eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (3): 803 -814 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN EKSPOR BUAH TROPIS KE JERMAN 2006-2012
FITRI WAHYU WIAJAYANTI Nim. 0802045071
eJournal Ilmu Hubungan Internasional Volume 2, Nomor 3, 2014
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2014, 2 (3): 803 -814 ISSN 0000-0000, ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2014
STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN EKSPOR BUAH TROPIS KE JERMAN 2006-2012 FITRI WAHYU WIJAYANTI1 0802045071
Abstract This study aims to describe the Indonesian government's strategy to improve the export of tropical fruits to Germany. Indonesia is the one of largest tropical fruits producer country in the world and Germany with high level consumption of tropical fruits without being able to fulfill its market demand. The research type is descriptive analysis where provides an overview of the research object through a sentence, word or image. The data presented is secondary data obtained through a literature review to collect data relevant to the issues discussed in the literature such as books, newspapers, or magazines and websites of the internet. Based on the results of research on the Indonesian government's strategy to increase export of tropical fruits to Germany period 2006-2012, it’s known that the Indonesian government has been actively engaged in efforts to increase of export of tropical fruits to Germany implemented a in the form of certification, counseling or procuring the socialization of the fruit trend in the international market as well as the procurement of innovation in overcoming obstacles such as rising exports standar quality set by the European Union countries including Germany where organic horticultural products or free of chemicals more preferred. Keywords : Export, Tropical Fruits, Strategy Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan iklim Tropis oleh karenanya Indonesia juga dikenal sebagai salah satu penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negaranegara penghasil buah tropis lainnya karena letaknya yang berada tepat di tengah garis khatulistiwa yang menyebabkan negara ini mendapat pancaran matahari yang optimal untuk kebutuhan tanaman dalam berfotosintesis dan juga didukung dengan tanah Indonesia yang subur karena memang rata-rata terbentuk dari tanah gunung berapi yang kaya akan mineral. 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, 2014: 803-814
Kini perdagangan buah tropika di tingkat dunia terus mengalami peningkatan berdasarkan data FAO mengenai perdagangan. Volume ekspor total untuk mangga, manggis dan jambu biji di pasar dunia mencapai 1.178.810 ton dalam tahun 2005. Indonesia berkontribusi sebesar 1.760 ton atau 0,15 persen dari ekspor total dunia. Impor total dunia untuk ketiga komoditas tersebut mencapai 857.530 ton dan untuk Indonesia hanya sebesar 540 ton atau sekitar 0,06 persen. Dalam tahun 2006, ekspor total dari komoditas tersebut menjadi 901.520 ton senilai € 506,3 juta. Indonesia memiliki beragam jenis buah-buahan bermutu yang berpotensi untuk mendatangkan devisa bagi negara. Pada tahun 2006 untuk total ekspor buah Indonesia sebesar 26.236 ton atau senilai € 106.859.691, angka tersebut mengalami penurunan sebesar 39,92 % bila dibandingkan dengan volume ekspor pada tahun 2007 sebesar 15.761 ton atau senilai € 69.260.910. Sedangkan untuk tahun 2008 volume ekspor buah meningkat sebesar 105,50% dibanding tahun sebelumnya yaitu 32.389 ton dengan nilai € 173.696.683. Sampai saat ini pasar ekspor Indonesia terbesar masih terfokuskan pada pasar China yang merupakan pasar terbesar didunia dengan didukung jumlah populasinya yang mencapai 1,3 miliar jiwa. Jerman, Inggris, Prancis dan Belanda merupakan pengimpor terbesar buah segar dan olahan dengan jumlah masing – masing sebesar 47% dan 59% dari nilai impor UE di 2005. Dengan kebutuhan yang besar ini Jerman pun mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasarnya dikarenakan terbatasnya masa atau waktu untuk menanam dan memanen dikarenakan iklim Jerman yang memiliki banyak musim yaitu Musim Semi, Panas, Gugur dan Salju. Meskipun saat ini telah diatasi dengan metode rumah kaca namun