Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KAKAO INDONESIA Ragimun ABSTRAK Komoditas kakao merupakan penyumbang ketiga terbesar ekspor nasional. Tanaman kakao ini ternyata sangat cocok dengan iklim Indonesia dan mempunyai potensi peningkatan produksi dan perluasan lahan perkebunan kakao. Indonesia, saat ini merupakan negara ketiga pemasok produk kakao terbesar dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Namun nilai ekspor kakao Indonesia tersebut masih didominasi oleh biji kakao mentah, sehingga pemerintah berkewajiban mendorong terjadinya hilirisasi atau peningkatan nilai tambah komoditas kakao. Dengan demikian diharapkan daya saing komoditas kakao Indonesia akan terus meningkat. Tahun 2002 sampai dengan 2011 daya saing kakao Indonesia masih cukup bagus, terbukti rata-rata Revealed Competitive Advantage (RCA) di atas 4. Demikian juga dari hasil Indeks Spesialisasi Pasar (ISP) rata-rata mendekati 1 yang berarti spesialisasi Indonesia merupakan negara pengekspor. Sedangkan Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) diperoleh rata-rata kurang dari 0,35 yang berarti kerentanan terhadap negara tujuan ekspor kakao relatif kecil. Untuk mendorong nilai tambah kakao diperlukan kebijakan fiskal berupa penerapan bea keluar berjenjang, subsidi ke petani, perbaikan infrastruktur serta riset dan pengembangan kakao nasional. Kata kunci : Kakao, nilai tambah, meningkatkan daya saing
ABSTRACT Cocoa is the third largest contributor to national exports. This cocoa was well suited to the climate of Indonesia and has the potential for increased production and expansion of the cocoa plantations. Indonesia, currently the third state of the world's largest supplier of cocoa after the Ivory Coast and Ghana. But the export value of Indonesian cocoa is still dominated by raw cocoa beans, so the government has an obligation to encourage or increase in value-added cocoa. Thus the expected competitiveness of Indonesian cocoa will continue to increase. In term 2002 to 2011 the competitiveness of Indonesian cocoa is still pretty good, proved to the average Revealed Competitive Advantage (RCA) in the top 4. Similarly, the results of Market Specialization Index on average close to 1 which means that Indonesia is an exporter of specialization. While the Market Concentration Index obtained an average of less than 0.35 which means that the susceptibility to cocoa export destination countries are relatively small. To encourage value-added cocoa needed fiscal policy in the form of a tiered application of the export duty, subsidies to farmers, improvement of infrastructure and research and development of the national cocoa. Keywords: Cocoa, value added, increased competitiveness
Tanggal masuk naskah : 3 November 2011 Tanggal disetujui : 13 Agustus 2012
* Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Gd. RM. Notohamiprodjo Lt.5 Jl. Dr. Wahidin 1 Jakarta 10710 Hp.081218192248 email :
[email protected]
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk negara pengekspor
Latar Belakang
penting dalam perdagangan biji kakao.
Indonesia
merupakan
negara
produsen utama kakao dunia. Luas areal tanaman kakao Indonesia tercatat 1,4 juta hektar dengan produksi kurang lebih 500 ribu ton pertahun, menempatkan Indonesia
sebagai
negara
produsen
terbesar ketiga dunia setelah Evory Coast (Pantai Gading) dan
Ghana.
Pantai Gading, dengan luas area 1,6 Ha dan produksinya sebesar 1,3 juta ton per tahun dan Ghana sebesar 900 ribu ton
Secara umum
terdapat sekitar
50 negara produsen kakao, yang terbagi 3
benua
yaitu
Afrika
dunia, Asia sekitar 20 persen dan latin
sekitar
15
persen.
Sedangkan dari sisi industri (world cocoa brinding), Indonesia berada di nomor tujuh dunia dibawah Belanda, Amerika, Jerman, Pantai Gading, Malaysia dan Brazil.
Luas
perkebunan
kakao
di
Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Dengan demikian peluang peningkatan termasuk
produksi
terbuka
penambahan
nilai
luas
tambah
belum
perkembangan Perdagangan
menunjukkan yang
luar
berarti.
negeri
komoditi
tersebut sejalan dengan kebijakan di bidang perdagangan luar negeri yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Luas perkebunan tersebut meningkat menjadi 1.432.558 Ha (tahun 2009). Secara
rata-rata
pertumbuhan
luas
Biji kakao maupun produk olahan merupakan
diperdagangkan
komoditi
secara
tahun 2000 hingga tahun 2009 adalah sebesar 8 persen. Untuk
yang
internasional.
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
pengembangan
dan
peningkatan daya saing produk kakao, pemerintah
telah
serangkaian
kebijakan
mengeluarkan produksi
dan
perdagangan produk olahan kakao. Oleh karena
itu,
dapat
Indonesia
dikatakan
bahwa
potensi
untuk
memiliki
meningkatkan
daya
meningkatkan
produk
saing
dengan
olahan
kakao.
Namun, industri pengolahan kakao di Indonesia
hingga
berkembang,
saat
ini
bahkan
belum
tertinggal
dibandingkan negara-negara produsen olahan
produk-produk dari kakao.
kakao
Indonesia
yang
menguasai sekitar 65 persen kakao
Amerika
seperti disinggung sebelumnya, ekspor
perkebunan kakao di Indonesia dari
per tahun.(1)
dalam
Sedangkan untuk produk olahan kakao,
kakao
yang
ketersediaan
bahan
memadai,
seperti
tidak
didukung
baku
yang
Malaysia.
Pengembangan daya saing diperlukan
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
untuk
meningkatkan
penetrasi
dan
tetapi juga selalu berorientasi ekspor
Indonesia di pasar ekspor, baik dalam
bukan dalam bentuk biji kakao agar niai
kaitan pendalaman maupun perluasan
tambah
pasar. Peningkatan daya saing dapat
Dengan demikian terjadi peningkatan
dilakukan dengan melakukan efisiensi
daya saing produk kakao Indonesia.
produksi
peningkatan
dan
mutu
standar mutu.
produk
tidak hanya mencari keuntungan semata
kakao
biaya
kakao
kemampuan
dan
produk
kakao
meningkat.
pemasaran,
Produk unggulan kakao saat ini
konsistensi
mempunyai daya saing yang relatif baik
(1)
sejak
Peluang Indonesia untuk merebut
2002
namun
mempunyai
kecenderungan
terjadi
pasar dunia sangat luas. Pasalnya,
tahun
Demikian
beberapa
kakao
ekspornya saat ini banyak dalam bentuk
Seperti Papua New Guinea, Vietnam,
bahan baku sehingga nilai tambah akan
Malaysia
produk ini menjadi tidak optimal. Untuk
negara
dan
produsen
Filipina
masih
jauh
2011.
juga
nilai
meningkatkan
peluang pasar tersebut, diperlukannya
saing kakao dan produk-produk dari
peningkatan produktivitas, penggunaan
kakao diperlukan upaya-upaya strategis,
varietas unggul, perlakuan fermentasi
salah satu diantaranya adalah melalui
dengan benar penanganan gangguan
kebijakan fiskal.
