11 GAMBARAN UMUM KARET ALAM DUNLA DAN INDONESIA
2.1 Sejarah Perkembangan Karet Alam Dunis dan Indonesia
Tanaman karet yang dikenal dengan nama botani Hevea
Brasiliensis berasal
dari
daerah
Amazone
di
Brasilia.
Pada tahun 1860 Markham dikirim ke Amerika Selatan oleh nThe Royal Botanic GardensH untuk mengumpulkan bi ji-biji hevea untuk disemaikan di Kew Garden London, dan hasilnya dikirim untuk ditanam di India dan Sailan (Siswoputranto, 1981). Pada tahun 1877 tanaman karet hasil persemaian bijibiji karet yang dikirimkan oleh Wickham dari Brasilia ke Kew Gardens pa& Raya
tahun 1876, kemudian dikirim ke Kebun
Pasadeniya di Srilanka, Kebun Raya di Penang, dan
Kebun Raya di Bogor sebagai percobaan.
menjelang akhir abad ke-19,
Pada tahun-tahun
mulai ada usaha-usaha untuk
melakukan penanaman karet secara luas.
Dalam tahun 1905
dimulai penanaman karet dalam bentuk perkebunan, terutama di
Malaya
dan Sailan.
Pada
tahun
1910 Dunlop
Rubber
Company membuka perkebunan karet yang pertama, dan pada tahun 1915 didirikan Dunlop Plantations Ltd. yang merupakan perkebunan terbesar pada waktu itu
(Siswoputranto,
1981). Areal tanaman karet bertambah secara mencolok di Asia Tenggara, dimana pada tahun 1907 luas areal tanaman
karet
di Asia Tenggara baru 5 ribu hektar, meningkat menjadi 400
ribu
hektar
pada
tahun
1909.
Setelah
tanaman
karet
diusahakan dalam bentuk perkebunan di Malaya, banyak buruh yang berasal dari Indonesia yang bekerja di perkebunan karet
di
Malaya
maupun
pedagang
dari
Indonesia
yang
tertarik terhadap tanaman karet membawa biji-biji karet tersebut untuk ditanam di kampungnya masing-masing. Buruh kebun maupun pedagang Indonesia tersebut pada umumnya berasal dari daerah pantai di Sumatera, seperti: Jambi,
Palembang,
Riau,
Tapanuli,
dan
dari
Kalimantan
sepanjang sungai Kapuas dan Sambas, di sekitar Serapat dan Klampa.
Di sekitar Kalimantan bagian selatan dan bagian
timur, yaitu di daerah Barabai, Kandangan, Amoentai dan Tanjung, tanaman karet ini juga banyak diusahakan.
Sejak
tahun 1920 hingga 1935, areal tanaman karet di wilayah Sumatera dan
Kalimantan terus berkembang melebihi
luas
tanaman karet di Jawa. Tpbel 2.1
Perkembangan Luas Tanaman Karet di Indonesia. Jawa
Luar Jawa
Total luas (ha)
Tahun Luas (ha)
Pangsa
(%)
Luas (ha)
Pangsa (%)
--
Sumber:
De Landbouns (1981)
in den Indischen Archipal dalam Siswoputranto
2.2 Ekonomi Karet Alam Dnnia Produksi dan Konsumsi Karet Alam Dunia
2.2.1
Tanaman karet umumnya ditanam di negara-negara Asia, Amerika Selatan dan Afrika.
Pada tahun 1990, negara yang
terluas tanaman karetnya adalah Indonesia, Thailand dan Malaysia untuk wilayah Asia, negara Nigeria untuk wilayah Afrika, dan negara Brazil untuk wilayah Amerika. Tabel 2.2
Luas Areal Tanaman dan Produksi Karet Alam di Negara Produsen Utama (1990)
Negara
Luas Tanam (000 Ha)
Produksi (000 metrik ton)
Indonesia Thailand Malaysia China India Nigeria Sri Lanka Brazilia Liberia Vietnam Sumber
:
International Rubber Study Group, Desember 1992
Walaupun yang
terluas
areal tanaman karet di
dunia,
Indonesia merupakan
tetapi hingga tahun 1988 negara
yang
produksi
karet
alamnya
terbesar
adalah
Malaysia,
kedua Indonesia dan ketiga Thailand (Tabel 2.3). Tabel 2.3
P e r k e m b a n g a n Produksi N e g a r a Produsen
Karet
Alam
Utama
D u n i a Menurut
-
Pzuduksi (000 ton)
1985
-0
Sumber
1986
1987
1988
1989
1990
(a)
1991
Statistik Perkebunan Indonesia, 1989 International Rubber Study Group 1992.
:
Keterangan
:
Setelah
angka dalam kurung produksi dunia . tahun
1990,
( )
urutan
dan
adalah presentase dari
kedudukan
dari
ketiga
negara penghasil utama karet alam pada tahun 1991 berubah menjadi
Thailand
produsen
terbesar
1.34 juta ton, kedua Indonesia 1.28 juta
ton,
dan
sebesar 1.20 juta ton.
dengan
produksi
dengan produksi sebesar
ketiga Malaysia
dengan
produksi
.
Konsumsi Karet Alam Dunia
2.2.2
Negara yang mengkonsumsi karet alam terbesar adalah Amerika
Serikat,
Tabel 2.4
kemudian
Jepang,
China,
dan
Perkembangan Konsumsi Karet Alam Beberapa Negara Konsumen Utama Konsumsi (000 ton)
Pertumbuhan
Negara
1. Amerika Serikat 2. Jepang 3. China 4. India 5. Korea 6. Jerman 7. Francis 8. Italia 9 Inggris 10. Taiwan 11. CIS
.
Total Dunia
Sumber
India
:
1986
1987
1988
1989
1990
1991
743.0 535.0 450.0 251.7 180.0 198.7 158.7 133.0 130.0 105.0 165.0
789.0 568.0 555.0 277.6 200.0 198.5 170.0 136.0 134.0 105.0 165.0
858.3 623.0 660.0 311.1 235.0 203.6 181.0 140.0 140.0 150.0 100.0
866.9 657.0 675.0 333.2 230.0 221.1 184.0 143.0 132.5 100.0 140.0
807.5 677.0 600.0 358.3 252.0 208.7 179.0 130.0 136.0 105.0 150.0
751.0 689.5 605.0 374.8 259.0 210.7 183.0 120.0 119.0 120.0 80.0
4460.0
4800.0
5180.0
5300.0
5270.0
5150.0
(%)
0.16 3.09 3.10 2.46 1.58 0.24 0.48 -0.26 -0.22 0.30 -1.80 3.09
International Rubber Study Group, Desember 1992.
Dari negara-negara yang mengkonsumsi karet alam dalam jumlah di atas 100 ribu ton, China dan India adalah juga merupakan besar.
negara produsen karet alam dalam
jumlah yang
Tetapi karena kebutuhan konsumsi karet alam di
dalam negerinya lebih besar dari produksi, maka negaranegara tersebut tetap h a m s melakukan impor. Konsumsi karet alam oleh negara-negara maju digunakan untuk
bahan
baku
ban
dan
produk-produk umum non
ban,
seperti sepatu, bantalan re1 kereta
api,
dll.
bangnya konsumsi karet alam untuk ban, tidak
Berkemterlegas
dari perkembangan produksi kendaraan penumpang yang menggunakan ban dari karet alam serta perkembangan teknologi pembuatan ban.
.
Ada dua macam tehnologi pembuatan ban sekarang ini,
yaitu tehnologi pembuatan ban konvesional dan tehnologi pembuatan ban memerlukan
Tehnologi pembuatan ban
radial.
karet
alam
dalam
jumlah yang
lebih
radial besar
dibandingkan dengan kebutuhan karet alam untuk pembuatan ban konvesional. radial
untuk
Xebutuhan karet alam untuk pembuatan ban
kendaraan
penumpang
mencapai
39
persen
bagian, sedangkan untuk ban konvesional untuk kendaraan penumpang kebutuhan karet alam hanya mencapai 15 persen bagian dari total bahan karet yang digunakan. truk
radial
bagian,
kebutuhan
karet
alam
mencapai
sedangkan untuk pembuatan ban
kebutuhan karet alam hanya
Untuk ban 75
persen
truk konvesional
37 persen bagian dari total
bahan karet yang digunakan (Budiman, 1984) , 2.2-3
Struktur Pasar Karet Alam Dunia Negara
Indonesia, pengimpor
pengekspor Malaysia
karet
karet
dan
alam
Thailand.
utama
dunia
adalah
Sedangkan
negara
alam terbesar antara lain adalah negara-
negara Amerika Serikat, Jepang, China, Jerman, Prancis,
Inggeris,
Italia,
Rusia,
Korea,
dan
Spanyol,
Taiwan.
Adapun perkembangan volume dan nilai ekspor karet alam beberaga
dari
negara
produsen
dapat
dilihat
pa&
Tabel 2.5. Tabel 2.5
Perkembangan Volume dan Pangsa Alam Negara Produsen Utama
Indmeeia
Walaysia
Thpiland
gkspor Karet lbtrl
Lain-lain
-
T&un
v01-
gb.rr
(OOOeoa)
Sumber
:
(S)
V0l€me Sbnrs (OOOton)
Volrra
Sbua
V0lra
(OOOtan)
(*I
(OOOtOn)
dari
ketiga
di atas dapat
(S)
negara
diketahui bahwa pangsa
penghasil
tersebut mencapai lebih dari 90 persen. Tabel 2.3
laSpm (OOOtan)
Direktorat Jenderal Perkebunan
Dari Tabel 2.5 ekspor
(*)
-
dengan Tabel 2.5,
alam yang diekspor
karet
alam
utama
Bila dibandingkan
dapat diketahui bahwa karet
Indonesia, Malaysia dan Thailand pa&
tahun 1990 adalah merupakan bagian terbesar dari produksi karet masing-masing negara.
Adapun pangsa produksi karet
alam masing-masing negara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand, secara berturut-turut adalah sebesar 84.5
per-
sen, 100.2 persen dan 90.2 persen dari produksi masingmasing negara pada tahun bersangkutan. -
Sedangkan untuk
tahun 1991 pangsa produksi yang diekspor Indonesia, Malaysia, dan Thailand secara berturut-turut 95.0 persen, 94.3 persen dan 120.5 persen dari total produksi masing-masing negara.
Malaysia dan Thailand kadang-kadang mengekspor
karet alam lebih besar dari produksi karet alamnya pada tahun bersangkutan.
Hal ini mungkin dapat terjadi karena
adanya pengurangan stock pada tahun-tahun tertentu ataupun terjadinya reekspor
.
Secara keseluruhan, pangsa produksi karet alam negara-negara produsen
yang diekspor pada tahun 1988, 1989,
1990 dan 1991 secara berturut-turut adalah sebesar 92.3 persen, 77.1 persen, 76.6 persen dan 74.5 persen.
Terjadi
penurunan pangsa produksi karet alam dunia yang diekspor, ha1
ini
memberikan
gambaran
perkembangan industri hilir di negara-negara produsen Indonesia,
Malaysia
adanya
peningkatan
atau
yang menggunakan karet alam
yang bersangkutan. dan
Thailand
sebagai
negara
produsen karet alam yang utama, konsumsi karet alamnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun
1986 Indonesia hanya mengkonsumsi
sebesar 93
karet
alam
ribu ton telah meningkat menjadi 110 ribu ton pa& 1991.
Hal yang sama juga terjadi pa&
tahun
konsumsi karet alam
Malaysia dan Thailand, masing-masing meningkat dari 70.8 ribu ton dan 39.6 ribu ton pa&
tahun 1986 menjadi 214.8
ribu ton dan 103.7 ribu ton pa&
tahun 1991.
Negara
tujuan
adalah Amerika
ekspor
karet
Indonesia yang
utama
Serikat , Singapura dan Jepang .
Adapun
negara tujuan ekspor yang utama bagi Malaysia adalah Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan beberapa negara Eropa barat.
Sedangkan negara tujuan ekspor utama
Thailand adalah Jepang, China, Amerika Serikat, Taiwan, Singapura dan beberapa negara Eropa barat. Adapun
perkembangan
impor
dari
beberapa
negara
pengimpor utama karet alam dunia adalah seperti terlihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6
Perkembangan Volume Negara Importir Utama
Impor
Karet
Alam
Jumlah Impor (000 ton)
Pertumbuhan
Negara 1. Amerika Serikat 2. Jepang 3. China 4. India 5. Korea 6. Jerman 7. Prancis 8. Italia 9. Inggris 10. Taiwan 11. CIS 12. Spanyol Total Dunia
Sumber
:
dari
1986
1987
1988
1989
1990
721.0 534.5 222.0 60.3 179.9 198.9 157.5 124.1 130.4 105.2 168.2 107.8
769.1 570.2 360.5 45.0 200.0 198.3 173.4 132.5 133.9 105.0 167.0 111.6
791.8 656.6 420.7 58.4 235.4 203.3 176.7 137.6 120.5 154.2 93.6 116.9
880.9 665.4 409.6 41.1 231.4 221.3 182.4 141.2 127.5 103.0 132.8 121.7
820.1 663.0 339.5 61.4 253.7 208.7 177.7 131.7 136.2 104.5 151.9 119.2
3595.0
3896.0
4121.0
4176.0
4047.0
1991
(%I
776.2 1.53 690.6 5.84 321.0 8.92 16.4 -14.56 262.5 9.18 210.6 1.18 170.2 1.61 122.4 -0.27 117.5 -1.98 118.4 2.51 78.0 -10.73 101.2 -1.22 3794.0
1.11
International Rubber Study Group, Desember 1992
Bila dibandingkan Tabel 2.4 dan Tabel 2.6,
terlihat
bahwa negara-negara yang konsumsi karet alamnya tinggi jugs merugakan negara pengimpor karet alam yang besar. Hal ini kecuali India. dimana konsumsi karet alam negara ini lebih banyak dipenuhi dari hasil produksi karet sendiri.
Negara konsumen utama karet slam yang jugs menjadi
pengimpor
karet
alam
terbesar adalah Amerika
Serikat.
Pada tahun 1969 pangsa impor karet alam Amerika Serikat mencapai 20.2 persen dari total impor karet alam dunia, Uni Soviet
10.4 persen, Jepang sebesar 9.9 persen, China
sebesar 9.7 persen, Inggris sebesar 6.97 persen, Jerman Barat sebesar 6.9 persen, dan Perancis sebesar 5.7 persen. Pada
tahun 1990, pangsa
Serikat adalah 20.3
impor karet alam Amerika
persen dari total impor karet alam
dunia,
Jepang
sebesar 16.8
persen,
Korea
sebesar 6.3
persen, persen,
China
sebesar
8.9
Jerman
sebesar
5.2
persen, Prancis sebesar 4.4 persen, CIS sebesar 3.8 persen,
Inggris
persen,
sebesar
3.4
persen,
Spanyol sebesar 2.9
Italia
sebesar
3.3
persen, dan negara lainnya
sebesar 25.9 persen. Bila dilihat perkembangan impor karet alam antara tahun 1986 hingga tahun 1991, beberapa negara ada yang mengalami peningkatan dan ada beberapa negara yang mengalami
penurunan.
Negara
yang pangsa impor karet alamnya
meningkat
antara
tahun 1986-1991 adalah Jepang,
Amerika Serikat,
Taiwan dan Jerman.
impor
terlepas
ini
tidak
dari
Korea,
Adanya peningkatan
kemungkinan
terjadinya
dan industri-
peningkatan industri kendaraan bermotor
industri yapg menggunakan bahan baku karet alam, serta perkembangan
tehnologi
meningkatkan pemakaian pangsa
atau
industri
karet alam.
yang
Sedangkan negara yang
impornya menurun antara lain adalah CIS, India,
Inggris, China, Prancis, Italia dan Spanyol. impor
mcndorong
karet
alam
dunia
untuk
kurun
waktu
Secara total yang
sama,
berkurang 4.2 persen untuk setiap tahunnya.
2.3 ~EkonomiKaret Alam ladonesia 2.3.1
Perkembangan Luas Areal Tanam
Produksi karet alam Indonesia bersumber dari
tiga
jenis pengusahaan, yai tu dari perkebunan rakyat, perkebu-
nan besar swasta dan perkebunan negara.
Bagian
berasal dari produksi perkebunan rakyat.
Hal ini sesuai
dengan pangsa luas areal tanaman karet yang perkebunan rakyat.
terbesar
didaminasi
Pertumbuhan areal tanaman karet Indo-
nesia untuk kurun waktu 1977-1992 mencapai 2.41 persen per tahunnya
.
Untuk
j enis
pengusahaan
perkebunan
rakyat ,
perkebunan besar swasta, dan perkebunan negara untuk kurun waktu
yang
sama
pertumbuhannya
secara
berturut-turut
adalah 3 persen, 0.38 persen dan 3 persen (Tabel 2.7).
Tabel 2.7
Perkembangan Areal Tanaman Karet Menurut Jenis Pengusahaan Areal Tanam (000 Ha) Perkebunan Perkebunan Perkebunan Total Negara Rakyat Besar Swasta
Tahun
Pertumbuhan (% )
2.99 0.79 3.08 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan Keterangan : * ) Data Sementara Tabel
2.7
terluas di
menggambarkan bahwa
Indonesia adalah
areal
2.41
areal tanaman karet karet
dengan
jenis
pengusahaan perkebunan rakyat dengan pangsa 84.0 persen, perkebunan negara
dengan pangsa areal
8.5
persen,
perkebunan besar swasta dengan pangsa sebesar total areal tanaman karet pada tahun 1991. bunan
karet
rakyat
7.5
Areal
dan dari
perke-
terluas terdapat di wilayah Sumatera
dengan pangsa 73 persen, kemudian di wilayah Kalimantan dengan pangsa 25 persen.
Areal karet perkebunan besar
swasta terluas adalah di wilayah Sumatera dengan pangsa 58
persen, kemudian di wilayah Jawa dengan pangsa
persen.
33
Sedangkan tanaman karet dengan jenis pengusahaan
perkebunan negara, yang terluas adalah di wilayah Sumatera dengan pangsa 71 persen, kemudian di wilayah Jawa dengan pangsa 23 persen. Dilihat dari pola pemgembangannya, perkebunan karet rakyat &pat
Plasma dari Perkebunan Inti Rakyat (PIR), (2)
yaitu: (1) UPP
dikelompokkan atas enam pola pengembangan,
Program
Perluasan
Rehabilitasi
Peremajaan
Tanaman
.
Ekspor (UPP PRPTE) , (3 ) UPP Berbantuan, (4 ) Transmigrasi, Swadaya Berbantuan, dan (6) Swadaya Murni.
(5)
Tanaman karet
perkebunan rakyat terluas adalah yang
dikembangkan dengan pola swadaya murni yaitu mencapai 85 persen, kemudian yang dikembangkan dengan pola plasma PIR sebesar
5.6
persen,
sebesar 5 persen, karet
perkebunan
dan
dengan
pola
UPP
berbantuan
masing-masing dari luas total tanaman rakyat
pada
kondisi
tahun
1991
(Tabel 2.8). Areal tanaman karet dengan jenis pengusahaan perkebunan
rakyat untuk
wilayah
tahun 1991 yang
Sumatera yai tu mencapai
terluas terdapat di
72.7
persen,
kemudian
untuk wilayah Kalimantan dll. mencapai 26.3 persen, sedangkan untuk wilayah Jawa hanya 0.96 persen dari total areal karet perkebunan rakyat,
Dari 72.7 persen areal
tanaman karet perkebunan rakyat yang terdapat di wilayah Sumatera 2 persen merupakan areal yang dikembangkan dengan pola swadana murni, sebesar 3.5 persen dengan pola PIR,
sebesar 3.5 persen dengan pola UPP berbantuan, dan sisanya dengan pola UPP-PRPTE, pola Transmigrasi, dan pola swadaya berbantuan. Areal tanaman karet perkebunan rakyat yang terdapat di
Jawa,
pola
swadaya murni
Penyebaran Luas Areal Tanaman Pola Pengembanganaya (1991)
Karet Menurut
yang
Tabel 2.8
dikembangkan
Wilryrh supten
dengan
Jmwa
Nil-
lilylh lhliuata '
rotrl
Jsnie Rmgm&mmn/ P o l a Pengambimg~ur
A.
hI6E
(Ha)
(C)
(t)
Luae (Ha)
hI6E (Ha)
(C)
W (Ud
(2)
wt
Perkebunrn
1. Plaar PIR
91 968
2. Imp PRPlg
58 947
3. Imp Berbantupn
94 469
4. Trrnaigrami 5. SuadayaBeubmnt.up
2 604 29 647
6. Supdaya muni
1 645 907
Jdrb A
1 937 524
7. Inti PIP
30 302
11.70
23 770
9.17
17 052
6.S.
71 I24
24.45
8. Won Inti
120 993
46.70
52 208
20.15
14 753
5.69
187 954
72.54
Jdah B
151 295
59-40
75 978
29.32
31 805
1227
259 078
100.00
9-
p=w='-
4 218
o
10. Inti PIR
1-75
0
0.00
0
0.00
4 2 1
1.75
0.00
o
0.00
0
0.00
o
0.00
11. Won P ~ u g r n
114 764
47.69
48 063
19.97
16 012
8.75
178 S39
12. Swaeta &sing
55 035
22.87
2 546
1.06
0
0.00
57 1 . 5
174 017
72.31
50 609
21.03
16 012
2 262 636
71.50
152 224
Jdah C
Jdah A
Sumber:
+
B
+
C
Dirjen Perkebunan, 1993
4
1
749 857
5
23.69
74.32 23.92.
188 630
100.00
3 164 917
100.00
mencapai 0.7 persen, dengan pola PIR sebesar 0.1 persen, dan dengan pola PRPTE sebesar 0.1 persen.
Sedangkan areal
tanaman karet perkebunan rakyat yang terdapat di Kalinarrntan dll. yang dikesubangkan dengan pola swasta n m m i melipersen, dengan pola PIR meliputi 2.0 persen,
puti 22.2
dengan pola UPP berbantuan meliputi 1.6
persen, dengan
pola PRPTE meliputi 0.4 persen, dan dengan pola Swadaya berbantuan meliputi 0.2 persen dari areal total tanaman karet perkebunan rakyat. Dari gambaran yang dikemukakan di atas, dapat dimaklumi rendahnya tingkat produktivitas tanaman karet yang dicapai perkebunan rakyat.
Dimana sebagian besar areal
perkebunan rakyat tersebut dikembangkan dengan pola swadaya murni.
Artinya, pengusahaan peltkebunan dengan pola
swadaya murni mempunyai keterbatasan kemmpuan modal dan pengetahuan dari petani pekebun untuk mengusahakan dan memelihara kebunnya secara intensif. Di tinj au perkebunan
dari pola
negara
dapat
pengembangannya, dikelompokkan
pengembangan yaitu pola Inti
tamman karet atas
dua
pola
(PIR), dan pola Non Inti.
Luas areal perkebunan inti meliputi 27.5 persen dari total areal
tanaman karet perkebunan
persen dengan pola non terdapat
di
wilayah
negara,
sedangkan 72.5
inti.
Pola inti yang terluas
Sumatera
(11.7 %) , di wilayah Jawa
.
26
(9.2 %),
dan di wilayah Kalimantan dll. (6.6 % ) .
Pengusa-
haan perkebunan negara dengan pola non Inti yang terdapat di wilayah Sumatera meliputi 46.7 persen, di wilayah Jawa 20.2 geraen, dan di wilayah
gersen &ri
Kalimantan dll. meliputi 5.7
total areal tanaman karet perkebunan negara.
Ditinjau dari pola perkebunan besar
pengembangannya,
tanaman karet
swasta dapat dikelompokkan atas empat
pola pengembangan yaitu: pola program, pola inti (PIR), pola non program, dan pola swasta asing. hanya
terdapat di wilayah
Sumatera.
Pola program
Pola Inti belum
berjalan pada tanaman karet untuk perkebunan besar swasta. Pola pengembangan perkebunan swasta asing hanya ditemui di wilayah Sumatera dan di wilayah Jawa.
Areal perkebunan
besar swasta yang terluas adalah dengan pola non program yaitu mencapai 74.3
persen, dan pola perkebunan swasta
asing dengan pangsa sebesar 23.9
persen dari luas total
karet perkebunan besar swasta. Secara lebih rinci, penyebaran luas areal tanaman karet
di
Indonesia ditinjau dari propinsi
dan wilayah
produksi, pola pengembangannya, dan jenis pengusahaannya dapat dilihat pada Tabel 2.8. dan Lampiran 36. Tabel
2.9
dapat
dilihat
penyebaran
menurut wilayah produksi dan jenis
areal
Dan, pa&
tanam karet
pengusahaan.
Tabel 2.9
Penyebaran Luas Areal Perkebunan Ksret Menurut Pengelolaannya
-
Lura 1
Ldusi ~
r
lwcYIt
l
Dari Tabel 2.9
c
~
I)wrr
-
Wwtr
rslrr
(000 Em)
lurs A r o d 1-1
1987 (000 &.)
Pl*&&mml
ursur
8vrsta
terlihat bahwa antara tahun 1987 dan
tahun 1991, untuk wilayah Jawa terjadi pengurangan luas areal tanam karet perkebunan rakyat dan perkebunan besar swasta, tetapi untuk periode yang sama terjadi peningkatan areal
tanam
karet
untuk
perkebunan
negara. Di wilayah
Sumatera, untuk periode waktu yang sama terjadi pertamlahan luas areal tanaman karet perkebunan rakyat clan perkebunan besar swasta, tetapi terjadi pengurangan areal karet untuk perkebunan negara.
Di'wilayah Kalimantan dll. untuk
periode yang sama secara absolut terjadi pengurangan areal tanam
untuk
perkebunan
swasta,
peningkatan
tanam
untuk
perkebunan
rakyat
dan
luas areal
perkebunan
negara.
Berarti secara total terjadi pengurangan tanaman karet di wilayah Jawa, dimana peningkatan areal karet perkebunan
negara
lebih kecil dari
total pengurangan areal karet
perkebunan rakyat di tambah dengan pengurangan areal karet perkebunan besar swasta. Procbktivitas den Produksi
2.3.2
Sejalan dengan perkembangan luas areal tanaman karet yang terjadi, peningkatan produksi karet alam Indonesia turut meningka t
.
Produksi karet
alam
Indonesia untuk
kurun waktu 1977-1992 meningkat sebesar 3.30 persen per tahun
.
Sedangkan untuk perkebunan rakyat meningkat 4.62
persen, perkebunan besar swasta 2.64 persen dan perkebunan negara 2.82 persen pertahun untuk kurun waktu yang sama. Penyumbang
terbesar
terhadap produksi
dan perkembangan
karet Indonesia adalah perkebunan rakyat, kedua dari perkebunan negara, dan terakhir dari perkebunan besar swasta. Gambaran perkembangan
produksi
karet
alam Indonesia
secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2.10. Pada rakyat sebesar persen. rakyat
tahun
1977 pangsa
produksi persen,
adalah
sebesar
69.1
13.7
persen,
perkebunan
karet
perkebunan
perkebunan
negara
swasta
sebesar
17.2
Pada tahun 1991, pangsa produksi karet perkebunan meningkat
menjadi
70.0
persen,
dan
perkebunan
negara meningkat menjadi 18.8 persen, sedangkan perkebunan besar swasta menurun menjadi 11.2 persen. Bila pangsa produksi dibandingkan dengan pangsa areal tanaman karet
antar
jenis pengusahaan
terlihat
adanya
ketidak konsistenan.
Pangsa
produksi
perkebunan rakyat
relatif lebih rendah hripada pangsa luas arealnya terhadag produksi maupun terhadap areal tanaman karet total. Hal
ini
&pat
nap rakyat pa&
terjadi
karena
produktivitas
perkebu-
umumnya lebih rendah dari produktivitas
perkebunan beaar swasta maupun perkebunan negara. Tabel 2 . 1 0
Perkembangan Produksi Karet Alam Indonesia Menurut Jenis Pengusahaan Produksi ( 0 0 0 Ton)
Tahun Perkebunan Rakya t
Perkebunan Swasta
4.62
Pertumbuhan
Perkebunan Negara
2.64
2.82
Total Produksi
3.30
(%)
Sumber
:
Direktorat Jenderal Perkebunan)
Keterangan :
*)
Gambaran
Perkebunan
(Statistik
Data Sementara penyebaran
lokasi,
jumlah
perusahaan
dan luas tanam karet perkebunan swasta yang terdapat di
Indonesia, secara rinci &pat
dilihat pa&
Tabel 2.11.
Jumlah gerusahaan perkebunan besar swasta tanaman karet terbanyak
terdapat
di
Jawa
Barat
tetapi yang
terluas
terdapat di Sumatera Utara. Tabel 2.11 No.
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10
Jumlah Perkebunan Besar Swasta Tanam8n Indonesia (1991)
Propinsi
Jumlah Perusahaan (Unit)
Luas Tananran (Ha)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jamb1 Sumatera Selatan LamPung
11 71 1 3 3 5 3
15 918 168 775 697 2 370 1 108 7 701 16 046
12 677 91 263 697 2 190 307 5 599 2 979
Sumatera
97
212 615
115 712
177
113 153
53 389
D.1
.
Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Jawa
11 12 13 14. 15.
Luas HaU (Ha)
Karet
Bali Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
1 6 1 2 1
1 10 11 6 2 -
Kalimantan dl1 Total
129 790 913 592 739 -
231 4 802 3 121 2 156 106 --
-
-
-
-
11
33 163
10 416
285
358 931
179 517
Sumber : Statistik Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, 1993 Bila dibandingkan luas tanaman yang telah diusahakan dengan Hak Guna Usaha (HGU) yang dimiliki perusahaan perkebunan swasta di masing-masing propinsi, ternyata masih
cukup luas lahan yang belum diusahakan.
Dengan demikian,
penggunaan lahan untuk mengusahakan komoditi lain belum kompetitif dengan lahan Pada Tabel 2.12
dilihat perkembangan
berikut &pat
maupun perbedaan tingkat groduktivitas tanrmarr karet antar jenis pengusahaan, maupun antar wilayah produksi. Tabel 2.12
Perkembangan Produktivitas Tanaman Karet Menurut dan Jenis Pengusahaan p p
Wilayah
-
Produktivitas (Kg/Ha) Tahun
Wilayah Sumatera
1977 1978 1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 Ratarata
Wilayah Jawa
Wilayah Kalimantan
PR
PBS
PN
PR
PBS
PN
PR
PBS
PN
494 497 530 534 516 482 522 513 526 556 565 587 573 659 608
950 836 857 937 1149 1051 1128 961 1039 1340 1053 990 1097 1082 1121
1109 1180 1194 1317 1317 1345 1377 1320 1320 1278 1205 1247 1231 1319 1249
404 409 464 468 421 340 507 417 454 414 466 464 477 479 482
488 514 566 564 588 536 621 665 694 530 594 624 625 714 782
799 912 979 1068 1115 1015 1155 1180 1193 1156 1074 1161 1185 1143 1257
402 429 495 495 475 406 468 467 492 447 493 520 544 466 550
321 324 284 369 478 696 691 691 685 615 481 492 717 667 926
1024 1082 713 804 676 667
544
1039
1267
444
607
1093
477
563
828
2.63 13.46
-6.97
-
-
Trend
(%I
1.65
Sumber Keterangan
: :
1.29
0.84
1.38
4.30
4.09
~irektoratJenderal Perkebunan (Diolah) PR = adalah Perkebunan Rakyat PBS = adalah Perkebunan Besar Swasta PN = adalah Perkebunan Negara
Dari tingkat
Tabel
produktivitas
pnagusahaan
uwlmnya
wilayah Sumatera. a&
yang
&pat
2.12
di
dilihat
tertinggi
dari
dicagai perkebunan
bahwa
rata-rata
setiag
jenis
yang berada
di
Produktivitas karet perkebunan rakyat
wilayah Jawa rata-rata lebih rendah dari
produktivitaa yang dicapai perkebunan rakyat di wilayah Kalimantan dll. &n
Sedangkan untuk perkebunan besar swasta
perkebunan negara,
rata-rata produktivitas tanaman
karet perkebunan yang ada di wilayah Jawa lebih tinggi dari
rata-rata
produktivitas
tanaman
perkebunan
yang
berlokasi di wilayah Kalimantan. Dilihat dari perkembangannya, hampir di semua wilayah dan pada setiap jenis pengusahaan terjadi trend produktivitas yang positif, walaupun pada tahun-tahun tertentu terjadi penurunan.
Menurunnya tingkat produktivitas pada
tahun-tahun tertentu dapat terjadi akibat iklim yang tidak mendukung atau harga jual karet yang tidak arenguntungkan ataupun akibat faktor-faktor lainnya.
Bila pa&
swtu
saat tingkat harga tidak menguntungkan, kemungkinaa penyadapan dan pemeliharaan tidak lagi dilakukan secara intensift bahkan tidak dilaksanakan. dapat
menyebabkan
tahun bersangkutan.
turunnya
Bila ha1 itu terjadi
tingkat
produktivitas
pada
Faktor lain yang mungkin menjadi
penyebab kurang besarnya peningkatan produktivitas tanaman karet di Indonesia adalah semakin banyaknya jumlah pohon
karet yang tua jaan
tanaman
akibat
kurang
secara teratur,
dilaksanakannya masih
perema-
banyaknya
tanaman
karet yang tidak klon-klon unggul, serta kurang intensifnya pemeliharaan
.
Perdagangan dan Peaassran Karet A l a r Incloneaia
2.3.3
Kegiatan pemasaran komoditas karet alam Indonesia &pat dikelompokkan atas pemasaran bahan olahan karet rakyat (Bokar), pemasaran
bahan
karet
mentah,
barang jadi hasil olahan dari karet alam. karet
umumnya
hanya
dipasarkan
di
dalam
dan
pemasaran
Bahan olahan negeri
dalam
bentuk getah tipis (USS), luntp (ojol). slab, screp. dan lateks cair. Bentuk produk dari tanaman karet perkebunan rakyat
yang dihasilkan petani dapat berbeda antara satu daerah produsen dengan daerah lainnya.
Di propiwi JaPnbi misal-
nya, petani pekebun tanaman karet rakyat lebih daminan menghasilkan
bahan
olahan
bentuk lumb atau slab.
karet
rakyat
(Bokar) dalam
Sedangkan di wilayah Kalimantan
.
dl1 , lebih banyak petani menghasilkan bahan olahan karet &lam
bentuk karet tipis
karet
rakyat yang
(USS) dan slab.
Untuk kebun
termasuk kebun plasma PIR,
sebagian
menghasilkan lateks cair dan sebagian menghasilkan bentuk slab ataupun USS (getah tipis).
Petani plasma dari Peruaahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR) menurut kepada
ketentuannya
perusahaan
inti
&n
hams
menyerahkan
mendapat
kurang 70 persen dari harga FOB.
hasilnya
pembayaran
lebih
Walaupun ada ikatan
antara petani plasma dengan perusahaan inti, dimrrnr petani plasma h a m a menjual hasilnya kepada perusahaan inti pa& keqataanya
ada
petani
plasma
yang
berusaha
menjual
hasilnya kepada pedagang bebas atau pedagang pengumpul. Hal ini terjadi karena beberapa sebab, seperti pembayaran yang dilakukan perusahaan inti tidak kontan, harga jual di pasar bebas lebih tinggi daripada yang dibayar peruaahaan inti,
dan
adanya pernotongan
langsung untuk pembayaran
cicilan kredit pembangunan kebun plasma sebesar 25 persen hingga 30 persen dari setiap penjualan hasil ke perusahaan inti (Saragih, dkk. 1991). Sedangkan
petani
yang
bukan
peserta
PIR
urnumnya
men jual has ilnya kepada pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul
tingkat
kecamatan,
ke
KUD
atau
langsung ke
pabrik pengolahan dalam bentuk ojol (lump), slab dan atau screp.
Bokar yang dijual petani umumnya
rendah,
karena
Disamping
itu,
hanya
diolah
dengan
dengan mutu
cara
telah berkembangnya pasar
sederhana.
lelang
lokal
karet di beberapa daerah, seperti di Jambi, Kalimantan dan
Suma tera Utara,
yang
dapa t dimanfaa tkan petani maupun
kelompok tani untuk memasarkan bokar yang dihasilkannya.
Perkebunan
besar
swasta
maupun
umumaya menghaailkan lateks cair.
perkebunan
negara
Kemudian diolah oleh
mas ing-masing peruaahaan men jadi bahan mentah karet alam bentuk
konvensional
(RSS),
dan
atau
&lam
bentuk
spesifikasi tehnis (SIR). Sedangkan lateks pekat, umumuya hanya dihasilkan perkebunan negara. Bahan olah karet yang berasal dari petani perkebunan rakyat di jual kepada pedagang pengumpul , ke perusahaan inti maupun dijual langsung ke pabrik pengolahan, kemudian diolah menjadi bahan mentah karet alam. tersebut
&pat
dalam bentuk
hasil
Easil olahan
olahan konvensional
(RSS), dalam bentuk spesifikasi tehnis
maupun
(SIR),
dalam bentuk lateks pekat oleh perkebunan inti atau pabrik Bentuk karet konvensional dan lateks pekat
pengolahan.
pada umumnya dihasilkan oleh perkebunan besar swasta dan perkebunan
negara,
dan biasanya
perusahaan sendiri.
pengolahan
dilakukan
pengolahan karet dalam
Sedangkan
bentuk spesifikasi tehnis sebagian besar dilakukan perusahaan pengolahan karet swasta yang tidak memiliki kebun. Seperti kurang
telah
dikemukakan
95 persen pangsa
ditujukan untuk ekspor,
di
produksi
depan, karet
bahwa
lebih
alam Indonesia
Negara tujuan ekspor karet alam
Indonesia yang utama adalah Amerika Serikat dan Singapura, Pangsa ekspor karet alam Indonesia terhadap impor karet alam Amerika Serikat dan Singapura 69.4 persen dan 53.6
persen untuk tahun 1991.
Saingan utama Indonesia &lam
memasok ekspor karet ke Amerika Serikat dan Singapura adalah negara Malaysia dan Thailand.
Pangsa
ekspor karet
alam Malaysia ke Amerika Serikat dan Singagura masingmasing mencapai 16 persen untuk tahun 1991.
Sedangkan
pangsa ekspor Thailand untuk tahun yang sama mencapai 14.4 persen
dari
impor Amerika
dan
21.5
persen
dari
impor
Singapura. Jurnlah negara pengimpor karet alam dari
Indonesia
dengan volume di atas 10 ribu ton per tahun, untuk tahun 1991 ada 15 negara.
Secara persentase terjadi penurunan
ekspor karet slam Indonesia ke Amerika Serikat, tetapi secara absolut tidak. Amerika
Serikat
Pada tahun 1989 pangsa ekspor ke
sebesar 45 persen
persen pada tahun 1991.
menurun
menjadi
44
Tetapi secara absolut, antasa
tahun 1989 dan tahun 1991 terjadi peningkatan dari 520.4 ribu ton menjadi 538.9
ribu ton.
Sedangkan ekspor karet
alam Indonesia ke Singapura, antara tahun 1989-1991 terjadi penurunan sebesar 6.6 persen, dan untuk tahun yang sama terjadi peningkatan ekspor ke Jepang sebesar 53.9 persen. Peningkatan ekspor karet Indonesia &lam berarti juga terjadi wan, Cina dan Kanada.
jumlah yang cukup
untuk negara Mexico, Belanda, Tai Sedangkan penurunan ekspor karet
alam dari Indonesia terjadi ke negara-negara Singapura, Spanyol, Jerman, Cekoslowakia, dan Yugoslavia.
Pada Tabel 2.13,
&pat
dilihat secara lebih rinci
tentang gambaran perkembangan ekspor karet alam Indonesia menurut negara tujuan.
Dari tabel tersebut &pat
hui bahwa untuk tahun 1991 hanya a&
diketa-
19 negara tujuan
ekspor yang dapat menyerap ekspor karet alam Indonesia di atas 3 ribu ton per tahunnya. Tabel
2.13
Perkembangan Xkspor Karet Menurut Negara Tujuan
Alam
Indonesia --
1989
1990
-
1991
Negara Tuj uan Volume Pangsa Volume Pangsa (000 ton) (%) (%I (000 ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Amerika Serikat Singapura Jepang Mexico Belanda Canada Spanyol Korea Jerman Taiwan Prancis Inggris Cina CIS Australia Cekoslowakia Rumania Hongaria Yugoslavia Lain-lain Total
Sumber
520.40 281.70 40.30 19.20 21.50 15.70 34.60 4.30 30.20 8.20 17.50 21.70 4.00 19.00 13.40 13.90 2.00 5.90 7.80 70.50
45.18 24.46 3.50 1.67 1.87 1.36 3-00 0.37 2-62 0.71 1.52 1.88 0.35 1.65 1.16 1.21 0.17 0.51 0.68 6.13
1151.80 100.00 :
520.20 228.20 38.50 33.90 19.80 15.40 29.30 8.20 25.10 11.90 22.00 16.60 6.70 19.60 2.10 14.90 6.80 5.60 6.80 51.10 1007.30
48.29 20.68 3.57 3.15 1.84 1.43 2 -72 0.76 2.33 1.10 2.04 1.54 0.60 1.82 0.19 1.38 0.63 0.52 0.63 47.60 100.00
Volume Pangsa (000 ton) (%I 538.90 263.20 62.00 38.70 32.30 28.10 26.70 25.70 23.30 22.60 21.90 20.20 18.50 17.10 12.20 7.40 6.00 4.30 3.30 47.60
44.17 21.57 5.08 3.17 2.65 2.30 2.19 2.11 1.91 1.85 1.80 1.66 1.52 1.40 1-00 0.61 0.49 0.35 0.27 3.90
1220.00 100.00
International Rubber Study Group, Desember 1992
Pada mulanya
karet alam yang dihasilkan Indonesia
untuk di ekspor adalah dalam bentuk konvensional, sama
dengan
produk
Iainnya. jenis
.
yang
dihaailkan
negara
produsen
karet
Tetapi setelah meningkatnya penuintaan terhadap
karet
TSR,
maka
produsen
karet
Indonesia mulai
memproduksi karet bentuk TSR.
Sejak tahun 1969 Indonesia
mulai melakukan ekspor &lam
bentuk TSR, yang kemudian
berkembang dengan cepat.
Pada tahun 1969 ekspor karet
jenis TSR yang di ekspor Indonesia baru mencapai 8.4 ribu ton
atau
Indonesia.
1.0
persen
Pads
dari
tahun
tabel
1986,
ekspor
ekspor
karet
karet TSR
'
alam
telah
mencapai 752.9 ribu ton atau 78.5 persen dari total ekspor karet alam Indonesia, dan pada tahun 1991
menjadi 1.0
juta ton atau 84.43 persen dari total ekspor karet alam Indonesia. Mutu jenis konvensional yang daminan dihasilkan dan diekspor adalah RSS 1. Untuk tahun 1986 bentuk konvensional yang diekspor 90.7 persen mutu RSS 1 dan hanya 9.3 persen mutu RSS 2, RSS 3 dan RSS 4 .
Pada tahun 1991,
bentuk karet konvensional yang diekspor daminan adalah mutu rendah yaitu SIR 20.
Jumlah SIR 20 yang diekspor
berkisar antara 84.6 persen hingga 89.0 persen dari total ekspor karet TSR Indonesia untuk setiap tahunnya. TSR
dengan
mutu
tinggi seperti 3CV/3L/3WF baru diekspor
pada tahun 1989 (Tabel 2.14) Selain
karet
Bentuk
.
bentuk TSR dan Konvensional, Indonesia
juga mengekspor karet alam dalam bentuk lateks pekat dan
bentuk barang dari bahan baku karet. gekat maugun barang &ri
lateks
Nilai ekepor dari
bahan baku karet tersebut
adalah cukug beaar dan semakin meningkat &ri tahun.
tahun ke
Peningkatan nilai ekapor tersebut terutama terjadi
untuk barang-barang dari karet (Tabel 2.15). Tabel 2.14
Perkembangan Ekspor Karet Alam Indonesia Menurut Kualitas clan Pengolahan Volume Ekspor (000 ton)
Kualitas
1. RSS 1
1986
1987
1988
1989
1990
1991
644.5 (85.6)
762.8 (86.2)
830.0 (89.0)
826.6 (86.2)
767.5 (84.6)
880.0 (85.4)
752.9
884.4
932.9
958.8
906.6
1030.0
128.8 (90.7)
2. RSS 2 3. RSS 3
3.0 (2.1)
4. RSS 4 Total TSR
2. SIR 5 3. SIR 10 4. SIR 20 Total Sumber
:
International Rubber Study Group, Desember 1992 (Diolah)
Keterangan : angka dalam kurung menyatakan pangsa &lam
persen.
Dari Tabel 2.15 dapat dilihat bahwa pertambahan nilai ekspor
barang
dari
karet
mencapai
386.6
persen
per-
tahunnya, ban pertsa3bahan nilai ekspor lateks meningkat 6.2 gersen pertahun,
Sedaagkan nilai ekspor karet bentuk
konvensional berkurang 5.3 persen
dan nilai ekspor karet
bentuk TSR bertambah 1.39 gersen untuk setiap tahunnya. Adapun penyebab terjadi penurunan nilai ekspor karet bentuk konvensional dan nilai ekspor karet bentuk TSR, bukanlah akibat menufunnya volume ekspor
tetapi karena
akibat turuMya harga karet alam di pasar internasional. Tabel 2.15
Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Karet Alam Indonesia Jumlah Nilai Ekspor Menurut Kwalitas (000 US$)
Tahun La tax
Rata-rata Perkembangan (%)
Sumber
:
6.24
Barang dari w e t
386.36
Crepe
-
5.30
Crumb Rubber (SIR)
1.39
Total
1.37
Laporan Bul.rrnnn Departemen Perdagangan
Dari analisis yang dilakukan terhadap berbagai data dan inforsnasi dapat dikemukakan ringkasan hasil berikut:
Untuk
kurun
produksi
waktu
1986-1991
alam dunia
karet
peningkatan konsumsi ningkatan
impor
3.09
1.11
peningkatan
4.67
perasn,
persen
dan pe-
sebesar
sebesar
sebesar
terjadi
persen
per
tahun.
Sedangkan untuk kurun waktu tahun 1969-1991 terjadi penurunan
harga
riil
karet
alam
di
pasar
dunia
sebesar 0.86 persen per tahun. Untuk kurun waktu 1969-1991 areal karet
Indonesia
meningkat rata-rata sebesar 1.67 persen, produktivitas meningkat meningkat
rata-rata 1.06
rata-rata 3.03
persen
persen
per
dan
produksi
tahun.
Dalam
kurun waktu yang sama terjadi pengurangan areal total tanaman karet di wilayah Jawa sebesar 1.70 persen, yang terdiri dari pengurangan areal perkebunan rakyat 3 persen, perkebunan swasta 2.1 persen dan perkebunan negara 0.83 persen per tahun dari luas masing-masing jenis pengusahaan. 3.
Untuk
kurun waktu tahun 1969-1991 terjadi penurunan
produksi karet untuk wilayah Jawa sebesar 0.2 persen, sedangkan untuk wilayah Sumatera dan wilayah Kalimantan terjadi peningkatan pula masing-masing sebesar 4 persen
dan
1.9
persen
per
tahun.4.Negara
ekspor karet alam Indonesia yang utama,
tujuan
yaitu Ameri-
ka Serikat, Singapura dan Jepang dengan jumlah ekspor pada tahun 1991 masing-masing sebesar 538.4 ribu ton, 263.3
ribu ton dan 62 ribu ton.
Sedangkan negara
tujuan utama ekspor karet alam Malaysia ada
7 negara
dan Thailand ada 6 negara.
Amerika Serikat, Singa-
pura dan Jepang juga merupakan negara tujuan utama ekspor karet alam Malaysia dan Thailand. 5.
Pads tahun 1991 Indonesia merupakan pemasok karet alam
terbesar
Singapura
dan
ke
negara-negara
Amerika
Spanyol dengan pangsa
Serikat,
masing-masing
sebesar 69 persen, 34 persen dan 26 persen dari total impor.
Malaysia adalah pemasok karet alam utama ke
negara -negara Korea dan Jepang dengan pangsa masingmasing sebesar 60 persen dan 33 persen dari total impor.
Sedangkan impor
karet
slam
Jepang terutama
dipasok oleh Thailand dengan pangsa sebesar 69 persen dari impor karet alam Jepang.
,