KAJIAN PASAR NENAS DAN MINUMAN SARI NENAS (PINEAPPLES AND PINEAPPLE JUICE) DI UNI EROPA 1. DESKRIPSI PRODUK Buah nenas termasuk dalam Combined Nomenclature (CN) code 0804 30, atau dalam Standard International Trade Classification (SITC ) heading 05795000. Buah nenas dapat diperdagangkan pula dalam bentuk kalengan (preserved) - termasuk dalam klasifikasi pabean CN code 2008 20. Sedangkan minuman sari nenas (Pineapple juice) termasuk dalam CN code 2009 40 atau dalam pos SITC 0599 1. Dalam klasifikasi tarip pabean, sari nenas tersebut dibedakan antara yang siap untuk dikonsumsi tanpa diencerkan (density exceeding 1,33 g/cm3) atau atau yang encer (density not exceeding 1,33 g/cm3). 2. TREND IMPOR a. Impor nenas dan sari nenas Uni Eropa (Intra- dan Extra-EUR) Impor buah nenas Uni Eropa dalam tahun 2000 mencapai nilai sebesar Euro 369,6 juta. Dari jumlah tersebut sebanyak Euro 233,4 juta diimpor dari negara-negara ketiga di luar UE (Extra-UE), dan Euro 136,2 juta dari wilayah UE sendiri (Intra-UE). Laju pertumbuhan rata-rata impor buah nanas UE selama tahun 1996 - 2000 mencapai 9.6% (intra dan extra-UE), 10.9% intra UE dan 8.35% (extra-UE) (ribuan Euro) Total
Impor EU tahun 1996-2001 Intra-UE
1996 241.328 1997 282.491 1998 269871 1999 301.160 2000 369.589 Trend (%) 9,60 2001 (Jan.-Nov.) 365.056
Extra-UE
90.462 96.545 96.192 119.805 136.193
154.462 186.052 174.026 181692 233.396
134.181
230.875
Selama periode tahun 1996 hingga 2001 impor sari nenas Uni Eropa memperlihatkan pertumbuhan yang berfluktuasi. Nilai impor terbesar tercatat dalam tahun 1999 - yakni sebesar Euro 208,2 juta. Selanjutnya pada tahun 2000 tercatat adanya penurunan, yakni menjadi Euro 190,7 juta. Selama Januari-Novemb er 2001 impor sari nanas tercatat Euro 194,9 juta. Dari jumlah tersebut Euro 89,2 juta merupakan impor dari wilayah UE (intra-UE) dan Euro 101,5 juta impor dari luar wilayah UE (extra-UE). Selama periode tahun 1996 hingga 1999 nilai impor sari nanas memperlihatkan peningkatan, namun dalam tahun 2000 nilai impor turun 8,42 %. Sedangkan pada periode yang sama volume impornya meningkat sebesar 6,97 %. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa harga sari nenas yang diimpor mengalami penurunan yang signifikan, yakni dari Euro 1.169,90 dalam tahun 1999 menjadi Euro 843,79 per ton dalam tahun 2000. Gambaran impor sari nenas UE tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
1/8
Impor Sari Nenas Uni Eropa (1996 - 2001) Tahun
Nilai Impor
1996
178.658
1997 1998 1999 2000 Trend % ('96-'00) 2001 (Jan-Nov)
190.674 193.779 208.210 190.674 2.21 194.867
Perubahan (%) -
Volume (M. Tons) 167.468
6,73 1,57 7,45 - 8,42
Perubahan (%) -
169.078 173.477 177.973 225.973 8.35 246.040
Harga (Euro/MT) 1.066,82
0,96 2,60 2,59 6,97
1.127,73 1.117,03 1.169,90 843,79 -4.23 792,01
Sumber : Eurostat (olahan).
b. Pangsa Produk Indonesia dalam Impor Uni Eropa Indonesia bukan merupakan pemasok utama buah nenas ke pasar Uni Eropa hal ini dapat dilihat dari nilai dan volume impor UE yang kecil dari Indonesia. Pangsa impor Indonesia di UE tidak mencapai 0,1 %. Selama periode 1996-1999, nilai tersebut berkisar antara Euro 11 hingga 69 ribu, sedangkan dalam tahun 2000 tidak tercatat sama sekali. Gambaran serupa tercatat untuk impor sari nenas UE dari Indonesia, dan bahkan dalam tahun 2000 tidak tercatat adanya impor dari Indonesia. Namun selama periode Januari-November 2001 tercatat nilai ekspor sebesar Euro 13,1 juta. Berbeda dengan pangsa impor buah nenas, pangsa impor sari nenas UE dari Indonesia mencapai ratarata di atas 6% pertahun kecuali pada tahun 2000. Tahun
Impor dari Indonesia (Euro 000) Pineapple
1996 1997 1998 1999 2000 2001 (Jan-Nov)
P. Juice
11 15 12 69 0 0
11.457 18.735 12.119 14.204 0 13.133
Total Impor (Euro 000) Pineapple 241. 328 282.491 269.871 301.160 369.589 365.056
P. Juice 178.658 190.674 193.779 208.210 190.674 194.867
Pangsa Indonesia (%) Pineapple
P. Juice
0,00 0,01 0,00 0,02 0,00 0,00
6,41 9,82 6,25 6,82 0,00 6,74
Sumber : Eurostat (diolah).