metode ini dirasa cukup tidak optimal karena membutuhkan banyak ruang (keterbatasan lahan). Jerman merupakan negara yang terletak di benua Eropa yang saat ini masyarakatnya sedang ramai mengkampanyekan gerakan hidup sehat karena didorong oleh tingginya tingkat kesadaran masyarakatnya akan pentingnya menjaga kesehatan dengan cara olahraga dan pola makan yang sehat yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan tropis yang sudah banyak dikenal akan khasiatnya seperti buah naga, manggis, sirsak, pisang, mangga dan banyak lagi. Slogan hidup sehat yang terkenal adalah “Back to Nature” telah menjadi gaya hidup masyarakat dunia yang baru, yaitu dengan meninggalkan pola hidup bercocok tanam yang menggunakan bahan-bahan kimia non alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan pertanian organik. Pertanian organik sendiri merupakan cara membudidayakan tanaman dengan menggunakan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia. Tujuan dari pembudidayaan organik ini adalah untuk menyediakan bahan pangan yang baik dan aman bagi kesehatan manusia serta aman bagi lingkungan. Pada tanggal 19-21 Januari 2012 Jerman menyambut baik keinginan Indonesia untuk mengekspor komoditas-komoditas pertanian organik dan komoditas buah-
804
Strategi Indonesia Dalam Meningkatkan Ekspor Buah Tropis (Fitri Wahyu Wijayanti)
buahan tropis (exotic products) ke pasaran Jerman. Hal ini disampaikan oleh Presiden Federal Agency for Food and Agriculture Jerman, Dr. Hanns-Cristoph Eiden saat pertemuan bilateral dengan Menteri Pertanian RI, Dr. Suswono, pada kesempatan kunjungan Menteri Pertanian RI ke Berlin, untuk berpartisipasi di Global Forum for Food and Agriculture (GFFA) yang diselenggarakan oleh Pemerintah Jerman. Menteri Pertanian RI menyatakan bahwa Indonesia perlu memanfaatkan peluang besar tersebut untuk memasukkan produk-produk pertanian organik dan juga komoditas tropiknya ke Jerman, yang dapat menjadi pintu masuk bagi ekspor produk-produk dimaksud ke pasar negara-negara Uni Eropa lainnya. Untuk itu, komoditas pertanian organik dan tropik Indonesia harus diupayakan untuk memenuhi standar sertifikasi yang ditentukan baik oleh Jerman maupun Uni Eropa. Namun dalam upaya peningkatan ekspor buah tropis ke Jerman, pemerintah Indonesia belum mencapai kata maksimal dan hanya mampu mencapai nilai 0,15 persen dari total keseluruhan Impor pasar dunia. Nilai ekspor yang kecil ini juga dipengaruhi dengan adanya kendala-kendala atau hambatan-hambatan yang mempengaruhi jumlah ekspor produk hasil perkebunan, yaitu seperti tingginya standarisasi pasar internasional akan buah yang segar, mahalnya pupuk organik, rendahnya tingkat produktivitas dalam negeri, tingkat pendidikan yang rendah berakibat kurangnya kemampuan para kelompok tani dalam menciptakan inovasi, masih banyaknya tengkulak-tengkulak yang membeli dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga pasar, serta masih rendahnya sarana dan prasarana infrastruktur, teknologi dan informasi di dalam negeri yang sangat menunjang dalam kelancaran dalam pendistribusian supply produk ke luar negeri serta masalah yang baru-baru ini muncul adalah rendahnya kualitas dari pengemasan barang yang dilakukan oleh beberapa eksportir yang juga berpengaruh langsung terhadap menurunnya tingkat volume ekspor indonesia. Penelitian ini akan difokuskan pada bagaimana strategi pemerintah Indonesia dalam meningkatkan ekspor buah tropis ke Jerman pada tahun 2006-2012 dan apa saja kendala yang dihadapi pemerintah Indonesia dalam melaksanakan strategi tersebut. Kerangka Dasar Konsep Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo merupakan kemampuan suatu negara dalam memproduksi barang dengan harga yang relatif lebih murah dari negara lain. Ciri suatu negara yang mempunyai keunggulan komparatif pada suatu produk adalah jika negara tersebut dapat memproduksi secara efisien dan bermutu dari barang-barang produksi lainnya dalam hal jumlah maupun kualitas. Sumbangan utama David Ricardo terhadap pemahaman kita mengenai perdagangan internasional adalah bahwa menurutnya setiap negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan internasional apakah ia memiliki atau tidak memiliki keunggulan absolutnya sendiri.
