8
informal kelompok yang mempengaruhi daya tawar dan ketersedian informasi harga serta dampaknya pada harga yang berlaku. Analisis berikutnya yaitu mekanisme penentuan harga, faktor yang mempengaruhi penetapan harga, patokan dasar dalam diferensiaasi harga, dan dampak lokasi fisik pasar pada harga. Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak adanya sistem harga yang kompetitif, sekitar 90 persen petani menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Hal ini menunjukkan penyimpangan pasar kapas dari norma pasar yang kompetitif baik dalam praktek penjualan, pembeilan dan strategi harga.
Kinerja Pasar Komoditas Pertanian Masih dalam penelitian Azizi et al. (2011) mengenai kinerja pasar disimpulkan bahwa marjin pemasaran tertinggi diperoleh oleh pedagang pengumpul. Pada penelitian ini hanya menghitung marjin pemasaran saja dan tidak ada penjelasan mengenai bagian yang diterima petani (farmer’s share), peneliti hanya mengungkapkan bahwa saluran pemasaran garam cenderung lebih efisien. Sedangkan penelitian yang dilakukan Suherman et al. (2011) mengenai kinerja pasar garam di Kecamatan Kalianget digunakan indikator analisis marjin pemaran, share harga yang diterima petani. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa lembaga pemasaran yang banyak melakukan fungsi pemasaran mendapatkan distribusi marjin yang terbesar, distribusi marjin yang terbesar diterima oleh pabrik garam. Dari aspek share petani, mereka hanya menerima 11 persen, share ini lebih kecil dibandingkan dengan share yang diterima oleh pabrik dan tengkulak. Peneliti menyimpulkan bahwa pemasaran garam di Kecamatan Kalianget ini tidak efisien.
3
KERANGKA PEMIKIRAN
Konsep SCP (Structure, Conduct, Performance) dan Perkembangannya Model SCP ini pertama kali dikemukakan oleh Joe Bain dalam bukunya “Industrial Organization” yang menjelaskan hubungan yang dapat diramalkan antara struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Dahl dan Hammond (1977) menjelaskan bahwa analisis sistem pemasaran dapat dikaji melalui struktur, perilaku dan kinerja pasar. Pada awalnya paradigma SCP merupakan pendekatan yang umumnya digunakan untuk mengkaji hubungan dinamika persaingan suatu industri dengan kinerjanya (Waldman dan Jensen, 2007). Begitu pula Carlton dan Perloff (2000) juga menyatakan bahwa paradigma SCP pada awalnya digunakan untuk mengkaji pembentukan organisasi industri. Namun dalam perkembangannya pendekatan SCP ini telah banyak digunakan dalam pemasaran komoditas pertanian. Karena menurut Soekartawi (2002) pendekatan SCPmerupakan teknik yang relatif baru untuk meningkatkan efisiensi dan sekaligus memperhatikan welfare sociaty.
9
Pada konsepnya struktur pasar dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran. Kondisi permintaan (elastisas harga, keberadaan barang subsitusi, metode pembelian) dan penawaran (teknologi, struktur biaya, pertumbuhan pasar) akan mempengaruhi struktur pasar (market structure) yang terbentuk. Struktur pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan ciri-ciri seperti jenis produk yang dihasilkan, banyaknya perusahaan dalam industri, mudah tidaknya keluar atau masuk ke dalam industri serta konsentrasi pasar. Perilaku pasar (market conduct) menggambarkan tingkah laku perusahaan dalam menghadapi struktur pasar tertentu. Identifikasi perilaku pasar terdiri atas proses penentuan harga, kegiatan integrasi, merger, kolusi. Sedangkan keragaan pasar (market performance) merupakan hasil akhir perilaku pasar. Dalam kenyataan interaksi antara struktur, perilaku dan kinerja pasar tidak selalu linear, malah cenderung bersifat komplek dan saling mempengaruhi secara dinamis (Waldman dan Jensen, 2007).Keterkaitan antara komponen dalam pendekatan SCP dapat dilihat pada Gambar 2.
