ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM NEGARA THAILAND, INDONESIA DAN MALAYSIA
SKRIPSI
NOVA MELIYORA SINAGA H34070111
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN NOVA MELIYORA SINAGA. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan BURHANUDDIN).
Tanaman karet memiliki berbagai macam kegunaan terutama sebagai komoditi industri hasil tanaman tropis yang digunakan untuk bahan baku pembuatan industri otomotif dan ban. Industri karet dunia terbagi atas dua jenis, yakni karet alam dan karet sintetis. Kualitas karet alam terletak dari daya elastisitasnya yang sempurna. Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam dunia jauh di bawah karet sintetis. Menurut International Rubber Study Group (IRSG) proyeksi permintaan karet alam dunia pada tahun 2020 akan mencapai 10,9 juta ton. Mayoritas permintaan karet alam berasal dari sektor kendaraan bermotor, khususnya industri ban. Ditingkat dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen dan pengekspor utama karet alam dunia. Sementara itu dari sisi konsumsi Negara Cina, Amerika Serikat dan Jepang adalah negara-negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara Thailand, Indonesia, dan Malaysia sebagai produsen karet alam dunia memiliki tujuan ekspor yang berbeda-beda. Selama ini, sekitar 70 persen kebutuhan karet alam Negara Cina dipenuhi atau dipasok oleh Negara Thailand. Disisi lain Indonesia memiliki kecenderungan mengekspor karet alam ke Negara Amerika Serikat sedangkan Malaysia ke negara-negara Eropa (Jerman, Inggris, Spanyol, Belgia, Belanda, Prancis dan Italia). Adanya perbedaan negara tujuan ekspor ini, menuntut setiap negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) agar menyusun strategi dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas dari karet alam yang diekspor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keragaan karet alam di pasar dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia serta menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 1980-2009. Data bersumber dari Direktorat Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Departemen Pertanain (Deptan) Indonesia, GAPKINDO (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) Jakarta, Bank Indonesia (BI), International Rubber Study Group (IRSG), The Thai Rubber Assocation, Rubber Research Institute of Thailand, Lembaga Getah Malaysia, Department of Statistics Malaysia, International Monetery Fund dan World Trade Organization. Metode deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi keragaan karet alam di pasar dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Metode yang dipakai menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia, yaitu regresi linier berganda dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Proses pengolahan data menggunakan Microsoft Excell 2007 dan software SPSS 12. Peningkatan pemintaan karet alam dunia lebih besar daripada peningkatan penawaran karet alam dunia. Hal ini berbeda dengan keadaan karet sintetis dunia, kondisi karet sintetis dunia cenderung menurun pada beberapa tahun terakhir ini.
Luas areal perkebunan karet di Thailand dan Indonesia cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, sedangkan pada Malaysia cenderung menurun. Produktivitas karet alam di Indonesia cenderung meningkat, sedangkan di Thailand dan Malaysia cenderung menurun. Jumlah produksi karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya, sehingga lebih banyak diekspor daripada diserap oleh pasar karet alam negeri. Harga karet alam domestik di Thailand, Indonesia dan Malaysia sering mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Hasil pengolahan data menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah harga ekspor karet alam, volume ekspor karet alam pada tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP negara pengimpor, dan nilai tukar terhadap US$. Berdasarkan model yang dibuat volume ekspor karet alam Thailand pada tahun sebelumnya ke Cina, dan nilai GDP Negara Cina berpengaruh signifikan pada taraf nyata 10 persen pada volume ekspor karet alam Thailand ke Cina. Pada Indonesia variabel independen yang berpengaruh signifikan, yaitu harga ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat, volume ekspor tahun sebelumnya ke Amerika Serikat, harga karet sintetis dunia dan GDP Negara Amerika Serikat. Sedangkan pada Negara Malaysia, yaitu harga ekspor karet alam Malaysia dan volume ekspor karet alam Malaysia pada tahun sebelumnya ke Eropa. Saran atau beberapa alternatif upaya yang dapat dilakukan berdasarkan hasil penelitian adalah kerjasama perdagangan antar ketiga negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) harus terus dijalin untuk mengantisipasi dan mengendalikan fluktuasi harga domestik maupun harga ekspor karet alam masingmasing negara. Pemerintah di masing-masing negara (pengekspor dan pengimpor) diharapkan untuk selalu menjaga fluktuasi nilai tukar, mengingat dampak dari perubahan nilai tukar tersebut berpengaruh terhadap permintaan karet. Selain itu diperlukan peningkatan daya saing dan kualiatas karet alam yang diekspor masing-masing negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar karet alam masing-masing negara tersebut.
iii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR KARET ALAM NEGARA THAILAND, INDONESIA DAN MALAYSIA
NOVA MELIYORA SINAGA H34070111
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
Judul skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Nama
: Nova Meliyora Sinaga
NIM
: H34070111
Disetujui, Pembimbing
Ir. Burhanuddin, MM NIP 19680215 199903 1 001
Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor,
Mei 2011
Nova Meliyora Sinaga H34070111
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 4 Mei 1989 di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Wasito Sinaga dan Ibu Luannata Panggabean. Penulis mengawali pendidikan akademis di TK (Taman Kanak-Kanak) Cinta Rakyat Pematang Siantar, Sumatera Utara. Berlanjut ke jenjang pendidikan dasar di SD Budi Mulia 2 Pematang Siantar, Sumatera Utara yang diselesaikan pada tahun 2001. Kemudian jenjang pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Methodist 1 Medan, Sumatera Utara. Pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Santo Thomas 1 Medan, Sumatera Utara. Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan dan beberapa kepanitiaan yang diselengarakan oleh organisasi kampus seperti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Paduan Suara Mahasiswa Agria Swara IPB dan Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB. Kepanitian atau kepengurusan yang pernah diikuti adalah Pengurus Agria Swara periode 2008/2009 sampai periode 20009/2010, The 3 rd International Mission of Art and Culture in Itali tahun 2009 (sebagai tim penyanyi dan panitia), Penanggungjawab Seksi Acara pada Malam Sukacita Paskah tahun 2009. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten mata kuliah Agama Kristen Protestan periode 2008/2009 sampai periode 2009/2010, asisten praktikum Semester Ganjil dan Semester Genap matakuliah Sosiologi Umum (2010-2011) serta asisten praktikum untuk matakuliah Ekonomi Umum tahun ajaran 2010-2011 (semester ganjil dan genap).
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Departemen Agribisnis. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Namun dibalik itu, penulis menyadari masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini. Hal tersebut karena keterbatasan yang dihadapi penulis dalam pelaksanaan penelitian dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna untuk kegiatan penelitian ekspor karet alam selanjutnya yang kedepannya dapat meningkatkan pasar ekspor khususnya karet alam Indonesia.
Bogor,
Mei 2011
Nova Meliyora Sinaga
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih kepada Allah Bapa, atas segala karunia, berkat dan mukjizatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyelesaian skripsi ini juga tidak akan berhasil tanpa bantuan, dukungan, dorongan, dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi. 2. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama dan Yeka Hendra Fatika, Sp selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Pihak Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) dan Kak Rani atas informasi, data dan dukungan yang diberikan. 4. Orang tuaku tercinta Bapak dan Mamak, yang selalu menyertai perkembangan dan kedewasaanku terima kasih untuk seluruh kasih sayang, doa, material, fasilitas dan dukungan yang sangat berarti bagi hidupku. 5. Kakak Krista Veralina, adikku Elisabeth Masnawati dan David Parulian terima kasih atas doa dan semangat serta motivasi yang diberikan selama ini. 6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada saya selama proses perkuliahan maupun dalam proses penyusunan skripsi, seminar dan sidang. 7. Pak Martua (KPM) dan Mbak Dian (IE) atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi asisten praktikum Matakuliah Sosiologi Umum dan Ekonomi Umum. 8. Sahabat seperjuangan di Angkatan44 Cintya, Esti, Kak Desi, Sela, Yesica yang telah memberikan dukungan, nasehat, semangat, serta doa kepada penulis. 9. Teman-teman satu bimbingan skripsi yaitu Anindha Paramastri dan ‘Aci’ Try, serta
teman-teman
Gladikarya
di
Desa
Bunikasih,
Cianjur
(Putri
Kusumaningtyas ‘Oma’, Dini Amrilla Utomo, Desi Natalis ‘Kak Desi’ dan
Adi Jawa), untuk kebersamaannya, sharing pengetahuan, serta dukungan, doa dan semangat yang diberikan kepada penulis. 10. Rekan-rekan Agribisnis 44 terima kasih atas persahabatannya dan kenangan yang indah serta supportnya. Love you guyz. 11. Temen-temen Busky Fam Merry (luna), Max (momz), Putri (grand-pa), Greth (grand-ma). Terima kasih untuk canda tawa, kebahagian, kesabaran, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis. 12. Teman-teman kosan Perwira41 Tita, Widi, Icha, Diah, Luci, May, Rini, Lina, Hilda, Awan, Yuli, Pheni, Ruri, Ama. Terima kasih atas atas segala doa, bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini. 13. Sahabat-sahabat di Agria Swara, terima kasih atas pengalaman dan kesempatan yang diberikan serta dukungan kepada penulis. 14. Praktikan TPB Kelas A03&A19 (Ekum-Ganjil), B24 (Sosum-Ganjil), B20 (Ekum-Genap) dan A20 (Sosum-Genap) buat segala dukungan dan doanya. 15. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
Bogor,
Mei 2011
Nova Meliyora Sinaga
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
..............................................................................
xiv
DAFTAR LAPIRAN ................................................................................
xv
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 6 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 10 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10 II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 12 2.1. Perdagangan Internasional ............................................................... 12 2.2. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 13 III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................... 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................................ 3.1.1. Teori Perdagangan & Pembentukan Harga Pasar Internasional 3.1.2. Teori Ekpor ............................................................................ 3.1.2. Model Teoritis Fungsi Ekpor .................................................. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ..................................................... 3.3. Hipotesis ..........................................................................................
16 16 16 20 21 23 26
IV. METODE PENELITIAN ..................................................................... ... 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 4.2. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 4.3. Metode Analisis ............................................................................... 4.4. Perumusan Model ............................................................................ 4.4.1. Thailand ke Cina .................................................................. 4.4.2. Indonesia ke Amerika Serikat (AS) ...................................... 4.4.3. Malaysia ke Eropa ............................................................... 4.5. Defenisi Operasional ........................................................................ 4.6. Uji Statistik ...................................................................................... 4.6.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji –F) ..................................... 4.6.2. Uji Statistik Untuk Masing-Masing Variabel (Uji – t)............. 4.7. Koefisien Determinasi (R2) .............................................................. 4.8. Masalah Pengujian Model Regresi ................................................... 4.8.1. Multikolinieritas ..................................................................... 4.8.2. Autokorelasi ........................................................................... 4.8.3. Heteroskedastisitas .................................................................
27 27 27 28 29 30 30 31 32 33 33 34 35 36 36 37 37
V. KERAGAAN KARET ALAM ............................................................... ... 5.1. Kondisi Karet Dunia ........................................................................ 5.2. Kondisi Karet Alam di Negara Pengekspor ...................................... 5.2.1. Produksi dan Luas Lahan Karet Alam .................................. 5.2.2. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam ............. 5.2.3. Ekspor Karet Alam .............................................................. 5.2.4. Harga Karet Alam Domestik ................................................
39 39 42 42 46 48 51
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. ... 53 6.1. Hasil Pendugaan Model ................................................................... 53 4.4.1. Thailand ............................................................................... 53 4.4.2. Indonesia ............................................................................. 58 4.4.3. Malaysia .............................................................................. 63 6.2. Uji Asumsi Klasik Regresi ............................................................... 69 6.2.1. Uji Normalitas ........................................................................ 69 6.2.2. Multikolinieritas ..................................................................... 70 4.7.2. Heteroskedastisitas ................................................................. 70 4.7.3. Autokorelasi ........................................................................... 71 6.2. Uji F Statistik................................................................................... 71 VII. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 73 7.1. Kesimpulam..................................................................................... 72 7.2. Saran ............................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. ... 76 LAMPIRAN ....................................................................................................... 79
DAFTAR TABEL
Nomor 1.
Halaman Produksi dan Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia Tahun 1998-2010* ..................................................................................
2
2.
Jumlah Produksi Karet Dunia pada Tahun 2000-2009 .............................
6
3.
Konsumsi Karet Alam di Beberapa Negara Tahun 2003-2007 .................
7
4.
Ekspor Karet Alam Thailand Menurut Negara Tujuan 2002-2007 ...........
8
5.
Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan 2004-2009 ..........
9
6.
Ekspor Karet Alam Malaysia Menurut Negara Tujuan 2006-2010 ...........
9
7.
Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian ...........................................
28
8.
Perkembangan Harga Minyak Dunia Tahun 2004-2009 (US$/Barrel) ...........................................................................................
42
Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet Alam di Thailand, Tahun 2000-2009.................................................................
43
Luas Areal Perkebunan Karet Alam di Indonesia menurut Pengusahaannya, Tahun 2000-2009 ........................................................
43
Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Indonesia, Tahun 2000-2009 ...............................................................
44
Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Malaysia, Tahun 1998-2009 ................................................................
45
Volume dan Nilai Ekspor Karet Alam di Thailand, Indonesia dan Malaysia, Tahun 1999-2009 ....................................................................
49
Harga Domestik Karet Alam Thailand (Baht/kg), Indonesia (Rp/kg) dan Malaysia (RM Sen/kg), Tahun 2000-2009 ........................................
52
15.
Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Thailand ......................
54
16.
Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Indonesia ......................
58
17.
Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Malaysia .......................
64
18.
Pengaruh Masing-Masing Variabel yang Diuji pada Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia ..........................................................
68
Uji Autokorelasi .....................................................................................
71
9. 10. 11. 12. 13. 14.
19.
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1.
Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional (1999-2009) ..............
4
2.
Harga Komoditi Relatif ...........................................................................
18
3.
Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................
25
4.
Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia, Tahun (2000-2009)..............
39
5.
Produksi dan Konsumsi Karet Sintetis Dunia, Tahun 2000-2009 .............
40
6.
Perkembangan Harga Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia (2000-2009) ............................................................................................
41
Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Thailand, Tahun 2000-2009 ....................................................................................
47
Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Indonesia, Tahun 2003-2009 ....................................................................................
47
Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Malaysia, Tahun 2001-2009 ....................................................................................
48
Perkembangan Ekspor Karet Alam Thailand ke Cina, Indonesia ke AS dan Malaysia ke Eropa, Tahun 2001-2009 ...............................................
50
7. 8. 9. 10.
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1.
Data-Data Penelitian ...............................................................................
80
2.
Hasil Perhitungan Analisis Berganda pada Negara Thailand ....................
82
3.
Hasil Perhitungan Analisis Berganda pada Negara Indonesia ..................
83
4.
Hasil Perhitungan Analisis Berganda pada Negara Malaysia ...................
85
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditi industri hasil tanaman tropis
yang
prospektif
dan
mempunyai
peranan
penting
dalam
mendukung
perekonomian suatu negara. Komoditas karet alam memiliki berbagai macam kegunaan terutama sebagai bahan baku berbagai produk industri khususnya industri otomotif. Pada dasarnya industri karet dunia terbagi atas dua jenis, yakni karet alam dan karet sintetis. Karet sintesis adalah karet yang memerlukan minyak mentah dalam proses pembuatannya, sedangkan karet alam adalah karet yang diperoleh langsung dari tanaman karet. Adapun kelebihan-kelebihan karet alam dibanding karet sintetis adalah memiliki daya elastisitas atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga memudahkan pengolahannya, mempunyai data aus yang tinggi, tidak mudah panas (low heat bulid up) dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance). Walaupun demikian, karet sintetis juga memiliki kelebihan, antara lain tahan terhadap zat kimia dan harganya yang cenderung dapat dipertahankan (Zuhra, 2006). Budiman (2005) menguraikan beberapa manfaat dalam pembangunan tanaman karet adalah: 1) Pohon karet memberikan hasil sadapan harian selama 25 tahun tanpa henti, 2) Selain menghasilkan elastomer yang sangat dibutuhkan dunia, pohon karet juga menghasilkan kayu unggulan di akhir masa sadapan, 3) Pohon karet memberikan banyak manfaat pelestarian lingkungan seperti cadangan air dan konservasi lahan. Pembangunan tanaman karet juga bermanfaat secara ekonomi untuk pembentukan pusat pertumbuhan ekonomi. Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang adalah biji karet (Zuhra, 2006). Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein serta semua asam amino essensial yang dibutuhkan oleh tubuh terhitung tinggi didalam biji karet. Agar biji karet dapat dimanfaatkan maka harus diolah terlebih dahulu. Dewasa ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam dunia jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik (Tabel 1). Walaupun karet alam jumlah
produksi dan konsumsinya di bawah karet sintetis, namun sesungguhnya kebutuhan akan karet alam di pasar dunia masih belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis sehingga beberapa
industri seperti ban radial tetap
memiliki
ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam. Bahkan, prospek perkaretan dunia diperkirakan akan semakin cerah dengan semakin kuatnya kesadaran akan lingkungan yang lebih sehat dan beberapa pabrik ban terkemuka yang ada di dunia mulai memperkenalkan jenis ban “green tyres” yang kandungan karet alamnya lebih banyak (semula 30-40% menjadi 60-80%). Selain itu pula jumlah perusahaan industri polimer yang menggunakan bahan baku karet alam diperkirakan juga akan meningkat (Ditjenbun, 2008).
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia Tahun 1998-2010* Produksi (Ribu Ton) Konsumsi (Ribu Ton) Tahun
Karet
Karet
Alam
Sintetis
Total
Karet
Karet
Alam
Sintetis
Total
1998
6,634
9,880
16,514
6,570
9,870
16,440
1999
6,577
10,390
16,967
6,650
10,280
16,930
2000
6,762
10,870
17,632
7,340
10,830
18,170
2001
7,332
10,483
17,815
7,333
10,253
17,586
2002
7,326
10,877
18,203
7,556
10,874
18,430
2003
8,020
11,341
19,361
7,952
11,348
19,300
2004
8,746
11,961
20,707
8,718
11,840
20,558
2005
8,904
12,100
21,004
9,200
11,900
21,100
2006
9,791
12,653
22,444
9,677
12,691
22,368
2007
9,801
13,387
23,188
10,144
13,264
23,408
2008
10,036
12,743
22,779
10,173
12,603
22,776
2009
9,617
12,087
21,704
9,390
11,754
21,144
2010*
2,360
3,247
5,607
2,469
3,160
5,629
Sumber: IRSG, 2010 ( * Januari-Maret)
2
Makin pentingnya peranan karet alam dalam kebutuhan hidup sehari-hari manusia, memicu perkembangan ekonomi karet alam dunia baik dari sisi produksi maupun konsumsi yang cenderung terus mengalami peningkatan. Produksi karet alam dunia dalam kurung waktu tahun 1998-2009 menunjukkan peningkatan sebesar 45 persen dari 6.634 ribu ton menjadi 9.617 ribu ton. Konsumsi karet alam dunia cenderung meningkat selama tahun 1998-2009. Konsumsi tertinggi karet alam tercatat pada tahun 2008, yaitu sebesar 10.173 ribu ton meningkat hampir 55 persen dari tahun 1998 (IRSG, 2010). Konsumsi karet sintetis dunia yang juga semakin meningkat terjadi karena didorong oleh perkembangan industri-industri barang jadi khususnya disebabkan oleh naiknya permintaan akan kendaraan bermotor. Sebagian besar industri kendaraan bermotor menggunakan karet sintetis sebagai bahan baku berbagai komponen kendaraan bermotor, salah satunya adalah ban. Permintaan karet alam di pasar dunia cenderung lebih besar dibandingkan dengan penawaran (supply) dari negara-negara produsen karet alam yang ada di dunia. Pada tahun 2007 dan 2008 pasokan karet alam dunia mengalami defisit produksi sebesar 343.000 metrik ton begitu juga pada tahun 2008 sebesar 137.000 metrik ton (IRSG, 2010). Hal ini menggambarkan bahwa produksi karet alam tidak bisa mengimbangi permintaan atau konsumsi karet alam dunia yang semakin meningkat. Keadaan ini memberikan peluang yang besar kepada produsen untuk meningkatkan produktivitas karet alam yang dihasilkan oleh negaranya. Keadaan ini juga menjadi salah satu penyebab harga karet alam dunia menjadi fluktuatif. Melihat perkembangan harga karet alam dari tahun 1999-2009 memang menunjukkan tingkat fluktuasi harga yang cukup tinggi (Gambar 1). Harga terendah terjadi pada akhir tahun 2001 yakni mencapai 45 USC/kg dan perkembangan positif harga karet alam mulai terjadi kembali pada pertengahan tahun 2002. Bahkan, pertengahan tahun 2008 harga mencapai puncak tertinggi sepanjang sejarah karet alam yakni sekitar 330 USC/kg. Peningkatan harga yang terjadi pada karet alam ini lebih dikarenakan kenaikan harga minyak mentah dunia yang juga merupakan bahan baku pembuatan karet sintetis. Karet sintetis merupakan komoditi komplementer dan juga sebagai substitusi karet alam
3
sehingga ketika harga karet sintetis naik secara tidak langsung ikut mendorong peningkatan harga karet alam di pasar internasional. Fluktuasi harga ini cenderung menyebabkan pesimisme ekspor, terutama karena andalan ekspor adalah komoditi primer yang dalam realitas selalu didorong oleh ketidakstabilan harga pasar terutama dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, komoditi primer menghadapi trend sirkuler harga yang cenderung menurun.
