UNIVERSITAS INDONESIA
DETERMINAN PERDAGANGAN EKSPOR INDONESIA KE NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR PERIODE 2000-2011
SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
NANDA RIZKI FAUZIAH 0906558426
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI KONSENTRASI EKONOMI INTERNASIONAL DEPOK JANUARI 2013
Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ,
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
: Nanda Rizki Fauziah
NPM
: 0906558426
Tanda Tanga
Tanggal
: 11 Januari 2013
Universitas Indonesia
Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
iii
HALAMANPENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh :
Nama
: Nanda Rizki Fauziah
NPM
: 0906558426
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Detenninan Perdagangan Ekspor Indonesia ke Negara Tujuan Utam a Ekspor. Periode : 2000-20 II
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi IImu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
)
Pembimbing : Dr. Telisa Aulia Falianty
Penguji
: Dr. Beta Y. Gitaharie
(
Penguji
: Muliadi Widjaja, Ph.D
(
Ditetapkan di : Depok Tanggal : 11 Januari 2013
Universitas Indonesia
Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
viii
ABSTRAK
Nama : Nanda Rizki Fauziah NPM : 0906558426 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul : Determinan Ekspor Indonesia ke Negara Tujuan Utama Ekspor, Periode 2000-2011. Penelitian ini menggunakan model gravitasi yang telah dimodifikasi bertujuan untuk mengevaluasi faktor-faktor yang menentukan aliran ekspor Indonesia ke beberapa negara tujuan utama ekspor Indonesia, dimana pada penelitian ini ekspor dibagi menjadi ekspor non-minyak dan gas (non-migas) dan ekspor minyak dan gas (migas). Ekspor merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana ekspor mendatangkan pendapatan bagi suatu negara. Mengingat pentingnya ekspor dalam perekonomian, maka menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi arus ekspor antara Indonesia dan mitra dagangnya penting untuk dilakukan. Penelitian ini menggunakan independen variabel GDP, nilai tukar rill, jarak geografis, dan tarif MFN. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan negara sampel sebanyak 9 negara tujuan utama ekspor Indonesia yaitu Jepang, Cina, Amerika Serikat, Singapura, India, Malaysia, Korea Selatan, Thailand, Filipina. Periode waktu penelitian dari tahun 2000 sampai tahun 2011, menggunakan metode data panel dengan pendekatan model gravitasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekspor nonmigas dipengaruhi oleh variabel GDP Indonesia dan negara mitra dagang, nilai tukar rill, jarak, dan tarif MFN yang terbukti signifkan mempengaruhi ekspor nonmigas, sedangkan pada ekspor migas, GDP negara dagang dan jarak geografis terbukti signifikan mempengaruhi ekspor migas. Hasil dari identifikasi ini akan dianalisis dan diharapkan dapat memberikan masukan agar Indonesia dapat meningkatkan perdagangannya, terutama dalam bidang ekspor. Kata kunci : Ekspor Non-migas, Ekspor Migas; Model gravitasi ; Data Panel
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
ix
ABSTRACT
Name : Nanda Rizki Fauziah NPM : 0906558426 Study Program: Economics Title : Determinants of Indonesian Exports to Major Destination Countries Period 2000-2011 This study aims to determine the factors that determine Indonesia's exports to Major Destination Countries by using the gravity model approach. Performance of export is divided into real non-oil and gas exports and real oil and gas exports. Exports are key drivers of economic growth in Indonesia. Given the importance of exports in the economy, then analyze the factors that affect export flows between Indonesia and its trading partners is important to do. The data used is secondary data of 9 sample countries which are United States of America, China, Japan, India, South Korea, Singapore, Malaysia, Thailand, and Philippines with period used of 2000 through 2011, by applying panel data method. The results show that the flow of exports from Indonesia to major destination countries in the model of real non-oil and gas exports is significantly influenced by the real GDP of Indonesia, the real GDP importing countries, the distance between two countries, real exchange rate between the Rupiah against the U.S. Dollar, and the simple average of MFN Tariffs. Meanwhile, Indonesia's real GDP, real exchange rate between the Rupiah against the U.S. Dollar, and the simple average of MFN Tariffs proved not significant in affecting the flow of exports in the model of real oil and gas exports from Indonesia to major destination countries. The results of this identification will be analyzed and is expected to provide input so that Indonesia can increase its trade, especially in the field of export. Keywords: Oil and Gas Exports; Non-Oil and Gas Exports; Gravity model; Panel Data
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
1
Latar Belakang Ekspor adalah faktor penting dalam perekonomian. Ekspor sangat dibutuhkan bagi proses pertumbuhan ekonomi karena peningkatan ekspor dapat meningkatkan pendapatan suatu negara yang dapat meningkatakan pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka export-led growth strategy terasa semakin penting bagi negara berkembang seperti Indonesia. Melalui export-led growth strategy, Indonesia dapat meningkatkan kemampuannya untuk memproduksi barang dan jasa yang dapat bersaing dipersaingan internasional dengan menggunakan sumber daya manusia dan peranan dari teknologi dan informasi, serta infrastruktur yang mendukung peningkatan ekspor Indonesia ke negara lain. Hal tersebut dapat menghasilkan pendapatan bagi Indonesia dalam bentuk devisa yang berguna untuk membiayai kegiatan impor dan pembangunan sektor-sektor dalam negeri. Di samping itu memiliki pangsa ekspor yang stabil dan besar di negara-negara lain juga dapat mengurangi dampak dari goncangan eksternal dari perekonomian domestik. Peningkatan volume dan nilai perdagangan merupakan suatu cara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pertumbuhan ekspor yang tinggi dapat menyumbangkan pendapatan bagi suatu negara. Statistik Perdagangan Indonesia mencatat perkembangan pendapatan dari sektor perdagangan per kapita Indonesia (Trade per Capita) Indonesia dalam US$ selama periode 2009-2011 mencapai 1.367 US$. Selain itu, perbandingan perdagangan terhadap pendapatan domestik bruto (Trade to GDP Ratio) selama tahun 2009-2011 mencapai 47,3% (WTO, 2012). Tingginya proporsi sektor perdagangan terhadap GDP pada tahun 2009 hingga 2011 yakni hampir setengah dari proporsi yang ada dalam pendapatan domestik bruto berasal dari sektor perdagangan. Hal ini mengindikasikan arti penting yaitu sektor perdagangan sebagai bagian dari komponen GDP Indonesia dan memerlukan pengelolaan yang baik demi peningkatan ekonomi nasional.
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
2
Badan Pusat Statistik Indonesia, membagi dua kelompok besar Total Ekspor Indonesia yaitu Ekspor Non-Minyak dan Gas (Non-Migas) dan Ekspor Minyak dan Gas (Migas). Ekspor Non-Minyak dan Gas terklasifikasi secara umum menjadi hasil sektor pertanian, hasil sektor industri, hasil sektor tambang, dan hasil sektor lain, sedangkan Ekspor Minyak dan Gas terdiri dari ekspor minyak, produk-produk hasil olahan minyak, serta gas. Berdasarkan data dari BPS, pada tahun 2011 ekspor nonmigas terbesar berasal dari sektor Industri yaitu sebesar 122.188,7 juta USD, lalu diikuti dengan sektor tambang sebesar 34.652 juta USD, sektor pertanian sebesar 5.165,8 juta USD dan terakhir sektor lainnya yaitu sebesar 13,1 juta USD. Sedangkan untuk sektor migas pada tahun 2011, ekspor terbesar berasal dari ekspor minyak bumi mentah yaitu sebesar 13.828,7 juta USD, lalu diikuti dengan ekspor gas sebesar 22.872 juta USD, dan ekspor hasil-hasil minyak memiliki nilai ekspor yang paling rendah yaitu 4.777 juta USD. Data statistik perdagangan Indonesia menunjukkan, pada tahun 2011 komposisi ekspor Indonesia lebih besar pada ekspor non migas, secara statistik proporsi besaran ekspor non migas pada negara tujuan utama ekspor Indonesia, yaitu Cina (13,33%), Jepang (11,31%), Amerika Serikat (9,68%), India(8,2%), Singapura (6,86%), Malaysia (5,68%), Korea Selatan (4,67%), Thailand (3,24%), Belanda (3,13%), Taiwan (2,6%), Filipina (2,27%), Jerman (2,04%), Hongkong (1,98%), Itali (1,96%), Australia (1,9%). (Kementrian Perdagagan Republik Indonesia, 2011). Pada tahun 2010 Neraca Perdagangan Barang Migas dan NonMigas Indonesia (Juta US$) menunjukkan ekspor migas 28.039,6 dan ekspor nonmigas 129.739,5 dengan impor migas 27.412,6 dan impor non-migas 108.250,6. Pada tahun 2011 ekspor migas mengalami kenaikan menjadi 41.477,0 dan ekspor nonmigas mencapai 162.019,6 sedangkan impor migas mencapai 40.701,5 dan impor nonmigas 136.734,1 (Statistika Ekonomi dan Sosial BPS, Agustus 2012). Gambar 1.1 Tren Pertumbuhan Ekspor dan Impor Tahunan Indonesia
Sumber: Bank Dunia, 2012
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
3
Pada gambar diatas dapat dilihat tren pertumbuhan ekspor dan impor tahunan Indonesia, dapat diketahui tren pertumbuhan ekspor dan impor Indonesia berfluktuasi. Penurunan yang cukup tajam baik sisi ekspor dan import pada tahun 2002 dan tahun 2009 yang diantaranya terjadi karena adanya krisis global yang dapat mengakibatkan penurunan pendapatan nasional dari sisi ekspor dan mengganggu kinerja ekspor Indonesia. Namun, seiring dengan berjalannya waktu pertumbuhan ekspor semakin lama semakin meningkat pasca terjadinya penurunan pertumbuhan ekspor yang cukup tajam pada tahun 2009. Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan dan merujuk arti penting kerjasama perdagangan, penulis tertarik menganalisis mengenai determinan perdagangan Indonesia ke negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia. Dalam menganalisis hal tersebut digunakan model gravitasi. Model gravitasi adalah model yang sesuai untuk meneliti mengenai hubungan arus perdagangan bilateral antar kedua negara tersebut. Model ini menganalisis arus perdagangan berdasarkan jarak antar negara dan interaksi antara negara tersebut. Model gravitasi telah digunakan selama kurang lebih 40 tahun semenjak pelopor pertamanya Tinbergen (1962) menggunakan model ini dalam menjelaskan arus perdagangan bilateral dan multilateral. (Waheed Akram Butt, 2008). Permasalahan Penelitian Selama lima tahun kebelakang 2007-2011 persentase kenaikan ekspor Indonesia menunjukan, untuk total ekspor Indonesia (13,86%), ekspor migas (13,00%) dan ekspor nonmigas (14,06%), sedangkan total impor Indonesia (19,54%), impor migas (11,94%) dan impor nonmigas (22,21%). Hal ini mengindikasikan persentase kenaikan selama lima tahun belakang ini lebih besar terjadi pada sisi impor dibandingkan dengan sisi ekspor. Sisi impor mengalami kenaikan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada sisi ekspor. Data statistik perdagangan menunjukkan persentase perubahan pada tahun 2012/2011 untuk total ekspor (-6,25%), ekspor migas (-10,50%), ekspor nonmigas (-5,17%), sedangkan persentase perubahan pada tahun 2012/2011 untuk total impor (9,40%), impor migas (4,84%), impor nonmigas (10,77%) (sumber: Kementrian Perdagangan, 2012). Negatifnya pertumbuhan ekspor pada tahun 2012/2011 disertai dengan positifnya pertumbuhan ekspor pada tahun 2012/2011 dapat mengakibatkan defisitnya neraca perdagangan Indonesia, hal tersebut juga dapat berpengaruh pada neraca transaksi berjalan Indonesia, serta menggerus cadangan devisa yang Indonesia miliki terkait tingginya impor dibandingkan ekspor (kenaikan yang terjadi pada sisi impor Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan kenaikan pada sisi ekspor Indonesia, bahkan menunjukkan hasil yang negatif pada pertumbuhan sisi ekspor Indonesia). Berikut
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
4
akan disajikan ringkasan neraca pembayaran Indonesia periode 2007-2011 (Juta US$) seperti yang terangkum pada tabel 1.1. Tabel 1.1. Ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia Tahunan Periode 2007-2011 (Juta US Dollar ). Keterangan I. Transaksi Berjalan A. Barang B. Jasa – jasa C. Pendapatan D. Transfer berjalan II. Transaksi Modal & Finansial A. Transaksi modal B. Transaksi finansial 1. Investasi langsung 2. Investasi portofolio 3. Investasi lainnya III. Total ( I + II ) IV. Selisih Perhitungan Bersih V. Neraca Keseluruhan (III+IV) VI. Cadangan Devisa dan yang terkait
2007
2008
2009
2010
2011
10,491
126
10,628
5,144
1,677
32,753 11,841 15,525
22,916 12,998 15,155
30,932
30,627
-9,741
-9,324
15,140
-20,790
34,783 10,632 26,684
5,104
5,364
4,578
4,630
4,210
3,592
-1,832
4,852
26,620
13,532
547
294
96
50
33
3,045
-2,126
4,756
26,571
13,499
2,253
3,419
2,628
11,106
11,528
5,567
1,764
10,336
13,202
4,037
