ARTIKEL
PROYEKSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
KOMODITAS UTAMA PERTANIAN, 2005-2020 Nizwar Syafa'at, Proyogo U. Hadi, Adreng Purwoto, Dewa Ketut Sadra, Frans B.D., dan Jefferson Situmorang
RINGKASAN
Data proyeksi penawaran dan permintaan komoditas pertanian sangat penting sebagai basis bagi perencanaan pembangunan pertanian nasional umumnya dan Departmen Pertanian khususnya dalam rangka peningkatan produksi pertanian minimal untuk 15 tahun ke depan (2005-2020). Untuk analisis digunakan model parsial dan model simultan. Hasil proyeksi produksi dan konsumsi selama periode 2005-2020 menunjukkan bahwa secara umum komoditas pertanian utama mengamalmi surplus kecuali kedele, gula, cabai, dan jeruk, tetapi hasilnya masih di bawah target rencana strategis Departemen Pertanian. Hasil analisis lima komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedele, gula dan daging sapi menunjukkan bahwa hanya komoditas jagung yang melebihi target yang ditetapkan pemerintah, sedangkan komoditas pangan lainnya masih di bawah target.
PENDAHULUAN
Keberhasiian pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh kualitas perencanaan pembangunan pertanian.
Kualitas perencanan pembangunan pertanian itu sendiri sangat ditentukan oleh akurasi data yang tersedia. Salah satu data yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangun an pertanian adalah proyeksi penawaran dan
permintaan komo-ditas pertanian. Seringkali masing-masing direktorat teknis lingkup Departemen Per-tanian dalam membuat
proyeksi mengguna-kan metode yang kurang tepat, antara lain hanya trend berdasarkan kinerja tahun-tahun sebelumnya. Bahkan
kapasitas produksi pertanian minimal untuk 15
tahun ke depan (2005 - 2020). Tulisan ini menyajikan hasil-hasil proyeksi permintaan
dan penawaran komoditas pangan utama pertanian (2005-2020). METODE ANALISIS
Proyeksi permintaan dan penawaran menggunakan model parsial dan model simultan. Model parsial untuk permintaan menggunakan model AIDS (Almost Ideal De mand Systems), sedangkan untuk pena-
warannya menggunakan model logaritme. Secara lebih rinci metode analisis disajikan dalam lampiran 6.
beberapa kelompok komoditas tertentu
PROYEKSI PERMINTAAN DAN PENAWARAN
diproyeksikan dengan tingkat pertumbuhan
Tanaman Pangan
yang sama. Metode demikian tentu saja kurang dapat diper-tanggangjawabkan validitasnya karena tidak memperhatikan faktor-faktor yang ber-pengaruh, baik faktor ekonomi maupun non-ekonomi. Data proyeksi penawaran dan permintaan
yang akan dihasilkan dari penelitian inidengan menggunakan metode-metode ilmiah diharapkan akan merupakan basis bagi perencanaan program masing-masing direktorat teknis lingkup Departemen Pertanian dalam rangka peningkatan Edisi No. 46/XV/Januari/2006
Proyeksi produksi, konsumsi dan kesenjangan produksi dengan konsumsi untuk komoditas-komoditas tanaman pangan utama,
yaitu beras, jagung, kedele dan ubi kayu untuk periode 2005-2020 dicantumkan dalam Lampiran 1. Secara umum keempat komoditas tersebut mengalami peningkatan produksi relatif tinggi. Laju pertumbuhan produksi per tahun tertinggi diperkirakan akan terjadi pada komoditas jagung (7,69%), diikuti oleh ubi kayu (4,22%), beras (2,43%) dan kedele (hanya
PANGAN
2I
0,19%). Dalam periode yang sama, konsumsi keempat komoditas tersebut juga diproyeksikan akan meningkat, kecuali jagung yang akan menurun 1,08 persen per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi per tahun tertinggi diperkirakan akan terjadi pada komoditas kedele (2,36%), diikuti oleh beras
(1,47%) dan ubikayu (hanya 0,57%). Beras :
Produksi padi (setara beras) diproyeksi kan akan meningkat sebesar 2,43 persen per tahun selama periode 2005-2020. Dengan produksi beras pada tahun dasar 2003
sebesar 31,28 juta ton, maka diproyeksikan produksi beras akan naik menjadi 32,81 juta
ton pada tahun 2005, lalu menjadi 33,61 juta ton pada tahun 2006. kemudian naik lagi
menjadi 37,0 juta ton pada tahun 2010 dan menjadi 47,01 juta ton pada tahun 2020. Konsumsi beras diproyeksikan akan
sebesar 31,28 juta ton, maka produksi jagung diproyeksikan akan naik menjadi 12,62 juta ton
pada tahun 2005, lalu menjadi 13,60 juta ton pada tahun 2006, kemudian meningkat lagi menjadi 18,28 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 38,34 juta ton pada tahun
2020. " Sebaliknya, konsumsi langsung jagung diproyeksikan akan menurun 1,08 persen per tahun selama periode yang sama. Dengan konsumsi jagung pada tahun dasar 2003 sebesar 8,07 juta ton, maka konsumsi langsung jagung diproyeksikan akan turun
menjadi 7,89 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 7,81 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 7,47 juta ton pada tahun
2010 dan turun lagi menjadi 6,71 juta ton pada tahun 2020.
Dengan produksi yang meningkat terus, sedangkan konsumsinya terus menurun,
tumbuh sebesar 1,47 persen per tahun pada periode yang sama. Dengan konsumsi beras
maka akan terjadi surplus produksi yang makin besar, dengan laju pertumbuhan 14,36 persen per tahun. Dengan hanya mempertimbangkan
pada tahun dasar 2003 sebesar 30,12 juta ton, maka diproyeksikan konsumsi beras akan
konsumsi langsungnya saja, maka surplus produksi jagung yang pada tahun 2003
menjadi 31,01 juta ton pada tahun 2005. lalu menjadi 31,47 juta ton pada tahun 2006, naik menjadi 33.36 juta ton pada tahun 2010 dan
sebesar 2,82 juta ton akan naik menjadi 4,73 juta ton pada tahun 2005, naik lagi menjadi 5,69 juta ton pada tahun 2006, lalu menjadi 10,81 juta Ion pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 31,64 juta ton pada tahun 2020. Jika
naik lagi menjadi 38,60 juta ton pada tahun 2020.
Indonesia mengalami surplus beras sepanjang tahun. Pada tahun 2003, surplus
produksi beras sudah mencapai 1,16 juta ton dan diproyeksikan akan meningkat sebesar 11,57 persen per tahun selama 2005-2020. Pertumbuhan yang relatif cepat ini disebabkan oleh laju pertumbuhan produksi yang lebih cepat daripada laju pertumbuhan konsumsi. Surplus produksi beras diproyeksikan akan naik menjadi 1,81 juta ton pada tahun 2005, lalu naik lagi menjadi 2,15 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 3,64 juta ton pada
tahun 2010 dan akan naik lagi menjadi 8,42 juta ton pada tahun 2020. Jika ini terjadi, maka Indonesia akan menjadi negara eksportir beras sejak tahun 2010. Jagung Produksi jagung diproyeksikan akan
mengalami pertumbuhan relatif tinggi yaitu sebesar 7,69 persen per tahun. Dengan produksi jagung pada tahun dasar 2003
PANGAN
ini terjadi, maka memungkinkan untuk pengembangan industri pengguna jagung
sebagai bahan baku (pakan, makanan, dll) yang menciptakan nilai tambah dan bahkan
akan menjadi negara eksportir jagung yang menciptakan devisa negara. Kedele :
Kedele merupakan komoditas dengan proyeksi pertumbuhan produksi paling kecil di antara komoditas pangan utama, yaitu hanya 0,19 persen per tahun selama periode 20052020. Dengan produksi pada tahun dasar
2003 sebesar 672 ribu ton, maka produksi diproyeksikan akan naik menjadi 674 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 676 ribu ton pada tahun 2006, kemudian meningkat lagi menjadi 681 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 694 ribu ton pada tahun 2020.
Sebaliknya, konsumsi diproyeksikan akan naik jauh lebih cepat yaitu 2,36 persen per tahun (15 kali lebih cepat dibanding produksi)
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
selama periode yang sama. Dengan konsumsi
pada tahun dasar 2003 sebesar 1,68 juta ton, maka konsumsi diproyeksikan akan naik menjadi 1,75 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 1,80 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 1,97 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 2,49 juta ton pada
ton pada tahun 2020. Jika ini Indonesia berpeluang lebih mengembangkan industri berbahan baku ubikayu untuk
terjadi. maka besar untuk pengolahan menciptakan
nilai tambah dan untuk ekspor guna menciptakan devisa negara.
tahun 2020.
Tanaman Hortikultura
Defisit produksi diproyeksikan akan meningkat 3,46 persen per tahun. Dengan defisit produksi pada tahun 2003 sebesar 1 juta ton, maka pada tahun 2005 akan naik menjadi 1,08 juta ton, lalu naik lagi menjadi 1,12 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 1,29 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 1,80 juta ton pada tahun 2020. Jika ini terjadi, maka Indonesia akan menjadi net importer dan membutuhkan devisa cukup besar untuk mengimpor kedele. Ini berarti perlu ada upaya (efforts) yang lebih besar lagi untuk mengingkatkan produksi dalam negeri.
Hasil analisis proyeksi produksi, konsumsi dan senjang di antara keduanya untuk
Ubikayu:
Produksi ubikayu diproyesikan akan meningkat cepat yaitu sebesar 4.22 persen per tahun selama periode 2005-2020. Dengan produksi pada tahun dasar 2003 sebesar 18,52 juta ton, maka produksi diproyeksikan akan naik menjadi 20,12 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 20,97 juta ton pada tahun 2006, kemudian meningkat lagi menjadi 24,74
juta ton pada tahun 2010 dan naik lagimenjadi 37,39 juta ton pada tahun 2020. Konsumsi juga diproyeksikan akan naik
tetapi jauh lebih lambat yaitu hanya 0,57 persen per tahun selama periode yang sama. Dengan konsumsi pada tahun dasar 2003 sebesar 8,86 juta ton, maka konsumsi diproyeksikan akan naik menjadi 8,96 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 9,01 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 9,21 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 9,75 juta ton pada tahun 2020. Surplus produksi diproyeksikan akan meningkat sangat cepat yaitu 6,30 persen per tahun. Dengan surplus produksi pada tahun 2003 sebesar 9,67 juta ton, maka pada tahun 2005 akan naik menjadi 11,16 juta ton, lalu naik lagi menjadi 11,96 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 15,52 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 27,64 juta
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
komoditas hortikultura utama selama periode
2003-2020 diperlihatkan pada Lampiran 2.a untuk sayuran (cabai, bawang merah dan kentang) dan Lampiran 2.b untuk buahbuahan (pisang dan jeruk). Secara umum pertumbuhan produksi sayuran bervariasi dari rendah sampai sedang. Laju pertumbuhan produksi per tahun tertinggi diperkirakan akan terjadi pada komoditas bawang merah (2,83%) diikuti oleh cabai (1,97%), pisang (1,43%), kentang (1,42%) dan terendah jeruk (0,14%). Dalam periode yang sama, konsumsi juga diproyeksikan akan meningkat, dengan laju pertumbuhan tertinggi akan terjadi pada pisang (1,13%), diikuti cabai (1,08%), bawang merah (1,07%), jeruk (0,57%) dan terendah kentang (0,49%). Cabai:
Produksi cabai diproyeksikan akan
meningkat 1,97 persen per tahun selama periode 2005-2020. Peningkatan produksi ini terutama bersumber dari peningkatan
produktivitas, sedangkan luas areal tanam diproyeksikan sedikit menurun. Dengan produksi sebesar 553 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka produksi pada tahun 2005 akan naik menjadi 575 ribu ton, lalu naik lagi menjadi 586 ribu ton pada tahun 2006, naik lagi menjadi 634 ribu ton pada tahun 2010 kemudian menjadi 770 ribu ton pada tahun 2020.
Konsumsi juga diproyeksikan akan
meningkat tetapi lebih lambat yaitu 1,08 persen per tahun. Dengan produksi sebesar 683 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka produksi akan naik menjadi 697 ributon pada tahun 2005, lalu menjadi 705 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 735 ribu ton dan naik lagi menjadi 820 ribu ton pada tahun 2020.
Karena konsumsi diproyeksikan tumbuh
PANGAN
lebih lambat dibanding produksi, maka defisit diproyeksikan akan terus menurun sebesar
5,41 persen per tahun. Dengan defisit produksi pada tahun dasar 2003 sebesar 130 ribu ton, maka defisit produksi akan turun menjadi 123 ribu ton pada tahun 2005, lalu turun menjadi 119 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 102 ribu ton dan turun lagi menjadi hanya 50 ribu ton pada tahun 2020. Jika pertumbuhan ini konsisten, maka pada tahun 2027 Indonesia diproyeksikan akan mencapai swasembada cabai.
Bawang Merah:
juta ton pada tahun 2020.
bawang
merah
juga
diproyeksikan meningkat tetapi lebih lambat yaitu 1,07 persen per tahun. Dengan konsumsi sebesar 411 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan menjadi 419 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 424 ribu ton pada tahun 2006. kemudian
menjadi 442 ribu ton pada tahun 2010 dan naik
lagi menjadi 492 ribu ton pada tahun 2020. Karena semula sudah terjadi surplus sebesar 369 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka dengan lebih lambatnya pertumbuhan konsumsi dibanding produksi, maka surplus produksi akan terus meningkat sebesar 4,25 persen per tahun. Pada tahun 2005, surplus sudah mencapai 405 ribu ton, naik menjadi
424 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 506 ribu ton pada tahun 2010 dan kemudian
menjadi 761 ribu ton pada tahun 2020. Surplus produksi yang terus meningkat memberikan peluang bagi Indonesia untuk ekspor bawang merah guna meningkatkan devisa negara. Kentang :
Produksi kentang juga diproyeksikan
akan meningkat sebesar 1,42 persen per tahun selama 2005-2020. Dengan produksi sebesar 1,10 juta ton pada tahun 2003, maka
produksi diproyeksikan akan menjadi 1,04 juta 24
PANGAN
1,28 juta ton pada tahun 2020.
Konsumsi kentang juga diproyeksikan akan meningkat tetapi jauh lebih lambat yaitu 0,49 persen per tahun selama periode yang sama. Dengan konsumsi sebesar 936 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi
diproyeksikan akan menjadi 945 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 950 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 969 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 1,02 juta ton pada tahun 2020.
Produksi bawang merah juga diproyeksikan akan meningkat dengan ratarata 2,83 persen per tahun selama periode 2005-2020. Dengan produksi sebesar 780 ribu ton pada tahun dasar 2003. maka produksi diproyeksikan akan menjadi 825 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 848 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 948 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 1,25
Konsumsi
ton pada tahun 2005, lalu menjadi 1,05 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 1,12 juta ton pada tahun 2010 dan naiklagimenjadi
Dengan sudah adanya surplus produksi sebesar 74 ribu ton pada tahun dasar 2003,
maka surplus diproyeksikan akan meningkat 7,33 persen per tahun. Dengan lebih lambatnya pertumbuhan konsumsi dibanding produksi, maka surplus produksi terus meningkat. Pada tahun 2005, surplus sudah mencapai 94 ribu ton. naik menjadi 104 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 146 ribu ton pada tahun 2010 dan kemudian menjadi 267 ribu ton pada tahun 2020. Surplus produksi yang terus meningkat memberikan peluang bagi Indonesia untuk ekspor kentang guna meningkatkan devisa negara. Pisang :
Produksi pisang diproyeksikan akan meningkat sebesar 1,43 persen per tahun selama 2005-2020. Dengan produksi sebesar 4,18juta ton pada tahun 2003, maka produksi diproyeksikan akan menjadi 4,30 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 4,36 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 4,61 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 5,31 juta ton pada tahun 2020.
Konsumsi pisang juga diproyeksikan akan meningkat sedikit lebih lambat yaitu 1,13 persen per tahun selama periode yang sama. Dengan konsumsi sebesar 3,98 juta ton pada tahun
dasar
2003,
maka
konsumsi
diproyeksikan akan menjadi4,07 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 4,12 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 4,31 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 4,82 juta ton pada tahun 2020.
Dengan sudah adanya surplus produksi sebesar 196 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka surplus diproyeksikan akan meningkat Edisi No. 46/XV/Januari/2006
5,35 persen per tahun. Dengan lebih lambatnya pertumbuhan konsumsi dibanding produksi, maka surplus produksi terus
meningkat. Pada tahun 2005, surplus sudah mencapai 225 ribu ton, naik menjadi 240 ribu
ton pada tahun 2006, lalu menjadi 304 ribu ton pada tahun 2010 dan kemudian menjadi 491 ribu ton pada tahun 2020. Surplus produksi yang terus meningkat memberikan peluang bagi Indonesia untuk ekspor pisang guna meningkatkan devisa negara. Jeruk:
Produksi jeruk diproyeksikan akan meningkat sangat lambat yaitu sebesar 0,14
persen per tahun selama 2005-2020. Dengan produksi sebesar 1,52 juta ton pada tahun
Tanaman Perkebunan
Hasil proyeksi produksi, konsumsi dan senjang di antara keduanya untuk komoditas perkebunan disajikan pada Lampiran 3. Secara umum laju pertumbuhan produksi komoditas perkebunan bervariasi dari rendah sampai sangat cepat. Laju pertumbuhan
produksi per tahun tertinggi diperkirakan akan terjadi pada komoditas kakao (16,18%) diikuti oleh teh (2,43%), gula (1,87%), minyak sawit
(1,06%) dan terendah kopi (0,95%). Dalam periode yang sama, konsumsi juga diproyeksikan akan meningkat, dengan laju pertumbuhan tertinggi akan terjadi pada kakao (7,48%), diikuti oleh teh (7,48%), gula (1,14%), minyak sawit (0,96%) dan terendah kopi (0,76%).
2003, maka produksi diproyeksikan hanya akan naik sedikit menjadi 1,53 juta ton pada
Minyak Kelapa Sawit:
tahun 2005, lalu tetap sekitar 1,53 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 1,54 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi
Produksi dan konsumsi minyak kelapa sawit diproyeksikan akan meningkat masing-
1,56 juta ton pada tahun 2020.
Konsumsi jeruk juga diproyeksikan akan meningkat sedikit lebih cepat dibanding produksi tetapi sebenarnya masih sangat lambat yaitu 0,57 persen per tahun. Dengan konsumsi sebesar 1,52 juta ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan menjadi 1,54 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 1,55 juta ton pada tahun 2006,
kemudian menjadi 1,58 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 1.68 juta ton pada tahun 2020.
Pada tahun 2003 masih surplus produksi sebesar 1,14 ribu ton. tetapi sejak tahun 2004 sudah terjadi defisit produksi sebesar 5,41 ribu ton, dan terus meningkat sampai 2020 dengan laju sangat cepat yaitu 15,74 persen per tahun. Pada tahun 2005, defisit sudah mencapai 12 ribu ton, naik menjadi 18,65 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 45,7 ribu ton pada tahun 2010 dan kemudian menjadi 116,6 ribu
masing dengan rata-rata 1,06 persen dan 0,96
persen per tahun, sehingga surplus produksi akan meningkat rata-rata 1,08 persen per
tahun. Lambatnya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain oleh makin banyaknya tanaman tua, terutama kebun plasma, yang belum diremajakan karena belum tersedianya dana untuk program peremajaan kebun rakyat. Sedangkan lambatnya konsumsi (langsung) antara lain karena adanya barang
suibstitusi seperti minyak goreng asal kelapa, dan Iain-Iain.
Dengan laju pertumbuhan seperti di atas, maka produksi akan meningkat dari 10,68 juta ton pada tahun dasar 2003 menjadi 10,91 juta ton pada tahun 2005, lalu meningkat lagi menjadi 11,03 juta ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 11,50 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 12.78 juta
ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 1,82 juta ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan menjadi
ton pada tahun 2020. Defisit produksi yang
1,86 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi
terus meningkat akan menguras devisa negara untuk impor. Untuk mengurangi
1,88 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 1,95 juta ton pada tahun 2010 dan
ketergantungan pada impor dan sekaligus
naik lagi menjadi 2,14 juta ton pada tahun 2020. Surplus produksi terus meningkat dari
menghemat devisa. maka perlu ada terobosan dalam upaya peningkatan produksi, baik melalui perluasan tanam. peremajaan,
maupun intensifikasi tanaman produktif yang sudah ada.
8,86 juta ton pada tahun 2003 naik menjadi
9,05 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 9,15 juta ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 9,55 juta ton pada tahun 2010
dan naik menjadi 10,63 juta ton pada tahun
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
PANGAN
25
2020 Teriihat bahwa peluang minyak kelapa
meningkat rata-rata 1,06 persen per tahun.
sawit untuk diolah lebih lanjut sehingga
Lambatnya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain oleh kurang responsifnya produsen terhadap perubahan harga, lambatnya perkembangan harga kopi
menciptakan nilai tambah dan peluang ekspor untuk menciptakan devisa negara akan makin besar di masa yang akan datang.
dan banyaknya tanaman tua yang perlu Kakao:
Produksi
dan
konsumsi
kakao
diproyeksikan akan meningkat cepat dengan rata-rata masing-masing 16,18 persen dan
7,48 persen per tahun, sehingga surplus
produksi akan meningkat rata-rata 16,18 persen per tahun. Tingginya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain tingginya respon produsen terhadap prospek ekonomi komoditas tersebut, sedangkan tingginya laju
pertumbuhan konsumsi disebabkan antara lain oleh meningkatnya konsumsi per kapita sebagai akibat membaiknya tingkat pen dapatan masyarakat dan tersajinya kakao sebagai bahan makanan ringan yang lezatdan mudah didapat.
Dengan laju pertumbuhan seperti di atas, maka produksi kakao akan meningkat dari 573 ribu ton pada tahun dasar 2003 menjadi 773 ribu ton pada tahun 2005, lalu meningkat lagi
menjadi 898 ribu ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 1,64 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 7,33 juta ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 3,48 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka
konsumsi diproyeksikan akan menjadi 3,60 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 3,66
ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 3,97 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 6,21 ribu ton pada tahun 2020. Sur plus produksi terus meningkat dari 569 ribu ton pada tahun 2003 naik menjadi 769 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 894 ribu
ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 1,63 juta ton pada tahun 2010 dan naik menjadi 7,32 juta ton pada tahun 2020. Tampak bahwa peluang kakao untuk diolah lebih lanjutsehingga menciptakan nilai tambah dan peluang ekspor untuk menciptakan devisa negara akan makin besar di masa yang akan datang.
antara lain oleh makin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya hidup sehat, dan tersedianya barang-barang substitusi, seperti
teh, juice, air mineral, dan Iain-Iain. Dengan laju pertumbuhan seperti di atas,
maka produksi kopi akan meningkat dari 686 ribu ton pada tahun dasar 2003 menjadi 699 ribu ton pada tahun 2005, lalu meningkat lagi menjadi 706 ribu ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 733 ribu ton pada
tahun 2010 dan naik lagi menjadi 806 ribu ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 257 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan menjadi 261 ribu
ton pada tahun 2005, lalu menjadi 263 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 733 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 806 ribu ton pada tahun 2020. Surplus
produksi terus meningkat dari 430 ribu ton pada tahun 2003 naik menjadi 439 ribu ton
pada tahun 2005, lalu menjadi 443 ribu ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 463 ribu ton pada tahun 2010 dan naik menjadi 514 ribu ton pada tahun 2020. Terlihat bahwa
peluang ekspor kopi akan makin besar, yang akan menciptakan devisa negara makin besar pada tahun-tahun mendatang. Teh:
Produksi teh
diproyeksikan
akan
meningkat lambat dengan rata-rata 2,43
persen per tahun, sedangkan konsumsi akan meningkat lebih cepat dengan rata-rata 7,48 persen per tahun, sehingga surplus produksi akan meningkat rata-rata 7,59 persen per tahun. Lambatnya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain oleh terbatasnya
daerah yang cocok untuk perluasan perkebunan teh (terutama dari segi iklim dan ketinggian tempat). Tingginya laju pertum buhan konsumsi teh disebabkan antara lain
Kopi: Produksi dan konsumsi kopi diproyeksi
kan akan meningkat lambat dengan rata-rata
masing-masing 0,95 persen dan 0,76 persen per tahun, sehingga surplus produksi akan 26
diremajakan. Sedangkan lambatnya laju pertumbuhan konsumsi kopi disebabkan
PANGAN
oleh makin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya hidup sehat dengan minum teh.
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
Dengan laju pertumbuhan seperti di atas, maka produksi teh akan meningkat dari 176
2,54 juta ton pada tahun 2006. kemudian
ribu ton pada tahun dasar 2003 menjadi 184
naik lagi menjadi 2,97 juta ton pada tahun 2020. Defisit produksi meningkat dari 763 ribu ton pada tahun 2003 menjadi 1,66 juta ton
ribu ton pada tahun 2005, lalu meningkat lagi
menjadi 189 ribu ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 208 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 264 ribu ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 173 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan menjadi 177 ribu
menjadi 2,65 juta ton pada tahun 2010 dan
pada tahun 2004, tetapi lalu terus menurun menjadi 1,63 juta ton pada tahun 2005,
kemudian turun lagi menjadi 1,60 juta ton pada tahun 2006, lalu menjadi 1,50 juta ton pada tahun 2010 dan turun menjadi 1,21 juta ton pada tahun 2020. Terlihat bahwa jumlah impor gula untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri masih akan besar pada tahun-tahun yang
ton pada tahun 2005, lalu menjadi 179 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 187 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 209 ribu ton pada tahun 2020. Surplus
akan datang, yang membutuhkan devisa
produksi akan terus meningkat dari 2,8 ribu ton pada tahun 2003 naik menjadi 7,6 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 10,1 ribu ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi
negara untuk impor. Untuk meningkatkan produksi gula perlu dilakukan perbaikan teknologi (penggunaan bibit unggul baru dengan produktivitas tinggi), pemupukan,
21,1 ribu ton pada tahun 2010 dan naik menjadi 7,59 ribu ton pada tahun 2020. Tampak bahwa peluang ekspor teh akan
bongkar ratun dan rehabilitasi pabrik-pabrik gula yang sudah tua.
makin besar, yang akan menciptakan devisa negara makin besar di masa datang.
PETERNAKAN
Gula:
Produksi dan konsumsi gula diproyeksi kan akan meningkat lambat dengan rata-rata masing-masing 1,87 persen dan 1,14 persen per tahun, sehingga terjadi peningkatan defisit dengan rata-rata 2.34 persen per tahun.
Hasil proyeksi -produksi, konsumsi dan senjang di antara keduanya untuk komoditas
peternakan utama diperlihatkan pada Lampiran 4. Secara umum laju pertumbuhan produksi komoditas peternakan bervariasi dari negatif sampai positif yang rendah sampai
sedang. Laju pertumbuhan produksi per tahun tertinggi diperkirakan akan terjadi pada daging
Lambatnya laju pertumbuhan produksi
babi (2,06%) diikuti oleh telur (1,42%), dan
disebabkan
daging ayam (1,13%), sedangkan produksi daging kerbau menurun (0,40%). Dalam
antara
lain
oleh
adanya
persaingan dengan tanaman padi dalam pengunaan lahan sawah dan terbatasnya modal petani. Rendahnya laju pertumbuhan konsumsi gula (lebih rendah daripada laju pertumbuhan penduduk) disebabkan antara lain oleh menurunnya konsumsi per kapita karena makin tingginya kesadaran konsumen akan pentingnya hidup sehat melalui
pengurangan konsumsi gula (mencegah diabetes). Dengan laju pertumbuhan seperti di atas,
maka produksi gula akan meningkat dari 1,69 juta ton pada tahun dasar 2003 menjadi 1,75 juta ton pada tahun 2005, lalu meningkat lagi
menjadi 1.79 juta ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 1,92 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 2,31 juta ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 2,45 juta ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan naik menjadi 2,51 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
periode yang sama, konsumsi juga diproyeksi
kan akan meningkat, dengan laju pertumbuh an tertinggi akan terjadi pada daging kerbau
(1,29%), diikuti oleh daging ayam (1,13%), daging babi (1,08%), dan telur (1,02%). Daging Ayam: Produksi dan konsumsi daging ayam diproyeksikan akan meningkat lambat dengan rata-rata masing-masing 1,0 persen dan 1,13
persen per tahun, sehingga terjadi penurunan surplus dengan rata-rata 0,6 persen per tahun. Lambatnya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain oleh adanya krisis ekonomi yang menyebabkan usaha peternakan ayam bangkrut, makin mahalnya harga pakan, dan terjadinya berbagai kasus
penyakit ayam yang akhir-akhir makin menggejala.
PANGAN
27
Dengan laju pertumbuhan seperti di atas,
maka konsumsi diproyeksikan akan naik
maka produksi daging ayam akan meningkat
menjadi 26,1 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 26,4 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 27,8 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 31,5 ribu ton pada tahun 2020. Surplus produksi akan menurun
dari 1,20 juta ton pada tahun dasar 2003 menjadi 1,23 juta ton pada tahun 2005, lalu meningkat lagi menjadi 1,24 juta ton pada tahun 2006, kemudian naik lagi menjadi 1,29 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi
dari 20,0 ribu ton pada tahun 2003 menjadi
1,43 juta ton pada tahun 2020. Dengan
19,0 ribu ton pada tahun 2005, kemudian turun
konsumsi sebesar 568,4 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan
lagi menjadi 18,5 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 16,4 ribu ton pada tahun 2010 dan turun menjadi 11,1 ribu ton pada tahun
akan naik menjadi 581,3 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 587,9 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 614,8 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 687,6 ribu ton pada tahun 2020. Surplus produksi akan
meningkat dari 634,9 ribu ton pada tahun 2003 menjadi 646,2 ribu ton pada tahun 2005, kemudian naik lagi menjadi 587,9 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 614,8 ribu ton pada tahun 2010 dan naik menjadi 737,6 ribu ton pada tahun 2020. Ini merupakan peluang
sangat baik bagi Indonesia untuk mengekspor daging ayam, namun masalah kualitas produk
dan cara penangannya perlu diperbaiki. Daging Kerbau: Produksi daging kerbau diproyeksikan
akan menurun 0,40 persen sedangkan konsumsi akan naik 1,29 persen per tahun,
sehingga terjadi penurunan surplus dengan rata-rata 3,46 persen per tahun. Lambatnya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain oleh lambatnya pertambahan alami ternak kerbau karena menurunnya tempat padang penggembalaan, pelayanan IB dan
tersedianya pakan hijauan. Rendahnya laju pertumbuhan konsumsi disebabkan antara lain oleh menurunnya konsumsi per kapita karena makin tingginya kesadaran konsumen
akan pentingnya hidup sehat melalui pengurangan konsumsi daging berkadar kolestrol tinggi, relatif makin mahalnya harga daging kerbau, dan adanya barang substitusi (daging ayam. telur, ikan, dan Iain-Iain).
2020.
Daging Babi:
Produksi daging ayam diproyeksikan akan meningkat 2,06 persen, sedangkan konsumsi akan naik 1,08 persen, sehingga akan terjadi peningkatan surplus produksi 3,84
persen per tahun. Cukup cepatnya laju pertumbuhan produksi disebabkan antara lain
oleh menguntungkannya usaha peternakan babi dan tingkat pertambahan alami yang cepat (jumlah anak yang lahir per ekor induk per kelahiran sangat banyak). Lebih lambatnya laju pertumbuhan konsumsi disebabkan antara lain oleh terbatasnya konsumen jenis
daging ini. Dengan laju pertumbuhan seperti di atas,
maka pada tahun 2005 produksi daging babi akan meningkat dari 172,5 ribu ton pada tahun dasar 2003 menjadi 179,7 ribu ton pada tahun 2005, lalu naik lagi menjadi 183,4 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 199,2 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 244,7
ribu ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 121,4 ribu ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan naik menjadi 124 ribu ton pada tahun 2005, lalu menjadi 125,4 ribu ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 130,9 ribu ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 145,9 ribu ton pada tahun 2020. Surplus produksi akan terus meningkat dari 51,0 ribu ton pada tahun 2003
menjadi 55,7 ribu ton pada tahun 2005,
Dengan laju pertumbuhan seperti di atas, maka produksi daging kerbau akan menurun dari 45,4 ribu ton pada tahun dasar 2003
kemudian naik lagi menjadi 58,1 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 68,3 ribu ton pada tahun 2010 dan naik menjadi 98,7 ribu ton
menjadi 45,1 ribu ton pada tahun 2005, lalu menurun lagi menjadi 44,9 ribu ton pada tahun 2006, kemudian turun lagi menjadi 44,3 ton pada tahun 2010 dan turun lagi menjadi 42,3 ribu ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar 25,4 ribu ton pada tahun dasar 2003,
pada tahun 2020. Ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor daging babi untuk menciptakan devisa di masa yang akan datang
28
PANGAN
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
dibandingkan
Telur:
Produksi telur diproyeksikan akan
meningkat 1,42 persen, sedangkan konsumsi akan naik lebih lambat yaitu 1,02 persen, sehingga akan terjadi peningkatan surplus produksi 2,96 persen per tahun. Cukup cepatnya
laju
pertumbuhan
produksi
antara produksi yang ditargetkan oleh pemerintah dengan hasil proyeksi menunjukkan bahwa dari empat komoditas yang dianalisis. hanya proyeksi komoditas jagung yang melebihi target yang ditetapkan, sedangkan komoditas lainnya di bawah target.
disebabkan antara lain oleh menguntung-
Seperti diketahui bahwa produksi hasil
kannya usaha peternakan ayam petelur. Lebih
proyeksi merupakan produksi yang dapat dicapai dengan kondisi dan situasi serta
cepatnya laju pertumbuhan konsumsi disebabkan antara lain oleh relatif lebih
upaya-upaya yang dilakukan selama ini.
murahnya harga telur, disamping meningkatnya pendapatan masyarakat dan
Untuk komoditas yang produksi dari hasil proyeksi lebih kecil dari target, maka diperlukan upaya lebih keras dan upaya
peningkatan jumlah penduduk.
Dengan laju pertumbuhan seperti di atas, maka pada tahun 2005 produksi telur akan meningkat dari 0,97 juta ton pada tahun dasar
2003 menjadi 1,0 juta ton pada tahun 2005, lalu naik lagi menjadi 1,02 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 1.08 juta ton pada tahun 2010 dan naik lagi menjadi 1,24 juta ton pada tahun 2020. Dengan konsumsi sebesar
0,80 juta ton pada tahun dasar 2003, maka konsumsi diproyeksikan akan naik menjadi 0,81 juta ton pada tahun 2005, lalu menjadi 0.82 juta ton pada tahun 2006, kemudian menjadi 0,85 juta ton pada tahun 2010 dan
naik lagi menjadi 0,95 juta ton pada tahun 2020. Surplus produksi akan terus meningkat dari 176,1 ribu ton pada tahun 2003 menjadi 188,7 ribu ton pada tahun 2005, kemudian naik lagi menjadi 195,1 ribu ton pada tahun 2006, lalu menjadi 221,2 ribu ton pada tahun 2010
dan naik menjadi 291,8 ribu ton pada tahun 2020. Ini memberikan peluang bagi Indone sia untuk meningkatkan pasokan telur bagi industri pengolahan makanan.
khusus lagi dibanding yang telah dilakukan
selama ini untuk dapat mencapai produksi yang ditargetkan, sedangkan produksi hasil dari proyeksi yang melebihi target tidak diperlukan upaya-upaya khusus. Oleh karena upaya-upaya khusus tersebut membutuhkan
dana dan pembinaan, maka untuk mencapai produksi yang ditargetkan alokasi dana untuk pengembangan komoditas padi, kedele, gula dan daging sapi tersebut perlu diperbesar. Dengan kata lain, seyogiyanya Departemen Pertanian mengalokasikan dana pembinaan
dan pengembangan pada komoditas yang produksi hasil proyeksi dibawah target. PENUTUP
Dari hasil proyeksi produksi dan konsumsi selama periode 2005-2020 dapat disimpulkan bahwa secara umum komoditas pertanian
utama mengalami surplus kecuali kedele, gula, cabai, dan jeruk.
Namun demikian hasil proyeksi tersebut masih dibawah target yang
tercantum
dalam
Rencana
Strategis
Departemen Pertanian. Target vs Proyeksi : Kasus Padi, Jagung, Kedele, dan Gula
Dalam Rencana Strategis Departemen
Pertanian (2005)2 telah ditetapkan target produksi berdasarkan target pertumbuhan
PDB yang dibebankan kepada sektor pertanian sebesar 3.2 persen per tahun. Tar get produksi padi, jagung, kedele, dan gula yang ditetapkan Departemen Pertanian sesuai
dengan beban pertumbuhan PDB sektor pertanian selama periode 2004-2009 disajikan dalam Lampiran 5-a dan 5-b. Apabila ' Departemen Pertanian
2005.
Rencana Strategis
Pembangunan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
Hasil analisis terhadap lima komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedele, gula dan daging sapi menunjukkan bahwa hanya hasil proyeksi komoditas jagung yang melebihi target yang telah ditetapkan pemerintah, sedangkan komoditas pangan lainnya masih di bawah target. Ini memberikan implikasi perlunya upaya khusus untuk
meningkatkan produksi komoditas yang masih di bawah target yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dengan mengalokasikan dana pembinaan dan pengembangan komoditas tersebut lebih besar dibanding komoditas
lainnya. PANGAN
29
DAFTAR PUSTAKA
Agrrey-Mensah, W. and N.E. Tuckwell. 1969. A Study of Banana Supply and Price Patterns on the Sydney Wholesale Market: An Application of Spectral Analy sis. Australian Journal of Agricultural Economics 13(2): 101-117. Alston, J.M., J.W. Freebrain and J.J. Quikey. 1980. A Model of Supply Response in the Australian Orange Growing Industry. Australian Journal of Agricultural Economics 24(3) : 248-267.
Anderson. K. 1974. Distributed Lags and Barley Acreage Response Analysis. Australian Journal of Agricul tural Economics 18(2): 119-132. Akiyama, T. and A. Neshio. 1996. Cacao Boom: Hands Off Policy Encourage Smallholders Dynamism. WPS
1580 World Bank. Washington D.C. March. USA. Askari, H. and J.T. Cummirgs. 1977. Estimating Agricul tural Supply Response with the Nerloviar Model: A Survey. International Economic Review 18(2): 257292.
BPS. 1999. Produksi Palawija, Tahun 1969-1998. BPS, Jakarta
BPS. 2000. Statistik Indonesia, 1969-2000. BPS, Jakarta
Bateman, M.J. 1965. Aggregate and Regional Supply Functions lor Ghanian Cocoa. Journal of Farm Eco nomics 47 : 384.-401.
Brennan, J.P. 1982. The Representation of Risk in Econo metric Models of Supply: Some Observations. Aus tralian Journal of Agricultural Economics 26(2): 151156.
Chinn, D.L. 1978. Farmers Response to Foodgrain Con trols in Developing Countries. Quarterly Journal of Economics 92(4) : 697-703. Cochran. W.W. 1955. Conceptualizing the Supply Rela
tion in Agriculture. Journal of Farm Economics 37(51): 1161-1176. Colman, D. 1983. A Review of the Arts of Supply Response Analysis. Review of Marketing and Agricultural Economics 51(3): 201-30.
Davey, B.H. and P.W.H. Weightman. 1971. A Micro-eco nomic Approach to the Analysis of Supply Response in British Agriculture. Journal of Agricultural Econom ics 22(3). 1-18. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2000-
2002. Statistik Perkebunan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2000-2002.
Statistik Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Eckstein, Z. 1985. The Dynamics of Agricultural Supply : A Reconsideration. American Journal of Agricultural Economics 67(2): 204-217.
Flinn, J.C., K.P Kalirajan and L.L. Castillo. 1982. Supply Responsiveness of Rice Farmers in Laguna, Philip pines. Australian Journal of Agricultural Economics 26(1): 39-48.
ment Programs. American Journal of Agricultural Economics 82(3) : 184-191. IFPRI. 2001. Sustainable Food Security for All by 2020. Internasional Food Policy Research Institute. Wash
ington D.C. Jennings, A.N. and R.J. Young. 1980. Generalisation of the Nerlove Supply Model Using Time Series Methodology : An Application to Potato Plantings in Great Britain. Journal of Agricultural Economics 31(1): 99-111.
Just, R.E. 1974a.. An Investigation of the Importance of Risk in Farmers' Decisions. American Journal of
Agricultural Economics 56(1): 14-25. Just, R.E. 1974b. Risk Response Models and Their Use
in Agricultural Policy Evaluation. American Journal of Agricultural Economics 57(5): 836-843. Lee. D.R. and P.G. Helmberger. 1985. Estimating Supply Response in the Presence of Farm Programs. American Journal of Agricultural Economics 67(2): 193-203.
Longworth, J.W. and E.J. O'Loughlin. 1968. Supply Responses for Potatoes in Five New South Wales
Shires. Review of Marketing and Agricultural Economics 36(2) : 125-138. Mules. T.J. and F.G. Jarret. 1966. Supply Response in
the South Australian Potato Industry. Australian Journal of Agricultural Economics 10(1) : 52-59. Nerlove, M. and W.Addison. 1958. Statistical Estimation
of Long-run Elasticities of Supply and Demand. Journal of Farm Economics 40(4) : 861-880. Rausser, G.C. and D.P. Stonehouse. 1978. Public
Intervention and Producer Response. American Journal of Agricultural Economics 60(5): 885-890. Sanderson, B.A.. J.J. Quilkey, and J.W. Freebairn. 1980. Supply Response of Australian Wheat Growers. Australian Journal of Agricultural Economics 24(2): 129-140.
Thomson,
K.J.
and
J.S.
Shonkwiler.
1985.
A
Microeconomic Agricultural Supply Model. Journal
of Agricultural Economics 30(1) : 1-12. Tomek, W.G. dan K.L. Robinson. 1981. Agricultural Product Prices. 2nd edn. Cornell University Press. Ithaca and London.
Traill, B. 1978. Risk Variables in Econometric Supply Response Models. Journal of Agricultural Economics 29(1) : 53-62.
Weymark, J.A., 1980. Result in Demand Theory. Europen Economic Review 14:377-395
Whittaker, J.K. and R.L. Bancroft. 1979. Corn Acreage Response-Function Estimation with Pooled TimeSeries and Cross-Sectional Data. American Journal
of Agricultural Economics 66(3) : 550-553. Wilson, W.R., L.M. Arthur and J.K. Whittaker. 1980 An
Attempt to Account for Risk in An Aggregate Wheat Acreage Response Model. Canadian Journal of Agricultural Economics 28(2) : 63-71.
Hartley, M.J., M. Nerlove, and R.K. Peters Jr. 1987. An Analysis of Rubber Supply in Sri Lanka. American Journal of Agricultural Economics 69(4): 755-761. Houck, J.P. and P.W. Gallagher. 1976. The Price Respon siveness of US Corn Yields. American Journal of
Agricultural Economics 58(4): 731-734. Houck, J.P. and M.E. Ryan. 1972. Supply Analysis for Com in the United States : Impacts of Changing Govern
30
PANGAN
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
20935959 22165409 23448681
24788055 26185911 27644727
9477776 9531341 9585209 9639381 9693859 9748645 0.57
30413735 31696750 33033889 34427436 35879770 37393372 4.22
-1528615 -1579579 -1631775
-1685232 -1739980 -1796049 3.46
2216088 2268391 2321929 2376731
2432826
687472 688812 690154
691499 692846
19396862 21508678 23776137
7003415
7079863
6927793
26476724
28512094
30703930
5826833
6311554
6813077
35881220
36408296
36943114
40720219
41708053
42719850
43756192
2014
2015
2016
2017
2490245
2.36
694196
0.19
31637425 14.36
6705791 -1.08
38343216
8423347
38595170
1.47
47018517
2020
Laju (%/ tahun) 2.43
*) Elastisitasnya dari persamaan simultan **) Elastisitasnya dari persamaan partial
7,69
28827051
6778990
35606041
7868473
38036435
2019
11.57
26211274
6852988
33064261
7331886
37485789
44817675
45904908
2018
6.30
19758142
1862985/
9424512
29182654
-1478855
2164990
686135
17429507
7157145
24586652
5358445
35361774
39755783
2013
17549089
9318881 9371548 28001404
-1430270
2115071
684801
15596235
26867969
-1382833
2066303
683469
13887402
7235270
4905934
9266510 257804:3
7314249
21201651
22831505
4468854
34345334
34849849
38814188
2012
15522445 16513903
9214433
24736878
-1336518
682140
12294057
-1291300
1972113 2018659
680814
10807883
7474801
19688146
4046771
2011
7394089
18282685
3639264
33358111
33848123
36997374
37894895
2010
14572935
23735584
-1247152
1926641
679490
9421159
7556394
16977554
3245919
32875192
36121111
2009
13663664 9162649
-1204049
1882218
678168
8126713
7638878
9111156
15765591
2866338
32399264
35265602
2008
12792992 9059953
22774820
676850
6917884
21852945
-1161969
1838818
675533
5788485
7722262
2007
7806556
13595041
14640146
2146912
2500129
31467978
31930226
33614890
34430355
2006
11161225 11959349
9009037
20968386
-1120886
7891771
8958407
20119632
-1080779
1754999 1796420
674220
4732773
7977915
1806317
12624543
11723325
1477983
30563461
32818739
8908062
19305233
-1041624
1714533
672909
31012422
32041445
2004
2005
9665800 10397171
8858000
18523800
-1003400
1675000
671600
Senjang
2821442
Konsumsi
Ubi Kayu*) Produksi
Senjang
Kedele") Konsumsi
Produksi
Senjang
3745410
8065000
10886442
1161560
30121000
31282560
2003
Konsumsi
Jagung")
Produksi
Senjang
Konsumsi
Beras*)
Produksi
Tahun
Lampiran 1, Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Senjang Komoditas Pangan Utama di Indonesia, 2005-2020 (ton).
743,255
751,303
759,468
767,750
784,669
793,308
802,069
810,951
819,956
59/,576
609,360
621,376
633,630
646,125
658,866
671,858
685,107
698,617
712,393
726,441
740,766
755,374
770,270
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
201/
2018
2019
2020
') Elastisitasnya dari persamaan partial
1.08
776,150
735,321
727,501
719,795
*) Elastisitasnya dari persamaan simultan
1.97
704,719
586,020
Laju (%/tahun)
697,348
574,688
2005
2006
712,202
690,087
682,935
563,574
2004
Konsumsi
552,676
Produksi
Cabai**)
2003
Tahun
-5.41
-49,686
-55,577
-61,303
-66,867
-72,276
-77,533
-82,643
-87,610
-92,437
-97,130
-101,691
-106,125
-110,435
-114,626
-118,699
-122,660
-126,513
-130,259
Senjang
2.83
1,253,040
1,218,538
1,184,985
1,152,357
1,120,626
1,089,770
1 059.763
1,030,583
1,002,205
974,610
947,774
921,677
896,298
871,619
847,619
824,280
801,583
779,511
Produksi
1.07
492,324
486,896
481,549
476,282
471,096
465,989
460,963
456,016
451,148
446,360
441,651
437,022
432,472
428,001
423,609
419,297
415,065
410,913
Konsumsi
Bawang Merah")
4.25
760,716
731,642
703,436
676,075
649,530
623,781
598,800
574,567
551,057
528,250
506,123
484,655
463,826
443,618
424,010
404,983
386,518
368,598
Senjang
1.42
1284468
1266431
1248647
1231113
1213825
1196780
1179974
1163404
1147067
1130960
1115078
1099420
1083981
1068759
1053751
1038954
1024365
1009980
Produksi
Lampiran 2.a. Proyeksi Produksi dan Konsumsi Komoditas Sayuran Utama di Indonesia, 2005-2020 (ton).
0.49
1017418
1012439
1007484
1002553
997647
992765
987906
983071
978260
973473
968708
963968
959250
954555
949884
945235
940609
936006
Konsumsi
Kentang")
7.33
267050
253992
241163
228559
216178
204015
192068
180333
168807
157487
146370
135452
124731
114204
103867
93719
83756
73974
Senjang
C
CN -a-
o 'J cc
E*
CO
m
o
•fl
o cm
ea
OT
* V
3 O
"3
in E 3 IA C
CO
1
CM
CM
CM to 0) o
CN
cc
•fl
-O
lO
ic
co
in
IX •flC CO
CO
CO
to
CN
co
CO CO
1** CD
co
00
•fl-
•*
r~
CO
in m
x>
o
r-co
co r--
CO m CM
*
-*
•*
uc
CM
30
m -j
CO m
CO ED
o
CO
CM m
ce
CO
h-
CC
oo
t-~
•*
o CO
r--
CO
CO
CM o>
CO
CM •-!
CM
o co
O)
OO
o>
•fl-
co
r-
CO
m
-c
CI CO
Cm O
CJ
CC CO
CO
CO
•fl-
C-J —
o
r-.
CO CC r--
CM CO flj
co
CO
•fl•T
^
co
'CD
CM
CO
O
ce
co
:o
8) •J -O
CO in in
r~-
CO
CJ
o
CM CD
in
*7
•
co
CO CM
O
O
•fl
o
CO
ee CC CC
r~
CO CO
oe
ce
m
CM O
1^
O
--•
CO CO
co
CC
CO
CO
^t
X
in CC
c~to CC
CD
w
rm
6
CD c^
CD
o
'5 73 O
r--
r-
CM
CC
o CO
in CO
co
CO
o
o
•flCM je
CO C-l
CO
T—
:o
m
CM K
CM
CO
CC
m
m
CO CO
,n
m
co ICO
OC
CN CO o
CD
CO
co
o> o
CC
in
CM
CM TT
CO
oc
CD
CQ O
CD in
CD
r--
•flo
•fl-
-a-
CM •fl oe
h-
K
CO
--r •fl ee
co
CO
CO
•flm CM
CO
1—
m
r~
o
^«
CO
:D
oe
c
CO
•flin
CO •fl-
•fl ic
•fl ue
•fl
in
ID
m
CO
UC
uc
m LC
-n
m
i-C
o o
CM O
CO in
CC
CI
-.C
to
CC
m
flr
•» *• o
Q.
co E 03 O
CM O lO CO
o CO
o
in
CM
CM CN
-
o ^.-J
CO
CC
CD
CI
o
h-
CM
r-
SO
o
r~
CO CM
o
CO
1^ in
CO
m CO
r~
CM CJ>
CO
CO
r-.
r-~
cc
CO o
CM
CC
C-J
CM
CO
CO
CO
-O
in CM
r-CM C"
r»CC
CO
•fl
T
o CO
O m
o r~
cc ce ce
•fl
•j
"*
•fl-
m
CO in
to CO
cc
m m
b
E
CO 03 •i
Q. •
c
'5 E
CO
co M
—
J5 CL
X c c
co
03 CO
CC
O
•flCM
CM CM
o
co
LO
CO
o to
CM CO
co CM
I-
o
o
T—
•1
•fl-
^f
CC
CI
:c
CM •1
T
CO CO r—
o CO CM -fl-
co •flCO
o CO ^t
f-
CO
r-.
CM CO
ro
I*~ in
CO
co
-J •*a-
^t-
o
o •fl ee
CD m •fl•fl-
o
•flr
oe
ee
r^
o
CO
to
re o
CN •fl»^ o
CO m
CC
CM CO
LC T
in tn
•fl-
CO
co
o CO CD
T-
CC
in
to
CD
CC
r-
1^-
•fl-
•fl-
flr
•fl-
•fl
•fl-
CO iC
T3
CO CM
co cc
—
-
CD 2.
CO u
5. c
2
CO
ro
to
UJ Qj
J"
3
"U
o
£
o
CM m
CM
-:
r-
CO
r-~ r^
CO
r-Oi
t
.j
•fl-
cm
C-l
co CM •flCC
CO
CO LlC
CO o
:c co
in
"fl-
r-
CM
r--
m
p
to CO
o> en
CD
CO
m
co
•*
CJ
L0
CM
•fl;
CO M*
•fl-
CO •fl-
in
CC
CO
r~
**
•fl-
•fl-
•fl-
Tf
r^
•*
O
,-
CM
o CM
m
CO CO CC
•*
CO •fl-
CC •fl-
CO o
CO o
r-
co •»
:o o
-J
o
CO m
m
CM
o>
o
•fl-
en
CC CT^ C ue
CO
^t
co CO
o
-J
x
CO CO CJ
CO
LC
tn
cc
•fl-.
_
J: 3 x:
(2
CO o o CM
•flo o
in
CM
f:.:•
O
CC
o
CC
O
o
CM
CM
o CM
o
CM
CM
CM
o
DO
CC
to o
co
at
o 3 CM f l
o
o
o
CM
CM
CJ
O CM
CO
•fl-
in
CO
c~-
o
o
O
o
CM
CM
CM
:-i
o C-l
=
'J? _
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
PANGAN
33
10631
2144
0.96
'2775
2020
Laju ("/ /th) 1.06
*) Elastisitasnya dari persamaan simultan *) Elastisitasnya dari persamaan partial
1.08
10518
2123
12641
2019
7.48
16.18
7321
7327
16.18
6301
5 78
6.21
6307 798
0.95
806 0.76
292
290
2681 2711
1959 ' 996
•69
2189
2.43
7.48
264 514 1.06
2272
207 209
258
509
7.59
55.0
1.87
2314
2230 '..-
i
47.4 204
1.14
2967
2934
2001
2868
-2.34
-1212
-1241
-1269
-1298
-1327
2836
2149 40.2
43.7 202
200 246
240
-1355
2804 36.7
598
2110
-1411 -1383 3071
-1439
-1467
-1495
•1522
-1550
-1577
-1604
-1631
-1658
-763
Senjang
2773
2033 30.2
33 4
27.0
24.0
234
195
193
191
2742
2651
1924
21.1
1888
18.2
185 187
2622
1854
252
503
287
791
5423
5 4?
5428
10406
2103
- 2509
496
285
733
466 7
2018
493
283
776
4017
4.87
2017
5.12
488
4673
281
223 229
483
218
213
208
203
2564 2593
1820
12.7
2536
•5.4
1786
2508
2481
1754
2433
172?
Konsumsi
1690
Produksi
10.1
7.6
5.1
2.8
Senjang
Gula*)
183
181
193 198
1 /9
177
175
173
Konsumsi
Teh")
189
478
10295
4022
10185
2064
12249
12378
2016
2083
769
3457
277 2/9
754
4.66
2561
3462
100/6
2044
12120
2015
4.32 761
2025
: ' 994
2014
275
747 473
468
273
740
2975
9969
2006
11868
2013
1896 2204
4.48
2565
9863
1987
11744
2980
2208
9757 4.19
4.07
1900
9653
1968
11621
2011
20'; 2
463
271
733
1632
3 97
458
1636
9550
1949
11499
2010
269
726
1404
3.88
9448
1408
453
267
1931
11379
2009
448
265
713
1039
443
184
180
439
176
434
Produksi
430
Senjang
720
3.80
263
261
259
257
Konsumsi
Kopi*)
1208
3.73
894
-048
9348
1912
706
76,9
3 CO
121?
9248
1894
11142
11260
2007
2008
9149
1876
11025
2006
699
662
3.54 693
686
569
3.48
3.66
7 73
9052
1858
10910
Produksi
Senjang
Konsumsi
Kakao")
898
66c
8955
1841
10796
573
8860
2005
'roduksi
Senjang
2004
1823
Konsumsi
10683
Produksi
Minyak Kelapa Sawit*)
2003
Tahun
Lampiran 3. Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Senjang Komoditas Perkebunan Utama di Indonesia, 2005-2020 (000 ton).
574839
587850
594466
601156
1215339
1227497
1239778
1252182
2005
2006
2007
1.00
**) Elastisitasnya dari
') Elastisitasnya dari
_aju(%/th)
1425184
2020
1369549
2016
141136/
1355983
2015
2019
664857
1342551
2014
1383250
1329252
2013
1397089
1316085
2012
2017
1303049
2011
2018
657459
1290142
2010
0.89
737626
731161
724750
718393
712090
705841
699644
693500
687408
681368
675379
669441
663553
657716
651928
646189
640499
634858
Senjang
persamaan
partial
persamaan simultan
1.13
687558
679906
672340
650142
642907
635752
628677
621681
614762
607921
1264709
12//362
2008
2009
581308
568442
1203300
2004
Produksi
Daging Ayam")
2003
Tahun
-0,40
42663
42820
42977
43134
43292
43451
43610
43770
43930
44091
44252
44415
44577
44741
44905
45069
45234
45400
Produksi
1,29
31517
31258
30855
30459
30067
29681
29301
28926
28556
28191
27832
27477
27127
26782
26442
26106
25/75
25449
Konsumsi
Daging Kerbau")
-3,46
11146
11562
12122
12675
13225
13770
14309
14844
15374
15900
16420
16938
17450
17959
18463
18963
19459
19951
Senjang
2,06
244659
239678
234798
230017
225334
220746
216252
211849
207536
203310
199171
195116
191143
187251
183439
179704
176045
172461
Produksi
1,08
145920
144324
142749
141194
139659
138144
136648
135171
133713
132275
130854
129453
128069
126704
125356
124026
122713
121418
Konsumsi
Daging Babi**)
3,84
98739
95354
92049
88823
85675
82602
79604
76678
73823
71035
68317
65663
63074
60547
58083
55678
53332
51043
Senjang
1,42
1243333
1222988
1205673
1188602
1171773
1155183
1138827
1122703
1106807
1091137
10/5688
1060458
1045443
1030641
1016049
1001663
987481
973500
Produksi
1,02
948716
938618
928670
918873
909225
899727
890379
881179
872128
863227
854475
845874
837422
829122
820973
812977
805136
797449
Konsumsi
Telur")
Lampiran 4. Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Senjang Komoditas Peternakan Utama di Indonesia, 2005-2020 (ton).
2,96
291837
284370
277003
269729
262548
255456
248448
241524
234679
227910
221213
214584
208021
201519
195076
188686
182345
176051
Senjang
-1093160
-677090
34430355
35265602
36121111
35523515
35942692
36356033
2007
2008
2009
-152397 -204867
676850
881717 938998
1796854
2379730 3012373
15765591
16977554
13965181
13385861
-805209
1854000
1888000
2659209
2845354
2008
2009
*) dan **) lihat keterangan sebelumnya.
-957354
-532970
-663617
1820000
-410632
2483617
1786000
2007
1754000
2164632
2318970
2006
-298000
Senjang
2005
1722000
Proyeksi ")
2020000
rargct')
Gula
2004
Tahun
Produksi Gula (ton)
Lampiran 5-b. Kesenjangan Target vs Proyeksi
**) Hasil dari perhitungan proyeksi dengan menggunakan model prilaku
1000000
679490
678168
-320510
-260830
-103205
14640146
12843292
674220
675533
777425 827930
809359 1282823
-57091
13595041
672909
730000
Senjang
12624543
Proyeksi **)
Target *)
11815184
12312218
373325
Senjang
Kedele
11723325
Proyeksi "*)
Jagung
11350000
Target *)
*) Target produksi berdasarkan beban pertumbuhan PDB sektor pertanian
-234922
-1487397
1850186
35102287
2006
33614890
32818739
34668925
2005
-2192755
Senjang
32041443
Proyeksi **)
34234200
Target *)
Padi
2004
Tahun
Lampiran 5-a. Kesenjangan Target vs Proyeksi Produksi Padi, Jagung dan Kedele (ton)
LAMPIRAN 6. Metode Analisis
Cakupan Komoditas
Komoditas-komoditasyangdikaji meliputi: Subsektor tanaman pangan meliputi padi. jagung, kedele, dar ubikayu; Subsektor Hortikultura meliputi kentang. cabe, tomat. bawang merah, pisang. jeruk, dan dunan; Sub sektor perkebunan meliputi kelapa sawit. kakao, kopi,
karet, teh dan tebu/gula; dan Sub sektor peternakan meliputi daging sapi. daging kerbau. daging kambing/ domba, daging babi. daging ayam (broiler dan ayam
Longworth and O'Loughtlin (1968), Mules and Jarret (1966); untuk tanaman pisarg oleh Agrrey-Mensah and Tuckwell (1969), untuk jeruk oleh Alston et al (1980); untuk karet oleh Hartley etal (1987), untuk kakao oleh Akiyama and Neshio (1996) dan Bateman (1965); penelitian yang memasukkan variabel risiko oleh Brennan (1982), Just (1974a; 1974b), Traill (1978), Wilson et al (1980); dan penelitian yang memasukkan perubah program pemerintah oleh Houck and Ryan (1972), Lee and Helmberger (1985), Rausser and Stonehouse (1978).
buras) dan telur (ayam ras, ayam buras dan itik). Fungsi Analisis Penawaran : Model Empiris Perilaku Produksi
Penawaran
Komoditas
Pangan
dan
Hortikultura
Dalam pengembangan keputusan tentang perubahan
Dalam penelitian ini. model penawaran komoditas
alokasi lahan yang akan ditanam dengan komoditas
pangan menggunakan pendekatan dua tahap, yaitu
tertentu sebagai akibat perubahan harga output tidak terjadi secara spontan (immediate response) tetapi ada keterlambatan (lagged response). Hal ini disebabkan oleh adanya kekakuan (rigidity) sifat produsen dan pemilikan sumberdaya yang sulit beaibah secara cepat fase! fix ity), seperti lahan, jumlah tenaga kerja keluarga.
melalui pendugaan fungsi areal tanam dan fungsi produktivitas. Model umum yang digunakan cukup
sederhana, dimana areal tanam merupakan fungsi dari
ketersediaan modal, dan Iain-Iain. Contoh kekakuan sifat
harga sendiri komoditas tersebut, harga komoditas pesaing dan dummy krisis. Bentuk fungsi yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas (logaritma ganda), dimana koefisien regresi sekaligus merupakan elastisitas dari
produsen adalah kalau areal tanaman tahu lalu adalah A hektar, maka areal tanam tahun ini tidak jauh berbeda
matematis, fungsi areal tanam dapat diformulasikan
dari A hektar. Dengan kata lain, hanya sebagian saja dari luas areal tanam yang diinginkan produsen (desired area
perubah tidak bebas terahdap perubah bebas. Secara sebagai berikut:
planted) yang benar-benar dapat terealisasikan (actual
1nA. = ao+ a, 1nP^, + ZalnP +akD,
area planted). Oleh karena itu, model yang sesuai untuk digunakan dalam analisis ini adalah Partial Adjustment Model" yang telah dikembangkan oleh Marc Nerlove
dan fungsi
(1958).
1n V, = P, + P, In P„, + I p>„+ p,tn P,., + P. D, 4
Bentuk dasar model Nerlove ditunjukan pada persamaan (1) dan (2) berikut:
Produksi adalah :
A* = b + b.P,. + u,
(1)
A,-A,,=Y(A,*-AM).
(2)
QS =A,*Y,
•V,
V
= Luas areal tanam yang diinginkan produsen
A,
=
P„
= Harga komoditas yang bersangkutan tahun
tahun t (ha); Luas areal tanam aktual pada tahun t (ha);
sebelum (Rp/kg);
u,
Galat tahun t;
Y
Koefisien penyesuaian (ajustment coefficient)
(1979); untuk kentang oleh Jennings and Young (1980),
Edisi No. 46/XY7Januari/2006
- Areal tanam komoditas pangan ke-/ pada tahun t = Harga komoditas pangan ke-/pada tahun t-1 = Parameter estimasi untuk harga komoditas pangan ke-/ = Parameter estimasi untuk komoditas pesaing keI
Er
Nerlove.
Konseptualisasi tentang fungsi respon dapat dilihat pada Cochran (1955), Davey and Weightman (1971). Thomson and Shonkwiler (1985). dan Tomek and Robinson. (1981) Review tentang model respon dapat dilihat pada Askari and Cummings (1977), Colman (1983) dan Eckstein (1985). Model Nerlove telah dikembangkan dan diaplikasikan untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman semusim (annual crops) seperti tanaman perkebunan dan buahbuahan. Sebagai cortoh, penelitian untuk padi-padian oleh Anderson (1974), Chinn (1978), Flinn et al (1982), Houck and Gallagher (1976), Houck and Ryar (1972), Sanserson et al (1980), dan Whittaker and Bancroft
(5)
dima
\ dimana
3
= Harga komoditas pesairg ke-/ pada tahun t-1 = Dummy krisis (Dt = 0, saat dan sebelum 1997; dan Dt = 1, setelah 1997) = Parameter estimasi untuk perubah dummy
= Produktivitas komoditas pangan ke-r pada tahun t
p„
= Harga komoditas pangan ke-/ pada tahun t
P,
= Parameter estimasi untuk harga komoditas
P,
= Parameter estimasi untuk tahun t
pangan ke-/ Px,
= Harga irput ke-x pada tahun t = Parameter estimasi trend waktu, sebagai proksi
perkembangan teknologi = Parameter estimasi untuk peubah dummy terhadap produktivitas QS. = Produksi/penawaran komoditas pangan ke-i
Untuk komoditas sayuran, estimasi produksi menggunakan metoda yang sama dengan komoditas
PANGAN
37
pangan. Hal ini dilakukan karena kedua ke'ompok
1nQS,, = a + 3,-tnQS,,, * y1nPa_
komoditas ini adalah sama-sama tanaman semusim. dan
(10)
sama-sama mempunyai komoditas pesaing di dimana :
kelompoknya Persamaan Proyeksi Penawaran Komoditas Pangan dan Hortikultura
Proyeksi penawaran menggunakan pendekatan tidak
langsung. yaitu melalui proyeksi areal dan proyeksi produktivitas dengan menggunakan elastisitas hargaharga yang diperoleh dari estimasi fungsi areal dan Kings; produktivitas, serta pertumbuhan dari masing-masing
variabel harga Produksi areal tanam dan produktivitas dirumuskan pada persamaan (7) untuk areal tanam dan persamaan (8) untuk produktivitas. Sebagai tahun dasar
QS, = Produksi komoditas ke-/ tahun t QS,, = Produksi komoditas ke-/ tahun t-n (n berkisar 4-5 tahun)
yt
ke-/ terhadap harga sendiri Persamaan Proyeksi Komoditas Perkebunan
Dari hasil estimasi fungsi penawaran, elastisitas
jangka panjang penawaran terhadap harga sendiri (ELRi) dihitung dengan persamaan (11) berikut: E,=
adalah tahun 2003.
^"•Vfr +">• *9» *\ (% 'So]
= Parameter elastisitas jangka pendek komoditas
%
(11)
1-1
<7)
Bentuk umum persamaan untuk proyeksi penawaran komoditas perkebunan adalah seperti pada persamaan (12). Sebagai tahun dasar adalah tahun 2003.
dan
QS, = QS„ * (1 + EIH, *gp,)t...
y„= v[i *urg„*i(
(8)
Selanjutnya proyeksi produksi pada tahun t adalah :
(12)
dimana :
QS, = Proyeksi produksi/perawaran komoditas ke-/ tahun t setelah tahun dasar
QSt = A/Y,
(9)
A,
= Proyeksi areal komoditas ke-/ pada tahun t
A^
= Areal tanam komoditas ke-/ pada tahun dasar
o>,
= Elastisitas areal tanam terhadap harga sendiri
tp
= Elastisitas areal tanam terhadap harga komoditas pesaing ke-y
(2003)
gw
= Pertumbuhan harga sendiriper tahun (desimal)
g
= Pertumbuhan harga komoditas pesaing ke-y per
Y,
= Proyeksi produktivitas komoditas ke-/pada tahun
Y^
= Produktivitas komoditas ke-/ pada tahun dasar
tahun (desimal) t
(2003)
H,
= Elastisitas produktivitas terhadap harga sendiri
if
= Elastisitas produktivitas terhadap harga input kex
= Pertumbuhan harga input ke-x per tahun (desimal)
QS;| = Proyeksi produksi/penawaran komoditas ke-/ tahun t setelah tahun dasar
Fungsi Penawaran Komoditas Perkebunan Dalam estimasi fungsi penawaran komoditas perkebunan sudah dicoba menggunakar pendekatan dua
tahap. yaitu mengestimasi fungsi areal tanaman
menghasilkan dan fungsi produktivitas, namun hasilnya tidak sesuai dengan teori ekononi produksi, baik fungsi areal tanam maupun fungsi produktivitas. Oleh karena itu kemudian digurakan bentuk yang sederhana (reduced
form) yaitu dengan estimasi secara langsung, sehingga bentuk umum fungsi penawaran komoditas perkebunan adalah sebagai berikut:
38
dasar(2003)
gPi
dimana
gpx
QSi5 = Produksi/penawaran komoditas ke-/ pada tahun
PANGAN
= Laju pertumbuhan harga riil sendiri per tahun (desimal).
Fungsi Penawaran Komoditas Peternakan
Bentuk umum fungsi penawaran komoditas peternakan adalah sebagai berikut:
1nQS,=a, +/31nQS„_,*y1r\PJ ♦5/?nPif.*- SxfnP„ (13) dimana :
QS. = Produksi/penawaran komoditas ke-/ pada tahun t
QS,, = Produksi/penawaran komoditas ke-/ pada tahun sebelumnya
P.,
= Harga riil sendiri pada tahun t
P,
= Harga riil komoditas pesaing ke-y pada tahun t
Prt
= Harga riil input ke-x (pakan formula) pada tahun t
y(
= Elastisitas penawaran jangka pendek terhadap
8
= Elastisitas penawaran jangka pendek terhadap
or
= Elastisitas penawaran jangka pendek terhadap
harga sendiri harga komoditas pesaing ke-y harga input ke-x.
Setelah dilakukan estimasi, tidakada variabel P, dan P„ yan9 secara statistik signifikan untuk daging sapi, daging kado (kambing/domba). daging babi dan daging kerbau sehingga kedua variabel tersebut kemudian
dikeluarkan dari model urtuk keempat jenis daging tersebut. Untuk daging ayam. variabel P yang signifikan
adalah harga daging sapi dan variabel Pn yang signifikan adalah harga pakan formula. Untuk telur, tidak ada
variabel P^ yangsignifikan, sedangkanvariabel Ptl yang signifikan adalah harga pakan formula.
Edisi No. 46/XV/Januan/2006
Persamaan
Proyeksi Penawaran
Komoditas
Analisa Simultan Penawaran dan Permintaan
Disamping analisis partial yang dilaksanakan pada
Peternakan
Dari hasil estimasi fungsi penawaran, elastisitas
bagian sebelumnya, analisis dalam penelitianini juga akan
jangka panjang penawaran terhadap hargaserdiri (ELRi)
dilengkapi dengan analisis simultan antara penawaran
dihitung dengan persamaan (14). sedangkan untuk harga
dar permintaan. Dalam analisis simultan ini, akan coba
komoditas pesaing (El(J dan harga input (E,_J masing-
dijelaskan perilaku secara sistem antara faktor-faktor
masing ditunjukkan pada persamaan (15) dan (16)
E<«=Tnr---
penawaran, permintaan, dan harga masing-masing
(14)
komoditas. Sistem (atau blok persamaan) yang dikembangkan diseimbangkan dengan suatu persamaan identitas.
Dalam penelitian ini proses pencapaian tingkat harga menggunakan pendekatan ketidakseimbangan (non-equi
e-=tV ^••iV
(15) (16)
librium approach). Dianggap tingkat harga seluruh komoditas yang dianlissis ditentukan langsung oleh faktorfaktor yang mempengaruhinya, yaitu penawaran (produksi
dan impor) dan permintaan (konsumsi dan ekspor). Faktor-faktor penawaran dan permintaan akan dianggap sebagai faktor-faktor yang secara terpisah dan tersendiri
Proyeksi Permintaan Untuk melakukan proyeksi permintaan komoditas
mempengaruhi tingkat harga masing-masing komoditas. Selanjutnya faktor tingkar harga juga kemudian akan
pertanian yang dikonsumsi secara langsung ini
mempengaruhi masing-masing penawaran dan
dipergunakan persamaan (17) sebagai berikut:
permintaan. Tingkat harga akan mempengaruhi penawaran melalui variable produksi, sedangkan
(17)
permintaan akan dipengaruhi untuk variabel konsumsi (langsung).
qa
= Konsumsi per kapita per tahun
Masing-masing variabel-variabel penawaran, permintaan, dan harga akan dijelaskan lebih lanjut benkut ini.
dimana :
E^
= Elastisitas pendapatan pada tahun dasar
gEi
= Pertumbuhar elastisitas pendapatan
dY
= Pertumbuhan tingkat pendapatan riil per kapita
Produksi
per tahun
i
Persamaan struktural produksi untuk masing-mas ng
= Komoditas yang dianalisis
t
= Tahun proyeksi
t0
= Tahun dasar a.=V.
komoditas akan dispesifikasikan sebagai berikut:
QS, =„t +0.P< + a7, - aA t a
dimana :
QS, = Produksi/penawaran komoditas ke-/ pada tahun
dimana :
Q, N,
= Jumlah permintaan total pada tahun t = Jumlah penduduk pada tahun t
Model tersebut pada hakekatnya adalah model proyeksi dengan menggunakan konsumsi per kapita pada tahun dasar. Perkembangan konsumsi per kapita ditentukan oleh pertumbuhan tingkat konsumsi karena meningkatnya pendapatan per kapita. Perbedaar prinsip
dari metode ini dengan metode proyeksi yang umum dipakai adalah bahwa model ini memperhitungkan perubahan elastisitas pendapatan karena meningkatnya
(68)
t
P„
= Harga perdagangan besar komoditas ke-/ pada
I A,
= Tingkat suku bunga kredit pada tahun t = Luas areal tanam/menghasilkan ke-/ pada tahun
tahun t
t
Model Proyeksi Persamaan Simultan
Proyeksi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan proyeksi ekonometrika (econo metric approach to forecasting). Proyeksi dalam penelitian
Informasi elastisitas tersebut akar diperoleh dari hasil
ini diartikan sebagai suatu cara untuk memprediksi nilai atau besarar dari suatu variabel endogenus yang ada dalam model simultan yang dikembangkan untuk suatu
penelitian sebelumnya dan penelitian yang sedang
waktu di masa mendatang. Dalam hal ini biasanya suatu
pendapatan, yaitudengan dicantumkannya konstanta gE ..
dilakukan.
Beberapa parameter lain yang diperlukan dalam model proyeksi adalah : (1) Konsumsi per kapita pada
proyeksi (atau forecasting) dianggap bersifat kuantitatif, eksplisit, dan unambiguitas (tidak mendua) serta dapat diverifikasi.
tahun dasar: (2) Elastisitas pendapatan pada tahun dasar.
E,o; (3) Pertumbuhan elastisitas pendapatan, g£ ; (4) Pertumbuhan pendapatan per kapita, dY,; dan (5) Pertumbuhan jumlah penduduk (desa vs kotal; Jawa vs Luar Jawa). Parameter-parameter tersebut dapat ditentukan di luar model, yaitu dari data sekunder atau diperlukan sebagai peubah instrumen dalam simulasi
Pengumpulan Data dan Informasi Penelitian ini mergutamakan sintesis dari hasil-hasil penelitian yang sudah ada. Analisis dan pendugaan model dilakukar terutama untuk komoditas-komoditas yang belum pernah diteliti sebelumnya. Untuk menghimpun data dan informasi tentang penelitian-penelitian terkait
model.
Edisi No. 46/XV/Januari/2006
PANGAN
39
yang pernah dilakukan telah dilaksanakan studi pustaka
yang cukup ekstentif. Dalam pendugaan model, data yang digunakan adalah data agregat time scries mencakup periode tahun 1970-2004. Sumber-sumber data utama adalah ; (1)
Badan Pusat Statistik (BPS); (2) Direktorat Jenderal Lingkup Departemen Pertanian: (3) Departemen Perindustrian dan Perdagangan; (4) Lembaga-lembaga internasional (Bank Dunia. FAO. IMF); dan (5) Asosiasi komoditas terkait di tingkat domestik dan internasional.
40
PANGAN
Dr. Ir. NizwarSyafa'at, MS, Kepala Bidang Pelayanan dar Pendayagunaan Hasil Analisis, dan Ahli Peneliti
Utama Pusat Analisis Sosial Ekonomi dar Kebijakan Pertanian, Bogor, Menyelesaikan S1 (1982), Jurusan Tanah. Fak. Pertanian IPB, S2 (1989) Sosial Ekonomi Universitas Pajajaran, Bandung dan S3 (2000) Studi
Pembangunan Wilayah Pedesaan, IPB. Prayogo U. Hadi, Adreng Purwoto, Dewa Ketut Sadra, Frans B.D. dan Jefferson Situmorang adalah staf peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor
Edisi No. 46/XV/Januari/2006