Supply Conditions Technology and cost structure Factor markets Organizational structure Location
Structure Number and size distribution of buyers and sellers Entry and exit conditions Market consentration
Demand Conditions Price elasticity of demand Availibility of substitutes Method of purchase
Conduct Collusion Pricing Strategy Mergers
Performance Profitability Allocative Efficiency Growth Technological Progres
Goverment Policy Regulation Taxes and Subsidies Employment Policy Regional Policy Competition Policy Trade Policy
Sumber: Kuncoro (2007) Gambar 2 Paradigma structure conduct performance
10
Pendekatan SCP dalam Sistem Pemasaran Struktur Pasar (Market Structure) Struktur pasar menjelaskan bagaimana pelaku pasar terorganisasi berdasarkan karakteristik yang mempengaruhi hubungan antara penjual dan pembeli. Dengan kata lain struktur pasar mengindikasikan derajat kompetisi dalam pasar yang berpengaruh signifikan pada perilaku harga. Beberapa krtiteria yang digunakan dalam mengidentifikasi struktur pasar adalah : banyaknya jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, pangsa pasar, konsentrasi pasar, diferensiasi produk dan kondisi keluar masuk pasar (Kohl dan Uhl, 2002). Sedangkan Jaya (2001) mendifinisikan struktur pasar lebih mengacu pada organisasi pasar yang dapat mempengaruhi persaingan dan tingkat harga, baik barang maupun jasa. Struktur pasar dalam konteks ini menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat persaingan. Sama halnya dengan Kohl dan Uhl, Jaya juga menjelaskan beberapa elemen penting untuk mengukur struktur pasar diantaranya tingkat konsentrasi dan hambatan masuk pasar. Dari hasil identifikasi berdasarkan kriteria di atas struktur pasar akan dapat diklasifikasikan menjadipasar kompetitif (perfect competitive market) dan pasar persaingan tidak sempurna (imperfect competitive market). Tipe-tipe pasar berdasarkan kondisinya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Tipe-tipe pasar berdasarkan strukturnya Ciri-ciri Kondisi Utama
Memiliki 100% pangsa pasar
Jumlah Produsen Entry/Exit Barrier Tipe Produk
Satu
Banyak
Sedikit
Banyak
Sangat tinggi Heterogen
Tinggi
Tinggi
Rendah
Heterogen
Heterogen
Kekuasaan Menentukan Persaingan Harga Informasi
Sangat besar
Relatif
Homogen atau heterogen Relatif
Persaingan Murni Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Sangat Banyak Sangat Rendah Homogen
Sedikit
Tidak ada
Tidak ada
Besar
Besar
Besar
Tidak ada
Sangat Terbatas Berlebih Kurang baik
Cukup terbuka Berlebih Kurang baik
Terbatas
Cukup terbuka Normal Cukup baik
Terbuka
Profit Efisiensi
Monopoli
Perusahaan Dominan Menguasai 50-100% pangsa pasar tanpa pesaing ketat
Oligopoli Gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang pangsa pasarnya 40-80%
Agak berlebih Kurang baik
Persaingan Monopolistik Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun memiliki lebih dari 10% pangsa pasar
Normal Baik
Sumber: Jaya (2001) 1. Pangsa Pasar (Market Share) Menurut Jaya (2001) pangsa pasar merupakan elemen primer, karena pangsa pasar berpengaruh terhadap keuntungan. Besaran pangsa pasar berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjulan seluruh pasar. Menurut Besanko et
11
al (2010) pangsa pasar dapat dihitung dengan menggunakan penerimaan penjualan atau kapastias produksi.
