DETERMINAN VOLUME EKSPOR DI INDONESIA PERIODE 1990 – 2010 Irma Febriana M.K Nurbetty Herlina Sitorus Dosen FEB Universitas Lampung
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi perdagangan internasional di Indonesia. Secara khusus, dalam tulisan ini dibahas bagaimana kondisi ekspor di Indonesia dan apa sajakah yang mempengaruhi ekspor di Indonesia. Dari Penelitian ini didapatkan hasil bahwa secara parsial harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap volume ekspor di Indonesia, sedangkan nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika dan Foreign Direct Investment signifikan mempengaruhi volume ekspor Indonesia. Kata kunci : volume ekspor, nilai tukar Rupiah, Foreign Direct Investment
I. PENDAHULUAN Perdagangan internasional memiliki arti penting dan memiliki pengaruh besar dalam standar kehidupan sehari-hari kita. Banyak individu telah menjadi sangat terbiasa menikmati produk-produk dan jasa dari banyak negara sehingga mudah melupakan bahwa produk dan jasa tersebut adalah hasil perdagangan internasional yang kompleks. Ada dua alasan pokok mengapa perdagangan internasional tumbuh dengan cepat dalam aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Pertama, liberalisasi perdagangan dan investasi membuat penurunan tarif, kuota, pengendalian mata uang, dan hambatan terhadap arus barang dan modal internasional lainnya, walaupun besarnya liberalisasi tiap negara berbeda-beda. Kedua, penyempitan ruang ekonomi yang belum pernah dibayang-kan sebelumnya telah terjadi melalui perbaikan teknologi komunikasi dan transportasi yang sangat pesat dan berakibat pengurangan biaya. Banyak liberalisasi perdagangan bersumber dari pengembangan daerah perdagangan bebas (Free Trade Area) seperti Uni Eropa, yang terdiri dari 17 negara dari Islandia sampai Yunani, dan juga Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko yang menandatangani Perjanjian Perda-gangan Bebas Amerika Utara (North America Free Trade Agreement, NAFTA) pada tahun 1993. Pertumbuhan perdagangan yang pesat juga terjadi di negara-negara anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations, ASEAN). Dengan demikian dapat diartikan bahwa perdagangan internasional lebih banyak terjadi di kawasan regional negara dibandingkan dengan negara-negara di luar keanggotaan. Faktor kedua yang turut berperan dan mempunyai pengaruh besar pada pertumbuhan perdagangan adalah penyempitan ruang ekonomi yang disebabkan oleh makin rendahnya biaya komunikasi dan transportasi. Biaya pengiriman barang melalui udara dan laut juga mengalami penurunan drastis. Hal ini mengakibatkan terjadinya globalisasi pasar. Manfaat utama perdagangan internasional adalah meningkatkan kemakmuran, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk berspesialisasi dalam memproduksi barang dan jasa yang relatif efisien. Efisiensi relatif suatu negara dalam memproduksi produk tertentu dapat dijelaskan dari jumlah produk alternatif lain yang dapat diproduksi dengan input yang sama. Bila ditinjau dari pengertian ini, efisiensi relatif digambarkan sebagai keuntungan komparatif. Semua negara secara bersama-sama dapat memperoleh hasil dari eksploitasi keuntungan komparatifnya, juga