Gambar 1. Perkembangan Harga Karet Alam Dunia, Tahun 1999-2009 Sumber: Gapkindo, 2009
\
Kemudian pada akhir tahun 2008 harga karet kembali turun yang diakibatkan terjadinya krisis ekonomi global yang menyebabkan melemahnya industri otomotif sebagai basis utama industri karet alam. Hingga dampaknya secara nyata mengakibatkan permintaan karet alam dunia melemah dan menimbulkan trend harga yang cenderung menurun di pasar internasional pada kisaran harga 170 USC/kg pada bulan Oktober bahkan pada Juni 2009 harga karet alam hanya 140 USC/kg. Proyeksi permintaan karet alam dunia pada tahun 2020 menurut International Rubber Study Group akan mencapai 10,9 juta ton dengan rata-rata 4
pertumbuhan konsumsi per tahun sebesar 9 persen, sehingga akan terjadi kekurangan pasokan karet bila karet tidak mengalami pertumbuhan yang tinggi (diatas 9 persen). Mayoritas permintaan karet alam berasal dari sektor kendaraan bermotor, terutama industri ban. Pasar karet terbesar ialah Negara Cina, yang diperkirakan akan mengkonsumsi lebih dari sepertiga dari semua permintaan karet di dunia
atau sekitar 30 persen dari pasar karet global pada tahun 2013.
Permintaan produk karet non-ban juga akan meningkat akibat naiknya tingkat industrialisasi di negara-negara berkembang. Permintaan untuk karet sintetis dunia diperkirakan akan sedikit lebih kecil dibandingkan permintaan karet alam sampai pada tahun 2013. Kapasitas produksi karet sintetis dunia mencapai lebih dari 12 juta metrik ton pada akhir tahun 2008. Pada tahun 2008 produksi karet alam terkonsentrasi di benua Asia, diantaranya dari Negara Thailand, Indonesia, Malaysia, India, Vietnam dan Cina yang memproduksi 90 persen dari total produksi karet alam dunia. Komoditi karet yang masuk dalam pasar internasional memiliki peranan yang sangat penting. Setiap negara produsen berusaha untuk memanfaatkan karet sebagai penghasil devisa. Munculnya negara industri baru, perekonomian dunia yang semakin baik dan berkembang serta jumlah penduduk yang semakin meningkat menyebabkan karet akan terus dimanfatkan. Penting dan strategisnya komoditi karet alam ini tidak hanya dirasakan oleh negara-negara produsen karet alam, seperti Indonesia, Vietnam, India, Thailand dan Malaysia, tetapi juga dirasakan oleh negara-negara konsumen atau pengimpor. Negara-negara konsumen mempunyai kepentingan yang kuat akan kesinambungan pasokan karet alam sebagai bahan baku industri strategis, seperti industri ban otomotif, industri peralatan militer, industri sarana medis (sarung tangan, kondom, catheter) dan lain-lain. Di satu pihak, negara-negara produsen menginginkan harga yang tinggi, namun di lain pihak, negara-negara konsumen menginginkan harga yang rendah. Oleh karena itu, keseimbangan antara produksi karet alam (yang dipasok oleh negara-negara produsen) dengan konsumsi (untuk kebutuhan industri di negara-negara konsumen), sangat menentukan terciptanya harga yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak (IRCo, 2010).
5
1.2.
Rumusan Masalah Pasokan karet alam di pasaran dunia didominasi oleh Negara Thailand,
Indonesia dan Malaysia. IRSG memberikan gambaran pangsa ekspor karet alam pada tahun 1987 untuk Malaysia sebesar 40 persen, untuk Indonesia sebesar 28 persen dan Thailand sebesar 22 persen dari total ekspor dunia. Namun pada tahun 1990 kondisi mulai berubah, Thailand, dan Indonesia berhasil menggeser posisi Malaysia. Perubahan yang terjadi yaitu Thailand produksinya meningkat menjadi sebesar 1,34 juta metrik ton sedangkan Indonesia sebesar 1,3 juta metrik ton dan Malaysia sebesar 1,2 juta metrik ton. Hal ini disebabkan karena produksi karet alam Thailand yang mengalami pertumbuhan produksi yang relatif tinggi, sedangkan Indonesia mengalami perkembangan yang fluktuatif. Di pihak lain, Malaysia mengalami penurunan produksi yang disebabkan beberapa faktor antara lain semakin mahalnya upah tenaga kerja dan semakin meningkatnya persaingan penggunaan lahan lain terutama kelapa sawit. Keadaan ini menggambarkan semakin ketatnya persaingan karet alam ketiga produsen utama di pasar internasional. Di pihak lain timbul persaingan dari negara produsen karet sintetis yang bahan bakunya berasal dari minyak bumi. Tetapi dari segi penggunaan, karet alam memiliki spesifikasi teknis tersendiri sehingga tidak mudah untuk disubtitusikan dengan karet sintetis.
Tabel 2. Jumlah Produksi Karet Dunia pada Tahun 2000-2009 (dalam ribu ton) Negara Tahun Sri Thailand Indonesia Malaysia Vietnam Philipines Langka 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
2.346,4 2.319,6 2.615,1 2.876,0 2.984,3 2.987,2 3.137,0 3.056,0 3.090,0 3.164,0
1.501,1 1.607,3 1.630,3 1.792,2 2.066,2 2.270,7 2.637,0 2.755,0 2.751,0 2.440,0
927,6 882,1 889,8 985,6 1.168,7 1.126,0 1.284,0 1.200,0 1.072,0 857,0
290,8 312,6 331,4 363,5 402,7 509,0 555,4 605,8 660,0 723,7
87,6 86,2 90,5 92,0 94,7 104,4 109,2 117,6 129,2 136,9
67,0 71,0 76,0 84,0 80,0 79,0 87,9 101,0 102,8 97,7
Sumber: ANRPC Bulletin, November 2010
6
Tabel 2 memperlihatkan beberapa negara penghasil karet alam di dunia. Tingkat produksi karet alam tertinggi dihasilkan oleh negara-negara di kawasan Benua Asia khususnya Asia Tenggara. Adapun tingkat produksi yang tertinggi, yaitu Thailand dengan jumlah produksi setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan. Produksi Thailand tahun 2009 adalah sebesar 3.164 ton. Produksi karet alam Indonesia menempati urutan kedua dengan jumlah produksi dari tahun 2000 sampai 2009 meningkat. Kenaikan produksi terbesar dari tahun 2006 sampai tahun 2008. Sedangkan posisi ketiga yaitu Malaysia dengan tingkat produksi pada tahun 2009 mencapai 857.000 ton. Sementara itu dari sisi konsumsi, Cina, Amerika Serikat dan Jepang adalah negara-negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar (Tabel 3). Peningkatan konsumsi karet alam di kawasan Asia terjadi karena pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut yang memunculkan industri berbasis karet alam yang baru misalnya Negara Cina dan India. Data IRSG tahun 2008 menunjukkan bahwa konsumsi karet alam Cina mengalami pertumbuhan sebesar 67,2 persen selama tahun 2003-2007.
Tabel 3. Konsumsi Karet Alam di Beberapa Negara Tahun 2003-2007 (ton) Negara
Tahun
Total
2003
2004
2005
2006
2007
Cina
1.525.000
2.000.000
2.150.000
2.400.000
2.550.000
10.625.000
AS
1.078.000
1.143.600
1.159.200
1.003.100
1.018.400
5.402.800
Jepang
784.200
814.800
857.400
873.700
888.400
4.218.100
India
717.124
745.300
789.200
815.100
851.000
3.917.724
Kor Sel
332.600
351.700
369.800
363.600
377.300
1.795.000
Brazil
255.500
284.900
301.800
286.800
330.700
1.459.700
Jerman
260.300
242.300
263.000
269.200
283.300
1.318.100
Perancis
300.200
230.100
230.000
219.600
220.100
1.200.000
Kanada
146.200
146.000
156.400
145.100
138.400
732.100
138.00
142.100
148.000
146.000
146.300
720.400
Italia
Sumber: International Rubber Study Group (IRSG), 2008
Ketiga negara produsen utama karet alam dunia yaitu Negara Thailand, Indonesia, dan Malaysia memiliki tujuan ekspor yang berbeda atau dengan kata 7
lain memiliki pangsa pasar yang berbeda-beda. Selama ini, sekitar 70 persen kebutuhan karet alam Negara Cina dipenuhi atau dipasok oleh Negara Thailand. Selain ke Cina, Thailand juga mengekspor karet alamnya ke Negara Jepang, Malaysia dan beberapa negara lainnya. Di sisi lain Indonesia memiliki kecenderungan mengekspor karet alam ke Negara Amerika Serikat. Negara Indonesia secara kontinyu mengekspor karet alamnya ke Negara Amerika Serikat dalam volume atau jumlah yang besar. Sedangkan Malaysia cenderung mengekspor karet alamnya ke negara-negara yang ada di Benua Eropa khususnya negara-negara di Eropa bagian Barat, yaitu Jerman, Inggris, Spanyol, Belgia, Belanda, Prancis dan Italia.
Tabel 4. Ekspor Karet Alam Thailand Menurut Negara Tujuan 2002-2007 (ton) Tahun Negara
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Cina
463,637
650,898
619,800
573,385
747,168
827,369
Jepang
498,854
542,837
525,654
540,485
497,740
405,598
Malaysia
363,651
365,486
383,695
403,506
442,664
423,049
USA Korea Selatan
382,317
278,693
249,196
237,858
210,784
213,081
138,756
165,832
171,668
185,308
173,476
151,824
Uni Eropa
266,392
294,239
291,670
281,090
261,882
270,543
Lain-Lain
321,809
275,465
395,413
410,766
442,959
412,298
Total
2.354,416 2.573,450
2.637,096 2.632,398 2.771,673 2.703,762
Sumber: Rubber Research Institute of Thailand
Tabel 4 menunjukkan negara-negara yang menjadi tujuan ekspor karet alam Thailand. Terlihat bahwa Negara Cina adalah tujuan ekspor utama selama tahun 2002-2007. Pada tahun 2007 pangsa pasarnya mencapai 70 persen dari total karet alam yang diekspor oleh Thailand. Selain ke Cina, Thailand juga mengekspor karet alamnya ke Negara Jepang dan Malaysia. Disisi lain menunjukkan bahwa Negara Amerika Serikat (USA) telah menjadi tujuan ekspor utama karet alam Indonesia (Tabel 5). Amerika Serikat sudah seperti pasar tradisional karet alam Indonesia. Pada tahun 2004 pangsa pasar karet alam Indonesia di USA sebesar 67 persen.
8
Tabel 5. Ekpor Karet Alam Indonesia Menurut Negara Tujuan 2004-2009 (Ton) Tahun
Tujuan
2004 2005 2006 2007 Japan 225,214 260,604 357,539 397,776 Korea 76,794 74,813 90,593 93,091 China 197,536 249,791 337,222 341,821 Singapura 85,591 115,084 135,406 161,255 USA 627,868 669,120 590,946 644,270 Kanada 70,566 71,769 66,045 53,628 Brazil 58,836 55,016 48,360 65,749 Prancis 30,969 32,144 42,989 48,197 Jerman 71,808 61,974 82,100 80,809 Belgia 44,992 34,939 42,513 41,692 Lain-lain 384,087 398,527 492,284 478,488 Total 1,874,261 2,023,781 2,285,997 2,406,776
2008 2009 400,693 272,878 106,460 99,548 318,841 457,118 151,260 100,165 622,167 394,307 59,163 51,210 77,066 58,507 46,380 30,083 57,705 36,639 31,573 17,010 424,148 473,798 2,295,456 1,991,263
Sumber: Gapkindo, 2010
Tabel 6. Tujuan Ekspor Malaysia (2006-2010*) 2001 85,448 274,589
2002 129,387 274,047
2003 207,361 267,936
Tahun 2004 288,761 310,890
57,574
58,882
69,165
63,636
66,698
51,791
13,219
USA Iran Brazil Taiwan Turkey South Africa
65,762 59,797 24,577 11,662 23,750
80,767 44,943 41,108 14,099 23,683
76,542 48,387 29,364 13,949 25,107
74,224 54,533 36,828 17,991 24,774
64,706 45,010 32,403 20,458 19,792
53,541 40,180 33,624 16,107 21,361
10,065 10,003 7,721 4,136 5,138
23,450
28,301
23,768
21,583
14,131
15,306
4,033
Japan Others Total
17,732 176,513 820,854
13,837 117,995 887,019
10,624 174,272 946,475
13,005 202,905 1,109,130
9,347 190,020 1,137,551
7,554 145,068 916,599
5,777 34,608 226,880
Negara China Eropa South Korea
2006 405,616 269,370
2008 301,178 230,889
2010* 79,703 52,477
Sumber : Department of Statistics, Malaysia (*Januari – Maret)
Tabel 6 menunjukkan negara-negara yang menjadi tujuan utama ekspor karet alam Malaysia. Pada tabel tersebut terlihat bahwa Eropa adalah salah satu tujuan ekspor utama selama tahun 2001-2010. Pada periode waktu sebelumnya juga terlihat bahwa Malaysia memiliki kecenderungan mengekspor karet alamnya 9
ke negara-negara yang ada di Eropa. Negara-negara tersebut diantaranya Jerman, Prancis, Belanda, Italia, Inggris, Spayol, dan Belgia. Tahun 2001 jumlah karet yang diekspor ke Eropa yaitu sebesar 274.589 ton namun pada tahun 2002-2003 terjadi penurunan volume karet alam yang diekspor ke negara-negara Eropa . Lalu pada tahun 2004 terjadi peningkatan yang sangat tajam yaitu meningkat 87 persen dari ekspor tahun sebelumnya. Adanya perbedaan negara tujuan ekspor dari negara produsen utama karet alam dunia ini menuntut setiap negara agar menyusun strategi dalam meningkatkan kuantitas (produksi dalam negeri) maupun kualitas dan mutu dari karet alam yang dihasilkan oleh masing-masing negara. Dengan melihat adanya perkembangan pemakaian karet alam yang semakin meluas dan masih terbukanya perdagangan karet alam di pasar dunia berarti Thailand, Indonesia dan Malaysia masih mempunyai peluang yang sangat besar untuk meningkatkan pangsa pasarnya di pasaran internasional. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keragaan karet alam di pasar internasional atau dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis keragaan karet alam di pasar internasional atau dunia, Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
2.
Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
1.4.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik bagi penulis maupun
pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 10
1. Bagi
penulis,
penelitian
ini
berguna
untuk
mengembangkan
dan
mengimplementasikan ilmu yang sudah dipelajari agar lebih bermanfaat lagi serta melatih diri dalam berpikir dan menuangkan ide pemikirannya. 2. Bagi pemerintah dan asosiasi/lembaga karet alam (khususnya Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia) sebagai pembuat keputusan, penelitian ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ekspor karet alamnya. 3. Bagi akademisi, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi atau rujukan untuk menganalis masalah yang sama.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Perdagangan Internasional Pada awalnya perdagangan internasional merupakan pertukaran dalam arti
perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa sekarang (saat terjadinya transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara atau internasional dengan aset-aset yang mengandung risiko seperti saham, valuta asing dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak bahkan semua negara yang terkait didalamnya sehingga
memungkinkan
setiap
negara
melakukan
diversifikasi
atau
penganekaragaman kegiatan perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka (Halwani, 2002). Perdagangan internasional mempunyai keuntungan bagi suatu negara dari sisi produksi dan konsumsi. Perdagangan mendorong manusia mengkonsumsi barang dan jasa dengan harga yang lebih murah melalui impor. Perdagangan juga memungkinkan manusia dapat mengkonsumsi produk dari seluruh dunia yang tidak dihasilkan oleh produsen dalam negeri. Perdagangan internasional memacu pengalokasian sumberdaya secara lebih efisien. Sektor ekonomi yang kurang efisien dan dapat terpenuhi melalui impor dialihkan ke sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan negara lain. Pendugaan
parameter
fungsi
ekspor
yang
berhubungan
dengan
perdagangan internasional dari suatu komoditi telah lama diketahui. Memahami pergeseran ekspor akan mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan perdagangan internasional komoditi tersebut. Malian (2003) menggunakan pendekatan Macroeconomic Models dengan Path Analysis untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor produk pertanian dan produk industri pertanian Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa peubah kebijakan yang mempengaruhi secara dominan ekspor produk pertanian adalah nilai tukar riil dan investasi pemerintah di sektor pertanian, sementara yang mempengaruhi ekspor produk industri pertanian adalah
nilai tukar riil. Untuk meningkatkan nilai ekspor produk pertanian dan produk industri pertanian, maka pemerintah perlu mempertahankan nilai tukar riil pada suatu tingkat yang dapat mendorong ekspor. Di samping itu, pemerintah juga perlu meningkatkan investasi pemerintah di sektor pertanian, khususnya terhadap berbagai komoditas yang memiliki orientasi dan potensi ekspor. Sinaga (2007) menganalisis aliran perdagangan komoditi karet alam Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi di negara tujuan (kasus lima negara tujuan ekspor utama) menyimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang berpengaruh signifikan dari enam faktor sebagai variabel yang menyusun gravity model aliran perdagangan karet alam Indonesia, yaitu variabel GDP negara tujuan dan variabel nilai ekspor ban negara tujuan. Salah satu negara tujuan ekspor yang diteliti adalah Amerika Serikat. Amerika Serikat termasuk salah satu importir karet alam terbesar dunia, selain itu juga merupakan negara yang memproduksi karet sintetis terbesar di dunia. Walaupun Amerika Serikat memproduksi karet sintetis, namun negara ini juga mengimpor karet alam. Hal ini disebabkan oleh besarnya tingkat konsumsi sektor industri terhadap karet. Ekspor karet alam ini diperlukan oleh industri-industri otomotif dan ban di Amerika Serikat sebagai bahan baku. Selain sektor industri otomotif dan ban, industri di Amerika Serikat yang membutuhkan karet utama adalah pabrikasi, elektronik serta pertambangan. Lestari (2010) meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor karet alam Indonesia. Data yang digunakan ialah volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam domestik, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, volume ekspor karet alam bulan sebelumnya (lag ekspor), harga karet alam domestik, harga karet alam dunia dan harga karet sintetis dunia. Variabel independen yang berpengaruh signifikan secara individu pada taraf nyata lima persen, yaitu: volume produksi karet alam domestik, konsumsi karet alam domestik dan harga karet sintetis dunia.
