OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN
SUB SEKTOR PETERNAKAN
TELUR
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian 2015
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN TELUR ISSN : 1907-1507 Ukuran Buku : 10,12 inci x 7,17 inci (B5) Jumlah Halaman : 72 halaman
Penasehat : Dr. Ir. Suwandi, MSi
Penyunting : Dr. Ir. Leli Nuryati, MSc Dr. Ir. Budi Waryanto, MSi Ir. Noviati, MSi Naskah : Ir. Roch Widaningsih, MSi Design dan Layout : Victor Saulus B.
Diterbitkan oleh : Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
Outlook Telur 2015 «
KATA PENGANTAR Penerbitan Outlook Komoditas Pertanian merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan secara reguler oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian sejak tahun 1995. Outlook Komoditas Pertanian terdiri dari empat subsektor, yaitu: (1) Tanaman Pangan, (2) Hortikultura, (3) Perkebunan dan (4) Peternakan. Pada tahun 2010-2015 Outlook Komoditas Peternakan diterbitkan per komoditas yaitu : (1) Outlook Daging Sapi; (2) Outlook Daging Ayam; (3) Outlook Telur da (4) Outlook Susu. Outlook Telur tahun 2015 ini menyajikan keragaan data series masing-masing indikator secara nasional dan internasional selama 5-36 tahun terakhir serta dilengkapi dengan hasil analisis proyeksi penawaran dan permintaan domestik telur dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Dengan diterbitkannya publikasi ini diharapkan para pembaca dapat memperoleh gambaran tentang keragaan dan proyeksi indikator yang mempengaruhi penawaran dan permintaan telur secara lebih lengkap dan menyeluruh. Kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitingginya. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan guna dijadikan dasar penyempurnaan dan perbaikan untuk penerbitan publikasi berikutnya.
Jakarta, Desember 2015 Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Dr. Ir. Suwandi, MSi. NIP 19670323.199203.1.003
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
iii
v v i i i
» Outlook Komoditas Telur 2014
iv
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015 «
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................
iii
DAFTAR ISI ...............................................................................
v
DAFTAR TABEL ..........................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
xi
EXECUTIVE SUMMARY ................................................................. xiii BAB I.
PENDAHULUAN .............................................................
1
1.1.
Latar Belakang ....................................................
1
1.2.
Tujuan dan Sasaran ............................................
2
1.3.
Ruang Lingkup ....................................................
2
METODOLOGI ...............................................................
3
2.1. Sumber Data dan Informasi ....................................
3
2.2. Metode Analisis .....................................................
4
2.3. Program Pengolahan Data ......................................
6
BAB III. KERAGAAN TELUR AYAM DALAM NEGERI ......................
7
BAB II.
3.1. Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur dan Ayam Buras di Indonesia ..................................................
7
3.2. Perkembangan Produksi Telur di Indonesia ...............
9
3.3. Sentra Produksi Telur di Indonesia .......................... 12 3.4. Perkembangan Harga Telur di Indonesia .................. 14 3.5. Perkembangan Konsumsi Telur di Indonesia ............. 16 3.6. Perkembangan Ekspor & Impor Telur di Indonesia … . 18 v v v Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
v
» Outlook Komoditas Telur 2014
BAB IV. KERAGAAN TELUR AYAM DUNIA ...................................... 23 4.1.
Perkembangan
Populasi,
Produksi
dan
Produktivitas ...................................................... 23 4.2.
Sentra Produksi Telur Ayam Dunia ......................... 24
4.3.
Perkembangan Ekspor & Impor Telur Dunia……...... . 26
BAB V. ANALISIS PENAWARAN & PERMINTAAN TELUR .................. 31 5.1. Proyeksi Penawaran Telur 2016 - 2019 ................... 31 5.2. Proyeksi Permintaan Telur 2016 - 2019 .................... 33 5.3. Proyeksi Surplus/Defisit Telur 2015 - 2019 ........... 34 BAB VI. KESIMPULAN .................................................................. 37 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 39 LAMPIRAN
vi
......................................................................... 41
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015 «
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1.
Sumber Data dan Informasi yang Digunakan ..............
Tabel 5.1.
Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Telur Ayam Ras
3
di Indonesia ............................................................ 31 Tabel 5.2.
Hasil
Analisis
Fungsi
Respon
Produksi
Telur
Ayam Buras di Indonesia ......................................... 32 Tabel 5.3.
Hasil Proyeksi Produksi Telur Ayam di Indonesia, Tahun 2016–2019 ................................................... 33
Tabel 5.4.
Proyeksi Konsumsi per Kapita dan Konsumsi Nasional, Tahun 2015–2019 ................................................... 34
Tabel 5.5.
Proyeksi Surplus/Defisit Telur Ayam di Indonesia, Tahun 2015 – 2019 .................................................
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
vii
v v v i i
» Outlook Komoditas Telur 2014
viii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015 «
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1.
Perkembangan Berdasarkan
Populasi Wilayah
Ayam
Ras
Petelur
di Indonesia,
Tahun
1980 – 2015 ........................................................ Gambar 3.2
Perkembangan Populasi Ayam Buras Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1980 – 2015 ..............
Gambar 3.3
8 9
Perkembangan Produksi Telur Ayam Ras Petelur Berdasarkan
Wilayah
di
Indonesia,
Tahun
1990 – 2015 ......................................................... 10 Gambar 3.4
Perkembangan Berdasarkan
Produksi Wilayah
Telur di
Ayam
Indonesia,
Buras Tahun
1992 – 2015 ........................................................ 12 Gambar 3.5.
Sentra Produksi Telur Ayam Ras di Indonesia, Rata – rata 2011–2015 ........................................ 13
Gambar 3.6.
Sentra Produksi Telur Ayam Buras di Indonesia, Rata - rata 2011 – 2015 ........................................ 14
Gambar 3.7.
Perkembangan Harga Konsumen Telur Ayam Ras dan Buras di Indonesia, Tahun 1983 – 2015 ........... 15
Gambar 3.8.
Perkembangan Konsumsi Telur Ayam Ras dan Buras di Indonesia, Tahun 1987 – 2014 ........................... 17
Gambar 3.9.
Perkembangan Ketersediaan Konsumsi Telur Ayam, Tahun 1996 – 2014 ............................................... 18
Gambar 3.10. Perkembangan Volume Ekspor
Impor
Telur di
Indonesia, Tahun 1996 – 2014 ............................... 19 Gambar 3.11. Perkembangan
Nilai
Ekspor
Impor
Telur
di
Indonesia, Tahun 1996 – 2014 ............................... 20 Gambar 3.12. Perkembangan Neraca
Ekspor Impor Telur di
Indonesia, Tahun 1996 – 2014 ............................... 21 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
ix
v v i x
» Outlook Komoditas Telur 2014
Gambar 4.1.
Perkembangan Produksi dan Populasi Telur Ayam Dunia, Tahun 1980 – 2013 ..................................... 23
Gambar 4.2.
Perkembangan Produktivitas Telur Ayam Dunia, Tahun 1980 – 2013 .............................................. 24
Gambar 4.3.
Sentra Produksi Telur Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2009 - 2013 ............................................... 25
Gambar 4.4.
Rata-Rata Produktivitas Telur Ayam Sepuluh Negara Terbesar di Dunia,
Indonesia dan Dunia, Tahun
2009 - 2013 ......................................................... 26 Gambar 4.5.
Sepuluh Negara Eksportir Telur Ayam Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-Rata Tahun 2008 – 2012 ......... 27
Gambar 4.6.
Nilai Ekspor Telur Ayam di Sepuluh Negara Eksportir Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-rata 2008 - 2012 ........................................... 27
Gambar 4.7.
Sepuluh Negara Importir Telur Ayam Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-Rata Tahun 2008 – 2012 ......... 28
Gambar 4.8.
Nilai Impor Sepuluh Negara Importir Telur Ayam Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-Rata Tahun 2008 – 2012 ........................................................ 29
x
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015 «
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Perkembangan Berdasarkan
Populasi Wilayah
Ayam di
Ras
Petelur
Indonesia,
Tahun
1980 – 2015 ..................................................... 43 Lampiran 2.
Perkembangan Populasi Berdasarkan
Ayam
Wilayah
di
Bukan Ras
Indonesia, Tahun
1980 – 2015 ..................................................... 44 Lampiran 3.
Perkembangan Petelur
Produksi
Berdasarkan
Telur
Wilayah
Ayam
Ras
di Indonesia,
Tahun 1990 – 2015 ........................................... 45 Lampiran 4.
Perkembangan Produksi Telur Ayam Bukan Ras Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1990 – 2015 ............................................................. 46
Lampiran 5.
Propinsi Sentra Produksi Telur Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2011 – 2015 ........................... 47
Lampiran 6.
Propinsi Sentra Produksi Telur Ayam Buras di Indonesia, Tahun 2011 – 2015 ........................... 47
Lampiran 7.
Perkembangan Harga Konsumen Telur Ayam Ras dan Bukan Ras di Indonesia, Tahun 1983 – 2014 . 48
Lampiran 8.
Perkembangan Konsumsi Telur Ayam Ras dan Bukan Ras di Indonesia, Tahun 1987 – 2014 ........ 49
Lampiran 9.
Ketersediaan Konsumsi per Kapita Telur, Tahun 1990 – 2014 ..................................................... 50
Lampiran 10.
Ekspor Telur Unggas, Tahun 1996 – 2014 ............ 51
Lampiran 11.
Impor Telur Unggas, Tahun 1996 – 2014 ............. 52
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xi
v v x i
» Outlook Komoditas Telur 2014
Lampiran 12.
Populasi, Produksi dan Produktivitas Telur Ayam Petelur Dunia, Tahun 1980 – 2013 ....................... 53
Lampiran 13.
Populasi
Ayam (Usia Produktif)
Sepuluh Besar
Dunia, Tahun 2009 – 2013 .................................. 54 Lampiran 14.
Produksi
Telur
Ayam
Sepuluh
Besar Dunia,
Tahun 2009 – 2013 .......................................... 54 Lampiran 15.
Produktivitas
Telur
Ayam
di Sepuluh
Besar
Dunia dan Indonesia, Tahun 2009 – 2013 ........... 55 Lampiran 16.
Perkembangan Ekspor – Impor Telur Dunia, Tahun 1980 - 2012 ....................................................... 56
Lampiran 17.
Volume Ekspor Telur Ayam di Sepuluh Negara Eksportir Terbesar Dunia dan Indonesia, Tahun 2008 - 2012 ....................................................... 57
Lampiran 18.
Nilai Ekspor Telur Ayam di Sepuluh Negara Importir Terbesar Dunia dan Indonesia, Tahun 2008 - 2012 ....................................................... 57
Lampiran 19.
Volume Impor Telur Ayam di Sepuluh Negara Importir Terbesar
Dunia dan Indonesia, Tahun
2008 - 2012 ....................................................... 58 Lampiran 20.
Nilai Impor
Telur
Importir Terbesar
Ayam di
Sepuluh Negara
Dunia dan Indonesia, Tahun
2008 - 2012 ....................................................... 58
xii
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015 «
EXECUTIVE SUMMARY Prospek usaha peternakan ayam ras petelur di Indonesia dinilai sangat baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar negeri, namun produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang optimal (Abidin dalam Ferry Multiningrum, 2003). Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang. Artinya, prospek pengembangannya masih terbuka. Di sisi permintaan, saat ini produksi telur ayam ras telah mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 65%. Sisanya dipenuhi dari telur ayam kampung, itik, dan puyuh. Iklim perdagangan global yang sudah mulai terasa saat ini, semakin memungkinkan produk telur ayam ras dari Indonesia untuk ke pasar luar negeri. Populasi
ayam ras tahun 2015 diprediksi naik sebesar 3,24%
meningkat lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya hanya meningkat 0,03%, demikian juga pertumbuhan populasi ayam buras mengalami kenaikan 3,65% dari tahun sebelumnya mengalami penurunan 0,06%, hal ini berarti prospek pengembangan ayam ras maupun buras cukup bagus. Prediksi produksi telur ayam ras pada tahun 2015 diperkirakan akan mencapai 1,29 juta ton atau meningkat sebesar 13,14% dari tahun sebelumnya. Sedangkan produksi ayam buras tahun 2015 meningkat lebih kecil, yaitu sebesar 3,86% dari tahun sebelumnya atau mencapai 191,77 ribu ton dari tahun sebelumnya 184,64 ribu ton. Prediksi produksi telur ayam tahun 2015-2019
di perkirakan
akan meningkatrata-rata 3,29% per tahun yang disokong dari peningkatan produksi telur ayam ras sebesar 2,72% per tahun dan peningkatan produksi telur ayam buras sebesar 6.93% . Prediksi permintaan/ketersediaan telur ayam untuk konsumsi pada tahun 2015-2019 akan meningkat rata-rata sebesar 3,66% per tahun, dan permintaan untuk konsumsi nasional akan meningkat rata-rata sebesar 4,78% per tahun. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
xiii
v v x i i i
» Outlook Komoditas Telur 2014
xiv
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Sub sektor peternakan mempunyai peran yang semakin strategis
dalam memenuhi permintaan konsumen akan protein hewani. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat terhadap gizi, sehingga terjadi perubahan pola konsumsi makanan secara bertahap ke arah peningkatan konsumsi protein hewani. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan sub sektor peternakan mendapat perhatian serius. Prospek usaha peternakan ayam ras petelur di Indonesia dinilai sangat baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar negeri, namun kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang optimal (Abidin dalam Multiningrum, 2003). Hal ini terlihat dari banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak, dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang. Pada sisi lain produksi telur ayam ras telah mencukupi kebutuhan pasar dalam negeri sebesar 65%. Sisanya dipenuhi dari telur ayam kampung, itik, dan puyuh. Menyongsong perdagangan global yang sudah mulai terasa saat ini, maka potensi produksi telur ayam ras dari Indonesia untuk mengisi pasar luar negeri semakin terbuka mengingat produk ayam ras bersifat elastis terhadap perubahan pendapatan per kapita per tahun dari suatu Negara. Dalam rangka melihat perkembangan dan proyeksi komoditas ayam ras petelur, maka disusunlah analisis outlook komoditas telur. Hasil analisis outlook komoditas telur ini, selain digunakan sebagai bahan rujukan bagi para pimpinan Kementerian Pertanian dalam mengambil kebijakan, analisis ini juga penting dalam menyediakan informasi bagi para stake holder yang terkait dengan kegiatan agribisnis subsektor peternakan.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
1
» Outlook Telur 2015
1.2.
Tujuan dan Sasaran Tujuan: Melakukan analisis peramalan komoditas peternakan khususnya telur ayam dengan menggunakan metode statistik yang mencakup indikator produksi, konsumsi, ekspor-impor dan harga.
Sasaran: Tersedianya informasi peramalan indikator produksi dan konsumsi telur periode 2016 - 2019.
1.3.
Ruang Lingkup Ruang lingkup penyusunan outlook telur 2015 meliputi variabel-
variabel terpenting dari komponen penawaran dan permintaan komoditas telur. Yang meliputi : populasi ayam ras petelur dan ayam buras, produksi, produktivitas, konsumsi, harga konsumen, ekspor dan impor, baik dalam lingkup nasional maupun global. Keseimbangan penawaran dan permintaan diprediksi hingga tahun 2019, dengan terlebih dahulu memproyeksi variabel-variabel yang mempengaruhi maupun komponen-komponen yang menyusun penawaran dan permintaan telur.
2
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
BAB II. METODOLOGI 2.1
Sumber Data dan Informasi Outlook telur tahun 2015 disusun berdasarkan data dan informasi
yang diperoleh dari data sekunder yang bersumber dari instansi terkait di lingkup Kementerian Pertanian dan instansi di luar Kementerian Pertanian. Sumber data yang digunakan untuk menyusun outlook telur 2015 disajikan pada Tabel 2.1. berikut. Tabel 2.1. Sumber Data dan Informasi yang Digunakan No. 1
Variabel Populasi, Produksi, Produktivitas Nasional
Periode
Sumber Data
1980-2015
Ditjen PKH
2
Harga Konsumen Nasional
2002-2014
Kemendag
3
Ekspor & Impor Nasional
2000-2015
BPS
4
Konsumsi Susenas, Ketersediaan
1993-2014
BPS, BKP
1980-2013
FAO
1980-2012
FAO
5 6
Produksi, Luas panen,Produktivitas Dunia Ekspor & Impor Dunia
Literatur pendukung analisis diperoleh dari berbagai sumber, seperti : perpustakaan perguruan tinggi, PSEKP, PUSTAKA, internet dan berbagai sumber lainnya.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
3
» Outlook Telur 2015
2.2
Metode Analisis
2.2.1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk mengeksplorasi data series yang mencakup variabel populasi, produksi, konsumsi, ekspor impor serta harga. 2.2.2. Analisis Model Penawaran Analisis model penawaran daging ayam dilakukan berdasarkan analisis fungsi produksi. Model analisis yang digunakan adalah model Regresi Berganda (Multivariate Regression). Secara teoritis bentuk umum dari model ini adalah:
Y b0 b1 X 1 b2 X 2 ... bn X n n
b0 b j X j j 1
dimana: Y
= peubah respons/tak bebas
Xn
= peubah penjelas/bebas
n
= 1, 2, …
b0 = nilai konstanta bn = koefisien arah regresi atau parameter model regresi
untuk
peubah xn
= sisaan
Produksi pada periode ke-t merupakan fungsi dari produksi pada periode sebelumnya, harga di tingkat produsen, harga komoditas pesaingnya di tingkat produsen dan pengaruh inflasi. Dengan memperhatikan ketersediaan data, analisis penawaran dilakukan berdasarkan data produksi dalam periode tahunan. Untuk 4
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
peubah-peubah bebas yang tidak tersedia datanya dalam periode waktu yang bersesuaian maka dilakukan proyeksi terlebih dahulu dengan menggunakan model analisis trend (Trend Analysis) atau model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing). 2.2.3. Analisis Model Permintaan Analisis model permintaan daging merupakan analisis permintaan langsung masyarakat terhadap daging yang dikonsumsi oleh rumah tangga konsumen. Oleh karena adanya keterbatasan data, maka analisis permintaan dilakukan dengan menggunakan model pemulusan eksponensial berganda (Double Exponential Smoothing) pada data konsumsi per kapita tahunan. 2.2.4. Kelayakan Model Ketepatan sebuah model regresi dapat dilihat dari Uji-F, Uji-t, dan koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi diartikan sebagai besarnya keragaman dari peubah tak bebas (Y) yang dapat dijelaskan oleh peubahpeubah tak bebas (X). Koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan persamaan:
R2
SS R egresi SS Total
dimana: SS Regresi = jumlah kuadrat regresi SS Total
= jumlah kuadrat total
Model deret waktu baik analisis trend maupun pemulusan eksponensial berganda (double exponential smoothing), ukuran kelayakan model berdasarkan nilai kesalahan dengan menggunakan statistik MAPE (meanabsolute percentage error) atau kesalahan persentase absolute ratarata yang diformulasikan sebagai berikut:
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
5
» Outlook Telur 2015
Dimana : Xt adalah data actual Ft adalah nilai ramalan Semakin kecil nilai MAPE maka model deret waktu yang diperoleh semakin baik.
2.3.
Program Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan softare Minitab
dan Excell. Penyusunan analisis data sekunder dengan menggunakan program komputer yang dirancang untuk melakukan peramalan 4-5 tahun kedepan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam peramalan data masing-masing variabel yang menyusun penawaran dan permintaan, antara lain regresi, trend analisis, eksponensial smoothing, dan sebagainya. Metode dipilih yang memberikan peramalan dan nilai statistik terbaik.
6
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
BAB III. KERAGAAN TELUR AYAM DALAM NEGERI 3.1.
Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur dan Ayam Buras di Indonesia. Permintaan telur cenderung mengalami peningkatan, karena harga
telur relatif terjangkau oleh masyarakat Indonesia dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Dengan semakin meningkatnya permintaan telur maka populasi ayam ras petelur dan ayam buras diharapkan akan semakin meningkat pula. 3.1.1. Populasi Ayam Ras Petelur Secara umum perkembangan populasi ayam ras petelur di Indonesia berfluktuasi cukup tajam dengan kecenderungan mengalami peningkatan (Gambar 2.1). Peningkatan ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk sehingga kebutuhan akan telur ayam ras dipastikan akan meningkat, khususnya di daerah perkotaan dimana pada umumnya lebih memilih telur ayam ras karena hargannya yang relatif lebih murah dari pada telur ayam buras Perkembangan populasi ayam ras dari tahun 1980-2015 mengalami peningkatan hingga 5,94% per tahun. Populasi ayam ras petelur di tahun 1980 sebesar 39,25 juta ekor mengalami kenaikan menjadi 151,42 juta ekor di tahun 2015. Peningkatan perkembangan populasi ayam ras petelur cukup tinggi terjadi pada tahun 2000 yakni sebesar 52,35% atau meningkat sebesar 23,84 juta ekor dari 45,53 juta ekor di tahun 1999 menjadi 69,37 juta ekor pada tahun 2000. Sementara itu penurunan populasi cukup signifikan terjadi pada tahun 1990 sebesar 50,48 % atau turun sebesar 37,95 juta ekor dari tahun sebelumnya, dan tahun 1998 turun sebesar 44,99% atau turun 31,76 juta ekor dari tahun sebelumnya. Perkembangan populasi ayam ras petelur di Indonesia lima tahun terakhir yaitu periode tahun 2011 sampai dengan 2015 cenderung
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
7
» Outlook Telur 2015
mengalami peningkatan, rata-rata meningkat sebesar 5,07%. Hal ini di sumbang dari pertumbuhan populasi di Jawa sebesar 3,00% dan di luar Jawa sebesar 8,15%. Populasi di tahun 2005 sebesar 84,79 juta ekor dan terus mengalami kenaikan hingga 151,42 juta ekor di tahun 2015. Pada tahun 2005 terjadi penurunan 9,23%, hal ini karena terjadi penurunan yang cukup besar di luar Jawa sebesar 20,39%, sementara di Jawa hanya turun 0,16. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan populasi yang cukup besar di Jawa sebesar 28,49% dan di luar Jawa hanya naik sebesar 5,63%. Informasi selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. dan Lampiran 1.
Gambar 3.1.
Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1980 – 2015
3.1.2 Populasi Ayam Bukan Ras (Buras) Perkembangan populasi ayam buras kurun waktu tahun 1980-2015 mempunyai pola yang sedikit berbeda dengan populasi ayam ras petelur. Perkembangan populasi ayam buras cenderung tidak berfluktuasi dan terus meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 2,59% per tahun (Gambar 3.2). Pertumbuhan populasi ayam buras di luar Jawa cenderung lebih tinggi dibandingkan di Jawa, dimana tingkat pertumbuhan di luar Jawa mencapai 3,28% per tahun, sedangkan di Jawa hanya sebesar 1,97% per tahun. Hal ini karena keterbatasan lahan pengembangan ayam buras di pulau Jawa. 8
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Populasi ayam buras selama kurun waktu 2011-2015 mengalami fluktuasi cukup besar dengan pertumbuhan sebesar 1,92% yang merupakan kontribusi pertumbuhan populasi di luar Jawa yaitu sebesar 2,43% dan di Jawa 1,57%. Pada tahun 2008 terjadi penurunan cukup signifikan sebesar 10,59% yang terjadi di Jawa 12,36% dan di luar Jawa 9,29%. Hal ini dapat terjadi karena dampak dari penurunan populasi tahun sebelumnya, serta merebaknya penyakit flu burung yang menyerang unggas (Lampiran 2).
( 000 Ekor ) 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000
100.000 50.000
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)
0
Jawa
Gambar 3.2.
3.2.
Luar Jawa
Indonesia
Perkembangan Populasi Ayam Buras Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1980 – 2015
Perkembangan Produksi Telur di Indonesia
3.2.1. Produksi Telur Ayam Ras Petelur Perkembangan produksi telur ayam ras petelur sejak 1990 – 2015 memiliki pola yang sama dengan perkembangan populasinya, berfluktuasi dan cenderung terus meningkat. Peningkatan produksi telur rata-rata sebesar 11,44% per tahun, merupakan sumbangan dari pertumbuhan di Jawa sebesar 11,02% per tahun dan di Luar Jawa sebesar 13,25% per tahun.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
9
» Outlook Telur 2015
Pertumbuhan produksi telur ayam ras selama lima tahun terakhir cukup signifikan yaitu sebesar 19,31%. Pertumbuhan di luar Jawa lebih tinggi dibanding di Jawa yaitu sebesar 27,86%, sedangkan pertumbuhan di Jawa hanya 13,70%. Hal ini di karenakan lahan di luar Jawa masih memungkinkan pengembangan berternak ayam ras. Seperti halnya populasi, penurunan produksi tertinggi secara nasional terjadi di tahun 1998 sebesar 44,78% per tahun, dan kenaikan produksi telur ayam ras terjadi di tahun 1995 sebesar 41,99% pertahun. (Gambar 3.3. dan Lampiran 3.). (Ton) 1.400.000
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
Jawa
Gambar 3.3.