dari skala produksi yang lebih besar dan pilihan produk yang lebih beragam yang semuanya dimungkinkan oleh adanya perdagangan internasional. Karena itu, keuntungan dari mengeksploitasi keuntungan komparatif hanyalah sebagian dari seluruh keuntungan perdagangan bebas. Salah satu kerugian dari perdagangan bebas internasional terjadi saat suatu negara menemukan perusahaan lokalnya bangkrut dan negara tersebut menjadi lebih terbuka terhadap eksploitasi oleh monopoli asing. Akhirnya, beberapa peneliti menentang perdagangan internasional karena penyeragaman budaya dan kemungkinan terjadi dominasi politik. Dengan demikian hal tersebut sama dengan trade off dalam ekonomi. Namun, saat ini banyak pakar ekonomi mempercayai bahwa manfaat perdagangan internasional melebihi kerugiannya. Pada beberapa tahun terakhir ini, semakin diakui bahwa keberhasilan perdagangan internasional tidak sekedar disebabkan oleh keuntungan komparatif yang didasarkan efisiensi produktif. Efisiensi produktif tidak dapat menjelaskan perbedaan mencolok pola keberhasilanseperti pada pertumbuhan Hongkong dengan sumber daya yang terbatas dibandingkan dengan lambatnya kemajuan Argentina meskipun memiliki keuntungan sumberdaya alam yang sangat melimpah. Bagi sebuah bangsa atau negara, pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi seperti yang direncanakan atau diperkirakan, keberhasilan mengurangi angka pengangguran dan menciptakan stabilisasi inflasi merupakan suatu ukuran keberhasilan kebijakan dalam perekonomian negara tersebut. Oleh karena hal tersebut, maka negara-negara berusaha untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal dengan cara melakukan berbagai kebijakan dalam perekonomian. Dalam rangka pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang diinginkan tentunya akan ada sektor-sektor yang akan menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi. Dari uraian di atas penelitian ini memusatkan permasalahan pada bagaimana kondisi volume ekspor di negara Indonesia? Apakah yang mempengaruhi ekspor Indonesia ? Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut untuk mengetahui bagaimana kondisi ekspor di negara Indonesia, untuk mengetahui apakah yang mempengaruhi ekspor Indonesia
II. STUDI LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk dipelajari. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vernon, perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung, diawali dengan adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika terjadi perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi. Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di negara importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara importir (Appleyard, 2004). Perpindahan lokasi produksi ini akan berkaitan dengan foreign direct investment yang terjadi di negara importir. Harga Minyak Dunia Beberapa ahli berpendapat bahwa kenaikan harga minyak dunia disebabkan oleh ketatnya cadangan prasarana pengadaan minyak: kapasitas produksi, pengangkutan dan terutama kapasitas kilang. Memang berbagai faktor geopolitik maupun teknik telah berakumulasi dalam meningkatkan atau juga menurunkan harga, disamping meningkatnya permintaan akan minyak. Pertumbuhan penduduk terutama menyebabkan naiknya permintaan akan energi, khususnya minyak. Nilai Tukar Alfred Marshall dan Abba Lerner menyatakan bahwa depresiasi nilai tukar riil akan meningkatkan kinerja current account apabila volume ekspor dan volume impor elastis terhadap perubahan nilai tukar riil. Dampak perubahan nilai tukar riil terhadap current account dibagi kedalam