-4,775
-7,309
-8,208
2,262
-2,067
14,083
-1,706
15,481
31,765
15,208
-1,368
-238
-2,975
-1,480
-3,352
12,715
-1,945
12,506
30,285
11,856
12,715
1,945
-12,506
-30,285
-11,856
Sumber: Bank Indonesia Dalam lima tahun kebelakang teradi flktuasi pada neraca perdagangan Indonesia, dimana penurunan yang paling besar terjadi pada tahun 2008 yang menunjukkan penurunan net ekspor menjadi 22.916 Juta US$ yang juga
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
5
mengakibatkan keseimbangan pada neraca transaksi berjalan mengalami penurunan menjadi 126 Juta US$, merupakan penurunan yang paling rendah selama 5 tahun kebelakang. Penurunan yang terjadi pada net ekspor ditahun 2008 dimana impor lebih besar dibandingkan ekspor juga mempengaruhi cadangan devisa. Cadangan devisa juga tergerus terkait adanya pembiayaan untuk impor barang dan jasa mengakibatkan pada tahun 2008 terjadi defisit pada cadangan devisa yaitu sebesar 1.945 US$. Adanya gejolak ekonomi khususnya pada perekoomian domestik juga tidak lepas dari gejolak ekonomi yang terjadi didunia yaitu krisis ekonomi global pada tahun 2008 yang mengakibatkan penurunan ekspor, namun disisi lain pada tahun 2008 tersebut impor Indonesia lebih besar dibandingkan dengan ekspor. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia menjadi pangsa pasar yang potensial untuk barang impor namun tidak pada kinerja yang dilihat dari sisi ekspor Indonesia. Tingginya ekspor suatu negara dapat mendatangkan pendapatan bagi suatu negara salah satunya dalam bentuk peningkatan cadangan devisa, namun tingginya impor suatu negara dapat menggerus cadangan devisa yang dimiliki negara tersebut terkait pembiayaan untuk barang-barang impor. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan studi untuk melihat arus perdagangan bilateral antara Indonesia dengan beberapa negara-negara mitra dagang utama Indonesia, khususnya pada sisi ekspor Indonesia. Dalam studi kali ini penulis mengkhususkan penelitian mengenai faktor-faktor determinan yang mempengaruhi ekspor Indonesia ke beberapa negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Salah satu metode untuk meneliti arus perdagangan bilateral antara kedua negara adalah dengan menggunakan model gravitasi. Dalam kasus perdagangan antar negara, nilai perdagangannya akan proposional terhadap GDP nya dan menurun jika jaraknya semakin jauh karena berarti biaya transportasinya akan semakin tinggi. (Krugman, 2009, hal. 14). Model gravitasi pertama kali digunakan untuk aliran perdagangan internasional oleh Tinbergen (1962) yang selanjutnya diikuti oleh banyak peneliti dengan hasil yang sangat sukses secara empiris. Adapun determinan dari model tersebut meliputi variabel Gross Domestic product (GDP) dan jarak. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka pertanyaan-pertanyaan yang timbul pada penelitian kali ini adalah : 1. Variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi kinerja ekspor (ekspor non-migas dan ekspor migas) Indonesia ke negara tujuan ekspor utama? 2. Seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel terhadap kinerja ekspor (ekspor non-migas dan ekspor migas) Indonesia ke negara tujuan ekspor utama pada periode tahun 2000-2011?
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
6
Tinjauan Teoritis Gains from Trade Suatu negara tidak ada yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dalam negerinya sendiri, tanpa melakukan perdagangan terhadap negara lain. Hal ini lah yang menjadi awal mula munculnya perdagangan internasional. Krugman dan Obstfeld (2007) mengatakan bahwa keuntungan dari perdagangan dapat terjadi ketika beberapa negara saling menjual barang dan jasa, pertukaran inilah yang dianggap sebagai keuntungan bersama. Para ekonom menyebut kondisi ketika semua negara mendapatkan keuntungan bersama dari perdagangan internasional sebagai positive-sum game. Sedangkan Markusen, Melvin, Kaempfer dan Maskus (1995) mengatakan bahwa keuntungan dari perdagangan internasional dapat dicapai ketika suatu negara berdagang pada harga selain harga autarkinya. Sehingga negara dapat mengekspor barang atau jasa yang lebih berharga di dunia dibandingkan di dalam negeri, serta negara dapat mengimpor barang atau jasa yang lebih mahal untuk diproduksi di dalam negeri.