c. Impor menurut negara asal Mengingat buah nenas hanya dapat dibudidayakan di negara-negara tropis, maka sekitar 64 % impor Uni Eropa berasal dari kawasan tersebut, terutama dari Afrika dan Latin Amerika, yang merupakan juga negara-negara berkembang. Negara pemasok utama di luar wilayah UE adalah : Pantai Gading, Costa Rica, Ghana, Honduras dan Kamerun. Asia merupakan wilayah pemasok yang kurang menonjol, dan terbatas pada Thailand, Vietnam, Philippines, China dan Singapore. Sedangkan nenas yang dalam data statistik dinyatakan berasal dari wilayah UE sendiri (misalnya dari Perancis, Belgia, Belanda, dll.) diperkirakan merupakan impor negara-negara tersebut dari negara ketiga yang diekspor kembali ke wilayah UE lainnya. Bagi Uni Eropa, Thailand merupakan negara pemasok minuman sari nenas kedua yang terbesar setelah Belanda. Tempat berikutnya diduduki oleh Jerman dan Kenya. Indonesia pernah Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
2/8
menempati tempat keempat dan kelima selama periode 1996-1999, namun dalam tahun 2000 tidak tercatat ekspor sama sekali. Dalam tahun 2001 telah tercatat adanya impor minuman sari nenas ke UE dari Indonesia. (Lihat tabel impor Uni Eropa untuk Pineapples dan Pineapple Juice pada lampiran ). d. Impor dari Indonesia Bagi Uni Eropa, Indonesia bukan merupakan pemasok utama buah nenas. Selama periode 1996-2001 tercatat adanya kenaikan impor nenas dari Indonesia yang relatif cukup menonjol dalam tahun 1999. Namun tahun 2000 tidak tercatat adanya Impor. Dilihat dari perkembangan harga maka selama tahun 1996 - 1991 harga impor nenas di UE memperlihatkan fluktuasi yang cukup besar setiap tahunnya. Hal ini menggambarkan betapa produk primer sangat tidak stabil. Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2000 (Jan-Nov) 2001 (Jan-Nov)
Nilai Impor (Euro 000) 11 15 12 69 0 0 4
Perubahan (%) 36,36 - 20,00 475,00 -
Volume (Metric Tons) 6 5 1 137 0 0 1
Perubahan (%) - 16,67 -80,00 13.600,00 -
Harga (Euro/MT) 1.833,33 3.000,00 12.000,00 503,65
4.000,00
Untuk sari nenas, selama periode 1996-2001 impor Uni Eropa dari Indonesia mengalami fluktuasi baik nilai maupun volume hal ini disebabkan oleh perubahan harga dan permintaan. Kenaikan impor Indonesia dari Euro 11.457 ribu pada tahun 1996 menjadi Euro 18.735 ribu pada tahun 1997 tidak berlanjut, dan diperkirakan belum dapat pulih kembali pada akhir tahun 2001. Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2000 (Jan-Nov) 2001 (Jan-Nov)
Nilai Impor (Euro 000) 11.457 18.735 12.119 14.204 0 0 13.133
Perubahan (%) 63,52 - 35,31 17,20 -
Volume (Metric Tons) 11.652 17.327 11.240 12.500 0 0 16.498
Perubahan (%) 48,70 - 35,13 11,21 -
Harga (Euro/MT) 98,33 108,13 107,82 113,63 79,60
Sumber : Eurostat (diolah).
Sebenarnya pasar sari nenas di UE sangat menjanjikan mengingat harganya selama tahun 1996 - 1999 memperlihatkan peningkatan dari Euro 98,33 per Metric Ton menjadi Euro 113,63 per Metric Ton, walaupun harga pada tahun 2001 mengalami penurunan Euro 79,6 per Metric Ton. 3. PERATURAN / PROSEDUR IMPOR a. Peraturan Terkait Impor minuman sari nenas ke wilayah Uni Eropa antara lain diatur dalam Council Directive 2001/112/EC of 20 December 2001 relating to fruit juices and certain similar products intended for human consumption. Dengan keluarnya direktif tersebut maka
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
3/8
mulai 12 Juli 2003 Directive 93/77/EEC dicabut. Dalam hal kemasan, terdapat tendensi UE ke arah penggunaan kembali dan daur ulang kemasan yang dipergunakan dalam lalu-lintas perdagangan. Agar dicapai keseragaman, Uni Eropa telah mengeluarkan Directive 94/62/EC mengenai kemasan dan bahan kemasan. Di dalamnya antara lain dimuat ketentuan mengenai tingkat konsentrasi maksimal dari metal berat dalam kemasan (lead, cadmium, mercury and chromium), serta persyaratan spesifik dalam pembuatan dan komposisi kemasan. Meskipun pada umumnya importirlah yang bertanggung jawab atas kemasan barang yang diimpornya, namun bagi wilayah/pasar yang sensible maka pertimbangan dari para importir perlu diperhatikan oleh para eksportir. Para importir merasa berkepentingan bila dapat terlepas dari beban tambahan bila mereka tidak dapat mempergunakan kembali atau harus membuang kemasan yang telah ada yang disiapkan oleh eksportir waktu barang-barang diterima. Buah-buahan segar, termasuk nenas, banyak dikemas dalam dos-dos karton yang dilapisi polyethylene, dan berisi dua atau empat dos berukuran 5 kg. Kemasan ini cocok untuk 'palletisation'1 semakin populer karena dapat menekan biaya handling dan mengurangi kerusakan pada barang. Dengan demikian bentuk box/kotak lebih cocok dibanding bungkusan-bungkusan kertas atau tong. Adapun beratnya berkisar sekitar 5 kg dan 25 kg. Serat/pulp dan pure (pulp and puree) dari buah-buahan tropis biasanya dikirim dalam kemasan kaleng metal yang beratnya 3 - 5 kg, atau dibekukan terlebih dahulu dan dikemas dalam dos-dos karton yang beratnya 20 - 25 kg, atau dalam tong-tong (drums) berukuran sampai 200 liter. Namun dewasa ini bulk-packaging technology untuk bahan pangan berbentuk cairan yang cocok bagi barang dagangan tersebut tengah dikembangkan. Tujuannya tak lain adalah untuk menekan biaya tanpa mengurangi sterilitas barang. Bantuknya dapat berupa sistim kantung-dalam-kotak (bag-in-box systems) yang berukuran seperti 'pallet', serta flexitanks. b. Daftar alamat instansi pemerintah terkait dengan proses impor Konsumen Eropa makin menaruh minat terhadap kehidupan yang sehat, dan sebagai konsekuensinya maka mereka menkunsumsi "healthy food". Dalam kaitannya dengan makanan sehat maka di tingkat Uni Eropa, European Commission melalui: Directorate-General for Trade dan Directorate-general for Health and Consumer Protection, yang beralamatkan : Rue de la Loi 2000 B-1049 Brussels Belgium Web-site : http://europa.eu.int/comm/dgs_en.htm Menetapkan kebijakan-kebijakan dalam rangka melindungi konsumen dari berbagai ''food additive"" dan praktek-praktek perdagangan yang tidak adil. Sedangkan di tingkat negara anggota UE maka kementerian perdagangan dan kementerian kesehatan merupakan instansi yang terkait. 1
Sistim pengepakan yang memudahkan untuk diangkat/dipindah-pindahkan, khususnya dengan menggunakan alat seperti forkllift.
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
4/8
4. PERATURAN / PROSEDUR LABELING Mengingat buah nenas dan minuman sari nenas merupakan bagian dari makanan dan minuman, maka peraturan yang berlaku banyak dikaitkan dengan faktor kesehatan. Barang dagangan tersebut juga tidak tahan lama sehingga dalam mencantumkan label perlu dimuat periode dan kondisi penyimpanannya. Unsur-unsur tersebut dituliskan dalam bahasa yang dipakai oleh negara tujuan dan bahasa Inggris. Dalam hal pencantuman label (labelling), ketentuan yang berlaku di negara-negara anggota Uni Eropa disesuaikan dengan Directive Parlemen Eropa dan Dewan UE No. 2000/13/EC tanggal 20 Maret 2002 on the approximation of the laws of the Member States relating to the labelling, presentation and advertising of foodstuffs. Beberapa ketentuan dalam pengarahan tersebut adalah : -
Pembubuhan label dan metodenya tidak boleh menyesatkan pembeli, terutama dalam hal : karakteristik bahan makanan dimaksud (terutama dalam hal nature, identity, properties, composition, quantity, durability, origin or provenance, method of manufacture or production); penambahan efek atau kandungan bahan makanan (yang sebenarnya tidak ada); memberikan anjuran bahwa bahan makanan tersebut mengandung karakteristik tertentu (padahal semua bahan makanan lainnya juga memiliki karakteristik tersebut).
-
Pada label wajib dicantumkan nama yang dipakai oleh produk bersangkutan waktu dijual, daftar kandungan ingredients (nama, jumlah); bila produknya dikemas maka berat neto perlu dicantumkan; batas waktu pemakaian; kondisi penyimpanan atau kondisi pemakaiannya; nama dan alamat produsen atau pengemas atau penjualnya di UE, dll.
5. PERATURAN PERPAJAKAN a. Bea Masuk (MFN Tariff) Besarnya bea masuk MFN yang ditetapkan oleh Uni Eropa terhadap buah nenas dan minuman sari nenas masing-masing adalah : 5,8 % untuk buah nenas, CN code 0804 30, dan 15,2 % untuk sari nenas, CN code 2009 40. b. Pajak Konsumsi Walaupun sejak 1 Januari 1993 secara teoritis perbatasan perpajakan telah dihapuskan di wilayah Uni Eropa, namun hingga kini harmonisasi Value Added Tax (pajak yang dibebankan terhadap penjualan barang kepada konsumen) masih belum dapat diseragamkan. Sebagai akibatnya masing-masing negara anggota masih memberlakukan tingkat VAT/PPN yang berbeda-beda. Gambaran untuk pajak di sektor foodstuffs pada bulan Mei 2002 dapat terlihat pada tabel berikut ini (sumber : Directorate-General for Taxation and Customs Union Uni Komisi Eropa) :
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
5/8
Table 1.2
Belgium Denmark Germany Greece Spain France Ireland Italy Luxembourg The Netherlands Austria Portugal Finland Sweden United Kingdom
VAT rates (in %) applied to foodstuffs in the EU, May 2000 Zero Rate
Super Reduced Rate
Reduced Rate
Standard Rate
0 0
4 4.2 4 3 -
6 7 8 7 5.5 12.5 10 6 10 5/12 17 12 -
21 25 16 19.6 21 17 25 -
0 = zero rate (exemption with refund of tax paid at preceding stage) Source: DGXXI, European Commission (2000) c.
Generalized System of Preference (GSP) Uni Eropa memberikan keringanan (preferensi) tarif bea masuk buah nenas dan minuman sari nenas yang berasal dari negara-negara berkembang dalam rangka GSP. Dalam skema GSP 2002-2004, ke dua produk tersebut diklasifikasikan sebagai produk sensitif sehingga tarif bea masuk yang berlaku bagi Indonesia adalah : 2,3 % (dari 5,8 %) untuk buah nenas, CN code 0804 30, dan 11,7 % (dari 15,2 %) untuk minuman sari nenas, CN code 2009 40. Buah nenas atau sari nenas yang masuk ke wilayah Uni Eropa dari negara-negara berkembang yang terbelakang (least developing countries) atau dari negara-negara anggota kelompok ACP (African, Carribean and Pacific) tidak dibebani bea masuk.
6. KARAKTERISTIK PRODUK a. Perbandingan dengan produk sejenis negara bersangkutan (negara kajian pasar) Uni Eropa tidak menghasilkan buah nenas. Demikian pula buah nenas yang sudah diproses/dikalengkan, pada umumnya juga didatangkan dari luar negeri. Namun di wilayah UE terdapat pabrik-pabrik yang menghasilkan minuman sari nenas. Mengingat lokasi produsen berdekatan dengan konsumen, maka kriteria ataupun persyaratan pemasaran barang buatan UE tersebut dapat lebih cepat disesuaikan dengan persyaratan pemasaran yang diminta. b. Karakteristik produk dari negara-negara pemasok lain Negara pemasok buah nenas lainnya yang merupakan pesaing-pesaing Indonesia adalah Pantai Gading (Cote d'Ivoire), Senegal, Filipina, dan akhir-akhir ini Vietnam. Produk-produk yang diimpor UE dari negara-negara tersebut karakteristiknya hampir sama hanya berbeda dalam hal ukuran dan rasa manisnya.