Keterangan : = pangsa pasar perusahaan i (%) = penjualan perusahaan i (rupiah) = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah) Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar, sebaliknya pangsa pasar yang kecil berarti perusahaan tidak mampu bersaing dalam tekanan persaingan (Jaya, 2001). 2. Konsentrasi Konsentrasi atau pemusatan merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopolis, dimana adanya saling ketergantungan satu sama lain. Kelompok perusahaan ini terdiri dari 2 sampai 8 perusahaan. Kombinasi pangsa pasar oligopolis membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Konsentrasi pasar ini sangat berkaitan erat dengan pangsa pasar (Jaya, 2001). ∑ Keterangan : = konsentrasi rasio dari m perusahaan terbesar dalam struktur pasar = pangsa pasar perusahaan ke 1 (i = 1, 2,3 ...., n) dalam persen m = jumlah perusahaan terbesar Rasio konsentrasi yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran perusahaan-perusahaan yang memimpin pasar. Indeks Hirschman Herfindahl merupakan penjumalahan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. ∑ Keterangan : = Herfindahl Hirchman Index = pangsa pasar perusahaan ke 1 (i = 1,2,3, ..........n) dalam persen Herfindahl Hirchman Index berada antara 0 sampai 10 000. Untuk pasar persaingan sempurna Herfindahl Hirchman Index sama dengan nol sedangkan pasar monopoli 10 000. Jaya (2001) menyatakan bahwa hasil yang baik dapat menggunakan pengukuran Herfindahl Hirchman Index sebagai pengganti rasio konsentrasi. Walaupn demikian, rasio konsetrasi tetap merupakan pengukuran serba guna mengenai derajat kompetisi yang paling baik. Pengukuran ini lebih jelas daripada pengukuran yang lain dan mempunyai pengertian yang lebih baik.
12
3. Hambatan Masuk Pasar Jaya (2001) ada beberapa hal umum mengenai hambatan memasuki suatu pasar yang harus dipahami. Pertama, hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, tidak hanya dalam bentuk perangkat yang legal ataupun dalambentuk kondisi-kondisi yang berubah dengan cepat. Kedua, hambatan dibagi dalam tingkatan mulai dari tanpa hambatan sama sekali (bebas masuk), hambatan rendah, sedang sampai tingkatan tinggi dimana tidak ada jalan masuk. Menurut Bain (1956) dalam Asmarantaka (2012) penentu utama kondisi masuk pasar adalah skala ekonomi yang besar, diferensiasi produk dan keuntungan biaya absolut antara perusahaan yang ada dengan yang baru. Skala ekonomis (economics of scale) terjadi apabila pertambahan produk dapat mengakibatkan biaya produksi rata-rata menurun atau semakin kecil, hal ini terlihat pada output 0 hingga Q*. Hubungan ini dapat di ilustrasikan pada Gambar 3. Biaya
AC LRAC
Economies of Scale
Diseconomies of Scale
Output
Q* Sumber: Baye (2010) Gambar 3 Kurva biaya rata-rata jangka panjang Perilaku Pasar (Market Conduct) Terdapat lima dimensi perilaku pasar menurut Tatiek (2012). Perilaku pasar merupakan cara partisipan pasar beradaptasi terhadap situasi pasar, yaitu : 1. Prinsip dan metode yang digunakan pelaku pasar untuk menentukan harga dan tingkat output yang dijualnya. 2. Kebijakan harga strategis dan pelaku pasar baik secara individual maupun kelompok. 3. Aktivitas promosi dan pelaku pasar. 4. Alat koordinasi dan adaptasi harga, produk dan promosi yang dilakukan dalam hubungan antar penjual yang kompetitif. Koordinasi ini mungkin berbentuk kolusi baik terbuka maupun tertutup di antara price maker pada pasar persaingan tidak sempurna. 5. Ada tidaknya strategi penetapan harga pesaing.
13
Kinerja Pasar (Market Performance) Kinerja pasar menurut Dahl dan Hammond (1977) merupakan keadaan sebagai akibat dari struktur dan perilaku pasar dalam kenyataan sehari-hari yang ditunjukkan dengan harga, biaya, dan volume produksi yang pada akhirnya akan memberikan penilaian baik atau tidaknya suatu sitem pemasaran. Deskripsi kinerja pasar dapat dilihat dari : (1) harga dan penyebarannya ditingkat produsen dan tingkat konsumen, (2) marjin pemasaran dan penyebarannya pada setiap tingkat lembaga pemasaran. Kinerja pasar merupakan gabungan antara struktur pasar dan perilaku pasar yang menunjukkan terjadi interaksi antara struktur pasar, perilaku pasar, dan kinerja pasar yang tidak selalu linear, tetapi saling mempengaruhi. Adapun elemen kinerja pasar terdiri atas marjin pemasaran, farmer’s share, R/C Rasio, dan integrasi pasar. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek namun biasanya dipusatkan pada tiga aspek pokok, yaitu efisiensi, kemajuan teknologi, dan keseimbangan dalam industri (Jaya, 2001). Pada bagian ini hanya akan dibahas dua aspek saja yaitu : a. Efisiensi. Efisiensi akan menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara kuantitas maupun nilai ekonomis dan tidak ada nilai sumberdaya yang terbuang. Namun, dalam pemasaran indikator efisiensi dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga (Purcell 1979; Kohl dan Uhl 2002). Efisiensi operasional berkaitan dengan pelaksanaan aktivitas pemasaran yang dapat meningkatkan atau memaksimumkan rasio output-input pemasaran sedangkan efisiensi harga menekankan kepada kemampuan sistem pemasaran dalam mengalokasikan sumberdaya dan mengkoordinasikan seluruh produksi pertanian dan proses pemasaran sehingga tercapai kepuasan dan keinginan konsumen (Asmarantaka, 2012). b. Keadilan. Keadilan dalam pemasaran sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang yang dimiliki setiap orang. Adapun pengukuran terhadap kinerja pasar, dapat dilihat pada bagian di bawah ini : 1. Marjin Pemasaran Tomek dan Robison (1990), memberikan alternatif dari definisi marjin pemasaran yaitu : (a) perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima produsen (petani), (b) merupakan harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut. Pada Gambar 4 menunjukkan nilai marjin pemasaran (the value of the marketing marjin atau VMM) yang merupakan selisih harga di tingkat konsumen dan petani dikalikan dengan jumlah produk yang dipasarkan (Kohl dan Uhl, 2002). Secara matematik sederhana VMM = (Pr-Pf) Q. Nilai dari marjin pemasaran (VMM) dapat dipandang secara agregat atau kedalam dua aspek yang berbeda. Aspek pertama dari VMM adalah penerimaan dari input yang dipergunakan dalam proses pengolahan atau jasa pemasaran dari tingkat petani sampai konsumen (marketing cost or returns to factors), termasuk dalam
14
kelompok ini adalah upah, suku bunga, sewa dan keuntungan. Aspek kedua dari VMM adalah returns to institutions or marketing changers yaitu pedagang pengecer, grosir, pengolah dan assemblers. Derived Supply Primary Supply Pr Marjin Pf Primary Demand Derived Demand
Qr,f Sumber: Tomek dan Robinson (1990) Gambar 4Marketing margin Irawan dan Sudjoni (2001), berpendapat banyaknya lembaga pemasaran dan jarak antara produsen ke konsumen sangat berpengaruh terhadap arus distribusi barang dan tingkat harga yang diterima oleh produsen ataupun tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen. Jika dalam penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui banyak lembaga pemasaran yang terlibat, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut pada produsen dibandingkan dengan harga yang akan dibayarkan oleh konsumen, dalam hal ini tidak memberikan keuntungan yang wajar, baik bagi petani maupun bagi konsumen. Dengan demikian pemasaran yang melibatkan banyak lembaga pemasaran dapat menyebabkan rendahnya harga di tingkat produsen dan tingginya harga di tingkat konsumen sehingga marjin pemasaran menjadi tinggi.Secara matematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