volume effect dan value effect. Volume effect adalah dampak perubahan unit output ekspor dan impor akibat dari perubahan nilai tukar riil. Mereka beragumen bahwa nilai volume effect adalah positif karena elastisitas ekspor positif (perubahan permintaan volume ekspor terhadap perubahan nilai tukar riil positif > 0) dan elastisitas impor negatif (perubahan permintaan volume impor terhadap perubahan nilai tukar riil < 0). Sementara, value effect adalah kenaikan nilai impor atas dasar harga domestik akibat dari perubahan nilai tukar riil. Sehingga perubahan current account secara netto dapat menjadi positif atau negative tergantung pada elastisitas ekspor dan impor. Dengan asumsi kondisi current account balance, depresiasi nilai tukar riil akan mengakibatkan current account menjadi surplus apabila jumlah dari elastisitas ekspor dan impor lebih besar dari 1. Jika kondisi ini terpenuhi maka hal ini disebut dengan Marshall-Lerner Condition terpenuhi. Elastisitas ekspor dan impor pada dasarnya dapat dilihat dalam jangka pendek dan jangka panjang sehingga analisa Marshall-Lerner Condition juga dapat diterapkan untuk jangka pendek dan panjang.Elastisitas ekspor dan impor dalam jangka panjang ini terkait dengan J-curve hypothesis. Menurut J-curve hypothesis, depresiasi nilai tukar riil akan meningkatkan kinerja trade balance sedangkan apresiasi akan menurunkan kinerja trade balance. Namun demikian, terdapat efek tunda dimana setelah terjadinya depresiasi nilai tukar riil maka biasanya trade balance akan memburuk terlebih dahulu dan baru akan membaik setelah beberapa bulan kemudian. Pola pergerakannya mengikuti huruf J sehingga disebut J curve. Dalam jangka pendek, terjadinya depresiasi nilai tukar riil akan meningkatkan nilai impor dalam mata uang domestik karena naiknya harga barang impor dalam mata uang domestik . Sedangkan ekspor dalam jangka pendek tidak berubah. Sehingga trade balance menurun. Dalam jangka panjang, diperkirakan akan terjadi penyesuaian dalam volume impor serta terjadinya peningkatan dalam volume ekspor sejalan dengan semakin kompetitifnya harga ekspor . Sehingga akan meningkatkan kinerja trade balance. Oleh karena itu, dampak depresiasi nilai tukar riil terhadap trade balance terjadi melalui price effect (value effect) dan volume effect. Price effect menyebabkan penurunan kinerja trade balance sedangkan volume effect akan meningkatkan kinerja trade balance.Pola pergerakan dampak depresiasi nilai tukar domestik riil terhadap trade balance ini mirip huruf J sehingga dikenal dengan Jcurve. Penurunan trade balance setelah depresiasi nilai tukar riil disebabkan karena sebagian besar pemesanan ekspor dan impor dilakukan beberapa bulan sebelumnya. Sehingga nilai impor meningkat dalam mata uang domestik. Sementara itu ekspor yang dihitung dalam mata uang domestik tidak meningkat sehingga terjadilah penurunan kinerja trade balance. Bahkan apabila kontrak baru dilakukan dengan nilai tukar baru, dampak tidak segera dapat dirasakan karena pelaksanaan pengiriman dan pengapalan ekspor dilakukan beberapa bulan kemudian. Dalam gambar, penurunan tersebut terlihat dari pergerakan point 1 ke point 2. Gambar J - Curve
Dengan berjalannya waktu maka ada beberapa penyesuaian seperti penyesuaian dari sisi produksi dan juga penyesuaian pembangunan pabrik dan peralatan guna memenuhi permintaan ekspor dari luar negeri. Sementara, impor bahan baku dari luar negeri juga memerlukan waktu penyesuaian. Hasil dari proses ini akan meningkatkan kinerja current account secara bertahap sehingga titik equilibrium bergerak dari 2 ke 3. Pada tahap selanjutnya current account akan meningkat sampai mencapai dampak depresiasi dalam jangka panjang. Dengan kata lain, dalam jangka pendek maka depresiasi nilai tukar riil kemungkinan akan memperburuk current account. Tetapi dengan berjalannya waktu untuk penyesuaian maka current account makin membaik secara bertahap sehingga dalam jangka panjang depresiasi nilai tukar rill terhadap current account (lebih tepatnya trade flow) ini mirip huruf J sehingga secara umum membentuk kurva J. Sementara, dari beberapa studi mengindikasikan bahwa hasil empiris dampak depresiasi nilai tukar terhadap trade balance dalam bentuk J-curve tidak konklusif. Foreign Direct Investment (FDI) Investasi Asing Langsung (FDI) didefinisikan sebagai investasi jangka panjang yang dilakukan secara langsung oleh investor asing di dalam suatu bidang usaha warga negara domestik. Investasi di dalam bentuk FDI merupakan investasi yang relatif stabil di dalam jangka panjang. Hal ini akan membantu dalam pemulihan ekonomi yang membutuhkan. Foreign Direct Inevestment (FDI) atau lebih dikenal dengan investasi langsung dari luar negeri memberikan nilai tambah bagi perekonomian di negara tujuan. FDI lebih banyak dilakukan oleh perusahan-perusahaan multinasional akan meyerap tenaga kerja dan dan menghasilkan output yang besar baik untuk dikonsumsi dalam negeri ataupun keluar, dampaknya adalah meningkatkan pendapatan nasional dan ekspor. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang sangat besar, membayar gaji lebih tinggi untuk pekerjanya, mempunyai produktivitas yang sangat tinggi, bersifat capital intensive, skill tenaga kerja yang bagus dan kepemilikan hak paten (intelektual property) akan lebih menguntungkan terlebih lagi untuk diekspor (Haddad Harrisson, 1993; Aiken et al,1997; Rifai Afin dkk, 2008). Untuk menjadi perusahaan multinasional, sebuah perusahaan harus mempunyai kinerja domestik yang sangat besar. Superioritas teknologi relatif memungkinkan persuhaan multinasional menjadi sumber langsung dan tak langsung kemajuan teknologi bagi perusahaan domestik di negara tujuan, terutama bagi negara yang relatif jauh dari teknologi. Penelitian Terdahulu Rashmi Banga (2005) menggunakan data 15 negara sedang berkembang di Asia Selatan, Timur dan Tenggara untuk periode 1980-2000, serta melakukan analisa dengan memisahkan FDI dari negara berkembang dan sedang berkembang. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa insentif fiskal tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap FDI, namun menghilangkan hambatan fiskal menarik FDI. Sementara itu pengurangan hambatan fiskal menarik FDI dari negara berkembang, sementara insentif fiskal dan penurunan tarif menarik FDI dari negara sedang berkembang. Perjanjian antar negara (Bilateral Investment Treaties = BITs) untuk mengurangi diskriminasi perlakuan FDI, memiliki dampak yang signifikan terhadap agregat FDI, terutama perjanjian dengan negara-negara berkembang. Menurut Hymer dikutip oleh Rifai Afin dkk, 2008, menurutnya, FDI lebih dari sekedar proses perpindahan modal secara internasional tetapi juga produksi internasional. Hal tersebut berarti, FDI merupakan kombinasi perpindahan modal, manajemen dan teknologi. Hymer mendefinisikan FDI sebagai perpindahan atau aliran teori organisasi internasional. Menurut A.J. Surjadi, kenaikan harga minyak tersalurkan ke dalam perekonomian melalui berbagai saluran. Saluran pertama melalui efek terms of trade. Kenaikan harga minyak mengakibatkan pengalihan pendapatan dari negara pengimpor minyak ke negara pengekspor minyak melalui pergeseran term of trade. Besarnya dampak langsung melalui saluran ini tergantung atas (1) pangsa biaya minyak dalam pendapatan nasional (2) tingkat ketergantungan pada minyak impor (3) kemampuan pemakai akhir untuk mengurangi konsumsinya dan beralih dari minyak ke sumber energy lainnya. Bagi negara pengekspor netto (ekspor minyak lebih besar daripada impor minyaknya), kenaikan harga langsung menaikkan pendapatan nasional riil melalui pendapatan ekspor yang lebih besar.
Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan pustaka di atas, maka hipotesis yang dapat dikembangkan dalam penelitian ini adalah: a) Diduga volume ekspor di Indonesia dipengaruhi oleh harga minyak dunia, nilai tukar Rp/$ Amerika dan foreign direct investment. b) Diduga nilai harga minyak dunia, nilai tukar dan foreign direct investment memiliki pengaruh positif terhadap volume ekspor Indonesia
III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data deret waktu (time series) tahunan dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari International Financial Statistics (IFS-IMF). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Volume ekspor Indonesia 2. Harga minyak dunia 3. Kurs Rupiah terhadap dollar Amerika 4. Foreign Direct Investment Model Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: Persamaan Regresi untuk ekspor Indonesia:
EI = f (HM, ER, FDI) Dimana : Variabel dependen : EI = Volume Ekspor Indonesia HM = Harga Minyak Dunia ER = Exchange Rate (nilai tukar rupiah terhadap dolar AS) FDI = Foreign Direct Investment Karena volume ekspor Indonesia berbeda satuannya antara volume ekspor minyak bumi dalam barel, Liquid Natural Gas (LNG) dalam MBTU, Liquid Petrolium Gas (LPG) dalam MT dan non migas dalam ton. Maka volume ekspor dirubah dalah bentuk indeks rata-rata volume ekspor Indonesia. Sehingga bentuk persamaannya menjadi:
Y = α1 + α2x1 + α3x2 + α4x3 + et Dimana: Y = Indeks rata-rata volume ekspor Indonesia (%) x1 = Harga Minyak Dunia (barel/dolar AS) x2 = Exchange Rate (nilai tukar rupiah terhadap dolar AS) x3 = Foreign Direct Investment (juta dolar) et = error term Teknik Analisis Data Pengujian Asumsi Klasik Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, harus terlebih dahulu melalui uji asumsi klasik. Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh parameter yang valid dan handal. Pengujian asumsi klasik terdiri dari uji Normalitas, uji Multikolinearitas, uji Autokorelasi dan uji Heteroskedastisitas.
a) Uji Normalitas Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji normalitas dapat dilakukan dengan cara grafik histogram dan normal probability plots. Cara grafik histogram cukup dengan membandingkan antara data riil/nyata dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal, dan sebaliknya. Sementara cara normal probability plots lebih handal daripada cara grafik histogram karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi normal (otomatis oleh computer) secara kumulatif. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis diagonal. b) Uji Multikolinearitas Salah satu asumsi dalam metode kuadrat terkecil adalah tidak adanya hubungan linear antara variable independent. Jika hal ini terjadi, maka dikatakan bahwa data mengalami multikolinearitas. Indikasi awal data yang mengalami multikolinearitas yaitu apabila model memiliki standard error yang besar dan nilai statistic t yang rendah. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas dalam suatu model regresi. Salah satu ciri persamaan regresi yang mengalami masalah multikolinearitas adalah nilai R2 yang tinggi namun memiliki sedikit variable independent yang mempengaruhi variable dependent secara signifikan. Metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas dalam penelitian ini adalah tolerance Variance Inflactor Factor (VIF). Batas tolerance value di bawah 0.1 dan VIF adalah 10. Oleh karena itu jika nilai tolerance value 0.1 atau VIF di atas 10 maka data dikatakan mengalami multikolinearitas. c) Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi yang terjadi antara anggota observasi yang terletak berderetan secara seri dalam bentuk waktu (jika data yang digunakan adalah data time series) atau korelasi empat variabel yang berdekatan (jika data yang digunakan adalah data cross sectional). Uji AutoKorelasi penelitian ini menggunakan uji LM test untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi. Karena jumlah data besar sebanyak 6484 Dasar pengambilan keputusan jika nilai residual di regresikan dengan variable dependent lagi residual p_valuenya lebih kecil dari 0.05 berarti ada masalah autokorelasi dan jika nilai p_valuenya lebih besar dari 0.05 maka berarti tidak ada masalah autokorelasi. Autokorelasi juga dapat ditentukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut: - Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW lebih kecil -2 (DW < -2) - Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 (-2
+2) d) Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas merupakan varian variabel dalam model yang tak sama (konstan). Menurut Widarjono (2005), salah satu metode paling cepat yang bisa digunakan dalam mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan mendeteksi pola residual melalui sebuah grafik. Jika variabel memiliki varian yang sama (homoskedastisitas) maka kita tidak mempunyai pola yang pasti dari residual. Sebaliknya jika residual memiliki sifat heteroskedastisitas, maka residual akan menunjukkan pola tertentu. Metode lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi heteroskedastisitas adalah metode Glejser. Yaitu dengan cara meregresikan semua variabel independen dengan variabel dependen absolut residual dan dari hasil tersebut semua variabel harus memiliki nilai p-value yang lebih besar dari 0.05 untuk dapat dikatakan bahwa model tidak memiliki masalah heteroskedastisitas.
