FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA
Oleh : Asti Istiqomah A14304011
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA
Oleh: Asti Istiqomah A14304011
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul
: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS INDONESIA KE MALAYSIA DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA Nama : ASTI ISTIQOMAH NRP : A14304011
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Tanti Novianti, SP, M.Si NIP.132 206 249
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof.Dr.Ir.Didy Sopandie, M.Agr NIP.131 124 019
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN DENGAN
INI
SAYA
MENYATAKAN
BAHWA
SKRIPSI
YANG
BERJUDUL ”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NENAS
INDONESIA
KE
MALAYSIA
DAN
KEUNGGULAN
KOMPARATIF NENAS INDONESIA DI PASAR MALAYSIA” ADALAH BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Mei 2008
ASTI ISTIQOMAH A14304011
RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Subang, 23 September 1986, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Drs. Dedi Rosadi dan Siti Imas Nurmas. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Sukamulya pada tahun 1992 sampai dengan 1998. Kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama ke SLTPN 1 Subang pada tahun 1998 sampai dengan tahun 2001, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMUN 1 Subang pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Pertanian, Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya melalui jalur USMI. Selama perkuliahan, penulis pernah mengikuti organisai Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) IPB dan anggota Badan Pengawas Himpunan Profesi Fakultas Pertanian. Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten Mata Kuliah Ekonomi Umum selama tiga semester mulai semester genap tahun ajaran 2006/2007.
Bogor, Mei 2008
Penulis
KATA PENGANTAR Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia dan Keunggulan Komparatif Nenas Indonesia di Pasar Malaysia”. Penulisan skripsi ini sebagai bagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia serta menganalisis bagaimana posisi daya saing atau keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia. Skripsi ini disusun dengan harapan dapat menjadi referensi dan informasi bagi semua pihak dalam mengambil keputusan maupun kebijakan yang berhubungan dengan kegiatan ekspor nenas. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor Asti Istiqomah Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk, dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada : 1. Mama dan Papa yang sangat kusayangi atas doa dan dorongan kepada penulis tanpa pernah lelah. Maaf putrimu ini belum bahkan tidak mungkin bisa membalas apa yang telah diberikan kepadaku; 2. Ibu Tanti Novianti, SP, M.Si. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini; 3. Bapak Dr.Ir. Harianto, MS. selaku dosen penguji utama dalam ujian sidang skripsi yang telah memeberikan koreksi dan masukan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan maksimal; 4. Bapak A. Faroby Falatehan, SP, ME. sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan koreksi dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini; 5. Saudara-saudaraku tercinta, Aa Kiki M.Iqbal, Aa Bambang M.Fajar, Adhi M. Rizal, Fairuzzabadi, Zaky, dan teh Wulan atas semangat dan dorongan yang diberikan kepada penulis; 6. Ibu Dr.Titi Kanti Lestari selaku Kasubdit Statistik Ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, atas bantuan informasi dan data yang diberikan kepada penulis; 7. Bapak Suhud dan Bapak Heru sebagai staf Subdirektorat Statistik Ekspor, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, yang telah memberikan informasi dan data kepada penulis;
8. Ibu Yuli dan Bapak Mesakh sebagai staf P2HP bagian Perdagangan Internasional, Departemen Pertanian, yang telah memberikan informasi kepada penulis; 9. Teman-teman sebimbingan, Rira, Wida, Ella, dan Jimmy atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis; 10. Temanku Rieka atas informasi berbagai tempat yang diberikan kepada penulis; 11. Sahabat-sahabatku, Rina, Riva, dan Susi atas semangat yang diberikan kepada penulis; 12. Rekan-rekan mahasiswa EPS 41, Nia, Wulan, Anti, Rahma, dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu; 13. Teman-teman di Wisma Satelit 2 Bawah dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Semoga Allah SWT. membalas dan melimpahkan karunia-Nya kepada Bapak/Ibu dan rekan-rekan sekalian. Amin.
Bogor,
Mei 2008
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ....................................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 5 1.3 Tujuan ............................................................................................ 7 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7 1.5 Ruang lingkup Penelitian ............................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Sejarah Singkat ............................................................ 9 2.2 Manfaat Buah Nenas ...................................................................... 9 2.3 Sentra penanaman .......................................................................... 10 2.4 Penelitian terdahulu ....................................................................... 10 2.4.1 Penelitian Mengenai Nenas ................................................... 10 2.4.2 Penelitian Mengenai Ordinary Least Square (OLS)............. 12 2.4.3 Penelitian Mengenai Keunggulan Komparatif ...................... 13 2.5 Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu ....................................... 15 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Perdagangan Internasional .......................................... 16 3.1.2 Teori Penawaran Ekspor ....................................................... 18 3.1.3 Konsep Keunggulan Komparatif .......................................... 22 3.1.3 Analisis Regresi Berganda .................................................... 23 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................. 24 3.3 Hipotesis ........................................................................................ 27
BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian ........................................... 30 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 30 4.3 Metode Analisis Data..................................................................... 30 4.4 Pengujian Model ............................................................................ 32 4.4.1 Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit) .............................. 32 4.4.2 Uji F ...................................................................................... 33 4.4.3 Uji t ....................................................................................... 35 4.4.4 Uji Multikolinearitas ............................................................. 36 4.4.5 Uji Autokorelasi dan Heteroskedastisitas ............................. 36 4.4.6 Uji Normalitas ....................................................................... 38 4.4.7 Model Alternatif .................................................................... 38 4.5 Revealed Comparative Advantage (RCA) ..................................... 40 4.6 Definisi Operasional ...................................................................... 41 BAB V. KERAGAAN EKONOMI NENAS 5.1 Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke ASEAN ..... 43 5.2 Perkembangan Harga Ekspor Nenas Indonesia ke ASEAN ........ 44 5.3 Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia ... 45 5.4 Perkembangan Harga Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Malaysia ........................................................................ 46 5.5 Perkembangan Harga Domestik Nenas Indonesia ....................... 47 5.6 Perkembangan Produksi Domestik Nenas Indonesia .................. 48 5.7 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar.................... 49 5.8 Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Lain ............................................................................ 50 5.9 Perkembangan Nilai Ekspor negara-Negara Penghasil Nenas..... 50 BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Ekspor Nenas ke Malaysia ................................................................................. 53 6.1.1 Produksi Domestik ............................................................. 55
6.1.2 Harga Domestik ................................................................. 55 6.1.3 Harga Ekspor...................................................................... 56 6.1.4 Nilai Tukar Rupiah............................................................. 57 6.1.5 Volume Ekspor Nenas ke Negara lain ............................... 58 6.1.6 Volume Ekspor Nenas Pada Periode Sebelumnya ............. 58 6.2 Keunggulan Komparatif Nenas Indonesia di Pasar Malaysia .... 59 BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 KESIMPULAN ........................................................................... 63 7.2 SARAN........................................................................................ 63 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65 LAMPIRAN ........................................................................................................ 68
DAFTAR TABEL
NO
Halaman
1.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Hortikultura 2000-2005 ............. 3
2.
Perkembangan Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun 1995 – 2005 ............................................................................. 4
3.
Perkembangan Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia Tahun 2002-2004 ................................................................................ 5
4.
Perkembangan Ekspor Nenas ke Malaysia dan Singapura ................. 6
5.
Jenis dan Sumber Data ........................................................................ 30
6.
Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Lain .................................................................................... 50
7.
Perkembangan Ekspor Negara-Negara Penghasil Nenas ke Malaysia ......................................................................................... 51
8.
Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia ......................................................................... 54
9.
Nilai RCA Empat Negara Produsen Nenas di Pasar Malaysia ........... 59
DAFTAR GAMBAR
NO
Halaman
1.
Keseimbangan Dalam Perdagangan Internasional ........................... 17
2.
Skema Kerangka Pemikiran Operasional ......................................... 27
3.
Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Tahun 1997-2006 ............................................................................ 44
4.
Grafik Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Tahun 1997-2006 ............................................................................ 45
5.
Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Tahun 1997-2006 ............................................................................. 46
6.
Grafik Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Tahun 1997-2006 ............................................................................. 47
7.
Grafik Harga Domestik Nenas Indonesia Tahun 1998-2006 ........... 48
8.
Grafik Produksi Nenas Indonesia Tahun 1998-2006 ....................... 49
9.
Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Tahun 1998-2006 ............................................................................. 49
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pada abad ke-21, blok-blok perdagangan menjadi trend dari kerjasama
regional antar negara. Kerjasama regional bermunculan seperti APEC (AsiaPacific Economic Cooperation) di kawasan Asia Pasifik, ASEAN Free Trade Area (AFTA) di kawasan Asia Tenggara dan ASEAN Cina Free Trade Area (ACFTA) di kawasan Asia Tenggara dan Cina. Perdagangan bebas AFTA merupakan bentuk kerjasama perdagangan antar negara-negara anggota ASEAN yang dibentuk pada tahun 1992. Pembentukan AFTA bertujuan untuk meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif dan mencari area baru untuk meningkatkan volume perdagangan. Kesepakatan berupa penurunan tarif secara bertahap yang dimulai tahun 2003 untuk semua produk termasuk komoditi pertanian, yaitu berkisar 0-5 persen. Sejak diberlakukannya AFTA pada tahun 2003, banyak pendapat bermunculan baik pro maupun kontra. Pendapat kontra mengatakan bahwa AFTA tidak akan memberikan dampak positif secara signifikan terhadap pendapatan dan perdagangan negara-negara anggotanya. Hal tersebut terjadi karena kenaikan ekspor akibat penerapan AFTA tidak akan sebesar kenaikan impor. Menurut Hutabarat (2005), penerapan perdagangan bebas AFTA tidak memberikan arti penting bagi kinerja perdagangan Indonesia. Begitu pula menurut prediksi Philippines Institute of Development Studies dalam Halwani (2002), Indonesia
akan mengalami defisit dalam neraca perdagangan akibat AFTA, dengan ekspor diperkirakan naik 14,5 persen sementara impor naik 27 persen (Anggraeni, 2004). Sementara, berdasarkan teori perdagangan bebas, adanya perdagangan bebas akan memberikan dampak positif yang besar bagi negara-negara yang melakukannya. Dampak positif tersebut disebabkan semakin terbukanya pasar ekspor dengan diturunkannya hambatan tarif. Demikian pula, adanya perdagangan bebas AFTA seharusnya akan memberikan dampak positif bagi negara-negara ASEAN karena peluang ekspor yang semakin terbuka dengan adanya penurunan tarif. Indonesia sebagai negara produsen produk pertanian tentunya memandang AFTA merupakan peluang besar bagi kegiatan ekspor produk pertanian. Di sisi lain dengan diterapkannya AFTA merupakan tantangan untuk menghasilkan produk pertanian yang mempunyai keunggulan kompetitif atau komparatif. Sehingga dalam menghadapi liberalisasi perdagangan AFTA diperlukan dukungan dari pemerintah. Dukungan pemerintah dalam menghadapi AFTA antara lain diberikan kepada sektor pertanian yang berorientasi ekspor. Hortikultura merupakan salah satu sub-sektor dari sektor pertanian yang dapat dikembangkan. Salah satu komoditas hortikultura yang mengalami perkembangan pesat adalah buah-buahan. Buah-buahan memiliki share yang cukup besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 51 persen pada tahun 2005. Buah-buahan memiliki share terhadap Pendapatan Domestik Bruto paling besar pada tiap tahunnya dibandingkan komoditas hortikultura lainnya. Perkembangan share buah-buahan terhadap Pendapatan Domestik Bruto dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Hortikultura 2000-2005 Komoditas Buah-buahan Sayuran Biofarmaka Tanaman Hias Hortikultura
2000 19.079 (54%) 13.145 (37%) 364 (1%) 2.746 (8%) 35.334 (100%)
2001 19.951 (54%) 13.786 (37%) 383 (1%) 2.886 (8%) 37.006 (100%)
PDB (Rp Milyar) 2002 2003 22.119 21.149 (57%) (53%) 13.550 15.404 (35%) (38%) 384 423 (1%) (1%) 2.622 3.370 (7%) (8%) 38.675 40.346 (100%) (100%)
2004 22.740 (55%) 15.336 (36%) 534 (1%) 3.406 (8%) 42.016 (100%)
2005 22.460 (52%) 16.395 (37%) 2.007 (4%) 3.334 (7%) 44.196 (100%)
Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2006
Permintaan buah-buahan juga akan terus meningkat yang diindikasikan dengan adanya peningkatan konsumsi per kapita. Konsumsi per kapita buahbuahan terus mengalami peningkatan dari tahun 1999 hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 konsumsi buah-buahan yaitu sebesar 31,57 kilogram per kapita (Dirjen Bina Produksi Hortikultura, 2006). Peningkatan tersebut disebabkan semakin meningkatnya jumlah penduduk, meningkatnya pengetahuan akan gizi, dan meningkatnya PDB riil. Pada tahun 2005, PDB riil mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,99 juta dari sebelumnya 7,67 juta pada tahun 2004 dan 7,39 juta pada tahun 2003 (BPS, 2006). Hal tersebut menunjukkan bahwa peluang pasar buah-buahan Indonesia masih terbuka lebar baik bagi pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Nenas merupakan salah satu buah-buahan unggulan ekspor Indonesia. Nenas termasuk buah eksotik yaitu buah-buahan khas daerah tropis. Di Indonesia, produksi nenas mengalami peningkatan dari tahun 2001 sampai tahun 2006. Pada periode tahun 2001-2006 produksi rata-rata nenas Indonesia meningkat sebesar 16,83 persen per tahun. Tingkat produksi nenas juga cukup besar dibandingkan buah unggulan lain yang memiliki luas panen yang lebih besar karena potensi
wilayah Indonesia yang cocok untuk pertumbuhan nenas. Perkembangan produksi buah nenas dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun 2001-2006 Komoditas Nenas Manggis Pisang Mangga Jeruk Pepaya Durian Alpukat
2001 494.968 25.812 4.300.422 923.294 691.433 500.571 347.118 141.703
2002 555.588 62.055 4.384.384 1.402.906 968.132 605.194 525.064 238.182
Produksi (Ton) 2003 2004 677.089 709.918 79.073 62.117 4.177.155 4.874.439 1.526.474 1.437.665 1.441.680 2.071.084 626.745 732.611 741.831 675.902 255.957 221.774
2005 925.082 64.711 5.177.608 1.412.884 2.214.020 548.657 566.205 227.577
2006 1.427.781 72.634 5.037.472 1.621.997 2.565.543 643.451 747.848 239.463
Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, 2006
Tingkat produksi nenas yang besar menyebabkan nenas berpotensi untuk dikembangkan dan dijadikan komoditi andalan ekspor. Berdasarkan data pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa volume ekspor nenas mengalami fluktuasi dimana pada pada tahun 2002 ekspor nenas meningkat tajam dan menurun kembali pada tahun 2003. Pada tahun selanjutnya volume ekspor nenas meningkat, akan tetapi kembali menurun pada tahun 2005. Peningkatan eskpor diduga terjadi akibat terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mendorong peningkatan volume ekspor sedangkan penurunan volume ekspor diduga karena semakin lemahnya daya saing nenas Indonesia baik dalam harga maupun kualitas. Volume ekspor nenas menempati peringkat empat volume ekspor buah Indonesia terbesar. Meskipun ekspor nenas berada pada peringkat empat, namun volume ekspor nenas pernah berada pada peringkat kedua terbesar setelah manggis pada tahun 2004 dengan volume ekspor sebesar 2.431.000 kilogram. Hal tersebut menunjukkan bahwa nenas merupakan salah satu komoditi yang memiliki potensi ekspor dengan didukung tingkat produksi yang terus mengalami peningkatan.
