eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2015, 3 (1): 103-116 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2015
UPAYA DIPLOMASI BISNIS INDONESIA DALAM MENINGKATKAN EKSPOR KARET ALAM KE CHINA David Patriot1 NIM. 0902045130
Abstract Rubber was the most commodity export amount increased. Indonesia was one of the world’s major manufacturers of rubber than Thailand and Malaysia. In 2008, china had financial crisis due to the decline in the exchange rate of Yen against US dollar which affected to the stock exchange of SHFE ( SHANGHAI FUTURE EXCHANGE) which is a measure of the price of rubber in China, thus it caused a decline in demand and price of rubber. Indonesia with a few countries that produced rubber made several attempts to restore export and rubber prices to a level that remunative. This research was motivated by the decline in rubber prices which caused a great impact because the ownership rubber 85% belong to the People that the most affected. The purpose of the research was to describe the obstacles faced and efforts made by the government of Indonesia in the natural rubber exports to China. Balance supply with demand is predicted to recover rubber demand and price of rubber. This type of research is descriptive, which illustrates the obstacles encountered and efforts made by the Government of Indonesia in the natural rubber exports to China. The results of this research indicate that in order to stabilizing demand and price of rubber, Indonesia continues to make efforts at diplomacy to the export destinations, also campaigns standard International Rubber (SIR) in Indonesia to improve outcomes BOKAR free of contaminants, as well as the establishment of a network of fellow fund partner search rubber manufacturers worldwide including ITRC (International Tripartitte rubber Council) which has several ways in an effort to improve the reprice the rubber, which is also incorporated inside the country of Indonesia, Thailand and Malaysia. Keyword : Indonesian effort, Indonesian attempts to increase export, increase in export
1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
Pendahuluan Karet alam merupakan salah satu komoditi utama yang jumlah ekspornya semakin meningkat. Melalui ekspor suatu negara dapat meningkatkan perekonomian negara tersebut. Dengan areal perkebunan terbesar di dunia, Indonesia bersama dengan Malaysia dan Thailand, merupakan tiga negara terbesar pemasok utama karet dunia,(Didit Setiawan Heru, 2008:13) sebagai pemasok karet alam bagi dunia melihat peluang dan sekaligus mencoba untuk mencari pasar-pasar potensial untuk dapat mempertahankan suatu hubungan perdagangan yang seimbang dengan negara-negara maju dan mulai mempersiapkan diri dalam menghadapi era perdagangan bebas, yang juga merupakan langkah strategis bagi kepentingan nasional. Indonesia dapat melihat ini merupakan sebuah peluang dan mengambil kebijakan untuk meningkatkan hasil produksi karet alamnya. Namun di tahun 2009 China mengalami krisis finansial yang memberikan dampak ke berbagai sektor, terutama di sektor industri otomotif yang merupakan produk konsumen yang pada saat itu sedang sangat berkembang, yang juga penjualannya sangat sensitive dengan perekonomian dunia. Banyaknya hasil produksi dari bahan karet berdampak kepada sektor industri ban dan karet yang paling banyak mengkonsumsi karet alam, yang secara otomatis akan mengurangi produksinya akibat krisis, sehingga hal ini akan berlanjut pada penurunan permintaan karet, terkait dengan permasalahan standar mutu karet alam, yang juga menyebabkan faktor penurunan harga.(www.tiongkokturunkanhargakaret.com) China merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia untuk beberapa komoditi tertentu, krisis keuangan yang menimpa China juga berdampak di Indonesia, yang terlihat dari turunnya harga rupiah yang terus melemah,ekspor menurun, karena berkurangnya permintaan karet yang paling merasakan dampaknya karena 26,7% karet Indonesia diekspor ke China, akibat krisis ini dan penurunan harga karet di pasaran menjadi anjlok. (www.kebijakanIndonesia.com) Dikarenakan China mengalami krisis yang juga menyebabkan penurunan harga, sehingga mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke negara tujuan utama tersebut. Penurunan permintaan karet ini membuat para petani karet yang selama ini mengandalkan pemasukan sehari-hari hanya dari berjualan karet mengalami kesulitan dalam pendapatan. Akibat dampak dari krisis finansial di China itu menyebabkan harga ekspor turun dan berimbas harga bokar (bahan olahan karet) di pabrikan dan petani. Peranan karet dan barang karet terhadap ekspor nasional tidak dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan produsen karet kedua terbesar dunia setelah Thailand. Dengan posisi yang cukup strategis, karet diharapkan menjadi salah satu penggerak ekonomi Indonesia. Untuk itulah upaya pemerintah Indonesia sangat diperlukan dalam melihat peluang ini agar ekspor karet kembali pulih seperti sebelumnya.