(Organisma
Tujuan Penelitian Tujuan
disektor off farm, perlu perbaikan industri
perdagangan
sehingga
dalam
internasional
produk
Indonesia diakui dan dihargai bahkan mampu memperoleh harga premium. Salah satu cara untuk mendorong pengembangan industri pengolahan biji kakao dalam negeri diperlukan juga instrumen fiskal berupa insentif dan disinsentif pemerintah.
fiskal
yang
Demikian
daya
Pengganggu
Tanaman) disektor on farm. Sedangkan
pengolahan
mendorong
di
dibawah Indonesia.Untuk dapat meraih
OPT
dan
penurunan
disediakan
juga
dengan
pelaku usaha terutama eksportir agar
mengidentifikasi
Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
daya
saing
Indonesia
pada
pasar
Demikian
juga
mengetahui
adalah kakao
internasional. posisi
spesialisasi Indonesia sebagai negara spesialisasi importir atau eksportir kakao serta mengetahui kerentanan terhadap pasar atau ketergantungan pada negara tertentu. Selanjutnya dapat ditentukan upaya-upaya strategis peningkatan daya saing
kakao
Indonesia
di
pasar
internasional melalui dukungan kebijakan fiskal.
Ragimun :
penelitian
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
Indonesia, digunakan rumusan sebagai METODOLOGI
berikut :
Penelitian penelitian
ini
merupakan
yang
pendekatan
menggunakan
deskriptif
eksploratif.
Pendekatan deskriptif eksploratif (Philip, Kotler & Kevin L. Keller, 2006) adalah metode
penelitian
yang
bertujuan
menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya menetapkan masalah
Xij .......(Tambunan, 2001) Share ij = Xiw dimana : Xij adalah nilai ekspor komoditi i pada negara j Xtj adalah nilai total ekspor negara j Xiw adalah nilai ekspor komoditi i untuk seluruh dunia Xtw adalah nilai total ekspor dunia
dan merumuskan hipotesis. Pendekatan ini
bertujuan
memaparkan
(mendeskripsikan)
(2)
berbagai
hal.
Untuk kontribusi
mengetahui
kakao
perdagangan
Indonesia
internasional
besarnya dalam (ekspor)
Terkait penelitian ini adalah bertujuan
maka digunakan rumus sebagai berikut :
untuk
kakao dalam rangka peningkatan daya
Xi Pi x100% .......... (Tambunan, 2001) Xt
saing ekspor kakao Indonesia.
dimana :
mendalami dan menganalisis
Sedangkan data dan informasi yang digunakan adalah data series
Xi adalah nilai ekspor pada komoditi i Xt adalah nilai total ekspor
ekspor dan impor dari Bloomberg selama
Untuk menentukan keunggulan
sepuluh tahun terakhir yaitu tahun 2002
komparatif atau daya saing
sampai
ditambah
Indonesia digunakan rumus Revealed
penggalian dari berbagai sumber, antara
Comparative Advantage (RCA), yaitu
lain
dengan rumus sebagai berikut :
dengan
dengan
2011,
menggunakan
data
sekunder serta kajian pustaka. Untuk menganalisis tentang daya saing
komoditas
dijadikan unggulan
kakao
yang
akan
salah satu produk ekspor Indonesia,
digunakanlah
beberapa rumusan untuk memberikan beberapa gambaran. Antara lain untuk mengetahui
Export
Share
kakao
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
RCA=
kakao
( Xia) /(totalXa) ……(Tambunan, 2001) ( Xiw) /(totalXw)
dimana : X = ekspor atau nilai ekspor i = jenis komoditi a = negara asal w= dunia (world)
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
Bila
nilai
RCA
<
1
atau
sampai
mendekati 0, maka daya saing komoditi
xi = nilai ekspor produk tertentu X = nilai total ekspor negera tertentu
lemah.
Setelah didapat daya saing kakao
Bila nilai RCA > 1 maka daya saingnya kuat, semakin tinggi RCA semakin tinggi daya saingnya. mengetahui
ketergantungan
kakao
Indonesia
terhadap negara mitra dagang maka perhitungan
Konsentrasi merupakan
Pasar salah
mengetahui
Indeks
(IKP). satu
intensitas
IKP
cara
guna
perdagangan
lainnya. Nilai intensitas tersebut didapat cara
mengkuadratkan
persentase perdagangan antara suatu negara dengan negara lain. Semakin
maka
semakin besar ketergantungan
suatu
negara
dengan
demikian
negara
semakin
lain. rentan
terhadap kondisi perekonomian mitra dagangnya tersebut. Untuk terhadap
negara
tertentu.
ataukah importir kakao digunakan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) dengan rumusan sebagai berikut : [ (Xi – Mi) ] ind ISP = -----------------------[ (Xi + Mi) ] ind dimana, ISP = Indeks Spesialisasi Perdagangan Xi = ekspor barang tertentu Indonesia Mi = impor barang tertentu Indonesia
pasar
Rentang hasil perhitungan
kerentanan
negara
maka
Indonesia
cenderung
sebagai
eksportir kakao. Sedangkan bila didapat nilai ISP < 0,5 sampai mendekati 0, Indonesia
cenderung
sebagai
importir kakao.
tertentu
(Index of Trade Concentration) atau Herfindahl
ini
adalah antara 0-1. Apabila nilai ISP ≥ 0,5
maka
mengukur
digunakanlah Indek Konsentrasi Pasar Hirschman
pasar
Indonesia lebih baik menjadi eksportir
besar nilai intensitas perdagangan (0-1)
Dengan
kerentanannnya
ini
suatu negara dengan beberapa negara
dengan
terhadap
serta
Kemudian untuk mengetahui apakah
Untuk
digunakan
Indonesia
Index(HHI)
,
dengan rumusan sebagai berikut :
Hj = Hirschaman index Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA Daya Saing Ekspor Kakao Indonesia Menurut
Triyoso
(1994)
yang
dimaksud dengan ekspor dapat diartikan sebagai
kegiatan
yang
menyangkut
produksi
barang
dan
jasa
diproduksi
disuatu
negara
yang untuk
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
dikonsumsikan di luar batas negara
pakaian, barang pribadi dan perhiasan
tersebut.(3)
menurut
milik penumpang yg bepergian ke luar
Deliarnov (1995) menambahkan bahwa
negeri, barang-barang yg dikirim untuk
ekspor merupakan kelebihan produksi
perwakilan suatu negara di luar negeri,
dalam negeri yang kemudian kelebihan
barang-barang untuk ekspedisi/pameran,
produksi tersebut dipasarkan di luar
peti kemas untuk diisi kembali, uang dan
negeri.(4) Adapun menurut Keputusan
surat2 berharga serta barang-barang
Menteri Perindustrian dan Perdagangan
untuk contoh (sample).