Uji-t Asumsi yang dipakai adalah apabila signifikansi t lebih besar dari tingkat alpha (α) yang ditetapkan, maka variable independent tersebut tidak berpengaruh terhadap variable dependent atau hipotesis yang diajukan tidak didukung oleh data. Tetapi sebaliknya apabila nilai sig t lebih kecil dari tingkat alpha yang digunakan maka data mendukung hipotesis penelitian. Penelitian akan menggunakan level of significance (α) = 5%, hal ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis. Melakukan Uji-f Asumsi yang dipakai adalah, apabila Fhitung < Ftabel, maka variable independent tersebut secara simultan tidak berpengaruh terhadap variable dependent atau hipotesis yang diajukan tidak didukung oleh data. Tetapi sebaliknya apabila nilai Fhitung > Ftabel, maka variable independent tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variable dependent atau data mendukung hipotesis penelitian.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dari hasil perhitungan dengan software Eviews 5.0 diperoleh hasil sebagai berikut: Dependent Variable: Y Method: Least Squares Date: 10/11/2012 Time: 17:14 Sample: 1990 2010 Included observations: 21 Variable C X1 X2 X3 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
66.09852 0.034710 0.010919 0.002374
12.00486 0.271869 0.001569 0.000443
5.505982 0.127673 6.958415 5.358234
0.0001 0.9002 0.0000 0.0001
0.876600 0.850158 18.08287 4577.861 -75.38843 2.606016
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
176.0456 46.71431 8.820937 9.018797 33.15085 0.000001
Estimation Command: ===================== LS Y C X1 X2 X3 Estimation Equation: ===================== Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3 Substituted Coefficients: ===================== Y = 66.09851983 + 0.03471020858*X1 + 0.01091862389*X2 + 0.002373968281*X3 R2 = 0,88
Dari hasil hitung di atas, didapat bahwa sebesar 88% volume ekspor Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Foreign Direct Investment sedangkan sisanya sebesar 12% dijelaskan variabel lain di luar model. Berdasarkan uji t-statistik diperoleh nilai t-tabel = 1,761 sedangkan nilai t-statistik untuk harga minyak dunia = 0,12, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS = 6,96 dan Foreign Direct Investment = 5,36. Hal ini membuktikan bahwa secara parsial harga minyak dunia tidak memiliki pengaruh terhadap volume ekspor Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Foreign Direct Investment secara parsial signifikan mempengaruhi volume ekspor. PENGUJIAN AUTOKORELASI Untuk pengujian ada tidaknya autokorelasi menggunakan pengujian Durbin-Watson Stat. Nilai Durbin-Watson Statistik yang diperoleh adalah 2,606 sedangkan nilai dl dan du ditentukan dengan melihat tabel. Nilai α = 5% dengan n=17 dan k = 3, sehingga didapat nilai Durbin-Watson tabelnya: dl = 0,90 dan du = 1,71. Karena 1,93 berada di daerah yang tidak ada autokorelasi maka bisa disimpulkan bahwa model yang digunakan tidak mengandung masalah autokorelasi. PENGUJIAN MULTIKOLINEARITAS
X1 X2 X3 Y
X1 1 0.531357601 0.264886239 0.591980376
X2 0.531357601 1 -0.113708341 0.757261004
X3 0.264886239 -0.113708341 1 0.460788587
Y 0.591980376 0.757261004 0.460788587 1
Dari matriks korelasi di atas terlihat bahwa hubungan antara varibel independennya (tidak termasuk ekspor) semuanya dibawah 70% sehingga bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinear.
V. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh simpulan bahwa sebesar 88% volume ekspor Indonesia mampu dijelaskan oleh variabel harga minyak dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Foreign Direct Investment sedangkan sisanya sebesar 12% dijelaskan variabel lain di luar model. Berdasarkan uji t-statistik diperoleh nilai t-tabel = 1,761 sedangkan nilai t-statistik untuk harga minyak dunia = 0,12, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS = 6,96 dan Foreign Direct Investment = 5,36. Hal ini membuktikan bahwa secara parsial harga minyak dunia tidak memiliki pengaruh terhadap volume ekspor Indonesia, sedangkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan Foreign Direct Investment secara parsial signifikan mempengaruhi volume ekspor. Mencermati struktur ekspor dan impor Indonesia yang didominasi impor bahan baku dan bahan penolong serta impor barang modal, merefleksikan bahwa struktur industri Indonesia masih sangat tergantung pada impor barang-barang tersebut. Untuk itu perlu diupayakan penciptaan sektor industri yang mampu memberikan pasokan untuk bahan baku dan bahan penolong. Berkaitan juga dengan pola hubungan antara impor Indonesia dengan FDI, maka FDI Indonesia selain diarahkan untuk peningkatan ekspor Indonesia juga perlu diarahkan pada sektor Middlestream Industry.
DAFTAR PUSTAKA Afin, Rifai & Nur Alfillail Oktarani. 2008. Perdagangan Internasional, Investasi Asing, dan Efisiensi Perekonomian Negara-negara ASEAN. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Appleyard, Dennis R. & Alfred J Field. 2004.International Economics. New York. Mc Graw Hill Higher Education. Asteriou, Dimitrios. 2006. Applied Econometrics A Modern Approach using Eviews and Microfit. Palgrave MacMillan Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi Indonesia. Berbagai edisi Bank Indonesia. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Berbagai edisi ______________. Laporan Bulanan Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter. Berbagai Edisi. ______________. Laporan Perekonomian Indonesia. Berbagai Edisi. Federal Reserve Statistical Release pada www.federalreserve.gov/release/g13. Berbagai edisi. Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition, Mc Graw Hill International Edition. Singapore Hadi Kardoyo & Mudrajad Kuncoro. 2002. Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box Jenkins, Study Empiris Rp/US $ dan Rp/Yen 1983.2 – 2000.3. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 7 No. 1 2002, hlm 1-22. Iskandar Simorangkir. 2006. Openness and Its Impact to Indonesian Economy: A Structural VAR Approach. Vanderbilt University, Nashville TN USA. Krugman, Paul R & Maurice Obstfeld. 2009. International Economics, Theory and Policy. Eight Edition. Addison – Wesley Publishing Company. Boston. Levi, Maurice D. 2001. International Finance. 3rd Edition. MC Graw Hill Book Co. Lindert, Peter H. 1994. Ekonomi Internasional. Edisi Sembilan. Penerbit PT Bumi Angkasa Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. 10th Edition. Cengage Learning. Singapore. Mankiw, N. Gregory. 2007. Principles of Economics. Fourth Edition. Thomson South Western. Mark, N.C. 1995. Exchange Rates and Fundamentals, Evidence on Long Horizon Predictability. American Review. hlm. 201 – 218. Marsuki. 2010. Landscape Kebanksentralan Indonesia. Mitra Wacana Media. Mishkin, Frederic S. 2007. The Economics of Money, Banking and Financial Markets. Eighth Edition. Pearson International Edition Mudrajad Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif : Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Salvatore, Dominick. 2007. International Economics. Ninth Edition, John Wiley and Sons Inc. New Jersey Triyono.
2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika. Pembangunan Vol 9. No 2. Desember 2008, hlm 156 – 167.
Jurnal Ekonomi
Wilson, Ian .2009. The Monetary Approach to Exchange Rates : A Brief Review and Empirical Investigation of Debt, Deficit and Debt Management : Evidence from The United States. The Journal of Business Inquiry 2009, hlm 83 – 99. Yati Kurniati & A. V. Hardiyanto. 1999. Perubahan Sistem Nilai Tukar. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol 2 No. 2, Bank Indonesia. Jakarta,hlm 43-75.