PENGEMBANGAN PASAR PRODUK SOFTCANDY BUAH NENAS DAN PEPAYA
NADIRA TIZANI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Pasar Produk Softcandy Buah Nenas dan Pepaya sebagai alternatif cara konsumsi buah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2015 Nadira Tizani NIM F34110040
ABSTRAK NADIRA TIZANI. Pengembangan Pasar Produk Softcandy Buah Nenas dan Pepaya. Dibimbing oleh AJI HERMAWAN dan ANI SURYANI. Tingkat konsumsi buah masyarakat Indonesia masih tergolong rendah dari rekomendasi FAO. Pola konsumsi buah di keluarga perlu dikaji untuk melihat seberapa pentingnya permasalahan tersebut sehingga mempengaruhi pola konsumsi buah sehari-hari. Model bisnis produk Softcandy buah nenas dan papaya dibangun sebagai solusi dari permasalahan pelanggan yang teridentifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kanvas model bisnis dengan pendekatan riset aksi untuk Softcandy buah Nenas dan papaya. Tahapan penelitian meliputi perancangan hipotesis model bisnis, pengujian masalah, pengujian solusi dan verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat permasalahan pelanggan yaitu, alur penyajian buah panjang, ketergantungan keluarga kepada ibu dalam penyajian buah, ketersediaan buah yang tidak konstan, dan tidak tersedia waktu untuk selalu menyajikan buah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa responden setuju bahwa Softcandy dapat menjadi solusi terhadap permasalahan tersebut. Segmen yang dituju yaitu keluarga yang akan melengkapi porsi buah harian. Kata kunci: konsumsi buah, model bisnis, pengembangan pasar , softcandy buah
riset aksi.
ABSTRACT NADIRA TIZANI. Market Development of Fruit Softcandy from Pineapple and Papaya. Supervised by AJI HERMAWAN and ANI SURYANI The level of Indonesian‟s fruit consumption is still relatively low based on FAO‟s recommendation. The family fruit consumption patterns need to be studied to see how the importance of these problems that affect the pattern of daily consumption of fruit. The business model of fruit sofcandy from papaya and pineapple is built as a solution for customer‟s identified problems. This study aims to obtain the business model canvas for fruit softcandy from papaya and pineapple using action research approach. The stages of research include designing a business model hypotheses, testing problems, testing solutions and verification. The results showed that the customer‟s problems were constant long process to serve fruit, dependence on the mother in serving fruit, fruit availability, and limited time to frequently serve fruit. Based on the results, respondents agreed that Softcandy can fix the problems. The segment is the family that will complement daily fruit portion. Keywords: action research, business model, fruit consumption, fruit softcandy, market development.
PENGEMBANGAN PASAR PRODUK SOFTCANDY BUAH NENAS DAN PEPAYA
NADIRA TIZANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dimulai sejak bulan Maret 2015 hingga Juni 2015 dengan topik aplikasi binis, dengan judul Pengembangan Pasar Produk Softcandy Buah Nenas dan Pepaya. Terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M selaku dosen pembimbing pertama dan Prof. Dr.Ir. Ani Suryani, DEA selaku dosen pembimbing kedua atas bimbingan serta saran dan kritik bagi penulis. 2. Bapak Tania Syahrul Alamsyah dan Ibu Rifni Elza serta adikku Alia Natasya yang tiada henti memberi dukungan dan doa kepada penulis. 3. Teman-teman satu bimbingan terutama Fickry Bagas Sakti dan Putri Andini Wulandari yang selalu ada dan membantu penulis, juga Hendra, Ryan, Youvita, Andi, dan Vito. 4. Kakak Brianestiza yang juga sudah membantu saat kesulitan. 5. Teman-teman ku tersayang Tiwi, dan Sabrina. 6. Teman-teman NGNK sekalian, Regia, Dara, Afni, Grace, Osyi, Oci, Bella, Naura, Nataliya, Bagas, Vito, Al-Fahri, Alfiyan, Fauzan, Tio dan Hanif. 7. Teman-teman seperjuangan TIN 48 khususnya P2. Terimakasih atas segala kebersamaan, keceriaan, dukungan serta semangatnya bagi penulis. 8. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penulis selama penelitian. Bogor, September 2015 Nadira Tizani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
i
DAFTAR GAMBAR
i
DAFTAR LAMPIRAN
i
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
3
Pengumpulan Data
6
Analisis Data
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis Kanvas Model Bisnis
7 7
Analisis Industri
11
Pengujian Masalah (Test The Problem)
14
Pengujian Solusi (Test The Solution)
17
Ukuran Pasar (Market Size)
26
Verifikasi Model Bisnis
28
SIMPULAN DAN SARAN
30
Simpulan
30
Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
RIWAYAT HIDUP
53
DAFTAR TABEL 1 2 3 4
Permasalahan yang terdapat pada pelanggan Pembaharuan kanvas model bisnis versi 1 Daftar permasalahan utama dengan solusi yang ditawarkan Pembaharuan kanvas model bisnis versi 2
14 17 19 26
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Proses customer development Diagram alir tahapan penelitian Diagram alir pembuatan Softcandy pepaya Model lima kekuatan Michael Porter Persentase perbandingan responden potensial Prototype produk softcandy Nenas Penilaian responden terhadap solusi yang ditawarkan Penilaian responden terhadap netto produk Persentase penerimaan responden terhadap atribut Persentase pilihan rasa buah yang diinginkan responden Persentase saluran penjualan yang diinginkan oleh responden Harga yang diinginkan oleh responden Ukuran pasar produk Softcandy
3 4 5 12 16 18 20 21 22 23 25 25 27
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Daftar pertanyaan pada pengujian permasalahan (Test the problem) produk softcandy Daftar pertanyaan pada peengujian solusi (Test the solution) produk softcandy Data responden pengujian masalah pada produk Softcandy Kanvas Model bisnis awal Perhitungan biaya produksi untuk BMC 0 dan BMC 1 Kanvas model bisnis versi 1 Data Responden Pengujian Solusi Kanvas model bisnis versi 2 Perhitungan biaya produksi untuk BMC 2
32 33 35 38 39 44 45 47 48
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Perilaku konsumsi sehat merupakan perilaku mengonsumsi beberapa variasi kelompok makanan yang direkomendasikan yaitu karbohidrat, buah dan sayur, protein dan lemak secara seimbang. Perilaku konsumsi sehat ini ditujukan bagi setiap individu untuk semua usia, budaya dan situasi geografis. Setiap individu direkomendasikan untuk mengonsumsi setiap kelompok makanan secara seimbang. Tetapi sebagian besar individu hanya mengonsumsi makanan tertentu dan melewatkan atau sedikit mengonsumsi buah dan sayuran. Berdasarkan hasil kajian Balitbang Kementan (2013), tingkat konsumsi buah orang Indonesia hanya 34,55 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi ini masih lebih rendah dari rekomendasi Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sebanyak 65 kg/kapita/tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menganjurkan agar setiap orang mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 400 gram per hari yang setara dengan 2-4 porsi buah dan 3-5 porsi sayur. Sementara itu, data WHO menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi buah dan sayur masyarakat Indonesia masih berkisar 2,5 porsi per hari (Sidi et al. 2014). Seperti kita ketahui, buah-buahan memberi kontribusi dalam membentuk pola konsumsi pangan melalui kandungannya yang kaya akan vitamin, mineral, serat, enzim pencernaan dan air yang diperlukan oleh tubuh manusia, serta tidak dapat ditemukan pada suplemen atau produk makanan lain. Walaupun hanya diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit, namun kontribusi buah-buahan dalam memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral sebagai zat pengatur dan pelindung, sangat penting untuk mendorong pertumbuhan sel-sel tubuh serta menjaga kesehatan dan kesegaran tubuh. Selain itu, asupan buah-buahan dalam pola konsumsi gizi keluarga sehari-hari juga bermanfaat untuk menurunkan resiko kematian akibat kanker saluran cerna sebesar 14%, resiko kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 11%, dan resiko kematian akibat stroke sebesar 9%. (Litbang Depkes 2007) Menurut Sediaoetama (2008) perilaku gizi ditingkat keluarga merupakan salah satu manifestasi gaya hidup keluarga yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku gizi di keluarga adalah pendapatan, pendidikan, lingkungan hidup (tempat tinggal, faktor fisiologis (umur), pekerjaan, suku bangsa, kepercayaan dan agama (budaya), sikap tentang kesehatan, pengetahuan. Dalam struktur keluarga, ibu mempunyai peran dominan dalam penerapan perilaku gizi keluarga karena pada umumnya di Indonesia ibu bertanggung jawab penuh dalam penyediaan makanan bagi keluarga sehingga masing-masing individu dalam keluarga mengikuti perilaku gizi yang diterapkan oleh ibu terutama dalam konsumsi buah. Asupan buah keluarga masih dirasa kurang penting oleh sebagian besar keluarga di Indonesia. Minimnya kepedulian masyarakat Indonesia dalam mengonsumsi buah akibat kurangnya pemahaman akan pentingnya buah di dalam menjaga kesehatan. Keadaan tersebut didukung oleh hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menyatakan bahwa tingkat prevelensi kurang konsumsi buah dan sayur penduduk Indonesia usia 10 tahun keatas mencapai 93,6%. Perilaku gizi yang
2 diterapkan ibu, terutama konsumsi buah memiliki pengaruh yang sangat besar atas kesadaran anggota keluarga dalam konsumsi buah sehari-hari. Kurangnya peran dan pemahaman yang baik dari ibu dalam menyajikan gizi harian dikeluarga khususnya konsumsi buah, menjadi pemicu rendahnya konsumsi buah di keluarga. Selain itu, kurangnya respon ibu saat keluarga belum rutin mengonsumsi buah, ketersediaan buah setiap hari, teladan yang diberikan ibu dan anggota keluarga, serta variasi jenis buah atau olahannya menjadi faktor yang mempengaruhi pola asupan buah keluarga. Oleh sebab itu, permasalahan tersebut perlu diselesaikan dan menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. Pengembangan pasar yang dilakukan dengan mentransformasikan permasalahan segmen pelanggan menjadi sebuah solusi berupa produk berbasis buah nenas dan pepaya yang dilakukan dengan pendekatan riset aksi dan dibantu dengan alat berupa kanvas model bisnis yang diciptakan Osterwalder dan Pigneur (2012). Penelitian ini memfokuskan pada bagian pencarian model bisnis (search) khususnya aktivitas customer discovery. Kegiatan tersebut dilaksanakan guna mendapatkan model bisnis yang tepat terhadap produk serta mendapatkan produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengindentifikasi permasalahan konsumsi buah di keluarga, memberikan solusi pada permasalahan tersebut, sehingga didapatkan model bisnis terverifikasi bagi produk softcandy dari buah nenas dan papaya agar sesuai dengan kebutuhan pasar (product market fit).
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai solusi alternatif cara konsumsi buah keluarga agar kebutuhan harian buah tiap anggota keluarga dapat selalu terpenuhi. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan kesesuaian antara produk softcandy dengan pasar agar lebih mudah dalam upaya pengembangan produk ini lebih baik. Penelitian ini juga bermanfaat dalam penerapan customer development dalam kasus nyata pada produk softcandy dalam menyelesaikan permasalahan konsumsi buah harian keluarga.
Lingkup Penelitian Model customer development yang dikembangkan Blank dan Dorf (2012) terdiri atas empat tahapan yaitu tahapan pencarian konsumen (customer discovery), validasi pasar (customer validation), kreasi pasar (customer creation) dan tahap pendirian perusahaan (company building). Tahapan pertama dan kedua dalam customer development adalah proses menguraikan dan mencari model bisnis. Tahapan ketiga dan keempat merupakan eksekusi dari model bisnis yang telah dikembangkan, diuji dan terbukti pada tahapan pertama dan kedua. Proses customer development dapat dilihat pada Gambar 1.
3 Fokus pada penelitian ini adalah pada tahapan pencarian konsumen (customer discovery). Pencariaan konsumen mempunyai empat fase yakni penyusunan hipotesis kanvas model bisnis, pengujian permasalahan (test the problem), pengujian solusi (test the solution), dan verifikasi kanvas mode bisnis. Penggunaan customer development jauh lebih baik jika dibandingkan dengan the traditional new-product method , karena prosesnya hanya berfokus pada tahapan eksekusi tidak melalui tahapan pencarian atau pengujian model bisnis, model ini berasumsi bahwa tidak perlu adanya perubahan atau gangguan dari pihak luar untuk memperhalus hipotesis mereka yang kemudian akan menjadi fakta atau model bisnis yang terverfikasi di lapangan. Sedangkan customer development memiliki proses yang terstruktur untuk menguji hipotesis model bisnis yang dilakukan secara berulang dan memungkinkan adanya pivot selama proses pencarian model bisnis, hingga semua komponen model bisnis jelas dan terverifikasi. Setelah itu, baru dapat dilanjutkan untuk tahapan eksekusi model bisnis.