Studi Empiris: Jugurnath, Stewart dan Brooks (2007) Penelitian yang dilakukan pada jurnal ini bertujuan untuk menganalisa determinan perdagangan serta pengaruh dari ASEAN, CER, APEC, MERCOSUR dan NAFTA terhadap aliran perdagangan, baik untuk negara anggota maupun negara bukan anggota. Jurnal ini menganalisis keberadaan kedua pengaruh tersebut dari kelima RTA yang dianalisis dengan menggunakan variabel dummy pada model gravitasi. Pembentukan suatu Regional Trade Agreements (RTAs) dengan mengurangi hambatan perdagangan dipercaya dapat meningkatkan perdagangan yang terjadi antar anggota. Penelitian ini menggunakan 26 negara sampel yang berasal dari 5 RTA yaitu ASEAN, CER, APEC, MERCOSUR dan NAFTA. Waktu penelitian yang dipilih adalah 21 tahun dimulai tahun 1980 sampai dengan 2000. Model gravitasi yang telah dimodifikasi ini diestimasikan dengan menggunakan data panel, serta metodologi menggunakan Ordinary Least Square (OLS) yaitu Pooled Least Square (PLS) pada data panel sehingga tidak dibedakan efek individu yaitu negara dalam penelitian ini (tidak adanya country-specific effects). Hasil penelitian membuktikan bahwa PDB negara pengimpor, PDB negara pengekspor, populasi negara pengimpor, populasi negara pengekspor, keseragaman bahasa yang digunakan dan nilai tukar negara pengekspor relatif terhadap US$ secara signifikan dan positif mempengaruhi kinerja perdagangan antar negara setelah pembentukan RTA. Sedangkan jarak antar kedua negara, luas wilayah negara pengimpor, luas wilayah negara pengekspor, pajak yang dikenakan negara pengimpor serta pajak yang dikenakan negara pengekspor secara signifkan dan negatif mempengaruhi kinerja perdagangan.
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
7
Metodologi Penelitian Dengan menggunakan pendekatan data panel, model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Model pertama dengan variabel dependen Ekspor Non-Minyak dan Gas (Non-Migas) Exportsijt = co + c1gdpit + c2gdpjt + c3RER3it + c4distjt + c5tariffijt + uijt c0 > 0; c1 > 0; c2 > 0; c3 > 0; c4 > 0; c5 > 0, dan i ≠ j 2. Model kedua dengan variabel dependen Ekspor Minyak dan Gas (Migas) Exportsijt = co + c1gdpit + c2gdpjt + c3RER3it + c4distjt + c5tariffijt + uijt c0 > 0; c1 > 0; c2 > 0; c3 > 0; c4 > 0; c5 > 0, dan i ≠ j dimana, Exports = logaritma dari nilai total ekspor rill dari negara I ke negara J pada waktu t. C = Intercept Gdpjt = logaritma dari GDP rill negara J pada tahun t. Gdpit = logaritma dari GDP rill negara I pada tahun t. Distij = logaritma dari jarak antar negara i menuju negara j. RERijt = logaritma dari nilai tukar riil Rupiah terhadap US Dollar pada waktu t. Tariffijt = logaritma dari rata-rata sederhana tarif MFN yang berlaku pada negara tujuan ekspor pada waktu t. i = negara pengekspor (Indonesia), j = negara pengimpor, dan t = satuan waktu tertentu Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan-determinan apa saja yang dapat mempengaruhi ekspor Indonesia ke negara utama tujuan ekspor. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data panel, yaitu data yang dikumpulkan secara cross section dan diikuti pada periode waktu tertentu. Pada penelitian ini penulis menggunakan variabel-variabel independen lain seperti GDP rill Indonesia, GDP rill negara tujuan ekspor utama, jarak geografis, nilai tukar rill Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD), serta rata-rata tarif MFN. Keseluruhan variabel independen di atas digunakan untuk mengetahui pola arus ekspor dari Indonesia ke negara tujuan utama ekspor pada periode tahun 2000
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
8
sampai dengan 2011. Keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data ekspor migas dan non-migas Indonesia ke negara tujuan utama ekspor (US $) yang pada penelitian ini merupakan variabel dependen didapatkan dari Statistika Ekonomi Indonesia. Data tersebut meliputi nilai arus ekspor migas dan nonmigas dari Indonesia ke negara-negara tujuan utama ekspor secara tahunan dari periode tahun 2000 sampai dengan 2011 berdasarkan pencatatan yang dilakukan oleh Indonesia yang telah dikonversi ke dalam Rupiah dan diriilkan dengan menggunakan IHPB nonmigas dan migas Indonesia dengan tahun dasar 2005. Sedangkan data GDP Indonesia dan mitra dagang tujuan utama ekspor diperoleh dari World Development Indicator dari World Bank, data GDP yang digunakan adalah GDP berdasarkan nilai nominal (US $) yang telah diriilkan dengan menggunakan GDP deflator dari masingmasing negara dengan tahun dasar 2005. Data jarak geografis antara Indonesia dengan negara tujuan utama ekspor didapatkan dari Centre d'Etudes Prospectives et d'Informations Internationales (CEPII). Data nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) didapatkan dari World Development Indicator dari World Bank yang telah diriilkan dengan menggunakan Indeks Harga Konsumen dari Indonesia dan Amerika Serikat dengan tahun dasar 2005. Sedangkan, data tarif rata-rata sederhana MFN didapatkan dari World Integrated Trade Solutions (WITS). Sampel Penelitian Penelitian ini menggunakan 9 negara sampel tujuan ekspor utama dari Indonesia dalam periode waktu 10 tahun dari 2000 sampai dengan tahun 2011 terkait pada tahun 2000 hingga saat ini adanya kebijakan perdagangan yang bersifat deeper integration & trade liberalisation acceleration, (Pangestu 2003, Widodo 2008). Dalam pemilihan negara sampel tujuan ekspor utama, yaitu terdiri atas: Cina, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Thailand, India, Jepang, Korea Selatan, Filipina Hasil Penelitian Hasil Penelitian yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan data penel yaitu random effects adalah: Tabel Perbandingan Signifikansi dan Koefisien Variabel Kedua Model. Variabel
GDPi GDPj
Model Ekspor Migas 0,3434007** 0,7168288 ***
Koefisien Non- Model Ekspor Migas -0,3614926 1,005304 ***
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
9
DISTANCEij -0,8422116*** -1,661899** RERij 0,4588348*** -0,3342202 TARIFFij -0,1367586 *** 0,2766586 Catatan: *** menandakan signifikan dengan tingkat signifikansi 95%. ** menandakan signifikan dengan tingkat signifikansi 90% Berikut ini akan dijelaskan perbandingan antara kedua model berdasarkan tabeltabel diatas: 1. Perbandingan Variabel GDPi. Perbandingan antara variabel GDPi atau PDB riil Indonesia sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor bilateral Indonesia menuju negara tujuan ekspor menunjukkan nilai yang positif untuk keseluruhan model. Apabila dilihat dari signifikansi, variabel GDPi hanya signifikan mempengaruhi kinerja ekspor pada ekspor non-migas riil dengan koefisien yang positif, kenaikan 1% variabel GDPi akan meningkatkan eskpor non-migas rill sebesar 0,34%. Dapat disimpulkan bahwa elastisitas pengaruh variabel GDPi tidak mempengaruhi kinerja ekspor migas riil, elastisitas pengaruh variabel GDPi hanya memiliki pengaruh terhadap ekspor nonmigas rill. Sehingga apabila terjadi perubahan atau goncangan pada PDB riil Indonesia, ekspor non-migas riil akan terkena dampaknya. 2. Perbandingan GDPj. Perbandingan antara variabel GDPj atau PDB riil negara tujuan ekspor sebagai faktor yang mempengaruhi kinerja ekspor bilateral Indonesia menuju negara tujuan ekspor menunjukkan nilai yang positif untuk keseluruhan model. Apabila dilihat dari signifikansi, variabel GDPj pada kedua model secara signifikan mempengaruhi kinerja ekspor baik ekspor nonmigas riil dan ekspor migas riil. Apabila dilihat dari nilai koefisiensi, variabel GDPj pada model memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap variabel dependen dibandingkan model pertama. Secara lebih jelas apabila dilakukan perbandingan, kenaikan 1% variabel GDPj akan meningkatkan 1,01% ekspor migas riil, dibandingkan dengan peningkatan ekspor nonmigas riil sebesar 0,71%. Dapat disimpulkan bahwa elastisitas pengaruh variabel GDPj lebih besar dalam mempengaruhi ekspor migas riil dibandingkan dengan elastisitas pengaruh variabel GDPj dalam mempengaruhi ekspor nonmigas riil. Sehingga apabila terjadi perubahan atau goncangan pada PDB negara tujuan ekspor, ekspor migas yang akan paling besar merasakan dampaknya. 3. Perbandingan DISTANCEij. Dilihat dari nilai koefisien, variabel DISTANCEij pada model ekspor migas memiliki pengaruh yang lebih besar mempengaruhi variabel dependen dibandingkan dengan model ekspor nonmigas. Secara lebih jelas, apabila
