KRISIS PEMIMPIN OTENTIK
Minggu, 07 Desember 2014 13:57
KRISIS PEMIMPIN OTENTIK?
Oleh:
DUSKI SAMAD
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang
Indonesia krisis pemimpin otentik, begitu pandangan pemimpin Indonesia hari ini (Harian Padek, Sabtu, 6 Desember 2014 ). Statemen ini patut di inok-inok-i, di manuangkan, dipahami dengan benar, lurus, jujur dan tidak sekedar diwacanakan tanpa diupayakan untuk mewujudkanya. Dalam bahasa Indonesia kata otentik berarti, asli, orisinil, factual, kredibel, real, sah, sejati dan tulen. Lawan dari kata otentik adalah palsu atau imitasi. Dalam opini umum pemimpin sering dipahami dan sebut sebagai Boss, Ketua, Presiden, Manager, Owner,dsb, hanya sebutan untuk orang yang berkuasa. Pemimpin dalam makna penguasa meniscayakan, dibalik kekuasaannya ada dua hal yang paling pokok dan sangat mempengaruhi sifat dan mekanisme kepemimpinannya. Pernahkah anda mengingat siapa pemimpin yang paling berkuasa sekarang ini. Manusia tidak akan bisa menalar, kemana dia berjalan setiap waktu, dan siapa yang memimpinnya untuk melakukan hal itu."Seseorang bisa memimpin banyak orang tetapi tidak bisa mengatur (kehidupan) banyak orang". Waktu dan perjalanan akan memimpin di barisan depan pengikutnya adalah perbuatan dan sikap.
Pemimpin dalam artian autority atau memerintah ternyata tidak selalu dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Ternyata pandangan umum bahwa memerintah adalah hal yang paling mudah diucapkan, tetapi terkadang sulit untuk dilakukan dengan sendirinya oleh seorang pemimpin. Ada beberapa factor yang menjadi hambatan ketika sifat memerintah yang mengedepan, antara lain; ketidak mampuannya dalam memimpin,
1/5
KRISIS PEMIMPIN OTENTIK
Minggu, 07 Desember 2014 13:57
factor pemimpin yang malas (anak buah seperti robot yang dapat diperintah sesukanya), psikologis pemimpin (gangguan mental, lemah berfikir, dsb), pemimpin yang tidak bisa menghadapi kenyataan, berfikir satu jalur, berjalan diatas satu tali, dengan kesombongan yang besar tidak ragu jika suatu saat jatuh ke jurang, pemimpin yang takut kenyataan.
KEPEMIMPINAN DAN PEMIMPIN
Secara antropologis budaya, manusia adalah ciptaan Tuhan yang paripurna dan sempurna, karena kemampuannya berpikir dan keterampilan dalam menjalankan hidup. Sebagai manusia dia melakukan interaksi dengan alam sekitar dan manusia untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Sebagai makhluk social yang tidak lepas dari berbagai kepentingan, maka manusia membuat kontrak-kontrak social dan aturan-aturan main. Mereka saling mempengaruhi dan ingin dapat pengaruh di tengah kehidupan social itu. Aktifitas mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dan seni untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu inilah secara sederhana disebut dengan kepemimpinan. Semakin banyak orang yang dipengaruhi, maka akan lebih tinggi tingkat kepemimpinan seseorang itu.
Kepemimpinan atau seni mempengaruhi itu bukanlah kredibilitas yang bisa dipunyai oleh semua orang. Ada tiga teori yang menjelaskan munculnya kepemimpinan ini. Pertama, teori keturunan , menurut teori ini pemimpin itu lahir karena sifatnya yang dibawa semenjak semenjak lahir. Ini berarti seseorang menjadi pemimpin, karena ia telah dilahirkan karena bakat kepemimpinan. Kedua , teori pengaruh lingkungan . Menurut teori ini pemimpin dibentuk karena lingkungan hidupnya bukan karena keturunan. Kelompok campuran , pemimpin itu memiliki bakat yang dibawa sejak lahir kemudian berkembang melalui pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi dengan lain.
2/5
KRISIS PEMIMPIN OTENTIK
Minggu, 07 Desember 2014 13:57
Realitas social memastikan bahwa pemimpin adalah orang yang dipilih, ditunjuk dan diberikan kepercayaan untuk memimpin selalu organisasi atau kelompok. Pemimpin terdapat pada organisasi formal dan informal baik dalam bidang kenegaraan, pendidikan, sosial dan keagamaan. Pemimpin adalah imam. Imam berarti ikutan bagi makmum(orang yang dipimpinnya) dalam kebaikan. Dalam konteks agama imam adalah orang yang berdiri di depan jama'ah dan memimpin ibadat. Dalam konteks politik imam berarti kepala negara dan semua penyelenggara negara, eksekutif, legeslatif, yudikatif dan lembaga yang terkait dengan pengambilan keputusan yang menentukan hajat hidup orang banyak. Pemimpin adalah orang yang berada di depan, mempunyai otoritas kepada masyarakat dan juga kepada urusan-urusan mereka, memiliki kekuasaan yang lebih tinggi.
Pemimpin merupakan jabatan yang dipegang oleh seseorang untuk mengatur masalah yang dipercayakan kepadanya. Dalam pandangan Islam pada dasarnya semua tindakan imam semuanya mengacu untuk mensucikan Tuhan dari syirik, penerjemah aspirasi Tuhan dalam pemerintahan secara rasional, seperti menerapkan atau merealisasikan al-amr bi al-ma'ruf wa al-nahy an al-munkar . Karena begitu beratnya tugas kepemimpinan maka para pemimpin mesti mampu melaksanakan apa-apa yang diserahkan kepadanya dengan baik. Mampu pula mengetahui cara mengerjakan yang ditugaskan kepadanya dan harus amanah, sehingga senang (tenteram) hati orang dengan kepemimpiannya. Pemimpin adalah orang didahulukan orang karena kelebihannya. Pemimpin haruslah merdeka, berakal dan beragama. D alam teori kepemimpinan disebutkan bahwa syarat menjadi pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu dan dapat melaksanakan fungsi kepemimpinannya. Diantaranya mampu sebagai perencana, pemikir, organiasator, motivator, pengawas, penanggung jawab, pengayoman, pemberi tauladan dan sebagainya.
PEMIMPIN DAN KRITIK SOSIO KULTURAL
Dalam kearifan Minangkabau dinyatakan, pemimpin itu gadang di amba, tinggi dianjung. Artinya, pemimpin itu besar, bernilai dan berarti bila dihormati, disegani dan dipatuhi oleh orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin tidak dapat hadir begitu saja tanpa dukungan dari masyarakat atau komunitas sekitarnya, sejatinya dalam sistim kepemimpinan Minangkabau tidak akan muncul pemimpin karbitan, pemimpin yang lahir karena transaksi, jual beli suara dan
3/5
KRISIS PEMIMPIN OTENTIK
Minggu, 07 Desember 2014 13:57
hasil loby-loby yang diukur berdasarkan kedekatan, konco-konco, bukan kapasitas. Kini, harus diakui, demokrasi prosudaral telah menciderai otentifikasi kepemimpinan cultural tersebut.
Otentiknya pemimpin dalam kearifan local disimbolkan dalam ungkapan pemimpin di dahulu an salangkah, di tinggian sarantiang. Filosofi yang terdapat dalam ungkapan ini adalah berkaitan dengan karakter utama pemimpin, yang tidak punya jarak dengan masyarakatnya. Pemimpin yang hadir dalam suka, duka dan kehidupan orang yang dipimpinannya. Pemimpin yang hadir bukan bentuk pencitraan yang imitasi, palsu dan membodohi rakyat, tetapi memang mereka yang menjadi lokomatif pengerak. Pemimpin yang hidup bersama rakyatnya untuk mensejahterakan untuk semua, bukan kelompok yang memilihnya saja.
Dalam hubungan antara mamak dan kemenakannya dikenal ungkapan adat, di lahia mamak di sambah, di batin mamak manyambah . Ungkapan kearifan adat itu menyebutkan tentang relasi pemimpin otentik adalah mereka yang sadar akan kedudukan dan posisinya. Otentiknya seorang pemimpin ditentukan watak, sifat, prilaku dan kebiasaan hidup, yaitu pemimpin yang sadar diri, bukan pemimpin yang lupa diri. Mereka sadar dan tahu memang dalam formalnya anak kemanakan, (rakyat), hormat dan patuh padanya, akan tetapi kepatuhan sesungguhnya tidak akan ada, tanpa ada sifat kerendahan hatian ( tawadhu’ ) dari sang pemimpin.
Pemimpin otentik adalah mereka yang memiliki pengetahuan, pengertian, kesadaran hidup yang utuh, paham dan arif, tahu di angin nan bakisa, tahu di ombak nan basabuang, tahu di ereng dengan gendeng, tahu di ujuang kato sampai, alun ba kilek lah ba kalam, bulan sangkok tigo puluh, alun di liek lah tapaham, raso lah tibo dalam tubuah. Pemimpin yang tidak egois, tidak arogan, dan tidak mengadu domba, tetapi mereka yang dapat menjadi mediasi, konsultasi, dan tempat “curhat” bagi semua orang. Pemimpin yang tidak hanya tahu dirinya, keluarganya, atau kelompoknya, tetapi mereka yang dapat lebur disaat ia sudah menjadi milik semua orang atau masyarakatnya.
Pemimpin otentik menjadi orang yang tak takut salah. Kesalahan adalah normal. Belajarlah untuk hidup dengan kesalahan, namun sebagian besar keputusan harus benar. Dengan begitu Anda dapat membeli sejumlah keputusan salah. Jika lebih banyak keputusan yang salah daripada benar, maka
4/5
KRISIS PEMIMPIN OTENTIK
Minggu, 07 Desember 2014 13:57
Anda akan gagal. Pemimpin otentik itu adalah pemimpin yang tidak takut dengan kontroversi. Pemimpin yang berani menampilkan dirinya ‘seutuhnya’. Bukan ‘seadanya’. Ia mampu menampilkan gaya kepemimpinan sesuai dengan kondisi orang atau lembaga yang dipimpinnya dan dalam pergaulan kepemimpinnya ia tidak selalu menjadi bos.
Ciri-ciri pemimpin otentik adalah mereka yang memimpin betul-betul untuk dan atas nama rakyat dan dapat dipercaya. Dalam artian pemimpin yang antara perkataan dan perbuatannya satu. Para pendiri bangsa ini bisa menjadi contoh dari pemimpin otentik itu, di mana mereka berani dan siap berjuang murni atas nama rakyat. Untuk mencari pemimpin otentik, maka setidaknya kita bisa melihat kepribadian mereka yang siap meneladani sifat dan sikap luhur pendiri bangsa ini dari beberapa ciri di antaranya; berjiwa optimis. Jika kita melihat sejarah, bagaimana jiwa optimisme pendiri bangsa ini yang begitu kuat dan menggelora. Bisa dilihat bagaimana keadaan negeri ini di awal kemerdekaan yang kesemuanya serba tertinggal.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa pemimpin otentik adalah pemimpin yang lahir atau ditemukan dalam situasi yang memiliki nilai (value) berorientasi terhadap cita-cita kolektif, memiliki basis kepribadian (virtue) yang membangun karakter kepemimpinan nya, melakukan gerakan (movement) yang menempa dan mengikat kepemimpinannya secara kuat, serta dibesarkan dalam organisasi (organizer) yang dibangun sebagai instrumentasi kepemimpinannya. Pertanyaan pokoknya, berapa lagi jumlah pemimpin yang memeliki sifat, watak, kepribadian yang otentik itu?. Wallahu ‘alam bis shawab. Ds.06122014.ambon I/4 Wisma Indah Siteba Padang.
5/5