KEMUNGKARAN POLITIK Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 10:06
KEMUNGKARAN POLITIK
OLEH:
DUSKI SAMAD
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol
Ketua MUI Kota Padang
Terkuaknya kasus mega korupsi di level pimpinan lembaga tinggi negara dan pejabat penting di pusat dan daerah tidak dapat dipungkiri sebagai bukti mewabahnya kemungkaran politik di negeri ini. Merebaknya sifat mudah mendiskriditkan orang atau kelompok, menuduh, fitnah, adu domba dan saling menjatuhkan antar elit politik adalah juga bentuk lain dari ikutan dari dosa kemungkaran politik. Timbulnya dan bergaungnya suara-suara miring, negative dan opini sesat –seperti politik uang (money politik), fitnah dan pembunuhan karakter - disaat adanya pemilihan kepala daerah (PILKADA), pemilihan legeslatif (PILEG), dan pemilihan presiden (PILPRES) adalah ujung nyata dari gerogotan virus kemungkaran politik.
1/5
KEMUNGKARAN POLITIK Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 10:06
Mencermati berita media tentang perbincangan seminar, talk show media elektronik dan persidangan kasus korupsi dan perbuatan yang sama dengan korupsi, para pemerhati yang tidak pakar hukumpun dapat menyimpulkan bahwa semuanya selalu bermotif politik. Korupsi Impor sapi yang melibatkan petinggi partai politik, kasus Hambalang yang menyeret tokoh penting partai politik, kasus terakhir tertangkap tangannya ketua Mahkamah Konstitusi, juga diopinikan ada sangkut pautnya dengan partai politik, politik dinasti Gubernur Atut juga juga sangat kental bau politiknya, oleh karenanya dapat dikatakan bahwa memang kemungkaran politik adalah sebab awal kerusakan mental, hilangnya moral, dan hancurnya peradaban politik elit bangsa Indonesia.
Kemungkaran adalah serapan dari bahasa arab nakara-yankiru, mungkar. Menurut kamus besar bahasa Indonesia mungkar berarti durhaka (melanggar perintah Tuhan); semua perbuatan yang harus dijauhi. Memungkiri, tidak menurut perintah Tuhan; mengingkari. Kemungkaran, hal mungkar perbuatan mungkar;kedurhakaan:dinasehatkan untuk mengerjakan kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Artinya mungkar adalah segala perbuatan buruk, jahat, baik terbuka maupun tertutup, baik sendiri-sendiri begitu juga bersekongkol.
Menurut Mu’jam al-mufaras fil alfazil qur’an yang ditulis oleh al-Raghib al-Asfahani, hal.526, kata mungkar berasal dari nakara. Lawan kata munkar adalah ‘irf an (arif). Mungkar asalnya adalah melakukan yang tidak bisa diterima oleh hati (akal sehat). Mungkar itu adalah bentuk lain dari kebodohan. Ada mungkar itu dilakukan oleh lisan dan akal sehat, inilah kemungkaran yang nyata. Kemungkaran yang dilakukan oleh lidah dan akal sehat tidak menerimanya itu disebut bohong. Jadi mungkar dan bohong adalah saudara kembar. Mungkar pada prinsipnya semua hal yang oleh akal sehat dikatakan jelek, buruk dan tercela, atau setidak-tidaknya tawaquf ( diragukan dan belum jelas ) keburukan dan kebaikan menurut akal sehat.
POLITIK AMAR MA’RUF NAHI MUNGKAR
Islam adalah agama yang utuh. Keutuhan Islam ditunjukkan pada ajaran Islam yang menetapkan prinsip pokok dalam semua sisi kehidupan. Islam dengan amat jelas memberikan panduan bagaimana semestinya manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Tak terkecualinya
2/5
KEMUNGKARAN POLITIK Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 10:06
memenuhi kebutuhan pada hasrat berkuasa dan kekuasaan. Dalam kaitannya dengan kekuasaan pada ajaran Islam ditemukan keajegan (kepastian) Islam dalam menjaga moral universal. Islam concern pada penegakan moral kekuasaan dengan menempatkan kekuasaan bukanlah milik sekelompok orang, tetapi dikatakan kekuasaan harus netral dan hanya milik yang Maha Kuasa. Allah SWT yang punya hak preogratif kepada siapa kekuasaan itu diberikan-Nya. Artinya: Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imran, 3:26).
Tegas sekali, sejak awal pembuat dan penjaga moral universal (Allah SWT) sudah mewarning ( mengingatkan) bahwa kekuasaan bukan milik seseorang atau sekelompok orang yang dapat dibaginya tanpa melibatkan orang lain dan atau pemilik kekuasaan (Allah). Dapat juga dikatakan bahwa moral Islam melarang adanya dinasti politik kerabat dan atau atas nama orang-orang tertentu saja. Kekuasaan itu netral, dapat dipegang oleh semua orang yang memiliki kompotensi cukup dan diberi amanah dengan cara-cara sesuai akal sehat dan atau sistim yang disepakati secara kolektif.
Kekuasaan yang dipegang dengan cara baik itu, dipastikan akan dapat mengantar pemegang amanah kekuasaan pada kemuliaan dan terhormat. Sebaliknya, kekuasaan yang didapatkan dengan cara diluar akal sehat atau dengan cara melanggar hukum (mungkar) dipastikan akan mendatangkan kehinaan, seperti yang dialami koruptor mendekam di penjara seorang sendiri, sementara anak, isteri dan keluarga yang banyak menikmati jarahan korupsinya bebas diluar sana dan di masyarakat mendapat cibiran dan stigma sebagai penjahat berdasi.
Moral kekuasaan dalam Islam ditegaskan di penghujung ayat di atas adalah di tangan Engkaulah (Allah SWT) segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Keberpihakan pada kebaikan adalah harga mati yang boleh rusak dari pemegang kekuasaan. Siapa saja yang mengejar dan atau berusaha memperoleh kekuasaan, sekecil apapun, haruslah mampu menundukkan diri untuk istiqamah memegang nilai-nilai moral kebaikan. Yakinilah dengan sepenuh hati, bahwa kekuasaan bukanlah segala-galanya. Kekuasaan bagaimanapun juga tinggi dan terhormatnya, pasti ada yang di atasnya lagi. Tidak ada kekuasaan yang absolute dan kekuasaan sepenuhnya. Ungkapan
3/5
KEMUNGKARAN POLITIK Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 10:06
di atas langit ada langit , patut diingatkan terus bagi pemegang kekuasaan.
Berkuasa dalam segala levelnya adalah mulia, karena kekuasaan dapat menjadi alat perjuangan. Perjuangan politik Islam dalam kekuasaan adalah untuk menjamin tegaknya kebaikan (ma’ruf) dan mencegah timbulnya kemungkaran (munkar). Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.]; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran, 3:104)
Lebih dari itu moral politik Islam adalah misi utama setiap individu muslim. Semua aktivitas kehidupan, personal dan masyarakat, wajib dikonstribusikan bagi terbangunnya sistim politik yang dapat menjamin tegaknya kebaikan dan tercegahnya (preventif) terhadap kemungkaran. Prinsip politik, prilaku politik, agenda politik, strategi politik dan semua hal yang terkait dengan politik haruslah mengacu kepada keluhuran martabat manusia dan mesti dilakukan untuk mencegah rusak dan rendahnya kemanusiaan manusia, itulah sejatinya politik amar ma’ruf nahi munkar .
Aktulisasi politik bermoral dalam Islam dapat dipedomani prinsip pokok keumatan dan visi politik Islam, sebagaima dijelaskan al-qur’an…. Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat mudharat kepada kamu, selain dari gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kamu, pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah). kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia[Maksudnya: perlindungan yang ditetapkan Allah dalam Al Quran dan perlindungan yang diberikan oleh pemerintah Islam atas mereka.], dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. yang demikian itu[Yakni: ditimpa kehinaan, kerendahan, dan kemurkaan dari Allah.] karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh Para Nabi tanpa alasan yang benar. yang demikian itu[Yakni: kekafiran dan pembunuhan atas Para nabi-nabi.] disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. Ali Imran, 3:110-112).
4/5
KEMUNGKARAN POLITIK Ditulis oleh Prof. Dr. H. Duski Samad, M.Ag./ Dekan FTK IAIN Imam Bonjol Padang Kamis, 05 Desember 2013 10:06
Kesimpulan yang hendaknya menjadi perhatian pemegang kekuasaan adalah bahwa amanah kekuasaan bukan milik pribadi, golongan, partai dan atau orang tertentu saja. Pemilik sah dari kekuasaan adalah sang pencipta yang maha berkuasa, Allah SWT. Merebut dan atau memperoleh kekuasaan adalah fitrah manusia yang harus dipertanggung jawabkan sang pemilik kekuasaan (Allah SWT) dengan akal sehat, nurani cerdas dan dapat diterima masyarakat yang dikuasai (dipimpinnya). Mencegah kemungkaran politik adalah visi keislaman yang harus diperjuangan semua umat. Bahaya kemungkaran politik jauh lebih dahsyat dari bom nuklir, karena kemungkaran politik membunuh karakter, membunuh masa depan orang-orang baik, dan juga merusak sistim politik akal sehat. Semoga semua elemen bangsa mencerdasinya. Ds. Maqna. Gorontalo.191013.
5/5