Gambar 1 Proses customer development (Blank dan Dorf 2012)
METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode riset aksi (action research). Saunders et al. (2009) menjelaskan, bahwa riset aksi adalah metode yang fokus terhadap perubahan yang memiliki tahapan siklus yaitu melakukan diagnosa masalah, membuat perencanaan, melakukan tindakan, dan evaluasi sampai mendapatkan perubahan yang sesuai. Perbaikan model bisnis pada penelitian ini diadaptasi berdasarkan pengembangan pasar menurut Blank dan Dorf (2012) dengan metode riset aksi yang prosesnya dapat dilihat pada Gambar 2 serta bantuan dari alat kanvas model bisnis yang diciptakan oleh Osterwalder dan Pigneur (2012). Penggunaan kanvas model bisnis ini memiliki kelebihan yaitu, memudahkan dalam melihat hubungan logis antar komponen model bisnis, membantu menguji konsistensi hubungan antara komponen, menguji pasar atau asumsi awal, menunjukan seberapa radikal suatu perubahan dilakukan dan konsekuensinya (TIM PPM 2012). Selain itu, kanvas model bisnis ini juga menunjang setiap adanya perubahan pada model bisnis selama tahapan customer development yang biasa dikenal dengan pivot.
4 Pada tahapan test the problem bersamaan dengan proses pengembangan produk. Proses pengembangan produk menitikberatkan pada atribut produk seperti rasa buah, rasa manis, tektur dan atribut lain yang disukai konsumen. Formulasi yang digunakan pada tahap awal pengembangan diperoleh dari data penelitian terdahulu oleh Mulatsih Tri Atmini dari Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Diagram alir pembuatan softcandy dari pepaya dan nenas dicantumkan pada Gambar 3 (Atmini 2010). Mulai
Kanvas model bisnis awal
Ekstrak hipotesis
Pengujian permasalahan Pengembangan produk
Pembaharuan model bisnis
Pengujian solusi
Pembaharuan model bisnis
Tidak sesuai
Verifikasi: pivot/proceed Sesuai Selesai Gambar 2 Diagram alir tahapan penelitian
5
Bubur Pepaya dan Nenas
Karagenan
Pemasakan sampai suhu 60oC
Sukrosa
Pemasakan sampai suhu 80oC
Pencetakan
Pendinginan pada suhu ruang selama 1 jam
Pendinginan pada freezer selama 1 hari
Pemotongan
Pengovenan pada suhu 80oC selama 6 jam
Pendinginan
Penaburan gula putih bubuk
Permen Jelly Pepaya
Gambar 3 Diagram alir pembuatan Softcandy pepaya
6 Pengumpulan Data Data yang digunakan pada penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Data sekunder bersumber dari penggalian informasi mengenai buah papaya, nenas, dan pengembangan pasar. Sedangkan data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan innovator Softcandy buah nenas dan papaya yaitu Prof. Dr. Ir Ani. Suryani, DEA dan tahapan pengujian masalah serta solusi. Pada tahapan perancangan model bisnis dilakukan dengan berdiskusi bersama inovator produk dalam menyusun value preposition agar sesuai dengan visi beliau terhadap produk softcandy. Perancangan blok model bisnis lain didiskusikan bersama dosen pembimbing pertama agar didapatkan kesesuaian dari aspek pasar dengan nilai produk yang akan ditawarkan. Sehingga, dapat mempermudah dalam melihat peluang kesesuaian produk dengan pasar. Tujuan dari tahapan pengujian masalah ialah untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan konsumen terkait konsumsi buah keluarga, dan membuktikan hipotesis model bisnis awal. Jenis pertanyaan yang diajukan bersifat terbuka. Adapun daftar pertanyaan yang diajukan dapat dilihat pada Lampiran 1. Tahapan pengujian masalah dilakukan dari tanggal 27 April - 10 Mei 2015 terhadap 50 responden. Penentuan jumlah responden berdasarkan theoretical saturation, dimana jumlah responden seharusnya tidak diketahui. Namun, ketika jumlah responden tidak mengubah hasil, maka jumlah responden sudah cukup. Menurut Blank dan Dorf (2012) jumlah 50 responden merupakan jumlah yang sudah mencukupi. Penentuan responden dilakukan berdasarkan prosedur purposif. Prosedur purposif dilakukan dengan menentukan sekelompok responden yang akan menjadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan topik penelitian yang diangkat. (Bungin 2006). Responden yang terpilih ialah orang tua khususnya ibu yang bertindak sebagai decision maker terhadap pembelian dan berperan dominan dalam pemenuhan asupan pangan di keluarga. Seluruh anggota keluarga termasuk ibu sebagai end user dari produk ini. Tahapan pengujian solusi dilakukan dari tanggal 22 Mei - 4 Juni 2015. Tahapan ini bertujuan untuk melihat kesesuaian produk sebagai solusi dengan permasalahan dan kebutuhan dari pelanggan potensial. Wawancara dilakukan kepada 50 responden yang terdiri dari responden potensial dari hasil pengujian masalah dan responden tambahan yang memiliki kriteria seperti responden potensial hingga jumlahnya mencapai 50 responden. jenis pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan kombinasi, yaitu terbuka dan tertutup. Daftar pertanaan dapat dilihat pada Lampiran 2. . Analisis Data Pada tahapan pengujian masalah, analisis data diawali dengan proses transkripsi yaitu mengubah hasil wawancara menjadi bentuk tulisan. Hasil tersebut kemudian dianalisis dengan teknik reduksi dan kategorisasi. Menurut Miles dan Huberman (1994) teknik reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selanjutnya ialah proses kategorisasi untuk menggolongkan jawaban pertanyaan dari responden
7 untuk memisahkan kategori masalah responden ataupun parameter penentuan responden potensial, dan menentukan segmen pelanggan potensial. Segmen pelanggan potensial ditentukan jika sudah memenuhi tiga dari lima parameter. (Lampiran 3). Perangkingan dilakukan untuk memberikakan prioritas kepada permasalahan responden yang akan diselesaikan. Analisis data pada tahapan solusi hampir serupa dengan tahapan pengujian masalah. Proses verifikasi dilakukan setelah proses kategorisasi untuk menyesuaikan tanggapan responden terhadap solusi yang ditawarkan dengan model bisnis. Teknik katagorisasi pada tahapan ini dilakukan untuk menggolongkan tanggapan responden terkait produk solusi, atribut produk, saluran penjualan yang diminati dan harga produk yang diinginkan responden. Jika hasil analisis data dan informasi tidak sesuai dengan model bisnis, dilakukan pivot. Pivot adalah pengulangan atau pengujian kembali kanvas model bisnis sampai didapatkan model bisnis yang sesuai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis Kanvas Model Bisnis Model bisnis merupakan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Model bisnis dapat diilustrasikan menggunakan sebuah alat, yaitu kanvas model bisnis (Osterwalder dan Pigneur 2012). Terdapat sembilan blok bangunan pada kanvas model bisnis yang saling berhubungan dan mencakup seluruh aspek pada suatu organisasi atau perusahaan untuk melakukan sebuah bisnis. Sembilan blok bangunan tersebut meliputi segmen pelanggan, proposisi nilai, saluran, hubungan pelanggan, arus pendapatan, sumber daya utama, aktivitas kunci, kemitraan utama dan struktur biaya. Berdasarkan hasil perancangan model bisnis awal softcandy dapat dilihat pada Lampiran 4. Segmen Pelanggan (Customer Segments) Segmen pelanggan menggambarkan sekelompok orang atau organisasi berbeda yang akan dijangkau dan dilayani oleh perusahaan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Sebuah model bisnis dapat menggambarkan satu atau beberapa segmen pelanggan besar ataupun kecil. Perbedaan segmen didasarkan pada kesamaan kebutuhan, perilaku, saluran distribusi, dan atribut lainnya. Terdapat beberapa tipe konsumen yaitu end user, influencer, recommender, economic buyer dan decision maker (Blank dan Dorf 2012). Hipotesis awal untuk segmen pelanggan produk softcandy buah nenas dan pepaya ini adalah keluarga dengan intensitas konsumsi buah rendah. Seluruh anggota keluarga akan menjadi pelanggan dengan tipe end user atau pengonsumsi akhir dari produk yang bisa menilai produk secara langsung, sedangkan orang tua menjadi decision maker yang akan menentukan dan memiliki kebijakan dalam pembelian produk untuk anggota keluarganya. Orang tua khususnya ibu sebagai decision maker dominan juga bisa bertindak sebagai economic buyer terhadap produk. Oleh karena itu
8 memahami motivasi pembelian dari decision maker dalam hal ini ibu penting untuk dilakukan. Osterwalder dan Pigneur (2012) membagi beberapa jenis pelanggan yang berbeda, yaitu pasar massa, pasar ceruk, pasar tersegmentasi, pasar terdiversifikasi dan pasar banyak sisi. Berdasarkan hipotesis awal segmen konsumen untuk produk softcandy ini ialah keluarga dengan intensitas konsumsi buah rendah termasuk pada kategori pasar tersegmentasi. Karena kosumen yang menjadi target dari produk ini ialah keluarga yang belum rutin konsumsi buah dan memiliki permasalahan yang hampir sama dalam konsumsi buah. Pendekatan yang digunakan pada segmentasi pasar produk ini yakni psikografi meliputi gaya hidup dan sikap-sikap dalam konsumsi buah, serta minat pelanggan terhadap produk olahan buah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedes, 2013) penduduk dikategorikan „cukup‟ konsumsi sayur dan buah apabila makan sayur dan atau buah minimal 5 porsi per hari selama 7 hari dalam seminggu. Dikategorikan „kurang‟ apabila konsumsi sayur dan buah kurang dari ketentuan di atas. Menurut WHO/FAO (2003), yang dimaksud dengan 1 porsi buah adalah 1 potongan sedang atau 2 potongan kecil buah atau 1 mangkuk buah irisan. Di Indonesia, konsumsi buah yang dianjurkan yaitu sebanyak 200-300 gram atau 2-3 potong sehari berupa pepaya atau buah lain.(Almatsier 2004). Selanjutnya yang dimaksud satu porsi buah yaitu satu buah ukuran sedang seperti apel atau pir, atau 10 buah ukuran kecil seperti anggur atau kelengkeng, atau satu potong buah ukuran besar seperti melon, semangka, dan lain-lain. Setiap ukuran satu porsi jenis buah telah ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 41 tahun 2014 mengenai Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Berangkat dari kategori kecukupan konsumsi buah tersebut, maka segmen pelanggan yang akan dituju yakni keluarga yang tidak rutin mengonsumsi buah setiap hari. Proposisi Nilai (Value Propositions) Menurut Osterwalder dan Pigneur (2012), value propositions adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Tim PPM Manajemen (2012) menjelaskan value propositios adalah nilai atau manfaat yang ditawarkan perusahaan kepada pelanggan. Nilai yang diharapkan oleh pelanggan dari sebuah value proposition yaitu suatu produk yang dapat memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhannya. Hipotesis dari permasalahan pola konsumsi buah yang rendah pada keluarga yaitu frekuensi penyajian buah tidak rutin setiap harinya. Beberapa masalah yang mungkin menyebabkan kondisi demikian misalnya, adanya kecenderungan cara penyajian buah yang kurang praktis dan menarik bagi semua anggota keluarga, tidak ada waktu khusus untuk selalu menyajikan buah pada keluarga atau tidak ada alternatif cara penyajian buah atau olahan buah. Hadirnya softcandy dari buah nenas dan pepaya diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan minat keluarga terhadap konsumsi buah. Penambahan nilai produk tersebut dapat menjadi daya tarik baru terhadap konsumen sekaligus menjawab permasalahan konsumen. Value preposition dalam kanvas model bisnis awal dari pengembangan produk softcandy buah nenas dan pepaya, adalah sebagai berikut:
9 1. Cemilan buah sehat Permen lunak (softcandy) dari buah nenas dan pepaya merupakan produk olahan buah yang dapat dikonsumsi langsung sebagai makanan ringan (cemilan) yang sehat. Salah satu pembeda softcandy ini sebagai cemilan sehat karena tidak adanya pengawet yang ditambahkan pada produk. 2. Mangandung serat alami Nanas dan pepaya, keduanya kaya serat alami dan baik untuk melancarkan pencernaan manusia. Selain itu, penambahan karagenan sebagai sumber serat lain, dapat memperkaya kandungan serat pada produk softcandy. 3. Praktis Pengembangan produk softcandy buah didisain untuk memberikan kepraktisan kepada konsumen dalam mengonsumsi buah. Kepraktisan yang ditawarkan produk ini, yaitu agar keluarga tetap dapat mengonsumsi buah tanpa harus membutuhkan waktu dan usaha lebih dalam menyajikan buah. Karena, dengan menyediakan produk ini dirumah, kapan saja dapat dinikmati tanpa harus menunggu anggota keluarga lainnya menyiapkan buah terlebih dahulu. Saluran (Channels) Saluran merupakan sarana dalam berkomunikasi, distribusi, dan penjualan yang bertindak sebagai penghubung antara perusahaan dan pelanggan. Menurut Osterwalder dan Pigneur (2012), saluran menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan dan menjangkaunya dalam menyampaikan proposisi nilai. Untuk berkomunikasi dan menyampaikan value proposition, perusahaan memiliki banyak pilihan. Perusahaan bisa menggunakan cara langsung atau cara tidak langsung. Hipotesis saluran yang akan digunakan untuk produk softcandy buah nenas dan pepaya yaitu penjualan tidak langsung melalui pasar swalayan seperti mini market atau super market. Pemilihan saluran tersebut didasarkan pada kebiasaan tempat pembelian produk-produk sejenis yaitu permen buah oleh konsumen. Selain alasan itu, pemilihan pasar modern tersebut didasarkan atas aspek penyimpanan display produk yang sudah dapat dikatakan bersih, suhu ruang yang baik, kelembaban terkontrol, serta tidak terpapar sinar matahari langsung. Sehingga dapat menunjang kualitas produk softcandy agar tetap terjaga. Hubungan Pelanggan (Customer Relationships) Blok bangunan hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis hubungan yang dibangun perusahaan bersama segmen pelanggan yang spesifik. (Osterwalder dan Pigneur 2012). Menurut Blank and Dorf (2012) tiga prinsip penting dalam customer relationship yaitu Get, Keep, and Grow. Untuk mendapatkan konsumen hal yang dilakukan ialah melakukan promosi produk melalui iklan pada media massa, elektronik, internet ataupun jejaring sosial. Selain itu, promosi dapat ditempuh dengan mengikuti bazaar bertemakan pangan sehat atau buah lokal. Hal yang dilakukan dalam mempertahankan pelanggan dengan membentuk layanan saran berupa customer care kepada konsumen sehingga konsumen selain dapat menyampaikan keluhan terhadap produk namun juga dapat sebagai sarana membanggun fitur produk lebih baik bersama konsumen. Upaya dalam memperbesar jumlah pelanggan softcandy ini dengan melakukan pengembangan
10 produk yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan konsumen. Ketiga upaya tersebut sangatlah berkaitan dari tiap tahapannya, mulai dari promosi kepada konsumen sehingga timbullah motif pembeliaan terhadap produk, setelah itu konsumen bersama-sama dengan produsen menjalin hubungan dua arah secara interaktif melalui customer care untuk memperbaharui fitur produk menjadi lebih baik sehingga dapat memudahkan upaya memperbesar jumlah pelanggan dengan adanya pengembangan produk. Arus Pendapatan (Revenue Streams) Arus pendapatan adalah pemasukan yang biasanya diukur dalam bentuk uang yang diterima perusahaan dari pelanggannya. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan, yaitu pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan dan pendapatan berulang yang dihasilkan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca-pembelian. (Osterwalder dan Pigneur 2012). Arus pendapatan yang diterima Softcandy ini, yaitu hasil dari penjualan produk berupa transaksi dari satu kali pembayaran pelanggan. Hipotesis awal Revenue Stream softcandy buah ini adalah penjualan softcandy buah dengan netto kemasan 75 gram permen. Pada model bisnis pertama, harga yang akan ditawarkan ialah Rp 20.000 per kemasan. Sumber Daya Utama (Key Resources) Key resources merupakan sumber daya utama bagi perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan, dan memperoleh pendapatan (Osterwalder dan Pigneur 2012). Sumber daya yang dibutuhkan oleh setiap model bisnis berupa sumber daya fisik, finansial, intelektual, dan/atau manusia. Key resources dari model bisnis awal produk softcandy adalah ketersediaan bahan baku yaitu buah-buahan segar yaitu pepaya dan nenas, bahan pelengkap seperti karagenan dan gula, kemasan, merek, mesin & SDM, serta modal finansial. Adapun ketersediaan buah nenas di Indonesia khususnya Jawa Barat tertinggi ialah Subang mencapai 800 ton dan Bogor 46 ton pada tahun 2013. Sedangkan untuk pepaya ketersediaannya di Bogor mencapai 82 ton dan sukabumi mencapai 214 ton pada tahun 2013. (Dinas Pertanian Jabar 2015) Aktivitas Kunci (Key Activities) Key activities adalah aktifitas utama yang menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja. Aktivitas kunci pada softcandy buah ini termasuk kategori produksi. (Osterwalder dan Pigneur 2012) Tiga kegiatan utama dalam industri manufaktur (manufacture industries) yaitu pengadaan bahan baku, proses, dan pemasaran. Pada aktifitas pengadaan bahan baku, diusahakan ketersediaannya selalu kontinyu tentunya dengan biaya seminimal mungkin. Kunci aktifitas proses lebih kepada optimasi pengolahan menyangkut optimasi energi, waktu, dan tenaga kerja selain itu pengoptimalan pada tahapan pengeringan softcandy juga menjadi kunci proses produksi agar dihasilkan tingkat kekeringan softcandy yang tepat dan seragam. Sedangkan pada aktifitas pemasaran, hal yang harus diperhatikan adalah efisiensi pada saluran distribusi.
11
Kemitraan Utama (Key Partnerships) Blok bangunan kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat bisnis dapat bekerja. Kemitraan ini dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu, aliansi strategis antara non-pesaing, kemitraan strategis antar pesaing, usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru, dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang dapat diandalkan. (Osterwalder dan Pigneur 2012) Hubungan ini dirancang untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dan aktivitas. Dalam model bisnis produk permen buah ini jenis hubungan kemitraan yang akan dijalankan adalah hubungan pembeli-pemasok. Mitra yang akan diajak bekerja sama yaitu supplier buah lokal pepaya, nenas, dan pemasok tetap untuk karagenan dan gula, serta swalayan sebagai saluran pendistribusian. Struktur Biaya (Cost Structures) Struktur biaya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis. Metode yang digunakan dalam analisis struktur biaya pada produk Softcandy, yaitu variable costing. Menurut Sunyoto (2013), variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langung dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produksi ditentukan dengan menghitung biaya variabel selama produksi berlangsung. Metode ini memungkinkan untuk menganalisis Break Even Point dari suatu kapasitas produksi. Manfaat informasi yang dihasilkan oleh metode variable costing ialah dapat digunakan dalam perencanaan laba jangka pendek, sehingga perusahaan dapat melakukan analisis antara biaya, volume dan laba. Selain itu dapat digunakan dalam pengendalian biaya. Perhitungan awal biaya tetap sebesar Rp 2.558.875,-/bulan, biaya variabel Rp 13.395.587,-/bulan. Biaya tersebut untuk kapasitas produksi 1.300 kemasan/bulan, dengan netto produk 75 gram. Adapun perhitungan biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 5.
Analisis Industri Model lima kekuatan Michael Porter (Gambar 4) adalah model yang digunakan untuk menjelaskan intensitas persaingan dan daya tarik pasar. Lima kekuatan tersebut meliputi: ancaman pendatang baru, posisi tawar konsumen, posisi tawar pemasok, ancaman produk dan jasa substitusi dan persaingan dalam industri.
12
Gambar 4 Model lima kekuatan Michael Porter Pesaing Ancaman produk Softcandy buah nenas dan papaya relatif tinggi karena produk sejenis softcandy ini sudah ada dipasaran dan lebih dikenal dengan manisan buah kering. Selain produk manisan buah kering yang menjadi pesaing, produk olahan buah import juga menjadi ancaman yang cukup besar, meskipun produk olahan buah import tidak semuanya serupa dengan produk softcandy. Menurut data pada USDA (2013) volume import untuk produk olahan buah mencapai 126.514 ton dengan jumlah importir tertinggi berasal dari Cina (27,5%) dan US (21,8%). Para pemasok produk olahan buah ini sudah memiliki merek terkenal dan harga yang sangat kompetitif. Perusahaan skala menengah yang merupakan pesaing paling serupa dengan produk ini adalah produsen produk buah kering “Java Bite” yang terdapat di Malang, Jawa Timur. Produk ini diproduksi oleh PT. Sunrei Food Product. Produk manisan buah kering Java Bite dengan memanfaatkan proses osmosis selama pengeringan. Bentuk manisan Java Bite ini berbeda dengan softcandy karena buah langsung dikeringkan setelah dipotong tipis. Sedangkan softcandy buah asli dibuat bubur dan ditambahkan karagenan agar adonan menjadi lebih kompak dan menyatu, baru setelah itu dilakukan pengeringan selama 6 jam pada suhu 70-800C. Penambahan karagenan pada softcandy ini menjadi pembeda sekaligus keunggulan spesifik yakni adanya serat tambahan dari karagenan ini. Meskipun memiliki keunggulan tersebut, ancaman persaingan untuk Softcandy buah nenas dan pepaya tinggi karena produk manisan kering rasa buah sudah dijual dan populer di pasar, meskipun bahan baku bukan dari buah asli. Hal tersebut dapat membentuk alternatif pemilihan produk oleh konsumen sehingga akan memicu berkembangnya berbagai strategi seperti menurunkan harga atau adanya upaya inovasi pengembangan produk sejenis oleh perusahaan lain.
13 Pendatang Baru Ancaman pendatang baru dapat berasal dari perusahan lama yang sudah memiliki brand terkenal ataupun dari perusahaan baru. Pendatang baru akan mudah memasuki pasar jika produk yang dihasilkan dapat melakukan diferensiasi produk yang lebih unggul dibanding softcandy ini. Produk softcandy ini sudah melakukan upaya diferensiasi dengan memperkaya bahan ekstrak rumput laut (karagenan) yang akan menjadi sumber kombinasi serat dari buah dan serat larut air dari ekstrak rumput laut. Sehingga menjadikan produk ini dapat dikategorikan sebagai Healthy Food. Pendatang baru yang tidak dapat melakukan diferensiasi yang lebih baik dari produk ini, sulit untuk menyamai keunggulan dari softcandy. Berbeda halnya dengan perusahaan lama yang memiliki teknologi dan SDM yang mumpuni mudah saja meniru atau memodifikasi formula sehingga terbentuk produk yang serupa dengan diferensiasi lebih baik. Produk Subtitusi Ancaman produk substitusi terjadi ketika fungsi produk perusahaan dapat digantikan dengan produk lain. Contoh produk subtitusi untuk produk softcandy adalah suplemen dari serat buah yang dapat dicampur dimakanan pokok, sehingga tidak perlu lagi konsumsi buah atau produk olahan buah seperti softcandy ini. Selain itu produk substitusi lain adalah rujak buah, jus buah dalam kemasan atau buah potong dalam kemasan. Meskipun dengan kelebihan dan kekurangan produk subtitusi tersebut tidak menutup kemungkinan segmen konsumen yang telah ditentukan akan beralih memilih produk lain yang memiliki fungsi sama. Keberadaan produk subtitusi akan memberikan pelanggan lebih banyak pilihan atau pertimbangan dalam membuat keputusan untuk membeli sebuah produk dan tentunya dapat mengurangi market share perusahaan. Pemasok Penyedia bahan mentah, komponen-komponen, pekerja, dan layanan (keahlian khusus) bagi perusahaan dapat menjadi sumber kekuatan yang mempengaruhi perusahaan tersebut. Ketersediaan dari bahan mentah menjadi sangat penting untuk mendukung kelangsungan dari proses produksi agar kontinyu dalam memenuhi permintaan pasar. Pemasok bahan baku yang terlibat untuk pembuatan softcandy ini adalah buah pepaya dan nenas. Ketersediaan buahbuah ini di wilayah sentra produksinya khususnya Jawa Barat yang tercatat oleh Dinas Pertanian Jawa Barat Tahun 2013, yakni untuk nenas sebanyak 950 ton di Subang dan 46 ton di Bogor. Sedangkan produksi pepaya di Jawa Barat tertinggi di Sukabumi sebanyak 214 ton dan di Bogor sebanyak 82 ton (Dinas Pertanian Jawa Barat 2013). Jumlah tersebut masih didukung ketersediaannya dari berbagai wilayah lain di Indonesia untuk mencukupi aktivitas produksi perusahaan. Pembeli Pendapatan perusahaan dihasilkan dari kemampuan membeli pelanggan yang sebagai target konsumen produk softcandy. Segmen konsumen yang akan mendatangkan keuntungan bagi produk softcandy ini ialah masyarakat Indonesia dari segala umur khususnya keluarga Indonesia yang belum memenuhi kebutuhan asupan buah sesuai anjuran FAO. Menurut Riskesdes (2013) pravelensi konsumsi buah orang Indonesia usia 10 tahun keatas mencapai 93,6%. Persentase pravelensi
14 tersebut dapat menjadikan peluang yang besar untuk menjaring konsumen. Jumlah tersebut cukup potensial untuk mengembangkan bisnis.
Pengujian Masalah (Test The Problem) Proposisi Nilai Pengujian Masalah Pada tahapan pengujian masalah dilakukan pembuktian terhadap hipotesis awal dalam mencari permasalahan terkait konsumsi buah dan menemukan segmen pelanggan yang lebih tepat untuk diselesaikan permasalahannya. Selama tahapan ini, pencarian masalah dalam lingkup produk yaitu konsumsi buah akan lebih dalam dilakukan, hingga mengetahui sejauh mana calon konsumen peduli dengan permasalahannya tersebut, dan seberapa penting permasalahan untuk segera diselesaikan. Selain itu, memahami karakteristik konsumen, mengamati kebiasaan calon konsumen dan pengetahuan tentang pasar. Berikut daftar permasalahan yang dialami oleh segmen pelanggan serta frekuensi munculnya permasalahan tersebut Tabel 1. Tabel 1 Permasalahan yang terdapat pada pelanggan Jenis Permasalahan Alur penyajian buah panjang Keluarga masih tergantung ibu dalam penyajian buah Ketersediaan buah yang tidak konstan Tidak tersedia waktu untuk selalu menyajikan buah Keluarga hanya suka buah tertentu Kualitas buah tidak baik & cepat rusak Bosan dengan cara penyajian buah Keluarga kurang suka cara penyajian
Frekuensi 14 12 10 7 6 5 5 4
Beberapa orang yang diuji menyampaikan permasalahannya lebih dari satu selama itu membebani mereka, dan memerlukan sebuah solusi untuk mengatasinya. Solusi yang selama ini konsumen lakukan untuk mengatasi permasalahan mereka, diantaranya: 1. Membeli bentuk olahan buah lain seperti rujak, es buah, jus dalam kemasan dan buah potong terkemas tanpa mengetahui mutu buah tersebut serta proses pengolahannya. Hal ini dilakukan untuk mengatasi ketersediaan buah yang tidak selalu konstan, serta sebagai alasan kepraktisan. 2. Ibu harus selalu mensisihkan waktu khusus untuk menyajikan buah agar keluarga siap konsumsi tanpa harus mengupas buah sendiri. Jika tidak dilakukan oleh ibu, keluarga tidak akan konsumsi buah dan juga berimbas pada buah yang kemudian akan berkurang kesegarannya dan rusak tidak termakan.
15 Permasalahan yang ada dipilih untuk diselesaikan berdasarkan frekuensi tertinggi yang dihadapi konsumen serta kesanggupan perusahaan. Masalah yang akan diselesaikan adalah masalah kesatu sampai keempat. Poin permasalahan pertama dan keempat yakni alur penyajian buah panjang dan tidak cukup waktu sesuai dengan value preposition awal yakni praktis. Nilai praktis yang ditawarkan yakni tanpa harus memerlukan waktu dan usaha yang lebih dalam menyajikan buah. Poin permasalahan kedua dan ketiga yakni keluarga masih tergantung ibu dalam menyajikan buah dan ketersediaan buah yang tidak konstan, sesuai dengan nilai cemilan buah sehat tanpa pengawet yang dapat memudahkan ibu untuk selalu menyediakan dan menyajikan buah dalam bentuk cemilan sehingga dapat dikonsumsi kapan saja tanpa harus menunggu beliau menyajikan. Segmen pelanggan pengujian masalah Segmen pelanggan yang diuji yaitu kelompok ibu sebagai decision maker dominan yang memiliki kebijakan dalam pembelian produk untuk keluarga. Kelompok ibu yang dituju, baik ibu Rumah tangga maupun ibu yang bekerja. Jumlah responden seluruhnya sebanyak 50 orang. Terdiri dari 17 orang ibu bekerja dan 33 ibu Rumah tangga. Penentuan kelompok responden potensial dilakukan dengan teknik kategorisasi yang didasarkan atas beberapa parameter yakni: 1. Frekuensi konsumsi buah dalam seminggu; untuk membedakan konsumen yang sudah setiap hari dalam seminggu mengonsumsi buah sesuai anjuran FAO, dan konsumen yang belum setiap hari konsumsi buah. 2. Porsi buah untuk sekali konsumsi; untuk menentukan apakah setiap kali responden konsumsi sudah memenuhi porsi minimal yang dianjurkan FAO yakni sebanyak 2-3 porsi buah, dan ukuran satu porsi setiap jenis buah telah ditetapkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 41 tahun 2014 mengenai Pedoman Gizi Seimbang. 3. Urgensi kebutuhan; untuk membedakan konsumen yang membutuhkan adanya cara yang dapat memudahkan beliau dalam menyajikan buah kepada keluarga sehingga porsi buah dapat tercukupi untuk setiap anggota keluarga. 4. Tingkat kesibukan; sebagai pembeda antara ibu Rumah tangga dan ibu yang bekerja dalam hal ketersediaan waktu dirumah untuk menyajikan buah. 5. Pencarian solusi ; untuk membedakan apakah konsumen sudah memiliki cara khusus yang dilakukan agar keluarga semakin rutin konsumsi buah. Responden digolongkan sebagai konsumen potensial jika memenuhi tiga dari kelima parameter tersebut. Berdasarkan hasil pengujian masalah, menunjukan bahwa sejumlah 34 orang (68%) dari 50 responden merupakan konsumen potensial. Data responden potensial dan tidak potensial pada tahap pengujian masalah terdapat pada Lampiran 3. Berikut gambaran persentase responden potensial dan non-potensial hasil pengujian masalah yang tersaji pada Gambar 5.
16
Gambar 5 Persentase perbandingan responden potensial dan non-potensial produk Softcandy Sejumlah enam belas dari konsumen potensial ialah ibu bekerja, dan delapan belas ialah ibu Rumah tangga. Kelompok ibu Rumah tangga sebagai konsumen potensial ini ialah ibu-ibu yang memiliki kesibukan lain diluar Rumah atau ibu yang belum mampu menyediakan porsi buah per anggota keluarga sesuai anjuran FAO dan PGS dan tidak memiliki cara khusus agar keluarga semakin rutin konsumsi buah. Sedangkan kelompok ibu bekerja yang potensial yakni mereka yang memiliki kesibukan lebih dari 8 jam diluar rumah karena tuntutan pekerjaan, sehingga memiliki tingkat urgensi yang tinggi pula dalam mengharapkan adanya cara yang memudahkan mereka dalam memenuhi asupan buah keluarga yang masih belum rutin baik dari frekuensi dan porsi yang dianjurkan. Adapun responden yang tidak potensial yakni para ibu yang sudah dapat menyajikan buah setiap hari dan dengan porsi yang dianjurkan, serta tidak memiliki kesibukan diluar rumah. Setelah dilakukan analisis karakteristik konsumen potensial produk softcandy, maka konsumen potensial yang lebih tepat untuk produk ini ialah keluarga yang belum rutin konsumsi buah sesuai porsi yang dianjurkan. Analisis karakteristik konsumen ini diambil dari hasil test the problem selama tahapan wawancara, berdasarkan ketidaktahuan responden mengenai standar yang seharusnya dipenuhi dalam hal konsumsi buah meskipun ada keinginan dari mereka untuk selalu memenuhi setiap asupan buah anggota keluarganya, sehingga menjadikan mereka belum dapat memenuhi anjuran tersebut. Berangkat dari karakteristik tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi buah keluarga seperti belum secara rutin menyediakan buah setiap hari, tidak ada alternatif cara konsumsi lain, dan tidak ada solusi agar konsumsi buah semakin rutin. Sehingga karakteristik konsumen tersebut cukup menjelaskan seperti apa konsumen potensial selama ini dalam konsumsi buah harian keluarga. Hal tersebut akan mengubah hipotesis awal pada segmen pelanggan yang akan diperbaiki pada model bisnis versi 1. Pembaharuan kanvas model bisnis versi 1 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
17 Tabel 2 Pembaharuan kanvas model bisnis versi 1 Komponen
Model Bisnis Awal
Customer Segments
Keluarga yang tidak rutin konsumsi buah (<7 hari/minggu)
Value Preposition
1. Cemilan buah sehat tanpa pengawet 2. Praktis 3. Mengandung serat alami
Model Bisnis setelah pembaharuan Keluarga yang belum rutin konsumsi buah dengan porsi yang dianjurkan 1. Cemilan buah sehat tanpa pengawet 2. Praktis(tanpa waktu penyajian panjang, dan usaha lebih) 3. Mengandung serat alami 4. Netto produk sesuai ukuran 1 porsi buah (100 gram)
Pada komponen value preposition terjadi penambahan nilai baru yakni netto produk sesuai ukuran satu porsi buah (100 gram) untuk menunjang perubahan segmen konsumen yang berkaitan dengan pemenuhan porsi buah. Sedangkan pada komponen customer segment terjadi perubahan yaitu keluarga yang belum rutin konsumsi buah sesuai porsi yang dianjurkan berdasarkan hasil analisis karakteristik konsumen yang potensial. Pembaharuan tersebut kemudian dituliskan kembali pada kanvas model bisnis versi 1 yang tersaji pada Lampiran 6. Pengujian Solusi (Test The Solution) Pengujian solusi sebagai tahapan ketiga dari customer discovery akan menguji apakah solusi yang ditawarkan sudah menyelesaikan masalah yang dihadapi konsumen. Selain itu juga sebagai pengujian terhadap komponen model bisnis yang terbaharukan. Adapun solusi yang selama ini para ibu lakukan untuk mengatasi permasalahan terkait konsumsi buah seperti alur penyajian buah panjang, ketergantungan keluarga kepada ibu dalam penyajian buah, ketersediaan buah yang tidak konstan dan tidak tersedia waktu untuk menyajikan buah, yaitu dengan membeli buah potong, rujak, es buah, jus dalam kemasan, atau membuat agar-agar buah agar kebutuhan serat dapat terpenuhi. Pembeliaan alternatif buah tersebut ibu lakukan, agar keluarga dapat bervariasi mengonsumsi buah, dan sebagai alasan kepraktisan. Meskipun banyak alternatif yang sudah dilakukan, para ibu masih memiliki kekhawatiran terkait pembelian produk alternatif tersebut, seperti masalah kebersihan, kesegaran, dan kandungan bahan tambahan pangan seperti pemanis dan pengawet pada buah ataupun produk olahan buah yang dijual di pasaran. Oleh karena itu, para ibu hanya memilih alternatif itu sesekali saja, dan belum efektif dilakukan. Membuat sajian buah yang lebih beragam dirumah seperti agar-agar, pudding buah, es buah lebih terjamin kebersihannya, dan dapat
18 membantu ibu dalam usaha pemenuhan asupan buah dirumah. Meskipun hal tersebut jarang dilakukan, namun solusi ini masih lebih baik dari membeli produk yang kualitas dan kebersihan produk tidak terjamin. Produk softcandy dapat pula dijadikan solusi bagi permasalahan konsumsi buah keluarga, karena produk ini dibuat dari buah asli ditambahkan dengan ekstrak rumput laut karagenan yang dapat meningkatkan kandungan serat kombinasi dari buah , serta tanpa bahan pengawet. Sehingga dapat mengurangi kekhawatiran ibu terhadap bahan tambahan pangan maupun kualitas dari buah. Selain itu, softcandy juga disajikan dalam ukuran satu porsi buah (100 gram) yang dianjurkan oleh PGS agar semakin memudahkan ibu dalam pemenuhan asupan buah keluarga. Alasan mengapa buah pepaya dan nenas dijadikan softcandy bukan dalam bentuk permen lain, yakni dengan membuat bentuk softcandy pelanggan dapat tetap merasakan pengalaman menguyah buah asli walaupun dalam bentuk olahan buah, seperti softcandy ini. Selain itu, kandungan gula pada softcandy tidak setinggi jenis permen lain seperti permen kristal, permen susu, atau permen keras lainnya. Adapun contoh produk softcandy dapat dilihat pada Gambar 6. Responden yang akan dipilih pada tahapan ini adalah responden dari pengujian masalah yang potensial dan responden baru yang memiliki karakteristik menyerupai responden pengujian masalah potensial dan data responden tersaji pada Lampiran 7. Daftar permasalahan dan solusi yang ditawarkan tersedia pada Tabel 3.
Gambar 6 Prototype produk softcandy Nenas
19
Tabel 3 Daftar permasalahan utama dengan solusi yang ditawarkan Permasalahan
Solusi yang ditawarkan
Alur penyajian panjang
Produk softcandy buah nenas dan pepaya memberikan kemudahan bagi para ibu dalam hal penyajian. Alur penyajian dapat dipersingkat tanpa adanya beberapa tahapan persiapan seperti mencuci, mengupas, dan memotong ataupun memblender buah. Keluarga masih tergantung Sebagian besar perilaku konsumsi buah ibu dalam penyajian buah keluarga masih tergantung ibu dalam hal penyajian. Hal ini menyulitkan dan membebani ibu disaat ibu memiliki aktivitas lain diluar rumah. Produk olahan buah, dapat mengurangi ketergantungan keluarga dalam hal penyajian buah oleh ibu, karena buah dalam bentuk olahan (softcandy) ini dapat langsung dikonsumsi Ketersediaan buah tidak Produk softcandy buah ini dapat sebagai konstan pengganti buah dirumah, disaat buah tidak tersedia. Sehingga keluarga tetap dapat rutin konsumsi buah setiap hari. Tidak tersedia waktu untuk Produk ini membantu ibu dalam selalu menyajikan buah mempersingkat waktu penyajian buah keluarga disaat ibu harus memenuhi semua asupan pangan keluarga dirumah. Sehingga, konsumsi buah keluarga tidak lagi memerlukan waktu khusus ibu dalam menyajikan buah keluarga.
Pada pengujian solusi, responden akan menilai kesesuaian antara produk sebagai solusi menyelesaikan permasalahan yang ada. Pengujian ini dapat pula menilai kecocokan dari value preposition yang ditawarkan, segmentasi pelanggan yang lebih tepat, saluran yang diminati dan harga yang mampu dibayarkan oleh pelanggan. Hasil pengujian solusi untuk permasalahan responden tersaji pada Gambar 7.
20
Hasil Hasil penelitian dituliskan secara sistematis sesuai dengan data yang
Gambar 7 Penilaian responden terhadap solusi yang ditawarkan Hasil pengujian solusi, untuk mengatasi permasalahan alur penyajian buah yang panjang, sebesar 88% responden setuju dengan adanya softcandy ini dapat mempersingkat waktu ibu dalam menyajikan buah. Berdasarkan hasil analisis kualitatif selama wawancara, responden menyatakan setuju karena menilai produk softcandy ini tanpa harus melalui serangkaian tahapan penyajian buah seperti yang selama ini mereka lakukan. Responden dapat memastikan bahwa dengan mengurangi rangkaian tahapan seperti mengupas, memotong, mencuci, dan memblender buah dapat mempersingkat waktu beliau terutama bagi ibu yang bekerja. Sehingga, solusi ini dirasa sesuai dengan kebutuhan mereka. Adapun 12% responden yang tidak setuju yakni para ibu yang ingin sebisa mungkin selalu menyajikan buah kepada anggota keluarga dengan buah asli meskipun mereka harus selalu rutin menyisakan waktu lebih untuk menyajikan buah, karena pendapat mereka buah yang asli akan lebih banyak manfaatnya. Penilaian selanjutnya yakni mengurangi ketergantungan kepada ibu dalam hal penyajian buah, sebesar 66% responden setuju dengan solusi yang ditawarkan produk ini, karena mereka beranggapan bahwa keluarga dapat langsung konsumsi tanpa harus menunggu ibu menyajikan buah, terutama anak-anak lebih tertarik jika penyajian buah dalam bentuk lain yang mudah dikonsumsi. Selain itu, produk ini dinilai oleh para ibu dapat disimpan kembali dan tidak khawatir buah akan berubah kualitas dan kesegarannya selama penyimpanan. Meskipun demikian, adapula pendapat dari para ibu yang tidak setuju dengan solusi yang ditawarkan, karena bagi mereka masih ada buah yang mudah dikonsumsi keluarga tanpa harus perlu peran ibu dalam menyajikan buah. Kemudian untuk penilaian solusi produk sebagai alternatif ketersediaan buah dirumah, sebesar 90% ibu setuju dengan solusi yang ditawarkan. Para ibu yang menilai baik solusi ini, yakni ibu yang ingin selalu memastikan buah ada dirumah setiap harinya, disaat ibu tidak sempat ke pasar untuk membeli buah dan sudah habis persediaannya. Para ibu berpendapat bahwa produk dapat pula sebagai pelengkap porsi buah dalam bentuk cemilan sehat. Mereka juga percaya
21 setelah mencicipi softcandy, bahwa produk benar berbahan dasar buah asli, bukan sekedar perisa buah, sehingga mereka tidak khawatir jika produk dapat menjadi alternatif cara melengkapi asupan buah keluarga. Hal itu didukung oleh informasi komposisi produk yang jelas pada kemasan dan sudah dilengkapi izin resmi dari Dinas Kesehatan (No.2143271011020) dan LP POM MUI (No.01111038480409). Selain itu, para ibu menilai jika buah sudah dalam bentuk softcandy seperti ini akan lebih tahan lama dibanding buah asli, sehingga tepat jika dijadikan alternatif ketersediaan buah di rumah. Sebesar 10% responden tidak setuju jika produk dijadikan solusi ketersediaan buah di rumah, karena mereka menilai bahwa softcandy lebih manis dari buah asli, sehingga mereka berasumsi bahwa kandungan gula dalam produk tinggi tidak lagi seperti buah asli yang lebih segar. Penilaian terakhir terhadap solusi yakni perihal mempersingkat waktu penyajian buah. Persentase responden yang menyatakan bahwa produk ini praktis sebanyak 94%. Penilaian praktis dari responden yaitu buah sudah dalam bentuk permen sehingga tidak perlu waktu lebih dalam menyajikan buah, yang dapat langsung dikonsumsi. Persentase penilaian ini tertinggi, karena persepsi responden terhadap produk yakni dapat memberikan kemudahan dalam segi waktu disela kesibukan mereka baik bagi yang bekerja maupun ibu rumah tangga, yang selalu ingin melengkapi semua kebutuhan asupan pangan dan memastikan porsi yang cukup bagi seluruh anggota keluarga. Adapun kelompok ibu yang tidak setuju dengan solusi, mereka beranggappan bahwa fungsi buah berkurang karena sudah melalui serangkaian proses, dan hanya sebagai pelengkap. Pengujian nilai bobot produk per kemasan sebagai value preposition ukuran satu porsi buah dinilai sesuai oleh 88% responden. Responden beranggapan bahwa dengan netto produk sejumlah 100 gram setara dengan satu porsi buah dapat memudahkan mereka dalam menyajikan ukuran porsi yang dianjurkan. Sebesar 12% responden merasa netto produk demikian terlalu banyak untuk satu orang dalam sekali konsumsi. Gambaran persentase penilaian responden terhadap netto produk tersaji pada Gambar 8.
Gambar 8 Penilaian responden terhadap netto produk Selain itu, terdapat satu proporsi nilai yang sulit untuk dievaluasi yakni nilai kandungan serat alami karena sulit dinilai secara visual maupun dengan indera pengecap. Nilai serat ini dapat dievaluasi dengan analisis proksimat atau dietary fiber test. Namun nilai tersebut tetap dipertahankan.
22 Hasil pengujian solusi tersebut dianalisis secara kualitatif untuk memfokuskan segmentasi pelanggan yang potensial bagi produk softcandy ini. Berdasarkan hasil pengujian solusi tidak ada perubahan pada blok value preposition, namun ada perubahan pada blok customer segment pada kanvas model bisnis versi 1. Perubahan tersebut akan dituliskan pada kanvas model bisnis versi 2. Pengujian solusi selanjutnya ialah mengenai atribut produk, seperti bentuk dan ukuran softcandy, rasa buah, rasa manis, tekstur, dan desain kemasan softcandy. Pada Gambar 9 berikut tersaji persentase penerimaan responden terhadap atribut softcandy.
Gambar 9 Persentase penerimaan responden terhadap atribut softcandy Lebih dari 70% responden setuju dan sesuai dengan atribut softcandy. Adapun responden yang tidak setuju dengan atribut bentuk dan ukuran, responden masih mengharapkan bentuk potongan softcandy yang lebih menarik, bervariasi, sehingga membuat konsumen lebih tertarik untuk mengonsumsi. Sebesar 14% responden merasa rasa buah softcandy kurang menyerupai buah aslinya. Hanya 6% responden yang menilai rasa manis softcandy pepaya berlebih dibanding rasa buah asli dan mereka menyarankan untuk memberi sedikit sensasi rasa asam agar lebih segar. Untuk atribut tekstur softcandy, 4% responden menilai tekstur softcandy pepaya terlalu lembek dibanding nenas, dan softcandy nenas dirasa kurang kenyal. Terkait atribut desain kemasan, responden yang tidak setuju sebesar 14%, menyatakan beragam saran seperti softcandy dibungkus satuan sebagai kemasan primernya, kemasan kaleng dirasa lebih memudahkan dibanding pouch, dan perbaikan informasi produk dikemasan. Pada tahap pengujian solusi, diajukan pula pertanyaan mengenai perlunya pengembangan rasa buah lain kepada responden. Seluruh responden menyarankan untuk melakukan pengembangan rasa buah yang lebih bervariasi, sehingga mereka dapat mengonsumsi buah yang mereka sukai. Berikut pada Gambar 10 disajikan persentase pilihan rasa buah yang diinginkan oleh responden.
23
Gambar 10 Persentase pilihan rasa buah yang diinginkan responden Selain diajukan perlunya pengembangan rasa buah, responden pun diminta tanggapan mengenai saluran penjualan. Pada pengujian ini responden mengevaluasi kesesuaian hipotesis saluran penjualan dengan produk softcandy, dan kemungkinan adanya saluran penjualan tambahan yang lebih diminati responden. Sebesar 82% responden menyatakan setuju dengan hipotesis saluran penjualan berupa swalayan. Swalayan dirasa cocok sebagai tempat penjualan karena memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang kualitas produk agar tetap segar, mengingat produk ini tanpa bahan pengawet. Kemudahan akses dalam menjangkau swalayan karena sudah dimana-mana seperti mini market, dan lebih sering dikunjungi orang akan membuat produk ini semakin dikenal. Sebesar 12% responden menyatakan toko buah lebih tepat, mengingat produk ini berbahan dasar buah, sehingga lebih sesuai saluran penjualannya. Sedangkan 6% responden setuju jika keduanya dapat dijadikan saluran penjualan karena kemungkinan menjangkau konsumen lebih banyak, jika produk dapat ditemui dikedua tempat tersebut. Aktivitas pemasaran tentunya tidak terlepas dari aktivitas transaksi atau pertukaran baik barang maupun jasa, dimana prosesnya meliputi lembagalembaga pemasaran seperti produsen, distributor dan pengecer(retailer), sebelum akhirnya sampai ke tangan konsumen akhir. Ada pun yang dimaksud usaha eceran (retailing) menurut Kotler (2000) meliputi semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis. Jenis-jenis pengecer toko utama dapat dibedakan menjadi (Kotler 2000): 1. Toko Khusus (Specialy Store), yaitu toko yang menjual lini produk yang sempit dengan ragam pilihan yang spesifik, seperti toko pakaian, toko alat-alat olahraga, toko bunga, dan toko buku. 2. Toko Serba Ada (Departement Store), yaitu toko yang menjual beberapa lini produk (biasanya pakaian dan perlengkapan rumah tangga), dan tiap lini produk tersebut beroperasi sebagai departemen tersendiri yang dikelola oleh pembeli spesialis atau pedagang khusus. 3. Pasar Swalayan (Supermarket), yaitu toko dimana usaha/operasi penjualan yang dilakukan relative besar, berbiaya rendah, bermargin rendah, bervolume tinggi. Swalayan dirancang untuk melayani semua
24 kebutuhan konsumen seperti makanan, pencucian dan produk perawatan rumah tangga. 4. Toko Kelontong (Convinience Store), yaitu toko yang relative lebih kecil an terletak didaerah pemukiman, memiliki jam buka yang panjang selama tujuh hari dalam seminggu, dan menjual lini produk bahan yang terbatas dengan tingkat perputaran tinggi. 5. Toko Diskon (Discount Store), yaitu toko yang menjual barangbarang standar dengan harga relative lebih murah karena mengambil margin yang lebih rendah dan menjual dengan volume tinggi. 6. Pengecer Potongan Harga (Off- Price Retailer), yaitu toko dimana membeli dengan harga yang lebih rendah daripada pedagang besar dan menetapkan harga untuk konsumen lebih rendah dari harga eceran. Dibedakan menjadi toko pabrik (Factory Outlet), dan pengecer potongan harga independen (Independent off price retailer ) dan Klub Grosir (Warehouse clubs) 7. Toko Super (Super Store), yaitu toko yang rata-rata memiliki ruang jual yang luas, bertujuan untuk memenuhi semua kebutuhan konsumen akan produk makanan dan bukan minuman yang dibeli secara rutin. Dapat dibedakan menjadi toko kombinasi (combination depot), pasar Hyper (Hypermarket) 8. Ruang Pameran, untuk penjualan dengan banyak pilihan produk bermerek, margin tinggi, perputaran cepat, dengan harga diskon, pelanggan memesan barang dari katalog diruang pamer, kemudian mengambil barang tersebut dari suatu area pengambilan barang di toko itu. Pemasaran ritel ini sangat penting artinya bagi produsen karena melalui usaha ritel, produsen dapat memperoleh informasi berharga mengenai produknya. Produsen dapat mewawancarai peritel mengenai pendapat konsumen terkait bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya. Selain itu juga dapat diketahui kondisi perusahaan pesaing, jumlah pesaing, strategi atau sasaran pemasaran pesaing, kekuatan dan kelemahan pesaing, dan bagaimana reaksi mereka dalam merespon strategi pemasaran perusahaan ini. Informasi mengenai pesaing mudah didapatkan jika produk ini melalui ritel. Bagi startup kecil, melalui saluran distribusi tidak langsung seperti ini, dapat mengurangi biaya pemasaran yang tinggi karena jangkauan ritel lebih luas dibanding dengan membuka toko sendiri. Meskipun melalui ritel dapat memangkas beberapa biaya pemasaran langsung, namun secara tidak disadari perusahaan telah menyerahkan kendali atas pemasaran produknya kepada perusahaan lain. Hal itu dapat mempengaruhi keberhasilan produk dimasa yang akan datang. Berdasarkan jenis pengecer toko utama, produk ini memilih pasar swalayan untuk mini market dan super market sebagai saluran penjualan, dan specialty store seperti toko buah agar produk semakin mudah dicari karena kesesuaian produk dengan tempat penjualan. Selain itu dikarenakan 12% responden juga menyarankan untuk toko buah dapat dijadikan saluran penjualan, sehingga kedua jenis saluran penjualan ini dapat menjangkau konsumen lebih luas. Persentase saluran penjualan yang diinginkan oleh responden tersaji pada Gambar 11.
25
Gambar 11 Persentase saluran penjualan yang diinginkan oleh responden Pertanyaan terakhir yang diajukan kepada responden adalah harga produk. Responden diminta menilai taksiran harga yang cocok untuk satu kemasan produk softcandy sebanyak 100 gram. Hasilnya, sebesar 90% responden menginginkan taksiran harga Rp. 10.000 sampai Rp. 15.000, dinilai taksiran tersebut sudah lebih terjangkau untuk semua kalangan, sehingga semua kalangan dapat melengkapi porsi buah harian. Alasan lain yaitu taksiran harga tersebut sudah sesuai untuk porsi 100 gram. Para ibu menilai taksiran harga Rp. 15.000 sampai Rp.20.000 dinilai sebagai harga standar untuk produk sejenis yang ada dipasaran. Sebesar 4% responden menyatakan bahwa harga Rp. 20.000 dan keatas dinilai wajar mengingat produk merupakan produk inovasi dan berbahan baku buah asli sehingga untuk harga awal pasti akan lebih mahal dari pasaran. Berikut persentase harga yang diinginkan pelanggan tersaji pada Gambar 12.
Gambar 12 Harga yang diinginkan oleh responden Harga yang diinginkan responden akan menurunkan revenue stream perusahaan menjadi Rp. 15.000,-/kemasan 100 gram. Perubahan tersebut akan mempersempit margin keuntungan perusahaan karena peningkatan netto produk. Untuk itu, peningkatan output produk perlu dilakukan selama skala produksi tetap. Menurut Sunyoto (2013) output dapat diubah dalam jangka pendek dengan
26 melakukan penyesuaian terhadap sumber daya variabel, tetapi ukuran atau skala perusahaan tetap dalam jangka pendek. Oleh karena itu, untuk menyesuaikan dengan harga yang diinginkan responden, perusahaan akan memaksimalkan output produk pada skala produksi, sehingga dapat menekan harga pokok produk saat adanya penambahan netto produk menjadi 100 gram. Sebagai akibat dari peningkatan output sebesar 41%, perusahaan dapat meningkatkan profit sebesar 80%. Peningkatan profit yang didapat perusahaan lebih besar dari peningkatan output yang dilakukan, sehingga peningkatan output efisien dilakukan dalam menekan harga pokok produk untuk mencapai TM (Target Market) yang dituju. Pembaharuan terhadap kanvas model bisnis versi 2 didasarkan atas hasil pengujian solusi yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Pembaharuan kanvas model bisnis dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Pembaharuan kanvas model bisnis versi 2 Komponen Customer Segment
Revenue stream
Cost Structure
Channels
Model Bisnis Awal Keluarga yang belum rutin konsumsi buah dengan porsi yang dianjurkan Hasil penjualan Produk. Asumsi harga awal = Rp 20.000,-/kemasan. (Netto Produk = 75 gram) 1. Biaya Tetap = Rp 2.558.875,-/bulan 2. Biaya Variabel = Rp 13.395.587,-/bln Skala produksi/bln= 1.300 kemasan Pasar Swalayan (Mini market, supermarket)
Model Bisnis setelah pembaharuan Keluarga yang akan melengkapi porsi buah harian Hasil penjualan Produk. Asumsi harga awal = Rp 15.000,-/kemasan. (Netto Produk = 100 gram) 1. Biaya Tetap = Rp 2.558.875,-/bulan 2. Biaya Variabel = Rp 57.970.456,-/bln Skala produksi/bln= 7.620 kemasan Pasar Swalayan (Mini market, supermarket), dan Specialy store/Toko buah
Ukuran Pasar (Market Size) Menurut Blank dan Dorf (2012) estimasi ukuran pasar dapat membantu para pengusaha dalam mengukur peluang pasar untuk sebuah start up. Peluang pasar didukung oleh tiga komponen yakni, sejumlah besar potensi pengguna atau pelanggan, pertumbuhan pelanggan dimasa depan yang jelas di pasar dengan pertumbuhan yang cepat dan dapat diprediksi, dan kesempatan untuk menarik pelanggan. Memperkirakan TAM (Total Available Market), SAM (Served Available Market) dan TM (Target Market) adalah titik awal yang baik untuk
27 hipotesis ukuran pasar. Gambaran ukuran pasar produk softcandy dapat dilihat pada Gambar 13. Total Addressable Market (TAM) Menurut survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia oleh Kementerian Kesehatan (2014) bahwa proporsi penduduk Indonesia mengonsumsi buah olahan di Indonesia tahun 2014 mencapai 0,1% dari jumlah penduduk Indonesia. Adapun jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 253.609.643 jiwa, berdasarkan data perkiraan jumlah penduduk oleh BPS (2013). Sehingga jumlah penduduk yang mengonsumsi buah olahan di Indonesia mencapai 253.609 jiwa. Jika asumsi setiap pelanggan mengonsumsi produk sebanyak satu kemasan setiap hari sebanyak 100 gram atau setara 365 kemasan per tahun. Maka total konsumsi softcandy ini mencapai 92 juta kemasan/tahun. Dengan asumsi harga produk per kemasan 100 gram Rp 15.000,- maka pendapatan perusahaan per tahun mencapai Rp 1,4 triliun. Served Available Market (SAM) Menurut Blank dan Dorf (2012) SAM merupakan seberapa banyak pasar yang dapat dijangkau oleh perusahaan dengan saluran yang ada. Atau dapat dikatakan jumlah potensi pasar yang memiliki ketertarikan terhadap produk. SAM untuk produk ini berdasarkan hasil pengujian masalah yaitu jumlah pelanggan potensial sebanyak 68%. Sehingga total SAM yang akan dituju yaitu 172.454 orang akan mengonsumsi softcandy. Dengan asumsi bahwa 172.454 orang hanya mengonsumsi produk softcandy sebanyak satu kali dalam seminggu, maka total konsumsi produk dalam setahun mencapai 8,9 juta kemasan/tahun. Total pendapatan perusahan per tahun mencapai Rp 134,5 M. Target Market (TM) TM dapat diartikan sebagai potensi pasar yang dapat dipenuhi perusahaan. TM tersebut diasumsikan sebesar 1% dari SAM, berdasarkan kemampuan kapasitas produksi perusahaan dan jangkauan pelanggan hanya sebatas wilayah Jabodetabek. Sehingga TM produk ini didapat dari 1.724 orang mengonsumsi produk ini sebanyak satu kali dalam seminggu, maka dalam setahun total konsumsi sebanyak 89 ribu kemasan, dan pendapatan perusahaan mencapai Rp 1.34 M/tahun. - TAM Rp 1,4 T/thn - 253.609 konsumen - 92 juta kemasan/thn
- SAM Rp 134,5 M/thn - 172.454 konsumen - 8,9 juta kemasan/thn
- TM Rp 1,34 M/thn - 1.724 konsumen - 89 ribu kemasan/thn Gambar 13 Ukuran pasar produk Softcandy
28 Verifikasi Model Bisnis Model bisnis yang telah mengalami pembaharuan melalui tahapan pengujian masalah dan solusi, perlu dilakukan verifikasi. Tahapan verifikasi model bisnis ini untuk memastikan apakah model bisnis akhir sudah tepat. Menurut Blank dan Dorf (2012), terdapat tiga hal yang harus diverifikasi, yaitu kesesuaian produk terhadap pasar (product/market fit), cara menggapai pelanggan, serta peluang bisnis. Kesesuaian produk dengan pasar Terdapat tiga komponen parameter untuk mengukur kesesuaian produk dengan pasar, yakni permasalahan atau kebutuhan yang ditujukan mendesak atau penting untuk banyak pelanggan, apakah produk dapat memecahkan masalah, atau memenuhi kebutuhan pelanggan dan pelanggan dengan senang hati untuk membayarkanya, serta apakah ada pelanggan yang cukup besar untuk dijadikan peluang bisnis. Berdasarkan hasil pengujian permasalahan yang ditujukan kepada para ibu mengenai konsumsi buah keluarga. Permasalahan yang mereka hadapi yakni alur penyajian buah yang panjang, keluarga masih tergantung ibu dalam penyajian buah, ketersediaan buah yang tidak konstan, dan tidak tersedia waktu untuk menyajikan buah. Permasalahan tersebut sudah disadari oleh para ibu, dan mereka pun berupaya untuk mencari solusi terhadap permasalahan konsumsi buah di keluarga. Solusi yang mereka lakukan yakni membeli produk olahan buah seperti rujak, buah potong, jus buah dalam kemasan, dan berusaha menyisihkan waktu untuk menyajikan buah disela kesibukan mereka. namun demikian, para ibu tetap menginginkan solusi yang lebih memudahkan beliau dalam menyajikan buah,serta bersedia membayar untuk produk yang ditawarkan. Parameter apakah produk dapat memecahkan masalah konsumen, dapat disimpulkan dari hasil pengujian solusi. Solusi yang ditawarkan dinilai baik dan tepat dalam memecahkan masalah konsumen. Untuk permasalahan alur penyajian yang panjang dan tidak tersedia waktu sudah dapat tercapai dari nilai praktis yang ditawarkan produk. Produk dapat menjadi sebuah cemilan buah yang dapat membantu ibu dalam upaya memastikan ketersediaan buah dirumah agar tetap ada setiap harinya, terlebih lagi sebagai pelengkap porsi buah anggota keluarga. Netto produk yang sesuai dengan ukuran satu porsi buah pun memudahkan ibu dalam menakar satu porsi buah yang harus dipenuhi. Kandungan serat alami meskipun belum dapat dievaluasi dengan baik secara visual, tetap menjadi nilai yang berperan sebagai sumber serat untuk pemenuhan asupan buah. Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk inovasi ini, produk telah mendapat izin resmi dari Dinas kesehatan dan LP POM, sehingga berpotensi mengambil pasar produk olahan buah, yang masih didominasi produk impor. Produk softcandy ini awalnya ditujukan untuk keluarga yang belum rutin konsumsi buah kurang dari tujuh hari dalam seminggu. Berdasarkan hasil pengujian masalah dan solusi segmentasi ini lebih ditujukan kepada keluarga yang akan melengkapi porsi buah harian. Sejumlah 0,1% dari penduduk Indonesia ialah mereka yang mengonsumsi produk olahan buah sebagai alternatif pemenuhan asupan buah mereka. Jumlah tersebut cukup besar dijadikan peluang bisnis bagi produk softcandy.
29 Pelanggan produk dan cara mencapainya Pencapaian pelanggan diawali dengan akuisisi pelanggan melalui serangkaian promosi melalui media cetak, elektronik, internet dan media sosial. Kegiatan promosi yang dapat menunjang akuisisi pelanggan yakni dengan mengikuti bazaar bertemakan pangan sehat dan buah lokal. Pada kegiatan tersebut terjadi kontak langsung dengan calon pelanggan, yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana efektif untuk mendapatkan kritik dan saran langsung bagi pengembangan produk ataupun menarik minat pelanggan terhadap produk. Saluran yang efektif sebagai sarana penjualan ialah pasar swalayan. Pemilihan pasar swalayan sebagai perantara distribusi produk harus tetap memperhatikan kelayakan dengan kondisi bisnis saat ini. Sebagai sebuah startup, pemilihan swalayan memiliki sebuah kelebihan yaitu membantu dalam mencapai konsumen akhir, menyediakan fasilitas penyimpanan, dan membantu dalam kegiatan promosi. Namun begitu, perlu mempertimbangkan pula aspek lain dari memilih perantara yang digunakan. Seperti aspek biaya, apabila penggunaan distributor dapat memperingan kerugian dan biaya penjualan, maka perusahaan dapat memilih perantara karena dapat memperkecil harga jual akhir produk sehingga dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya. Pertimbangan aspek biaya tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan dana dan tenaga yang cukup besar jika harus dilakukan oleh sebuah startup, yang jumlah permintaan produknya masih belum pasti. Perusahaan dapat menggunakan distribusi selektif dalam memilih suatu jumlah pedagang besar/pengecer yang terbatas dalam suatu daerah geografis. Biasanya saluran ini dipakai untuk memasarkan produk baru, barang shopping atau barang spesial. Penggunaan saluran selektif ini dimaksudkan untuk meniadakan penyalur yang tidak menguntungkan dan meningkatkan volume penjualan dengan jumlah transaksi terbatas (Suatsha dan Sukotjo 2002). Sebagai tahapan awal, startup ini dapat memilih pengecer seperti pasar swalayan dan toko buah berdasarkan minat pelanggan dari hasil solusi pada wilayah tertentu. Mengingat produk ini jumlah permintaannya belum stabil dan tetap. Sehingga pencapaian pada wilayah tertentu dekat dengan tempat produksi lebih efektif dilakukan sekaligus mengkaji informasi pasar terkait produk, pelanggan dan kondisi persaingan. Cara perusahaan menghasilkan uang Analisis ukuran pasar dapat dijadikan alat dalam menganalisis potensi peningkatan pendapatan perusahaan. Ukuran pasar dapat menjelaskan seberapa besar peluang pasar softcandy yang tersedia. Berdasarkan hasil analisis ditentukan target market sebesar 1,3 milyar rupiah per tahun. Dengan kapasitas produksi yang ditargetkan mencapai 89.676 kemasan/tahun dengan harga Rp 15.000,- per kemasan 100 gram, dapat menghasilkan uang dan menumbuhkan perusahaan. Perhitungan biaya dapat dilihat pada Lampiran 9. Meskipun terjadi perubahan segmen pelanggan menjadi lebih sempit, namun tidak menutup kemungkinan produk ini dapat secara kontinyu menghasikan pendapatan bagi perusahaan, mengingat produk ini memang dituju bagi keluarga yang sudah mampu memenuhi semua kebutuhan dasar termasuk pangan dan peduli dengan kualitas dari asupan pangan mereka. Sehingga, besar Target Market yang dituju akan mudah dicapai karena persentase yang dituju hanya 1% dari total SAM. Selain itu, responden
30 potensial juga bersedia membeli produk berulang untuk memastikan ketersediaan buah dirumah, dengan harga yang terjangkau.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengembangan pasar produk softcandy buah nenas dan pepaya dilakukan dengan pendekatan riset aksi agar didapatkan model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Proses pembaharuan yang dilakukan pada model bisnis dapat menjadikan produk semakin sesuai dengan pasar. Softcandy merupakan produk inovasi yang prospektif untuk dikembangkan. Pemakaian buah alami sebagai bahan baku utama, menjadikan produk ini berbeda dibandingkan produk sejenis yang hanya mengandalkan perisa buah. Produk ini dibuat tanpa penambahan bahan pengawet sehingga sangat sesuai jika dijadikan cemilan buah sehat dan dapat sebagai alternatif ketersediaan buah dirumah sekaligus pelengkap porsi buah harian keluarga. Berdasarkan hasil pengujian solusi, sebagian besar responden menilai setuju bahwa produk dapat menyelesaikan permasalahan mereka terkait konsumsi buah keluarga, seperti alur penyajian panjang, ketergantungan keluarga kepada ibu dalam penyajian buah, ketersediaan buah yang tidak konstan, dan tidak tersedianya waktu dalam penyajian buah. Segmen pelanggan yang dituju ialah keluarga yang akan melengkapi porsi buah harian. Pencapaian pelanggan diawali proses akuisisi pelanggan melalui media cetak, eletronik, internet dan media sosial, dan mengikuti kegiatan bazaar bertemakan pangan sehat, dan buah lokal. Harga jual akhir produk yakni Rp. 15.000,/kemasan 100 gram berdasarkan hasil uji solusi dan memiliki peluang yang cukup besar untuk masuk ke pasar buah olahan. Target market yang tersedia sebesar 89.676 kemasan/tahun, dan berpeluang menghasilkan sekaligus menumbuhkan perusahaan. Saran Pengujian model binis pada penelitian ini lebih baik lagi jika beriringan dengan proses pengembangan produk yang berdasarkan dari hasil pengujian produk di lapangan, sehingga atribut atau fitur produk dapat segera diperbaiki. Pembuatan standar operasional produksi softcandy dan mencari kondisi optimal untuk tahapan pengeringan agar produk yang dihasilkan seragam. Kegiatan pengadaan bahan baku perlu diperhatikan agar selalu kontinyu dan efisien. Strategi pemasaran awal untuk startup ini dapat diawali dengan pemasaran melalui pengecer tradisional seperti toko klontong sekitar perumahan, kantin wilayah kampus atau perkantoran dan toko oleh-oleh di tempat wisata agar masyarakat sadar akan kehadiran produk ini. Selain itu, diperlukan pengkajian menyeluruh komponen model bisnis untuk melihat kekonsistenan hubungan antar komponen tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Ilmu gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Atmini Tri Mulatsih. 2010.Pendugaan Umur Simpan Permen Jelly Pepaya (Carica Papaya L.). [Skripsi]. Bogor (ID): Institur Pertanian Bogor. [BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2013. Profil Hasil Pendataan Keluarga tahun 2012. Jakarta (ID) : BKKBN. Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by Step Guide for Building a Great Company. United State of America: K&S Ranch, Inc. Publisher. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia. Jakarta (ID): BPS. Bungin B. 2006. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Dinas Pertanian Jabar. 2015. Produksi Buah-buahan tahun 2009-2013. [Internet]. [diakses 2015 juni 6]. Tersedia pada: http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/919. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID) : Depkes. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014. Survei Konsumsi Individu Indonesia 2014. Jakarta (ID) : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Tingkat Konsumsi Buah. Jakarta (ID) : Kementan. Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): PT. Prenhallindo. Osterwalder A, Pigneur Y. 2012. Business Model Generation. New Jersey (USA): John Wiley & Sons, Inc. Saunders M, Lewis P, Thornhill A. 2009. Research Methods for Business Student: Fifth Edition. Essex (UK): Pearson Education Limited. Sediaoetama AD. 2008. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jilid I. Jakarta (ID): Dian Rakyat. Sidi NC, Esti Widowati, Asri Nursiwi. 2014. Pengaruh penambahan karagenan pada karakteristik fisikokimia dan sensoris fruit leather nenas (Anenas comsus L. Merr) dan wortel (Daucus carota). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan [internet]. [diunduh 2015 apr 20]; 3(4):122-127. Suatsha Basu, Sukotjo I. 2002. Pengantar Bisnis Modern. Yogyakarta (ID): Liberty. Sunyoto, D. 2013. Ekonomi Manajerial; Konsep Terapan Bisnis. Jakarta (ID) : CAPS (Center for Academic Publishing Service) TIM PPM. 2012. Bussiness Model Canvas Penerapan di Indonesia. Jakarta (ID): PPM.
32 Lampiran 1 Daftar pertanyaan pada pengujian permasalahan (Test the problem) produk softcandy
ANALISIS PERMASALAHAN PADA PRODUK SOFTCANDY BUAH NENAS DAN PEPAYA A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Alamat : Usia: Profesi: Jumlah anggota keluarga: No HP, email : B. Test Problem Apakah anda mengontrol asupan buah harian keluarga? Apakah anda sudah membiasakan keluarga anda mengonsumsi buah rutin? Bagaimana cara anda dan keluarga dalam konsumsi buah? Seberapa banyak porsi buah untuk anda dan keluarga dalam sekali konsumsi? 5. Adakah alternatif cara dalam mengonsumsi buah selama ini? 6. Apakah selama konsumsi buah dengan cara tersebut, adakah permasalahan yang anda temui? Bagaimana cara anda mengatasinya? 7. Apakah dengan cara konsumsi buah anda tersebut sudah cukup memenuhi asupan buah anda dalam sehari? 8. Adakah cara khusus yang anda berikan pada keluarga agar lebih tertarik mengonsumsi buah? 9. Apakah anda mengharapkan ada cara yang lebih praktis, higienis dan menarik bagi keluarga agar rutin dalam mengonsumsi buah? 1. 2. 3. 4.
33 Lampiran 2 Daftar pertanyaan pada peengujian solusi (Test the solution) produk softcandy
PENGUJIAN SOLUSI PRODUK SOFTCANDY BUAH NENAS DAN PEPAYA A. Identitas Responden Nama : Jenis Kelamin : Alamat : Usia : Profesi : No HP, email : B. Permasalahan 1. Apakah Produk ini cukup mengatasi masalah alur penyajian buah yang panjang? Jawab : a. Ya b. Tidak Alasan: 2. Apakah anda setuju bahwa produk ini dapat mengurangi ketergantungan keluarga kepada ibu dalam hal penyajian buah? Jawab : a. Ya b. Tidak Alasan: 3. Apakah anda setuju bila produk ini dapat menjadi alternatif buah agar ketersediaan buah dirumah selalu ada? Jawab : a. Ya b. Tidak Alasan: 4. Apakah anda setuju bahwa produk ini dapat mempersingkat waktu ibu dalam hal penyajian buah? Jawab : a. Ya b. Tidak Alasan: C. Atribut Produk 1. Apakah bentuk dan ukuran softcandy sudah memenuhi harapan anda?Jawaban: a. Ya b. Tidak
Jika Tidak, mengapa: 2. Apakah rasa softcandy menyerupai buah aslinya? Jawaban: b. Ya b. Tidak Jika Tidak, bagaimana rasanya: 3. Apakah rasa manis softcandy sudah cukup? Jawaban: a. Ya b. Tidak 4. Apakah tekstur softcandy sudah cukup empuk? a. Ya b. Tidak Jika Tidak, sebaiknya tektur softcandy seperti apa:
34 5. Apakah produk yang ditawarkan dengan bobot 100 g (sekali konsumsi) sudah sesuai dengan harapan anda? Jawaban: a. Ya b. Tidak Jika tidak, mengapa : 6. Apakah kemasan produk saat ini sesuai dengan harapan anda? (Bentuk, dan bahan kemasan) Jawaban: a. Ya b. Tidak Jika tidak, mengapa dan apa alternatif kemasan lainnya: 7. Apakah perlu pengembangan rasa buah lain untuk softcandy? Jawaban: a. Ya b. Tidak Jika Ya, sebutkan rasa buah keinginan anda: 8. Sebutkan dan jelaskan harapan serta saran tambahan terkait produk solusi? Jawaban: D. Segmen Pasar, Saluran Penjualan dan Taksiran Harga Produk 1. Apakah produk ini sudah sesuai untuk keluarga yang masih belum rutin konsumsi buah, baik frekuensi dan porsi buah?Jawaban: a. Ya b. Tidak
Jika Tidak, mengapa dan sebaiknya untuk siapa produk ini sesuai: 2. Dimanakah menurut anda tempat yang sesuai untuk membeli produk? Jawaban: a. Swalayan b. Toko buah Mengapa? 3. Berapakah taksiran harga/harapan terhadap harga jual produk ini? Jawaban: a. Rp. 10.000 - Rp. 15.0000 b. Rp. 15.000 – Rp. 20.000 c. > Rp. 20.000 Mengapa?
35
Lampiran 3 Data responden pengujian masalah pada produk Softcandy
No. 1 2 3 4 5 6 7
Emi Suhaemi Yeti Sumiati Anna Monika Marwah Solihat Sri Widiati ningsih Anastasia Ambarwati Nurhayati Mimi Entin Suprihatin Rita Elvi Ica Wati Endang Ruzi Erlinda Tharra Bulan Dewi Olla Risa
Usia
Pekerjaan
Frekuensi Konsumsi buah v v v v -
Porsi
Urgensi
Tingkat
Pencarian
Buah
Kebutuhan
Kesibukan
Solusi
v v v v -
v v v v v v
v v -
v v v v v v
Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial
Keterangan
50 47 46 56 45 49
Ibu RT Ibu RT Ibu RT Wiraswasta Wiraswasta Ibu RT
57
Ibu RT
v
v
v
-
v
Potensial
57 55 51 57 30 70 40 53 25 28 29 30 30
Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Karyawati Ibu RT Karyawati Dosen Karyawati Karyawati Ibu RT Ibu RT Karyawati
v v v v v -
v v v v v v v
v v v v v v v v v v v
v v v v v v v
v v v v v v v -
Tidak Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial Tidak Potensial Potensial
35 35
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Nama
36
36
No.
Nama
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Tuty Suprapti Rokinah Asih Setiasih Ida Chairiah Nadira Siska Nur Fauziyah Solihatun Ismayati Anissa Khoeriyah Masnuriyah Siti Amaliyah Asih Prihatini Misnah Della Yani Yuli Arief sri Wiwiek Tini Emmy Rahayu
Usia 50 49 26 39 50 53 26 49 53 29 50 33 52 50 35 44 33 32 52 46
Pekerjaan Karyawati Ibu RT Ibu RT Wiraswasta Ibu RT Guru/PNS Ibu RT Ibu RT Pns Ibu RT Ibu RT Ibu RT Guru/PNS Ibu RT Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Ibu RT Guru/PNS
Frekuensi Konsumsi buah v v v v v v v v v v v v v v v v -
Porsi
Urgensi
Tingkat
Pencarian
Buah
Kebutuhan
Kesibukan
Solusi
v v v v v v v v v -
v v v v v v v v v v v v v v v v v -
v v v v v v v v v
v v v v v v v v v
Keterangan Tidak Potensial Tidak Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial Potensial Tidak Potensial Tidak Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial Tidak Potensial
37
No. 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama Rasti Yanti Nunu Nova Rani Siti Barokah Nurhayati Ani Susiati siska midah
Usia 29 47 36 30 52 38 34 42 27 34
Pekerjaan Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Karyawati Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT
Frekuensi Konsumsi buah v v v v v v v v v
Porsi
Urgensi
Tingkat
Pencarian
Buah
Kebutuhan
Kesibukan
Solusi
v v v v v
v v v v v
v -
v v v v v v v -
Keterangan Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial Tidak Potensial Tidak Potensial Potensial Potensial Tidak Potensial Potensial
3737
38
38
Lampiran 4 Kanvas Model bisnis awal
1. Supplier Bahan Baku 2. Supplier kemasan 3. Swalayan
1. Pengadaan bahan baku 2. Produksi 3. Pemasaran & Distribusi
1. 2. 3. 4. 5.
Bahan Baku Kemasan Mesin & SDM Merek & Paten Modal Finansial
1. Biaya Tetap = Rp 2.558.875,-/bulan 2. Biaya Variabel = Rp 13.395.587,-/bulan Kapasitas produksi 1.300 kemasan/bulan
1. Cemilan buah sehat tanpa pengawet 2. Praktis 3. Mengandung serat
1. Promosi 2. Customer care 3. Pengembangan produk
Keluarga yang tidak rutin konsumsi ( > 7 hari/minggu)
Pasar swalayan (super market dan mini market)
Hasil Penjualan Produk Asumsi harga awal produk : Rp 20.000,-/kemasan (Netto produk : 75 gram/kemasan
39
Lampiran 5 Perhitungan biaya produksi untuk BMC 0 dan BMC 1 Keterangan : Perhitungan dengan jangka waktu satu bulan Jumlah hari kerja = 20 hari/bulan Jumlah kapasitas produksi = 65 pcs/hari= 4.9 kg softcandy/hari Per kemasan = 75 gram. 1. Biaya Depresiasi Alat
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Alat Kompor gas 2 Tungku Fruit Puree Machine Freezer Tabung gas Panci Timbangan Digital Wadah Plastik Loyang Alumunium Pisau Bergerigi Tunnel Dehidrator TOTAL Biaya Penyusutan per bulan
Jumlah 1 1 2 1 1 1 10 10 2 1
Satuan unit unit unit buah buah unit buah buah buah unit
Harga Satuan 350.000 13.000.000 1.800.000 135.000 80.000 100.000 10.000 10.000 30.000 52.000.000
Harga
Nilai
Beli 350.000 13.000.000 3.600.000 135.000 80.000 100.000 100.000 100.000 60.000 52.000.000 69.525.000
Sisa 35.000 1.300.000 360.000 13.500 8.000 10.000 10.000 10.000 6.000 5.200.000 6.952.500
Umur Pakai (Tahun) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Penyusutan (per tahun) 63.000 2.340.000 648.000 24.300 14.400 18,.000 18.000 18.000 10.800 9.360.000 12.514.500 1.042.875 39
40 40
1. Biaya Pokok Produksi No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
B. 1. 2. 3. 4.
Nama Direct Material Pepaya Nenas Karagenan Gula Pasir Kemasan Stiker Label Total (/hari) Total (/bulan) Overhead Listrik Tunnel Dehydrator Listrik Puree Machine Air Bahan Bakar Gas Pemeliharaan Alsin Total (/bulan)
Jumlah 4 36 157 2,62 65 65
Satuan kg/hari kg/hari g/hari kg/hari piece/hari piece/hari
0,45 kW 1.5 kW
Harga(Rp.)
Total(Rp.)
7.000 7.000 120 11.000 220 550
28.000 252.000 18.840 28.820 14.300 35.750 377.710 7.554.200
1.352 1.352
48.672 40.560 2.155 3.200.000 200.000 3.491.387
41
1. Biaya Non-produksi No. A. 1. 2. B.
Nama Biaya Penjualan Distribusi Promosi Biaya Administrasi
Jumlah
Satuan 1 unit 1 Paket 1 Paket Total
Harga (Rp.)
Total(Rp.)
1.000.000 500.000 50.000
1.000.000 500.000 50,000 1.550.000
2. Analisa Break Even Point (BEP) FIX COST No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Kebutuhan Total Penyusutan Biaya sewa bangunan Gaji Karyawan(1org) Biaya Pemeliharaan Air Total(Rp./bulan)
Jumlah (Rp/bulan) 1.042.875 500.000 1.000.000 16.000 2.558.875
41
42 42
VARIABLE COST No. 1. 2.
3.
Jenis Kebutuhan Biaya Bahan Baku-Kemasan Biaya Overhead Listrik Air Bahan Bakar Gas Direct labor (1 org) Biaya distribusi-pemasaran Total (Rp./bulan) Biaya Produksi per kemasan
Jumlah (Rp./bulan) 7.554.200 89.232 2.155 3.200.000 1.000.000 1.550.000 13.395.587 10.304.30 PENJUALAN
Harga Jual per kemasan Profit per kemasan
14.000 3.695,70 BREAK EVENT POINT (BEP)
Unit Terjual Omzet(Rp.) Net Revenue saat BEP(/bln) Gross Revenue Total Nett Revenue (/bln) Nett Profit(/bln)
692,3920202 9.693.488,3 7.134.613,28 18.200.000 15.641.125 4.804.413
43
BEP Softcandy Sales (Rp.)
Fixed Cost(Rp.)
Total Cost(Rp)
BEU approx.=692.392020220408
45,000,000 40,000,000 35,000,000
Sales (Rp)
30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000
0 0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
2000
2200
2400
2600
2800
3000
43
Quantity (pcs)
1800
44
44
Lampiran 6 Kanvas model bisnis versi 1
1. Supplier Bahan Baku 2. Supplier kemasan 3. Swalayan
1. Pengadaan bahan baku 2. Produksi 3. Pemasaran & Distribusi
1.Bahan Baku 2.Kemasan 3.Mesin & SDM 4.Merek & Paten 5.Modal Finansial
1. Biaya Tetap = Rp 2.558.875,-/bulan 2. Biaya Variabel = Rp 13.395.587,-/bulan Kapasitas produksi 1.300 kemasan/bulan
1. Cemilan buah sehat tanpa pengawet 2. Praktis 3. Mengandung serat alami 4. Netto produk sesuai ukuran 1 porsi buah (100 gram)
1. Promosi 2. Customer care 3. Pengembangan produk
Keluarga yang belum rutin konsumsi buah sesuai porsi yang dianjurkan (2-3 porsi buah/hari)
Pasar swalayan (super market dan mini market)
Hasil Penjualan Produk Asumsi harga awal produk : Rp 20.000,-/kemasan (Netto produk : 75 gram/kemasan
45
Lampiran 7 Data Responden Pengujian Solusi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Nama Novi Yana Hani Ninis Dewanti Tisna Wined Purnomo Tenia Indah Dena Kartina Siskawati Sofi Ella Melawati Asih Prihatini Ade Ajeng Wiwin Tite Siti Putri Riani Mumun Reti Tirta Inggarwati Eva Ajeng Bani Ica Endang Ruzi Erlinda Ines Atun Iik Yeti Sumiati Anna Nur Bunga Entin Suprihatin Rita Elvi Asih Setiasih
Usia
Pekerjaan 26 42 27 35 38 30 33 34 35 53 40 52 45 44 48 33 29 26 35 37 44 30 27 36 38 27 42 52 29 51 40 34 46 35 30 51 56 26
Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Guru Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Karyawati Dosen Karyawati Karyawati IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
46
No. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50.
Nama Atin Siska Nur Fauziyah Tini Puwanti Ketty Kandida Rosida Nurhayati Misnah Santi Mella kurnia
Usia 38 26 29 58 40 46 50 49 55 35 56 52
Pekerjaan IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT IRT
47
Lampiran 8 Kanvas model bisnis versi 2
1. Supplier Bahan Baku 2. Supplier kemasan 3. Swalayan
1. Pengadaan bahan baku 2. Produksi 3. Pemasaran & Distribusi
1. Bahan Baku 2. Kemasan 3.Mesin & SDM 4.Merek & Paten 5.Modal Finansial
1. Cemilan buah sehat tanpa pengawet 2. Praktis 3. Mengandung serat alami 4. Netto produk sesuai ukuran 1 porsi buah (100 gram)
Keluarga yang akan melengkapi porsi buah harian
Pasar swalayan (super market dan mini market), Specialy store (Toko buah)
Hasil Penjualan Produk Asumsi harga awal produk : Rp 15.000,-/kemasan (Netto produk : 100 gram/kemasan
47
1. Biaya Tetap = Rp 2.558.875,-/bulan 2. Biaya Variabel = Rp 57.970.456,-/bulan Kapasitas produksi 7.620 kemasan/bulan
1. Promosi 2. Customer care 3. Pengembangan produk
48
48
Lampiran 9 Perhitungan biaya produksi untuk BMC 2 Keterangan : Perhitungan dengan jangka waktu satu bulan Jumlah hari kerja = 30 hari/bulan Jumlah kapasitas produksi = 254 pcs/hari= 25,4 kg softcandy/hari Per kemasan = 100 gram. 1. Depresiasi Alat
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Alat Kompor gas 2 Tungku Fruit Puree Machine Freezer Tabung gas Panci Timbangan Digital Wadah Plastik Loyang Alumunium Pisau Bergerigi Tunnel Dehidrator TOTAL Biaya Penyusutan per bulan
Jumlah 1 1 2 1 1 1 10 10 2 1
Satuan unit unit unit buah buah unit buah buah buah unit
Harga Satuan 350.000 13.000.000 1.800.000 135.000 80.000 100.000 10.000 10.000 30.000 52.000.000
Harga
Nilai
Beli 350.000 13.000.000 3.600.000 135.000 80.000 100.000 100.000 100.000 60.000 52.000.000 69.525.000
Sisa 35.000 1.300.000 360.000 13.500 8.000 10.000 10.000 10.000 6.000 5.200.000 6.952.500
Umur Pakai (Tahun) 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Penyusutan (per tahun) 63.000 2.340.000 648.000 24.300 14.400 18.000 18.000 18.000 10.800 9.360.000 12.514.500 1.042.875
49
2. Biaya Pokok Produksi (BPP) No. A. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
B. 1. 2. 3. 4.
Nama Direct Material Pepaya Nenas Karagenan Gula Pasir Kemasan Stiker Label Total (/hari) Total (/bulan) Overhead Listrik Tunnel Dehydrator Listrik Puree Machine Air Bahan Bakar Gas Pemeliharaan Alsin Total (/bulan)
Jumlah
Satuan
16 144 628 10,48 254 254
kg/hari kg/hari g/hari kg/hari piece/hari piece/hari
0,45 1,5 0,114 1
kW kW m3/hari Tabung/hari
Harga(Rp.)
Total(Rp.)
7..000 7.000 120 11.000 220 550
112.000 1.008.000 75360 115.280 55.880 139.700 1.506.220 45.186.600
1.352 1.352 4.725 160.000
146.016 121.680 16.160 4.800.000 200.000 5.283.856
49
50
50
3. Biaya Non Produksi No. Nama A. Biaya Pemasaran Media Promosi 1. (Brosur, pamflet, banner) 2. Komisi Penjualan 3 Pengiriman-Penggudangan B. Biaya Administrasi Total (Rp/bulan)
Jumlah
Satuan
1 Paket 1 Tim 1 Unit 1 Paket
Harga (Rp.)
2.000.000 2.000.000 2.000.000 500.000
Total(Rp.)
2.000.000 2.000.000 2.000.000 500.000 6.500.000
4. Analisa Break Even Point (BEP) FIX COST No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Kebutuhan Total Penyusutan Biaya sewa bangunan Gaji Karyawan(1org) Biaya Pemeliharaan Air Total(Rp./bulan)
Jumlah (Rp/bulan) 1.042.875 500.000 1.000.000 16.000 2.558.875 VARIABLE COST
No. 1. 2.
Jenis Kebutuhan Biaya Bahan Baku-Kemasan Biaya Overhead
Jumlah (Rp./bulan) 45.186.600
51
3
4
Listrik Air Bahan Bakar Gas Direct labor (2 org) Pemeliharaan Alsin Biaya Non Produksi Total (Rp./bulan) Biaya Produksi per kemasan
267.696 16.160 4.800.000 1.000.000 200.000 6.500.000 57.970.456 7.607,67 PENJUALAN
Harga Jual per kemasan Profit per kemasan
10.500 2.892,33 BREAK EVENT POINT (BEP)
Unit Terjual Omzet(Rp.) Net Revenue saat BEP(/bln) Gross Revenue Total Nett Revenue (/bln) Nett Profit(/bln)
885 9.289.465,5 6.730.590,52 80.010.000 77.451.125 22.039.545
51
52
52
BEP Softcandy Sales
Fixed
Total
BEU approx.=884.711002080828
20,000,000 18,000,000 16,000,000 14,000,000
Sales (Rp.)
12,000,000 10,000,000 8,000,000
6,000,000 4,000,000 2,000,000 0 0
200
400
600
800
1,000
Quantity (pcs)
1,200
1,400
1,600
1,800
53
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Mei 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Tania Syahrul Alamsyah dan Rifni Elza. Penulis menempuh studi di Taman Kanak-kanak Sejahtera Kota Bekasi 1997-1999. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Islam Terpadu Thariq Bin Ziyad Kota Bekasi 1999-2005, SMPIT Thariq Bin Ziyad Kota Bekasi 2005-2008 dan SMA Negeri 2 Kota Bekasi 2008-2011. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 pada perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor. Pernulis diterima di IPB melalui jalur SNMPTN Undangan pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertaninan. Selama di IPB, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2013. Selain itu, penulis aktif di lembaga kemahasiswaan, sebagai staf Departemen Komunikasi, Informasi dan Jurnalistik BEM FATETA 2012/2013. Kepanitian yang pernah diikuti yakni Masa Perkenalan Departemen, dan Red‟s Cup. Pada Bulan Juni-Agustus 2014 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Sinar Sosro KPB Cibitung dengan Judul Manajemen Produksi Teh Botol Kemasan Paper di PT Sinar Sosro KPB Cibitung. Pada bulan FebruariJuni 2015 penulis melakukan riset pengembangan pasar untuk produk softcandy buah nenas dan papaya sebagai karya tulis untuk meraih gelar sarjana teknologi pertanian.