2.2.
Penelitian Terdahulu Berbagai studi tentang perdagangan karet alam di pasar internasional telah
dilakukan. Beberapa studi di antaranya menggunakan model regresi sebagai alat analisisnya, antara lain regresi sederhana, dimana harga ditempatkan sebagai 13
peubah bebas (independent variable) dan jumlah produksi maupun supply ekspor dijadikan sebagai peubh tidak bebas (dependent variable). Studi-studi lainnya ada yang menggunakan regresi berganda, baik dengan menggunakan persamaan tunggal
(single
equation)
maupun
menggunakan
persamaan
simultan
(simultaneous equation). Sedangkan data yang digunakan tergantung dari keperluannya. Sebagian menggunakan data deret berkala (time series) menurut bulan, triwulan, semester, atau tahun, dan sebagian lagi ada yang menggunakan data silang waktu (cross section) dengan petani produsen maupun eksportir produsen sebagai unit analisanya. Elwanmendri (2000) menganalisa tentang perdagangan karet alam antar negara produsen utama dan Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan pendekatan penawaran dan permintaan yang dirumuskan sebagai model ekonometrika dalam bentuk persamaan simultan. Model diduga dengan pangkat dua terkecil tiga tahap (Three Stage Least Squares = 3SLS), menggunakan data sekunder periode 1970-1997. Hasil penelitian analisis simultan ini di antaranya: negara produsen utama akan mendapatkan keuntungan devisa jika terjadi kenaikan nilai tukar riil efektif masing-masing negara bersangkutan (Indonesia, Malaysia dan Thailand); apabila kenaikan nilai tukar terjadi secara bersama-sama maka semua negara produsen utama karet alam mendapatkan keuntungan devisa, demikian pula dengan Amerika Serikat; perubahan produksi karet di tiga negara produsen akan menguntungkan Indonesia dan Thailand, sebaliknya Malaysia mengalami kerugian berupa penurunan devisa; apabila terjadi perubahan produksi kelapa sawit di tiga negara produsen, akan menguntungkan Indonesia, dan sebaliknya Malaysia dan Thailand mengalami kerugian berupa penurunan devisa; apabila kenaikan nilai tukar riil efektif terjadi di tiga negara produsen, dan diikuti oleh perubahan produksi karet dan kelapa sawit, maka Indonesia dan Thailand akan mendapatkan keuntungan berupa kenaikan devisa. Sementara Hendratno (2008) melakukan penelitian terhadap permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara Cina menggunakan model regresi berganda dengan variabel volume ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina, harga ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina, harga karet sintetis dunia, nilai tukar Yuan terhadap Dollar US dan GDP per-kapita Cina. Penelitian ini menyimpulkan 14
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara Cina adalah harga ekspor karet alam Indonesia ke Negara Cina tahun sebelumnya, harga karet sintetis dunia, GDP per-kapita Cina, nilai tukar Yuan terhadap Dollar US dan lag ekspor tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan selanjutnya dikembangkan ke arah studi pada faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam di tiga negara produsen utama karet alam dunia. Hal ini dilakukan mengingat pentingnya mengetahui lebih lanjut mengenai alasan atau faktor-faktor yang mendasari suatu negara produsen mengekspor karet alamnya ke negara pengimpor utama serta mengatasi permasalahan volume ekspor karet alam yang tidak stabil atau cenderung menurun bagi ketiga negara. Melihat besarnya tingkat konsumsi karet alam dunia, memberi peluang bagi perluasan pasar karet alam dunia untuk menjadi sasaran baru bagi negara produsen utama karet alam (Thailand, Indonesia, dan Malaysia) untuk melakukan peningkatan ekspor.
15
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Teori Perdagangan dan Pembentukan Harga Pasar Internasional Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan setempat (dalam negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan cara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi karena setiap negara dengan negara mitra dagangnya mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim penduduk, sumberdaya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik, dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut diatas, maka atas dasar kebutuhan saling menguntungkan maka terjadilah proses pertukaran yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional (Halwani, 2002). Pass (1997) menerjemahkan perdagangan internasional, yaitu pertukaran barang dan jasa antar negara berdasarkan keunggulan komparatif yang dimiliki negara-negara dalam menyediakan produk-produk tertentu, yang memberikan dasar dari suatu pembagian kerja internasional atau lokasi produksi. Keunggulan komparatif antar negara menggambarkan struktur biaya yang berbeda. Perbedaan struktur biaya dalam keunggulan komparatif menetukan daya saing harga dan daya saing produk. Faktor-faktor keunggulan komparatif adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, modal, skala ekonomi dan diferensiasi. Harga-harga relatif dari berbagai komoditi di masing-masing negara merupakan landasan bagi berlangsungnya hubungan dagang yang menguntungkan antara kedua belah pihak. Lipsey (1997) menyatakan bahwa perdagangan internasional diartikan sebagai pertukaran barang dan jasa yang terjadi melampaui batas-batas negara. Perdagangan internasional diperlukan untuk mendapatkan manfaat yang dimungkinkan oleh spesialisasi. Masing-masing negara akan memproduksi barang
dan jasa yang dapat dilakukan secara efisien sementara negara tersebut akan berdagang dengan negara lain untuk memperoleh barang dan jasa yang tidak diproduksinya. Selanjutnya Limbong dan Sitorus (1987) mengemukakan bahwa ada beberapa pendekatan untuk melihat perdagangan atau menilai hubungan perdagangan antar daerah atau negara, yaitu pendekatan analisis kependudukan, analisis masukan keluaran dan program linear. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, tidak semua negara menghasilkan komoditi yang diperdagangkan, dan adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu (Gonarsyah, 1987). Selanjutnya Salvatore (1997) mengemukakan bahwa pada dasarnya model perdagangan internasional harus berlandaskan empat hubungan utama: hubungan antara batas-batas kemungkinan produksi dengan kurva penawaran relatif, hubungan antara harga-harga relatif, penentuan keseimbangan dunia dengan penawaran relatif dunia dan permintaan relatif dunia, dan dampak-dampak atau pengaruh nilai tukar perdagangan (term of trade) yakni harga ekspor dari suatu negara dibagi dengan harga impornya terhadap kesejahteraan suatu negara. Menurut Sukirno (1993), manfaat perdagangan internasional sebagai berikut: memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan, dan transfer teknologi modern. Proses terjadinya perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 1. Asumsi yang digunakan adalah hanya dua negara yaitu negara 1 dan negara 2 dan hanya satu jenis komoditi yaitu komoditi X. Oleh karena itu, analisis ini bersifat parsial (Salvatore, 1997). Kurva Dx dan Sx masing-masing melambangkan kurva permintaan dan kurva penawaran komoditi X di negara 1 dan 2. Sumbu Y menunjukkan harga komoditi (Px), sedangkan sumbu X mengukur kuantitas komoditi tersebut.
17
Gambar 2. Harga Komoditi Relatif Sumber: Salvatore, 1997
Panel A memperlihatkan bahwa berdasarkan harga P1, kuantitas komoditi X yang ditawarkan (QSx) sama dengan kuantitas yang diminta (QDx) oleh konsumen Negara 1, jadi negara ini tidak akan mengekspor komoditi tersebut sama sekali. Hal ini memunculkan titik A* pada kurva S di Gambar ii (yang merupakan kurva penawaran ekspor Negara 1. Bila Px bergerak naik ke P2, maka akan terjadi kelebihan penawaran bila dibandingkan dengan permintaannya, dan kelebihan itu sebesar BE. Kuantitas BE itu merupakan jumlah komoditi yang akan diekspor Negara 1 pada tingkat harga P2. BE sama dengan B*E* pada gambar ii dan disitulah terletak titik E* yang berpotongan dengan kurva penawaran ekspor komoditi X dari Negara 1. Panel C memperlihatkan bahwa pada saat harga P3, maka penawaran dan permintaan komoditi X di Negara 2 akan sama besarnya (QDx=QSx) sehingga tidak akan mengimpor komoditi tersebut sama sekali. Hal tersebut dilambangkan oleh titik A” yang terletak pada kurva permintaan impor Negara 2 (kurva D) yang ada pada Gambar ii. Bila harga bergerak turun ke P2, maka akan terjadi kelebihan permintaan sebesar B’E’. Kelebihan itu sama artinya dengan kuantitas komoditi X yang akan diimpor oleh Negara 2. Jumlah B’E’ sama dengan B*E* pada Gambar iii dimana titik E* berada.
18
Panel B menunjukkan bahwa berdasarkan harga P2, jumlah impor komoditi X yang diminta Negara 2 sama dengan jumlah ekspor yang ditawarkan Negara 1. Hal ini diperlihatkan oleh perpotongan antara kurva D dan kurva S setelah komoditi X diperdagangkan antara dua negara. Apabila Px lebih besar dari P2, maka jumlah ekspor yang ditawarkan akan melebihi jumlah permintaan impor sehingga lambat laun harga relatif komoditi tersebut akan turun sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2. Sedangkan bila Px lebih kecil dari P2, jumlah impor yang diminta akan lebih besar dari jumlah ekspor yang ditawarkan sehingga Px akan naik dan pada akhirnya sama dengan P2. Jadi P2 merupakan harga ekuilibrium untuk komoditi X setelah perdagangan internasional berlangsung. Bila harga yang berlaku di atas P1, maka Negara 1 akan memproduksi lebih banyak komoditi X daripada tingkat permintaan domestiknya. Kelebihan produksi ini selanjutnya akan diekspor ke Negara 2. Di lain pihak, jika harga yang berlaku lebih kecil dari P3, maka Negara 2 akan mengalami peningkatan permintaan yang lebih tinggi daripada produksi dalam negerinya. Hal ini akan mendorong Negara 2 mengimpor kekurangan kebutuhannya dari Negara 1. Secara teoritis, suatu segara (misalnya negara A) akan mengeskpor suatu komoditi karet ke negara lain (negara B) jika harga domestik di negara A sebelum terjadinya perdagangan relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di Negara B. Hal tersebut disebabkan karena adanya kelebihan penawaran (Excess Supply), yaitu produksi domestik melebihi kebutuhan konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di Negara A relatif berlimpah. Dengan demikian Negara A mempunyai kesempatan untuk menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di Negara B terjadi kekurangan supply karet karena konsumsi domestiknya melebihi produksi karet karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (Excess Demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam kesempatan ini Negara B berkeinginan untuk membeli komoditi karet dari negara lain yang harganya lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara Negara A dan Negara B, maka akan terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut. Dalam hal ini Negara A akan mengekspor karet ke Negara B.
19
Harga yang terjadi di pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akan mempengaruhi penawaran dunia sedangkan perubahan dalam konsumsi dunia akan mempengaruhi permintaan dunia. Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi harga dunia. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa ekspor suatu negara sangat dipengaruhi oleh harga domestik, harga internasional serta keseimbangan antara penawaran dan permintaan dunia. Selain itu secara tidak langsung ditentukan oleh perubahan laju nilai tukar (Exchange Rate) mata uang suatu negara terhadap negara lain. Bila nilai tukar suatu negara terhadap negara lain menguat (misalnya Rp/US$), maka harga domestik akan naik terhadap US$. Kenaikan harga domestik tersebut di pasaran internasional mengakibatkan turunya permintaan produk suatu negara di luar negeri (karena harga jual karet naik di pasar luar negeri) sehingga ekspor akan turun. Dengan demikian menguatnya nilai tukar mata uang suatu negara tehadap negara lain akan mengakibatkan penurunan volume ekspor ke negara tersebut. Sebaliknya bila nilai tukar mata uang melemah akan mendorong terjadinya peningkatan ekspor.
3.1.2. Teori Ekspor Pada awalnya, komoditi yang dihasilkan oleh produsen hanya ditawarkan di dalam negeri. Tapi seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan barang dan jasa tersebut serta ada negara yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, maka negara yang dapat menghasilkan suatu komoditi dalam jumlah besar akan mengekspornya ke negara yang membutuhkannya. Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan internasional. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukan atau mengirimnya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima barang atau komoditi tersebut. Kegiatan ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional.
20
Secara umum produk ekspor dan impor dapat dibedakan menjadi dua yaitu barang migas dan barang non migas. Barang migas atau minyak bumi dan gas adalah barang tambang yang berupa minyak bumi dan gas. Barang non migas adalah barang-barang yang berupa minyak bumi dan gas, seperti hasil perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan hasil pertambangan yang bukan berupa minyak bumi dan gas. Menurut Amir (1989) ada tiga hal yang menjadi landasan dalam melakukan kegiatan perdagangan ekspor suatu komoditi, yaitu: komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam biaya produksi dibandingkan dengan biaya produski komoditi yang sama di negara lain, komoditi tersebut diekspor dalam rangka pengamanan cadangan strategis nasional, komoditi tersebut sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen di luar negeri. Saat aktivitas ekspor sudah berjalan atau sedang berjalan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh negara pengekspor, yaitu: persaingan dengan negara produsen yang lain, campur tangan pemerintah di negara konsumen maupun pemerintah di negara pesaing yang bersifat proteksionis, taktik yang sering dilakukan oleh negara konsumen untuk memperoleh komoditi yang murah dan bermutu tinggi serta suplai yang berkesinambungan, dan kemajuan teknologi negara konsumen dalam menciptakan barang subtitusi atau perkembangan teknologi di negara pesaing yang akan mempengaruhi biaya produksi dan mutu komoditi
3.1.3. Model Teoritis Fungsi Ekspor Ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi domestik dikurangi domestik ditambah stok pada akhir tahun lalu (atau awal tahun kini). Secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut: Xt = Qt – Ct + St-1…...…………………………………………..………(1) Dimana: Xt
: jumlah ekspor pada tahun ke-t
Qt
: jumlah produksi domestik pada tahun ke-t
Ct
: jumlah konsumsi domestik pada tahun ke-t
St-1
: jumlah stok awal tahun ke-t atau akhir tahun lalu (tahun ke-t-1) 21
Untuk stok ekspor karet alam dianggap tidak ada atau nol. Sehingga secara matematis adalah sebagai berikut: Xt = Qt – Ct……………………………………………………………...(2) Produksi dalam pengertian umum meliputi semua aktivitas untuk menciptakan barang dan jasa tetapi dalam konsep produksi hanya akan dibicarakan pada masalah barang. Besarnya produksi pada tahun ke-t (Qt) pada dasarnya ditentukan oleh luas areal tanam (yaitu tanaman produktif = At), iklim yang terjadi selama satu tahun atau curah hujan rata-rata (CHt), pemakaian teknologi (yang ditunjukkan dengan produktivitasnya (Tt), harga domestik tahun lalu untuk komoditas pertanian yang bersangkutan (HDt-1) dan barang subtitusinya (HSt-1). Dengan melihat faktor-faktor tersebut maka produksi dapat dirumuskan sebagai berikut: Qt = f( At, CHt, Tt, HDt-1, HSt-1)..………………………………………..(3) Produksi yang dihasilkan tersebut sebagian dikonsumsi di dalam negeri. Besarnya konsumsi tersebut (Ct) tergantung pada harga domestik (HDt), harga barang substitusi (HSt), harga komplementer (HKt), jumlah penduduk (Nt), pendapatan perkapita (YPt), dan selera yang ditunjukkan dengan konsumsi perkapita (CPt). Dengan demikian fungsi konsumsi dapat ditulis sebagai berikut: Ct = f (HDt, HSt, HKt, Nt, YPt, CPt) …………………………………...(4) Dari penjelasan di atas maka fungsi ekspor (Xt) suatu komoditi pertanian dapat dinyatakan sebagai berikut: Xt = f (At, CHt, Tt, HDt-1, HSt-1, HDt-1, Hdt, HSt, HKt, Nt, YPt, CPt) …...(5) Disamping itu faktor-faktor yang mempengaruhi di dalam negeri tersebut, ekspor suatu negara dipengaruhi pula oleh faktor-faktor yang bersasal dari luar negeri. Ada dua faktor yang besar pengaruhnya terhadap ekspor yaitu tingkat nilai tukar atau Exchange Rate (ERt) dan harga komoditas di pasar internasional (HIt). Dan faktor yang bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan yang sangat penting dalam kegiatan ekspor ini adalah jarak antara negara pengekspor dan pengimpor (Jt). Dengan demikian maka fungsi ekspor kini menjadi: Xt = f (At, CHt, Tt, HDt-1, HSt-1, HDt-1, Hdt, HSt, HKt, Nt, YPt, CPt, ERt, HIt, Jt)
…………………………………………………………...(6)
22
Fungsi tersebut di atas berlaku untuk komoditas pertanian secara umum. Setelah fungsi tersebut digunakan pada komoditi karet maka ada beberapa peubah yang dihilangkan karena berpengaruh sangat kecil. Di samping itu ada juga beberapa peubah yang tidak tersedia datanya, sehingga harus dikeluarkan dari fungsi. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet adalah harga ekspor karet alam, volume ekspor tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP negara tujuan, dan nilai tukar negara pengimpor terhadap US$. Fungsi ekspor komoditas karet dinyatakan sebagai berikut: Xt = f(HKt, Qt-1, HDt, HSt, Yt, ERt)
Dimana: Xt
: jumlah/volume ekspor karet alam ke negara tujuan
HKt-1 : harga ekspor karet alam di pasar negara tujuan
3.2.
Qt-1
: jumlah/volume ekspor tahun sebelumnya
HDt
: harga karet alam di pasar internasional (dunia)
HSt
: harga karet sintetis dunia
Yt
: nilai GDP negara pengimpor
ERt
: nilai tukar mata uang/Exchange Rate
Kerangka Pemikiran Operasional Keadaan perkaretan dunia beberapa tahun terakhir ini mengalamai
perubahan struktural, baik dalam industri barang jadinya (otomotif) maupun dalam pasar dan industri karet itu sendiri. Perkembangan industri barang jadi, teknologi radialisasi dan optimalisasi dalam industri ban akan meningkatkan konsumsi karet alam dunia serta menghendaki kualitas bahan baku karet alam yang lebih baik dan konsisten. Selain hal di atas, peningkatan investasi Jepang dalam industri otomotif di Amerika Serikat, juga akan meningkatkan konsumsi karet alam di masa yang akan datang. Semua keadaan ini akan membawa perubahan struktur permintaan
23
terhadap karet alam, yang juga diduga akan mempengaruhi harga karet alam di pasar internasional. Sebagai produsen dan pengekspor karet alam terbesar di dunia Thailand, Indonesia dan Malaysia menjadikan karet alam sebagai penghasil devisa bagi masing-masing negaranya. Walaupun pada saat ini ketiga negara tersebut menjadi pengekspor karet alam terbesar di dunia, ternyata juga mengalami fluktuasi volume ekspor yang disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Di sisi lain, konsumsi karet alam dunia mengalami peningkatan terutama selama periode 2003-2007. Sebelum tahun 2000, Amerika Serikat merupakan negara konsumen terbesar karet alam dunia. Tetapi sesudahnya, Cina menjadi konsumen terbesar diikuti Amerika Serikat, Jepang, India dan Korea Selatan. Dari lima negara konsumen terbesar karet alam dunia, empat diantaranya berada di kawasan Asia. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang pesat di negaranegara kawasan Asia serta adanya relokasi berbasis karet alam khususnya industri ban, dari kawasan Amerika-Eropa ke Asia-Pasifik. Bangkitnya ekonomi China dan India yang berpenduduk terbesar pertama dan kedua dunia, meningkatkan daya beli sebagai dampak kenaikan pendapatan perkapitanya. Pergeseran produksi dan pasaran kendaraan bermotor dan ban sebagai produk ikutannya dari dunia barat ke timur Asia, meniupkan angin segar dan harapan baru bagi peningkatan konsumsi karet alam dunia di masa depan. Peningkatan konsumsi karet alam tersebut merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh negara produsen karet alam utama, khususnya Thailand, Indonesia dan Malaysia dengan cara memperbesar volume ekspor karet alamnya. Karena tujuan ekspor negara produsen utama karet alam ini berbedabeda, maka terlebih dahulu dilakukan analisis tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor karet alam tersebut, meliputi: harga ekspor karet alam, volume ekspor tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, GDP negara tujuan dan nilai tukar mata uang negara pengimpor terhadap Dollar AS. Bagan kerangka pemikiran penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 3.
24
Permintaan karet alam dunia > Penawaran karet alam dunia Harga karet sintetis tinggi
Harga dan volume ekspor karet alam fluktuatif
Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah negara produsen utama karet alam di dunia
Thailand
Indonesia
Malaysia
Cina
AS
Eropa
Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam:
1. harga ekspor karet alam 2. volume ekspor karet alam tahun sebelumnya 3. harga karet alam di pasar internasional (dunia) 4. harga karet sintetis dunia 5. nilai GDP negara pengimpor 6. nilai tukar mata uang atau Exchange Rate
Rekomendasi
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
25
3.3.
Hipotesis Berdasarkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi ekspor karet alam
negara produsen utama, maka hipotesis penelitian ini yaitu: 1. Harga ekspor karet alam mempengaruhi permintaan ekspor karet alam dan memiliki hubungan yang positif. Jika harga ekspor karet alam meningkat maka volume ekspor ke negara tujuan akan meningkat dan begitu pula dengan sebaliknya. 2. Volume ekspor karet alam tahun sebelumnya memiliki hubungan yang positif terhadap volume ekspor karet alam. Semakin besar volume ekspor tahun sebelumnya maka semakin besar volume ekspor tahun t begitu pula dengan sebaliknya. 3. Harga karet alam di pasar internasional (dunia). Harga karet alam dunia bila dilihat dari sisi penawaran, diduga berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam. Bila harga karet alam dunia naik, maka volume ekspor karet juga meningkat. Sebaliknya bila harga karet alam dunia turun, maka volume ekspor juga turun. 4. Harga karet sintetis dunia merupakan representasi dari harga barang subsitusi atas karet alam. Hubungan antara harga karet sintetis terhadap pemintaan ekspor karet alam negara produsen utama (Thailand, Indonesia, dan Malaysia) adalah positif. Jika harga karet sintetis meningkat, maka permintaan ekspor karet alam akan meningkat begitu pula sebaliknya. 5. Nilai GDP negara pengimpor berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor karet alam. Jika GDP meningkat maka permintaan ekspor karet alam akan meningkat pula dan begitu pula sebaliknya. 6. Nilai tukar (Exchange Rate) terhadap mata uang negara tujuan ekspor karet alam berpengaruh negatif terhadap permintaan karet alam di negara eksportir. Jika nilai tukar menguat maka permintaan ekspor karet alam akan meningkat, sebaliknya jika nilai tukar melemah maka permintaan ekspor karet alam akan menurun.
26
IV. METODE PENELITIAN
4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi perumusan masalah,
perancangan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi terkait, pemprosesan data, analisis data, interpretasi dan penarikan kesimpulan serta kegiatan penulisan akhir dilakukan selama 5 bulan pada bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011. Sementara waktu khusus untuk pengumpulan data dilakukan selama Bulan Februari hingga Maret 2011.
4.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa time series data tahunan. Data sekumder merupakan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa menggambarkan keadaan atau kegiatan pada waktu tersebut. Data yang dipakai untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Negara Thailand ke Cina, Indonesia ke Amerika Serikat, yaitu data tahunan tahun 1980 sampai 2009 begitu pula dengan Negara Malaysia ke Eropa (Jerman, Inggris, Spanyol, Belgia, Belanda, Prancis dan Italia). Penelitian ini menggunakan data nasional dan data-data internasional. Data Negara Thailand yang diperlukan adalah tujuan ekspor karet alam Thailand, volume ekspor, dan harga ekspor karet alam Thailand. Data dalam negeri (Indonesia) yang dipakai untuk mendukung identifikasi keadaan karet alam Indonesia adalah berupa harga ekspor karet alam Indonesia, tujuan ekspor karet alam Indonesia dan volume dan nilai ekspor karet alam Indonesia. Data Negara Malaysia yang diperlukan ialah tujuan ekspor karet alam Malaysia, volume ekspor dan harga ekspor karet alam Malaysia. Data internasional yang diperlukan adalah data harga karet alam internasional, harga karet sintetik dunia, nilai tukar atau Exchange Rate (Yuan terhadap US$, Rupiah terhadap US$, dan Euro terhadap US$), nilai GDP (Amerika Serikat, Cina, Eropa).
Tabel 7. Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian No
Data yang Digunakan
Sumber GAPKINDO, Direktorat
1
Volume ekspor, jumlah produksi dalam negeri, dan harga ekspor karet alam Negara Indonesia
Jenderal Perkebunan Indonesia The Thai Rubber Assocation,
2
Volume ekspor, jumlah produksi dalam negeri, dan harga ekspor karet alam Negara Thailand
Rubber Research Institute of Thailand Lembaga Getah Malaysia,
3
Volume ekspor, jumlah produksi dalam negeri, dan harga ekspor karet alam Negara Malaysia
4
Harga karet alam dunia atau pasar internasional
5
Nilai tukar atau Exchange Rate
6
Nilai GDP negara pengimpor
7
Harga karet sintetis dunia atau pasar internasional
4.3.
Department of Statistics Malaysia International Rubber Study Group International Monetery Fund World Trade Organization International Rubber Study Group
Metode Analisis Data dan informasi yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif melalui
metode deskriptif dan model kuantitatif. Analisis kualitatif berupa metode deskriptif digunakan untuk menganalisis keragaan karet alam di pasar dunia dan karet alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia. Metode kuantitaf yang berupa model regresi linier digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor perdagangan karet alam Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Data dianalisis dengan pengujian terhadap peubah yang secara selektif paling berpengaruh. Data diolah menggunakan perangkat lunak program Microsoft Excell 2007 dan SPSS verse 12 yang selanjutnya output hasil olahan diinterpretasikan secara manual. OLS (Ordinary Least Square) digunakan sebagai metode pendugaan pada penelitian ini karena merupakan metode pendugaan ekonometrika yang paling sesuai untuk model regresi, konsisten dan sederhana dengan ganggguan populasi 28
secara normal (Gujarati, 1978). Setelah data tersebut diolah, evaluasi pengujian model akan dilakukan untuk melihat apakah terdapat multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Namun OLS bukan berarti tanpa kelemahan, kelemahan yang terdapat pada metode ini adalah asumsi-asumsi yang terdapat didalamnya harus seluruhnya terpenuhi. Apabila salah satu asumsi tidak terpenuhi, maka akan timbul masalah normalitas heteroskedastisitas, multikolinieritas, autokolerasi, yang dapat merusak sifat kestabilan penduga OLS. Untuk itu diperlukan pengujian terhadap model tersebut. Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi jika model menduga model dengan metode OLS adalah: 1. Normalitas, nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol. E(ei) = 0, untuk i=1, 2, 3, …, n 2. Homoskedastisitas, varian εi = E (εj) = δ2, sama untuk semua kesalahan penggangu. 3. Tidak adanya autokolerasi antara kesalahan penggangu, berarti kovarian (εi, εj) = 0, dimana i≠j. 4. Variabel bebas X1, X2, …, Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan penggangu, E (Xi, ei) = 0 5. Tidak adanya kolieritas ganda antara variebel bebas X. 6. εi ~ N (0 ; δ2), artinya kesalahan penggangu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian δ2.
4.4.
Perumusan Model Karet alam di dalam perdagangan internasional dibedakan atas empat
mutu, yakni: karet lembaran (Rubber Sheet), baik berupa RSS atau USS (Ribbes Smoked Sheet/Un Smoked Sheet); karet spesifikasi teknis (Technical Spesified Rubber); lateks pekat (Latex Cocentrate) serta krepe (Crepe Rubber). Dalam penelitian ini, difokuskan pada mutu karet spesifikasi teknis atau TSR (Technical Spesified Rubber). Untuk karet spesifikasi teknis dari dua negara produsen lainnya (Malaysia dan Thailand), yang setara dengan TSR adalah SMR (Standard Malaysian Rubber) untuk karet Malaysia dan STR (Standard Thailand Rubber) untuk karet Thailand. 29
Perumusan model penting sebagai langkah awal yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antar variabel yang menjadi unsur penyusun model. Model disusun berdasarkan hubungan variabel-variabel yang memenuhi perhitungan logika, dimana perhitungan ekonomi juga terpenuhi.
4.4.1. Thailand ke Cina Penawaran ekspor karet alam Thailand ke Cina jenis TSR (Standard Thailand Rubber) mempunyai fungsi, yakni dipengaruhi oleh harga ekspor karet alam Thailand ke Cina, volume ekspor karet alam Thailand pada tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP Negara Cina, dan nilai tukar Yuan terhadap US$. Bentuk ekonometrika dari fungsi ekspor komoditas karet alam ini adalah sebagai berikut: XTt = β0 + β1HKTt + β2QTt-1 + β3HDt + β4HSt + β5YCt + β6ERYt + eij Dimana: XTt
: jumlah atau volume ekspor karet alam Thailand ke Indonesia
HKTt : harga ekspor karet alam Thailand di Cina QTt-1 : volume ekspor karet lam Thailand ke Cina tahun sebelumnya HDt
: harga karet alam di pasar internasional (dunia)
HSt
: harga karet sintetis dunia
YCt
: nilai GDP Negara Cina
ERYt : nilai tukar mata uang Yuan terhadap Dollar AS eij
: error term
β0
:
konstanta
βn, n=1,2,3,..k
: parameter yang diduga (k=6)
4.4.2. Indonesia ke Amerika Serikat (AS) Berdasarkan kerangka pemikiran teoritis maka tujuan ekspor karet alam Indonesia jenis TSR memiliki pengaruh yang sama dengan fungsi ekspor karet alam Thailand, yakni dipengaruhi oleh harga ekspor karet alam Indonesia ke 30
Amerika Serikat, volume ekspor karet alam Indonesia tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP Negara Amerika Serikat, dan nilai tukar Rupiah terhadap US$. Bentuk ekonometrika dari fungsi ekspor komoditas karet alam ini adalah sebagai berikut: XIt = β0 + β1HKIt + β2QIt-1 + β3HDt + β4HSt + β5YAt + β6ERRt + eij
Dimana: XIt
: jumlah/volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat
HKIt
: harga ekspor karet alam Indonesia di AS
QIt-1
: volume ekspor Indonesia ke AS pada tahun sebelumnya
HDt
: harga karet alam di pasar internasional (dunia)
HSt
: harga karet sintetis dunia
YAt
: nilai GDP Negara Amerika Serikat
ERRt : nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar AS eij
: error term
β0
:
konstanta
βn, n=1,2,3,..k
: parameter yang diduga (k=6)
4.4.3. Malaysia ke Eropa Penawaran ekspor karet alam Malaysia ke Eropa jenis SMR (Standard Malaysian Rubber) mempunyai fungsi perilaku yang sama dengan negara Thailand dan Indonesia, yakni dipengaruhi oleh harga ekspor karet alam Malaysia ke Eropa, volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa pada tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP negara-negara Eropa yang menjadi konsumen utama karet alam Malaysia (Jerman, Prancis, Belanda, Italia, Inggris, Spayol, Belgia), dan nilai tukar Euro terhadap US$. Bentuk ekonometrika dari fungsi ekspor komoditas karet alam ini adalah sebagai berikut: XMt = β0 + β1HKMt + β2QMt-1 + + β3HDt + β4HSt + β5YEt + β6EREt + eij
31
Dimana: XMt
: jumlah/volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa
HKMt : harga ekspor karet alam Malaysia di Eropa QMt-1 : volume ekspor Malaysia ke Eropa pada tahun sebelumnya HDt
: harga karet alam di pasar internasional (dunia)
HSt
: harga karet sintetis dunia
YEt
: nilai GDP negara-negara Eropa (Jerman, Prancis, Belanda, Italia, Inggris, Spayol, dan Belgia)
EREt : nilai tukar mata uang Euro terhadap Dollar AS eij
: error term
β0
:
konstanta
βn, n=1,2,3,..k
4.5.
: parameter yang diduga (k=6)
Definisi Operasional Untuk memahami secara jelas variabel dalam perumusan model ekspor
karet alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia yang digunakan dalam operasional penelitian, maka dijelaskan terlebih dahulu pengertian-pengertian dari variabel yang digunakan. Definisi variabel tersebut adalah: 1. Harga ekspor karet alam di negara tujuan dalam satuan US$/ton, yaitu harga ekspor karet alam Thailand ke Cina, harga ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat, dan harga ekspor karet alam Malaysia ke Eropa. 2. Volume ekspor karet alam pada tahun sebelumnya adalah total ekspor karet alam yang diimpor oleh negara tujuan pada tahun sebelumnya. Dinyatakan dalam satuan metrik ton. 3. Harga karet alam dunia adalah harga karet alam jenis Technically Specified Rubber (TSR 20) di bursa komoditi Singapura (SICOM), dinyatakan dalam satuan US$/ton. Singapura adalah salah satu tempat perdagangan utama komoditi karet alam dunia. 4. Harga karet sintetis dunia adalah harga karet sintetis jenis Styrene Butadien Rubber (SBR) di New York, Amerika Serikat, dinyatakan dalam satuan US$/ton. Karet jenis ini merupakan karet sintetis yang paling banyak dihasilkan dan digunakan dalam industri pembuatan ban. 32
5. Nilai GDP negara tujuan ekspor. Nilai GDP yang dipakai adalah GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa diukur dengan menggunakan harga konstan (Mankiw, 2000). Setelah diperoleh GDP riil, untuk melihat seberapa besar pendapatan per orang di suatu negara maka dibutuhkan nilai GDP per kapita. Nilai GDP per kapita suatu negara diperoleh dengan cara pembagian antara GDP riil dengan jumlah populasi di negara tersebut. Dinyatakan dalam satuan US$. 6. Nilai tukar/Exchange Rate mata uang negara tujuan ekspor karet alam terhadap US$. Dollar Amerika Serikat dijadikan patokan karena dalam perdagangan karet alam dunia, mata uang yang digunakan adalah Dollar Amerika Serikat.
4.6.
Uji Statistik Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan ekspor karet alam
dapat dilakukan terhadap model pendugaan, yaitu sebagai berikut:
4.6.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji – F) Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua variabel independen dalam model pendugaan yang dibangun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Pengujian yang dilakukan menggunakan uji F yaitu perbandingan nilai kritis F dengan nilai hasil Fhitung. Pengujian terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel independen. Dalam penelitian ini digunakan uji F dengan probabilitas value yang dibandingkan dengan 0,1 (α). Analisis dalam pengujian hipotesis terhadap variasi nilai dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi nilai variabel independen adalah sebagai berikut: A. Perumusan Hipotesis Ho : β1 = β2 = β3 = βk = 0 H1 : β1, 2, 3, …, k ≠ 0
33
B. Menghitung nilai Fhitung dan nilai F tabel (Walpole, 1995)
Ftabel = F (α), (k, n-k-1) Dengan:
e2
= Jumlah kuadrat regresi
(1-e2) = Jumlah kuadrat sisa n
= Jumlah sampel
k
= Jumlah parameter
α
= Tingkat signifikan
C. Penerimaan atau Penolakan H0 Jika Fhitung > Ftabel maka tolak H0 Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0 D. Keputusan adalah tolak Ho maka koefisien regresi dari model adalah tidak sama dengan nol yang menunjukkan bahwa model dugaan signifikan secara statistik, atau variasi perubahan nilai independen dapat menjelaskan variasi perubahan nilai variabel dependen. Artinya secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
4.6.2. Uji Statistik Untuk Masing-Masing Variabel (Uji – t) Setelah melakukan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu yaitu pengujian hipotesis dari koefisien regresi masing-masing variabel secara parsial atau terpisah. Pengujian ini dikenal dengan sebutan Uji-t. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas secara individu berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel tidak bebasnya. Analisis pengujiannya adalah sebagai berikut: A. Perumusan Hipotesis H0 : βi = 0 H1 : βi ≠ 0 B. Penentuan nilai kritis
34
Nilai kritis ditentukan dengan menggunakan tabel distribusi normal, dengan memperhatikan signifikansi α dan banyaknya sampel (n) yang digunakan (Walpole, 1995). t tabel = t (α/2), (n-k-1) C. Menghitung nilai t-hitung koefisien variabel independen (Walpole, 1995)
Dengan:
βi
= Nilai koefisien regresi atau parameter variabel
Se (βi) = Simpangan baku untuk βi D. Penerimaan atau penolakan H0 Jika thitung > ttabel maka tolak H0 Jika thitung < ttabel maka terima H0 E. Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0 maka koefisien βi tidak sama dengan nol yang menunjukkan bahwa βi nyata atau memiliki nilai yang dapat mempengaruhi nilai dari variabel dependen.
4.7.
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (Goodness of Fit), yang dinotasikan dengan R2,
adalah proporsi variasi dalam Y yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel penjelasnya. R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. R2 memilih range antara 0≤ R2≤1. Jika R2 bernilai 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut:
Dimana: RSS = Jumlah kuadrat regresi (Residual Sum Square) TSS = Jumlah kuadrat total (Total Sum Square)
Tidak tepatnya titik-titik berada pada garis disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel bebas. Bila tidak ada penyimpangan tentunya tidak aka nada error. Bila hal tersebut terjadi, maka 35
ESS=0, yang berarti RSS = TSS atau R2 = 1. Atau dengan kata lain, semua titik observasi berada tepat di garis regresi. Jadi, TSS sesungguhnya adalah variasi dari data, sedangkan RSS adalah variasi dari garis regresi yang dibuat.
4.8.
Masalah Pengujian Model Regresi Dalam perumusan model regresi, model yang diperoleh sebagai hasil akhir
terkadang mengalami beberapa masalah yang membuat model tersebut tidak memenuhi syarat OLS,. Hal ini membuat sehingga model yang dihasilkan tidak cukup baik berfungsi sebagai model penduga. Sehingga penting bagi kita untuk memperhatikan permasalahan yang dialami oleh model regresi tersebut. Beberapa masalah penting yang terdapat pada model regresi adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.
4.8.1. Multikolinieritas Multikolinieritas merupakan hubungan linier yang sama kuatnya antara variabel-variabel bebas dalam persamaan model regresi berganda. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Pada setiap model dugaan pasti terdapat masalah multikolinieritas, namun yang diharapkan tidak terjadi adalah multikolinieritas yang sempurna. Adanya kolinier berganda ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Uji multikolinieritas dapat diduga dengan melihat nilai Variance Inflation Factors (VIF) yang terdapat pada hasil output Minitab. Jika VIF bernilai lebih besar dari sepuluh maka diketahui terdapat masalah multikolinieritas sempurna pada model dugaan (Ryan, 1976). VIF = 1 : 1/Ri2 Dengan Ri2 adalah koefisien determinasi yang dihasilkan dengan meregresikan variabel Xi dengan variabel regresi lainnya, yaitu Xj (Xj ≠ Xi). Semakin erat variabel Xi dengan bebas Xj lainnya maka Ri2 akan semakin besar dan nilai VIF akan meningkat pula. Pendeteksian terjadinya masalah multikolinieritas pada model dugaan dapat dilihat dari nilai R2 yang tinggi (misalnya antara 0.7 sampai 1) namun berdasarkan Uji-t banyak variabel yang tidak signifikan atau tidak dapat menjelaskan perubahan pada variabel dependen 36
(Gujarati, 1978). Permasalahan multikolinieritas yang dialami model dugaan dapat diatasi dengan Pricipal Component Analisis (PCA), dengan pembuangan beberapa variabel bebas atau dengan mentranformasikan model.
4.8.2. Autokorelasi Adalah masalah yang dijumpai pada model dugaan regresi berganda yang didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu). Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan linier antara eror serangkain observasi yang diurut berdasrkan waktu (time series). Untuk mengetahui ada tidaknya masalah autokorelasi maka dapat digunakan uji Durbin-Watson berikut (Ryan, 1976).
A. Uji hipotesis H0 : tidak ada serial autokorelasi positif H1 : ada serial autokorelasi positif B. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: 1. Tolak H0 jika d < d 1 atau d > 4 - d1 2. Terima H0 jika du < d < 4 - du 3. Tidak mengambil keputusan jika d 1 ≤ d ≤ d u atau 4 - d u ≤ d ≤ 4 – d1 Jika diperoleh nilai d mendekati dua maka tidak terdapat autokolerasi pada model dugaan.
4.8.3. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah kondisi tidak terpenuhinya asumsi dasar metode pendugaan OLS yaitu homoskedastisitas yang mensyaratkan bahwa penyebaran dari varian adalah sama. Uji homoskedastisitas menyatakan nilai-nilai variabel dependen bervariasi dalam satuan yang sama. Kasus dimana seluruh faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan 37
inilah yang disebut heteroskedastisitas. Pengujian untuk menyelidiki masalah heteroskedastisitas adalah dengan metode Uji Homogenitas Barlett. Pengujian dengan metode Barlett yaitu (Ryan, 1976).
Dengan :
B hitung = nilai hitung Uji Barlett k
= jumlah variabel
ni
= jumlah sampel variabel i
vi
= derajat kebebasan (ni-1)
Si2
= Ragam variabel i
A. Hipotesis H0 : Data homogen H1 : Data tidak homogen B. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: Jika Bhitung > Btabel maka tolak H0 data tidak homogen, terjadi heteroskedastisitas. Jika Bhitung < Btabel maka data tolak H1 data adalah homogen, tidak terjadi heteroskedastisitas.
38
V. KERAGAAN KARET ALAM
5.1.
Kondisi Karet Dunia Kondisi karet alam dunia mengalami kecenderungan yang semakin
meningkat bila dilihat baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan. Akan tetapi, kecenderungan peningkatan pemintaan karet alam dunia lebih besar bila dibandingkan dengan kecenderungan peningkatan penawaran karet alam dunia. Adanya perbedaan selisih antara produksi dan konsumsi karet alam dunia itu menandakan bahwa permintaan karet alam dunia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Konsumsi karet alam yang semakin meningkat setiap tahunnya disebabkan karena semakin berkembangnya industri otomotif. Jumlah produksi karet alam dunia yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah konsumsi atau permintaan karet alam dunia salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas perkebunan karet alam di beberapa negara produsen karet alam dunia.
Gambar 4. Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia, Tahun 2000-2009 Sumber: International Rubber Study Group (IRSG), 2010 (Diolah)
Berbeda halnya dengan yang terjadi dengan kondisi karet sintetis dunia. Penawaran karet sintetis dunia cenderung lebih besar dibandingkan dengan permintaan karet sintetis dunia. Begitu pula bila dilihat baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan, kondisi karet sintetis dunia mengalami kecenderungan yang semakin menurun pada beberapa tahun terakhir ini. Penurunan produksi karet sintetis dunia ini disebabkan oleh karena tingginya biaya produksi dan penurunan insentif produksi barang jadi karet yang menggunakan karet sintetis. Hal ini juga menandakan bahwa posisi karet alam belum mampu tergantikan oleh karet sintetis.
Gambar 5. Produksi dan Konsumsi Karet Sintetis Dunia, Tahun 2000-2009 Sumber: International Rubber Study Group (IRSG) Tahun 2010 (Diolah)
Karet alam dan karet sintetis merupakan suatu komoditi yang bisa digolongkan
kedalam
barang
komplementer
maupun
barang
substitusi.
Digolongkan kedalam barang komplementer dikarenakan kedua jenis barang ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing khususnya dalam pembuatan ban yang tidak dapat tergantikan antara satu dengan yang lainnya. Karet alam dan karet sintetis dapat juga bersifat sebagai barang susbtitusi, yaitu jika perusahaan ban tersebut akan menggunakan salah satu jenis karet dalam persentase yang lebih 40
besar dari normal dikarenakan perkembangan harga dari kedua jenis karet tersebut. Gambar 6 menunjukkan bahwa harga karet alam dunia cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan harga karet sintetis dunia. Trend harga ini juga menunjukkan bahwa harga karet alam dan harga karet sintetis bersaing di pasar dunia atau internasional. Tingkat harga karet sintetis dunia sangat dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Hal ini dikarenakan minyak merupakan bahan baku pembuatan karet sintetis. Jika harga minyak meningkat maka harga karet sintetis juga akan ikut meningkat. Jika harga karet sintetis meningkat dan peningkatannya lebih besar daripada peningkatan harga harga karet alam maka perusahaan ban khususnya akan menggunakan karet alam lebih besar daripada kapasitas normal.
Gambar 6. Perkembangan Harga Karet Alam dan Karet Sintetis Dunia, Pada Tahun 2000-2009 Sumber: International Rubber Study Group (IRSG) Tahun 2010 (Diolah)
Harga minyak mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Tabel 8. Dari data tersebut terlihat bahwa harga minyak dunia 41
mengalami pertumbuhan rata-rata 28 persen pertahun. Kenaikan harga minyak dunia ini diikuti pula dengan kenaikan pada harga karet sinettis dunia sehingga mengakibatkan penurunan terhadap konsumsi karet sintetis dunia.
Tabel 8. Perkembangan Harga Minyak Dunia Tahun 2004-2009 (US$/Barrel) Tahun Harga Minyak Dunia 2004 36.05 2005 55.64 2006 61.08 2007 69.08 2008 94.45 2009 61.06 Sumber: http://www.opec.org
Tingginya harga karet sintetis merupakan salah faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah permintaan karet alam dunia. Fenomena peningkatan permintaan karet alam dunia dan tingginya harga karet sintetis menyebabkan harga karet alam dunia pun meningkat. Tingginya harga karet alam dunia memberikan peluang yang cerah dan menguntungkan terhadap pengembangan produksi karet alam.
5.2.
Kondisi Karet Alam di Negara Pengekspor
5.2.1. Produksi dan Luas Lahan Karet Alam Thailand merupakan negara penghasil atau produsen utama karet alam dunia. Hal ini disebabkan karena produktivitas lahan perkebunan karet alamnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan Indonesia, yang memiliki luas areal yang lebih luas. Perkembangan luas areal perkebunan dan produksi karet alam di Thailand cenderung meningkat selama periode tahun 2000-2009. Pada tahun 2009 luas areal perkebunannya meningkat hampir 40 persen dan produksinya meningkat 35 persen bila dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2000. Namun produktivitasnya cenderung menurun pada periode tahun 2005-2009. Produktivitas karet alam tertinggi terjadi pada tahun 2004, yaitu sebesar 1,440 ton/ha (Tabel 9).
42
Tabel 9. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Karet Alam di Thailand, Tahun 2000-2009 Tahun Luas Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas 2000 1.987 2.346 1,181 2001 1.990 2.320 1,166 2002 2.004 2.615 1,305 2003 2.019 2.876 1,424 2004 2.072 2.984 1,440 2005 2.190 2.937 1,341 2006 2.297 3.137 1,366 2007 2.458 3.056 1,243 2008 2.675 3.090 1,155 2009 2.761 3.164 1,146 Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Tahun 2010
Tabel 10. Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Luas Areal Perkebunan Karet Alam di Indonesia menurut Pengusahaannya, Tahun 2000-2009 Luas Areal (ha) Rakyat Pemerintah Swasta 2.838.421 221.876 284.470 2.826.476 221.228 271.655 2.772.490 241.625 275.997 2.747.899 239.118 275.250 2.767.021 237.612 274.758 2.832.982 238.003 275.442 2.899.679 238.246 275.792 2.943.731 245.798 280.431 2.996.985 246.872 280.726
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
Perkebunan karet alam dapat ditemui hampir di seluruh wilayah di Indonesia terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan. Karet alam merupakan komoditas perkebunan utama disamping kepala sawit, kakao dan teh yang menjadi komoditas unggulan perkebunan lainnya. Status pengusahaan atau kepemilikan karet alam di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan swasta. Karet alam yang ada di Indonesia banyak dikelola oleh perkebunan rakyat dimana pada tahun 2009 sekitar 80 persen lahan karet diusahakan oleh rakyat kecil. Sisanya merupakan perkebunan besar milik negara atau dikelola oleh pemerintah dan pihak swasta yang masing-masing hanya memiliki 10 persen dari total luas areal nasional (Tabel 10).
43
Bila dilihat dari sisi produksi, maka perkebunan rakyat yang memberikan kontribusi terbesar. Tetapi bila diamati dari sisi produktivitasnya ternyata perkebunan rakyat yang paling rendah bila dibandingkan dengan kebun negara dan swasta. Pada tahun 2009 produktivitas kebun rakyat hanya 801 kg/ha sedangkan kebun negara dan swasta masing-masing 1.239 kg/ha dan 1.184 kg/ha (Direktorat Jenderal Perkebunan).
Tabel 11. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Indonesia, Tahun 2000-2009 Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas 2000 3.372.421 1.501.428 0.445 2001 3.344.767 1.607.461 0.481 2002 3.318.359 1.630.359 0.491 2003 3.290.112 1.792.348 0.545 2004 3.262.267 2.065.817 0.633 2005 3.279.391 2.270.891 0.692 2006 3.346.427 2.637.231 0.788 2007 3.413.717 2.775.172 0.813 2008 3.469.960 2.921.872 0.842 2009 3.524.583 3.040.110 0.863 Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009
Tabel 11 menunjukkan kecenderungan peningkatan produktivitas karet alam Indonesia. Peningkatan produktivitas karet alam ini disebabkan karena adanya perluasan areal tanam dan peremajaan perkebunan karet alam di Indonesia. Luas areal perkebunan karet alam Indonesia meningkat sebesar 4,5 persen selama sepuluh tahun terakhir. Pada sisi produksi, peningkatan produksi karet alam Indonesia mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Pada tahun 2006, peningkatan produksi karet alam Indonesia sangat tinggi yaitu sebesar 366.340 ton. Namun bila dilihat dari produktivitasnya, karet alam Indonesia masih relatif lebih rendah dibawah negara produsen karet alam lainnya seperti Thailand dan Malaysia. Produktivitas karet alam Indonesia yang relatif rendah disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ekonomis tanaman karet alam relatif tua sehingga kemampuan produksinya menurun. Tanaman karet yang tua memberi pengaruh pada biaya pemeliharaan yang tinggi, sedangkan penerimaan dari tanaman 44
tersebut semakin menurun. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas karet alam Indonesia yaitu melalui peremajaan dan penanaman baru tanaman karet. Upaya ini untuk memacu peningkatan produktivitas, peningkatan optimalisasi pola usaha tani, dan peningkatan teknologi budaya.
Tabel 12. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Karet Alam di Malaysia, Tahun 1998-2009 Tahun Luas Areal (000 ha) Produksi (000 ton) Produktivitas 1998 1.543,62 885,70 0,574 1999 1.464,75 768,87 0,525 2000 1.430,68 927,61 0,648 2001 1.389,32 882,07 0,635 2002 1.348,81 889,83 0,660 2003 1.325,60 985,65 0,744 2004 1.278,83 1.168,74 0,914 2005 1.271,30 1.126,02 0,886 2006 1.263,59 1.283,63 1,016 2007 1.248,04 1.199,55 0,961 2008 1.247,03 1.072,36 0,860 2009 1.021,54 857,02 0,839 Sumber: Department of Statistics, Malaysia
Saat ini Negara Malaysia merupakan negara penghasil atau produsen karet alam ketiga terbesar di dunia. Sebelum tahun 1990-an, Negara Malaysia merupakan negara eksportir karet alam terbesar di dunia. Namun pada tahun 1990 keadaan itu berubah, posisi Negara Malaysia digeser Negara Thailand di posisi pertama dan Negara Indonesia di posisi kedua. Hal ini disebabkan karena biaya tenaga kerja yang semakin mahal di Negara Malaysia, sehingga banyak petani karet alam yang tidak mengusahakannya dengan baik atau beralih ke sektor lain. Perkembangan luas areal perkebunan dan produksi karet alam di Malaysia cenderung menurun selama periode tahun 1998-2009. Namun disisi lain, produksi dan produktivitas yang dihasilkan oleh perkebunan karet alam di Malaysia cenderung meningkat. Produktivitas karet alam Malaysia tidak jauh berbeda dengan produktivitas karet alam di Indonesia meskipun luas arealnya sangat jauh berbeda. Perbandingannya hampir mendekati satu banding tiga. Produksi karet
45
alam tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu 1.283.630 ton dengan produktivitas karet alam tertinggi pula yaitu 1,016 ton/ha (Tabel 12).
5.2.2. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi Karet Alam Jumlah produksi karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya. Produksi karet alam di ketiga negara tersebut lebih banyak diekspor daripada diserap oleh pasar karet alam yang ada di dalam negeri. Pada tahun 2009 total konsumsi karet alam Thailand hanya sebesar 12,62 persen dari total keseluruhan produksi karet alam dalam negeri, Indonesia hanya sebesar 13,88 persen sedangkan Malaysia sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 55 persen. Rendahnya konsumsi dalam negeri ini disebabkan karena belum berkembangnya secara optimal industri hilir yang berbasis karet alam seperti industri ban, otomotif, sarung tangan dan industri lainnya yang membutuhkan bahan baku karet alam. Surplus produksi karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia ini kemudian diekspor ke negara-negara lain. Peluang ini jugalah yang menjadikan Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia menjadi negara pengekspor atau penyuplai karet alam dunia. Jumlah ekspor karet alam Thailand terbesar terjadi pada tahun 2006, yang mana jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ekspor pada tahun-tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada Gambar 7. Pada Negara Indonesia, ekspor terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 2.473.532 (Gambar 8), sedangkan di Malaysia terjadi pada tahun 2006 (Gambar 9). Volume ekspor karet alam Thailand dan Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Sedangkan Negara Malaysia cenderung menurun selama periode tahun 2006-2009. Hal ini disebabkan karena supply atau produksi karet alam Negara Malaysia yang menurun. Karena supply karet alam dalam negeri yang menurun, konsumsi karet alam dalam negeri pun ikut menurun selama periode tersebut.
46
Gambar 7. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Thailand, Tahun 20002009 (Ton) Sumber: Rubber Research Institute of Thailand (dioalah)
Gambar 8. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Indonesia, Tahun 20032009 (Ton) Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 (dioalah)
47
Gambar 9. Produksi, Konsumsi dan Ekspor Karet Alam Malaysia, Tahun 20012009 (Ton) Sumber: Department of Statistics, Malaysia (dioalah)
5.2.3. Ekspor Karet Alam Thailand, Indonesia dan Malaysia adalah tiga negara utama penyuplai terbesar karet alam dunia. Tingginya produksi karet alam domestik di Thailand, Indonesia serta Malaysia, menjadikannya sebagai produsen dan sekaligus sebagai eksportir terbesar di dunia. Volume ekspor karet alam Thailand jauh lebih besar dari pada volume ekspor karet alam Indonesia dan Malaysia selama periode tahun 1999-2009. Pada tahun 1999 volume ekspor karet alam Indonesia sebesar 1.494.543 ton atau sekitar 93,16 persen dari total produksi. Pada tahun 2000 meningkat menjadi 1.379.612 ton atau sekitar 90 persen dari total produksi. Volume ekspor terbesar Negara Thailand terjadi apada tahun 2006 yaitu 2.771.673 ton, Indonesia terjadi pada tahun 2007 yaitu 2.473.532 ton atau sekitar 89 persen dari total produksi karet alam Indonesia sedangkan Malaysia pada tahun 2006 sebesar 1.137.551 ton.
48
Tabel 13. Volume dan Nilai Ekspor Karet Alam Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia, Tahun 1999-2009 Thailand Indonesia Malaysia Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Volume Ekspor (Ton) 1.886.339 2.166.153 2.042.079 2.354.416 2.573.450 2.637.096 2.632.398 2.771.673 2.703.762 2.675.283 2.726.193
Nilai (Juta Baht)
Volume Ekspor (Ton)
Nilai (000 US$)
44.091,61 53.204,97 58.700,36 74.606,18 115.826,76 137.604,21 148.868,45 205.361,45 194.356,38 223.628,25 146.263,60
1.494.543 1.379.612 1.453.382 1.495.987 1.662.210 1.874.261 2.024.593 2.286.897 2.473.532 2.295.456 1.991.263
849.200 888.623 786.197 1.037.562 1.494.811 2.180.029 2.582.875 4.321.525 4.868.700 7.550.000 2.458.000
Volume Ekspor (Ton) 983.700 977.900 820.854 887.019 946.475 1.109.130 1.127.947 1.137.551 1.018.052 916.599 703.051
Nilai (Juta RM) 2.343 2.571 1.886 2.604 3.581 5.452 5.975 8.235 7.335 8.111 4.460
Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia dan Department of Statistics Malaysia, Tahun 2010
Nilai ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Namun peningkatan atau penurunan volume ekspor tidak selalu diikuti oleh peningkatan atau penurunan nilai ekspornya. Seperti pada Negara Thailand, pada tahun 2008 volume ekspornya turun dibanding tahun 2007, namun nilai ekspornya bertambah dari 194.356,38 Juta Baht menjadi 223.628,25 juta Baht. Begitu pula dengan Malaysia tahun 2007 total karet alam yang diekspor sebesar 1.018.052 ton turun menjadi 916.599 ton pada tahun 2008, sedangkan nilai ekspornya meningkat dari 7.335 Juta RM menjadi 8.111 Juta RM. Lain halnya dengan Negara Indonesia, volume ekspornya meningkat namun nilai ekspornya menurun. Seperti yang terjadi pada tahun 2000 volume ekspornya 1.379.612 ton kemudian meningkat menjadi 1.453.382 ton pada tahun 2001, namun nilai ekspornya menurun dari 888.623 ribu US$ menjadi 786.197 ribu US$ (Tabel 13). Nilai ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia pada tahun 2009 menurun drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunannya masing-masing 35 persen, 67 persen dan 45 persen. Hal ini disebabkan oleh dampak krisis keuangan dunia.
49
Gambar 10. Perkembangan Ekspor Karet Alam Thailand ke Cina, Indonesia ke Amerika Serikat dan Malaysia ke Eropa, Tahun 2001-2009 Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia, dan Department of Statistics Malaysia, Tahun 2010 (diolah)
Tujuan ekspor karet alam Thailand, Indonesia dan Malaysia tersebar di seluruh dunia antara lain di Amerika Serikat, Jepang, Eropa, Cina dan sebagainya. Negara Cina merupakan pasar ekspor terbesar bagi Negara Thailand, sedangkan Amerika Serikat bagi Negara Indonesia dan beberapa negara di Eropa bagi Negara Malaysia (Gambar 10). Thailand, Indonesia dan Malaysia secara kontinyu melakukan ekspor karet alam ke negara-negara tersebut dalam jumlah yang besar. Pertumbuhan industri dalam negeri di Negara Cina, Amerika Serikat serta Eropa, khususnya industri ban dan otomotif, membuat negara ini membutuhkan bahan baku karet alam dalam jumlah yang sangat banyak. Negara Cina, Amerika Serikat dan Eropa juga mengimpor karet alamnya dari beberapa negara lain tapi dalam jumlah kecil. Pada Gambar 10 terlihat bahwa ekspor karet alam Thailand ke Cina maupun Indonesia ke Amerika Serikat cenderung mengalami peningkatan, namun ekspor karet alam Malaysia ke Eropa cenderung menurun pada periode tahun 2001-2009. Tujuan ekspor karet alam Malaysia terbesar pada saat ini ialah ke Negara Cina. Hal ini disebabkan karena permintaan negara Cina akan karet alam 50
yang sangat meningkat tajam. Ekspor karet alam Thailand meningkat tajam pada tahun 2009 dari 824,83 ton menjadi 1160,34 ton. Ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat pada tahun 1999 hingga 2001 mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi karet alam dunia dan meningkatnya harga karet alam dunia. Namun pada tahun 2002 mengalami peningkatan hingga tahuntahun berikutnya. Ekpsor karet alam Malaysia ke Eropa cenderung konstan atau stabil pada periode tahun 2001-2007, namun pada tahun 2009 menurun tajam menjadi 146,36 ton atau menurun sebesar 47 persen dibandingkan dengan tahun 2001.
5.2.4.
Harga Karet Alam Domestik Harga karet alam domestik atau nasional (dalam negeri) di Negara
Thailand, Indonesia dan Malaysia sering mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Harga karet alam yang fluktuatif ini mengikuti perkembangan keseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran karet alam di pasar. Para petani dan pelaku pasar berperan hanya sebagai penerima harga (price taker). Pada umumnya petani karet alam khususnya di Indoneisa masih cenderung menjual karetnya sesuai harga yang ditetapkan oleh tengkulak, dimana kesepakatan harga tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar internasional dan juga pasar domestik atau nasional. Harga domestik karet alam Thailand cenderung meningkat setiap tahunnya khusunya pada periode tahun 2001-2008. Peningkatan harga ini juga didukung oleh kualitas dan mutu karet alam yang dihasilkan oleh petani karet alam di Thailand yang semakin baik. Hal ini juga terjadi pada harga karet alam Malaysia, yang semakin meningkat setiap tahunnya. Harga domestik karet alam Indonesia pada tahun 2000 ialah sebesar Rp 5.117,-/kg , akan tetapi pada tahun 2003 harga domestik karet alam Indonesia turun sebesar 39,3 persen menjadi Rp 3.850,-/kg. Salah satu penyebab menurunnya harga karet domestik karet alam Indonesia ini adalah karena penurunan mutu atau kualitas karet alam Indonesia. Pada saat ini harga domestik karet alam Indonesia lebih rendah dibandingkan harga karet alam internasional
51
atau harga karet alam di pasar dunia. Selanjutnya harga domestik karet alam Indonesia relatif terus meningkat pada periode 2003-2008 (Tabel 14).
Tabel 14. Harga Domestik Karet Alam Thailand (Baht/kg), Indonesia (Rupiah/kg) dan Malaysia (RM Sen/kg), Tahun 2000-2009 Harga Domestik Tahun Malaysia Thailand (Baht/Kg) Indonesia (Rp/kg) (RM Sen/kg) 2000 21,53 5.117 202.57 2001 20,52 5.810 170.14 2002 27,68 6.340 285.98 2003 37,76 3.850 378.97 2004 44,12 4.320 461.93 2005 53,57 4.450 523.07 2006 66,24 3.980 710.92 2007 68,90 4.240 734.06 2008 71,38 4.400 831.37 Sumber: Rubber Research Institute of Thailand, Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia dan Department of Statistics Malaysia Tahun 2009 (dioalah)
52
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Hasil Pendugaan Model Hasil dari perhitungan menggunakan SPSS menunjukkan koefisien
determinasi Negara Thailand sebesar 0,963 (Lampiran 1), Negara Indonesia sebesar 0,901 (Lampiran 2) dan Negara Malaysia sebesar 0,919 (Lampiran 3). Nilai ini menyatakan bahwa korelasi antara variabel independen dan dependen masuk dalam kategori sangat kuat karena berada pada interval 0,801 sampai 1,000. Nilai R Square menunjukkan sejauh mana variasi dari variabel terikat mampu dijelaskan oleh variabel bebasnya, atau dengan kata lain bagaimana model dapat menjelaskan pergerakan variabel terikatnya. Nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1, semakin mendekati 1 maka kemampuan variabel bebasnya menjelaskan pergerakan variabel terikat semakin baik. Hasil yang digunakan menunjukkan nilai R Square 0,927 pada fungsi ekspor karet alam Thailand, yang artinya bahwa variabel bebas yang diteliti dapat menjelaskan variabel terikatnya sebesar 92,7 % sedangkan sisanya 7,3 % dipengaruhi oleh faktor lain. Pada Indonesia R Square 0,812, yang artinya variabel bebas yang diuji dapat menjelaskan variabel terikat sebesar 81,2% sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Dan pada Malaysia nilai R Square 0,845, yang artinya bahwa variabel bebas yang diteliti dapat menjelaskan variabel terikatnya sebesar 84,5% sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Berdasarkan nilai probabilitas thitung yang diperoleh, diketahui ada beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam pada taraf nyata 10 persen atau tingkat kepercayaan 90 persen pada masing-masing variabel yang diuji pada Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia.
6.1.1. Thailand Uji regresi liner berganda dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel terikatnya yaitu volume ekspor karet alam Thailand ke Cina (XTt), sedangkan variabel bebasnya yaitu harga ekspor karet alam (HKTt), volume ekspor tahun sebelumnya (QTt-1), harga
karet alam dunia (HDt), harga karet sintetis dunia (HSt), GDP Negara Cina (YCt), dan nilai tukar Yuan terhadap US$ (ERYt). Tabel 15. Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Thailand Unstandardized T Coefficients Model B Std. Error (Constant) -67.924 94.658 -.718 HKTt .068 .059 1.163 QTt-1 .590 .198 2.976 HDt -.078 .083 -.932 HSt .063 .082 .772 YCt .063 .021 2.949 ERYt -1.504 9.733 -.155 Keterangan: *)
Sig.
.480 .257 .007* .361 .448 .007* .879
signifikan (α = 10%)
Model persamaan yang diperoleh dari perhitungan adalah sebagai berikut: XTt=-67,924+0,068HKTt+0,590QTt-1–0,078HDt+0,063HSt+0,063YCt–1,504ERYt
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan: 1.
Harga ekspor karet alam Thailand ke Cina (HKTt) Nilai probabilitas thitung variabel harga ekspor karet alam sebesar 25,7 persen, lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah harga karet alam akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Thailand. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang sama, koefisien karet alam domestik bernilai positif sebesar 0,068. Artinya setiap terjadi kenaikan harga ekspor sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor karet alam Thailand ke Cina sebesar 0,068 persen, ceteris paribus. Karena tingkat kebutuhan industri berbasis karet alam di dalam negeri yang masih rendah, maka Thailand lebih cenderung mengekspor karet alamnya daripada menjualnya di dalam negeri. Hal ini menggambarkan bila terjadi peningkatan harga riil karet alam Thailand maka akan berdampak terhadap peningkatan jumlah ekspor 54
karet alam Thailand ke Cina. Peningkatan harga karet alam disatu sisi akan berdampak negatif terhadap kualitas karet alam yang dihasilkan. Akibat adanya rangsangan kenaikan harga karet alam maka para petani melakukan penderesan karet secara berlebihan untuk menambah jumlah produksi karet alamnya. Pohon karet yang dideres tidak pada waktunya akan menyebabkan kualitas atau mutu karet alam yang dihasilkan menjadi tidak baik. 2.
Volume ekspor karet alam Thailand ke Cina tahun sebelumnya (QTt-1) Volume ekspor bulan sebelumnya mempunyai nilai probabilitas thitung sebesar 0,7. Karena lebih kecil dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Thailand ke Cina. Nilai koefisien variabel ini positif, artinya setiap kenaikan volume ekspor tahun sebelumnya sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor dari Thailand sebesar 0,590 persen, ceteris paribus. Hasil yang diperoleh sama dengan hipotesis yang dibuat. Variabel ini juga berpengaruh signifikan sehingga menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Thailand untuk mengekspor karet alamnya ke Negara Cina. Volume ekspor tahun t sangat dipengaruhi oleh volume ekspor pada tahun sebelumnya. Volume ekspor pada tahun t akan meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena karet alam yang diekspor oleh Negara Thailand ke Cina dipercaya memiliki mutu atau kualitas yang baik sehingga para importir di Cina akan mengimpor karet alam secara kontinu dari Thailand dalam volume atau jumlah yang lebih besar dari tahun sebelumnya.
3.
Harga karet alam dunia (HDt) Nilai probabilitas thitung variabel harga karet alam dunia sebesar 26,1 persen, lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah karet alam dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Thailand ke Negara Cina. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang 55
berbeda, koefisien harga karet alam dunia bernilai negatif sebesar 0,0783. Artinya setiap terjadi kenaikan harga dunia sebesar 1 persen akan mengurangi volume ekspor sebesar 0,0783 persen, ceteris paribus. Tapi variabel ini ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor, artinya harga dunia bukan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Thailand dalam mengekspor karet alamnya. Hal ini terjadi karena produksi karet alam dunia hampir 70 persennya dikuasai oleh tiga negara yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Antara ketiga negara ini ada kerjasama tripartite untuk mengontrol harga karet alam dunia melalui sebuah organisasi International Tripartite Rubber Council (ITRC). Kesepakatan tersebut berisi tentang pengurangan volume ekspor karet alam dari ketiga negara yang dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga karet dunia dan pada akhirnya akan menguntungkan setiap negara tersebut karena dapat menjual karet alamnya dengan harga tinggi. Pengurangan volume ekspor dilakukan dengan cara mempercepat program peremajaan pohonnya, penundaan perluasan kebun karet dan pengurangan intensitas penyadapan. 4.
Harga karet sintetis dunia (HSt) Harga karet sintetis dunia mempunyai nilai probabilitas t hitung sebesar 44,8. Karena lebih besar dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Thailand ke Cina. Untuk variabel ini koefisiennya positif 0,063, dimana kenaikan 1 persen harga karet sintetis dunia akan menaikkan volume ekspor sebesar 0,063 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat, yaitu harga karet sintetis dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Thailand. Variabel ini tidak berpengaruh signifikan dengan nilai probabilitas thitung 44,8. Dimana harga karet sintetis dunia bukanlah salah satu pertimbangan penting bagi Thailand dalam mengekspor karet alamnya ke Cina.
5.
GDP Negara Cina (YCt) Nilai probabilitas thitung variabel GDP Cina lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yatu sebesar 7 persen. Karena itu variabel ini berpengaruh signifikan. 56
Hasil dari uji t tersebut GDP Cina berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet Thailand dan sudah sesuai dengan hipotesis. Artinya adalah, apabila
GDP Cina mengalami peningkatan
sebesar 1 persen maka volume ekspor karet Indonesia juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,063. Hal ini terjadi karena makin besar GDP yang dimiliki Negara Cina maka makin besar pula daya beli yang dimiliki oleh Cina. Jika GDP suatu negara meningkat maka dipercaya pembangunan di negara tersebut akan semakin meningkat. Saat ini industri yang berkembang pesat di Cina adalah industri baja dan besi, aluminium dan logam lainnya, batu bara, mesin-mesin bangunan, tekstil dan apparel, pengolahan makanan, semen, minyak, sepatu, pupuk, kereta api (gerbong, lokomotif dan rel), perkapalan, satelit komunikasi, kendaraan luar angkasa, otomotif, mainan anak-anak, bahan kimia, peralatan transportasi, produk-produk pertanian dan lainnya. Pertumbuhan luar biasa dari industri di Cina berdampak pada tingginya kebutuhan akan bahan baku karet alam dan bahan bakar minyak untuk menjalankan kegiatan industri tersebut Saat ini negara Cina mengalami ekspansi perekonomian yang cepat, khususnya pada industri otomotif dan pengembangan pada struktur dasar negara, baik dalam komunikasi dan transportasi. Disamping itu Negara Cina juga sedang membenahi industri otomotif dan ban yang dimilikinya. Pabrik ban seperti Michelin, Goodyear, Bridgeston dan lainnya melakukan pengembangan skala usaha di Negara Cina, sedangkan perusahaan terkenal seperti Continental dan Cooper melakukan investasi pada industri dan di Cina (Anwar, 2005). Keadaan perekonomian yang semakin baik di Cina menjadi modal utama dalam pengembangan dan pertumbuhan industri di Cina. Keadaan ini juga memberikan peluang yang baik bagi Thailand untuk melakukan ekspor secara kontinu dan meningkatkan volume ekpor karet alamnya ke Cina. 6.
Nilai tukar Yuan terhadap Dollar Amerika Serikat (ERYt) Nilai tukar Yuan terhadap Dollar Amerika Serikat mempunyai nilai probabilitas t hitung sebesar 0,879 karena itu nilai tukar Yuan tidak 57
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam dari Thailand. Artinya variabel ini tidaklah menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Thailand untuk mengekspor karet alamnya ke Negara Cina. Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien nilai tukar Yuan yang negatif sebesar 1,504 artinya kenaikan nilai tukar 1 persen
akan
menyebabkan penurunan volume ekspor karet Thailand sebesar 1,504 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat, yaitu nilai tukar akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Thailand ke Cina. Karena dalam proses transaksi karet alam di dunia menggunakan Dollar Amerika Serikat sebagai mata uangnya, bila Yuan menguat maka para importir di Cina akan meningkatkan volume impornya dari Thailand. Begitu pula dengan sebaliknya bila Yuan melemah maka para importir di Cina akan mengurangi volume impornya karena biaya yang dikeluarkan akan lebih besar.
6.1.2. Indonesia `
Variabel terikat yang diuji, yaitu volume ekspor karet alam Indonesia ke
Amerika (XIt), sedangkan variabel bebasnya yaitu harga ekspor karet alam (HKIt), volume ekspor tahun sebelumnya (QIt-1), harga karet alam dunia (HDt), harga karet sintetis dunia (HSt), GDP Negara Amerika Serikat (YAt), dan nilai tukar Rupiah terhadap US$ (ERRt).
Tabel 16. Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Indonesia Model
Unstandardized Coefficients
(Constant) HKIt QIt-1 HDt HSt 4 YAt ERRt Keterangan: *)
B 34.403 -.135 .957 -.040 .111 .004 -.002
Std. Error 73.493 .037 .123 .048 .052 .002 .005
T .468 -3.627 7.754 -.850 2.146 2.226 -.322
Sig. .644 .001* .000* .404 .043* .036* .750
signifikan (α = 10%)
58
Model persamaan yang diperoleh dari perhitungan adalah sebagai berikut : XIt =34,403–0,135HKIt+0,957QIt-1–0,040HDt+0,111HSt+0,004YAt–0,002ERRt Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan: 1.
Harga ekspor karet alam Indonesia di Amerika Serikat (HKIt) Nilai probabilitas thitung variabel harga ekspor karet alam sebesar 1 persen, lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah harga karet alam akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang berbeda, koefisien harga ekspor karet alam bernilai negatif sebesar 0,135. Artinya setiap terjadi kenaikan harga ekspor sebesar 1 persen maka akan menurunkan volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat sebesar 0,135 persen, ceteris paribus. Variabel ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekpor karet alam Indonesia ke Ameika Serikat. Kenaikan
harga
riil
ekspor
karet
alam
Indonesia
akan
mengakibatkan jumlah permintaan impor karet alam di pasar internasional khususnya di Negara Amerika Serikat akan menurun. Ini disebabkan karena peningkatan harga riil ekspor karet alam Indonesia akan mengakibatkan harga ekspor karet alam Indonesia di pasar internasional dan pasar Amerika Serikat menjadi tidak kompetitif. Hal ini pulalah yang mengakibatkan para importir karet alam Indonesia khususnya yang ada di Amerika Serikat akan memilih untuk melakukan impor ke negara-negara produsen karet alam lainnya yang memiliki harga lebih rendah dibandingkan dengan harga riil karet alam Indonesia 2.
Volume ekspor karet alam Indonesia ke AS pada tahun sebelumnya (QIt-1) Volume ekspor bulan sebelumnya mempunyai nilai probabilitas thitung sebesar 0,00. Karena lebih kecil dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat.
59
Nilai koefisien variabel ini positif, artinya setiap kenaikan volume ekspor tahun sebelumnya sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor pada tahun t dari Indonesia sebesar 0,957 persen, ceteris paribus. Hasil yang diperoleh sama dengan hipotesis yang dibuat. Jika volume ekspor tahun sebelumnya meningkat maka permintaan karet alam Indonesia pada tahun t akan meningkat pula. Peningkatan volume ekspor karet alam pada tahun t dibandingkan volume ekspor tahun sebelumnya dipercaya karena karet alam yang diekspor Indonesia ke Amerika Serikat memiliki mutu dan kualitas yang baik sehingga para importir di Amerika Serikat cenderung meningkatkan volume atau jumlah karet alam yang diimpor dari Indonesia. Variabel ini juga berpengaruh signifikan sehingga menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Indonesia untuk mengekspor karet alamnya ke Negara Amerika Serikat. Guna mempertahankan pangsa pasar dan kepercayaan konsumen serta mengantisipasi persyaratan mutu yang diingikan konsumen karet alam Indonesia di pasar internasional maka pemerintah mengambil beberapa kebijakan, yaitu: Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 53/M-DAG/PER/10/2009 yang berisi 21 pasal tentang pengawasan mutu bahan olah komoditi ekspor Standard Indonesian Rubber yang diperdagangkan. Pada peraturan ini ditetapkan standar yang meliputi ruang lingkup, definisi, pengolahan, bahan olah, syarat ukuran, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, pengemasan, syarat penandaan dan catatan umum Standard Indonesia Rubber (SIR). Karet alam yang boleh diperdagangkan juga harus memenuhi SNI 06-1903-2000 yang merupakan revisi dari SNI 06-1903-1990. Tujuan utamanya adalah memperbaiki konsistensi dan kebersihan SIR sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen serta diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani karet rakyat melalui perbaikan mutu bokar. Peraturan ini juga dibuat untuk menjaga dan meningkatkan kualitas karet alam Indonesia agar mampu bersaing di pasar dunia.
60
3.
Harga karet alam dunia (HDt) Nilai probabilitas thitung variabel harga karet alam dunia sebesar 40,4 persen, lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah karet alam dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke Negara Amerika Serikat. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang berbeda, koefisien karet alam dunia bernilai negatif sebesar 0,040. Artinya setiap terjadi kenaikan harga dunia sebesar 1 persen akan mengurangi volume ekspor sebesar 0, 040 persen, ceteris paribus. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan harga karet alam dunia malah menurunkan jumlah ekspor karet alam Indonesia ke Negara Amerika Serikat. Jumlah ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat dipengaruhi oleh harga riil karet alam dunia. Tapi variabel ini ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor, artinya harga dunia bukanlah menjadi salah satu pertimbangan yang sangat penting bagi Indonesia dalam mengekspor karet alamnya ke Amerika Serikat.
4.
Harga karet sintetis dunia (HSt) Harga karet sintetis dunia mempunyai nilai probabilitas t hitung sebesar 4,3. Karena lebih kecil dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Untuk variabel ini koefisiennya positif 0,111 dimana kenaikan 1 persen harga karet sintetis dunia akan menaikkan volume ekspor sebesar 0,111 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat yaitu harga karet sintetis dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Variabel ini berpengaruh signifikan dengan nilai probabilitas
thitung
4,3 persen. Artinya harga karet sintetis
dunia menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Indonesia dalam mengekspor karet alamnya. Meningkatnya harga riil karet sitetis dunia akan mendorong bertambahnya jumlah ekspor karet alam Indonesia sehingga meningkat 61
dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena beralihnya permintaan konsumen karet sintetis dunia khususnya Amerika Serikat kepada komoditi karet alam yang umumnya harganya lebih rendah dibandingkan dengan harga karet sintetis. 5.
GDP Negara Amerika Serikat (YAt) Nilai probabilitas t hitung variabel GDP Amerika Serikat lebih kecil dari taraf nyata 10 persen, yatu sebesar 3,6 persen. Karena itu variabel ini berpengaruh signifikan. Hasil dari uji t tersebut GDP Amerika berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor karet Indonesia dan sudah sesuai dengan hipotesis. Artinya adalah, apabila
GDP Amerika mengalami
peningkatan sebesar 1 persen maka volume ekspor karet Indonesia juga akan mengalami peningkatan sebesar 0,004. Hal ini terjadi karena makin besar GDP yang dimiliki negara Amerika maka makin besar pula daya beli dan tingkat kosumsi yang dimiliki oleh Amerika. Jika GDP meningkat, maka pembangunan infrastruktur akan meningkat. Amerika Serikat merupakan salah satu negara importir karet alam terbesar di dunia, selain itu Amerika Serikat juga merupakan negara produsen karet sintetis terbesar di dunia. Sumber daya manusia yang besar dalam mendukung industri, majunya tingkat industri, nilai mata uang yang kuat dan besarnya pendapatan dalam negeri, membuat Amerika Serikat memiliki daya beli yang tinggi terhadap kebutuhan bahan baku industri seperti karet alam. Variabel ini juga berpengaruh signifikan sehingga menjadi salah satu pertimbangan yang sangat penting bagi Indonesia mengekspor karet alamnya ke Negara Amerika Serikat. Selain sektor industri otomotif dan ban, industri di Amerika Serikat yang membutuhkan bahan baku karet alam adalah pabrikasi, elektronik, properti serta industri pertambangan. Secara umum Amerika Serikat adalah pasar bebas hambatan untuk produk bahan baku industri seperti karet, minyak kelapa sawit, minyak mentah, baja dan produk lainnya. Amerika Serikat tidak mengenakan hambatan yang berarti dalam perdagangan internasional karena implementasi dari perekonomian terbuka yang dianut oleh negara tersebut. Namun untuk alasan tertentu 62
hambatan non-tarif lebih sering diberlakukan untuk melindungi keamanan konsumen dalam negeri. Hambatan non-tarif seperti karantina, uji persentase kandungan kimia dilakukan dalam menghadapi isu lingkungan hidup dan kesehatan. Sementara itu hambatan non-tarif kuota serta bea masuk dalam negeri yang tinggi dilakukan terhadap produk ekspor, yang diterapkan untuk mengatasi dumping yang dilakukan oleh beberapa negara seperti Cina. Kebijakan ini juga dilakukan oleh melindungi produsen dalam negeri. Pemerintah Amerika Serikat sangat serius dalam menangani masalah dumping tersebut (Sinaga, 2007). 6.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (ERRt) Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mempunyai nilai probabilitas thitung sebesar 0,750 karena itu nilai tukar Rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam dari Indonesia. Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien nilai tukar Rupiah yang negatif sebesar 0,002, artinya kenaikan nilai tukar 1 persen akan menyebabkan penurunan volume ekspor karet Indonesia sebesar 0,002 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat yaitu nilai tukar akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat. Artinya bila Rupiah melemah maka eksportir akan lebih banyak menjual karet alam ke luar negeri dari pada di dalam negeri untuk memperbesar keuntungan yang diperoleh begitu pula sebaliknya. Hal ini menunjukkan adanya efek yang sangat berpengaruh dari perubahan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar AS bagi jumlah karet alam yang diekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Oleh karena itu perlu adanya daya saing dalam hal harga dan kualitas untuk memacu peningkatan jumlah ekspor karet alam Indonesia ke pasar internasional khususnya ke Negara Amerika Serikat.
6.1.3. Malaysia Variabel bebas yang diuji yaitu harga ekspor karet alam (HKMt), volume ekspor tahun sebelumnya (QMt-1), harga karet alam dunia (HDt), harga karet 63
sintetis dunia (HSt), GDP Eropa (YEt), dan nilai tukar Euro terhadap US$ (EREt). Sedangkan variabel terikatnya, yaitu volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa (XMt).
Tabel 17. Hasil Uji Signifikan dan Koefisien pada Negara Malaysia Unstandardized Model Coefficients t B 123.795 -.053 .744 .007 .022 -.001 -1.910
(Constant) HKMt QMt-1 HDt HSt YEt EREt Keterangan: *)
Std. Error 111.165 .027 .152 .027 .028 .001 109.914
1.114 -1.979 4.908 .239 .774 -1.044 -.017
Sig. .277 .060* .000* .813 .447 .307 .986
signifikan (α = 10%)
Model persamaan yang diperoleh dari perhitungan adalah sebagai berikut : XMt=123,795–0,053HKMt+0,744QMt-1+0,007HDt+0,022HSt–0,001YEt–1,910EREt
Dari persamaan di atas dapat diinterpretasikan: 1.
Harga ekspor karet alam Malaysia ke Eropa (HKMt) Nilai probabilitas thitung variabel harga ekspor karet alam sebesar 6 persen, lebih kecil dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. Hasil
analisis
regresi
menunjukkan
hasil
yang
berbeda
dibandingkan dengan hipotetsis awal bahwa variabel harga karet alam akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Malaysia, koefisien karet alam domestik bernilai negatif sebesar 0,053. Artinya setiap terjadi kenaikan harga ekspor sebesar 1 persen maka akan menurunkan volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa sebesar 0,053 persen, ceteris paribus. Variabel ini berpengaruh signifikan terhadap ekpor karet alam Malaysia ke Eropa sehingga menjadi faktor penting yang patut dipertimbangkan Negara Malaysia dalam mengekspor karet alamnya ke 64
Eropa.
Kenaikan harga
riil ekspor
karet alam Malaysia
akan
mengakibatkan jumlah permintaan impor karet alam di pasar internasional khususnya di Eropa akan menurun. Ini disebabkan karena peningkatan harga riil ekspor karet alam Malaysia akan mengakibatkan harga ekspor karet alam Malaysia di pasar internasional dan pasar di negara-negara Eropa menjadi tidak kompetitif. 2.
Volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa tahun sebelumnya (QMt-1) Volume ekspor bulan sebelumnya mempunyai nilai probabilitas thitung sebesar 0,00. Karena lebih kecil dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa. Nilai koefisien variabel ini positif, artinya setiap kenaikan volume ekspor tahun sebelumnya sebesar 1 persen maka akan meningkatkan volume ekspor pada tahun t dari Malaysia sebesar 0,774 persen, ceteris paribus. Hasil yang diperoleh sama dengan hipotesis yang dibuat, volume ekspor tahun t dipercaya akan meningkat dibandingkan dengan volume ekspor tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor karet alam pada tahun t dibandingkan volume ekspor tahun sebelumnya dipercaya karena karet alam yang diekspor Malaysia ke Eropa memiliki mutu dan kualitas yang baik. Variabel ini juga merupakan variabel yang patut dipertimbangkan Negara Malaysia dalam mengekspor karet alamnya ke Eropa.
3.
Harga karet alam dunia (HDt) Nilai probabilitas thitung variabel harga karet alam dunia sebesar 81,3 persen, lebih besar dari taraf nyata 10 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka harga ekspor karet alam dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah karet alam dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang sama, koefisien karet alam dunia bernilai positif sebesar 0,007. Artinya setiap terjadi kenaikan harga dunia sebesar 1 persen akan meningkatkan volume
65
ekspor karet alam Malaysia ke Eropa sebesar 0,007 persen, ceteris paribus. Peningkatan harga karet alam dunia akan meningkatkan jumlah ekspor karet alam Malaysia ke Eropa. Artinya jumlah karet alam yang diimpor oleh negara-negara di Eropa dipengaruhi oleh harga riil karet alam dunia. Kecenderungan yang dimiliki oleh beberapa negara di Eropa saat ini adalah berusaha mengurangi ketergantungan terhadap produk berbahan baku karet alam, dengan cara yaitu mengoptimalkan produksi dan pengunaan karet sintetis. Namun hal ini mengalami kendala akibat harga bahan baku karet sintetis, yaitu minyak bumi yang melambung tinggi sehingga mengakibatkan besarnya biaya produksi yang harus ditanggung. Oleh karena itu kebutuhan akan karet alam di Eropa belum mampu digantikan oleh karet sintetis. 4.
Harga karet sintetis dunia (HSt) Harga karet sintetis dunia mempunyai nilai thitung sebesar 44,7. Karena lebih kecil dari taraf nyata 10 persen maka variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Malaysia ke Eropa. Variabel ini memiliki koefisien positif sebesar 0,022, dimana kenaikan 1 persen harga karet sintetis dunia akan menaikkan volume ekspor sebesar 0,022 persen,
ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan
hipotesis awal yang dibuat, yaitu harga karet sintetis dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Malaysia. Meningkatnya harga riil karet sitetis dunia akan mendorong bertambahnya jumlah ekspor karet alam Malaysia ke Eropa. Hal ini disebabkan jika harga karet sintetis dunia naik maka para importir di Eropa akan lebih memilih mengkonsumsi karet alam yang khususnya diimpor dari Negara Malaysia. 5.
GDP Eropa (YEt) Nilai thitung variabel GDP Eropa (Jerman, Prancis, Inggris, Belgia, Belanda, Italia dan Spanyol) lebih besar dari taraf nyata 10 persen, yaitu
66
sebesar 30,7 persen. Karena itu variabel ini tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Malaysia ke negara-negara di Eropa. Hasil dari uji t tersebut GDP Eropa berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet Malaysia dan hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat. Artinya apabila GDP Eropa mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka volume ekspor karet Negara Malaysia akan mengalami penurunan sebesar 0.001. Hal ini terjadi karena makin besar GDP yang dimiliki oleh Negara Jerman, Prancis, Inggris, Belgia, Belanda, Italia dan Spanyol (Eropa) maka tingkat konsumsi terhadap karet alam akan menurun. GDP yang diperoleh akan digunakan untuk proses pemulihan perekonomian di negara-negara tersebut. Menurut IMF Forecast rasio hutang terhadap GDP beberapa negara Eropa sudah diatas 60 persen (sudah melebihi batas maksimum yang disetujui oleh negara-negara Eropa), disamping itu tingkat pengangguran di Eropa naik dari 7 - 7.5 persen (sebelum krisis) menjadi lebih dari 10 persen setelah krisis. Pada umumnya industri yang berkembang di kawasan Eropa khususnya negara-negara Eropa Barat adalah industri teknologi tinggi untuk besi dan baja, batu bara, tekstil, kendaraan bermotor, bahan kimia, pengolahan makanan dan minuman, alat-lat mesin, perkapalan, elektronik dan lainnya. Untuk menjalankan berbagai industri tersebut dibutuhkan sumber energi bahan baku dalam jumlah yang sangat besar, khususnya kebutuhan akan karet alam. 6.
Nilai tukar Euro terhadap Dollar Amerika Serikat (EREt) Nilai tukar Euro terhadap Dollar Amerika Serikat mempunyai nilai probabilitas
thitung sebesar 0,986 karena itu nilai tukar Euro tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam dari Malaysia ke Eropa. Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien nilai tukar Euro terhadap US Dollar yang negatif, yaitu sebesar 1,910. Artinya kenaikan nilai tukar 1 persen akan menyebabkan penurunan volume ekspor karet Malaysia sebesar 1,910 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal 67
yang dibuat yaitu nilai tukar akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam. Karena dalam proses transaksi karet alam di dunia menggunakan Dollar Amerika Serikat sebagai mata uangnya maka para eksportir karet alam di Malaysia perlu mempertimbangkan keadaan nilai tukar Euro terhadap Dollar AS apakah menguat atau melemah. Jika nilai tukar Euro terhadap US$ menguat maka volume karet alam yang diimpor oleh Eropa akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Secara keseluruhan hasil penelitian yang diuji dapat kita lihat pada Tabel 18. Terlihat bahwa masing-masing variabel yang diuji pada ketiga negara memiliki pengaruh yang berbeda-beda baik dengan hipotesis yang telah dibuat maupun antar ketiga negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia). Volume ekspor karet alam tahun sebelumnya dan harga karet sintetis dunia sama-sama memiliki pengaruh yang positif terhadap ekspor karet alam ketiga negara, hasil ini juga sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat. Variabel nilai tukar sama-sama memiliki pengaruh yang negatif terhadap volume ekspor karet alam di Negara Thailand Indonesia dan Malaysia. Selain itu variabel yang berpengaruh signifikan (α=10%) pada ketiga negara berbeda-beda. Pada Thailand variabel yang berpengaruh signifikan pada taraf 10% adalah volume ekspor karet alam Thailand pada tahun sebelumnya ke Cina, dan nilai GDP Negara Cina. Pada Indonesia, yaitu harga ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat, volume ekspor tahun sebelumnya ke Amerika Serikat, harga karet sintetis dunia dan GDP Negara Amerika Serikat. Sedangkan pada Negara Malaysia, yaitu harga ekspor karet alam Malaysia dan volume ekspor karet alam Malaysia pada tahun sebelumnya ke Eropa. Informasi ini sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam perdagangan internasional karet alam, baik bagi negara pengekspor maupun negara pengimpor. Pengaruh variabel yang diuji pada masing-masing negara juga dapat dijadikan referensi atau informasi pendukung dalam menyusun kebijakan atau strategi dalam menghadapi fenomena-fenomena yang akan terjadi di pasar dunia.
68
Tabel 18. Pengaruh Masing-Masing Variabel yang Diuji pada Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia Variabel Hipotesis Thailand Indonesia Malaysia Harga Ekspor Karet Alam + + Volume Ekspor Tahun Sebelumnya + + + + Harga Karet Alam Dunia + + Harga Karet Sintetis Dunia + + + + GDP Negara Pengimpor + + + Nilai Tukar -
6.2.
Uji Asumsi Klasik Regresi Uji asumsi regresi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Hasil
pengujian hipotesis yang baik adalah pengujian yang tidak melanggar asumsiasumsi klasik yang mendasari model linier berganda adalah sebagai berikut (Gujarati, 1995):
6.2.1. Uji Normalitas Uji normlitas data dilakukan untuk menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar data terdistribusi secara normal dan mengetahui seberapa besar data terdistribusi secara normal dalam variabel yang digunakan. Data yang baik adalah data yang terdistribusi secara normal atau mendekati normal. Ada beberapa cara untuk menguji normalitas data, yaitu Uji Normalitas Shapiro-Wilk dan Uji Normalitas Lilliefors (Kalmogorov-Smirnov). Uji normalitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah Uji Normalitas Lilliefors (Kalmogorov-Smirnov). Uji normalitas data dapat dilakukan dengan melihat grafik distribusi normalitas serta melakukan pengujian Kalmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujian: 1. Angka signifikan (Sig) > 0,05 maka data terdistribusi secara normal 2. Angka signifikan (Sig) < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal Hasil perhitungan uji normalitas data pada Thailand (Lampiran 1), Indonesia (Lampiran 2) dan Malaysia (Lampiran 3) menunjukkan seluruh tingkat signifikansi pada variabel penelitian adalah terdistribusi secara normal.
69
6.2.2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ditemukan adanya korelasi antar variable bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebasnya. Untuk mengetahui apakah model tersebut terdapat multikolinearitas dapat dilakukan dengan mencari besarnya Variance Inflation Factor (VIF) dengan nilai tolerance-nya. Jika nilai VIFnya kurang dari 10 dan nilai tolerance-nya lebih dari 0,10 maka model bebas dari multikolinearitas. Nilai VIF dan toleransi model persamaan ekspor karet alam Thailand dapat dilihat pada Lampiran 1, Indonesia pada Lampiran 2 sedangkan Malaysia pada Lampiran 3. Dari hasil tersebut dapat kita lihat bahwa nilai VIF asingmasing variabel pada ketiga fungsi ekspor karet alam (Thailand, Indonesia dan Malaysia) yang diuji kurang dari 10. Nilai tolerance pada masing-masing variabel juga lebih dari 0,10. Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa model fungsi ekspor karet alam (Thailand, Indonesia dan Malaysia) yang dibentuk tidak terdapat gejala multikolinearitas, artinya tidak terjadi korelasi diantara masingmasing variabel bebasnya.
6.1.3. Uji Heteroskedastisitas Tujuan dari uji ini untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini dilakukan metode chart (Diagram Scatterplot), dengan dasar pemikiran bahwa (Singgih, 2001): 1. Jika titik membentuk pola tertentu yang beraturan (melebar kemudian menyempit, bergelombang) maka terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika ada pola yang jelas serta titik melebar diatas dan dibawah 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas pada fungsi ekspor yang diteliti dapat dilihat pada Lampiran 1 (Thailand), Lampiran 2 untuk Indonesia dan Lampiran 3 (Malaysia). Dapat kita lihat pada hasil yang diperoleh bahwa data tersebar dan tidak membentuk pola. Berdasarkan keterangan diatas maka seluruh variabel yang 70
diuji
pada
masing-masing
fungsi
ekspor
karet
alam
tidak
terdapat
heteroskedastisitas.
6.1.4. Uji Autokorelasi Autokorelasi berarti terdapat korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu regresi adalah berarti varian sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Untuk mengetahui apakah dalam model terdapat autokorelasi atau tidak maka dilakukan uji Durbin-Watson (Uji Dw).
Tabel 19. Uji Autokorelasi DW
Kesimpulan
Kurang dari 1,59
Ada korelasi
1,59 – 1,73
Tanpa Kesimpulan
1,73 – 2,27
Tidak Ada Autokorelasi
2,27 – 2,41
Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,41
Ada Autokorelasi
Sumber: Algifari (1997)
Berdasarkan uji Durbin Watson maka diperoleh nilai DW pada fungsi ekspor karet alam Thailand sebesar 1,917 (Lampiran 1), pada Indonesia sebesar 1.955 (Lampiran 2) sedangkan pada fungsi ekspor karet alam Negara Malaysia sebesar 2,172 (Lampiran 3). Artinya model yang digunakan pada masing-masing fungsi ekspor karet alam (Thailand, Indonesia dan Malaysia) tidak terdapat autokorelasi.
6.3.
Uji F Statistik Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan
atau bersama-sama variabel bebas atau terikat. Apabila Fhitung > Ftabel maka semua variable bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat, pada tingkat kepercayaan 10%. Terima H0 jika probabilitas < 0,10.
71
Berdasarkan tabel ANOVA (Lampiran 1, Lampiran 2 dan Lampiran 3) dapat dilihat bahwa angka probabilitas yaitu 0,000 berarti berada dibawah 0,10. Dapat diambil kesimpulan bahwa harga ekspor karet alam tahun sebelumnya, volume ekspor tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, GDP negara pengimpor, dan nilai tukar terhadap US$ secara bersama-sama atau simultan secara signifikan berpengaruh terhadap volume ekspor masingmasing negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia).
72
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.
Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan hal-hal
sebagai berikut : 1. Penawaran maupun permintaan karet alam dunia cenderung meningkat setiap tahunnya. Akan tetapi, peningkatan pemintaan karet alam dunia lebih besar daripada peningkatan penawaran karet alam dunia. Konsumsi karet alam yang semakin
meningkat
setiap
tahunnya
disebabkan
karena
semakin
berkembangnya industri khususnya industri otomotif. Bila dilihat baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan, kondisi karet sintetis dunia cenderung menurun pada beberapa tahun terakhir ini. Penurunan produksi karet sintetis dunia ini disebabkan oleh karena tingginya biaya produksi dan penurunan insentif produksi barang jadi karet yang menggunakan karet sintetis. Harga karet alam dan harga karet sintetis juga cenderung bersaing di pasar dunia atau internasional. Luas areal perkebunan karet di Thailand dan Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya, sedangkan pada Malaysia cenderung menurun. Produktivitas karet alam di Indonesia cenderung meningkat, sedangkan di Thailand dan Malaysia cenderung menurun. Jumlah produksi karet alam di Negara Thailand, Indonesia dan Malaysia jauh lebih besar dibandingkan dengan konsumsi domestiknya sehingga lebih banyak diekspor daripada diserap oleh pasar karet alam negeri. Keadaan ini juga mendukung ketiga negara tersebut menjadi eksportir karet alam terbesar di dunia. Harga karet alam domestik di Thailand, Indonesia dan Malaysia sering mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Harga karet alam yang fluktuatif ini mengikuti perkembangan keseimbangan antara jumlah permintaan dan penawaran karet alam di pasar. 2. Hasil yang digunakan menunjukkan nilai R Square 0,927 pada fungsi ekspor karet alam Thailand, yang artinya bahwa variabel bebas yang diuji dapat menjelaskan volume ekspor karet alam Thailand sebagai variabel terikat (dependent) sebesar 92,7% sedangkan sisanya 7,3% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model. Pada Indonesia R Square 0,812 dan pada Malaysia nilai R
Square 0,845. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor karet alam Negara Thailand ke Cina, Negara Indonesia ke Amerika Serikat dan Negara Malaysia ke Eropa adalah : harga ekspor karet alam, volume ekspor karet alam pada tahun sebelumnya, harga karet alam dunia, harga karet sintetis dunia, nilai GDP negara tujuan, dan nilai tukar terhadap US$ yang secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspornya. Ada dua variabel independen yang berpengaruh signifikan secara individu pada taraf nyata sepuluh persen pada fungsi ekspor karet alam Thailand, yaitu: volume ekspor karet alam Thailand pada tahun sebelumnya ke Cina, dan nilai GDP Negara Cina. Pada Indonesia variabel independen yang berpengaruh signifikan, yaitu harga ekspor karet alam Indonesia ke Amerika Serikat, volume ekspor tahun sebelumnya ke Amerika Serikat, harga karet sintetis dunia dan GDP Negara Amerika
Serikat.
Sedangkan pada
Negara
Malaysia
variabel
yang
berpengaruh signifikan, yaitu harga ekspor karet alam Malaysia dan volume ekspor karet alam Malaysia pada tahun sebelumnya ke Eropa.
7.2.
Saran Beberapa saran yang dapat dipertimbangkan pada penelitian ini, sebagai
berikut: 1. Penelitian ini hanya membahas karet alam secara umum. Agar mendapatkan hasil yang lebih spesifik, diperlukan penelitian tentang ekspor karet alam berdasarkan jenis karet alam yang diekspor ke masing-masing negara tujuan karena setiap negara memiliki karakteristik yang khas sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi ekspornya juga berbeda-beda. Hal ini juga penting dilakukan untuk mengetahui jenis mutu karet yang berpotensi dikembangkan oleh masing-masing negara pengekspor Selain itu diperlukan juga penelitian tentang ekspor ekspor karet alam ke negara-negara lain yang menjadi tujuan ekspor karet alam masing-masing negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia). 2. Pemerintah
di
masing-masing
negara
(pengekspor
dan
pengimpor)
diharapkan untuk selalu menjaga fluktuasi nilai tukar, mengingat dampak dari perubahan nilai tukar tersebut berpengaruh terhadap permintaan karet.
74
3. Kerjasama perdagangan antar ketiga Negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) harus terus dilakukan untuk mengantisipasi dan mengendalikan fluktuasi harga domestik (dalam negeri) maupun harga ekspor karet alam masing-masing negara. 4. Peningkatan daya saing dan kualiatas karet alam yang diekspor masingmasing negara (Thailand, Indonesia dan Malaysia) perlu dilakukan untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasar karet alam masing-masing negara tersebut.
75
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil. 2005. Prospek karet alam Indonesia di pasar internasional: suatu analisis intergrasi pasar dan keragaan ekspor [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Amir. 1989. Ekpor Impor, Teori dan Penerapannya. Cetakan Kedua. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. [ANRPC] Association of Natural Rubber Producing Countries. 2010. Quarterly Natural Rubber Statistical Bulletin. Volume 2 Number 11. www.anrpc.org Budiman, A.F.S. 2005. Perkembangan Global Karet Alam dan Tantangan Bagi Indonesia. Warta Perkaretan Vol 24 No.2 Hal. 1-7. Pusat Penelitian Karet. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia. Bogor. Department of Statistics Malaysia. 2010. Malaysian Statistics. www.lgm.gov.my Direktorat Jenderal Perkebunan. 2008. Statistik Perkebunan Indonesia 2006-2007: Karet. Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian. Elwanmendri. 2000. Perdagangan karet alam antar negara produsen utama dan Amerika Serikat [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO). 2009. Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Berdasarkan Negara. www.gapkindo.or.id Gonarsyah, I. 1987. Landasan Perdagangan Internasional. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertaniana. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Gujarati, Damodar. 1978. Basic Economitrics. McGraw-Hill Companies Inc. New York. Halwani, R. Hendra. 2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Hendratno, Ella H. 2008. Analisis permintaan ekspor karet alam Indonesia di Negara Cina [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. IPB. International Rubber Study Group (IRSG). 2010. Statistical Summary of World Rubber Situation. IRSG. London. [IMF] International Monetery Fund. 1980-2009. International Financial Statistics Yearbook (berbagai terbitan). IMF: Washington DC. [IMF] International Monetery Fund. 2011. IMF Forecast. IMF: Washington DC. Lembaga Getah Malaysia. www.lgm.gov.my
2011.
Malaysian
Natural
Rubber
Statistic.
Lestari, Ayu. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor karet alam Indonesia [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. IPB. Limbong W.H. dan Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lipsey, Richard G. 1997. Pengantar Makroekonomi. Jilid Kedua. Binarupa Aksara. Jakarta. Malian, A. Husni. 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor produk pertanian dan produk industri pertanian Indonesia : pendekatan Macroeconomic Models dengan Path Analysis, Jakarta. Mankiw, N,Gregory. 2000. Teori Makroekonomi Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta. Oktaviani R, Novianti T. 2009. Teori Perdagangan Internasional dan Aplikasinya di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. OPEC (Organization of The Petroleum Exporting Countries). 2011. OPEC Basket Price. http://www.opec.org
77
Pass, Christopher dan Bryan Lowes. 1997. Kamus Lengkap Ekonomi Terjemahan Dictionary of Economics. Tumpal Rumapea dan Posman Halolo. Erlangga: Jakarta. Pratisto, Arif. 2005. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT Alex Media Komputindo. Rubber Research Institute of Thailand. 2011. Thailand Natural Rubber Statistic. www.rubberthai.com Ryan, Barbara F. 1976. The Minitab Student Handbook (Statistics). Duxbury Press. Pennsylvania. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Cetakan Pertama. Penerbit Erlangga. Jakarta. Sinaga, R. A. 2007. Analisis aliran perdagangan komoditi karet alam Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi di negara tujuan (kasus lima negara tujuan ekspor utama) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. IPB. Sukirno, Sadono. 1993. Pengantar Teori Makroekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta. Walpole, Ronald E. 1995. Pengantar Statistika. Edisi Ke-3. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Zuhra, C.F. 2006. Karet. Karya Ilmiah. Medan.
78
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data-Data Penelitian
Tahun 1980
XTt
XIt
XMt
HKTt
HKIt
HDt
16.50
335.60
371.1
1457.71
1100.00
1625.40
1981
9.90
299.10
319.7
1476.15
1193.80
1251.90
1982
31.80
339.10
385.9
987.62
1033.50
1002.10
1983
39.90
381.10
392.7
795.21
751.40
1238.50
1984
41.80
468.80
359.2
1002.90
899.20
1095.60
1985
59.40
468.60
386.2
782.28
939.40
924.10
1986
70.80
448.60
384.1
615.34
707.90
944.60
1987
133.50
498.30
351.9
527.18
742.30
1112.60
1988
118.90
548.10
341.4
781.95
876.70
1286.60
1989
194.30
520.40
347.6
809.31
1098.40
1111.80
1990
166.30
517.40
349.5
754.90
874.50
1020.80
1991
188.60
568.90
398
734.40
786.10
1007.50
1992
252.30
583.60
419.2
721.60
791.60
1019.60
1993
240.69
623.40
442.6
752.00
818.90
992.90
1994
235.80
571.40
419.2
977.00
804.60
1316.90
1995
150.32
620.70
410.8
1228.00
1021.80
1815.00
1996
382.58
628.20
351.4
1778.00
1483.30
1606.60
1997
299.92
601.30
319.2
1645.60
1337.10
1222.90
1998
237.64
726.50
316.4
1207.00
1063.80
894.00
1999
243.32
694.90
274
304.10
671.00
808.20
2000
417.64
562.50
274.71
237.90
724.80
831.60
2001
368.11
517.20
274.59
637.70
782.80
746.50
2002
463.64
593.10
274.05
536.90
525.50
906.80
2003
650.90
598.10
267.94
751.40
752.00
1230.10
2004
619.80
627.90
310.89
1008.80
1004.00
1206.64
2005
573.39
669.10
275.50
1219.90
1380.00
1386.37
2006
747.17
590.90
269.37
1399.40
1370.00
1946.07
2007
827.37
644.30
254.68
1988.50
1950.00
2152.50
2008
824.83
622.20
230.89
2165.70
2120.00
2530.00
2009
1160.34
394.30
146.36
2539.40
2710.00
1800.00
80
HSt
YCt
YEt
ERYt
ERRt
EREt
1380
554.25
9302.06
1.50
1377
0.88
1770
575.10
10132.47
1.70
1340
0.89
1620
619.46
10797.47
1.89
1266
0.8
1530
681.85
11383.20
1.96
1412
0.71
1580
767.64
12086.74
2.32
1489
0.88
1510
860.86
12733.58
2.94
1473
0.89
630
923.04
13351.67
3.45
2071
0.85
1370
1014.76
14111.55
3.72
1854
0.89
1580
1114.68
15158.83
3.72
1902
0.93
1200
1135.54
16273.60
3.77
1896
0.90
1310
1154.25
17337.38
4.78
1851
0.79
1450
1243.40
18188.30
5.32
1863
0.81
1430
1402.50
18770.19
5.51
1957
0.77
1430
1569.29
19064.78
5.76
1829
0.86
1390
1748.84
19945.93
8.62
1927
0.84
1620
1832.04
20918.41
8.35
1783
0.77
2050
2053.61
21654.34
8.31
1784
0.8
1300
2284.23
22648.34
8.29
2138
0.88
1100
2490.23
23522.60
8.28
6541
0.89
1020
2718.90
24571.85
8.28
5219
0.78
1040
4800.00
25962.58
8.28
7845
0.71
860
3600.00
26906.39
8.28
8223
0.71
1170
4300.00
27505.73
8.28
7691
0.73
1250
4400.00
28254.95
8.28
7131
0.81
1339
4697.90
29528.54
8.28
6534
0.84
1607
5600.00
30842.42
8.19
7360
0.84
1710
6300.00
32597.30
7.97
6870
0.85
2025
7800.00
34291.87
7.60
7613
0.89
2510
5300.00
34998.76
6.95
8137
0.93
1940
6000.00
33759.28
6.83
8120
0.90
81
Lampiran 2.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda pada Negara Thailand One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y
N
X1
X2
X3
X4
X5
X6
30
30
30
30
30
30
30
325.5820
1060.7950
287.4640
1267.8060
1457.3667
2651.4123
5.9137
Normal Parameters(a,b)
Mean
290.59383
545.94542
249.40166
426.16314
375.81943
2075.99407
2.56596
Most Extreme Differences
Absolute
.200
.177
.189
.187
.133
.187
.222
Positive
.200
.177
.189
.187
.133
.187
.146
Negative
-.139
-.098
-.133
-.111
-.071
-.156
-.222
Kolmogorov-Smirnov Z
1.093
.972
1.037
1.027
.726
1.023
1.215
Asymp. Sig. (2-tailed)
.183
.301
.232
.242
.667
.246
.104
Std. Deviation
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Coefficients(a)
Model 1
(Constant)
Unstandardized Coefficients Std. B Error
Standardized Coefficients
T
Collinearity Statistics
Sig.
Beta
Tolerance
VIF
-67.924 .068 .590
94.658 .059 .198
.128 .506
-.718 1.163 2.976
.480 .257 .007
.262 .110
3.822 9.130
-.078 .063
.083 .082
-.114 .082
-.932 .772
.361 .448
.212 .282
4.714 3.549
.063 -1.504 a. Dependent Variable: Y
.021 9.733
.449 -.013
2.949 -.155
.007 .879
.137 .429
7.324 2.330
X1 X2 X3 X4 X5 X6
Variables Entered/Removed(b) Model
Variables Entered
X6, X4, X5, X1, X3, X2(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y 1
Variables Removed
Method
.
Enter
Model Summary(b) Adjusted R Model R R Square Square 1 .963(a) .927 .908 a Predictors: (Constant), X6, X4, X5, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y
Std. Error of the Estimate 88.09748
DurbinWatson 1.917
82
ANOVA(b) Model
Sum of Squares 2270391.651 178506.805
Mean Square 378398.608 7761.165
Df
F 48.755
1 6 Regression 23 Residual 2448898.455 29 Total a Predictors: (Constant), X6, X4, X5, X1, X3, X2 b Dependent Variable: Y
Sig. .000(a)
Scatterplot Dependent Variable: Y Regression Studentized Residual
4
3
2
1
0
-1 -2 -1.5
-1.0
-.5
0.0
.5
1.0
1.5
2.0
2.5
Regression Standardized Predicted Value
Lampiran 3.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda pada Negara Indonesia One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y
N
X1
X2
X3
X4
X5
X6
30
30
30
30
30
30
30
542.1200
1077.1467
537.0133
1267.8060
1457.3667
8974.7567
3949.8667
Normal Parameters(a,b)
Mean
109.39972
474.52990
103.43497
426.16314
375.81943
7897.07431
2820.11412
Most Extreme Differences
Absolute
.141
.214
.164
.187
.133
.217
.340
Positive
.082
.214
.104
.187
.133
.214
.340
Negative
-.141
-.163
-.164
-.111
-.071
-.217
-.187
Kolmogorov-Smirnov Z
.770
1.173
.898
1.027
.726
1.187
1.861
Asymp. Sig. (2-tailed)
.594
.128
.395
.242
.667
.119
.002
Std. Deviation
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
83
Coefficients(a) Model
1
(Constant)
Unstandardized Coefficients Std. B Error 34.403 73.493
X1 X2 X3 X4 X5 X6
Standardized Coefficients
t
Sig.
.468
.644
Beta
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-.135 .957
.037 .123
-.586 .905
-3.627 7.754
.001 .000
.313 .600
3.200 1.667
-.040 .111 .004
.048 .052 .002
-.157 .381 .287
-.850 2.146 2.226
.404 .043 .036
.238 .259 .492
4.202 3.860 2.034
-.002
.005
-.043
-.322
.750
.454
2.202
a Dependent Variable: Y
Variables Entered/Removed(b) Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
.
Enter
X6, X4, X2, X5, X1, X3(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y 1
ANOVA(b) Model
Sum of Squares 281879.558 65201.110
Df
Mean Square 46979.926 2834.831
1 6 Regression 23 Residual 347080.668 29 Total a Predictors: (Constant), X6, X4, X2, X5, X1, X3 b Dependent Variable: Y
F 16.572
Sig. .000(a)
Model Summary(b) Adjusted R Model R R Square Square 1 .901(a) .812 .763 a Predictors: (Constant), X6, X4, X2, X5, X1, X3 b Dependent Variable: Y
Std. Error of the Estimate 53.24313
DurbinWatson 1.955
84
Scatterplot Dependent Variable: Y Regression Studentized Residual
4 3 2 1 0 -1 -2 -3 -2.5
-2.0
-1.5
-1.0
-.5
0.0
.5
1.0
1.5
Regression Standardized Predicted Value
Lampiran 4.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda pada Negara Malaysia One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Y
30
30
X6 30
330.6361 1062.6500 338.3507 1267.8060 1457.3667
21220.0368
.8340
66.96773 461.93867 57.69671 426.16314 375.81943
7895.19998
.06537
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
X1 30
Mean Std. Deviation Absolute
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
X2 30
X3 30
X4 30
X5
.128 .128 -.100
.201 .201 -.149
.162 .162 -.097
.187 .187 -.111
.133 .133 -.071
.083 .083 -.066
.159 .090 -.159
.702 .708
1.102 .177
.887 .411
1.027 .242
.726 .667
.453 .986
.872 .433
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
85
Coefficients(a) Model
Unstandardized Coefficients
1
B
Std. Error
123.795
111.165
X1
-.053
.027
X2
.744
X3
.007
X4
(Constant)
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1.114
.277
-.367
-1.979
.060
.196
5.105
.152
.641
4.908
.000
.395
2.532
.027
.042
.239
.813
.221
4.526
.022
.028
.123
.774
.447
.267
3.740
X5
-.001
.001
-.151
-1.044
.307
.323
3.092
X6
-1.910
109.914
-.002
-.017
.986
.586
1.707
a Dependent Variable: Y
Variables Entered/Removed(b) Model
Variables Entered
Variables Removed
Method
.
Enter
X6, X2, X4, X5, X3, X1(a) a All requested variables entered. b Dependent Variable: Y 1
ANOVA(b) Sum of Mean Squares Df Square Regression 109884.579 6 18314.097 Residual 20171.035 23 877.002 Total 130055.615 29 a Predictors: (Constant), X6, X2, X4, X5, X3, X1 b Dependent Variable: Y Model 1
F 20.883
Sig. .000(a)
Model Summary(b) Adjusted R Model R R Square Square 1 .919(a) .845 .804 a Predictors: (Constant), X6, X2, X4, X5, X3, X1 b Dependent Variable: Y
Std. Error of the Estimate 29.61421
DurbinWatson 2.172
86
Scatterplot Dependent Variable: Y Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2 -3
-2
-1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
87