VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA 6.1.
Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Permintaan terhadap karet alam dari tahun ke tahun semakin mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai ekspor total karet alam dunia.
Peningkatan tersebut
mengindikasi adanya peningkatan terhadap
permintaan karena perkembangan dalam dunia industri secara global. Tabel 11 menyajikan nilai ekspor karet alam dunia pada periode tahun 2001-2008. Tabel 11. Nilai Ekspor Karet Alam Dunia Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: International Trade Statistics, 2010
Nilai (000 US$) 3.356.809 4.409.711 6.635.149 8.743.771 9.990.115 15.181.282 16.517.318 19.985.404 11.284.082
Peningkatan konsumsi dunia terhadap karet alam ini memberikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk meningkatkan potensi ekspornya. Indonesia memiliki peluang yang besar pula untuk menjadi eksportir karet alam terbesar dunia, mengingat potensi pengembangan negara pesaing utama karet alam, yaitu Thailand dan Malaysia semakin kekurangan lahan dan sulit mendapatkan tenaga kerja yang murah (Departemen Perindustrian, 2007). Hal ini dapat menjadikan keunggulan tersendiri bagi Indonesia dalam rangka peningkatan industri karet nasional. Indonesia merupakan negara yang memiliki luasan areal terbesar dalam penanaman karet alam. Meskipun demikian tidak menjadikan Indonesia sebagai eksportir terbesar pula. Indonesia merupakan negara pengekspor karet alam ke 67
dua dalam jajaran eksportir karet alam terbesar dunia setelah Thailand. Indonesia mengalami kemajuan yang cukup baik dalam hal ekspor karet alam. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya nilai ekspor dari tahun ke tahun. Tabel 12 menyajikan besaran nilai ekspor karet alam Indonesia periode 2001-2009. Tabel 12. Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Tahun Nilai Ekspor (000 US$) 2001 786.615 2002 1.038.387 2003 1.494.625 2004 2.181.252 2005 2.583.963 2006 4.322.294 2007 4.870.513 2008 6.058.244 2009 3.243.980 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai ekspor karet alam Indonesia dari tahun ke tahun semakin mengalami peningkatan. Pertumbuhan nilai tersebut tidak terlepas dari peningkatan produksi karet alam Indonesia yang secara langsung juga berpengaruh terhadap peningkatan kuantitas ekspornya. Data mengenai besaran volume ekspor karet alam Indonesia disajikan pada Tabel 13. Selain peningkatan pada volume produksi, peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia juga dapat dikatakan sebagai dampak dari membaiknya harga karet Indonesia di pasaran karet alam dunia. Tercatat bahwa pada tahun 2001, harga karet alam Indonesia di pasar dunia sebesar 541 US$/ton. Nilai ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, harga karet alam Indonesia telah mencapai 2.638 US$/ton (International Trade Statistics, 2010).
68
Tabel 13. Volume Ekspor Karet Alam Indonesia Tahun Volume Ekspor (ton) 2001 1.453.694 2002 1.496.381 2003 1.661.972 2004 1.875.059 2005 2.024.608 2006 2.287.053 2007 2.407.848 2008 2.296.476 2009 1.992.001 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Karet alam Indonesia yang diekspor terdiri dari berbagai bentuk. Pada tahun 2005-2006, bentuk yang paling banyak diekspor didominasi oleh jenis karet bentuk SIR, kemudian dalam bentuk sheet, barang dari karet, lateks pekat, dan terakhir dalam bentuk crepe (Zainuddin, 2007). Total ekspor karet alam Indonesia pada tahun 2007 sebesar 2,4 juta ton dengan komposisi crumb rubber/SIR (85%), sheet/RSS (45%), lateks (0,4%), dan lain-lain (0,6%) (Rachman, 2008). Perkembangan nilai ekspor karet yang dicapai Indonesia pada kurun waktu antara tahun 1984 hingga 1991 relatif rendah, secara total hanya 1,4% per tahun. Penurunan nilai ekspor terjadi untuk ekspor bentuk crepe dan RSS. Nilai ekspor komoditas karet yang meningkat cukup besar diperoleh dari ekspor barang dari karet dan sedikit dari ekspor lateks. Rendahnya peningkatan nilai ekspor karet alam Indonesia dalam kurun waktu tersebut selain diakibatkan rendahnya pertambahan volume ekspor, juga disebabkan adanya kecenderungan menurunnya harga karet alam di pasar internasional. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar luar negeri maupun di pasaran domestik tidak terlepas dari pengaruh tingkat produksi karet alam, kebijaksanaan stok dan tingkat konsumsi karet alam dunia.
69
6.2.
Tujuan Ekspor Karet Alam Indonesia Permintaan terhadap karet alam yang semakin meningkat dari tahun ke
tahun membawa dampak bagi perdagangan karet alam Indonesia. Perkembangan dalam dunia industri secara global mengakibatkan pertumbuhan yang cukup pesat dalam perdagangan komoditas ini. Hal ini tentu saja memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan karet nasional. Membaiknya harga komoditas karet alam di pasaran internasional turut mendorong pertumbuhan produksi lokal. Hingga saat ini, perdagangan karet alam Indonesia terpusat ke beberapa negara tujuan utama. Tabel 14 memperlihatkan besaran kuantitas ekspor karet alam Indonesia ke beberapa negara tujuam ekspor utama. Tabel 14. Kuantitas Ekspor Karet Alam Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Utama Negara Tujuan (ton) Tahun USA Jepang China Singapura Jerman 2001 517.187 151.695 136.764 78.387 62.461 2002 593.143 208.245 46.022 72.651 62.348 2003 598.310 228.957 107.724 79.317 73.313 2004 627.667 225.390 197.598 86.102 71.808 2005 669.120 260.812 249.791 115.614 61.974 2006 590.947 357.828 337.223 136.124 82.100 2007 644.270 398.025 341.821 162.032 80.809 2008 622.167 400.891 318.841 152.062 57.705 2009 394.307 273.022 457.118 100.742 36.638 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Karet alam Indonesia diperdagangkan di berbagai negara di dunia. Negaranegara yang menjadi tujuan utama ekspor karet alam Indonesia hingga saat ini adalah Amerika, Jepang, dan China (Tabel 14). Lebih dari 50% ekspor karet alam Indonesia diserap oleh ketiga negara tersebut. Berdasarkan data dapat terlihat bahwa ekspor karet alam Indonesia terbesar ditujukan ke Amerika Serikat. Meskipun kuantitas ekspor karet Indonesia ke negara ini cenderung meningkat, namun dalam perkembangannya, persentase volume ekspor ini cenderung
70
mengalami penurunan terhadap total kuantitas ekspor karet alam Indonesia. Trend perkembangan persentase volume ekspor karet alam Indonesia tersebut terlihat
%
sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 6 dibawah ini. 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 2000
USA Jepang China Singapura Jerman 2002
2004
2006
2008
2010
Tahun Sumber: International Trade Statistics (diolah), 2010
Gambar 6. Persentase Volume Ekspor Karet Alam Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan Ekspor Utama (%) Hubungan dagang yang terjalin antara ASEAN dan China (ACFTA) yang dimulai sejak tahun 2004 membawa dampak terhadap ekspor karet alam Indonesia ke negara ini (Departemen Perdagangan, 2010). Hal ini dapat terlihat dari semakin meningkatnya volume ekspor karet alam Indonesia sejak tahun tersebut. Tercatat terjadi peningkatan persentase ekspor karet alam Indonesia ke China terhadap ekspor total karet alam Indonesia dari 6,5% pada tahun 2003 menjadi 10,5% pada tahun 2004. Peningkatan persentase volume ekspor ini dalam perkembangan selanjutnya terus mengalami kemajuan. Hal ini terjadi salah satunya karena meningkatnya perekonomian China yang ditandai dengan peningkatan dalam bidang industrinya. Novianti dan Hendratno (2008) menyatakan bahwa perkembangan industri ban di China menyebabkan pola konsumsi karet alam negara ini meningkat, di mana peningkatan terbesarnya terjadi pada tahun 2004
71
yaitu sebesar 23,75%. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan terhadap persentase volume ekspor karet alam Indonesia ke negara China dan terjadi penurunan persentase volume ekspor pada negara tujuan ekspor utama yang lain. Perkembangan nilai ekspor karet alam Indonesia dari tahun ke tahun juga semakin meningkat (Tabel 15). Hal itu terjadi karena semakin tinggi pula ekspor ke negara tujuan utama karet alam Indonesia. Nilai ekspor karet alam Indonesia, baik ke Amerika, Jepang, China, Singapura, maupun Jerman dari tahun ke tahun cenderung semakin meningkat. Meskipun kuantitas ekspor ke Amerika mengalami penurunan, misalnya, namun karena harga ekspor karet alam Indonesia yang semakin membaik, maka nilai ekspor karet alam ke negara ini tetap mengalami peningkatan. Tabel 15. Nilai Ekspor Karet Alam Indonesia Ke Negara Tujuan Ekspor Utama Negara Tujuan (000 US$) Tahun USA Jepang China Singapura Jerman 2001 281.743 83.539 68.921 43.918 33.309 2002 398.786 159.823 29.118 54.261 43.239 2003 539.986 213.288 94.924 70.686 66.012 2004 736.014 264.364 226.989 96.320 83.236 2005 852.029 329.993 322.425 144.009 80.302 2006 1.102.015 668.492 650.585 252.668 157.244 2007 1.287.317 806.497 701.054 333.038 165.563 2008 1.634.716 1.054.714 859.142 379.816 156.392 2009 657.644 453.920 693.936 166.483 63.028 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Krisis global yang melanda pada kuartal ke 3 tahun 2008 membawa dampak terhadap kuantitas maupun nilai ekspor karet alam Indonesia ke negaranegara tujuan utama. Terlihat pada tahun 2009, terjadi penurunan nilai ekspor karet alam Indonesia ke negara-negara tersebut. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kuantitas ekspor karet alam yang dilakukan oleh ITRC akibat
72
menurunnya permintaan global terhadap karet alam. Selain karena adanya penurunan kuantitas ekspor karet, penurunan terhadap nilai ekspor ini juga disebabkan oleh melemahnya harga karet alam di pasaran internasional.
6.3.
Perkembangan Ekspor Karet Alam Negara Pesaing Dalam kancah perdagangan internasional, persaingan tidak dapat
terhindarkan. Setiap persaingan pasti akan melibatkan beberapa pesaing, begitupun dengan perdagangan karet alam. Dalam hal ini, karet alam di pasar internasional didominasi oleh sedikitnya tiga eksportir utama, yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia. Meskipun demikian, keberadaan Vietnam kini juga patut diperhitungkan, mengingat peningkatan nilai ekspornya yang semakin membaik. Tabel 16 memperlihatkan perkembangan kuantitas ekspor negara eksportir utama karet alam di pasar internasional pada periode tahun 2001 hingga 2009. Tabel 16. Kuantitas Ekspor Negara Pesaing Utama Karet Alam Dunia Tahun Thailand Malaysia 2001 2.549.748 820.891 2002 2.785.088 886.966 2003 3.107.760 946.877 2004 3.021.938 1.109.380 2005 2.952.191 1.128.174 2006 3.056.972 1.132.408 2007 2.966.128 1.018.052 2008 2.832.071 915.651 2009 2.741.045 703.080 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Adapun nilai ekspor masing-masing eksportir tersebut disajikan pada Tabel 17. Thailand yang merupakan pemegang utama ekspor karet alam masih mendominasi ekspornya yang mana negara ini mampu mengekspor karet alam sejumlah 2,7 juta ton pada tahun 2009 dengan nilai 4,3 milyar US$. Meskipun demikian, nilai tersebut bukanlah nilai tertinggi ekspor karet alam Thailand.
73
Kuantitas ekspor tertinggi Thailand dicapai pada tahun 2003 yang mana Thailand mengekspor karet alam sejumlah 3,1 juta ton. Namun nilai tertingginya diperoleh justru di tahun yang berbeda, yaitu tahun 2008 yang mana ekspornya hanya sebesar 2,8 juta ton dengan nilai ekspor 6,72 milyar US$. Perbedaan antara nilai dan kuantitas ekspor tersebut diindikasi dari harga karet alam yang semakin mengalami perbaikan (meningkat) dari tahun ke tahun. Tabel 17. Nilai Ekspor Negara Pesaing Utama Karet Alam Dunia (000 US$) Tahun Thailand Malaysia 2001 1.321.208 496.454 2002 1.737.762 655.775 2003 2.796.830 942.848 2004 3.414.560 1.371.326 2005 3.694.645 1.528.476 2006 5.430.350 2.246.584 2007 5.640.503 2.135.917 2008 6.720.964 2.431.235 2009 4.315.650 1.267.076 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Malaysia yang merupakan eksportir ke tiga terbesar karet alam juga mengalami peningkatan nilai ekspor terhadap komoditas ini. Meskipun demikian, sejak tahun 2007 kuantitas ekspor karet alam Malaysia cenderung menurun. Hal ini dikarenakan produksi karet alam Malaysia yang semakin rendah. Tercatat produksi pada tahun 2007 sebesar 1,2 juta ton, menurun dari 1,28 juta ton pada tahun sebelumnya (Food And Agriculture Organization, 2010). Menurut laporan dari Departemen Statistik Malaysia (2010), pada tahun 2009 produksi karet alam negara ini hanya sebesar 857 ribu ton. Penurunan tersebut terjadi karena makin berkurangnya areal sadap karet Malaysia akibat alih fungsi lahan, yaitu dari seluas 750 ribu hektar pada tahun 2008 menjadi 590 ribu hektar pada tahun 2009 (Association of Natural Rubber Producing Countries, 2010).
74
Karet alam merupakan produk perkebunan yang sangat rentan terhadap perubahan harga. Fluktuasi yang terjadi dapat diakibatkan oleh berbagai hal, baik faktor internal maupun eksternal. Sensitifitas harga tersebut mendorong tiap negara untuk terus melakukan rekonstruksi terhadap produk masing-masing sehingga dapat terus bertahan dan tetap memiliki daya saing yang cukup kuat di pasar internasional. Perkembangan yang demikian kemudian mendorong negara-negara pengekspor karet melakukan suatu upaya untuk menstabilkan harga karet. Upaya tersebut diwujudkan dengan terbentuknya suatu perusahaan patungan karet alam bernama “International Rubber Consortium Limited (IRCo)” pada tahun 2002. Pendirian lembaga ini lambat laun terbukti dapat memperbaiki harga ekspor karet alam di pasar internasional. Peningkatan yang terjadi pada nilai ekspor karet alam Malaysia pun juga disebabkan karena semakin membaiknya harga karet alam dunia. Hal tersebut dapat terlihat sebagaimana disajikan pada Tabel 18 berikut ini. Tabel 18. Harga Ekspor Karet Alam Negara Eksportir Utama (US$/ton) Tahun Thailand Indonesia Malaysia 2001 518 541 605 2002 624 694 739 2003 900 899 996 2004 1.130 1.163 1.236 2005 1.251 1.276 1.355 2006 1.776 1.890 1.984 2007 1.902 2.023 2.098 2008 2.373 2.638 2.655 2009 1.574 1.629 1.802 Sumber: International Trade Statistics, 2010 Sayangnya, peningkatan harga karet dunia tidak berlangsung lama. Krisis global yang melanda pada kuartal ke 3 tahun 2008 menyebabkan melemahnya industri otomotif yang berakibat pada menurunnya permintaan terhadap karet alam. Hal ini membawa dampak terhadap jatuhnya harga karet alam di pasaran
75
dunia (Sore, 2010). Menghadapi masalah tersebut, ITRC (International Tripartite Rubber Council) yang merupakan perkumpulan dari tiga negara eksportir karet alam dunia menetapkan adanya pengurangan volume ekspor karet alam dengan tujuan mempertahankan harga karet alam. Pengurangan itu bukan tanpa sebab, mengingat krisis global menyebabkan turunnya permintaan karet alam dunia hingga 1 juta ton. Kesepakatan pengurangan total ekspor karet alam ketiga negara tersebut pada tahun 2009 mencapai 915 ribu ton yang masing-masing ditetapkan sebanyak 700 ribu ton melalui skema kesepakatan tiga negara (Agree Export Tonnage Scheme=AETS) dan 215 ribu ton dari peremajaan pohon karet di tiga negara tersebut. Penurunan yang dilakukan pada triwulan pertama tahun 2009 sendiri sejumlah total 270 ribu ton, dengan pembagian 132 ribu ton untuk Thailand, 116 ribu ton untuk Indonesia, dan 22 ribu ton untuk Malaysia (Hanggokusumo, 2008 dalam AntaraNews, 2008).
76