BANDAR DUNIA MADANI Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Sabtu, 11 Agustus 2012 01:02
BANDAR DUNIA MADANI [1]
OLEH:
DUSKI SAMAD [2]
Tema tulisan ini adalah konsep kunci yang diangkat dari visi Kota Batam yang tentunya menjadi tujuan bersama yang hendak diwujudkan oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau. Konsep Bandar Dunia Madani yang dicanangkan dan dijadikan icon oleh Pemerintah dan masyarakat dipastikan telah melalui pengkajian, pertimbangan dan kesepakatan elemen masyarakat. Penyebutan Bandar dalam konteks bahasa Melayu ditujukan untuk mempercepat terwujudnya Kota Batam sebagai pusat perdangangan, ekonomi, sosial, budaya dan kemajuan peradaban di daerah paling muka negara Republik Indonesia. Istilah Bandar sebagaimana disebutkan dalam khazanah budaya dan sejarah masa lalu masyarakat Melayu mengacu kepada resam budaya yang berkemajuan dan berkeadaban. Penyebutan kata Madani pada konteks Bandar Madani, jelas dimaksudkan untuk menegaskan bahwa kemajuan yang akan digerakkan haruslah berada dalam bingkai peradaban yang secara tegas menyatakan ada adanya penguatan moral religious dan keadaban yang tinggi.
Dalam kerangka mendapatkan kaca perbandingan dan menelusuri perkembangan masyarakat madani di Kota Batam yang lebih dikenal sebagai kota industri dengan segala dinamikanya, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatra Barat, melakukan kunjungan lapangan dan dialog dengan tokoh agama di Kota Batam, pada Senen- Selasa, 23-24 April 2012. Perjalanan menapaktilasi dan sekaligus masuk ke dalam lima rumah ibadah (Masjid Baitussyukur, Gereja Pantekosta, Geraja Santos, Vihara Umat Hindu dan Vihara Budha pusat Peribadatan Umat Budha), dan dialog dengan pemuka agama masing-masing agama tersebut, adalah merupakan pengalaman tersendiri dan sekaligus mengundang refleksi intelektual yang cukup berarti. Tidak harus dipungkiri, atau dapat juga dikatakan bahwa jika orang jujur terhadap
1/6
BANDAR DUNIA MADANI Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Sabtu, 11 Agustus 2012 01:02
dirinya, ia akan menyatakan bahwa memang potensi Kota Batam menjadi Bandar Dunia sedang bergerak cepat. Tak terkecuali dalam bidang kehidupan beragama, memperhatikan investasi agama, budaya dan sarana pendukung dapat diprediksi dalam kurun waktu hanya beberapa dasawarsa kedepan, Kota Batam akan menjadi pusat wisata religious dan budaya yang bercorak keagamaan.
INVESTASI MODAL, CULTURAL DAN RELIGI
Jumlah penduduk Kota Batam sebagai kota terbesar dalam Propinsi Kepulauan Riau terus berkembang pesat, sejak dikebangkan jadi kawasan industry diera tahun 70 an, tahun 2012 ini sudah lebih 1.200.000 orang penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan budaya tetap bergerak cepat, sejalan dengan keberadaan Kota Batam sebagai kota industry [3] . Kemajuan industry dan kehidupan di Kota Batam disadari oleh semua elemen membawa dampak yang lebih luas dalam segala bidang kehidupan, termasuk kehidupan keagamaan dan budaya hidup. Masyarakat Batam yang hidup dengan mata pencaharian di dunia industry terus mengejar waktu, waktu adalah uang, begitu telah merasuki sistim sosial budaya, sudah jarang ditemukan masyarakat yang menghabiskan waktu berleha-leha dihari-hari atau jam kerja. Begitu juga halnya dengan keagamaan juga tumbuh dan mendapat perhatian penting oleh tokoh-tokoh agama di dunia. Bersamaan pula dengan budaya kerja di dunia industry yang tumbuh berkembah di sudut-sudut Kota yang tidak lebih 450 km bujur sangkar, hadir pula budaya hidup masyarakat industry yang membutuhkan tempat hiburan malam, nigh club, pub, diskotek dan ragam budaya kosmopolit lainnya.
Inventasi modal yang cukup kuat dan berkembang berkali lipat itu juga diiringi oleh pertumbuhan investasi kehidupan budaya (culture) dan kehidupan beragama (religious) yang muncul dalam bentuk kemegahan rumah ibadah dan tempat suci masing-masing agama. Siapa saja yang menegok kedalam rumah ibadah dan tempat suci agama-agama di Kota Batam secara kasat mata, nampak sekali aura dan aroma kemegahan yang menurut tokohnya menjadi prasyarat sebagai symbol kesucian agama mereka. Begitu juga bila dicermati layanan ibadah, sosial dan kemasyarakatan yang dilakukan masing-masing agama jelas sekali kuatnya sistim, pembiayaan dan cakupan kegiatan yang mereka lakukan. Dalam hal kepemimpinan rumah ibadah dan kapabelitas tokoh agama juga tidak ketinggalan perpacuannya. Level kepemimpin agama – khususnya di luar Islam – di Kota Batam mendapat perhatian khusus dari kepemimpinan tingkat nasional dan internasional.
Tidak berlebihan bila diprediksi kedepan bahwa investasi agama dan budaya yang ditengah
2/6
BANDAR DUNIA MADANI Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Sabtu, 11 Agustus 2012 01:02
tumbuh subur di Kota Batam hari ini bila tidak dikendalikan, dalam waktu tidak terlalu lama, dua sampai tiga dasawarsa, 30 tahunan, mendatang akan terjadi perubahan wajah keagamaan dan budaya Melayu masyarakat Kota Batam, oleh karenanya masyarakat beragama Kota Batam terus membenahi diri bergandengan tangan dengan sesama umat beragama dan pemerintah [ 4] . Potret agama dan budaya yang hari ini yang masih cukup kuat pengaruhnya, secara perlahan tapi pasti, akan tergusur dan terjadi metamorfosa kearah agama dan budaya agama tertentu atau bisa juga akan terjadi sebagaimana pengalaman masyarakat Barat yang terasing dari agama dan budaya sipritualitas.
Pada sesi dialog tokoh agama, pemerintah dan tokoh masyarakat mengemukakan beberapa pandangan yang cukup bernas, bahwa komitmen Pemerintah Kota Batam dan Propinsi Kepulauan Riau dan didukung oleh tokoh adat Melayu – dibawah kordonasi Lembaga Adat Melayu (LAM) – untuk menjadikan budaya Melayu dan agama Islam sebagai pilar penyaring budaya asing adalah inventasi sosial (social capital) yang harus dijaga secara bersama [5] . Kesatuan pandangan dan kesadaran mendalam membangun masyarakat melalui kekuatan budaya dan agama adalah pilihan cerdas yang hendaknya dikawal kesinambungan dan konsistensinya. Peluang dan tantangan dunia industry yang menghingapi semua sendi-sendi kehidupan masyarakat haruslah dapat dijadikan agenda bersama yang terkonsolidasi secara melembaga. Semangat otonomi, ketersediaan budget, kekuatan moral budaya dan potensi sumber daya manusia yang ada, seharusnya dapat dijadikan lokomotif untuk percepatan ( acselarasi ) dan katup pengaman ( proteksi ) terhadap virus hedonism dan konsumerisme.
KOTA DUNIA DAN BUDAYA KOSMOPOLIT
Aspek lain yang menjadi perhatian khusus dalam rihlah keagamaan dari tokoh-tokoh agama Sumatra Barat di Kota Batam adalah berkenaan dengan fenomena Batam sebagai kota dunia. Kota Batam sebagai wilayah yang berbatasan langsung di dua negara tetangga – Singapura dan Malaysia – memang mendatang kemudahan dalam berbagai hal. Mulai dari ketersediaan tempat belanja murah, tempat hiburan dengan segala kelasnya, tempat bekerja di industry besar dan sampai ketempat ibadahpun dijadikan obyek wisata religious itu semuanya akan mengundang wisatawan. Batam sebagai kota dunia, kelihatan jelas dari sisi struktur bangunan fisik dan konstruksi sosial yang ada di tempat ini, secara demografi,
3/6
BANDAR DUNIA MADANI Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Sabtu, 11 Agustus 2012 01:02
pendatang di Kota Batam adalah penghuni mayoritas. Migrasi dari pulau Jawa adalah penduduk paling besar jumlahnya, diikuti oleh masyarakat dari etnis Batak dari Sumatra Utara dan peringkat ketiga yang cukup banyak jumlahya adalah komunitas suku Minang dari Sumatra Barat. Penduduk dari wilayah lain di nusantara dan mancanegara juga tidak kalah kecil jumlahnya dibanding dengan masyarakat Melayu asli Batam itu sendiri.
Percampuran penduduk dengan segala ikutan yang menyertainya telah dengan nyata membawa perubahan berarti dalam peta demografi daerah ini. Kultur, agama dan sistim sosial yang terkait langsung dengan pola ekonomi dan konsumsi yang begitu beragam tentu membawa keutungan sekaligus menjadi ancaman bagi kehidupan bersama. Dalam ranah inilah budaya kosmopolit yang hidup dalam masyarakat Kota Batam menjadikan kehidupan agama dan budaya menjadi perlu untuk diberdayakan sebagai penyaringnya. Budaya kosmopolitan yang sarat dengan muatan hedonism, konsomerisme dan style hidup bebas adalah ancaman tersendiri yang menjadi tantangan bagi pengiat moral dan agama. Suara-suara miring tentang Kota Batam – khususnya tentang tersedianya layanan free sex, dan bentuk pengabaian moral lainnnya – adalah masalah tersendiri yang patut menjadi perhatian ulama dan tokoh agama.
MORAL BANGSA, PERAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT MADANI
Kerisauan yang paling mencemaskan dari banyak tokoh tentang visi Kota Batam sebagai Bandar Dunia Madani adalah berkenaan dengan pengawalan madani itu sendiri. Istilah madani lazimnya dipahami dalam artian beradab, berbudaya, berkeadaban yang muatan kata ini lebih pada penguatan sipritualitas dan budaya hidup bermoral. Sulit mendapatkan jaminan tentang pembiasaan dan pembudayaan hidup yang menyelaraskan antara pembangunan social kemasyarakatan yang tetap pada basis agama, budaya dan moral dengan pembangunan yang lebih memperhatikan profit dan kemajuan fisik material. Tidak mudah membumikan konsep kehidupan yang tetap berpijak pada kehidupan spiritual, moral dan budaya agama yang cendrung kaku, statis, dan formal pada masyarakat industry yang tengah dalam perubahan dan cendrung kurang mau dibatasi oleh intitusi agama dan moral formal.
Ketercemaran moral, akhlak dan kepatutan sosial menjadi masalah sosial yang dirasakan dan dicemaskan oleh semua komunitas umat beragama. Munculnya kasus-kasus demoralisasi, kejahatan kelas dunia, pembunuhan dan perampokan dengan segala bentuk modelnya adalah dampak tak sengaja dari keterbukaan dan kebebasan masyarakat industry. Merebaknya praktek illegal dengan segala modus operandinya adalah juga sisi gelap lain yang menjadi tugas berat penegak hukum, yang sekaligus juga menambah beban moral tokoh agama.
4/6
BANDAR DUNIA MADANI Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Sabtu, 11 Agustus 2012 01:02
Pertanyaan penting lainnya yang hendak diajukan ketika mencermati kegalauan tentang ketergerusan agama, moral dan budaya Melayu adalah seberapa jauh tokoh agama, tokoh adat Melayu dan tokoh masyarakat dapat memerankan diri untuk kembali menegakkan moralitas anak bangsa?. Moral agama dan budaya yang secara nyata mengalami degradasi yang sudah pada titik nadir sulit dicegah jika hanya dengan dilakukan secara siporadis dan tidak berkesinambungan. Berkecambahnya kehidupan bebas, sikap hidup memuaskan nafsu dan prilaku tidak terpuji lainnya yang sudah membudaya dan dianggap biasa, mestinya harus segera dibendung, karena fakta sudah menunjukkan kemajuan fisik material yang tidak disertai kemajuan peradaban moral dan spiritual dipastikan akan mendatangkan keruntuhan bangsa itu sendiri.
Sebagai bahagian akhir dari refleksi perjalanan dan pengalaman penting melihat dan mendiskusikan tentang trend perkembangan kehidupan keberagamaan dan kebermoralan di daerah industry Kota Batam, maka patut dipikirkan jawaban terhadap tiga pertanyaan pokok yang penulis ajukan dalam dialog itu. (1). Kemampuan apa dan bagaimana yang semestinya harus dimiliki oleh Pemerintah Kota Batam dan civil society untuk mengarahkan Batam manjadi Bandar Dunia Madani di masa datang?. (2). Realitas hari ini menunjukan betapa kompleksitas persoalan keagamaan, budaya dan moralitas di Batam, lalu langkah dan program stategis seperti apa yang diprediksi dapat mengendalikan dan mencegah keruntuhan moral dan agama dengan tetap menjaga kerukunan dan keharmonisan?.(3). Potensi dan investasi umat beragama dan rumah ibadah yang begitu mahal dan modern jika tidak dimaneg dengan baik secara perlahan akan mengundang gesekan dan riak tersendiri, apa dan bagaimana pemerintah dan masyarakat dapat menjaga sehingga tidak mendatangkan masalah lain dikemudian hari?.
Demikianlah cacatan kecil perjalanan dan dialog antar iman di kota industry Batam, semoga menjadi pengalaman berharga bagi semua pihak untuk menjadi perbandingan dan pertimbangan dalam menentukan sikap dimasa datang. Terima kasih semua pihak yang memberikan layanan bagi perjalanan dan dialog ini. Semoga dibalasi yang maha kuasa, amin. Hotel PHI Batam, 24 April 2012.
[1] Catatan Kunjungan dan Dialog Antar Umat Beragama, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Sumatra Barat dengan Pemerintah dan FKUB Kota Batam Kepulauan Riau, 23-24 April
5/6
BANDAR DUNIA MADANI Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag Sabtu, 11 Agustus 2012 01:02
2012.
[2] Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Sumatra Barat dan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
[3] Sambutan Wakil Walikota Batam, Dalam Dialog Tokoh Agama, Senen, 23 April 2012, di Pusat Informasi Haji (PIH), Batam Centre Kota Batam.
[4] Materi Ceramah Pengantar Kakanwil Kementerian Agama Kepri, dalam Dialog Antar Tokoh Agama¸ Senen, 23 April 2012 di PHI Batam Centre.
[5] Jawaban Ketua MUI Kepri pada Dialog Antar Tokoh Agama¸ Senen, 23 April 2012 di PHI Batam Centre.
6/6