islandia. Variabe –variabel yang digunakan adalah volume ekspor, GDP, Populasi, jarak, sektor perikanan, industri, sektor lainnya, blok EFTA, NAFTA, dan Non Blok Member. Hasilnya adalah jumlah penduduk dan GDP tidak berpengaruh terhadap volume ekspor dan blok perdagangan dan sektor perikanan sensitif terhadap jarak. Montenegro dan Soloaga (2006) memperkirakan ekonometris dampak NAFTA pada AS-Meksiko dan AS-negara ketiga (kelompok negara) arus perdagangan. Menggunakan kerangka gravitasi-persamaan tradisional, kami mencoba untuk melihat sejauh mana perdagangan bilateral mengalir antara negara-negara AS dan berbeda berbeda dari spesifikasi gravitasi-jenis. Dengan menggabungkan serangkaian variabel dummy ke spesifikasi, kita menafsirkan perubahan dalam variabel dummy dari waktu ke waktu sebagai bukti apakah NAFTA mempengaruhi pola perdagangan. Kesimpulan utama adalah bahwa NAFTA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola perdagangan AS, baik dengan Meksiko atau dengan negara-negara lain di dunia (dengan pengecualian CACM).
23
Penelitian model gravitasi digunakan oleh Kien (2009) penelitian ini membahas faktor-faktor penentu arus ekspor negara-negara di Kawasan ASEAN Free Trade (AFTA) melalui estimasi data panel dengan menggunakan model gravitasi. Secara khusus, penelitian ini menggunakan tiga puluh sembilan negara selama periode 1988-2002 didasarkan pada bentuk dua arah komponen error dari model gravitasi. Estimasi menunjukkan bahwa ekspor arus meningkat secara proporsional dengan GDP, dan bahwa pembentukan AFTA telah menghasilkan dalam penciptaan perdagangan yang signifikan di antara para anggotanya. Penelitian ini menyarankan bahwa kebijakan perdagangan fasilitasi dapat memainkan peran penting dalam menetapkan panggung untuk transisi AFTA ke Free Trade Area. Model gravitasi digunakan juga oleh Saptanto (2009) untuk menganalisis potensi ekspor perikanan Indonesia di 28 negara tujuan ekspor. Variabel–variabel yang digunakan Nilai ekspor riil, GDP Nominal, jumlah penduduk, jarak relatif, nilai tukar riil efektif dan interaksi antara tarif dengan dummy integrasi ekonomi. Hasilnya adalah seluruh variabel berpengaruh signifikan kecuali nilai tukar riil efektif Indonesia. Tanda variabel yang berlawanan dengan hipotesis adalah jumlah penduduk mitra dagang yang seharusnya bernilai positif dan interaksi antara tarif dan integrasi ekonomi yang seharusnya bernilai negatif. Peningkatan jumlah penduduk mitra dagang menyebabkan penurunan nilai ekspor. Sedangkan variabel interaksi antara tarif dan integrasi ekonomi bernilai positif karena tujuan perikanan ekspor Indonesia lebih banyak ke Amerika Serikat dan Jepang yang memang masuk ke dalam integrasi ekonomi dengan Indonesia yakni keanggotaan APEC. Kemudian terdapat 5 negara yang umumnya menjadi tujuan ekspor komoditas perikanan Indonesia yakni Amerika Serikat, China, Mesir, Inggris dan Jepang. Penelitian selanjutnya berasal dari Alam, Gazi dan Raziuddin (2009) penelitian teori gravitasi untuk impor Bangladesh dengan delapan utama mitra negara-India perdagangan, China, Singapura, Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Malaysia. Data terdiri dari data tahunan 1985-2003 dalam pendekatan panel. Hasil penelitian ini adalah Teori gravitasi konsisten dengan impor dari Bangladesh. Artinya, jarak geografis dari Bangladesh dengan yang
24
negara-negara mitra memiliki dampak signifikan pada impor. Tapi dalam waktu dekat ini dapat berubah karena faktor yang berbeda seperti profitabilitas, prosedur perdagangan, pengiriman produk dan lain-lain, waktu yang mempengaruhi keputusan impor lebih daripada jarak geografis. Makalah ini menemukan hubungan campuran antara GDP dan impor dari Bangladesh. Hal ini juga menunjukkan bahwa impor dari Bangladesh mempengaruhi produksi dalam negeri sangat sedikit karena sebagian besar Bangladesh mengimpor barang konsumen daripada barang modal. Selain itu, penduduk Bangladesh memiliki dampak signifikan terhadap impor yang pada gilirannya menunjukkan bahwa Bangladesh tidak mampu menghasilkan barang-barang konsumsi yang memadai untuk memenuhi peningkatan permintaan yang dihasilkan dari pertumbuhan penduduk yang tinggi. Hal ini juga menunjukkan bahwa negara-negara mitra PDB memiliki dampak positif yang signifikan dan negara-negara mitra populasi memiliki dampak campuran pada impor dari Bangladesh. Penelitian persamaan gravitasi selanjutnya dilakukan oleh Tulug (2010) penelitian ini menguji dengan menggunakan data panel dari 140 pengamatan selama periode 2000-2008. Ini menghasilkan spesifikasi yang memungkinkan untuk (i) respon pendapatan lebih fleksibel, (ii) daya saing suatu efek dengan umum dan komponen tertentu, dan (iii) alternatif dan konsisten ukuran keterpencilan. Ekstensi yang ditemukan menjadi faktor signifikan dalam menjelaskan intra-perdagangan Uni Eropa.
2.3
Kerangka Analisis Perdagangan internasional merupakan hal yang penting dikarenakan
dengan adanya perdagangan internasional akan menggerakkan variabel lainnya, pertumbuhan
ekonomi
meningkat
dengan
adanya
penambahan
devisa,
pengangguran berkurang dengan adanya permintaan ekspor yang tinggi serta investasi meningkat dan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal. Dalam perdagangan internasional ada tiga keunggulan yang harus dilihat suatu negara. Pertama, adalah keunggulan absolut keunggulan suatu negara mutlak menguasai perdagangan internasional karena memiliki daya saing yang lebih baik. Kedua, adalah keunggulan komparatif keunggulan suatu negara memegang peranan
25
penting dalam suatu perdagangan internasional karena negara tersebut memiliki biaya untuk komoditas suatu barang lebih murah dibandingkan negara lain. Ketiga, adalah keunggulan kompetitif keunggulan suatu negara dapat bersaing dengan negara lain karena empat faktor yaitu: kondisi faktor, kondisi kondisi permintaan, industri terkait dan industri pendukung yang kompetitif, serta kondisi persaingan, struktur dan strategi industri. Salah satu ekspor yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah ekspor komoditas makanan olahan. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun potensi ini belum dimanfaatkan dengan maksimal oleh pemerintah. Komoditas makanan olahan seringkali diekspor dalam bentuk bahan mentah sehingga Indonesia tidak mendapatkan nilai tambah. Oleh karena itu perlu suatu analisis yang mampu melihat potensi dari komoditas makanan olahan. Potensi komoditas makanan olahan dapat dilihat dari dua sisi yakni potensi eksternal yang meliputi pangsa pasar dunia, pertumbuhan impor dunia dan tarif impor dunia. Selain itu dapat dilihat dari sisi internal yang meliputi nilai tambah industri, efisiensi aset dan penyerapan tenaga kerja. Metode untuk menganlisis potensi eksternal dan internal ini adalah dengan menggunakan Metode TPI (Trade Performnace Index) sehingga nantinya akan terlihat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan Indonesia. Komoditas unggulan makanan olahan Indonesia harus mampu bersaing dalam perdagangan internasional oleh karena itu harus dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. Faktor-faktor tersebut antara lain volume ekspor makanan olahan Indonesia, GDP negara importir, nilai tukar negara importir, serta jarak negara importir terhadap Indonesia. Hasil analisis ini bertujuan untuk pembuatan kebijakan pemerintah untuk membuat strategi kebijakan dalam rangka peningkatan ekspor.
26
Analisis Trade Performance Index (TPI)
Komoditas Makanan Olahan Indonesia
1. Indeks Performa ekspor 2. Indeks Pasar Dunia 3. Indeks Suplai Domestik 4. Indeks Dampak Sosial Ekonomi
Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia
Analisis Deskriptif Mengkaji Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia
Faktor – faktor yang mempengaruhi ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia
Analisis Model Gravitasi dengan Data Panel Statis
Rekomendasi Kebijakan Untuk Meningkatkan Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan
Gambar 9 Kerangka Analisis
2.4
Hipotesis Penelitian Dari teori-teori yang ada serta kerangka pemikiran yang terbentuk maka
hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah: 1.
Volume ekspor berpengaruh positif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi peningkatan volume komoditas unggulan makanan olahan Indonesia menyebabkan kenaikan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia.
2. GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi peningkatan GDP dari negara Indonesia menyebabkan penurunan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. 3. GDP Per Kapita negara importir berpengaruh positif terhadap nilai ekspor
27
Hal ini artinya bila terjadi peningkatan GDP dari negara importir menyebabkan peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. 4.
Jumlah penduduk negara importir berpengaruh positif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi peningkatan jumlah penduduk dari negara importir menyebabkan peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia
5.
Nilai tukar negara importir berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor Hal ini artinya bila terjadi penurunan nilai tukar negara importir menyebabkan kenaikan nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia.
6.
Ecodistance berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor
27
III. METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
tahun 2005-2009 yang berasal dari World Integrated Trade Solutions (WITS), United Nations Commodity Trade Statistics Database (UNCOMTRADE). Selain itu digunakan pula data pendukung lain yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS), World Bank, International Finance Statistics (IFS) serta berasal dari CEPII.
Tabel 5. Data yang Diperlukan
Data Nilai ekspor – impor makanan olahan Indonesia
Sumber WITS dan UNCOMTRADE
Nilai ekspor – impor makanan olahan Dunia
WITS dan UNCOMTRADE
Tarif makanan olahan Dunia
WITS dan UNCOMTRADE
Nilai tambah industri makanan olahan Indonesia
BPS Indonesia
Nilai aset makanan olahan Indonesia
BPS Indonesia
Jumlah tenaga kerja makanan olahan Indonesia
BPS Indonesia
Volume ekspor makanan olahan Indonesia
WITS dan UNCOMTRADE
GDP negara importir utama makanan olahan Indonesia World Bank Nilai tukar negara importir utama makanan olahan
IFS
Indonesia terhadap US$ Jarak negara importir utama makanan olahan
CEPII
Indonesia terhadap Indonesia
Sumber: Data Peneliti 3.2
Metode Analisis Penelitian ini menggunakan tiga metode analisis yakni metode Trade
Performance Index, metode deskriptif dan model gravitasi dengan menggunakan metode data panel statis.
3.2.1. Metode Trade Performance Index Untuk menentukan makanan olahan prioritas ekspor ditentukan dengan metode Trade Performance Index (TPI) yang berasal dari International Trade
28
Center (ITC). Analisis ini menggunakan metode indeks komposit dengan empat (4) indeks, yaitu indeks performa ekspor, indeks performa pasar dunia, indeks performa suplai domestik, dan indeks performa dampak sosial ekonomi. Indeks komoditas unggulan merupakan rataan dari keempat indeks tersebut. Adapun langkah – langkah untuk menentukan komoditas makanan olahan prioritas ekspor adalah sebagai berikut: 1. Mengklasifikasikan komoditas makanan olahan sesuai dengan klasifikasi utamanya. 2. Mengklasifikasikan komoditas makanan olahan ke dalam indeks performa, adapun untuk mencari indeks performa harus dicari terlebih dahulu indeks indikatornya. Indeks performa terdiri dari: a.
Indeks performa ekspor Mengukur kinerja ekspor produk tahun terakhir analisis yang mencakup indikator nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009, pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009, neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009, serta pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia selama periode 2005–2009.
b.
Indeks performa pasar dunia Mengukur permintaan komoditas makanan olahan di pasar dunia saat ini, yang mencakup indikator pertumbuhan permintaan makanan olahan dunia selama periode 2005-2009 dan tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009.
c.
Indeks performa suplai domestik Mengukur keadaan suplai makanan olahan di Indonesia, yang mencakup indikator nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009, efisiensi penggunaan asset makanan olahan di Indonesia serta efisiensi penyerapan tenaga kerja makanan olahan di Indonesia.
d.
Indeks performa dampak sosial ekonomi Mengukur penyerapan tenaga kerja untuk industri makanan olahan di Indonesia, adapun Indikator yang dinilai adalah kemampuan menyerap tenaga kerja.
29
Adapun penjelasan mengenai indikator indeks performa terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6. Indikator Indeks Performa Indeks Performa Indeks Performa Ekspor
Indikator Nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 Pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009 Neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009 Pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2005 – 2009
Indeks Pasar Dunia
Pertumbuhan impor makanan olahan dunia tahun 2005 – 2009 Tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009
Indeks Suplai Domestik
Nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009 Efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 Efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009
Indeks Dampak Sosial Ekonomi
Penyerapan tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009
Sumber: International Trade Center, Peneliti
Dari tabel diatas untuk indeks performa ekspor, indikator nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 dihitung berdasarkan total nilai ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2009 untuk setiap komoditasnya, untuk indikator pangsa pasar makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara ekspor makanan olahan yang dilakukan Indonesia dengan ekspor makanan olahan yang dilakukan oleh dunia, untuk indikator neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan neraca perdagangan dengan total ekspor dikurangi impor, untuk
30
pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia tahun 2005-2009 dihitung berdasarkan total nilai ekspor makanan olahan Indonesia setiap tahunnya selama periode 2005-2009. Selanjutnya untuk indeks performa pasar dunia, indikator pertumbuhan impor makanan olahan dunia tahun 2005-2009 dihitung berdasarkan total nilai impor makanan olahan dunia setiap tahunnya selama periode 2005-2009, untuk tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009 diperoleh dari hasil rata–rata tarif untuk setiap komoditas makanan olahan. Untuk indeks suplai domestik, indikator nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009, untuk indikator Efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara nilai tambah industri dengan total tenaga kerja, dan untuk indikator Efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari perbandingan antara nilai tambah industri dengan total asset komoditas. Untuk indeks yang terakhir yakni indeks dampak sosial ekonomi, indikator penyerapan tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009 diperoleh dari total penyerapan tenaga kerja untuk setiap komoditas makanan olahan. Setelah seluruh indeks performa diketahui hal terakhir yang dilakukan adalah dengan menggunakan indeks komposit, dari indeks komposit inilah akan diketahui komoditas unggulan makanan olahan ekspor indonesia. 3. Langkah selanjutnya setelah mengklasifikasikan setiap komoditas makanan olahan dan mendapatkan data untuk indikator dari setiap indeks performa adalah menentukan nilai Indeks indikator untuk masing–masing komoditas makanan olahan, adapun rumus yang digunakan: IIj = It −
( Nt − Nj )×( It − Ir ) ......................................................................(5) Nt − Nr
Keterangan: IIj = Indeks indikator ke-j (yang dicari indeknya)) It
= Indeks tertinggi (yaitu 5)
Ir
= Indeks terendah (yaitu 1)
Nt = Nilai indikator tertinggi
31
Nr = Nilai indikator terendah Nj = Nilai indikator ke-j (yang dicari indeknya) Untuk menentukan indeks dari masing–masing indikator rumus yang digunakan sama, indeks tertinggi dalam hal ini 5 dikurangi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan yang tertinggi dikurangi dengan nilai komoditas makanan olahan yang diteliti dikalikan dengan indeks tertinggi dikurangi indeks terendah dalam hal ini 4 dibagi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan tertinggi dikurangi dengan nilai indikator komoditas makanan olahan terendah. Setelah mendapatkan nilai indikator langkah selanjutnya adalah menentukan nilai indeks performa. 4. Dalam menentukan nilai indeks performa digunakan rumus: IP =
∑ IIj
...............................................................................................(6)
j
Keterangan: IP = Indeks performa IIj = Indeks indikator ke-j j
= Jumlah indikator performa
Nilai indeks performa berasal dari jumlah nilai indeks indikator dibagi dengan jumlah indikatornya. Untuk indeks performa ekspor, nilai indeks indikator dibagi dengan 4. Untuk indeks pasar dunia, nilai indeks indikator dibagi dengan 2. Untuk indeks suplai domestik, nilai indeks indikator dibagi dengan 3 dan untuk indeks dampak sosial ekonomi, nilai indeks indikator dibagi dengan 1. Setelah mendapatkan nilai indeks performa untuk masing–masing komoditas, langkah selanjutnya adalah menentukan indeks komposit untuk masing – masing komoditas. 5. Untuk menentukan Indek komposit untuk masing-masing komoditas digunakan rumus: Ik =
piIPi + ... + piIPi ..............................................................................(7) ( pi + .. + pi )
Keterangan: Ik
= Indek komposit
IPi = Indek performa ke-i pi
= Pembobot indek performa ke-i
32
i
= Jumlah performa yang dipertimbangkan
Pemberian indeks komposit harus sesuai dengan tujuan yang ingin dilakukan, dalam penelitian ini pemberian indeks komposit sesuai dengan rencana strategis kementerian perdagangan Republik Indonesia tahun 2010–2014. Dimana pembangunan perdagangan periode 2010-2014 difokuskan untuk mencapai tiga misi utama, yaitu: (1) Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas; (2) Menguatkan pasar dalam negeri; dan (3) Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional (Renstra Kementerian Perdagangan RI, 2010). Dari tiga misi utama ini, misi pertama adalah meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan misi pertama kementerian perdagangan adalah performa ekspor dan pasar dunia sehingga performa ekspor dan pasar dunia diberi angka pembobot 4 dan 3. Setelah itu misi kedua kementerian perdagangan adalah menguatkan pasar dalam negeri, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penguatan pasar dalam negeri adalah suplai domestik sehingga suplai domestik diberi angka pembobot 2, serta untuk dampak sosial ekonomi diberi angka pembobot 1.