Tabel 3. Perkembangan Ekspor Buah-buahan Tropis Indonesia Tahun 2000-2005 Komoditas 2000
2001
Manggis Nenas Pisang Mangga Jeruk Pepaya Alpukat
7.182.000 4.868.000 2.977.000 2.020.000 2.106.000 263.000 430.000 425.000 313.000 672.000 18.000 5.000 24.000 14.000 Sumber : Departemen Pertanian, 2007
Volume Ekspor (Kilogram) 2002 2003 2004
6.512.000 3.734.000 5.126.000 1.573.000 479.000 6.000 85.000
9.304.000 2.284.000 27.000 559.000 152.000 188.000 169.000
3.045.000 2.431.000 993.000 1.880.000 671.000 525.000 5.000
2005
8.473.000 644.000 3.647.000 964.000 526.000 60.000 5.000
Malaysia adalah negara tujuan ekspor nenas Indonesia terbesar di kawasan ASEAN. Di pasar Malaysia persaingan akan nenas semakin tajam. Persaingan yang semakin tajam terlihat dari semakin banyaknya produsen-produsen nenas dari negara-negara lain. Adanya permasalahan dalam ekspor nenas berkaitan langsung dengan daya saing nenas di pasar Malaysia. Saat ini daya saing di pasar Malaysia masih diragukan meskipun tingkat produksi nenas tiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
1.2
Perumusan Masalah Negara tujuan ekspor nenas Indonesia ke kawasan ASEAN terbesar yaitu
Malaysia dengan rata-rata volume ekspor sebesar 440.574 kilogram. Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia sangat berfluktuasi dari tahun 1999 hingga tahun 2006. Pada tahun 2004, volume ekspor nenas ke Malaysia meningkat tajam yaitu sebesar 1.419.379 kilogram. Tahun 2004 merupakan tahun ekspor nenas tertinggi selama periode 1999-2006. Namun, pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun secara drastis menjadi 476.566 kilogram. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia tidak mengekspor nenas ke Malaysia. Padahal Indonesia merupakan negara yang berpotensi untuk mengekspor buah nenas. Potensi ekspor
nenas didukung juga dengan tingkat produksi yang semakin meningkat. Peningkatan eskpor diduga terjadi akibat terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mendorong peningkatan volume ekspor sedangkan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia yang terus mengalami penurunan diduga akibat diberlakukannya AFTA. Pada saat diberlakukannya penghapusan tarif 0-5 persen, Indonesia kalah bersaing dengan negara lain di kawasan ASEAN, seperti Thailand, Philipina dan Singapura yang juga merupakan negara pengekspor nenas. Perkembangan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perkembangan Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia dan Singapura Tahun 1998-2006 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-rata/tahun
Volume Ekspor (Kilogram) Malaysia Singapura 1.215 390.569 1.000 1.264 617.800 2.036.179 476.566 0 440.574
12.722 27.375 18.054 30.884 12 10.945 8.711 2.017 13.840
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007
Adanya peluang yang besar dalam pasar Malaysia terutama setelah diberlakukannya AFTA serta potensi alam yang mendukung produksi nenas ternyata belum dimanfaatkan oleh Indonesia. Belum dimanfaatkannya peluang pasar serta potensi alam terlihat dari masih tertinggalnya Indonesia dalam merebut peluang pasar Malaysia. Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan mengapa volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia tidak meningkat sementara tingkat produksinya terus mengalami peningkatan pada tiap tahunnya.
Berdasarkan data-data yang telah disajikan dari uraian sebelumnya, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia?
2.
Bagaimana keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia?
1.3
Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut : 1.
menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia;
2.
menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Bagi instansi pengambil keputusan terutama pemerintah dan para eksportir nenas, dapat dijadikan bahan pertimbangan baik dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia.
2.
Bagi pembaca yaitu sebagai sumber informasi dan perbandingan serta masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3.
Bagi penulis yaitu meningkatkan kemampuan menganalisa suatu permasalahan dengan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang diperoleh selama kuliah.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini ialah membahas faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Faktor internal yang dikaji terdiri dari produksi nenas, harga domestik, volume ekspor ke negara lain, dan volume ekspor pada periode sebelumnya, sedangkan faktor eksternal terdiri dari harga ekspor dan nilai tukar mata uang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Botani dan Sejarah Singkat Nenas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah
Ananas comosus. Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah di domestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas ini ke Philipina dan Semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia pada abad ke-15 (1599). Di Indonesia pada mulanya hanya sebagai tanaman pekarangan, dan meluas dikebunkan di lahan kering (tegalan) di seluruh wilayah nusantara. Klasifikasi tanaman nenas adalah: 1. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) 2. Divisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
3. Kelas
: Angiospermae (berbiji tertutup)
4. Ordo
: Farinosae (Bromeliales)
5. Famili
: Bromiliaceae
6. Genus
: Ananas
7. Species
: Ananas comosus (L) Merr
2.2
Manfaat Nenas Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nenas adalah
buahnya. Buah nenas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman, seperti selai, buah dalam sirop dan lain-lain. Rasa buah nenas manis sampai agak masam segar, sehingga disukai masyarakat luas. Disamping itu, buah nenas mengandung gizi cukup tinggi dan lengkap. Buah nenas mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering pula dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi Keluarga
Berencana. Buah nenas bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu, wasir dan kurang darah. Penyakit kulit (gatal-gatal, eksim dan kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nenas. Kulit buah nenas dapat diolah menjadi sirop atau diekstrasi cairannya untuk pakan ternak.
2.3
Sentra Penanaman Penanaman nenas di dunia berpusat di negara-negara Brazil, Hawaii,
Afrika Selatan, Kenya, Pantai Gading, Mexico dan Puerte Rico. Di Asia tanaman nenas ditanam di negara-negara Thailand, Philipina, Malaysia dan Indonesia terdapat di daerah Sumatera Utara, Jawa Timur, Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Pada
masa
mendatang
sangat
memungkinkan
propinsi
lain
memprioritaskan pengembangan nenas dalam skala yang lebih luas dari tahuntahun sebelumnya. Luas panen nenas di Indonesia ± 165.690 hektar atau 25,24% dari sasaran panen buah-buahan nasional (657.000 hektar).
2.4
Penelitian Terdahulu
2.4.1
Penelitian Mengenai Nenas Pada tahun 2006, Kesuma mencoba menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor nenas segar Indonesia dengan menggunakan data panel dari tahun 1996 sampai tahun 2004. Hasil analisis dengan metode fixed effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap ekspor nenas segar Indonesia adalah : harga ekspor, produksi nenas, pendapatan per kapita negara-negara tujuan ekspor dan volume ekspor nenas segar tahun sebelumnya, sedangkan peubah nilai tukar mata uang di tiap negara tujuan ekspor
tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor nenas segar Indonesia. Berdasarkan hasil analisis elastisitas jangka pendek maupun jangka panjang dari faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor nenas segar Indonesia, didapat bahwa tanda koefisien elastisitas tidak berubah baik pada jangka panjang maupun jangka pendek pada semua variabel. Penelitian mengenai ekspor nenas Indonesia dengan menggunakan pendekatan Ordinary Least Square (OLS) pernah dilakukan oleh Novansi pada tahun 2006. Data yang digunakan penelitian ini berupa data time series bulanan periode Januari 2002-Juni 2004. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa faktor-faktor yang secara nyata mempengaruhi volume ekspor nenas ke Amerika Serikat adalah volume ekspor periode sebelumnya dan harga domestik. Sementara itu, harga ekspor, nilai tukar rupiah, dan volume ekspor ke negara lain tidak berpengaruh secara nyata.
2.4.2
Penelitian Mengenai Ordinary Least Square (OLS) Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani pisang (Musa
paradisiaca) pernah dilakukan oleh Marhaeni (2007) dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani secara nyata adalah luas lahan total yang dikuasai oleh petani, luas lahan yang ditanami pisang, tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani non pisang dan pendapatan usahatani non pisang. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 70,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 70,6 persen variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak
bebas dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PT. Perkebunan Nusantara VIII dengan metode Ordinary Least Square (OLS) yang ditulis oleh Resmisari (2006), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh PTPN VIII ke tiga negara tujuan utama yaitu Pakistan, Inggris, dan Rusia. Hasil analisis memberikan kesimpulan bahwa ekspor teh PTPN VIII ke negara Pakistan dipengaruhi secara nyata oleh variabel harga ekspor periode t, harga ekspor periode t-1, harga teh domestik periode t, harga teh domestik periode t-1, harga kopi periode t, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag ekspor, dan nilai tukar negara tujuan terhadap dollar. Sementara itu, variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh PTPN VIII ke negara Inggris adalah harga ekspor periode t, harga teh domestik periode t, harga teh domestik periode t-1, nilai tukar rupiah terhadap dollar, lag ekspor, dan nilai tukar pondsterling terhadap dollar. Sedangkan, ekspor teh PTPN VIII ke negara Rusia dipengaruhi secara nyata oleh variabel harga ekspor periode t, harga ekspor periode t-1, dan lag ekspor. Arleen (2006) dengan alat analisis yang sama yaitu metode Ordinary Least Square (OLS), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor kakao Indonesia. Perubahan volume ekspor kakao Indonesia dapat dijelaskan oleh ketersediaan produk, harga domestik kakao, harga dunia kakao, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar. Unsur-unsur tersebut dapat menjelaskan dengan baik fungsi ekspor kakao Indonesia dengan koefisien determinasi R2 sebesar 86,5 persen.
2.4.3
Penelitian Mengenai Keunggulan Komparatif Pada tahun 2008, Firdaus dan Ahmad Heri melakukan penelitian mengenai
daya saing industri tekstil dan produk tekstil Indonesia dan China di pasar Amerika Serikat. Data yang digunakan merupakan data sekunder berupa time series dari tahun 1999-2005. Keunggulan komparatif dianalisis dengan formula Herfindahl Index, rasio konsentrasi dan Revealed Comparative Advantage (RCA), sedangkan keunggulan kompetitif dianalisis dengan Teori Berlian Porter (Porter’s Diamond Theory). Hasil penelitian mengemukakan bahwa dari segi komparatif daya saing komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding Cina. Tingginya daya saing Indonesia disebabkan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Namun, untuk komoditi kain dan benang, Cina lebih memiliki keunggulan komparatif. Dari perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan benang cenderung berkurang dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Geo Sandy (2007) melakukan penelitian tentang daya saing komoditas nenas dan pisang Indonesia di pasar internasional. Berdasarkan analisis Herfindal Index dan Rasio Konsentrasi, struktur pasar yang dihadapi dalam perdagangan nenas dan pisang adalah struktur pasar persaingan oligopoli. Sementara, berdasarkan hasil analisis nilai Revealed Comparative Advantage (RCA), Indonesia belum memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan nenas dan pisang di pasar internasional karena nilai RCA kedua komoditas tersebut masih di bawah satu.