Nomor
Sedangkan
182/MPP/Kep/4/1998
Daya
tentang
saing
(competitiveness)
Ketentuan Umum di Bidang Ekspor,
adalah
mendefinisikan bahwa ekspor adalah
perusahaan, industri, daerah, negara,
kegiatan mengeluarkan barang dan jasa
atau antar daerah untuk menghasilkan
dari daerah kepabeanan suatu negara.
faktor pendapatan dan faktor pekerjaan
Adapun daerah pabeanan dimaksudkan
yang relatif tinggi dan berkesinambungan
sebagai
untuk
wilayah
Republik
Indonesia
merupakan
kemampuan
menghadapi
yang meliputi wilayah darat, perairan dan
internasional
ruang udara diatasnya, serta tempat-
karena daya saing industri merupakan
tempat
ekonomi
fenomena di tingkat mikro perusahaan,
eksklusif dan landas kontinen yang
maka kebijakan pembangunan industri
didalamnya
nasional semestinya didahului dengan
tertentu
di
berlaku
zona
Undang-Undang
No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. Biro
Pusat
(sumber:
persaingan OECD).
Oleh
mengkaji sektor industri secara utuh
Statistik
(BPS),
bahwa
ekspor
Pada dasarnya tingkat daya saing
barang adalah seluruh barang yang
suatu negara di kancah perdagangan
dibawa keluar dari wilayah suatu negara,
internasional ditentukan oleh dua faktor,
baik bersifat komersial maupun bukan
yaitu
komersial (bisa berupa barang hibah,
(comparative
advantage)
dan
sumbangan, hadiah), serta barang yang
keunggulan
kompetitif
(competitive
akan diolah di luar negeri dan hasilnya
advantage).
Lebih
dimasukkan kembali ke negara tersebut.
keunggulan komparatif dapat dianggap
mendefinisikan
Walaupun
juga
demikian
sebagai dasar pengukurannya.
faktor
keunggulan
komparatif
lanjut,
faktor
faktor
ada
sebagai faktor yang bersifat alamiah dan
beberapa barang yang tidak termasuk
faktor keunggulan kompetitif dianggap
dalam
sebagai faktor yang bersifat acquired
katagori ekspor antara lain
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
atau
dapat
dikembangkan/diciptakan
Daya Saing Indonesia
(Tambunan, 2001). Selain dua faktor
Survey
yang
dilakukan
oleh
suatu
International Management Development
negara sesungguhnya juga dipengaruhi
(IMD) menunjukkan bahwa daya saing
oleh
Indonesia dibanding 30 negara-negara
tersebut,
tingkat
apa
yang
Competitive
daya
saing
disebut
Advantage
Sustainable (SCA)
atau
utama, antara lain sebagai berikut : 1)
keunggulan daya saing berkelanjutan. Ini
Adanya
terutama dalam kerangka menghadapi
rendah (risiko politik, credit rating yang
tingkat persaingan global yang semakin
rendah, diskriminasi dalam masyarakat,
lama menjadi sedemikian ketat/keras
sistim penegakan hukum yang lemah,
atau Hyper Competitive.
penanganan ketenagakerjaan,
Analisis
Hyper
kepercayaan
investor
yang
subsidi
Competitive
yang tinggi, banyak korupsi). 2) Daya
(persaingan yang super ketat) berasal
saing bisnis yang rendah sebagai akibat
dari
kualitas SDM yang rendah, hubungan
D’Aveni
(Hamdy,
2001),
dan
merupakan analisis yang menunjukkan
perburuhan
bahwa pada akhirnya setiap negara akan
(hostile), praktetk-praktek bisnis tidak
dipaksa memikirkan atau menemukan
etis
suatu
governance. 3) Daya saing yang rendah
strategi
yang
tepat,
agar
dan
yang
tidak
lemahnya
harmonis corporate
negara/perusahaan tersebut dapat tetap
(nilai-nilai
bertahan pada kondisi persaingan global
mendukung daya saing dan globalisasi,
yang
Menurut Hamdy,
kualitas wiraswasta dan kemampuan
strategi yang tepat adalah strategi SCA
marketing yang rendah, produktivitas
(Sustained
Advantage
menyeluruh
yang
rendah).
4)
Strategy) atau strategi yang berintikan
Infrastruktur
lemah
(pendidikan
dan
upaya
kegiatan
kesehatan yang kurang, perlindungan
yang
hak patent dan cipta lemah, penegakan
mengkaitkan 5 lingkungan eksternal dan
hukum lingkungan hidup yang lemah,
internal demi pencapaian tujuan jangka
biaya telekomunikasi internasional yang
pendek maupun jangka panjang, dengan
mahal, anggaran yang mahal, kurangnya
disertai
alih teknologi, kurang ahli teknologi
sangat sulit.
Competitive
perencanaan
operasional
yang
dan terpadu,
keberhasilan
dalam
mempertahankan/meningkatkan sustainable real income secara efektif dan efisien.(5)
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
dimasyarakat
tidak
informasi). Untuk penguatan
itu
perlu
dilakukan
perekonomian
domestik
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
dengan orientasi dan daya saing global.
Amazon
Secara makro teori globalisasi ekonomi
merupakan hasil persilangan antar klon
dapat diartikan sebagai sebuah teori
dan sabah. Tanaman tropis tahunan ini
yang
asumsi
berasal dari Amerika Selatan. Penduduk
perdagangan bebas atau pasar bebas di
Maya dan Aztec di Amerika Serikat
seluruh dunia, tanpa adanya hambatan
dipercaya sebagai perintis pengguna
baik dalam bentuk tarif atau non tarif
kakao dalam makanan dan minuman.
didasarkan
(Wibowo, 2004). globalisasi
(6)
atas
Namun secara mikro,
ekonomi
dapat
diartikan
Interclonal
Hybrid,
yang
Sampai pertengahan abad ke XVI, selain bangsa di Amerika Selatan , hanya
sebagai sebuah inisiatif bisnis yang
bangsa
didasarkan atas kepercayaan bahwa
tanaman kakao. Dari Amerika Selatan
dunia
tanaman ini menyebar ke Amerika Utara,
telah
homogen,
menjadi
seiring
sedemikian
dengan
makin
Spanyol
yang
mengenal
Afrika dan Asia.
mengaburnya perbedaan nyata antar
Biji buah kakao/coklat yang telah
pasar domestik. Sedangkan mengenai
difermentasi
kerjasama regional, (Hamdy Hadi, 2001)
disebut sebagai coklat bubuk. Coklat ini
mengemukakan
sama
dipakai sebagai bahan untuk membuat
ekonomi dan keuangan, khususnya di
berbagai macam produk makanan dan
bidang perdagangan internasional, saat
minuman. Buah coklat/kakao tanpa biji
ini mengarah pada pembentukan kerja
dapat difermentasi untuk dijadikan pakan
sama
ternak.
guna
bahwa
kerja
mewujudkan
integrasi
ekonomi dan keuangan secara regional.
Biji
menjadi
dijadikan
kakao
empat
serbuk
dapat
jenis
yang
diproduksi
produk
kakao
setengah jadi seperti cocoa liquor, cocoa Prospek Kakao Indonesia Kakao atau cokelat merupakan tanaman industri perkebunan, pohon yang dikenal di Indonesia sejak tahun 1560 ini baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun 1951. Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun 1975, setelah PT Perkebunan VI berhasil menaikkan produksi kakao per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
butter, cocoa cake, cocoa powder dan cokelat.
Pasar
cokelat
merupakan
konsumen terbesar dari biji kakao dan produk setengah jadi jadi seperti cocoa powder dan cocoa butter. Cocoa
powder
umumnya
digunakan sebagai penambah citarasa pada biscuit, ice cream, minuman susu dan kue. Sebagian lagi juga digunakan sebagai pelapis permen atau manisan
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
yang dibekukan. Cocoa powder juga
dari Revealed Comparative Advantage
dikunsumsi
(RCA) masing-masing produk ekspor
oleh
industri
minuman untuk
(Balassa, 1965). Perhitungan RCA ini
pembuatan cokelat dan permen, kakao
menggunakan data yang dikelompokan
butter juga dapat digunakan pembuatan
dalam
rokok, sabun dan kosmetika.
Classification (SITC) 2 digit. Nilai RCA
seperti
susu
cokelat.
Selain
Standard
Industrial
Trade
yang lebih besar dari 1 menunjukkan Keunggulan Komparasi Comparative Advantage)
(Revealed
daya saing yang kuat. Semakin tinggi nilai
Daya
saing
suatu
komoditas
ekspor suatu negara atau industri dapat dianalisis
dengan
berbagai
macam
metode atau diukur dengan sejumlah Comparative
Advantage
(RCA). Demikian juga dapat dilakukan dengan metode Constant Market Share dan Real Effective Exchange Rate. Disamping itu, laporan tahunan dari World Economic Forum (WEF) mengenai Global Competitiveness Index (GCI) juga dapat sebagai ukuran daya saing suatu negara setiap tahunnya. GCI adalah indeks gabungan dari sejumlah indikator ekonomi yang telah teruji secara empiris memiliki
korelasi
pertumbuhan
positif
ekonomi
(PDB)
dengan untuk
jangka menengah dan panjang. Secara teoritis juga mempunyai korelasi positif dengan kinerja atau tingkat daya saing ekspor. (Tambunan, 2000) Guna melihat lebih rinci komoditas Indonesia yang bersaing dengan negaranegara lain di pasar dunia dapat diukur Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
komoditi,
maka
semakin
tangguh daya saing produk tersebut, sehingga
disarankan
dikembangkan
untuk
dengan
terus
melakukan
spesialisasi pada komoditi tersebut.
indikator. Salah satu diantaranya adalah Revealed
RCA
Salah satu indikator yang dapat menunjukkan
perubahan
keunggulan
komparatif adalah RCA index. Indeks ini menunjukkan pangsa
perbandingan
ekspor
antara
komoditas
atau
sekelompok komoditas suatu negara terhadap
pangsa
ekspor
komoditas
tersebut dari seluruh dunia. Dengan kata lain
indeks
RCA
menunjukkan
keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari suatu negara dalam suatu komoditas terhadap dunia. Bila hasil indeks RCA dari suatu negara untuk komoditas tertentu lebih besar dari 1, maka berarti negara yang bersangkutan mempunyai keunggulan komparatif di atas rata-rata dunia dalam komoditas hasilnya
tersebut. lebih
kecil
Sebaliknya, dari
1
bila
berarti
keunggulan komparatif untuk komoditas
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
tersebut rendah atau di bawah rat-rata
domestik), jika nilainya negatif dibawah 0
dunia.
hingga -1. Kalau indeksnya naik berarti
Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
daya beli kecil daripada permintaan dalam negeri. Dengan kata lain, untuk komoditi tersebut, pada tahap ini negara
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk posisi
atau
suatu
tahapan
produk.
menganalisis
produk,
lebih
banyak
mengimpor
daripada mengekspor.
perkembangan
ISP
ini
dapat
menggambarkan apakah untuk suatu jenis
tersebut
Indonesia
Upaya-upaya Peningkatan Daya Saing Kakao Indonesia
cenderung
Strategi peningkatan daya saing
menjadi negara eksportir atau importir.
dilakukan
antara
lain
Secara
peningkatan
sumber
daya
implisit,
indeks
ini
melalui manusia
mempertimbangkan sisi permintaan dan
dengan cara mendorong peningkatan
sisi penawaran, dimana ekspor identik
nilai tambah dari sumber daya lokal.
dengan
Demikian
suplai
domestik
dan
impor
juga
pemerintah
terus
adalah permintaan domestik, atau sesuai
meningkatkan
dengan teori perdagangan internasional,
efisiensi.
yaitu teori net of surplus, dimana ekspor
perbaikan di sektor hukum, sosial politik
dari suatu barang terjadi apabila ada
serta perpajakan, termasuk peningkatan
kelebihan atas barang tersebut di pasar
integrasi
domestik.
perkembangan dunia.
Nilai
indeks
ini
mempunyai
kewirausahaan
Faktor
lainnya
global
Beberapa
dan adalah
untuk
melihat
faktor
yang
kisaran antara -1 sampai dengan +1.
berpengaruh dalam upaya peningkatan
Jika nilanya positif diatas 0 sampai 1,
daya saing kakao Indonesia antara lain
maka komoditi bersangkutan dikatakan
kondisi
mempunyai daya saing yang kuat atau
industri terkait dan pendukung, strategi
negara yang bersangkutan cenderung
dan
sebagai
pemerintah
pengekspor
dari
komoditi
faktor,
struktur
tersebut (suplai domestik lebih besar
peluang
daripada
Indonesia.
permintaan
domestik).
kondisi
permintaan,
persaingan, serta
kebijakan
kesempatan
berkembangnya Adapun
kakao
pelaku
dan di yang
Sebaliknya, daya saingnya rendah atau
berpengaruh dalam upaya peningkatan
cenderung sebagai pengimpor (suplai
daya saing adalah pemerintah, industri,
domestik lebih kecil dari permintaan
industri
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
pemasok,
asosiasi,
lembaga
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
keuangan (perbankan), lembaga standar
analisis
negara pesaing.
dengan melihat tren dari hasil RCA, IKP
Demikian juga ada tiga alternatif
pertama
adalah
kakao
Indonesia
dan ISP.
strategi dalam upaya peningkatan daya saing,
komoditi
RCA
digunakan
untuk
penguasaan
mengetahui tingkat daya saing kakao
teknologi, alternatif ini dua kali lebih
Indonesia. Untuk mengetahui kerentanan
penting dari alternatif yang lain yaitu
komoditas
penciptaan iklim usaha yang kondusif
sedangkan
serta peningkatan pemakaian bahan
mengetahui negara Indonesia termasuk
baku dalam negeri agar produk lebih
katagori eksportir atau importir untuk
efisien.
komoditi tersebut. Produsen
terbesar kakao dan
kakao
dipergunakan
IKP,
ISP yang digunakan untuk
Sebagai
pedoman
penentuan
produk kakao adalah Negara-negara
daya saing komoditi kakao Indonesia
Afrika seperti Pantai Gading, Ghana,
agar memiliki keunggulan meningkat
Kamerun, Nigeria, Togo dan lainnya.
maka diperlukan tiga persyaratan antara
Kawasan lainnya adalah Amerika Latin
lain sebagai berikut mempunyai daya
seperti Brasil, Ecuador dan Republik
saing tinggi dengan nilai RCA tinggi,
Dominika.
mempunyai
Untuk
kawasan
Asia,
nilai
IKP
rendah
dan
Indonesia merupakan pemasok terbesar
mempunyai nilai ISP tinggi dimana hal ini
diikuti Malaysia dan Papua New Guinea.
merupakan persyaratan sebagai negara
Disamping Afrika, Amerika latin dan
eksportir.
Asia, pelaku pasar yang memiliki peran besar untuk
permintaan
kakao
dan
produk kakao adalah negara Swiss, karena
negara
produk
ini
terdapat
makanan
disamping
dan
beberapa
banyak
minuman,
negara
Eropa
lainnya.
Saat
Indonesia
terus
nilai ekspor produk-produk non migas Indonesia terus mengalami peningkatan ekspor
migas.
Sampai
dengan tahun 2011 ternyata ekspor
Fokus pembahasan dalam tulisan ini adalah menganalisis daya saing Indonesia
ini
menggiatkan ekspor non migas. Tercatat
menandingi
PEMBAHASAN
kakao
Sumbangan Ekspor Kakao Terhadap Ekspor Nasional
dengan
beberapa
negara. Ada tiga hal yang menjadi fokus Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
migas
sebesar 29,64 persen dari total
ekspor nasional yang nilainya sebesar US$ 46,8 milyar. Sedangkan ekspor
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
komoditas non migas mencapai sebesar
nasional masih
kecil yaitu
71,26 persen.
sebesar 1,04 persen.
rata-rata
Tercatat nilai
Bila kita lihat komoditas ekspor
ekspor kakao tahun 2011 mencapai US$
kakao selama sepuluh tahun terakhir
1,3 milyar, sebagaimana dapat dilihat
ternyata kontribusi terhadap total ekspor
pada
Gambar
1
di
bawah
ini.
Sumber : Bloomberg, 2012, diolah
Saat
ini komposisi komoditas
ekspor Indonesia masih tetap didominasi
bila
daya
saing
produknya
juga
meningkat.
oleh ekspor hasil mineral (HS 27)
Sejak tahun 2002 sampai dengan
sebesar hampir 30 persen atau nilainya
tahun 2011, kakao terus mengalami
sebesar US$ 46,8 milyar. Sedangkan
peningkatan sharenya terhadap ekspor
komoditas hasil perkebunan cenderung
nasional. Rata-rata sharenya terhadap
mengalami peningkatan, seperti minyak
ekspor
nabati dari produk kelapa sawit (Crude
persen. Untuk tahun 2011 kontribusi
Palm Oil) yang sebesar 10,34 persen.
terhadap ekspor nasional sebesar 1,04
Kemudian disusul hasil kopi dan rempah-
persen. Dan ke depan kontribusi ini
rempah yang sebesar 10,80 persen.
dapat ditingkatkan
Diikuti karet dan barang dari karet yang
komoditas ini juga ditingkatkan demikian
besarnya hamper 6 persen.
juga
Produk-
nasional
adalah
pengembangan
sebesar
1
bila daya saing
produk
dan
produk ini akan terus bertambah nilai
peningkatan nilai tambah produk-produk
maupun kuantitas ekspornya tentu saja
kakao.
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
Ekspor dan Impor Kakao Indonesia Negara
tujuan
utama
tahun terakhir yaitu dari 2002 sampai dengan
ekspor
2011,
terus
mengalami
peningkatan. Walaupun nilai impor juga
kakao dari Indonesia adalah Malaysia,
terus
Singapura, Amerika, China dan Brazil
mengalami
peningkatan.
Sebagaimana terlihat pada Tabel 1
yang menguasai sebesar 93,1 persen.
sebagai berikut :
Nilai ekspor komoditas kakao sepuluh
Tabel 1 Nilai Ekspor Impor Kakao dan Produk Kakao Indonesia Tahun 2002-2011 (juta US$) Uraian/Tahun
2002
Ekspor Indonesia
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
701
624
549
668
855
924
1.269
1.413
1.644
1.345
Impor Indonesia
64
81
86
85
76
83
119
121
165
176
Ekspor Malaysia
239
330
445
514
568
757
1.003
918
1.303
1.378
2.297
2.251
2.182
2.060
2.035
2.205
2.807
3.724
3.827
4.159
*)
840
1.071
892
1.241
1.053
1.042
1.158
976
2.294
207
321
320
387
362
365
401
352
417
421
14.375
17.965
20.166
20.805
22.984
27.287
32.233
33.865
37.815
33.334
Ekspor Pantai Gading Ekspor Ghana Ekspor Brazil Total ekspor dunia
Sumber : Bloomberg, 2012, diolah. Ket: *) tidak ada data. Pembulatan ke atas.
Selama sepuluh tahun rata-rata
menurunnya
permintaan
dari
China
ekspor kakao dari Indonesia sebesar
maka berarti menurun pula permintaan
hampir US$ 999,6 juta sedangkan rata-
kakao dari Indonesia. Untuk tahun 2011
rata impor sepersepuluh nilai ekspor
nilai ekspor kakao Malaysia lebih tinggi
yaitu US$ 105 juta. Pada tahun 2011
dibanding nilai ekspor kakao Indonesia.
nilai ekspor kakao Indonesia terjadi
Nilai ekspor kakao terbesar masih
penurunan. Tercatat juga bahwa total
dikuasai oleh negara Pantai Gading dan
nilai
Ghana. Pada umumnya ekspor kakao
ekspor
dunia
juga
mengalami
penurunan dari tahun 2010 cukup besar.
negara-negara
Hal ini terjadi karena permintaan negara-
fermentasi
negara Eropa menurun sebagai akibat
tinggi dibanding dengan yang belum
krisis ekonomi di kawasan tersebut. Hal
difermentasi.
ini
permintaan
kakao Indonesia perlu ditingkatkan guna
negara-negara lainnya sebagai mitra
meningkatkan nilai tambah ekspor, salah
dagang Eropa seperti China. Dengan
satunya melalui fermentasi. Diperkirakan
juga
berimbas
pada
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
ini
sehingga
Artinya
sudah harganya
kualitas
melalui lebih
ekspor
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
Daya Saing Kakao Indonesia
bila melalui fermentasi nilai tambah ekspor kakao perkg bertambah Rp 3000.
Menurut Buku Tarif Bea Masuk
Saat ini di dalam negeri harga kakao
Indonesia/Harmonized System (HS) 2
berkisar antara Rp 15.000 perkg sampai
digit maka kakao bernomor HS 18.
dengan Rp 24.000 perkg.
Komoditas ini
merupakan
komoditas
Hambatan ekspor saat ini yang
unggulan Indonesia yang mempunyai
banyak dikeluhkan para pelaku kakao
daya saing cukup bagus karena memiliki
adalah
RCA lebih besar dari 1.
diterapkannya
Peraturan
Bea
Menteri
Keluar.
Keuangan
Sepuluh
tahun
terakhir
(Permenkeu) menyantumkan tarif bea
keunggulan komparasi kakao Indonesia
keluar ekspor biji kakao
bila harga
rata-rata diatas 4, yang berarti daya
2.000-2.750 dollar AS per ton dikenai
saing ekspor kakao Indonesia cukup
pajak 5 persen. Untuk harga 2.750-3.500
bagus. Namun tahun 2011 mengalami
dollar AS per ton, dikenai pajak 10
penurunan menjadi 2,75 yang hampir
persen, sedangkan harga diatas 3.500
sama
dollar AS per ton maka bea keluarnya 15
sebesar
persen. Harga ekspor ini disesuaikan
Malaysia ini sangat jauh dengan RCA
dengan fluktuasi tarif internasional dari
negara Pantai Gading yang menguasai
bursa berjangka di New York.
pasar dunia ataupun dengan Ghana.
dengan 2,52.
RCA
Malaysia
yang
RCA
Indonesia
dan
Sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai berikut : Tabel 2 RCA Kakao Indonesia dan Beberapa Negara Eksportir Lainnya Tahun 2002-2011 Uraian / Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
RCA Indonesia
5,30
4,13
3,36
3,73
4,29
3,93
4,39
4,27
3,96
2,75
199,8
170,9
145,0
135,8
126,2
132,4
136,1
127,4
141,3
156,4
*)
146,2
191,1
139,4
173,6
144,5
129,7
80,3
70,9
51,8
RCA Malaysia
1,10
1,27
1,54
1,73
1,79
2,09
2,39
2,05
2,49
2,52
RCA Brazil
1,48
1,77
1,45
1,56
1,33
1,10
0,96
0,81
0,80
0,68
RCA Pantai Gading RCA Ghana
Sumber : Bloomberg, 2012, diolah. *) data tidak tersedia
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
Menurut
potensinya
kakao
mengindikasikan
bahwa
Indonesia sangat besar, mengingat luas
Indonesia
wilayah pertanian kakao yang masih
eksportir kakao. Bila dibandingkan ISP
dapat
negara
dikembangkan
Sulawesi,
Sumatra,
seperti Papua,
daerah
masih
spesialisasi
Pantai
sebagai
Gading
negara
dan
Ghana
Nusa
sangatlah jauh. Negara ini merupakan
Tenggara Barat dan Bali. Oleh karena itu
eksportir utama dunia sehingga Pantai
Gerakan Nasional mengenai Kakao ini
Gading ISPnya 1. Demikian juga Ghana
diharapkan akan dapat meningkatkan
mendekati 1 atau 0,99.
produksi kakao nasional.
Bila dibandingkan dengan ISP Malaysia masih jauh dibawah 0,5. Hal ini
ISP Kakao Indonesia
berarti
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan indeks yang digunakan untuk menganalisis posisi atau tahapan perkembangan
komoditas
kakao
Indonesia. Indeks ini dapat memberi
negara
eksportir kakao.
importir
ataukah
Demikian juga Indeks
Konsentrasi Pasar (IKP) atau Hirschman Herfindahl
Index (HHI) memberikan
gambaran kerentanan ekspor kakao ke negara-negara
tujuan
ekspor
utama
Indonesia seperti Malaysia, Singapura, China, Amerika dan Perancis.
(ISP)
Indonesia
menunjukkan rata-rata di atas 0,80 dan tahun
2011
sebesar
0,77.
negara
negara mitra dagang Indonesia lainnya, seperti Brasil. Negara inipun merupakan negara importir kakao karena ISPnya pun kecil. Hasil Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) atau Hirschman Herfindahl Index (HHI)
Indonesia
didapat
rata-rata
sebesar 0,35. Nilai ini menunjukkan bahwa
ketergantungan
atau
konsentrasi pasar dengan negara tujuan (Malaysia, Sinagpura, China Amerika dan Perancis) masih relatif kecil. Artinya apabila terjadi kegoncangan ekonomi
Pada Tabel 3, Indeks Spesialisasi Perdagangan
merupakan
importir kakao demikian juga dengan
gambaran apakah spesialisasi Indonesia sebagai
Malaysia
Hal
ini
atau krisis ekonomi di negara-negara tujuan
ekspor
kakao
tersebut
akan
mempunyai pengaruh relatif kecil atau tidak signifikan.
Tanggal masuk naskah : 3 November 2011 Tanggal disetujui : 13 Agustus 2012
* Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Gd. RM. Notohamiprodjo Lt.5 Jl. Dr. Wahidin 1 Jakarta 10710 Hp.081218192248 email :
[email protected]
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
Tabel 3 HHI , ISP Kakao Indonesia dan Beberapa Negara lain Tahun 2001-2010 Uraian / Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
HHI Indonesia
0,31
0,36
0,38
0,37
0,35
0,34
0,39
0,38
0,37
0,34
ISP Indonesia
0,83
0,77
0,73
0,77
0,84
0,84
0,83
0,84
0,82
0,77
ISP Pantai Gading
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
-1,00
0,99
0,99
1,00
1,00
0,99
0,99
0,99
0,99
0,99
ISP Malaysia
0,16
0,01
0,08
0,09
-0,13
-0,07
-0,12
0,02
0,06
0,03
ISP Brazil
0,25
0,39
0,58
0,54
0,47
0,26
0,30
0,12
0,20
0,24
ISP Ghana
Sumber : Bloomberg, 2012, diolah
Strategi Peningkatan Kakao Indonesia
Daya
Saing
pasar
domestik
serta
pengembangan dan perluasan pasar luar
Upaya-upaya peningkatan daya saing kakao berkaitan langsung dengan program
perluasan
pengembangan
dan
dalam
negeri
melalui berbagai
pameran, promosi maupun expo.
industri
Prospek
kakao
ke
depan
nasional. Sebagaimana yang dilakukan
diperkirakan masih terus meningkat dan
Pemerintah,
menguntungkan pelaku usaha. Peluang
strategi
pengembangan
industri kakao nasional terbagi menjadi
ini
dua katagori yaitu dari sisi penawaran
maksimal oleh para pelaku usaha dalam
(supply) dan
sisi
negeri dengan jalan meningkatkan daya
supply
saing usaha dan produk yang dihasilkan.
dimaksudkan kakao nasional berupa
Upaya peningkatan produktivitas kebun
intensifikasi
lahan
dan efisiensii usaha produk dari kakao
kakao nasional, pengembangan bahan
serta peningkatan kualitas bahan olahan.
permintaan
baku
kedua
(demand).
dan
kakao,
sumber insentif
yang
Sisi
ekstensifikasi
peningkatan
daya
dari
manusia,
kapasitas penyediaan
bagi investasi produk-produk
berbahan
baku
kakao
atau powder
semestinya
Ada
beberapa
peningkatan Indonesia,
dimanfaatkan
daya
strategi
saing
berikut : 1) Program Gerakan Kakao Nasional
Program
ini
permodalan.
sebagai
gerakan
nasional
dari
sisi
kakao
antara lain adalah sebagai
cocoa nasional serta kemudahan dalam Sedangkan
secara
dimaksudkan untuk
demand berupa pengembangan kualitas
meningkatkan
kakao
diversifikasi
kakao nasional. Peningkatan produksi
produk dari kakao, pengembangan dan
dapat dilakukan melalui perluasan lahan
nasional,
adanya
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
produksi
dan
kualitas
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
tanaman kakao, yang dicanangkan 450
Demikian
ribu
saja
produk kakao semestinya lebih rendah
terkonsentrasi di wilayah Sulawesi saja
tarifnya. 4) Penciptaan iklim usaha yang
tetapi
kondusif dan perbaikan sistem birokrasi
hektar,
ke
yang
beberapa
bukan
wilayah
lainnya
juga
Iklim
Barat, Bali dan Papua. Program ini
perbaikan
mempunyai
yaitu
merupakan langkah peningkatan daya
peremajaan tanaman kakao, rehabilitasi
saing, termasuk dalam akses perbankan
lahan dan intensifikasi melalui pemberian
dan fasilitas investasi permesinan dan
bantuan kepada petani berupa bibit
pengolahan
unggul, pupuk dan sarana produksi
meningkatkan kakao dan produk-produk
lainnya. 2) Peningkatan mutu produk
turunannya. Demikian juga kemudahan
kakao Untuk meningkatkan nilai tambah
berinvestasi
produk kakao Indonesia semestinya para
perusahaan-perusahaan
pelaku usaha kakao akan mengekspor
seperti
hasil produknya bukan saja biji kakao
Chocolate Inc, akan dapat memperluas
tetapi
usahanya di Indonesia. 5) Peningkatan
biji
kegiatan
kakao
yang
sudah
yang
turunan
seperti wilayah Sumatra, Nusa Tenggara
tiga
usaha
pengenaan
dan
kondusif
dengan
kemudahan
yang
di
Nestle,
akan
Indonesia
Cargil
dapat
sehingga pengolahan
Cocoa
infrastruktur
fermentasi lebih tinggi. Di sisi lain,
pelabuhan dan lain-lain sebaiknya terus
peningkatan nilai tambah dapat terus
dilakukan pemerintah guna mendukung
ditingkatkan seiring dengan pemanfaatan
kegiatan
kakao
Dukungan dana APBN sebesar lebih dari
bahan
baku
berbagai
industri
negeri.
5
aneka hasil olahan seperti cokelat atau
infrastruktur diperlukan guna percepatan
makanan. 3) Pengenaan tarif Bea Keluar
dan pengembangan infrastruktur dalam
untuk meningkatkan nilai tambah yang
rangka peningkatan daya saing sektor
akan
riil.
pada
daya
saing
Di
sisi
khusus
dalam
jalan,
produk inovasi lainnya seperti berbagai
berdampak
persen
sarana
dan
difermentasi. Karena nilai tambah kakao
untuk
seperti
birokrasi
lain
pengembangan
terus
produk kakao Indonesia perlu dilakukan
peningkatan
kebijakan pengenaan tarif Bea Keluar.
mengurangi biaya tinggi (high cost)
Dari sisi pabean, pengenaan bea keluar
dalam kegiatan distribusi bahan baku
atas produk mentah kakao semestinya
dan ekspor. Termasuk pengadaan resi
lebih tinggi dibanding dengan produk
gudang di daerah-daerah sentra kakao.
ekspor kakao yang telah difermentasi.
Hal ini dimaksudkan untuk menampung
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
infrastruktur
dilakukan untuk
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
kakao yang siap ekspor pada saat panen
kata lain dana yang terkumpul dari bea
raya yang biasanya harganya akan jatuh.
keluar dapat di share kembali ke daerah
Sehingga
gudang
dalam bentuk dana alokasi khusus atau
Peningkatan
transfer ke daerah atau dalam bentuk
diperlukan
penyimpanan.
6)
kemampuan dan kualitas petani kakao
lainnya,
Petani kakao merupakan faktor utama
mengimplementasikan
dalam kegiatan produksi. Motivasi dan
pembagian
budaya kerja khususnya pada sektor
hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
industri berbahan kakao mempengaruhi
ke
produktivitas dan kreativitas kerja.. Untuk
implementasinya
itu guna meningkatkan keterampilan dan
dalam
kemampuan petani serta kualitas kerja
infrastruktur,
tenaga kerja Indonesia perlu dilakukan
berupa subsidi benih ataupun pupuk.
penyuluhan, kursus maupun pelatihan.
Demikian juga dapat digunakan guna
Dengan harapan dapat meningkatkan
pengembangan
kualitas
sehingga kualitas dan produksi kakao
produk
internasional
yang
sekaligus
berstandar tercapainya
yang
dapat sistem
/perimbangan
daerah.
Dana
keuangan
ini
dapat
bentuk
dalam
diwujudkan pembangunan
subsidi
kepada
dan
petani
riset
kakao
Indonesia meningkat.
efisiensi. 7) Peningkatan produksi dan inovasi produk dari kakao Diperlukan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
peningkatan produksi, inovasi produk
Kesimpulan
dan peningkatan kualitas produk guna
1.
meningkatkan
daya
saing
kakao
Kontribusi ekspor komoditas kakao Indonesia
selama
2002
2011
terus
Indonesia. Disisi lain terus dilakukannya
sampai
penelitian dan pengembangan (research
mengalami kenaikan dan rata-rata
and development) kakao dan produk
kontribusi terhadap ekspor nasional
berbahan kakao nasional. 8) Penyaluran
sebesar 1 persen. Demikian juga
langsung Bea Keluar kepada petani
nilai
kakao. Untuk meningkatkan produksi
mengalami
diperlukan pendanaan yang cukup. Oleh
impornyapun
karena itu penerimaan dari bea keluar
peningkatan terutama dari produk-
atas ekspor kakao dapat dimanfaatkan
produk turunan kakao.
secara langsung oleh para petani kakao atau pelaku kakao di daerah. Dengan Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
2.
Daya
dengan
tahun
impor
komoditas tren
saing
Indonesia
ini
naik,
terus
rata-rata mengalami
komoditas
cukup
tinggi.
kakao Sepuluh
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
tahun terakhir dari 2002 sampai
perlunya riset dan pengembangan
dengan
kakao nasional.
2011
rata-rata
RCAnya
diatas 4. Tahun 2011 RCA terjadii penurunan menjadi sebesar namun
tetap
masih
2,75,
diatas
1.
Rekomendasi 1.
Amerika dan negara Eropa masih
Penurunan tersebut disebabkan nilai ekspor tahun
2011
juga
terbuka
terjadi
mendekati
sebesar 1,
spesialisasi
0,80
hal
ini
Indonesia
untuk
peluang bagi pelaku usaha kakao
sebagai
Indonesia
komoditas
selama
Indonesia.
dan
komoditas
negara-negara tujuan ekspor atau
fiskal dapat dapat
meningkatkan daya saing kakao di Indonesia antara lain penerapan bea keluar berjenjang, subsidi ke petani pelaku
perbaikan peningkatan
usaha
kakao
infrastruktur dana
APBN
ekspor
tersebut
tidak
2.
Diperlukan pengembangan produk turunan kakao sehingga tidak hanya
Indonesia masih relatif rendah.
atau
beberapa
kalah dengan pesaing lainnya.
kerentanan terhadap kegonjangan
untuk
pada
labeling, origin marking, sehingga
tersebut tidak terkonsentrasi pada
diterapkan
difokuskan
standarisasi produk, pengemasan,
konsentrasi pasar komoditas kakao
kebijakan
saing
ditetapkan negara pengimpor seperti
rata-rata sebesar 0,35. Hal ini berarti
Beberapa
daya
persyaratan standar produk yang
sampai dengan 2011 menunjukkan
4.
demikian
komoditas ini harus terus diperbaiki
2002
ekonomi negara tujuan ekspor kakao
Namun
pengembangan
kakao
tahun
dan
komoditas kakao, hal ini merupakan
berarti
Indeks Konsentrasi Pasar (IKP) atau HHI
Pertumbuhan
sekarang ini banyak membutuhkan
atau
pengekspor komoditas kakao. 3.
luas.
perkembangan China yang pesat
penuruanan. Dari hasil ISP, didapat rata-ratanya
Pasar China, negara-negara Asean,
dan
melalui serta
perlunya perbaikan birokrasi dan
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia
produk primer seperti biji kakao mentah tetapi perlu dilakukan upaya pergeseran
(shifting)
keunggulan
dari sektor primer menuju sektor pengolahan kakao seperti cocoa powder,
cocoa
mempunyai
nilai
butter
karena
tambah
(vallue
added) lebih besar dibanding ekspor biji kakao.
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.6 No.2 Tahun 2012
3.
01/ upaya-daya-saing-dalamperkembangan.html
Salah satu jalan yang ditempuh guna
meningkatkan
daya
saing
komoditas kakao Indonesia adalah
2.
Kotler Philip, Keller L. Kevin, Metodologi Penelitian:Aplikasi Dalam Pemasaran, Jakarta 2006.
3.
Triyoso, Bambang. 1994. “Model Ekspor Non Migas Indonesia Untuk Proyeksi Jangka Pendek”. Ekonomi dan Keuangan Indonesia.
4.
Deliarnov, 1995, Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta, UI Press.
5.
Hamdy, Hady. 2001. Ekonomi Internasional – Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Buku 1, Edisi Revisi Jakarta, Ghalia Indonesia.
6.
Wibowo,I, 2004, Belajar dari China, Bagaimana Cina Merebut Peluang Dari Era Globalisasi, Penerbit Kompas, Jakarta
melakukan pengalihan pasar selain negara tujuan ekspor saat ini. Tetapi juga
melakukan
penetrasi pasar
pada beberapa negara Asia lainnya seperti
India,
karena
India
mempunyai tren permintaan kakao yang terus meningkat. 4.
Perlunya
peninjauan
kembali
mengenai pengenaan bea keluar atas
kakao.
pengenaan
Sebagai
contoh
ekspor kakao mentah
dikenakan bea keluar berjenjang yaitu pengenaan bea keluar yang jauh lebih tinggi pada kakao mentah dibanding produk kakao yang telah difermentasi. Demikian juga produk kakao fermentasi lebih tinggi dari produk turunannya. Disamping itu perlu keseriusan pemerintah untuk memenuhi
infrastruktur
yang
memadai yang diperlukan di sentrasentra
produk
peningkatan
kakao APBN
melalui maupun
APBDnya. DAFTAR PUSTAKA 1.
Frans, Hero K. Purba, Upaya Daya Saing dalam Perkembangan Kakao Indonesia dalam Perdagangan Internasional dalam http://heropurba.blogspot.com/2012/
Ragimun : Analisis Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia