AL-QUR’AN MERAWAT BATIN Selasa, 21 Juni 2016 08:42
AL-QUR’AN MERAWAT BATIN
Oleh: Duski Samad
Ketua MUI Kota Padang
Setiap tanggal 17 Ramadhan, umat Islam Indonesia, memperingati hari turunnya (nuzul al-Qur’an). Peringatan nuzul al- qur’an tentu dengan tujuan mengingatkan tentang sejarah, informasi, pesan dan makna ajaran yang di bawa al-qur’an. Sebagai sumber informasi al-Qur’an mengajarkan banyak hal kepada manusia, mulai dari persolan lahiri, batini, imani , keyakinan, moral, prinsip-prinsip ibadah dan mua’malah sampai kepada azas atau dasar ilmu pengetahuan. Mengenai ilmu pengetahuan, al-Qur’an memberikan wawasan dan moti v asi kepada manusia untuk memperhatikan dan meneliti alam sebagai manifestasi kekuasaan Allah. Dari hasil pengkajian dan penelitian fenomena alam kemudian melahirkan ilmu pengetahuan. Berdasarkan pemahaman ini, al-Qur’an berperan sebagai moti v ator dan inspirator bagi pembaca, pengkaji, pengamal dan semua pihak yang membutuhkannya.
Sumber informasi yang dibawa al-qur’an itulah kemudian yang menjadikannya begitu penting fungsinya.Diantara fungsi al-Qur’an adalah sebagi petunjuk (hudan), penerang jalan hidup (bay yinah ), pembeda antara yang benar dan salah ( furqan ) penyembuh penyakit hati ( syifa ’) nasihat atau petuah (
1/6
AL-QUR’AN MERAWAT BATIN Selasa, 21 Juni 2016 08:42
mauizhah ) dan sumber informasi ( bayan). Untuk berjalannya fungsi al-Qur’an maka manusia dibimbing untuk terus belajar membaca dan membahasnya, guna untuk menyempurnakan kehidupannya.
PERUSAK BATIN
Satu di antara kebutuhan primer yang harus dipenuhi setiap manusia adalah ketenangan batin (jiwa). Urusan kehidupan akan menjadi sulit berhasil dengan baik jika seseorang berada dalam tekanan dan kegelisahan. Factor utama yang memicu adanya tekanan batin dan kegelisahan adalah disaat jiwa tidak bisa dikendalikan. Ketika jiwa tidak dapat terpenuhi apa yang ditujunya dan disaat batin tidak memperoleh ketenangan, maka hidup tidak akan berarti.
Hari ini, manusia modern dengan kemudahan fasilitas dan teknologi yang dicapainya tidak serta merta dapat memenuhi kebutuhan pada kesehatan jiwa dan ketenangan batin. Maraknya pelanggar hukum , seperti perampokan, pejambretan dan tindakan kekerasan lainnya telah menjadi penyebab berkurangnya rasa nyaman dan tenang batin. Berita bencana alam, krisis ekonomi, pemanasan global dan berita lain yang berhubungan dengan ancaman yang timbul karena ulah kerakusan manusia adalah juga mengusik kenyamanan dan keselesaan batin.
1. Inspirasi dan Imajinasi Fujur
Mengapa manusia mudah terusiknya kenyaman dan kegelisahan batinnya?. Karena memang, potensi manusia terjatuh pada prilaku tidak baik, (seperti melakukan kejahatan dan kerusakan sehingga menimbulkan sakitnya jiwa), sama besarnya dengan kemampuan untuk menjadi orang baik dan menjadi motor dalam segala kebaikan…..Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (QS. As-Syam, (91:7-10)
Jalan kefasikan yang ditempuh manusia dipastikan akan merusak kesucian dan ketenangan batinnya. Sebaliknya, upaya dan kerja kebaikan yang ditebarnya pastilah akan mengobati
2/6
AL-QUR’AN MERAWAT BATIN Selasa, 21 Juni 2016 08:42
apapun jenis penyakit jiwa yang diidapnya. Perjuangan memenangkan jalan kebaikan dengan mengalahkan potensi keburukan jelas tidak mudah, karena memang keburukan itu juga melekat pada diri manusia.
2. Nafs al-amarah (egois)
Bersatunya antara potensi baik (taqwa) dengan bibit buruk (fujur) dalam satu diri tak obahnya bagaikan bersatunya warna dengan dasar warna dalam selembar kain. Bahkan, secara eksplisit digambarkan Allah SWT bahwa manusia tidak mudah membebaskan dirinya dari cengkraman prilaku buruk dan jahat itu. Artinya: Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf, 12:53)
Bisikan kejahatan yang ada ada setiap orang, jika tidak dapat diarahkan kepada bisikan kebaikan akan membuat manusia merugikan dirinya sendiri, karena bisikan kejahatan itu akan mendorongnya melakukan pelanggaran aturan dan pada akhirnya akan merusak tatanan jiwa yang tenang.
3. Nafs al-lawwamah (tidak hati-hati dan cermat)
Prilaku kejahatan yang dilakukan manusia ada yang terjadi karena ketidaktahuan, hal yang seperti ini mudah merubahnya. Sedangkan prilaku buruk yang dibuat oleh karena ketidakpatuhan atau tidak mengindahkan aturan tentunya akan berdampak tidak baik. Dampak tidak baik yang paling menimal adalah penyesalan. Orang yang menyesal lazimnya akan menderita – setidaknya menderita batin – atas kekeliruannya itu…. Artinya: Dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri)[ Maksudnya: bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.] . (QS. Qiyamah, 2)
PERAWATAN BATIN CARA AL-QUR’AN
3/6
AL-QUR’AN MERAWAT BATIN Selasa, 21 Juni 2016 08:42
Kegelisahan batin dan ketidaktenangan jiwa oleh pakar kejiwaan (Psychology) dikatakan sebagai salah satu bentuk gangguan (penyakit) jiwa. Sekecil apapun gangguan kejiwaan jika tidak segera dilakukan terapi (penyehatan dan perawatan) ia bisa menjadi besar dan berakibat buruk bagi pengidapnya. Perawatan jiwa melalui terapi keilmuan jiwa banyak ragamnya. Dalam merawat jiwa, pada umumnya pakar kejiwaan mendasarkan terapinya pada asumsi. Sesungguhnya pendekatan asumsi yang dilakukan oleh pakar kejiwaan dalam memberikan terapi atau merawat jiwa itu hanyalah perkiraan belaka. Normative al- qur’an menetapkan perawatan jiwa melalui kepastian, antara lain:
1. Syifa’ dan Rahmat.
Keberadaan al-qur’an bagi umat Islam secara tegas dikatakan sebagai obat dan rahmat, karena pesan dan ajaran suci yang disebarkannya bagi kebaikan universal. Sementara itu, orang zhalim pastilah akan merugi dan tidak hatinya terhadap ayat dan ajaran yang disampaikan al-qur’an. Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (QS. Al-Isra’(17;82).
Mengapa umat Islam mendapatkan obat dari ajaran al-qur’an, karena prinsip pokok yang diletakkannya berdasar ada kebutuhan pokok fisik dan batin manusia. Sebagai contoh, prinsip kesimbangan (tawazun) yang ada dalam al-qur’an tidak akan disukai manusia zalim yang maunya menang sendiri, tidak merasakan penderitaan pihak lain, kaum kapitalis, borjuis dan pelanggar hak-hak azazi manusia adalah mereka yang menolak prinsip kesimbangan itu. Prinsip persaudaraan ( ukhuwah), toleransi (tasamuh), keadilan (al’adil), kejujuran ( al-shiddiq ) dan prinsip universal lainnya, dipastikan menjadi obat dan rahmat untuk kebaikan kolektif. Sedangkan bagi orang dzalim, prinsip itu akan merugikannya, karena ia tidak bisa berbuat sewenang-wenang lagi.
2. Fitrah Kesucian.
Cara al- qur’an merawat jiwa manusia adalah dengan mendidik dan mengembali manusia pada jati dirinya. Manusia itu diciptakan atas asas kesucian dan kebaikan. Potensi manusia adalah fitrah. Lingkungan hidup sering mengubah fitrah itu. Latih dan biasakan kefitrahan itu, ia
4/6
AL-QUR’AN MERAWAT BATIN Selasa, 21 Juni 2016 08:42
pastikan kembali ke asalnya….. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.], Dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, (QS. Rum, 30-31)
3. Potensi Keilahian.
Tidak sekadar fitrah suci dan baik, bahkan manusia membawa bakat dan potensi keilahian. Manusia memiliki sifat asli (primordial) yang patuh dan tunduk pada ajaran kebenaran, kebaikan dan keadilan.: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (QS. Al-‘Araf, 7: 172)
Hanya saja yang belum banyak diperhatikan adalah bagaimana mengoperasionalkan ajaran konsep al-qur’an tentang sifat, fitrah, khuluq, keilahian seperti disebut di atas. Pembahasan perawatan jiwa cara al- qur’an ini sudah dikaji di dalam ilmu tasawuf. Diantaranya adalah perawatan jiwa dengan metodeTakhalli, melalui taubat, zuhud, faqir, sabar dan tawakkal. Begitu juga melalui metode Tahalli , yaitu syukur, ridha, qana’ah, ma’rifat . Puncak tertinggi yang bisa dikembangkan untuk perawatan jiwa adalah metode Tajalli , yang meliputi raja’ , khouf, uns , wijdan dan ma’rifat.
5/6
AL-QUR’AN MERAWAT BATIN Selasa, 21 Juni 2016 08:42
Akhirnya, dapat dikatakan bahwa umat manusia beruntung sekali dengan adanya al-qur’an, karena norma suci yang dibawanya telah dengan nyata dapat mengatasi konflik jiwa dan keresahan batin. Tugas umat Islam mengenalkan ajaran Islam lebih ilmiah, berdayaguna dan berdampak lebih luas bagi kebaikan dan kenyamaan hidup. Fastabiqul khairat.
6/6