805
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, 2014: 803-814
Konsep Negosiasi Bisnis Negosiasi adalah proses dimana dua pihak — yang memiliki perbedaan dan sekaligus memiliki kepentingan untuk menyelesaikan perbedaan mereka– mencoba untuk mencapai kesepakatan melalui upaya mencari pilihan-pilihan dan saling menukarkan tawaran mereka. Dengan demikian, suatu proses interaksi akan disebut sebagai negosiasi, jika setidaknya mengandung beberapa elemen yaitu negosiasi harus merupakan proses, negosiasi melibatkan dua pihak, pihak-pihak yang bernegosiasi harus memiliki perbedaan, negosiasi hanya dilakukan oleh mereka yang merasa memerlukan penyelesaian, dan sangat penting untuk menggarisbawahi kata ‗mencoba untuk mencari kesepakatan‘. Negosiasi adalah Seni. Oleh karenanya sifat loyal, bersahabat, pembelajar dan memiliki jiwa kepemimpin sangat diperlukan di dalamnya. Konsep Strategi Promosi Ekspor Di dalam konsep strategi promosi ekspor terdapat instrumen-intrumen yang dipusatkan pada suatu kebijakan, program dan kegiatan yang betujuan untuk memacu produksi barang-barang ekspor di dalam negeri. Dengan begitu, maka perekonomian nasional akan menjadi lebih kuat yang kemudian juga berdampak pada menguatnya sektor ketahanan ekonomi nasional karena tujuan dari strategi ini hanya satu yaitu untuk dapat mencapai suatu pertumbuhan ekonomi secara maksimal supaya mampu menghasikan devisa untuk negara. Devisa tersebutlah yang kemudian akan memperkuat posisi sektor luar negeri dari ekonomi nasional, untuk pembiayaan pembangunan, pembiayaan impor dan pembiayaan utang luar negeri. Didalam strategi promosi ekspor terdapat dua jenis kebijakan yaitu Inward Looking Policy dan Outward Looking Policy. Kebijakan inward looking adalah kebijakan untuk melihat kedalam pasar tentang apa yang dibutuhkan pasar dalam negeri dan bagaimana memenuhinya dengan cara subtitusi atau menggantikan suatu produk dengan produk sejenis namun lebih murah untuk diimpor dari luar negeri demi memenuhi kebutuhan pasar. Kebijakan outward looking adalah kebijakan yang berfokus pada pengupayaan produksi dalam negeri menjadi suatu produk andalan yang dapat bersaing dalam hal kualitas di pasar internasional. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis yang berfungsi untuk memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui kalimat, kata atau gambar. Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder dan bersifat kualitatif, yang penulis peroleh dari buku, jurnal, laporan media massa dan elektronik serta sumber-sumber lain yang berhubungan dengan inti permasalahan ini, yang kemudian data tersebut penulis klasifikasikan dan analisis. Data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah teknik tinjauan pustaka (library research). Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan meninjau sejumlah literature yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti, baik berupa buku-buku jurnal, dokumen surat kabar, bulletin, artikel-artikel, akses internet, serta sumber yang berhubungan dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah teknik analisis
806
Strategi Indonesia Dalam Meningkatkan Ekspor Buah Tropis (Fitri Wahyu Wijayanti)
kualitatif, dengan menghubungkan data yang lain yang memiliki hubungan saling ketrkaitan yang relevan dengan masalah penelitian Hasil Penelitian Jerman merupakan negara pengimpor terbesar kedua terhadap buah-buahan tropis didunia setelah Amerika serikat. Total impor Jerman dari negara penghasil buah tropis yang kebanyakan merupakan negara berkembang telah tumbuh lebih cepat dari rata-rata yaitu sekitar 6.1% per tahun. Impor nanas di Jerman memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi yaitu sekitar +23%, Namun pisang merupakan buah yang kini paling digemari dan banyak diimpor dari negara berkembang tiap tahunnya yang mencapai 94%. Di tahun 2009 dalam sekala Uni Eropa, pringkat tertinggi ditempati oleh Jerman untuk volume konsumen terbesar (21%), kemudian Inggris (19%), Italy (12%), Spanyol (11%), Prancis (8.1%), dan Polandia (3.8%). Berdasarkan data statistik dari Eurostat di tahun 2012 tingginya tingkat konsumsi ini tidak lepas dari pengaruh populasi Jerman yang mencapai 82 juta orang menjadikan Jerman sebagai negara dengan potensi pasar terbesar di Uni Eropa. Jerman telah menjadi negara dengan permintaan buah organik terbesar di Uni Eropa bahkan terbesar kedua setelah Amerika serikat dalam skala global dengan total penjualan yang meningkat dari € 1.48 miliar di tahun 1997 hingga menjadi € 7.04 miliyar ditahun 2012. Pada periode 2006 hingga 2012 terdapat beberapa negara-negara utama penghasil buah-buahan tropis di pasar Jerman diantaranya adalah negara-negara lain yang terletak diluar Asia seperti Madagaskar, Afrika selatan, dan Brazil. Kemudian, dari dalam dalam kawasan Asia seperti Thailand, Indonesia, Filipina, dan India. Indonesia memiliki keunggulan buahnya tersendiri yaitu pada manggis. Manggis asal Lebak, provinsi Banten yang banyak diminati masyarakat Eropa khususnya Jerman karena dianggap cita rasa dari buah manggis segar ini dirasa sangat cocok dengan iklim disana. Kelebihan manggis asal kabupaten Lebak yaitu dari rasanya yang manis sedikit asam dengan warna kulit ungu, berat antara 120 sampai 150 gram per buah. Kenyataan ini menunjukkan bahwa faktor jarak antara negara-negara tersebut ke Jerman bukan menjadi kendala utama untuk memasok buah segar. Dalam hal ini teknik pengawetan dalam transportasi produk dan sarana transportasi yang mendukung tampaknya berperan dalam mendukung pengiriman produk buah dan sayuran segar ke Jerman. Produk utama yang paling banyak diimpor adalah pisang (76%), nanas (15%), alpukat (2,2%) dan jambu, mangga dan manggis (4,2%). Pertumbuhan import tercepat kini adalah nanas (+6,5% per tahun) dan alpukat (+5,3%). Jambu, mangga dan manggis tumbuh dengan 4,7% per tahun dan pisang tumbuh dengan 3,6% per tahun. Para ahli percaya bahwa pertumbuhan perkebunan organik akan terus meningkat seiring bertambahnya tingkat kesadaran masyarakat dunia akan pola hidup yang sehat. Indonesia merupakan negara yang memiliki kelebihan tersendiri diantara negaranegara penghasil buah tropis lainnya yaitu letak geografis indonesia yang terletak di tengah-tengah garis khatulistiwa. Kelebihan ini menjadikan indonesia memiliki
807
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, 2014: 803-814
tingkat kesuburan tanah yang tinggi serta didukungnya dengan beberapa pulau di indonesia yang terbentuk oleh gunung berapi membuat tanah Indonesia kaya akan mineral yang baik untuk tanaman, membuat hampir diseluruh wilayah daratannya dapat dijadikan lahan yang produktif untuk pertanian menghasilkan hasil perkebunan yang melimpah tiap tahunnya. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, pancaran sinar matahari yang optimal, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, potensi pertanian organik yang sangat besar. Kini pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan perkebunan. Kini total luas area lahan pertanian organik di Indonesia tahun 2010 seluas 238,872.24 ha, meningkat 10% dari tahun sebelumnya (2009). 1. Strategi Promosi Ekspor Pemerintah Indonesia Setiap negara tentu ingin menjadi negara yang maju dan dapat mencapai suatu pertumbuhan ekonomi secara maksimal serta meminimalisir ketergantungan terhadap negara lain dalam pemenuhan kebutuhan dalam negerinya (impor). Dalam hal kegiatan meningkatkan ekspor ke Jerman, pemerintah Indonesia perlu melakukan pembenahan secara internal dalam mempromosikan ekspornya yaitu dengan menggeser fokus kebijakan Inward Looking to Outward Looking, optimalisasi kinerja BUMN dalam hal perkebunan, meningkatkan kualitas dan kegiatan dukungan dari pemerintah seperti subsidi pupuk organik yang terkenal mahal. Kegiatan mempromosikan ekspor Indonesia merupakan upaya negara dalam mempromosikan produk hasil dalam negerinya ke Jerman agar dapat dikenal oleh negara-negara di dunia, yang memusatkan instrumennya pada suatu kebijakan, program maupun kegiatan yang semuanya bertujuan untuk memacu produksi dalam negeri untuk keperluan ekspor. Dengan begitu, perekonomian Indonesia akan menjadi lebih kuat yang kemudian juga berdampak pada menguatnya sektor ketahanan ekonomi dalam negeri karena tujuan dari strategi ini hanya satu yaitu untuk dapat mencapai suatu pertumbuhan ekonomi secara maksimal supaya mampu menghasikan devisa untuk Indonesia. Sejak awal tahun 2009 perekonomian Indonesia dinilai sudah semakin kearah outward looking terbukti dengan meningkatnya kesadaran pemerintah yang didapat dari hasil pertemuan 64 menteri pertanian dari berbagai negara The 4th Berlin Agriculture Ministers Summit yang merumuskan keputusan akhir diakhir pertemuan, yang mana isinya menegaskan bahwa pentingnya sektor pertanian dalam mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan di suatu negara. Pergeseran fokus kebijakan inward looking ke outward looking oleh pemerintah
808
Strategi Indonesia Dalam Meningkatkan Ekspor Buah Tropis (Fitri Wahyu Wijayanti)
Indonesia ini kini semakin terlihat jika dipandang dari segi berkembangnya pertanian Indonesia yang mulai meningkatkan pertanian organik sebesar 10% di tahun 2010 yaitu telah mencapai 238,872.24 hektar yang bertujuan untuk dapat memenuhi standar mutu pasar dunia akan produk organik. Pemerintah Indonesia pun telah melakukan upaya yang maksimal dalam hal mengoptimalisasi perusahaan-perusahan perkebunan besar maupun kecil milik negara salah satunya seperti PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) ataupun para produsen kecil seperti petani, pedagan dan Industriawan. Dorongan dari Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk PTPN agar dapat memaksimalkan dan terus mengembangkan buah tropis dalam negeri kini telah mencapai 4.017 hektar yang diantaranya terdiri dari lahan buah pisang, pepaya, manggis, durian, alpukat dan lainya. Upaya mengoptimalkan BUMN dan produsen ini tidak lepas dari keinginan pemerintah Indonesia dalam memperkuat ekonomi nasional. seperti pada tahun 2006 produk hortikultural Indonesia yang telah dipasarkan ke Jerman telah menyumbang devisa negara sebesar 14.950.595 Euro dan di tahun 2012 menyumbang sebesar 13.204.189 Euro. Dukungan pemerintah Indonesia juga terdapat dalam hal mengatur ketersedian pupuk nasional organik, sehingga ketersediaan pasokan pupuk organik selalu terpenuhi dan tidak pernah hilang dari peredaran masyarakat, karena pada saat menjelang masa tanam masalah ketersediaan pupuk menjadi salah satu masalah yang sering muncul. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan ekspor adalah perlu adanya strategi memproduksi barang-barang yang dibutuhkan pada negara tujuan ekspor tersebut dalam hal ini tingginya permintaan negara-negara akan buah-buahan tropis yang ditanam organik, jadi pengembangan selanjutnya dari pertanian indonesia adalah secara organik yang harus ditujukan untuk memenuhi permintaan pasar global yang belakangan terus meningkat. Jerman dengan tingkat standar mutu yang tinggi bisa dijadikan sebagai awal untuk Indonesia dalam mendapat kepercayaan dunia akan produk bermutu tinggi yang saat ini Indonesia juga mampu menghasilkannya. Seperti yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Suswono menyatakan bahwa ―Indonesia dapat memanfaatkan dengan maksimal peluang keterbukaan pasar Jerman untuk memasukkan produk pertanian organik dan juga komoditas tropiknya ke Jerman, yang mana kemudian dapat menjadi pintu masuk bagi ekspor produk-produk hortikultura ke pasar negara-negara Uni Eropa lainnya.‖ Ini didukung dengan wilayah Jerman yang terletak di tengah-tengah benua Eropa sehingga memberikan akses di sekitar negara-negara Uni Eropa yang mana merupakan wilayah ekonomi terbesar dunia yang terdiri dari 27 negara anggota, populasi hampir mencapai 500 juta orang dan keuntungan produk domestik bruto mencapai 12,9 Trilyun Euro per tahunnya. Karena itulah mengapa komoditas pertanian organik dan tropik Indonesia harus diupayakan untuk dapat memenuhi standar sertifikasi yang telah ditentukan baik oleh Jerman.
