FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA
6.1 Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengolahan data time series bulanan tahun 2005 sampai 2008, diperoleh hasil regresi sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Model Log Ganda Variabel independen Koefisien
thitung
Probabilitas
Konstanta
2,143899
1,911518
0,0631
Volume produksi karet alam domestik (RPt) Volume konsumsi karet alam domestik (ICt) Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (ERt) Volume ekspor karet alam bulan sebelumnya (Yt-1) Harga karet alam domestik (IPt)
1,109586
5,12507
0,0000
-0,222507
-15,01103
0,0000
-0,198655
-1,663852
0,1040
-0,085487
-1,546718
0,1298
-0,072733
-0,884954
0,3815
Harga karet alam dunia (WPt)
0,100432
1,376691
0,1763
Harga karet sintetis dunia (SPt)
0,069671
2,108372
0,0413
R-squared 0,960881 Adjusted R-squared 0,954035 Durbin-Watson stat 1,902912
Fhitung 140,3609 Probabilitas 0,00000
Bila data di atas dibuat dalam sebuah persamaan regresi, maka akan berbentuk: Log Yt = 2,144 + 1,109 log RPt – 0,222 log ICT – 0,199 log ERt – 0,085 log Yt-1 – 0,073 log IPt + 0,1 log WPt + 0,070 log SPr Hasil regresi menunjukkkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,961 atau 96,1 persen. Hal ini berarti bahwa 96,1 persen volume ekspor karet alam Indonesia dapat dijelaskan oleh keragaman variabel-variabel independen dalam
model. Sedangkan sisanya (sekitar 4 persen) dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak terdapat di dalam model. Nilai probabilitas Fhitung yang diperoleh sebesar nol persen, lebih kecil bila dibandingkan taraf nyata 5 persen.. Karena probabilitas Fhitung lebih kecil daripada taraf nyata 5 persen maka kriteria pengambilan keputusannya adalah tolak hipotesis nol. Artinya, ketujuh variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Berdasarkan nilai probabilitas thitung yang diperoleh, diketahui ada beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam pada taraf nyata 5 persen atau tingkat kepercayaan 95 persen. •
Nilai probabilitas thitung variabel volume produksi karet alam domestik sebesar nol persen, lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan maka volume produksi karet alam domestik
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspornya. •
Nilai probabilitas thitung variabel konsumsi karet alam domestik lebih kecil dari taraf nyata 5 persen, karena itu variabel ini berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen.
•
Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mempunyai nilai probabilitas
thitung sebesar 0,1 karena itu nilai tukar Rupiah tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam dari Indonesia. •
Volume ekspor bulan sebelumnya mempunyai nilai probabilitas thitung sebesar 0,13. Karena lebih besar dari taraf nyata 5 persen maka variabel ini tidak
berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.
•
Variabel harga karet alam domestik mempunyai nilai probabilitas thitung 0,38. Artinya harga karet alam domestik tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor Indonesia pada taraf nyata 5 persen.
•
Variabel harga karet alam dunia mempunyai nilai probabilitas thitung 0,18. Artinya harga karet alam dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor Indonesia pada taraf nyata 5 persen.
•
Dari hasil regresi diperoleh nilai probabilitas thitung variabel harga karet sintetis dunia sebesar 0,04. Karena berada dibawah taraf nyata 5 persen maka harga karet sintetis dunia berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor. Dari hasil pengolahan data juga diketahui ada variabel yang nilai koefisiennya
tidak sama dengan hipotesis awal. Variabel yang berbeda dengan hipotesis awal adalah volume ekspor bulan sebelumnya. Perbandingan antara hipotesis dengan nilai koefisien hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Hipotesis dengan Hasil Regresi Variabel independen Hipotesis
Hasil regresi
Volume produksi karet alam domestik (RPt)
positif
positif
Konsumsi karet alam domestik (ICt)
negatif
negatif
Nilai tukar Rupiah (ERt)
negatif
negatif
Volume ekspor bulan sebelumnya (Yt-1)
positif
negatif
Harga karet alam domestik (IPt)
negatif
negatif
Harga karet alam dunia (WPt)
positif
positif
Harga karet sintetis dunia (SPt)
positif
positif
6.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet Alam
A. Volume produksi karet alam domestik (RPt) Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, diketahui bahwa volume produksi karet alam domestik memberikan pengaruh yang positif terhadap volume ekspornya dengan nilai koefisien 1,109. Artinya, bila terjadi kenaikan volume produksi sebesar 1 persen, maka volume ekspornya juga akan meningkat sebesar 1,109 persen, sedangkan bila volume produksinya turun sebesar 1 persen maka akan mempengaruhi penurunan volume ekspor sebesar 1,109 persen, ceteris paribus. Kondisi ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat, yaitu volume produksi karet alam domestik berpengaruh positif terhadap volume ekspornya. Volume produksi juga berpengaruh signifikan, artinya variabel ini menjadi salah satu pertimbangan utama bagi Indonesia dalam mengekspor karet alamnya. Hasil ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya, dimana volume produksi merupakan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor komoditi perkebunan. Elastisitas yang nilainya lebih besar dari 1, menunjukkan bahwa volume produksi bersifat elastis terhadap volume ekspor dimana persentase perubahan volume ekspor lebih besar daripada persentase perubahan jumlah produksikaret alam diekspor ke luar negeri, .Ada dua penyebab hal ini terjadi. Pertama, karena hampir 90 persen dari total produksi karet alam diekspor ke luar negeri. Kedua, kecenderungan peningkatan konsumsi karet dunia yang mengakibatkan kenaikan permintaan terhadap karet alam termasuk yang dihasilkan oleh Indonesia. Kenaikan demand dunia yang lebih besar daripada penambahan kemampuan produksi dalam negeri menyebabkan elastisitas bernilai lebih dari satu.