Dengan demikian total marjin pemasaran adalah : ∑ Keterangan : = Marjin pemasaran pada saluran pemasaran di tingkat pasar tertentu = Harga jual di pasar ke-i = Harga beli di tingkat pedagang ke-i = Biaya pemasaran di tingkat pedagang ke-i = Keuntungan pemasaran pada pedagang ke-i
15
Tomek dan Robinson (1990) menyatakan bahwa marjin pemasaran dapat berubah dalam faktor harga, efisiensi dari jasa pemasaran, kualitas dan kuantitas jasa pemasaran yang dipergunakan dalam proses produksi produk akhir. 2. Farmer’s Share Efisiensi pemasaran dapat juga dianalisis dengan menghitung bagian harga yang diterima petani atau farmer’s share. Soekartawi (2002), mengemukakan untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan harga jual petani sebagai dasar (Pf) dan dibandingkan dengan harga beli pedagang di tingkat konsumen akhir (Pr) dikalikan dengan 100 persen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati oleh petani. Apabila dari hasil pengujian diperoleh bagian harga yang diterima petani rendah (<40%), maka saluran pemasaran tidak efisiensi.Rumusannya sederhana, dinyatakan dalam persentase (%), yang dirumuskan dalam persamaan :
Keterangan : = Bagian harga yang diterima petani = Harga jual di tingkat petani = Harga beli di tingkat pedagang 3. Integrasi Pasar Vertikal Integrasi atau keterpaduan pasar merupakan suatu indikator dari efisiensi pemasaran, khususnya efisiensi harga yang menunjukkan seberapa jauh perubahan harga yang terjadi di pasar acuan akan menyebabkan terjadi perubahan pada pasar pengikutnya (Asmarantaka, 2009). Menurut Ravallion (1986), model integrasi pasar ini dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar konsumsi dengan mempertimbangkan harga pada waktu yang lalu dan harga pada saat ini. Model ini membangun sebaran autoregresi antara setiap harga dengan suatu tempat dengan harga tingkat harga pada pasar acuan. Berikut akan dibahas mengenai model Ravallion, Firdaus dan Gunawan (2012) menunjukkan persamaan dasar dari model Ravallion ini adalah sebagai berikut :
Dalam hal ini n merupakan pasar lokal dengan harga P sedangkan R adalah harga di pasar acuan. Sedangkan adalah vektor yang menunjukkan variabel-variabel non harga (tren waktu atau dummy musim) mempengaruhi permintaan dan penawaran pada pasar faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi harga di pasar lokal. Kemudian model dasar di atas diturunkan menjadi model dinamis dengan memasukkan pengaruh jeda waktu (lag) dalam harga karena persamaan di atas hanya mengukur harga pada saat ini. Tapi jika periode lag terlalu panjang, maka model ini akan menjadi rumit sehingga harga disetiap pasar diasumsikan memiliki satu fase lag saja, yaitu :
16
Dimana i = 1, 2,......., n Persamaan 3 ini akan sangat sensitif terhadap terjadinya multikolinearitas ketika harga di pusat produksi (pasar lokal) dan pasar acuan berkorelasi sangat kuat. Menurunkan persamaan 3 akan mengurangi efek eltikolinearitas transformasi ini akan menghasilkan :
Kemudian ditambahkan ke bagian kanan persamaan 4, dan menjadi lebih sederhananya menjadi :
Dimana : = = = = Untuk memperjelas, persamaan di atas dapat diformulasikan menjadi :
Dimana : = = = = = Sehingga persamaan ini menjadi :
Dalam menunjukkan pengaruh efek harga sebelumnya di pasar lokal terhadap pembentukan harga di pasar lokal pada waktu tertentu. Maka digunakan Index of Market Connection (IMC), yaitu :
17
Jika nilai IMC kurang dari satu menunjukkan integrasi jangka pendek. Sedangkan adalah pengukuran laju perubahan harga di pasar acuan yang ditransmisikan ke darerah pasar. Untuk mengukur integrasi jangka panjang sama dengan satu. Perbedaan antara IMC dan adalah, menunjukkan persentase perubahan harga yang terjadi di pasar acuan ditransmisikan ke pasar lokal, sedangkan IMC menunjukkan persentase harga produsen saat ini dipengaruhi oleh perubahan harga produsen di pasar lokal dan pasar acuan di waktu sebelumnya.