809
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, 2014: 803-814
2. Strategi Negosiasi Bisnis Indonesia Dalam hal menawarkan hasil produksi dalam negeri yang berupa produk hortikultural Indonesia ke Jerman, Indonesia perlu untuk melakukan upaya-upaya seperti mempelajari perbedaan budaya yang ada di masyarakat Jerman, meningkatkan kemampuan berkomunikasi atau berbahasa asing dan penerapan validasi terhadap semua kesepakatan. Negosiasi bisnis oleh Indonesia ini dilakukan sebagai upaya pencegahan perselisihan paham antar pemerintah Indonesia dengan Jerman yang kemudian dapat mempengaruhi kelancaran dalam melakukan kegiatan ekspor-impor di kedua negara. Perbedaan budaya hidup antara Indonesia dan Jerman terletak pada perbedaan cara pandang masyarakatnya. Jika pada masyarakat Indonesia lebih mengutamakan buah dengan harga murah namun masih banyak yang tidak memperdulikan akan kandungan kimia didalamnya berbeda jauh dengan budaya hidup masyarakat Jerman saat ini yang lebih mementingkan produk buah organik dengan kandungan kimia yang sangat rendah bahkan mencapai nol persen. Hal ini dipertegas dengan kearifan Jerman yang sejak tahun 1989 dengan giat mempromosikan untuk mengenalkan produk organik melalui penggalangan dana dari masyarakatnya. Hingga pada tahun 1992 gagasan Jerman ini sampai pada Uni Eropa yang kemudian mengeluarkan rencana atas pelarangan penggunaan produk pupuk kimia sintetis pada seluruh area perkebunan. Kini budaya hidup go green telah diterapkan di setiap masyarakat Jerman dengan begitu negara Indonesia juga mulai mengejar ketertinggalannya yaitu dengan cara mengalihfungsikan lahan perkebunan maupun pertanian konvesional menjadi lahan pertanian organik yang menghasilkan bahan pangan khususnya buah-buahan yang lebih sehat agar dapat diterima di pasar Internasional. Komunikasi atau hubungan yang telah dibangun oleh pemerintah Indonesia dengan Jerman dalam mempromosikan buah tropisnya kini sudah semakin memberikan hasil yang positif terbukti pada tahun 2012 Jerman menyambut baik keinginan Indonesia untuk meningkatkan ekspor komoditas-komoditas pertanian organik dan komoditas buah-buahan tropis ke pasar Jerman. Menteri Pertanian Suswono menyatakan bahwa Indonesia dapat memanfaatkan dengan maksimal peluang keterbukaan pasar Jerman untuk memasukkan produk pertanian organik dan juga komoditas tropiknya ke Jerman, yang mana kemudian dapat menjadi pintu masuk bagi ekspor produk-produk hortikultura ke pasar negara-negara Uni Eropa lainnya. Karena itulah mengapa komoditas pertanian organik dan tropik Indonesia harus diupayakan untuk dapat memenuhi standar sertifikasi yang telah ditentukan baik oleh Jerman maupun Uni Eropa.
810
Strategi Indonesia Dalam Meningkatkan Ekspor Buah Tropis (Fitri Wahyu Wijayanti)
Inti dari suatu kegiatan bernegosiasi adalah adanya kegiatan saling menukarkan tawaran. Indonesia yang merupakan negara penghasil buah tropis giat melakukan penawaran akan buah tropis hasil produksi dalam negerinya dengan mengikuti berbagai expo internasional untuk memperkenalkan potensi buah-buahan tropisnya. Indonesia sejak tahun 2007 hingga 2012 telah aktif mengikuti kegiatan expo internasional diantaranya Natural Expo Japan 2007, Indonesian Organic and Health Expo 2007, Trisete Expo 2008, Indonesia Tropical Fruit 2009, Expo Dunia Shanghai 2010, Natural Product Expo Asia 2011, dan World Hortikultural Expo di Venlo, Belanda 2012, yang mana dengan mengikuti expo tersebut ternyata mampu menarik perhatian dunia untuk lebih mengenal akan varietas buah tropis yang dimiliki Indonesia hingga Jerman yang kemudian di tahun 2012 telah membuka kesempatan untuk Indonesia untuk lebih meningkatkan hasil produksinya dan agar menjadi salah satu negara importirnya terbesarnya. 3. Keunggulan Komparatif Indonesia Dalam melakukan ekspor buah tropis Indonesia tentu memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan negara tujuan ekspornya yaitu Jerman yang mana hal ini membuat Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan buah tropisnya. Kelebihan itu diantaranya sebagai berikut: a) Masih luasnya sumber daya lahan Indonesia yang dapat dimaksimalkan untuk dapat menjadi lahan perkebunan buah tropis yaitu dari total keseluruhan lahan Indonesia yang mencapai 75,5 juta hektar lahan, sekitar 25,7 juta hektar yang sudah dipakai untuk sawah dan perkebunan. b) Inovasi teknologi dalam negeri yang telah berkembang telah mendukung pertanian organik yang menuntut agar kandungan bahan kimia di dalam suatu produk pangan menjadi kecil atau bahkan tidak ada telah dapat dicapai oleh anak bangsa Indonesia, terbukti dengan telah ditemukannya solusi dari pengiriman yang sempat terkendala oleh jarak yang jauh dan mahalnya biaya yang kemudian dapat diatasi dengan sistem pengawetan alami sehingga pengiriman dapat dilakukan dengan menggunakan kapal tanpa khawatir produk buah mengalami pembusukan saat dalam perjalanan menuju Jerman. c) Lebih banyaknya varietas buah tropis Indonesia yang sebagian besar menjadi produk favorit di Jerman seperti pisang (76%), nanas (15%), alpukat (2,2%) dan jambu, mangga dan manggis (4,2%). Didukung dengan produksi buah serupa di tanah air yang mencapai 6.189.052 ton pisang, 294.200 ton alpukat, 208.151 ton jambu, 1.781.899 ton nanas, 2.376.339 ton mangga dan 190.294 ton manggis. 4. Kendala Pemerintah Indonesia dalam Meningkatkan Ekspor Buah Tropis ke Jerman Pemerintah Indonesia dinilai belum serius dalam mengurus dan mengembangkan sektor pertanian sebagai salah satu basis ketahanan pangan. Masih tergantungnya beberapa komoditi pangan terhadap impor serta kurangnya dukungan terhadap
811
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, 2014: 803-814
sektor ini mengakibatkan rendahnya produktifitas dalam negeri. Berikut adalah kendala-kendala yang dihadapi Indonesia dalam meningkatkan ekspor buah tropis Indonesia ke Jerman: 1. Pengemasan (Packaging). Di tahun 2012 permintaan terhadap buah Indonesia mengalami penurunan karena kurangnya kepercayaan negara pengimpor dikarenakan adanya ketidakprofesionalan beberapa eksportir dalam pengemasan / packaging pada akhirnya nanti hanya para eksportir berkulitas yang akan di pilih pasar. Jaminan akan kualitas terhadap produk ekspor sangatlah penting karena menyangkut pada jumlah permintaan terhadap produk tersebut. 2. Permasalahan regulated agent (RA) atau agen inspeksi. Beberapa negara mensyaratkan keamanan yang tinggi terhadap produk yang akan diimpornya. Kurang tersedianya Agen Inspeksi di lapangan membuat lambatnya proses pemeriksaan hingga menghambat arus barang yang akan di ekspor. 3. Ketenagakerjaan. Rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) menyebabkan kurangnya minat para pekerja pertanian untuk masuk dibidang ini. 4. Peraturan iklim investasi dan izin usaha. Dalam catatan Kementerian Perdagangan, seringkali Pemerintah Daerah menerbitkan Perda yang menghambat iklim investasi dan usaha. 5. Pajak daerah dan pungutan-pungutan liar yang juga banyak terdapat di sektor perdagangan yang juga termasuk dalam persoalan ekonomi biaya tinggi. 6. Faktor keamanan barang dan jasa yang dimana seringkali muncul bentukbentuk premanisme / pungutan liar / pemalakan. 7. Mahalnya biaya Sertifikasi. Sebagaimana yang telah disepakati, khususnya di negara-negara maju seperti Jerman akhir-akhir ini mensyaratkan bahwa produk yang mereka impor atau mereka pasarkan dihasilkan oleh para petani yang memiliki sertifikat Internasional seperti Sertifikasi Pertanian Organik Global, Sertifikasi ISO 14001, Sertifikasi Perdagangan yang Adil, Sertifikasi SA8000, Sertifikasi Halal, dan GAP (Good Agricultural Practices). 8. Rendahnya kemampuan dalam menanggapi kebutuhan pasar kedepannya. Pemerintah tidak harus terfokus pada apa yang sekarang dibutuhkan oleh pasar lalu membuat dengan secepat mungkin pengadaannya. Tapi juga apa yang kedepannya akan dibutuhkan oleh pasar. Faktor-faktor yang mendukung untuk adanya perkebunan organik untuk segera dijalankan, selain gaya hidup sehat masa kini adalah dengan melihat kondisi lingkungan sekitar yang sudah semakin tercemar, polusi udara, penebangan pohon, lapisan ozon yang mulai tipis serta masalah lingkungan lain yang kini semakin banyak muncul dan semua permasalahn lingkungan ini membuat semakin banyaknya masyarakan terutama masyarakat Jerman untuk semakin sadar melindungi tubuh tidak cukup hanya sekedar memakai baju tebal dan payung tapi juga perlunya dukungan dari asupan vitamin dan anti oksidan yang tingi yang banyak terdapat pada buah tropis yang juga ditanam dengan cara organik agar tidak terdapat bahan kimia terkandung didalamnya.
812
Strategi Indonesia Dalam Meningkatkan Ekspor Buah Tropis (Fitri Wahyu Wijayanti)
Pertanian organik merupakan solusi untuk negara Indonesia dalam mengejar ketertinggalan dalam pengembangan sektor industri ekspor buah tropis. Selain dilihat dari sisi kualitas dan kuantitas harga perkebunan organik juga menjamin kelangsungan hidup semua aspek kehidupan di masa mendatang. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai strategi pemerintah Indonesia dalam meningkatkan ekspor buah tropis ke jerman pada tahun 2006-2012, diketahui bahwa pemerintah Indonesia telah aktif melakukan upaya peningkatan ekspor buah tropis ke Jerman diimplementasikan dalam bentuk pemberian sertifikasi, pengadaan penyuluhan atau sosialisasi mengenai tren buah yang ada di pasar internasional serta pengadaan inovasi namun strategi yang dijalan kan pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kualitan dan kuantitas buah tropis dalam negeri masih terkendala oleh beberapa hal baik secara internal maupun eksternal. DAFTAR PUSTAKA Buku : Hady, Hamdy. 2006. Ekonomi Internasional, Jakarta : GI Lindert, Peter H. 1994. Ekonomi Internasional, Jakarta : Bumi Aksara. Liu, Pascal. 2007. Buku Petunjuk Praktis bagi Produsen dan Ekportir dari Asia “Peraturan, Standar dan Sertifikasi untuk Ekspor Produk Pertanian“, Jakarta : Embun Pagi Grafika. Rachbini, Didik J. 2004. Ekonomi Politik: Kebijakan dan Stategi Pembangunan, Jakarta : Granit Skousen, Mark. 2009. Sang Maestro “Teori-teori Ekonomi Modern”: Sejarah Pemikiran Sosial, Ed. 1. Cet. 3. Jakarta: Kencana Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan, Jakarta : Bima Grafik Jurnal: Koesmawan, 2004. ―Industrialisasi: Permasalahan dan Peranannya bagi Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Rakyat 1970-2000―. Jurnal Equilibrium. Vol. 1, No. 2, Januari – April 2004. (http://koesmawan.wordpress.com/2009/03/11/industrialisasipermasalahan-dan-peranannya-bagi-akselerasi-pertumbuhan-ekonomirakyat-1970-2000/ diakses pada 9 Oktober 2013 pada jam 22:25 WITA) Media Internet : Badan Pusat Statistik (BPS) diakses melalui http://www.bps.go.id pada tanggal 1 juni 2013 pada jam 17:21 WITA Departemen Pertanian, diakses melalui http://hortikultura.deptan.go.id pada tanggal 30 April 2012, pada jam 14:01 WITA Fruit Export Development Centre: Ekspor buah ke Uni Eropa, diakses melalui http://Indonesien.ahk.de/en/publications/publications/businesspublications/Ekspor Buah ke Uni Eropa: Fruit Export Development Center.pdf, pada tanggal 18 Desember 2010, pada jam 17:26 WITA
813
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 2, Nomor 3, 2014: 803-814
Geografi indonesia, diakses melalui http://www.indonesia.go.id/in/sekilasindonesia/geografi-indonesia.html, pada tanggal 26 April 2012, pada jam 13:56 WITA Germany imports more and more organic food, http://www.freshplaza.com/news_detail.asp?id=109188, diakses pada 18 September 2013 pada jam 15:04 WITA Indonesian Trade Promotion Centre Hamburg, melalui http://itpchamburg.de, pada tanggal 25 April 2013, pada jam 8:34 WITA Jerman buka peluang masuknya ekspor produk pertanian organik dan komoditas tropic Indonesia ke Pasar Jerman, diakses pada http://www.kemlu.go.id/berlin/Pages/Embassies.aspx?IDP=151&l=id pada tanggal 26 April 2012, pada jam 21:11 WITA Negosiasi dan Persuasi untuk organisasi, bisnis, dan marketing politik : Apakah Negosiasi? Dr Nanang Pamuji Mugasejati, diakses melalui http://negosiasipersuasi.com/2013/03/10/apakah-negosiasi/ diakses pada tanggal 25 April 2013 pada jam 16:30 WITA Organic Farming in Germany, diakses melalui http://www.bmelv.de/SharedDocs/Standardartikel/EN/Agriculture/Organic Farming/OrganicFarmingInGermany.html, diakses pada 02 Oktober 2013 pada jam 10:40 WITA Promising EU export markets for fresh tropical fruit, diakses melalui http://www.cbi.eu/system/files/marketintel/2011_Promising_EU_markets_f or_tropical_fruit.pdf, diakses pada 07 Oktober 2013 pada jam 15:00 WITA
814