Selain itu, berdasarkan analisis kualitatif yaitu menggunakan teori Berlian Porter yang dilakukan oleh Geo Sandy, diketahui kondisi internal dan eksternal pengusahaan nenas dan pisang. Kondisi internal komoditas nenas dan pisang Indonesia antara lain : Indonesia memiliki keunggulan sumberdaya alam, namun masih kekurangan sumberdaya manusia, masalah permodalan, belum sepenuhnya melakukan penerapan teknologi, dan kondisi infrastruktur yang belum memadai. Sementara, kondisi eksternal komoditas nenas dan pisang antara lain : peranan pemerintah yang telah mengeluarkan varietas unggulan nenas dan pisang serta menetapkan wilayah andalan produksi nenas dan pisang. Peranan peluang yang ada yaitu negara Singapura, Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Belanda, dan Australia yang telah menjadi tujuan ekspor nenas Indonesia. Penelitian mengenai daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional yang ditulis oleh Anissa (2006), menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan besarnya pangsa pasar ekspor teh hitam Indonesia di pasar internasional. Data yang digunakan merupakan data panel yang merupakan kombinasi antara data time series dan cross section dari tahun 1993-2003. Hasil analisis memberikan kesimpulan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pangsa pasar teh hitam Indonesia berdasarkan nilai probabilitas yang diperoleh adalah produksi teh hitam Indonesia dan jumlah konsumsi teh hitam di dalam negeri. Hasil pengolahan data tersebut mencerminkan kondisi nyata daya saing teh hitam Indonesia di pasar internasional dimana Indonesia sebagai salah satu negara produsen teh hitam terbesar di dunia tidak dapat mempengaruhi harga pasar dan seringkali memperoleh tingkat harga yang lebih rendah daripada harga teh hitam negara produsen lain seperti Sri Lanka maupun India.
2.2
Tinjauan Terhadap Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu mengenai ekspor nenas oleh Kesuma pada tahun
2005, tidak memasukan variabel volume ekspor ke negara lain. Pada penelitian ini, dimasukkan variabel volume ekspor ke negara lain pada analisis faktor -faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Pada penelitian terdahulu mengenai ekspor nenas Indonesia umumnya menggunakan data panel. Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan data time series triwulan. Sementara, perbedaan penelitian ini dengan penelitian ekspor nenas sebelumnya oleh Novansi pada tahun 2006, yaitu memasukkan variabel produksi pada penelitian ini. Selain itu, pada penelitian ini juga juga sekaligus menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1
Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional sudah ada pada jaman merkantilis sekitar abad
ke-16 sampai abad ke-18 di Eropa. Argumen mereka menyatakan bahwa kepentingan masing-masing negara dapat dipenuhi melalui upaya mendorong ekspor ke negara lain dan menghambat impor. Kaum merkantilis berpandangan bahwa suatu negara hanya dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lain. Namun, setelah akhir abad ke-18, pandangan tersebut digantikan oleh perdagangan bebas yang menyatakan bahwa kepentingan suatu bangsa dan kepentingan dunia akan lebih baik bila dilayani dengan cara membiarkan orang-orang melakukan perdagangan seperti yang mereka inginkan. Dari sisi penawaran, perdagangan didasari oleh perbedaan dalam biaya komparatif. Apabila suatu negara lebih efisien dari negara lain apabila diukur oleh output per unit input dalam memproduksi suatu komoditi yang dihasilkan; atau apabila sama-sama tidak lebih efisien pada setiap komoditi, maka dasar untuk melakukan perdagangan akan tercipta. Hukum keunggulan komparatif ini pertama kali diperkenalkan oleh David Ricardo pada awal abad 19. Perdagangan internasional muncul karena ada beberapa hal yang mendorongnya. Adapun alasan yang menyebabkan munculnya perdagangan internasional yaitu adanya keterbatasan sumberdaya dan teknologi. Adanya perbedaan permintaan dan penawaran, ikut menyebabkan terjadinya perdagangan internasional. Berdasarkan teori Heckser-Ohlin terdapat perbedaan opportunity
cost suatu komoditi antar komoditi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing negara. Menurut Heckser-Ohlin, sebuah negara akan mengekspor komoditi yang padat faktor produksi yang ketersediaannya di negara tersebut melimpah dan murah, sedangkan di sisi lain, suatu negara akan mengimpor komoditi yang padat dengan faktor produksi yang di negaranya merupakan faktor produksi langka dan mahal. Perdagangan antar dua negara yang didasari perbedaan permintaan dan penawaran suatu komoditas dapat dilihat pada Gambar 1. Misalkan kedua negara itu adalah A dan B, dimana masing-masing negara memiliki permintaan dan penawaran yang berbeda. DA dan SA untuk negara A sedangkan DB dan SB untuk negara B. Negara A
Negara B
Px/Py
Px/Py
Px/Py
PB
D*
EA
PA
Impor
DA 0
SB
E*
Ekspor
P*
EB
S*
SA
DB X
0
X 0
Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 1. Keseimbangan dalam Perdagangan Internasional Pada kondisi autarki, keseimbangan negara A berada di titik EA dengan harga keseimbangan tersebut sebesar PA. Pada negara B, titik keseimbangan terjadi di titik EB dengan tingkat harga PB. Kondisi ini terjadi dengan mengambil asumsi bahwa harga domestik di negara A lebih rendah dibandingkan dengan harga di negara B (PA < PB). Pada kondisi harga di atas PA, di negara A mengalami
X
peningkatan penawaran dan berada di atas tingkat permintaan negara tersebut, sehingga menyebabkan kelebihan penawaran suatu komoditas (excess supply) di negara A. Sementara, bila harga berada di bawah PB maka negara B akan mengalami kenaikan tingkat permintaan karena konsumen akan meminta lebih banyak pada tingkat harga yang relatif lebih murah. Hal tersebut mengakibatkan permintaan melebihi tingkat penawaran (excess demand) di negara B. Pada saat berlangsung perdagangan bebas antara negara A dan negara B dengan tingkat harga P*, asumsi tidak ada biaya transportasi, maka negara A akan mengekspor kelebihan penawarannya. Sementara, negara B akan mengimpor untuk menutupi kekurangan penawarannya dari negara A. Adanya hubungan perdagangan bebas ini akan menyebabkan terjadinya keseimbangan internasional di titik E*. Pada tingkat keseimbangan tersebut, kuantitas ekspor yang ditawarkan negara A sama dengan kuantitas impor yang diminta negara B.
3.1.2
Teori Penawaran Ekspor Penawaran suatu komoditi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan
dalam negeri, permintaan luar negeri, dan stok untuk periode yang akan datang. Secara umum, penawaran ekspor suatu komoditi dari suatu negara adalah selisih antara penawaran domestik dengan permintaan domestik ditambah stok pada periode waktu yang lalu. Secara matematis hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : Xt =
Qt – Ct + St-1
Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Besarnya produksi pada periode waktu t (Qt) ditentukan oleh beberapa faktor yaitu luas areal tanam (At), iklim/curah hujan (RFt), penggunaan teknologi/produktivitas (PVt) dan harga domestik pada periode waktu sebelumnya (Pt-1). Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka persamaan produksi adalah sebagai berikut : Qt = f ( At, RFt, PVt, Pt-1) Sementara besarnya konsumsi (Ct) dipengaruhi oleh harga domestik (Pt), harga barang substitusi (PSt), jumlah penduduk (Nt), pendapatan per kapita (YPt) dan selera/konsumsi per kapita (CPt). Dengan demikian maka persamaan konsumsi adalah sebagai berikut : Ct = f (Pt, PSt, Nt, YPt, CPt) Faktor lain yaitu stok pada periode waktu lalu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain harga domestik (Pt) dan kapasitas gudang (SCt). Sehingga persamaan stok dapat dirumuskan sebagai berikut : St-1 = f (Pt, SCt) Selain faktor-faktor yang berpengaruh di dalam negeri tersebut, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar negeri seperti nilai tukar (ERt), harga ekspor (PEt) dan kebijakan yang menyangkut ekspor suatu komoditi sebagai dummy kebijakan (Dt), tarif impor di negara tujuan (TITt), selera/konsumsi perkapita rata-rata negara tujuan (CPAt) dan pendapatan per kapita negara tujuan (YPAt).
Dari penjelasan di atas, maka persamaan penawaran ekspor (Xt) dapat dinyatakan sebagai berikut : Xt = f(At,RFt, PVt, Pt-1, Pt, PSt, Nt, YPt, CPt, SCt, ERt, PEt, Dt,TITt, CPAt, YPAt) Berdasarkan pada teori yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat suatu model dasar ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Beberapa variabel yang telah diterangkan dalam model dihilangkan karena diduga berpengaruh sangat kecil dan ada peubah yang sulit diduga
atau diukur karena ketersediaan data yang
diperlukan. Beberapa variabel yang tidak dimasukkan dalam analisis yaitu : 1. Harga nenas pada periode waktu lalu (Pt-1) Pada penelitian ini pengaruh harga pada periode waktu lalu dikeluarkan dalam persamaan ekspor karena produksi nenas setiap periodenya habis untuk diekspor dan memenuhi kebutuhan domestik. Dengan demikian harga nenas pada periode waktu lalu tidak mempengaruhi produksi pada saat ini. 2. Kapasitas Gudang (SCt) Karena pada periode waktu sebelumnya stok nilainya nol, maka variabel yang mempengaruhi stok yaitu kapasitas gudang (SCt) dikeluarkan dari fungsi ekspor. 3. Luas Areal Tanam (At) dan Teknologi (PVt) Karena dalam produksi nenas dapat dilihat dari produktivitas nenas, sedangkan nilai produktivitas diperoleh dengan membagi produksi (Qt) dengan luas areal tanam (At), maka dalam hal ini produksi merupakan perkalian antara produktivitas dengan luas areal tanamnya. Oleh karena itu, produksi (Qt) dapat mewakili variabel luas areal tanam dan teknologi.
4. Iklim/curah hujan (RFt) Iklim/curah
hujan
merupakan
faktor
yang
sangat
sulit
untuk
dikuantifikasikan sehingga dikeluarkan dalam fungsi ekspor. 5. Harga Barang Substitusi (PSt) Setiap kosumen buah-buahan memiliki selera yang berbeda dalam memilih jenis buah yang akan dikonsumsi. Sehingga sulit untuk menentukan substitusi suatu jenis buah tertentu. Dengan demikian variabel harga barang substitusi dikeluarkan. 6. Tarif Impor Negara tujuan ekspor (TITt) Tarif impor negara tujuan ekspor dikeluarkan dalam model karena relatif tetap, perubahan hanya terjadi pada saat diberlakukannya AFTA. Dari uraian-uraian di atas, maka fungsi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dapat dirumuskan menjadi : Xt = f(Qt, Pt, PEt, ERt, XOt, XB, µt) Keterangan : Xt
= volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia
Qt
= produksi domestik nenas Indonesia
Pt
= harga domestik nenas riil
PEt
= harga ekspor nenas Indonesia ke Malaysia
ERt
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
XOt
= volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain
XB
= volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya Dimana µt adalah faktor-faktor lain yang diperkirakan pengaruhnya sangat
kecil dan dapat diabaikan.
3.1.3
Analisis Regresi Berganda Analisis regresi berganda adalah analisis yang berkenaan dengan studi
ketergantungan satu variabel (variabel dependen) pada satu atau lebih variabel lain (variabel independen) dengan maksud menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen berdasarkan nilai yang diketahui dari variabel yang menjelaskan (variabel dependen). Model regresi yang terdiri dari lebih satu variabel independen disebut model regresi berganda (Gujarati, 1991). Pendekatan yang paling umum dalam menentukan garis paling cocok disebut sebagai metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS). OLS digunakan untuk menghitung persamaan garis lurus yang meminimisasi jumlah kuadrat jarak antara titik data X-Y dengan garis yang diukur ke arah vertikal Y. Intersep dan slope dapat diperoleh dengan menggunakan OLS sehingga didapatkan garis regresi yang menunjukkan trend data secara baik. Evaluasi model untuk mengetahui apakah model sudah baik atau belum dapat dilakukan dengan pengujian secara statistik. Indikator untuk melihat kebaikan model adalah R2 , F hitung, dan t hitung. Ukuran tersebut digunakan untuk menunjukkan signifikan atau tidaknya model yang diperoleh secara keseluruhan. Keterkaitan antar variabel bebas atau disebut multikolinearitas dapat terjadi dalam model regresi berganda. Multikolinearitas merupakan keadaan dimana variabel independen pada regresi berganda saling berhubungan erat. Masalah autokorelasi dalam analisis regresi juga dapat timbul. Autokorelasi muncul ketika sederetan pengamatan dari waktu ke waktu saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin
Watson. Selain autokorelasi, masalah heteroskedastisitas juga dapat muncul dalam analisis regresi berganda yaitu varians cenderung membesar sehingga tidak lagi merupakan varians terkecil. Akibatnya hasil yang diperoleh tidak valid. Pengujian masalah heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White Heteroskedasticity.
3.1.4
Konsep Keunggulan Komparatif Konsep daya saing dalam perdagangan internasional terkait dengan
keunggulan yang dimiliki oleh suatu komoditas atau kemampuan suatu negara dalam menghasilkan suatu komoditas ataupun kemampuan suatu negara dalam menghasilkan suatu komoditas tersebut secara efisien daripada negara lain. Terdapat dua konsep daya saing atau keunggulan yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial yang berarti dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali sedangkan keunggulan kompetitif digunakan untuk mengukur daya saing kegiatan ekonomi (produksi) pada kondisi perekonomian aktual (Kuncoro dalam Ernawati, 2007). Konsep keunggulan komparatif menyatakan bahwa sekalipun sebuah negara mengalami kerugian absolut dalam memproduksi suatu komoditas apabila dibandingkan dengan negara lain, tetapi perdagangan yang saling menguntungkan masih dapat berlangsung di antara kedua negara. Salah satu negara harus berspesialisasi dalam produksi dengan mengekspor komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang kecil, maka dari komoditas tersebut negara akan mempunyai keunggulan komparatif. Sebaliknya negara akan mengimpor
komoditas yang mempunyai kerugian absolut yang lebih besar, dimana komoditas ini memiliki kerugian komparatif. Keunggulan komparatif suatu komoditas diukur berdasarkan harga bayangan (shadow price) atau berdasarkan analisis ekonomi yang akan menggambarkan nilai sosial atau nilai ekonomi sesungguhnya dari unsur biaya maupun hasil. Analisis ekonomi menilai suatu proyek atau aktivitas ekonomi atas manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa memperhatikan siapa yang menyumbang dan menerima manfaat tersebut. Dengan demikian, suatu komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif menunjukkan bahwa kegiatan atau proses dalam menghasilkan komoditas tersebut efisien secara ekonomi. Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali. Oleh karena itu, konsep keunggulan komparatif tidak dapat dipakai untuk mengukur daya saing suatu kegiatan produksi pada perekonomian aktual (Salvatore, 1997).
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Penerapan liberalisasi perdagangan AFTA merupakan konsekuensi yang
harus diterima pemerintah Indonesia sebagai negara anggota ASEAN. Dengan adanya AFTA, peluang Indonesia untuk ekspor semakin besar sekaligus menghadapi persaingan yang lebih ketat karena diterapkannya tarif 0-5 persen dan dihapuskannya hambatan non-tarif sejak tahun 2003. Nenas merupakan salah satu komoditi yang memiliki potensi ekspor karena produksinya yang terus mengalami peningkatan. Akan tetapi, volume ekspor nenas dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun drastis.
Penurunan ekspor diduga Indonesia kalah bersaing terutama dalam harga dan kualitas dengan negara pengekspor nenas lainnya seperti Thailand, Philipina, dan Singapura. Malaysia merupakan negara tujuan ekspor nenas Indonesia terbesar di kawasan ASEAN. Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia, sangat berfluktuasi dari tahun 1999 hingga tahun 2006. Pada tahun 2004, volume ekspor nenas ke Malaysia meningkat tajam yaitu sebesar 1.419.379 kilogram, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun ekspor nenas tertinggi selama periode 19992006. Namun, pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun secara drastis menjadi 476.566 kilogram. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia tidak mengekspor nenas ke Malaysia. Fluktuasi ekspor diduga terjadi akibat beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti produksi nenas domestik, harga domestik, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar, volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain, dan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya. Penurunan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia diduga disebabkan peningkatan harga domestik, harga ekspor, apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume ekspor ke negara lain. Sementara dengan adanya peningkatan produksi domestik, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya menyebabkan peningkatan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia dan menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia. Variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori dan hasil rujukanrujukan penelitian terdahulu. Pada penelitian ini, data yang digunakan adalah time series triwulan, mulai triwulan satu tahun 1998 sampai triwulan empat tahun 2006. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persamaan tunggal. Persamaan penelitian ini yaitu persamaan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia diduga dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Setelah didapatkan hasil estimasi dilakukan pengujian model ekonomi dan kriteria statistik agar hasil estimasi dapat menjelaskan dengan baik variasi peubah dependennya. Pengujian yang dilakukan adalah uji multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedatisitas, dan normalitas. Sementara itu, keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia dianalisis dengan menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA).
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah maupun pelaku eksportir nenas dalam mengambil kebijakan yang terkait dengan ekspor nenas ke Malaysia. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.
Liberalisasi perdagangan ASEAN pada tahun 2003
Tingkat produksi terus meningkat, tetapi volume ekspor nenas ke Malaysia berfluktuasi Menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia 1. Produksi (+) 2. Harga nenas domestik riil (-) 3. Harga ekpor(+) 4. Nilai tukar Rp (+) 5. Vol.ekspor ke Negara lain (-) 6. Volume ekspor pada periode sebelumnya (+)
Menganalisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia Revealed Comparative Advantage (RCA)
Daya saing nenas di Malaysia
pasar
Ordinary Least Square (OLS)
Pengujian model dan hipotesis
Faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia Upaya peningkatan Ekspor nenas Indonesia ke Malaysia
Gambar 2. Skema kerangka Pemikiran Operasional
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Operasional
3.3
Hipotesis Berdasarkan studi penelitian terdahulu maka hipotesis yang akan diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Produksi domestik (Qt) Produksi nenas domestik mempengaruhi volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dan berhubungan positif. Jika produksi nenas domestik meningkat maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan meningkat. 2. Harga domestik riil (Pt) Harga nenas domestik riil dengan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia diduga berhubungan negatif. Artinya, jika terjadi kenaikan harga domestik riil maka ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan menurun. 3. Harga ekspor (PEt) Ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dipengaruhi oleh harga ekspor, dimana hubungan keduanya positif. Jika terjadi kenaikan harga ekspor nenas maka ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan meningkat dan sebaliknya. 4. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (ERt) Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berhubungan positif dengan ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Jika terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika maka volume ekspor ke Indonesia Malaysia akan meningkat. 5. Volume Ekspor nenas ke negara lain (XOt)
Volume ekspor nenas ke negara lain mempengaruhi volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dan berhubungan negatif. Jika volume ekspor nenas ke negara lain meningkat maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan menurun. 6. Volume Ekspor Nenas ke Malaysia pada periode sebelumnya (XB) Volume Ekspor Nenas ke Malaysia pada periode sebelumnya berhubungan positif dengan ekspor nenas ke Malaysia. Jika terjadi peningkatan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan meningkat.
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Ruang Lingkup dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan ruang lingkup yang diteliti adalah
Indonesia. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, mulai bulan Januari 2008 sampai Maret 2008.
4.2
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
bentuk time series triwulan, selama periode triwulan satu tahun 1998 sampai dengan triwulan empat tahun 2006. Data yang digunakan dalam penelitian ini dan sumbernya dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan Sumber Data Jenis Data
Sumber Data
Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia dan ke negara lain
Badan Pusat Statistik
Produksi Domestik Nenas
(BPS) Pusat
Harga Domestik Nenas Harga Ekspor Nenas Nilai Tukar Rupiah
www.depdag.go.id
Nilai ekspor negara-negara penghasil
http://unstat.un.org
nenas ke Malaysia
4.3
Metode Analisis Data Metode
yang
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia adalah metode kuantitatif dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan model regresi linier berganda. Proses pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Eviews 4.1. Metode deskriptif dalam penulisan digunakan untuk memberikan penjelasan tentang gambaran umum perkembangan volume ekspor nenas ke Malaysia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu, metode deskriptif juga digunakan untuk menginterpretasi data. Sementara itu, analisis daya saing nenas Indonesia di pasar Malaysia menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA). Model
yang
digunakan
untuk
menganalisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia adalah model regresi berganda dengan persamaan tunggal karena bentuk ini mampu menunjukkan berapa persen variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dengan nilai R2. Selain itu, model ini dapat melihat apakah variabel-variabel independennya berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen dengan melihat uji F dan uji t serta perhitungannya lebih sederhana. Bentuk umum dari fungsi regresi tersebut adalah: Y = a0 + ∑ ai X i + Ei
Dimana : Y = variabel dependen a 0 = intersep
ai = parameter penduga Xi Xi = variabel independen yang menjelaskan variabel Y Ei = pengaruh sisa (error term)
Model tersebut diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary
Least Square/OLS) yang didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut : 1. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu sama dengan nol, yaitu E(ei) = 0 untuk i = 1,2,3....,n; 2. Varian (ei) = E(ej) = σ2 , sama untuk semua kesalahan pengganggu (homoskedastisitas); 3. Tidak ada autokorelasi antara kesalahan pengganggu berarti kovarian (ei,ej) = 0, i ≠ j; 4. Variabel bebas Xi, X2,...,Xk konstan dalam sampling yang terulang dan bebas terhadap kesalahan pengganggu, E (Xi , ei) = 0; 5. Tidak ada kolinearitas ganda di antara variabel bebas X; 6. ei ≈ N (0, σ2), artinya kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata nol dan varian σ2. Dengan memenuhi asumsi di atas, maka koefisien regresi (parameter) yang diperoleh merupakan penduga linier terbaik yang tidak bias (BLUE = Best
Linier Unbiased Estimator). Pengujian dilakukan terhadap variabel-variabel independen yang diduga berpengaruh besar terhadap ekspor nenas ke Malaysia.
4.4
Pengujian Model
4.4.1
Uji Kesesuaian Model (Goodness of Fit)
Goodness of Fit dihitung dengan nilai koefisien determinasi R2. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur keragaman variabel dependen yang dapat diterangkan oleh variabel independen. R2 menunjukkan besarnya pengaruh
semua variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut : R2 =
SSR SSE = 1SST SST
Dimana : SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat sisa SST = jumlah kuadrat total Selang R2 yang digunakan adalah 0 < R2 < 1. R2 sama dengan satu berarti semua variasi respon dari variabel dapat dijelaskan dengan fungsi regresi. Dalam kenyataannnya nilai R2 berada dalam selang nol sampai satu dengan interpretasi relatif terhadap ekstrim nol dan satu. Nilai koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka model tersebut semakin baik.
4.4.2
Uji Dugaan Variabel Secara Bersama-sama (Uji F) Pengujian terhadap dugaaan persamaan secara keseluruhan dilakukan
dengan menggunakan uji F-statistik. Uji F-statistik dapat menjelaskan kemampuan variabel independen secara bersama-sama dalam menjelaskan keragaman dari variabel dependen. Hipotesis yang diuji adalah variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hipotesis ini disebut hipotesis nol. Mekanisme yang digunakan untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara serentak (uji Fstatistik) adalah : H0 : a1 = a2 = ...= ai = 0 (tidak ada variabel yang berpengaruh dalam persamaan).
H1 : minimal ada satu nilai parameter dugaaan (ai) yang tidak sama dengan nol (paling sedikit ada satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen). Dimana : i = 1, 2, 3,...,k a = dugaan parameter Statistik uji yang digunakan dalam uji F : ⎡ SSR ⎤ ( k − 1) ⎥ ⎢ F hitung = ⎢ SSE ⎥ (n − k )⎦⎥ ⎣⎢
Dengan derajat bebas = (k-1), (n-k) Dimana : SSR = jumlah kuadrat regresi SSE = jumlah kuadrat sisa k
= jumlah parameter
n
= jumlah pengamatan
Selanjutnya dilakukan pengujian dengan kriteria uji sebagai berikut : F hitung < F tabel : terima Ho, artinya secara bersama-sama variabel independen yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel dependen).
F hitung > F tabel :
tolak Ho,artinya secara bersama-sama variabel independen yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (minimal terdapat satu parameter dugaan yang tidak sama dengan nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel dependen).
4.3.3
Uji Dugaan Variabel Secara Individu (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen yang
terdapat di dalam model secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Mekanisme uji statistik t adalah sebagai berikut : H0 = perubahan suatu variabel independen secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan dependen. H1 = perubahan suatu variabel independen secara individu berpengaruh nyata terhadap perubahan variabel dependen. Statistik uji yang digunakan dalam uji t adalah sebagai berikut : t hitung = bi / S (bi) Dimana : bi = koefisien parameter dugaan S (bi) = standar deviasi parameter dugaan Dengan kriteria uji sebagai berikut : t hitung < t tabel : terima H0 t hitung > t tabel : tolak H0, dan terima H1
4.3.4
Uji Multikolinearitas Dalam model regresi yang mencakup lebih dari dua variabel independen,
sering dijumpai adanya kolinear ganda (multikolinear). Adanya multikolinear menyebabkan pendugaan koefisien regresi tidak nyata walaupun nilai R2 tinggi, tanda koefisien tidak sesuai dengan teori dan dengan metode OLS, penduga koefisien mempunyai simpangan baku yang sangat besar. Pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) untuk koefisien regresi ke-j yang dapat dirumuskan sebagai berikut : VIF = R
j
2
1 , j = 1,2,3,..,k 1 − R 2j yang dimaksud adalah koefisien determinasi dari regresi variabel
independen ke j pada k-1 variabel independen sisanya untuk k=2 variabel independen r j 2 adalah kuadrat dari korelasi sampel r. Jika variabel prediktor X ke j tidak berkaitan dengan X sisa, maka R j 2=0. Jika terdapat hubungan, maka VIFj> 10. Nilai VIF mendekati 10 (<10) menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinear pada variabel independen.
4.3.4
Uji Autokorelasi dan Heteroskedatisitas Estimasi model regresi linier mengandung asumsi bahwa tidak terdapat
autokorelasi di antara error terms, yaitu : Cov (μt, μs) = E (μt, μs) = 0, t ≠ s jika terjadi autokorelasi maka pendugaan model tetap tidak bias dan konsisten tetapi tidak efisien. Pengujian hipotesis menjadi tidak valid, sehingga masalah
autokorelasi akan menyesatkan dalam pengambilan kesimpulan (Ramanathan, 1998). Adanya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji d (Durbin Watson Statistic). Pengujian autokorelasi akan menggunakan statistik Durbin Watson sebagai berikut : n
d=
∑ (l t − l t −1 )
2
t =2
n
∑l t −1
2 i
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut : H0 : α = 0 H1 : α ≠ 0 Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : 1. Tolak H0 jika d < d1 atau d > 4- d1 2. Terima H0 jika du < d < 4- du 3. Tidak memberikan kesimpulan jika d1 ≤ d ≤ 4- du, atau 4- du ≤ d ≤ 4-d1 Masalah
heteroskedatisitas
timbul
karena
pelanggaran
asumsi
homoskedatisitas yaitu ragam galat konstan di setiap pengamatan. Var (μt) = E (μt2) = σ2 Jika masalah heteroskedatisitas diabaikan maka varian dan kovarian dari parameter dugaan akan bias dan tidak konsisten serta pengujian hipotesis menjadi tidak valid. Oleh karena itu, dilakukan uji heteroskedatisitas dengan White
Heteroscedaticity Test. Langkah-langkah pengujian ini adalah sebagai berikut : Yt = β1 + β2Xt1 + β3Xt2 + μt μt2 = α1 +α2Xt1 + α3Xt2 + α4Xt12 + α5Xt22 + α6Xt1Xt2
Hipotesis : H0 : α2 = α3 = α4 = α5 = α6 = 0 H1 : minimal salah satu αi ≠ 0 Dengan kriteria uji sebagai berikut: Jika nilai nR2 > χ2db (α), maka tolak H0, artinya bahwa persamaan tersebut mengandung masalah heteroskedatisitas.
4.3.5
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan jika sampel yang digunakan kurang dari 30,
karena jika sampel lebih dari 30 maka error term biasanya akan terdistribusi normal. Pada uji ini digunakan Jarque-Bera Test. Prosedur pengujiannya seperti berikut: H0 : error term terdistribusi normal H1 : error term tidak terdistribusi normal Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Jika α = 5 %, maka daerah kritis penolakan H0 adalah Jarque Bera > χ2df = 2 atau probability (p-value) < α.
4.3.6
Model Alternatif Salah satu asumsi dalam model regresi linier adalah bahwa gangguan µi
yang muncul dalam fungsi regresi populasi adalah homoskedastisitas, yaitu semua gangguan tadi memiliki varians yang sama. Jika asumsi itu tidak dipenuhi maka dapat
dikatakan
terjadi
penyimpangan.
Penyimpangan
terhadap
faktor
pengganggu disebut heteroskedatisitas. Keadaan heteroskedatisitas tersebut akan
mengakibatkan penduga OLS yang diperoleh tetap tidak bias, namun varians tidak efisien, artinya varians cenderung membesar sehingga tidak lagi merupakan varians terkecil. Akibatnya hasil yang diperoleh tidak valid. Salah
satu
cara
untuk
memperbaiki
model
adalah
dengan
mentransformasikan model asli ke dalam model yang baru, sehingga diharapkan akan
mempunyai
µ
dengan
varians
yang
konstan.
Untuk
mengatasi
heteroskedastisitas dapat melakukan transformasi ke dalam bentuk logaritma. Transformasi model dalam bentuk logaritma dapat memampatkan skala untuk pengukuran variabel, mengurangi perbedaan nilai dari sepuluh kali lipat menjadi dua kali lipat, sehingga mengurangi masalah heteroskedastisitas (Gujarati, 1991). Model ekspor nenas Indonesia ke kawasan Malaysia yang diperoleh dengan mentransformasikan model ke dalam bentuk logaritma natural adalah : ln Xt = a0 + a1 ln Qt +a2 ln Pt +a3 ln PEt + a4 ln ERt + a5 ln XOt + a6 ln XB + µt Keterangan : Ln Xt
= volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia
Ln Qt
= produksi domestik nenas Indonesia
Ln Pt
= harga nenas domestik riil
Ln PEt
= harga ekspor nenas Indonesia ke Malaysia
Ln ERt
= nilai tukar rupiah terhadap dollar
Ln XOt
= volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain
Ln XB = volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya
4.4 Revealed Comparative Advantage (RCA) Penelitian ini menggunakan tiga negara sebagai pembanding keunggulan komparatif dari nenas. Negara-negara tersebut adalah Thailand, Philipina, dan Singapura yang merupakan pesaing terdekat Indonesia yang berada di kawasan ASEAN. Alat ukur yang digunakan adalah indeks Revealed Comparative
Advantage (RCA), yang dirumuskan sebagai berikut :
⎡ M ij ⎤ ⎢ M ti ⎥ RCA = ⎢ ⎥ ⎢ M tj ⎥ M wi ⎦ ⎣ Sumber : Laursen (1998) Dimana,
Mij
= nilai impor nenas negara i di Malaysia
Mti
= total nilai impor negara i di Malaysia
Mtj
= total nilai impor nenas Malaysia
Mwi = total nilai impor dunia ke Malaysia Kisaran nilai RCA yang digunakan adalah jika RCA kurang dari satu atau sama dengan nol berarti nenas yang diimpor Malaysia dari suatu negara tidak memiliki keunggulan komparatif, sedangkan jika nilai RCA lebih dari satu atau sama dengan satu berarti nenas yang diimpor Malaysia dari suatu negara memiliki keunggulan komparatif. Penggunaan RCA bertujuan untuk mengetahui posisi keunggulan komparatif dari nenas di pasar Malaysia dibandingkan dengan negara produsen nenas lainnya. Indeks ini memiliki kelemahan dalam mengukur keunggulan komparatif dari kinerja ekspor didasarkan pada asumsi adanya persaingan bebas antar negara dan produk yang homogen untuk diperbandingan.
4.5
Definisi Operasional
1.
Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia adalah total ekspor nenas Indonesia ke Malaysia yang dinyatakan dalam satuan ton, dengan periode waktu triwulan yaitu mulai triwulan satu tahun 1998 hingga triwulan empat tahun 2006.
2.
Produksi nenas Indonesia adalah total komoditas nenas yang diproduksi setiap triwulan selama periode waktu triwulan satu tahun 1998 hingga triwulan empat tahun 2006 yang dinyatakan dalam ton.
3.
Harga Domestik Nenas Riil adalah harga rata-rata nenas yang berlaku di Indonesia dibagi dengan indeks harga konsumen, periode triwulan satu tahun 1998 hingga triwulan empat tahun 2006 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
4.
Harga ekspor nenas adalah adalah harga rata-rata untuk produk nenas Indonesia di pasar Malaysia, yang diperoleh dari hasil pembagian antara nilai ekspor nenas Indonesia dengan total ekspornya periode triwulan satu tahun 1998 hingga triwulan empat tahun 2006 yang dinyatakan dalam satuan US$/Kg.
5.
Nilai Tukar Rupiah adalah nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika yang umum digunakan dalam pembayaran transaksi internasional (Rp/US$) dengan periode waktu triwulan satu tahun 1998 hingga triwulan empat tahun 2006.
6.
Volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain adalah total volume ekspor nenas Indonesia ke semua negara di dunia kecuali Malaysia dalam satuan
ton selama periode waktu triwulan satu tahun 1998 hingga triwulan empat tahun 2006. 7.
Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya adalah total ekspor nenas Indonesia ke Malaysia yang dinyatakan dalam satuan ton, dengan periode waktu triwulan yaitu mulai triwulan empat tahun 1997 hingga triwulan tiga tahun 2006.
BAB V KERAGAAN EKONOMI NENAS Pada bab ini akan membahas perkembangan ekspor nenas ke Malaysia beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu produksi domestik, harga domestik riil, harga ekspor, nilai tukar rupiah terhadap dollar, dan volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas perkembangan volume dan nilai ekspor nenas negara-negara penghasil nenas di kawasan ASEAN yang terdiri dari Thailand, Philipina, dan Singapura. Perkembangan yang diamati yaitu pada periode 1998-2006.
5.1
Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Volume ekspor nenas Indonesia ke kawasan ASEAN sangat berfluktuasi
selama periode waktu 1997 sampai 2006. Pada periode waktu sebelum diterapkannya liberalisasi perdagangan AFTA tahun 2003, volume ekspor nenas ke kawasan ASEAN mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 1998. Penurunan ekspor dikarenakan pada tahun tersebut Indonesia mengalami krisis ekonomi. Setelah terjadinya krisis pada tahun 1998, volume ekspor nenas mengalami fluktuasi namun tidak terlalu mencolok atau relatif stabil. Kondisi ini tercipta karena kondisi Indonesia yang mulai membaik. Sementara itu, pada tahun 2003 setelah diberlakukannya AFTA, volume ekspor mengalami peningkatan. Akan tetapi, pada tahun 2005 volume ekspor nenas menurun sangat tajam yaitu dari 2.047.124 kilogram pada tahun 2004 menjadi 485.277 kilogram, dan terus mengalami penurunan di tahun berikutnya. Penurunan volume ekspor nenas ke kawasan ASEAN pada tahun 2005, disebabkan nenas Indonesia kalah bersaing
dengan nenas Thailand dan Philipina dalam hal harga dan kualitas sehingga ketika penghapusan tarif impor di negara-negara ASEAN diberlakukan, Indonesia malah mengimpor nenas dari Thailand dan Philipina. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa adanya AFTA, keunggulan komparatif dan kompetitif nenas Indonesia bukannya meningkat tetapi semakin menurun sejak tahun 2005. Perkembangan volume ekspor nenas Indonesia ke kawasan ASEAN dapat dilihat dalam Gambar
volume ekspor (kg)
3. 700 600 500 400 300 200 100 0 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 tahun
Gambar 3. Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Tahun 1997-2006
5.2
Perkembangan Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Pada awal periode tahun 1997-1998, harga ekspor nenas ke kawasan
ASEAN mengalami peningkatan yang tajam. Pada tahun 1999 harga ekspor nenas menurun sangat drastis yaitu sebesar 26,57 US $. Pada tahun-tahun berikutnya yaitu periode 2000-2002, harga ekspor mengalami fluktuasi namun cenderung stabil yaitu berada pada kisaran 0,25 US $. Harga ekspor nenas baru mengalami peningkatan yang cukup berarti yaitu pada tahun 2003 yaitu meningkat sebesar 23,12 US $ dari tahun 2002. Namun, pada tahun 2004 harga ekspor kembali
menurun drastis yaitu menjadi sebesar 0,08 US $ dari 23,39 US $ pada tahun 2003. Pada tahun-tahun berikutnya harga ekspor mulai mengalami peningkatan namun peningkatannya hanya sedikit. Peningkatan dan penurunan harga yang terjadi selama periode waktu 1998-2006 diduga karena fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Ketika nilai tukar rupiah menguat harga barang-barang dalam negeri termasuk nenas menjadi relatif lebih mahal dibandingkan harga internasional, begitu juga sebaliknya. Perkembangan harga ekspor nenas ke
harga ekspor / USD
kawasan
ASEAN
dapat
dilihat
pada
Gambar
4.
2.5 2 1.5 1 0.5 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006 tahun
Gambar 4. Grafik Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Kawasan ASEAN Tahun 1998-2006
5.3
Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Volume ekspor nenas ke Malaysia sangat berfluktuasi dari tahun
1998hingga tahun 2006. Pada tahun 2004, volume ekspor nenas ke Malaysia mengalami peningkatan yang tajam yaitu sebesar 1.419.379 kilogram, dimana pada tahun tersebut merupakan tahun ekspor nenas tertinggi selama periode 19982006. Peningkatan ini diduga karena adanya pengurangan tarif dengan diberlakukannya AFTA. Namun, pada tahun 2005, volume ekspor nenas menurun
secara drastis menjadi 476.566 kilogram. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia tidak mengekspor nenas ke Malaysia. Penurunan ekspor yang tajam menimbulkan suatu anggapan bahwa ternyata AFTA tidak membawa dampak positif terhadap ekspor nenas Indonesia. Volume ekspor nenas yang terus mengalami penurunan setelah diberlakukannya AFTA, diduga karena Indonesia kalah bersaing dengan negara lain di kawasan ASEAN, seperti Thailand yang juga merupakan negara pengekspor nenas serta munculnya pesaing baru di pasar Malaysia yaitu Philipina yang baru muncul pada tahun 2005 dan Singapura yang muncul tahun 2006.
volume ekspor (kg)
Perkembangan ekspor nenas ke Malaysia dapat dilihat pada Gambar 5. 2500 2000 1500 1000 500 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006 tahun
Gambar 5. Grafik Volume Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Tahun 1998-2006
5.4
Perkembangan Harga Ekspor Nenas Indonesia di Pasar Malaysia Harga ekspor nenas ke Malaysia pada periode 1999-2000 terus mengalami
penurunan (Gambar 6). Akan tetapi, pada tahun berikutnya hingga tahun 2003, harga ekspor nenas meningkat kembali dan mencapai puncaknya pada tahun 2003 dengan harga ekspor sebesar 23,39033 US$. Pada tahun 2004, harga ekspor kembali menurun sebesar 23,31283 US$, sehingga harga ekspor nenas hanya sebesar 0,0775 US$. Penurunan harga ekspor nenas ke Malaysia disebabkan
penurunan mutu nenas dan adanya negara pesaing yang menawarkan komoditas nenas yang lebih baik mutunya dan serta harganya lebih murah sehingga harga ekspor nenas Indonesia menjadi turun. Sementara peningkatan harga ekspor diduga karena adanya fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar. Pada saat nilai tukar rupiah menguat harga barang-barang dalam negeri termasuk nenas relatif lebih mahal dibandingkan harga internasional, begitu juga sebaliknya. Kondisi ini terlihat pada tahun 1999 dan tahun 2003, nilai tukar mengalami apresiasi sehingga harga ekspor relatif lebih tinggi. Perkembangan nilai tukar rupiah dapat dilihat pada pembahasan selanjutnya.
harga ekspor / USD
25 20 15 10 5 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006 tahun
Gambar 6. Grafik Harga Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Tahun 1998‐2006
5.7
Perkembangan Harga Domestik Nenas Riil Indonesia Selama periode 1998-2006, harga ekspor nenas terus mengalami
peningkatan (Gambar 7). Namun, harga domestik nenas riil Indonesia selama periode waktu 1998-2003 cukup berfluktuasi namun relatif stabil dengan kisaran harga Rp 7,1/buah. Pada tahun 2004, harga domestik nenas riil mengalami peningkatan yang signifikan yaitu menjadi Rp 21,57924/buah. Namun, pada tahun berikutnya harga domestik nenas riil kembali mengalami penurunan hingga tahun 2006 dengan tingkat penurunan rata-rata yaitu sebesar enam persen.
harga domestik / Rp
3000 2500 2000 1500 1000 500 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006 tahun
Gambar 7. Grafik Harga Domestik Nenas Indonesia Tahun 1998-2006
5.8
Perkembangan Produksi Domestik Nenas Indonesia Produksi nenas Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Peningkatan produksi nenas Indonesia terbesar terjadi pada tahun 2006 dimana terjadi peningkatan sebesar 54,3 persen. Tingkat produksi nenas yang terus mengalami peningkatan disebabkan potensi wilayah Indonesia yang cocok untuk pertumbuhan nenas. Potensi wilayah yang cocok untuk pertumbuhan nenas terbukti dari tingkat produksi nenas yang cukup besar dibandingkan buah unggulan lain yang memiliki luas panen yang lebih besar. Perkembangan produksi nenas Indonesia selama periode waktu 1998-2006 dapat dilihat pada Gambar 8.
produksi domestik / kg
1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006 tahun
Gambar 8. Grafik Produksi Nenas Indonesia Tahun 1998-2006
5.9
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditentukan oleh mekanisme
pasar uang yang dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri dan luar negeri. Pada periode tahun 1998-2006, nilai tukar mengalami fluktuasi. Namun sejak tahun 2002, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika cenderung stabil yaitu berada pada kisaran 9.150/US $. Perkembangan nilai tukar rupiah
Rp/USD
Indonesia selama periode waktu 1998-2006 dapat dilihat pada Gambar 9. 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 tahun
Gambar 9. Grafik Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Tahun 1998-2006
5.10
Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia Ke Negara Lain Pada tahun 1998, volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain sangat
kecil yaitu hanya sebesar 6.392 kilogram. Rendahnya volume ekspor terjadi karena pada saat itu Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi. Namun, pada tahun 2004 volume ekspor meningkat menjadi 2.422.500 kilogram. Pada tahun berikutnya volume ekspor mengalami fluktuasi namun cenderung stabil yaitu pada kisaran 2.690.000 kilogram. Kondisi ini tercipta karena perekonomian Indonesia yang sudah mulai stabil. Akan tetapi, sejak tahun 2003, volume ekspor nenas Indonesia mulai mengalami penurunan. Pada tahun 2003, volume ekspor nenas menurun tajam yaitu sebesar 1.273.000 kilogram. Sementara pada tahun berikutnya penurunan volume ekspor berkisar 125.000 kilogram. Perkembangan volume ekspor nenas Indonesia ke negara lain dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan Volume Ekspor Nenas Indonesia Ke Negara Lain Tahun Volume Ekspor (Kilogram) 1998 6.392 1999 2.422.500 2000 2.586.106 2001 2.019.079 2002 3.733.140 2003 1.666.632 2004 393.084 2005 167.119 2006 142.672 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (diolah). 5.11
Perkembangan Nilai Ekspor Negara-Negara Penghasil Nenas Negara penghasil nenas di kawasan ASEAN yaitu terdiri dari Thailand,
Indonesia, Philipina, dan Singapura. Ekspor nenas Thailand ke Malaysia selama periode 1998-2006 berfluktuasi dan mengalami puncaknya pada tahun 1999. Setelah itu, ekspor nenas ke Malaysia cenderung menurun. Namun, pada tahun 2005 ekspor nenas Thailand ke Malaysia meningkat lagi menjadi 2.134.800 US $
kilogram, dan menurun lagi menjadi 718.770 US $. Penurunan ekspor nenas Thailand ke Malaysia diduga karena
Malaysia bukan negara yang menjadi
prioritas tujuan ekspor nenas Thailand. Sementara, Philipina yang merupakan produsen nenas kedua terbesar di dunia baru mengekspor nenas ke Malaysia pada tahun 2005 dan terus mengalami peningkatan. Berbeda dengan Philipina, Singapura hanya baru mengekspor nenas ke Malaysia pada tahun 2006. Perkembangan ekspor nenas negara-negara penghasil nenas di kawasan ASEAN dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 7. Perkembangan Ekspor Negara-negara Malaysia Periode 2001-2004 Tahun Volume Ekspor (kg) Thailand Philipina 1998 177.218 0 1999 10.236.398 0 2000 409.812 0 2001 277.562 0 2002 538.000 0 2003 437.000 0 2004 108.971 0 2005 2.134.800 4.990 2006 718.770 5.481.960 Sumber : http://unstat.un.org, 2007.
Penghasil
Nenas
ke
Singapura 0 0 0 0 0 0 0 0 8.260
Nilai ekspor nenas Thailand ke Malaysia juga mengalami fluktuasi dan mencapai puncaknya pada tahun 2005. Sama seperti Thailand, nilai ekspor nenas Indonesia ke Malaysia juga berfluktuasi dan mencapai puncaknya pada tahun 2002. Sementara, nilai ekspor nenas Philipina ke Malaysia terus mengalami peningkatan sejak 2005 sedangkan Singapura baru mengekspor nenas ke Malaysia pada tahun 2006 dengan nilai ekspor 7.923 US $. Perkembangan nilai ekspor nenas negara-negara penghasil nenas ke Malaysia dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Nilai Ekspor Negara-negara Penghasil Nenas ke Malaysia Periode 2001-2004 Tahun Nilai Ekspor (US $) Thailand Indonesia Philipina Singapura 1998 39.681 0 0 0 1999 49.647 2.857 0 0 2000 112.976 59.278 0 0 2001 92.028 522 0 0 2002 162.906 751.556 0 0 2003 107.580 133.409 0 0 2004 122.189 164.812 0 0 2005 200.078 7.693 7.798 0 2006 180.427 0 31.696 7.923 Sumber : http://unstat.un.org, 2007.
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Dalam penelitian ini nilai R2 untuk model ekspor nenas Indonesia ke
Malaysia sebesar 0,8954, yang berarti model tersebut mampu dijelaskan oleh variabel-variabel dalam model sebesar 89,54 persen, sementara sisanya yakni 10,46 persen dijelaskan oleh variabel di luar model tersebut. Berdasarkan pengujian ada tidaknya asumsi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas, ternyata masalah tersebut tidak ditemukan. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 1. Model analisis regresi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia adalah : Ln Xt = 159,35 – 3,76 Ln Qt – 3,36 Ln Pt – 2,48 Ln PEt – 13,41 Ln ERt -2,22 Ln XOt – 0,08 Ln XB Nilai koefisien determinasi R2 yang dihasilkan dari persamaan regresi adalah sebesar 89,54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel independen yang digunakan dalam model dapat menjelaskan variasi perubahan ekspor sebesar 89,54 persen sedangkan sisanya diterangkan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai probability (F-statistik) yang diperoleh sebesar 0,009732, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara teori variabelvariabel independen yang terdapat pada model berpengaruh secara bersama-sama terhadap ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada taraf nyata lima persen. Hasil regresi menunjukkan bahwa koefisien dari masing-masing variabel independen yang digunakan dalam model ada yang memiliki tanda yang sesuai dengan hipotesis dan ada pula yang tidak sesuai dengan hipotesis. Hasil analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Pendugaan Parameter Persamaan Ekspor Nenas Indonesia ke Malaysia Variabel Definisi Parameter Dugaan Prob t c Intersep 159,35 Qt Produksi nenas -3,76 0,0348 (A) Pt Harga domestik nenas -3,36 0,0942 (B) PEt ERt
Harga ekspor nenas -2,48 Nilai tukar rupiah -13,41 terhadap dollar XOt Volume Ekspor ke -2,22 negara lain XB Volume Ekspor ke -0,08 Malaysia pada periode sebelumnya Prob (F-statistik) = 0,009732 (A) R square = 0,895370 Durbin W = 2,370662 Keterangan taraf nyata :
0,0051 (A) 0,2183 (E) 0,0329 (A) 0,7056
A = berbeda nyata pada taraf nyata (α) 0,05 B = berbeda nyata pada taraf nyata (α) 0,10 E = berbeda nyata pada taraf nyata (α) 0,25 Hasil regresi memperlihatkan bahwa ada beberapa variabel yang berpengaruh nyata dan ada yang tidak berpengaruh nyata. Hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata lima persen atau signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen terhadap ekspor nenas ke Malaysia adalah produksi nenas, harga ekspor nenas, dan volume ekspor ke negara lain. Sementara itu, variabel independen yang berpengaruh nyata pada taraf nyata sepuluh persen yaitu harga domestik sedangkan variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh secara nyata terhadap ekspor nenas ke Malaysia pada tingkat signifikansi 25 persen.
6.1.1
Produksi domestik Variabel produksi domestik nenas berpengaruh nyata terhadap ekspor
nenas Indonesia ke Malaysia pada taraf signifikansi lima persen. Nilai elastisitas sebesar -3,76 dengan arah negatif menunjukkan bahwa setiap peningkatan produksi domestik nenas sebesar satu persen akan menurunkan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia sebesar 3,76 persen, cateris paribus. Nilai elastisitas yang diperoleh lebih dari satu, artinya produksi domestik bersifat elastis atau responsif terhadap volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Kondisi ini tidak sesuai dengan teori ekonomi, dimana ketika produksi domestik nenas meningkat seharusnya volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia meningkat.
Hal ini
diduga karena peningkatan volume produksi domestik yang terjadi tidak hanya ditujukan untuk ekspor ke negara Malaysia saja tetapi juga ke negara tujuan ekspor nenas lainnya (Lampiran 6). Selain itu, peningkatan volume produksi domestik juga ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan nenas domestik sehingga ketika terjadi peningkatan volume produksi domestik, para eksportir tidak secara otomatis meningkatkan volume ekspor nenas ke Malaysia.
6.1.2
Harga domestik Berbeda dengan variabel produksi domestik nenas, harga domestik nenas
mempunyai pengaruh nyata pada taraf signifikansi sepuluh persen. Elastisitasnya bernilai -3,36 dengan arah negatif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan harga domestik nenas sebesar satu persen, volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan menurun sebesar 3,36 persen. Nilai elastisitas yang diperoleh lebih dari satu, artinya harga domestik bersifat elastis atau responsif terhadap volume ekspor
nenas Indonesia ke Malaysia. Hubungan ini sesuai dengan teori ekonomi, dimana meningkatnya harga domestik nenas akan menurunkan volume ekspor karena harga domestik menjadi relatif lebih mahal.
6.1.3
Harga Ekspor Sementara itu, variabel harga ekspor nenas berpengaruh nyata terhadap
ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada taraf signifikansi lima persen. Nilai elastisitas sebesar -2,48 dengan arah negatif menunjukkan bahwa setiap peningkatan harga ekspor sebesar satu persen akan menurunkan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia sebesar 2,48 persen. Nilai elastisitas yang diperoleh lebih dari satu, artinya harga ekspor bersifat elastis atau responsif terhadap volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Arah negatif tidak sesuai dengan teori ekonomi, dimana ketika harga ekspor nenas naik seharusnya volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia meningkat. Kondisi ini terjadi akibat terjadinya persaingan yang ketat dengan negara pengekspor nenas lainnya, seperti Thailand, Philipina dan Singapura terutama dalam harga ekspor. Ketika terjadi peningkatan harga ekspor, maka harga nenas Indonesia di negara pengimpor menjadi relatif lebih mahal, sehingga negara pengimpor dapat beralih ke negara pengekspor nenas lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Indonesia Policy Brief (2006), biaya pengapalan untuk ekspor nenas masih tinggi, salah satunya biaya pengapalan dari Lampung sekitar $0,47 per kardus lebih tinggi dari Thailand. Kondisi ini menyebabkan harga ekspor nenas Thailand menjadi relatif lebih murah dengan kualitas yang sama.
6.1.4
Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mempunyai pengaruh nyata
pada taraf signifikansi 25 persen. Elastisitasnya bernilai -13,41 dengan arah negatif. Hal ini berarti bahwa setiap peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dollar (Rp/US$) atau melemahnya rupiah terhadap dollar sebesar satu persen, volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan menurun sebesar 13,41 persen. Nilai elastisitas yang diperoleh lebih dari satu, artinya nilai tukar rupiah terhadap dollar bersifat elastis atau responsif terhadap volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Hubungan ini tidak sesuai dengan teori ekonomi, dimana melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar seharusnya meningkatkan volume ekspor karena harga yang diterima oleh para eksportir dalam dollar nilainya akan menjadi lebih besar setelah ditukar ke rupiah. Penyebab ketidaksesuaian ini adalah karena meningkatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika kurang mendapat respon yang benar-benar bagus dari para eksportir sehingga momen tersebut kurang dimanfaatkan peluangnya. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tidak secara cepat direspon dengan meningkatnya produksi nenas yang cepat sehingga jumlah nenas Indonesia yang ditawarkan di pasar Malaysia tidak bertambah, bahkan cenderung berkurang karena peluang tersebut juga banyak dimanfaatkan oleh para eksportir dari negara lain.
6.1.5
Volume Ekspor Nenas ke Negara lain Variabel volume ekspor nenas ke negara lain berpengaruh nyata terhadap
volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada taraf nyata lima persen. Nilai elastisitas variabel volume ekspor nenas ke negara lain sebesar -2,22 dengan arah
negatif menunjukkan bahwa setiap peningkatan volume ekspor nenas ke negara lain sebesar satu persen akan menurunkan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia sebesar 2,22 persen. Arah negatif sesuai dengan teori ekonomi, dimana ketika volume ekspor nenas ke negara lain naik maka volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia akan turun. Nilai elastisitas volume ekspor nenas ke negara lain lebih dari satu sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel ini bersifat elastis terhadap ekspor nenas Indonesia ke Malaysia.
6.1.6
Volume Ekspor Nenas Pada Periode Sebelumnya Variabel
volume
ekspor
nenas
pada
periode
sebelumnya tidak
mempengaruhi secara nyata volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia. Nilai parameter dugaan yaitu sebesar -0,08 dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan volume ekspor nenas ke negara lain sebesar satu persen akan menyebabkan volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia menurun sebesar 0,08 persen. Tanda ini tidak sesuai dengan hipotesis yang diajukan dimana ketika volume ekspor nenas pada periode sebelumnya meningkat maka eskpor nenas ke Malaysia akan meningkat.
6.2
Analisis Keunggulan Komparatif Nenas Indonesia di Pasar Malaysia dengan Revealed Comparative Advantage (RCA) Analisis keunggulan komparatif nenas Indonesia di pasar Malaysia
menggunakan perbandingan dengan tiga negara pesaing di kawasan ASEAN yaitu Thailand, Philipina dan Singapura. Alasan mengapa negara-negara tersebut dijadikan pembanding keunggulan komparatif, karena posisinya sebagai pesaing
terdekat dalam memperebutkan pangsa pasar nenas di Malaysia. Selain itu juga karena kondisi pertanian nenas diantara ketiga negara tersebut tidak terlalu memiliki perbedaan, sehingga perbandingan produk nenas yang dihasilkan tidak terlalu berbeda. Berdasarkan nilai rataan RCA selama sembilan tahun, secara keseluruhan berdasarkan nilai impor nenas tiap negara di pasar Malaysia menunjukkan bahwa dari empat negara, tiga negara produsen nenas memiliki keunggulan komparatif kecuali Singapura. Tiga negara seperti Thailand, Indonesia dan Philipina memiliki nilai rataan RCA diatas satu, sementara Singapura memiliki nilai rataan RCA kurang dari satu yaitu sebesar 0,29. Nilai RCA empat negara produsen nenas di pasar Malaysia dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai RCA Empat Negara Produsen Nenas di Pasar Malaysia RCA Tahun RCA Thailand RCA Indonesia RCA Philipina Singapura 1998 22,96 0 0 0 1999 24,86 2,00 0 0 2000 16,89 12,32 0 0 2001 24,92 0,18 0 0 2002 4,44 25,37 0 0 2003 9,65 15,51 0 0 2004 7,66 14,23 0 0 2005 186,96 0,93 1,28 0 2006 59,41 0 6,45 0,29 Ratarata 39,75 8,30 3,86 0,29 Sumber : http://unstat.un.org, 2007. Selama periode sembilan tahun, Thailand mengalami fluktuasi nilai RCA. Sejak tahun 2003 hingga tahun 2004, daya saing Thailand dari sisi komparatif mengalami penurunan. Penurunan keunggulan komparatif Thailand terjadi karena proporsi impor nenas Thailand terhadap total impornya di pasar Malaysia lebih kecil daripada proporsi impor nenas Indonesia terhadap keseluruhan impornya di
pasar Malaysia. Pada tahun 2005, Thailand mengalami puncaknya terlihat dari nilai RCA yaitu sebesar 186,96. Peningkatan keunggulan komparatif ini diduga karena adanya peningkatan kualitas dan persaingan harga nenas Thailand sehingga proporsi impor nenas Thailand terhadap total impornya di pasar Malaysia lebih besar daripada proporsi impor nenas Indonesia maupun Philipina terhadap keseluruhan impornya di pasar Malaysia. Sementara itu, penurunan nilai RCA Thailand pada tahun 2006 yaitu karena munculnya pesaing baru yaitu Singapura. Semakin banyaknya pesaing menyebabkan penurunan nilai ekspor nenas dari adanya pengurangan ekspor nenas. Penurunan ekspor nenas terjadi karena konsumsi nenas Malaysia yang relatif tetap, sementara negara pengekspor nenas ke Malaysia semakin bertambah. Philipina merupakan salah satu negara produsen nenas besar di dunia, namun baru pada tahun 2005 Philipina mengekspor nenas ke Malaysia. Meskipun baru, Philipina mempunyai keunggulan komparatif terlihat dari nilai RCA yang lebih besar dari satu baik pada tahun 2005 maupun tahun 2006. Philipina juga terus mengalami peningkatan keunggulan komparatif nenas sejak tahun 2005. Pada tahun 2006 nilai RCA meningkat sebesar 5,17 dari sebelumnya yang hanya sebesar 1,28 pada tahun 2005. Adanya peningkatan keunggulan komparatif ini diduga karena semakin meningkatnya kualitas dan bersaingnya harga nenas Philipina sebagai negara produsen besar nenas di dunia. Berbeda dengan Philipina, Singapura memulai ekspor nenas ke Malaysia baru pada tahun 2006. Singapura belum mempunyai keunggulan komparatif dalam nenas terlihat dari nilai RCA yang hanya sebesar 0,29. Namun, tidak menutup kemungkinan pada tahun berikutnya Singapura akan merebut pangsa
pasar di Malaysia. Hal tersebut karena Singapura merupakan negara maju dimana teknologi pun berkembang cepat disana sehingga, persaingan akan kualitas maupun harga akan semakin ketat. Berdasarkan nilai rataan RCA selama sembilan tahun, Indonesia sendiri berada di peringkat kedua setelah Thailand. Selama periode 1998-2004, Indonesia mengalami fluktuasi nilai RCA. Pada tahun 2005, Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif terbukti dari nilai RCA yang lebih kecil dari satu yaitu 0,93. Bahkan pada tahun 2006, Indonesia tidak mengekspor nenas ke Malaysia sehingga, pada tahun 2006 nilai RCA Indonesia lebih kecil daripada nilai RCA Singapura. Rendahnya nilai RCA Indonesia dibandingkan Singapura terjadi karena proporsi impor nenas Indonesia terhadap total impornya di pasar Malaysia lebih kecil daripada proporsi impor nenas Singapura, Thailand, maupun Philipina terhadap keseluruhan impornya di pasar Malaysia. Kondisi ini juga diduga karena nenas Indonesia yang kalah bersaing dengan Thailand, Philipina, Singapura baik dalam hal harga maupun kualitas. Selain itu, rendahnya keunggulan komparatif nenas Indonesiadi pasar Malaysia disebabkan munculnya pesaing baru di pasar Malaysia yaitu Philipina yang baru muncul pada tahun 2005 dan Singapura yang muncul pada tahun 2006. Hal ini juga membuktikan bahwa dengan adanya AFTA, Indonesia tidak dapat keuntungan dari diberlakukannya pengurangan tarif, bahkan Indonesia menjadi kalah bersaing dengan negara pengekspor nenas lainnya yang berada di kawasan ASEAN.
Namun, Indonesia masih punya peluang untuk merebut pangsa pasar nenas di pasar Malaysia karena tingkat produksi nenas Indonesia cukup tinggi. Peluang untuk merebut kembali pangsa pasar nenas di pasar Malaysia terbukti dari adanya ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada tahun 2007 yaitu sebesar 30 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.747 US $ (http://unstat.un.org, 2008).
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan
hasil
penelitian
tentang
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dan analisis keunggulan komparatif nenas di pasar Malaysia, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Ekspor nenas Indonesia ke Malaysia dipengaruhi secara nyata oleh variabel produksi nenas domestik, harga domestik riil, harga ekspor nenas, nilai tukar rupiah dan volume ekspor ke negara lain. Seluruh variabel independen bersifat elastis atau responsif terhadap ekspor nenas ke Malaysia.
2. Nilai rataan RCA Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand, diikuti Philipina dan Singapura pada urutan tiga dan empat secara berturutturut. Pada tahun 2005 dan 2006, Indonesia tidak mempunyai keunggulan komparatif terlihat dari nilai RCA yang bernilai kurang dari satu. Namun, Indonesia masih punya peluang untuk merebut pangsa pasar nenas di pasar Malaysia karena tingkat produksi nenas Indonesia cukup tinggi. Hal ini terbukti dari adanya ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada tahun 2007.
5.2
Saran 1. Harga ekspor nenas mempengaruhi ekspor nenas ke Malaysia. Namun, para eksportir tidak dapat menentukan atau mempengaruhi harga.
Berdasarkan nilai RCA, Indonesia juga mengalami penurunan daya saing. Oleh karena itu, diperlukan bantuan dari pemerintah, pihak swasta, maupun investor dalam memfasilitasi petani nenas untuk menerapkan teknologi baru yang dapat menjaga dan meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas produksi nenas. Peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas dapat dilakukan antara lain dengan pengelolaan tanaman secara intensif, penggunaan bibit unggul, dan teknologi pengemasan. 2. Para eksportir hendaknya memanfaatkan peluang dari adanya perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar dengan selalu mengikuti informasi perkembangan nilai tukar rupiah. Ketika terjadi depresiasi seharusnya para eksportir secara responsif meningkatkan ekspor dan begitu pula sebaliknya. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pangsa dan struktur pasar nenas Indonesia di pasar Malaysia. Pada penelitian ekspor selanjutnya perlu menambahkan variabel lainnya yang diduga memberikan pengaruh seperti volume ekspor nenas olahan ataupun dengan metode analisis yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA Ambarinanti, Marissa. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi dan Ekspor Beras Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anggraeni, Palupi. 2004. Identifikasi Dampak Penerapan AFTA Terhadap Nilai Ekspor, Impor dan Harga Komoditi Karet Indonesia-ASEAN. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anissa MH., Kristiana. 2006. Analisis Daya Saing Teh Hitam Indonesia di Pasar Internasional (Pendekatan Analisis Data Panel). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Arleen. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kakao Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik. 1999. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 1998. BPS. Jakarta. . 2000. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 1999. BPS. Jakarta. . 2001. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2000. BPS. Jakarta. .. 2002. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2001. BPS. Jakarta. . 2003. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2002. BPS. Jakarta. . 2004. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2003. BPS. Jakarta. . 2005. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2004. BPS. Jakarta. . 2006. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2005. BPS. Jakarta. .. 2007. Indeks harga Konsumen di 43 Kota di Indonesia (1996=100) 2006. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2006. Production of Fruits in Indonesia 1995 – 2005. Dalam www.bps.go.id diakses 29 Januari 2008.
Bappenas. 2000. Budidaya Pertanian Nenas (Ananas comosus). Dalam www.IPTEKnet.or.id diakses tanggal 3 April 2008. Departemen Pertanian. 2007. Basisdata Pertanian. www.deptan.go.id. Diakses tanggal 30 Januari 2008. Djiwandono, Soedradjad. 2004. Tidak Hanya AFTA www.google.com diakses tanggal 20 Oktober 2007.
2003.
Dalam
Ernawati, Sri. 2007. Analisis Daya Saing dan Strategi Pengembangan Agribisnis Anggrek di DKI Jakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Firdaus Muhammad & Ahmad Heri F. 2008. Indonesia dan China di Pasar Amerika Serikat. Dalam working paper series No. 06/A/III/2008. Department of Economics Faculty of Economics and Management Bogor Agricultural University. Gujarati, Damodar. 1991. Ekonometrika Dasar, penerjemah Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta. Indonesia Policy Brief. 2006. Memulihkan Daya Saing. Dalam www.google.go.id diakses pada tanggal 19 April 2008. Kesuma L, Syafrida. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Nenas Segar Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.Bogor. Kindleberger C & Lindert P. 1995. Ekonomi Internasional Edisi Kedelapan, penerjemah Burhanuddin Abdullah. Erlangga. Jakarta. Laursen, Keld. 1998. Revealed Comparative Advantage and The Alternatives as Measures of International Spesialisation. Dalam working paper No. 98-30, Departement of Industrial Economics and Strategy (DRUID), Copenhagen Business School. Marhaeni. 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Usahatani Pisang (Musa paradisiaca) (Kasus kelurahan rancamaya, Kecamatan Bogor Selatan, Bogor, Jawa barat). Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Novansi. 2006. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Beberapa Buah-buahan Penting Indonesia. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pusat
Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, Institut pertanian Bogor. Database Buahbuahan Tropika. Dalam www.rusnasbuah.or.id diakses tanggal 3 Desember 2007.
Ramanathan, Ramu. 1998. Introductory Econometrics With Applications Fourth Edition. The Dryden Press. USA. Resmisari, Yusi. 2006. Analisis Faktor-faktor Yang mempengaruhi Ekspor Teh PT. Perkebunan Nusantara VIII. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Samudra Bey, Idham. 2007. Dapatkah AFTA Menjadi Basis Perdagangan Bebas?. Dalam www.unisosdem.org diakses tanggal 20 November 2007. Salvatore.1997. Ekonomi Internasional Edisi Kelima, penerjemah Haris Munandar. Erlangga. Jakarta. Sekretariat ASEAN. 2007. Total ASEAN Trade. Dalam www.aseansec.go.id diakses tanggal 8 November 2007. Sekretariat ASEAN. 2007. Macroeconomic Indicator. Dalam www.aseansec.go.id diakses tanggal 25 Maret 2008. Silalahi, Bayu Geo S. 2007. Daya Saing Komoditas Nenas dan Pisang Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. The ASEAN Secretariat. 2006. ASEAN Statistical Yearbook 2005. The ASEAN Secretariat. Jakarta. United
Nations Commodity Trade Statistics Database. 2006. Dalam http://unstat.un.org, 2007.diakses pada tanggal 9 November 2007.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Hasil Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Nenas ke Malaysia. Dependent Variable: LOG(XT) Method: Least Squares Date: 03/26/08 Time: 09:13 Sample(adjusted): 1999:2 2005:3 Included observations: 18 Excluded observations: 8 after adjusting endpoints Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(QT) LOG(PT) LOG(PET) LOG(ERT) LOG(XOT) LOG(XB)
159.3490 -3.757523 -3.362454 -2.478618 -13.41487 -2.223011 -0.084623
96.36861 1.382916 1.692984 0.577224 9.756946 0.805574 0.213535
1.653537 -2.717102 -1.986111 -4.294034 -1.374904 -2.759536 -0.396294
0.1493 0.0348 0.0942 0.0051 0.2183 0.0329 0.7056
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.895370 0.790741 1.593235 15.23039 -19.47543 2.370662
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
3.450106 3.482871 4.073143 4.377347 8.557517 0.009732
LAMPIRAN 2. Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic Obs*R-squared
0.276452 1.578719
Probability Probability
0.771868 0.454136
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 03/26/08 Time: 09:14 Presample and interior missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C LOG(QT) LOG(PT) LOG(PET) LOG(ERT) LOG(XOT) LOG(XB) RESID(-1) RESID(-2)
6.870362 0.077081 -0.001872 0.035861 -0.836434 0.053712 0.045845 -0.001984 -0.483884
116.5491 1.675490 2.220903 0.674414 11.87090 0.980907 0.261041 0.820980 0.669526
0.058948 0.046005 -0.000843 0.053173 -0.070461 0.054758 0.175623 -0.002417 -0.722727
0.9558 0.9655 0.9994 0.9601 0.9472 0.9590 0.8691 0.9982 0.5098
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.121440 -1.635680 1.828990 13.38081 -18.63387 2.038725
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
1.22E-14 1.126587 4.251365 4.642484 0.069113 0.999018
LAMPIRAN 3. Hasil Uji heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test: Obs*R-squared
13.00000
Probability
0.369041
Lampiran 4. Uji Multikolinearitas QT PT XT PET ERT XOt XB
QT 1.000000 0.503271 -0.072646 0.056341 0.207995 -0.283886 0.073593
PT XT PET ERT XOt XB 0.503271 -0.072646 0.056341 0.207995 -0.283886 0.073593 1.000000 0.468468 -0.115079 0.261370 -0.564265 0.248784 0.468468 1.000000 -0.095981 0.067784 -0.239863 0.235528 -0.115079 -0.095981 1.000000 -0.121439 -0.121107 0.076151 0.261370 0.067784 -0.121439 1.000000 -0.014415 -0.031020 -0.564265 -0.239863 -0.121107 -0.014415 1.000000 -0.324650 0.248784 0.235528 0.076151 -0.031020 -0.324650 1.000000
Lampiran 5. Input Data Ekspor Nenas ke Malaysia Tahun 1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
Triwulan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Qt 91,792 73,78 82,916 78,468 95,972 65,802 93,185 61,79 100,082 96,461 72,394 124,362 135,779 84,921 140,119 134,149 143,776 130,263 92,174 189,375 127,994 201,82 213,816 133,459 82,73 58,219 206,655 362,314 168,999 128,33 343,439 284,314 146,519 135,987 367,795 777,48
Pt 7,91144 7,408118 6,59885 6,292889 6,272436 6,101016 5,978424 6,512395 7,017715 6,865398 6,578761 6,993842 7,087387 7,081069 7,121003 7,261453 7,157887 7,020931 7,169167 7,957236 7,931858 7,844977 7,87534 8,364299 22,33879 20,94013 20,5441 22,49395 21,1582 20,68056 19,84782 20,93023 18,95598 18,74465 17,8282 20,58661
Xt 0 0 0 0 0 1,2 0,015 0 79,92 100 210,649 0 0 0,038 1,325 0 0 0 0 1 345,62 272,08 0,1 0 664,912 443,368 711,649 216,25 11,25 442,816 22,5 0 0 0 0 0
Pet 0 0 0 0 0 0,225 7,733 0 0,069 0,07 0,07 0 0 0,184 0,389 0 0 0 0 1 0,081 0,09 70 0 0,085 0,093 0,069 0,063 0,067 0,155 0,04 0 0 0 0 0
Ert 8.025 8.025 8.025 8.025 7.100 7.100 7.100 7.100 9.595 9.595 9.595 9.595 9.895 11.391 9.355 10.421,67 10.054,67 8.943,667 8.996,667 9.049,667 8.896,333 8.413 8.476,333 8.499 8.491,667 9.095,333 9.402 9.132,667 9.301,667 9.592,667 10.123 9.985 9.233,333 9.098,333 9.135 9.098,333
Keterangan : Xt
: Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia
Qt
: Produksi nenas domestic
Pt
: Harga domestik
PEt : Harga ekspor ERt : Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika XOt : Volume ekspor nenas Indonesia ke Negara lain XB : Volume ekspor nenas Indonesia ke Malaysia pada periode sebelumnya
Xot 0 2,47 3,922 0 102,97 873,392 1.068,83 377,308 630,652 462,456 517,504 975,494 475,547 316,079 520,599 706,854 733,433 849,296 857,135 1.293,276 386,664 323,27 3,202 953,496 198,875 154,414 34,764 5,031 79,321 24,087 29,991 33,72 34,796 31,5 44,987 31,389
XB 1.275,426 0 0 0 0 0 1,2 0,015 0 79,92 100 210,649 0 0 0,038 1,325 0 0 0 0 1 345,62 272,08 0,1 0 664,912 443,368 711,649 216,25 11,25 442,816 22,5 0 0 0 0
LAMPIRAN 6. Ekspor Nenas Indonesia ke Negara Lain Tahun Negara Tujuan Nilai Ekspor Volume Ekspor (US$) (kg) 1998 Singapura 102.634 43.839 United Kingdom 3.420 2.062 1999 USA 407.568 613.312 Netherland 133.951 138.320 Gemany 60.218 139.210 Italy 18.600 55.199 Singapore 16.356 12.722 Canada 14.399 36.800 Costa Rica 11.250 17.820 Japan 10.281 15.187 Portugal 7.649 17.078 Denmark 7.250 18.000 China, Hongkong 4.745 5.937 Saudi Arabia 2.149 2.562 Korea 1.971 15.937 Thailand 1.968 4.937 2000 USA 615.482 1.465.312 Germany 212.811 563.125 United Kingdom 64.440 146.238 United Emirat Arab 58.574 95.007 Portugal 43.179 91.878 Denmark 30.949 72.000 Hungary 28.488 67.320 Singapore 13.436 27.375 Korea 2.616 24.742 Saudi Arabia 567 2.349 China, Hongkong 526 1.062 2001 USA 449.110 1.083.312 France 98.287 223.437 United Kingdom 89.449 215.820 Netherland 41.934 110.949 Denmark 23.399 54.000 Czech Rep 22.792 28.941 Germany 19.710 26.160 Australia 14.113 36.800 Sweden 8.060 18.000 Canada 7.649 18.000 Irland 7.750 17.820 Japan 7.082 19.273 Singapore 4.698 18.054 United Emirat Arab 1.654 1.625 2002 France 1.242.385 600.793 USA 1.012.698 2.021.499 Australia 244.841 511.572
2003
2004
2005
2006
Denmark South Africa Canada Germany Algeria Faeroe lads Japan China Korea Singapore Saudi Arabia China, Hongkong United Emirate Arab Czech Rep France USA Canada Japan United Emurates Arab Spain Kuwait Denmark Lithuania Egypt Korea China, Hongkong Saudi Arabia Singapore Netherland USA Kuwait Japan Saudi Arabia Iran China, Hongkong Germany Singapore Denmark France Japan Singapore France Belgium United Emirates Arab Japan USA
45.968 32.300 19.090 16.000 10.700 10.250 8.241 7.650 5.383 5.070 2.730 2.240 1.382 1.200 1.755.509 285.530 36.167 29.217 28.259 25.000 21.370 13.000 9.716 6.250 5.311 1.894 84 12 89.839 71.563 50.955 45.319 29.235 22.932 19.199 15.782 11.207 7.399 4.925 145.755 2.293 1.240 44 10 62.397 9.384
110.164 18.547 23.584 10.800 16.800 18.400 3.100 18.400 3.240 30.884 27.542 2.800 22.000 6.000 817.816 552.523 16.470 26.530 79.486 2.277 14.959 36.800 13.880 21.700 3.240 2.368 84 12 74.976 113.085 64.550 39.382 34.398 1.878 16.000 2.813 10.945 18.398 1.625 157.994 8.711 241 201 3 75.781 18.547
Kuwait Singapore France
3.842 2.689 664
2.856 2.017 214