104
Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia tentang Ekspor Karet Alam ke China (David Patriot)
Kerangka Dasar Teori 1. Konsep Perdagangan Internasional Perdagangan Internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. (Hamdy, 2001:74) Banyak manfaat dalam melakukan perdagangan Internasional, diantaranya sebagai berikut : a. Efesiensi Melalui perdagangan internasional, setiap negara tidak perlu memproduksi semua kebutuhannya, tetapi cukup hanya memproduksi apa yang bisa diproduksinya dengan cara yang paling efesien dibandingkan dengan negaranegara lain. Dengan demikian, akan tercipta efesiensi dalam pengalokasian sumber daya ekonomi dunia. b. Perluasan konsumsi dan produksi Perdagangan internasional juga memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara. c. Peningkatan produktifitas Negara-negara yang berspesialisasi dalam memproduksi barang tertentu akan berusaha meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian mereka akan tetap unggul dari negara lain dalam memproduksi barang tersebut. d. Sumber penerimaan negara Dalam perdagangan internasional juga bisa menjadi sumber pemasukan kas negara dari pajak-pajak ekspor dan impor. Menurut Sumual, faktor yang memepengaruhi peningkatan ekspor secara umum dapat digolongkan menjadi 2 yaitu faktor yang berasal dari luar (eksternal faktor) dan faktor yang berasal dari dalam (internal faktor), faktor dari luar yang mempengaruhi ekspor antara lain dapat diakibatkan oleh: 1. Kebijaksanaan Pemerintah Perkembangan ekspor dipengaruhi strategi yang dipilih oleh negara berkembang dalam melaksanakan industrialisasi, industri tidak dapat dikatakan menghambat perkembangan ekspor, tetapi strategi yang dipilih mempengaruhi pertumbuhan ekspor yang berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi. Peran pemerintah dalam promosi ekspor merupakan modal awal untuk perusahaan memperkenalkan produknya untuk memasuki pasar internasional, sehingga kebijaksanaan ini bisa mendorong perusahaan untuk meningkatkan kinerja ekspornya menjadi lebih baik. Disamping itu kebijakan melalui proteksi terhadap industri baru lebih dominan, dimana pemerintah memaksa industri baru untuk menggunakan target ekspor untuk melakukan produksi dengan cepat pada tingkat harga dunia. 2. Sosial Budaya Lingkungan sosial budaya perlu mendapat perhatian yang baik dari perusahaan. Karena setiap negara memiliki kultur sosial yang berbeda satu sama lainnya. Perbedaan ini hendaklah bisa dijadikan suatu peluang yang baik bagi perusahaan dalam menjual produknya. Dengan memahami kultur, nilai, sikap,
105
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
bahasa, kebiasaan dan tata krama negara tujuan dengan baik setidaknya memberikan nilai tambah bagi perusahaan dalam memperlancar produknya memasuki pasar negara tersebut. 3. Politik Ditinjau dari perspektif ekonomi industri, faktor politik dapat menjadi penghalang dalam melakukan ekspor ke suatu negara. begitu juga dengan undang-undang yang diberlakukan pada suatu negara dapat menjadi penghalang perdagangan internasional. Misalnya kebijakan tarif yang diterapkan oleh suatu negara akan meningkatkan harga jual suatu produk, sehingga sulit bersaing dengan produk lainnya (Baldauf, 2000). Untuk itu, perusahaan perlu hati-hati dalam memasuki pasar dalm suatu negara. Sebab, setia negara memiliki kontol terhadap perdagangan asing yang masuk ke negaranya. 4. Perkembangan nilai tukar mata uang utama negara-negara industri. Sedangkan faktor dari dalam disebabkan oleh karateristik suatu perusahaan yang akan menentukan keunggulan komparatif perusahaan. Karakteristik perusahaan terdiri dari : 1. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan mempengaruhi alokasi sumber (sumber daya alam, sumber daya modal, sumber daya manusia), kapasitas produksi (jumlah volume produksi yang dipengaruhi oleh permintaan pasar) dan skala ekonomi (kelas ekonomi pasar yang dituju), kesemuanya ini mempunyai hubungan positif dengan kinerja ekspor. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi kinerja ekspornya. Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari jumlah tenaga kerjanya, siklus produk maupun lokal penjualan ekspornya. 2. Pengalaman ekspor Disamping ukuran perusahaan, kinerja ekspor juga ditentukan oleh pengalaman perusahaan dalam kegiatan ekspor, dimana semakin berpengalaman suatu perusahaan dalam kegiatan ekspor maka kinerjanya juga semakin tinggi. Keahlian suatu perusahaan dalam mengekspor suatu produk memungkinkan perusahaan ini untuk bertahan dalam pasar ekspor dalam jangka waktu yang lama. 2. Teori Komparatif Advantage Keunggulan Kompetitif yang merupakan penyempurnaan dari teori Keunggulan Komparatif. Pada konsep Keunggulan Kompetitif, keunggulan suatu negara tidak hanya bersumber dari faktor alamiah saja. Konsep Keunggulan Kompetitif menurut Porter menjelaskan bahwa daya saing suatu industri dari suatu bangsa atau negara tergantung pada keunggulan dari empat atribut yang dimilikinya, yang terkenal dengan sebutan The Diamond of Porter yang terdiri dari: (1) kondisi faktor; (2) kondisi permintaan; (3) industri terkait dan penunjang; (4) strategi, struktur dan persaingan perusahaan. Keempat atribut tersebut secara bersamasama dan ditambah dengan kesempatan, serta kebijakan pemerintah yang kondusif
106
Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia tentang Ekspor Karet Alam ke China (David Patriot)
untuk mempercepat keunggulan dan koordinasi antar atribut tersebut; kesemuanya akan mempengaruhi kemampuan bersaing suatu industri suatu negara. Berdasarkan analisis Ohlin yang menyatakan bahwa negara berdagang untuk memperoleh keuntungan dari perbedaan sumberdaya alam yang mereka miliki serta adanya fenomena dimana daerah akan berspesialisasi berdasarkan keunggulan komparatif yang mereka miliki. Dalam prinsipnya menyatakan bahwa dalam suatu negara, daerah-daerah yang menghasilkan barang-barang yang lebih murah dibandingkan dengan daerah lainnya, dan harga suatu barang ditentukan oleh unsur tenaga kerja. Kecenderungan akan persamaan gaji (upah) dalam suatu negara mengakibatkan harga barang-barang sama tingginya dengan harga tenaga kerja. (Charles P. Kindleberger, 1956:78) Alasan yang mendasari perumusan di atas adalah bahwa barang-barang akan selalu diproduksi di negara yang biaya produksinya terendah. (Paul R. Krumagman, 2003:32) Teori nilai kerja (the theory of value) bagi kaum klasik yang berlaku bagi perdagangan dalam satu negara, tidaklah dapat diterapkan di dalam perdagangan antar negara. Selain itu, untuk menentukan upah relatif dalam perekonomian banyak barang, kita harus memperhatikan permintaan relatif atasbarang tersebut sehingga kita mengetahui permintaan relatif untuk tenaga kerja. Ini bukanlah permintaan langsung konsumen, melainkan permintaan turunan (derived demand) yang berasal dari permintaan atas barang-barang yang diproduksi oleh tenaga kerja di masing-masing negara. Permintaan turunan relatif bagi tenaga kerja Domestik akan merosot jika di Domestik terhadap Asing meningkat. Ada dua alasan mengapa terjadi demikian. Pertama, jika tenaga kerja Domestik makin mahal relatif terhadap asing, barangbarang yang diproduksi di Domestik juga relatif lebih mahal, dan permintaan dunia atas barang-barang ini menurun. Kedua, karena upah di Domestik meningkat, Domestik akan memproduksi lebih sedikit barang dan Asing akan memproduksi lebih banyak, yang pada gilirannya menurunkan pemrintaan terhadap tenaga kerja Domestik. 3. Teori Diplomasi Bisnis Dalam hubungan internasional, diplomasi tidak selalu dilakukan oleh pemerintah. Masing-masing trek memiliki perbedaan tujuan dan aktor. Trek atau jalur yang diurutkan dari satu sampai sembilan didasarkan pada urgensi kepentingan para aktor di jalur tersebut. Dalam skripsi ini, diplomasi trek tiga menjadi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan. Dalam trek tiga, diplomasi dilakukan untuk kepentingan bisnis. Diplomasi jalur tersebut dilakukan oleh pemerintah dan/atau perusahaan-perusahaan. Diplomasi trek ini disebut juga diplomasi komersial atau diplomasi bisnis karena mengurusi perdagangan internasional dan urusan ekonomi internasional lain. Diplomasi bisnis atau komersial yang dilakukan pemerintah berhubungan dengan kebijakan perdagangan dan hubungan kerjasama dengan negara lain. Sementara itu, diplomasi yang dilakukan pihak swasta atau perusahaan terkait dengan aktivitas tujuan bisnis perusahaan itu sendiri. Kepentingan ekspansi pasar dan
107
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