Luar Jawa
2014
2015*)
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
0
Indonesia
Perkembangan Produksi Telur Ayam Ras Petelur Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1990 – 2015
3.2.2. Produksi Telur Ayam Buras (Ayam Kampung) Perkembangan produksi telur ayam buras secara rinci dapat dilihat pada Gambar 2.4. Pertumbuhan produksi telur ayam buras meningkat ratarata sebesar 9,69% per tahun pada periode 1992-2015. Pertumbuhan di Jawa sebesar 7,93% per tahun sedangkan dan pertumbuhan di luar Jawa 12,72% per tahun. Pertumbuhan produksi telur ayam buras tertinggi terjadi di tahun 1995 yaitu sebesar 168,31% per tahun dan pertumbuhan terrendah terjadi di tahun 2008 atau mengalami penurunan sebesar 27,71% pertahun. 10
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Pertumbuhan Produksi telur ayam buras lima tahun terakhir (20112015) sebesar 0,64% per tahun. Rendahnya pertumbuhan produksi telur dikarenakan terjadi penurunan di Jawa sebesar 0,07% per tahun walaupun di luar Jawa naik 1,26% pertahun. Pertumbuhan produksi telur ayam buras tahun 2005 naik hanya sebesar 1,91%, hal ini terjadi karena pertumbuhan ayam buras di Jawa mengalami penurunan sebesar 0,78% per tahun walaupun telah ada kontribusi di luar Jawa sebesar 4,40% per tahun. Dua tahun berikutnya produksi telur ayam buras naik hingga mencapai 18,83% pertahun, namun di tahun 2008 karena terjadi serangan penyakit flu burung di Jawa dan luar Jawa, produksi telur ayam buras mengalami penurunan hingga mencapai 27,71% per tahun. Mulai tahun 2000
produksi telur ayam buras mulai
merangkak naik hingga tahun 2012. Pada tahun 2010 pertumbuhan produksi ayam buras di luar Jawa mengalami kenaikan 15,78% sementara di Jawa hanya 1,31%. Pada tahun berikutnya tahun 2011 terjadi kebalikannya yaitu di Jawa naik sbesar 14,43% dan di luar Jawa naik hanya 1,14%. Produksi telur ayam buras tahun 2015 diperkirakan akan naik cukup siknifikan dari 184.637 ton menjadi 191.765 ton atau sebesar 3,86% pertahun (Lampiran 4).
(Ton) 250.000
200.000
150.000
100.000
50.000
Jawa
L.Jawa
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2014
2015*)
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
0
Indonesia
11
» Outlook Telur 2015
Gambar 3.4.
3.3.
Perkembangan Produksi Telur Ayam Buras Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1992 – 2015
Sentra Produksi Telur di Indonesia
3.3.1. Sentra Produksi Telur Ayam Ras Sentra produksi telur ayam ras di Indonesia tersebar di 10 provinsi dengan
kontribusi
sebesar
88,15%
terhadap
produksi
nasional.
Pertumbuhan rata-rata 10 provinsi sentra sebesar 5,90%. Provinsi Jawa Timur merupakan penyumbang produksi telur ayam ras petelur terbesar di Indonesia dengan kontribusi sebesar 23,43%, diikuti Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 16,23% dan Jawa Barat dengan kontribusi sebesar 10,78%. Sementara itu Provinsi
Bali
merupakan provinsi penyumbang produksi
telur ayam ras ke sepuluh dengan rata-rata kontribusi sebesar 3,29% (Gambar 3.5.).
Jatim 23,43%
Jateng 16,23%
Lainnya 11,85% Jabar 10,78% Bali 3,29% Banten 4,14% Lampung 4,51%
Gambar 3.5.
12
Sumut 10,04% Sumsel 4,60%
Sulsel 5,34%
Sumbar 5,78%
Sentra Produksi Telur Ayam Ras di Indonesia, Rata-rata 2011 – 2015
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Jika dilihat rata-rata pertumbuhan antara tahun 2011–2015 pada sepuluh provinsi sentra tersebut, Provinsi Sumatera Utara
merupakan
provinsi dengan rata-rata pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 15,49% per tahun. Menyusul kemudian Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Lampung dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing sebesar
15,39%
dan 8,76% per tahun. Provinsi Banten mengalami pertumbuhan paling kecil yaitu turun sebesar 0,22%. (Lampiran 5). 3.3.2. Sentra Produksi Telur Ayam Buras Sentra produksi telur ayam buras di Indonesia selama 5 tahun terakhir tersebar di 10 provinsi, Jawa Tengah menduduki sentra terbesar dengan kontribusi sebesar 19,05%, disusul Jawa Barat sebesar 10,34%, dan provinsi lainnya berkontribusi di bawah 10 %. Rata –rata pertumbuhan ayam buras 3,03% per tahun. Kontribusi produksi telur ayam buras dari 10 provinsi tersebut sebesar 71,34% terhadap total produksi telur ayam buras Indonesia. Provinsi Provinsi
lainnya berkontribusi sebesar 28,66%. Sementara
Sulawesi Tenggara
merupakan provinsi penyumbang produksi
telur ayam buras kesepuluh dengan rata-rata kontribusi sebesar 2,75% (Gambar 3.6 dan Lampiran 6).
Jateng 19,05% Lainnya 28,66%
Jabar 10,34%
Jatim 9,96%
Sultra 2,75% DI. Yogyakarta 2,93% Lampung 4,21%
Gambar 3.6.
Banten 6,07%
Kalsel 4,71%
Sulsel 5,51%
Sumut 5,79%
Sentra Produksi Telur Ayam Buras di Indonesia, Rata-rata 2011 – 2015
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
13
» Outlook Telur 2015
Jika ditinjau dari rata-rata pertumbuhan produksi selama tahun 2011-2015
di
sepuluh provinsi sentra tersebut, provinsi dengan
pertumbuhan produksi telur terbesar adalah Provinsi Jambi dengan ratarata
pertumbuhan
17,10%. Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi
Tenggara mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 14,64% dan 13,23%. Sementara itu provinsi yang mengalami penurunan produksi adalah Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 4,09%, Jawa Barat 0,84% dan Jawa Tengah 0,66%. (Lampiran 6). 3.4.
Perkembangan Harga Telur di Indonesia
3.4.1. Harga Telur Ayam Ras Perkembangan harga telur ayam ras di tingkat konsumen selama tahun 1983-2015 berfluktuasi dan cenderung meningkat. Harga telur ayam ras meningkat tajam dari rata-rata Rp 1.089/kg di tahun 1983 menjadi Rp. 21.998/kg di tahun 2015 dengan pertumbuhan rata sebesar 19,12% per tahun. Pertumbuhan harga telur ayam ras tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 422,91% atau dari harga Rp.2.838/kg menjadi Rp.14.841/kg dan yang terendah di tahun 2001 sebesar 58,05% atau dari harga
Rp.
16.795/kg menjadi Rp. 7.045/kg. Perkembangan harga telur ayam ras di Indonesia
lima tahun
terakhir (tahun 2011–2015) mengalami kenaikan dibandingkan perkembangannya selama tahun 1983-2015, hal ini terjadi karena setelah krisis moneter tahun 2008 harga telur ayam menjadi lebih stabil. Selama lima tahun tersebut (2011-2015) harga telur ayam ras mengalami kenaikan ratarata sebesar 6,94% (Gambar 3.7 dan Lampiran 7).
14
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
(Rp/kg) 45.000 40.000 35.000 30.000 25.000 20.000 15.000 10.000 5.000 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)
0
Ayam Ras
Ayam Buras
Gambar 3.7. Perkembangan Harga Konsumen Telur Ayam Ras dan Telur Ayam Buras, Tahun 1983-2015 3.4.2. Harga Telur Ayam Buras Perkembangan harga telur ayam buras di tingkat konsumen selama tahun 1983-2015 cenderung berfluktuasi dengan kenaikan yang cukup signifikan. Harga telur ayam buras di indonesia lebih tinggi bila di bandingkan dengan telur ayam ras. Hal ini disebabkan karena telur ayam buras lebih baik kandungan gizinya, serta ayam buras bertelur yang tidak setiap hari (ada masa-masa istirahat bertelur), sehingga produksi telur tidak bisa sebanyak ayam ras petelur. Dalam kurun waktu 32 tahun, harga telur ayam buras meningkat tajam dari rata-rata Rp 1.448/kg di tahun 1983 menjadi Rp. 41.119/kg di tahun 2015 dengan pertumbuhan rata sebesar 11,72% pertahun. Pertumbuhan harga telur ayam buras tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 63,59% atau dari harga Rp.6.045/kg menjadi Rp.9.889/kg, dan harga terendah terjadi pada tahun 2013 turun sebesar 1,80% atau dari harga Rp. 36.846 menjadi Rp. 36.183/kg. Perkembangan
harga telur ayam buras di Indonesia lima tahun
terakhir yaitu tahun 2011sampai dengan 2015, mengalami kenaikan hingga puncaknya terjadi pada tahun 2014 dengan kenaikan mencapai 11,70% dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
15
» Outlook Telur 2015
harga Rp. 36.183/kg hingga naik menjadi Rp. 40.416/kg (Gambar 3.7 dan Lampiran 7). 3.5.
Perkembangan Konsumsi Telur di Indonesia Perkembangan konsumsi telur ayam ras selama tahun 1987-2014
rata-rata mengalami peningkatan sebesar 3,83% per tahun. Konsumsi telur ayam ras di tahun 1987 sebesar 2,55 kg/kap/th dan mengalami peningkatan hingga 6,31 kg/kap/th pada tahun 2014. (Gambar 3.8. dan Lampiran 8). Perkembangan konsumsi telur ayam ras selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup singnifikan. Penurunan konsumsi telur ayam ras terlihat di
tahun 2011 hingga 2013, hal ini
kemungkinan karena masyarakat telah dapat menggantikan telur ayam ras dengan berbagai ragam menu makanan pengganti lainnya. Perkembangan konsumsi telur ayam buras selama tahun 1996-2014 rata-rata mengalami penurunan, yaitu sebesar 6,42 % per tahun. Konsumsi telur ayam ras tahun 1996 sebesar 0,49 kg/kap/th hingga 0,13 kg/kap/th di tahun 2014. Konsumsi telur ayam buras lebih kecil dibanding konsumsi telur ayam ras karena telur ayam buras lebih banyak dikonsumsi sebagai campuran minum jamu atau sebagai penambah gizi yang
banyak di
konsumsi di daerah pedesaan (Gambar 3.8.). Perkembangan rata-rata konsumsi telur ayam buras selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup singnifikan yakni sebesar 7,74%. Walaupun tahun 2011 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,41%, namun pada tahun 2012 konsumsi telur ayam buras menurun tajam hingga 26,39% dan tahun 2014 turun 0,34%.
16
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
(Kg/kap/thn) 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00
Ayam Ras
Gambar 3.8.
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
1988
1987
0,00
Ayam Buras
Perkembangan Konsumsi Telur Ayam Ras dan Buras di Indonesia, Tahun 1987 – 2014
Berdasarkan definisi konsumsi telur bila didekati dari ketersediaan per kapita (NBM), jumlahnya berbeda dengan konsumsi per kapita hasil SUSENAS. Perbedaan ini disebabkan karena cakupan data dan metodologi pengumpulan data yang berbeda. Data SUSENAS merupakan hasil survei rumah tangga dan hanya mencakup konsumsi rumah tangga, sedangkan ketersedian konsumsi (NBM) merupakan penghitungan yang mencakup ketersediaan konsumsi rumah tangga maupun di luar rumah tangga. Dengan memakai pendekatan perhitungan ketersediaan konsumsi telur
ayam
ras
dari
tahun 1990-2014 diperkirakan mengalami
peningkatan. Ketersediaan konsumsi telur ayam ras rata-rata meningkat 6,82% per tahun, dan ketersediaan konsumsi telur ayam buras 1990-2014 meningkat 4,74 % per tahun (Gambar 3.9 dan Lampiran 9).
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
17
» Outlook Telur 2015 (Kg/kap/thn) 6,00
5,00 4,00 3,00 2,00 1,00
Telur Ayam Ras
Gambar 3.9.
3.6.
2014**)
2012
2013*)
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
0,00
Telur Ayam Buras
Perkembangan Ketersediaan Konsumsi Telur Ayam, Tahun 1990 – 2014
Perkembangan Ekspor dan Impor Telur di Indonesia Ekspor dan impor telur di Indonesia rata-rata terus meningkat baik
volume maupun nilainya. Perkembangan volume ekspor maupun impor selama tahun 1996-2014 disajikan pada Gambar 3.10. Secara umum pola perkembangan
volume ekspor telur lebih rendah dibandingkan
laju
perkembangan volume impornya yaitu pertumbuhan ekspor 109,3% per tahun, sedangkan pertumbuhan impor 471,9% per tahun (Lampiran 10 & 11).
18
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
(Ton) 2.500
2.000
1.500
1.000
500
0 1996
1998
2000
2002
2004
Volume ekspor
Gambar 3.10.
2006
2008
2010
2012
2014
Volume Impor
Perkembangan Volume Ekspor Impor Telur di Indonesia, Tahun 1996-2014
Perkembangan volume ekspor maupun impor telur dari tahun 1996 hingga 2014, menunjukkan sangat berfluktuasi. Pola ini biasanya mengikuti perkembangan pasar telur di dalam negeri maupun di pasar global. Secara umum perkembangan nilai ekspor lebih tinggi (rata-rata 653,3% per tahun) dibanding volumenya (rata-rata 109,3% per tahun). Hal ini menunjukkan
bahwa harga telur Indonesia di pasar dunia membaik.
Data tahun 2014 terjadi ekspor telur unggas sebesar 1,1 ton dengan nilai ekspor sebesar 1,8 ribu US$ namun di sisi terjadi impor sebesar 1.491 ton dengan nilai impor 8,06 juta US$. Hal ini menunjukkan kebutuhan telur unggas lebih besar dari produksi yang ada. Demikian pula dari sisi impor, perkembangan nilai impor sebesar 593,3% per tahun, lebih tinggi dari volume impor (sebesar 471,9 % per tahun). Gambar 3.11. menunjukkan perkembangan nilai ekspor-impor telur sejak 1996-2014.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19
» Outlook Telur 2015 (000US$) 25000
20000
15000
10000
5000
Nilai Ekspor
Gambar 3.11.
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
0
Nilai Impor
Perkembangan Nilai Ekspor Impor Telur di Indonesia, Tahun 1996-2014
Dilihat dari neraca ekspor-impor komoditas telur, terlihat bahwa volume
impor lebih
besar
dari pada volume ekspor.
Hal ini
mengindikasikan produksi telur yang dihasilkan Indonesia lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (sebagian besar masih untuk kebutuhan konsumsi). Neraca ekspor-impor telur di Indonesia 19962014 ditunjukkan pada Gambar 3.12. Adapun gambaran perkembangan ekspor dan impor secara terinci disajikan pada Lampiran 10 dan 11.
20
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
(Ton) 1.000 500
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
-500
1996
0
-1.000 -1.500 -2.000 -2.500 Neraca Ekspor-Impor
Gambar 3.12.
Perkembangan Neraca Ekspor Impor Telur di Indonesia, Tahun 1996-2014
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
21
» Outlook Telur 2015
22
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
BAB IV. KERAGAAN TELUR AYAM DUNIA 4. 1. Perkembangan Populasi, Produksi dan Produktivitas Perkembangan populasi ayam ras petelur di dunia selama kurun waktu 1980 hingga 2013 cenderung meningkat, rata-rata sebesar 2,71%. Dilihat dari sisi produksi terlihat bahwa perkembangan produksi telur juga terus mengalami peningkatan seperti halnya populasinya, dengan rata-rata pertumbuhan tahun 1980–2013 sebesar 2,95% per tahun. Pertumbuhan produksi telur tertinggi terjadi tahun 1994 sebesar 41 juta ton atau meningkat sebesar
7,71%
dari tahun
sebelumnya.
Sementara
itu
pertumbuhan terendah terjadi tahun 2012 yaitu turun sebesar 1,85% dari tahun sebelumnya. Perkembangan populasi dan produksi telur ayam ras di dunia selama 51 tahun terakhir disajikan pada Gambar 4.1. (juta ekor)
(ribu ton)
8.000
80.000
7.000
70.000
6.000
60.000
5.000
50.000
4.000
40.000
3.000
30.000
2.000
20.000
1.000
10.000 0
1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0
Populasi
Gambar 4.1.
Produksi
Perkembangan Produksi dan Populasi Telur Ayam Dunia, Tahun 1980–2013
Ditinjau dari sisi produktivitas, secara umum pola perkembangan produktivitas telur dunia menyerupai pola perkembangan
produksinya
dengan rata-rata mengalami peningkatan sebesar 0,25% per tahun (Gambar 3.2). Peningkatan produktivitas telur tertinggi terjadi tahun 1993, yaitu sebesar 2,70% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun secara rata-rata Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
23
» Outlook Telur 2015
terjadi peningkatan namun pada beberapa tahun terakhir justru terjadi penurunan produktivitas. Penurunan produktivitas tertinggi terjadi tahun 2012 sebesar 1,85% dari tahun sebelumnya. (100 ribu Mg/Tahun) 105,00
100,00
95,00
90,00
85,00
Gambar 4.2.
4.2.
2013
2010
2007
2004
2001
1998
1995
1992
1989
1986
1983
1980
80,00
Perkembangan Produktivitas Telur Ayam Dunia, Tahun 1980–2013
Sentra Produksi Telur Ayam Dunia Berdasarkan data rata-rata produksi tahun 2009 sampai dengan
tahun 2013, terlihat bahwa produksi telur dunia tersebar di sepuluh negara yang memberikan kontribusi sebesar 69,09% dari total produksi telur dunia. Cina merupakan negara produsen telur terbesar dengan rata-rata produksi tahun 2009-2013
sebesar
24,23 juta ton/tahun
dan
memberikan
kontribusi sebesar 36,86% dari total produksi telur dunia (Gambar 4.3.). Indonesia menduduki peringkat ke-8 dengan rata-rata produksi sebesar 1,2 juta ton/tahun dan memberikan kontribusi sebesar 1,70% terhadap total produksi telur dunia.
24
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
China 37%
Lainnya 31% USA 8%
India, 4.84%
France 1% Ukraine 2% Indonesia 2%
Gambar 4.3.
Brazil 3%
Russian Federation 3,44%
Mexico 4%
Japan 4%
Sentra Produksi Telur Ayam Terbesar di Dunia, Tahun 2009 – 2013
Produktivitas telur ayam di beberapa negara yang memberikan kontribusi cukup tinggi disajikan pada Gambar 4.4. Produktivitas telur ayam tertinggi adalah Jordan sebesar 29,12 kg/ekor/tahun, peringkat
produktivitas
ke-10 dunia adalah Equador dengan rata-rata produktivitas
sebesar 18,14 kg/ekor/tahun. Indonesia dengan rata-rata produktivitas sebesar 5,07 kg/ekor/tahun berada di peringkat 134 dunia, produktivitas rata-rata dunia sebesar 8,18
kg/ekor/tahun (Lampiran 15). Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia masih harus meningkatkan produksi telur dengan jalan meningkatkan produktivitas sehingga pada masa mendatang diharapkan bisa menjadi negara dengan produktivitas telur ayam yang tinggi di dunia.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
25
» Outlook Telur 2015 (kg/ekor/tahun)
20
20
20
19
19
19
19
18
Denmark
Portugal
Germany
Latvia
Sweden
Finland
Switzerland
Ecuador
30,00
27
29
40,00
8
20,00
5
10,00
Gambar 4.4
Dunia
Indonesia 134
Martinique
Jordan
-
Rata-rata Produktivitas Telur Ayam Sepuluh Negara Terbesar di Dunia, Indonesia dan Dunia, Tahun 2009-2013
4.3.
Perkembangan Ekspor dan Impor Telur Dunia
4.3.1. Ekspor Data ekspor telur dunia dihitung dari rata-rata selama kurun waktu 2008-2012. Negara eksportir telur terbesar dunia tersebar di sepuluh negara dengan kontribusi total ekspor sebesar 76,19%.
Belanda merupakan
pengekspor telur ayam terbesar di dunia dengan kontribusi sebesar 22,26% terhadap total ekspor telur ayam dunia, dengan rata-rata pertumbuhan selama tahun 2008-2012 turun sebesar 2,7%. Selain Belanda ada 9 negara yang berkontribusi ekspor
cukup besar yaitu antara 2,52% (Perancis)
sampai 8,67% (Poland). Indonesia berada di urutan ke 112 dari total ekspor telur ayam dunia. Rata-rata ekspor telur dari peningkatan selama tahun 2008-2012 sebesar
Indonesia mengalami 108,9 %.
Gambar 4.5.
memperlihatkan kontribusi ekspor 10 negara eksportir dan volume ekspor Indonesia terlihat 0,0002% diantara negara-nagara tersebut.
26
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Indonesia 0%
Lainnya 24%
Netherlands 22%
France 2%
Poland 9%
Belgium 4%
USA 5% Spain 6%
Turkey 8%
China 6%
Gambar 4.5.
Malaysia 7%
Germany 7%
Sepuluh Negara Eksportir Telur Ayam Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-Rata Tahun 2008-2012
Belanda merupakan negara yang mendapatkan devisa tertinggi dari ekspor telur, selama periode 2008-2012 rata-rata mencapai
sebesar
740.904 ribu US$ per tahun. Gambar 4.6. memperlihatkan nilai ekspor telur ayam di negara eksportir dan Indonesia.
(juta US$) 979
741
254
214 242
207
151
121 127
109 119
Gambar 4.6.
Lainnya
Indonesia (110)
Malaysia
Belgium
China, mainland
China
Spain
Turkey
Poland
Germany
USA
0
Netherlands
1.000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 -
Nilai Ekspor Telur Ayam di Sepuluh Negara Eksportir Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-rata 20082012
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
27
» Outlook Telur 2015
4.3.2. Impor Data impor telur ayam disajikan pada Gambar 4.7. Jerman merupakan negara importir telur ayam terbesar dunia dengan kontribusi sebesar 23,16% atau rata-rata impor tahun 2008–2012 sebesar 408.924 ton. Jerman
juga merupakan eksportir peringkat ke empat dunia, hal ini
mungkin terjadi karena telur yang diimpor kemudian diekspor kembali. Negara lain yang mempunyai kontribusi impor telur cukup besar adalah Iraq yaitu sebesar 10,69% (rata-rata impor sebesar 188.831 ton/tahun), kemudian Belanda dengan kontribusi sebesar 9,31% (rata-rata sebesar 164.407 ton/tahun).
Germany, 24% Iraq, 11%
Lainnya 28% Netherlands 9%
Indonesia 0% Switzerland 2% United Kingdom 3%
Gambar 4.7.
China 6% Belgium 3%
Singapore 5%
France 5%
China, Hong Kong SAR 5%
Sepuluh Negara Importir Telur Ayam Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-Rata Tahun 2008 – 2012
Jika dilihat rata-rata pertumbuhan volume impor telur ayam dunia selama 2008-2012 di negara importir terbesar dunia, Belanda merupakan negara
dengan rata-rata
pertumbuhan impor tertinggi yaitu
sebesar
22,14% per tahun. Sebaliknya Perancis merupakan negara dengan ratarata pertumbuhan volume impor terendah yaitu turun sebesar 5,75%. Jika dilihat dari nilai impor maka nampak bahwa Jerman juga mempunyai nilai impor terbesar di dunia, yaitu rata-rata sebesar US$ 730.773 ribu, 28
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Gambar 4.8. menyajikan data besarnya nilai impor pada negara importir dunia dan Indonesia. (juta US$) 1400
1249
1200
1000 800
731
600
294
400
145 224
105 134
200
104 104
102
0
Gambar 4.8.
Lainnya
Indonesia (173)
United Kingdom
Russian Federation
France
Singapore
China, Hong Kong SAR
China
Netherlands
Iraq
Germany
0
Nilai Impor Sepuluh Negara Importir Telur Ayam Terbesar Dunia dan Indonesia, Rata-Rata Tahun 2008 – 2012
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
29
» Outlook Telur 2015
30
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
BAB V. ANALISIS PENAWARAN & PERMINTAAN TELUR 5.1.
Proyeksi Penawaran Telur 2016 – 2019 Proyeksi penawaran telur ayam dihitung berdasarkan pada
penjumlahan proyeksi produksi telur ayam ras dan telur ayam buras. Proyeksi penawaran telur menggunakan model regresi berganda baik untuk proyeksi produksi telur ayam ras maupun telur ayam buras. Hasil analisis fungsi respon dengan menggunakan metode analisis regresi berganda untuk produksi telur ayam ras menunjukkan bahwa produksi telur ayam ras periode ke-t dipengaruhi oleh dua peubah, yaitu populasi ayam ras pada periode tersebut dan harga telur ayam ras di tingkat konsumen pada periode yang sama. Koefisien determinasi (R 2) yang diperoleh dari model regresi sebesar 98,92%. Nilai koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa keragaman produksi telur ayam ras dapat dijelaskan oleh 98,92% keragaman peubah-peubah yang digunakan dalam model yaitu populasi ayam ras pada periode t dan harga konsumen telur ayam ras pada periode t (Tabel 5.1). Tabel 5.1. Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Telur Ayam Ras di Indonesia Peubah
Koefisien
P-Value
Sig.
Konstanta
-128654
7.98 x 10
-7
*
Populasi ayam ras periode t
9,088064
1.91 x 10-20
*
2,681031
0,075
**
Harga konsumen telur periode t 2
R = 98,92% Keterangan: *) Berbeda nyata pada α = 1 % **) Berbeda nyata pada α = 10 %
Komponen kedua yang membentuk penawaran telur ayam adalah produksi telur ayam buras. Hasil analisis dengan metode regresi berganda menunjukkan bahwa produksi telur ayam buras periode ke-t dipengaruhi Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
31
» Outlook Telur 2015
oleh beberapa peubah yaitu populasi ayam buras pada periode tersebut dan harga telur ayam buras ditingkat konsumen pada periode yang sama. Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 78,60%, berarti bisa dikatakan bahwa 78,60% sebaran produksi telur ayam buras dapat dijelaskan oleh sebaran peubah-peubah bebas yang digunakan dalam model yaitu populasi ayam buras periode t dan harga konsumen telur ayam buras periode t (Tabel 5.2.). Tabel 5.2. Hasil Analisis Fungsi Respon Produksi Telur Ayam Buras di Indonesia Peubah
Koefisien
Konstanta
P-Value
Sig.
-283681,94
0,002
*
Populasi telur ayam buras periode t
1,53
0,000
*
Harga konsumen telur ayam buras periode t
1,71
0,002
*
R2 = 78,60 %
Keterangan: *) Berbeda nyata pada α = 1 % Dengan
menggunakan
fungsi
penawaran
tersebut
di
atas,
selanjutnya dilakukan proyeksi produksi telur ayam ras dan telur ayam buras di Indonesia untuk tahun 2016 – 2019 (Tabel 5.3.). Produksi telur ayam ras pada tahun 2016 diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 1,30% dan pada tahun 2017
diperkirakan
produksi telur ayam ras meningkat sebesar 2,70% , tahun 2018 akan naik 3,03% dan 2019 akan naik 2,95%. Selama kurun waktu 2014 – 2019 secara rata-rata produksi telur ayam ras meningkat 2,72% per tahun. Produksi telur ayam buras di perkirakan akan naik pada tahun 2016 sebesar 17,28% dari tahun sebelumnya dan di tahun 2017 akan naik sebesar 5,29%, tahun 2018 sebesar 4,24% dan tahun 2019 akan naik 3,99% dari tahun sebelumnya, dengan rata pertumbuhan dari tahun 2014 – 2019 meningkat sebesar 6,93% per tahun. Proyeksi total telur ayam di Indonesia juga cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,29% per tahun. 32
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Tabel 5.3.
Hasil Proyeksi Produksi Telur Ayam di Indonesia, Tahun 2016 – 2019 Telur Ayam Ras
Telur Ayam Buras
Total Telur Ayam
Tahun Produksi (Ton)
Pertumb. (%)
Produksi (Ton)
Pertumb. (%)
Pertumb. (%)
2014
1.244.312
2015*)
1.289.716
3,65
191.765
3,86
1.481.481
3,68
2016**)
1.306.428
1,30
224.908
17,28
1.531.336
3,37
2017**)
1.341.680
2,70
236.810
5,29
1.578.490
3,08
2018**)
1.382.326
3,03
246.855
4,24
1.629.181
3,21
2019**)
1.423.098
2,95
256.711
3,99
1.679.809
3,11
Rata-Rata pertumb. (%/thn)
184.637
Produksi (Ton)
2,72
1.428.949
6,93
3,29
Keterangan: *) Angka Sementara (Direktorat Jenderal Peternakan & Kesehatan Hewan) **) Angka Proyeksi Pusdatin
5.2.
Proyeksi Permintaan Telur 2016 – 2019 Permintaaan telur ayam didekati dari ketersediaan konsumsi per
kapita yang bersumber pada neraca bahan makanan (NBM) dikalikan jumlah penduduk. Permintaan telur ayam merupakan penjumlahan antara permintaan telur ayam ras dan telur ayam buras. Permintaan telur ayam ras maupun buras diproyeksikan melalui pendugaan fungsi permintaan berdasarkan
metode
Pemulusan
Eksponensial
Berganda
(Double
Eksponential Smoothing). Permintaan telur ayam ras diproyeksi dengan alpha (level) 0,6975, gamma (trend) 0,0133 dengan MAPE sebesar 11,72. Permintaan telur ayam buras diproyeksi dengan alpha (level) 0,7205, gamma (trend) 0,0468 dengan MAPE sebesar 8,99. Hasil proyeksi permintaan telur ayam di Indonesia disajikan pada Tabel 5.4. Konsumsi per kapita telur ayam (ras maupun buras) tahun 2015 diperkirakan sebesar 6,23 kg/kapita dan akan terus meningkat hingga tahun 2019 mencapai 7,19 kg/kapita dengan rata-rata pertumbuhan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
sebesar 33
» Outlook Telur 2015
3,66% per tahun. Total permintaan telur ayam di Indonesia merupakan perkalian antara konsumsi per kapita dengan jumlah penduduk. Rata-rata pertumbuhan permintaan telur ayam meningkat mencapai 4,78 % per tahun. Proyeksi permintaan telur ayam nasional 2015-2019 disajikan pada abel 5.4. dibawah ini. Tabel 5.4.
Proyeksi Konsumsi per Kapita dan Total Permintaan Telur Ayam di Indonesia, Tahun 2015 – 2019
Tahun
Konsumsi Per Kapita (Kg)
2015
6,23
2016
6,68
7,22
1.672.285
8,42
2017
6,77
1,41
1.714.443
2,52
2018
6,98
3,06
1.785.742
4,16
2019
7,19
2,97
1.857.730
4,03
Rata-rata Pertumb. (%) Keterangan: 2015-2019
5.3.
Pertumb. (%)
Konsumsi Nasional (Ton)
Pertumb. (%)
1.542.376
3,66
4,78
Angka Proyeksi Pusdatin
PROYEKSI SURPLUS/DEFISIT TELUR AYAM 2015 – 2019 Jika ketersediaan komoditas telur ayam dihitung dari produksinya
dan permintaan telur ayam hanya dihitung berdasarkan total ketersediaan untuk konsumsi (NBM), maka tahun 2015- 2019 diperkirakan akan terjadi defisit antara 4-11% dari produksinya. Defisit ini mungkin berupa impor telur untuk produksi DOC dan telur olahan dikurangi ekspor telur olahan maupun segar. Hasil proyeksi penawaran dan permintaan, maupun surplus & defisit telur tersaji pada tabel 5.5. berikut.
34
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Tabel 5.5.
Tahun
Proyeksi Surplus/Defisit Telur Ayam di Indonesia, Tahun 2015 – 2019
Total Penawaran Total Permintaan (Ton) (Ton)
Surplus/Defisit (Ton)
2015
1.481.481
1.542.376
-60.895
2016
1.531.336
1.672.285
-140.949
2017
1.578.490
1.714.443
-135.952
2018
1.629.181
1.785.742
-156.560
2019
1.679.809
1.857.730
-177.921
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
35
» Outlook Telur 2015
36
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
BAB VI. KESIMPULAN 1.
Populasi ayam ras petelur dan ayam bukan ras dari tahun 1980 hingga 2015
rata-rata
meningkat, dengan laju
pertumbuhan
populasi ayam ras petelur sebesar 5,94% lebih tinggi dari pada laju pertumbuhan ayam buras sebesar 2,59%. 2.
Laju pertumbuhan produksi telur ayam ras tahun 1990-2015 sebesar 11,44% dan ayam buras dari tahun 1992-2014 sebesar 9,69% menunjukkan nilai positif.
3.
Konsumsi perkapita telur ayam ras jauh lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi perkapita telur ayam buras. Tingkat
konsumsi
perkapita hasil susenas (BPS) menunjukkan : telur ayam ras dari tahun 1987–2014 mengalami peningkatan 3,83%, sedang tingkat konsumsi telur ayam bukan ras dari tahun 1996-2014 cenderung mengalami penurunan 6,42%. 4.
Populasi telur ayam ras petelur di dunia dari tahun 198–2013 ratarata meningkat 2,71% per tahun dan produksinya meningkat sebesar 2,95%. Indonesia menempati urutan ke-8 produksi telur ayam ras petelur dunia.
5.
Proyeksi total produksi telur tahun 2015-2019 rata-rata meningkat sebesar 3,29% per tahun.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
37
» Outlook Telur 2015
38
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
DAFTAR PUSTAKA BKP Kementerian Pertanian. 2014. Neraca Bahan Makanan Indonesia 2007– 2014. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2007-2012. Buku I. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2014. Statistik Pertanian 2014. Direktorat Jenderal Peternakan. 2014. Statistik Peternakan 2014. Kementerian Pertanian. 2014. Statistik Ekspor Impor 2014. Draper, N. and H. Smith. 1992. Analisis Regresi Terapan, Edisi Kedua. Gramedia, Jakarta. Mulyono, Sri. 1991. Statistik untuk Ekonomi. PAU-Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta. Myers, RH. 1990. Classical and Modern Regression with Applications. Second Edition. PWS Kent Publishing Company, Boston. Rawling, John O. 1998. Applied Regression Analysis. Springger texts In Statistics, USA. Ryan, Thomas P. 1996. Modern Regression Method. John Wiley & Sons, Inc. USA. http://www.mb.ipb.ac.id/output/popupPrint/id/cc1bb42627b3a0ea6756d a0bbd20b28d/tipe/entri/category/2.html http://www.poultryindonesia.com/news/opini/prospek-perunggasan2013-cemerlang-di-tengah-berbagai-tantangan/
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
39
» Outlook Telur 2015
40
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Lampiran
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
41
» Outlook Telur 2015
42
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015« Lampiran 1.
Perkembangan Populasi Ayam Ras Petelur Berdasarkan Wilayah Di Indonesia, 1980-2015 Populasi (000 Ekor)
Tahun Jawa 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
8.274 19.685 23.465 13.569 14.456 15.863 18.861 15.421 14.950 15.094 24.710 26.614 28.292 28.297 36.492 39.688 45.175 48.441 19.997 22.172 34.665
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)
36.542 39.277 38.960 51.513 51.431 61.068 69.735 66.175 67.998 59.068 75.895 80.805 85.816 83.046 85.155
Pertumbuhan (%)
Luar Jawa
137,92 19,20 -42,17 6,54 9,73 18,90 -18,24 -3,05 0,96 63,71 7,70 6,31 0,02 28,96 8,76 13,83 7,23 -58,72 10,88 56,35 5,41 7,48 -0,81 32,22 -0,16 18,74 14,19 -5,10 2,75 -13,13 28,49 6,47 6,20 -3,23 2,54
30.976 38.809 44.770 41.411 44.057 47.793 58.514 58.991 56.583 60.084 12.520 13.840 19.913 19.833 18.082 19.678 22.646 22.142 18.828 23.359 34.701
Pertumbuhan (%)
33.712 38.762 40.246 41.902 33.360 39.134 41.754 41.780 43.420 46.142 48.741 57.912 60.806 63.614 66.264
25,29 15,36 -7,50 6,39 8,48 22,43 0,82 -4,08 6,19 -79,16 10,55 43,88 -0,40 -8,83 8,83 15,08 -2,22 -14,97 24,06 48,55 -2,85 14,98 3,83 4,12 -20,39 17,31 6,70 0,06 3,93 6,27 5,63 18,82 5,00 4,62 4,16
Indonesia
Pertumbuhan (%)
39.250 58.494 68.235 54.980 58.513 63.656 77.375 74.413 71.533 75.178 37.229 40.454 48.205 48.129 54.574 59.367 67.821 70.583 38.825 45.531 69.366 70.254 78.039 79.206 93.416 84.790 100.202 111.489 107.955 111.418 105.210 124.636 138.718 146.622 146.660 151.419
49,03 16,65 -19,43 6,43 8,79 21,55 -3,83 -3,87 5,10 -50,48 8,66 19,16 -0,16 13,39 8,78 14,24 4,07 -44,99 17,27 52,35 1,28 11,08 1,50 17,94 -9,23 18,18 11,26 -3,17 3,21 -5,57 18,46 11,30 5,70 0,03 3,24
Rata-rata pertumbuhan 1980-2015
40.741
10,77
39.030
5,45
79.771
5,94
2011-2015
82.143
3,00
59.467
8,15
141.611
5,07
Sumber : Ditjen. Peternakan & Kesehatan Hewan Keterangan : *) Angka Sementara
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
43
» Outlook Telur 2015 Lampiran 2. Perkembangan Populasi Ayam Bukan Ras Berdasarkan Wilayah di Indonesia, Tahun 1980-2015 Populasi (000 Ekor) Tahun Jawa 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
63.447 66.633 65.929 71.992 73.226 73.865 76.078 78.620 85.357 89.044 92.773 93.891 98.592 103.571 104.481 107.867 109.989 109.360 101.515 106.813 108.494 111.005
2002 115.725 2003 116.583 2004 117.658 2005 117.960 2006 134.324 2007 115.124 2008 100.895 2009 100.847 2010 101.956 2011 109.049 2012 113.789 2013 114.304 116.965 2014 119.976 2015*) Rata-rata pertumbuhan
Pertumbuhan (%)
Luar Jawa
5,02 -1,06 9,20 1,71 0,87 3,00 3,34 8,57 4,32 4,19 1,20 5,01 5,05 0,88 3,24 1,97 -0,57 -7,17 5,22 1,57 2,31
56.311 66.484 70.727 67.338 78.551 81.999 88.920 89.977 97.098 101.776 108.592 115.075 123.938 119.322 138.778 142.214 150.724 151.474 151.618 145.840 150.762 157.034
4,25 0,74 0,92 0,26 13,87 -14,29 -12,36 -0,05 1,10 6,96 4,35 0,45 2,33 2,57
Pertumbuhan (%)
Indonesia
Pertumbuhan (%)
18,07 6,38 -4,79 16,65 4,39 8,44 1,19 7,91 4,82 6,70 5,97 7,70 -3,72 16,31 2,48 5,98 0,50 0,10 -3,81 3,37 4,16
119.758 133.116 136.656 139.330 151.777 155.865 164.998 168.597 182.455 190.820 201.366 208.966 222.530 222.893 243.260 250.081 260.713 260.835 253.133 252.653 259.257 268.039
11,15 2,66 1,96 8,93 2,69 5,86 2,18 8,22 4,58 5,53 3,77 6,49 0,16 9,14 2,80 4,25 0,05 -2,95 -0,19 2,61 3,39
159.567 160.774 159.331 160.994 156.762 157.127 142.528 149.116 155.588 155.291 160.775 162.472 158.151 165.045
1,61 0,76 -0,90 1,04 -2,63 0,23 -9,29 4,62 4,34 -0,19 3,53 1,06 -2,66 4,36
275.292 277.357 276.989 278.954 291.085 272.251 243.423 249.963 257.544 264.340 274.564 276.777 275.116 285.021
2,71 0,75 -0,13 0,71 4,35 -6,47 -10,59 2,69 3,03 2,64 3,87 0,81 -0,60 3,60
1980-2015
99.658
1,97
129.391
3,28
229.049
2,59
2011-2015
114.817
2,43
160.347
1,57
275.164
1,92
Sumber : Ditjen. Peternakan & Kesehatan Hewan Keterangan : *) Angka Sementara
44
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015« Lampiran 3.
Perkembangan Produksi Telur Ayam Ras Petelur Berdasarkan Wilayah Di Indonesia, 1990-2015 Produksi (ton)
Tahun
Jawa
Pertumbuhan
Luar Jawa
(%)
Pertumbuhan
Indonesia
(%)
Pertumbuhan (%)
1990
136.730
82.470
219.200
1991
149.870
9,61
103.640
25,67
253.510
15,65
1992
166.350
11,00
109.600
5,75
275.950
8,85
1993
165.110
-0,75
113.830
3,86
278.940
1,08
1994
196.770
19,18
124.940
9,76
321.710
15,33
1995
319.745
62,50
137.052
9,69
456.797
41,99
1996
349.665
9,36
150.754
10,00
500.419
9,55
1997
331.898
-5,08
151.041
0,19
482.939
-3,49
1998
158.115
-52,36
108.560
-28,13
266.675
-44,78
1999
171.425
8,42
185.780
71,13
357.205
33,95
2000
288.229
68,14
214.753
15,60
502.982
40,81
2001
298.940
3,72
238.855
11,22
537.795
6,92
2002
323.229
8,13
291.181
21,91
614.410
14,25
2003
326.124
0,90
285.412
-1,98
611.536
-0,47
2004
439.693
34,82
322.349
12,94
762.042
24,61
2005
414.624
-5,70
266.523
-17,32
681.147
-10,62
2006
557.583
34,48
259.251
-2,73
816.834
19,92
2007
631.201
13,20
312.935
20,71
944.136
15,58
2008
611.676
-3,09
344.323
10,03
955.999
1,26
2009
538.790
-11,92
370.729
7,67
909.519
-4,86
2010
552.769
2,59
392.866
5,97
945.635
3,97
2011
615.329
0,60
412.516
19,80
1.027.845
7,52
2012
656.151
21,78
483.795
30,50
1.139.946
25,34
2013
700.886
26,80
523.514
33,26
1.224.400
29,48
2014
684.299
11,21
560.013
35,76
1.244.312
21,06
2015*)
709.260
8,09
580.456
19,98
1.289.716
13,14
Rata-rata pertumbuhan 1990-2015
11,02
13,25
11,44
2011-2015
13,70
27,86
19,31
Sumber : Ditjen. Peternakan & Kesehatan Hewan Keterangan : *) Angka Sementara
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
45
» Outlook Telur 2015 Lampiran 4.
Perkembangan Produksi Telur Ayam Buras Wilayah Di Indonesia, 1990 – 2015
Berdasarkan
Produksi (ton) Tahun
Jawa
Pertumbuhan
Luar Jawa
(%) 1992
28.292
1993
28.297
Pertumbuhan
Indonesia
(%) 19.913
Pertumbuhan (%)
48.205
0,02
19.833
-0,40
1994
26.546
48.129
-0,16
-6,19
20.053
1,11
46.598
-3,18
1995
61.616
132,11
63.414
216,24
125.030
168,31
1996
60.285
-2,16
68.274
7,66
128.559
2,82
1997
60.884
0,99
62.542
-8,40
123.426
-3,99
1998
56.210
-7,68
69.777
11,57
125.987
2,07
1999
54.611
-2,84
112.388
61,07
166.999
32,55
2000
61.842
13,24
77.183
-31,32
139.025
-16,75
2001
69.706
12,72
85.238
10,44
154.944
11,45
2002
74.080
6,27
87.611
2,78
161.691
4,35
2003
83.563
12,80
93.452
6,67
177.015
9,48
2004
82.769
-0,95
89.378
-4,36
172.147
-2,75
2005
82.119
-0,78
93.308
4,40
175.428
1,91
2006 2007
96.285
17,25
97.668
4,67
193.953
10,56
135.976
41,22
94.496
-3,25
230.472
18,83
2008
82.827
-39,09
83.791
-11,33
166.618
-27,71
2009
74.548
-10,00
86.373
3,08
160.921
-3,42
2010
75.523
1,31
100.005
15,78
175.528
9,08
2011
86.418
14,43
101.141
1,14
187.559
6,85
2012
92.448
6,98
104.636
3,46
197.084
5,08
2013
91.500
-1,03
103.120
-1,45
194.620
-1,25
2014
83.874
-8,33
100.763
-2,29
184.637
-5,13
2015*)
85.642
2,11
106.123
5,32
191.765
3,86
Rata-rata pertumbuhan 1992-2015
72.328
7,93
80.853
12,72
153.181
9,69
2011-2015
87.976
-0,07
103.156
1,26
191.133
0,64
Sumber
: Ditjen. Peternakan & Kesehatan Hewan
Keterangan : *) Angka Sementara
46
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015« Lampiran 5.
Provinsi Sentra Produksi Telur Ayam Ras di Indonesia, Tahun 2011-2015
2011
2.012
2013
2.014
Jawa Timur
235.832
270.700
293.532
291.399
(Ton) Rata-rata Kumulatif Rata-rata Share (%) Pertumb. *) (%) 2015 (%) 297.214 277.735 23,43 23,43 6,12
Jawa Tengah
179.974
192.071
204.357
191.546
194.173
192.424
16,23
39,67
Jawa Barat
Tahun
Provinsi
2,06
115.787
120.123
131.586
134.581
136.645
127.744
10,78
50,45
4,27
Sumatera Utara
79.204
108.018
140.711
132.949
134.065
118.989
10,04
60,48
15,49
Sulawesi Selatan
50.003
60.144
64.017
80.815
87.762
68.548
5,78
66,27
15,39
Sumatera Barat
60.148
62.687
65.688
63.706
64.477
63.341
5,34
71,61
1,80
Sumatera Selatan
48.726
49.540
59.106
55.354
60.170
54.579
4,60
76,22
5,83
Lampung
44.878
61.335
51.388
50.786
58.790
53.435
4,51
80,73
8,76
Banten
57.626
47.455
46.751
40.279
53.202
49.063
4,14
84,87
-0,22
Bali
36.606
47.969
36.590
36.602
36.968
38.947
3,29
88,15
2,09
119.063
119.904
130.673
166.294
166.252
140.437
11,85
100,00
9,23
Indonesia 1.027.845 1.139.946 1.224.400 1.244.312 1.289.716 1.185.244 Sumber : Ditjen. Peternakan & Kesehatan Hewan Keterangan : *) Angka Sementara
100
Lainnya
Lampiran
6.
Provinsi Sentra Produksi Telur Ayam Buras di Indonesia,
Tahun 2011-2015
Tahun Provinsi
5,90
2011
2012
2013
2014
2015*)
Rata-rata Share (%)
Jawa Tengah 36.226 38.560 36.458 35.021 35.133 36.280 Jawa Barat 20.330 19.690 20.977 18.116 19.362 19.695 Jawa Timur 18.437 18.941 18.549 19.247 19.631 18.961 Sulawesi Selatan 8.084 10.967 11.962 13.123 13.664 11.560 Sumatera Utara 9.538 9.866 12.703 11.472 11.596 11.035 Banten 9.518 12.663 12.931 8.743 8.644 10.500 Lampung 8.160 8.181 8.972 8.941 10.600 8.971 Kalimantan Selatan 8.720 8.319 8.192 7.509 7.368 8.022 Sulawesi Tenggara 4.135 6.778 6.101 5.042 5.865 5.584 Jambi 3.416 5.513 5.428 5.991 5.882 5.246 Lainnya 48.963 48.081 54.810 61.417 59.645 54.583 Indonesia 175.528 187.559 197.084 194.620 197.391 190.436 Sumber : Ditjen. Peternakan & Kesehatan Hewan Keterangan : *) Angka Sementara
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
19,05 10,34 9,96 6,07 5,79 5,51 4,71 4,21 2,93 2,75 28,66 100,00
Kumulatif (%) 19,05 29,39 39,35 45,42 51,21 56,73 61,44 65,65 68,58 71,34 100,00
(Ton) Rata-rata Pertumb. (%) -0,66 -0,84 1,61 14,64 5,90 0,41 7,03 -4,09 13,23 17,10 5,34 3,03
47
» Outlook Telur 2015 Lampiran 7. Perkembangan Harga Konsumen Telur Ayam Ras dan Buras di Indonesia, Tahun 1983 - 2014
1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994
Telur Ayam Ras (Rp/kg) 1.089 1.186 1.148 1.235 1.352 1.535 1.767 1.890 1.928 1.979 2.277 2.137
1995
2.167
Tahun
1996 2.536 1997 2.838 1998 14.841 1999 20.350 2000 16.795 2001 7.045 2002 7.285 2003 6.700 2004 7.317 2005 7.720 2006 7.938 2007 8.998 2008 12.670 2009 14.755 2010 15.384 2011 16.829 2012 17.591 2013 19.013 2014 20.063 2015*) 21.998 Rata-rata pertumbuhan
8,90 -3,28 7,64 9,42 13,59 15,11 6,96 1,98 2,66 15,07 -6,16
Telur Ayam Buras (Rp/kg) 1.448 1.570 1.680 1.841 2.415 2.686 3.103 3.249 3.542 3.839 4.223 4.528
Pertumbuhan (%)
Pertumbuhan (%) 8,43 7,03 9,57 31,17 11,21 15,55 4,70 9,02 8,38 10,00 7,23
1,42
5.278
16,56
17,03 11,92 422,91 37,12 -17,47 -58,05 3,41 -8,04 9,21 5,51 2,83 13,35 40,82 16,45 4,26 9,39 4,53 8,08 5,52 9,65
5.734 6.045 9.889 14.610 15.924 16.942 18.743 18.471 18.307 19.428 20.876 22.271 23.360 30.490 34.387 35.805 36.846 36.183 40.416 41.119
8,64 5,42 63,59 47,74 9,00 6,40 10,63 -1,45 -0,89 6,12 7,46 6,68 4,89 30,52 12,78 4,12 2,91 -1,80 11,70 1,74
1983-2015
8.193
19,12
15.744
11,72
2011-2015
19.099
6,94
38.641
3,64
Sumber
: Departemen Perdagangan diolah Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Keterangan : *) Data hingga bulan Sept 2015
48
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Lampiran 8.
Perkembangan Konsumsi Telur Ayam Ras dan Bukan Ras diIndonesia, Tahun 1987 – 2014 Konsumsi Telur
Tahun 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Ayam Ras Pertumb. Ayam Buras Pertumb. (Kg/kap/th) (%) (kg/kap/th) (%) 2,55 2,55 0,00 2,55 0,00 2,55 0,00 2,79 9,64 3,06 9,64 3,29 7,25 3,56 8,47 3,86 8,47 4,12 0,49 6,59 3,68 0,44 -10,55 -11,47 3,30 0,39 -10,55 -11,47 2,82 0,32 -14,57 -16,31 3,41 0,35 20,99 9,02 4,12 0,39 20,99 9,02 4,59 0,41 11,33 6,90 4,48 0,43 -2,27 5,16 6,98 2,45 4,80 0,44 5,16 7,61 0,40 -9,58
2006 5,06 2007 6,10 5,79 2008 5,84 2009 6,73 2010 2011 6,62 2012 6,52 2013 6,15 2014 6,31 Rata-rata pertumbuhan 1987-2014 4,37 2010-2014 6,47
-2,02 20,62 -5,13 0,90 15,18 -1,55 -1,57 -5,60 2,56
0,32 0,26 0,21 0,19 0,19 0,19 0,14 0,13 0,13
-19,21 -19,67 -18,37 -12,50 1,43 1,41 -26,39 -5,66 -0,34
3,83 -1,54
0,31 0,16
-6,42 -7,74
Sumber : Susenas, BPS
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
49
» Outlook Telur 2015
Lampiran 9. Ketersediaan Konsumsi Perkapita Telur, 1990-2014 Telur Ayam Ras
Tahun
Pertumbuhan (%)
Telur Ayam Buras
Pertumbuhan (%)
(kg/kapita/th)
(kg/kapita/th)
1990
1,55
0,24
1991
1,71
10,32
0,25
4,17
1992
1,83
7,02
0,25
0,00
1993
1,87
2,19
0,25
0,00
1994
2,20
17,65
0,31
24,00
1995
2,34
6,36
0,33
6,45
1996
2,49
6,41
0,47
42,42
1997
2,73
9,64
0,45
-4,26
1998
1,29
-52,75
0,44
-2,22
1999
1,73
34,11
0,58
31,82
2000
2,39
38,15
0,49
-15,52
2001
2,31
-3,35
0,52
6,12
2002
2,9
25,54
0,55
5,77
2003
2,86
-1,38
0,60
9,09
2004
3,51
22,73
0,58
-3,33
2005
3,04
-13,39
0,57
-1,72
2006
3,60
18,42
0,62
8,77
2007
4,11
14,17
0,73
17,74
2008
4,10
-0,24
0,52
-28,77
2009
3,83
-6,67
0,50
-4,21
2010
3,84
0,36
0,52
4,40
2011
4,11
7,03
0,55
5,77
2012
4,55
10,71
0,57
3,64
2013*)
4,83
6,08
0,56
-2,38
2014**)
5,05
4,64
0,56
0,08
Rata-rata pertumbuhan
1990-2014**)
6,82
4,49
2010-2014**)
7,12
1,78
Sumber : NBM, Badan Ketahanan Pangan Keterangan : *) Angka Sementara **)Angka Perkiraan
50
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Lampiran 10. Ekspor Telur Unggas, Tahun 1996 – 2014 Pertumbuhan (%)
Nilai (000US$)
Tahun
Volume (Ton)
1996
10
1997
114
1.060,9
9,00
-95,8
1998
237
107,6
99,00
1.000,0
1999
53
-77,6
27,00
-72,7
2000
204
283,5
241,58
794,7
2001
472
131,7
22370,70
9.160,3
2002
807
71,1
650,24
-97,1
2003
785
-2,7
1191,00
83,2
2004
128
-83,7
212,00
-82,2
2005
10
-92,2
9,00
-95,8
2006
12
20,0
99,00
1.000,0
2007
19
58,3
27,00
-72,7
2008
3
-81,7
17,81
-34,0
2009
10
186,7
52,34
193,9
2010
28
176,5
162,04
209,6
2011
2
-93,7
5,91
-96,4
2012
6
220,9
10,32
74,4
2013
0,4
-92,9
3,1
-70,2
2014
1,1
175,0
1,8
-40,6
Rata-rata Pertumbuhan
Pertumbuhan (%)
212,00
109,3
653,3
Sumber : BPS diolah Pusdatin
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
51
» Outlook Telur 2015
Lampiran 11. Impor Telur Unggas, Tahun 1996-2014
Tahun
Volume (Ton)
Pertumbuhan Pertumbuhan Nilai (000US$) (%) (%)
1996
361
972
1997
242
-33,0
716
-26,3
1998
27
-88,9
224
-68,7
1999
1.993
7.301,7
6.932
2.988,2
2000
1.208
-39,4
3.255
-53,0
2001
404
-66,5
627
-80,7
2002
327
-19,1
1.328
111,8
2003
1.214
270,8
1.056
-20,5
2004
220
-81,9
3.473
228,9
2005
168
-23,6
466
-86,6
2006
76
-54,8
830
78,1
2007
526
592,1
1.130
36,1
2008
132
-75,0
85
-92,5
2009
1.184
798,8
6.596
7.658,1
2010
1.323
11,8
7.017
6,4
2011
1.230
-7,1
6.190
-11,8
2012
1.417
0,0
7.533
0,0
2013
1.738
22,6
9.668
28,3
2014
1.491
-14,2
8.064
-16,6
Rata-rata Pertumbuhan
471,9
593,3
Sumber : BPS diolah Pusdatin
52
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Lampiran 12. Populasi , Produksi dan Produktivitas Telur Ayam Petelur Dunia Tahun 1980-2013 Tahun
Populasi (juta ekor)
Pertumb. (%)
Produksi (1000 ton)
Pertumb. (%)
Produktivitas (100 Pertumb. Mg/Tahun) (%)
1980
2.923
0,69
26.207
3,11
89.647
2,41
1981
2.918
-0,20
26.803
2,27
91.867
2,48
1982
2.971
1,84
27.529
2,71
92.651
0,85
1983
3.028
1,90
27.987
1,66
92.435
-0,23
1984
3.131
3,40
29.256
4,53
93.450
1,10
1985
3.256
4,01
30.748
5,10
94.426
1,04
1986
3.325
2,11
31.766
3,31
95.537
1,18
1987
3.407
2,46
32.565
2,52
95.587
0,05
1988
3.458
1,50
33.957
4,28
98.203
2,74
1989
3.498
1,15
34.191
0,69
97.752
-0,46
1990
3.604
3,05
35.073
2,58
97.307
-0,46
1991
3.714
3,04
36.423
3,85
98.072
0,79
1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
3.711 3.731 4.075 4.230 4.358 4.495 4.616 4.783 4.976 5.086 5.257 5.342 5.507 5.690 5.909 6.062 6.229
-0,08 0,53 9,24 3,79 3,04 3,12 2,70 3,60 4,04 2,22 3,37 1,61 3,10 3,33 3,84 2,58 2,75
36.842 38.038 40.969 42.630 45.020 46.307 47.827 49.662 51.046 52.120 53.513 54.339 55.571 56.616 57.918 59.556 61.780
1,15 3,25 7,71 4,05 5,61 2,86 3,28 3,84 2,79 2,10 2,67 1,54 2,27 1,88 2,30 2,83 3,74
99.276 101.955 100.528 100.783 103.294 103.027 103.606 103.839 102.590 102.475 101.788 101.724 100.906 99.493 98.018 98.251 99.189
1,23 2,70 -1,40 0,25 2,49 -0,26 0,56 0,22 -1,20 -0,11 -0,67 -0,06 -0,80 -1,40 -1,48 0,24 0,95
2009 2010 2011 2012
6.349 6.520 6.605 6.825
1,93 2,69 1,31 3,33
62.897 64.162 65.367 66.294
1,81 2,01 1,88 1,42
99.066 98.415 98.965 97.133
-0,12 -0,66 0,56 -1,85
2013
7.035
3,08
68.262
2,97
97.030
-0,11
Rata-rata Pertumbuhan (%) 1980-2013
2,71
2,95
0,25
2009-2013
2,60
2,07
-0,51
Sumber
: FAO
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
53
» Outlook Telur 2015
Lampiran 13. Populasi Ayam (Umur Produktif) Sepuluh Besar Dunia, Tahun 2009 – 2013 Tahun No
Populasi
Rata2
Share (%)
(000 ekor) Rata-rata Kumulatif Pertumb. (%) (%) 38,77 1,17
2009
2010
2011
2012
2013
1
China
2.536.580
2.563.295
2.581.398
2.656.831
2.657.172
2
USA
339.526
340.335
338.475
346.965
352.636
343.587
5,13
43,90
0,96
3
India
277.969
303.658
307.724
329.000
342.000
312.070
4,66
48,55
5,36
4
Brazil
276.000
285.000
290.000
300.000
300.000
290.200
4,33
52,88
2,12
5
Indonesia
223.000
207.700
208.000
223.000
240.000
220.340
3,29
56,17
2,03
6
Mexico
185.093
185.831
185.446
186.793
191.380
186.909
2,79
58,96
0,84
7
Russian Federation
144.739
155.169
159.978
167.333
173.838
160.211
2,39
61,35
4,70
8
Japan
139.910
140.000
137.352
137.500
138.000
138.552
2,07
63,41
-0,34
9
Nigeria
135.000
136.000
139.000
140.000
142.000
138.400
2,06
65,48
1,27
10 Bangladesh
96.000
118.000
124.000
149.000
179.000
133.200
1,99
67,47
17,07
Lainnya
2.031.736
2.120.876
2.170.099
2.225.441
2.356.340
2.180.898 32,53
100,00
3,79
Dunia
6.385.553
6.555.864
6.641.472
6.861.863
7.072.366
6.703.424
2.599.055 38,77
2,59
Sumber : FAO
Lampiran 14. Produksi Telur Ayam Sepuluh Besar Dunia, Tahun 2009 – 2013
2009
2010
2011
2012
2013
China
23.633.503
23.820.080
24.231.630
24.659.155
24.787.665
(ton) Rata-rata Kumulatif Rata2 Share (%) Pertumbuhan (%) (%) 24.226.407 36,86 36,86 1,20
USA
5.349.100
5.411.600
5.439.918
5.224.661
5.636.230
5.412.302
8,23
45,09
1,40
India
3.230.000
3.378.100
3.466.340
3.655.000
3.835.205
3.512.929
5,34
50,44
4,39
Japan
2.507.542
2.515.323
2.482.628
2.506.768
2.521.974
2.506.847
3,81
54,25
0,15
Mexico
2.360.301
2.381.375
2.458.732
2.318.261
2.516.094
2.406.953
3,66
57,91
1,74
Russian Federation
2.194.500
2.260.600
2.283.600
2.333.600
2.283.600
2.271.180
3,46
61,37
1,02
Brazil
1.921.887
1.948.000
2.036.534
2.083.800
2.171.500
2.032.344
3,09
64,46
3,11
Indonesia
1.071.500
1.121.100
1.027.846
1.139.949
1.223.716
1.116.822
1,70
66,16
3,64
Ukraine
883.800
973.900
1.064.200
1.092.600
1.121.400
1.027.180
1,56
67,72
6,19
France
901.700
946.500
865.900
853.630
944.000
902.346
1,37
69,09
1,41
Lainnya
19.165.318
19.742.694
20.344.432
20.765.252
21.562.767
20.316.093
30,91
100,00
2,99
Dunia
63.219.151
64.499.272
65.701.760
66.632.676
68.604.151
65.731.402
Tahun Produksi
2,07
Sumber : FAO
54
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Lampiran 15. Produktivitas Telur Ayam di 10 Besar Dunia & Indonesia
Negara
(Kg/ekor/tahun) Pertumb. (%) 4,66
2009 24,16
2010 36,46
2011 36,50
2012 24,04
2013 24,46
Rata- rata 29,12
25,00
27,00
27,00
27,00
27,65
26,73
2,60
22,54
19,58
20,60
19,71
19,97
20,48
-2,74
20,16
20,17
20,04
19,43
19,16
19,79
-1,26
19,05
19,83
19,96
20,10
20,34
19,85
1,67
22,11
17,64
18,09
17,65
17,70
18,64
-4,95
19,96
18,31
18,19
18,75
18,82
18,81
-1,37
18,42
18,12
19,01
19,60
19,81
18,99
1,86
18,75
18,58
18,72
18,92
19,14
18,82
0,52
18,35
18,33
18,57
17,50
17,96
18,14
-0,48
Indonesia 134
4,80
5,40
4,94
5,07
5,12
5,07
1,87
Dunia
8,87
8,97
9,01
8,92
5,12
8,18
-10,49
Jordan Martinique Denmark Portugal Germany Latvia Sweden Finland Switzerland Ecuador
Sumber : FAO
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
55
» Outlook Telur 2015
Lampiran 16. Perkembangan Ekspor Impor Telur Dunia, Tahun 1980-2012 Tahun
Volume Impor Pertumb. (%) (Ton)
Nilai Impor (000 US$)
1980
730.831
1981
769.263
5,26
1.019.043
1982
811.619
5,51
1983
806.770
1984
831.414
1985
Pertumb. (%)
989.167
Volume Pertumb. (%) Ekspor (Ton) 743.572
Nilai Ekspor (000 US$)
Pertumb. (%)
963.975
3,02
803.173
8,02
993.758
3,09
890.909
-12,57
820.608
2,17
838.858
-15,59
-0,60
833.213
-6,48
788.093
-3,96
741.358
-11,62
3,05
860.969
3,33
833.760
5,79
796.186
7,40
771.728
-7,18
734.108
-14,73
756.576
-9,26
669.442
-15,92
1986
732.575
-5,07
777.326
5,89
741.875
-1,94
736.329
9,99
1987
772.910
5,51
964.013
24,02
779.883
5,12
927.684
25,99
1988
759.689
-1,71
870.687
-9,68
754.759
-3,22
833.157
-10,19
1989
789.297
3,90
905.172
3,96
793.088
5,08
852.430
2,31
1990
811.721
2,84
1.024.074
13,14
829.855
4,64
1.022.882
20,00
1991
836.120
3,01
1.087.144
6,16
815.747
-1,70
1.062.268
3,85
1992
857.294
2,53
1.057.090
-2,76
861.504
5,61
1.024.604
-3,55
1993
729.390
-14,92
902.799
-14,60
782.433
-9,18
893.603
-12,79
1994
789.031
8,18
945.798
4,76
854.410
9,20
973.036
8,89
1995
764.901
-3,06
951.069
0,56
801.171
-6,23
961.153
-1,22
1996
889.722
16,32
1.263.025
32,80
852.981
6,47
1.213.299
26,23
1997
857.180
-3,66
1.112.598
-11,91
872.164
2,25
1.090.517
-10,12
1998
900.897
5,10
1.098.697
-1,25
906.901
3,98
1.093.091
1999
870.650
-3,36
930.798
-15,28
942.539
3,93
963.766
-11,83
2000
886.021
1,77
946.317
1,67
944.794
0,24
957.465
-0,65
2001
883.403
-0,30
929.217
-1,81
971.520
2,83
924.339
-3,46
2002
888.260
0,55
994.269
7,00
994.997
2,42
964.329
4,33
2003
986.581
11,07
1.254.533
26,18
1.008.689
1,38
1.240.145
28,60 4,77
0,24
2004
987.626
0,11
1.297.577
3,43
1.051.688
4,26
1.299.320
2005
1.093.651
10,74
1.456.984
12,28
1.111.230
5,66
1.389.802
6,96
2006
1.204.705
10,15
1.606.697
10,28
1.231.590
10,83
1.561.831
12,38
2007
1.467.905
21,85
2.137.166
33,02
1.414.784
14,87
2.104.251
34,73
2008
1.578.624
7,54
2.678.747
25,34
1.674.065
18,33
2.662.480
26,53
2009
1.626.125
3,01
2.879.719
7,50
1.765.121
5,44
3.239.604
21,68
2010
1.677.532
3,16
3.083.964
7,09
1.826.379
3,47
3.222.407
-0,53
2011
1.676.825
-0,04
3.156.202
2,34
1.809.421
-0,93
3.176.765
-1,42
2012
1.745.053
4,07
3.434.398
8,81
1.807.495
-0,11
3.385.648
6,58
1980-2012
2,98
4,73
2,98
4,86
2008-2012
2,55
6,44
1,97
6,58
Sumber : www.fao.org
56
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Lampiran 17. Volume Ekspor Telur Ayam di Sepuluh Negara Eksportir Terbesar Dunia dan Indonesia, 2008 – 2012 (Ton) Tahun Negara
Rata-rata 2008
2009
2010
2011
2012
Share (%)
Kumulatif (%)
Pertumb. (%)
Netherlands
419.247
396.445
408.515
381.310
374.153
395.934
22,26
22,26
-2,7
Poland
118.240
142.143
152.850
173.992
183.815
154.208
8,67
30,93
11,8
Turkey
77.518
89.644
131.610
206.281
244.083
149.827
8,42
39,36
34,4
Malaysia
116.991
97.863
89.243
137.715
165.147
121.392
6,83
46,18
12,3
Germany
104.285
106.319
115.106
138.558
135.768
120.007
6,75
52,93
7,1
China
145.551
135.262
101.962
102.238
76.660
112.335
6,32
59,24
-14,1
Spain
121.501
124.707
122.657
96.200
54.465
103.906
5,84
65,09
-16,0
USA
77.094
85.458
86.103
93.962
106.999
89.923
5,06
70,14
8,7
Belgium
65.992
69.558
78.354
46.382
53.862
62.830
3,53
73,67
-1,7
France
49.194
50.551
57.009
32.715
34.699
44.834
2,52
76,19
-5,3
3
7
6
1
5
4
0,000
76,19
108,9
100,00
1,1
Indonesia (112) Lainnya Dunia Sumber
379.626
468.572
484.701
402.557
380.253
423.402
23,81
1.675.242
1.766.529
1.828.116
1.811.911
1.809.909
1.778.602
100,00
2,0
: www.fao.org
Lampiran 18. Nilai Ekspor Telur Ayam di Sepuluh Negara Importir Terbesar Dunia dan Indonesia, 2008– 2012
Negara Netherlands USA Germany Poland Turkey Spain China China, mainland Belgium Malaysia Indonesia (110) Lainnya Dunia
Tahun 2008 623.941 206.139 215.910 171.351 118.921 177.968 108.871 105.492 102.051 90.792 18 849.897 2.771.351
2009 782.153 238.257 230.307 207.803 126.618 181.950 107.910 104.076 124.070 88.460 32 1.155.878 3.347.514
2010 813.130 245.914 228.822 190.203 156.195 163.163 132.051 127.112 130.240 103.368 29 1.064.231 3.354.458
2011 700.662 290.311 243.162 207.665 284.053 132.536 164.616 157.905 117.246 126.789 3 916.433 3.341.381
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
2012 784.632 288.965 292.076 293.253 349.929 101.239 119.405 111.989 118.964 134.256 9 910.336 3.505.053
Rata-rata 740.904 253.917 242.055 214.055 207.143 151.371 126.571 121.315 118.514 108.733 18 979.355 3.263.951
(000 US$) Kumulatif Pertumb. Share (%) (%) (%) 22,70 7,78 7,42 6,56 6,35 4,64 3,88 3,72 3,63 3,33 0,00 30,01 100,00
22,70 30,48 37,90 44,45 50,80 55,44 59,32 63,03 66,66 69,99 69,99 100,00
6,87 9,10 8,10 15,80 33,72 -12,62 4,67 3,98 4,51 10,71 44,69 3,38 6,38
57
» Outlook Telur 2015
Lampiran 19. Volume Impor Telur Ayam di Sepuluh Negara Importir Terbesar Dunia dan Indonesia, Tahun 2008 – 2012 (Ton) Negara
Than 2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
Cumulative Pertumb. Share (%) (%) (%)
Germany
337.465
427.373
481.540
416.616
381.624
408.924
23,16
23,16
4,36
Iraq
121.861
178.834
199.482
188.187
255.789
188.831
10,69
33,85
22,14
Netherlands
225.237
121.578
168.700
155.745
150.776
164.407
9,31
43,16
-4,53
China
98.649
99.726
103.263
112.194
111.789
105.124
5,95
49,11
3,23
China, Hong Kong SAR
90.551
91.880
95.244
103.067
102.638
96.676
5,47
54,59
3,23
132.010
143.351
54.240
63.034
72.087
92.944
5,26
59,85
-5,75
Singapore
69.127
72.260
75.837
75.491
123.911
83.325
4,72
64,57
18,29
Belgium
46.681
43.475
60.931
56.693
47.030
50.962
2,89
67,45
2,32
United Kingdom
53.267
48.258
36.099
31.096
52.217
44.187
2,50
69,96
4,87
Switzerland
34.370
33.562
34.336
32.147
32.207
33.324
1,89
71,84
-1,56
132
1.184
1.323
1.230
1.417
1.057
0,06
71,90
0,00
100,00
9714,56
France
Indonesia (78) Lainnya Dunia
467.923
464.370
469.800
553.519
525.357
496.194
28,10
1.677.273
1.725.851
1.780.795
1.789.019
1.856.842
1.765.956
100,00
Sumber :FAO
Lampiran 20. Nilai Impor Telur Ayam di Sepuluh Negara Importir Terbesar Dunia dan Indonesia, Tahun 2008 - 2012 (000 US$) Negara
Tahun 2008
Germany 604.551 Iraq 190.083 Netherlands 191.524 China 123.906 China, Hong Kong SAR 116.132 Singapore 93.699 France 100.208 Russian Federation 58.262 United Kingdom 104.077 Indonesia (173) 18 Lainnya 938.092 Dunia 2.802.653
2009
2010
798.623 237.469 196.247 130.852 120.847 91.705 115.593 65.874 107.299 52 982.601 3.010.571
835.487 320.632 230.625 138.871 127.871 103.488 86.410 94.074 90.350 162 1.270.354 3.222.835
2011 687.369 292.510 229.820 170.147 156.102 123.733 84.856 125.267 82.671 6 1.039.732 3.326.349
2012 727.837 431.502 270.231 162.607 149.472 112.720 132.837 175.248 124.153 10 1.654.187 3.597.005
Rata-rata 730.773 294.439 223.689 145.277 134.085 105.069 103.981 103.745 101.710 50 1.249.065 3.191.883
Kumulatif Pertumb. Share (%) (%) (%) 22,89 9,22 7,01 4,55 4,20 3,29 3,26 3,25 3,19 0,00 39,13 100,00
22,89 32,12 39,13 43,68 47,88 51,17 54,43 57,68 60,87 60,87 100,00
6,22 24,67 9,30 7,46 6,93 5,35 11,21 32,23 7,24 95,38 18,74 6,45
Sumber : www.fao.org
58
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Outlook Telur 2015«
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
59
» Outlook Telur 2015
60
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian