GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED [1]
Oleh:
Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
A. Pendahuluan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan sebuah perjuangan sekaligus komitmen untuk meningkatkan kualitas guru yaitu kualifikasi akademik dan kompetensi profesi pendidik sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau D4. Sedangkan kompetensi profesi pendidik meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Dengan sertifikat profesi, maka seorang guru berhak mendapat tunjangan profesi sebesar 1 (satu) bulan gaji pokok. Intinya, Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya meningkatkan kualitas kompetensi guru seiring dengan peningkatan kesejahteraan mereka.
Suasana kebatinan hadirnya sertifikasi guru adalah untuk percepatan kualitas pendidikan melalui guru professional. Guru profesional adalah mereka yang diharapkan dapat menjadi guru unggul. Guru profesional adalah mereka yang mampu membuat muridnya senang ketika diajar, mampu menerima pelajaran dengan baik, dan mencapai tujuan pembelajaran. Sebaliknya, jika mengajar tidak dengan sepenuh hati, maka pelajarannya itu tidak dapat diterima dengan baik oleh murid-muridnya. Seorang guru seperti itu sungguh sangat disayangkan. Guru professional juga harus membuat perencanaan pengajaran yang menarik dan disukai murid. Tidak hanya itu, guru juga harus punya sifat humanis serta perkataan dan perbuatannya selaras. Seorang guru jika memberi pelajaran menginginkan sang murid bisa memahami pelajarannya, serta merasa sangat bahagia jika pelajaran itu bermanfaat untuk muridnya.
1/7
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
B. Guru Profesional.
Esensi tentang profesionalisme guru kini menjadi sesuatu yang mengemuka ke ruang publik seiring dengan tuntutan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Oleh banyak kalangan mutu pendidikan Indonesia dianggap masih rendah karena beberapa indikator antara lain: Pertama, lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.
Bekal kecakapan yang diperoleh di lembaga pendidikan belum memadai untuk digunakan secara mandiri, karena yang terjadi di lembaga pendidikan hanya transfer of knowledge semata yang mengakibatkan anak didik tidak inovatif, kreatif bahkan tidak pandai dalam menyiasati persoalan-persoalan di seputar lingkungannya. Kedua, Peringkat indeks pengembangan manusia ( Human Development Index ) masih sangat rendah. Menurut data tahun 2004, dari 117 negara yang disurvei, Indonesia berada pada peringkat 111 dan pada tahun 2005 peringkat 110 dibawah Vietnam yang berada di peringkat 108.
Ketiga, Mutu akademik di bidang IPA, Matematika dan Kemampuan Membaca sesuai hasil penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2003 menunjukan bahwa dari 41 negara yang disurvei untuk bidang IPA Indonesia berada pada peringkat 38, untuk Matematika dan kemampuan membaca menempati peringkat 39. Keempat, sebagai konsekuensi logis dari indikator-indikator diatas adalah penguasaan terhadap IPTEK dimana kita masih tertinggal dari negara-negara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Salah satu upaya yang sudah dijalani untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengejar ketertinggalan dari negara lain adalah melakukan peningkatan profesionalisasi guru, atau meningkatkan secara terus menerus keprofesionalan guru. realitas menunjukkan guru profesional, akhirnya menjadi salah satu faktor menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki.
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar tanpa guru sebagai pengajar maka proses belajar mengajar tidak akan terlaksana. Oleh karena itu Guru
2/7
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
harus mampu mempengaruhi siswanya, berpandangan luas dan memiliki berbagai kriteria sebagai seorang guru yang professional. Komitmen guru adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap reponsif dan inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Nilai komitmen terhadap tugas atau pekerjaan dalam hal ini adalah nilai-nilai kerja.
Maka tidaklah mengherankan, guru yang guru profesional nampak lebih giat dan semangat untuk melaksanakan pekerjaannya. Guru yang efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya secara profesional. Untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional diperlukan berbagai persyaratan seperti 4 kompetensi, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, serta harus mempunyai komitmen yang tinggi. Dengan tingkat komitmen yang tinggi dari guru diharapkan pendidikan akan lebih siap dan mampu untuk menghadapi segala macam tantangan dan hambatan.
Sikap mental yang paling esensi dari seorang guru professional adalah komitmen dirinya pada tugas pendidik. Komitmen sebagai pendidik professional dapat menjadi modal bernilai tinggi untuk pencapaian makna keprofesionalan guru. Park menjelaskan, komitmen guru merupakan kekuatan batin yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsive (inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Komitmen lebih luas dari kepedulian, sebab dalam pengertian komitmen tercakup arti usaha dan dorongan serta waktu yang cukup banyak. [2] Mulyasa berpendapat bahwa komitmen secara mandiri perlu dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan birokrasi, seperti harus menunggu petunjuk atasan dengan mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif d an inovatif. [3]
C. GET CONNECTED.
Perangkat yang harus segera disiapkan oleh guru professional adalah perubahan pola pikir (ma indset ) dan pola budaya ( cultureset ) dari guru
3/7
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
manual dan amatir menjadi guru menguasai haigh technologi dan professional. Satu di antara fungsi pokok dari teknologi canggih yang harus direbut seorang guru adalah menjadi perangkat teknologi untuk membuat dunia menjadi satu, antar individu dan komunitas menyatu. Guru connected adalah guru yang siap bergabung jadi warga dunia.
Guru professional adalah manusia yang hidup di zaman ini untuk menyiapkan manusia masa depan. Penanda paling nyata dari manusia jaman sekarang adalah mereka yang selalu tersambung satu dengan yang lain. Connected adalah orang yang hidup dalam satu dunia yang saling tersambung. Tersambung dalam berbagai sisi kehidupan. Mereka yang connected adalah orang yang hidup dalam satu dunia yang mengenal batas lagi, mereka menjadi warga dunia tanpa dibatasi tempat dan wilayah.
Ketersambungan antar individu dan komunitas di era abad digital ini luar biasa dahsyatnya. Generasi layar sentuh yang direpresentasikan oleh smartphone di tangan mereka telah membuat dunia menjadi seolah tak batas lagi. Antar individu sudah larut dalam satu komunitas global yang dapat saja berinteraksi meskipun secara fisik mereka tidak pernah bertemu. Laporan International Technologi Union (ITU) menyebutkan tahun 1990 perangkat teknologi computer personal computer (PC) dan jaringan internet membuat manusia di dunia connected sejumlah 50 juta orang. Dua puluh empat tahun setelah itu, tahun 2014, separoh penduduk dunia, 3 milyar, sudah saling tersambung lewat jaringan internet, PC, Smartphone dan perangkat teknologi canggih lainnya.
Guru sebagai tenaga pendidik professional dipastikan tidak dapat menunaikan tugas dengan baik, tanpa mampu menkoneksikan diri dengan lingkungan anak didik dan masyarakat dunia. Guru wajib menjadi manusia zaman sekarang, manusia yang hidup dalam satu dunia untuk semua. Bayangkan bagaimana perasaan dan sikap hati seorang guru, jika murid dengan waktu yang singkat dapat memperoleh informasi dari sumber conneted masyarakat global.
Guru professional yang kini hidup di zaman layar sentuh tidak boleh menjadi gagap technologi, khususnya untuk menjadi terkoneksi dengan sumber-sumber informasi pembelajaran masa kini. Tidak mungkin lagi mengingkari siapapun yang menjadi pengubah harus mau dan mampu berubah lebih dahulu. Aneh, lucu dan menyedihkan jika guru professional tidak menjadi terpanggil untuk menjadi get connected, menjadi orang yang nyambung dan tersambung.
4/7
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
D. Penutup.
Guru professional pada hakikatnya adalah mereka yang sudah mengabdikan hidupnya untuk kebaikan manusia universal melalui jalur pendidikan. Pencapaian kinerja keprofesionalan guru dapat diukur melalui komitmen, dan ikhitiar dirinya untuk menjadi guru yang kompeten. Kesungguhan guru untuk membangun human relation adalah wujudnya proses belajar sepanjang hayat, long life education.
Guru professional juga mereka mampu menginspirasi dirinya dan anak didik menjadi orang-orang terus menerus menginternalisasikan nilai BATIC. BATIC adalah singkatan dari Be Breve (berani melakukan gagasan baik), Action oriented (berorentasi melakukan, bukan sekadar wacana), Totality (bekerja sepenuhnya), Integrity (jujur dan bertanggung jawab), Commited to Ecxllecent (Komitmen untuk berkeunggulan). Selamat menjadi lebih berarti. Ingat, hidup sekali, berarti, lalu mati. Matilah dalam pengabdian yang menyediakan pin ke sorga, menjadi guru professional. Amin. Ds.27122014.
5/7
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
[1] Amanat ketua LPTK/Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang ada Pengukuhan Guru Profesional PLPG 2014 di Propinsi Sumatera Barat dan Bengkulu, 26-31 Desember 2014..
[2] Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta : Andi Offset, 1994) hal. 44.
6/7
GURU PROFESIONAL, DAN GET CONNECTED
Selasa, 30 Desember 2014 08:54
[3] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, ( Bandung : PT.Remaja Rosdakarya,2003) hal. 151.
7/7