MODUS OPERANDI PENYELUNDUPAN DRUGS OLEH WARGA NEGARA MALAYSIA KE INDONESIA
Siti Pranawaningrum, Moh. Irvan Olii. Departemen Kriminologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poltik, Universitas Indonesia Email:
[email protected]
Abstrak
Permasalahan dalam penelitian ini ialah mengenai modus oprandi penyelundupan drugs oleh Warga Negara Malaysia ke Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana modus operandi penyelundupan drugs yang dilakukan oleh Warga Negara Malaysia ke wilayah Indonesia dan faktor-faktor yang mendorong penyelundupan drugs tersebut. Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif yang datanya diperoleh melalui proses wawancara, dan laporan kasus. Wawancara dilakukan kepada aparat kepolisian Direktorat IV Bareskrim dan BNN, dan narapidana Warga Negara Malaysia. Untuk data laporan kasus berasal dari Direktorat IV Bareskrim dan BNN.Penelitian ini kemudian menyimpulkan bahwa dalam modus operandi penyelundupan drug, Warga Negara Malaysia ini tergabung kedalam suatu jaringan internasional sebagai kurir. Mereka melakukan penyelundupan drugs-nya secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dengan para penyelundup lain yang masih satu jaringan dengannya Kata Kunci : Drugs, perdagangan, penyelundupan, transnasional, dan kejahatan terorganisasi
The Modus Operandi of Drugs Smuggling by Malaysian to Indonesia Abstract
The problem in this study is about the modus operandi of drug smuggling by Malaysian to Indonesia. The purposing of this research is to explain how the modus operandi of drugs smuggling has been doing by Malaysian in Indonesia and the factors that encourage it. This research is using qualitative approach with descriptive design which the data has been got from interview and case report. The interview has been conducted in Directorate IV Bareskrim and BNN, and a Malaysian convict. Case report has been got from Directorate IV Bareskrim and BNN. The result from this research then conclude that the modus operandi of drugs smuggling, Malaysian was incorporated into an international network as a courier. They smuggled his drugs individually or together with other smugglers that still one link with them. Keyword: drugs trafficking, smuggling, transnational, organized crime
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Pendahuluan
Upaya penyebaran drugs atau dikenal dengan istilah perdagangan drugs (drugs
trafficking) merupakan gejala yang global (baik produksi, distribusi, maupun kelompok). Dalam perdagangan drugs, keberadaan drugs diikuti dengan keberadaan dari jaringan perdagangan drugs. Ini bisa dilihat pada perdagangan drugs di wilayah Asia Tenggara, dimana perdagangan drugs tersebut melibatkan sindikat jaringan Cina (Jaringan Antarkampung Kuasai Narkoba Asia Tenggara, 2009). Selain sindikat jaringan Cina, sindikat jaringan Malaysia ternyata juga ikut andil dalam perdagangan drugs di Asia Tenggara. Berdasarkan harian The Star terdapat beberapa pengedar Malaysia yang ditahan karena menyelundupkan drugs ke Thailand (Malaysian Drug Dealer Gets 30 Years’ Jail in Thailand, 2009). Tidak hanya menyelundupkan ke Thailand, warga negara Malaysia juga menyelundupkan drugs ke Indonesia. Berdasarkan berita dari Republika, WN Malaysia telah menjadikan Indonesia sebagai negara sasaran kegiatan perdagangan drugs mereka (Wah, RI Jadi Pasar Empuk Jaringan Narkoba Malaysia, 2012). Padahal Indonesia sendiri diketahui memiliki banyak jaringan perdagangan drugs, dan sudah mampu untuk memproduksi drugs sendiri (Ancaman Darurat Narkotika, 2012). Selain itu, bila dilihat dari undang-undangnya, hukuman di Indonesia jauh lebih berat dibandingkan di Malaysia. Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika pasal 113, dengan membawa untuk didistribusikan narkotika golongan I lebih dari 5 gram, para pelaku perdagangan drugs bisa dijatuhi hukuman mati. Sedangkan di Malaysia, hukuman mati bisa diberikan bila pelaku membawa 200 gram atau lebih narkotika kelas A (heroin, kokain, ganja, dan lain-lain) (Klub Mati Kejahatan Narkoba, 2013). Hal inilah yang mendorong diperlukannya melakukan penelitian lebih lanjut terhadap masalah ini, yaitu penyelundupan drugs oleh WN Malaysia ke Indonesia. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menggambarkan dengan jelas modus operandi dari penyelundupan drugs yang dilakukan oleh WN Malaysia tersebut dan faktor-faktor yang mendorongnya.
Tinjauan Teoritis
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Gambar. 1 Kerangka Pemikiran
Warga Negara Malaysia dan perdagangan drugs di Indonesia
Transnational Organized Crime
Central Command
Controller
Cell
Untuk membahas penelitian ini, peneliti ingin menggambarkan bahwa perkembangan perdagangan drugs, yang merupakan salah satu dari bentuk kejahatan terorganisasi (Organized Crime), perkembangannya sejalan dengan perkembangan Organized Crime menjadi Transnational Organized Crime, dimana perdagangan drugs sekarang sudah lintas negara. Hal ini dikarenakan pengaruh dari globalisasi. Perwujudan dari globalisasi tersebut bisa dilihat diberbagai bidang, salah satunya ialah di bidang teknologi, dimana terjadi revolusi teknologi yang telah menghasilkan jaringan komputerisasi yang global dan bebasnya perpindahan barang-barang, informasi, dan orang-orang yang melintasi batas negara (Kellner, 2002). Namun dampak negatifnya, terjadi peningkatan kecepatan dan menurunnya biaya yang signifikan dari komunikasi, transportasi, ditambah dengan berkurangnya penghalang yang memproteksi negara (Schendel dan Abraham, 2005) dan aliran keuangan secara drastis, memberikan bisnis legal dan juga kelompok kejahatan terorganisasi untuk mengubah jaringan produksi menjadi terorganisasi secara global (Jojarth, 2009: 7). Kelompok-kelompok kejahatan menargetkan korbannya lebih luas dan mengembangkan jaringan kejahatannya ke
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
negara-negara yang lebih makmur (Roth, 2010: 10) sehingga kelompok kejahatan akan secara alami menjadi kelompok kejahatan transnasional (transnational criminal organization) (Scherrer, 2009: 30). Kelompok-kelompok kejahatan transnasional (transnational criminal organization) beroperasi semata-mata demi tujuan ekonomi. Ini dikarenakan kejahatan terorganisasi yang mereka lakukan sebagian besar dilakukan untuk mendapatkan keuntungan materi (Findlay, 1999), dengan cara yang mudah dan minimnya usaha (Vold, 1979). Selain konsep transnational organized crime, peneliti juga menggunakan konsep struktur kelompok kejahatan (criminal organization) yang dikemukakan oleh Abadinsky (Abadinsky, 2010: 30-31), yaitu: -
central command Bagian ini merupakan posisi yang paling tinggi dan aman didalam suatu struktur kelompok kejahatan. Central command hanya melakukan pengawasan dari atas dan mengkoordinir operasi-operasi kelompoknya melalui controller.
-
Controller Controller bertanggung jawab untuk keseluruhan operasi-operasi dari beberapa cell dalam suatu wilayah. Controller melaporkan keseluruhan operasi-operasi tersebut kepada central command lewat hp atau internet.
-
Cell Cell kira-kira berisikan 10 anggota, yang beroperasi secara sendiri-sendiri. Oleh karena itu, anggota yang berasal dari satu cell tidak kenal dengan anggota cell lainnya. Beroperasi dalam suatu wilayah geografis. Kepala dari masing-masing cell melaporkan secara langsung kepada controller yang memberikan perintah kepadanya. Dengan demikian ada kemungkinan bahwa cell hanya controllernya tersebut.
Didalam
perdagangan
drugs,
terdapat
beberapa
faktor
yang
mendorong
perkembangnya. Salah satunya ialah faktor permintaan dan penawaran terhadap drugs. tidak adanya permintaan terhadap drugs, maka tidak akan ada peningkatan
penawaran untuk
barang tersebut. Hal ini dikarenakan keduanya, yaitu penawaran dan permintaan menjaga agar drugs tetap ada dan lebih meluas lagi keberadaannya (Ozgul, 1999). Menurut Adrianus Meliala yang dikutip dalam skripsi berjudul Pola Kejahatan Narkotika dan Psikotropika di Indonesia Tahun 1999 (Sebuah Analisa terhadap Pemberitaan Surat Kabar Kompas)
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
(Hidayati, 2000) maraknya perdagangan drugs di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi langsung dan kondisi tidak langsung. Kondisi langsung: •
berubahnya Indonesia dari sekedar wilayah transit menjadi tempat pemasaran yang potensial
•
masih tergolongnya Indonesia sebagai soft-state dalam hal regulasi dan penegakan hukum terhadap vice (salah satunya ialah drug-related business).
Kondisi tidak langsung: •
tingginya populasi kaum muda sebagai calon konsumen
•
dilarangnya penggunaan drugs sehingga menyebabkan zat-zat ini memiliki tingkat ekonomi yang tinggi dan tepat untuk dijadikan komoditi
•
jelasnya atau kurangnya komitmen dan wawasan pemerintah mengenai vice sehingga berpengaruh terhadap penegakan regulasi yang berkaitan dengannya.
Metode Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan tipe penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran dan ringkasan mengenai modus operandi penyelundupan drugs oleh WN Malaysia ke Indonesia. Untuk pengumpulan datanya, peneliti menggunakan document evidence dan wawancara. Document evidence berupa laporan-laporan kasus tentang penyelundupan drugs oleh WN Malaysia ke Indonesia, yang didapat dari Bareskrim Direktorat IV dan BNN. Sedangkan, wawancaranya, peneliti mewawancarai petugas Bareskrim Direktorat IV (Kombes Pol Siswandi dan AKBP
Ishaq Said), BNN (AKBP
Prianto Teguh), dan narapidana drugs WN Malaysia di Lapas Cipinang yang bernama Sakaria.
Hasil Penelitian
Dari penangkapan yang dilakukan oleh Bareskrim dan BNN dari tahun 2009-2011, WNA asal Asia merupakan jumlah yang paling tertinggi terlibat tindak pidana drugs di Indonesia selama 3 tahun tersebut. Seperti yang bisa dilihat pada tabel berikut:
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Gambar. 2 GRAFIK JUMLAH WARGA NEGARA ASING (WNA) YANG TERLIBAT TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN 2009-2011 140
127 115
120 100
81
80 60 40 20
10 9
3 5
16
9
15
24
3 4
4 2
0 2009 Asia
2010 Eropa
Afrika
2011 Australia
Amerika
Sumber: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri dan BNN
WNA asal Asia tersebut kebanyakan didominasi oleh WN Iran dari tahun 2009-2010, diikuti oleh WN Malaysia yang menjadi peringkat kedua. Ini bisa dilihat pada tabel berikut:
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Gambar. 3 GRAFIK JUMLAH TERSANGKA DARI ASIA YANG TERLIBAT TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN 2009-2011 45 40
42
39 34
35
32
30 25 20 15
18
16 12
10 2
5
13
10 10 5
6 6
5
0 2009 Iran
2010 Malaysia
Cina
2011 India
Singapura
Sumber: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri dan BNN
Namun di tahun 2011, WN Malaysia yang terlibat tindak pidana drugs meningkat pesat sehingga menjadi jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan WNA lain. Dari tahun 2009-2012, terdapat 128 WN Malaysia, 122 orang (sekitar 95,3%) merupakan laki-laki, dan 6 orang (sekitar 4,7%) merupakan perempuan. Kebanyakan mereka merupakan pelaku yang melakukan kegiatan perdagangan drugs ke Indonesia. Berdasarkan dari hasil penangkapan oleh Bareskrim Direktorat IV dan BNN, mereka yang melakukan kegiatan perdagangan drugs ke Indonesia merupakan kurir yang dibayar untuk membawa dan menyelundupkan drugs ke Indonesia. Mereka inilah yang disebut sebagai penyelundup (smuggler). Jumlah mereka ini tidak sebanyak dengan jumlah WN Malaysia yang berada di Malaysia yang menjadi pengendali pendistribusian drugs ke Indonesia. WN Malaysia yang berada di Malaysia ini disebut sebagai importir. Selama tahun 2010-2012, drugs yang paling banyak diselundupkan oleh WN Malaysia ke Indonesia ialah drugs jenis ATS (Amphetamine Type Stimulant), yaitu shabu dan ekstasi. Dari tahun 2010-2012, terdapat sebanyak 1.067,3 kg shabu dan 987.113,5 tablet berhasil diselundupkan ke Indonesia. Drugs tersebut mereka bawa dari Malaysia. Di Malaysia sendiri,
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
asal dari drugs tersebut bervariasi, ada yang dibuat mereka sendiri di Malaysia. Selain itu, ada juga yang berasal dari jalur drugs internasional, seperti jalur Iran-India-Pakistan, jalur Taiwan, dan jalur Bangkok. Di Indonesia, menurut Kombes Siswandi, drugs yang diselundupkan tersebut sebanyak 70% diedarkan di Jakarta. Ini dikarenakan Jakarta merupakan wilayah yang jumlah pemakai drugs-nya terbesar di Indonesia dan titik pusat sebelum drugs tersebut diedarkan ke wilayah lain Indonesia. Untuk jalur masuk ke Indonesia, hampir semua telah dimasuki oleh WN Malaysia demi menyelundupkan drugs ke Indonesia. Tetapi jalur yang paling sering digunakan ialah jalur laut, dengan menggunakan kapal fery dan kapal nelayan melalui pantai Sumatera bagian barat, baik itu pelabuhan resmi maupun ilegal yang berada di daerah tersebut. Untuk jalur udara, menurut Kombes Siswandi, penerbangan yang paling sering dipakai ialah Air Asia. Sisanya menggunakan penerbangan Kuala Lumpur Airlines, dan lainnya. Mereka berangkat dari Bandara KLIA dan LCCT Malaysia, bahkan juga ada yang berangkat dari bandara Hongkong menuju bandara-bandara internasional di Indonesia. Sedangkan untuk jalur daratnya, biasanya jalur yang digunakan WN Malaysia dalam penyelundupan drugs ke Indonesia ialah dari Sarawah Malaysia ke Sanggau Kalimantan Barat, Tawau Malaysia ke Nunukan Kalimantan Timur, dan Sabah Malaysia ke Nunukan Kalimantan Timur. Menurut AKBP Ishaq Said, mereka menggunakan transportasi seperti mobil travel dan bus-bus.
Selain itu, ada juga yang menyerahkan
langsung (hand to hand) drugs yang mereka bawa ke masyarakat Indonesia di daerah hutanhutan perbatasan Kalimantan. Berikut gambar penyelundupan drugs oleh WN Malaysia melalui jalur udara, laut, dan darat:
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Gambar 4. PENYELUNDUPAN DRUGS WN MALAYSIA KE INDONESIA MELALUI JALUR UDARA
Jalur Udara
LCCT, KLIA, Hongkong
Air Asia, KL Airlines
dan Cathay Pacific
Bandara Soekarno Hatta, Bandara Juanda, Bandara Adi Sucipto, Bandara Husein Sastra negara, Bandara Polonia, Bandara Ngurah Rai, Bandara Ahmad Yani, Bandara Adi Sumarno, dan Bandara Sultan Syarif Kasim II.
Sumber: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri
Gambar 5. PENYELUNDUPAN DRUGS WN MALAYSIA KE INDONESIA MELALUI JALUR LAUT Jalur Laut
Pelabuhan Pot-‐Lang, Pelabuhan Kukup Johor, Pelabuhan Setulang Laut Johor, dan Pelabuhan Sei Tiram
Kapal Feri dan Nelayan
Pelabuhan Teluk Tanjung, Balai Asahan, Kuala Langsa, Kuala IDI, Balai Karimun, Pualu Belakang Padang
Sumber: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Gambar 6. PENYELUNDUPAN DRUGS WN MALAYSIA KE INDONESIA MELALUI JALUR DARAT Jalur Darat
Sarawah, Sabah, dan Tawau
Mobil travel
Sanggau dan Nunukan
dan bus
Sumber: Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri
Pembahasan Dalam melakukan modus operandi penyelundupan drugs-nya ke Indonesia, WN Malaysia tersebut menggunakan business model. Business model sendiri merupakan model pendistribusiaan yang terlihat jelas hubungan bos dan pekerja (Mieczkowski, 1992: 60-63). Di dalam kegiatan penyelundupan drugs yang dilakukan oleh WN Malaysia ini terlihat jelas hubungan bos dan pekerjanya, dimana bos dalam penyelundupan drugs tersebut ialah para importer atau WN Malaysia di Malaysia yang berperan mengendalikan para penyelundup (smuggler). Untuk para pekerjanya sendiri ialah para penyelundup tersebut yang merupakan kurir yang menyelundupkan drugs ke Indonesia, baik itu WN Malaysia atau WN Indonesia. Dalam melakukan modus operandi penyelundupannya tersebut, para WN Malaysia ini biasanya tergabung kedalam suatu jaringan internasional. Ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Gerhard Muller, dimana arus gelap drugs dikendalikan oleh jaringan kejahatan terorganisasi (Moran, Shanty, 2008: hal 30 ). Berdasarkan dari pengakuan Sakaria, jaringannya tersebut terdiri dari orang-orang dengan kewarganegaraan yang berbeda-beda. Struktur dalam jaringan perdagangan drugs WN Malaysia terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
-
pemilik drugs
Pemilik drugs merupakan bos dari jaringan perdagangan drugs ini sendiri. Pemilik drugs atau bos ialah central command yang dijelaskan oleh Abadinsky (2010). Para bos ini biasanya hanya melakukan pengawasan dan memberi perintah melalui para pengendali. Bos jaringan perdagangan drugs Malaysia ini biasanya bukan WN Malaysia, dimana mereka bisa WN Nigeria atau WN Iran. Berbeda dengan yang dijelaskan oleh Abadinsky, para bos ini sering melakukan komunikasi langsung kepada kurirnya walau hanya lewat handphone. Dalam jaringan perdagangan drugs yang diikuti oleh Sakaria, para bos ini ialah Mr. Brit, Mr. Junior, Mr. Grace, dan Mr. Beni. Mereka adalah WN Nigeria. -
Pengendali
Orang yang menjadi pengendali didalam jaringan ini sama dengan controller, mereka bertanggung jawab keseluruhan operasi dari perdagangan drugs yang dilakukan oleh kurir-kurirnya di Indonesia, baik itu kurir WN Malaysia atau kurir WN Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan pada subab sebelumnya, mereka ini merupakan WN Malaysia yang berada di Malaysia. Selain bertugas untuk mengendalikan aktivitas penyelundupan yang dilakukan oleh para kurir, pengendali juga bertugas sebagai perantara yang menghubungkan bos dengan kurir. Dalam jaringan perdagangan drugs yang diikuti oleh Sakaria, para pengendali ini terdiri dari 3 orang WN Malaysia, yaitu Haliza, Ana, dan Ema. Selain bertugas untuk mengendalikan dan menjadi perantara antar bos dengan para kurir, mereka juga bertugas mengurus segala macam kebutuhan para kurir, khususnya selama para kurir berada di rumah tempat penyimpanan drugs, di Malaysia. -
Kurir
Para kurir dalam jaringan ini terdiri dari WN Malaysia dan WN Indonesia sendiri. Dalam struktur kelompok kejahatan, kurir berada pada bagian terbawah dari struktur kelompok kejahatan Abadinsky, yaitu cell. Meskipun mereka sama-sama bertugas sebagai kurir, terkadang mereka tidak kenal dengan kurir lainnya yang masih dalam satu jaringan. Hal ini sama seperti yang dijelaskan oleh Abadinsky bahwa cell secara khusus tidak akan tahu anggota dari cell. Berbeda dengan yang dijelaskan oleh Abadinsky, modus operandi dalam menjalankan penyelundupan drugs ke Indonesia, mereka bisa beroperasi secara sendiri atau bersama-sama. Menurut Sakaria, narapidana WN Malaysia, itu semua tergantung dari banyaknya barang yang akan diselundupkan dan pengetahuan kurir terhadap tentang negara yang menjadi sasaran
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
penyelundupannya. Para kurir ini terdiri dari berbagai orang dengan kewarganegaraan yang berbeda. Sejauh ini baru ketahuan bahwa kurir jaringan ini terdiri dari WN Malaysia dan WN Indonesia. WN Malaysianya ialah Sakaria dan Zuraimi. Dan WN Indonesianya ialah Tiar dan Dea. Seperti yang dijelaskan oleh Abadinsky bahwa anggota dari cell (kurir) tidak akan mengenal dengan anggota cell (kurir) lainnya. Begitu juga dengan Sakaria dan Zuraimi, mereka tidak kenal dengan Tiar dan Dea. Para kurir biasanya akan diberi upah sebesar Rp 3.000.000,-, tiket, passport, Handphone 3G sebelum berangkat untuk menyelundupkan drugs, dan 2000 dolar yang akan dikirimkan lewat rekening setelah berhasil menyelundupkan. Menurut Sakaria, kerja menjadi kurir sangat enak karena mereka bisa memilih sendiri waktu dan tempat drugs akan diantarkan. Mereka juga masih tetap diberi uang selama tidak bekerja mengantar drugs. Mereka juga bebas untuk keluar dari kerja mereka sebagai kurir, tetapi setidaknya mereka harus sudah bekerja selama 2 tahun. Adanya kebebasan dalam bekerja ini senada dengan hasil penelitian oleh Le dan Lauch (2010) tentang perdagangan drugs oleh orang Asia Tenggara di Queensland, dimana orang-orang Tenggara terorganisasi secara bebas dan merupakan jaringan-jaringan yang bisa beradaptasi. Kemudian terdapat beberapa faktor yang mendorong para WN Malaysia tersebut melakukan penyelundupan drugs ke Indonesia. Faktor-faktor tersebut ialah: •
Tingginya permintaan drugs di Indonesia dibanding di Malaysia
Telah dijelaskan oleh Muammar Yasar Ozgul (1999) bahwa tidak adanya permintaan terhadap drugs, maka tidak akan ada peningkatan penawaran terhadap barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan yang terjadi di Indonesia, dimana banyaknya permintaan drugs di Indonesia dibanding di Malaysia sehingga medorong WN Malaysia untuk lebih menyelundupkan drugs ke Indonesia. Ini bisa dilihat dari jumlah pengguna drugs di kedua negara tersebut, seperti yang tertuang dalam tabel di berikut:
Tabel 1: Jumlah Pengguna Drugs NEGARA INDONESIA MALAYSIA
2010 4,020,000 23,642
TAHUN 2011 4,700,000 11,194
2012 5,000,000 9,015
JUMLAH 13,720,000 43,851
Sumber: UNODC, BNN, dan AAKD
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
•
Tingginya harga drugs di Indonesia dibanding di Malaysia
Harga drugs di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga drugs di Malaysia. Seperti harga sabu dan ekstasi yang bisa dilihat pada tabel berikut: Tabel 2: Daftar Harga Drugs SABU (US/kg) 2010 2011 MALAYSIA 77,750 81,750 INDONESIA150,000―200,000 225,000―285,000 NEGARA
EKSTASI (US/pil) 2010 2011 16 16 10―15 20―30 Sumber: UNODC
Dari perbedaan harga-harga yang berada pada tabel di atas memperlihatkan harga jual di Indonesia jauh lebih tinggi. Berdasarkan dari penjelasan Findlay (1999) mengenai kelompok-kelompok kejahatan transnasional yang melakukan kejahatannya semata-mata untuk mendapatkan keuntungan materi, maka tingginya harga drugs menjadi pemicu para WN Malaysia untuk menyelundupkan drugs-nya ke Indonesia. •
Banyaknya pintu masuk untuk ke Indonesia
Keadaan geografis suatu negara ikut serta dalam mempengaruhi tingkat penyelundupan drugs ke suatu negara (Bartilow dan Eom, 2009). Dengan keadaan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang mempunyai banyak celah yang bisa dijadikan pintu masuk, ditambah dampak dari globalisasi yang membuat organized crime bisa meluaskan aktivitas operasinya dan jangkauannya secara georgrafis (Jojarth, 2009: 7), maka Indonesia merupakan sasaran yang mudah bagi para pelaku yang ingin menyelundupkan drugs-nya ke Indonesia. •
Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
Menurut Adrianus Meliala, Indonesia merupakan soft-state dalam hal regulasi dan penegakan
hukum terhadap vice (salah satunya ialah drug-related business) (Hidayati, 2000). Ini bisa dalam pemberian hukuman kepada pelaku perdagangan drugs dan pelaksanaan eksekusi hukuman mati yang telah dijatuhkan kepada pelaku masih sangat lemah. Pemberian hukuman yang ringan ini bisa dilihat dari pemberian hukuman kepada para pelaku perdagangan drugs WN Malaysia. Dari 52 narapidana narkotika WN Malaysia yang berada di Lapas, hanya 2 orang yang dihukum mati dan 5 orang yang dihukum seumur hidup. Sisanya, para narapidana WN Malaysia ini banyak yang dijatuhi hukuman penjara dan denda. Kemudian untuk pelaksanaan eksekusi hukuman mati yang masih lemah ini
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
bisa dilihat dari 72 hukuman mati yang telah dijatuhkan, terdapat 60 hukuman mati yang berasal dari tindak pidana narkoba. 60 orang narapidana yang mendapat hukuman mati ini tidak ada yang dieksekusi dikarenakan masih menunggu remisi, PK, dan grasi. Padahal menurut penjelasan yang diungkapkan oleh Siswandi (2011), vonis mati sebenarnya sudah memiliki kekuatan hukum tetap yang tidak dapat diubah oleh pengadilan lebih tinggi sekalipun.
Kesimpulan WN Malaysia yang berada di Indonesia kebanyakan sebagai pembawa dan penyelundup drugs yang biasanya mereka bawa dari Malaysia. Mereka merupakan kurir atau orang-orang suruhan dari para importir yang berada di Malaysia untuk melakukan penyelundupan drugs tersebut ke Indonesia. Mereka ini disebut sebagai penyelundup (smuggler). Dalam modus operandi penyelundupan drugs, para WN Malaysia ini tergabung dalam suatu jaringan internasional yang terputus. Terputus disini maksudnya ialah ketika mereka tertangkap, mereka tidak tahu siapa bos mereka yang sebenarnya karena posisi mereka berada di bagian terbawah dari struktur kelompok kejahatan, yaitu cell. Mereka masuk melalui jalur laut, udara, dan darat. Mereka bisa beroperasi sendiri atau bersama-sama dengan kurir yang lain dalam menyelundupkan drugs ke Indonesia, tergantung dari jumlah barang yang akan diselundupkan dan pengetahuan kurir tentang negara yang akan menjadi tempat penyelundupannya. Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan mereka melakukan penyelundupan drugs ke Indonesia, yaitu: - Tingginya permintaan drugs di Indonesia - Tingginya harga drugs di Indonesia - Banyaknya pintu masuk ke Indonesia - Lemahnya penegakan hukum di Indonesia
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Saran Dari hasil penelitian ini timbul sebuah kecurigaan tentang adanya pembiaran dari pemerintah Malaysia karena WN Malaysia ini banyak yang tertangkap di Indonesia, bukannya di Malaysia. Namun sayangnya, sampai saat ini peneliti masih belum bisa membuktikan tentang pembiaran dari pemerintah Malaysia tersebut. Oleh karena itu, peneliti menyarankan perlunya diadakan lagi penelitian mengenai masalah pembiaran dari pemerintah Malaysia terhadap penyelundupan drugs yang dilakukan oleh warga negaranya ke Indonesia.
Daftar Referensi Buku: Abadinsky, Howard. (2010). Organized Crime. Bellmont: Wadsworth. Findlay, Mark. (1999). The Globalization of Crime. Cambridge: Cambrdige University Press. Jojarth, Christine. (2009). Crime, War and Global Trafficking. New York: Cambridge University Press. Mieczkowski, Thomas. (1992). Drugs, Crime, and Social. London: Allyn and Bacon. Roth, Mitchel P. (2010). Global Organized Crime. California: ABC CLIO. Schendel, William van dan Itty Abraham. (2009). Illicit Flows and Criminal Things: States, Borders, and the Other Side of Globalization. New York: Indiana University Press Scherrer, Amandine. (2009). G8 Against Transnational Organized Crime.Britain: Cornwall. Shanty, Frank G. (2008). Organized Crime: From Trafficking to Terrorist. California: ABC CLIO. Siswandi. (2011). Pangsa Narkotika Dunia Indonesia. Jakarta Volt, George B. (1979). Theoretical Criminology. Oxford: Oxford University Press.
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Jurnal online:
Bartilow, Horace A. dan Kihong Eom. Free Traders and Drug Smugglers: The Effects of Trade
Openness
on
State’
Ability
to
Combat
Drug
Trafficking.
http://search.proquest.com/docview/200246843/fulltextPDF/13AD8E15790436C0FA/ 1?accountid=17242. Diakses pada tanggal 22 Oktober 2012. Kellner, Douglas. (2002). Theorizing Globalization, American Sociological Association. http://www.jstor.org/stable/pdfplus/3108613. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2012. Le, Vy dan Mark Lauchs. (2010). Models of South-East Asian Organised Crime Drug Operations
in
Queensland.
Asian
Criminology.
http://link.springer.com/article/10.1007/s11417-011-9124-9. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2012.
Jurnal dokumen:
Ozgul, Muammer Yasar Ozgul. (1999). An Overall Assessment of Transnational Organized Crime. UNAFEI Resource Material Series. No. 54. Hal 181-194
Berita:
Gatra. 2013. Klub Mati Kejahatan Narkoba. Gatra Edisi 20: Hukum Mati Bandar Narkoba. Hal 23-24. Kompas,
Ancaman
Darurat
Narkotika.
Diakses
melalui:
http://nasional.kompas.com/read/2012/03/13/09585577/Ancaman.Darurat.Narkotika Kompas, Jaringan Antarkampung Kuasai Narkoba Asia Tenggara. Diakses melalui: http://megapolitan.kompas.com/read/2009/02/19/05533631/Jaringan.Antarkampung.K uasai.Narkoba.Asia.Tenggara
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013
Republika, Wah RI Jadi Pasar Empuk Jaringan Narkoba Malaysia. Diakses melalui: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/06/06/m56xdq-‐wah-‐ri-‐jadi-‐pasar-‐ empuk-‐jaringan-‐narkoba-‐malaysia
The Star, Malaysian Drug Dealer Gets 30 Years’ Jail in Thailand. Diakses melalui: http://thestar.com.my/news/story.asp?file=/2009/8/5/nation/20090805133616&sec=na tion
Skripsi:
Hidayati, Diah Ayu N. (2000). Pola Kejahatan Narkotika dan Psikotropika di Indonesia Tahun 1999 (Sebuah Analisa terhadap Pemberitaan Surat Kabar Kompas). Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Skripsi, Tidak Diterbitkan
Modus Operandi..., Siti Pranawaningrum, FISIP UI, 2013