ANALISIS KINERJA EKSPOR PERIKANAN INDONESIA KE JEPANG DAN AMERIKA SERIKAT TAHUN 1984-2003
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia
Oleh: Heriyanto Prabowo Aji NPM. 6603220325
MAGISTER PERENCANAAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, 2006
LEMBAR PENGESAHAN Nama NPM Judul proposal tesis
Heriyanto Prabowo Aji 6603220325 Analisis Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 19842003
Depok,
3
Januari 2006
Menyetujui :
,.
Pembimbing
(Dr. Arianto A. Patunru)
Mengetahui : Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Ketua,
(DR. B. Raksaka Mahi) NIP. 131.923.199
ABSTRAK
Heriyanto Prabowo Aji (6603220325) Analisis Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 1984-2003 Tesis ini mencoba untuk mengungkap bagaimana kinerja ekspor serta faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat. Kinerja ekspor didekati dengan analisa Constant Market Share, sedangkan faktor determinan dengan adaptasi J
model Catao-Falcetti (1999). Ekspor ke Jepang pada 10 tahun pertama observasi (1984-1993) mengalami kenaikan yang didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang.
Sedangkan
peningkatan
ekspor
ke
AS
lebih
banyak
disebabkan oleh efek daya saing komoditi ekspor perikanan Indonesia. Pada 10 tahun ke dua (1994-2003) ekspor ke Jepang mengalami penurunan yang juga didorong oleh efek pertumbuhan pasar Jepang. Sebaliknya
ekspor
ke
AS
mengalami
peningkatan
karena
efek
pertumbuhan pasar AS. Untuk faktor determinan, dari sisi permintaan ekspor harga ekspor relatif dan pendapatan mitra dagang signifikan mempengaruhi permintaan ekspor perikanan Indonesia dari AS. Permintaan ekspor dari Jepang signifikan dipengaruhi oleh pendapatan Jepang. Harga ekspor relatif berhubungan negatif sedangkan
pendapatan mitra
dagang berhubungan positif dengan permintaan ekspor. Dari sisi penawaran ekspor: harga relatif, kapasitas produksi domestik dan konsumsi domestik signifikan mempengaruhi penawaran ekspor perikanan Indonesia. Sedangkan ketidakpastian nilai tukar tidak signifikan mempengaruhi penawaran ekspor perikanan ke Jepang dan ke AS. Harga relatif dan kapasitas produksi domestik berhubungan positif. Seballknya konsumsi domestik berhubungan negatif dengan penawaran ekspor perikanan Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji syukur diserukan kepada Allah pencipta semesta alam, karena hanya dengan berkat, rahmat serta karunia-Nya maka tesis dengan judul "Analisis Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat Tahun 1984-2003" ini dapat paripurna. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan/ studi pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Disadari pula bahwa penyelesaian tesis ini tidak lepas dari bimbingan, dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Maka tidaklah berlebihan bila disampaikan rasa terima kasih mendalam kepada : 1. Bapak Dr. Arianto A. Patunru selaku dosen pembimbing atas kesediaan meluangkan waktu dan pemikiran dalam memberikan bimbingan dan pengarahan dengan ikhlas, teliti dan sabar. 2. Bapak Dr. B. Raksaka Mahi selaku ketua Program Studi Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. 3. Tim Dosen Penguji atas kesediaannya menjadi dosen penguji. 4. Rekan-rekan mahasiswa MPKP yang banyak memberi support bantuan dan kerjasamanya. 5. The most important dan unforgettable, istriku Dhita Valiandra Dewi dan "si kecil" Jonathan Aditya Vandra atas pengertian, dorongan
spirit dan ketulusannya. Dengan segala kerendahan hati disadari bahwasanya tesis inl masih mempunyai kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun besar harapan bahwa tesis ini masih dapat memberikan manfaat.
cJCeriyanto P ~
11
DAFTAR lSI
Halaman ABSTRAK
Ill ••••••••••••••••••••• I
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
i
KATA PENGANTAR .............................................................. .........ii DAFTAR lSI ..............
I
•• I
••••• I
•••• I
I
I
I
•••• I
I
•••• I
••• I
••••••••• I
I
I
I. I
•••••• I
I
I
I
•••••••
iii
DAFTAR TABEL .............................................................. .............v DAFTAR GRAFIK .............................................................. ...........vi
BAB I
.......................................................... 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
.............................................................. ..... 1 ............................................................ 5
1.2. Perumusan Masalah
1.3. Tujuan .............................................................. ................. 6
1.4. Metodologi
.............................................................. ........... 6 ......................... 6
1.4.1. Analisis Constant Market Share (CMS)
.................................................. 7
1.4.2. Model Ekonometrika
~··~·~~··~···~··~~~··~···~··~~·~·~··~·~························~··· 7 1.6. Sistematika Penulisan .......................................................... 8
1.51 Ruang Lingkup
BAB II TEORI PERDAGANGAN DAN MODEL PENELITIAN EMPIRIS
......
I I I I I I •• I I I I I I l l I I I I ••• I
•• I
I
• • • • • • • • • I I I l l •• I I I I I • • • • • • • • • • • • 11111111111
10
2.1. Teori Perdagangan ............................................................. 10 2.1.1. Merkantilisme ~··Ill 2 .1. 2. Absolute Advantage
I
•••••••••••••
I
•• I
••• I
~·
•••••••
~····
•••••••••••••••• I
••
~·~····~··~········~~ 11
••••• I
••••••••••• I
••••••
12
2.1.3. Comparative advantage (Teori Ricardian) ..................... 12 2.1.4. Factor Endowment ······~·· ~·· ....... ~······ ····~· ~· ~· ............... 13 2.1.5. Teori Ekonomi Skala (Economics of Scale) .................. 15 2.2. Model Penelitian Empiris ..
I. I
•••••••••••••••••••••••••••••••• I
•••••••••••••••
16
BAB III METODOLOGI DAN SPESIFIKASI MODEL .................. 19 3.1. Analisis Constant Market Share (CMS) .................................. 19 3.2. Spesifikasi Model ....
I
••
~··
I
•••••••••••••••••
~·············
•••••••••••••••••••••
20
Metode Estimasi ·····~······~·················································· 22 3.4. Operasionalisasi Varia bel ..................................................... 23 3.31
lll
BAB IV DESKRIPSI PERIKANAN INDONESIA ......................... 25
4.1. Gamba ran Umum Perikanan Indonesia
.............................. 25
................................ ......... .".... 27
4.2. Ekspor Perikanan Indonesia
4.3. Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang ................................ . 31 4.4. Ekspor Perikanan Indonesia ke AS
................................ ...... 34
4.5. Perkembangan Impor Perikanan Jepang ............................... 36 4.6. Perkembangan Impor Perikanan Amerika Serikat ................... 37 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................ ..... 39 5.1. Kinerja Ekspor
............................... ............................... .... 39
5.1.1. Kinerja Ekspor ke Jepang
................................ ............... 42
5.1.2. Kinerja Ekspor ke AS 5.2. Faktor Determinan
................................ ......... 39
............................... ............................. 44
5.2.1. Estimasi Faktor Determinan Ekspor ke Jepang ............. 44 5.2.2. Estimasi Faktor Determinan Ekspor ke AS ................... 46 5.2.3. Analisis Ekonomi
............................... ...................... 48
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
................................ ......... 55
6.1. Kesimpulan ............................... ............................... ......... 55 6.2. Saran
............................... ............................... ................ 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPI RAN
lV
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I-1.
Nilai Ekspor Perikanan Dunia (US$ 1000) ........................... 3
I-2.
Nilai Impor Perikanan Dunia (US$ 1000) ............................ 4
I-3.
Nama dan Deskripsi Komoditi Perikanan sesuai SITC ............ 7
IV-1. Komoditi Ekspor Utama Perikanan Indonesia ..................... 25 IV-2. Jumlah Kapal berdasarkan Kategori (unit)
....................... 26
IV-3. Jumlah Nelayan Indonesia Berdasarkan Kategori (orang) .... 27 V.l.
Hasil Perhitungan CMS
.................................................. 39
V.2.
Hasil Perhitungan CMS
................................................. 42
v
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 11-1.
Model Heckscher-Ohlin ................................................. 14
IV-1.
Nilai ekspor berdasarkan Tujuan .................................... 28
IV-2.
Persentase Nilai Ekspor Berdasarkan Tujuan ................... 29
IV-3.
Nilai Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi
IV-4.
Persentase Nilai Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi ........ 31
IV-5.
Nilai Ekspor ke Jepang Berdasarkan Jenis Komoditi
IV-6.
Persentase Ekspor ke Jepang Berdasarkan Komoditi ........ 33
IV-7.
Nilai Ekspor ke Amerika Serikat Berdasarkan Komoditi ...... 34
IV-8.
Persentase Ekspor ke AS Berdasarkan Komoditi .............. 35
IV-9.
Nilai Impor Perikanan Jepang
IV-10.
Nilai Impor Perikanan Am erika Serikat ........................... 37
Vl
........................ 30
......... 32
....................................... 36
Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas lautan 5,8 juta km 2 atau sekitar 70°/o dari luas total Indonesia. Potensi tersebut tercermin dengan besarnya keanekaragaman hayati, potensi budidaya perikanan pantai dan laut serta pariwisata bahari (Budiharsono, 2001). Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Perikanan Laut (1998) melaporkan
bahwa
potensi
lestari
sumberdaya
perikanan
laut
Indonesia adalah sebesar 6.167. 940 ton per tahun dengan porsi terbesar dari jenis ikan pelagis kecil yaitu sebesar 3.235.500 ton per tahun atau sebesar 52.54%. Jenis ikan demersal 1.786.350 ton per tahun atau sebesar 28.96% dan perikanan pelagis besar sebesar
975.050 ton atau sebesar 15.81%. Komoditi perikanan yang bernilai tinggi lainnya, seperti udang, kepiting bakau dan rajungan, dapat ditemukan di seluruh perairan Indonesia (Budiharsono, 2001). Selain ikan, jenis-jenis rumput laut yang dapat dimanfaatkan baik untuk makanan, kosmetika maupun obat-obatan banyak ditemui hampir di seluruh perairan Indonesia. Potensi lahan untuk budJdaya rum put Iaut mencapai 260.700 hektar yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi lahan untuk pengembangan tambak mencapai 830.200 hektar dengan 580.000 hektar berada di Irian Jaya. Komoditi yang saat ini banyak dibudidayakan adalah udang dan bandeng. Sedangkan untuk budidaya laut, areal yang dapat dikembangkan masih sangat luas. Komoditi perikanan yang dikembangkan saat ini adalah mutiara, kerang-kerangan, kerapu, teripang dan lain sebagainya. Besarnya potensi kelautan dan perikanan tersebut jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik seharusnya bisa menjadi kontributor
1
Pendahu/uan
bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, apalagi kebanyakan hasilhasil laut Indonesia
meru~akan
komoditi ekspor. Sebagai negara
agraris dan maritim Indonesia bisa dikatakan mempunyai keunggulan komparatif (comparative advantage) dibandingkan negara-negara lain. Keunggulan komparatif tersebut merupakan fundamental ekonomi yang perlu didayagunakan melalui pembangunan ekonomi sehingga menjadi keunggulan bersaing (competitive advantage). Dengan begitu perekonomian yang dikembangkan di Indonesia memiliki landasan yang kokoh karena berpijak pada. sumberdaya domestik, memiliki kemampuan bersaing dan berdayaguna bagi seluruh rakyat Indonesia. Meski demikian disadari bahwa pada masa lalu subsektor perikanan dipandang sebelah mata oleh banyak pihak, bukan karena ketidakmampuan
subsektor
ini
dalam
memberikan
sumbangan
terhadap ekonomi nasional, melainkan karena kurangnya dan
political
will
dari
pemerintah.
Pada
masa
lalu
pe~hatian
orientasi
pembangunan lebih pada daratan, pemerintah lebih memperhatikan eksploitasi sumberdaya daratan. Di negara-negara seperti Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan dan Norwegia, subsektor perikanan memberikan kontribusi pada perekonomian nasionalnya sekitar 30°/o. Padahal secara geografis kawasan laut yang dimiliki beberapa negara tersebut jauh lebih kecil dibandingkan kawasan laut Indonesia. Dalam konteks inilah potensi perikanan dan kelautan Indonesia selayaknya menjadi komitmen pemerintah pusat dan daerah untuk dimanfaatkan, dikelola
dan
dikembangkan,
sehingga
bisa
menjadi
penggerak
perekonomian nasional. Terlebih
lagi
dengan
dicanangkannya
RPPK
(Revitalisasi
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan) oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 di Jatiluhur, Purwakarta. Tujuan RPPK adalah untuk menggiatkan kembali kegiatan ekonomi dalam sektor pertanian, perikanan dan kehutanan yang kurang tergarap dengan optimal tersebut. Ada enam kegiatan yang menjadi fokus, yaitu (1) revitalisasi bidang ketahanan pangan, (2) kesempatan usaha dan pertumbuhan, (3) produk ekspor, (4) pengembangan produk baru,
2
Pendahuluan
.(5) partisipasi kelompok masyarakat dan (6) revitalisasi sumberdaya manusia bidang pertanian . Nilai ekspor dunia komoditi perikanan cenderung meningkat dari tahun 2001 sebesar US$ 48,535 milyar sampai dengan tahun 2003 sebesar US$ 54,824 milyar. (Tabel I-1) Tabel I-1. Nilai Ekspor Perikanan Dunia (US$ 1000)
1
Thailand
4 .034.761
China
4.480.132
China
5.236.8 29
2
China
3. 996.461
Thailand
3.676.427
Thailand
3.902.684
3
Norway
3.285.494
Norway
3.442.430
Norway
3.520.38 6
4
USA
3 .206.699
USA
3.134.510
USA
3.283.013
5
Canada
2 .789.302
Canada
3.066.779
Canada
3.274.933
6
Denmark
2.015 .886
Denmark
2.067.066
Denmark
2.336.535
7
Spain
1.856.351
VietNam
2.030.535
Spain
2 .325.957
8
VietNam
1.803.565
Spain
1.936.172
VietNam
2.029.800
9
Chile
1.629.931
Chile
1.542.966
Netherlands
1.810.334
1.491.330
Chile
1.771.728
10
1.537.889
11
Netherlands
1.407.568
Netherlands
1.448.996
1.551.502
12
India
1.237.175
India
1.410.295
U. Kingdom
1.445.740
13
Korea
1.139. 666
Iceland
1.182.522
India
1.306.537
14
Iceland
1.096.234
U. Kingdom
1.109.022
Iceland
1.277.118
15
U. Kingdom
1.064.625
France
1.050.629
France
1.275.045
Sumber : UNSD Comtrade Database Dalam pasar internasional tidak ada dominasi suatu negara pada ekspor perikanan . Pada tahun 2001 eksportir perikanan terbesar dunia adalah Thailand dengan nilai ekspor sebesar US$ 4,034 milyar, kemudian Cina sebesar US$ 3,996 milyar. Sedangkan Indonesia pada tahun yang sama menempati posisi 10 besar dunia dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,532 milyar. Tahun 2003 eksportir terbesar dunia adalah Cina dengan nilai ekspor
sebesar
US$
5,236
milyar
kemudian
Thailand
sebesar
US$ 3,902 m ilyar. Pada tahun yang sama Indonesia menduduki poslsl 11 negara terbesar dalam nilai ekspor perikanan di dunia, dengan total 1
http :/www .unstats.un.org/unsdjcomtrade
3
Pendahuluan
nilai ekspor sebesar US$ 1,49 m ilyar. Walaupun demikian pula nilai ekspor perikanan Indonesia, dari tahun 2001 sampai tahun 2003 cenderung meningkat. Nilai ekspor perikanan tahun 2001 sebesar US$ 1,32 milyar sedangkan tahun 2003 sebesar US$ 1,546 milyar. Jika dari sisi ekspor tidak terdapat dominasi, sebaliknya dari sisi impor, Jepang dan Amerika merupakan dua negara yang melakukan impor perikanan terbesar di dunia. Nilai impor Jepang tahun 2003 sebesar US$ 12,753 milyar, kemudian Amerika sebesar US$ 11,588 milyar pada tahun yang sama. {'!ilai total impor perikanan dunla cenderung meningkat dari tahun 2001 sebesar US$ 56,293 milyar menjadi sebesar US$ 62,763 milyar pada tahun 2003. (Tabel I-2) Tabel I-2. Nilai Impor Perikanan Dunia (US$ 1000) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Japan USA Spain France Italy Germany
I
U. Kingdom Hong Kong Korea China Canada Denmark Belgium Netherlands Portugal
13.394.308 Japan 10.279.170 USA 3.866.402 Spain 2.992 .040 France 2 .715.313 Italy 2.383.844 Germany 2.084.050 U. Kingdom 1. 764.966 Korea 1.585.244 Hong Kong 1.319.018 China 1.304.781 Canada 1.217.146 Denmark 1.049.219 Belgium 1.023.402 Portugal 957.250 Netherlands
13.255.867 10.571.715 3 .986.138 3.142.474 2.885.019 2.254.658 2 .151.866 1.819.840 1.768.939 1.558.429 1.286.959 1.222.953 1.106.337 964.778
Japan USA Spain France Italy Germany U. Kingdom Korea China Hong Kong Denmark Belgium Canada Netherlands Portugal
12.753.359 11.588.125 5.031.572 3.696.553 3.496.471 2.502.584 2.358.605 1.900.331 1.860.986 1.748.985 1 .398.782 1.396.996 1.362.381 1.181.721 1.129.520
Besarnya nilai impor dunia secara tidak langsung bisa menjadi indikator besarnya peluang pasar komoditi perikanan . Kecenderungan meningkatnya nilai impor dunia menunjukkan adanya kecenderungan menlngkatnya peluang pasar dunla darl komodltl perlkanan . Nilai impor perikanan Indonesia sangat kecil bila dibandingkan dengan nilai ekspor perikahan Indonesia. Tahun 2003 nilai impor
4
Pendahuluan
Indonesia sebesar US$ 0,033 milyar, sedangkan nilai ekspor Indonesia pada tahun yang sama sebesar US$ 1,546 milyar. Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki surplus dalam perdagangan internasional komoditi perikanan. Fenomena-fenomena tersebut, besarnya potensi perikanan dan kelautan
yang
dimiliki Indonesia,
kondisi
pasar ekspor,
adanya
kecenderungan peningkatan peluang pasar dunia komoditi perikanan dan
surplus
perdagangan
Indonesia
dalam
komoditi
hasil-hasil
perikanan; sewajarnya bisa menja_di pendorong atau motivasi bagi pemerintah Indonesia untuk lebih meningkatkan pembangunan dan pengembangan subsektor perikanan,
agar subsektor ini
mampu
menjadi pendukung perekonomian nasional. Kebijakan pembangunan dan
pengembangan subsektor perikanan selain diarahkan untuk
mendukung perekonomian domestik hendaknya juga diarahkan pada peningkatan kinerja ekspor komoditi ekspor perikanan Indonesia di pasar dunia agar dapat meningkatkan kontribusi pada perolehan devisa nasional. Sebagai langkah awal, dapat dilakukan dengan mengkaji kinerja ekspor perikanan Indonesia serta menganalisa faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi ekspor Indonesia. Dalam konteks tersebutlah penelitian ini dilakukan dan ditujukan, yaitu untuk melakukan analisa terhadap kinerja
ekspor dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh (determinan) terhadap ekspor perikanan Indonesia. J
Analisa kinerja ekspor dan faktor-faktor determinan ekspor perikanan Indonesia dilakukan terhadap produk perikanan yang dalam kriteria Standard International Trading Classification (SITC) termasuk dalam SITC 03 (ikan, krustasea dan moluska). Keterangan terperinci mengenai komoditi dan klasifikasinya menurut SITC tercantum dalam subbab ruang lingkup. Sedangkan pasar yang diamati adalah pasar Jepang dan Amerika karena dominasinya dalam besarnya nilai impor.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang diajukan dan dicoba untuk dijawab adalah sebagai berikut :
5
Pendahuluan
1. Bagaimana kinerja ekspor perikanan Indonesia di pasar Jepang dan Am erika. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor pertkanan Indonesia di pasar Jepang dan Amerika.
1.3. Tujuan Penelitian ini bermaksud untuk mengkaji kinerja ekspor dan menganalisa
faktor-faktor yang
mempengaruhi
besarnya
ekspor
perikanan Indonesia dengan menggunakan analisa constant market share (CMS) dan model regresi. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Melakukan analisa terhadap kinerja ekspor perikanan Indonesia di pasar Jepang dan Amerika. 2. Melakukan identifikasi dan analisa terhadap faktor-faktor yang mungkin mempengaruhij ekspor perikanan Indonesia di pasar Jepang dan Amerika. 1.4. Metodologi
1.4.1. Analisis Constant Market Share (CMS) Analisis terhadap kinerja ekspor perikanan Indonesia dilakukan dengan alat analisis Constant Market Share (CMS) sehingga mampu untuk melihat perubahan ekspor perikanan dari sisi/efek pertumbuhan pasar, distribusi pasar dan efek daya saing (competitiveness) (Arshad, 1997). Kinerja dalam penelitian ini dilihat dari sisi prestasi ekspor Indonesia, peningkatan ekspor dianggap sebagai indikasi adanya kinerja positif (meningkat). Sebaliknya penurunan ekspor dianggap sebagai indikasi kinerja negatif (menurun). CMS merupakan metode yang populer dan bernilai sebagai alat analisa untuk menjelaskan kinerja atau daya saing ekspor suatu negara, selain itu metode ini mampu menyediakan kerangka kerja yang konsisten dimana kinerja ekspor suatu komoditi atau negara pada suatu pasar tertentu dlujl lewat waktu (Arshad, 1997). Kelemahan metode ini adalah metode ini tidak memiliki basis stochastic dan tidak bisa digunakan untuk memperoleh pernyataan probabilitas tentang daya saing ekspor di masa mendatang (Arshad, 6
Pendahuluan
1997). Formulasi dan penjelasan lebih rinci mengenai CMS tersaji dalam Bab Metodologi dan Spesifikasi Model. 1.4.2. Model Ekonometrika Model ekonometrika /yang diaplikasikan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari model Catao-Falcetti (Catao dan Falcetti, 1999) yang telah disesuaikan dengan ketersediaan data dan kondisi perekonomian Indonesia. Catao-Falcetti menggunakan model ini untuk menganalisa ekspor dari Argentina. Penjelasan lebih rinci mengenai model
ini
dan
operasionalisasi
variabel-variabel
yang
digunakan
tercantum dalam Bab Metodologi dan Spesifikasi Model. 1.5. Ruang Lingkup
Data yang digunakan merupakan data sekunder. Periode waktu analisa karena keterbatasan data yang ada, dimulai dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2003. Komoditi perikanan dalam klasifikasi SITC termasuk dalam kategori SITC 03 (ikan, krustasea dan moluska). Selanjutnya diperinci lagi menjadi 4 kelompok yaitu SITC 034 (ikan segar, didinginkan atau dibekukan), SITC 035 (ikan kering, digarami atau diasap), SITC 036 (krustacea, moluska dll) serta SITC 037 (ikan olahan). Yang termasuk dalam kelompok krustacea adalah udang, kepiting dan rajungan. Sedangkan moluska terdiri dari cumi-cumi dan kerang. Secara lengkap penggolongan komoditi perikanan menurut Standard International Trading Classification (SITC) adalah sbb : Tabel I-3. Nama dan Deskripsi Komoditi Perikanan sesuai SITC. Kode
Keterangan
SITC 0 03
034 035
Name Description Name Description
: : : :
Name Description Name Description
: : : :
FOOD AND LIVE ANIMALS Food and live animals FISH,CRUSTACEANS,MOLLUSC Fish (not marine mammals), crustaceans, molluscs and aquatic invertebrates, and preparations thereof FISH,FRESH,CHILLED,FROZN Fish, fresh (live or dead), chilled or frozen FISH,DRIED,SALTED,SMOKED Fish, dried salted or in brine; smoked fish
7
Pendahuluan
(whether or not cooked before or during the smoking process); flours, meals and pellets of fish, fit for human consumption Name ·: CRUSTACEANS,MOLLUSCS ETC 036 Description : Crustaceans, molluscs and aquatic invertebrates, whether in shell or not, fresh (live or dead), chilled, frozen, dried, salted or in brine; crustaceans, in shell, cooked by steaming or boiling in water, whether or not chilled, frozen, dried, salted or in brine; flours, meals and pellets of crustaceans or of aquatic invertebrates fit for human consumption 037 Name : FISH ETC.PREPD,PRSVD.NES Description : Fish, crustaceans, molluscs and other aquatic invertebrates, prepared or preserved, n.e.s. Sumber : UNSD COMTRADE Database. Pasar ekspor yang dianalisa dalam penelitian ini adalah pasar Jepang dan Amerika, karena kedua negara ini merupakan dua negara pengimpor komoditi perikanan terbesar dan dominan di dunia serta merupakan pasar ekspor perikanan Indonesia terbesar. 1.6. Sistematika Penulisan
Tesis ini akan terdiri dari beberapa bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I
Pendahuluan Terdiri dari subbab Latar Belakang yang menguraikan Jatar belakang permasalahan yang diangkat; subbab Perumusan Masalah; subbab Tujuan Penelitian berisi tentang tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini; subbab Metodologi yang berisi uraian singkat metode dan model yang digunakan dalam penelitian
ini;
sub
Ruang
Lingkup
berisi
batasan
dari
penelitian; dan terakhir adalah subbab Sistematika Penulisan. Bab II
Teori Perdagangan dan Model Penelitian Empiris Terdiri dari subbab Teori Perdagangan yang menguraikan beberapa teori perdagangan yang ada; dan subbab Model Penelitian Emplris yang menguralkan hasil penelitian yang pernah dilakukan.
8
Pendahuluan Bab III Metodologi dan Spesifikasi Model Terdiri dari subbab Constant Market Share berisi uraian alat analisis Constant Market Share; dan subbab Spesifikasi Model yang menguraikan tentang model yang digunakan, variabelvariabelnya serta pendekatan data yang digunakan. Bab IV Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia Pada bab ini disajikan uraian mengenai perkembangan dan komposisi
ekspor
perikanan
Indonesia
selama
periode
penelitian. Bab V
Hasil dan Pembahasan Terdiri dari subbab Analisis Kinerja Ekspor Perikanan yang menguraikan tentang hasil analisis dan pembahasannya; serta subbab Analisis Faktor Determinan yang berisi hasil analisis dan pembahasan faktor-faktor determinan ekspor.
Bab VI Kesimpulan dan Saran Terdiri dari sub bab Kesimpulan yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari analisis dan pembahasan; dan subbab saran.
9
Teori Perdagangan dan Model Pene/itian Empiris
BAB II TEORI PERDAGANGAN DAN MODEL PENELITIAN EMPIRIS
2.1. Teori Perdagangan
Negara terlibat dalam perdagangan didorong oleh 2 alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. Negara dapat memperoleh manfaat dari perbedaan ini dengan melakukan hal-hal yang dapat dilakukan dengan relatif lebih I
baik. Kedua, negara-negara berdagang untuk mencapai ekonomi skala dalam berproduksi. Artinya, jika tiap negara hanya memproduksi sejumlah barang tertentu, maka produksi tersebut dapat dilakukan pada skala yang lebih besar sehingga akan lebih efisien dibandingkan jika tiap negara memproduksi segala barang kebutuhannya masingmasing (Krugman dan Obstfeld, 2000). Dalam dunia nyata, pola perdagangan dunia mencerminkan interaksi dari kedua motivasi inl. Ada beberapa pengaruh positif yang diperoleh jika suatu negara melakukan ekspor dan impor. Perdagangan bisa menjadi faktor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, serta menyediakan akses ke sumberdaya yang langka dan pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor, yang jika tidak tersedia, maka negara-negara miskin tidak mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomiannya'(Todaro 2000). Penjelasan teoritis mengenai perdagangan internasional telah banyak dikembangkan oleh para ahli ekonomi. Mulai dari teori klasik hingga teori modern. Teori klasik yang umum dikenal adalah teori
absolute advantage dari Adam Smith, teori comparative advantage dari David Ricardo. Sedangkan teori modern contohnya adalah teorl Hecksher-Ohlin (Tambunan, 2001). Teori-teori yang dikembangkan pada dasarnya merupakan upaya untuk menjelaskan tiga hal pokok, yaitu (1) alasan suatu negara melakukan perdagangan dan pola
10
Teori Perdagangan dan Model Penelitian Empiris
perdagangan
yang
terjadi,
(2)
keuntungan
atau
manfaat dari
perdagangan, dan (3) optimalisasi sumberdaya melalui perdagangan. 2.1.1. Merkantilisme Merkantilis mengukur kesejahteraan nasional dengan stok emas dan perak yang dimiliki. Kebijakan untuk mengumpulkan logam mulia berharga ini disebut sebagai bullionisme. Pada periode awal, filosofi bullionisme diterjemahkan sebagai mendorong impor logam mulia dan melarang ekspor logam mulia. Kebijakan ini kemudian bergeser menjadi
regulasi
perdagangan
international,
dengan
penekanan
perlunya suatu negara untuk memperoleh logam berharga yang melimpah. maksimal
Untuk tujuan barang
yang
itu
negara
diproduksinya
harus dan
m~ngekspor
secara
mengimpor sesedikit
mungkin dari negara lain. Kelebihan ekspor ini akan dibayar dalam bentuk emas dan perak. Dalam berbagai kesempatan, ahli-ahli ekonomi merkantilis menyarankan kebijakan konhol pemerintah yang ketat atas berbagai kegiatan ekonomi dan mengajarkan ekonomi nasionalisme, karena mereka percaya bahwa suatu negara dapat memperoleh manfaat dalam perdagangan hanya dengan biaya (kerugian) dari negara lain. Dengan kata lain ahli merkantilis memandang perdagangan sebagai zero sum game. Thomas Munn (1571-1641), tokoh teori ini menulis, bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan nasional, Inggris harus menjual kepada negara lain lebih banyak daripada yang dibelinya dari negara lain. Oleh karena itu warga negara harus menanami tanah-tanah yang tidak digunakan, mengurangi konsumsi barang impor, hemat dalam penggunaan sumberdaya alam supaya bisa diekspor dan mendtrikan industri domestik untuk pemenuhan kebutuhan internal. Ditambahkan bahwa
pemerintah
kebijakan
dapat mengambil peran
menghambat/melarang
dengan
menerapkan
impor dan memberikan subsidi
ekspor guna mendukung ekspor (Sung Cho dan Chang Moon, 2000).
11
1'eori Perdagangan dan Model Penelitian Empiris
2.1.2. Absolute Advantage Kelemahan utama dari merkantilisme adalah pandangannya terhadap perdagangan sebagai zero-sum game, surplus perdagangan suatu negara diimbangi oleh defisit perdagangan negara lain, sebagai pihak yang dirugikan. Sebaliknya menurut Adam Smith perdagangan merupakan positive-sum game, dimana semua mitra yang berdagang bersama-sama dapat memetlk keuntungan/manfaat dari perdagangan. Menurut Smith, perdagangan antara dua negara didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika satu negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dalam memproduksi suatu komoditi daripada negara lain tetapi kurang efisien (memiliki absolute disadvantage) dalam memproduksi komoditi lain, maka kedua negara dapat memperoleh manfaat bila masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang
memiliki absolute advantage
kemudian melakukan perdagangan sebagian dari produksinya dengan komoditi yang mana negara tersebut memiliki absolute disadvantage (Salvatore, 1998). Dengan melakukan spesialisasi maka sumberdaya yang ada akan diutilisasi dengan cara yang paling efisien dan
o~tput
total kedua 2 komoditi akan meningkat. Peningkatan output ini menjadi ukuran bagi manfaat spesialisasi yang akan terdistribusi di antara kedua negara melalui perdagangan. Jika merkantilis percaya bahwa suatu negara memperoleh manfaat atas kerugian negara lain dan menyarankan kontrol ketat dari pemerintah terhadap semua kegiatan ekonomi dan perdagangan, maka Adam Smith percaya bahwa semua negara dapat memperoleh manfaat dari perdagangan bebas dan menyarankan kebijakan laissezfaire (yaitu, campur tangan pemerintah seminimal mungkln dalam sistem ekonomi atau perdagangan). 2.1.3. Comparative Advantage (Teori Ricardian) Masalah dalam teori keunggulan absolut adalah bila suatu negara memiliki keunggulan absolut dalam kedua komodltl. Menurut
2
Dalam model Adam Smith dan David Ricardo diasumslkan komoditl yang diproduksi hanya 2 dan hanya ada 2 negara dalam perekonomian.
12
1'eori Perdagangan dan Model Penelitian Empiris
Smith negara superior seperti itu mungkin tidak memperoleh manfaat dari perdagangan internasional, sehingga perdagangan mungkin tidak akan terjadi. Sebaliknya menurut David Ricardo, meskipun satu negara kurang efisien (memiliki absolute disadvantage) dibanding negara lain dalam produksi kedua komoditi, masih ada dasar bagi adanya hubungan dagang yang bersifat mutual. Oleh sebab itu, negara yang superior sebaiknya melakukan spesialisasi pada komoditi yang mana negara tersebut memiliki absolute advantage paling tinggi, sedangkan negara inferior sebaiknya berspesialisasi pada komoditi yang mana negara tersebut memiliki absolute disadvantage paling kecil. Aturan inilah yang dikenal sebagai teori comparative advantage. Model Ricardian mampu menerangkan dengan baik alasan mengapa perdagangan dapat terjadi, meskipun tidak dengan lengkap. Ada dua masalah utama yang berkaitan dengan model ini. Pertama model Ricardian yang simpel memprediksi adanya tingkat spesialisasi yang tinggi, padahal pada kenyataannya negara-negara memproduksi tidak hanya satu melainkan banyak barang. Kedua, model ini mampu menerangkan tingkat
perdagangan
produktivitas
antara
berdasarkan
pada
negara-negara,
perbedaan tetapi
tidak
dalam dapat
menerangkan mengapa perbedaan tersebut terjadi. 2 .1. 4. Factor Endowments
Kelemahan
teori
comparative
advantage
diperbaiki
oleh
Heckscher dan Ohlin, ahli ekonomi Swedia, dengan argumentasi bahwa comparative adavantage timbul dari perbedaan dalam kelimpahan faktor (factor endowment). Model H-0 menyatakan bahwa suatu negara
akan
memiliki
comparative
advantage
(sehingga
akan
mengekspor) komoditi yang membutuhkan penggunaan intensif faktor produksi yang dimiliki negara tersebut dengan relatif melimpah dan murah, sebaliknya akan memiliki comparative disadvantage (sehingga I
akan mengimpor) komoditi yang membutuhkan penggunaan lntensif faktor produksi yang relatif langka dan mahal. Logikanya bahwa makin melimpah
suatu
faktor,
biayanya
akan
semakin
murah
untuk
13
J'eori Perdagangan dan Model Penelitian t:mpiris
melakukan utilisasi atas faktor tersebut. Oleh sebab itu, perbedaan dalam factor endowment negara-negara dapat menjelaskan perbedaan struktur biaya produksi antar negara, yang selanjutnya menyebabkan adanya perbedaan comparative advantage antar negara. Teorema H-0 mengisolasi perbedaan relatif kelimpahan faktor di antara
negara-negara
sebagai
penyebab dasar atau determinan
keunggulan komparatif dan perdagangan internasional. Untuk alasan ini teori H-0 sering disebut sebagai teori proporsi faktor (factor proportions) atau teori kelimpahan faktor (factor endowment). Yaitu
tiap negara akan melakukan spesialisasi dan mengekspor komoditi yang
inte:-~sif
akan faktor produksi yang relatif melimpah dan murah
serta mengimpor komoditi yang intensif akan faktor produksi yang relatif langka dan mahal. Gambar II-1. Model Heckscher-Ohlin y
Neg'lra 1
L____________ -·---·-···--·- '"' ' X Teori H-0 dapat diilustrasikan dengan gambar 1 di atas. Seperti terlihat, batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) negara 1 melengkung sepanjang sumbu X, karena komoditi X adalah komoditi intensif tenaga kerja, dan negara 1 melimpah dengan tenaga kerja. Sedangkan batas produksl negara 2 melengkung sepanjang sumbu Y, karena komoditi Y intensif kapital, dan negara 2 melimpah faktor kapital. Kedua negara mempunyai indifferent curve yang sama
14
Teori Perdagangan dan Model Penelitian Hmpiris
(IC I) karena memiliki selera yang sama (asumsi model H-0). Tanpa perdagangan negara 1 akan berproduksi pada titik A, sedangkan negara 2 berproduksi pada titik A'. Dengan adanya perdagangan, karena negara 1 memiliki comparative advantage pada komoditi X, maka
negara
tersebut
akan
melakukan
spesialisasi,
sehingga
berproduksi pada titik B. Demikian juga dengan negara 2 akan berspesialisasi pada komoditi Y dan berproduksi pada titik B'. Selanjutnya, negara 1 akan menukarkan sebagian komoditi X yang diproduksi dengan komoditi Y, sehingga mencapai konsumsi pada titik E. Sebaliknya negara 2 akan menukarkan komoditi Y yang diproduksinya dengan komoditi X dan mencapai konsumsi pada titik E'. Sehingga
kedua
negara
sama-sama
memperoleh
manfaat
dari
I
perdagangan dan spesialisasi yang dilakukan, karena mempunyai titik konsumsi pada kurva IC II yang lebih tinggi daripada kurva IC I. 2.1. 5. Teori Ekonomi Skala (Economies of Scale) Salah satu asumsi teori Heckscher-Ohlin adalah bahwa kedua komoditi
diproduksi
dalam
kondisi
skala
pengembalian
konstan
(constant return to scale) dalam kedua negara. Kenyataannya, dalam banyak industri terdapat kondisi ska1a
pengembalian meningkat
(increasing returns to scale). Adanya ekonomi skala bisa menjelaskan pola perdagangan yang tidak bisa dijelaskan oleh model H-0. Oengan increasing returns to scale, keuntungan perdagangan mutual masih bisa terjadl, meskipun kedua negara identik dalam setiap hal yang berkaitan. Inilah tipe perdagangan yang tidak bisa dijelaskan oleh model H-0. Misalkan ada dua negara (AS dan Jepang) dan ada dua jenis mobil yang diproduksi (mobrl besar dan kecil), serta ada permintaan akan kedua jenis mobil tersebut di AS dan Jepang. Jika ada ekonomi skala, akan lebih menguntungkan bagi kedua negara untuk melakukan spesialisasi
dalam
produksi
salah
satu
jenis
mobil,
daripada
memproduksi kedua jenis mobil tersebut. Jika terjadi perdagcmgan bebas antara kedua negara, konsumen tiap negara dapat membeli kedua jenis mobil. Ekonomi skala dan perdagangan internasional
15
Teori Perdagangan dan Model Penelitian Empiris
memungkinkan
tiap
negara
memproduksi
bari3ng-barang dengan
tingkat yang lebih efisien, tanpa harus mengorbankan keragaman barang-barang yang brsa dikonsumsi. I
Pada dasarnya terdapat dua jenis perdagangan : perdagangan interindustri dan intraindustri. Perdagangan interindustri merefleksikan
comparative advantage.
Negara-negara
yang
relatif serupa
dan
karenanya memiliki sedikit perbedaan comparative advantage mungkin tidak akan terlibat dalam perdagangan interindustri. Apabila ada dua negara yang memiliki factor endowment yang sama, maka menurut model H-0 tidak akan terjadi perdagangan antar kedua negara. Sedangkan dengan adanya ekonomi skala masih tetap ada manfaat perdagangan dari spesialisasi tiap negara. Perdagangan intraindustri berdasarkan teori ekonomi skala, dapat digunakan untuk rnenjelaskan perdagangan industri manufaktur antara negara-negara maju. Misalnya, Amerika Serikat mengekspor mobil yang diproduksinya tetapi pada saat yang bersamaan, Amerika Serikat juga mengimpor mobil dari negara lain. Kesimpulannya bahwa antara
negara-negara
den9an
factor endowment yang
berbeda,
sebagian besar perdagangan merupakan perdagangan interindustri. Sebaliknya antara negara-negara dengan factor endowment yang hampir serupa sebagian besar perdagangan merupakan perdagangan intraindustri.
2.2. Model Penelitian Empiris Luis Catao dan Elisabetta Falcetti melakukan penelitian tentang ekspor manufaktur Argentina selama periode 1980-1997. Model Catao dan Falcetti untuk hubungan dagang dengan negara-negara anggota MERCOSUR dalam jangka panjang adalah sbb:
x: = ro- r,(l +t")P"%; + rJY; +u, x;' =Po+ p 1 px,- PilLC, + p 3 k,- p 4 aRER, + v, dimana :
xd
=
xs
= penawaran ekspor
permintaan ekspor
16
Teori Perdagangan dan Model Penelitian h:mpiris
Px
=
harga ekspor Argentina netto ( dikurangi tarif, t*)
P*
=
indeks harga luar negeri.
y*
=
pendapatan riil mitra dagang anggota MERCOSUR3
ULC
=
biaya tenaga kerja domestik per unit
K
= stok modal bersih agregat
oRER
=
standar deviasi nilai tukar bilateral antara Argentina dengan negara-negara anggota yang MERCOSUR lain.
Untuk jangka pendek Catao dan Falcetti menggunakan vector error correction model (VECrv'l) sebagai berikut : L1){,
=J1 +
I
+X,_] + r M,_l + LTsb.X,_, + w,
dimana: X =
vektor yang berisi seluruh variabel I(l) yang masuk dalam model vektor konstan
j..l.
=
= vektor variabel eksogen I(O)
w =
vektor yang tidak tergantung secara serial tapi secara kontemporer mungkin berhubungan dengan galat acak. Sedangkan untuk penawaran ekspor Argentina kepada negara-
negara di luar MERCOSUR Catao dan Falcetti menggunakan model berikut:
dimana :
xs
=
penawaran ekspor harga ekspor relatif
c
= =
K
= stok modal bersih agregat
Px
tingkat penyerapan domestik
oRER = standar deviasi nilai tukar bilateral antara Argentina dengan negara-negara anggota yang MERCOSUR lain. Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang maupun jangka pendek, seluruh tanda koefisien sesuai dengan teori. Variabel
3
South American Common Market.
17
Teori Perdagangan dan Model Penelitian Empiris
ketidakpastian
nilai
tukar tidak signifikan, J
menunjukkan
bahwa
pergerakan nilai tukar secara statistik tidak berpengaruh terhadap penawaran ekspor. Dalam jangka pendek, stok modal bersih agregat tidak signifikan, diperkirakan penyebabnya karena peningkatan modal agregat memerlukan waktu yang relatif panjang dalam mempengaruhi ekspor manufaktur.
18
Metodologi dan Spesifikasi Model
BAB III METODOLOGI DAN SPESIFIKASI MODEL
3.1. Analis!s Constant Market Share (CMS)
Secara
ringkas
model
CMS
mendekomposisi
peningkatan/
penurunan ekspor aktual menjadi 3 komponen : efek pertumbuhan pasar, efek distribusi pasar dan efek daya saing (competitiveness). Karenanya pertumbuhan ekspor dapat dianggap bersumber dari faktor struktural dan faktor daya saing. Persamaan identitas CMS untuk suatu perubahan aktual ekspor suatu negara antara dua periode dapat diekspresikan sebagai (Ichikawa, _ _) :
AC dimana:
(a)
(b)
(c)
r
= = =
ri
= tingkat pertumbuhan pasar ekspor komoditi i
0
= =
q qi
1
total ekspor suatu negara ke suatu pasar ekspor komoditi i suatu negara ke suatu pasar tingkat pertumbuhan pasar ekspor
periode awal pengamatan periode akhir pengamatan
Suku pertama (a) dari persamaan sebelah kanan adalah efek pertumbuhan pasar, yang mengukur peningkatan hipotetis ekspor suatu negara jika ekspornya tumbuh pada tingkat yang sama dengan I
peningkatan ekspor dunia (pertumbuhan pasar). Karenanya efek ini dapat dipandang sebagai peningkatan (penurunan) ekspor suatu negara berkaitan dengan ekspansi (kontraksi) perdagangan dunia dengan asumsi bahwa pangsa pasar (share) awal dipertahankan tetap. Sehingga dengan pangsa pasar yang konstan pada suatu pasar tertentu, volume ekspor suatu negara masih dapat meningkat sebagai akibat adanya ekspansi dari ukuran pasar total. Suku kedua (b) adalah efek distribusi pasar, yang mengukur tingkat dimana ekspor suatu negara terkonsentrasi dalam suatu pasar 19
Metodologi dan Spesifikasi Model
yang
permintaannya
tumbuh
lebih
cepat daripada pertumbuhan
permintaan pasar total. Dengan kata lain, pada dua pasar dengan tingkat ekspansi yang tidak sama, kemampuan mempertahankan pangsa pasar konstan tidak menjamin bahwa pangsa pasar secara keseluruhan akan tetap tidak berubah. Karena perubahan kontribusi relatif
dari
peningkatan
pasar
terhadap
pangsa
pasar
secara
keseluruhan mungkin tidak cukup untuk menutup kontribusi relatif dari pasar yang tumbuh lebih lambat. Efek distribusi pasar mencerminkan tingkat dimana ekspor suatu negara terkonsentrasi, apakah pada pasar yang permintaannya tumbuh cepat atau lebih lambat. Nilai positif
(negatif)
efek
distribusi
pasar
berarti
bahwa
ekspor
terkonsentrasi pada pasar yang permintaannya tumbuh lebih cepat (lambat) daripada pertumbuhan permintaan dunia. Suku terakhir (c) adalah efek daya saing, yang mengukur perbedaan
antara
peningkatan
ekspor aktual suatu
negara dan
peningkatan yang akan terjadi bila negara tersebut mempertahankan pangsa pasarnya di pasar yang berkaitan. Nilai positif (negatif) menunjukkan adanya peningkatan (penurunan) daya saing. Analisis CMS merupakan metode yang populer dan bernilai sebagai alat analisa untuk menjelaskan kinerja atau daya saing ekspor suatu negara, selain itu metode ini mampu menyediakan kerangka kerja yang konsisten dimana kinerja ekspor suatu komoditi atau negara pada suatu pasar tertentu diuji lewat waktu. Kelemahan metode ini adalah metode ini tidak memiliki basis
stochastic dan tidak bisa digunakan untuk memperoleh pernyataan probabilitas tentang daya saing ekspor di masa mendatang. 3.2. Spesifikasi Model
Dalam
menganalisa
variabel
variabel
yang
mempengaruhi
(faktor-faktor determinan) ekspor perikanan Indonesia digunakan pendekatan model ekonometrika, dimana hubungan ekonomi yang ingin diketahui, diestimasi menggunakan teknik statistik, kemudian dicocokkan dengan teori dan fakta yang ada. Mode! digunakan sebagai upaya
penyederl:lanaan
dari
suatu
realita
perekonomian
yang
20
Metodologi dan Spesi.fikasi Model
kompleks. Upaya penyederhanaan ini bertujuan untuk menjelaskan, mengendalikan dan mempredlksi kenyataan yang sesungguhnya. Model ekonometrika yang diaplikasikan merupakan modifikasi dari model Catao-Falcetti (Catao dan Falcetti, 1999) yang telah disesuaikan dengan ketersediaan data dan kondisi perekonomian Indonesia. Perbedaan terletak pada variabel-variabel yang digunakan. Modifikasi
dilakukan
dengan
menghilangkan
variabel
tarif pada
persamaan permintaan ekspor. Pada persamaan penawaran ekspor, variabel stok kapital diganti dengan variabel kapasitas produksi domestik dan variabel harga menggunakan variabel harga relatif antara harga ekspor dengan harga domestik, berbeda dengan model J
Catao-Falcetti yang menggunakan Unit Labour Cost (biaya tenaga kerja per unit) untuk variabel harga. Dengan dilakukan
adanya
ha:-~ya
keterbatasan
penelitian,
maka
penelitian
terfokus pada model jangka panjang dan tidak sampai
pada model jangka pendek. Model yang digunakan dalam penelitian ini tersusun atas fungsi-fungsi sebagai berikut : a. Fungsi Per mintaan
Selanjutnya Fungsi Permintaan diubah dalam bentuk logaritma dirumuskan sbb : log xdt
= ao +atlog (pxJpwt) + a2log YWt (-)
(1)
(+)
dimana: xd
=
volume ekspor perikanan Indonesia yang diminta oleh Jepang/AS
yw
= tingkat pendapatan riil Jepang/AS
px
=
harga ekspor perikanan Indonesia
pw
=
harga komoditi perikanan di Jepang/AS
Tanda positif (negatif) dalam kurung berarti bahwa variabel penjelas (explanatory variable) yang berada di atasnya atau yang
21
Metodologi dan Spesifikru·i"Model
bersangkutan diharapkan mempunyai korelasi positif (negatif) dengan variabel yang dijelaskan (explained variable). Oleh karena itu 'v' 1 diharapkan mempunyai nilai negatif, sedangkan a2 dan a3 diharapkan mempunyai nilai positif. b. Fungsi Penawaran
Selanjutnya fungsi penawaran ekspor diubah dalam bentuk logaritma, kecuali variabel nilai tukar riil, dan dirumuskan sbb : log xst = f3o
+
f31log (px/pd)t + f32log kdt + f33log edt + f34ert
(+)
(-)
(+)
(-)
dimana xs
=
kuantitas ekspor perikanan Indonesia yang ditawarkan ke Jepang/AS
px
=
harga ekspor perikanan Indonesia
pd
=
harga domestik perikanan Indonesia
kd
=
kapasitas produksi
cd
=
penyerapan riil dalam negeri
er
=
ketidakpastian nilai tukar
P1
dan
P2
diharapkan mempunyai nilai positif, sedangkan f3 3 dan
f34 diharapkar'1 mempunyai nilai negatif. c. ldentitas Dalam keadaan keseimbangan kuantitas permintaan ekspor akan sam a dengan kuantitas penawaran ekspor ( x;' =
x,e)
3.3. Metode Estimasi Model yang digunakan merupakan model persamaan simultan, yaitu suatu sistem yang terdiri lebih dari satu persamaan, masingmasing
persamaan
untuk tiap
variabel
bebas
gabungan
Uointly
dependent variable) atau variabel endogen. Dalam model simultan tidak mungkin untuk melakukan estlmasl parameter satu persamaan tanpa memperhitungkan informasi yang diberikan oleh persamaan lain dalam
sistem
(Gujarati,
2003).
Model
simultan
menggambarkan
22
Metodologi dan Spesifika.si Model
ketergantungan secara bersama (simultan) variabel-variabel endogen, dalam hal ini kuantitas ekspor (XSt dan xdt) dan harga ekspor (PXt)· Proses identifikasi persamaan simultan adalah penting untuk mengetahui
apakah
estimasi
struktural dapat diperoleh.
parameter
dari
suatu
persamaan
Hasil identifikasi persamaan dengan order
condition menunjukkan bahwa persamaan struktural pada model yang digunakan adalah overidentified (K-k>m-1). Dengan kondisi ini, maka estimasi model dilakukan dengan metode Two Stage Least Square (2SLS). Metode 2SLS menyediakan prosedur estimasi yang berguna untuk mengatasi persamaan struktural yang overidentified (Pindyck dan Rubinfeld,
1991). Tahap pertama estimasi 2SLS melibatkan
estimasi semua variabel endogen atas semua variabel eksogen dan variabel instrumen.
Sedangkan tahap kedua adalah estimasi kuadrat
terkecil persamaan struktural menggunakan nilai variabel endogen hasil estimasi dari tahap pertama (Joo Lee, 2000). Proses estimasi dilakukan dengan menggunakan program Eviews 4.1.
3.4. Operasionalisasi Variabel Varia bel yang digunakan beserta proxy datanya sbb : 1. Kuantitas
ekspor (Xd =
X5 ), diukur berdasarkan nilai ekspor
Indonesia ke Jepang/AS. Data dari Statistik Perdagangan Luar Negeri, terbitan Biro Pusat Statistik dan database COMTRADE. 2. Harga ekspor (px). Variabel ini diperoleh berdasarkan nilai ekspor dibagi volume ekspor, kemudian dijadikan harga konstan dengan tahun dasar 2000. 3. Harga luar negeri (pw), sebagai proxy untuk menunjukkan tingkat harga komoditi perikanan di Jepang/AS digunakan Indeks Harga Konsumen (IHK) Jepang/AS dengan tahun dasar 2000. Pendekatan ini
dilakukan
akibat
tldak
tersedianya
data
harga
komoditi
perikanan dari Jepang dan AS. Asumsinya bahwa harga komoditi perikanan memiliki pergerakan yang serupa dengcm pergerakan IHK negr.Jra ybs. Data IHK bersumber dart International Financial Statistics, terbitan International Monetery Fund.
23
Metodo/ogi dan Spesifikasi Model
4. Pendapatan Jepang/AS (yw) diukur dari data GOP riil Jepang/AS atas dasar harga konstan 2000. Sumber dari International Financial
Statistics, terbitan International Monetery Fund. 5. Harga domestik (pd), sebagai proxy untuk menunjukkan tingkat harga di , Indonesia digunakan Indeks Harga Konsumen dengan tahun dasar 2000. Data IHK diperoleh dari International Financial
Statistics, terbitan International Monetery Fund. 6. Kapasitas produksi dalam negeri (kd), sebagai proxy digunakan tonase produksi perikanan Indonesia. Data diperoleh dari database FAO. Data dari FAO tidak memberikan data produksi perikanan Indonesia dalam satuan nilai, tetapi hanya ada dalam satuan volume. 7. Penyerapan dalam negeri (cd) data yang diambil adalah konsumsi dalam negeri atas dasar harga konstan 2000. Ini dilakukan karena tidak tersedianya data konsumsi ikan domestik. Asumsinya bahwa ketika
pengeluaran
konsumsi
agregat
Indonesia
naik,
maka
pengelua1·an konsumsi ikan dalam negeri ikut naik. Data diperoleh dari
International
Financial
Statistics,
terbitan
International
Monetery Fund. 8. Ketidakpastian nilai tukik (er), dihitung dari standard deviasi persentase perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Yen dan Dolar Amerika diperoleh
Serikat (Catao dan Falcetti, dari
International
1999). Data nilai tukar
Financial
Statistics,
terbitan
International Monetery Fund.
24
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
BABIV DESKRIPSI PERIKANAN INDONESIA
4.1. Gambaran Umum Perikanan Indonesia
Pada tahun 2003 (akhlr periode observasl) produksl perlkanan Indonesia mencapai 4,010 juta ton, dengan komposisi ikan sebanyak
3,389 juta ton, udang dan kerang sebanyak 580,465 ribu ton dan hewan air lainnya sebanyak 40,490 ribu ton. Produksi ikan mencapai kurang lebih 84,52% dari total produksi perikanan Indonesia, udang dan kerang mencapai 14,47°JJ dan sisanya adalah hewan air Jainnya. Meskipun ikan merupakan komoditi utama dalam produksi perikanan Indonesia, tetapi ikan bukanlah komoditi ekspor yang utama dari Indonesia . Berikut adalah komoditi ekspor utama perikanan Indonesia secara agregat. Tabel IV-1. Komoditi Ekspor Utama Perikanan Indonesia No.
1
2
3 4 5 6 7
KOMODITI UDANG Udang tidak beku Udang beku Udang dalam kaleng KEPlTING Kepiting beku Kepiting dalam kaleng Kepiting tidak beku RUMPUT LAUT TERI UBUR- UBUR KERUPUK UDANG TUNA Tuna segar Tuna beku Tuna dalam kaleng
2003 (KG)
137,635,700 8, 795,135 125,684,245 3,156,320 12,040,537 2,176,914 6,804,948 3,058,675 40,162,037 3,794,794 8,763,123 6,122,338 117,091,984 27,794,668 42,451,401 46,845,915
(US$)
850,222,203 16,486,712 830,820,981 2,914,510 91,917,616 11,153,691 74,103,166 6,660,759 20,511,027 19,623,920 6,924,803 8,887,938 213,178,841 83,256,526 28,680,754 101,241,561
Sumber: BPS Dari tabel terlihat bahwa udang merupakan komoditi ekspor utama Indonesia baik dart slsl volume maupun dart slsl nllal. Pada tahun
2003 volume ekspor udang segar maupun dalam kaleng
mencapai 137,635 ribu ton atau senilai US$ 850,22 juta. Pada tahun
25
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
yang sama ekspor ikan tuna baik segar maupun datam kateng mencapai 117,091 ribu ton atau senilai US$ 213,18 juta. Sarana produksi
peri~anan
taut (kapat ikan) tahun 2003 dapat
dirangkum dalam tabet berikut : Tabel IV-2. Jumlah Kapat Berdasarkan Kategori(Unit) Kategori Jumlah Perahu Tanpa Motor
Perahu/Kapal Motor
Sub jumlah Jukung Perahu Papan
Sub jumlah Motor Tempel Kapal Motor Ukuran kapal
'
Kecil Sedang Besar
<5 5-10 10-20 20-30 30-50 50- 100 100-200 > 200
GT GT GT GT GT GT GT GT
2003 460,298 219,079 108,413 65,708 36,801 8,157 241,219 130,185 111,034 74,292 20,208 5,866 3,382 2,685 2,430 1,612 559
Sumber : Data DKP Data jumlah kapal yang ada menunjukkan kondisi yang cukup memprihatinkan, terutama bila dikaitkan dengan luas wilayah laut Indonesia yang mencapai 5,8 juta km 2 (70°/o witayah Indonesia). Walaupun tidak ada standar yang pasti mengenal jumlah optimal kapat ikan sehuburigan dengan luas taut, tetapi bisa dikatakan bahwa jumlah kapat yang ada di Indonesia termasuk sedikit terutama untuk kapal yang berukuran besar. Jumtah total kapal yang ada hanya 460,3 ribu unit, hampir separuhnya merupakan kapal tanpa motor. Sedangkan kapaljperahu motor berjumtah 241,2 ribu unit, sebagian besar berukuran kecil atau kurang dari 30 GT (Gross Ton). Yang berukuran lebih dari 30 GT berjumlah 7.286 unit, artinya hanya sebagian kecil yang mampu dengan aman beroperasl dl fishing ground yang berjarak lebth dart 6 mil taut dari pantai. Dengan kata lain sebagian besar armada penangkapan ikan yang ada di Indonesia beroperasl pada daerah
26
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
pantai. Kond isi inilah yang menyebabkan terjadinya over-fishing pada perairan panta i yang pada akhirnya dapat mengancam kelestarian sumberdaya ikan di perairan pantai. Dari sisi sumberdaya manusia, nelayan Indonesia termasuk dalam golor.gan minoritas dalam hal jumlah. Yaitu hanya sebanyak 2.570.042 orang, sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan. Dari sebanyak itu yang merupakan nelayan penuh (full time) berjumlah 1.277.129 orang atau hampir separuh dari total nelayan yang ada. Berikut adalah data jumlah nelayan yang ada di Indonesia. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa
profesi
sebagai
nelayan
bukan
merupakan
profesi yang
termasuk diminati di Indonesia. Ini ironis, karena wilayah Indonesia sebagian terdiri dari lautan tetapi sangat sedikit yang berminat untuk menjadi nelayan. Tabel IV-3. Jumlah Nelayan Indonesia Berdasarkan Kategori (orang) Kategori Nelayan - Fishermen Category Jumlah- Total Nelayan Penuh - Full Time Sambilan Utama - Part Time (Major) Sambilan Tambahan- Part Time (Minor)
2003 2 572,042 1,277,129 923 322 371,591
Sumber: DKP 4.2. Ekspor Perikanan Indonesia
Ekspor perikanan Indonesia, selama periode pengamatan tahun 19842003, menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai ekspor. Dari tahun 1984 dengan nilai US$ 227 juta menjadi sebesar US$ 1.683 milyar pada tahun 1996, kemudian turun menjadi sebesar US$ 1,551 milyar pada tahun 2003. Sedangkan volume ekspor memperlihatkan tren peningkatan dari tahun 1984 sebesar 61 juta kg menjadi sebesar 773 juta kg
pada tahun 2003 . Data lengkap mengenai ekspor
perikanan Indonesia tercantum dalam lampiran. Dari
ekspor
perikanan
Indonesia
terlihat bahwa Jepang merupakan Indonesia.
berdasarkan
negara tujuan
tujuannya,
utama ekspor
Negara tujuan utama kedua adalah Amerika Serikat,
walaupun dalam grafik terlihat bahwa eskpor ke AS lebih kecil
27
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
daripada ekspor ke negara-negara lainnya. Tetapi dalam perhitungan tetap
lebih
besar,
karena dibandingkan dengan banyak negara.
Termasuk dalam negara-negara lainnya adalah negara-negara di Eropa, Asia selain Jepang, negara-negara di benua Amerika selain Amerika Serikat dan Australia. Posisi Jepang dan Amerika Serikat sebagai dua negara utama tujuan ekspor perikanan Indonesia menjadi alasan untuk menjadikan kedua
negara
tersebut
sebagai
studi
dalam
penelitian
ini.
Perkembangan nilai ekspor perikanan Indonesia secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar IV-1. Nilai Ekspor Berdasarkar. Tujuan 1,800
1,800
1,400
..
800
1,200
'5
~
00.
"'" z
1,000
.. '5 ~
l
~
600
w
800
:!!
:!
z
~
{?. 400
800
400
200
1984 1985 1986 1987 1998 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
!-Total AS t:iDTotal Jepang c::::Jlainnya -Total
I
Persentase ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang secara umum menunjukkan adanya kecenderungan menurun. Pada tahun 1984 pangsa ekspor ke Jepang sebesar 79,4°/o dari total ekspor perikanan Indonesia turun menjadi sebesar 41,65°/o pada tahun 2003. Berbeda dengan
ekspor
ke
Jepang,
ekspor ke AS
dan
negara
lainnya
memperlihatkan adanya kecenderungan meningkat. Dari tahun 1984 sebesar 2,88°/o, ekspor ke AS meningkat menjadl 23,51 °/o total ekspor perikanan Indonesia pada tahun 2003. Kecenderungan serupa terjadi dengan ekspor Indonesia ke negara-negara lainnya, darl sebesar
28
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
17, 72°/o pad a tahun 1984 meningkat menjadi sebesar 34,81 °/o dari total ekspor perikanan Indonesia di tahun 2003. Berikut adalah grafik persentase nilai ekspor berdasarkan tujuan (gambar IV-2). Data terlampir. Gambar IV-2. Persentase Nilai Ekspor Berdasarkan Tujuan. 90%
80%
70%
60%
c
50%
~
.....
40%
30%
20%
10%
O'lo 1~1~1~1~1~1~1~1~1m1m1m1m1~1m1~1~2~2~2~2~
I•Total AS II Total Jepang CJLalnnya I
Tidak ada informasi yang jelas mengenai penyebab perubahan komposisi ekspor berdasarkan tujuan, tetapi paling tidak perubahan ini memberikan gambaran bahwa eksportir perikanan Indonesia sudah melakukan ekspansi atau diversifikasi pasar ke negara-negara selain Jepang. Selain itu, kejadian ini bisa juga dilihat sebagai indikasi bahwa komoditi ekspor perikanan Indonesia semakin bisa diterima di pasar dunia selain Jepang. Walaupun demikian, secara tradisi Jepang masih komoditi perikanan Indonesia. merupakan negara importir terbesar J Selanjutnya
eskpor
perikanan
Indonesia
dapat
ditelaah
berdasarkan jenis komoditi yang diekspor. Berdasarkan jenisnya, komoditi SITC 036 (Krustasea, Moluska, dll) mendominasi ekspor perikanan Indonesia, kemudian komoditl SITC 034 (Ikan, segar, dingin, beku), selanjutnya SITC 037 (lkan olahan, awetan) dan yang paling
kecil
komoditi
SITC 035
(ikan
asin,
kering,
asap). Ini
menggambarkan bahwa ekspor perikanan Indonesia (1) sebagian
29
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
besar terdiri dari j enis krustasea dan moluska (termasuk di dalamnya udang) ; (2) sebagian besar ekspor terdiri dari produk-produk yang diproses/diolah dengan sederhana. Dengan kata lain, masih tergolong dalam industri ringan. Berikut
adalah
grafik
nilai
eskpor
perikanan
Indonesia
berdasarkan 4 kelompok besar komoditi (Gambar IV-3). Data dalam lampiran. Gambar IV-3 . Nilai Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi 1,200
1,750
1,500
1,000
1,250 800
i
e
.,.w..~
1,000
Ii I
600 750
~ z
i
I
400 500
250
C>
~
"'"' "'"' ~S ITC o34-- S ITC o35 c::J S ITC 036 c::J SITC 037 -
SITC 03 1
Nilai ekspor komoditi 036 (krustasea, moluska, dll) selama periode 1984-2003 cenderung meningkat, pada tahun 1984 sebesar US$ 202,459 juta, menjadi US$ 1,088 milyar pada tahun 1995 dan sebesar US$ 967,058 juta pada tahun 2003. Komoditi 034 (ikan, segar, ding in, beku) menunjukkan fluktuasi yang serupa, pada tahun 1984 sebesar US$ 14,895 juta menjadi sebesar US$ 430,509 tahun 1997 dan sebesar US$ 424,535 juta pada tahun 2003. Dari grafik berikut, komoditi SITC 036 (krustasea, moluska dll) sebagai komoditi dominan ekspor perikanan Indonesia memiliki pangsa yang semakin menurun. Darl sebesar 89,07°/o pada tahun 1984 menjadi sebesar 62,33°/o pada tahun 2003, tetapi selama periode pengamatan pangsa komoditi ini masih tetap di atas 60°/o. Sebaliknya
30
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
komoditi SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku) cenderung meningkat, dari tahun 1984 dengan pangsa sebesar 6,55°/o menjadi sebesar 27,36°/o pada tahun 2003. Namun secara keseluruhan pangsa komoditi SITC 034 masih di bawah 30°/o. Berikut adalah grafik persentase nilai ekspor berdasarkan jenis komoditi (gambar IV-4), yang menggambarkan pangsa ekspor tiaptiap jenis komoditi dari ekspor perikanan Indonesia total. Data dalam lampiran. Gambar IV-4. Persentase Nilai Ekspor Berdasarkan Jenis Komoditi 100% 90% 80% 70% 60%
c
Cl>
e Cl>
50%
0..
40% 30% 20%
f!!ISITC 034 •SITC 035 DSITC 036 DSITC 037 [
Pangsa ekspor komoditi SITC 035 (ikan, asin, kering, asap) dan komoditi SITC 037 (ikan olahan, awetan) selama periode pengamatan tidak memperlihatkan banyak perubahan. Pangsa ekspor komoditi 035 terendah terjadi pada tahun 1986 sebesar 1,23°/o, tertinggi sebesar 5,27°/o pada tahun 1994. Sedangkan pangsa ekspor komoditi 037 terendah sebesar 1,10°/o pada tahun 1985, tertinggi tahun 1998 sebesar 7,53°/o. Secara umum pangsa kedua komoditi ini tidak pernah lebih besar dari 10°/o.
4.3. Ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang Perkembangan nilal ekspor Perikanan Indonesia ke Jepang berdasarkan jenis komoditi tersaji dalam grafik berikut (Gambar IV-5).
31
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
Data selengkapnya mengenai volume dan nilai ekspor perikanan Indonesia
ke
Jepang
berdasarkan jenis
komoditi
tersaji dalam
lampiran. Gambar IV-5. Nilai Ekspor ke Jepang Berdasarkan Jenis Komoditi 1,100 1,000 900 800 700 600 500 400
i!! l
ai ! i!
300 200. 100
I
[::::1 SITC
034 -
SITC 035 c::J SITC 036 c::J SITC 037 -
SITC 03 1
Komoditi SITC 036 (krustasea, moluska dll) memperlihatkan adanya kenaikan nilai ekspor, dari tahun 1984 sebesar US$ 171,186 juta menjadi sebesar US$ 854,163 pada tahun 1995 kemudian nilai ekspor turun menjadi sebesar US$ 479,148 juta pada tahun 2003. Pola perkembangan senada juga terjadi pada nilai ekspor komoditi 034 (ikan, segar, dingin, beku). Dari tahun 1984 sebesar US$ 5,238 juta meningkat menjadi sebesar US$ 173,188 juta, kemudian relatif menurun menjadi sebesar US$ 106,912 juta pada tahun 2003. Komoditi 035 (ikan, asin, kering, asap) dan komoditi SITC 037 (ikan olahan, awetan) tidak mengalami banyak perubahan nilai ekspor. Ekspor komoditi 035 pada tahun 1984 sebesar US$ 4,011 juta meningkat menjadi sebesar US$ 31,235 juta. Sedangkan nilai ekspor komoditi 037 dari sebesar US 1,86 juta pada tahun 1984 meningkat menjadi sebesar US$ 28,866 juta pada tahun 2003. Komoditi SITC 036 (krustasea, moluska dll) memberikan andil terbesar dalam ekspor perikanan Indonesia ke Jepang, walaupun
32
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
cenderung menurun. Pangsa ekspor komoditi ini pada tahun 1984 mencapai 94,85°/o, sedangkan pada tahun 2003 turun menjadi 74,15% dari ekspor total perikanan Indonesia ke Jepang. Berbeda dengan pangsa komoditi SITC 036 yang cenderung menurun, pangsa komoditi SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku) cenderung meningkat. .Pangsa komoditi 034 pada tahun 1984 sebesar 2.93°/o meningkat menjadl 20,42% pada tahun 1993 dan menurun menjadi sebesar 16,55°/o pada tahun 2003. Dua komoditi inferior, komoditi SITC 035 dan SITC 037, tidak memperlihatkan banyak perubahan pangsa ekspor di pasar Jepang. Selama periode pengamatan, pangsa kedua komoditi ini tetap di bawah 10%. Sedangkan kontribusi masing-masing komoditi dalam ekspor total perikanan Indonesia ke Jepang dapat ditampilkan dalam grafik berikut (Gambar IV-6). Data terlampir. Gambar IV-6. Persentase Ekspor ke Jepang Berdasarkan Komoditi 100% 90% 80% 70% 60%
.,c .,~
50%
Q.
40% 30% 20% 10% 0%
~ ~
,.._
co co
IJ)
0>
0>
0>
0>
0>
~
0> 0>
'l
~
~
~
~
co
co
co
0>
co
0
a;
N
<')
-a;
IJ)
0>
0> 0>
~
0> 0>
0>
~
~
0> 0>
~
~
l§l
....0>
,.._ 0>
....0>
co
0>
0> ....
8l 0> ....
8
~
0
0 N
N 0 0 N
<')
8
N
~lTC oJ.i • SITC 035 D SITC 03G o SITC 037 1
Komposisi ini, besarnya pangsa pasar komoditi SITC 036 dan SITC 034, pal ing tidak menggambarkan preferensi konsumen produk perikanan di Jepang.
Karakteristik konsumsi lkan Jepang adalah
dimakan dalam keadaan mentah (Sashimi dan Sushi) atau direbus sedikit dan disajikan tanpa bumbu, sehingga kesegaran merupakan hal
33
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
essensial bagi semua produk. Selain itu produk impor yang popular adalah udang, tuna dan walleye pollack/cod dalam berat dan volume impor; udang, tuna, sa lmon dan kepiting dalam hal nilai impor (Yamash ita, 1996). 4.4. Ekspor Perikanan Indonesia ke Amerika Serikat Nilai
ekspor komoditi
SITC 036
(krustasea,
moluska dll)
menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 1984 nilai ekspor komoditi ini sebesar US$ 4,179 juta dan relatif terus meningkat menjadi sebesar US$ 237,002 juta pada tahun 2003. Komoditi SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku) juga memperlihatkan perkembangan serupa. Pada tahun 1984 dengan nilai ekspor sebesar US$ 0,144 juta meningkat menjadi US$ 79,523 juta pada tahun 2003. Perkembangan nilai ekspor perikanan Indonesia ke Amerika Serikat berdasarkan jenis komoditi disajikan dalam grafik berikut (Gambar IV-7). Data dalam lampiran. Gam bar IV-7. Nilai Ekspor ke Am erika Serikat Berdasarkan Komoditi
200 300
j
:s
150
e..
0
.... 0
a.
200
~
J<
LLI
;
LLI
z
ie .. ...• z
100
~
... 0
100 50
La::::? SITC 034 -
SJTC 035 CJ SITC 036 CJ SITC 037 -
SITC 03 1
Perkembangan nllal ekspor komodltl SITC 037 (lkan, olahan, awetan) menunjukkan adanya fluktuasi. Pada tahun 1984 senilai US$ 2,221 juta meningkat menjadi US$ 54,644 juta pada tahun 1991,
34
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
kemudian turun menjadi
sebesar US$ 25,071 juta pada tahun 1997
dan akhirnya meningkat kembali menjadi sebesar US 48,158 juta pada tahun 2003. Komoditi SITC 035 (ikan, asin, kering, asap) juga memperlihatkan pola perkembangan yang fluktuatif. Pada tahun 1987 dengan nilal ekspor sebesar US$ 9.430 meningkat menjadi sebesar US$ 1,829 juta pada tahun 1991, kemudian turun menjadi sebesar US$ 3.032 pada tahun 2003. Kontribusi ekspor masing-masing komoditi dalam pasar Amerika Serikat digambarkan dalam grafik berikut (Gambar IV-8). Data dalam lampiran. Gambar IV-8. Persentase Ekspor ke AS Berdasarkan Komoditi
70%
60%
.,c .,~
50%
c.. 40%
30%
20%
10%
ICl SITC 034 •
SITC 035 0 SITC 036 0 SITC 037 1
Komodi SITC 036 (krustasea, moluska dll) memberikan andil terbesar dalam ekspor perikanan Indonesia ke AS, dengan pangsa yang berfluktuasi selama periode pengamatan . Pada tahun 1984 dengan pangsa ekspor sebesar 63,85°/o turun menjadi 41,15°/o pada tahun 1995 dan meningkat kembali menjadl 64,99°/o pada tahun 2003. Rata-rata pangsa ekspor komodltl lnl selama perlode pengamatan adalah sebesar 65,85°/o. Perkembangan pangsa komoditi 037 (ikan, olahan, awetan) berfluktuasi, dengan kecenderungan menurun . Pangsa pada tahun
35
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
1984 sebesar 33,93°/o berfluktuasi dan turun menjadi 13,21 °/o pada tahun 2003 . Pada tahun 2000 pangsa komoditi ini lebih kecil daripada pangsa komoditi SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku). Rata-rata pangsa komoditi 037 sebesar 21,96°/o. Sebaliknya pangsa komoditi SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku) memperlihatkan kecenderungan meningkat. Pada tahun 1984 dengan pang sa sebesar 2,21% meningkat menjadi 21,81 °/o pada tahun 2003 dan mulai tahun 2000 menjadi komoditi superior kedua dari ekspor perikanan Indonesia ke AS. Namun rata-rata pangsa masih di bawah komoditi 037, dengan rata-rata pangsa sebesar 11,94°/o. I
4.5. Perkembangan Impor Jepang Pola perkembangan nilai impor total perikanan Jepang selama periode
pengamatan
menunjukkan
kecenderungan
meningkat.
Perkembangan nilai impor perikanan Jepang tersaji dalam grafik berikut (Gambar IV-9). Data selengkapnya terlampir. Gambar IV-9. Nilai Impor Perikanan Jepang
6
j
5
~
e
~
0
4
f
z~ 2
j ~EZJSITC 034 -SITC 035 c:::::JSITC 036 c:::::JSITC 037 -Totalj
Pada tahun 1984 dengan nilai impor sebesar US$ 4,096 milyar, terus meningkat dengan puncaknya pada tahun 1995 dengan nilai sebesar US$ 17,378 milyar. Setelah itu nilai impor perikanan Jepang
36
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
menurun menjadi sebesar US$ 12,753 milyar pada tahun 2003. Dengan nilai impor sebesar itu Jepang menawarkan pasar ikan tunggal ' terbesar di dunia selain Amerika Serikat dan Eropa; Jepang mengimpor hampir 30°/o nilai impor dunia (Matsuda, 2000). Dapat ditambahkan bahwa impor perikanan Jepang merupakan kedua terbesar dari keseluruhan impor Jepang setelah impor minyak. Komcd iti SITC 036 (krustasea, moluska dll) dan SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku) merupakan dua komoditi yang dominan dalam impor perikanan Jepang. Selain merupakan cerminan dari preferensi konsumen Jepang yang menyukai santapan ikan mentah, dominasi impor produk perikanan segar disebabkan pula oleh kebutuhan barang input bagi industri pengolahan perikanan Jepang. Sejak tahun 1980an industri pengolahan ikan Jepang meningkatkan ketergantungannya terhadap impor ikan sebagai pemenuhan bahan baku (Matsuda, 2000). 4.6. Perkembangan Impor Amerika Serikat Perkembangan nilai impor perikanan Amerika Serikat dapat J
digambarkan dalam grafik berikut (Gambar IV-10). Data terlampir. Gambar IV-10. Nilai Impor Perikanan Amerika Serikat 6
5
4
a ~
~
:;;
3
f
:!
z 2
~ SITC 034 -SITC 035 c::JSITC 036 c::JSITC 037 -Totat l
Berbeda dengan Jepang yang mengalami penurunan nilai impor mulai dari tahun 1995, AS sebaliknya mengalami peningkatan nilai
37
Perkembangan Ekspor Perikanan Indonesia
ekspor selama periode pengamatan. Pada tahun 1984 impor perikanan AS sebesar US$ 3,859 milyar terus meningkat menjadi sebesar US$ 11,589
milyar pada tahun
2003.
Jika
kecenderungan
ini terus
berlangsung, maka dalam dekade mendatang AS akan menjadi tujuan utama di dunia dalam ekspor komoditi perikanan (Fitzgerald, 2002). Jenis komoditi yang mengalami peningkatan nilai ekspor adalah komoditi SITC 036 (krustasea, moluska dll), SITC 034 (ikan, segar, dingin, beku) dan SITC
0~7
(ikan, olahan, awetan). Komoditi 035
(ikan, asin, kering, asap) tidak banyak mengalami peningkatan. Komoditi SITC 036 (krustase, moluska dll) pada tahun-tahun terakhir mengalami peningkatan cukup pesat, sehingga mempunyai nilai impor yang jauh lebih tinggi daripada komoditi perikanan yang lain. Tidak tersedia cukup banyak informasi yang dapat digunakan untuk menggambarkan preferensi konsumen produk perikanan di Amerika Serikat. Sebagai negara importir kedua terbesar dunia setelah Jepang, Amerika Serikat merupakan pasar produk perikanan yang cukup menjanjikan. Karakteristik pasar AS adalah (1) perdagangan impor yang tumbuh dengan cepat, (2) perekonomian yang besar dan standar hid up tinggi, (3) nilai tukar yang kuat, ( 4) jaringan transport dan logistik yang maju, (4) tariff barriers rendah untuk mayoritas produk
seafood,
(5)
non-tariff barriers rendah
untuk mayoritas produk
seafood, (6) adanya birokrasi dan karantina yang relatif stabil dan (7) sektor perbankan dan financial yang kuat dan dapat diandalkan (Fitzgerald, 2002).
38
Ana/isis dan Pembahasan
BABV HASILDANPEMBAHASAN
5.1. Kinerja Ekspor
5.1.1. Kinerja Ekspor ke Jepang Analisa CMS memungkinkan untuk melihat perubahan ekspor perikanan Indonesia yang disebabkan oleh tiga faktor, yaitu efek pertumbuha:1 pasar, efek distribusi pasar dan efek daya saing. Dengan lama observasi 20 tahun, periode analisis CMS dibagi menjadi 2 periode masing-masing selama 10 tahun. Periode pertama dari
~ahun
1984-1993 dan periode ke dua dari tahun 1994-2003. Hal yang menjadi pertimbangan pembagian periode tersebut adalah supaya periode yang diamati dapat diperbandingkan (karena memiliki kurun waktu yang sama, masing-masing 10 tahun) dan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari masa krisis yang dialami Indonesia terhadap ekspor perikanan Indonesia. Selama masa krisis nilai dan ekspor perikanan Indonesia tldak menunjukkan gejolak yang berarti. Pada tahun 1997 nilai ekspor Indonesia mengalami pertumbuhan -
3,63°/o. Tahun 1998 tumbuh sebesar -0,19°/o dan sebesar -5,53°/o pada tahun 1999. Hasil perhitungan CMS untuk pasar Jepang tertera dalam tabel V-1 berikut :
19942003
39
Ana/isis dan Pembahasan
dimana : q 1 -q 0
:
perubahan ekspor aktual
rq 0
:
efek pertumbuhan pasar
I,(r1-r)q 1° : efek distribusi pasar I,( q~ 1 -q~ 0 -r1q1°)
: efek day a saing
Pada periode 1984-1993 ekspor perikanan Indonesia ke Jepang meningkat US$ 667,85 juta dari sebesar US$ 180,48 juta menjadi sebesar
US$
848,33
juta
tumbuh
atau
sebesar
370°/o.
Efek
pertumbuhan pasar (dalam hal ini, pertumbuhan impor Jepang) memberikan kontribusi paling besar terhadap peningkatan ekspor yaitu
Indonesia,
sebesar
64°/o
dari
peningkatan
ekspor.
Impor
perikanan Jepang secara agregat pada periode ini meningkat dari sebesar US$ 4,096 milyar menjadi US$ 13,753 milyar atau tumbuh sebesar 240°/o. Pertengahan tahun 1980-an sampai akhir 1990-an harga impor perikanan Jepang mengalami penurunan akibat apresiasi yen, sehingga terjadi peningkatan impor yang cukup tajam dan industri pengolahan ikan di Jepang meningkatkan ketergantungannya pada bahan baku impor (Matsuda, 2000). Masih pada periode 1984-1993, kontribusi efek distribusi pasar adalah sebesar -16,98°/o dari peningkatan ekspor perikanan Indonesia I
secara keseluruhan. Nilai negatif efek distribusi pasar menunjukkan bahwa ekspor Indonesia terkonsentrasi pada komoditi yang memiliki pertumbuhan permintaan lebih lambat daripada pertumbuhan pasar secara
keseluruhan,
yaitu
pada
komoditi
SITC
036
(krustasea,
moluska dll). Pertumbuhan impor Jepang untuk komoditi ini adalah 175%
sedangkan
keseluruhan
adalah
pertumbuhan 240°/o.
impor perikanan
Tetapi
Jepang
ekspor Indonesia
secara
ke Jepang
didominasi oleh komoditi lni, yaitu sebesar US$ 641,09 juta dari US$ 848,33 juta atau sebesar 75.6°/o dari total ekspor perikanan Indonesia pada tahun 1993. Efek daya salng adalah sellslh antara penlngkatan ekspor agregat aktual dengan peningkatan ekspor hipotetis dalam periode yang sama. Efek daya saing pada periode 1984-1993 sebesar 52,19%.
40
Ana/isis dan Pembahasan
Ini memberikan gambaran bahwa peningkatan ekspor Indonesia pada periode ini 52,19°/o disumbangkan oleh perubahan daya saing yang dicerminkan dalam pangsa ekspor Indonesia di pasar Jepang 4 • Pada tahun
1984 pangsa ekspor Indonesia sebesar 4,41 °/o meningkat
menjadi 6,10% dari impor perikanan Jepang secara keseluruhan. Pada periode 1994-2003 ekspor perikanan Indonesia ke Jepang menurun sebesar US$ 340,33 juta dari US$ 986,49 juta menjadi sebesar US$ 646,16 juta atau menyusut sebesar 34°/o. Kontribusi efek pertumbuhan pasar terhadap penurunan ekspor Indonesia sebesar
56,88°/o. Impor perikanan Jepang pada periode ini turun dari sebesar US$ 15,87 1 milyar menjadi hanya sebesar US$ 12,75 milyar atau I
menyusut
sebesar
20°/o.
Penurunan
impor
perikanan
Jepang
merupakan imbas dari krisis ekonomi Heisei yang dialami Jepang pada tahun
1994-1998
menyebabkan
(Matsuda,
berkurangnya
2000).
Kelesuan
permintaan
ekonomi
tersebut
impor perikanan Jepang
termasuk permintaan impor perikanan dari Indonesia. Padahal Jepang merupakan negara tujuan ekspor perikanan Indonesia yang utama. Pada tahun 1994 62.24°/o ekspor perikanan Indonesia bertujuan ke Jepang dan sebesar 41.65°/o pada tahun 2003. Masih pada periode 1994-2003, kontribusi efek distribusi pasar adalah sebesar 39,89°/o dari penurunan ekspor Indonesia secara keseluruhan. Ekspor Indonesia terkonsentrasi pada komoditi yang mengalami penyusutan permintaan lebih cepat daripada penyusutan pasar secara keseluruhan, yaitu pada komoditi SITC 036 (krustasea, moluska dll). Impor Jepang untuk komoditi ini menyusut sebesar 38°/o sedangkan penyusutan impGr perikanan Jepang secara keseluruhan adalah 20%. Tetapi ekspor Indonesia ke Jepang didominasi oleh komoditi ini, yaitu sebesar US$ 479,15 juta dari US$ 646,16 juta atau sebesar 74.15°/o dari ekspor perikanan Indonesia secara agregat pada tahun 2003.
4
Efek ini akan sama dengan nol jika pangsa ekspor tetap konstan atau jika penurunan pangsa ekspor suatu komoditi ditutup secara persis sama oleh peningkatan pangsa ekspor komoditi lain.
41
Ana/isis dan Pembahasan
Sumbangan perikanan
efek daya saing terhadap
Indonesia
pada
periode
penurunan ekspor sebesar
1994-2003
3,23°/o,
menunjukka.n adanya penurunan daya saing ekspor Indonesia di pasar Jepang. Penurunan daya saing ini tercermin dalam pangsa ekspor Indonesia di pasar Jepang yang pada tahun 1994 sebesar 6,22°/o kemudian turun menjadi sebesar 5,07°/o pada tahun 2003. 5.1.2. Kinerja Ekspor ke AS Perhitungan
analisa
CMS
ekspor
perikanan
Indonesia
ke
Indonesia
ke
Amerika Serikat tercantum dalam tabel V-2 berikut :
1994-
2003
dimana : q 1-q 0
:
perubahan ekspor aktual
rq 0
:
efek pertumbuhan pasar
}2(n-r)qJ 0
:
efek distribusi pasar
}2(q 1 1 -q~0 -r1q 1 °)
Pada
: efek daya saing
periode
1984-1993
ekspor
perikanan
Amerika Serikat meningkat US$ 145,95 juta dari sebesar US$ 6,56 juta menjadi sebesar US$ 152,50 juta atau tumbuh sebesar 2.226°/o. Efek pertumbuhan pasar (dalam hal ini, pertumbuhan impor AS) memberikan
kontribusi
terhadap
peningkatan
ekspor
Indonesia
sebesar 2,67°/o dari penlngkatan ekspor total. Impor perikanan AS pada periode ini meningkat dari sebesar US$ 3,86 milyar menjadi US$
6,16 milyar atau tumbuh sebesar 60°/o. Pada periode yang sama, kontribusi efek distribusi pasar adalah sebesar 0.1.4°/o dari peningkatan ekspor perikanan Indonesia secara
42
Ana/isis dan Pembahasan
keseluruhan. Nilai efek distribusi pasar menunjukkan bahwa ekspor Indonesia terkonsentrasi pada komoditi yang memiliki pertumbuhan permintaan leblh cepat darlpada pertumbuhan pasar secara agregat, yaitu pada komoditi SITC 037 (ikan olahan). Pertumbuhan impor AS untuk
komoditi
ini
adalah
73°/o sedangkan pertumbuhan impor
perikanan AS secara agregat adalah 60°/o. Dan ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh komoditi ini, yaitu sebesar US$ 2,22 juta dari US$ 6,55 juta atau sebesar 33,90°/o dari total ekspor perikanan Indonesia pada tahun 1993.J Efek daya saing pada periode 1984-1993 sebesar 97,19°/o. Ini memberikan gambaran bahwa peningkatan ekspor Indonesia pada periode ini 97,19°/o disumbangkan oleh faktor daya saing ekspor Indonesia di pasar AS. Peningkatan daya saing ini tercermin pada pangsa ekspor Indonesia di pasar AS. Pada tahun 1984 pangsa ekspor Indonesia sebesar 0,17°/o meningkat menjadi 2,48°/o dari impor perikanan AS secara agregat. Pada periode 1994-2003 ekspor perikanan Indonesia ke AS meningkat sebesar US$ 340,33 juta dari US$ 986,49 juta menjadi sebesar US$ 196,50 juta atau tumbuh sebesar 117°/o. Pertumbuhan ekspor ini lebih banyak didorong oleh pertumbuhan impor AS, terlihat dari
kontribusi
efek
pertumbuhan
pasar
sebesar
57,33°/o
dari
peningkatan ekspor perikanan Indonesia secara keseluruhan. Impor perikanan AS pada periode ini naik dari sebesar US$ 6,94 milyar menjadi sebesar US$ 11,59 milyar atau mengalami pertumbuhan sebesar 67°/o. Pada periode yang sama, kontribusi efek distribusi pasar adalah sebesar 7,59°/o dari peningkatan ekspor Indonesia secara keseluruhan. Walaupun ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh komoditi SITC 036 (krustasea, moluska dll) dengan pertumbuhan permintaan sebesar
45°/o, yang relatif lebih lambat daripada pertumbuhan pasar AS, tetapi pengaruh negatlf efek dlstrlbusi pasar komodltl lnl tertutupl oleh pengaruh positif efek distribusi pasar komoditi SITC 037 (ikan olahan). Pertumbuhan permintaan komoditi SITC 037 (ikan olahan) sebesar
43
Ana/isis dan Pembahasan
148%, relatif jauh lebih besar daripada pertumbuhan impor AS,
sehingga efek distribusi pasar secara agregat menjadi positif. Sumbangan efek daya saing terhadap peningkatan ekspor perikanan
Indonesia
menunjukk~n
pada
periode
sebesar
1994-2003
35,08°/o,
adanya peningkatan daya saing Indonesia di pasar AS.
Peningkatan daya saing ini tercermin dalam pangsa ekspor Indonesia di pasar AS pada tahun 1994 sebesar 2,42°/o, kemudian naik menjadi sebesar 3,15°/o pada tahun 2003. 5.2. Faktor Determinan
Karena keterbatasan yang ada, maka jumlah observasi yang dapat diperoleh hanya sebanyak 20 pengamatan. Jumlah pengar'!'latan tersebut
tergolong
mengaplikasikan
kecil
model
sebagai yang
ukuran
hampir
sampel.
Kusumawati
untuk
menganalisa
mirip
determinan ekspor manufaktur Indonesia ke AS (Kusumawati, 2000). Jumlah pengamatan yang digunakan hanya sebanyak 18 pengamatan.
5.2.1. Estimasi Faktor Determinan Ekspor ke Jepang Estimasi model persamaan simultan ekspor perikanan Indonesia ke Jepang memberikan hasil sebagai berikut : - Persamaan permintaan ekspor : log xd
=
1,98 - 0,43 log px/pw + 0,97 log yw
t-stat
(0,8142)
( -1,3106)
{8,2672)
prob.
(0,4216)
(0,1993)
(0,0000)
n = 20
U-Theil
R2 adj = 0,8821
= 0,1022
= (0,6175)
BG LM Test :
prob obs*R-squared
White Test :
prob obs*R-squared = (0,3996)
- Persamaan penawaran ekspor : log xs
= -54,90 + 1,16 Jog
px/pd + 7,13 Jog kd - 2,63 Jog cd + 0,9- 3 er
t-stat
( -7,7 345)
(8,5316)
(8,4215)
(-4,6240)
(0,1861)
prob.
(0,0000)
(0,0000)
(0,0000)
(0,0001)
(0,8535)
R2 adj = 0,9635
n = 20
u-Theil
BG LM Test :
prob obs*R-squared = (0,2041)
White Test :
prob obs*R-squared = (0,4969)
I
= 0,0665
44
Ana/isis dan Pembahasan
Untuk menguji apakah variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel tak bebasnya digunakan uji t. Hasil uji t statistik pada persamaan permintaan ekspor perikanan Indonesia ke Jepang menunjukkan bahwa variabel pendapatan mitra dagang· (yw) secara parsial signifikan mempengaruhi permintaan ekspor (xd) pada taraf nyata a= 1°/o. Sedangkan varia bel harga ekspor relatif secara statistik tidak signifikan mempengaruhi permintaan ekspor. Semua tanda koefisien pada persamaan permintaan ekspor sesuai dengan teori. Hasil pengujian t statistik pada persamaan penawaran ekspor perikanan Indonesia ke Jepang menunjukkan bahwa variabel harga relatif
(px/pd),
konsumsi
kapasitas
variabel
domestik (cd)
secara
produksi
parsial
domestik
signifikan
(kd)
dan
mempengaruhi
penawaran ekspor pad a taraf nyata a= 1°/o. Varia bel ketidakpastian nilai tukar (er) tidak signifikan mempengaruhi penawaran ekspor Indonesia
ke
Jepang.
Semua
tanda
koefisien
pada
persamaan
penawaran ekspor sudah sesuai dengan teori, kecuali tanda koefisien variabel ketidakpastian nilai tukar. Nilai Theil Inequality Coefficient pada persamaan permintaan ekspor sebesar 0.1022 menunjukkan bahwa persamaan permintaan ekspor (xd) perikanan Indonesia dapat digunakan untuk peramalan. Nilai Theil Inequality Coefficient berkisar antara 0 dan 1. Semakin nol
mendekati
menggambarkan
bahwa
model
semakin
bagus
digunakan untuk peramalan (Eview's User Guide). Demikian juga nilai Theil Inequality Coefficient pada persamaan I
permintaan ekspor sebesar 0.0665 menunjukkan bahwa persamaan penawaran ekspor (xd) perikanan Indonesia dapat digunakan untuk peramalan. Uji statistik R-squared (R2 )
mengukur tingkat kesuksesan
persamaan regresi dalam memprediksi nllai variabel terikat dalam sampel 5 • Uji goodness of fit pada persamaan permlntaan ekspor memberikan nilai adjusted-R 2 sebesar 0.8821 berarti bahwa 88,21°/o 5
Eviews 3 User's Guide
45
Ana/isis dan Pembahasan
variasi permintaan ekspor (xd) dapat dijelaskan oleh variabel harga ekspor relatif (px/pw) dan variabel pendapatan luar negeri (yw). Nilai adjusted-R2 pada persamaan penawaran ekspor sebesar
0.9537 menunjukkan bahwa 95,37% variasi penawaran ekspor (xs) dapat dijelaskan dengan variabel harga relatif (px/pd), kapasitas produksi
domestik
(kd),
konsumsi
domestik
(cd)
dan
variabel
ketidakpastian nilai tukar (er). Uji Breusch-Godfrey menunjukkan tidak ada masalah serial otokorelasi pada persamaan permintaan ekspor maupun persamaan penawaran
ekspor.
Karena
probabilitas
obs*R-squared
hasil
uji
Breusch-Godfrey pada kedua persamaan tersebut lebih besar daripada
tingkat signifikansi (a=5°/o dan a=l0°/o), sehingga diputuskan untuk menerima hipotesa nol tidak ada serial otokorelasi. Hasil keluaran uji Breusch-Godfrey terlampir.
Uji White Heteroscedasticity juga menunjukkan bahwa tidak ada pelanggaran terhadap asumsi homoskedastisitas. Nilai probabilitas Obs*R-Squared hasil uji White Heteroscedasticity pada persamaan I
permintaan ekspor dan penawaran ekspor lebih besar daripada taraf nyata a=5°/o dan a=lO%, sehingga diputuskan untuk menerima hipotesa nol tidak ada heteroskedastisitas. Hasil keluaran uji White Heteroscedasticity terlampir.
Hasil estimasi dengan nilai R2 yang relatif tinggi dan t-statistik yang relatif tinggi (sebagian besar signifikan), mengindikasikan tidak adanya
pelanggaran
pengujian
asumsi
multikolinearitas
multikolinearitas antar
variabel
yang bebas
serius.
Hasil
selengkapnya
terlampir. 5.2.2. Estimasi Faktor Determinan Ekspor ke AS Estimasi model persamaan simultan ekspor perikanan Indonesia ke Amerika Serikat memberikan hasil sebagai berikut : - Persamaan permintaan ekspor : log xd
= - 34,62 - 2,27 log
px/pw + 2,51 log yw J
t-stat
( -6,3226)
(-3,7714)
(10,3055)
prob.
(0,0000)
(0,0007)
(0,0000)
46
Ana/isis dan Pembahasan R2 adj
= 0,8466
n
= 20
U-Theil
BG LM Test :
prob obs*R-squared
White Test :
prob obs*R-squared
= 0,1592
= (0,2037) = (0,3647)
- Persamaan penawaran ekspor : log xs
= -127,81
+ 1,30 log px/pd + 15,44 log kd- 7,22 log cd- 0,02 er
t-stat
(-8,5092)
(2,8677)
(8,0343)
(-4,6537)
(-1,3366)
prob.
(0,0000)
(0,0073)
(0,0000)
(0,0001)
(0,1908)
R2 adj = 0,9394 BG LM Test : White Test:
Hasil
uji
n
= 20
U-Theil = 0,1359
prob obs*R-squared
= (0,9507)
prob obs*R-squared
t
statistik
pada
= (0,7742) persamaan
permintaan
ekspor
menunjukkan bahwa permintaan ekspor perikanan Indonesia ke AS (xd) dipengaruhi secara signifikan pada taraf a=1 °/o oleh varia bel harga ekspor relatif (px/pw) dan variabel pendapatan luar negeri (yw). Semua tanda koefisien variabel penjelas sudah sesuai teori. Hasil pengujian t statistik pada persamaan penawaran ekspor perikanan Indonesia ke AS menunjukkan bahwa variabel harga relatif (px/pd), kapasitas produksi domestik (kd) dan variabel konsumsi domestik ( cd) signifikan mempengaruhi penawaran ekspor (xs) pada taraf nyata a= 1°/o. Sedangkan varia bel ketidakpastian nilai tukar ( er) secara statistik tidak signifikan mempengaruhi penawaran ekspor perikanan Indonesia ke AS. Semua tanda koefisien sudah sesuai dengan teori. Nilai Theil Inequality Coefficient pada persamaan permintaan ekspor 0.1022 menunjukkan bahwa persamaan permintaan ekspor (xd) perikanan Indonesia dapat digunakan untuk peramalan. Demikian juga Nilai Theil Inequality Coefficient pada persamaan permintaan ekspor 0.0665 menunjukkan bahwa persamaan penawaran ekspor (xd) perikanan Indonesia dapat digunakan untuk peramalan. Uji
goodness
of fit
pada
persamaan
permintaan
ekspor
memberikan nllai adjusted-R2 sebesar 0.8466 berartl bahwa 84,66°/o variasi kuantitas permintaan ekspor (xd) dapat dijelaskan oleh variabel harga ekspor relatif (px/pw) dan variabel pendapatan luar negeri (yw).
47
Ana/isis dan Pembahasan
Nilai adjusted-R2 pada persamaan kuantitas ekspor sebesar 0,9394 menunjukkan bahwa 93,94% variasi kuantitas penawaran ekspor (xs) dapat dijelaskan dengan variabel harga relatif (px/pd), kapasitas produksi domestik (kd), variabel konsumsi domestik (cd) dan variabe: ketidakpastian nilai tukar (er). Uji Breusch-Godfrey menunjukkan tidak ada masalah serial otokorelasi pada persamaan permintaan ekspor maupun persamaan penawaran
ekspor.
Karena
probabilitas
obs*R-squared
hasil
uji
Breusch-Godfrey pada kedua persamaan tersebut lebih besar daripada tingkat signifikansi (a=S%; a=10%), sehingga disimpulkan untuk menerima hipotesa nol tidak ada serial otokorelasi. Hasil keluaran uji Breusch-Godfrey terlampir. Uji White Heteroscedasticity juga menunjukkan bahwa tidak ada pelanggaran
terhadap
asumsi
homoskedastisitas.
Nilai
probalitas
Obs*R-Squared hasil uji White Heteroscedasticity pada persamaan permintaan ekspor dan penawaran ekspor lebih besar daripada tingkat signifikansi (a=5°/o; a=10°/o), sehingga disimpulkan untuk menerima hipotesa nol tidak ada heteroskedastisitas. Hasil keluaran uji White Heteroscedasticity tersaji dalam lampiran. Hasil estimasi dengan nilai R2 yang relatif tinggi dan t-statistik yang relatif tinggi (sebagian besar signifikan pad a taraf a= 1°/o), mengindikasikan tidak adanya pelanggaran asumsi multikolinearitas yang serius. Hasil pengujian multikolinearitas antar variabel bebas selengkapnya terlampir. 5.2.3. Analisis Ekonomi Analisis ekonomi dimaksudkan untuk menunjukkan huburigan antara variabel penjelas dengan variabel endogen pada persamaanpersamaan yang diestimasi dalam lingkup kerangka teori ekonomi. Analisis memusat pada dua hal utama, yaitu (1) tanda dari parameter yang diduga dan (2) besarnya parameter duga dalam menjelaskan tingkat hubungan antara varlabel penjelas dengan variabel endogen.
48
Ana/isis dan Pembahasan
a. Persamaan Permintaan Ekspor
Estimasi
persamaan permintaan ekspor (xd) menghasilkan
memberikan nilai koefisien sebesar -2,27 untuk ekspor Indonesia ke AS. Berarti bahwa jika harga ekspor relatif (px/pw) naik 1°/o maka permintaan ekspor dari Amerika Serikat akan turun sebesar 2,27°/o. Nilai koefisien variabel haliga ekspor relatif menunjukkan bahwa permintaan komoditi ekspor perikanan Indonesia dari AS bersifat elastis terhadap perubahan harga ekspor relatif (px/pw), perubahan permintaan ekspor relatif lebih besar daripada perubahan harga ekspor relatif. Tanda koefisien variabel harga ekspor relatif yang negatif, sesuai dengan teori dan menunjukkan bahwa peningkatan harga ekspor relatif akan
menyebabkan
penurunan
permintaan ekspor
perikanan Indonesia. Peningkatan harga ekspor (px), dengan harga komoditi perikanan di negara mitra dagang (pw) tetap, akan sama dengan peningkatan harga ekspor relatif (px/pw). Peningkatan harga ekspor perikanan Indonesia dapat mengurangi daya saing komoditi ekspor perikanan Indonesia Amerika Serikat, karena importir AiTierika Serikat besar kemungkinan akan mengalihkan hubungan dagang dengan negara-negara yang bisa menyediakan komoditi perikanan dengan harga lebih murah. Akibatnya permintaan ekspor perikanan Indonesia dari Amerika Serikat akan menurun. Peningkatan harga komoditi perikanan di negara mitra dagang (pw), dengan harga ekspor (px) tetap, akan sama dengan penurunan harga ekspor relatif (px/pw). Tingginya harga domestik komoditi perikanan di Amerika Serikat akan mendorong importir di negara tersebut lebih banyak melakukan impor untuk mendapatkan laba dari perbedaan
harga
kemungkinan
akan
yang
ada.
Selain
mengalihkan
itu
konsumen
konsumsinya
di AS besar
terhadap
komoditi
perikanan impor yang harganya lebih murah. Impllkasinya perlu ada pertimbangan yang matang dan berhatlhati bila pemerintah Indonesia berencana untuk menerapkan pajak ekspor terhadap komoditi ekspor perikanan Indonesia. Penerapan
49
Ana/isis dan Pembahasan
pajak ekspor bisa mendorong eksportir Indonesia meningkatkan harga ekspornya
untuk
mempertahankan
margin
laba
atau jika tidak
menaikkan harga ekspornya, mereka akan menerima laba yang lebih sedikit. komoditi
Peningkatan ekspor
harga ekspor akan
perikanan
Indonesia
di
mengurangi pasar
AS,
permintaan sedangkan
penurunan laba berarti penurunan insentif untuk mengekspor. Kedua hal tersebut sama-sama dapat mengakibatkan penurunan ekspor perikanan Indonesia. Hasil estimasi persamaan permintaan ekspor memberikar:1 nilai koefisien
regresi
variabel
pendapatan
mitra
dagang (yw)
untuk
hubungan dagang dengan Jepang sebesar 0,97. Sedangkan untuk hubungan dagang dengan Amerika Serikat sebesar 2,51. Koefisien regresi variabel pendapatan mitra dagang (Jepang) sebesar 0,97 artinya bila pendapatan Jepang naik 1°/o ceteris paribus, permintaan ekspor perikanan Indonesia naik 0,97%. Sedangkan untuk kasus Amerika Serikat, koefisien pendapatan mitra dagang (AS) sebesar 2,51, berarti bila pendapatan AS naik 1°/o, maka permintaan ekspor perikanan dari AS naik sebesar 2,51 °/o. Besaran koefisien variabel ini menunjukkan bahwa permintaan ekspor bersifat elastis terhadap perubahan tingkat pendapatan mitra dagang (Amerika Serikat) dan tidak elastis terhadap perubahan tingkat pendapatan mitra dagang (Jepang).
Perbedaan
elastisitas ini memerlukan
pengkajian lebih
lanjut. Peningkatan GOP atau pendapatan suatu negara mempunyai pengaruh ambigu terhadap perdagangan. Pada satu sisi, pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa berpengaruh positif bagi eksportir kita, karena berarti pula semakin besarnya pasar ekspor. Pada sisi lain, pertumbuhan ekonomi negara lain bisa berarti peningkatan kompetisi bagi eksportir kita (Krugman dan Obstfeld, 2000). Ketika pendapatan Jepang dan Amerika meningkat, permintaan Jepang dar\ Amerika akan komodltl ekspor perikanan Indonesia meningkat pula. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan pendapatan ( ekonomi) Jepang dan Am erika mempunyai efek konsumsi yang pro-
50
Ana/isis dan Pembahasan
perdagangan
(protrade
consumption
effect)
khususnya
dalam
perdagangan komoditi perikanan. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dikatakan memiliki protrade consumption effect bila pertumbuhan ekonomi negara tersebut menyebabkan peningkatan konsumsi barang dan jasa yang dapat diimpor (importable) relatif lebih tinggi daripada peningkatan
barang
dan
jasa
yang
bisa
diekspor (exportable)
(Salvatore, 1998). Sehingga semakin tinggi GDP atau pendapatan baik Jepang maupun Amerika Serikat maka akan semakin besar permintaan kedua negara tersebut terhadap komoditi impor. Sebagai konsekuensinya diperlukan adanya informasi mengenai prospek perkembangan ekonomi Jepang dan Amerika Serikat serta negara-negara lain yang menjadi tujuan ekspor perikanan Indonesia. Informasi
dan
perkembangan
analisa ekonomi
yang
akurat
negara-negara
dan
handal
tujuan
mengenai
ekspor perikanan
Indonesia serta dampaknya terhadap prospek permintaan komoditi ekspor perikanan Indonesia merupakan informasi yang sangat berguna bagi
para
diharapkan
eksportir perikanan
Indonesia.
Dengan
eksportir dapat mengambil tindakan
informasi ini,
antisipatif yang
diperlukan bila terjadi perubahan pada pasar ekspor perikanan. b. persamaan penawaran ekspor
Estimasi persamaan penawaran ekspor ke Jepang menghasilkan nilai koefisien variabel harga relatif (px/pd) sebesar 1,16. Nilai elastisitas sebesar 1,16 berarti bahwa jika harga relatif naik 1 °/o, maka penawaran ekspor akan naik sebesar 1,16°/o. Sedangkan estimasi persamaan penawaran ekspor ke Amerika Serikat memberikan nilai koefisien variabel harga relatif (px/pd) sebesar 1,30. Nilai elastisitas sebesar 1,30
berarti
bahwa jika
harga
relatif naik
1°/o,
maka
penawaran ekspor akan naik sebesar 1,30°/o. Ini menunjukkan bahwa penawaran
ekspor ke Jepang dan AS
bersifat elastis terhadap
perubahan harga relatif, perubahan penawaran ekspor relatif leblh kecil daripada perubahan harga relatlf (px/pd). Tanda koefisien variabel harga relatif adalah positif, sesuai dengan
teori
dan
menunjukkan
peningkatan
harga
relatif akan
51
Ana/isis dan Pembahasan
menyebabkan
peningkatan
kuantitas
ekspor.
Jika
harga
relatif
meningkat berarti akan lebih menguntungkan bagi eksportir bila mengekspor komoditi perikanan daripada menjualnya di dalam negeri, karena harganya lebih tinggi daripada harga domestik. Sehingga insentif untuk melakukan ekspor menjadi lebih tinggi, selanjutnya berdampak pada kuantitas ekspor Indonesia secara agregat. Implikasinya adalah perlu ada pertimbangan yang hati-hati dan mendalam apabila pemerintah berencana untuk memberlakukan pajak ekspor terhadap komoditi perikanan. Pemberlakuan pajak ekspor dapat mengurangi insentif untuk mengekspor, karena secara tidak langsung pajak ekspor mempunyai pengaruh yang sama dengan penurunan harga relatif. Nilai koefisien variabel kapasitas produksi domestik (kd) sebesar
7,13 untuk persamaan penawaran ekspor ke Jepang. Nilai elastisitas 7,13 berarti bila kapasitas produksi domestik meningkat 1 °/o maka kuantitas ekspor akan meningkat 7,13°/o, kuantitas ekspor bersifat elastis
terhadap
kapasitas
produksi
domestik.
Sedangkan
untuk
persamaan penawaran ekspor ke AS nilai koefisien regresi variabel kapasitas produksi domestik (kd) sebesar 15,44. Nilai elastisitas 15,44 berarti bila kapasitas produksi domestik meningkat 1°/o maka kuantitas ekspor akan meningkat 15,44°/o. Tanda koefisien variabel kapasitas produksi domestik positif, sesuai dengan teori dan menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas produksi domestik akan menyebabkan peningkatan kuantitas ekspor. Karena berarti tersedia lebih banyak komoditi perikanan untuk ekspor dan pemenuhan kebutuhan domestik. Implikasinya, perlu ada kesungguhan dalam pengembangan dan pembangunan subsektor perikanan dengan salah satu tujuan berupa peningkatan
J
produksi perikanan nasional.
Potensi perikanan laut
Indonesia diperkirakan sebesar 6,26 juta ton terdiri dari 4,40 juta ton darl laut teritorial dan 1,86 juta ton darl ZEE; jumlah tangkapan yang diperbolehkan (total allowable catch) sebesar 5,01 juta ton per tahun atau 80°/o dari potensi sumberdaya (Wagey, 2004). Jumlah tersebut
52
Ana/isis dan Pembahasan
belum termasuk potensi perikanan budidaya air payau dan perikanan darat. Di sisi lain jumlah produksi perikanan laut Indonesia pada tahun 2001
baru
sebesar
juta
3,45
ton
(data
FAO).
Berarti
upaya
peningkatan produksi perikanan Indonesia masih mungkin untuk dilakukan, karena eksploitasi sumberdaya perikanan laut Indonesia masih berada di bawah ambang potensi lestari. Upaya peningkatan produksi
ini
selain
berkaitan
dengan
ekspor
perikanan,
juga
dimaksudkan untuk pemenuhan kebutuhan domestik dan mendukung program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) dengan
salah
satu fokus
kegiatan
revitalisasi
bidang
ketahanan
pangan. Nilai persamaan
koefisien penawaran
variabel ekspor
konsumsi ke
Jepang
domestik sebesar
(cd)
-2,63.
untuk Nilai
elastisitas -2,63 berarti bila konsumsi domestik meningkat 1°/o ceteris paribus, maka penawaran ekspor akan menurun 2,63°/o. Sedangkan
untuk persamaan penawaran ekspor ke AS nilai koefisien variabel konsumsi domestik (cd) sebesar -7,22. Nilai elastisitas -7,22 berarti bila konsumsi domestik meningkat 1°/o, maka penawaran ekspor ke AS akan menurun 7,22°/o. Hal ini menunjukkan bahwa penawaran ekspor J
bersifat elastis terhadap perubahan konsumsi domestik, perubahan penawaran ekspor relatif lebih besar daripada perubahan konsumsi domestik (cd). Tanda koefisien variabel konsumsi domestik adalah negatif, sesuai dengan teori dan menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi domestik akan menyebabkan penurunan kuantitas penawaran ekspor. Apabila
konsumsi
domestik meningkat,
maka jumlah ikan yang
tersedia untuk kebutuhan ekspor akan berkurang, sehingga ekspor menurun. Konsumsi domestik produk perikanan diperkirakan akan terus mengalami peningkatan. Selama tahun 1992-1997 konsumsi ikan per kapita meningkat 2,8°/o per tahun (Dahuri dan Jusuf, 1999). Ferc-mena ini perlu direspon dengan peningkatan produksi perikanan Indonesia, dengan
maksud
selain
untuk
mengamankan
ekspor
perikanan
53
Ana/isis dan Pembahasan
Indonesia juga dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik dan ketahanan pangan. Variabel
ketidakpastian
nilai
tukar
(er)
untuk
persamaan
penawaran ekspor ke Jepang dan Amerika Serikat secara statistik tidak signifikan mempengaruhi penawaran ekspor. Tanda koefisien regresi variabel ketidakpastian nilai tukar negatif untuk penawaran ekspor ke AS sudah sesuai dengan teori. Semakin tidak pasti nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, semakin sulit bagi importir untuk mengambil keputusan-keputusan bisnisnya sehingga pada akhirnya berdampak terhadap kuantitas penawaran ekspor. Sedangkan tanda koefisien J
variabel ketidakpastian nilai tukar untuk penawaran ekspor ke Jepang yang positif tidak sesuai teori. Tidak
signifikannya
variabel
ketidakpastian
nilai
tukar
memberikan gambaran bahwa perilaku eksportir perikanan Indonesia tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang atau dollar AS. Meskipun demikian perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai fenomena ini.
54
Kesimpu/an dan Saran
BABVI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh serta analisis yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada periode 1984-1993 ekspor perikanan Indonesia ke Jepang meningkat sebesar US$ 667,85 juta (370°/o). Peningkatan ekspor ini terutama disebabkan oleh faktor pertumbuhan pasar Jepang yang impor perikanannya meningkat sebesar 240°/o selama periode tersebut. Sedangkan untuk pasar AS, dimana ekspor Indonesia meningkat sebesar US$ 145,95 juta (2.226°/o), peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan daya saing komoditi ekspor perikana~
Indonesia. Peningkatan daya saing ekspor perikanan
Indonesia tercermin oleh peningkatan pangsa ekspor Indonesia dari sebesar 0,17°/o pada tahun 1984 meningkat menjadi 2,48°/o pada tahun 1993. 2. Pada periode 1994-2003 ekspor perikanan Indonesia ke Jepang turun sebesar US$ 340,33 juta (-34°/o). Penurunan ekspor ini terutama disebabkan oleh penurunan impor perikanan Jepang yang menyusut 20°/o. Penurunan impor perikanan Jepang merupakan imbas dari krisis ekonomi Heisei yang melanda Jepang pada tahun
1994-1998 (Matsuda, 2000). Sebaliknya pada periode yang sama ekspor perikanan Indonesia ke Amerika Serikat meningkat sebesar US$ 196,50 juta (117°/o). Peningkatan ekspor ini terutama didorong oleh faktor pertumbuhan impor perikanan Amerika Serikat, yang meningkat sebesar US 4,65 milyar atau tumbuh sebesar 67°/o. 3. Permintaan komoditi ekspor perikanan Indonesia dari AS secara statistik signifikan dipen'garuhi oleh variabel harga ekspor relatif dan variabel pendapatan Amerlka Serlkat. Permlntaan komodltl ekspor perikanan Indonesia dari AS bersifat elastis terhadap perubahan kedua variabel ini.
55
Kesimpulan dan Saran
4. Sedangkan permintaan komoditi ekspor perikanan Indonesia dari
Jepang
secara
statistik
signifikan
dipengaruhi
hanya
oleh
pendapatan Jepang. Sedangkan variabel harga ekspor relatif tidak secara statistik tidak signifikan mempengaruhi permintaan komoditi perikanan Indonesia. Permintaan komoditi ekspor bersifat inelastis terhadap perubahan pendapatan Jepang. I
5. Penawaran ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan AS secara statistik signifikan dipengaruhi oleh variabel harga relatif, kapasitas produksi domestik dan variabel konsumsi domestik. Sedangkan Variabel ketidakpastian nilai tukar secara statistik tidak signifikan mempengaruhi penawaran ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan ke Amerika Serikat. 6. Penawaran ekspor perikanan Indonesia ke Jepang dan Amerika Serikat bersifat elastis terhadap perubahan variabel harga relatif, kapasitas produksi domestik dan Variabel konsumsi domestik.
6.2. Saran Bertitik tolak dari hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang bisa disampaikan, yaitu :
1. Perlu ada kesungguhan dalam pengembangan dan pembangunan subsektor perikanan dengan salah satu tujuan berupa peningkatan J
produksi perikanan nasional. Upaya peningkatan kapasitas produksi perikanan Indonesia
masih
mungkin
untuk dilakukan,
karena
eksploitasi sumberdaya perikanan laut Indonesia masih berada di bawah ambang potensi lestari. Sementara budidaya laut belum banyak berkembang. Upaya peningkatan produksi ini selain demi kepentingan
ekspor
perikanan,
juga
dimaksudkan
untuk
pemenuhan kebutuhan domestik yang semakin meningkat serta guna mendukung program revitalisasi bidang ketahanan pangan. 2. Perlu ada pertimbangan yang hati-hati dan mendalam apabila pemerintah
berencana
untuk
memberlakukan
pajak
ekspor
terhadap komoditi perikanan. Pemberlakuan pajak ekspor dapat menurunkan permintaan komoditi ekspor perikanan Indonesia· dan mengurangi insentif untuk mengekspor.
56
DAFTAR PUSTAKA
1.
Arshad, M Fatimah. 1997. Export Performance of Selected Electrical and Electronic Product. Department of Agricultural Economics Faculty of Economics and Management, University Putra Malaysia. Selangor
2.
Badan Pusat Statistik. 1948-2004. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia.
3.
Blanchard, 0. 2000. Macroeconomics. Prentice-Hall. New Jersey.
4.
Budiharsono, S. 2001. Teknik Ana/isis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya Paramita. Jakarta.
5.
Catao, L dan Falcetti, E. 1999. Determinants of Argentina's External Trade. IMF Working Paper. International Monetary Fund.
6.
Dahuri, R dan Gellwyn Jusuf, 1999. The Impact of The Economic Crisis on Indonesia's Fishery Sector. Working Paper, ACIAR Indonesia Research Project
7.
Fitzgerald, J. 2002. A $34 billion Reason to Access the US Seafood Market : a Guide to Exporting Australia's Fisheries Product to the US. Department of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia.
8.
Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometric. McGraw-Hill. Boston.
9.
Ichikawa, H. . Constant Market Share Anaysis and Open Regionalism. Chapter III.
10. International Monetary Fund. 1984-2004. International Financial Statistics Yearbook. 11. Joo Lee. B. 2000. Hitchhiker's Guide to Eviews and Econometrics. Department of Economics - University of Notre Dame. 12.
Kusumawati, D. 2000. Determinan Ekspor Manufaktur Indonesia ke Amerika Serikat Perlode 1979-1996. Program Pasca St!rjana Bidang Ilmu Ekonomi. Universitas Indonesia.
13.
Krugman, P. dan Obstfeld, M. 2000. International Economics : Theory and Policy. 5th edition. Addison-Wesley Publishing Company. Massachusetts.
14.
Matsuda, Y. 2000. History of Fish Marketing and Trade with Particular Reference to Japan. Kagoshima University, Japan.
15.
Plndyck, R.S, Rublnfeld, D. 1991. Economic Model and Economic Forecast. 3rd ed. McGraw Hill.
16.
Salvatore, D. Jersey.
1998. International Economics. Prentice Hall. New
57
17.
Sung Cho, D dan Chang Moon, H. 2000. From Adam Smith to Michael Porter : Evolution of Competitiveness Theory. World Scientific. Singapore.
18. Tambunan, T. 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia. Salemba Empat, Jakarta. 19. Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga. Jilid 2. Penerbit Erlangga, Jakarta. 20.
Wagey, G. A., 2004. Valuation on Indonesia Marine and Fisheries Resources. Apec Integrated Ocean Management Forum III. Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC)
21.
Yamashita, H. 1996. Factors Affecting Domestic Price Differentials in the Japanese Fisheries and Marine Products. Working Paper Series 95/96 No.3. IDE-APEC Study Center.
58
LAMPI RAN
Ekspor Indonesia Berdasarkan Tujuan Total Nilai ($) Tahun 6,545,706 1984 1985 4,445,962 1986 5,567,681 1987 11,704,860 28,962,189 1988 74,604,000 1989 1990 113,096,256 1991 178,653,127 1992 162,235,273 1993 152,504,381 1994 168,183,447 1995 131 '1 00,536 1996 185,986,800 1997 192,175,614 1998 246,006,867 1999 254,930,418 2000 323,402' 744 2001 317,196,312 2002 326,739,153 2003 364,686,998
AS Volume (Kg) 1,713,748 1,065,403 1,190,475 2,705,686 6,637,435 24,924,908 19,923,842 45,031,801 34,210,013 32,929,196 34,010,806 30,005,939 34,386,632 25,390,527 39,857,975 44,171,001 53,297,187 52,039,278 55,094,718 67,578,677
Total Jepang Nilai ($) Volume (Kg) 180,481 ,488 28,722,120 188,782,563 34,344,149 256,449,238 38,494,111 309,420,400 49,773,883 453,785,856 65,936,244 475,439,992 105,900,799 543,043,915 104,125,334 608,855,185 105,888,511 631,918,493 109,033,979 848,332,465 138,958,864 986,495,401 139,413,383 1,070,241,992 138,656,143 996,290,604 136,386,480 923,400,250 137,102,118 839,863,412 163,537,317 695,275,783 111 '797,922 784,250,907 107,728,871 755,648,356 117,996,991 724,875,688 131,790,109 646,163,162 120,651,566
Lainnya Volume (Kg) Nilai ($) 30,605,498 40,278,622 39,657,427 29,851,258 45,096,482 68,300,079 61,504,943 111 '517' 192 76,819,431 169,550,573 206,608,992 ~ 122,494,699 317,233,309 167,456,725 388,584,440 222,428,155 382,578,622 240,954,879 419,879,290 308,149,441 430,279,808 309,154,205 471,663,208 330,935,311 501,023,140 355,600,872 506,549,632 376,408,687 392,650,857 533,143,081 579,286,863 436,042,930 480,412,543 299,758,841 465,044,452 250,575,379 439,715,767 306,670,845 540,652,609 585,242,650
Total Nilai ($) 227,305,816 232,885,952 330,316,998 432,642,452 652,298,618 756,652,984 973,373,480 1,176,092,752 1'176,732,388 1,420, 716,136 1,584,958,656 1,673,005, 736 1,683,300,544 1,622,125,496 1,619,013,360 1,529,493,064 1,588,066,194 1,537,889,120 1,491,330,608 1,551,502,769
Volume (Kg) 61,041,366 65,260,810 84,781,068 113,984,512 149,393,110 253,320,406 291,505,901 373,348,467 384,198,871 480,037,501 482,578,394 499,597,393 526,373,984 .
538,901,332 596,046,149 592,011,853 460,784,899 420,611,648 493,555,672 773,472,893
Persentase Ekspor Indonesia Berdasarkan Tujuan
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Total AS Nilai Volume 2.88% 2.81% 1.91% 1.63% 1.69% 1.40% 2.71% 2.37% 4.44% 4.44% 9.86% 9.84% 11.62% 6.83% 15.19% 12.06% 13.79% 8.90% 10.73% 6.86% 10.61% 7.05% 7.84% 6.01% 11.05% 6.53% 11.85% 4.71% 15.19% 6.69% 16.67% 7.46% 20.36% 11.57% 20.63% 12.37% 21.91% 11.16% 23.51% 8.74%
Total Jepang Nilai Volume 79.40% 47.05% 81.06% 52.63% 77.64% 45.40% 71.52% 43.67% 69.57% 44.14% 62.83% 4~~81% 55.79% 35.72% 51.77% 28.36% 53.70% 28.38% 59.71% 28.95% 62.24% 28.89% 63.97% 27.75% 59.19% 25.91% 56.93% 25.44% 51.88% 27.44% 45.46% 18.88% 49.38% 23.38% 49.14% 28.05% 43.61% 26.70% 41.65% 15.60%
Lainnva Nilai Volume 17.72% 50.14% 17.03% 45.74% 20.68% 53.19% 25.78% 53.96% 25.99% 51.42% 27.31% 48.36% 32.59% 57.45% 33.04% 59.58% 32.51% 62.72% 29.55% 64.19% 27.15% 64.06% 28.19% 66.24% 29.76% 67.56% 31.23% 69.85% 32.93% 65.88% 37.87% 73.65% 30.25% 65.05% 30.24% 59.57% 29.48% 62.14% 34.85% 75.66%
Total Nilai Volume 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00°~ 100.00% 100.00%
Ekspor Indonesia Berdasarkan Komoditi
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC Ni!ai ($) 14,895,072 18,881,128 24,294,912 45,199,540 83,928,768 110,497,000 177,369,376 253,548,304 281,892,288 391,618,688 369,377,664 417,867,200 424,754,976 430,509,760 394,760,608 420,639,454 341,240,954 336,331,584 370,288,000 424,535,638
034 Volume (Ka) 23,539,524 27,290,852 35,725,108 53,594,948 67,350,464 96,023,480 158,348,560 211,656,000 230,739,728 319,674,848 313,168,576 333,513,216 351,675,168 382,682,624 381,487,648 402,066,804 249,490,174 203,386,960 276,403,936 525,214,093
SITC 035 Nilai ($) Volume (Kg) 5,466,640 1'161 ,736 3,935,764 1,114,528 4,070,574 1,389,639 6,540,603 1,714,886 14,037,558 1,518,653 3,266,234 20,309,000 27,763,836 5,352,893 34,380,464 5,840,095 44,904,436 9,747,163 53,268,976 14,789,125 83,550,176 20,677,598 69,183,016 16,205,465 87,596,824 20,502,960 61,851,360 23,338,808 59,796,976 14,322,473 52,907,236 15,924,576 54,064,783 17,180,412 55,085,296 15,874,960 73,150,368 18,141,804 45,_8_2_2,250 18,532,369
SITC 036 Nilai (S) Volume (Kg) 202,459,168 34,069,208 207,496,800 35,453,140 45,323,340 297' 188,608 368,575,040 52,658,776 527,368,992 69,266,424 577,065,984 125,284,224 712,915,712 105,815,120 798,838,656 110,934,496 795,386,112 116,035,600 911,422,976 116,631,040 1,054,288,320 118,676,224 1,088,492,288 112,916,312 1,070,051,840 117,200,752 1,048,613,696 106,4 76,840 1,042,561,920 155,602,304 956,235,232 131,424,731 1,085,200,565 142,492,237 1,039,666,368 157,338,480 948,828,352 154,789,600 967,058,724 176,446,360
SITC Nilai ($) 4,484,936 2,572,260 4,762,904 12,327,269 26,963,300 48,781,000 55,324,556 89,325,328 54,549,552 64,405,496 77,742,496 97,463,232 100,896,904 81,150,680 121,893,856 99,711,142 107,559,892 106,805,872 99,063,888 114,086,157
037 Volume (Kg) 2,270,898 1,402,290 2,342,981 6,015,902 11,257,569 28,746,468 21,989,328 44,917,876 27,676,380 28,942,488 30,055,996 36,962,400 36,995,104 26,403,060 44,633,724 42,595,742 51,622,076 44,011,248 44,220,332 53,280,071
SITC Nilai ($) 227,305,816 232,885,952 330,316,998 432,642,452 652,298,618 756,652,984 973,373,480 1,176,092,752 1,176,732,388 1,420,716,136 1,584,958,656 1,673,005,736 1,683,300,544 1,622,125,496 1,619,013,360 1,529,493,064 1,588,066,194 1,537,889,120 1,491,330,608 1,551,502,769
03 Volume (Kg) 61,041,366 65,260,810 84,781,068 113,984,512 149,393,110 253,320,406 291,505,901 373,348,467 384,198,871 480,037,501 482,578,394 499,597,393 526,373,984 538,901,332 596,046,149 592,011,853 460,784,899 420,611,648 493,555,672 773,472,893
Persentase Ekspor Indonesia Berdasarkan Komoditi
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC 034 Nilai Volume 6.55% 38.56% 8.11% 41.82% 7.36% 42.14% 10.45% 47.02% 12.87% 45.08% 14.60% 37.91% 18.22% 54.32% 21.56% 56.69% 23.96% 60.06% 27.56% 66.59% 23.31% 64.89% 24.98% 66.76% 25.23% 66.81% 26.54% 71.01% 24.38% 64.00% 27.50% 67.92% 21.49% 54.14% 21.87% 48.36% 24.83% 56.00% 27.36% 67.90%
SITC 035 Nilai Volume 2.40% 1.90% 1.69% 1.71% 1.23% 1.64% 1.51% 1.50% 2.15% 1.02% 2.68% 1.29% 2.85% 1.84% 2.92% 1.56% 3.82% 2.54% 3.75% 3.08% 5.27% 4.28% 4.14% 3.24% 5.20% 3.90% 3.81% 4.33% 3.69% 2.40% 3.46% 2.69% 3.40% 3.73% 3.58% 3.77% 4.91% 3.68% 2.95% 2.40%
SITC 036 Nilai Volume 89.07% 55.81% 89.10% 54.33% 89.97% 53.46% 85.19% 46.20% 80.85% 46.37% 76.27% 49.46% 73.24% 36.30% 67.92% 29.71% 67.59% 30.20% 64.15% 24.30% 66.52% 24.59% 65.06% 22.60% 63.57% 22.27% 64.64% 19.76% 64.39% 26.11% 62.52% 22.20% 68.33% 30.92% 67.60% 37.41% 63.62% 31.36% 62.33% 22.81%
SITC 037 Nilai Volume 1.97% 3.72% 1.10% 2.15% 1.44% 2.76% 2.85% 5.28% 4.13% 7.54% 6.45% 11.35% 5.68% 7.54% 7.60% 12.03% 4.64% 7.20% 4.53% 6.03% 4.91% 6.23% 5.83% 7.40% 5.99% 7.03% 5.00% 4.90% 7.53% 7.49% 6.52% 7.20% 6. 77% 11.20% 6.94% 10.46% 6.64% 8.96% 7.35% 6.89%
SITC 03 Nilai Volume 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Ekspor Indonesia Ke Jepang
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC 034 Nilai ($) Volume (Kg) 5,283,879 4,999,316 8,336,674 8,524,444 9,292,401 8,216,917 21,833,840 16,865,206 37,545,296 20,107,584 56,307,000 25,940,1 '?0 73,367,656 42,142,204 102,787,240 47,946,268 109,405,720 44,448,364 173,188,208 67,684,872 141,244,912 60,205,288 155,261,648 55,953,936 125,670,664 51,316,368 138,647,104 55,348,936 115,431,368 55,257,624 102,999,337 40,546,271 104,997,300 33,020,423 113,860,656 37,224,876 127,257,688 49,763,264 106,912,541 39,793,685
SITC 035 Nilai ($) Volume (Kg) 4,011,497 224,464 2,798,841 202,160 2,326,236 169,429 2,895,213 188,643 7,157,026 436,792 6,995,000 594,388 11,406,944 1,424,644 16,906,472 2,250,420 21,301,280 3,811,415 29,667,928 4,333,458 61,597,640 7,397,175 46,255,600 6,034,916 62,012,928 7,777,112 48,495,600 16,299,841 47,645,660 6,611,845 36,163,166 6,968,322 30,986,632 6,187,595 37,253,344 5,802,006 55,738,552 8,539,021 31,235,100 __],794J~~
SITC 036 Nilai ($) Volume (Kq) 171,186,112 23,498,340 177,645,232 25,616,932 244,801,872 30,094,078 284,546,048 32,681,906 408,940,128 45,342,896 410,824,992 78,589,488 457,085,024 60,012,924 487,493,504 54,923,992 498,470,656 59,468,896 641 ,094,400 64,826,424 776,662,464 67,921,312 854,163,968 69,260,480 787,832,896 69,532,304 708,312,320 57,569,156 642,174,912 90,934,400 53,062,659 525,120,501 621,577,116 58,163,730 577,783,808 64,778,116 513,909,856 62,947,064 -- 479,148,824 62,693,172
-
SITC 037 Nilai ($} Volume (Kg) 0 0 1,816 613 28,729 13,687 145,299 38,128 143,406 48,972 1,313,000 776,753 545,562 1 '184,291 1,667,969 767,831 2,740,837 1,305,304 4,381,929 2,114,110 6,990,385 3,889,608 14,560,776 7,406,811 20,774,116 7,760,696 27,945,226 7,884,185 34,611,472 10,733,448 30,992,779 11,220,670 26,689,859 10,357,123 26,750,548 10,191,993 27,969,592 10,540,760 28,866,697 10,369,960
SITC Nilai ($) 180,481,488 188,782,563 256,449,238 309,420,400 453,785,856 475,439,992 543,043,915 608,855,185 631,918,493 848,332,465 986,495,401 1,070,241,992 996,290,604 923,400,250 839,863,412 695,275,783 784,250,907 755,648,356 724,875,688 646,163,162
03 Volume (Kg) 28,722,120 34,344,149 38,494,111 49,773,883 65,936,244 105,900,799 104,125,334 105,888,511 109,033,979 138,958,864 139,413,383 138,656,143 136,386,480 137,102,118 163,537,317 111,797,922 107,728,871 117,996,991 131,790,109 120,651,566
Persentase Ekspor ke Jepang Berdasarkan Komoditi
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC 034 Nilai Volume 2.93% 17.41% 4.42% 24.82% 3.62% 21.35% 7.05% 33.88% 8.27% 30.50% 11.84% 24.49% 13.51% 40.47% 16.88% 45.28% 17.31% 40.77% 20.42% 48.71% 14.32% 43.18% 14.51% 40.35% 12.61% 37.63% 15.01% 40.37% 13.74% 33.79% 14.81% 36.27% 13.39% 30.65% 15.07% 31.55% 17.56% 37.76% 16.55% 32.98% ------
----
SITC 035 Nilai Volume 2.22% 0.78% 1.48% 0.59% 0.91% 0.44% 0.94% 0.38% 1.58% 0.66% 1.47% 0.56% 2.10% 1.37% 2.78% 2.13% 3.37% 3.50% 3.50% 3.12% 6.24% 5.31% 4.32% 4.35% 6.22% 5.70% 5.25% 11.89% 5.67% 4.04% 5.20% 6.23% 3.95% 5.74% 4.93% 4.92% 7.69% 6.48% 4.83% 6.46%
SiTC 036 SITC 037 Nilai Volume Nilai Volume 94.85% 81.81% 0.00% 0.00% 94.10% 74.59% 0.00% 0.00% 95.46% 78.18% 0.01% 0.04% 91.96% 65.66% 0.05% 0.08% 90.12% 68.77% 0.03% 0.07% 86.41% 74.21% 0.28% 0.73% 84.17% 57.64% 0.22% 0.52% 80.07% 51.87% 0.27% 0.73% 78.88% 54.54% 0.43% 1.20% 75.57% 46.65% 0.52% 1.52% 78.73% 48.72% 0.71% 2.79% 79.81% 49.95% 1.36% 5.34% 79.08% 50.98% 2.09% 5.69% 76.71% 41.99% 3.03% 5.75% 76.46% 55.60% 4.12% 6.56% 75.53% 47.46o/u 4.46% 10.04% 79.26% 53.99% 3.40% 9.61% 76.46% 54.90% 3.54% 8.64% 70.90% 47.76% 3.86% 8.00% 74.15% 51.960joL...4._4_7~ _!!.59%
SITC 03 Nilai Volume 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
Ekspor Indonesia ke AS
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC 034 Nilai ($) Volume (Kg) 144,741 72,874 389,210 104,764 452,222 137,171 585,312 1 '120,703 2,103,344 1,016,374 1,351,160 3,450,000 1,183,051 3,731,598 7,412,326 2,269,851 3,582,947 11,409,933 16,869,792 5,175,300 8,562,997 28,070,916 27,122,432 8,256,768 7,993,596 26,326,476 27,430,332 6,460,119 7,836,695 26,970,328 37,421,446 10,705,547 59,302,594 15,121,459 57,428,376 15,303,625 74,871,968 18,153,358 79,523,107 19,493,610
SITC 035 Volume (Kg) Nilai ($) 0 0 0 0 0 0 9,430 1,687 65,686 1,062 23,000 214 84,936 304,090 441,437 1,829,273 475,252 1,802,774 284,124 1,058,173 5,187 28,979 41,792 291,024 41,949 179,852 743,308 118,220 445,615 229,088 303,954 85,073 272,118 1 '199,843 350,748 39,601 54,971 371,037 468 3,032
SITC 036 Volume (Kg) Nilai ($) 4,179,705 533,812 3,175,818 482,062 574,375 4,242,623 8,480,839 1 '112,937 1,895,812 17,093,504 8,194,626 47,375,000 81,141,936 8,804,052 114,766,960 13,035,205 121,604,256 15,454,774 96,533,656 11,076,055 96,653,888 10,675,502 5,313,274 53,948,476 109,551,496 10,003,512 138,930,016 11 '138, 134 174,537,056 16,357,793 179,093,255 18,338,061 217,565,545 20,767,202 212,273,152 21,683,992 216,193,744 23,757,484 237,002,352 28,751,039
SITC 037 Nilai ($) Volume {Kg) 2,221,260 1,107,062 478,577 880,934 872,836 478,929 1,005,750 2,093,888 3,724,187 9,699,655 23,756,000 15,3n,9o8 9,851,803 27,918,632 54,644,568 29,285,308 27,418,310 14,697,040 38,042,760 16,393,717 43,429,664 14,767,120 49,738,604 16,394,105 49,928,976 16,347,575 7,674,054 25,071,958 44,053,868 15,434,399 38,111,763 15,042,320 45,334,762 17,136,408 47,144,036 15,012,060 35,302,404 13,128,905 48,158,507 19,333,560
SITC 03 Volume {Kg) Nilai ($) 1,713,748 6,545,706 1,065,403 4,445,962 1,190,475 5,567,681 2,705,686 11,704,860 6,637,435 28,962,189 74,604,000 24,924,908 113,096,256 19,923,842 178,653,127 45,031,801 162,235,273 34,210,013 152,504,381 32,929,196 168,183,447 34,010,806 131 '100,536 30,005,939 185,986,800 34,386,632 192,175,614 25,390,527 246,006,867 39,857,975 254,930,418 44,171,001 323,402,7 44 53,297,187 317,196,312 52,039,278 326,739,153 55,094,718 364,686,998 67,578,677
Persentase Ekspor ke AS Berdasarkan Komoditi
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC 034 Nilai Volume 2.21% 4.25% 8.75% 9.83% 8.12% 11.52% 9.57% 21.63% 7.26% 15.31% 4.62% 5.42% 3.30% 5.94% 4.15% 5.04% 7.03% 10.47% 11.06% 15.72% 16.69% 25.18% 20.69% 27.52% 14.16% 23.25% 14.27% 25.44% 10.96% 19.66% 14.68% 24.24% 18.34% 28.37% 18.10% 29.41% 22.91% 32.95% 21.81% 28.85%
SITC 035 Nilai Volume 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.08% 0.06% 0.23% 0.02% 0.03% 0.00% 0.27% 0.43% 1.02% 0.98% 1.11% 1.39% 0.69% 0.86% 0.02% 0.02% 0.22% 0.14% 0.10% 0.12% 0.39% 0.47% 0.18% 0.57% 0.12% 0.19% 0.37% 0.51% 0.11% 0.08% 0.11% 0.10% 0.00% 0.00% -----
SITC 036 Nilai Volume 63.85% 31.15% 71.43% 45.25% 76.20% 48.25% 72.46% 41.13% 59.02% 28.56% 63.50% 32.88% 71.75% 44.19% 64.24% 28.95% 74.96% 45.18% 63.30% 33.64% 57.47% 31.39% 41.15% 17.71% 58.90% 29.09% 72.29% 43.87% 70.95% 41.04% 70.25% 41.52% 67.27% 38.96% 66.92% 41.67% 66.17% 43.12% 64.99% 42.54% --
-
SITC 037 Nilai Volume 33.93% 64.60% 19.81% 44.92% 15.68% 40.23% 17.89% 37.17% 33.49% 56.11% 31.8~~% 61.70% 24.69% 49.45% 30.59% 65.03% 16.90% 42.96% 24.95% 49.78% 25.82% 43.42% 37.94% 54.64% 26.85% 47.54% 13.05% 30.22% 17.91% 38.72% 14.95% 34.05% 14.02% 32.15% 14.86% 28.85% 10.80% 23.83% 13.21% 28.61%
SITC 03 Nilai Volume 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
lmpor Perikanan Jep;mg
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC Nilai ($) 1,526,636,416 1,766,745,600 2,539,329,536 3,119,908,864 4,327,673,856 4,114,461,696 4,396,868,096 4,984,870,912 5,655,878,144 6,07 4,411 ,520 6,746,100,224 7,242,315,264 7,116,833,280 6,640,836,096 5,446,593,024 6,832,982,016 6.838, 760,448 6,277,390,848 6,209,284,608 6,144,628,736
034 Volume (Kg) 648,699,520 771,488,448 905,816,256 1,044,809,664 1,266,785,408 1,170,353,408 1,335,237,504 1,520,001 ,536 1,576,084,352 1,696,499,584 1, 716,600,576 1,755,950,464 1,757,163,648 1,751 '179,904 1,631,112,960 1,842,587,392 1,!=105,716,224 2,035,067,520 2,030,247,296 1,751,419,264
SITC Nilai ($) 212,076,272 250,635,760 242,869,120 325,041,696 365,257,824 335,137,504 371,946,976 332,976,512 350,267,232 380,359,040 387,196,864 436,411,904 444,383,808 313,130,496 226,863,312 256,736,112 266,895,984 249,928,352 256,712,352 264,065,248
035 Volume (Kg) 22,580,442 25,727,794 22,927,684 25,070,190 22,580,524 24,535,276 25,432,456 24,081,856 24,138,738 25,582,352 26,246,612 27,467,928 25,366,260 25,914,632 20,898,412 19,478,864 19,640,700 20,177,828 21,891,158 22,413,420
SITC 036 Volume (Kg) Nilai ($) 2,099,256,576 500,202,464 2,284,745,728 530,337,344 3,196,506,880 608,047,360 3,947,104,256 636,472,768 4,841,594,880 692,431,616 4,633,430,016 712,899,072 4,843,427,328 729,193,280 5,275,318,272 773,229,056 5, 189,916,160 786,351,232 5, 782,948,352 827,637,632 6,773,102,080 830,960,128 7,363,572,224 798,717,056 6,686,432,768 821,457,472 5,852,685,312 754,943,488 4,997,789,184 737,419,328 5,283,960,320 786,451 ,456 5,698,311 ,680 796,142,976 4,628,320, 768 724,207,360 4,506,237,440 705,617,536 4, 175,143,680 632,222,720
SITC 037 Nilai ($) Volume (Kg) 258,212,800 56,644,208 307,909,792 63,391,720 447,717,248 78,246,352 600,160,832 86,919,072 958,937,728 110,347,152 948,470,656 111,211,592 918,135,168 116,887,648 1,228,597,632 137,773,280 1,369,902,336 149,197,504 1,679,505,920 160,950,544 1,960,354,688 190,954,032 2,336,192,768 220,955,920 2,418, 788,352 243,783,7 44 2,381,824,256 268,832,128 1,903,995,776 251,764,368 2,105,180,416 276,711 ,488 2,498,950,656 321,264,640 2,238,694,144 342,604,768 2,283,673,344 368,800,064 2,169,620,480 354,218,880
Total Nilai ($) Volume (Kg) 4,096,182,064 1,228,126,634 4,610,036,880 1,390,945,306 6,426,422, 784 1,615,037,652 7,992,215,648 1,793,271,694 10,493,464,288 2,092,144,700 10,031,499,872 2,018,999,348 10,530,377,568 2,206, 750,888 11,821,763,328 2,455,085, 728 12,565,963,872 2,535,771,826 13,917,224,832 2,710,870,112 15,866,753,856 2,764,761,348 17,378,492,160 2,803,091 ,368 16,666,438,208 2,847,771,124 15,188,476,160 2,800,870,152 12,575,241 ,296 2,641 '195,068 14,478,858,864 2,925,229,200 15,302,918,768 3,042, 764,540 13,394,334,112 3,122,057,476 13,255,907,744 3,126,556,054 12,753,458,144 2,760,274,284
lmpor Perikanan Amerika Serikat
Tahun 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
SITC Nilai ($) 1 ,382,690,560 1,582,973,184 1,905,529,856 2,460,662,528 2,152,461,824 2,322,483, 712 2,197,345,536 2,290,328,576 2,111,573,120 2, 175,583,744 2,250,673,152 2,457,785,856 2,51 0,643, 712 2,765,861,888 2,948,563,712 3,268,207,360 3,460,615, 750 3,335,162,368 3,563,472,640 3,808,838,656
034 Volume (Kg) 532,699,744 704,127,360 748,528,512 820,195,008 697,187,648 802,744,512 689,486,592 700,050,496 630,569,088 671 '750,528 680,736,192 719,652,480 747,843,328 758,956,608 815,684,864 804,005,824 802,382,861 802,611,200 852,256,640 874,854,784
SITC Nilai ($) 73,877,296 74,359,952 83,129,944 95,799,392 92,126,824 107,533,504 119,283,088 125,743,200 135,038,144 123,318,424 123,602,400 137,284,352 133,146,072 132,402,064 139,996,848 148,315,520 151,237,832 153,640,448 162,444,912 166,370,592
035 SITC 036 Nilai ($) Volume (K~) Volume (Kg) 30,758,748 1,909,898,624 224,035,040 29,668,172 1,917,261,568 242,582,112 30,878,748 2,248,827,136 263,424,992 29,072,112 2,577,280,256 296,122,848 28,793,576 2,528,297,472 298,821,376 31,496,988 2,511,090,944 314,561,120 30,228,196 2,395,055,104 308,309,536 29,523,486 2,562,900,480 320,994,720 28,750,876 2,831 ,386,880 355,394,080 29,702,512 3,006,450,432 373,922,016 30,341,464 3,614,044,160 395,222,656 30,657,232 3,536,592,896 379,122,464 29,215,626 3,310,325,248 382,648,256 29,501,724 3,940,670, 720 431,692,992 30,327,496 4,004,409,088 454,913,824 28,794,984 4,267,729,152 486,707,936 30,257,401 4,981 ,602,169 505,177,082 29,865,756 4,840, 772,608 555,372,736 31,096,640 4,689,665,536 576,599,744 31 ,833,084 _5_.252,381 '184 659,989,952
SITC Nilai ($) 492,665,792 612,887,552 695,955,904 738,397,248 832,685,376 769,527,232 810,035,264 972,321,984 897,861,184 851,408,256 951 ,972,096 970,307,072 1,073,691 ,328 1,240,612,224 1,431,036,288 1,689, 764,992 1,820,521,078 1,950,573,696 2,156,987,648 2,361 ,503,232
037 Volume (Kg) 169,935,936 222,288,720 242,655,168 234,018,576 240,594,416 251,376,528 248,512,256 282,851,328 257,769,024 224,898,944 225,954,336 225,479,520 233,602,976 256,258,464 303,464,640 381,294,048 374,792,440 393,683,488 449,644,288 534,572,000
Total Nilai ($) Volume (Kg) 957,429,468 3,859,132,272 4,187,482,256 1'198,666,364 4,933,442,840 1,285,487,420 5,872,139,424 1,379,408,544 5,605,571 ,496 1,265,397,016 5, 710,635,392 1,400, 179,148 5,521 '718,992 1,276,536,580 5,951,294,240 1,333,420,030 5,975,859,328 1,272,483,068 6, 156,760,856 1,300,274,000 6,940,291 ,808 1,332,254,648 7,101 ,970,176 1,354,911 ,696 7,027,806,360 1,393,310,186 8,079,546,896 1,4 76,409' 788 8,524,005,936 1.604,390,824 9,374,017,024 1,700,802,792 10,413,976,829 1,712,609,784 10,280,149,120 1,781 ,533,180 10,572,570,736 1,909,597,312 11 ,589,093,664 2,101 ,249,820
ESTIMASI PERSAMAAN SIMULTAN EKSPOR KE JEPANG System: SYS03 Estimation Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/23/05 Time: 12:26 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 Total system (balanced) observations 40 C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
1.982707 -0.429688 0.974155 -54.89844 1.158020 7.133122 -2.625959 0.000955
2.435182 0.327863 0.117835 7.097908 0.135733 0.847016 0.567900 0.005128
0.814193 -1.310570 8.267117 -7.734453 8.531624 8.421470 -4.623984 0.186138
0.4216 0.1993 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.8535
Determinant residual covariance
0.000391
Equation: LOG(XD) = C(1)+ C(2)*LOG(PX/PW) + C(3)*LOG(YW) Instruments: PW YW PD KD CD ER C Observations: 20 R-squared 0.894482 Mean dependent var 24.43521 Adjusted R-squared 0.882068 S.D. dependent var 0.594727 S.E. of regression Sum squared resid 0.204236 0.709113 Durbin-Watson stat 1.309650 Equation: LOG(XS) = C(4) + C(5)*LOG(PX/PD) + C(6)*LOG(KD) + C(7) *LOG(CD)+ C(8)*ER Instruments: PW YW PO KD CD ER C Observations: 20 R-squared Mean dependent var 0.963458 24.43521 Adjusted R-squared S.D.dependentvar 0.953713 0.594727 S.E. of regression 0.127952 Sum squared resid 0.245574 Durbin-Watson stat 2.1l0003
Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix Persamaan Permintaan Eskpor PX/PW YW
PX/PW 1.000000 0.755220
YW 0.755220 1.000000
Correlation Matrix persamaan Penawaran Ekspor PX/PD KD CD ER
PX/PD 1.000000 -0.898669 -0.847828 0.295467
KD -0.898669 1.000000 0.985252 -0.350363
CD -0.847828 0.985252 1.000000 -0.299571
ER 0.295467 -0.350363 -0.299571 1.000000
Uji Serial otokorelasi Persamaan Permintaan Ekspor Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
0.964037
Probability
0.617536
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:39 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
0.297837 0.051215 -0.015761 0.265675 -0.099874
2.582624 0.345610 0.124972 0.326221 0.349285
0.115323 0.148189 -0.126119 0.814403 -0.285938
0.9097 0.8842 0.9013 0.4282 0.7788
LOG(PX/PW) LOG(YW) RESID(-1) RESID(-2) R-squar'ed Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.048202 -0.205611 0.212121 0.674932 5.509979 1.691173
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-9.36E-15 0.193188 -0.050998 0.197935 0.189911 0.939958
Uji Heteroskedastisitas Persamaan Permintaan Ekspor White
Heteroskedasticit~
F-statistic Obs*R-sguared
Test: 0.951482 4.047585
Probability Probability
0.461851 0.399604
Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:40 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
21.03875 0.378063 -0.162412
17.40250 0.633807 0.215860 1.507459 0.032267
1.208950 0.596496 -0.752399 -1.234496 1.262813
0.2454 0.5597 0.4635 0.2360 0.2259
LOG(PX/PW) (LOG(PX/PW))"2 LOG(YW) {LOG(YW))"2 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
-1.e~so952
0.040747 0.202379 -0.010320 0.060757 0.055371 30.51555 1.772957
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob{F-statistic~
0.035456 0.060446 -2.551555 -2.302622 0.951482 0.461851
Uji Serial otokorelasi Persamaan Penawaran Ekspor Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
3.178351
Probability
0.204094
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:41 Presamele missin~ value la~~ed residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
-3.107129 0.025393 0.503672 -0.385459 0.000797 -0.096959 -0.451346
7.478182 0.135940 0.928444 0.635449 0.005158 0.260103 0.296151
-0.415493 0.186794 0.542491 -0.606592 0.154581 -0.372770 -1.524038
0.6846 0.8547 0.5967 0.5546 0.8795 0.7153 0.1515
LOG(PX/PD) LOG(KD) LOG(CD) ER RESID(-1) RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.158918 -0.229274 0.126049 0.206548 17.35076 2.192832
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-7.63E-15 0.113688 -1.035076 -0.686570 0.409379 0.859922
Uji Heteroskedastisitas Persamaan Penawaran Ekspor White
Heteroskedasticit~
F-statistic Obs*R-sguared
Test: 0.802948 7.373433
Probability Probability
0.613335 0.496929
Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:42 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c LOG(PX/PD) (LOG(PX/PD))"2 LOG(KD) (LOG(KD))"2 LOG(CD) (LOG(CD))"2 ER ER"2
2.181680 0.056431 -0.006461 2.122760 -0.062162 -3.260498 0.131546 0.002886 -6.39E-05
30.78022 0.054129 0.012503 6.152421 0.204070 3.693135 0.155392 0.003078 7.29E-05
0.070879 1.042525 -0.516746 0.345028 -0.304612 -0.882854 0.846541 0.937611 -0.876685
0.9448 0.3195 0.6156 0.7366 0.7663 0.3962 0.4153 0.3686 0.3994
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.368672 -0.090476 0.014728 0.002386 61.95999 2.022582
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob~F-statistic~
0.012279 0.014104 -5.295999 -4.847919 0.802948 0.613335
1.4E+11 , - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ,
.\
1.2E+11
I
:'''
1.0E+11
'' ''
'
'
, __ ..,
''
\, __ .,,'
,• '
Forecast: XDF Actual: XD Forecast sample: 1984 2003 Included observations: 20
I
''
8.0E+10
,---------------:
6.0E+10
,,,,----'
4.0E+10
,,,'' ,, ,,
I
,'
----------------~----------·
2.0E+10 ,•'
/
, ...
... ,
,'
.........
'-------
Root M~n Squared Error Mean Absolute Error Mean Abs. Percent Error Theil Inequality Coefficient Bias Proportion Variance Proportion Covariance Proportion
1.05E+10 7.19E+09 15.32300 0.102209 0.001412 0.009845 0.988744
_,_,,,
1-xoFI
1.6E+11.------------------, 1.4E+11 1.2E+11 1.0E+11
Forecast: XSF Actual: XS Forecast sample: 1984 2003 Included observations: 20 Root Mean Squarad Error Mean Absolute Error Mean Abs. Percent Error Theil Inequality Coefficient Bias Proportion Variance Proportion Covariance Proportion
8.0E+10 6.0E+10 4.0E+10 2.0E+10 O.OE+OO;-,-.-~~r-~ro-.-.~-r-r-r-r~~~ ~
~
~
~
~
~
1-xsFI
~
~
00
~
6.~E+09
5.01E+09 9.188748 0.066479 0.004012 0.063644 0.932344
ESTIMASI PERSAMAAN SIMULTAN EKSPOR KE AMERIKA SERIKAT System: SYS03 EstimaUon Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/23/05 Time: 12:08 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 Total system (balanced) observations 40 C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
-34.62283 -2.272750 2.511426 -127.8082 1.296139 15.44125 -7.215790 -0.020361
5.476061 0.602632 0.243698 15.02005 0.451981 1.921925 1.550566 0.015233
-6.322581 -3.771375 10.30547 -8.509171 2.867681 8.034264 -4.653650 -1.336629
0.0000 0.0007 0.0000 0.0000 0.0073 0.0000 0.0001 0.1908
0.029931 Determinant residual covariance Equation: LOG(XD) = C(1)+ C(2)*LOG(PX/PW) + C(3)*LOG(YW) Instruments: PW YW PO KD CD ER C Observations: 20 22.57944 Mean dependent var 0.862738 R-squared 1.523074 S.D.dependentvar 0.846590 Adjusted R-squared 6.049859 Sum squared resid 0.596552 S.E. of regression 1.010957 Durbin-Watson stat Equation: LOG(XS) = C(4) + C(5)*LOG(PX/PD) + C(6)*LOG(KD) + C(7) *LOG(CD) + C(8)*ER Instruments: PW YW PD KD CD ER C Observations: 20 22.57944 Mean dependent var R-squared 0.952146 1.523074 S.D. dependent var 0.939385 Adjusted R-squared 2.109191 Sum squared resid S.E. of regression 0.374984 1.933001 Durbin-Watson stat
Uji Multikolinearitas
Correlation Matrix Persamaan Permintaan Ekspor PX/PW YW
PX/PW 1.000000 0.622258
YW 0.622258 1.000000
Correlat1ion Matrix Persamaan Penawaran Ekspor PX/PD KD CD ER
PX/PD 1.000000 -0.779302 -0.728797 0.334068
KD -0.779302 1.000000 0.985252 0.215792
CD -0.728797 0.985252 1.000000 0.278570
ER 0.334068 0.215792 0.278570 1.000000
Uji Serial Otokorelasi Persamaan Permintaan Ekspor Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-sguared 5.939242 Probability
0.203732
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:34 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
0.549966 0.067146 -0.027159 0.508168 0.060936 -0.265857 -0.008561
5.482449 0.780320 0.253048 0.283708 0.339266 0.314693 0.288829
0.100314 0.086049 -0.107326 1.791168 0.179610 -0.844813 -0.029641
0.9216 0.9327 0.9162 0.0966 0.8602 0.4135 0.9768
LOG(PX/PW) LOG(YW) RESID(-1) RESID(-2) RESID(-3) RESID(-4) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.296962 -0.027517 0.571992 4.253280 -12.89835 1.938060
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-1.60E-14 0.564282 1.989835 2.338342 0.915197 0.514290
Uji Heteroskedastisitas Persamaan Permintaan Ekspor White
Heteroskedasticit~
F-statistic Obs*R-sguared
Test: 1.032564 4.318035
Probability Probability
0.422628 0.364672
Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:34 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c LOG(PX/PW) (LOG(PX/PW))"2 LOG(YW) (LOG(YW)t2
-395.2452 0.140900 0.200282 33.08007 -0.692242
235.6577 4.532594 1.498974 19.50392 0.405109
-1.677200 0.031086 0.133613 1.696073 -1.708778
0.1142 0.9756 0.8955 0.1105 0.1081
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.215902 0.006809 0.536422 4.316236 -13.04528 2.031607
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob~F-statistic~
0.302493 0.538258 1.804528 2.053462 1.032564 0.422628
Uji Serial Otokorelasi Persamaan Penawaran Ekspor Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: Obs*R-squared
0.101175
0.950671
Probability
Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Two-Stage Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:36 Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
-1.648872 0.013373 0.277140 -0.216854 0.000754 -0.015467 -0.080629
18.09629 0.522427 2.347344 1.863224 0.018162 0.308307 0.317996
-0.091117 0.025597 0.118065 -0.116386 0.041527 -0.050166 -0.253553
0.9288 0.9800 0.9078 0.9091 0.9675 0.9608 0.8038
LOG(PX/PD) LOG(KD) LOG(CD) ER RESID(-1) I RESID(-2) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.005059 -0.454145 0.401777 2.098521 -5.833775 1.972070
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
-6.40E-14 0.333182 1.283377 1.631884 0.011016 0.999991
Uji Heteroskedastisitas Persamaan Penawaran Ekspor White
Heteroskedasticit~
F-statistic Obs*R-sguared
Test: 0.439403 4.843503
Probability Probability
0.873607 0.774164
Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 11/23/05 Time: 15:36 Sample: 1984 2003 Included observations: 20 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c LOG(PX/PD) (LOG (PX/PD))"2 LOG(KD) (LOG(KD))"2 LOG(CD) (LOG(CD))"2 ER ER"2
-8.387601 0.709785 -0.208681 10.14792 -0.335969 -11.26652 0.461403 0.017828 -0.000545
283.8623 0.777128 0.179260 60.45708 2.016754 40.90281 1.730206 0.028454 0.000925
-0.029548 0.913344 -1.164120 0.167853 -0.166589 -0.275446 0.266675 0.626565 -0.589232
0.9770 0.3806 0.2690 0.8697 0.8707 0.7881 0.7947 0.5437 0.5676
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat
0.242175 -0.308970 0.176191 0.341474 12.32339 2.498896
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob~F-statistic~
0.105460 0.153999 -0.332339 0.115741 0.439403 0.873607
1.4E+11~----------------------------------~
Forecast: XDF Actual: XD Forecast sample: 1984 2003 Included observations: 20
1.2E+11 1.0E+11
Root Mean Squared Error Mean Absolute Error Mean Abs. Percent Error Theil Inequality Coefficient Bias Proportic.n Variance Proportion Covariance Proportion
8.0E+1 0 6.0E+1 0 4.0E+1 0 2.0E+1 0
86
88
90
92
94
98
96
5.34E+09 3.82E+09 41.40687 0.159219 0.014961 0.154287 0.830752
02
00
1-xoFI
1.2E+11 ~------------------~ 1.0E+11
,,,I ,, '' , ' , ' I I
8.0E+1 0
I I
6.0E+10
~-
I1
, I
I I
4.0E+1 0
I
2.0E+1 0
1-xsFI
Forecast: XSF Actual: XS Forecast sample: 1984 2003 Included observations: 20
0 0
0 0
''
' •, \
'
\ \
·--
Root Mean Squared Error Mean Absolute Error Mean Abs. Percent Error Theil Inequality Coefficient Bias Proportion Variance Proportion Covariance Proportion
4.50E+09 2.74E+09 26.05956 0.135994 0.005172 0.153980 0.840847
Statistik Deskriptif Varia bel Endogen dan Eksogen untuk Persamaan Simultan Ekspor Perikanan ke Amerika Serikat 1. Kuantitas Ekspor Series: XD Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability
0
20000000
40000000
30308262 33470001 675786n 1065403. 19948234 -0.084546 2.074179 0.738113 0.691386
60000000
2. Harga Ekspor Series: PX Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
375.5465 320.6300 730.1800 212.1900 149.1321 1.054719 3.023334
Jarque-Bera Probability
3.708562 0.156565
3. Pendapatan Mitra Dagang 7~------------------------------.
Series: YW Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
3.66E+10 2 .58E+10 7.58E+10 9.82E+09 2 .33E+10 0 .600646 1.736343
Jarque-Bera Probability
2.533276 o.2s1n7
4 . Konsumsi Domestik
Series: CD Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
147457.8 142108.7 222168.6 84882.68 49021 .97 0.094947 1.383518
Jarque-Bera Probability
2.207561 0.331615
5. Ketidakpastian Nilai Tukar
Series: ER Sample 1984 2003 Observations 20
5
0
10
15
20
25
30
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
5 .223500 0.970000 30.29000 0 .100000 8 .724367 1.903392 5 .23:)795
Jarque-Bera Probability
16.23454 0 .000298
35
6. Harga Luar Negeri 3.2 Series: PW
2.8
Sample 1984 2003 Observations 20
2.4 2.0 1.6 1.2 0.8 0.4 0.0 60
70
80
90
100
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Sk81Mless Kurtosis
80.31200 80.85500 100.0000 56.18000 12.75144 .0.372617 2.222158
Jarque-Sera ProbabiHty
0.967010 0.6 16618
7. Kapasitas Produksi Domestik
Series: KD Sample 1984 2003 Observations 20
2.8 2.4 2.0 1.6 1.2 0.8 0.4 0.0 2000000
3000000
4000000
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
3769462. 3792646. 5388131 . 2244798. 1032311. 0.008221 1.641728
Jarque-Bera Probability
1.537644 0.463559
5000000
8. Harga Domestik
Series: PO Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
53.02500 36.70000 130.1000 18.20000 37.77112 0.955362 2.382201
Jarque-Bera Probability
3.360454 0.186332
St atistik Deskriptif Variabel Endogen dan Eksogen untuk Persamaan Simultan Ekspor Perikanan ke Jepang 1. Kuantitas Ekspor 9 ~-----------------------------.
8 7
6
5 4 3
2
Series: XD Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
1.04E+08 1.10E+08 1.64E+08 28722120 39680584 -0.733508 2.367488
Jarque-Bera Probability
2.126837 0.345273
0 5.0E+07
1.0E+08
1.5E+08
2. Ha rga Ekspor
Series: PX Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Ske'Mless Kurtosis
446.6225 402.1300 698.5000 318.2600 109.2310 0.904763 2.775780
Jarque-Bera Probability
2.770551 0.250255
3. Pendapatan Mitra Dagang Series: YIN Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
2.27E+10 2.04E+10 4.57E+10 3.86E+09 1.24E+10 0.337388 1.997929
Jarque-Bera
1.216223 0.544378
Probab~ ity
4. Konsums i Domestik Series: CD Sample 1984 2003 Observations 20 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Ske'Mless Kurtosis
147457.8 142108.7 222168.6 84882.68 49021.97 0.094947 1.383518
Jarque-Bera Probability
2.207561 0.331615
5. Ketidakpastian Nilai Tukar Series: ER Sample 1984 2003 Observations 20 12
8
4
Mean Median Maximum Minimum Std . Dev. Ske'Mless Kurtosis
5.129500 3.295000 36.13000 0.780000 7.495864 3.776730 16.22967
Jarque-Bera Probability
193.3991 0.000000
0 15
20
25
30
6. Harga Luar Negeri Series: PW Sample 1984 2003 Observations 20
95
100
105
11 0
115
120
125
130
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Ske'Mless Kurtosis
106.9470 106.0000 125.8200 95.00000 8.389627 0.725379 3.077359
Jarque-Bera Probability
1.758905 0.415010