pencarian sumber daya atau bahan baku menjadi alasan perusahaan melakukan diplomasi. (Louise Diamond dan John Mcdonald, 1996:11) Perusahaan multinasional beroperasi melintasi batas negara. Ada kepentingan di negara yang akan dituju memerlukan komunikasi yang baik agar tidak timbul konflik. Diplomasi memiliki arti penting sebagai saluran komunikasi antara perusahaan dengan pemerintah negara yang dituju, perusahaan dengan perusahaan yang akan diajak kerjasama dinegara lain, dan perusahaan dengan warga negara yang dituju Ada empat isu faktor penyebab munculnya diplomasi trek tiga atau diplomasi bisnis ini. Diplomat yang diutus perusahaan untuk negosiasi di negara lain dituntut menguasai semua kemampuan tersebut jika ingin menang di setiap kepentingan. (Oliver Naray,2008:4) Faktor-faktor tersebut sebagai berikut a. Pencarian pasar yang belum tercapai (intelijensia bisnis) Dilpomasi bisnis semula ditujukan untuk meraih pasar yang nyata saja, seperti bahan baku dan tenaga kerja. Namun, aspek yang tidak tampak (intangible) seperti psikologi, budaya, dan politik tidak diketahui. Hal itu yang mengakibatkan konflik antara emperium bisnis dengan aktor politik (negara). Untuk mengatasi gap tersebut, diplomasi diperlukan. Konsep ini menggabungan dua unsur penting dalam aktivitas manusia di dunia, yakni eknomi dan politik. Keberadaan atase dan duta besar atau diplomat bisnis membantu perusahaan memperoleh informasi yang tidak terlihat tersebut. b. Pencitraan negara asal Sejak perkemabngan perusahaan multinasional, negara dan perusahaan seperti tidak terpisahkan dalam ekonomi-politik internasional. Perusahaan bagian dari negara karena statusnya warga negara jika di dalam negeri. Di luar negeri, status negara dan perusahaan bisa setara mengingat pengaruh dan kepentingan yang berbeda di negara lain. Untuk mengkomunikasikan kepada negara tujuan investasi, diplomasi menjadi alat bantu yang efektif. c. Pembentukan jaringan dan pencarian partner Faktor jelas menjadi hal umum bagi perusahaan atau aktor diplomasi bisnis lain. Pembentukan jaringan dan pencarian berkaitan dengan rantai komoditi global dan rantai nilai global. d. Resolusi konflik Seperti dijelaskan di atas, investasi asing masuk ke suatu negara bukan tanpa hambatan. Konflik bisa terjadi di awal atau di kemudian hari. Kepentingan yang berbeda-beda yang tidak dikompromikan bisa menimbulkan konflik. Sebelum terjadi, diplomasi perlu dilakukan terlebih dulu agar urusan ekonomi tidak terganggu. e. Dukungan perwakilan diplomatik dan ekonomi pemerintah Hal ini berlaku bagi negara maju atau yang pejabat kedutaann negaranya memiliki kemampuan baik dalam diplomasi. Banyak informasi dan keakuratan data menjadi hal penting. Ketika swasta bisa berkolaborasi dengan kedutaan, investasi mudah dilakukan. f. Fokus kekuatan strategi Berbicara ekonomi berarti berbicara strategi kompetisi perusahaan. Perusahaan multinasional memiliki keunggulan kompetitif yang berbeda-beda.Untuk mendukung pelaksanaan strategi tersebut, diplomasi bisnis menjadi hal yang dibutuhan perusahaan atau aktor lainnya. Untuk menjalankan diplomasi, perusahaan
108
Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia tentang Ekspor Karet Alam ke China (David Patriot)
perlu tenaga ahli diplomasi. Di Jepang, banyak perusahaan yang mengandalkan mantan pejabat publik atau mantan diplomat untuk dijadikan ujung tombak negosiasi-negosiasi yang memiliki urgensi tinggi. Kemampuan para mantan pejabat negara tersebut dinilai mampu membantu pencapaian kepentingan perusahaan. Apalagi, para mantan pejabat sudah tidak asing dengan urusan birokrasi dan politik yang sering tidak dikuasai profesional murni di perusahaan. Sebaliknya, para diplomat ini akan dituntut profesional mengikuti nilai-nilai perusahaan, sesuatu yang tidak terlalu diperhatikan di organisasi pemerintah. (Raymond Saner,2008:16)
Metode Penelitian Metodologi penelitian deskriptif, yaitu menggambarkan kendala dan upaya Pemerintah Indonesia dalam ekspor karet alam ke China. Data yang disajikan merupakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah pustaka dari berbagai literatur yang menyangkut permasalahan seperti buku, jurnal, koran, majalah dan situs internet. Teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa data kualitatif. Hasil Penelitian Indonesia melakukan beberapa upaya yang dapat dijelaskan melalui beberapa konsep dan teori yang didalamnya lebih menekankan pada upaya suatu negara untuk memproduksi barang-barang permintaan pasar untuk pemenuhan permintaan pasar dunia. Terutama di sektor-sektor yang tidak membutuhkan modal besar dan teknologi yang kompleks dan canggih. Pemenuhan permintaan pasar dapat dilakukan dengan perdagangan Internasional karena setiap negara mampu memproduksi barang yang berbeda. Cara yang dilakukan suatu negara untuk melakukan perdagangan Internasional adalah dengan cara melakukan ekspor, yakni dengan menjual barang yang berasal dari dalam negeri untuk dijual ke negara lain. Adanya ekspor secara luas ke berbagai negara memungkinkan peningkatan jumlah produksi yang mendorong pertumbuhan ekonomi. A. Perkembangan Perdagangan Karet Indonesia ke China Sektor perkebunan adalah salah satu penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia. Hal ini wajar apabila dilihat dari keunggulan perekonomian Indonesia yang lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis sumber daya alam dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal. Komoditi karet alam adalah salah satu komoditi unggulan yang menjadi primadona ekspor Indonesia. Tanaman karet dapat berproduksi sepanjang tahun di Indonesia dan hampir semua daerah di Indonesia cocok untuk ditanami karet. Hal tersebut yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara produsen karet di dunia. Perdagangan Internasional adalah suatu perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk dalam hal ini adalah berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara dunia perdagangan internasional merupakan salah satu faktor utama dalam
109
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
meningkatkan GDP (Gross Domestic Product). Salah satu bentuk perdagangan Internasional tersebut adalah ekspor. Ekspor karet alam Indonesia antara lain ke negara Rusia, Amerika Serikat, Jepang, dan China. Di tahun 2005-2009 ekspor karet Indonesia ke China mengalami ketidakstabilan yaitu tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 ekspornya meningkat, namun di tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan. Dalam mengatasi terus merosotnya harga karet alam, Sidang ke-14 ITRC tanggal 12-13 Desember 2008 di Bogor sepakat melakukan langkah-langkah/tindakan sebagai berikut : I. Implementasi Supply Management Scheme (SMS) Pelaksanaan SMS ini ialah mengenai skema penstabilan harga yang sebagaimana telah disepakati ketiga negara, yaitu: a. Apabila harga karet alam pada suatu saat turun hingga menyentuh pada tingkat reference price yang telah disepakati, maka perlu dilaksanakannya langkah-langkah Supply Management Scheme (SMS) dan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS)*. [Dalam “Joint Ministerial Declaration (Bali Declaration) 2001”, ketiga negara telah sepakat melaksanakan pengurangan produksi sebesar 4%setiap tahunnya dalam jangka waktu tertentu melalui mekanisme SMS, dan melakukan pengurangan ekspor sebesar 10% melalui mekanisme AETS. Kebijakan AETS dan SMS mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2002]. Pengurangan ekspor karet sebesar 915.000 ton terdiri dari 700.000 ton melalui skema kesepakatan ketiga negara (Agreed Export Tonnage Scheme/ AETS) sedangkan 215.000 ton disebabkan oleh peremajaan pohon karet dengan penebangan pohon yang tidak produktif lagi. Strategi peremajaan lahan karet dinilai cukup baik dengan luas saat ini mencapai 3,4 juta ton hektar sehingga lahan tersebut di optimalkan melalui peremajaan diharapkan akan meningkat sekitar 20%-30%. Dalam peremajaan tersebut, tidak semua pohon karet diremajakan. Jika petani memiliki 2 hektar kebun karet, maka 50% atau 30% saja yang diremajakan yaitu kebun yang tanaman karetnya sudah berusia di atas 25 atau 30 tahun. b. Apabila harga karet alam terus menurun secara drastis dan mekanisme SMS maupun AETS tidak berhasil mengangkat harga karet alam pada tingkat harga yang wajar sesuai reference price, maka perlu ada tindakan yang harus dilakukan oleh Board of Directors IRCo (International Rubber Consortium Limited), yang salah satu diantaranya adalah melakukan pembelian karet alam. Ketiga negara sepakat mengurangi produksi sebesar 215 ribu ton selama tahun 2009 melalui program percepatan replanting, dimana Thailand akan mengurangi produksi 100.000 ton, Indonesia 55.000 ton dan Malaysia 60.000 ton. Implementasi Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).
110
Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia tentang Ekspor Karet Alam ke China (David Patriot)
II. Ketiga negara sepakat mengurangi ekspor sebesar 700.000 ton selama tahun 2009. 1. Kuartal I tahun 2009 ketiga negara akan mengurangi ekspor sebesar 270.000 ton dengan rincian Thailand : 132.000 ton, Indonesia : 116.000 ton, Malaysia: 22.000 ton. 2. Pengurangan ekspor pada kuartal I tahun 2009 diatur dengan ratio : Januari 40% dan Februari 35 %. III. Harga ekspor Penurunan ekspor karet alam mempunyai implikasi terhadap penurunan harga karet alam dunia yang signifikan. Turunnya nilai yen dampak dari krisis yang terjadi di China ikut mempengaruhi harga karet alam, harga yang rendah memberikan pukulan yang berat bagi petani dan tenaga kerja Indonesia. Ketiga negara sepakat untuk tidak menjual karet dengan harga dibawah US$ 1,35/kg. Langkah kebijakan penurunan volume ekspor karet untuk mengantisipasi pelemahan permintaan dan harga menyusul krisis global. Jumlah kuota pengurangan ekspor Indonesia sebesar 116.000 ton. Kebijakan pengurangan ekspor itu akan dilakukan evaluasi setiap triwulan, kalau setelah triwulan pertama kebijakan pemangkasan sudah memulihkan harga jual, maka bisa jadi langkah itu tidak dilanjutkan lagi pada triwulan II. Diharapkan dengan kebijakan pengurangan ekspor itu, harga karet di pasar Internasional akan menguat kembali. Meskipun harga karet di pasar Internasional bukan hanya ditentukan faktor persediaan dan permintaan, tapi juga banyak faktor lain seperti harga minyak bumi. IV. Upaya penanganan pelanggaran kontrak Turunnya harga karet alam secara drastis akhir-akhir ini diperparah lagi dengan adanya pelanggaran kontrak. Untuk mengatasi terjadinya pelanggaran kontrak, ketiga negara tersebut melakukan pendekatan dengan masingmasing pemerintah pihak/importirnya melakukan kontrak, guna meminta kerjasamanya dalam mengendalikan praktik-praktik yang tidak sehat ini. Mengurangi ekspor ke negara tujuan adalah salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi dampak krisis yang melanda di China tersebut. Krisis yang menimpa China memberikan dampak negatif terhadap komoditi Indonesia, terutama karet. Karena sebagian besar hasil dari komoditi karet diekspor ke negara tersebut 26,7 %. Akibatnya harga pasaran karet dipasaran anjlok, kondisi ini membuat para petani yang menggantungkan penghasilan dari berjualan karet mengalami kesulitan. Karena kalau dilihat dari segi kepemilikan lahan karet yang ada di Indonesia sebagian besar adalah milik rakyat. Harga karet di prediksikan bisa pulih kembali apabila pasokan bisa dijaga seimbang dengan permintaannya. B. Competitive Advantage Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di garis khatulistiwa yang memiliki lahan dan iklim yang cocok untuk penanaman karet, yang sebagaian besar berada di wilayah sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet
111
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
tahun 2005 tercatat lebih dari 3,2 juta hektar yang tersebar di wilayah Indonesia, yang diantaranya 85% merupakan perkebunan milik rakyat, dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan milik swasta. Produksi karet secara nasioanl pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan pemerajaan dan memberdayakan lahan petani serta lahan kosong/tidak produktif yang sesuai untuk perkebunan karet volume ekspor Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya. 1. Kondisi faktor geografis Indonesia sudah sejak lama melakukan ekspor karet alam ke negara-negara maju di dunia. Negara tujuan ekspor tradisional karet alam Indonesia adalah Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Mulai tahun 2001, Indonesia secara intensif mengembangkan pasar ekspor karet alam ke Negara Cina, India, Brazil, Afrika dan sebagainya. Pangsa pasar karet alam Indonesia ini dapat dimanfaatkan untuk perkembangan volume dan nilai ekspor karet alam Indonesia. Indonesia memiliki kekuatan dalam hal ketersediaan sumber daya alam, kesesuaian iklim dan keberadaan plasma nutfah yang melimpah. Areal perkebunan karet alam Indonesia adalah sebesar 3,4 juta hektar. Total areal perkebunan karet Indonesia adalah luas areal perkebunan yang terluas di dunia dibandingkan negara produsen lainnya. IRSG mencatat bahwa luas areal perkebunan karet alam Indonesia adalah sebesar 50,5 % dari total areal perkebunan karet alam dunia. Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan kondisi dan kekayaan alam Indonesia untuk mengembangkan produksi dan produktivitas karet alam Indonesia. Kekuatan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekspor karet alam Indonesia. 2. Kondisi permintaan Permintaan karet alam dunia semakin meningkat selama periode 2001- 2007. Data IRSG 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar konsumsi karet alam dunia berasal dari negara Amerika Serikat, jepang dan negara-negara kawasan Eropa. Peningkatan konsumsi yang tajam dialami negara China dan tercatat bahwa konsumsi karet alamnya terbesar di dunia yaitu sebesar 2,5 juta ton. Peningkatan permintaan karet alam dunia ini menjadi peluang untuk pengembangan ekspor karet alam Indonesia. 3. Kebijakan pemerintah dalam produksi karet alam Agribisnis karet di Indonesia saat ini masih menghadapi tantangan dan permasalahan. Produktivitas hasil per hektar, terutama produkivitas karet rakyat masih perlu dioptimalkan mendekati produktivitas potensial, dari sekitar 650 kg/ha/tahun pada saat ini menjadi lebih dari 1000 kg/ha/tahun. Kondisi ini erat kaitannya dengan komposisi areal tanaman karet yang didominasi oleh bahan tanaman bermutu rendah dan banyak areal yang kurang produktif yang perlu peremajaan. Rata-rata produktivitas karet nasional masih relatif rendah, dan ekspor karet alam Indonesia sebagian besar (lebih dari 90 persen) berbentuk komoditas primer. Indonesia juga masih ketinggalan dalam pemanfaatan karet \ alam karena belum berkembangnya industri hilir. Nilai tambah dari produk karet masih belum dapat dinikmati oleh petani karet sebagai produsen utama bahan baku. Pendekatan pengembangan Departemen Pertanian Tahun 2006-2010 adalah:
112
Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia tentang Ekspor Karet Alam ke China (David Patriot)
a. Pola pengembangan yang dilakukan harus melibatkan masyarakat, baik melalui pola PIR maupun kemitraan, dan langsung kepada petani b. Bunga kredit 10 persen flat dengan pemberian subsidi bunga dari pemerintah, untuk pemerintah memberikan penjaminan kredit melalui PT. ASKRINDO selama tujuh tahun. c. Pengembangan baru atau perluasan, kepemilikan lahan untuk petani peserta diharapkan maksimal empat ha/KK dan pendapatan mencapai US$ 15002000/KK/Tahun. d. Masyarakat yang terlibat diutamakan masyarakat lokal, sedangkan kekurangannya didatangkan dari luar daerah. Salah satu yang di dapat di unggulkan terlhat dari sumber daya manusianya yang tersedia cukup untuk mengelola lahan perkebunan serta pertanian di Indonesia yang juga banyak lahan untuk dapat memproduksi dalam jumlah banyak dan menghasilkan produk bahan ekspor yang lebih berkualitas jika di lihat dari sumber daya alamnaya, suhu, letak geografis lahan perkebunan di bandingkan dengan negara penghasil karet lainnya seperti Thailand dan Malaysia yang memiliki lahan yang kurang dibandingkan dengan Indonesia. C. Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia ke China Diplomasi yaitu cara-cara dimana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakil-wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingan-kepentingan tertentu atau yang lebih luas melalui surat-menyurat, pembicaraan secara pribadi dengan mengadakan pertukaran pandangan pendekatan, dan kunjungan-kunjungan. Hubungan internasional, diplomasi tidak selalu dilakukan oleh pemerintah. Masing-masing trek memiliki perbedaan tujuan dan aktor. Trek atau jalur yang diurutkan dari satu sampai sembilan didasarkan pada urgensi kepentingan para aktor di jalur tersebut. Masalah perdagangan Indonesia ke China di tahun 2005-2009 khususnya ekspor karet alam menggunakan diplomasi trek tiga. Dalam trek tiga, diplomasi dilakukan untuk kepentingan bisnis. Diplomasi jalur tersebut dilakukan oleh pemerintah dan/atau perusahaan-perusahaan. Diplomasi trek ini disebut juga diplomasi komersial atau diplomasi bisnis karena mengurusi perdagangan internasional dan urusan ekonomi internasional lain. Diplomasi bisnis atau komersial yang dilakukan pemerintah berhubungan dengan kebijakan perdagangan dan hubungan kerjasama dengan negara lain. Sementara itu, diplomasi yang dilakukan pihak swasta atau perusahaan terkait dengan aktivitas tujuan bisnis perusahaan itu sendiri. Kepentingan ekspansi pasar dan pencarian sumber daya atau bahan baku menjadi alasan perusahaan melakukan diplomasi. Perusahaan multinasional beroperasi melintasi batas negara. Ada kepentingan di negara yang akan dituju memerlukan komunikasi yang baik agar tidak timbul konflik. Diplomasi memiliki arti penting sebagai saluran komunikasi antara
113
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
perusahaan dengan pemerintah negara yang dituju, perusahaan dengan perusahaan yang akan diajak kerjasama dinegara lain, dan perusahaan dengan warga negara yang dituju. Adapun upaya diplomasi bisnis Indonesia ke China, yaitu dengan: 1. Pencitraan negara asal Upaya peremajaan dan penanaman baru tanaman karet dilakukan untuk memacu peningkatan pruduktivitas serta kualitas karet alam yang baik serta penyuluhan dari sektor hulu ke hilir yang merata sehingga juga memperbaiki kualitas BOKAR (Bahan Olahan Karet) yang bebas dari kontaminan dan campuran sehingga memenuhi kualitas dan mutu karet alam yang memenuhi standar internasional. 2. Pembentukan jaringan dan pencarian partner Indonesia yang tergabung dalam ITRC (International Tiparthe Rubber Council) yang disepakati oleh tiga negara besar produsen karet alam ialah Indonesia, Thailand dan Malaysia. Berdasarkan perjanjian tersebut hal-hal yang disepakati antara lain pengurangan ekspor guna menjaga stabilitas harga adapun inti dari perjanjian tersebut menetapkan harga karet yang sudah disepakati oleh 3 negara. (www.ITRC.com) 3. Dukungan perwakilan diplomatik dan ekonomi pemerintah Selain itu, akan terus dilakukan kampanye Standard Indonesian Rubber (SIR), kebijakan yang mengatur sektor karet nasional tercakup dalam Permendag No. 10/M-DAG/PER/4/2008 tentang ketentuan karet alam spesifikasi teknis Indonesia yang diperdagangkan ke luar negeri dan Permendag No. 53/M-DAG/PER/10/2009 tentang pengawasan mutu bahan olah komoditi ekspor SIR yang diperdagangkan. Kemendag terus melakukan diplomasi pada organisasi-organisasi karet internasional dan bekerja sama dengan negara-negara produsen utama karet dunia dan ke China untuk menstabilkan harga keret internasional pada tingkat yang remunatif. 4. Fokus kekuatan strategi Tujuan Indonesia melakukan perluasan ekspor ke pasar potensial adalah untuk memperoleh devisa negara atas nilai ekspor. Peningkatan devisa negara dapat menyebabkan peningkatan PDB. Pasar potensial baru untuk komoditas karet alam ialah negara Cina, Brazil dan India. Strategi perluasan pasar dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang tingginya permintaan karet alam di negara-negara tersebut. Strategi perluasan pasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan skala internasional dalam kemampuan trading, kemampuan promosi dan advokasi terhadap karet alam Indonesia ke negara potensial. Berbicara ekonomi berarti berbicara strategi kompetisi perusahaan. Perusahaan multinasional memiliki keunggulan kompetitif yang berbedabeda. Di Indonnesia terdapat perusahaan karet yang menjadi aktor dan menjadi kekuatan adalah PT. Kirana Megatara dan PT. Jambi Waras. Kedua perusahaan ini yang memiliki pengalaman dan penghargaan di tingkat nasional.
114
Upaya Diplomasi Bisnis Indonesia tentang Ekspor Karet Alam ke China (David Patriot)
Kesimpulan Krisis finansial adalah situasi dimana pasokan uang melebihi permintaan uang. Ini berarti bahwa likuiditas dengan cepat menguap karena uang yang tersedia ditarik dari bank, memaksa bank untuk menjual lain investasi untuk menebus kekurangan atau runtuh.China sedang dilanda krisis keuangan. Penyebab dari krisis tersebut adalah bursa saham yang anjlok. Krisis yang menimpa Amerika tersebut juga berdampak di Indonesia, hal ini terlihat dari harga rupiah yang terus melemah, IHSG yang juga tidak sehat, ekspor menurun, karena berkurangnya permintaan di pasar tradisional yakni ke Amerika Serikat, Jepamg, dan Eropa. Ekspor komoditi karet paling merasakan dampaknya karena 26,7 % karet di ekspor ke China. Akibat krisis ini, harga karet dipasaran semakin menurun. Kondisi itu membuat para petani karet yang selama ini mengandalkan pemasukan sehari-hari hanya dari berjualan karet jadi tambah susah karena kalau diliat dari segi kepemilikan, untuk perkebunan karet ini yang paling banyak adalah perkebunan karet milik petani. Langkah-langkah pemulihan telah dilakukan oleh Indonesia yaitu mempercepat peremajaan karet, pendekatan harga dan pasokan melalui ITRC (International Tripartite Rubber Council), menghimbau petani Indonesia untuk melakukan pengurangan produksi 30% untuk mengimbangi supply and demand. Perkembangan kepasar baru. Diharapkan dengan strategi tersebut ekspor karet Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Yang kemudian dapat meningkatkan keuntungan yang besar ketika harga karet kembali naik. Referensi Buku Heru, Didit Setiawan. Petunjuk Lengkap Budi Daya Karet, Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2008. Hamdy, Ekonomi Internasional dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Jakarta, 2001. Kindleberger, Charles P., Ekonomi Internasional (Terjemahan Bunardhi), Bandung, Aksara Baru, 1965. Krumagman, Paul R. & Obstfeld, Maurice.Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2003. Louise Diamond dan John McDonald. Multitrack Diplomacy: A System Approach to Peace. Connecticut: Kumarian Press. 1996. Raymond Saner, dkk. Business Diplomacy Management: A Core Competency for Global Companies. Academy of Management Executive. Februari 2008 Vol. 14 (1), hal.
115
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 3, Nomor 1, 2015 :103-116
Olivier Naray. Commercial Diplomacy: A Conceptual Overview. Den Haag: University of Neuchatel. Internet International Tripartite Rubber Council (ITRC) terdapat http://www.scribd.com/doc/49627399/10/A-2-1-International-Tripartite Rubber-Council-ITRC. Kebijakan domestik Indonesia, http://ditjenkpi.depdag.go.id/umum/setditjen/buletin.
terdapat
di
dalam
Tiongkok turunkan Harga karet, terdapat dalam http://manado.tribunnews.com/2011/05/10/tiongkok-turunkan-harga-karet.
116