Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia Robby Alexander Sirait1)
P
er September 2016, ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai USD2,09 miliar atau bertumbuh sebesar 8 persen dibandingkan 2015 sebesar USD1,94 miliar. Berdasarkan data transaksi perdagangan dengan kode harmonized system 4 digit, kelompok krustasea2 merupakan jenis hasil perikanan yang menjadi primadona ekspor hasil perikanan Indonesia. Per September 2016, nilai ekspor krustasea mencapai USD1,09 miliar atau 51,95 persen dari total ekspor hasil perikanan Indonesia
Dibandingkan tahun 2012, porsi nilai ekspor krustasea terhadap total ekspor hasil perikanan Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tajam yakni dari 43,83 persen menjadi 51,95 persen (gambar 2). Berangkat dari data tersebut, tulisan ini hendak mengkaji sub jenis apa dari kelompok krustasea yang menjadi penyumbang terbesar, negara apa saja yang menjadi importir terbesarnya serta bagaimana daya saing sub jenis krustasea tersebut di negara importir terbesar.
Gambar 1. Persentase Ekspor Menurut Jenis Hasil Perikanan Per September 2016
Sumber: BPS, diolah
Udang Vanamei dan Udang Windu: Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia3 Dalam kurun waktu tahun 2014-2016, udang vanamei lain-lain (beku), udang vanamei tanpa kepala, dengan ekor (beku), udang windu
(gambar 1). Dengan menggunakan data tahun 2012-2016, krustasea merupakan jenis hasil perikanan yang menjadi penyumbang terbesar ekspor hasil perikanan Indonesia.
Gambar 2. Porsi Ekspor Kelompok Krustase Terhadap Total Ekspor Hasil Perikanan (dalam persen)
Sumber: Comtrade dan BPS, diolah
1) Dewan Redaksi Buletin APBN 2) Yang termasuk dalam kelompok krustasea adalah lobster karang dan udang besar lainnya, lobster (homarussp), kepiting, lobster norwegia, udang kecil dan udang biasa air dingin, udang windu, udang vanamei, udang galah serta jenis krustasea lainnya 3) Menggunakan Harmonized System (HS) 10 digit
1
Gambar 3. Porsi Ekspor Sepuluh Terbesar Jenis Hasil Perikanan Kelompok Krustasea Terhadap Total Ekspor Krustasea Tahun 2014-2016 (dalam persen)
Sumber: BPS, diolah
lain-lain (beku), udang vanamei tanpa kepala dan ekor (beku), udang windu tanpa kepala (beku), udang lainnya (beku), krustasea lainnya (beku), kepiting hidup, udang kecil dan udang biasa air dingin (beku) serta lobster lain-lain selain bibit dalam keadaan hidup (tidak beku) merupakan sepuluh ekspor terbesar jenis hasil perikanan dalam kelompok krustasea (gambar 3). Terhadap total ekspor kelompok krustasea, kesepuluh jenis hasil perikanan tersebut menguasai porsi ekspor sebesar 92,9 persen setiap tahunnya. Sedangkan terhadap total keseluruhan ekspor hasil perikanan Indonesia mencapai 49,9 persen. Dari gambar 3 tersebut, juga terlihat bahwa jenis udang vanamei dan udang windu merupakan jenis hasil perikanan dengan nilai ekspor terbesar dari kelompok krustasea. Porsi nilai ekspor udang vanamei terhadap total ekspor kelompok krustasea sebesar 60,17 persen dan terhadap nilai total keseluruhan
ekspor hasil perikanan sebesar 32,25 persen setiap tahunnya. Sedangkan porsi nilai ekspor udang windu terhadap nilai total ekspor kelompok krustasea sebesar 20,05 persen dan terhadap total nilai total keseluruhan ekspor hasil perikanan sebesar 10,85 persen. Jika nilai ekspor udang vanamei dan udang windu digabungkan, maka kedua komoditas menguasai 43,10 persen total ekspor hasil perikanan Indonesia setiap tahunnya. Dengan demikian, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa udang vanamei dan udang windu merupakan komoditas unggulan yang sangat dominan menentukan kinerja ekspor hasil perikanan Indonesia. Amerika Serikat dan Jepang adalah Tujuan Utama Ekspor Udang Vanamei dan Udang Windu Dengan mengunakan data ekspor tahun 2014 (harmonized system-6 digit), komoditas udang kecil dan udang biasa lainnya (beku)4,
Tabel 1. Porsi Nilai Ekspor Komoditas Terhadap Nilai Total Eskpor Kelompok Krustasea (dalam persen)
Sumber: BPS, diolah 4) 99 persen komoditas udang kecil dan udang biasa lainnya adalah udang vanamei dan udang windu.
2
Tabel 2. Negara Utama Tujuan Ekspor Tahun 2014
Sumber: Comtrade, diolah
kepiting (tidak beku) dan krustasea lainnya (beku) merupakan 3 (tiga) komoditas dengan porsi nilai ekspornya terbesar dalam kelompok krustasea yakni 86 persen, 4,2 persen dan 2,4 persen setiap tahunnya (tabel 1). Ketiga komoditas ini juga merupakan komoditas yang sumbangsihnya relatif besar terhadap total keseluruhan ekspor hasil perikanan Indonesia. Selama tiga tahun terakhir, kontribusi nilai ekspor udang kecil dan udang biasa lainnya (beku) terhadap total keseluruhan ekspor hasil perikanan sebesar 46,18 persen. Sedangkan, kepiting (tidak beku) sebesar 2,4 persen dan krustasea lainnya (beku) sebesar 1,3 persen. Dari sisi negara tujuan ekspor, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama terbesar komoditas udang kecil beku dan udang biasa beku lainnya (tabel 2). Artinya, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor utama udang vanamei dan udang windu. Selain Amerika Serikat, negara tujuan ekspor utama udang vanamei dan udang windu adalah Jepang, Vietnam, Inggris dan Cina. Untuk ekspor komoditas kepiting hidup atau tidak beku, lima negara tujuan utamanya adalah Amerika Serikat, China, Malaysia, Singapura dan Hongkong. Sedangkan untuk komoditas krustasea lainnya (beku), tujuan ekspor utamanya adalah Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Belgia dan Inggris. Udang Vanamei, Udang Windu dan Kepiting Berdaya Saing Tinggi Revealed Comparative Advantage (RCA)5 yang dipopulerkan oleh Ballasa (1965) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur daya saing suatu komoditas di pasar tertentu. Selain RCA6, alat ukur lainnya adalah Revealed Symetric
Comparative Advantage (RSCA). Dalam bagian ini, daya saing udang kecil dan udang biasa (beku), kepiting dan krustasea lainnya (beku) di negara tujuan utama ekspor menggunakan RCA dan RSCA dengan data perdagangan tahun 2014. Ekspor udang vanamei dan udang windu Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang, Vietnam, Inggris dan China memiliki daya saing tinggi, yang terlihat dari nilai RCA > 1 dan RSCA > 0 (tabel 3). Jika melihat penguasaan pasar di Vietnam, Inggris dan China yang masih relatif rendah, komoditas ini perlu didorong untuk meningkatkan penguasaan pasar di negaranegara tersebut. Tabel 3. Udang Kecil dan Udang Biasa Lainnya (Beku) Indonesia Berdaya Saing Tinggi di Negara Tujuan Utama Ekspor
Sumber: Comtrade, diolah
Sama halnya dengan udang, ekspor komoditas kepiting Indonesia ke Amerika Serikat, China, Malaysia, Singapura dan Hongkong juga memiliki daya saing tinggi. Hal ini terlihat dari nilai RCA >1 dan RSCA > 0 (tabel 4). Jika melihat penguasaan pasar Tabel 4. Kepiting Indonesia Berdaya Saing Tinggi di Negara Tujuan Utama Ekspor
Sumber: Comtrade, diolah
5) RCA adalah indeks yang menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia atau pasar tertentu. Jika nilai RCA suatu produk atau komoditas diatas 1, maka produk atau komoditas tersebut memiliki daya saing di pasar tertentu. 6) Penerapan Revealed Symetric Comparative Advantage (RSCA) yang merupakan penurunan transformasi monoton sederhana dari RCA dikarenakan nilai yang dihasilkan oleh nilai yang dihasilkan tidak simetris (Ashari et,al, 2016). Jika nilai RSCA suatu produk atau komoditas diatas 0, maka produk atau komoditas tersebut memiliki daya saing di pasar tertentu.
3
mendukung kinerja ekspor hasil perikanan Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus terus mendorong pelaku usaha di sektor perikanan untuk terus meningkatkan kinerja ekspornya serta melakukan pendalaman penguasaan pasar. Hal ini penting dilakukan agar sektor perikanan semakin besar berkontribusi bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pendalaman penguasaan pasar dimaksud lebih dikhususkan ke negara-negara tujuan ekspor utama yang penguasaan pasarnya masih rendah, dengan memperhatikan negara pesaing (tabel 6). Selain, pendalaman pangsa pasar, salah satu yang dapat dilakukan adalah perluasan pasar, khususnya udang vanamei dan udang windu (beku) serta kepiting. Perluasan pasar tersebut diarahkan ke negara-negara yang permintaan akan ketiga komoditas tersebut terbesar atau importir terbesar, sebagaimana tergambar pada tabel 7. Nama negara yang tercetak merah merupakan negara yang perlu
Tabel 5. Krustasea Lainnya (Beku) Indonesia Berdaya Saing Tinggi di Negara Tujuan Utama Ekspor
Sumber: Comtrade, diolah
di negara-negara tersebut, pendalaman penguasaan pasar di China dan Hongkong perlu ditingkatkan. Ekspor krustasea lainnya (beku) Indonesia ke Amerika Serikat, Jepang, Hongkong, Belgia dan Inggris juga memiliki daya saing tinggi, yang terlihat dari nilai RCA >1 dan RSCA >0 (tabel 5). Selain di Amerika Serikat, pendalaman pasar komoditas ini perlu didorong di Jepang, Hongkong, Belgia dan Inggris.
Tabel 6. Negara Pesaing di Beberapa Negara Tujuan Ekspor Utama
Sumber: Comtrade, diolah
Catatan Redaksi: Perlu Pendalaman dan Perluasan Pasar Komoditas Unggulan Komoditas udang vanamei (beku), udang windu (beku), kepiting dan krustasea lainnya (beku) merupakan komoditas utama yang
diperluas pangsa pasarnya. Untuk perluasan pasar udang vanamei dan udang windu (beku), negara Spanyol, Prancis, Italia, Belgia, Jerman dan Korea merupakan negara potensial untuk disasar. Sedangkan untuk kepiting, negara potensial yang dapat
4
Tabel 7. Sepuluh Negara Importir Terbesar
Sumber: Comtrade, diolah
disasar adalah Korea Selatan, Jepang. Kanada, Prancis, dan Spanyol. Sebagai catatan terakhir, pendalaman dan perluasan pasar dimaksud dilakukan dengan tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan domestik di dalam negeri. Daftar Pustaka Siggel, Eckhard. (2007). “The Many Dimensions of Competitiveness”. CESifo Venice Summer Institute.
Shohibul, Ana. (2013). Revealed Comparative Advantage Measure: ASEAN-China. Journal of Economics and Sustainable Development. Vol.4, No.7, 136-145. Ashari, Ulfra., Sahara, dan Hartoyo, Sri. (2016). Daya Saing Udang Segar Dan Udang Beku Indonesia Di Negara Tujuan Ekspor Utama. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 13 No. 1, 1-13
5