3.2.2 Metode Deskriptif Metode deskriptif digunakan untuk mengkaji perkembangan ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia. Hasil dari komoditas unggulan makanan olahan Indonesia akan dilihat perkembangan ekspor ke 10 negara importir utama Indonesia. Ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia akan dibagi menjadi tiap sub komoditas makanan olahan yang merupakan komoditas unggulan Indonesia.
3.2.3 Model Gravitasi dengan Data Panel Statis Pada tahun 1962, Jan Tinbergen memperkenalkan model gravitasi yang diadaptasi dari model gravitasi Sir Isaac Newton, model gravitasi Jan Tinbergen digunakan untuk menghitung arus perdagangan internasional. Adapun persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut (ARNet, 2008):
33
.....................................................................................................(8)
Keterangan: Fij
= Arus dari tempat asal i ke tempat tujuan j, atau Fij adalah total interaksi antara negara i dan j
G
= Konstanta, nilainya tergantung dari unit yang akan digunakan dalam perhitungan
Mi dan Mj
= Variabel
yang
menggambarkan
besarnya
suatu
negara,
berdasarkan faktor ekonominya. Jika ingin mengukur arus uang (seperti nilai ekspor dan impor) maka variabel yang dapat digunakan adalah GDP. Jika ingin mengukur pergerakan tenaga kerja maka variabel yang dapat digunakan adalah populasi Dij
= Jarak antar kedua negara Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model gravitasi untuk
menganalisa faktor–faktor yang mempengaruhi komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia, alasan peneliti menggunakan model gravitasi karena model gravitasi mengukur interaksi antar negara yang berupa arus perdagangan internasional. Dalam penelitian ini interaksi antar negara yang diukur adalah nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia kepada negara importir utama makanan olahan Indonesia yakni Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Selain itu dalam model gravitasi, untuk mengukur interaksi antar negara digunakan variabel dependen GDP serta jarak antar negara. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ln
= ln EXPORTVOLUME it + ln GDPCAPINDO it + ln GDPCAPIMP it + ln POP it + ln XRATE it + ln ECODISTANCE it ..................................................(9)
Keterangan: = Nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ke negara importir utama (Ribu US$/Kg);
34
= Volume ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor
Indonesia
ke
negara
importir
utama
(Kilogram/Kg); GDPCAPINDOit
= Gross Domestic Product Per Capita Negara Indonesia (Ribu US$)
GDPCAPINDOit
= Gross Domestic Product Per Capita Negara Importir Utama Makanan Olahan Indonesia (Ribu US$)
POPit
= Populasi negara importir utama Indonesia (jiwa)
XRATEit
= Nilai Tukar (Dollar Terhadap Mata Uang Negara Importir)
ECODISTANCEit
= Jarak Negara Importir/Share GDP Negara Importir (Ribu US$)
Penelitian ini menggunakan data panel statis. Adapun pengertian data panel menurut Pyndick dan Daniel L. Rubenfeld dalam Baltagi (2005) “...set is one that includes a sample of individuals (household, firms, cities, etc) over a period of time” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa data panel merupakan penggabungan dari data time series (period of time) dan data cross section (sample of individuals). Penggunaan data panel sebagai alat analisis memiliki keuntungan (Baltagi, 2005). Keuntungan penggunaan data panel: a.
Data panel terdiri dari data individual dalam suatu periode waktu, oleh karena itu data panel mampu mengontrol heterogenitas individu
b.
Data panel memberikan data yang lebih banyak memberikan informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variabel serta lebih banyak derajat kebebasan dan lebih efisien.
c.
Data panel lebih baik dalam mempelajari the dynamics of adjustment. Karena berkaitan dengan observasi cross section yang berulang, maka data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.
35
d.
Data panel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur akibat - akibat secara sederhana tidak dapat diobservasikan dalam data cross section atau data time series saja.
e.
Data panel data menyediakan data lebih dari ribuan unit, sehingga dapat meminimalkan bias yang mungkin terjadi. Ada 3 jenis metode data panel statis yakni POLS (Pooled Ordinary Least
Square), FEM (Fixed Effect Model), serta REM (Random Effect Model). Tahap yang harus dilakukan jika menggunakan model data panel adalah pemilihan model yang paling baik. Fixed Effect Model
Hausmann Test
Chow Test
Random Effect Model
LM Test
Pooled Least Square
Gambar 10 Pengujian Pemilihan Model Dalam Pengolahan Data Panel
Pengujian pemilihan model dalam data panel digunakan 3 pengujian, adapun pengujiannya adalah sebagai berikut: 1.
Chow Test Tahap pertama dalam pemilihan model data panel adalah pengujian Chow
(Chow Test), chow test digunakan untuk mengetahui model yang paling baik antara intersep dan slope yang harus konstan (pooled least square) atau slope saja yang konstan (fixed effect model). Adapun perhitungan dalam Chow Test sebagai berikut : CHOW =
( RRSS − URSS ) /( N − 1) URSS /( NT − N − K )
..................................................................(10)
36
Keterangan: RRSS = Restricted Residual Sum Square URSS = Unrestricted Residual Sum Square N
= Jumlah data cross section
T
= Jumlah data time series
K
= Jumlah variabel penjelas
Dimana hipotesis yang dibangun dalam pengujian ini sebagai berikut : H o = Pooled Least Square H 1 = Fixed Effect Model Dasar untuk melakukan H o adalah dengan melihat nilai Chow Statistik dengan nilai F tabel. Jika Chow Statistik (F-statistik) lebih besar dari F-tabel maka H o ditolak sehingga yang dipilih fixed effect model dan sebaliknya.
2.
Hausmann Test Tahap setelah Chow Test adalah Hausmann Test, Hausmann Test
digunakan untuk menentukan model yang paling baik antara fixed effect model atau random effect model. Adapun hipotesis Hausmann Test sebagai berikut : H o = Random Effect Model H 1 = Fixed Effect Model Dasar untuk melakukan H o adalah dengan melihat nilai Hausmann Statistik dengan nilai chi square tabel. Jika Hausmann Statistik (chi square-statistik) lebih kecil dari chi square tabel maka H o ditolak sehingga yang dipilih fixed effect model dan sebaliknya.
3.
LM Tes Selanjutnya untuk melakukan pilihan antara model pooled least square
atau random effect model, dilakukan dengan Lagrange Multiplier test (LM test) Hipotesis yang dibangun dalam uji sebagai berikut: H o = Pooled Least Square H 1 = Random Effect Model Sebagai dasar untuk menolak H o , nilai LM statistik dibandingkan dengan nilai kritis chi square statistik. Jika nilai LM statistik lebih besar dari nilai kritis
37
chi square statistik maka H o ditolak sehingga model yang digunakan random effect model.
4.
Strategi Pengujian Secara umum, dalam pengujian estimasi model-model data panel
diperlukan sebuah strategi. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan menguji: 1. Random Effect Model vs Fixed Effect Model (Hausman Test), 2. Pooled Least Square vs Fixed Effect Model (Chow Test). Kerangka pengambilan keputusan dalam memilih sebuah model yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Jika Chow test tidak signifikan maka menggunakan Pooled Least Square b. Jika Chow test signifikan namun Hausman test tidak signifikan maka menggunakan Random Effect Model c. Jika Chow test signifikan dan Hausman test signifikan, maka menggunakan Fixed Effect Model.
3.3
Pengujian Model
1.
Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu
memiliki distribusi normal atau tidak. Jika data tidak terdistribusi normal maka diperlukan upaya untuk mengatasi seperti memotong data yang out liers, memperbesar sampel, atau melakukan transformasi data.
Untuk menguji
normalitas maka dilihat dari probabilitas Jarque Bera. Jika probabilitas JarqueBera lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan, maka data tidak terdistribusi normal sedangkan jika probabilitas Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata yang digunakan, maka data terdistribusi normal.
2.
Uji Multikolinieritas Uji dalam model selanjutnya adalah uji multikolinieritas (kolinieritas
ganda), multikolinieritas menyebabkan R-Squared tinggi tapi tidak ada (sedikit) koefisien yang nyata, bahkan tanda hubungan dapat terbalik. Cara mendeteksi multikolinieritas dengan menggunakan Pearson Correlation atau dengan
38
Spearman’s Rho Correlation, apabila angka korelasi lebih kecil dari 0,8 maka dapat dikatakan telah terbebas dari masalah multikolinieritas. Jika data terdeteksi multikolinieritas maka hal yang harus dilakukan adalah: a. Memanfaatkan informasi sebelumnya ( a priori information) b. Mengeluarkan variabel dengan kolinieritas tinggi c. Transformasi data dengan perbedaan pertama (first differnce form) utk data time series. d. Menambahkan data baru
3.
Uji Heteroskedastisitas Uji
dalam
model
selanjtunya
adalah
uji
heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas muncul apabila error atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lainnya. Dampak heteroskedastisitas adalah: 1.
Standard Error menjadi bias
2.
Nilai b bukan nilai terbaik
3.
Nilai t dan nilai F yang tidak dapat ditentukan Untuk mendeteksi heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti uji grafik, uji Glejser, uji Spearman’s, Rank Correlation dan uji Whyte menggunakan langrange multiplier. Jika R-Squared x N lebih besar dari chisquare, maka standar eror mengalami heteroskedastisitas. Jika R-Squared x N lebih kecil dari chi-square, maka standar error telah bebas dari masalah heteroskedastisitas
4.
Uji Autokorelasi Uji model yang terakhir adalah uji autokorelasi, autokorelasi adalah
keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel gangguan pada periode lain. Akibat adanya autokorelasi maka nilai t hitung akan menjadi bias, Beberapa penyebab autokorelasi adalah: a.
Kesalahan dalam pembentukan model
b.
Tidak memasukkan variabel yang penting
c.
Manipulasi data
39
d.
Menggunakan data yang tidak empiris Untuk mengatasi autokorelasi dapat dilakukan uji Durbin-Watson, ada
beberapa keputusan yang harus dilihat dalam menggunakan uji Durbin-Watson yakni: a.
DW < dL
= Terdapat autokorelasi positif
b.
dL < DW < dU
= Tidak dapat disimpulkan
c.
dU > DW > 4-dU
= Tidak terdapat autokorelasi
d.
4-dU < DW < 4-dL
= Tidak dapat disimpulkan
e.
DW > 4-dL
= Terdapat autokorelasi negatif
Keterangan: DW : Nilai Durbin-Watson dU : Nilai batas atas dL : Nilai batas bawah
3.4
Definisi Operasional Dalam penelitian ini definisi operasional dari masing–masing variabel
adalah: 1. Nilai Ekspor adalah nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ke negara Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ini selama periode 2005–2009. Satuan dari nilai ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia adalah ribuan US$. Untuk keperluan analisis data nilai ekspor dibentuk dalam logaritma natural (ln). 2. Volume Ekspor adalah volume ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia ke negara Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Volume ekspor komoditas unggulan makanan olahan Indonesia ini selama periode 2005–2009. Satuan dari volume ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia adalah Kg. Untuk keperluan analisis data volume ekspor dibentuk dalam logaritma natural (ln).
40
3. GDP Per Capita Indonesia adalah GDP per kapita Indonesia. Satuan dari GDP per kapita Indonesia adalah ribuan US$. Untuk keperluan analisis data GDP negara importir utama makanan olahan ekspor Indonesia dibentuk dalam logaritma natural (ln). 4. GDP Per Capita adalah GDP per kapita negara importir utama makanan olahan Indonesia yakni: Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Satuan dari GDP per kapita negara importir utama makanan olahan Indonesia adalah ribuan US$. Untuk keperluan analisis data GDP negara importir utama makanan olahan ekspor Indonesia dibentuk dalam logaritma natural (ln). 5. Population adalah Populasi dari negara importir utama makanan olahan Indonesia yakni: Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Jepang, Malaysia, Nigeria, Philipina, Singapura, Thailand, serta Vietnam. Satuan dari populasi adalah jiwa. Untuk keperluan analisis data populasi negara importir utama makanan olahan ekspor Indonesia dibentuk dalam logaritma natural (ln). 6. Nilai tukar adalah nilai tukar mata uang negara importir utama makanan olahan Indonesia. Nilai tukar dalam penelitian ini adalah perbandingan antara Rp terhadap mata uang negara importir utama makanan olahan Indonesia. Untuk keperluan analisis data nilai tukar mata uang negara importir utama makanan olahan ekspor Indonesia dibentuk dalam logaritma natural (ln). 7. Ecodistance adalah jarak ibukota negara importir utama makanan olahan Indonesia dengan jarak ibukota Indonesia dibagi dengan share GDP untuk masing–masing negara importir setiap tahunnya. Untuk perhitungan share GDP, total GDP negara importir utama makanan olahan Indonesia dibagi dengan masing–masing GDP negara importir utama makanan olahan Indonesia. Untuk keperluan analisis data ecodistance negara importir utama makanan olahan ekspor Indonesia dibentuk dalam logaritma natural (ln).
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia Komoditas unggulan makanan olahan dalam penelitian ini adalah
komoditas dengan menggunakan metode Trade Performance Index (TPI) dari International
Trade
Center
(ITP).
Metode
Trade
Performance
Index
menggunakan 4 indeks performa yakni: indeks performa ekspor, indeks performa pasar dunia, indeks suplai domestik, dan indeks dampak sosial ekonomi. Setelah mendapatkan keempat indeks tersebut untuk masing-masing komoditas, maka setelah itu diberikan indeks komposit yang sesuai dengan visi dan misi Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Komoditas unggulan makanan olahan adalah komoditas yang memiliki nilai indeks komposit tertinggi.
4.1.1
Indeks Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia Indeks performa ekspor dilihat dari indikator nilai ekspor makanan olahan
Indonesia tahun 2009, pangsa pasar makanan olahan dunia tahun 2009, neraca perdagangan relatif makanan olahan Indonesia tahun 2009 serta pertumbuhan ekspor makanan olahan Indonesia selama kurun waktu 2005–2009. Adapun performa ekspor terlihat pada Tabel 6 berikut ini:
Tabel 7. Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia Komoditas
Nilai Ekspor 2009 (US$)
Daging 31.455.300 Ikan 540.573.330 Tembakau 595.608.950 Cokelat 325.304.910 Sereal 309.142.580 Teh dan Kopi 268.847.710 Buah dan Sayuran 366.029.940 Gula 153.014.450 Minuman 53.026.790 Susu 12.858.130 Other 262.190.720 Sumber: UNCOMTRADE
Pangsa Pasar Indonesia 2009 (%) 0,03 1,51 1,77 1,29 0,49 2,52 0,40 0,48 0,07 0,14 0,88
Neraca Perdagangan Relatif 2009 (%) -8,92 -10,26 6,50 -2,50 6,71 9,84 -9,93 -0,11 22,71 -5,10 -9,86
Pertumbuhan Ekspor 2005 – 2009 (%) 22,61 39,21 35,71 29,39 25,81 36,24 12,01 36,75 35,32 36,51 24,03
42
Hasil dari performa ekspor, untuk indikator nilai ekspor 2009, komoditas ekspor tertinggi adalah komoditas tembakau dengan
nilai ekspor US$
595.608.950 dan komoditas terendah adalah susu dengan nilai ekspor US$12.858.130. Kemudian untuk indikator pangsa pasar dunia tahun 2009 komoditas makanan olahan ekspor Indonesia tertinggi adalah komoditas teh dan kopi dengan pangsa pasar dunia 2,52% dan komoditas terendah adalah daging dengan pangsa pasar 0,03%. Indikator neraca perdagangan relatif tahun 2009 komoditas makanan olahan ekspor Indonesia tertinggi adalah minuman dengan 22,71% dan untuk komoditas terendah adalah ikan dengan –10,26%. Untuk indikator pertumbuhan ekspor 2005–2009 komoditas makanan olahan ekspor Indonesia tertinggi adalah ikan dengan pertumbuhan 39,21% dan komoditas terendah adalah buah dan sayuran dengan pertumbuhan 12,01%. Sehingga jika diberikan angka indeks maka hasilnya terlihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 8. Indeks Performa Ekspor Makanan Olahan Indonesia Komoditas
Indeks Nilai Ekspor
Daging 1,13 Ikan 4,62 Tembakau 5,00 Cokelat 3,14 Sereal 3,03 Teh dan Kopi 2,76 Buah dan Sayuran 3,42 Gula 1,96 Minuman 1,28 Susu 1,00 Other 2,71 Sumber: Data Diolah Peneliti
Indeks Pangsa Pasar Indonesia
1,00 3,37 3,80 3,01 1,73 5,00 1,58 1,71 1,05 1,18 2,35
Indeks Neraca Perdagangan Relatif
1,16 1,00 3,03 1,94 3,06 3,44 1,04 2,23 5,00 1,63 1,05
Indeks Pertumbuhan Ekspor Indonesia
2,56 5,00 4,49 3,56 3,03 4,56 1,00 4,64 4,43 4,60 2,77
Indeks Performa Ekspor
1,46 3,50 4,08 2,91 2,71 3,94 1,76 2,64 2,94 2,10 2,22
Dari hasil indeks performa ekspor yang diambil berdasarkan pemberian indeks terhadap masing–masing indikator, untuk indeks nilai ekspor tertinggi adalah tembakau dengan nilai indeks 5 dan yang terendah adalah indeks susu dengan nilai indeks 1. Selanjutnya untuk indeks pangsa pasar Indonesia nilai indeks tertinggi adalah teh dan kopi dan yang terendah adalah daging. Sementara
43
itu untuk indeks neraca perdagangan relatif indeks tertinggi adalah minuman dan terendah adalah ikan, dan untuk indeks pertumbuhan ekspor Indonesia indeks tertinggi adalah ikan dan yang terendah adalah buah dan sayuran.
Dari
perhitungan indek ini terlihat bahwa makanan olahan ekspor Indonesia yang indeks performa ekspornya tertinggi sampai terendah adalah tembakau, teh dan kopi, ikan,
minuman, cokelat, sereal, makanan mengandung gula, makanan
olahan lainnya, makanan berbahan dasar susu, buah dan sayuran serta daging.
4.1.2
Indeks Performa Pasar Dunia Selanjutnya untuk menentukan komoditas makanan olahan ekspor
Indonesia dengan menentukan indeks performa pasar dunia yang dilihat dari indikator pertumbuhan impor dunia selama kurun waktu 2005–2009 serta tarif impor makanan olahan dunia tahun 2009. Adapun performa pasar dunia terlihat pada Tabel 8 berikut ini:
Tabel 9. Performa Pasar Dunia Komoditas Daging Ikan Tembakau Cokelat Sereal Teh dan Kopi Buah dan Sayuran Gula Minuman Susu Other Sumber: UNCOMTRADE
Pertumbuhan Impor Dunia 2005 – 2009 (%) 15,73 15,46 12,14 19,50 22,37 18,41 19,12 13,75 15,19 16,27 17,72
Tarif Impor Dunia Tahun 2009 (%) 16,51 15,21 19,67 13,09 14,01 15,42 14,03 12,79 49,67 16,41 13,29
Hasil dari performa pasar dunia, untuk indikator pertumbuhan impor dunia 2005–2009 tertinggi adalah sereal dengan pertumbuhan impor 22,37% dan komoditas terendah adalah tembakau dengan pertumbuhan impor 12,14%. Sedangkan untuk indikator tarif dunia tahun 2009, komoditas makanan olahan ekspor Indonesia dengan tarif terendah adalah gula dengan tarif 12,79% dan untuk
44
komoditas dengan tarif tertinggi adalah minuman dengan tarif 49,67%. Sehingga jika diberikan angka indeks maka hasilnya terlihat pada Tabel 9 berikut ini:
Tabel 10. Indeks Performa Pasar Dunia Komoditas
Indeks Pertumbuhan Impor Dunia 2005 – 2009 Daging 2,40 Ikan 2,30 Tembakau 1,00 Cokelat 3,88 Sereal 5,00 Teh dan Kopi 3,45 Buah dan Sayuran 3,73 Gula 1,63 Minuman 2,19 Susu 2,61 Other 3,18 Sumber: Data Diolah Peneliti
Indeks Tarif Dunia Tahun 2009 4,60 4,74 4,25 4,97 4,87 4,71 4,87 5,00 1,00 4,61 4,95
Indeks Impor Dunia 3,50 3,52 2,63 4,42 4,93 4,08 4,30 3,32 1,60 3,61 4,06
Dari hasil indeks performa pasar dunia yang diambil berdasarkan pemberian indeks terhadap masing–masing indikator, untuk indeks pertumbuhan impor dunia tahun 2005-2009 yang tertinggi adalah sereal dan yang terendah adalah tembakau, sementara itu untuk indeks tarif dunia tahun 2009 indeks terbesar adalah gula dan terendah adalah minuman. Dari perhitungan indeks ini terlihat bahwa makanan olahan yang indeks impor dunianya tertinggi sampai terendah adalah sereal, cokelat, buah dan sayuran, teh dan kopi, makanan olahan lainnya, makanan olahan berbahan dasar susu, ikan, daging, makanan olahan mengandung gula, tembakau, serta minuman.
4.1.3
Indeks Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Untuk menentukan komoditas makanan olahan ekspor Indonesia langkah
selanjutnya dengan menentukan indeks suplai domestik yang dilihat dari indikator nilai tambah industri makanan olahan Indonesia tahun 2009, efisiensi aset makanan olahan Indonesia tahun 2009 serta efisiensi tenaga kerja makanan olahan Indonesia tahun 2009. Adapun suplai domestik terlihat pada Tabel 10 berikut ini:
45
Tabel 11. Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009 Komoditas Daging
Nilai Tambah Tahun 2009 (Rp)
Efisiensi Tenaga Kerja Tahun 2009
Efisiensi Aset Tahun 2009
869.476.942
122.358,14
11,03
6.303.022.821
66.096,44
17,55
61.044.107.834
184.095,14
10,21
Cokelat
2.823.542.821
109.063,42
0,76
Sereal
9.173.310.698
81.944,07
10,84
Teh dan Kopi
2.855.205.393
43.976,30
0,18
655.183.893
30.215,08
8,68
Ikan Tembakau
Buah dan Sayuran Gula
19.569.355.131
269.840,26
1,59
Minuman
7.443.392.825
186.280,42
4,60
Susu
3.237.001.289
274.927,92
8,37
Other
1.086.841.233
42.122,36
13,47
Sumber: BPS Hasil dari suplai domestik, untuk indikator nilai tambah industri tahun 2009, komoditas makanan olahan ekspor Indonesia dengan nilai tambah industri tertinggi dan terendah adalah tembakau buah dan sayuran. Untuk indikator efisiensi tenaga kerja, komoditas makanan olahan ekspor indonesia dengan nilai efisiensi tenaga kerja tertinggi dan terendah adalah susu dan buah dan sayuran. Untuk indikator efisiensi aset,
komoditas makanan olahan ekspor Indonesia
dengan nilai efisiensi aset tertinggi dan terendah adalah ikan dan teh dan kopi, jika diberikan angka indeks maka hasilnya terlihat pada Tabel 11 berikut ini:
Tabel 12. Indeks Suplai Domestik Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009 Komoditas
Indeks Nilai Tambah Tahun 2009
Indeks Efisiensi Tenaga Kerja Tahun 2009
Indeks Efisiensi Aset Tahun 2009
Indeks Suplai Domestik Tahun 2009
Daging
1,01
2,51
3,50
2,34
Ikan
1,37
1,59
5,00
2,65
Tembakau
5,00
3,52
3,31
3,94
Cokelat
1,14
2,29
1,13
1,52
Sereal
1,56
1,85
3,46
2,29
Teh dan Kopi
1,15
1,22
1,00
1,12
Buah dan Sayuran
1,00
1,00
2,96
1,65
Gula
2,25
4,92
1,33
2,83
Minuman
1,45
3,55
2,02
2,34
5,00
2,89
3,02
1,19
4,06
2,09
Susu Other
1,17 1,03
Sumber: Data Diolah Peneliti
46
Dari hasil indeks suplai domestik yang diambil berdasarkan pemberian indeks terhadap masing – masing indikator, terlihat bahwa makanan olahan yang indeks suplai domestik tertinggi sampai terendah adalah tembakau, makanan berbahan dasar susu, makanan olahan mengandung gula, ikan, daging, minuman, sereal, makanan olahan lainnya, buah dan sayuran, cokelat serta teh dan kopi.
4.1.4
Indeks Performa Dampak Sosial Ekonomi Langkah terakhir untuk menentukan komoditas makanan olahan ekspor
Indonesia adalah dengan menentukan indeks performa dampak sosial ekonomi yang dilihat dari indikator penyerapan tenaga kerja industri makanan olahan di Indonesia tahun 2009. Adapun penyerapan tenaga kerja industri makanan olahan terlihat pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 13. Penyerapan Tenaga Kerja Makanan Olahan Indonesia Tahun 2009 Komoditas Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2009 (Jiwa) Daging 7.106 Ikan 95.361 Tembakau 331.590 Cokelat 25.889 Sereal 111.946 Teh dan Kopi 64.926 Buah dan Sayuran 21.684 Gula 72.522 Minuman 39.958 Susu 11.774 Other 25.802 Sumber: BPS Hasil dari indeks tenaga kerja, untuk indikator tenaga kerja komoditas makanan olahan ekspor indonesia tertinggi adalah tembakau sebesar 331.590 jiwa dan komoditas dengan penggunaan tenaga kerja terendah adalah daging dengan penggunaan tenaga kerja 7.016 jiwa. Sehingga jika diberikan angka indeks maka hasilnya terlihat pada Tabel 13 berikut ini:
47
Tabel 14. Indeks Performa Dampak Sosial Ekonomi Komoditas Indeks Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2009 Daging 1,00 Ikan 2,09 Tembakau 5,00 Cokelat 1,23 Sereal 2,29 Teh dan Kopi 1,71 Buah dan Sayuran 1,18 Gula 1,81 Minuman 1,40 Susu 1,06 Other 1,23 Sumber: Data Diolah Peneliti Dari hasil indeks performa dampak sosial ekonomi terlihat bahwa makanan olahan yang indeks performa dampak sosial ekonomi tertinggi sampai terendah adalah tembakau, sereal, ikan, makanan mengandung gula, teh dan kopi, minuman, cokelat, makanan olahan lainnya, buah dan sayuran, susu serta daging. 4.1.5
Analisis Penentuan Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia Dari keempat indeks diatas untuk menentukan komoditas makanan olahan
ekspor Indonesia digunakan Indeks komposit, pemberian indeks komposit dengan menggunakan range indeks diberikan pembobot 1– 4, dimana pembobot ini didasarkan kepada kebijakan pemerintah dalam hal ini adalah rencana strategis kementerian perdagangan Republik Indonesia tahun 2010–2014, dimana pembangunan perdagangan periode 2010-2014 difokuskan untuk mencapai tiga misi utama, yaitu: (1) meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas; (2) menguatkan pasar dalam negeri; dan (3) menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional (Renstra Kementerian Perdagangan, 2010). Dari tiga misi utama ini, misi pertama adalah meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan misi pertama kementerian perdagangan adalah performa ekspor dan pasar dunia sehingga performa ekspor dan
pasar dunia diberi angka pembobot 4 dan 3.
Setelah itu misi kedua kementerian perdagangan adalah menguatkan pasar dalam
48
negeri, dalam penelitian ini yang berkaitan dengan penguatan pasar dalam negeri adalah suplai domestik sehingg suplai domestik diberi angka pembobot 2, untuk dampak sosial ekonomi diberi angka pembobot 1. Hasil dari pemberian bobot terlihat pada Tabel 14 berikut ini:
Tabel 15. Indeks Komposit Makanan Olahan Ekspor Indonesia Komoditas Performa Pasar Suplai Sosial Ekspor Dunia Domestik Ekonomi Daging 5,85 10,50 4,68 1,00 Ikan 13,99 10,55 5,31 2,09 Tembakau 16,32 7,88 7,88 5,00 Cokelat 11,66 13,27 3,04 1,23 Sereal 10,85 14,80 4,58 2,29 Teh dan Kopi 15,76 12,25 2,25 1,71 Buah Sayuran 7,04 12,89 3,31 1,18 Gula 10,54 9,95 5,66 1,81 Minuman 11,76 4,79 4,68 1,40 Susu 8,41 10,83 6,04 1,06 Other 8,88 12,19 4,19 1,23 Sumber: Data Diolah Peneliti
Indeks Komposit 2,20 3,19 3,71 2,92 3,25 3,20 2,44 2,80 2,26 2,63 2,65
Dari Tabel 14 diatas terlihat untuk komoditas tertinggi adalah tembakau dan terendah adalah daging, untuk menentukan komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia adalah dengan ketentuan : a. Prioritas tinggi : Indeks komposit > (rata – rata + ½ standar deviasi) dalam hal ini indeks komposit > 3,07. b. Prioritas sedang : Indeks komposit antara (rata – rata + ½ standar deviasi) dengan (rata – rata – ½ standar deviasi) dalam hal ini indeks komposit antara 2,61 – 3,07 c. Prioritas rendah : Indeks komposit < (rata – rata – ½ standar deviasi) dalam hal ini indeks komposit < 2,61 Adapun komoditas yang merupakan komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia terlihat pada Tabel 15 berikut ini :
49
Tabel 16. Prioritas Komoditas Makanan Olahan Ekspor Indonesia Indeks Komposit Prioritas Komoditas Makanan Komoditas Olahan Ekspor Indonesia Tembakau 3,71 Tinggi Sereal 3,25 Tinggi Teh dan Kopi 3,20 Tinggi Ikan 3,19 Tinggi Cokelat 2,92 Sedang Gula 2,80 Sedang Other 2,65 Sedang Susu 2,63 Sedang Buah dan Sayuran 2,44 Rendah Minuman 2,26 Rendah Daging 2,20 Rendah Sumber: Data Diolah Peneliti Dari Tabel 15 diatas terlihat untuk komoditas makanan olahan Indonesia dengan prioritas ekspor tertinggi atau komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia adalah tembakau, sereal, teh dan kopi serta ikan. Selanjutnya komoditas makanan olahan Indonesia dengan prioritas sedang adalah cokelat, makanan mengandung gula, makanan olahan lainnya, serta makanan berbahan dasar susu. Komoditas makanan olahan dengan prioritas rendah adalah buah dan sayuran, minuman serta daging. Berdasarkan data kementerian perdagangan Indonesia, selama kurun waktu 2005–2009 ada 2 komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia. Adapun komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia dari kementerian perdagangan Indonesia adalah buah dan sayuran serta makanan olahan mengandung gula. Jika dibandingkan dengan penelitian ini komoditas buah dan sayuran berada pada prioritas rendah dan untuk makanan olahan mengandung gula berada pada prioritas sedang. Dalam penelitian kementerian perdagangan komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia dilihat dari tren perkembangan ekspor. Berbeda dengan penelitian ini yang dilihat dari indeks performa. Dalam penelitian ini ada 4 komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia yakni tembakau, sereal, teh dan kopi serta ikan..
50
4.2
Perkembangan Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia
4.2.1
Tembakau Penelitian ini menunjukkan bahwa tembakau merupakan salah satu
komoditas unggulan ekspor Indonesia, tembakau merupakan komoditas yang potensial untuk dikembangkan. Jika dilihat selama periode 2005-2009, trend
x 100000
ekspor tembakau mengalami kenaikan (Gambar 11):
7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 11 Ekspor Tembakau
Selama periode 2005-2009 trend ekspor tembakau dari Indonesia mengalami trend positif, tahun 2005 ekspor tembakau Indonesia senilai US$ 323.742.296, untuk tahun 2006 ekspor tembakau Indonesia mengalami peningkatan menjadi senilai US$$ 339.776.158. Selanjutnya untuk tahun 2007 dan 2008 ekspor tembakau Indonesia senilai US$ 424.720.602 dan US$ 508.804.893. Ketika seluruh dunia terjadi krisis keuangan global dan terkena dampaknya pada tahun 2009, namun ekspor tembakau Indonesia mengalami kenaikan menjadi US$ 595.608.953.
51
Tabel 17. Perkembangan Komoditas Tembakau Berdasarkan Kode Pada Periode 2005-2009 (US$) Kode 240110 240120 240130 240210 240220 240290 240310 240391 240399 Total
2005 2006 2007 2008 2009 61.658.466 55.949.608 51.967.423 71.593.215 90.109.423 44.385.233 45.310.626 63.536.553 59.512.642 79.081.842 1.238.065 1.288.744 4.766.276 2.090.300 3.437.842 14.172.966 15.631.093 21.238.727 22.003.352 27.824.489 185.778.848 205.734.452 267.134.151 334.193.554 376.355.044 373.822 1.833.700 2.581.834 1.583.787 6.310.932 15.747.734 10.130.556 8.957.656 11.859.637 8.209135 4.796 16.166 5.310 0 0 382.366 3.881.213 4.532.672 5.968.406 4.280,246 323.742.296 339.776,158 424.720.602 508.804.893 595.608.953
Sumber: UNCOMTRADE Selama periode 2005-2009 ekspor komoditas tembakau Indonesia yang tertinggi adalah, dengan kode 240220. Selama periode 2005-2009 komoditas tembakau ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 273.839.210 dengan pertumbuhan ekspor sebesar 0,1%. Ekspor komoditas tembakau Indonesia di peringkat kedua adalah komoditas dengan kode 240110. Selama periode 20052009 komoditas tembakau ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 66.255.627 dengan pertumbuhan ekspor sebesar 0,1%. Peringkat ketiga komoditas tembakau Indonesia adalah dengan kode 240120. Selama periode 2005-2009 komoditas tembakau ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 58.365.379 dengan pertumbuhan ekspor sebesar 0,1%. Selama tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 ekspor tembakau Indonesia lebih besar ke Singapura dari 10 negara importir utama Indonesia, setelah itu ke Malaysia dan Amerika Serikat. Untuk tahun 2009 karena dampak krisis keuangan global, dari 10 negara importir utama ekspor tembakau Indonesia mengalami perubahan peringkat, peringkat pertama adalah Malaysia diikuti dengan Singapura dan Amerika Serikat dari 10 negara importir utama Indonesia, penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini:
52
Tabel 18. Perkembangan Komoditas Tembakau ke Negara Importir Utama Indonesia Pada Periode 2005-2009 (US$) Negara Amerika Arab Saudi Australia Jepang Malaysia Nigeria Philipina Singapura Thailand Vietnam Lainnya Total
2005 14.798.737 961.352 2.471.528 3.339.668 38.898.237 0 28.723.086 55.879.360 12.100.279 3.175663 163.394.39 323.742.30
2006 18.252.761 989.070 3.118.959 5.183.953 53.384.452 0 19.700.834 55.325.411 15.154.285 3.651.881 165.014.55 339.776.16
2007 21.866.020 2.080.139 7.004.753 5.369.773 68.620.382 0 23.767.800 75.236.092 25.825.111 14.856.017 180.094.52 424.720.60
2008 2009 26.367.921 28.561.275 1.985.894 3.203.723 3.173.972 2.123.129 2.123.153 1.544.808 91.537.883 131.024.960 231.780 2.389.582 12.636.704 16.738.655 92.742.840 64.145.494 31.751.290 30.696.219 13.252.990 13.455.541 233.000.47 301.725.57 508.804.89 595.608.95
Sumber:UNCOMTRADE Ekspor tertinggi komoditas tembakau Indonesia ke Singapura adalah komoditas tembakau dengan kode 240220, hal ini juga sama untuk negara Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Philipina, Thailand dan Vietnam. Ekspor tertinggi komoditas tembakau Indonesia ke Amerika Serikat adalah komoditas dengan kode 240210. Untuk ekspor tertinggi komoditas tembakau Indonesia ke Australia dan Nigeria adalah komoditas tembakau dengan kode 240120.
4.2.2
Sereal Komoditas makanan olahan ekspor Indonesia yang merupakan komoditas
unggulan selanjutnya adalah komoditas sereal. Selama kurun waktu 2005-2009
x 100000
trend ekspor sereal mengalami kenaikan (Gambar 12): 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 2005
2006
2007
Gambar 12 Ekspor Sereal
2008
2009
53
Selama periode 2005-2009 trend ekspor sereal dari Indonesia mengalami trend positif, tahun 2005 ekspor sereal Indonesia senilai US$ 196.792.797, untuk tahun 2006 ekspor sereal Indonesia mengalami peningkatan menjadi senilai US$ 199.738.506. Selanjutnya untuk tahun 2007 dan 2008 ekspor sereal Indonesia senilai US$ 226.133.785 dan US$ 289.208.194. Ketika seluruh dunia terjadi krisis keuangan global dan terkena dampaknya pada tahun 2009, namun ekspor sereal Indonesia mengalami kenaikan menjadi US$ 309.142.580. Tabel 19. Perkembangan Komoditas Sereal dengan Kode Pada Periode 20052009 (US$) Kode 100610 100620 100630 190110 190120 190190 190211 190219 190220 190230 190240 190300 190410 190420 190490 190510 190520 190530 190540 190590 210210 210220 Total
2005 2006 2007 1.325 29.123 222.000 1.060 0.097 42.505 8.655.122 502.217 206.996 351.884 323.206 4.220.814 2.690.879 2.433.077 3.595.945 34.955.402 32.358.143 29.351.415 357.595 435.258 804.910 18.518.026 9.046.210 8.429.236 12.489 6.179 242.761 29.298.441 52.249.605 70.181.587 1.840 3.593 0.000 5.963.178 3.041.565 3.791.560 795.482 884.786 464.219 979.610 970.140 615.360 2.116.646 2.873.663 4.386.992 949.257 514.840 881.150 61.351 50.307 9.602 66.236.040 69.019.608 68.881.582 363.059 318.055 524.126 24.449.774 24.660.592 29.128.216 26.761 15.527 67.609 7.576 2.715 85.200 196.792.797 199.738.506 226.133.785
2008 344.779 177.935 341.938 431.944 2.548.938 22.103.997 937.114 10.621.094 19.025 100.792.200 0.000 2.267.185 1.411.494 632.114 9.627.683 1.295.931 84.105 87.611.266 457.650 47.409.531 75.242 17.029 289.208.194
2009 109.683 0.188 1.704.441 888.718 3.392.510 22.815.242 316.472 8.004.161 58.990 111.943.870 0.000 1.048.070 1.096.060 561.531 20.834.867 798.764 88.341 97.962.221 436.154 36.864.574 88.588 129.135 309.142.580
Sumber: UNCOMTRADE Selama periode 2005-2009 ekspor komoditas sereal Indonesia yang tertinggi adalah dengan kode 190530. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 77.942.140 dan memiliki rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,1%. Selanjutnya komoditas sereal Indonesia yang ekspornya tertinggi kedua adalah komoditas sereal dengan kode 190230. Selama
54
periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 72.893.140 dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,4%. Peringkat ketiga ekspor komoditas sereal Indonesia adalah komoditas dengan kode 190590. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 32.502.540 dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,1%. Selama periode 2005-2009 komoditas sereal tertinggi di ekspor ke negara Malaysia dari 10 negara importir utama Indonesia. Setelah itu dari 10 negara importir utama Indonesia peringkat kedua dan ketiga tertinggi pengimpor komoditas sereal dari Indonesia adalah negara Philipina dan Amerika Serikat, penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini.
Tabel 20. Perkembangan Komoditas Sereal ke Negara Importir Utama Indonesia Pada Periode 2005-2009 (US$) Negara 2005 2006 2007 2008 2009 Amerika 20.902.689 23.927.013 21.575.273 25.453.120 20.914.696 Arab Saudi 1.783.281 4.750.444 3.207.401 4.589.199 3.581.623 Australia 8.130.463 10.105.736 14.180.420 22.182.041 26.490.781 Jepang 7.642.003 7.566.966 11.541.033 8.433.279 4.326.759 Malaysia 28.247.046 28.322.086 34.208.185 43.890.487 45.232.318 Nigeria 191.342 38.508 0 52.932 23.519 Philipina 20.965.533 25.504.880 27.579.276 26.876.097 39.676.351 Singapura 7.707.271 8.978.889 8.311.090 13.261.601 15.584.729 Thailand 12.273.301 11.069.183 12.418.771 19.335.972 23.187.075 Vietnam 3.469.364 4.519.310 8.703.986 12.559.103 12.210.352 Lainnya 85.480.504 74.955.491 84.408.350 112.574.363 117.914.377 Total 196.792.797 199.738.506 226.133.785 289.208.194 309.142.580 Sumber: UNCOMTRADE
Ekspor tertinggi komoditas sereal ke negara Malaysia adalah komoditas sereal dengan kode 190230 hal ini sama dengan ekspor ke negara Jepang, Australia, Nigeria, Philipina dan Arab Saudi. Sementara itu, ekspor komoditas sereal ke negara Amerika Serikat, Thailand dan Vietnam yang tertinggi adalah dengan kode 190530. Ekspor komoditas sereal ke negara Singapura yang tertinggi adalah komoditas sereal dengan kode 190590.
55
4.2.3
Teh dan Kopi Komoditas unggulan ketiga dalam penelitian ini adalah teh dan kopi, Jika
dilihat selama periode 2005-2009, trend ekspor teh dan kopi mengalami kenaikan
x 100000
(Gambar 13): 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 0,500 0,000 2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 13 Ekspor Teh dan Kopi
Selama periode 2005-2009 trend ekspor teh dan kopi dari Indonesia mengalami trend positif, tahun 2005 ekspor teh dan kopi Indonesia senilai US$ 146.454.716, untuk tahun 2006 ekspor teh dan kopi Indonesia mengalami peningkatan menjadi senilai US$ 166.093.740. Selanjutnya untuk tahun 2007 dan 2008 ekspor teh dan kopi Indonesia senilai US$ 178.599.787 dan US$ 249.650.283. Ketika seluruh dunia terjadi krisis keuangan global dan terkena dampaknya pada tahun 2009, namun ekspor teh dan kopi Indonesia mengalami kenaikan menjadi US$ 268.847.711. Tabel 21. Perkembangan Komoditas Teh dan Kopi dengan Periode 2005-2009 (US$) Kode 2005 2006 2007 2008 090210 22.094.298 23.062.027 24.185.464 28.914.509 090220 1.038.368 1.500.099 4.432.884 4.900.545 090230 54.166.047 63.197.437 30.118.875 6.349.716 090240 44.196.953 46.755.063 67.877.626 118.794.095 210111 21.351.565 25.987.454 37.232.380 49.155.567 210112 3.557.716 5.120.332 13.259.454 37.049.838 210120 49.568 69.856 900.889 3.866.114 210130 0.201 401.472 592.215 619.899 Total 146.454.716 166.093.740 178.599.787 249.650.283 Sumber: UNCOMTRADE
Kode Pada 2009 24.094.542 5.634.773 2.929.892 138.969.012 41.673.456 50.450.055 2.740.104 2.355.877 268.847.711
56
Selama periode 2005-2009 ekspor komoditas teh dan kopi Indonesia yang tertinggi adalah dengan kode 090240. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 83.318.550 dan memiliki rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,3%. Selanjutnya komoditas teh dan kopi Indonesia yang ekspornya tertinggi kedua adalah komoditas teh dan kopi dengan kode 210111. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 35.080.084 dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,2%. Peringkat ketiga ekspor komoditas teh dan kopi Indonesia adalah komoditas dengan kode 090230. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 31.352.393 dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,4%. Selama periode 2005-2009 komoditas teh dan kopi tertinggi di ekspor ke negara Malaysia dari 10 negara importir utama Indonesia. Setelah itu dari 10 negara importir utama Indonesia peringkat kedua dan ketiga tertinggi pengimpor komoditas teh dan kopi dari Indonesia adalah negara Philipina dan Amerika Serikat, penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini.
Tabel 22. Perkembangan Komoditas Teh dan Kopi ke Negara Importir Utama Indonesia Pada Periode 2005-2009 (US$) Negara Amerika Arab Saudi Australia Jepang Malaysia Nigeria Philipina Singapura Thailand Vietnam Lainnya Total
2005 7.783.016 710.267 9.514.933 2.752.748 17.140.698 28.072 6.260.674 5.072.977 2.541.292 1.768.076 143.220.044 196.792.797
2006 2007 8.358.715 10.699.147 556.624 571.560 9.663.311 10.407.830 3.292.530 5.398.449 19.882.014 25.065.709 73.065 97.878 8.440.033 19.797.182 6.899.469 8.498.540 2.100.214 1.432.413 2.945.445 3.571.322 137.527.086 140.593.755 199.738.506 226.133.785
2008 2009 10.796.631 11.860.510 943.688 1.038.811 11.153.075 9.264.726 10.893.025 13.158.463 33.020.054 32.994.548 44.610 0.000 38.690.150 43.262.722 11.484.147 12.563.285 1.864.142 501.374 7.812.889 4.719.796 162.505.783 179.778.345 289.208.194 309.142.580
Sumber: UNCOMTRADE Ekspor tertinggi komoditas teh dan kopi ke negara Malaysia adalah komoditas teh dan kopi dengan kode 210111, hal ini sama untuk negara Jepang, Singapura, Thailand dan Vietnam. Ekspor tertinggi komoditas teh dan kopi ke
57
negara Amerika Serikat adalah dengan kode 090240, hal ini sama untuk negara Nigeria dan Arab Saudi, sementara itu untuk negara Australia ekspor tertinggi komoditas teh dan kopi adalah komoditas dengan kode 090210 dan untuk Philipina komoditas ekspor tertinggi teh dan kopi adalah komoditas dengan kode 210112. Dari hasil diatas terlihat bahwa setiap negara memiliki selera masingmasing terhadap komoditas teh dan kopi.
4.2.4
Ikan Komoditas unggulan terakhir dalam penelitian ini adalah ikan, seperti
diketahui Indonesia memiliki jumlah laut yang luas sehingga potensi ikan untuk dikembangkan pun semakin besar, adapun perkembangan ekspor ikan selama
x 100000
periode 2005-2009 terlihat pada gambar 14 berikut ini:
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 2005
2006
2007
2008
2009
Gambar 14 Ekspor Ikan
Selama periode 2005-2009 trend ekspor ikan dari Indonesia mengalami trend positif, tahun 2005 ekspor ikan Indonesia senilai US$ 279.059.337, untuk tahun 2006 ekspor ikan Indonesia mengalami peningkatan menjadi senilai US$ 317.313.370. Selanjutnya untuk tahun 2007 dan 2008 ekspor ikan Indonesia senilai US$ 380.566.629 dan US$ 506.776.957. Ketika seluruh dunia terjadi krisis keuangan global dan terkena dampaknya pada tahun 2009, namun ekspor ikan Indonesia mengalami kenaikan menjadi US$ 540.573.327. Hal ini menegaskan bahwa ekspor ikan Indonesia tidak terkena imbas krisis global dikarenakan adanya permintaan ekspor yang tinggi dari negara mitra dagang Indonesia.
58
Dari keempat komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia perkembangan ekspor selalu mengalami peningkatan, hal ini semakin menegaskan bahwa komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia berpotensi untuk dikembangkan pada tahun-tahun selanjutnya, salah satu komoditas unggulan makanan olahan Indonesia adalah ikan dan perkembangan komoditas ikan dapat terlihat pada Tabel 22 berikut ini: Tabel 23. Perkembangan Komoditas Ikan dengan Kode Pada Periode 20052009 (US$) Kode 160100 160210 160220 160231 160232 160239 160241 160249 160250 160290 160300 160411 160412 160413 160414 160415 160416 160419 160420 160430 160510 160520 160530 160540 160590 210410 Total
2005 451.669 8.127 0.001 0 0 0.435 0 0 79.117 4.788 349.482 800.890 2.234 526.038 128.635.721 41.846 11.273 0 4.239.544 0 25.231.306 112.614.171 2.750 0.012 5.856.421 203.512 279.059.337
2006 62.287 0.029 0 3.035 0 6.267 0 12.960 14.080 15.629 260.075 869.622 0.429 673.804 129.790.247 1.761 0 0 2.529.961 0 34.337.876 142.721.431 36.213 0.336 5.909.810 67.518 317.313.370
2007 187.842 26.600 0 0 0 14.193 0 68.775 16.324 32.965 304.543 319.645 0 8.269.054 151.941.915 1.030 0 0.298 3.036.568 1.223 68.077.677 139.416.815 25.846 6.706 8.736.636 81.974 380.566.629
2008 67.177 0.775 0 0 2.022 14.828 0.850 0 15.215 0 381.484 50.406 629.148 15.973.702 174.341.368 197.874 0 290.938 2.045.704 340.525 81.085.308 221.360.406 0 739.650 9.153.634 85.943 506.776.957
2009 99.451 0.101 0 0 0 14.967 0 0 14.964 0 950.532 179.202 0 22.724.723 190.172.564 485.830 0 343.616 2.632.075 361.373 68.498.215 244.735.040 12.630 0.002 9.298.840 49.202 540.573.327
Sumber: UNCOMTRADE Selama periode 2005-2009 ekspor komoditas ikan Indonesia yang tertinggi adalah dengan kode 160520. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki
59
rata-rata ekspor sebesar US$ 172.169.573 dan memiliki rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,2%. Selanjutnya komoditas ikan Indonesia yang ekspornya tertinggi kedua adalah komoditas ikan dengan kode 160414. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 154.976.363 dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar 0,1%. Peringkat ketiga ekspor komoditas ikan Indonesia adalah komoditas dengan kode 160510. Selama periode 2005-2009 komoditas ini memiliki rata-rata ekspor sebesar US$ 55.446.076 dengan rata-rata pertumbuhan ekspor sebesar -0,3%. Selama periode 2005-2009 komoditas ikan tertinggi di ekspor ke negara Amerika Serikat dari 10 negara importir utama Indonesia. Setelah itu dari 10 negara importir utama Indonesia peringkat kedua dan ketiga tertinggi pengimpor komoditas ikan dari Indonesia adalah negara Jepang dan Arab Saudi, penjelasan mengenai hal ini dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini: Tabel 24. Perkembangan Komoditas Ikan ke Negara Importir Utama Indonesia Pada Periode 2005-2009 (US$) Negara 2005 2006 2007 2008 2009 Amerika
153.275.571
192.148.431
203.937.369
265.435.796
249.607.458
Arab Saudi
6.178.996
10.191.855
13.050.793
19.560.845
18.157.512
Australia
1.535.387
1.930.764
2.379.607
3.366.036
17.073.085
42.816.849
38.923.479
54.944.479
70.266.783
83.920.377
785.636
1.768.106
2.960.516
3.038.792
2.303.915
Nigeria
12.800
35.700
190.600
692.434
1.223.184
Philipina
18.032
34.845
42.893
123.887
39.405
Singapura
468.289
298.294
1.312.211
1.173.897
868.820
Thailand
917.026
692.690
2.678.491
5.128.980
6.832.214
Vietnam
52.544
0.000
492.390
2.884.126
310.438
Lainnya
72.998.207
71.289.206
98.577.280
135.105.381
160.236.919
279.059.337
317.313.370
380.566.629
506.776.957
540.573.327
Jepang Malaysia
Total
Sumber: UNCOMTRADE Ekspor tertinggi komoditas ikan ke negara Amerika Serikat adalah komoditas ikan dengan kode 160520 hal ini sama untuk negara Australia. Ekspor tertinggi komoditas ikan ke negara Jepang adalah komoditas dengan kode 160414 hal ini sama untuk negara Arab Saudi, Thailand dan Vietnam, sementara itu untuk negara Malaysia dan Nigeria ekspor tertinggi komoditas ikan adalah komoditas dengan kode 160413. Ekspor tertinggi komoditas ikan untuk negara Philipina
60
adalah komoditas ikan dengan kode 160590, sementara itu untuk negara Singapura ekspor tertinggi komoditas ikan dari Indonesia adalah komoditas ikan dengan kode 160510.
4.3
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Makanan Olahan Indonesia Faktor–faktor yang mempengaruhi komoditas unggulan makanan olahan
ekspor Indonesia diantaranya adalah volume ekspor komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia ke beberapa negara importir utama makanan olahan Indonesia, GDP Per Kapita Indonesia, GDP Per Kapita negara importir utama makanan olahan Indonesia, jumlah penduduk negara importir utama makanan olahan Indonesia, nilai tukar RP terhadap mata uang negara importir utama, serta jarak negara importir utama terhadap Indonesia.
4.3.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Tembakau Hasil dari perkembangan komoditas unggulan tembakau terdapat tiga jenis tembakau
yang
merupakan
komoditas
unggulan
yang
potensial
untuk
dikembangkan yaitu: tobacco not stemmed/stripped (240110), tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120), dan Cigarettes containing tobacco (240220). 4.3.1.1 Komoditas Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah POLS. Hasil pengujian model POLS dapat dilihat pada Tabel 24. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 24, seluruh variabel signifikan pada taraf nyata 1% sedangkan untuk nilai tukar tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,969 yang artinya variasi variable nilai ekspor tobacco not stemmed/stripped (240110)
61
dijelaskan 96,9% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor tembakau di negara importir utama Indonesia, sedangkan 3,1% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 25. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 1,415371 0,0000 GDPCAPINDO 1,315333 0,0000 GDPCAPIMP 0,447679 0,0145 POPULATION -0,480129 0,0001 XRATE -0,093399 0,2181 ECODISTANCE 0,643404 0,0006 C -26,87629 0,0000 Adjusted R-Squared : 0,969393 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 24 diatas dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia, GDP Per Kapita negara importir serta ecodistance semuanya berpengaruh positif, sedangkan untuk variabel jumlah penduduk negara importir berpengaruh negatif dan nilai tukar tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas tobacco not stemmed/stripped (240110) adalah: EXPORTVALUE
TEMBAKAU
240110
=
-26,87629
+
1,415371(lnEXPORTVOLUME) + 1,315333(lnGDPCAPINDO) + 0,447679 (lnGDPCAPIMP) - 0,480129(lnPOPULATION) - 0,093399(lnXRATE) + 0,643404(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode POLS diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,415 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor tembakau sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tobacco not stemmed/stripped (240110) sebesar 1,415%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1,315 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tembakau kode 240110 sebesar 1,315 %. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 0,447 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tobacco not stemmed/stripped (240110) sebesar 0,447%. Koefisien populasi sebesar -0,480 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor tobacco not
62
stemmed/stripped (240110) sebesar 0,480%. Koefisien nilai tukar sebesar -0,093 yang menunjukkan bahwa penurunan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tembakau kode 240110 sebesar 0,093%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 0,643 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tembakau sebesar 0,643%.
4.3.1.2 Komoditas Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 25. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 25, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan jumlah penduduk negara importir signifikan pada taraf nyata 1% sedangkan untuk variabel GDP Per Kapita negara importir, nilai tukar dan ecodistance tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,996 yang artinya variasi variable nilai ekspor tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) dijelaskan 99,6% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor tembakau di negara importir utama Indonesia, sedangkan 0,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 26. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 1,474536 0,0000 GDPCAPINDO -2,919588 0,0042 GDPCAPIMP 2,922611 0,4445 POPULATION 21,29921 0,0038 XRATE -2,286776 0,1297 ECODISTANCE 0,346055 0,9398 C -388,2411 0,0240 Adjusted R-Squared : 0,996749 Sumber: Data Diolah Peneliti
63
Berdasarkan Tabel 25 diatas dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, jumlah penduduk negara importir berpengaruh positif, variabel GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh negatif dan variabel GDP Per Kapita negara importir, nilai tukar dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) adalah: EXPORTVALUE TEMBAKAU 240120 = -388,2411 + 1,474536 (lnEXPORTVOLUME) – 2,919588 (lnGDPCAPINDO) + 2,922611 (lnGDPCAPIMP) + 21,29921 (lnPOPULATION) – 2,286776(lnXRATE) + 0,346055(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,474 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor tembakau sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) sebesar 1,474%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar -2,919 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor tembakau kode 240120 sebesar 2,919 %. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 2,922 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) sebesar 2,922%. Koefisien populasi sebesar 21,299 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) sebesar 21,299%. Koefisien nilai tukar sebesar -2,286 yang menunjukkan bahwa penurunan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) sebesar 2,286%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 0,346 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor tembakau sebesar 0,346%.
4.3.1.3 Komoditas Cigarettes Containing Tobacco (240220) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 26. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas:
64
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 26, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan jumlah penduduk negara importir signifikan pada taraf nyata 1% sedangkan untuk variabel GDP Per Kapita negara importir dan ecodistance signifikan pada taraf nyata 5% dan variabel nilai tukar tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,991 yang artinya variasi variable nilai ekspor cigarettes containing tobacco (240220) dijelaskan 99,1% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor tembakau di
negara importir utama Indonesia,
sedangkan 0,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 27. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cigarettes Containing Tobacco (240220) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 0,937560 0,0000 GDPCAPINDO 1,296725 0,0008 GDPCAPIMP -3,737733 0,0157 POPULATION -6,832826 0,0029 XRATE -0,572368 0,1473 ECODISTANCE -4,370787 0,0124 C 197,8856 0,0039 Adjusted R-Squared : 0,991813 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 26 diatas dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, dam GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh positif, variabel GDP Per Kapita negara importir, jumlah penduduk negara importir dan ecodistance berpengaruh negatif , untuk variabel nilai tukar tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas cigarettes containing tobacco (240220) adalah: EXPORTVALUE TEMBAKAU 240220 = 1,296725
197,8856 + 0,937560(lnEXPORTVOLUME) +
(lnGDPCAPINDO)
–
3,737733(lnGDPCAPIMP)
-
6,832826
(lnPOPULATION) – 0,572368(lnXRATE) – 4,370787(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 0,937 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor tembakau sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor cigarettes containing tobacco (240220) sebesar 0,937%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1,296 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita
65
Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor cigarettes containing tobacco (240220) sebesar 1,296 %. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar -3,737 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor cigarettes containing tobacco
(240220)
sebesar
3,737%.
Koefisien
populasi
sebesar
-6,832
menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor cigarettes containing tobacco (240220) sebesar 6,832%. Koefisien nilai tukar sebesar -0,572 yang menunjukkan bahwa penurunan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor cigarettes containing tobacco (240220) sebesar 0,572%. Koefisien variabel ecodistance sebesar –4,370 yang menunjukkan bahwa penurunan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor cigarettes containing tobacco (240220) sebesar 4,370%.
4.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Sereal Hasil dari perkembangan komoditas unggulan sereal terdapat tiga jenis sereal yang merupakan komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan yaitu: other pasta (190230), sweet biscuits; waffles and wafers (190530), dan other bread (190590).
4.3.2.1 Komoditas Other Pasta (190230) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 27. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 27, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia signifikan pada taraf nyata 1%, variabel nilai tukar signifikan pada taraf nyata 5%, sedangkan untuk variabel GDP Per Kapita negara importir, jumlah penduduk negara importir dan ecodistance tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,989 yang artinya variasi variable nilai ekspor other pasta
66
(190230)dijelaskan 98,9% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor sereal di
negara importir utama Indonesia, sedangkan 1,1% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 28. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Pasta (190230) Variabel EXPORTVOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C Adjusted R-Squared : 0,989415 Sumber: Data Diolah Peneliti
Koefisien 0,878928 0,670523 -1,184327 0,930300 0,574718 -1,840318 3,376461
Probabilitas 0,0000 0,0000 0,4615 0,5018 0,0149 0,2994 0,9053
Berdasarkan Tabel 27 diatas dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan nilai tukar berpengaruh positif, untuk variabel GDP Per Kapita negara importir, jumlah penduduk negara importir dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas other pasta (190230) adalah: EXPORTVALUE SEREAL 190230 =
3,376461 +
0,878928(lnEXPORTVOLUME) + 0,670523 (lnGDPCAPINDO) – 1,184327 (lnGDPCAPIMP) - 0,930300 (lnPOPULATION) – 0,574718(lnXRATE) – 1,840318(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 0,878 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor sereal sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor sereal kode 190230 sebesar 0,878%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 0,670 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other pasta (190230) sebesar 0,670%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar -1,184 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor other pasta (190230) sebesar 1,184%. Koefisien populasi sebesar 0,930 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other pasta (190230) sebesar 0,930%. Koefisien nilai tukar sebesar 0,574 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap
67
mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other pasta (190230) sebesar 0,574%. Koefisien variabel ecodistance sebesar –1,840 yang menunjukkan bahwa penurunan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai other pasta (190230) sebesar 1,840%.
4.3.2.2 Komoditas Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 28. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 28, variabel volume ekspor signifikan pada taraf nyata 1%, variabel volume ekspor, variabel lainnya tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,976 yang artinya variasi variable nilai ekspor
sweet
biscuits; waffles and wafers (190530) dijelaskan 97,6% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor sweet biscuits; waffles and wafers (190530) di negara importir utama Indonesia, sedangkan 2,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 29. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 0,575599 0,0000 GDPCAPINDO 0,345697 0,4670 GDPCAPIMP 1,126036 0,6709 POPULATION 5,280570 0,1269 XRATE 0,845144 0,1517 ECODISTANCE 2,099918 0,5125 C -134,6467 0,2557 Adjusted R-Squared : 0,976735 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 28 diatas dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, berpengaruh positif, untuk variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas sweet biscuits; waffles and wafers (190530) adalah: EXPORTVALUE
SEREAL
190530
=
-134,6467
+
0,575599
68
(lnEXPORTVOLUME)
+
0,345697
(lnGDPCAPINDO)
+
1,126036
(lnGDPCAPIMP) + 5,280570 (lnPOPULATION) + 0,845144 (lnXRATE) + 2,099918 (lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 0,575 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor sereal sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor sweet biscuits; waffles and wafers (190530) sebesar 0,575%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 0,345 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor sweet biscuits; waffles and wafers (190530) sebesar 0,345%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 1,126 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor sweet biscuits; waffles and wafers (190530) sebesar 1,126%. Koefisien populasi sebesar 5,280 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor sweet biscuits; waffles and wafers (190530) sebesar 5,280%. Koefisien nilai tukar sebesar 0,845 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor sweet biscuits; waffles and wafers (190530) sebesar 0,845%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 2,099 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai sweet biscuits; waffles and wafers (190530) sebesar 2,099%.
4.3.2.3 Komoditas Other Bread (190590) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 29. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 29, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia, jumlah penduduk negara importir dan nilai tukar signifikan pada taraf nyata 1%, sedangkan variable GDP Per Kapita negara importir dan ecodistance tidak
69
signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,992 yang artinya variasi variable nilai ekspor other bread (190590) dijelaskan 99,2% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor sereal di
negara importir utama Indonesia,
sedangkan 0,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 30. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Bread (190590) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 0,962752 0,0000 GDPCAPINDO 0,656034 0,0004 GDPCAPIMP -0,174689 0,7559 POPULATION -1,945005 0,0026 XRATE 1,547131 0,0000 ECODISTANCE -0,150414 0,7954 C 17,64622 0,3960 Adjusted R-Squared : 0,992922 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 29 diatas dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan niali tukar berpengaruh positif, untuk variabe jumlah penduduk negara importir berpengaruh negatif, sedangkan untuk variabel GDP Per Kapita negara importir dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas other bread (190590) adalah: EXPORTVALUE SEREAL 190590 =
17,64622 + 0,962752 (lnEXPORTVOLUME) +
0,656034(lnGDPCAPINDO)
–
0,174689
(lnGDPCAPIMP)
–
1,945005
(lnPOPULATION) – 1,547131 (lnXRATE) – 0,150414 (lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 0,962 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor sereal sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other bread (190590) sebesar 0962%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 0,656 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other bread (190590) sebesar
0,656%. Untuk
koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar -1,746 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor other bread (190590) sebesar 1,746%. Koefisien populasi sebesar 1,945 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor other bread (190590) sebesar 1,945%. Koefisien nilai tukar sebesar 1,547 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar
70
Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other bread (190590) sebesar 1,547%. Koefisien variabel ecodistance sebesar -0,150 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai other bread (190590) sebesar 0,150%.
4.3.3
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Teh dan Kopi Hasil dari perkembangan komoditas unggulan sereal terdapat tiga jenis teh
dan kopi yang merupakan komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan yaitu: black tea fermented (090230), other black tea fermented (090240), dan coffea extracts, essences and concentrates (210111).
4.3.3.1 Komoditas Black Tea Fermented (090230) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 30. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 30, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan nilai tukar signifikan pada taraf nyata 1%, variabel jumlah penduduk negara importir signifikan pada taraf nyata 5%, untuk variabel GDP Per Kapita negara importir signifikan pada taraf nyata 10%, sedangkan variabel ecodistance tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,988 yang artinya variasi variable nilai ekspor black tea fermented (090230) dijelaskan 98,8% oleh faktorfaktor yang mempengaruhi nilai ekspor teh dan kopi di negara importir utama Indonesia, sedangkan 1,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Berdasarkan Tabel 30 dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan nilai tukar berpengaruh positif, untuk variabel GDP Per Kapita negara importir, jumlah penduduk negara importir berpengaruh negatif dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan.
71
Tabel 31. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Black Tea Fermented (090230) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 0,0000 1,559042 GDPCAPINDO 0,0034 5,016048 GDPCAPIMP 0,0918 -8,293267 POPULATION 0,0413 -21,39947 XRATE 0,0000 9,061868 ECODISTANCE 0,2262 -6,646702 C 0,1069 417,1090 Adjusted R-Squared : 0,988259 Sumber: Data Diolah Peneliti Persamaan untuk komoditas black tea fermented (090230) adalah: EXPORTVALUE
TEH
(lnEXPORTVOLUME)
KOPI +
090230
5,016048
=
417,1090
+
1,559042
(lnGDPCAPINDO)
–
8,293267
(lnGDPCAPIMP) – 21,39947 (lnPOPULATION) + 9,061868 (lnXRATE) – 6,646702 (lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,559 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor teh kopi sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor black tea fermented (090230) sebesar 1,559%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 5,016 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor black tea fermented (090230) sebesar 5,016%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar -8,293 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor black tea fermented (090230) sebesar 8,293%. Koefisien populasi sebesar -21,399 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor black tea fermented (090230) sebesar 21,399%. Koefisien nilai tukar sebesar 9,061 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor black tea fermented (090230) sebesar 9,061%. Koefisien variabel ecodistance sebesar -6,646 yang menunjukkan bahwa penurunan
jarak
Indonesia dengan
negara
importir sebesar 1% akan
meningkatkan nilai black tea fermented (090230)sebesar 6,646%.
72
4.3.3.2 Komoditas Other Black Tea Fermented (090240) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah POLS. Hasil pengujian model POLS dapat dilihat pada Tabel 31. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 31, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia dan nilai tukar signifikan pada taraf nyata 1%, variabel GDP Per Kapita negara importir, jumlah penduduk negara importir serta nilai tukar signifikan pada taraf nyata 10%, sedangkan variabel GDP Per Kapita Indonesia dan ecodistance tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,991 yang artinya variasi variable nilai ekspor other black tea fermented (090240) dijelaskan 99,1% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor teh dan kopi di negara importir utama Indonesia, sedangkan 0,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 32. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black Tea Fermented (090240) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 1,191659 0,0000 GDPCAPINDO -0,173160 0,6616 0,677035 0,0761 GDPCAPIMP POPULATION 0,097636 0,0989 XRATE -0,249068 0,0657 ECODISTANCE 0,539292 0,1388 C -21,80098 0,0100 Adjusted R-Squared : 0,991905 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 31 dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita negara importir dan jumlah penduduk negara importir berpengaruh positif, untuk variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan GDP Per Kapita Indonesia dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas other black tea fermented (090240) adalah: EXPORTVALUE TEH KOPI 090240 =
-21,80098 + 1,191659 (lnEXPORTVOLUME) – 0,173160
73
(lnGDPCAPINDO) + 0,677035(lnGDPCAPIMP) + 0,097636(lnPOPULATION) 0,249068(lnXRATE) + 0,539292(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode POLS diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,191 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor teh kopi sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other black tea fermented (090240) sebesar 1,191%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar -0,173 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor other black tea fermented (090240) sebesar 0,173%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 0,677 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other black tea fermented
(090240) sebesar
0,677%. Koefisien populasi sebesar 0,097 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor other black tea fermented (090240) sebesar 0,097%. Koefisien nilai tukar sebesar -0,249 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor other black tea fermented (090240) sebesar 0,249%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 0,539 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai other black tea fermented (090240) sebesar 0,539%.
4.3.3.3 Komoditas Coffea Extracts, Essences and Concentrates (210111) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah REM. Hasil pengujian model REM dapat dilihat pada Tabel 32. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 32, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia, jumlah penduduk negara importir, nilai tukar dan ecodistance signifikan pada taraf nyata 1%, variabel GDP Per Kapita negara importir signifikan pada taraf nyata 5%, Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,976 yang artinya variasi variable nilai ekspor coffea extracts, essences and concentrates (210111) dijelaskan 97,6%
74
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor teh dan kopi di
negara
importir utama Indonesia, sedangkan 2,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 33. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea Extracts, Essences and Concentrates (210111) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 0,974163 0,0000 GDPCAPINDO 1,089333 0,0000 GDPCAPIMP -0,460871 0,0230 POPULATION -0,391163 0,0001 XRATE -0,108484 0,0023 -0,659342 ECODISTANCE 0,0002 C 6,484151 0,1394 Adjusted R-Squared : 0,976478 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 32 dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita negara importir dan jumlah penduduk negara importir berpengaruh positif, untuk variabel nilai tukar berpengaruh negatif dan GDP Per Kapita Indonesia dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas coffea extracts, essences and concentrates (210111) adalah: EXPORTVALUE
TEH
(lnEXPORTVOLUME) (lnGDPCAPIMP)
-
KOPI +
210111
1,089333
=
6,484151
+
0,974163
(lnGDPCAPINDO)
-
0,460871
0,3911636(lnPOPULATION)
-0,108484(lnXRATE)
-
0,659342 (lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode REM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 0,974 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor teh kopi sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor coffea extracts, essences and concentrates (210111) sebesar 0,974%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar -1,089 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor coffea extracts, essences and concentrates (210111) sebesar 1,089%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar -0,460 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor coffea extracts, essences and concentrates (210111) sebesar 0,460%. Koefisien populasi sebesar -0,391 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir
75
sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor coffea extracts, essences and concentrates (210111) sebesar 0,391%. Koefisien nilai tukar sebesar -0,108 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor coffea extracts, essences and concentrates (210111) sebesar 0,108%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 0,659 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai coffea extracts, essences and concentrates (210111) sebesar 0,659%. 4.3.4
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Komoditas Unggulan Ikan Hasil dari perkembangan komoditas unggulan sereal terdapat tiga jenis teh
dan kopi yang merupakan komoditas unggulan yang potensial untuk dikembangkan yaitu: fish, whole or in pieces (160414), crab (160510), dan shrimps and prawns (160520).
4.3.4.1 Komoditas Fish, Whole or in Pieces (160414) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah POLS. Hasil pengujian model POLS dapat dilihat pada Tabel 33. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator).
Tabel 34. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish, Whole or in Pieces (160414) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 1,166700 0,0000 GDPCAPINDO 0,581598 0,0000 0,047118 0,6391 GDPCAPIMP POPULATION -0,169497 0,0785 -0,041306 0,0878 XRATE ECODISTANCE 0,008457 0,9034 C -10,96173 0,0000 Adjusted R-Squared : 0,995195 Sumber: Data Diolah Peneliti
76
Pada Tabel 33, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia signifikan pada taraf nyata 1%, jumlah penduduk negara importir dan nilai tukar signifikan pada taraf nyata 10%, GDP Per Kapita negara importir dan ecodistance tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,995 yang artinya variasi variable nilai ekspor fish, whole or in pieces (160414) dijelaskan 99,5% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor ikan di negara importir utama Indonesia, sedangkan 1,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Berdasarkan Tabel 33 dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh positif, untuk variabel jumlah penduduk negara importir dan nilai tukar berpengaruh negatif, variabel GDP Per Kapita negara importir dan ecodistance tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas fish, whole or in pieces (160414) adalah: EXPORTVALUE IKAN 160414 =
- 10,96173 + 1,166700 (lnEXPORTVOLUME) + 0,581598
(lnGDPCAPINDO) + 0,047118(lnGDPCAPIMP) - 0,169497(lnPOPULATION) 0,041306(lnXRATE) + 0,008457(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode POLS diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,166 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor ikan sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor fish, whole or in pieces (160414) sebesar 1,166%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 0,581 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor fish, whole or in pieces (160414) sebesar 0,581%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 0,047 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor fish, whole or in pieces (160414) sebesar 0,047%. Koefisien populasi sebesar -0,169 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor fish, whole or in pieces (160414) sebesar 0,169%. Koefisien nilai tukar sebesar -0,041 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor fish, whole or in pieces (160414) sebesar 0,041%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 0,008 yang menunjukkan
77
bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai fish, whole or in pieces (160414) sebesar 0,008%.
4.3.4.2 Komoditas Crab (160510) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 34. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 34, variabel volume ekspor, GDP Per Kapita Indonesia signifikan pada taraf nyata 1%, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,819 yang artinya variasi variable nilai ekspor crab(160510) dijelaskan 81,9% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor ikan
di
negara importir utama Indonesia, sedangkan 18,1%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
Tabel 35. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crab (160510) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 1,560171 0,0000 GDPCAPINDO -0,984103 0,0010 GDPCAPIMP 0,432263 0,6689 0,002629 0,9952 POPULATION XRATE 0,051396 0,8416 ECODISTANCE 1,067373 0,4093 C -25,03247 0,4095 Adjusted R-Squared : 0,819002 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 34 dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, berpengaruh positif, untuk variabel GDP Per Kapita Indonesia berpengaruh negatif, sedangkan variabel lainnya
tidak berpengaruh signifikan. Persamaan
untuk komoditas crab(160510) adalah: EXPORTVALUE IKAN 160510 =
-
25,03247 + 1,560171 (lnEXPORTVOLUME) - 0,984103(lnGDPCAPINDO) + 0,432263 (lnGDPCAPIMP) + 0,002629 (lnPOPULATION) + 0,051396 (lnXRATE) + 1,067373(lnECODISTANCE).
78
Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,560 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor ikan sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor crab(160510) sebesar 1,560%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar -0,984
yang
menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor crab(160510) sebesar 0,984%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 0,432 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor crab(160510) sebesar 0,432%. Koefisien populasi sebesar 0,002 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor crab(160510) sebesar 0,002%. Koefisien nilai tukar sebesar 0,051 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor crab(160510) sebesar 0,051%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 1,067 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai crab(160510) sebesar 1,067%.
4.3.4.3 Komoditas Shrimps and Prawns (160520) Hasil pengujian pada ketiga model data panel statis yaitu pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM), dan random effect model (REM) diperoleh hasil bahwa metode yang dipilih adalah FEM. Hasil pengujian model FEM dapat dilihat pada Tabel 35. Pengujian berbagai asumsi dasar terdiri atas: multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Pada Tabel 35, variabel volume ekspor signifikan pada taraf nyata 1%, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Nilai Adjusted R square pada model sebesar 0,980 yang artinya variasi variable nilai ekspor shrimps and prawns (160520) dijelaskan 98% oleh faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor ikan di negara importir utama Indonesia, sedangkan 0,2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model.
79
Tabel 36. Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and Prawns (160520) Variabel Koefisien Probabilitas EXPORTVOLUME 1,051625 0,0000 GDPCAPINDO -0,875968 0,2931 GDPCAPIMP 1,449963 0,3698 POPULATION 8,160844 0,1438 XRATE 0,281717 0,5939 ECODISTANCE 1,955490 0,2968 C -182,8541 0,1559 Adjusted R-Squared : 0,980921 Sumber: Data Diolah Peneliti Berdasarkan Tabel 35 dapat terlihat bahwa variabel volume ekspor, berpengaruh positif, sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh signifikan. Persamaan untuk komoditas unggulan ikan shrimps and prawns 160520 adalah: EXPORTVALUE
IKAN
(lnEXPORTVOLUME)
–
160520
=
-
182,8541
0,875968(lnGDPCAPINDO)
+ +
1,051625 1,449963
(lnGDPCAPIMP) + 8,160844 (lnPOPULATION) + 0,281717(lnXRATE) + 1,955490(lnECODISTANCE). Berdasarkan hasil estimasi metode FEM diperoleh koefisien variabel volume ekspor sebesar 1,051 yang menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor ikan sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor shrimps and prawns (160520) sebesar 1,051%. Untuk Koefisien GDP Per Kapita Indonesia sebesar 0,875 yang menunjukkan bahwa peningkatan GDP Per Kapita Indonesia sebesar 1% akan menurunkan nilai ekspor ikan kode 160520 sebesar 0,875%. Untuk koefisien GDP Per Kapita negara importir sebesar 1,449 yang menunjukkan bahwa kenaikan GDP Per Kapita negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor shrimps and prawns (160520) sebesar 1,449%. Koefisien populasi sebesar 8,160 menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor shrimps and prawns (160520) sebesar 8,160%. Koefisien nilai tukar sebesar 0,281 yang menunjukkan bahwa kenaikan nilai tukar Rp terhadap mata uang negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai ekspor shrimps and prawns (160520) sebesar 0,281%. Koefisien variabel ecodistance sebesar 1,955 yang menunjukkan bahwa kenaikan jarak Indonesia dengan negara importir sebesar 1% akan meningkatkan nilai shrimps and prawns (160520) sebesar 1,955%.
80
Halaman ini sengaja dikosongkan
81
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
5.1
Kesimpulan
1. Hasil analisis dengan metode Trade Performance Index terdapat empat komoditas makanan olahan yang dapat menjadi komoditas unggulan makanan olahan Indonesia yaitu: tembakau, sereal, teh dan kopi serta ikan. 2. Perkembangan ekspor komoditas makanan olahan Indonesia, untuk komoditas tembakau yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah tobacco not stemmed/stripped (240110), tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120), dan cigarettes containing tobacco (240220). Komoditas sereal yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah other pasta (190230), sweet biscuits; waffles and wafers (190530), dan other bread (190590). Komoditas teh dan kopi yang memiliki nilai ekspor tertinggi adalah black tea fermented (090230), other black tea fermented (090240), dan coffea extracts, essences and concentrates (210111). Serta komoditas ikan yang memiliki ekspor tertinggi adalah fish, whole or in pieces (160414), crab (160510), dan shrimps and prawns (160520). 3. Hasil analisis dengan menggunakan model gravitasi dengan metode didapatkan hasil volume ekspor berpengaruh positif untuk seluruh komoditas. GDP per kapita Indonesia berpengaruh negatif terhadap komoditas tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) dan crab(160510), komoditas lainnya berpengaruh positif dan tidak signifikan. GDP per kapita negara importir berpengaruh positif terhadap tobacco not stemmed/stripped (240110) dan other black tea fermented
(090240), komoditas lainnya berpengaruh negatif dan tidak
signifikan. Populasi negara importir berpengaruh positif terhadap komoditas tobacco, partly or wholly stemmed/s (240120) dan other black tea fermented (090240), komoditas lainnya berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap other black tea fermented (090240), coffea extracts, essences and concentrates (210111) dan fish, whole or in pieces (160414), untuk komoditas lainnya berpengaruh positif dan tidak signifikan. Ecodistance berpengaruh negatif terhadap komoditas coffea extracts, essences
82
and concentrates (210111), untuk komoditas lainnya berpengaruh positif dan tidak signifikan.
5.2.
Implikasi Kebijakan Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dipaparkan sebelumnya
bahwa komoditi makanan olahan yang menjadi komoditas unggulan adalah tembakau, sereal, teh dan kopi serta ikan. Faktor volume ekspor berpengaruh signifikan terhadap nilai ekspor makanan olahan Indonesia, maka kebijakan yang disarankan adalah: 1. Komoditas tembakau, sereal, teh kopi serta ikan harus mampu dijadikan komoditas unggulan karena memiliki potensi internal dan potensi eksternal, kebijakan menentukan komoditas unggulan ini dapat menjadi bahan masukan untuk pembuatan kebijakan perdagangan. 2. Faktor volume ekspor berpengaruh signifikan bagi nilai ekspor makanan olahan Indonesia, sehingga peran pemerintah untuk meningkatkan ekspor Indonesia salah satu dengan meningkatkan volume ekspor. Cara meningkatkan volume ekspor dapat dilakukan dengan memberikan kemudahan ekspor kepada eksportir seperti (1) mempermudah tahap birokrasi ekspor; (2) memberikan subsidi bagi eksportir; (3) menyediakan pengadaan barang-barang modal bagi komoditas-komoditas unggulan makanan olahan ekspor Indonesia.
83
DAFTAR PUSTAKA
Alam, M. Gazi S dan Raziuddin, T. 2009. Import Inflows of Bangladesh: the Gravity Model Approach. International Journal Economics and Finance. Vol.1 No.1 February 2009. Anderson, M and Stephen Smith. 1999. Canadian Provinces in World Trade: Engagement and Detachment . Canadian Journal of Economic, 32. ARNet. 2008. Gravity Models: Theoretical Foundations and Related Estimation Issues. Cambodia: ARNet. Baltagi. 2005. Econometric Analysis of Panel Data. Third Edition. Chichester: John Wiley and Sons Ltd. Batiz. 1994. International Finance and Open Economy Macroeconomics. USA: Mac Millan Publishing Company. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Perkembangan Ekspor Indonesia Untuk Seluruh Komoditas. Jakarta: Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id/exim-frame.php (Diakses 6 Juni 2011). [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Klasifikasi Produk Makanan Olahan. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Negara Tujuan Ekspor Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik. CEPII. 2011. Geodistance: Mei 2011. Cortes, M. 2006. Composition of Trade between Australia and Latin America : Gravity Model. Australia: University of Wollongong. School of Economics. Dornbusch, R., dan Fishcer, S. 2008. Macroeconomics 10th Edition (Terjemahan). Jakarta: PT. Media Global Edukasi Goswami dan Kazi. 2010. Pooled Mean Group Estimation of the Bilateral Inpayments nd Out Payments for Bangladesh Vis-a-vis her Major Trading Partners. The ICFAI University Journal of Applied Economics. Vol. 9, No. 1, pp. 27-39. Hoftyzer, J. 1984. A Further Analysis of The Linder Trade Thesis. Quarterly Review of Economics and Bussiness.
84
[IFS] International Finance Statistics. 2011 World economic outlook: April 2011. [ITC] International Trade Center, 2007. The Trade performance Index. Technical Note. Marker Analysis Section. Geneva, Switzerland: International Trade Center. Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi Pertama. Penerjemah D. Guritno. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kementerian Perdagangan RI. 2009. Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Republik Indonesia Periode 2010 – 2014. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Kementerian Perdagangan RI. 2010. Kasus Mie Instan: Pelajaran Untuk Perdagangan Internasional Indonesia. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Kementerian Perdagangan RI. 2010. Tinjauan Terkini Perdagangan Indonesia: Volume 4. Jakarta : Kementerian Perdagangan Indonesia. Kien, N. 2009. Gravity Model by Panel Data Approach: An Empirical Application with Implications for the ASEAN Free Trade Area. ASEAN Economic Journal Vol.26 No.23 December 2009. Kristjansdottir, H. 2005. A Gravity Model for Exports from Iceland. Centre for Applied Microeconometrics. Copenhagen: Department of Economics University of Copenhagen. Krugmen, P and M. Obstfeld. 2000. International Economics Theory and Policy, Fifth Edition. USA: Addison-Wesley Publishing, Co. Managi, S. Kawajiri, H dan Tsurumi, T. 2005. Regional Economic Integration and Trade: An Empirical Evaluation of NAFTA and EU. International Journal Agricultural Resources, Governance and Ecology, Vo. 4, No.1. Mankiw, N. 2008. Makro Ekonomi. Edisi ke 6. Jakarta: Erlangga. Montenegro, C. and Soloaga, I. 2006. Nafta’s Trade Effects: New Evidence With A Gravity Model. Estudios de Econom NAFTA’s Trade Effects Vol. 33. Porter, M.E. 1990. The Competitive Advantage Of Nations. New York: The Free Press. Putong. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi ke 2. Jakarta: Ghalia. Indonesia.
85
Rahardja, P. Dan Manurung, M. 2008. Teori Ekonomi Makro: Suatu Pengantar. Jakarta: LP-FEUI. Rahman, M. 2003. A Panel Analysis of Bangladesh’s Trade: The Gravity Model Approach. Sydney: University of Sydney. Rajan, S and Ramkishen, 2001. Impact of Exchange Rate Volatility on Indonesia’s Trade Performance in The 1990. Australia: Adelaide University. Roberts, B.A. 2004. A Gravity Study of the Proposed China – ASEAN Free Trade Area. The International Journal Volume 18 No.4. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi Kelima. Penerjemah Haris Munandar. Jakarta: Erlangga. Sambodo, MT. 2002. Analisis Sektor Unggulan Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan 10(2) 33-54. Saptanto, S. 2009. Analisis Model Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia: Suatu Pendekatan Gravity Model. Indonesia: Universitas Indonesia. Syafaat, N dan Supena Friyatno. 2000. Analisis Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kesempatan Kerja dan Identifikasi Komoditas Andalan Sektor Pertanian di Wilayah Sulawesi : Pendekatan Input-Output. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Vol. XLVIII No.4. Tinbergen, J. 1962. Shaping the World Economy–Suggestions for An International Economic Policy. The Twentieth Century Fund. Todaro, M.P dan S.C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Tulug, S. 2010. What Determines Intra-EU Trade? The Gravity Model Revisited. International Research Journal of Finance and Economics. UNCOMTRADE. Statistical Database : 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009. http://unstat.un.org/unsd/comtrade. (Diakses 5 Mei 2011). [WB] World Bank. 2010. World Development Indicators 2010. Washington D.C:USA. Zarzoso, I dan Lehmann F. 2004. Augmented Gravity Model: An Empirical Application To Mercosur-European Union Trade Flows. Journal of Applied Economics, Vol. VI, No. 2 (Nov 2003), 291-316
86
Halaman ini sengaja dikosongkan
87
Lampiran 1. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Daging Komoditas Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging Daging
Kode Digit 020110 020120 020130 020210 020220 020230 020311 020312 020319 020321 020322 020329 020410 020421 020422 020423 020430 020441 020442 020443 020450 020500 020610 020621 020622 020629 020630 020649 020680 020690 020711 020712 020713 020714 020724 020725 020726 020727 020732 020733 020734
Jenis Carcasses and half-carcasses Other cuts with bone in Boneless Carcasses and half-carcasses Other cuts with bone in Boneless Fresh or chilled :-- Carcasses and Fresh or chilled :-- Hams, shoulder Fresh or chilled :-- Other Frozen :-- Carcasses and half-carca Frozen :-- Hams, shoulders and cuts Frozen :-- Other Carcasses and half-carcasses of lam Other meat of sheep, fresh or chill Other meat of sheep, fresh or chill Other meat of sheep, fresh or chill Other meat of sheep, fresh or chill Other meat of sheep, frozen :-- Car Other meat of sheep, frozen :-- Oth Other meat of sheep, frozen :-- Bon Meat of goats Meat of horses, asses, mules or hin Of bovine animals, fresh or chilled Of bovine animals, frozen :-- Tongu Of bovine animals, frozen :-- Liver Of bovine animals, frozen :-- Other Of swine, fresh or chilled Of swine, frozen :-- Other Other, fresh or chilled Other, frozen Of fowls of the species Gallus dome Of fowls of the species Gallus dome Of fowls of the species Gallus dome Of fowls of the species Gallus dome Of turkeys :-- Not cut in pieces, f Of turkeys :-- Not cut in pieces, f Of turkeys :-- Cuts and offal, fres Of turkeys :-- Cuts and offal, froz Of ducks, geese or guinea fowls :-Of ducks, geese or guinea fowls :-Of ducks, geese or guinea fowls :--
88
Komoditas
Kode Digit
Daging 020735 Daging 020736 Daging 020810 Daging 020820 Daging 020890 Daging 021011 Daging 021012 Daging 021019 Daging 021020 Daging 021090 Daging 050400 Daging 130231 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Of ducks, geese or guinea fowls :-Of ducks, geese or guinea fowls :-Of rabbits or hares Frogs'legs Other Meat of swine :-- Hams, shoulders a Meat of swine :-- Bellies (streaky) Meat of swine :-- Other Meat of bovine animals Other, including edible flours and Guts, bladders and stomachs of anim Mucilages and thickeners, whether o
89
Lampiran 2. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Ikan Komoditas Kode Digit Ikan 160100 Ikan 160210 Ikan 160220 Ikan 160231 Ikan 160232 Ikan 160239 Ikan 160241 Ikan 160242 Ikan 160249 Ikan 160250 Ikan 160290 Ikan 160300 Ikan 160411 Ikan 160412 Ikan 160413 Ikan 160414 Ikan 160415 Ikan 160416 Ikan 160419 Ikan 160420 Ikan 160430 Ikan 160510 Ikan 160520 Ikan 160530 Ikan 160540 Ikan 160590 Ikan 210410 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Sausages and similar products, of m Homogenised preparations Of liver of any animal Of poultry of heading No. 01.05 :-Of poultry of heading No. 01.05 :-Of poultry of heading No. 01.05 :-Of swine :-- Hams and cuts thereof Of swine :-- Shoulders and cuts the Of swine :-- Other, including mixtu Of bovine animals Other, including preparations of bl Extracts and juices of meat, fish o Fish, whole or in pieces, but not m Fish, whole or in pieces, but not m Fish, whole or in pieces, but not m Fish, whole or in pieces, but not m Fish, whole or in pieces, but not m Fish, whole or in pieces, but not m Fish, whole or in pieces, but not m Other prepared or preserved fish Caviar and caviar substitutes Crab Shrimps and prawns Lobster Other crustaceans Other Soups and broths and preparations t
90
Lampiran 3. Klasifikasi Komoditas Tembakau Komoditas Kode Digit Tembakau 240110 Tembakau 240120 Tembakau 240130 Tembakau 240210 Tembakau 240220 Tembakau 240290 Tembakau 240310 Tembakau 240391 Tembakau 240399 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Tobacco, not stemmed/stripped Tobacco, partly or wholly stemmed/s Tobacco refuse Cigars, cheroots and cigarillos, co Cigarettes containing tobacco Other Smoking tobacco, whether or not con Other :-- "Homogenised" or "reconst Other
91
Lampiran 4. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Cokelat Komoditas Kode Digit Cokelat 180310 Cokelat 180320 Cokelat 180400 Cokelat 180500 Cokelat 180610 Cokelat 180620 Cokelat 180631 Cokelat 180632 Cokelat 180690 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Not defatted Wholly or partly defatted Cocoa butter, fat and oil. Cocoa powder, not containing added Cocoa powder, containing added suga Other preparations in blocks, slabs Other, in blocks, slabs or bars :-Other, in blocks, slabs or bars :-Other
92
Lampiran 5. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Sereal Komoditas Kode Digit Sereal 100610 Sereal 100620 Sereal 100630 Sereal 100640 Sereal 190110 Sereal 190120 Sereal 190190 Sereal 190211 Sereal 190219 Sereal 190220 Sereal 190230 Sereal 190240 Sereal 190300 Sereal 190410 Sereal 190420 Sereal 190490 Sereal 190510 Sereal 190520 Sereal 190530 Sereal 190540 Sereal 190590 Sereal 210210 Sereal 210220 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Rice in the husk (paddy or rough) Husked (brown) rice Semi-milled or wholly milled rice, Broken rice Preparations for infant use, put up Mixes and doughs for the preparatio Other Uncooked pasta, not stuffed or othe Uncooked pasta, not stuffed or othe Stuffed pasta, whether or not cooke Other pasta Couscous Tapioca and substitutes therefor pr Prepared foods obtained by the swel Prepared foods obtained from unroas Other Crispbread Gingerbread and the like Sweet biscuits; waffles and wafers Rusks, toasted bread and similar to Other Active yeasts Inactive yeasts; other single-cell
93
Lampiran 6. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Kopi dan Teh Komoditas Kode Digit Kopi 210111 Kopi 210112 Kopi 210120 Kopi 210130 Teh 090210 Teh 090220 Teh 090230 Teh 090240 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Extracts, essences and concentrates Extracts, essences and concentrates Extracts, essences and concentrates Roasted chicory and other roasted c Green tea (not fermented) in immedi Other green tea (not fermented) Black tea (fermented) and partly fe Other black tea (fermented) and oth
94
Lampiran 7. Klasifikasi Komoditas Buah dan Sayuran Komoditas Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah
Kode Digit 080111 080119 080300 080410 080420 080430 080440 080450 080510 080520 080530 080540 080590 080610 080620 081110 081120 081190 081310 081320 081330 081340 081350 081400 121230 200210 200290 200320 200570 200580 200600 200710 200791 200799 200820 200830 200840 200850 200860 200870 200880 200891
Jenis Coconuts :-- Desiccated Coconuts :-- Other Bananas, including plantains, fresh Dates Figs Pineapples Avocados Guavas, mangoes and mangosteens Oranges Mandarins (including tangerines and Lemons (Citrus limon, Citrus limonu Grapefruit Other Fresh Dried Strawberries Raspberries, blackberries, mulberri Other Apricots Prunes Apples Other fruit Mixtures of nuts or dried fruits of Peel of citrus fruit or melons (inc Apricot, peach or plum stones and k Tomatoes, whole or in pieces Other Truffles Olives Sweet corn (Zea mays var. Saccharat Vegetables, fruit, nuts, fruit-peel Homogenised preparations Other :-- Citrus fruit Other Pineapples Citrus fruit Pears Apricots Cherries Peaches Strawberries Other, including mixtures other tha
95
Komoditas Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Buah Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran Sayuran
Kode Digit 200892 200899 200911 200919 200920 200930 200940 200950 200960 200970 200980 200990 071220 071230 071290 071310 071320 071331 071332 071333 071339 071340 071350 071390 121210 121299 130211 130212 130213 130214 130219 130220 130232 130239 200110 200120 200190 200310 200410 200490 200510 200520 200540
Jenis Other, including mixtures other tha Other, including mixtures other tha Orange juice :-- Frozen Orange juice :-- Other Grapefruit juice Juice of any other single citrus fr Pineapple juice Tomato juice Grape juice (including grape must) Apple juice Juice of any other single fruit or Mixtures of juices Onions Mushrooms and truffles Other vegetables; mixtures of veget Peas (Pisum sativum) Chickpeas (garbanzos) Beans (Vigna spp., Phaseolus spp.) Beans (Vigna spp., Phaseolus spp.) Beans (Vigna spp., Phaseolus spp.) Other Lentils Broad beans (Vicia faba var.major) Other Locust beans, including locust bean Other Vegetable saps and extracts :-- Opi Vegetable saps and extracts :-- Of Vegetable saps and extracts :-- Of Vegetable saps and extracts :-- Of Vegetable saps and extracts :-- Oth Pectic substances, pectinates and p Mucilages and thickeners, whether o Mucilages and thickeners, whether o Cucumbers and gherkins Onions Other Mushrooms Potatoes Other vegetables and mixtures of ve Homogenised vegetables Potatoes Peas (Pisum sativum)
96
Komoditas Kode Digit Sayuran 200551 Sayuran 200559 Sayuran 200560 Sayuran 200580 Sayuran 210310 Sayuran 210320 Sayuran 210390 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Beans (Vigna spp., Phaseolus spp.) Beans (Vigna spp., Phaseolus spp.) Asparagus Sweet corn (Zea mays var. saccharat Soya sauce Tomato ketchup and other tomato sau Other
97
Lampiran 8. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Mengandung Gula Komoditas Kode Digit Jenis Gula 121291 Other :-- Sugar beet Gula 121292 Other :-- Sugar cane Gula 170111 Raw sugar not containing added flav Gula 170112 Raw sugar not containing added flav Gula 170191 Other :-- Containing added flavouri Gula 170199 Other Gula 170211 Lactose and lactose syrup :-- Conta Gula 170219 Lactose and lactose syrup :-- Other Gula 170220 Maple sugar and maple syrup Gula 170230 Glucose and glucose syrup, not cont Gula 170240 Glucose and glucose syrup, containi Gula 170250 Chemically pure fructose Gula 170260 Other fructose and fructose syrup, Gula 170290 Other, including invert sugar Gula 170310 Cane molasses Gula 170390 Other Gula 170410 Chewing gum, whether or not sugar-c Gula 170490 Other Sumber : UNCOMTRADE
98
Lampiran 9. Klasifikasi Komoditas Minuman Komoditas Kode Digit Minuman 220110 Minuman 220190 Minuman 220210 Minuman 220290 Minuman 220300 Minuman 220410 Minuman 220421 Minuman 220429 Minuman 220430 Minuman 220510 Minuman 220590 Minuman 220600 Minuman 220710 Minuman 220720 Minuman 220820 Minuman 220830 Minuman 220840 Minuman 220850 Minuman 220860 Minuman 220870 Minuman 220890 Minuman 220900 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Mineral waters and aerated waters Other Waters, including mineral waters an Other Beer made from malt. Sparkling wine Other wine; grape must with ferment Other wine; grape must with ferment Other grape must In containers holding 2 l or less Other Other fermented beverages (for exam Undenatured ethyl alcohol of an alc Ethyl alcohol and other spirits, de Spirits obtained by distilling grap Whiskies Rum and tafia Gin and Geneva Vodka Liqueurs and cordials Other Vinegar and substitutes for vinegar
99
Lampiran 10. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Berbahan Baku Susu Komoditas Kode Digit Jenis Susu 040110 Of a fat content, by weight, not ex Susu 040120 Of a fat content, by weight, exceed Susu 040130 Of a fat content, by weight, exceed Susu 210500 Ice cream and other edible ice, whe Sumber : UNCOMTRADE
100
Lampiran 11. Klasifikasi Komoditas Makanan Olahan Lainnya Komoditas Kode Digit Other 040811 Other 040819 Other 040891 Other 040899 Other 080121 Other 080122 Other 080131 Other 080132 Other 120300 Other 121220 Other 200811 Other 200819 Other 210230 Other 210330 Other 210420 Other 210610 Other 210690 Sumber : UNCOMTRADE
Jenis Egg yolks :- In powder, granules or Egg yolks :- In powder, granules or Other :-- Dried Other Brazil nuts :-- In shell Brazil nuts :-- Shelled Cashew nuts :-- In shell Cashew nuts :-- Shelled Copra. Seaweeds and other algae Nuts, ground-nuts and other seeds, Nuts, ground-nuts and other seeds, Prepared baking powders Mustard flour and meal and prepared Homogenised composite food preparat Protein concentrates and textured p Other
101
Lampiran 12. Ekspor Makanan Olahan Indonesia Periode 2005-2009 (US$) Komoditas
2005
2006
2007
2008
2009
Total
21.198.393
27.240.974
28.955.740
32.686.662
31.455.304
141.537.073
Ikan
279.059.337
317.313.370
380.566.629
506.776.957
540.573.327
2.024.289.620
Tembakau
323.742.296
339.776.158
424.720.602
508.804.893
595.608.953
2.192.652.902
Cokelat
199.714.795
234.760.894
300.877.349
412.921.939
325.304.906
1.473.579.883
Sereal Teh dan Kopi Buah dan Sayuran
196.792.797
199.738.506
226.133.785
289.208.194
309.142.580
1.221.015.862
146.454.716
166.093.740
178.599.787
249.650.283
268.847.711
1.009.646.237
300.206.844
313.506.749
279.757.671
439.275.594
366.029.944
1.698.776.802
Gula
84.820.583
111.842.094
94.199.980
147.937.233
153.014.454
591.814.344
Minuman
28.987.082
38.680.502
40.501.428
63.799.544
53.026.788
224.995.344
7.104.069
9.252.277
11.341.136
16.084.150
12.858.129
56.639.761
Other
171.039.336
172.257.428
224.717.554
280.249.943
262.190.715
1.110.454.976
Total
1.759.120.248
1.930.462.692
2.190.371.661
2.947.395.392
2.918.052.811
11.745.402.804
Daging
Susu
102
Lampiran 13. Impor Makanan Olahan Indonesia Periode 2005-2009 (US$) Komoditas
2005
2006
2007
2008
2009
Total
32.259.198
25.949.073
31.307.521
36.572.506
37.619.816
163.708.114
Ikan
502.537.449
542.003.831
607.413.128
719.092.045
664.237.565
3.035.284.018
Tembakau
380.016.602
367.131.766
411.952.111
472.654.911
522.924.693
2.154.680.083
Cokelat
271.389.668
235.705.190
299.033.333
433.472.204
341.957.170
1.581.557.565
Sereal
171.975.584
175.893.553
200.910.617
252.980.442
270.260.708
1.072.020.904
Teh dan Kopi Buah dan Sayuran
163.751.874
172.589.239
170.747.585
221.494.079
220.657.216
949.239.993
364.810.951
369.200.998
353.612.234
480.037.496
446.748.436
2.014.410.115
Gula
80.680.937
119.947.563
108.996.592
157.713.177
153.356.343
620.694.612
Minuman
20.129.622
30.822.214
28.357.910
49.661.824
33.396.914
162.368.484
6.866.435
9.160.260
10.320.122
15.612.030
14.238.850
56.197.697
Daging
Susu Other
237.155.776
133.731.495
288.456.140
365.807.675
319.560.039
1.344.711.125
Total
2.231.574.096
2.182.135.182
2.511.107.293
3.205.098.389
3.024.957.750
13.154.872.710
103
Lampiran 14. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco Not Stemmed/Stripped (240110) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
0.241440 3.018815
d.f.
Prob.
(8,24) 8
0.9784 0.9332
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,9784 yang berarti model terbaik adalah POLS. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:03 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (unbalanced) observations: 39 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.415371 1.315333 0.447679 -0.480129 -0.093399 0.643404 -26.87629
0.087523 0.187774 0.173117 0.109863 0.074337 0.169854 3.997073
16.17140 7.004876 2.585987 -4.370243 -1.256421 3.787976 -6.723991
0.0000 0.0000 0.0145 0.0001 0.2181 0.0006 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.974225 0.969393 1.637242 201.5888 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
51.34196 40.03742 85.77792 2.212151
104
Lampiran 15. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Tobacco, Partly or Wholly Stemmed/s (240120) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
4.792979 37.333602
d.f.
Prob.
(8,22) 8
0.0016 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0016 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
23.198906
6
0.0007
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,0007 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:05 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (unbalanced) observations: 37 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.474536 -2.919588 2.922611 21.29921 -2.286776 0.346055 -388.2411
0.014182 0.914569 3.753182 6.574333 1.452527 4.530286 160.0804
103.9756 -3.192309 0.778702 3.239752 -1.574344 0.076387 -2.425287
0.0000 0.0042 0.4445 0.0038 0.1297 0.9398 0.0240
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.998013 0.996749 0.697867 789.4807 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
20.00922 13.22934 10.71439 1.527857
105
Lampiran 16. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cigarettes Containing Tobacco (240220) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
5.684576 41.484792
d.f.
Prob.
(8,28) 8
0.0002 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0002 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
28.671354
6
0.0001
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,0001 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:01 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (unbalanced) observations: 43 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
0.937560 1.296725 -3.737733 -6.832826 -0.572368 -4.370787 197.8856
0.105878 0.343501 1.452997 2.089647 0.384053 1.634910 62.79962
8.855093 3.775021 -2.572431 -3.269848 -1.490337 -2.673411 3.151064
0.0000 0.0008 0.0157 0.0029 0.1473 0.0124 0.0039
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.994542 0.991813 0.252965 364.4293 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
24.73238 15.83614 1.791757 2.196776
106
Lampiran 17. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Pasta (190230) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
7.035329 52.201500
d.f.
Prob.
(9,30) 9
0.0000 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
19.818873
6
0.0030
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,0030 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel Least Squares Date: 09/26/12 Time: 11:23 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 10 Total panel (unbalanced) observations: 46 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
0.878928 0.670523 -1.184327 0.930300 0.574718 -1.840318 3.376461
0.081300 0.136633 1.587833 1.368199 0.222515 1.742712 28.14595
10.81095 4.907462 -0.745877 0.679945 2.582827 -1.056008 0.119963
0.0000 0.0000 0.4615 0.5018 0.0149 0.2994 0.9053
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.992943 0.989415 0.174475 0.913250 24.87473 281.4136 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
14.32974 1.695836 -0.385858 0.250191 -0.147590 2.281846
107
Lampiran 18. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Sweet Biscuits; Waffles and Wafers (190530) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
7.501239 54.574294
d.f.
Prob.
(9,33) 9
0.0000 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
45.216426
6
0.0000
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:21 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 10 Total panel (unbalanced) observations: 49 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
0.575599 0.345697 1.126036 5.280570 0.845144 2.099918 -134.6467
0.096562 0.469817 2.626562 3.371974 0.575896 3.171908 116.4101
5.960927 0.735813 0.428711 1.566018 1.467530 0.662036 -1.156658
0.0000 0.4670 0.6709 0.1269 0.1517 0.5125 0.2557
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.984005 0.976735 0.235396 135.3467 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
16.74154 5.989688 1.828566 1.542624
108
Lampiran 19. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Bread (190590) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
13.280221 74.265733
d.f.
Prob.
(9,31) 9
0.0000 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
17.377985
6
0.0080
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,0080 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:25 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 10 Total panel (unbalanced) observations: 47 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
0.962752 0.656034 -0.174689 -1.945005 1.547131 -0.150414 17.64622
0.014137 0.166088 0.556944 0.593608 0.321983 0.575148 20.50084
68.09921 3.949916 -0.313657 -3.276582 4.805011 -0.261523 0.860756
0.0000 0.0004 0.7559 0.0026 0.0000 0.7954 0.3960
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.995230 0.992922 0.160806 431.2179 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
17.74591 7.246251 0.801612 2.644775
109
Lampiran 20. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Black Tea Fermented (090230)
Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
6.310574 35.057666
d.f.
Prob.
(6,20) 6
0.0008 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0008 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:12 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 7 Total panel (unbalanced) observations: 33 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPINDO GDPCAPITA POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.559042 5.016048 -8.293267 -21.39947 9.061868 -6.646702 417.1090
0.037893 1.509669 4.682686 9.813006 1.630680 5.322653 247.0967
41.14353 3.322614 -1.771049 -2.180725 5.557110 -1.248757 1.688040
0.0000 0.0034 0.0918 0.0413 0.0000 0.2262 0.1069
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.992662 0.988259 0.510420 225.4538 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
15.33565 7.194090 5.210575 1.935730
110
Lampiran 21. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Other Black Tea Fermented (090240) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
1.714321 20.019297
d.f.
Prob.
(9,23) 9
0.1427 0.0178
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,1427 yang berarti model terbaik adalah POLS. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:07 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 10 Total panel (unbalanced) observations: 39 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.191659 -0.173160 0.677035 0.097636 -0.249068 0.539292 -21.80098
0.157342 0.391993 0.369327 0.057444 0.130679 0.355235 7.959734
7.573677 -0.441743 1.833159 1.699658 -1.905950 1.518128 -2.738908
0.0000 0.6616 0.0761 0.0989 0.0657 0.1388 0.0100
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.993183 0.991905 0.657521 777.0554 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
41.58283 48.78662 13.83467 1.005370
111
Lampiran 22. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Coffea Extracts Essences and Concetrates (210111) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
2.549003 23.338595
d.f.
Prob.
(8,30) 8
0.0300 0.0030
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0300 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
4.916656
6
0.5545
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,5545 yang berarti model terbaik adalah REM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/26/12 Time: 11:09 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (balanced) observations: 45 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
0.974163 1.089333 -0.460871 -0.391163 -0.108484 -0.659342 6.484151
0.020460 0.175628 0.194447 0.091566 0.033152 0.160255 4.295545
47.61268 6.202491 -2.370167 -4.271921 -3.272345 -4.114336 1.509506
0.0000 0.0000 0.0230 0.0001 0.0023 0.0002 0.1394
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.979686 0.976478 0.238128 305.4369 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
5.967467 1.552660 2.154781 2.229118
112
Lampiran 23. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Fish Whole or in Pieces (160414) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
1.503832 15.592139
d.f.
Prob.
(8,26) 8
0.2040 0.0486
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,2040 yang berarti model terbaik adalah POLS. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section weights) Date: 09/26/12 Time: 11:17 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (unbalanced) observations: 41 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.166700 0.581598 0.047118 -0.169497 -0.041306 0.008457 -10.96173
0.051069 0.116852 0.099588 0.093446 0.023502 0.069143 2.115131
22.84550 4.977204 0.473131 -1.813848 -1.757517 0.122316 -5.182527
0.0000 0.0000 0.6391 0.0785 0.0878 0.9034 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.995916 0.995195 0.424840 1381.709 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
34.01879 22.84959 6.136631 1.962668
113
Lampiran 24. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor (160510)
Crab
Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
5.280571 35.721813
d.f.
Prob.
(7,18) 7
0.0021 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0021 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
9.883336
6
0.1297
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,1297 yang berarti model terbaik adalah REM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 09/26/12 Time: 11:19 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 8 Total panel (unbalanced) observations: 32 Swamy and Arora estimator of component variances White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPCAPINDO GDPCAPIMP POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.560171 -0.984103 0.432263 0.002629 0.051396 1.067373 -25.03247
0.288903 0.264813 0.998849 0.436982 0.254581 1.271869 29.84287
5.400325 -3.716220 0.432761 0.006016 0.201883 0.839216 -0.838809
0.0000 0.0010 0.6689 0.9952 0.8416 0.4093 0.4095
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.854034 0.819002 1.146904 24.37884 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
5.068105 2.506023 32.88474 1.121320
114
Lampiran 25. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Shrimps and Prawns (160520) Redundant Fixed Effects Tests Equation: FEM Test cross-section fixed effects Effects Test
Statistic
Cross-section F Cross-section Chi-square
10.526403 57.774065
d.f.
Prob.
(8,20) 8
0.0000 0.0000
Hasil Uji-Chow dari model FEM mendapatkan hasil f-tabel = 0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM. Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: REM Test cross-section random effects
Test Summary Cross-section random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
63.145001
6
0.0000
Hasil Uji-Haussmann dari model REM mendapatkan hasil chi-square = 0,0000 yang berarti model terbaik adalah FEM. Dependent Variable: EXPORTVALUE Method: Panel Least Squares Date: 09/26/12 Time: 11:15 Sample: 2005 2009 Periods included: 5 Cross-sections included: 9 Total panel (unbalanced) observations: 35 White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected) WARNING: estimated coefficient covariance matrix is of reduced rank Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
VOLUME GDPINDO GDPCAPITA POPULATION XRATE ECODISTANCE C
1.051625 -0.875968 1.449963 8.160844 0.281717 1.955490 -182.8541
0.121356 0.811304 1.580325 5.363389 0.519865 1.825433 124.0069
8.665617 -1.079704 0.917509 1.521583 0.541903 1.071247 -1.474548
0.0000 0.2931 0.3698 0.1438 0.5939 0.2968 0.1559
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.988777 0.980921 0.408996 3.345554 -8.577822 125.8616 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
13.51978 2.961017 1.347304 2.013882 1.577407 2.721510
115
Halaman ini sengaja dikosongkan