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
10
membandingkan pengaruh variabel DISTANCEij pada kedua model, 1% kenaikan variabel DISTANCEij akan mengurangi 0,84% ekspor non-migas, dibandingkan dengan penurunan ekspor migas sebesar 1,66%, dapat dilihat penurunan tersebut lebih besar terjadi pada ekspor migas. Dapat disimpulkan bahwa elastisitas pengaruh variabel DISTANCEij memiliki pengaruh yang lebih besar dalam mempengaruhi ekspor migas riil dibandingkan ekspor nonmigas riil. 4. Perbandingan RERij. Pada model kedua bahwa variabel RERij tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja ekspor migas riil dan hanya mempengaruhi kinerja ekspor nonmigas rill. Nilai koefisien variabel RERij pada model pertama bernilai 0,45 yaitu, 1% kenaikan pada variabel RERij akan meningkatkan ekspor nonmigas riil sebesar 0,45%. Dapat disimpulkan bahwa elastistas pengaruh variabel RERij tidak mempengaruhi kinerja ekspor migas riil dan hanya mempengaruhi ekspor nonmigas rill. Sehingga apabila terjadi perubahan atau goncangan pada nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat ekspor non-migas yang akan paling besar merasakan dampaknya. 5. Perbandingan TARIFFij. Pada model kedua bahwa variabel TARIFFij tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja ekspor migas riil dan hanya mempengaruhi kinerja ekspor nonmigas rill. Nilai koefisien variabel TARIFFij pada model pertama bernilai 0,13 yaitu, 1% kenaikan pada variabel TARIFFij akan menurunkan ekspor nonmigas riil sebesar 0,13%. Dapat disimpulkan bahwa elastistas pengaruh variabel TARIFFij tidak mempengaruhi kinerja ekspor migas riil dan hanya mempengaruhi ekspor nonmigas rill. Sehingga apabila terjadi perubahan atau goncangan pada rata-rata sederhana tarif MFN yang diberlakukan suatu negara, ekspor non-migas yang akan paling besar merasakan dampaknya. Kesimpulan Secara umum, variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ekspor dari Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia secara agregat. Pada model pertama yaitu ekspor nonmigas, variabel GDP Indonesia, variabel GDP negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia, variabel jarak geografis, variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, serta variabel rata-rata sederhana tarif MFN terbukti signifikan mempengaruhi ekspor nonmigas dari Indonesia ke negara-negara tujuan utama ekspor dengan koefisien yang memperlihatkan arah yang sesuai dengan hipotesa awal penelitian. Pada model kedua yaitu ekspor migas variabel GDP negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia dan variabel jarak geografis, secara signifikan mempengaruhi ekspor dari Indonesia ke negaranegara tujuan utama ekspor dengan koefisien yang memperlihatkan arah yang sesuai dengan hipotesa awal penelitian. Sedangkan variabel GDP Indonesia,
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
11
variabel nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat, serta variabel ratarata sederhana tarif MFN tidak signifikan dalam mengestimasi arus ekspor migas dari Indonesia ke negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia pada kurun waktu tahun 2000-2011.
Saran Depresiasi nilai mata uang dapat menyebabkan peningkatan daya saing barang ekspor di luar negeri. Harga barang ekspor tersebut menjadi semakin murah di pasar luar negeri, namun di lain sisi harga barang impor di pasar domestik akan meningkat, namun yang patut menjadi perhatian bahwa terdapat barang ekspor yang juga menggunakan bahan-bahan impor dalam proses produksinya. Oleh karena itu menjaga stabilitas nilai tukar antara Rupiah terhadap Dollar AS penting untuk dilakukan. Keikutsertaan Indonesia pada perdagangan Internasional yang disertai dengan kesepakatan dalam menghapus dan meminimalisasi hambatan perdagangan yaitu salah satunya adalah tarif. Terkait pengaruh tarif terhadap ekspor Indonesia. Adanya penurunan pada tarif yang dikenakan oleh masing-masing negara dapat meningkatkan kinerja ekspor Indonesia.
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
12
DAFTAR PUSTAKA Anderson, James, E. 1979. A Theoritical for the Gravity Equation Model. The American Economic Review, vol.69, No.1, pp 106-116. Asiamah, I.A. (2007). Modelling Bilateral Trade Between United States and Ghana Using Gravity Model Trade Analysis Tool. International Journal of Economics. Vol. 51, No. 57 Baldwin, R.E. and T. Murray. 1977. MFN Tariff Reduction and Developing Countries Trade Benefits under GSP. The Economic Journal, Vol. 87, No. 345 (Mar., 1977), pp. 30-46 Bhagwati, Jagdish. After Seattle: Free Trade and the WTO, 2001. Journal of Royal Institute of International Affairs. Vol. 77, No. 1, pp. 15-29. Bayoumi, T., & Eichengreen, B. (1997). Is Regionalism Simply a Diversion? Evidence from the Evolution of the EC and EFTA. 141-164. Bergsten, F. (1997). Open Regionalism. IIE Working Papers, 97-103. Butt, W.A. (2008). Pakistan’s Export Potential: A Gravity Model Analysis. SBP Working Paper Series No. 23. Carrere, Celine. (2006). Revisiting the Effects of Regional Trade Agreements on Trade Flows with Proper Spesification of the Gravity Model. European Economic Review, 50, 223-247. Cernat, Lucian. (2001). Essessing Regional Trade Arrangements: Are SouthSouth RTAs More Trade Diverting?. Policy Issues in International Trade and Commodities UNCTAD, Study Series No. 16, 1-16. Dascal, D., Mattas, K., & Tzouvelekas V. (2002). An Analysis of EU Wine Trade: A Gravity Model Approach. IAER Journal. May, No.2. Elliot, Robert J. R., & Ikemoto, K. (2001). AFTA and the Asian Crisis: Help or Hindrance to ASEAN Intra-Regional Trade?. Journal of Asian Economics, 18(1), pp. 1-23. Ethier, Wilfred J. (1998). The New Regionalism. Economic Journal, 108(449), 1149-1161. Filippini, C., & Molini, V. (2003). The Determinants of East Asian Trade Flows: A Gravity Equation Approach. Journal of Asian Economics, 14, 695-711. Gujarati, D. N. (2003). Basic Econometrics. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. Hapsari, Indira and Carlos Mangunsong. Determinants of AFTA Members’ Trade Flows and Potential Trade Diversion. Asia-Pacific Research and Training Network on Trade Working Paper Series, No. 21, November 2006.
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
13
Jugurnath, B., Stewart, M., & Brooks, R. (2007). Asia/Pacific Regional Trade Agreements: An Empirical Study. Journal of Asian Economics, 18, 974-987. Kristjansdottir, Helga. (2005). A Gravity Mode for Exports from Iceland. Economic Working Papers, No.14. Krugman, Paul R., & Obstfeld, M. (2007). International Economics Theory and Policy. 8th Edition. USA : Addison-Wesley. Lee, J. W., & Shin, K. (2006). Does Regionalism Lead To More Global Trade Integration in East Asia?. North American Journal of Economics and Finance, 17, 283-301. Linnermann, H. (1966). An Econometric Study in International Trade Flows. Amsterdam: North Holland. Magee, C. S. P. (2008). New Measures of Trade Creation and Trade Diversion. Journal of International Economics, 75, 349-362. Markusen, J. R., Melvin, J. R., Kaempfer, W. H., & Maskus, K. E. (1995). International Trade Theory and Evidence. USA: McGraw-Hill. Mankiw, N.G. (2007). Priciples of Economics, Fourth Edition. Mason: Thomson South-Western. Rose, Andrew K., (2004). Do We Really Know that WTO Increase Trade?. The American Economic Review, Vol. 94, No. 1 (Mar. 2004), pp. 98-114. Sanso, Marcos, Rogelio Cuairian, and Fernando Sanz. Bilateral Trade Flows, The Gravity Equation and Functional Form. The Review of Economics and Statistics, Vol. 75, No. 2 (May, 1993), pp. 266-275. Sichei, M.M., Erero, J. L., & Gebreselasie, T. (2008). An Augmented Gravity Model of South Africa’s Exports of Motor Vehicles, Parts and Accessories. Sajems ns, No. 4. Simwaka, Kisu. (2006). Dynamics of Malawi’s Trade Flows: A Gravity Model Approach. MPRA Paper No. 1122. Sohn, Chan-Hyun (2001). A Gravity Model Analysis of Korea’s Trade Patterns and the Effects of a Regional Trading Agreement. Working Paper Series Vol 2001-09, The International Centre for the Study of East Asian Development, kitakyushu. Soloaga, I., & Winters, L. A. (2001). Regionalism in the Nineties: What Effect on Trade. North American Journal of Economics and Finance, 12, 1-29. Website Resmi BPS Indonesia http://www.bps.go.id
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013
14
Website Resmi Bank Indonesia http://www.bi.go.id Website Resmi Departemen Perdagangan http://www.depdag.go.id Website Resmi United http://comtrade.un.org./db/
Nations
Common
Trade
(UN-COMTRADE)
Website Resmi World Integrated Trade Solutions (WITS) http://www.wits.org Yihong, Tang. & Weiwei, W. (2006). An Analysis of Trade Potential between China and within China-ASEAN FTA. Econ. Papers No. 6. Zarzoz, I.M., & Lehman F.N. (2003). Augmented Gravity Model: An Empirical Application to MERCOSUR-European Union Trade Flows. Journal of Applied Economics, Vol. VI, No.2 pp 291-316.
Universitas Indonesia Deterrminan perdagangan ..., Nanda Rizki Fauziah, FE UI, 2013