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
6/8
7. SISTIM DISTRIBUSI DAN PRAKTEK BISNIS a. Kondisi pasar bersangkutan (negara kajian pasar) Pasar Uni Eropa merupakan pasar tunggal sehingga pada saat barang dagangan yang berasal dari negara ketiga sudah dapat masuk ke salah satu negara UE, maka barang tersebut dapat dengan bebas beredar di wilayah UE lainnya tanpa melampaui prosedur pabean lagi. Dalam hal eksportir memiliki agen/distributor di salah satu negara anggota Uni Eropa, maka kondisi pasar tunggal dapat mempermudah proses pengiriman barang ke negara anggota UE lainnya. Mata dagangan buah nenas dan minuman sari nenas, seperti halnya bahan pangan/minum lainnya, mengalami pengawasan yang ketat di wilayah Uni Eropa, baik dalam hal teknis sebagai barang dagangan maupun dari segi kesehatan. b. Saluran distribusi Barang dagangan nenas dan minuman sari nenas dapat didistribusikan dari salah satu negara anggota Uni Eropa ke negara anggota lainnya tanpa melewati pabean lagi. Pengiriman barang di wilayah UE dapat seluruhnya dilakukan dengan sarana mobil angkutan atau kereta api (transportasi darat) dengan dibukanya terowongan di bawah laut yang menghubungkan daratan Eropa dengan Inggris. Importir atau distributor menyalurkan barangnya ke konsumen langsung atau melalui toko-toko serba ada yang berukuran besar ataupun toko-toko makanan/minuman. Bertindak sebagai importir utama adalah perusahaan-perusahaan besar atau multinasional (misalnya jaringan Del Monte atau Coca Cola). c. Hal-hal yang perlu diperhatikan jika pertama kali masuk ke pasar bersangkutan (negara kajian pasar) Konsumen Eropa makin menaruh minat terhadap kehidupan yang sehat, dan sebagai konsekuensinya maka mereka lebih menyukai untuk membeli barang-barang yang dikategorikan "healthy food". Makanan yang sehat banyak diartikan sebagai bahan pangan yang mengandung lemak rendah serta kendungan gula dan garamnya terbatas. Selain itu akhir-akhir ini konsumen juga mulai beralih pada produk-produk makanan/minuman yang disebut 'bio food'. Produk-produk tersebut dihasilkan dari pertanian-pertanian yang menggunakan pupuk alami serta tanpa penggunaan obatobatan dan pengawetan kimia. Mengingat belak angan ini telah terjadi berbagai peristiwa yang menimbulkan ketakutan terhadap bahan pangan (kontaminasi dioxine, wabah BSE atau penyakit mulut dan kuku), maka banyak orang yang makin memperhatikan keselamatan makanan. Demikian pula mereka khawatir akan akibat yang timbul dari pengolahan lahan pertanian secara intensif terhadap daerah pedalaman dan lingkungan secara umum Hal-hal tersebut telah mendorong mereka untuk menaruh minat yang lebih besar terhadap bahan pangan organik.. Konsumen berpendapat bahwa kondisi/keadaan barang pada saat diterima dan kualitas sangat perlu diperhatikan. Hal ini penting bagi produsen agar barangnya dapat tetap bersaing, baik dengan produksi setempat atau yang berasal dari negara pemasok lain.
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
7/8
8. SISTEM/SYARAT PEMBAYARAN Penentuan mengenai kondisi-kondisi pembayaran untuk suatu transaksi ekspor merupakan bagian dari paket negosiasi antara penjual dan pembeli. Kedua pihak akan menjaga supaya kepentingannya dapat diselamatkan. Penjual menginginkan adanya jaminan yang kuat bahwa pembeli akan membayar barang-barang yang disuplainya sesuai dengan harga atau kondisi yg tercantum dalam kontrak, sedangkan pembeli akan mengharapkan jaminan availability, quantity, quality dan kelangsungan dari produk yang dibeli, sebelum dia membayar dengan harga yang telah disetujui. Metode dan terms of payment yang umum digunakan adalah : Client payment, Documents against payment (D/P), Letter of Credit, Bank Guarantee, Cheques, dan Payment on consigment basis. Sedangkan delivery terms yang digunakan adalah : FOB, CFR dan CIF. 9. LAYANAN PURNA JUAL Layanan purna jual sangat penting karena dapat menjaga kelangsungan bisnis. Dalam hal nenas dan sari nenas, maka kondisi dan mutu barang dan persyaratan kesehatan sangat perlu diperhatikan. 10. DAFTAR ALAMAT IMPORTIR DAN INDUSTRI Lihat daftar alamat importir dan industri terlampir. Sebagai bahan pendukung dilampirkan pula data statistik impor buah nenas dan sari nenas tahun 1996-2000. Brussel, Agustus 2002
Kantor Atperindag PRI-ME, Brussel
8/8