B. Konsumsi karet alam domestik (ICt)
Hipotesis awal yang dibuat untuk konsumsi karet alam domestic adalah bahwa volume ekspor dari Indonesia akan dipengaruhi secara positif oleh konsumsi karet alam domestik. Ternyata hipotesis ini sesuai dengan hasil regresi yang bernilai negatif sebesar 0,222, dimana setiap kenaikan konsumsi karet alam domestik sebesar 1 persen akan menurunkan volume ekspor karet alam Indonesia sebesar 0,222 persen, ceteris paribus. Variabel ini juga berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5 persen, artinya perubahan konsumsi karet alam domestik menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Indonesia dalam mengekspor karet alamnya. Elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa konsumsi domestik bersifat inelastis terhadap volume ekspor karet alam artinya persentase perubahan volume ekspor lebih kecil bila dibandingkan persentase perubahan konsumsi domestik. Hal ini terjadi karena jumlah konsumsi domestik masih relatif kecil bila dibandingkan volume ekspor yaitu 10 sampai 15 persen dari total ekspor nasional, sehingga peningkatan konsumsi domestik belum memberi dampak terlalu besar pada perubahan volume ekspor.
C. Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (ERt) Hasil regresi menunjukkan nilai koefisien nilai tukar Rupiah yang negatif sebesar 0,199, artinya kenaikan nilai tukar 1 persen
akan menyebabkan
penurunan volume ekspor karet Indonesia sebesar 0,199 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat yaitu nilai tukar akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor Indonesia. Karena dalam proses transaksi karet alam di dunia menggunakan Dollar Amerika Serikat sebagai mata uangnya, bila Rupiah melemah maka eksportir akan lebih banyak menjual karet alam ke luar negeri untuk memperbesar keuntungan. Sebaliknya bila Rupiah
menguat, Indonesia akan mengurangi ekspornya karena keuntungan yang diperoleh akan lebih kecil.
D. Volume ekspor karet alam bulan sebelumnya (Yt-1) Nilai koefisien variabel ini negatif, artinya setiap kenaikan volume ekspor bulan sebelumnya sebesar 1 persen maka akan mengurangi volume ekspor dari Indonesia sebesar 0,085 persen, ceteris paribus. Hasil yang diperoleh ternyata berbeda dengan hipotesis yang dibuat yaitu lag ekspor akan berpengaruh positif terhadap jumlah ekspor karet alam Indonesia. Perbedaan ini terjadi karena ekspor karet alam Indonesia dari bulan ke bulan selama periode 2005-2008 selalu mengalami fluktuasi. Peningkatan volume ekspor bulan lalu tidak selalu menyebabkan peningkatan volume ekspor bulan berikutnya. Variabel ini juga tidak berpengaruh signifikan sehingga bukan mejadi salah satu pertimbangan penting bagi Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sudah mempunyai negara importir yang menjadi pelanggannya, yang selalu konstan membeli karet alam dari Indonesia walaupun terjadi fluktuasi jumlah ekspornya.
E. Harga karet alam domestik (IPt) Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah karet alam domestik akan berpengaruh negatif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang sama, koefisien karet alam domestik bernilai negatif sebesar 0,073. Artinya setiap terjadi kenaikan harga domestik sebesar 1 persen akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,073 persen, ceteris paribus. Elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa harga karet alam domestik bersifat inelastis terhadap volume ekspor dimana persentase perubahan volume ekspor lebih kecil daripada persentase perubahan harga. Karena tingkat kebutuhan
industri berbasis karet alam di dalam negeri yang masih rendah maka sekalipun harga karet alam domestik tinggi, hal tersebut tidak akan berpengaruh besar pada penurunan volume ekspor karena kemampuan industri dalam negeri yang masih rendah dalam menyerap bahan baku karet alam.
F. Harga karet alam dunia (WPt) Hipotesis awal yang dibuat untuk variabel ini adalah karet alam dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia. Hasil analisis regresi menunjukkan hasil yang sama, koefisien karet alam dunia bernilai positif sebesar 0,1. Artinya setiap terjadi kenaikan harga dunia sebesar 1 persen akan meningkatkan volume ekspor sebesar 0,1 persen, ceteris paribus. Elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa harga karet alam dunia bersifat inelastis terhadap volume ekspor dimana persentase perubahan volume ekspor lebih kecil daripada persentase perubahan harga. Tapi variabel ini ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor, artinya harga dunia bukan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Indonesia dalam mengekspor karet alamnya. Hal ini terjadi karena produksi karet alam dunia hampir 70 persennya dikuasai oleh tiga negara yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia. Antara ketiga negara ini ada kerjasama tripartite untuk mengontrol harga karet alam dunia melalui sebuah organisasi International Tripartite Rubber Council (ITRC). Kesepakatan tersebut berisi tentang pengurangan volume ekspor karet alam dari ketiga negara yang dimaksudkan untuk menjaga stabilitas harga karet dunia dan pada akhirnya akan menguntungkan setiap negara tersebut karena dapat menjual karet alamnya dengan harga tinggi. Pengurangan volume ekspor dilakukan dengan cara
mempercepat program peremajaan pohonnya, penundaan perluasan kebun karet dan pengurangan intensitas penyadapan.
G. Harga karet sintetis dunia (SPt) Untuk variabel ini koefisiennya positif 0,07, dimana kenaikan 1 persen harga karet sintetis dunia akan menaikkan volume ekspor sebesar 0,07 persen, ceteris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang dibuat yaitu harga karet sintetis dunia akan berpengaruh positif terhadap volume ekspor karet alam Indonesia.. Elastisitas yang kurang dari 1 menunjukkan variabel ini bersifat inelastis dimana persentase perubahan volume ekspor lebih kecil daripada persentase perubahan harga karet sintetis. Volume ekspor naik dalam persentase yang lebih kecil terutama disebabkan kemmpuan produksi dalam negeri yang belum optimal sehingga belum mampu merespon kebutuhan akan karet alam dunia. Variabel ini juga berpengaruh signifikan dengan nilai probabilitas thitung 0,04, dimana harga karet sintetis dunia menjadi salah satu pertimbangan penting bagi Indonesia dalam mengekspor karet alamnya. Semakin tingginya produksi karet sintetis dunis dan harganya yang relative lebih murah dari karet alam serta suplai yang selalu tersedia membuat karet sintetis menjadi subtitusi dari karet alam. Walaupun begitu, ttetap ada peluang bagi karet alam, terutama pada industri ban kkhususnya ban radial dimana karet alam digunakan sebagai bahan baku utama dan tidak dapat digantikan oleh karet sintetis.
6.3 Pengujian Asumsi
A. Uji Normalitas Berdasarkan uji Jarque-Bera yang dilakukan pada variabel volume ekspor persamaan regresinya, diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,344 (Lampiran 3). Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan yang telah ditetapkan, maka data berdistribusi normal karena probability yang lebih besar dari 5 persen (0,344 > 0,05).
C. Uji Autokorelasi Untuk menguji apakah persamaan regresi yang dibuat bebas dari autokorelasi, dapat dilihat dari nilai d Durbin Watson, yaitu sebesar 1,903. Sedangkan bila dilihat dari uji Lagrange-Multiplier diketahui nilai probabilitas dari Obs*Rsquarednya adalah 0,217 atau lebih besar dari 5 persen (Lampiran 3). Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan, apabila nilai probabilitas dari Obs*Rsquared lebih besar dari 5 persen maka persamaan regresi yang dihasilkan bebas dari autokorelasi.
B. Uji Heteroskedastisitas Setelah dilakukan uji White, diperoleh nilai probabilitas dari Obs*R-squared sebesar 0,079 (Lampiran 3). Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, karena nilai probabilitas lebih besar dari 5 persen maka data terbebas dari masalah heteroskedastisitas (0,079 > 0,05).
D. Uji Multikolinieritas Dari hasil uji multikolinearitas, diperoleh hasil seperti yang terdapat pada Lampiran 4. Bila dilihat satu persatu nilai koefisien korelasi antar variabel, ada beberapa variabel yang nilainya tinggi yaitu harga karet alam domestik, harga karet alam dunia dan harga karet sintetis dunia yang nilainya diatas 0,8. Nilai yang