BAHAYA LGBT DAN ANTISIPASINYA Kamis, 10 Desember 2015 09:19
BAHAYA LGBT DAN ANTISIPASINYA
OLEH:
DUSKI SAMAD
Ketua MUI Kota Padang
Fenomena global tidak saja berkaitan dengan kecepatan alat transportasi, kemewahan akomodasi berupa hotel, bonggalow, tempat wisata dan penginapan dan kecanggihan tekhnologi handphone, webset, email, WA, twitter, akan tetapi juga berhubungan dengan lalu lintas opini, pendapat, informasi yang membentuk budaya dan peradaban umat manusia. Budaya dan kebiasaan hidup yang berlaku dan dianggap biasa di satu negara, dengan mudah dapat dikenal dan diikuti oleh penduduk negeri lain. Tanpa harus mempertimbangkan sesuai atau tidak dengan budaya dan keadaban mereka sendiri.
Dalam wacana di media sosial dan media mainstrem sudah banyak diulas tentang empat jenis prilaku menyimpang yang seolah-olahnya, atau setidaknya diopinikan sebagai suatu yang harus diberikan perlindungan. Keempat jenis prilaku itu disingkat dengan istilah LGBT. (L) Lesbian, adalah perempuan yang menyukai, menyenangi dan mencintai sesama perempuan pula. Gay (G) adalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki yang mencintai laki-laki pula. Biseksual (B), adalah laki yang mereka seperti normalnya punya isteri dan bersamaan dengan itu ia suka pada sama jenis, laki-laki. Transgender (T) adalah mereka melakukan perubahan jenis kelamin, dari laki-laki ke perempuan atau sebaliknya.
Penyakit sosial LGBT yang mulai menyintuh lapisan bawah masyarakat sudah menjadi masalah sosial, ketika ia menjadi hal yang biasa dan dianggap wajar baik oleh mereka yang mengidap penyakit penyimpangan seksual itu ataupun oleh masyarakat yang sehat. Dalam berbagai komentar yang sering diungkap oleh media satu perkataan yang sangat populer di kalangan para kaum homo: “Saya juga tidak mau seperti ini, bagaimana lagi? Ini sudah takdir tuhan!”. Padahal dalam masyarakat 20 tahun yang lalu, di Indonesia, seseorang yang mempunyai kelainan seksual seperti ini tak pernah berani menampakkan diri. Sekarang,
1/5
BAHAYA LGBT DAN ANTISIPASINYA Kamis, 10 Desember 2015 09:19
seorang gay bisa menjadi artis, politisi, dan lainnya.
PANDANGAN ISLAM TERHADAP LGBT
Dalam Islam secara jelas diungkap tentang prilaku seksual menyimpang yang diyakini penyebab datang azab dan kemurkaan Allah SWT. Secara tegas disebutkan bahwa salah satu bentuk penyimpangan itu adalah liwath (homoseksual). Liwath (homo seksual) adalah hubungan antara sesama jenis (laki-laki dengan laki-laki), sedangkan hubungan antara wanita dengan wanita disebut lesbian. Homo seksual adalah salah satu penyelewengan seksual, karena menyalahi sunnah Allah, dan menyalahi fitrah makhluk ciptaan-Nya. Lebih kurang empat belas abad yang lalu, Al Qur’an telah memperingatkan umat manusia ini, supaya tidak mengulangi peristiwa kaum Nabi Luth. “ Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. ” (Hud: 82-83).
Al-qur’an tidak saja menyebutkan zalim terhadap pelaku homo seksual, lebih dari nyata lagi dikatakan sebagai perbuatan yang melampaui batas. Allah berfirman, artinya: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan kamu adalah orang-orang yang melampaui batas”. (Asy Syu’ara: 165-166). Kepastian terhadap haram dan dilarangnya perbuatan homo dan sejenis diperkuat lebih tegas. Allah berfirman, artinya: “ Dan telah kami selamatkan dia dari (azab yang telah menimpa penduduk) kota yang mengerjakan perbuatan keji. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang jahat lagi fasik. ” (Al Anbiya: 74).
Dalam hadis diriwayatkan pula bahwa setelah Rasulullah menerima wahyu tentang berita kaum Luth penginap penyakit penyimpangan seksual homo, yang akhirnya mendapat kutukan dari Allah dan merasakan azab yang diturunkan-Nya, maka beliau merasa khawatir sekiranya peristiwa itu terulang kembali kepada ummat di masa beliau dan sesudah nya. Rasulullah bersabda: “Sesu atu yang paling aku takuti terjadi atas kalian adalah perbuatan kaum Luth dan dilaknat orang yang memperbuat seperti perbuatan mereka itu, Nabi mengulangnya sampai tiga kali: “Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth; Allah melaknat orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Luth,” (HR.
2/5
BAHAYA LGBT DAN ANTISIPASINYA Kamis, 10 Desember 2015 09:19
Ibnu Majah, Tirmidzi dan Al Hakim).
Dalam dialog tentang antipasi LGBT dan Kawin sejenis di RRI Padang, Rabu, 21 Oktober 2015, penulis (Ketua MUI Kota Padang) dan H. Sukriadi Syukur, Pengamat Sosial Padang yang diminta menjadi narasumber, ditegaskan bahwa perbicangan tentang LGBT dan perkawinan sejenis hukumnya dalam Islam sudah final, haram dan melawan fitrah. Kelompok yang berusaha memberikan kesempatan dan peluang untuk eksisnya kaum LGBT adalah bahagian masyarakat yang sudah sakit dan melawan naturnya sendiri. Sepanjang yang penulis amati argumen yang dipakai oleh mereka memberi peluang pada LGBT, tidak lebih dari retorika dan permainan kata belaka, tidak ada yang subtansial.
Perbuatan penyimpangan seksual, LGBT, ini dapat terjadi karena bawaan lahir dan yang lebih dominan itu adalah konstruksi dan dukungan sosial. Berkaitan dengan bawaan lahir, tugas orang tua, lingkungan dan masyarakat adalah membimbing mereka untuk sehat, sesuai menurut norma kehidupan. Sedangkan adanya dukungan sosial yang memungkin mereka menampakkan diri atau melakukan kegiatannya yang menyimpang patut sekali dikritisi dan dicegah secara bersama.
Pemulihan dan pengembalian mereka kepada jalur normal diperlukan terapi, bisa melalui bimbingan psikolog, tokoh agama dan dukungan lingkungan sosial. Memetakan faktor penyebab, merumuskan langkah-langkah bagaimana menangkal prilaku menyimpang dan memcermati dampak negatifnya yang dibawa LGBT adalah upaya strategis yang harus dilakukan oleh orang tua, lingkungan dan pemerintah.
Memperkuat dukungan sosial agar anggota masyarakat dapat mendampingi individu yang mengidap penyakit kejiwaan LGBT, meluruskan pola pikiran, menyadarkan mereka agar bertindak dan berprilaku secara wajar adalah usaha kolektif yang bisa dilakukan untuk mencegah merebaknya penyakit LGBT. Patut semua anggota masyarakat mewaspadai mereka yang terjangkit LGBT jangan sampai termakan dan terprovokasi oleh pengaruh media asing yang mendorong mereka melakukan perkawinan sejenis. Pelampiasan nafsu sejenis diyakini mendatangkan akibat penyakit AIDS dan jenis penyakit mematikan lainnya.
ANTISIPASI PERKAWINAN SEJENIS.
3/5
BAHAYA LGBT DAN ANTISIPASINYA Kamis, 10 Desember 2015 09:19
Wacana dan aktivitas lanjutan yang mencemaskan dari LGBT adalah perkawinan sejenis. Kawin sejenis, apakah laki-laki dengan laki-laki ataupun perempuan sesama perempuan adalah prilaku menyimpang yang sangat berbahaya bagi kehidupan disamping dilarang agama. Secara logika dapat dikatakan efek yang dibawa oleh perkawinan sejenis pastilah tidak baik bagi generasi muda. Jiwa sehat dan pikiran cerdas pasti tidak suka prilaku menyimpang itu. Walaupun dalam pandangan masyarakat tertentu bahwa LGBT adalah bawaan lahir, namun ia adalah penyakit yang harus diobati jangan diberi kanal.
Mendidik mereka agar menghindari keadaan yang memungkin prilaku menyimpang terlaksana, mengingatkan mereka agar jangan mencoba-coba, jangan dibiasakan bergaul sesama mereka yang prilakunya sama, artinya kontrol sosial adalah cara efektif untuk melindungi mereka dari perbuatan tercela itu. Memperhatikan luasnya informasi yang memungkinkan berperannya LGBT dan kawin sejenis seperti bebasnya menjual alat bantu sex, penis, vagina da boneka, maka siapapun bertanggung jawab untuk mencegahnya.
Disadari bahwa masyarakat moderen yang cendrung permisif, perlu dilakukan penguatan nilai-nilai agama, moral dan penguatan adat, sosial dan budaya, bagi masyarakat Minangkabau, revitalisasi adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABSSBK). Penyimpangan sosial, sodomi anak-anak, kejahatan pedopilia yang marak akhir-akhir ini dipastikan ada kaitannya dengan permisifnya masyarakat terhadap kelompok LGBT ini.
Konsistensi pemerintah dalam melakukan penegakkan PERDA anti maksiat dan PERDA penanggulangan dan pemberantasan AIDS dan peraturan lain yang terkait dengan penegakkan ketertiban sosial adalah cara efektif untuk meminimalisir pengaruh LGBT atau antisipasi kawin sejenisnya. Pernyataan, sikap antipati dan ketidaksetujuan masyarakat terhadap LGBT dan kawin sejenis menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah segera membuat Peraturan Daerah yang mencegah LGBT dan kawin sejenis. Kalangan cendikiawan diminta untuk melakukan pelurusan terhadap standar HAM, tidak seperti yang dikemukakan Barat yang sekuler, tetapi juga HAM dengan melihatnya dari aspek agama, adat, budaya dan hukum nasional.
Melakukan penyadaran, edukatif, persuasif dan kalau sudah tiba waktunya dilakukan represif, tentu diperlukan payung hukum dan kesamaan pandangan masyarakat. Opini yang sama, tindakan tegas terhadap prilaku menyimpang yang dilakukan LKBT atau adanya upaya untuk memboleh dukungan terhadap kawin sejenis adalah agenda kolektif semua elemen umat dan masyarakat bangsa.
4/5
BAHAYA LGBT DAN ANTISIPASINYA Kamis, 10 Desember 2015 09:19
Dari aspek pendidikan upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mengembali prilaku menyimpang ke arah yang normal dan mencegah adanya dukungan terhadap kawin sejenis dapat dilakukan secara simultan 4 (empat) program. Pertama memperluas jaringan pendidikan (Tarbiyah), edukasi baik dalam bentuk promotion action, preventif, kurarif, persuasif. Kedua, melalui pembinaan ( Tahzib ), pembinaan berkelanjutan baik dalam benyuk konsultasi, edukasi maupun membina mereka melalui Panti Rehabilitasi. Ketiga, penetapan sanksi sosial dan mempermalukan mereka ditengah masyarakat ( Ta’zir ). Keempat pemenjaraan ( Ta’kib ), penegakkan hukum yang pasti tentu dengan landasan hukum yang pasti pula.
Akhirnya dapat ditegaskan bahwa nilai agama, norma kemanusiaa, hukum adat dan sosial tidak dapat membenarkannya atau tidak memberikan pengakuan pada LGBT dan kawin sejenis. Semoga anak bangsa menjadi pilar penegak kebaikan bagi keberlangsungan kehidupan umat manusia. Ds. 21102015. Ed.En.
5/5