Kerangka Operasional Penelitian ini akan membahas tentang struktur, perilaku, dan kinerja industri garam di Kabupaten Sumenep. Penelitiann ini bermula bahwa garam merupakan komoditi yang strategis, selain itu menjadi petani garam merupakan penghasilan utama penduduk di Kabupaten Sumenep. Namun adanya pihak-pihak yang mendominasi pemasaran garam, menyebabkan hipotesa awal pemasaran garam di Kabupaten Sumenep tidak efisien dan tidak adil. Karena adanya pihak yang mendominasi, petani garam hanya dikondisikan sebagai produsen garam, tidak memiliki andil dalam penetapan harga, daya tawar lemah, dan juga tertutupnya akses petani dalam pemasaran garam tersebut. Adanya pihak-pihak yang mendominasi mengindikasikan failure market yang menyebabkan pasar tidak efisien. Ketidakefisienan ini juga dapat terlihat dari tidak terintegrasinya pasar, dimana kenaikan harga di tingkat pengecer tidak tertransmisikan ke tingkat petani. Berbicara mengenai efisiensi adalah hal yang sangat diharapkan dalam proses pemasaran. Pasar yang efisien dalam teorinya adalah pasar yang bersaing sempurna, namun tidak mungkin tercapai. Sehingga proses pemasaran tergantung pada mekanisme pasar, interaksi antara pelaku pasar, serta permintaan dan penawaran garam tersebut sangat penting dalam keberlangsungan pemasaran garam. Sesuai dengan teorinya permintaan dan penawaran akan mempengaruhi struktur pasar yang berlaku. Indikator dalam pengukuran struktur pasar yang terjadi yaitu : pangsa pasar, konsentrasi pasar dan hambatan masuk pasar. Struktur pasar nantinya akan menunjukkan perilaku pasar. Pengukuran perilaku pasar akan dilakukan secara deskriptif dengan indikator kerjasama, tindakan kecurangan, proses penentuan harga dan sistem kelembagaan. Dua elemen ini nantinya akan berinteraksi mempengaruhi kinerja pasar. Namun keadaan ini tidak selalu konstan, bisa saja dilain waktu struktur dan perilaku pasar ditentukan oleh kinerja pasar. Adapun pengukuran kinerja pasar dapat menggunakan beberapa indikator seperti: farmer’s share, marjin pemasaran, integrasi pasar vertikal.
18
Kerangka Pemikiran Operasional Garam merupakan komoditi yang strategis posisi tawar yang lemah dalam penentuan harga. Perubahan harga di tingkat retail belum bisa ditransmisikan hingga ke tingkat produsen Market failure, adanya pihak-pihak yang mendominasi pemasaran garam
Pendekatan yang digunakan yaitu Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar
Kondisi Permintaan dan Penawaran Garam
Struktur Pasar (Market Structure) 1. Pangsa pasar 2. Konsentrasi pasar 3. Hambatan masuk pasar
Perilaku Pasar (Market conduct) 1. Kolusi
Kinerja Pasar (Market Performance) 1. Marjin pemasaran 2. Farmer share 3. Integrasi pasar vertikal
Efisiensi dan Keadilan Pemasaran
Implikasi dan Rekomendasi Kebijakan Alur Pemikiran Saling Mempengaruhi
Peubah yang diteliti
Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional