GADUH MORAL VALINTINEE DAY Kamis, 18 Februari 2016 08:33
GADUH MORAL VALINTINEE DAY
Oleh :
DUSKI SAMAD
Ketua MUI Kota Padang
Gaduh satu di antara kosa kata yang cukup luas dikenal akhir-akhir ini. Gaduh politik di rumah rakyat (DPR), gaduh bom teror di Sarinah, Darurat narkoba di Berlan dan pusat komunitas di Jakarta, gaduh perkelahian antar ormas di Medan (aksi premanisme), gaduh kopi beracun Jessica versus Mirna, gaduh aliran sesat Gafatar di Kalimantan melibatkan ribuan orang dan di bulan Februari, tepatnya 14 Februari, akan ada lagi gaduh dikalangan remaja sosialita yang mereka sebut dengan valintinee day.
Kegaduhan yang mewabah dalam berbagai segi kehidupan adalah ancaman bagi kenyaman hidup dan merupakan potensi laten yang berdampak buruk bagi kelangsungan dan persatuan bangsa. Kegaduhan sekecil apapun yang dilakukan oleh orang perorang, sekelompok orang di tempat mana saja, modus apa saja menjadi latar belakang dan tujuannya akan dengan cepat menjadi konsumsi publik karena begitu massifnya pengunaan media sosial, facebook, twitter, whatsapp, instagram dengan berita dan gambar hidup yang disajikannya.
Pengunaan media sosial yang menjadi trend dan style kawula muda dan tak terkecuali orang dewasa ternyata tidak saja membawa manfaat kebaikan, tetapi justru lebih banyak mendatangkan mudarat. Kasus Bayu yang mengupload SK sebagai agen intel di BIN yang semestinya rahasia dan tidak untuk dipublikasi adalah
1/5
GADUH MORAL VALINTINEE DAY Kamis, 18 Februari 2016 08:33
contoh kebablasannya pengunaan media sosial. Prilaku keliru sosialita yang lebih miris lagi adalah pengunaan media sosial untuk bully (mengejek, dan mencimeeh dari ucapan sampai perlakuan), membunuh karakter, menimbulkan kebenciaan ( hated ) secara massif dan tak mudah dikendalikan.
Gaduh yang mencemaskan di bulan Februari adalah hadirnya secara meluas dan vulgar di media sosial beragam kata mengandung kasih sayang dengan lawan jenis tanpa memperhatikan apakah mereka terikat perkawinan, begitu juga merebaknya gambar visual dan photo dengan label valintine day yang sesungguhnya mengandung indikasi pergaulan bebas yang berujung pada perbuatan zina. Pesan dan informasi valintine day yang dikembangkan media massa dan media sosial nyatanya lebih banyak tanpa nilai moral dan budaya ketimuran. Patut diingatkan bahwa kasih sayang dalam agama dan keyakinan apapun berlangsung sepanjang waktu dan dilakukan dalam norma keagamaan, moral dan kepatutan sosial. Tidak ada kasih sayang yang semaunya, atau bebas tanpa mempedomani agama dan moral universal.
BAHAYA TUNA MORAL
Sejarah menjelaskan bahwa kebobrokan dan ketiadaan (tuna) moral adalah pangkal bencana. Bangsa masa lalu dihancurkan dan tidak meninggalkan jejak sejarah di saat moral tidak lagi menjadi acuan kehidupan bangsa tersebut. Al-Quran mengulas tentang kejahatan moral yang dilakukan umat masa lalu yang berakibat punahnya bangsa tersebut. Kaum Luth disebutkan sebagai bangsa yang merusak kehidupan normal dan naluriah manusia dalam hubungan lawan jenis dengan mengembangkan hubungan sejenis, homo, lesbion dan prilaku menyimpang lainnya (QS. Al-‘Araaf, 80-84).
Hubungan biologis yang normal antar lawan jenis diikat oleh perjanjian suci perkawinan adalah salah satu fitrah kehidupan yang mestinya dirawat oleh peradaban. Namun, tanpa disadari atas nama HAM, kebebasan dan kesetaraan gender hubungan biologis yang suci itu dikumuhkan oleh praktek yang tidak rasional dan menimbulkan kerusakan jiwa. Dikalangan pegiat kebebasan tanpa moral itu disebut sebagai hak-hak azazi yang harus dilindungi, pikiran sesat dan menyesatkan, nauzubillahi minzalik.
2/5
GADUH MORAL VALINTINEE DAY Kamis, 18 Februari 2016 08:33
Pesan suci Al-qur’an tidak saja menyebutkan zalim terhadap pelaku homo seksual, dan sejenisnya lebih dari nyata lagi dikatakan sebagai perbuatan yang melampaui batas. “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (Asy Syu’ara: 165-166). Kepastian terhadap haram dan dilarangnya perbuatan homo dan sejenis diperkuat lebih tegas. Allah berfirman, artinya: “ Dan telah kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik. ” (Al Anbiya: 74).
Dalam hadis diriwayatkan pula bahwa setelah Rasulullah menerima wahyu tentang berita kaum Luth penginap penyakit penyimpangan seksual homo, yang akhirnya mendapat kutukan dari Allah dan merasakan azab yang diturunkan-Nya, maka beliau merasa khawatir sekiranya peristiwa itu terulang kembali kepada ummat di masa beliau dan sesudah nya. Rasulullah bersabda: “Ses uatu yang paling aku takuti terjadi atas kalian adalah perbuatan kaum Luth dan dilaknat orang yang memperbuat seperti perbuatan mereka itu, Nabi mengulangnya sampai tiga kali: “Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth,” (HR. Ibnu Majah, Tirmidzi dan Al Hakim).
Valintine day langsung atau tidak menjadi lahan suburnya prilaku menyimpang, bahkan lebih luas lagi memicu merebaknya prilaku menyimpang Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) dan perkawinan sejenis yang hukumnya dalam Islam sudah final, haram dan melawan fitrah. Kelompok yang berusaha memberikan kesempatan dan peluang untuk eksisnya kaum LGBT adalah bahagian masyarakat yang sudah sakit dan melawan naturnya sendiri. Sepanjang yang penulis amati argumen yang dipakai oleh mereka memberi peluang pada LGBT, tidak lebih dari retorika dan permainan kata belaka, tidak ada yang substansial.
Perbuatan penyimpangan seksual, seperti LGBT, ini dapat terjadi karena bawaan lahir namun yang lebih dominan itu adalah konstruksi dan dukungan sosial, termasuk pengaruh valintine day. Berkaitan dengan bawaan lahir, tugas orang tua, lingkungan dan masyarakat adalah membimbing mereka untuk sehat, sesuai menurut norma kehidupan. Sedangkan adanya dukungan sosial yang memungkin mereka menampakkan diri atau melakukan kegiatannya yang menyimpang patut sekali dikritisi dan dicegah secara bersama. Mencegah hadirnya perbuatan maksiat disaat valintine day adalah tugas semua lembaga dan personal yang sehat jiwa dan cerdas pikirannya.
3/5
GADUH MORAL VALINTINEE DAY Kamis, 18 Februari 2016 08:33
Pemulihan dan pengembalian mereka kepada jalur normal diperlukan terapi, bisa melalui bimbingan psikolog, tokoh agama dan dukungan lingkungan sosial. Memetakan faktor penyebab, merumuskan langkah-langkah bagaimana menangkal prilaku menyimpang dan memcermati dampak negatifnya yang dibawa LGBT adalah upaya strategis yang harus dilakukan oleh orang tua, lingkungan dan pemerintah.
Memperkuat dukungan sosial agar anggota masyarakat dapat mendampingi individu yang mengidap penyakit kejiwaan LGBT, meluruskan pola pikiran, menyadarkan mereka agar bertindak dan berprilaku secara wajar adalah usaha kolektif yang bisa dilakukan untuk mencegah merebaknya penyakit LGBT. Patut semua anggota masyarakat mewaspadai mereka yang terjangkit LGBT jangan sampai termakan dan terprovokasi oleh pengaruh media asing yang mendorong mereka melakukan perkawinan sejenis. Pelampiasan nafsu sejenis diyakini mendatangkan akibat penyakit AIDS dan jenis penyakit mematikan lainnya.
Wacana dan aktivitas lanjutan yang mencemaskan dari LGBT adalah perkawinan sejenis. Kawin sejenis, apakah laki-laki dengan laki-laki ataupun perempuan sesama perempuan adalah prilaku menyimpang yang sangat berbahaya bagi kehidupan disamping dilarang agama. Secara logika dapat dikatakan efek yang dibawa oleh perkawinan sejenis pastilah tidak baik bagi generasi muda. Jiwa sehat dan pikiran cerdas pasti tidak suka prilaku menyimpang itu. Walaupun dalam pandangan masyarakat tertentu bahwa LGBT adalah bawaan lahir, namun ia adalah penyakit yang harus diobati jangan diberi kanal.
Mendidik mereka agar menghindari keadaan yang memungkin prilaku menyimpang terlaksana, mengingatkan mereka agar jangan mencoba-coba, jangan dibiasakan bergaul sesama mereka yang prilakunya sama, artinya kontrol sosial adalah cara efektif untuk melindungi mereka dari perbuatan tercela itu. Memperhatikan luasnya informasi yang memungkinkan berperannya LGBT dan kawin sejenis seperti bebasnya menjual alat bantu sex, penis, vagina da boneka, maka siapapun bertanggung jawab untuk mencegahnya.
Disadari bahwa masyarakat moderen yang cendrung permisif, perlu dilakukan penguatan nilai-nilai agama, moral dan penguatan adat, sosial dan budaya, bagi masyarakat Minangkabau, revitalisasi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABSSBK). Penyimpangan sosial, sodomi anak-anak, kejahatan pedopilia yang marak akhir-akhir ini dipastikan ada kaitannya dengan permisifnya masyarakat terhadap kelompok LGBT ini.
Konsistensi pemerintah dalam melakukan penegakkan PERDA anti maksiat dan PERDA
4/5
GADUH MORAL VALINTINEE DAY Kamis, 18 Februari 2016 08:33
penanggulangan dan pemberantasan AIDS dan peraturan lain yang terkait dengan penegakkan ketertiban sosial adalah cara efektif untuk meminimalisir pengaruh LGBT atau antisipasi kawin sejenisnya. Pernyataan, sikap antipati dan ketidaksetujuan masyarakat terhadap LGBT dan kawin sejenis menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah segera membuat Peraturan Daerah yang mencegah LGBT dan kawin sejenis. Kalangan cendikiawan diminta untuk melakukan pelurusan terhadap standar HAM, tidak seperti yang dikemukakan Barat yang sekuler, tetapi juga HAM dengan melihatnya dari aspek agama, adat, budaya dan hukum nasional.
Melakukan penyadaran, edukatif, persuasif dan kalau sudah tiba waktunya dilakukan represif, tentu diperlukan payung hukum dan kesamaan pandangan masyarakat. Opini yang sama, tindakan tegas terhadap prilaku menyimpang yang dilakukan LGBT atau adanya upaya untuk memboleh dukungan terhadap kawin sejenis adalah agenda kolektif semua elemen umat dan masyarakat bangsa.
Dari aspek pendidikan upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mengembali prilaku menyimpang ke arah yang normal dan mencegah adanya dukungan terhadap kawin sejenis dapat dilakukan secara simultan 4 (empat) program. Pertama memperluas jaringan pendidikan (Tarbiyah), edukasi baik dalam bentuk promotion action, preventif, kurarif, persuasif. Kedua, melalui pembinaan ( Tahzib ), pembinaan berkelanjutan baik dalam benyuk konsultasi, edukasi maupun membina mereka melalui Panti Rehabilitasi. Ketiga, penetapan sanksi sosial dan mempermalukan mereka ditengah masyarakat ( Ta’zir ). Keempat pemenjaraan ( Ta’kib ), penegakkan hukum yang pasti tentu dengan landasan hukum yang pasti pula.
Akhirnya dapat ditegaskan bahwa perayaan valintinee day yang memungkinkan adanya kebebasan tanpa bingkai moral adalah bencana moral yang akan menimbulkan kegaduhan sosial. Semoga anak bangsa peduli pada budaya luhur dan menjadi pilar penegak kebaikan bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Ds.04021016. ambon I/4.WI. Ed.EN.
5/5