Cerita Islam”
eBook oleh : www.ilma95.net
HIKMAH ALQUR’AN
Wednesday, February 06, 2002
Hal 1 dari 73
Cerita Islam”
Aqidah Islamiyah "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69) Pendahuluan Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya? Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dengan makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya (Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di Al-Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir 8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama 13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan. Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitisi adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga. Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama) yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman. Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam Al-Qur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya." Perkembangan Aqidah Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun terjadi langsung diterangkan oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para sahabat yang artinya berbunyi : "Kita diberikan keimanan sebelum Al-Qur'an" Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah karena melakukan tahkim lewat utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir dipelopori oleh Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka. Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokokpokok agama), As-Sunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya : Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan manhaj (metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf. Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya, bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak. Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya : Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian. Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : Wednesday, February 06, 2002
Hal 2 dari 73
Cerita Islam”
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk." Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut tersesat. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr." Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya : "Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya, menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari). Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran. Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah adalah : Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal kepad Allah (outer focus of control). Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah. Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 3 dari 73
Cerita Islam”
Aqidah Salaf As-Sholih "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. 4:1) Pendahuluan Kebangkitan dunia Islam telah menyadarkan banyak orang tentang kekuatan Islam, meskipun kebangkitan tersebut tidak melalui kekuasaan. Tetapi Islam memasuki kalbu, otak dan urat nadi orang yang mencari kebenaran, hanya saja kebangkitan tersebut perlu lebih diarahkan kepada satu asas dan bingkai yang diterima oleh semua pihak yang secara jujur membawa misi Islam, li'ilaa'i kalimatillah. Arah dan bingkai tersebut tak lain dan tak bukan adalah manhaj Salafusshalih; berupa perangkat pemahaman yang utuh dari ajaran Rasulullah saw. Hal tersebut tentunya untuk menghindari berbagai penyimpangan yang dialamai oleh sebagian ummat Islam. Penyimpangan tersebut bervariasi; dari yang besar sampai kepada dualisme pemahaman dengan maksud memilah-milah untuk kepentingan tertentu. Hal itu sangat berbahaya, karena dasarnya adalah hawa nafsu. Karena pemahaman sesungguhnya harus menyeluruh dan kita terima tanpa tawar menawar. Salaf dan Aqidah Rasulullah saw sejak diutus oleh Allah SWT, telah mengajarkan aqidah tauhid kepada para shabatnya, sehingga mengakui kebesaran Allah SWT, keagungan syariat-Nya. Mereka cinta kepada Allah SWT berharap hanya kepada Allah SWT dan tidak ada yang ditakuti kecuali Allah SWT. Mereka digambarkan oleh Allah SWT dalam firmanNya, "Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-easul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqarah:285). Disamping itu Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka (57). Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka (58), Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun) (59), Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka (60)." (QS. Al-Mukminun:57-60) Untuk melihat keutuhan aqidah Salaf, marilah kita simak ucapan Sufyan bin Uyainah berikut ini, "Sesungguhnya Allah SWT telah mengutus nabi kita Muhammad saw, kepada seluruh manusia, untuk menyatakan bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwasanya dia (Muhammad) adalah utusan-Nya. Maka tatkala mereka telah mau mengatakan bersaksi seperti itu, terjaminlah darah dan hartanya, kecuali dengan haknya, dan hisabnya hanya kepada Allah. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hal itu dari hati nurani mereka, ia memerintahkan kepadanya (Muhammad) untuk menyuruh mereka sholat. Maka memerintahlah ia (Muhammad), dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah, seandainya mereka tidak mau mngerjakannya (sholat) maka siasialah ikrar/syahadat mereka tadi, juga sholatnya. Ketika Allah mengetahui ketulusan hati mereka (dalam mengerjakan perintah tersebut), Allah memerintahkan kepadanya (Muhammad) agar menyuruh mereka berhijrah menuju Madinah. Maka ia (Muhammad) memerintah kepada mereka, dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah seandainya mereka tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat dan sholat mereka. Lalu ketika Allah mengetahui ketulusan hati mereka (dalam mengerjakan perintah tersebut), Allah memerintahkan mereka untuk kembali ke Mekkah, memerangi/membunuh bapak dan anak-anak mereka, sehingga bapak dan anak-anak mereka tersebut mau bersyahadat sebagaimana syahadat mereka, shalat sebagaimana shalat mereka, dan hijrah sebagaimana mereka hijrah. Mereka mau mengerjakan hal itu, sampai-sampai ada diantara mereka yang membawa kepala bapaknya, sambil berkata: "Wahai Rasulullah, inilah kepala pemuka orang-orang kafir." Demi Allah seandainya mereka tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat, shalat dan hijrah mereka. Ketika Allah mengetahui ketulusan hati mereka. Ia memerintah kepadanya (Muhammad) agar memerintah mereka bertawaf (mengelilingi) Ka'bah sebagai ibadah dan mencukur rambut mereka sebagai lambang rendah diri, dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah, seandainya mereka tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat, shalat, hijrah dan haji serta perlawanan perang (yang mereka lakukan) terhadap bapak-bapak mereka. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hati mereka, maka Ia memerintahkan kepadanya (Muhammad) untuk mengambil harta mereka sebagai sedekah yang menyucikan mereka. Maka ia (Muhammad) memerintah mereka untuk itu, dan mereka mau mengerjakannya, sehingga mereka membawa harta mereka baik sedikit maupun banyak. Demi Allah, andaikan mereka tidak mau mengerjakannya, maka sia-sialah syahadat, shalat, hijrah, perang terhadap bapak mereka dan thawaf mereka. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hati mereka, dalam mengerjakan syari'at-syari'at iman dan batas-batasnya;" Ia SWT berkata: "Katakanlah (hai Muhammad) kepada mereka!" "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu." Sufyan berkata: "Barangsiapa meninggalkan satu prinsip dari ajaran Islam, bagi kami ia adalah kafir. Barangsiapa meninggalkannya karena malas atau meremehkan, kita akan menghukumnya, dan ia menurut kita adalah kurang (imannya). Inilah sunnah.....sampaikanlah dari akau, apabila manusia bertanya kepadamu." (Al-Ajurry, Kitabu Asy-Syari'ah hal. 103 - 104). Untuk itu kita menggali tauhid sedalam-dalamnya, seperti yang diungkapkan oleh imam Al-Laalikaa'i yang artinya: "Sesungguhnya hal yang paling wajib atas seseorang adalah ma'rifat terhadap dien dan apa-apa yang Allah bebankan kepada hamba-hamba-Nya berupa pemahaman tauhid terhadap-Nya, sifat-sifat-Nya dan membenarkan utusan-utusan-Nya dengan dalil dan keyakinan, dengan cara istidlal dengan hujjah dan penjelasan. Dan sebaik-baik ucapan dan hujjah yang rasional adalah AlWednesday, February 06, 2002
Hal 4 dari 73
Cerita Islam”
Qur'an dan sabda Rasulullah serta perkataan shahabat, kemudian ijma' para Salaf As-Shaleh dan berpegang teguh terhadap keseluruhannya sampai hari kiamat serta menjauhi berbagai bid'ah yang diada-adakan oleh para penyesat, sekalipun hanya mendengarkannya." (Syarh Ushul I'tiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah oleh Al-Laalikaa'i Juz I hal. 9) Demikianlah nasehat dan wasiat dari para ulama salaf, dari kalangan shahabat, tabi'in dan seterusnya. Salaf Dan Kaitannya Dengan Ibadah Secara bahasa, ibadah artinya tunduk dan patuh. Secara syara', ibadah adalah nama yang mencakup semua kebaikan yang mengarah kepada ridho Allah SWT. Secara lebih rinci Syaikh Abdurrohman Sa'di menyebutkan yang artinya :"Ibadah adalah sempurnanya ketaatan dan kepatuhan kepada perintahperintah Allah, berhenti dari larangan-larangan-Nya, mengendalikan diri dari batasan yang dibuat-Nya dan menerima semua yang diajarkan-Nya melalui lisan nabi-Nya tanpa menolak atau menyimpangkannya." (Shofwatul Atsr wal Mafaahim, hal. 46). Sesuai dengan difinisi diatas, makna ibadah sangat luas, yang mengyangkut dhohir maupun bathin. Pada makalah ini, kita akan membatasi pada makna dhohirnya saja. Seperti selalu kita baca yang artinya : "Katakanlah, Shalatku, korbanku, hidupku dan matiku, hanya untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS. Al-An'am : 162). Untuk mengetahui detil dari rincian ibadah dhohiriyah itu, sebaiknya kita simak hadits Rasulullah SAW yang artinya : "Dari Mu'adz bin Jabal, telah berkata, 'Aku telah berkata, 'Ya Rasulullah, beritahukannlah aku suatu amal yang dapat memasukkan aku kedalam jannah dan menjauhkan akau dari neraka.' Nabi menjawab, 'Engaku telah bertanya tentang suatu perkara besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala atasnya. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah.' Kemudian beliau berkata, 'Inginkah engkau kuberi petunjuk kepadamu akan pintupintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai dan sedekah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api dan shalat seorang ditengah malam.' Kemudian beliau membaca ayat yang artinya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah : 16 - 17). Kemudian beliau bersabda, 'Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal dan tiang-tiangnya seta puncak-puncaknya? Aku menjawab, 'Mau ya Rasulullah', Rasulullah bersabda, 'Pokok amal adalah Islam dan tiang-tiangnya adalah shalat dan puncknya adalah jihad.' Kemudian beliau bersabda; 'Maukah aku beritahukan kepada tentang kunci perkara itu semua?' Aku menjawab, 'Mau,' Maka ia memegang lidahnya dan bersabda, 'Jagalah ini!' Aku berkata, 'Ya Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?' Maka beliau bersabda; 'Semoga selamat engkau! Adakah yang menjerumuskan orang keatas mukanya, (atau sabdanya, keatas hidungnya). kedalam neraka, selain buah ucapan mereka?" (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata 'Hadits itu hasan shahih). Keutamaan seseorang tidak hanya ditentukan dari kewajiban-kewajiban yang sudah dikerjakannya, namun juga oleh sejauh mana ia mengerjakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Lihatlah wasiat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA kepada Umar bin Khattab RA saat sudah dekat ajalnya. Dalam sebuah riwayat diriwayatkan yang artinya: "Sesungguhnya aku akan memberimu sebuah wasit jika kamu mau menerimanya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mempunyai hak-hak dimalam hari yang Ia tidak mau menerimanya disiang hari. Demikian juga Allah Azza wa Jalla mempunya hak-hak disiang hari yang Ia tidak mau menerimanya dimalam hari. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima amalan sunnah sebelum amalan wajib dikerjakan." Kalau kita perhatikan kehidupan Salaf Ash-Shaleh akan kita dapatkan kesimpulan bahwa mereka persis seperti pernyataan: "Yaitu pendeta-pendeta diwaktu malam dan joki-joki diwaktu siang." Bahkan kita dapatkan bagaimana kalau seseorang sudah kecapaian karena kerja keras di siang hari, sang isteri berperan untuk mengingatkan seperti riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Rojab Rahimahullah yang artinya: "Suatu malam isteri Habib (yakni Abu Muhammad Al-Fars) membangunkan dan berkata: Bangun hai Habib, sesungguhnya perjalanan amatlah panjang, sedang bekal kita sedikit. Rombongan orang-orang shaleh telah berlalu, sedangkan kita tetap berhenti." (dinukil dari kitab Al-Hujjah fi Sairi Ad-Daljah karangan ibnu Rajab, hal. 67). Yang harus menjadi catatan kita bahwa sebaik-baik ibadah itu adalah yang kontinyu dan berdasar petunjuk Nabi SAW. Abu Ubaidah bin Al-Mursanna berkata yang artinya: "Sesungguhnya berlebih-lebihan didalam beribadah itu buruk, lengahpun buruk, dan sedang-sedang saja itu bagus." Oleh karena itu Ibnu Mas'ud Rahimahullah mendapatkan bahwa ibadah para tabi'in itu lebih banyak dari para Shahabat, ucapannya yang artinya: "Kalian (para tabi'in) lebih banyak puasa dan shalat daripada para shahabat Muhammad SAW padahal mereka lebih baik daripada kalian. Mereka bertanya, 'Apa sebabnya? Beliau menjawab, 'Karena mereka lebih zuhud dari kalian dalam masalah dunia dan lebih mengutamakan akhiratnya." Oleh karena itu batasan yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam kaitannya dengan ibadah dhahir ini diantaranya yang artinya: "Rasulullah SAW memerintahkan Abdullah bin Amru untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu pekan. Dalam riwayat selama tiga hari. Beliau bersabda, orang yang membaca mengkhatamkannya lebih cepat dari itu tidak akan dapt memahaminya (Al-Qur'an). Demikian pula masalah puasa (yang paling afdhal) adalah puasa Daud Alaihissalam. Tidak ada puasa yang lebih afdhal daripada puasa Daud. Dan dalam masalah qiyam, adalah qiyam Daud." Semoga kita diberikan hidayah dan kekuatan untuk mengikuti para Salaf Ash-Shaleh Ridhwanullah alaihim, amin. TAMAT Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 5 dari 73
Cerita Islam”
Fastabiqul Khairat "Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fathir:32) Allah SWT membagi umat Islam ke dalam tiga bagian. Masing-masing sesuai dengan kadar perbuatannya. Mereka yang amal buruknya lebih banyak disebut telah mendzalimi dirinya sendiri. Gambaran mereka disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam masalah sholat, seperti orang yang sholatnya tidak tepat waktu, bahkan sering mengakhirkan sholatnya sampai hampir masuk waktu sholat lainnya. Kelompok kedua, adalah umat Islam yang antara amal kebaikan dan keburukannya seimbang. Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah sebagai orang yang melaksanakan kewajibannya, tanpa mempedulikan sunnah-sunnah, seperti mereka mengerjakan sholat wajib tepat waktu dan berjamaah hanya saja tidak menambah dengan sholat-sholat sunnah. Adapun yang ketiga adalah mereka yang amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya. Mereka disebut telah melaksanakan ajaran Islam dengan baik pada setiap kesempatan dan mereka inilah yang dinamai 'Saabiqun Lilkhairaat. Permisalannya seperti orang yang sholat wajib tepat waktu, berjamaah dan menambah dengan sholat-sholat sunnah. Tentunya kita umat Islam hendaknya berupaya untuk menjadi kelompok ketiga tersebut agar kualitas umat Islam tidak seperti buih laut. Kelihatannya mayoritas secara kuantitas, tetapi kualitas pemahaman dan aplikasi Islamnya sangat rendah. Maka dari itu marilah kita memenuhi panggilan Al-Quran 'Fastabiqul Khairaat' (QS. Al-Baqarah:148). Hal itu berarti kita harus menyingsingkan baju menggunakan setiap potensi dan peluang untuk kepentingan Islam guna menggapai surga yang lebarnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi mereka yang bertakwa (QS. Al-Imran:123) Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 6 dari 73
Cerita Islam”
Arti Ibadah "Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai mati mendatangimu,"(Al-Hijr:99). "Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS. Adz-Dzariyat:56) Allah menciptakan kita bukan untuk sia-sia, tetapi karena tujuan mulia yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Ibadah adalah kata yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. Kita menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya-Nya adalah ibadah. Kita berbuat kebaikan kepada sesama muslim bahkan sesama manusia atau kepada binatang sekalipun karena Allah adalah ibadah. Jadi Ibadah itu artinya luas bukan hanya ibadah mahdhoh (murni) saja seperti shalat, puasa, zakat dan haji, seperti dalam penjelasan Nabi saw bahwa cabang-cabang keimanan itu lebih dari enam puluh atau lebih dari tujuh puluh cabang. Paling utama adalah Lailaha illallah dan paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalanan. Tapi ibadah itu tidak berarti positif dunia maupun akhirat sampai memenuhi dua kriteria: Kriteria pertama, ibadah itu harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah. Kriteria kedua, ibadah itu harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw. Satu syarat saja tidak diterima Allah, sampai betul memenuhi kedua persyaratan itu (lihat surat Al-Kahfi:110 dan Al-Mulk:2) Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 7 dari 73
Cerita Islam”
BERIMAN KEPADA YANG GHOIB " ( Orang- orang bertaqwa itu ) yang beriman kepada yang ghoib dan mendirikan sholat serta menginfakkan rezki yang Kami berikan kepada mereka" (Q.S Al Baqoroh:3) Penjelasan: Beriman adalah ungkapan keyakinan dan kepercayaan terhadap sesuatu. Ghoib adalah segala sesuatu yang tidak tampak oleh panca indra manusia. Beriman kepada yang ghoib menurut seorang ulama bernama Abul Aliyah, "Beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan Rasul-rasul, surga dan perjumpaan dengan Allah SWT diakhirat serta hidup sesudah mati, semua itu ghoib." Sedangkan ulama lain bernama Atho` berkata, "Orang yang beriman kepada Allah SWT berarti dia beriman kepada yang Ghoib." Kehidupan kita memang untuk ujian, banyak hal yang Allah SWT berikan kepada kita melalui kitab suci Al Qur`an dan informasi-informasi Rasulullah SAW dan kita hanya diminta, sebagai orang yang beriman, untuk meyakininya sedangkan kita tidak pernah melihatnya dan tidak bisa membuktikannya secara empiris sampai kita mengalaminya nanti. Karena informasi itu dari Allah SWT melalui Rasul-rasul-Nya, maka kita beriman dan meyakini kebenarannya. Berbeda dengan orang atheis yang menolak hal seperti itu. Diantara yang harus kita yakini terhadap hal-hal ghoib ini adalah; Beriman kepada akan terjadinya hari kiamat ( lihat Q.S Al Qiyamah ) Beriman kepada hari Akhirat. Termasuk beriman kepada hari akhirat adalah ; Beriman kepada kebangkitan sesudah mati ( lihat Q.S Al Anbiya: 104, dan Al Mukminun: 15-16 ). Rasulullah SAW bersabda, "Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat tanpa alas kaki dan telanjang." ( H.R. Bukhori dan Muslim ) Beriman kepada perhitungan dan pembalasan sesuai dengan perbuatannya ( lihat Q.S Al Ghosiyah: 25-26, Al An`am: 160 dan Al Anbiya : 47 ) Beriman kepada syurga dan neraka. Syurga sebagai tempat yang menyenangkan bagi orang-orang yang bertaqwa ( lihat Q.S.Al Bayyinah: 7-8 dan Al Ahzab:17 ).Sedangkan neraka sebagai tempat penyiksaan bagi orang-orang kafir dan dzalim yang ingkar kepada Allah SWT dan tidak mentaati rasul-rasul-Nya ( lihat Q.S Al Imran:131, Al Kahfi:29 dan Al Ahzab:64-66 ). Termasuk beriman kepada hari kemudian adalah beriman kepada fitnah dan pertanyaan di kuburan ( H.R Bukhori dan Muslim ). Dan beriman terhadap adanya siksa kubur atau kenikmatan di dalamnya ( lihat Q.S Al An`am:93 dan Ghofir:46 ). Dan Rasulullah SAW memperingnatkan kita agar selalu berlindung dari adzab kubur (H.R Muslim ). Paling tidak ada 3 keuntungan bagi orang yang beriman kepada yang Ghoib, yaitu; Mendorong untuk beramal sholeh dengan harapan pahala dihari kemudian. Merasa takut untuk bermaksiat karena pedihnya siksaan dihari itu. Hiburan bagi orang beriman kalau tidak memperoleh kenikmatan dunia karena akan mendapatkannya yang jauh lebih baik dari dunia dan seisinya. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 8 dari 73
Cerita Islam”
Ciri-ciri Orang Yang Matang Beragama Islam "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang men- jaga kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memeli- hara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalat. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi." (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10) Ilmu jiwa agama adalah suatu bidang disiplin ilmu yang berusaha mengeksplorasi perasaan dan pengalaman dalam kehidupan seseorang. Penelitian itu didasarkan atas dua hal yaitu sejauh mana kesadaran beragama (religious counsciousness) dan pengalaman beragama (religious experience). Apabila standar itu kita coba terapkan pada seseorang yang secara spesifik beragama Islam, maka akan kita lihat beberapa standar diantaranya Al-Qur'an dan As-Sunnah dan penjelasan para ulama. AL-QUR'AN Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir dari Surah Al-Furqan. Mereka yang khusyu' shalatnya Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna Menunaikan zakat Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain) Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10) Merendahkan diri dan bertawadlu' Menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail) Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh dari jahanam Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan Al-Qur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67) AS-SUNNAH Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim itu apabila muslimmuslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim). Sementara ciri-ciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti : "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri" (HR. Bukhari). "Tidak beriman seseorang sampai tetangganya merasa aman dari gangguannya" (HR. Bukhari dan Muslim). "Tidak beriman seseorang kepada Allah sehingga dia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan lainnya..." (HR. Muslim). Dengan demikian petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang beragama Islam agar dia menjaga lidah dan tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya, saudara sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Ringkas kata, dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan mengikuti contoh praktek Rasulullah SAW, sehingga dia betulbetul menjaga hubungan "hablum minallah" (hubungan vertikal) dan "hablum minannaas" (hubungan horizontal). Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang adalah apabila orang tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, menurut Ali r.a. Mengamalkan isi Al-Qur'an Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh Sedangkan Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan 9 kriteria bagi orang yang matang beragama Islamnya. Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah kualitasnya Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya Wednesday, February 06, 2002
Hal 9 dari 73
Cerita Islam”
Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah (cipataan-Nya) dan AlQur'aniyah (firman-Nya). Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada allah, senang atau benci, marah atau rela, semuanya karena Allah. Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan berbagai akhlak mulia Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya, ekonominya, kegotang-royongannya, dan lain-lain Dia terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang distruktif tetapi justru diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk ketaatan kepada Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah daripada mukmin yang lemah" (HR. Ahmad) Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara. Demikian secara ringkas kami paparkan kriteria ideal untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana kematangan beragama Islam seseorang. Sengaja kami batasi agama Islam karena pembahasan ciri-ciri beragama secara umum terlalu luas. Dan perlu kita ingat dalam kondisi masyarakat yang komplek dengan problematika kehidupannya, maka sungguh orang yang beragamalah yang akan terhindar dari penyakit stress, kata Robert Bowley. Referensi:
Al-Qur'an dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Penafsir Al-Qur'an Hadits-hadits Nabi yang terkumpul dalam Shahih Bukhari, Muslim, dan lain-lain Ilmu Jiwa Agama, Prof. DR. Zakiah Derajat, Bulan Bintang, Jakarta, cet. 15, 1996 Al-Fikrut Tarbawi 'Inda Ibnil Qoyyim, Dr. Hasan bin Ali bin Hasan Al-Hajjaji, Darul Hafidz, Jeddah, cet. I, 1408 H - 1988 M. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 10 dari 73
Cerita Islam”
DOSA "Maka masing-masing ( mereka itu ) kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang di timpa suara keras yang mengguntur , dan diantara mereka kami benamkan kedalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri ". (QS.Al Ankabut:40) Penjelasan Sumber dosa berasal dari dua hal yaitu ; Meninggalkan perintah Allah SWT Melanggar larangan Allah SWT Manusia seakan menjadi tabiatnya untuk berbuat dosa sejak manusia pertama Adam a.s yang melanggar larangan Allah SWT karena bisikan iblis, maka manusia cenderung berbuat dosa, kecuali para Rasul yang maksumu yapeni terjaga dari dosa. Meskipun manusia cenderung berbuat dosa, kita tidak mengenal dosa turunan. Karena setiap anak Adam lahir dalam keadaan fitrah dan suci. Dan konsep Islam mengajarkan agar manusia selalu bertaqwa dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan meningglkan larangan Allah SWT. Tetapi kemudian dia masih berbuat dosa karena kelemahannya, maka Allah SWT memberikan jalan-jalan penghapus dosa dari mulai istighfar sampai kepada taubat nasuha. Rasulullah SAW bersabda: "Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik pembuat dosa adalah mereka yang bertaubat". (HR.Tirmidzi,Hasan). Bedanya iblis yang melanggar perintah Allah SWT tidak bertaubat sedangkan Adam melanggar larangan Allah SWT dia menyadari dan bertaubat. Bahkan Rasulullah SAW bersabda: "Kalau kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan mengganti kalian dengan kaum yang lain pembuat dosa, tetapi mereka beristighfar dan Allah SWT mengampuni mereka".( HR.Muslim). Demikian nilai dosa itu kalau disadari akan menghantarkan manusia kepada ketaatan, karena pendosa itu jiwanya selalu gelisah dan kegelisahan itu yang menghantarkan dia kembali kepada Allah SWT dengan bertaubat. Berbeda dengan ahli bid`ah, karena mereka merasa benar sehingga tidak terasa kalau dia berbuat dosa. Oleh karena itu Imam Sofyan Atstsani berkata, "Seorang tukang bid`ah itu lebih disukai oleh syetan dari seribu pendosa ". Suatu bangsa yang berlumuran dosa bisa menjerumuskannya ke jurang malapetaka sebagaimana terjadi dengan malapetaka yang menimpa bangsa-bangsa terdahulu seperti tertera pada ayat diatas. Apabila bangsa kita ingin terhindari dari malapetaka maka segala bentuk dosa harus diupayakan untuk dijauhkan dari kehidupan berbangsa. Kenapa manusia cenderung berbuat dosa dan apa bahayanya perbuatan dosa itu, kita sambung insya Allah SWT pada edisi berikut .
Wednesday, February 06, 2002
Hal 11 dari 73
Cerita Islam”
DOSA Bagian II "Maka masing-masing ( mereka itu ) kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang di timpa suara keras yang mengguntur , dan diantara mereka kami benamkan kedalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri ". (QS.Al Ankabut:40) Penjelasan Sebagaimana orang senang berbuat kebajikan karena dorongan untuk memperoleh pahala dan balasan serta bertaubat positif dalam diri orang tersebut. Demikian pula berbuat dosa, terdapat beberapa sebab kenapa orang muslim itu, yang seharusnya menjauhi dosa, ternyata terjerumus dalam lumpur dosa. Pertama, karena dia lupa kepada Allah SWT sehingga tidak terdapat penghalang dalam dirinya untuk terdorong melakukan perbuatan dosa demi meraih kesenangan sesaat. Maka dari itu, kalau dia sadar Allah SWT memperhatikannya, niscaya dia akan malu melakukannya karena merasa diperhatikan Allah SWT. Itulah sebab kenapa orang cenderung bersembunyi ketika melakukan maksiat. Allah SWT mengingatkan, jangan lupa kepada Allah SWT, nanti kamu dihukum terhadap dirimu sendiri (QS.Al Hasyr:19). Kedua, dia lupa bahwa Allah SWT yang telah mengkaruniai segala sesuatu kepadanya diaman seharusnya dia berterima kasih melalui ketaatan-ketaatan yang dilakukan untuk-Nya, ternyata justru ditinggalkan bahkan tidak jarang malah melanggar larangan-Nya. Hal itu seperti pernah disebutkan oleh Nabi Zakaria kepada Bani Israil ; Bagaimana kalau kalian mempunyai budak atau pegawai yang kalian penuhi segala kebutuhannya ternyata dia menyeleweng dan bekerja untuk orang lain. Tentu hal itu tidak wajar dan tidak pantas serta layak diskors atau dihukum. Nikmat yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya tidak terhitung banyaknya (QS.Ibrahim:34). Ketiga, dia lupa kalau Allah SWT itu selain Maha Pengasih juga keras siksaan-Nya. Banyak tukang atau si pendosa ketika diingatkan agar berhenti dari maksiatnya serta merta di menjawab Allah SWT itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang tapi dia masih terus bermaksiat ria (QS.Al Maidah:98). Keempat, bahwa setiap perbuatan manusia ada catatan yang ditulis oleh malaikat sebagai bukti seluruh perbuatan manusia baik buruknya (QS Qof:17-18) Tidak ada satupun perbuatan kita yang terlepas dari perhatian mereka. Bahkan dihari akhirat kelak sekuruh anggota tubuhnya akan bersaksi ; lidah, tangan, kaki dll (QS Annur:4). Kalau orang merasa bahwa dia telah dijasai, diperhatikan dan bahkan dihadapkan kepada ancaman, niscaya dia akan berhati-hati ntuk tidak terjerumus kedalam kubangan dosa yang berakibat sangat fatal didunia dan apalagi di akhirat. Selanjutnya kita akan berbicara mengenai macam-macam dosa dan akibat buruk yang akan ditimbulkannya.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 12 dari 73
Cerita Islam”
DOSA Bagian III "Maka masing-masing ( mereka itu ) kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang di timpa suara keras yang mengguntur , dan diantara mereka kami benamkan kedalam bumi dan diantara mereka ada yang kami tenggelamkan dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri ". (QS.Al Ankabut:40) Penjelasan Pada kesempatan ini kami akan menyebutkan macam-macam dosa terutama dosa besar. Karena Nabi SAW pernah mengatkan bahwa antara jum`at sampai jum`at berikutnya, antara Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya terdapat pengampunan dosa selama ditinggalkan dosa besar. Terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama` tentang jumlah macam-macam dosa besar itu. Ada yang mengatakan 3, ada yang mengatakan 7, ada pula 9 dan ada pula 70 sampai ada 300 macam. Di antaranya disebutkan Rasulullah SAW seperti yang di riwayatkan oleh Imam Muslim, syirik kepada Allah SWT, membunuh anak karena takut miskin, men-zina-hi istri tetangga, durhaka terhadap kedua orang tua, bersaksi bohong, membunuh, bermain sihir, memakan harta anak yatim dll. Adapun bahaya yang di timbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu, di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim, Rahimullah, sbb ; Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah SWT di dalam hati, dan maksiat mematikan itu. Terhalangnya rezki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad : "Seorang hamba bisa terhalang rezkinya karena dosa yang menimpanya". Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa kelezatan. kegelapan yang di alami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan di kegelapan malam. Terhalangnya ketaatan. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama` salaf : Hukum kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan kebaikan lagi. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan kejayaan. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal. dll.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 13 dari 73
Cerita Islam”
Ganjaran Bersedekah "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji, Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (Karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui" (QS. Al-Baqarah:261) Kebaikan yang dikerjakan oleh setiap muslim akan diganjar Allah 10 kali lipat sampai 700 kali lipat. Tidak terkecuali bersedekah dan berinfak di jalan Allah SWT. Bersedekah termasuk ibadah yang bermanfaat bagi si pelaku dan objek yang menerima sedekah tersebut. Bersedekah itu tidak mengurangi harta, bahkan harta yang disedekahi akan membawa berkah. Hal itu dipraktekan oleh Rasulullah saw seperti yang diriwayatkan oleh Hakim bin Hizam bahwa Rasulullah saw itu senang bersedekah tetapi beliau tidak mau menerima sedekah. Banyak orang masuk Islam karena pemberian dari Rasulullah saw. Tetapi Annas bin Malik melaporakan bahwa mereka masuk Islam di pagi hari disebabkan oleh dunia, di sore hari mereka telah berubah, dan justru mengeluarkan hartanya di jalan Allah SWT. Nabi Muhammad saw mengingatkan bahwa manusia senang membanggakan hartanya, sementara yang dia dapat menikmatinya hanya sedikit; barang yang dipakai akan usang, makanan yang dimakan menjadi sari dan kotoran, dan yang disedekahkan di jalan Allah , itu saja yang tertinggal dan bermanfaat (HR. Muslim). Alangkah beruntungnya orang yang mengerti terhadap amanat harta yang diembanya, sehingga dia tidak berkeberatan untuk menyalurkannya di jalan Allah, itulah harta yang berkah. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 14 dari 73
Cerita Islam”
Ghibah "Janganlah sebagian kamu mengunjing (ghibah) sebagian yang lain, sukakah seorang diantaramu memakan saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hujarat:12) Setiap muslim berkewajiban untuk menjaga lidahnya, hendaknya dia berkata baik sehingga bermaslahat bagi dirinya dan pendengarnya atau dia diam (HR. Muttafaq Alaih). Karena setiap kata yang keluar dari lisan seseorang akan dicatat sebagai kebaikan atau keburukan sesuai apa yang dia bicarakan (lihat QS. Qaf:18). Maka dari itu. Nabi saw selalu menganjurkan setiap muslim untuk menjaga lidahnya, karena banyak orang tergelincir ke neraka karena terlalu mengumbar lidahnya yang tidak bertulang itu. "Barang siapa dapat menjaga antara kumis dan jenggotnya (yakni lidah) dan antara kedua kakinya (yakni kemaluannya), maka aku jamin surga" demikian sabda Rasulullah saw (HR. Muttafaq Alaih). Terlalu banyak bukti bahwa diantara sumber konflik antar pemerintah, masyarakat dan individu disebabkan oleh pernyataanpernyataan yang sarat dengan tendensi buruk, yang berakibat menyinggung bahkan melukai perasaan pihak lain. Ghibah salah satu penyakit masyarakat yang dapat memperkeruh suasana. Rasulullah saw pernah mendefinisikan ghibah itu, yaitu Anda menyebut saudara / kawan Anda dengan sesuatu yang tidak disukainya. Kemudian beliau ditanya, kalau hal itu memang ada pada orang itu? beliau menjawab, "Kalau pernyataan itu memang ada pada orang itu berarti Anda telah melakukan ghibah, kalau tidak ada berarti Anda berbohong" (HR. Muslim). Memang sebaik-baik orang Islam adalah yang dapat menjaga lisan dan tangannya, sehingga tidak mengganggu pihak lain (HR. Muttafaq Alaih). Dan sepantasnya kita membersihkan diri dari ghibah, karena itu sifat orang beriman (lihat QS. Al-Qashosh:55 dan Al-Mukminun:3) Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 15 dari 73
Cerita Islam”
Harkat Wanita "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu, dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS: An-Nisa :1) Allah SWT menjadikan sepasang manusia pria dan wanita sebagaimana Allah menciptakan ciptaan lainnya berpasangan pula. Ada siang, ada malam, ada bumi ada langit dst. Masing-masing diciptakan berbeda sesuai dengan kodratnya, dan yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertaqwa di antara mereka ( QS : Al-Hujurat:13 dan Al-Imran:195 ). Karena itu peran masing-masing diatur oleh Islam agar tidak melebihi porsinya yang berarti hilang keseimbangannya. Kalau dalam abad kegelapan atau jahiliyah, wanita tidak mendapat tempat yang layak seperti diceritakan oleh (QS : An-Nahl:58-59). Islam telah mengangkat harkat wanita dan menjadikannya pendamping pria. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 16 dari 73
Cerita Islam”
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikannya dan merugilah orang yang mengotorinya" (QS. AsySyams:7-10) Allah SWT menciptakan mahluknya dengan berbagai model. Ada Malaikat yang diberi akal, tapi tidak diberi hawa nafsu, sehingga mereka selalu berbuat kebaikan sesuai perintah Allah. Ada juga binatang yang punya hawa nafsu, tapi tidak mempunya akal. Dan manusia diciptakan Allah sebagai mahluk yang paling sempurna (lihat QS. Attin:4). Selain bentuk manusia yang bagus, juga lengkap dengan akal dan hawa nafsunya. Tujuannya adalah sebagai ujian, maka apabila manusia mengikuti akalnya sehingga ia hidup sesuai dengan petunjuk Allah, sehingga mereka menjadi mulia melebihi Malaikat. Tapi sebaliknya jika mereka hanya mengikuti hawa nafsunya dan membelakangi petunjuk Allah, niscaya mereka lebih rendah dari binatang. Jadi, tiada jalan yang terbaik bagi manusia melainkan dia harus bergantung kepada Allah dengan cara mengikuti petunjuk-Nya, agar selamat di dunia dan akhirat. Apalagi jebakan-jebakan yang telah disiapkan oleh iblis dan kaki tangannya untuk menjerat manusia agar jauh dari petunjuk Allah dan tersesat dalam kehidupan yang penuh fatamorgana ini, menambah kecilnya keselamatan manusia dari kesengsaraan api neraka. Untuk itu nasehat Al-Quran yang berharga menjadi pegangan kita agar kita tidak tenggelam bersama hawa nafsu yang intinya untuk kepentingan perut dan yang dibawahnya (lihat QS. Al-Kahfi:28). Bagaimana kita merubah dari hawa nafsu ammarah bissu' (cenderung ketidakbaikan), hawa nafsu lawwamah (jiwa yang selalu goyang) menjadi nafsu muthmainah (jiwa yang tentram). Semua harus melaksanakan ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Hanya dengan hal tersebut kita akan selamat. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 17 dari 73
Cerita Islam”
Ibadah Haji "Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan Haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan mengendarai unta yang kurus ( pertanda jauhnya perjalanan) yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagi manfaat bagi mereka dan supaya menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian dari padanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir" ( Al-Haj: 27-28 ) Setiap muslim selalu pasrah kepada Allah SWT seperti yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim yang pasrah kepada Allah ketika diperintah menyembelih anaknya Ismail. Demikian pula Ismail pasrah dan tegar menyerahkan dirinya disembelih oleh ayahnya atas perintah Allah, sambil berharap agar menjadi orang yang sabar. Itulah pendidikan yang dicontohkan oleh ibunya Hajar, yang ditinggal oleh suaminya Ibrahim di tempat yang tandus bersama Ismail yang mungil, dan karena keteguhannya serta kepasrahannya, Allah bukakan air zam-zam sebagi makanan, minuman, sekaligus obat dan di abadikan buat umat Islam dunia yang mengunjungi rumah Allah yang dibagun pondasinya oleh Ibrahim AS. Maka, umat Islm diperintahkan untuk berhaji dan berkorban meneladani nabi Ibrahim kekasih Allah SWT. Memang hidup penuh pengoraban, jangan hidup kalau tidak mau berkorban. tetapi seebaik-baik pengorbanan apabila kita persembahkan kepada Allah semata, kita pun sudah meneken kontrak untuk itu dan selalu kita nyatakan dalam kehidupan sehari-hari: "Bahwa sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya kupersembahkan kepada-Mu ya Allah" Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 18 dari 73
Cerita Islam”
Ijtihad dalam Islam "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebebenar-benarnya, dan janganlah kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kepada tali (agama) Allah, dan jangan-lah kalian bercerai berai". (AliImran: 102-103) Di tengah-tengah maraknya kebangkitan Islam diberagai belahan dunia, gerakan dan semangat keilmuan merebak di manamana. Dalam hal ini, kalangan generasi muda tak ketinggalan ikut mengambil peranan. Semuanya adalah pertanda baik, tapi terkadang sebagian mereka terjerumus ke dalam dua bahaya besar : Pertama, sebagian mereka dengan mudahnya berfatwa, sementara bahan dan piranti yang mereka miliki sedikit sekali. Ibnul Qayim berkomentar: "Tidak lah seorang mufti atau hakim disebut berkapasitas untuk mengeluarkan fatwa atau untuk menentukan hukum secara benar kecuali ia harus memahami dan mengerti dua hal: Memahami kondisi sosiologis masyarakat setempat, berbagai hal pendukung terjadinya kondisi tersebut serta berbagai persoalan penting yang berkaitan dengan mereka. Memahami hukum yang sesuai dengan kondisi tersebut. Dengan kata lain, menerapkan hukum Allah yang ditetapkanNya untuk jenis masyarakat tersebut sebagaimana yang ada dalam Al-Qur'an atau dalam hadis Nabi." Bila ia benar-benar mengeluarkan segenap kemampuannya pada dua hal tersebut dalam arti yang sebenarnya maka ia tergolong mujtahid. Dengan demikian, minimal ia akan mendapat-kan satu dari dua macam pahala yang dijanjikan baginya. Kedua, sebagian mereka jika sampai pada kesimpulan hukum (ijtihad) masalah tertentu, ia menganggap bahwa kesimpulan yang dimilikinya itu merupakan kebenaraan akhir dan mutlak, sedang yang lain salah semua. Pada tahap berikutnya, hal itu akan mendorong egonya untuk memaksa-kan pendapat kepada orang lain. Orang yang mendukung pendapatnya dianggap sebagi sahabat karib, sedangkan yang berbeda pendapat dengannya dianggap musuh bodoh, dan ahli taklid. Di atas itulah fenomena yang pada galibnya terjadi dalam menyikapi persoalan ijtihad. Makalah singkat ini berupaya mengetengahkan manhaj Ahlus Sunnah dan para salafus Shalih dalam soal ijtihad. Sebelum sampai pada isi pokok pembahasan, perlu kiranya kita menggaris bawahi dua hal penting: Sesungguhnya perbedaan pendapat di kalangan para ulama dulu tidaklah atas dasar hawa nafsu tetapi semua itu berdasarkan dalil dan ijtihad. Bahwa para ulama adalah orang-orang yang paling dekat dan paling takwa kepada Allah. Pengaruh takwa ini tampak jelas dalam kehati-hatian mereka dalam berfatwa. Sofyan berkata: "Aku hidup di masa fuqaha. Mereka enggan ber-fatwa kecuali pada situasi yang sangat dibutuhkan". Perpecahan dan Perbedaan Adalah Tercela Meskipun ijtihad -yang biasanya lebih berpeluang melahirkan perbeda an pendapat yang berdasarkan atas dalil diperbolehkan, tetapi pada hakekatnya Islam sangat menganjurkan persatuan dan mencela perpecahan. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 19 dari 73
Cerita Islam”
Islam & Persatuan Bangsa Kita sekarang ini ditengah-tengah gelombang perobahan, yang sedang berjalan. Gelombang itu suatu saat mengalami pasang naik dan saat yang lain mengalami pasang surut. Jika pengemudi dan awak serta penumpang kapal, kurang sabar dalam menghadapi benturan-benturan gelombang, maka terjadilah kepanikan pada semua penumpang kapalnya. Pergantian kepemimpinan nasional Indonesia yang berlangsung dengan singkat, khidmat dan sederhana tanpa adanya upacaraupacara sebagaimana mestinya, merupakan suatu perobahan besar dan luar biasa. Dan terasa lebih besar lagi, karena perobahan tersebut tanpa terjadi pertumpahan darah. Sejak itu, angin kebebasan mulai nampak dan terasa. Kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul serta pembebasan hak-hak rakyat yang selama ini terbelenggu sudah ditetapkan dengan undang-undang. Dalam derap langkah kebebasan tersebut, juga tak lepas dari ekses-ekses. Ada yang memahaminya kebebasan itu demi kebebasan, sehingga bisa merugikan atau bahkan melanggar kebebasan orang lain. Munculnya partai-partai, yang diantara sebagaian dari partai-partai tersebut ada yang tegas-tegas memilih Islam sebagai azasnya, dan ada pula yang menyatakan berakidah Islam. Keadaan ini tidak perlu dirisaukan benar karena pada akhirnya nanti akan terjadi seleksi secara alamiah. Langkah awal yang perlu dilakukan sekarang adalah dilakukanya upaya yang sungguh-sungguh untuk mengejawantahkan ajaran Islam ke dalam kehidupan pribadi para aktivis partai, sehingga para politisi muslim yang tampil adalah orang-oarng yang memiliki integritas pribadi yang tinggi, jujur, ikhlas, pekerja keras, bersih dan berani menyatakan al-haq dimana dan kapan pun. Disamping itu, umat Islam secara keseluruhan harus mampu mentransformasikan nilai-nilai Islam kedalam kehidupan bermasyarakat, sehingga mereka mampu memecahkan problem-problem aktual yang dihadapi oleh rakyat, bangsa dan negara. Terakhir sesama umat Islam harus mampu menjaga ukhuwah Islamiyah diantara mereka, serta menjaga hubungan baik diantara sesama muslim, dan jagan memandang adanya perbedaan golongan ataupun partai. Selama perjuangan kita itu disertai dengan niat yang ikhlas berdasarkan iman dan taqwa, maka tidak ada perbedaan yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam Indonesia. Persatuan umat Islam adalah modal pokok bagi persatuan dan kesatuan bangsa ini. Selama ini sejarah telah berbicara bahwa umat Islam senantiasa berdiri di barisan paling depan dalam menciptakan, memelihara dan memperkuat persatuan bangsa. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 20 dari 73
Cerita Islam”
Istighfar, Satu Kebutuhan "Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun". Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan ( pula didalamnya ) untukmu sungai-sungai."(Q.S.Nuh:10-12) Penjelasan: Semenjak kekuasaan Islam mulai luruh dari permukaan bumi dan kekuatan Barat mulai mencengkeramkan kuku-kukunya, maka tak ayal lagi akhlak manusiapun menjadi kian terpuruk. Moral dan etika menjadi sesuatu yang "usang" untuk dibicarakan, nafsu menjadi standar baku untuk mengukur nilai-nilai kehidupan, dan syahwat adalah sesuatu yang senantiasa dipuja-puja dengan dalih ia adalah seni, estetika atau yang lainnya. Akibatnya duniapun semakin kelam dan kotor, sehingga hampir tak ada sejengkalpun tanah dibumi ini kecuali sarat dengan debu-debu kemaksiatan. Contoh yang mudah, manakala anda pergi kemasjid, maka mau tak mau anda harus melewati sekian banyak kemaksiatan. Bukankah sepanjang perjalanan banyak wanita berseliweran dengan pakaian menantang ? Atau rumah kita, bukankah selalu dibanjiri tayangan porno dan dentum musik syaitani ? contoh yang lain masih banyak lagi. Kesemuanya ini tentunya menjadikan diri kita lekat dengan dosa dan kemaksiatan. Disinilah seharusnya kita menyadari bahwa istighfar adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi untuk menghindari pekatnya hati dari selubung dosa. URGENSI ISTIGHFAR Terkadang kata "istighfar" disebut sendirian, tapi terkadang pula ia disebut secara bersambungan dengan kata "taubat".Kata istighfar bila ia disebut sendirian, ia mengandung makna taubat. Namun bila disebut secara bersamaan dalam satu ayat, maka istighfar bermakna "meminta pengampunan/ penjagaan dari kesalahan-kesalahannya yang telah lampau". Sedangkan kata taubat berarti "Kembali kejalan Allah dan minta dijaga dari kesalahan-kesalahan yang akan datang". Firman Allah S.W.T : "Dan beristighfarlah kepada Rabbmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih".( Madarijus Salikin : 1/335 ). Seberapa jauh urgensi istighfar dalam kehidupan, dapat terlihat dari seberapa besar perhatian Rasulullah S.a.w terhadap masalah ini. Adalah beliau S.a.w manusia yang makshum ( terjaga dari dosa ), meski demikian beliau tetap akrab dengan kalimat istighfar. Ibnu Umar r.a pernah memberi kesaksian bahwa beliau mendengar Rasulullah S.a.w dalam suatu majlis membaca kalimat ( yang artinya ); "Saya memohon ampun kepada Allah yang tidak ada sembahan selain Dia. Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri dan aku bertaubat kepada-Nya sebanyak seratus kali." ( H.R.Nasa`i,Ibnu Hajar berkata:"sanadnya baik" ). KITA HARI INI. Kalau para sahabat yang kondisinya jauh dari polusi kemaksiatan dan hari-harinya senantiasa dipenuhi dengan amal kebajikan saja tetap tanggap, serius dan kontinyu dengan istighfar, maka bagaimanakah dengan kita hari ini ? Hari ini kita, kalau boleh dikatakan adalah orang-orang yang melalaikan istighfar. Padahal kalau melihat kondisi yang ada selayaknyalah kita lebih banyak membutuhkan istighfar, sebab tensi kemaksiatan hari ini sangat jauh berlipat ketimbang zaman para sahabat. Bukankah berbohong, ghibah, mengurangi timbangan, zina dan segudang dosa-dosa besar sudah menjadi barang biasa bagi masyarakat kita ? Dan ironisnya dosa-dosa itu kita anggap sebagai angin lalu seakan tidak membahayakan kita. Maka sudah saatnyalah kita merenung ulang terhadap kiri kita, sudahkah ada dalam diri kita perasaan perlu terhadap istighfar sehingga secara otomatis kalimat kalimat-kalimat istighfar itu sering mengalir dari mulut dan hati kita. CUKUPKAH UCAPAN ISTIGHFAR SAJA Sebagaimana kita ketahui bahwa dosa itu dikategorikan dalam dua jenis, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dosa kecil akan hapus bila kita berucap istighfar dan berbuat kebajikan. Adapun jika yang kita lakukan termasuk dalam kategori dosa besar, maka ucapan istighfar tanpa disertai dengan rasa penyesalan dan upaya melepaskan diri dari kemaksiatan adalah gurauan belaka.Padahal ulama telah memberitahukan bahwa taubat itu baru bernilai jika telah memenuhi beberapa syarat, yaitu; Segera menghentikan kemaksiatan yang dikerjakannya. Menyesal atas perbuatan dosa yang dilakukannya. Biasanya ditandai dengan airmata penyesalan. Berniat sungguh-sungguh untuk tidak lagi mengulangi perbuatannya tersebut. Jika dosanya berkaitan dengan hak-hak adami maka ia harus mengembalikan hak orang yang telah didholiminya. ( Riyadhus sholihin:25 ) Tanpa itu semua maka taubat kita baru sebatas omongan belaka, tanpa bukti. Wallahu a`lam. Referensi: Ibnu Qoyyim, Madarijus Salikin; Ibnu Hajar, Fathul Bari; Qurtubi, Al Jami`li Ahkamil Qur`an: Salman bin Umar, Istighfar Ahammiyatuhu wa hajatuna ilaihi
Wednesday, February 06, 2002
Hal 21 dari 73
Cerita Islam”
JADILAH PEMBELA ISLAM "Diantara orang-orang mukmin ada orang-orang ( rijaal ) yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah SWT, maka diantara mereka ada yang gugur, dan diantara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)" (Q.S Al Ahzab:23) Penjelasan: Ayat diatas menggambarkan adanya orang-orang (rijaal/tokoh-tokoh) dari kalangan kaum mukminin. Jadi dalam Islam ada tiga kelompok yaitu muslimin, mukminin dan rijaal. Tidak semua mukmin itu bersedia menjadi rijaal/ tokoh pembela Islam sampai akhir hayatnya. Ayat diatas turun berkenaan dengan perjuangan Anas bin Annodhar yang ikut berjuang bersama Rasulullah SAW dalam perang uhud sampai syahid dalam keadaan sulit dikenali jenazahnya karena tergores pedang dan anak panah sampai 80 kali, sehingga hanya dikenali oleh saudara perempuannya bernama Arrabii' lewat jari-jari tangannya ( H.R Ahmad, Muslim, Turmudzi dan Nasai ). Kita selalu menyatakan ikrar kita dalam shalat bahwa sholat kita, ibadah kita dan hidup kita serta mati kita untuk Allah SWT. Namun kenyataan hidup kita, justru kita hidup menyalahi pernyataan kita itu. Makanya kita harus kembali kepada Allah SWT dan menyatakan siap untuk memperjuangkan agama Allah SWT sampai tetes darah terakhir. Hidup ini penuh dengan pergolakan antara yang hak dan yang bathil. Hendaknya kita selalu membela yang hak. Ibarat permainan bola hendaknya kita menjadi pemain kesebelasan yang hak, minimal menjadi suporter yang hak, jangan sebaliknya malah memusuhi yang hak dan menjadi suporter yang bathil. Tidak ada yang pasti didunia ini, kecuali kita pasti mati, maka marilah kita mati membela kebenaran dan kebenaran itu yang datangnya dari Allah SWT berdasarkan ajaran Islam. Rijaal atau tokoh-tokoh atau pembela Islam yang tidak disibukkan oleh perdagangan dan jual beli sehingga lupa mengingat Allah SWT .( Q.S Annur:37) Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 22 dari 73
Cerita Islam”
KARAKTERISTIK AJARAN ISLAM "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al-Qashash : 77) Sebagai muslim, kita tentu ingin menjadi muslim yang sejati. Untuk itu, seorang muslim harus menjalankan ajaran Islam secara kaffah (total, menyeluruh), bukan hanya mementingkan satu aspek dari ajaran Islam lalu mengabaikan aspek yang lainnya. Oleh karena itu, pemahaman kita terhadap ajaran Islam secara syamil (menyeluruh) dan kamil (sempurna) menjadi satu keharusan. Disinilah letak pentingnya kita memahami karakteristik atau ciri-ciri khas ajaran Islam dengan baik. Dr. Yusuf Qardhawi dalam bukunya Khasaais Al-Ammah Lil Islam menyebutkan bahwa karakteristik ajaran Islam itu terdiri dari tujuh hal penting yang tidak terdapat dalam agama lain, dan ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa hingga sekarang ini begitu banyak orang yang tertarik kepada Islam sehingga mereka menyatakan diri masuk ke dalam Islam. Ini pula yang menjadi sebab, mengapa hanya Islam satu-satunya agama yang tidak "takut" dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, ketujuh karakteristik ajaran Islam sangat penting untuk kita pahami. 1. Robbaniyyah. Allah Swt merupakan Robbul alamin (Tuhan semesta alam), disebut juga dengan Rabbun nas (Tuhan manusia) dan banyak lagi sebutan lainnya. Kalau karakteristik Islam itu adalah Robbaniyyah, itu artinya bahwa Islam merupakan agama yang bersumber dari Allah Swt, bukan dari manusia, sedangkan Nabi Muhammad Saw tidak membuat agama ini, tapi beliau hanya menyampaikannya. Karenanya, dalam kapasitasnya sebagai Nabi, beliau berbicara berdasarkan wahyu yang diturunkan kepadanya, Allah berfirman dalam Surah An-Najm : 3-4 yang artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya, ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." Karena itu, ajaran Islam sangat terjamin kemurniannya sebagaimana Allah telah menjamin kemurnian Al-Qur'an, Allah berfirman dalam Surah Al-Hijr : 9 yang artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." Disamping itu, seorang muslim tentu saja harus mengakui Allah Swt sebagai Rabb (Tuhan) dengan segala konsekuensinya, yakni mengabdi hanya kepada-Nya sehingga dia menjadi seorang yang rabbani dari arti memiliki sikap dan prilaku dari nilainilai yang datang dari Allah Swt, Allah berfirman dalam Surah Al-Imran : 79 yang artinya: "Tidak wajar bagi manusia yang Allah berikan kepadanya Al kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, 'hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku, bukan penyembah Allah', tapi dia berkata, 'hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan kamu tetap mempelajarinya." 2. Insaniyyah. Islam merupakan agama yang diturunkan untuk manusia, karena itu Islam merupakan satu-satunya agama yang cocok dengan fitrah manusia. Pada dasarnya, tidak ada satupun ajaran Islam yang bertentangan dengan jiwa manusia. Seks misalnya, merupakan satu kecenderungan jiwa manusia untuk dilampiaskan, karenanya Islam tidak melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Prinsipnya, manusia itu kan punya kecenderungan untuk cinta pada harta, tahta, wanita dan segala hal yang bersifat duniawi, semua itu tidak dilarang di dalam Islam, namun harus diatur keseimbangannya dengan kenikmatan ukhrawi, Allah berfirman dalam Surah Al-Qashash : 77 yang artinya:"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu di dunia dan berbuat baikklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan ." 3. Syumuliyah. Islam merupakan agama yang lengkap, tidak hanya mengutamakan satu aspek lalu mengabaikan aspek lainnya. Kelengkapan ajaran Islam itu nampak dari konsep Islam dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari urusan pribadi, keluarga, masyarakat sampai pada persoalan-persoalan berbangsa dan bernegara. Kesyumuliyahan Islam tidak hanya dari segi ajarannya yang rasional dan mudah diamalkan, tapi juga keharusan menegakkan ajaran Islam dengan metodologi yang islami. Karena itu, di dalam Islam kita dapati konsep tentang dakwah, jihad dan sebagainya. Dengan demikian, segala persoalan ada petunjuknya di dalam Islam, Allah berfirman dalam Surah An-Nahl : 89 yang artinya: "Dan Kami turunkan kepadamu al kitab (Al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri."
Wednesday, February 06, 2002
Hal 23 dari 73
Cerita Islam”
4. Al Waqi'iyyah. Karakteristik lain dari ajaran Islam adalah al waqi’iyyah (realistis), ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang dapat diamalkan oleh manusia atau dengan kata lain dapat direalisir dalam kehidupan sehari-hari. Islam dapat diamalkan oleh manusia meskipun mereka berbeda latar belakang, kaya, miskin, pria, wanita, dewasa, remaja, anak-anak, berpendidikan tinggi, berpendidikan rendah, bangsawan, rakyat biasa, berbeda suku, adat istiadat dan sebagainya. Disamping itu, Islam sendiri tidak bertentangan dengan realitas perkembangan zaman bahkan Islam menjadi satu-satunya agama yang mampu menghadapi dan mengatasi dampak negatif dari kemajuan zaman. Ini berarti, Islam agama yang tidak takut dengan kemajuan zaman. 5. Al Wasathiyah. Di dunia ini ada agama yang hanya menekankan pada persoalan-persoalan tertentu, ada yang lebih mengutamakan masalah materi ketimbang rohani atau sebaliknya. Ada pula yang lebih menekankan aspek logika daripada perasaan dan begitulah seterusnya. Allah Swt menyebutkan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang pertengahan), umat yang seimbang dalam beramal, baik yang menyangkut pemenuhan terhadap kebutuhan jasmani dan akal pikiran maupun kebutuhan rohani. Manusia memang membutuhkan konsep agama yang seimbang, hal ini karena tawazun (kesimbangan) merupakan sunnatullah. Di alam semesta ini terdapat siang dan malam, gelap dan terang, hujan dan panas dan begitulah seterusnya sehingga terjadi keseimbangan dalam hidup ini. Dalam soal aqidah misalnya, banyak agama yang menghendaki keberadaan Tuhan secara konkrit sehingga penganutnya membuat simbol-simbol dalam bentuk patung. Ada juga agama yang menganggap tuhan sebagai sesuatu yang abstrak sehingga masalah ketuhanan merupakan kihayalan belaka, bahkan cenderung ada yang tidak percaya akan adanya tuhan sebagaimana komunisme. Islam mempunyai konsep bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang ada, namun adanya tidak bisa dilihat dengan mata kepala kita, keberadaannya bisa dibuktikan dengan adanya alam semesta ini yang konkrit, maka ini merupakan konsep ketuhanan yang seimbang. Begitu pula dalam masalah lainnya seperti peribadatan, akhlak, hukum dan sebagainya. 6. Al Wudhuh. Karakteristik penting lainnya dari ajaran Islam adalah konsepnya yang jelas (Al Wudhuh). Kejelasan konsep Islam membuat umatnya tidak bingung dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam, bahkan pertanyaan umat manusia tentang Islam dapat dijawab dengan jelas, apalagi kalau pertanyaan tersebut mengarah pada maksud merusak ajaran Isla itu sendiri. Dalam masalah aqidah, konsep Islam begitu jelas sehingga dengan aqidah yang mantap, seorang muslim menjadi terikat pada ketentuan-ketentuan Allah dan Rasul-Nya. Konsep syari'ah atau hukumnya juga jelas sehingga umat Islam dapat melaksanakan peribadatan dengan baik dan mampu membedakan antara yang haq dengan yang bathil, begitulah seterusnya dalam ajaran Islam yang serba jelas, apalagi pelaksanaannya dicontohkan oleh Rasulullah Saw. 7. Al Jam'u Baina Ats Tsabat wa Al Murunnah. Di dalam Islam, tergabung juga ajaran yang permanen dengan yang fleksibel (al jam'u baina ats tsabat wa al muruunah). Yang dimaksud dengan yang permanen adalah hal-hal yang tidak bisa diganggu gugat, dia mesti begitu, misalnya shalat lima waktu yang mesti dikerjakan, tapi dalam melaksanakannya ada ketentuan yang bisa fleksibel, misalnya bila seorang muslim sakit dia bisa shalat dengan duduk atau berbaring, kalau dalam perjalanan jauh bisa dijama' dan diqashar dan bila tidak ada air atau dengan sebab-sebab tertentu, berwudhu bisa diganti dengan tayamum. Ini berarti, secara prinsip Islam tidak akan pernah mengalami perubahan, namun dalam pelaksanaannya bisa saja disesuaikan dengan situasi dan konsidinya, ini bukan berarti kebenaran Islam tidak mutlak, tapi yang fleksibel adalah teknis pelaksanaannya. Dengan demikian, menjadi jelas bagi kita bahwa, Islam merupakan satu-satunya agama yang sempurna dan kesempurnaan itu memang bisa dirasakan oleh penganutnya yang setia. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 24 dari 73
Cerita Islam”
Kebahagiaan dalam Islam "Siapa saja yang beramal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman maka Aku akan hidupkan mereka dalam kehidupan yang baik." ( An-Nahl: 97 ) Nabi bersabda, "Sungguh Allah tidak mendzalimi orang mukmin, diberikan kebaikan di dunia, dan di akhirat kelak mendapat balasan, sementara orang kafir Allah berikan rizkinya, karena kebaikannya di dunia, tetapi tidak mendapatkan apa-apa diakhirat kelak (bahkan neraka tempatnya)" (HR. Ahmad Muslim). Menurut Ibnu Hazm, seorang ulama Andalusia, bahwa manusia seluruhnya sedang menuju ke satu arah yaitu mengusir kegelisahan. Gelisah bodoh, maka belajar, gelisah miskin, dia bekerja, gelisah tidak berperan dalam masyarakat, maka dia mencari jabatan, status sosial dll. Namun seluruh upaya tersebut, tidak membawa kebahagiaan, baik ilmu, harta, maupun jabatan. Hanya satu jalan yang dapat membawa kebahagiaan seseorang, yaitu apabila dia menjadikan Islam sebagai Way of Life, dan menjadikan seluruh sepak terjangnya di jalan Allah. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 25 dari 73
Cerita Islam”
Kekuasaan adalah Amanat dari Allah Kemerdekaan mempunyai makna yang luas, artinya bahwa bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk mengatur sendiri berbagai, segi kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk kehidupan politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Kalau pada masa penjajahan belanda umat Islam diatur oleh bangsa lain, sejak tahun 1945, semua diatur oleh umat Islam sendiri dengan leluasa. Tak ada lagi pembatasan untuk mengamalkan apa yang diyakini dalam hati. Bagi umat Islam, apa makna kemerdekaan ditinjau dari sudut syariat? Kemerdekaan adalah salah satu nikmat yang diberikan Allah SWT. Nikmat itu hendaklah dipandang sebagai suatu amanat atau titipan dari Allah SWT kepada kita. karena itu AlQur'an dalam surat An-Nisa ayat 58 mengingatkan:
"Allah memerintahkan kamu menyampaikan amanat kepada yang layak menerimanya. Apabila kamu mengadili diantara manusia, bertindaklah dengan adil, Sungguh Allah mengajar kamu dengan sebaik-baiknya, karena Allah Maha Mendengar, Maha Melihat" Kalau ada diantara kita yang memegang amanat, dalam bentuk kekuasaan, atau kewenangan; apakah sebagai lurah,camat, bupati, gubernur, atau jabatan lain, maka semua itu hakikatnya memegang amanah yang harus disampaikan kepada yang berhak. Dalam arti yang lebih luas, kemerdekaan itu amanah yang diberikan Allah sebagai karunia-Nya kepada segenap manusia sebagai individu dn sebagai warga negara RI. Karena itu, adalah menjadi kewajiban untuk memelihara kemerdekaan ini dengan cara sebaik-baiknya. Dengan demikian, inilah makna kita pandai menyukuri nikmat dari Allah dalam bentuk kemerdekaan. Dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 7 disebutkan:
Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: "Jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan (karunia) kepadamu; tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh adzab-Ku dasyat sekali" Maksud ayat diatas, memerintahkan manusia agar pandai menyukuri nikmat Allah; antara lain nikma0t kemerdekaan. Artinya mensyukuri nikmat disini bukan hanya mengucapkan lafadh 'alhamdulillah' seperti biasa diucapkan, tapi harus menggunakan nikmat itu sesuai perintah-Nya. Kemerdekaan harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup bangsa Indonesia baik spirritual maupun material. Sebagai disebutkan dalam ayat tadi, arti kufur nikamt dapat dipahami; orang yang mendapat karunia Allah, tapi menggunakn nikmat itu tidak sesuai dengan jalan yang diperintahkan-Nya. Dengan kata lain, telah menyimpang dari ajaran Allah SWT, atau menyalahgunakan nikmat. Peran umat Islam dalam bernegara adalah menjalankan prinsip-prinsip yang dijalankan Al-Qur'an, yaitu prinsip Islam dalam bermasyarakat dan bernegara. Prinsip-prinsip tersebut dapat disimak dalam surat An-Nisa ayat 59:
"Hai orang-orang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasulullah dan mereka yang memegang kekuasaan diantara kamu. Jika kamu berselisih mengenai sesuatu kembalikanlah kepada Allah dan Rosul-Nya, kalau kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Itulah yang terbaik dan penyelesaian yang tepat." "Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah," yaitu menjalankan perintah Allah yang telah diwahyukan-Nya melalui Al-qur'an. "Taatlah pula kepada Rosulullah saw, yang telah membimbing kita melalui ajaran-ajaranya", yang disebut sunah Rosulullah, adalah yang merupakan penjelasan terhadap Al-Qur'an. "Dan kepada orang-orang yang berwenang di antara kamu", artinya umat Islam wajib taat kepada kalangan kita yang kebetulan memegang otoritas baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang lain. Tetapi prinsip ketaatan dalam Islam ini bersifat tanpa reserve. Artinya, pemimpin itu harus ditaati hanya selama dia menjalankan perintah Allah. Kalau dalam menjalankan kekuasaanya tidak cocok dengan perintah Allah dan Rosul-Nya, tidk ada keharusan untuk taat kepadanya. Dalam haditsnya, Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya ketaatan itu dalam hal-hal yamg ma'ruf (baik)". Kalau kita diminta, baik langsung ataupun tidak langsung untuk bersikap taat dalam hal-hal yang munkarat, maka tidak harus menaatinya. Bahkan wajib melawnya, sebagai bukti penentangan. Kecuali hal di atas, tugas umat Islam sangat penting adalah mengentaskan kemiskinan, terutama dikalangan umat Islam sendiri. Ajaran Islam telah menawarkan berbagai konsep pengentasan kemiskinan dan konsep itu saya namakan lembaga-lembaga sosial Islam. Yang sudah dikenal adalah: zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, wasiat, qurban dan aqiqah. Semua lembaga itu mengajarkan
Wednesday, February 06, 2002
Hal 26 dari 73
Cerita Islam”
agar seluruh umat Islam berperan serta mengentaskan kemiskinan, Salah satu pesan Al-Qur'an surat Adz-Dzariyat ayat 19: "Dan dlam harta mereka (selalu ingat) akan hak (orang miskin) yang meminta, dan yang (karena suatu alasan) tak mau meminta". Jadi inilah yang dimaksud Zakat. Zakat sebenarnya adalah hak bagi orang miskin. Kemudian infaq dan shodaqoh, dan sebagainya adalh merupakan hal yang sangat dianjurkan. Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagi perwujudan sikap syukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat yang tiada ternilai harganya untuk umat Islam Indonesia, yaitu kemerdekaan. Oleh: Prof. Dr. H.M. Tahir Azhari, S.H. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 27 dari 73
Cerita Islam”
Kekuatan Tak Terkalahkan "Allah telah menetapkan 'Aku dan Rasul-Rasul-KU pasti menang' Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa" ( AlMujadilah: 21 ) Orang sering mengandalkan kekuatan dirinya atau kekuatan senjatanya. Tapi ummat Islam diperintahkan, agar menggantungkan kekuatan yang ada sesuai dengan tujuan tersebut. Terlalu banyak contoh sejarah ummat Islam yang menang, sementara kekuatan mereka jauh lebih kecil dari kekuatan musuh. Tetapi sebaliknya, ketika mereka besar jumlah personil dan persenjataannya, tetapi kalah karena faktor pembakangan kepada Allah dan Rasul-Nya, serta berebut duniawi. Perhatikan sejarah perang Badr yang diabadikan Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Aufal, maka disana akan kita dapatkan banyak pelajaran yang berharga buat kita. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 28 dari 73
Cerita Islam”
Kematian Merupakan Sunnatullah "Tiap-tiap jiwa itu akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." ( Al-Imran: 185 ) Mati adalah pintu yang pasti dimasuki oleh setiap mahluk yang bernyawa tanpa terkecuali, karena itu bukan matinya yang menjadi masalah, namun bagaimana mati yang mulia itu bisa kita peroleh. Hidup dan mati sekedar ujian agar diketahui siapa dari kita yang amalnya lebih baik. Mati yang mulia adalah mati yang dipersembahkan untuk Allah. Tak heran apabila ada pejuang-pejuang Islam yang siap mati di medan laga karena mereka rindu berjumpa dengan Allah dan surga Firdaus dengan bidadarinya menanti kedatangan mereka (lihat Attaubah:111-112) Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 29 dari 73
Cerita Islam”
Konsep Al-Wala' Wal-Bara' Dalam Aqidah Islam "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimmpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaa yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim " (QS. Al-Maidah: 51) Definisi Al-Wala' Wal-Bara' Kata al-wala' menurut bahasa berarti; mencintai, menolong, mengikuti, mendekat kepada sesuatu. Kata al-wala' menurut terminologi syariat berarti; penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang disukai dan diridhoi Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan oarng. Wilayah al-wala'; apa yang dicintai Allah. Ciri utama wali Allah; mencintai apa yang dicintai Allah dan membenci apa yang dibenci Allah, ia condong dan melakukan semua itu dengan penuh komitmen. Kata al-bara' menurut bahasa berarti; menjauhi, membersihkan diri, melepaskan diri, memusuhi. Kata al-bara' menurut terminologi syariat berarti; penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah dari perkataan, perbuatan, kepercayaan serta orang. Wilayah al-bara'; apa yang dibenci Allah. Ciri utama al-bara'; membenci apa yang dibenci Allah secara menerus dan penuh komitmen.
Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' adalah penyesuaian diri seorang hamba terhadap apa yang dicintai dan diridhoi Allah serta apa yang dibenci dan dimurkai Allah dalam perkataan, perbuatan, kepercayaan dan orang. Kaitan-kaitan Al-Wala' Wal-Bara dibagi menjadi 4 Perkataan; zikir dicintai Allah, mencela dan menuduh dibenci Allah. Perbuatan; (sholat, puasa, zakat, sedekah, dan berbuat kebajikan) dicintai Allah, (riba, zina, minum khamr) dibenci Allah. Kepercayaan; (iman, tauhid) dicintai Allah, (kufur, syirik) dibenci Allah. Orang; orang beriman yang mengesakan Allah dicintai Allah, orang kafir dan musrik dibenci Allah Kedudukan Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' dalam Syariat Islam. Bagian penting dari makna syahadat Bgaian dari ikatan iman yang terkuat Sebab utama hati bisa rasakan manisnya iman Tali hubungan di atas mana masyarakat Islam dibangun Meraih pahala yang sangat besar Perintah syariat untuk dahulukan hubungan ini daripada hubungan lain Jika konsep ini teraplikasi, akan memperoleh walayatullah (lindungan dan kewalian dari Allah) Tali penghubung yang kekal di antara manusia hingga hari kiamat Syarat sahnya ucapan syahadat Jika konsep ini tidak dijalankan, menjadi kafir. Penyempurna keimanan Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' Wajib; 9:24, 2:165, 3:128, 3:141, 5:51 Salah satu konsekuensi dan syarat sahnya syahadat Pembagian manusia berdasarkan Aqidah Al-Wala' Wal-Bara' ada 3 bagian Orang yang berhak mendapatkan wala' (loyalitas) mutlak: Orang mukmin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah dengan ikhlas karena Allah. Orang yang berhak mendapat wala' di satu sisi dan bara' di sisi lain: Muslim yang melakukan maksiat, yang melalaikan sebagian kewajiban agama, melakukan sebagian perbuatan yang diharamkan Allah namun tidak menyebabkan ia menjadi kufur dengan tingkatan kufur besar. Orang yang berhak mendapat bara' mutlak: Orang musyrik, kafir (Yahudi, Nasrani, Majusi, dll) Syarat mendapat 'Kewalian' dari Allah Berakal Baligh Kesesuaiannya dengan apa yang dicintai dan dibenci Allah Mengetahui dasar-dasar agama Mengetahui masalah-masalah furu' dalam syariat Islam Mempunyai akhlak terpuji Takut kepada Allah Tingkat Wali-Wali Allah (Faatir:32) Wednesday, February 06, 2002
Hal 30 dari 73
Cerita Islam”
As-Sabiquun Fil Khairat Al-Muqtashid Az-Zhalimu Linafsihi Hak-Hak Al-Wala' Hijrah Membantu dan menolong kaum muslimin Terlibat dalam permasalahan kaum muslimin Mencintai kaum muslimin seperti mencintai diri sendiri Tidak mengejek, melecehkan, mencari aib dan berghibah serta menyebarkan namimah kepada kaum muslimin Mencintai dan selalu berusaha berkumpul bersama kaum muslimin Melakukan apa yang menjadi hak kaum muslimin (menjenguk yang sakit, mengantar jenazah, dll) Bersikap lembut, mendoakan serta memohon ampun bagi kaum muslimin Amar ma'ruf nahi munkar serta menasehati kaum muslimin Tidak cari-cari aib dan kesalahan kaum muslimin serta buka rahasia mereka kepada musuh Islam Memperbaiki hubungan di antara kaum muslimin Tidak menyakiti kaum muslimin Bermusyawarah dengan kaum muslimin Ihsan dalam perkataan dan perbuatan Bergabung dalam jamaah kaum muslimin dan tidak berpisah dengan mereka Tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Bersambung Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 31 dari 73
Cerita Islam”
Konsep Al-Wala' Wal-Bara' Dalam Aqidah Islam "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimmpin (mu): sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagiaa yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada oarng-orang yang zalim " (QS. Al-Maidah: 51) Lanjutan... Hak-Hak Al-Wala'
Membenci syirik dan kufur serta penganut-penganutnya dan menyimpan rasa permusuhan terhadap mereka sampai mereka hanya beriman kepada Allah. Tidak jadikan orang kafir pemimpin dan selalu membenci mereka. Meninggalkan negeri kafir dan tidak bepergian ke sana kecuali untuk keperluan darurat dan dengan kesanggupan memperlihatkan syiar-syiar agama dan tanpa pertentangan. Tidak menyerupai mereka pada apa yang telah menjadi ciri khas mereka dan masalah dunia (seperti gaya makan dan minum) dan agama (seperti bentuk syia-syiar agama mereka). Tidak memuji, membantu dan menolong orang dalam menghadapi kaum muslimin. Tidak meminta bantuan dan pertolongan dari orang kafir dan menjadikan mereka sebagai sekutu-sekutu yang dpercaya menjaga rahasia dan melaksanakan pekerjaan penting. Tidak terlibat dengan mereka dalam hari raya dan kegembiraan mereka, juga tidak memberi ucapan selamat. Tidak memohon ampunan dan merasa kasihan terhadap mereka. Tidak bersahabat dan meninggalkan majlis mereka. Tidak bertahkim kepada mereka dalam menyaksikan perkara, tidak setuju dengan putusan mereka. Tidak berbasa-basi dan bercanda dengan mereka dengan merugikan agama. Tidak menta'ati arahan dan perintah mereka. Tidak mengagungkan orang kafir dengan perkataan atau perbuatan. Tidak menjadikan mereka sebagai pemimpin dan hakim baik secara lahir maupun batin. Tidak memulai salam waktu jumpa dengan mereka. Tidak duduk bersama mereka ketika membuat pelecehan terhadap agama. Hukum-hukum al-wala' wal bara' I. Hukum Penyesuaian dengan orang kafir. Tiga kondisi yang dihadapi kaum muslimin: 1. Penyesuaian dengan mereka secara lahir dan batin: pelakunya kafir, keluar dari Islam (ijma'). 2. Penyesuaian dengan mereka secara batin: pelakunya kafir, keluar dari Islam (nifaq besar) (ijma'). 3. Penyesuaian dengan mereka secar lahir, ada 2 jenis:
Karena pemaksaan dengan pukulan, penyiksaan langsung dan ancaman bunuh: pelakunya tidak dianggap kafir selama ia hanya ucapkan kekufuran dengan lisan sedang hatinya penuh dengan iman. Karena tujuan duniawi seperti ambisi kekuasaan, kedudukan, popularitas dan semacamnya: pelakunya kafir, jenis kekufurannya ada 2 pendapat. Kufur besar, pelakunya keluar dari Islam, 16 : 107 Kufur kecil, pelakunya tidak keluar dari Islam (merupakan salah satu dosa besar). II. Hukum safar dan bermukim di negeri kafir. a. Boleh, yang dibolehkan ada 3 :
Safar dan bermalam dengan tujuan da'wah dan yakin ada jaminan keamanan bagi eksistensi agama. Safar dengan tujuan perdagangan, yakin akan keamanan imannya. Wanita, anak-anak dan orang dewasa yang lemah yang tidak sanggup meninggalkan negeri kafir karena kondisi geografis dan politik. b. Haram, yang diharamkan ada 2 :
Wednesday, February 06, 2002
Hal 32 dari 73
Cerita Islam”
Tujuan duniawi. Dorongan loyalitas dan kagum. III. Hukum bermuamalah dengan orang kafir
Boleh melakukan transaksi perdagangan dan sewa menyewa selama alat tukar, keuntungan dan barangnya dibolehkan oleh syari'at Islam. Wakaf mereka selama itu pada hal-hal di mana wakaf terhadap kaum muslimin dibolehkan. Muslim laki-laki boleh menikahi wanita ahli kitab (Yahudi maupun Nasrani). Pinjam meminjam walaupun dengan menggadaikan barang. Orang kafir boleh berdagang di negeri muslim asal dibolehkan secara syar'i dan 10 % keuntungan harus diserahkan sebagai pajai untuk kepentingan umum kaum muslimin. Jizyah bagi ahli kitab yang dalam perlindungan keamanan kaum muslimin. Jika tidak sanggup bayar jizyah dibebaskan, jika miskin maka disantuni dari Baitu Maal kaum muslimin. Haram membolehkan mereka membangun rumah ibadah di negeri muslim, gereja yang sudah tidak boleh dihancurkan namun bagi yang sudah runtuh tidak boleh dibangun kembali. Hukum yang diberlakukan pada mereka harus dihapus jika dalam agama mereka dibolehkan, tapi haram menyampaikannya secara terang-terangan. Jika perbuatan itu haram dalam agama mereka lalu mereka melakukannya maka harus dihukum. Orang Zimmi dan Mu'ahid tidak boleh diganggu selama mereka komit dengan perjanjian. Hukum qisas atas nyawa dan seterusnya juga berlaku bagi mereka. Perjanjian damai dengan mereka atas permintaan mereka atau kita selama itu mewujudkan maslahat umum bagi kaum muslimin dan pemimpin kaum muslimin sendiri cenderung ke arah itu. Namun perjanjian damai ini bersifat sementara tidak mutlak. Darah, harta dan kehormatan kaum Zimmi dan Mu'ahid adalah haram. Ahlul Harb (harus diperangi), tidak boleh memerangi mereka sebelum diberi peringatan dan mereka boleh dijadikan budak, baik laki-laki atau wanita selama belum ada perjanjian damai. Orang kafir yang tidak terlibat ( pendapat, perencanaan, diri) dalam memerangi kaum muslimin seperti anak-anak, wanita, rahib dalam rumah ibadahnya, orang tua jompo, orang sakit dan semacamnya tidak boleh diganggu dan diperangi. Orang yang berlari menghindari perang dengan mereka tidak boleh dibekali dan apa yang ditinggalkan menjadi rampasan perang. Pemimpin kaum muslimin yang menyatakan sah dan benarnya kepemilikan (tanah) mereka. Namun mereka harus membayar pajak, tanah itu dinyatakan tanah wajib pajak. Jika tidak mau bayar, harus diserahkan kapada kaum muslimin untuk dibangun di atasnya. Ini jika negeri mereka dibebaskan dengan perang, karena statusnya adalah harta rampasan perang. IV. Perbedaan antara al-bara' dengan keharusan bermuamalah yang baik. Konsep al-bara' tidak berarti bahwa kita boleh bersekap buruk terhadap mereka dengan perkataan atau perbuatan. Seseorang muslim bahkan harus berbuat baik kepad kedua orang tuanya yang masih musyrik. Kebencian terhadap orang kafir tidak boleh menghalangi kita untuk menggauli isteri dari ahli kitab dengan baik, memberikan hak-hak mereka, berbuat baik dengan mereka. Hukum ini tidak berlaku bagi orang kafir yang berstatus Ahlul Harb, jadi diharamkan mendukung dan menolong orang kafir untuk kekufuran. Tamat Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 33 dari 73
Cerita Islam”
KRISIS AKHLAK UMMAT ISLAM "Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) berada pada akhlaq yang agung " (Q.S Al-Qolam:4) Muqoddimah : Melihat perkembangan terakhir ummat Islam di Indonesia tergambar dengan jelas betapa merosotnya akhlaknya sebagian ummat Islam. Dekadensi moral terjadi terutama dikalangan remaja. Sementara pembendungannya masih berlarut-larut dan dengan konsep yang tidak jelas. Rusaknya moral ummat tidak terlepas dari upaya jahat dari pihak luar ummat yang dengan sengaja menebarkan berbagai penyakit moral dan konsepsi agar ummat loyo dan berikutnya tumbang. Sehingga yang tadinya mayoritas menjadi minoritas dalam kualitas. Keadaan semakin buruk ketika pihak aparat terlibat dan melemahnya peran ulama` dan tokoh masyarakat. Padahal nilai suatu bangsa sangat tergantung dari kualitas akhlak-nya seperti dikemukakan penyair Mesir Syauki Bik, "Suatu bangsa sangat ditentukan kualita akhlak-nya, jika akhlak sudah rusak hancurlah bangsa tersebut." Hampir semua sektor kehidupan ummat mengalami krisis akhlak. Para mengalami pertikaian internal dan merebutkan vested interest dan jarang terkooptasi oleh kekuasaan yang dzalim. Para ulama`nya mengalami kemerosotan moral sehingga tidak lagi berjuang untuk kepentingan ummat, tetapi hanya kepentingan sesaat; mendukung status quo. Para pengusahanya melarikan diri dari tanggung jawab zakat, infaq dan sedekah, sehingga kedermawanan menjadi macet dan tidak jarang berinteraksi dengan sistem ribawi serta tidak mempedulikan lagi cara kerja yang haram atau halal. Para siswa dan mahasiswa terlibat banyak kasus pertikaian, narkoba dan kenakalan remaja lainnya. Kaum wanita muslimah terseret jauh kepada peradaban Barat dengan slogan kebebasan dan emansipasi yang berakibat kepada rusaknya moral mereka, maka tak jarang mereka menjadi sasaran manusia berhidung belang dan tak jarang dijadikan komoditi murahan . Dan berbagai macam lapisan masyarakat muslim termasuk persoalan kaum miskin yang kurang sabar sehingga menjadi obyek garapan pihak lain termasuk seperti bentuk nyatanya pemurtadan semisal kristenisasi. Pengertian akhlak: Secara etimotogi bahasa akhlak dari akar bahasa Arab "khuluk" yang berarti tabiat, muruah, kebiasaan, fithrah, naluri dll (Lisnil Arab 1/889-892). Secara epistemologi Syar'i berarti seperti dikatakan Al Ghozali, akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan tentang perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya. Dan jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan muliayang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat maka ia dinamakan akhlak yang mulia, nammun jika sebaliknya maka ia dinamakan akhlak yang tercela (Ihya`Ulumuddin 3/46) Memang perlu dibedakan antara akhlak dan moral. Karena akhlak lebih didasari oleh faktor yang melibatkan kehendak sang pencipta, sementara moral lebih penekanannya pada unsur manusiawinya. Sebagai contoh: mengucapkan selamat natal kepada non muslim secara akhlak tidak dibenarkan, tetapi secara moral itu biasa-biasa saja. Sentral Akhlak Akhlak secara teoritis memang indah tapi secara praktek memerlukan kerja keras. Oleh karena itu Allah SWT mengutus Nabi SAW-Nya untuk memberi contoh akhlak mulia kepada manusia.Pekerjaan itu dilakukan oleh Nabi SAW sebaik mungkin sehingga mendapat pujian dari Allah SWT, "Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) berada pada akhlak yang agung ".(Q.S Al-Qolam :4) Bahkan Rasulullah SAW sendiri bersabda : "Aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak". Lebih dari itu beliau menempatkan muslim yang paling tinggi derajatnya adalah yang paling baik akhlaknya. "Sesempurna-sempurna iman seseorang mukmin adalah mereka yang paling bagus akhlaknya" (H.R Muslim) Maka tak heran Aisyah mendiskripsikan Rasulullah SAW sebagai Al Qur`an berjalan ; "Akhlak Rasulullah SAW adalah Al Qur`an".(H.R.Bukhari) Cakupan Akhlak Mulia : Dimensi akhlak dalam Islam mencakup beberapa hal yaitu ; Akhlak kepada Allah SWT dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu kepada-Nya untuk berbuat maksiat, selalu bertaubat, bertawakkal, takut akan adzab-Nya dan senantiasa berharap akan rahmat-Nya. Akhlak kepada Rasulullah SAW dengan cara beradab dan menghormatinya, mentaati dan mencintai beliau, menjadi kaumnya sebagai perantara dalam segala aspek kehidupan, banyak menyebut nama beliau, menerima seluruh ajaran beliau, menghidupkan sunnah-sunnah beliau dan lebih mencintai beliau daripada diri kita sendiri, anak kita, bapak kita dll. Akhlak terhadap Al Qur`an dengan cara membacanya dengan khusyuk, tartil dan sesempurna mungkin sambil memahaminya, menghapalnya dan mengamalkannya dalam kehidupan riil. Wednesday, February 06, 2002
Hal 34 dari 73
Cerita Islam”
Akhlak kepada makhluk Allah SWT mulai diri sendiri, orangtua, kerabat, handaitaulan, tetangga dan sesama mukmin sesuai dengan tuntunan Islam. Akhlak kepada orang kafir dengan cara membenci kekafiran mereka, tetapi tetap berbuat adil kepada mereka berupa membalas kekejaman mereka atau memaafkannya dan berbuat baik kepada mereka secara manusiawi selama hal itu tidak bertentangan dengan syariat Islam dan mengajak mereka kepada Islam. Akhlak terhadap makhluk lain termasuk kepada menyayangi binatang yang tidak mengganggu, menjga tanaman dan tumbuhtumbuhan dan melestarikannya dll. Krisis Akhlak : Apabila norma-norma akhlak mulia tidak dijalankan dengan baik bahkan cenderung dilanggar, maka akan terjadi apa yang dinamakan krisis akhlak. Sebagai contoh, kami kemukakan data-data terjadinya perusakan akhlak terutama kepada para remaja berupa narkoba : shabu-shabu, putow, heroin, ganja, ecstasi, morphin dll. Sasarannya mulai dari anak-anak sekolah dasar sampai perguruan tinggi, dari pengangguran sampai artis. Pengaruh buruk yang diperoleh adalah dapat merusak hati dan otak, meskipun pada tahap awal sipecandu merasa segar, gembira, fly, tidak tidur dan merasa berani. Police watch Indonesia, suatu LSM yang memantau keterlibatan polisi dalam jaringan penyimpangan, menyebutkan bahwa 42% kasus narkoba terjadi dijakarta, 58% terjadi diJawa Barat , Bali, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Sumatra Barat. Jakarta Barat kawasan terbesar kasus narkoba ( 60% ), karena dikawasan itu banyak terdapat tempat maksiat, sisanya di Jakarta Pusat ( 20% ), Jakarta Utara ( 12% ) dan Jakarta Timur ( 8% ). Bahkan telah merambat kekota-kota kecil dan kampungkampung. ( Tabloid Tekad no.11,17-23 Januari 2000 dan majalah Jum`at edisi 220, Jumadil akhir/Rajab 1420 H/Oktober 1999 M) Pembentengan dari krisis Akhlak Tentunya ummat Islam tidak berjaya kalau melepaskan ajaran Islam dalam kehidupan mereka. Makanya, mereka harus kembali menghidupkan Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, Imam Malik pernah meriwayatkan : Artinya "Tidaklah berjaya akhir dari ummat ini melainkan berpegang dengan apa yang dipegang generasi pertama". Kita harus kembali menghidupkan masjid sebagai pusat kegiatan ummat Islam. Memperkuat daya tahan rumah tangga dari ancaman dekadensi moral termasuk film-film ysng bobrok, menjaga disiplin dan keamanan sekolah serta memberikan lingkungan materi agama yang cukup serta menjaga daya tahan lingkungan masyarakat dari berbagai arus perusakan dan penyesatan, sekaligus mengaktifkan pemerintah untuk membentengi masyarakat dari berbagai bentuk kemaksiatan. Wallahu A`lam. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 35 dari 73
Cerita Islam”
Maulid Nabi "Maka demi Tuhannmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (wahai Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (QS. An-Nisa':65) Rasulullah SAW membimbing ummatnya agar mentaatinya dan mengikuti jalannya. Hanya dengan itu kita selamat. Beliau bersabda, "Kalian harus berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu dan gigitlah dengan gigi gerahammu sekuat-kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru (dalam agama), karena setiap hal yang baru dalam agama itu tergolong bid'ah dan setiap yang bid'ah itu sesat" (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi). Atas dasar itu kita diperintahkan hanya mengikuti dan tidak boleh membelakangi ajarannya (QS: Al-Hasyr:7, Al-Ahzab: 21). Dan agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak perlu ditambah-tambah (QS: Al-Maidah: 3). Resiko setiap amalan ibadah yang tidak ada dasar contoh dari Nabi SAW, pasti tertolak. Rasulullah SAW memperingatkan keras, "Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama yang tidak ada petunjuk dari kami, maka tertolak" (HR: Bukhari dan Muslim). Kita wajib mencintai Rasulullah SAW seperti diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah:24 dan Al-Ahzab:6. Bahkan kita harus mencintai beliau melebihi cinta kita kepada diri kita, bapak kita, anak kita, dan seluruh manusia (HR: Bukhari dan Muslim). Kenapa demikian? Karena cinta kepada Nabi Muhammad SAW sebagai prasyarat cinta kepada Allah SWT (QS: Al-Imran: 31). Bagaimana kita mencintai Rasulullah SAW? 1. Mentaati Rasulullah SAW dan mengikuti ajarannya (Al-Imran:31). 2. Mengagungkan dan menghormati Rasulullah SAW baik dengan hati, lisan, dan fisik kita sesuai dengan petunjuk beliau dan contoh yang diberikan oleh para sahabat (QS: Al-A'raaf:157, Al-Fath:9. 3. Banyak menyebutnya, berharap untuk bisa melihatnya dalam mimpi, dan rindu bertemu dengan beliau di surga nanti (QS: AlAhzab: 56). "Barangsiapa bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali lipat."Demikian sabda beliau. 4. Mencintai keluarga, kerabat, isteri, dan sahabatnya (QS: At-Taubah:100, Al-Fath:10, dan Al-Hasyr 8-10). Tapi apabila ungkapan cinta itu berlebihan, maka akibatnya justru merusak dan tidak baik. Apalagi sampai menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan, naudzu billahi min dzalik. Perhatikan bait-bait syiir yang biasa dibaca dalam acara maulidan itu: Ya akramal khalqi man lii aludzu bihi Siwaaka inda hululil haaditsil amami Fainna min juudika dunya wa dhorrotiha Wa min ulumika ilmul lauhi wal qalam Artinya: Wahai makhluk yang paling mulia, siapa lagi yang akan gantungkan perlindungan kepadanya Selain kepadamu ketika terjadi peristiwa besar Sungguh kedermawananmu itu dunia dan akhirat Dan ilmumu mencakup ilmu lauhul mahfudh dan pena Pujian diatas jelas menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan yang memiliki segala yang ghaib. Padahal Nabi SAW adalah seorang manusia yang mendapatkan kehormatan sebagai Rasulullah dan tidak tahu yang ghaib kecuali diberitahu oleh Allah SWT (QS: Al-An'am: 50 dan An-Naml: 65). Makanya seluruh rangkaian pembelaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pro peringatan maulid yang mengemukakan 21 alasan kenapa mereka mengadakan maulid, dengan tegas mereka mengatakan perbuatan tersebut bukan sunnah. (lihat pembelaan Muhammad Alawi bin Abbas Al-Maliki dalam muqaddimah mukhtashar fissirah Nabawiyyah, oleh Abdurrahman bin Al Daiba', hal. 4). Berhubung peringatan maulid Nabi tersebut tidak ada dasarnya dalam agama Islam, maka tidak sepantasnya dipertahankan, dan masa reformasi ini, termasuk bidang ini yang harus direformasi. Wallahu A'lam. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia Wednesday, February 06, 2002
Hal 36 dari 73
Cerita Islam”
Maulid Nabi "Maka demi Tuhannmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (wahai Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap keputusan yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (QS. An-Nisa':65) Rasulullah SAW membimbing ummatnya agar mentaatinya dan mengikuti jalannya. Hanya dengan itu kita selamat. Beliau bersabda, "Kalian harus berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku, berpeganglah dengan sunnah itu dan gigitlah dengan gigi gerahammu sekuat-kuatnya, serta jauhilah perbuatan baru (dalam agama), karena setiap hal yang baru dalam agama itu tergolong bid'ah dan setiap yang bid'ah itu sesat" (HR. Abu Dawud dan At-Turmudzi). Atas dasar itu kita diperintahkan hanya mengikuti dan tidak boleh membelakangi ajarannya (QS: Al-Hasyr:7, Al-Ahzab: 21). Dan agama Islam ini telah sempurna sehingga tidak perlu ditambah-tambah (QS: Al-Maidah: 3). Resiko setiap amalan ibadah yang tidak ada dasar contoh dari Nabi SAW, pasti tertolak. Rasulullah SAW memperingatkan keras, "Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu hal baru dalam agama yang tidak ada petunjuk dari kami, maka tertolak" (HR: Bukhari dan Muslim). Kita wajib mencintai Rasulullah SAW seperti diperintahkan Allah SWT dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah:24 dan Al-Ahzab:6. Bahkan kita harus mencintai beliau melebihi cinta kita kepada diri kita, bapak kita, anak kita, dan seluruh manusia (HR: Bukhari dan Muslim). Kenapa demikian? Karena cinta kepada Nabi Muhammad SAW sebagai prasyarat cinta kepada Allah SWT (QS: Al-Imran: 31). Bagaimana kita mencintai Rasulullah SAW? 1. Mentaati Rasulullah SAW dan mengikuti ajarannya (Al-Imran:31). 2. Mengagungkan dan menghormati Rasulullah SAW baik dengan hati, lisan, dan fisik kita sesuai dengan petunjuk beliau dan contoh yang diberikan oleh para sahabat (QS: Al-A'raaf:157, Al-Fath:9. 3. Banyak menyebutnya, berharap untuk bisa melihatnya dalam mimpi, dan rindu bertemu dengan beliau di surga nanti (QS: AlAhzab: 56). "Barangsiapa bersalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bersalawat (memberi rahmat) kepadanya sepuluh kali lipat."Demikian sabda beliau. 4. Mencintai keluarga, kerabat, isteri, dan sahabatnya (QS: At-Taubah:100, Al-Fath:10, dan Al-Hasyr 8-10). Tapi apabila ungkapan cinta itu berlebihan, maka akibatnya justru merusak dan tidak baik. Apalagi sampai menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan, naudzu billahi min dzalik. Perhatikan bait-bait syiir yang biasa dibaca dalam acara maulidan itu: Ya akramal khalqi man lii aludzu bihi Siwaaka inda hululil haaditsil amami Fainna min juudika dunya wa dhorrotiha Wa min ulumika ilmul lauhi wal qalam Artinya: Wahai makhluk yang paling mulia, siapa lagi yang akan gantungkan perlindungan kepadanya Selain kepadamu ketika terjadi peristiwa besar Sungguh kedermawananmu itu dunia dan akhirat Dan ilmumu mencakup ilmu lauhul mahfudh dan pena Pujian diatas jelas menempatkan Nabi SAW seperti Tuhan yang memiliki segala yang ghaib. Padahal Nabi SAW adalah seorang manusia yang mendapatkan kehormatan sebagai Rasulullah dan tidak tahu yang ghaib kecuali diberitahu oleh Allah SWT (QS: Al-An'am: 50 dan An-Naml: 65). Makanya seluruh rangkaian pembelaan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pro peringatan maulid yang mengemukakan 21 alasan kenapa mereka mengadakan maulid, dengan tegas mereka mengatakan perbuatan tersebut bukan sunnah. (lihat pembelaan Muhammad Alawi bin Abbas Al-Maliki dalam muqaddimah mukhtashar fissirah Nabawiyyah, oleh Abdurrahman bin Al Daiba', hal. 4). Berhubung peringatan maulid Nabi tersebut tidak ada dasarnya dalam agama Islam, maka tidak sepantasnya dipertahankan, dan masa reformasi ini, termasuk bidang ini yang harus direformasi. Wallahu A'lam. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia Wednesday, February 06, 2002
Hal 37 dari 73
Cerita Islam”
Membentengi Ummat dari Penyimpangan Pemikiran "Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan (membawa) kebenaran, supaya engkau menghukum antara manusia dengan apa yang diperlihatkan (diturunkan) Allah kepadamu itu." (QS. An-Nisa' : 105) Di dalam sebuat hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tarmidzi disebutkan bahwa sahabat Hudzaifah ibnu Al-Yamani pernah bertanya kepada Rasulullah SAW : "Wahai Rasulullah, apakah sesudah kebaikan ini akan ada masa keburukan? Jawab Rasulullah: 'Ya..., yaitu munculnya kaum yang mengajak orang lain ke neraka jahannam. Barangsiapa memenuhi ajakannya berarti telah menyiapkan dirinya untuk masuk neraka'. Aku berkata: Terangkanlah ciri-ciri mereka itu, wahai Rasulullah. Jawab Rasulullah: 'Kulit mereka sama dengan kulit kita dan mereka bicara dengan bahasa kita." Kutipan potongan sebuah hadits itu dijadikan landasan oleh Prof. Ahmad Muhammad Jamal (almarhum) guru besar kebudayaan Islam pada Universitas Ummul Qura Makkah, dalam pendahuluan kitabnya yang berjudul Muftaroyaat 'alal Islam (Kebohongan-kebohongan) terhadap Islam) yang di Indonesiakan menjadi Membuka Tabir Upaya Orientalis dalam Memalsukan Islam. Beliau mengemukakan hadits tersebut, karena menyesalkan sekali adanya orang-orang yang bersikap kebarat-baratan justru dari kalangan kita sendiri, warna kulitnya sejenis dengan kita, bahasanya sama dengan kita, bahkan semboyannya pun seperti semboyan kita. Namun mereka membelakangi sumber-sumber ajaran Islam berupa Al-Qur'an, Hadits, dan Sejarah Islam. Sebaliknya mereka hadapkan wajah dan hati mereka kepada sumber-sumber Barat. Kemudian mereka menuduh dan membohongkan Islam seperti yang diperbuat orang Barat. Menurut Syeikh Ahmad Jamal, pengaruh itu masuk ke orang Islam lantaran salah satu dari 3 hal: Karena mereka belajar di perguruan tinggi Barat, Eropa, atau Amerika. Karena mereka belajar di bawah asuhan orang-orang Barat di perguruan tinggi di dalam negeri mereka sendiri, atau Karena mereka hanya membaca sumber-sumber dari Barat di luar tempat-tempat pendidikan formal dengan mengenyampingkan sumber-sumber Islam. Kalau sudah demikian, tanggung jawab siapa? Kembali Syeikh Ahmad Jamal mengulasnya, bahwa itu adalah tanggung jawab kita -ummat Islam- juga. Kenapa? Karena kitalah yang mengirim mereka ke sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Barat dengan aneka alasan. Pengiriman mahasiswa itu tanpa membekali antisipasi untuk mencegah keraguan-raguan yang ditanamkan guru-guru Barat, dan kita tidak menyediakan untuk mahasiswa itu citra dan syiar Islam serta bentuk rumah tangga dan negara yang benar-benar Islami. Hingga kita tidak bisa meluruskan mereka ketika bengkok. "Ya, kita mengirim mereka ke perguruan-perguruan Barat, namun kita tidak membangun rumah Islam buat mereka yang dapat melindungi mereka dari panah dan hembusan beracun orang-orang Barat." Tulis Ahmad Muhammad Jamal. Dengan tandas, Ustadz itu mengemukakan bahwa di samping bahaya tersebut, masih pula kita mendatangkan tenaga-tenaga pengajar dari Barat untuk memberikan pelajaran di perguruan-perguruan dan universitas-universitas kita. Dapat dipastikan, tenaga-tenaga Barat itu menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka sebagaimana yang dilakukan rekan-rekan mereka di negara Barat, yaitu meracuni dan menimbulkan rasa antipati terhadap Islam. Faktor-faktor itu masih pula ditambah dngan kesalahan kita yaitu membuka pintu lebar-lebar untuk penyebaran kebudayaan Barat, sehingga orang kita begitu saja membenarkan apa-apa yang datang dari Barat dan menerimanya bulat-bulat. Akibat dari itu semua, Ustadz Ahmad Muhammad Jamal (68 th) yang wafat di Kairo, Mesir pada hari Arafah 1413 H itu mengemukakan peringatan yang cukup tegas: "Dengan terjadinya hal-hal semacam itu maka juru da'wah Islam hanya dapat berteriak di lembah sunyi dan di padang yang lengang, bahkan mereka hanya dapat membacakan do'a kepada ahli kubur. Hanya sedikit pemuda Muslim yang diselamatkan oleh Allah. Yang sedikit inipun selalu dihalang-halangi kelompok jahat yang mayoritas itu dengan berbagai jalan. Setiap orang beriman ditekan, diintimidasi dan dirintangi dari menjalankan agama Allah" Menghancurkan Hukum Islam Dan Sistem Islam. Upaya Barat untuk menghancurkan Islam adalah selama 6 abad orang Barat belajar kepada kaum Muslimin, mula-mula yang dihancurkan adalah Hukum Islam. Hukum atau Syari'at Islam telah berlangsung dan diterapkan sejak kepemimpinan Nabi Muhammad SAW sampai berkembangnya Islam ke berbagai negara di zaman kekhalifahan ataupun kesultanan. Pada masa pemekaran Islam ke berbagai negara pada abad ketujuh, delapan, dan kesembilan Masehi, Hukum Positif Romawi mulai jatuh dan dilupakan orang, sejak munculnya Justinius pada abad keenam Masehi, Hukum Positif itu tidak bisa Wednesday, February 06, 2002
Hal 38 dari 73
Cerita Islam”
diberlakukan lagi berabad-abad, kecuali pada abad ke sebelas oleh seorang murid yang sempat belajar hukum Islam di Andalus, yaitu Paus Jerbart seorang Prancis yang dikenal dengan nama Silvestre II (1024 M). Ia menjadi murid orang-orang Islam Andalusia abad 11, kemudian kembali ke Prancis dan mengkaji hukum positif Romawi dengan memasukkan unsur-unsur syari'at Islam yang telah ia terima. Tetapi Paus Silvestre dan lainnya tidak berani mempublikasikan ajaran yang membawa pengaruh syari'at Islam itu di depan Gereja. Kemudian hukum positif Romawi yang dibawa oleh Paus dapat diterima oleh Gereja sebagai perkembangan hukum yang terselubung. (Dr. Abdul Halim Uwies, Al-Islamu kamaa yanbaghi an nu'mina bih, diindonesiakan menjadi Koreksi terhadap Ummat Islam, Darul Ulum Press, Jakarta, cet. pertama, 1989, hal. 82). Pada priode berikutnya, hukum Islam yang telah diberlakukan di berabagai negeri itu kemudian dipreteli (dilepas) diganti dengan hukum positif. Di saat hampir saja Inggris menduduki India (plus Pakistan dan Bangladesh) tahun 1791, Inggris sudah mengadakan gerakan untuk membatalkan syari'at Islam, kemudian orang Islam di sana mulai didesak untuk menginggalkan ajarannya dan menjalankan hukum mereka. Terjepitlah syari'at Islam pada saat itu, dan peristiwa inilah sebagi awal kemerosotan dunia Islam secara umum. Di belahan lain di Mesir, berlangsung pula revolusi Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte hingga tahun 1798. Tiga tahun setelahnya (1801 M) mereka keluar dari Mesir setelah di belakang mereka telah disiapkan adanya sejumlah pendukung, percetakan-percetakan dan pemuka-pemukanya termasuk para pemikirnya yang nantinya siap untuk menghembuskan pergolakan pemikiran yang "cemerlang", seperti Muhammad Ali Basya yang menjadi agen Prancis dan mendapat dukungan dari semua warganya kecuali Raja Fuad (Rahimahullah) hingga akhirnya Mesir menjadi negara bagian dari Eropa. Gerakan mereka tidak lain hanyalah perlawanan terhadap kaum Muslimin di Jazirah Arab dan sebagai barisan oposisi gerakan pembaharuan Wahabi. Adapun dngan Inggris dan Prancis mereka adalah agen-agennya, baik secar moral maupun intelektual. Di kalangan warga negaranya, Muhammad Ali Basya mewajibkan mereka untukmelaksanakan hukum Prancis pada tahun 1883, di Mesir. Dan ia mendirikan Mahkamah Nasional sesuai dengan hukum Prancis. Tetapi setelah ia merasakan bahwa hukum itu barang efektif dicabutlah dan diganti dengan hukum Belgia pada tahun 1887, dan setelah ia merasakan bahwa hal itu juga kurang efektif dicabutnya lagi dan diganti dengan hukum Itali pada tahun 1889, begitu seterusnya hingga dibentuk hukum positif Inggris yang berlaku untuk orang-orang Muslim India dan Sudan. Dan itulah yang menjadi hukum permanen di Mesir sebagaimana juga di empat bagian negara Eropa lainnya. Akan tetapi setelah Britania (Inggris) mulai melemah di Mesir, ditetapkan hukum Eropa di setiap lembaga pemerintahan di sana. (Ibid, hal. 83-84). kemudian pengaruh-pengaruh Barat menyeruak ke seluruh daerah-daerah besar lainnya sampai di Turki Utsmani. Bangkitlah Kemal Ataturk pada tahun 1924 M dan meruntuhkan kekhalifahan dan ia mengeluarkan meomentum untuk menghapus Islam dengan segala bentuknya dan menegaskan agar seluruh manusia dapat meninggalkan aqidah dan syari'ah Islam. Di sin pemikiran lain, muncul dari kelompok mereka, Syeikh Ali Abdul Razik (Mesir), ia termasuk barisan partai Hizbul Ahrar Ad-Dusturiin dan pernah meninggalkan Hizbul Ummah (partai Inggris), ia mempromosikan bukunya Al-Islam wa Ushulul Hukmi. (ibid, hal 84). Penyelewengan pemikiran dalam buku Ali Abdul Raziq di antaranya: Bahwa Syeikh Ali telah menjadikan syari'at Islam sebagai syari'at rohani semata-mata, tidak ada hukumnya dengan pemerintah dan pelaksanaan hukum dalam urusan duniawi. Berkenaan dengan anggapannya bahwa agama tidak melarang perang jihad Nabi SAW, demi mendapatkan kerajaan bukan dalam rangka fi sabilillah, dan bukan untuk menyampaikan da'wah kepada seluruh alam. Dia menulis : "...dan jelaslah sejak pertama bahwa jihad itu tidak semata-mata untuk da'wah agama dan tidak untuk menganjurkan orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya..." Bahwa tatanan hukum di zaman Nabi SAW tidak jelaas, meragukan, tidak stabil, tidak sempurna dan menimbulkan berbagai tanda tanya. Katanya: "Sebenarnya kewalian Muhammad SAW atas segenap kaum mu'minin itu ialah wilayah risalah, tidak bercampur sedikitpun dengan hukum permerintahan." Menurut sidang para ulama Al-Azhar yang menghakimi Syeikh Ali Abdul Raziq, cara yang ditempuh Syeikh Ali itu berbahaya, karena ia ingin melucuti Nabi SAW dari hukum pemerintahan...Sudah tentu anggapan Syeikh Ali itu bertentangan dengan bunyi tegas Al-Qur'anul Kariim Surah An-Nisa' : 105 yang menyatakan yang artinya : "Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan (membawa) kebenaran, supaya engkau menghukum antara manusia dengan apa yang diperlihatkan (diturunkan) Allah kepadamu itu." Berkenaan dengan anggapannya bahwa tugas Nabi hanya menyampaikan syari'at lepas dari hukum pemerintahan hukum dan pelaksanaannya.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 39 dari 73
Cerita Islam”
Kalau anggapan itu benar tentunya ia merupakan penolakan terhadap semua ayat-ayat tentang pemerintahan hukum yang banyak terdapat di Al-Qur'an.. Dan bertentangan juga dengan Sunnah Rasul SAW yang jelas dengan tegas... Masih banyak lagi penyimpangan pemikiran Ali Abdul Raziq, hingga ia diputuskan oleh forum alim ulama Al-Azhar dengan memecatnya dan mengeluarkan dari barisan ulama Al-Azhar. Keputusan pemecatan itu dikeluarkan dalam persidangan terhadap Syeikh Ali Abdul Raziq yang dipimpin Abul Fadhal Al-Jizawi dengan anggota 24 ulama Al-Azhar tanggal 22 Muharam 1344 H/12 Agustus 1925. (Dari Al-Milal wan Nihal oleh Asy-Syahrastani, dikutip Fathi Yakan, Islam di tengah persekongkolan musuh abad 20, GIP cet. 6, 1993, hal. 113, lihat H. Hartono A. Jaiz, Bila Hak Muslimin Dirampas, Pustaka Al-Kautsar, 1994, hal. 83-84).
Bersambung..... Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 40 dari 73
Cerita Islam”
Membentengi Ummat dari Penyimpangan Pemikiran "Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan (membawa) kebenaran, supaya engkau menghukum antara manusia dengan apa yang diperlihatkan (diturunkan) Allah kepadamu itu." (QS. An-Nisa' : 105) .....Lanjutan Ummat Kebingungan Sejak terjadinya pemisahan antara penguasa dengan sumber-sumber hukum Islam di kalangan ummat Islam, di mana manusia merasa kebingungan karena diombang-ambingkan oleh hawa nafsunya, para ulam pun sudah tak mau peduli. Masing-masing sudah sibuk dengan urusannya sendiri dan mereka pandang itulah yang lebih aman dan selamat. Ketika terjadi kebangkitan Eropa baru, kondisi ummat sama sekali sudah tidak memiliki unsur-unsur kekuatan yang hakiki. Sebut saja aqidahnya lemah dan tidak jelas lagi arahnya. Keyakinannya tidak mantap, akhlaknya merosot, komitmennya hampir tak ada sama sekali. Pemikirannya jumud (beku), ijtihadnya macet total, kefaqihannya (kefahamannya terhadap Islam) hilang, bid'ah merajalela, sunnah sudah diabaikan, kesadarannya menipis, sampai-sampai yang namanya ummat tidak seperti ummat lagi. Maka orang Barat mengeksploitasi kesempatan tersebut dengan menjajah dan menguasai berbagai negeri dan menghabisi sisa-sisa unsur kekuatan pribadi ummat sampai keadaannya seperti apa yang kita rasakan sekarang. Penuh kehinaan tanpa memiliki wibawa sama sekali. Segala urusan kita berada di tangan musuh dan nasib kita ditentukan oleh mereka para penjajah itu. Akhirnya kita minta bantuan kepada mereka untuk menyelesaikan segala problem yang timbulnya dari pribadi kita sendiri. (Dr. Thoha Jabir Fayyadh Al-Ulwani, Adabul Ikhtilaf fil Islam / Beda pendapat bagaimana menurut Islam, GIP, 1991, hal. 135). Para penjajah benar-benar memahami karakteristik ummat yang dijajahnya (yang keadaannya telah carut marut itu). Mereka memfokuskan perhatian pada pembentukan program pengajaran dan lembaga-lembaganya, dengan harapan dapat mengubah pemikiran-pemikiran kaum Muslimin sehingga siap untuk menerima pemikiran-pemikiran alam baru dan berusaha menyelaraskannya. Para penjajah kafir tersebut beranggapan bahwa penerimaan kaum Muslimin terhadap realitas yang baru dapat mendorong mereka untuk mencapai kemauan. Hal itu mereka analogikan pada negara-negara Eropa yang tidak merencanakan programnya yang benar-benar mantap untuk mencapai suatu peradaban kecuali setelah melepaskan agamanya dan bebas dari belenggu gereja. Menurut mereka, semua agama hanya merupakan lembaga serta penghalang untuk mencapai tujuan. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Kahfi : 5 yang artinya: "Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka, mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta." Tuduhan-tuduhan mereka itu memang benar untuk agama mereka, namun sangat jauh untuk dikatakan benar-benar terhadap dien Al-Islam. Karena, dengan Islam itu Allah menghendaki agar manusia hidup bahagia dan terwujud segala keinginannya. (ibid, hal. 139). Penjajah menekan sistem pengajaran Islam Dalam rangka usaha untuk memisahkan ummat dari eksistensi dan kehidupannya yang Islami, para penjajah kafir melakukan tekanan-tekanan dan hambatan terhadap sistem pengajaran Islam. Mereka juga menghembuskan pemikiran-pemikiran yang dapat merendahkan kedudukan dan menghina pelajaran-pelajaran Islam. Sebagai kebalikannya, mereka memperhatikan dan membantu murid-murid yang memasuki sekolah-sekolah baru tempat pendidikan mereka (penjajah). Di hadapan mereka dihadapkan pintu masa depan yang gilang-gemilang dan akhirnya posisi kepemimpinan ummat menjadi tergantung kepada mereka (yang diasuh penjajah itu, pen.) Begitulah tekanan-tekanan yang dilancarkan terhadap sistem pendidikan Islam dan bahasa Arab. Semua jalan yang menuju ke sana tertutup rapat. Murid-murid yang tetap tekun hanyalah sebagian kecil saja. Biasanya mereka banyak mengahadapi tekanantekanan yang seringkali mengakibatkan mereka berhenti dan macet di tengah jalan. Kalau tidak, maka mereka dihadapkan pada perlakuan yang berbeda, dengan para lulusan sekolah mereka (penjajah) (ibid, 140). Sistem itu masih dilanjutkan pula oleh pemerintahan baru setelah lepas dari jajahan. Walaupun para pemegang tampuk pemerintahan mengaku dirinya Muslim, namun cara-cara penjajah tetap diterapkan bahkan lebih intensif. Baik itu mengenai sistem hukum / peradilan dan pemerintahan, maupun sistem pendidikan dan penerimaan pegawai. Istilah lokal Jawa, Londo Ireng (Belanda Hitam alias pribumi, namun kejamnya dan liciknya dalam penerapan kekafiran lebih Belanda / lebih menjajah dibanding Belanda penjajah).
Wednesday, February 06, 2002
Hal 41 dari 73
Cerita Islam”
Akibatnya, di samping yang mendapatkan kesempatan memimpin itu orang-orang yang tidak tahu Islam karena pendidikannya ala kafirin, masih pula sikap mereka pun sudah menjadi orang yang sekuler tulen, dalam bentuk keturunan orang Islam. Pola pikirnya sekuler, gaya hidupnya sekuler, pergaulan hidupnya sekuler, penerapan hukum dan pembelaannya ke arah sekuler. Membentengi ummat dari penyimpangan pemikiran ? Tiba gilirannya untuk menjawab judul makalah ini, bagaimana membentengi ummat dari penyimpangan pemikiran. Ibarat satu kampung, keadaannya sudah ditenggelamkan dalam air seperti kampung-kampung di sekitar Waduk Kedung Ombo di Sragen, Boyolali, Jawa Tengah disaat ada pemaksaan dari pemerintahan Orde Baru pimpinan Soeharto tempo hari. Hanya saja penenggelaman ini dari segi sistem hukum, sistem pendidikan, dan kebijakan-kebijakan yang menyingkirkan Islam. Maka yan gmasih tersisa tinggallah yang diselamatkan oleh Allah SWT. Setelah tenggelam dalam pola pikir yang sekuler, yang tak Islami, lalu harus dibentengi bagaimana? Secara teori, kita harus menyingkirkan segala pemikiran yang tak sesuai dengan Islam. Ibarat air yang telah menggenangi, maka harus ditawa, dipompa untuk dibuang, dan dikuras. Jadi pola pikir sekuler itu harus dikikis, bahkan diperangi agar terkikis habis. Setelah itu diisi dengan pola yang Islami. Caranya ? Secara teori, sistem hukum dan sistem pendidikan harus dikembalikan ke Islam. Caranya ? Para pemegang kekuasaan bidang hukum dan pendidikan terdiri dari orang-orang yang berpola pikir Islami. Tetapi itu hanya bisa ditempuh bila pemegang kendali kekuasaan adalah orang-orang yang berpola pikir Islami. Untuk mencapai itu, mesti diadakan pendidikan yang intensif, yang secara herarkis mencapai tingkatan sampai tinggi dan tetap punya komitmen yang tinggi terhadap pola pemikiran yang Islami. Bukankah nantinya tetap kalah dalam bersaing, karena sistemnya tidak memungkinkah untuk merebut pasar kedudukan? Di balik upaya manusia, dalam menegakkan kebenaran ini ada dukungan Allah SWT. "Apabila kalian menolong (agama) Allah maka pasti Allah menolong kalian." Itu jaminan Allah SWT. Dibalik itu pula, Nabi SAW bersabda yang artinya : "Tali-tali Islam pasi akan putus satu tali demi satu tali. Maka setiapkali putus satu tali (lalu) manusia bergantung dengan tali yang berikutnya. Dan tali Islam yang pertama kali putus adalah hukum (nya), sedang yang terakhir (putus) adalah shalat." (HR. Ahmad dari Abi Umamah). Tali-tali hukum Islam ternyata telah diputus-putus oleh penjajah dan dilanjutkan oleh pemerintah penggati penjajah. Demikian pula tali-tali sistem pendidikan. Bahkan sistem budaya pula. Kini hal yang jelas belum diputus adalah shalat, maka kita kembalikan apa yang putus-putus itu dengan membangun kembali shalat kita dengan berjamaah ke masjid-masjid dan meningkatkan kekhusyu'an. Dari situ, akan terbina insan-insan Muslim yang tangguh yang mampu mengendalikan dirinya dari fahsya' dan munkar. Karena Allah SWT berfirman dalam Surah yang Al-Ankabut : 45 artinya :"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar." Dengan tumbuhnya sosok-sosok pribadi muslimin yang mampu mengendalikan diri dari fahsya' dan munkar itu maka akan memiliki bashirah yang tajam, yang mampu membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Hanya saja semua itu harus dilandasi ilmu Islam yang memadai, sehingga bashirah yang tajam itu akan dibentengi oleh hujjah yang benar. Itulah pokok jalan keluarnya. Al-hasil, jalan yang harus ditempuh adalah merestorasi pemahaman ummat dengan menanamkan aqidah shahihah, menegakkan shalat berjemaah, mendisiplinkan da'wah Islamiyah, dan membentuk serta melaksanakan sistem pendidikan yang sesuai dengan Islam. Bila semua itu ditempuh maka pada masanya akan datang kebenaran pada hati-hati Muslimin dan hancurlah kebatilan, tersingkir dari benak-benak Muslimin. Dari individu-individu Muslim, ke tingkat keluarga, ke tingkat kelompok, dan kemudian insya Allah akan ke tingkat yang lebih luas lagi, sehingga akan meratalah pemahaman yang benar tentang Islam. Kalau toh tidak sampai merata, insya Allah pribadi-pribadi yang terselamatkan itu sendiri berarti telah selamat dari kesesatan pemikiran. Semua itu harus dimulai, Ibda' binafsik. Mulailah dengan dirimu sendiri lebih dulu, Mari. Mudah-mudahan Allah memberikan kekuatan bashirah yang mampu mendeteksi bahwa yang batil ataupun menyimpang itu tampak batil, sehingga kita mampu menghindarinya. Amien.
TAMAT Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 42 dari 73
Cerita Islam”
MENANGIS KARENA ALLAH SWT "Maka apakah kamu merasa heran dengan pemberitaan ini. Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis" (QS.Annajum: 59 60) Penjelasan Manusia umumnya menangis karena sedih, dan kadangkala juga menangis karena bahagia seperti menyambut kedatangan orang yang dicintai, tapi kadangpula karena lapar seperti anak bayi. Ibnu Qoyyim, seorang ulama abad ke-7 Hijriyah, menyebutkan ada 10 macam menangis. Namun menangis yang paling bermanfaat dan sehat adalah menangis karena Allah SWT. Karena itu, menangis karena Allah SWT itu dianjurkan oleh Al Qur`an dan dipraktekan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta para ulama terpercaya. Di dalam salah satu riwayat Ibnu Mas`ud menceritakan bahwa suatu saat Rasulullah SAW meminta kepadanya agar membacakan Al Qur`an. Ibnu Mas`ud pun menimpali, "Bagaimana aku membacakan Qur`an kepadamu ? padahal dia ( Al Qur`an ) diturunkan kepadamu ". Rasulullah SAW menjawab "Aku ingin mendengar dari orang lain". Maka aku bacakan surat An Nisaa`, sampai pada ayat "Maka bagaimanakah, apabila Kami datangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap ummat dan Kami mendatangkan kamu ( Muhammad ) sebagai saksi atas mereka itu ". (QS.AnNisaa`:41). Rasulullah SAW bersabda," Sekarang cukup bacaanmu". maka aku menoleh kepadanya, ternyata kedua matanya meneteskan airmata ". (HR Bukhori Muslim ) Demikian pula dalam suatu kejadian, Rasulullah SAW berkhutbah, kata Anas r.a "Belum pernah aku dengar khutbah seperti itu", "Kalau kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis", maka para sahabat menutupi muka mereka pada menangis sampai terdengar suara rintihan". (HR.Bukhori & Muslim ) Barangsiapa yang mudah menangis karena Allah SWT merupakan bukti bahwa orang tersebut lembut dan bersih hatinya. Dan orang yang susah menangis karena Allah SWT pertanda kaku dan kurang bersih hatinya, bisa jadi karena pengaruh maksiat dan dosa, maka hendaknya dia bertaubat kepada Allah SWT dan memperbanyak amal sholeh. Suatu hal yang menarik dialami oleh seorang ulama bernama Ibnul Jauzi bahwa beliau banyak belajar kepada para ulama, namun yang paling berpengaruh kepada dirinya adalah seorang ulama yang banyak menangis ketika mengajarnya. Contoh-contoh dari kehidupan para sahabat banyak sekali, terutama Abu Bakar As-Shidiq ketika menjadi imam beliau banyak menangis, demikian juga Umar bin Khattab, meskipun beliau tegar dan keras, tapi beliau banyak menangis sampai di pipinya tampak dua garis hitam dari aliran airmatanya. Demikian pula Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib serta sahabat-sahabat lainnya. Sudahkah kita termasuk orang yang banyak menangis karena Allah SWT ???
Wednesday, February 06, 2002
Hal 43 dari 73
Cerita Islam”
Mencintai Allah "Katakan (wahai Muhammad) apabila bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluarga besarmu, harta yang kamu cari, perdagangan yang kamu khawatir kebangkrutannya dan rumah tinggal yang disenanginya, lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjuang di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." (QS. At-Taubah:24) Pendahuluan Alhamdulillah kita telah dijadikan sebagai hamba-hamba muslim yang berserah diri kepada-Nya dengan menyatakan Laailaha illallah wa anna Muhammad Rasulullah. Hanya saja kenyataannya masih banyak dari kita yang belum konsekuen dengan pernyataannya. Kita menyatakan mencintai Allah, kenyataannya lebih mencintai hawa nafsu kita, sehingga tidak sedikit ajaran Allah yang kita langgar. Bahkan lebih dari itu menuhankan kebendaan dengan cara mencintainya melebihi cinta kita kepada Allah. Oleh karena itu Allah mensinyalir hal tersebut dalam Al-Quran surat Al-Baqarah:165, "Sungguh orang beriman lebih mencintai Allah daripada yang lainnya." Definisi cinta menurut terminologi bahasa adalah kecenderungan atau keberpihakan. Sementara menurut terminologi syara' adalah keberpihakan kepada yang dicintai sehingga mengikuti apa yang dia kehendaki dan meninggalkan apa yang tidak dia sukai, baik secara terang-terangan atau tersembunyi. Hal-hal yang dapat memalingkan cinta kita kepada Allah, seperti yang disitir Allah dalam Al-Quran surat Al-Imran, "Dihiasi bagi manusia cinta kepada hawa nafsunya daripada wanita, anak-anak, kumpulan emas dan perak, kuda berwarna (kendaraan), peternakan, pertanian, itulah isi dari kehidupan dunia, dan Allah memiliki tempat kembali yang labih baik" Di atas disebutkan enam bagian yang apabila dicintai oleh manusia melebihi cintanya kepada Allah atau mengikuti kehendak mereka sampai mengangkangi kehendak Allah, maka berarti telah menuhankan hal-hal tersebut, ini sangat berbahaya. Lebih tegas lagi Allah memperingatkan dalam surat At-Taubah:24, "Katakan (wahai Muhammad) apabila bapak-bapakmu, anakanakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluarga besarmu, harta yang kamu cari, perdagangan yang kamu khawatir kebangkrutannya dan rumah tinggal yang disenanginya, lebih kamu cintai daripada Allah, Rasul-Nya dan berjuang di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Bagaimana Kita Mencintai Allah Dalam upaya mencintai Allah, kita harus mengenalnya dengan baik sesuai dengan informasi Al-Quran dan Rasulullah saw, baik kaitannya dengan rububiyah-Nya atau uluhiyah-Nya atau asma' dan sifat-sifat-Nya, baru kemudian mengenal hukum-hukumNya, baik perintah maupun larangan. Seorang dikatakan mencintai Allah apabila memenuhi empat syarat: 1. Berbuat sesuai dengan kehendak Allah, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya. 2. Meninggalkan seluruh larangan-Nya baik secara dhohir maupun batin. 3. Mencintai orang-orang yang dicintai Allah, yaitu kaum beriman. 4. Membenci mereka yang dibenci Allah, yaitu kaum kafir, fasik dan munafik.
Apa saja yang menghantarkan kita mencintai Allah. Menurut Ibnul Qayyim, seorang ulama' abad ke-7, ada sepuluh hal yang menyebabkan orang mencintai Allah SWT: 1. Membaca Al-Quran dan memahaminya dengan baik. 2. Mendekatkan diri kepada Allah melalui media sholat sunnah sesudah sholat wajib. 3. Selalu menyebut dan berdzikir dalam segala kondisi dengan hati, lisan, dan perbuatan. 4. Mengutamakan kehendak Allah disaat berbenturan dengan keinginan hawa nafsu. 5. Menanamkan di dalam hati asma' dan siaft-sifat Allah SWT, dan memahami maknanya. 6. Memperhatikan karunia dan kebaikan Allah kepada kita, baik nikmat dhohir maupun nikmat batin. 7. Menunduk hati dan diri ke kehariban Allah. 8. Menyendiri bermunajat dan membaca kitab suci-Nya, diwaktu malam saat orang sedang lelap tidur. 9. Bergaul dan berkumpul bersama orang-orang sholeh, serta mengambil hikmah dan ilmu mereka. 10. Menjauhkan segala sebab-sebab yang dapat menjauhkan kita daripada Allah.
Penyeimbang Cinta Kepada Allah Untuk mencintai Allah diperlukan penyeimbang. Digambarkan oleh para ulama bahwa cinta itu bagaikan badan burung, sehingga ia tidak bisa terbang kecuali dengan dua sayap. Dua sayap itulah penyeimbang cinta kita kepada Allah, yaitu rasa harap di satu sisi dan rasa cemas di sisi lain. Rasa harap akan menimbulkan khusnudzan (berbaik sangka) kepada Allah. Bila kita mengerjakan kebaikan, kita berharap amalan kita itu diterima sebagai amal shaleh yang berpahala. Sementara rasa cemas akan mendorong kita melakukan kebaikan, karena rasa cemas itu kita khawatir jangan-jangan amalan baik kita tidak diterima Allah karena ada faktor X-nya. Maka apabila ada rasa cemas pada diri seseorang ketika dia mengerjakan hal-hal wajib, Wednesday, February 06, 2002
Hal 44 dari 73
Cerita Islam”
tercermin di dalam benaknya jangan-jangan amalan itu tidak diterima atau kurang sempurna, maka dia terdorong untuk mengerjakan sunnah-sunah dst. Rasa cemas itu juga yang dapat mencegah seseorang untuk tidak melakukan maksiat dan dosa. Dengan demikian burung yang berbadan cinta, bersayap rasa harap sebelah kanan dan rasa cemas di sebelah kiri, maka burung itu akan terbang melayang ke langit bersujud dihadapan sang maha perkasa dan bijaksana. Wallahu a'lam. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 45 dari 73
Cerita Islam”
MENGENALI RACUN HATI "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1). Ketahuilah bahwa semua maksiat dalam bentuk apapun adalah merupakan racun bagi hati, penyebab sakitnya hati bahkan juga penyebab matinya hati. Berkata Abdullah Ibnu Mubarak: "Meninggalkan dosa dan maksiat dapat menjadikan hidupnya hati, dan sebaik-baik jiwa adalah yang mampu meniadakan perbuatan dosa dalam dirinya. Maka barangsiapa yang menginginkan hatinya menjadi hati yang selamat hendaklah membersihkan diri dari racun-racun hati, kemudian dengan menjaganya tatkala ada racun hati yang berusaha menghampirinya, dan apabila terkena sedikit dari racun hati bersegeralah untuk menghilangkannya dengan taubat dan istighfar." Racun-racun hati itu banyak macamnya, di antaranya adalah berlebih-lebihan (banyak) bicara atau fudhulul kalam. Dikatakan bahwa belumlah bisa istiqamah iman seseorang sebelum istiqamah lisannya. Maka lurus dan istiqamahnya hati dalam memegang keimanan itu dimulai dari lisan yang istiqamah. Oleh karena itulah Islam mengajarkan kepada umatnya agar tidak banyak bicara tanpa disertai dzikir kepada Allah, karena akan mengakibatkan kerasnya hati. Dalam salah satu hadits shahih Rasulullah ` pernah bicara kepada sahabat Mu'adz: "Apakah engkau mau aku tunjukkan yang menjadi landasan itu semua (ibadah-ibadah)?", "Baik, ya Rasulullah", jawab Mu'adz. Kemudian Rasulullah ` bersabda: "Cegahlah ini" (sambil mengisyaratkan dengan jarinya pada mulutnya), lalu mu'adz berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita akan dimintai tanggung jawab dari apa yang kita ucapkan?" Kemudian Rasulullah ` bersabda: "Semobrono kamu wahai Mu'adz, tidaklah seseorang akan ditelungkupkan wajahnya dan punggungnya ke dalam Neraka melainkan karena hasil dari lisannya." (Diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi). "Ada dua lubang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam Neraka, yaitu mulut dan kemaluan." (HR Ahmad, At-Tirmidzi dan di-shahih-kannya). Kemudian dalam riwayat lain Rasulullah ` bersabda: "Sesungguhnya ada seorang laki-laki mengucapkan sepatah kata yang dianggap tidak apa-apa tetapi ternyata bisa menjerumuskannya ke dalam Neraka sampai tujuh puluh tahun." (HR. At-Tirmidzi dari Abu Hurairah). Dan tatkala Uqban bin Amir bertanya kepada Rasulullah: "Ya Rasulullah, apakah sesuatu yang dapat menyelematkan kita?" Lalu dijawab oleh Nabi `: "Tahanlah olehmu lisanmu." Lalu dalam kesempatan lain Rasulullah ` bersabda: "Barangsiapa yang dapat memberi jaminan kepadaku dari apa yang ada di antara jenggot dan kumisnya (lisan) dan kedua pahanya (kemaluan), maka aku jamin untuknya Surga." (HR. Al-Bukhari). Maksud dalam hadits ini, barangsiapa yang bisa memelihara apa yang ada di antara kedua bibirnya, yaitu mulut dari semua perkataan yang tidak bermanfaat dan bisa menjaga apa yang ada di antara kedua pahanya yaitu farji agar tidak diletakkan di tempat yang tidak dihalalkan Allah, maka jaminannya adalah Surga. Kemudian dalam hadits yang lain Rasulullah ` juga bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beriman kepada hari akhirat, hendaklah berbicara yang baik atau agar ia diam." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Dan dalam sutau riwayat dari Abu Hurairah Rasulullah ` bersabda: "Sebagian dari tanda bagusnya Islam seseorang apabila ia bisa meninggalkan ucapan yang tidak berguna baginya." Berkata Sahl: "Barangsiapa yang masih suka bicara yang tidak berguna maka ia tidak layak dikatakan shiddiq". Apalagi bila ucapan seseorang sampai menyakiti orang lain maka belum bisa dijadikan jaminan iman yang dimilikinya, sebagaimana sabda Rasulullah `: "Demi Allah, tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman", kemudian ditanyakan; siapakah gerangan yang engkau maksudkan wahai Rasulullah? Jawabnya, "orang yang menjadikan tetangganya merasa tidak aman lantaran kejahatannya." Dengan demikian maka hendaklah seorang mukmin mencukupkan diri dari ucapan yang tidak berguna seperti; berdusta, suka mengadu domba, ucapan yang keji, ghibah, namimah, suka mencela, bernyanyi, menyakiti orang lain dan lain sebagainya. Itu semua merupakan racun-racun hati sehingga apabila seseorang banyak melakukan seperti ini maka hati akan teracuni dan bila hati sudah teracuni maka lambat laun, cepat atau lambat akan mengakibatkan sakitnya hati, semakin banyak racunnya akan semakin parah penyakit dalam hatinya, dan kalau tidak tertolong akan mengakibatkan mati hatinya. Macam-macam hati Hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia. Hati ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab yang dilakukannya kelak di akhirat, sebagaimana firman Allah: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya." (Al-Isra: 36). Dalam tubuh manusia kedudukan hati dengan anggota yang lainnya adalah ibarat seorang raja dengan seluruh bala tentara dan rakyatnya, yang semuanya tunduk di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan bekerja sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Wednesday, February 06, 2002
Hal 46 dari 73
Cerita Islam”
"Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
1. Hati yang sehat Yaitu hati yang terbebas dari berbagai penyakit hati. Firman Allah: "(Yaitu) di hari yang harta dan anak-anak tidak akan bermanfaat kecuali siapa yang datang mengharap Allah dengan membawa hati yang selamat." (Asy-Syura: 88-89). Ayat ini sangatlah mengesankan, di sela-sela harta benda yang diburu dan dikejar-kejar orang, dan anak-anak laki-laki yang sukses dengan materinya dan sangat dibanggakan, ternyata itu semua tidak akan memberi manfaat kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Yaitu selamat dari semua nafsu syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah dan laranganNya, dan dari semua syubhat yang memalingkan dari kebenaran, selamat dari peribadatan dan penghambaan diri kepada selain Allah, selamat dari berhukum dengan hukum yang tidak diajarkan oleh Allah dan RasulNya, dan mengikhlaskan seluruh peribadatannya hanya karena Allah, iradahnya, kecintaannya, tawakkalnya, taubatnya, ibadah dalam bentuk sembelihannya, takutnya, raja'nya, diikhlaskannya semua amal hanya kepada Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena Allah, apabila ia membenci maka bencinya karena Allah, apabila ia memberi maka memberinya karena Allah, apabila menolak maka menolaknya karena Allah. Dan tidak hanya cukup dengan ini, sampai ia berlepas diri dari semua bentuk keterikatan dan berhukum yang menyelisihi contoh dari Rasulullah. Maka hatinya sangat tertarik dengan ikatan yang kuat atas dasar mengikuti jejak langkah Rasulullah semata, dan tidak mendahulukan yang lainnya baik ucapan maupun perbuatannya. Firman Allah: "Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya, bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Al-Hujurat: 1). 2. Hati yang mati Yaitu kebalikan dari hati yang sehat, hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang diperintahkanNya, dicitaiNya dan diridhaiNya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenciNya. Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah. Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah I. Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian sebagai tunggangan dan kendaraannya. Pikirannya hanya untuk mendapatkan dunia yang menipu ini dan dibuat mabuk oleh nafsu untuk mendapatkannya, ia tidak pernah meminta kepada Allah kecuali dari tempat yang jauh. Tidak membutuhkan nasihat-nasihat dan selalu mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu merayu dan menggodanya. Maka bergaul dengan orang seperti ini akan mencelakakan kita, berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan membinasakan kita.
3. Hati Yang Sakit Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat maksiat, dan kadang-kadang salah satu di antara keduanya saling berusaha untuk mengalahkannya. Hati jenis ini, mencintai Allah, iman kepadaNya beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan tawakkal kepadaNya, itu semua selalu dilakukannya tetapi ia juga mencintai nafsu syahwat dan kadang-kadang sangat berperan dalam hatinya serta berusaha untuk mendapatkannya. Hasad, sombong (dalam beribadah kepada Allah), ujub, dan terombang-ambing antara dua keinginan yaitu keinginan terhadap kenikmatan kehidupan akhirat serta keinginan untuk mendapatkan gemerlapnya dunia. Maka hati yang pertama hidup, tumbuh, khusyu' dan yang kedua layu kemudian mati. Adapun yang ketiga dalam keadaan tidak menentu, apakah akan hidup ataukan akan mati. Kemudian banyak sekali orang yang hatinya sakit dan sakitnya bahkan semakin parah, tetapi tidak merasa kalau hatinya sakit, bahkan sekalipun telah mati hatinya tetapi tidak tahu kalau hatinya telah mati. Na'udzu billah min dzalik. (Agus Efendi). Maraji': Tazkiyatun Nafs, Ibnul Qayyim, bit tasharruf waz ziyadah.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 47 dari 73
Cerita Islam”
MENGHIDUPKAN KEMBALI RISALAH MASJID "Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, ialah baitullah yang di Bakkah (Makkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (Ali Imran: 96). Rumah Pertama di Muka Bumi Masjid, langit, bumi beserta isinya milik Allah. Tetapi Allah menyebut secara khusus bahwa masjid adalah kepunyaanNya. Masjid merupakan rumah pertama yang dibangun di muka bumi. "Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah." (Al-Jinn: 18). Secara khusus Allah telah memberikan keistime-waan buat Masjidil Haram agar orang kafir tidak diperangi di dalamnya kecuali jika mereka memulai. "Dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu." (Al-Baqarah: 191). Masjid juga mempunyai arti tersendiri bagi manusia. Ia adalah tempat yang diagungkan dan disucikan. Mencoreng dan mengganggu kewibawaannya berarti juga mencoreng muka mereka. Masjid di Masa Lalu Membangun masjid adalah pekerjaan pertama yang Rasulullah saw lakukan ketika sampai di Madinah. Masjid adalah sarana utama untuk pemberdayaan sumber daya masyarakat Islam. Masjid pada masa Rasulullah saw dan generasi Islam pertama dijadikan pusat kegiatan dakwah, sentra pengembangan keilmuan, pemikiran, moral, pendidikan dan sosial. Di sanalah tempat para sahabat menimba ajaran-ajaran Islam dan tempat memecahkan segala urusan mereka sehari-hari. Masjid di masa Rasulullah saw bukan hanya sebagai tempat penyaluran emosi religius semata, ia telah dijadikan pusat aktivitas umat. Hal-hal yang dapat direkam sejarah tentang fungsi masjid di antaranya: Tempat latihan perang. Rasulullah saw mengizinkan 'Aisyah menyaksikan dari belakang beliau orang-orang Habasyah (Ethiopia) berlatih menggunakan tombak mereka di Masjid Rasulullah ` pada hari raya. (HR. Al-Bukhari). Balai pengobatan tentara muslim yang terluka. Sa'd bin Mu'adz z terluka ketika perang Khandaq, maka Rasulullah ` mendirikan kemah di masjid. (HR. Al-Bukhari). Tempat tinggal sahabat yang dirawat (para tentara Islam jika terluka). Tempat menerima tamu. Ketika utusan kaum Tsaqif datang kepada Nabi saw, beliau menyuruh sahabatnya untuk membuat kemah sebagai tempat perjamuan mereka. (HR. Al-Baihaqi). Tempat penahanan tawanan perang. Tsumamah bin Utsalah seorang tawanan perang dari Bani Hanifah diikat di salah satu tiang masjid sebelum perkaranya diputuskan. (HR. Al-Bukhari). Pengadilan. Rasulullah ` menggunakan masjid sebagai tempat penyelesaian perselisihan di antara para sahabatnya. Selain hal-hal di atas, masjid juga merupakan tempat bernaungnya orang asing, musafir dan tunawisma. Di masjid mereka mendapatkan makan, minum, pakaian dan kebutuhan lainnya. Di masjid, Rasulullah ` menyediakan pekerjaan bagi penganggur, mengajari yang tidak tahu, menolong orang miskin, mengajari tentang kesehatan dan kemasyarakatan, menginformasikan perkara yang dibutuhkan umat, menerima utusan suku-suku dan negara-negara, menyiapkan tentara dan mengutus para da'i ke pelosok-pelosok negeri. Masjid Rasulullah saw adalah masjid yang berasaskan taqwa. Maka jadilah masjid tersebut sebuah tempat menimba ilmu, menyucikan jiwa dan raga. Menjadi tempat yang memberikan arti tujuan hidup dan cara-cara meraihnya. Menjadi tempat yang mendahulukan praktek kerja nyata sebelum teori. Sebuah masjid yang telah mengangkat esensi kemanusiaan manusia sebagai hamba terbaik di muka bumi. Melemahnya Fungsi Masjid Saat ini, sangat sulit mendapatkan masjid yang difungsikan secara ideal menurut sunnah Rasulullah saw. Secara umum, ada dua tipe kecenderungan penyimpangan dalam pengelolaan masjid-masjid zaman sekarang. Pertama, pengelolaan masjid secara konvensional. Gerak dan ruang lingkup masjid dibatasi pada dimensi-dimesi vertikal saja, sedang dimensi-dimensi horizontal kemasyarakatan dijauhkan dari masjid (baca agama). Indikasi tipe pengelolaan masjid jenis ini adalah masjid tidak digunakan kecuali untuk shalat jamaah setelah itu masjid dikunci rapat-rapat. Bahkan terkadang jamaah pun hanya tiga waktu; Maghrib, Isya' dan Shubuh. Tipe lainnya adalah pengelolaan masjid yang melewati batasan syara'. Biasanya mereka berdalih untuk memberi penekanan pada fungsi sosial masjid tetapi mereka kebablasan. Maka diselenggarakanlah berbagai acara menyimpang di masjid (aulanya). Misalnya pesta pernikahan dengan pentas musik atau tarian, perayaan hari-hari besar Islam dengan ragam acara yang tak pantas diselenggarakan di masjid dan sebagainya. Mereka lebih mengutamakan dimensi sosial -yang ironinya menabrak syari'at Islam- dan tidak mengabaikan fungsi masjid sebagai sarana ibadah dalam arti luas.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 48 dari 73
Cerita Islam”
Belum lagi setiap masjid akan mempunyai masalah tersendiri yang berbeda dari masjid lainnya. Misalnya masjid kurang terurus, jarangnya pengurus dan jamaah sekitarnya yang shalat ke masjid, terjadinya perselisihan antar pengurus dalam menentukan kebijaksanaan, masjid yang tidak lagi buka 24 jam dan lain sebagainya. Nampaknya faktor internallah yang menjadi penyebab utama terbengkalainya rumah-rumah Allah tersebut. Mengembalikan Risalah Masjid Jumlah masjid di Indonesia pada saat ini sekitar 600.000 buah. Jika umat Islam berjumlah sekitar 160 juta jiwa, rata-rata setiap masjid membawahi sekitar 267 jamaah. Ini adalah sebuah potensi luar biasa jika dikelola dengan baik. Untuk mengembalikan dan menunaikan risalah masjid seperti dahulu-kala memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Modal utamanya adalah niat yang ikhlas karena Allah, kesungguhan dalam bekerja, kemauan dalam berusaha serta mau menghadapi tantangan dan ganjalan yang datang dari dalam maupun dari luar. Secara umum, Allah telah memberikan beberapa kriteria yang amat mendasar yang harus dimiliki para pemakmur masjid demi tercapainya risalah masjid. "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk". (At-Taubah: 18). Merupakan satu langkah mundur jika kepeng-urusan masjid diserahkan kepada orang-orang yang tidak tergolong dalam ayat di atas. Karena itu, menggali dan mengkaji kembali perjalanan sejarah masjid-masjid pada masa Rasulullah ` dan generasi pertama umat Islam adalah jalan terbaik untuk merevitalisasi fungsi masjid. Selanjutnya, tidak memilih para pengurus masjid kecuali orang yang dikenal karena ketaqwaan dan pengabdiannya kepada Islam. Ramainya jamaah, barometer umum makmurnya sebuah masjid Setiap pengurus masjid hendaknya memulai dalam mengembalikan fungsi masjid dengan menggalakkan kegiatan shalat jamaah lima waktu. Hal itu misalnya dengan terlebih dahulu memahamkan pentingnya shalat berjamaah. Ibnu Mas'ud z berkata: "... Dan tidaklah seorang laki-laki berwudhu kemudian ia membaikkan wudhunya lalu menuju ke masjid di antara masjid-masjid ini kecuali Allah menulis setiap langkah yang ia langkahkan satu kebaikan untuknya dan Allah meninggikannya satu derajat serta menghapuskan satu keburukannya karenanya. Dan sesungguhnya kita telah menyaksikan bahwa tidaklah meninggalkan (shalat berjamaah) kecuali seorang munafik yang tampak jelas kemunafikannya. Dan sesungguhnya dahulu (sampai terjadi) ada seorang laki-laki yang dipapah oleh dua orang kemudian ia diberdirikan di dalam shaf (agar bisa shalat berjamaah)." Dari sini, lalu dirutinkan kegiatan ta'lim dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya sehingga lambat laun masjid kembali menjadi pusat pembinaan masyarakat Islam." (Asri Al-Ibnu Ats-Tsani). Referensi: Kitabus Shalah, Prof. Dr. Ath-Thayyar, Imaratul Masjid, dll.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 49 dari 73
Cerita Islam”
Menyambut Ramadhan Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh bulan yang agung lagi penuh keberkatan. Bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu (kebajikan yang diharuskan) dan berjaga (untuk beribadah) di malam harinya suatu tathawwu' (kebijkan yang sangat dianjurkan). Barang siapa mendekatkan dirinya kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di bulan yang lain. Dan barang siapa menunaikan suatu fardhu di dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu di bulan yang lain. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedang sabar itu imbalanya adalah surga. Ramadhan itu bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rezeki orang-orang yang beriman. Barang siapa memberi makanan berbuka kepada seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya sehingga dia terbebas dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakan puasa itu tanpa sedikitpun berkurang. Para sahabat berkata:"Ya Rasulullah, tidak semua di antara kami memiliki makanan berbuka puasa itu untuk orang yang berpuasa." Maka Rasulullah bersabda: "Allah memberikan pahala kepada orang tersebut meskipun hanya memberikan sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu." Ramadhan adalah bulan yang permulaanya rahmat, pertengahnya ampunan, dan akhirnya bebas dari neraka. Barang siapa meringankan beban pembantu atau karyawanya, Allah pasti mengampuni dosanya dan membebaskanya dari neraka. Karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Ramadhan; dua perkara yang kamu lakukan untuk menyenangkan Tuhanmu dan dua perkara lagi untukmu yang sangat kamu butuhkan. Dua perkara yang untuk menyenangkan Allah, adalah mengakui dengan sesungguhnya tidak ada Tuhan selai Allah dan mohon ampun kepada-Nya. Dua perkara lagi yang sangat kamu butuhkan, adalah mohon surga dan berlindung dari neraka. Barang siapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, Allah pasti memberi minum kepadannya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga ia masuk kedalam surga. Diriwayatkan oleh: Ibn. Khuzaimah dari Salman ra. yang terdapat dalam kitab Al-Targhib II: 217-218. Lihat, Hasbi Ash-Shiddieqy:Pedoman Puasa, h. 20-22. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 50 dari 73
Cerita Islam”
Menyongsong Tahun Baru Hijriyah "Dan katakanlah! Beramallah maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS: At-Taubah:105) Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini, harus kita gunkan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana tempatnya surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Benar sekali kata seorang ulama besar Tabi'in, bernama Hasan Al-Basri, "Wahai manusia sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari, setiap hari berkurang, berarti berkurang pula bagaianmu." Umar bin Khatab berkata, "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab." Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 51 dari 73
Cerita Islam”
Mewaspadai Jahiliyyah "Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orangorang yang yakin." (QS. Al-Maidah:50) Pendahuluan Kejahiliyyahan tidak hanya terdapat pada masyarakat Arab sebelum Islam, tetapi ada pada setiap masyarakat, tempat dan masa, yang berarti bahwa itu dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan dalam situasi serta kondisi yang bagaimanapun juga. Menurut Ibnu Taimiyah, seperti yang dikutip oleh Muhammad Qutb, jahl itu bermakna "Tidak memiliki atau tidak mengikuti ilmu." Karena itu, orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang yang haq (benar) adalah jahil, apalagi kalau tidak mengikuti yang haq itu. Atau tahu yang haq tapi perilakunya bertentangan dengan yang haq, meskipun dia sadar atau paham bahwa apa yang dilakukannya memang bertentangan dengan yang haq itu sendiri. Didalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman tentang jahiliyyah yang penggunaannya untuk tiga hal. Hal ini menjadi penting untuk kita pahami agar dengan demikian kita menyadari bahwa jahiliyyah itu tidaklah semata-mata bodoh dalam arti tidak punya ilmu, apalagi sekedar bodoh secara intelektual. 1. Jahiliyyah Dalam Ketuhanan Kata jahiliyyah digunakan untuk menggambarkan kebodohan menusia terhadap konsep ketuhanan yang benar. Manusia yang tidak mengetahui hakikat uluhiyah merupakan manusia yang jahil. Tuhan dalam Islam adalah sesuatu yang tidak bisa dibuat, tidak bisa dilihat dengan pandangan mata, tidak ada sesuatu yang bisa menyamainya, bahkan Tuhan itu justeru yang mencipta segala sesuatu, bukan dicipta oleh sesuatu. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman yang artinya: Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada satu kaum yang tetap menyembah berhala mereka. Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui/jahil." (QS: Al-A'raaf 138). Ayat lain yang terkait dengan masalah ini adalah firman Allah yang artinya: Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah SWT menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orangorang yang jahil". (QS: Al-Baqarah 67) Dalam Islam, Ketuhanan merupakan maslah yang paling mendasar, bila pada masalah ini manusia sudah menyimpang dari nilai-nilai Islam, maka tidak akan mungkin terwujud kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Karena itu, menjelaskan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang benar yang harus disembah dan diabdi oleh setiap manusia adalah menjadi misi yang diemban oleh semua Nabi. Karena itu, bila manusia mengabaikan misi para Rsul ini, kehancuran hidup dunia dan akhirat tidak bisa dielakkan lagi sebagaimana sejarah telah mencatatnya, Allah berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus para Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu", maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk, ada orang yang sudah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (Rasul-rasul). (QS:An-Nahl 36) 2. Jahiliyyah Dalam Hukum Dalam masalah hukum, Allah SWT juga menggunakan kata jahiliyyah untuk hukum-hukum selain dari hukum Allah atau hukum yang bertentangan dengan hukum-Nya. Itu sebabnya seorang muslim jangan menggunakan hukum yang lain kecuali hukum Allah atau jangan gunakan hukum yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Dalam pelaksanaan hukum, manusia sebenarnya mencari keadilan dan manusia tidak akan memperoleh keadilan itu kecuali apabila hukum-hukum Allah ditegakkan. Karena itu, amat aneh apabila manusia ingin mendapatkan keadilan yang hakiki, tapi hukum-hukum lain, yakni hukum yang bertentangan dengan hukum Allah diperjuangkan penegakkannya. Hukum yang datang dari Allah memberikan keadilan bagi umat manusia, baik dalam masalah pribadi, keluarga maupun masyarakat, negara dan bangsa. Allah berfirman yang artinya: "Apakah hukum jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orangorang yang yakin." (QS: Al-Maidah 50). Sebagai sebuah contoh, ketika beberapa orang sahabat datang kepada Rasulullah SAW untuk meminta komentar atas terjadinya pelanggaran hukum yang dilakukan para pembesar masyarakat tapi mereka dibiarkan saja dengan kesalahan dan dosa yang mereka lakukan, maka Rasulullah SAW menegaskan: "Seandainya anakku, Fatimah mencuri, akan aku potong tangannya". Disamping itu, ketika Ali bin Abi Thalib mengajukan ke pengadilan seorang Yahudi yang mencuri baju besinya kepada Khalifah Umar bin Khattab, maka di pengadilan itu, Umar justeru membebaskan orang Yahudi dari segala tuduhan, karena kesalahan yang dilakukannya tidak bisa dibuktikan secara hukum. Tegasnya amat banyak contoh dalam sejarah yang menggambarkan betapa bila hukum-hukum Allah ditegakkan, manusia akan mendapatkan keberuntungan, bahkan tidak hanya bagi kaum muslimin, tapi juga mereka yang non muslim. Sementara ketika hukum-hukum jahiliyyah yang tegak, maka yang menderita bukan hanya mereka yang jahiliyyah, kita yang taat kepada Allah juga bisa merasakan akibat buruknya. Hanya Wednesday, February 06, 2002
Hal 52 dari 73
Cerita Islam”
persoalannya, begitu banyak manusia yang "bodoh" sehingga tidak bisa membedakan mana yang haq dan bathil dan akibatnya tidak bisa menjatuhkan pilihannya kepada yang haq itu. Oleh karena itu, siapa saja yang tidak mau berhukum kepada hukum Allah, akan dimasukkan kedalam kelompok orang-orang yang kafir, Allah berfirman yang artinya: "Barangsiapa yang tidak berhukum menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS: Al-Maidah 44). 3. Jahiliyyah Dalam Akhlak . Kata jahiliyyah juga digunakan oleh Allah SWT untuk menamakan akhlak atau prilaku yang tidak sejalan dengan nilai-nilai yang datang dari Nya, misalnya saja penampilan seorang wanita yang tidak Islami, sikap sombong, pembicaraan yang tidak bermanfaat, perzinahan dll. Allah SWT berfirman dalam kaitan menceritakan kasus yang terjadi pada Nabi Yusuf yang artinya: Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dariku tipu daya mereka, tentu akan cenderung (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS: Yusuf 33 Pada ayat lainnya, Allah SWT juga berfirman yang artinya: Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orangorang jahiliyyah dahulu. (QS: Al-Ahzaab 33). Terdapat juga firman lain yang artinya: Ketika orang-orang kafir menanamkan kedalam hati mereka kesombongan (yaitu) jahiliyyah lalu Allah SWT menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min. (QS: Al-Fath 26). Dan ayat yang menggambarkan kejahiliyyahan dalam bentuk pembicaraan yang tidak bermanfaat adalah firman Allah yang artinya: Dan apabila mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang yang jahil." (QS: Al-Qashash 55). Kejahiliyyahan dalam akhlak telah membawa dampak negatif yang sangat besar sejak masa lalu hingga hari ini dan hari kiamat nanti. Terjadi kerusakan dibidang perekonomian, kemasyarakatan hingga lingkungan hidup yang didiami oleh manusia dan manusia mengalami akibat dari semua itu. Allah berfirman yang artinya: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan menusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS: Ar-Rum 41). Dalam kehidupan kita di dunia ini, tiga persoalan di atas merupakan sesuatu yang tidak terpisah-pisah, yakni aqidah, syari'ah, dan akhlak. Karena itu, apabila pada tiga sisi ini tidak sejalan dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya dalam diri kita, itu berarti telah terjadi kejahiliyyahan pada diri kita yang tentu saja harus kita jauhi, karena kejahiliyyahan merupakan sesuatu yang tercela dan itu sebabnya Rasulullah SAW bertugas membebaskan manusia dari segala unsur kejahiliyyahan. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 53 dari 73
Cerita Islam”
MUSIBAH "Pasti kami akan menguji kalian dengan sesuatu ketakutan dan kelaparan serta kekurangan harta, jiwa dan buah. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar" (Q.S Al Baqarah : 155) Penjelasan Dalam kehidupan ini seseorang tidak akan terlepas dari keadaan senang dan sedih. Senang bila mendapatkan karunia nikmat dan susah bila tertimpa musibah. Permasalahannya, bagaimana kita dapat menguasai diri pada saat kita dihadapkan suatu musibah. Dan datangnya musibah itu suatu keniscayaan tidak bisa dihindari. Seperti dalam ayat diatas, ada macam-macam musibah. Mulai dari rasa takut karena ancaman pihak lain atau karena kelaparan karena susahnya memperoleh bahan pokok makanan, sampai kepada kehilangan harta, jiwa dan berbagai kepentingan duniawi. Allah SWT mengajarkan kepada kaum beriman apabila terkena musibah agar memperbanyak kesabaran dan sholat (QS Al Baqarah:153) yaitu tetap sabar menjalankan perintah Allah SWT, sabar dalam meninggalkan larangan Allah SWT dan sabar dalam menerima takdir dan ketentuan Allah SWT. Nabi SAW mencontohkan kepada kita bila ada kesulitan atau musibah hendaknya kita sabar dan sholat. Rasulullah SAW apabila ada kesulitan beliau sholat (HR. Abu Dawud). Demikian pula beliau mengajarkan ummat Islam jika terkena musibah agar berdoa` kepada Allah SWT seraya berkata, " Ya Allah SWT, berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah dengan yang lebih baik daripadanya", niscaya Allah SWT akan menggantikannya yang lebih baik". (HR Ahmad ). Suatu kali Ummu Salamah tertimpa musibah dengan kematian suaminya tercinta Abu Salamah. Saat itu Ummu Salamah teringat pesan Nabi SAW agar berdoa` bila tertimpa musibah. Dia mengucapkan doa` itu:" Ya Allah SWT, berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah dengan yang lebih baik daripadanya". Selain Ummu Salamah percaya bahwa sebagaimana Rasulullah SAW berkata akan diganti dengan yang lebih baik, tapi Ummu Salamah bertanya-tanya "siapakah yang lebih baik dari suamiku Abu Salamah ?" Ternyata setelah masa iddahnya habis, Rasulullah SAW meminangnya. Maka Ummu Salamah semakin yakin bahwa Allah SWT betul-betul telah menggantinya dengan yang lebih baik yaitu Rasulullah SAW . Semakin seseorang kuat imannya, ujian dan musibah semakin banyak. Kita diajarkan Allah SWT agar jika terkena musibah agar mengucapkan Inna Lillahiwa inna Ilahi rajiun ( kita milik Allah dan akan kembali kepada Allah ). Sebagian ulama salaf berkata :" Segala musibah yang menimpa diri kita, pada hakekatnya ringan, selama musibah itu tidak menyangkut keutuhan agama kita ". Wallahu A`lam.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 54 dari 73
Cerita Islam”
PELIHARALAH ANAK ANDA "Hai orang-orang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka..." (Q.S.Attaghobun : 14) Penjelasan: Anak merupakan karunia Allah yang berharga. Nilai keberadaan anak itu besar sekali kalau kita melihat betapa sedihnya orang yang mandul. Tapi anak bisa menjadi sholeh atau sebaliknya. Hal itu terletak sejauh mana kesadaran dan tanggung jawab kita mendidik mereka. Betapa kekhawatiran para nabi sehingga banyak doa yang mereka panjatkan agar dikaruniai anak-anak yang taat kepada Allah. Perhatikan doa Nabi Ibrahim (Q.S Albaqarah:128-129 dan Ibrahim:35) doa nabi ya'qub(Q.S Albaqarah: 133), doa nabi Zakaria (Q.S Maryam: 5-6 ), dan doanya hamba-hamba Allah yang sholeh (Q.S Al-Furqon:74). Jangan sampai kita diuji dengan anak kita yang membangkang seperti dialami nabi Nuh AS. Betapa sedihnya kita kalau melihat anak kita jauh dari Allah dan tenggelam dengan berbagai kenakalan dan penyimpangan seperti narkoba dll. Memang anak kita itu diberikan kepada kita sebagai ujian (lihat Q.S Attaghobun :15) dan kita berkewajiban untuk menjaga dan mendidik mereka agar tidak terjerumus kepada kesesatan dunia apalagi di akherat (lihat Q.S Attahrim :6 ). Nabi Muhammad S.A.W bersabda : "Tahukah saudara, siapakah orang yang raqub (mandul ) itu ? Mereka menjawab: yaitu orang yang tidak beranak. Nabi menimpali orang raqub itu (mandul) sebenarnya adalah orang yang tidak mampu memberikan sesuatu (mendidik ) kepada anaknya". (H.R Ahmad dan Muslim ). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak: Selalu berpegang dengan ajaran Allah dalam seluruh kehidupan dan tingkah laku. Berusaha selalu meneladani dan mengikuti Rasulullah S.A.W dalam bergaul dengan istri, anak dan orang lain baik ucapan, perbuatan dan sikap diamnya. Selalu meminta kepada Allah dengan asma dan sifat-Nya agar anak-anak kita menjadi sholeh. Usahakan selalu memberi contoh yang baik kepada anak - anak. Bila menghadapi masalah dengan anak, konsultasikan dengan orang yang ahli dan berpengalaman menangani pendidikan anak terutama para ulama . Berikan perhatian dan waktu yang secukupnya untuk kepentingan pendidikan anak. Perhatikan jangan sampai salah melangkah dalam mendidik anak. Jika ada orang yang meluruskan kesalahan dalam mendidik anak, terimalah nasehat tersebut dengan lapang dada, jangan angkuh karena itu menjerumuskan. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 55 dari 73
Cerita Islam”
Pentingnya Tauhid "Dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah (saja), dan Jauhilah thoghut,' maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang mendustakan (rasul-rasul)" (QS. An-Nahl:36) Nilai suatu ilmu bergantung sejauh mana kandungannya. Semulia-mulia ilmu adalah ilmu tauhid, karena kandungannya menyangkut informasi tentang Allah SWT. Seluruh ajaran Islam dibangun diatas tauhid, sehingga kalau disimpulkan isi AlQuran itu seluruhnya berkisar tentang 5 hal; Informasi tentang rububiyah Allah SWT dan Asma' dan Sifatnya. Permintaan agar segala ibadah hanya ditujukan kepada Allah SWT semata. Perintah dan larangan yang harus dipatuhi sebagai hak-hak tauhid. Informasi kepastian atas balasan orang yang menjalankan ketentuan di atas baik di dunia maupun di akhirat kelak. Informasi kepastian atas balasan bagi orang-orang yang tidak mematuhi ketentuan di atas. Baik kesengsaraan di dunia apalagi di akhirat. Atas dasar itu para rasul diperintah Allah SWT untuk menyeru kepada manusia agar mentauhidkan Allah SWT demi kebahagiaan mereka juga di dunia ataupun di akhirat. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 56 dari 73
Cerita Islam”
SILATURAHMI "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari dir yang satu (Adam) dan daripadanya (tulang rusuknya) Allah SWT menciptakan istrinya, dan dari pada keduanyaAllah memperkembangbiakkan lakilaki-laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah SWT yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling mencintai satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi ini. Sesungguhnya Allah SWT selalu menjaga dan mengawasi kamu" (QS. An-Nisa' : 1) Penjelasan ; Hubungan dekat keluarga ada tiga macam, menurut kata ulama, yaitu; Kesatu : jalur dari kita keatas, seperti ayah, kakek dan seterusnya. Kedua : jalur dari kita kebawah, seperti anak, cucu dan seterusnya. Ketiga : jalur dari kita kesamping, seperti paman dengan anak keturunannya, bibi dengan anak keturunannya dan seterusnya yang disebut hawasyi. Kelompok ketiga ini disebut dzawil arham yaitu kerabat dekat. Sementara pertama dan kedua paling dekat. Silaturahmi artinya menggalang hubungan kerabat dekat. Tetapi dalam tradisi kita hubungan itu lebih meluas sampai dalam arti sesama muslim. Kita diperintahkan oleh syada` untuk senantiasa melakukan silaturahmi. Hal itu dapat kita akomodir dari penjelasan Rasulullah SAW :" Barang siapa yang ingin dimudahkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya dia bersilaturahmi. (H.R Muttafaqun Alaih) Karena dengan silaturahmi hubungan semakin akrab dan peluang menasehati terbuka serta menceritakan pemecahan problematika yang sedang kita alami pun dapat dicarikan jalan keluar. Oleh sebab itu Nabi SAW menjadikan silaturahmi termasuk amal yang paling baik. Beliau ditanya,"amal apakah yang paling baik ya Rasulullah SAW ?" Beliau menjawab " Hendaknya engkau beribadah kepada Allah SWT tidak menyekutukan-Nya sedikitpun, kamu mendirikan sholat, mengeluarkan zakat dan bersilaturahmi ".(H.R Bukhori & Muslim ) Bahkan ada ancaman dari Nabi SAW bahwa " tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan silaturahmi ". (H.R Muttafaqun Alaih ) Apalagi kita pada bulan Syawal ini terbiasa untuk menggalang silaturahmi, maka hendaknya kita meluangkan waktu untuk bersilaturahmi dan kita pelihara silaturahmi pada bulan-bulan lain juga. Wallahu A`lam. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 57 dari 73
Cerita Islam”
Syurga Dan Neraka Sebagai Kendali Kehidupan "Berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa." (QS. Al-Baqarah : 197) Taqwa amat berharga dalam kehidupan seorang Mukmin, karena menjadi tolok ukur nilai dirinya di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hujurat : 13 yang artinya : "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di hadapan Allah adalah yang paling bertaqwa." Begitu pula untuk mengarungi kehidupan akhirat, tidak ada bekal yang lebih baik selain taqwa, firman-Nya dal Surah AlBaqarah : 197 yang artinya : "Berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa." Ketaqwaan juga menyebabkan semua urusan dimudahkan oleh Allah SWT dan dikaruniai rezeki yang tidak terduga. Firman Allah SWT dalam Surah Ath-Thalaq : 2-3 yang artinya : "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." Pendek kata, taqwa adalah sesuatu yang paling mahal yang harus kita kejar, raih dan pertahankan dalam diri kita, jika ingin menjadi manusia yang paling mulia, baik di dunia maupun kelak setelah berpisahnya ruh dari jasad. Hakikat Taqwa Sebelum berbicara panjang lebar mengenai langkah-langkah meraih taqwa, berikut ini definisi taqwa, sebagaimana yang dikatakan oleh ibnu Mas'ud : "Engkau berbuat taat kepada Allah dengan cahaya (petunjuk) dari Allah dengan mengharap pahala Allah dan engkau tinggalkan maksiat kepada-Nya dengan cahaya dariNya karena takut akan siksaNya". Dan pengertian tersebut, dapat kita pahami bahwa nilai taqwa seseorang amat berkait dengan kadar raja' (pengharapan) terhadap pahala Allah SWT (syurga) dan kadar khauf (takut) terhadap neraka Allah SWT. Selain itu, tentu yang paling awal adalah seberapa kadar ma'rifatullah (mengenal Allah SWT) yang ia miliki. Itulah tiga unsur dasar yang mendorong seseorang untuk bertaqwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, seseorang tidak mungkin bisa menjadi Muttaqin (orang bertaqwa) sejati tanpa rasa takut kepada hari akhir, yang ujung-ujungnya adalah penentuan tempat tinggal, syurga atau neraka! Mari kita simak ayat berikut dalam Surah AlMuzammil : 17 yang artinya : "Maka bagaimanakah kamu akan dapat memelihara dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban". Syurga Dan Neraka, Pengaruhnya Terhadap Generasi Salafush Shaleh Sebagaimana telah disinggung, rasa takut terhadap neraka dan rindu terhadap syurga adalah bagian iman yang sangat penting. Bagian ini pulalah yang menyebabkan seseorang mampu mengorbankan apa saja untuk Rabbnya dan rela meninggalkan hawa nafsunya agar terhindar dari neraka. Marilah kita simak kembali lembar kehidupan generasi terbaik ummat ini. Salaf AshShaleh, yang telah berhasil meresapkan rasa takut terhadap neraka dan rindu terhadap syurga ke dalam sanubari mereka. Shahabat yang mulia, Anas bin Malik r.a. mengisahkan bahwa dalam perang Badar, Rasulullah SAW bersabda : "Bangkitlah kalian menuju syurga yang luasnya seluas langit dan bumi." Seorang shahabat yang bernama Umair bin Hamam berkata, "Seluas langit dan bumi ya Rasulullah?" "Ya" jawab Rasul. Umair bergumam, "Bakh . . . bakh . . .". Rasulullah SAW bertanya : "Apa maksud perkataanmu itu?" Umair menjawab : "Demi Allah wahai Rasulullah, tidak ada maksud dari perkataanku tadi kecuali aku mengharap untuk menjadi salah seorang penghuninya". Lalu Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya kamu termasuk salah seorang penghuninya". Umair kemudian mengeluarkan beberapa kurma dari kantongnya dan memakan sebagian. Kemudian ia berkata : "Jika saya harus memakan korma-korma ini semua, tentu merupakan kehidupan yang terlalu lama". Lalu ia lemparkan sisa kormanya, kemudian segera maju menyerang musuh sehingga ia terbunuh dan syahid . . . Begitu juga Amru bin Jamuh. Lelaki ini diberi udzur untuk tidak ikut berperang karena kepincangannya. Namun cacat tersebut tidak menghalangi tekadnya untuk memasuki syurga dengan jalan jihad (perang) bertaruh nyawa. Ketika para putranya mencoba untuk menghalanginya agar tidak pergi berperang, justru ia mengadu kepada Rasulullah SAW tentang keinginannya masuk syurga dengan kakinya yang pincang. Akhirnya ia diijinkan ikut dalam perang Uhud. Ketika perang sedang berkecamuk, Rasulullah SAW bersabda, "Bersegeralah untuk bangkit menuju syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disiapkan bagi orang-orang yang bertaqwa". Maka Amru bin Jamuh segera bangkit dengan kakinya yang pincang seraya berkata, "Demi Allah, aku akan bersegera kepadanya". Kemudian ia berperang sampai terbunuh . . . Sekarang marilah kita melihat gambaran lain dari generasi yang mulia ini tentang rasa takut mereka terhadap neraka. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan malam mereka penuh tangis dan harap agar terselamatkan dari neraka. Mereka adalah sejauh-jauh manusia yang meninggalkan larangan Allah SWT.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 58 dari 73
Cerita Islam”
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. mempunyai seorang budak. Suatu malam, budak tersebut datang kepadanya dengan membawa makanan. Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. sedang memakannya satu suapan, budak tadi berkata : "Mengapa engkau tidak menanyakan tentang (asal-usul) makanan ini, padahal biasanya engkau selalu menanyakannya?", Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. menjawab, "Karena saya sangat lapar. Dari mana kau dapatkan makanan ini?" budak itu menjawab, "Suatu saat pada masa jahiliyyah, aku melewati suatu kaum kemudian meruqyah (menjampi) mereka dan mereka menjanjikan (akan memberi sesuatu) kepadaku. Tatkala lain waktu saya singgah ke tempat tersebut, saya diberi hadiah". Berkata Ash-Shiddiq, "Celakalah kau . . . hampir saja kamu mencelakakanku". ia meminta semangkuk air dan meminumnya sampai ia bisa memuntahkan makanan tadi. Orang yang melihat hal itu berkata, "Semoga Allah merahmatimu. Hanya karan sesuap makanan itukah kau lakukan semua ini?" Beliau menjawa, "Seandainya ia tidak bisa keluar kecuali bersama jiwaku pasti aku akan mengeluarkannya. Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Setiap jasad yang tumbuh dari hart yang haram, maka neraka adalah lebih pantas baginya'. Maka aku takut jika tubuhku ini tumbuh dari sesuap makanan tersebut". Khalifah Umar bin Abdul Aziz r.a. (tabi'in/generasi setelah shahabat) suatu ketika menangis, sehingga isterinya ikut menangis. Karena tangisan mereka berdua, para tetangganya pun ikut menangis. setelah tangis reda, isterinya, Fatimah bertanya kepadanya, "Wahai Amirul Mukminin, apa yang membuatmu menangis?'. Ia menjawab, "Saya membayangkan keadaan manusia nanti di hadapan Allah SWT. Sebagian masuk syurga dan lainnya masuk neraka". Kemudian ia menjerit dan pingsan . . . Abdullah bin Mubarak (ahli hadits sekaligus seorang mujahid), suatu malam pelita yang meneranginya padam. Setelah dihidupkan kembali, ternyata jenggotnya sudah basah dengan air mata karena membayangkan kegelapan hari akhir nanti . . . Demikian juga Abu Faruq, pingsan setelah mendengar satu ayat Al-Qur'an. Kondisi jiwa seperti inilah yang membuat mereka menjadi manusia yang paling zuhud dan wara' (selektif/hati-hati) terhadap dunia dan takut berbuat dosa, walau sekecil apapun. Ikuti lanjutannya "Kondisi Generasi Kiwari" dalam edisi yang akan datang......... Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 59 dari 73
Cerita Islam”
Syurga Dan Neraka Sebagai Kendali Kehidupan "Berbekallah kalian, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa." (QS. Al-Baqarah : 197) .......Lanjutan Kondisi Generasi Kiwari Waktu bergulir tak kenal henti. Generasi pun datang silih berganti. Tanpa terasa empat belas abad sudah, generasi terbaik meninggalkan kita. Kini tinggallah sosok-sosok generasi abad sekarang, yang kalau kita perhatikn, baik di kantor, sekolah, pasar atau bahkan di masjid, adakah wajah-wajah yang penuh rasa takut, berbicara tentang akhirat? Adakah tangisan pilu karena membayangkan adzab neraka dapat kita jumpai dari para qari', khatib, imam masjid atau ulama kita? Yang nampak sekarang ini justru manusia-manusia yang rakus terhadap dunia. Seluruh waktunya dikerahkan untuk meraup dunia ini, tidak peduli halal atau haram. Bayangan syurga dan neraka sudah terkisis dari diri mereka. Apalagi memang kondisi saat ini amat mendukung bagi terbentuknya pribadi hubbud dunya (cinta dunia) dan lupa akhirat. Kenyataan itu ada di mana-mana. Di swalayan, musik (yang sebagian ulama' mengharamkannya) berbaur dengan pajangan perangsang nafsu syaithani. Di rumah, televisi ---yang sebagian besar acaranya mendakwahkan materialisme dan konsumerisme--- menjadi santapan bebas keseharian keluarga kita. Kalau sudah begini, bagaimana hati ini akan mampu mengingat akhirat. Kalau setiap detik hati selalu dijejali dengan kemaksiatan, sendau gurau dan permainan, mana mungkin ia dapat mengalirkan derai air mata, sebagai penyimbah api neraka? Ia akan menjadi gelap dan tidak paham terhadap hakekat kehidupan. Ingatlah firman Allah SWT dalam Surah Al-Muthoffifiin ayat 14 yang artinya : "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka." Berkenaan dengan ayat ini, Ibnu Jarir, Nasa'i, Tirmidzi, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Nabi SAW bersabda : "Apabila seorang hamba melakukan perbuatan dosa, maka akan ada titik hitam di hatinya. Jika ia bertobat darinya, hatinya akan jernih kembali. Apabila dosanya bertambah, bertambah pula bintik hitam. Itulah maksud ayat 'Kalla bal raana a'la quluubihim maa kaanu ya'maluun' (Al-Muthaffifiin : 4)." (hadits hasan shahih menurut Tirmidzi). Hitamnya hati disebabkan dosa. Dosa pulalah yang menjadikan hati kita keras hingga enggan untuk berdzikir, mengingat akhirat. Merangsang Hati Mengingat Syurga Dan Neraka Berikut kiat yang diharapkan mampu menjadikan hati lunak, sehingga mudah untuk mengingat akhirat (nikmat syurga atau adzab neraka). Pertama, Tinggalkan maksiat Sebagaimana telah disebutkan dalam hadits tadi, bahwa banyaknya kemaksiatan yang kita lakukan akan menjadikan hati gelap dan keras, lebih keras dari batu, sehingga enggan untuk mengingat akhirat. Imam Malik r.a. pernah menasehati muridnya, Imam Syafi'i r.a., "Wahai anak muda sesungguhnya saya melihat bahwa Allah telah memasukkan cahaya ke dalam hatimu. Maka, janganlah kau padamkan api itu dengan kegelapan maksiat." Kedua, Tadabbur (menghayati Al-Qur'an) Banyak sekali ayat dalam Al-Qur'an yang menceritakan tentang syurga dan neraka. Apabila kita berhasil menghayati ayat tersebut, tentu akan timbul rasa rindu terhadap syurga dan takut terhadap neraka. Ibrahim bin Basyar r.a. berkata bahwa ketika membaca ayat (artinya): "...andaikan engkau tahu, ketika mereka diberdirikan di mulut neraka, mereka berkata, 'duhai andaikan aku dikembalikan (hidup) langu' Ali bin Fudhail r.a. tersungkur dan meninggal. Saya adalah salah seorang yang menyolati jenazahnya". Riwayat lain menyebutkan, Umar bin Al-Khattab r.a. sakit ketika mendengar firman Allah SWT yang artinya : "Sesungguhnya siksa Rabbmu pasti terjadi. Tidak ada yang menghalanginya." Berusahalah dengan sungguh untuk mentadabburi Al-Qur'an, sehingga hati kita 'hidup'. Bila perlu, ulangilah beberapa kali ayat tentang nikmat dan adzab yang sedang kita baca, agar dapat meninggalkan bekas di hati. Ketiga, Membayangkan syurga dan neraka dalam keseharian kita. Apabila melihat api, ingatlah bahwa neraka 70 kali lebih dahsyat panasnya dari api dunia. Apabila melewati sungai jernih yang mengalir, ingatlah kejernihan sungai di syurga. Termasuk juga apa yang dicontohkan oleh Abdullah bin Mubara di atas. Tetapi, kita mesti sadar bahwa segala yang terjadi di akhirat nanti tidaklah seperti apa yang kita bayangkan. Baik nikmat maupun kita Wednesday, February 06, 2002
Hal 60 dari 73
Cerita Islam”
bayangkan. Begitu pula, semua ini harus kita lakukan dalam batas yang diperbolehkan syari'at. Tidak dibenarkan, melihat lawan jenis yang bukan mahram, dengan alasan membayangkan salah satu kenikmatan di syurga. Apabila kondisi seperti ini berhasil kita wujudkan, insya Allah derajat kita akan naik bersama orang-orang yang bertaqwa, berkumpul bersma orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Amien . . . .
TAMAT Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 61 dari 73
Cerita Islam”
Tazkiyah Penyejuk Hati "Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10) Pendahuluan Setiap orang bertanggung jawab untuk mencari rizki (baca: dunia) dalam memenuhi kebutuhannya. Tapi tak jarang yang tidak tahu batas sehingga kelewatan (kebablasan) tidak tahu waktu dan tidak mengenal batasan halal dan haram. Dia mengira bahwa kebahagiaan itu terletak pada berapa banyak materi atau harta yang dia punyai. Seperti anggapan umumnya orang bahwa apabila seseorang mempunyai rumah yang mewah, mobil yang wah, perusahaan yang mentereng dan simpanan uang di bank yang menumpuk, istri yang cantik, serta kekayaan lainnya, maka orang tersebut bisa disebut bahagia. Kenyataannya banyak orang kaya seperti gambaran tersebut di atas bahkan lebih, terkadang disebut milyarder, bisa jadi status sosial orang tersebut pengusaha, pejabat atau lainnya, ternyata kehidupannya menderita, sehingga tidak jarang ia terkena penyakit stress oleh berbagai terpaan masalah. Masalah bisa timbul dari persoalan perusahaannya, kadangkala dari persoalan keluarganya dikarenakan istri serong dan anak yang membandel, atau karena sebab-sebab lain. Dalam kondisi seperti itu ternyata harta tidak bisa selalu memecahkan masalah. Memang harta tidak menjamin seseorang akan bahagia. Hanya harta di tangan orang yang sholeh saja yang bisa membahagiakan, demikian pesan Rasulullah saw kepada Amru bin Ash. Adakalanya orang menyangka bahwa jabatan atau kedudukan sosial itu bisa menghantarkan seseorang kepada kehormatan yang dapat membahagiakan. Untuk tujuan tersebut banyak orang siap menyuap dan berbuat apa saja agar menduduki jabatan tertentu, dengan asumsi bahwa tempat tersebut terhomat dan 'basah'. Biasanya cara perolehan jabatan seperti ini banyak menimbulkan masalah dibelakang hari, terutama menjadi lahan subur bagi para penjilat dan kelompok 'oportunis'. Bisa diduga bahwa karir tersebut akan berakhir dengan kekecewaan-kekecewaan, sebab dibangun dengan landasan yang rapuh dan berkhianat terhadap amanat jabatan tersebut. Memang jabatan tak selamanya membawa kebahagiaan, bahkan tanggung jawabnya berat dikemudian hari. Apabila kamu lemah, jangan kamu memangku jabatan, karena itu adalah amanat dan itu akan menjadi penyesalan di hari kiamat kelak. Demikian petuah Rasulullah saw kepada Abu-Dzar Al-Ghifari suatu saat. Lain lagi dengan anggapan sebagian manusia berhidung belang, bahwa kebahagiaan itu terdapat pada pelampiasan nafsu kepada wanita sebanyak mungkin dan secantik mungkin. Banyak wanita lemah iman jatuh kepangkuannya. Dia bagaikan orang minum air laut, semakin diminum semakin haus. Tiada hentinya dia mengarungi lautan perzinaan dan banyak dari mereka yang berakhir dengan mengidap penyakit berbahaya. Demikian akibat menyalahi aturan Allah. Model pemuda seperti ini pernah datang kepada Rasulullah saw dan menyatakan bersedia memasuki pelataran Islam, dengan satu syarat agar dia diperbolehkan berzina, karena dia merasa paling suka sama perempuan. Kemudian Rasulullah saw membisiki telinga pemuda tadi seraya bertanya, "Relakah engkau ibumu dizinahi orang?" Dia jawab, "Tidak", "Relakah engkau saudaramu dizinahi orang?" Dia jawab, "Tidak". "Kenapa kamu rela menzinahi, sementara mungkin itu ibunya orang, atau saudara orang, atau tantenya orang lain." Karuan saja pemuda itu bergumam, "Sungguh saya kelewatan." Sejak itu dia berkata bahwa tidak ada perbuatan yang saya benci kecuali berzina. Memang pelampiasan nafsu birahi pada bukan tempatnya (kecuali kawin sah) adalah kenistaan dan tak jarang menghancurkan kehidupan. Dan ada berbagai macam cara orang mencari kebahagiaan ternyata tidak didapatkan. Siapa hidup di dunia ini tidak ingin hidup bahagia. Ibnu Hazm, seorang ulama yang hebat dari Andalusia, Spanyol, pernah mengatakan bahwa seluruh manusia berjalan ke satu arah yaitu mengusir ketakutan untuk mencapai kebahagiaan; takut miskin bekerja keras mencari harta agar kaya, takut bodoh mencari ilmu agar pintar, takut hina mencari kedudukan agar terhormat, dll. Tetapi semua jalan itu sepanjang perjalanan manusia tidak bisa membahagiakan kecuali Addin (Agama Islam). Bukan saja kebahagiaan dunia tapi juga menembus sampai akhirat. Kebahagiaan yang tidak dibangun di atas landasan Addin adalah kebahagiaan nisbi/semu. Sementara kebahagiaan yang dibangun di atas landasan Addin adalah kebahagiaan hakiki. Bagaimana cara membangun kehidupan bahagia yang hakiki..?......,Bersambung... Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 62 dari 73
Cerita Islam”
Tazkiyah Penyejuk Hati "Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10) Lanjutan...........
Pusat Kebahagiaan: Pusat kebahagiaan itu terletak di hati. Apabila hati seseorang itu dipenuhi dengan cahaya keimanan sesuai dengan petunjuk Allah dan RasulNya, jaminan dia akan bahagia di dunia dan akherat, Allah SWT berfirman dalam QS: An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasn kepad mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." Sebaliknya bagi mereka yang berpaling dari jalan Allah SWT dan mengikuti jalan lain dengan konsepsi syaitan dan koncokonconya, maka pasti cepat atau lambat akan mendapat kesengsaraan dunia apalagi di akherat, Allah SWT berfirman dalam QS: Thaahaa 124-126 yang artinya : "Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia : Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman : Demikianlah telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan." Allah SWT hanya menerima hati yang bersih tulus ikhlas kehidupannya dengan berbagai variasinya dipersembahkan hanya untukNya seperti dalam QS: Asy-Syu'araa 89 yang artinya : "Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih." Karena hati ini sebagai penggerak dan penentu kebahagiaan seseorang, maka harus diperhatikan seperti yang disinyalir Rasulullah SAW: "Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia terdapat segumpal darah, kalau dia baik, seluruh jasadnya baik, namun apabila dia rusak, maka seluruh jasadnya rusak, itulah hati." (HR: Bukhari). Sebagian ulama salaf menggambarkan bahwa hati ini seperti rumah yang mempunyai pintu dan jendela. Apabila penjagaan pintu dan jendela tidak ketat, bisa dipastikan seisi rumah akan dikuras oleh maling. Pintu dan jendela tersebut adalah mata, telinga, mulut, dan seluruh anggota tubuh. Sedangkan malingnya adalah syaitan dan kroninya. Kita berkewajiban untuk menjaga hati kita dan mengisinya dengan tazkiyah sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Perlu diketahui hati itu bekerja sesuai dengan fungsinya sebagaimana anggota tubuh kita bekerja sesuai dengan fungsinya. Hati itu hidup, awalnya, tapi proses berikutnya kalau tidak dijaga dan diisi dengan tazkiyah, maka dia bisa sakit bahkan mati. Rasulullah SAW menggambarkan hati dalam sabdanya :"Permisalan petunjuk dan ilmu yang ditugaskan Allah kepadaku bagaikan air hujan yang turun ke bumi. Diantaranya mengenai tanah yang subur dapat menahan air buat menusia dan menumbuhkan pepohonan. Ada yang mengenai tanah tandus, dapat menahan air tetapi tak dapat menghidupkan pepohonan. Tanah pertama seperti hatinya mukmin yang menyerap ilmu Islam serta mengaplikasikan sikonnya. Tanah kedua hatinya orang munafik yang bisa menyerap ilmu Islam tetapi tak menjalankannya. Tanah ketiga seperti hatinya orang kafir yang tidak mengindahkan ajaran Islam apalagi mengamalkannya." (HR: Bukhari). Tazkiyah : Tazkiyah secara bahasa berasal dari akar kata zakaa berarti berkembang. Zakaa suatu pohon yang tumbuh dan berbuah. Tazkiyah adalah pengembangan dan pembersihan. Menurut epistomologi syara', tazkiyah berarti perawatan, pengembangan dan pembersihan hati dari berbagai intrik syirik. Al-Qur'an menyebutnya dalam banyak ayat, diantaranya dalam QS: An-Nur 21 yang artinya : "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamusekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." Juga dalam QS: Al-Jum'ah 2 yang artinya : "Dialah yang mengutus kepada kamu yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan hikmah (As-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." Rasulullah SAW selalu berdoa seperti berikut yang artinya:"Ya Allah berikan ketakwaan kepada jiwaku dan bersihkanlah, sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang membersihkannya. Engkaulah penolong dan pemiliknya." (HR: Muslim dan Ahmad).
Wednesday, February 06, 2002
Hal 63 dari 73
Cerita Islam”
Syariat Islam ini isinya adalah tazkiyah nufus (pembersihan jiwa) sehingga mereka pantas sebagai penduduk surga yang bersih. Tak ubahnya seperti pakaian yang bersih kita letakkan di almari, sementara yang kotor harus dicuci, dijemur dan disetrika. Perhatikan perintah sholat di bawah ini, tujuannya agar orang terhindar dari kekejian dan kemungkaran seperti dalam QS: AlAnkabut 45 yang artinya : "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaan dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." Rasulullah SAW bersabda yang artinya : "Bagaimana menurut kalian kalau ada orang yang mandi di sungai depan rumahnya sehari lima kali, masihkah ada daki yang tersisa? Mereka menjawa : Tidak ada kotoran lagi yang menempel. Beliau melanjutkan : Demikian itu sholat lima waktu, yang karena sholat itu, Allah menghapus dosa-dosa." (HR: Bukhari, Muslim, Turmudzi, dan Nasa'i). Perintah zakat disebutkan seperti dalam QS: At-Taubah 103 yang artinya : "ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui." Perintah haji disebutkan sebagai berikut seperti dalam QS: Al-Baqarah 197 yang artinya : "(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafatsa, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya, sebai-baik bekal adalah taqwa dan bertakwalah kepadaKu hai orangorang yang berakal." Demikian pula sederetan syariat Allah lainnya bertujuan agar manusia bersih jiwanya. Itulah rahasia dimana Allah tidak menjadikan di dalam diri manusia dua hati, yaitu apabila hati seseorang diisi dengan cinta kepada Allah, seluruh cinta-cinta yang lain keluar dan terikat dengan itu, sebaliknya hati yang diisi cinta selain Allah seperti harta, perempuan, jabatan, dan lainlain, maka cinta kepada Allah akan terbang. Tak heran ungkapan seorang ulama bernama Ibnu Taimiyah yang artinya :< i>"Di dunia ini ada surga, siapa yang tidak memasukinya, dia tidak akan memasuki surga akherat." Juga yang artinya: < i>"Apa yang akan diperbuat kepadaku oleh musuh-musuhku? Surga itu milikku ada di dadaku. Kemana saja saya menuju dia bersamaku tidak terpisah. Bila aku dipenjara itu adalah khalwat bagiku, bila dibunuh aku mati syahid dan bila aku diusir kepergianku darmawisata." Bagaimana cara membersihkan jiwa?
Kita harus Mengenal Diri kita. Mengisi Diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga tahapan: Pembersihan Aqidah Pembersihan Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan LaranganNya Menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah SAW Bagiaman penjelasan cara membersihkan jiwa di atas...?......,Bersambung... Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 64 dari 73
Cerita Islam”
Tazkiyah Penyejuk Hati "Dan jiwa serta apa yang disempurnakannya, maka diilhamkan kepadanya keburukan dan ketakwaannya (potensi buruk & potensi baik), Sungguh beruntung orang yang membersihkannya dan merugi orang yang mengotorinya." (Al-Syams: 7-10) Lanjutan........... Bagaimana cara membersihkan jiwa?
Kita harus Mengenal Diri kita. Mengisi Diri kita melewati pembersihan (tazkiyah) dengan tiga tahapan: Pembersihan Aqidah Pembersihan Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan LaranganNya Menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah SAW Mengenal Diri : Lihat lampiran terpisah. Adapun tiga tahapan yang harus dilalui oleh seseorang muslim yang ingin mendapatkan kebahagiaan dan ketentraman hidupnya adalah : I. Tazkiyah Melalui Pembersihan Aqidah Seluruh isi Al-Qur'an mengandung ajaran aqidah yang lengkap terdiri dari empat bagian :
Pemberitahuan tentang Allah, Nama dan SifatNya disebut dengan Tauhid Ilmiyah Teoritis. Ajakan agar penghambaan (baca: ibadah) hanya tertuju kepada Allah SWT semata disebut dengan Tauhid Amaliyah Praktis. Penjelasan tentang perintah dan larangan yang harus ditaati sebagai konsekwensi logis penerimaan tauhid disebut dengan Hakhak Tauhid. Keterangan positif tentang hasil yang akan diperoleh pelaku tauhid di dunia maupun di akherat dan akibat buruk bagi yang menolak atau ragu-ragu terhadap tauhid di dunia sebagai kesengsaraan dan di akherat ke dalam api neraka. Begitu bersih jiwa orang yang beraqidah Islam yang benar sehingga dapat membuahkan kebaikan setiap saat. Digambarkan indah sekali seperti dalam QS: Ibrahim 24-25 yang artinya : "Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhanna. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." Berbeda dengan orang yang rusak aqidahnya seperti umumnya musyrikin, maka Allah SWT menyebut mereka jiwanya kotor, seperti dalam QS: At-Taubah 28 yang artinya : "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini. Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dan karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Bijaksana." Hal itu terjadi karena mereka banya mendzalimi dirinya karena tidak mengindahkan ajakan Sang Pencipta dirinya, seperti dalam QS: Lukman 13 yang artinya : "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kedhaliman yang besar." Akibatnya mereka berjalan diatas kesesatan, seperti dalam QS: An-Nisa' 116 yang artinya : "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." Disini rahasia Rasulullah SAW mencurahkan perhatian selama tiga belas tahun saat berada di Mekkah menggembleng para sahabat agar aqidahnya murni dari intrik-intrik syirik apapun bentuknya. Ibnul Qayyim menggambarkan indah sekali keimanan mereka yang beraqidah itu, ringkasnya, "Mereka adalah manusia yang hatinya dipenuhi dengan pengertian terhadap Allah sampai meluap rasa cinta, rasa takut (baca:khusyu'), pengagungan dan selalu merasa dikontrol Allah SWT (baca: muraqabah). Rasa cintanya telah merasuki seluruh bagian tubuhnya sampai tulang sumsumnya sampai pada tingkat melalaikan cinta selain dari padaNya. Tandanya, ia banyak ingat dan menyebut Allah. Seluruh harap dan cemasnya ditujukan kepadaNya serta selalu bertawakkal dan mengembalikan segala urusannya kepada Allah setelah melakukan berbagai upaya dan sebab yang dibenarkan. Tak jarang ia bertaubat dan tunduk patuh ke keharibaanNya. Apabila dia Wednesday, February 06, 2002
Hal 65 dari 73
Cerita Islam”
meletakkan punggungnya di pembaringannya, jiwanya melayang ke hadirat Ilahi sambil menyebut-nyebut nama dan sifat baikNya. Dia menyaksikan asman dan sifatNya telah menerangi cahaya hatinya. Badannya diatas tempat tidur, sementara jiwanya berdarma wisata dan sujud di keharibaan Tuhannya yang dia cintai penuh khusyu' dan rendah diri. Hanya Allah jualah yang memenuhi seluruh kebutuhan manusia dan seluruh makhluk, seperti dalam QS: Ar-Rahman 29 yang artinya : "Semua yang ada di langit, di bumi selalu meminta kepadaNya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan." Allah SWT yang mengampuni dosa hambanya, menyelesaikan segala persoalannya, membahagiakan orang yang sedih, menolong yang lemah, memberi kekayaan dan mencukupkan orang muslim. Dialah yang mematikan dan menghidupkan, membahagiakan dan mencelakakan, menyesatkan, dan memberi petunjuk, memberi kekayaan pada segolongan manusia dan menjadikan miskin pada segolongan yang lain, mengangkat derajat suatu kaum dan menghinakan kaum yang lain, dan lain-lain Begitu pentingnya aqidah ini sehingga harus kita pelajari secara global kemudian terinci dari sumber yang terpercaya. Ini masalah agama (baca: Diin) tidak boleh kita ambil dari sembarang orang, tetapi harus dari yang terpercaya ilmu dan amalnya. Seperti sinyalemen Imam Malik dan Ibnu Sirin, yang artinya: "Ilmu ini, ilmu, hendaknya kamu ambil ilmu agamamu dari orang yang benar-benar kamu percayai." Tentunya dalam kesempatan yang terbatas ini, kami tidak mengungkapkan poin-poin dalam aqidah, tetapi sebatas pembuka dan perangsang belaka agar diketahui pentingnya hal tersebut. II. Tazkiyah Dengan Menjalankan Perintah Allah SWT dan Meninggalkan LaranganNya Sebelum seseorang melakukan atau meninggalkan sesuatu, hendaknya dia tahu betul bahwa hal tersebut memang diperintah sehingga harus dikerjakan atau dilarang sehingga harus ditinggalkan. Sementara yang sering terjadi, ada orang yang menjalankan kewajiban tetapi pada saat yang lain dia melakukan penggaran. Contohnya: Berapa banya orang yang menjalankan sholat di masjid, tetapi kalau pergi ke kantor dia melakukan korupsi. Kita harus konsekwen kalau kita mau selamat, kerjakan yang diperintahkan, tinggalkan yang dilarang. Dalam hadits Qudsi, Allah SWT pernah mengatakan yang artinya : "Allah Ta'ala berfirman: Barangsiapa memusuhi waliku, maka Aku proklamirkan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba mendekat kepadaKu dengan sesuatu yang lebih baik bagiKu daripada yang Kuwajibkan kepadanya. Sementara hambaKu mendekat kepadaKu dengan mengerjakan sunnah-sunnah, sampai Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya untuk mendengarkan, matanya untuk melihat, tangannya untuk berkreasi dan kakinya untuk berjalan. Apabila dia meminta kepadaKu, pasti Kuberikan. Apabila berlindung denganKu, pasti Kulindungi dia. Tidaklah Aku ragu mengerjakan sesuatu seperti ragunya Aku mengambil nyawa orang mukmin karena tak menyukai mati, sementara Aku tak suka menyakitinya." (HR: Bukhari dan lain-lain). Kewajiban mengerjakan perintah Allah tidak bisa ditawar-tawar atau apa lagi ada anggapan pengecualian bagi orang-orang tertentu. Demikian pula kesalahan besar bagi orang yang mengerjakan Sunnah yang banyak tapi pada saat yang sama dia meninggalkan kewajiban seperti orang yang mengeluarkan sedekah tapi dia tidak bayar zakat sebagai orang mampu yang berkewajiban membayar zakat. Dalam menjalankan kewajiban ini ummat Islam terbagi menjadi tiga bagian seperti dalam QS: Faathir 32 yang artinya : "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." Menurut Ibnu Taimiyah seperti halnya sholat maka orang yang mendzalimi dirinya adalah suka mengundurkan waktu sholatnya. Sementara orang yang ekonomis yaitu orang yang mengerjakan tepat waktu dan sabikun bil khairat adalah orang yang mengerjakan sholat tepat waktu berjamaah dan mengerjakan sunnah rawatib. Umar bin Khattab ra berpendapat: "Sebaik-baik perbuatan mengerjakan yang diwajibkan Allah dan menginggalkan apa yang dilarang Allah serta berbai niat terhadap Allah SWT." Namun Syaukani rahimahullah menekankan bahwa meninggalkan larangan Allah lebih utama daripad mengerjakan kewajiban karena adanya hadits Nabi yang artinya : "Jika aku perintahkan sesuatu kepada kalian, kerjakan semampunya. Dan jika aku melarang sesuatu, janganlah kalian dekati." (HR:Muslim). Ada pula orang yang mempunyai kewajiban menafkahi anak dan isteri, sehingga untuk itu dia mati-matian mencari rizqi. Anehnya sering ia meninggalkan kewajiban lainnya seperti sholat, dan lain-lain. Tak jarang pula dia mencarinya dengan jalan tidak benar seperti riba, korupsi, dan lain sebagainya. Orang yang menjalankan kewajiban dengan benar, menjalankan sholat, berpuasa dibulan Ramadhan, mengeluarkan zakat jika mampu, menunaikan haji bila berkecukupan, dan menjalankan tanggung jawab sesama manusia, berarti ia telah setengah langkah menuju keselamatan, sementara setengah berikutnya berjalan hal-hal yang dilarang Allah SWT seperti dalam QS: AlBaqarah 187 yang artinya : "Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan Wednesday, February 06, 2002
Hal 66 dari 73
Cerita Islam”
carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larang Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada manusia, supaya mereka bertakwa." Serta ancaman bagi pelanggarnya seperti dalam QS: An-Nisa' 14 yang artinya : "Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya dan melanggar ketetuan-ketentuanNya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang menghinakan." Yang perlu diingat selalu bahwa Allah SWT sayang kepada hambanya, maka segala sesuatu yang membahayakan atau merugikan mereka pasti dilarang sedangkan yang baik dibolehkannya. Meskipun sebagian orang tidak tahu apa hikmah pelarangan dan kebolehan sesuatu itu. Untuk hak menghalalkan dan mengharamkan hanya milik Allah seperti dalam QS: AlA'raaf 157 yang artinya : "(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." Dan larangan keras bagi siapa saja yang berbicara halal dan haram tanpa dasar dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW seperti dalam QS: An-Nahl 116 yang artinya : "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secar dusta, ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidaklah beruntung." Semua larangan sudah dirinci oleh Al-Qur'an seperti dalam QS: Al-Maidah 3 yang artinya : "Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari itu orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepadaKu. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'matKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa, karena kelaparan tanpa sengaja berbuat,sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Juga seperti dalam QS: An-nisa' 23 yang artinya : "Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusukan kamu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri-isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Dan seperti dalam QS: Al-An'am 119 yang artinya : "Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkanNya atasmu kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benarbenar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas." Sedangkan Rasulullah SAW sudah menjelaskan batasan-batasan larangan Allah dalam sabda-sabdanya diantaranya : "Dari Nu'man bin Basyir ra berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan diantara keduanya ada yang samar-samar (syubhah), banyak manusia tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa menjaga dirinya dari hal syubhah itu, berarti telah bersih agama dan kehormatannya, sementara orang yang terlibat dengan syubhah, terjatuh ke dalam yang haram. Taoh ubahnya seperti penggembala yang menggembalakan kambingnya di sekitar kebon orang, lambat laun ia akan memasukinya. Ketahuilah setiap raja meletakkan batasan larangan. Ingatlah bahwa larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkannya. Sungguh dalam tubuh manusia ada segumpal darah, kalau baik, seluruh badan baik, tetapi kalau rusak, seluruh badan rusak, itulah hati." (HR: Bukhari dan Muslim) Diantara larangan yang disebut-sebut Rasulullah SAW, larangan menyekutukan Allah, melawan orang tua, berdukun, menyihir, menipu, berbohong, bersaksi palsu, menyembah kuburan, sombong, dengki, bersumpah selain Allah, riya', karena manusia dalam beribadah, tidak khusyu' dalam sholat, mendahului imam saat sholat berjamaah, berzina, minum khamer, makan binatang buas, berjudi, menyetubuhi isteri saat sedang menstruasi, makan riba, mencuri, menyogok, menyerobot tanah orang, bersumpah palsu, mengumpat, mendengarkan musik-musik, mengagungkan gambar yang bernyawa, menggunakan emas, dan sutra bagi Wednesday, February 06, 2002
Hal 67 dari 73
Cerita Islam”
pria, menyerupai wanita, sedang menyerupai pria, menadu domba, meratapi orang mati, menato badan, dan lain sebagainya. Semua larangan itu harus kita tinggalkan agar kita mendapat manisnya iman. Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, pasti Allah menggantinya dengan yang lebih baik. III. Tazkiyah Dengan Menjalankan Sunnah Rasulullah SAW Istilah Sunnah yang dimaksud seperti istilah ahli fiqih yakni amalan taat selain yang wajib apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak terkena sangsi apa-apa. Agar kita sampai derajat waliullah yang mendapat perlindungan dari Allah seperti tertera dalam hadits qudsi terdahulu. Dimana Allah mencintai hamba yang senantiasa menjalankan Sunnah Rasulullah SAW. Bagaimana kita tidak bahagia di dunia dan apalagi di akherat, kalau kita dicintai dan dilindungi Allah SWT seperti dalam QS: Al-Imran 31 yang artinya : "Katakanlah : Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Diantara Sunnah Rasulullah SAW yang perlu kita amalkan adalah: 1. Sunnah-Sunnah Sholat
Dalam riwayat yang yang artinya: "Dari Abdullah bin Umar ra berkata : Aku hafal dari Rasulullah SAW, dua rakaat sebelum dhuhur, dua rakaat sesudah dhuhur, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat sebelum subuh." (HR: Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Riwayat Muslim dari Aisyah menambah : "Sebelum dhuhur empat rakaat." Anjuran itu diperkuat oleh sabda Nabi SAW yang artinya : "Dari ummu Habibah binti Abi Sofyan ra, dari Nabi SAW: Siapa yang shalat sehari semalam dua belas sujud (baca: rakaat) selain yang wajib, dibangunkan rumah di surga." (HR: Muslim). Shalat Sunnah Tahajjud atau Qiyamul Lail yang artinya : "Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi SAW bersabda : Sebaik-baik shalat sesudah yang wajib adalah qiyamul lail." (HR: Muslim). Juga yang artinya : "Dari Aisyah ra berkata : Rasulullah SAW shalat antara selesai shalat isya sampai subuh sebelas rakaat, beliau salam setiap dua rakaat dan witr satu." (HR: Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud). Shalat Sunnah Dhuha Yang artinya : "Dari Abu Hurairah ra berkata : Kekasihku berwasiat kepadaku tiga hal : Puasa tiga hari setiap bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witr sebelum tidur." (HR: Bukhari dan Muslim). Shalat Sunnah Tahiyyatul Masjid Yang artinya : "Dari Abi Qatadah ra berkata bahwa Nabi SAW bersabda : Apabila anda masuk masjid janganlah duduk sampai melaksanakan shalat dua rakaat." (HR: Bukhari, Muslim, dan Malik). Demikian sunnah-sunnah muakkad dan masih tersisa sejumlah sunnah yang tidak tergolong muakkad seperti sunnah sesudah wudhu, dan lain-lain. 2. Sunnah-Sunnah Berpuasa Puasa Sunnah di Bulan Muharram Yang artinya : "Nabi SAW pernah ditanya : Puasa apa yang paling baik sesudah Ramadhan? Beliau menjawab : Bulan Allah Muharram." (HR: Muslim).
Selesai Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 68 dari 73
Cerita Islam”
Ulama Su', Petaka Dan Fitnah "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri. Padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir." (QS. Al-Baqarah : 44) Rasulullah SAW bersabda : "Akan muncul di akhir zaman orang-orang yang mencari dunia dengan agama. Di hadapan manusia mereka memakai baju dari bulu domba untuk memberi kesan kerendahan hati mereka, lisan mereka lebih manis dari gula namun hati mereka adalah hati serigala (sangat menyukai harta dan kedudukan). Allah SWT berfirman : 'Apakah dengan-Ku (kasih dan kesempatan yang kuberikan) kalian tertipu ataukah kalian berani kepada-Ku. Demi diriku, Aku bersumpah, Aku akan mengirim bencana dari antara mereka sendiri yang menjadikan orang-orang santun menjadi kebingungan (apalagi selain mereka) sehingga mereka tidak mampu melepaskan diri darinya." (HR. Tirmidzi). Namanya saja ulama su' (buruk), tentu pekerjaannya merusak, mangacau, dan menyesatkan. Disebut ulama karena baju dan lisannya seperti ulama, disebut su' karena perbuatan, ajakan, dan hatinya jahat. Karena itu, ulama su' termasuk jenis manusia yang berbulu domba namun berhati serigala. Ulama su' sekarang ini adalah generasi penerus dari ulama su' zaman dahulu. Ulama su' mengajarkan tipu daya untuk mencari celah-celah hukum Allah, sehingga mereka bisa memakan harta secara batil seperti kisah orang-orang Bani Israil yang diharamkan mencari ikan pada hari Sabtu, namun mereka halalkan dengan tipu darya yang culup terkenal itu, atau menghalalkan bangkai dengan cara menccirkannya menjadi minyak lalu dijual dan dimakan harganya. Ulama su' adalah peringkat ulama yang paling rendah, paling buruk dan paling merugi. Ia adalah seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya dan tidak mengajarkannya kepada manusia. Di samping itu, ia mengajak kepada kejahatan dan kesesatan. Ia menyuguhkan keburukan dalam bentuk kebaikan. Ia menggambarkan kebatilan dengan gambar sebuah kebenaran. Ada katlanya, karena menjilat para penguasa dan orang-orang dzalim lainnya untuk mendapatkan kedudukan, pangkat, pengaruh, pernghargaan atau apa saja dari perhiasan dunia yang ada di tangan mereka. Atau ada juga ang melakukan itu karena sengaja menentang Allah dan Rasul-Nya demi menciptakan kerusakan di muka buni ini. Mereka tidak lain adalah para khalifah syetan dan para wakil Dajjal. Diantara ulama su' ada juga kelompok yang mengajak kepada kebaikan, namun tidak pernah memberikan keteladanan. Karena itu, ibnul Qayyim berkata : "Ulama su' duduk di depan pintu surga dan mengajak manusia untuk masuk ke dalamnya dengan ucapan dan seruan-seruan mereka. Dan mengajak manusia untuk masuk ke dalam neraka dengan perbuatan dan tindakannya. Ucapan mereka berkata kepada manusia : 'Kemarilah! Kemarilah!' Sedangkan perbuatan mereka berkata : Janganlah engkau dengarkan seruan mereka. Seandainya seruan mereka itu benar, tentu mereka adalah orang yang pertama kali memenuhi seruan itu." (Al-Fawaid, Ibnul Qayyim, hal. 61). Diriwayatkan bahwa Allah SWT memberi wahyu kepada Nabi Dawud AS : "Wahai Dawud jangan engkau jadikan antara Aku dan antara dirimu seorang alim yang sudah tergoda oleh dunia, sehingga ia bisa menghalangimu dari jalan mahabbahku. Karena sesungguhnya mereka adalah para begal yang membegal jalannya hamba-hambaKu. Sesungguhnya hukuman terkecil yang Aku kenakan untuk mereka adalah Aku cabut kelezatan bermunajat dari hati mereka." (Jami' Bayanil Ilmi, Ibnu Abdil Bar, I/193). Asy-Sya'bi berkata : "Akan ada sekelompok penduduk surga yang melongok, melihat sekelompok penduduk neraka. Lalu penduduk surga menyapa mereka dengan penuh keheranan, 'Apa yang membuat kalian masuk neraka, padahal kami masuk surga karena jasa didikan dan ajaranmu?' Mereka menjawab : Sesungguhnya kami memerintahkan kalian melakukan kebaikan namun kami sendiri melakukannya." Allah SWT telah mencela orang-orang semacam ini sejak zaman Nabi Musa AS dan mengabadikan hinaan itu di dalam kitab suci sepanjang masa, seperti dalam QS. Al-Baqarah : 44, yang artinya :"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri. Padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" (Mukhtashar jami' Bayanul Ilmi, Ahmad bin Umar Al-Bairuti, hal. 163). Contoh Nyata Contohnya banyak sekali, seperti ulama yang dalam muktamar telah memutuskan keharaman musik, lalu setelah pulang ke pesantrennya ternyata di rumahnya terang-terangan memutas kaset-kaset nyanyian atau bahkan santrinya direstui membentuk group musik atau qasidah. Ada lagi ulama yang dengan manisnya mengatakan bahwa tugasnya adalah berdakwah demi kesejahteraan Islam, namun di waktu lain ia malah membolehkan bahkan mengajak untuk memilih orang-orang kafir sebagai pemimpin, dan lain sebagainya. Satu lagi termasuk kelompok ulama su' yaitu ulama yang mengajak kepada kebaikan, tetapi dengan cara-cara kefasikan, seperti berdakwah dengan musik dan gendingan. Mulutnya mengajak ke surga sementara tangan dan kakinya mengajak orang lain Wednesday, February 06, 2002
Hal 69 dari 73
Cerita Islam”
untuk bergoyang mengikuti syetan. Atau berdakwah dengan menggunakan metode lawak, sehingga ungkapan yang kotor dan contoh-contoh yang seronok menjadi bumbu wajib dalam setiap ceramahnya karena target keberhasilannya adalah puasnya hadirin, pemirsa dan pendengar, dengan gelak tawa dan senyuman lebar sebanyak mungkin. Tema dan isi dakwah pun dipilih dan dikemas sesuai dengan selera para panitia dan pengunjung. Mulutnya mengajak kepada iman, namun lawakan dan kebanyolannya melupakan akhirat. Intinya adalah ia mencari "ridah manusia." Jenis ulama penghibur (pelawak dan pemusik) ini tidak mengikuti aturan dakwah dalam syariat Islam, tetapi mengikuti nafsu syetan demi mengejar ridha manusia. Mereka lupa akan ancaman Rasulullah SAW : "Barangsiapa yang mencari ridha Allah dengan (resiko mendapat) murka manusia, maka Allah mencukupinya dari manusia. Dan barangsiapa mencari ridha manusia dengan (menyebabkan) kemurkaan Allah, maka Allah menyerahkan dirinya kepada manusia." (HR. Tirmidzi, no. 2419). Alhasil ulama su' adalah perusak agama, pemadam sunnah, pelindung bid'ah, pelopor maksiat. Sesungguhnya tepat ungkapan ibnul Mubarak : "Tidaklah merusak agama ini melainkan para raja, ulama su', dan para rahibnya." Hal ini karena manusia ini bergantung kepada ulama (ahli ilmu dan amal), ubbad (ahli ibadah) dan muluk (umara, aghniya'). Jika mereka baik, manusia akan baik dan juka mereka rusak, pasti dunia menjadi rusak. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/462). Umar berkata kepada Ziyad bin Hudair : "Apakah kamu mengerti apa yang merusak Islam?" Ziyad berkata : "Tidak." Umar berkata : "Tergelincirnya seorang alim, debatnya orang munafik -dengan ayat Al-Qur'an- dan (penetapan) hukumnya para imam yang menyesatkan." (Riwayat Ad-Darimi). Ulama su' sejatinya adalah da'i-da'i neraka. Dalam hadits Hudzaifah ra, ketika dia bertanya kepada Rasulullah SAW : "Sesungguhnya kita dulu ada dalam kejahiliyahan lalu Allah menganugerahkan kepada kami kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan?" Beliau menjawab dalam ucapannya yang panjang sampai berkata : "ya, para da'i di ambang pintu Jahannam. Siapa yang mendatangi ajakannya pasti akan mereka lemparkan ke dalamnya." (HR. Al-Bukhari, 7084, dan lainlain). Ulama su' menjadi musuh Allah, mereka sebegitu buruknya karena memutar balikkan urusan, maka benar-benar terbalik. Mestinya salah seorang mereka bisa menjadi pengajak dan penyeru kepada jalan Allah, ternyata mereka sesat dan menyesatkan, mengajak kepada jalan syetan. (Dari ucapan Ali ra, Ad-Dakwatul Tammah, Abdullah Al-Hadrami. hal. 42). Ulama su' adalah ulama fasik yang akan dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka sebelum para penyembah berhala, karena salahnya orang yang mengerti tidak sama dengan orang yang tidak mengerti. (Mukhtashar Jami' Bayanil Ilmi, 164). Ya Allah, jadikanlah manfaat untuk kami apa yang telah engkau ajarkan kepada kami dan ajarkanlah terus kepada kami apa yang bermanfaat untuk kami. (Abu Hamzah As-Sanuwi). Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 70 dari 73
Cerita Islam”
WALIULLAH "Ketahuilah bahwa wali-wali Allah SWT itu, tidak ada kekhawatiran kepada mereka dan tidak ( pula ) mereka bersedih hati, (yaitu) mereka orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa" (Q.S. Yunus: 62-63) Penjelasan: Wali adalah sifat seorang yang dekat dan taat kepda Allah SWT. Dia bukan julukan sembarangan dan tidak ditentukan oleh pakaian tertentu. Seluruh hati, jiwa dan raganya hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Arti ibadah adalah melaksanakan segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. Untuk mencapai derajat wali, seseorang harus memahami dan mengamalkan Al Qur`an dan As Sunnah. Konsepnya diberikan Allah SWT dalam hadits Qudsi berikut ini, "Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku nyatakan perang kepadanya. Amalan hamba yang paling Aku cintai apabila ia mengerjakan kewajiban yang Aku perintahkan kepadanya. Kemudian hambaKu itu memperbanyak ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku ( menjaga ) pendengarannya saat ia mendengarkan, pandangannnya saat ia memandang, tangannya yang ia gunakan dan kakinya saat ia berjalan. Jika dia memintaKu pasti Aku berikan, jika ia berlindung kepadaKu pasti Aku lindungi dia. Tidak ada keraguan yang Aku kerjakan seperti saat menarik nyawa hambaKu yang mukmin: ia tidak menyukai kematian dan Aku tidak suka menyakitinya." (H.R. Bukhari ) Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa :"Wali-wali Allah SWT itu adalah orang-orang yang bertaqwa; mereka mengerjakan yang diperintahkan, meninggalkan yang dilaranng dan sabar terhadap musibah yang menimpa mereka. Allah SWT mencintai mereka dan mereka mencintai Allah SWT. Allah SWT rela terhadap mereka dan mereka pun rela kepada Allah SWT. Musuh-musuh mereka adalah pembela-pembela syaitan, sehingga harus dibenci, dimurkai dan dimusuhi" ( Al-Furqon Baina Auliyarrahman wassyaiton, hal 126 ). Karena itu, wali itu bukan dari kalangan tertentu dan berpenampilan tertentu. Apalagi kalau sampai mengaku wali segala. Itu jauh api dari panggang. Karena seorang waliullah itu akan selalu menyembunyikan kedekatannya kepada Allah SWT dan kalaupun mendapat karomah dan maunah dari Allah SWT tidak untuk diceritakan dan diumumkan kepada khalayak. Lebih lanjut Ibnu Taimiyah menyatakan; "Wali-wali Allah SWT adalah orang-orang beriman yang bertaqwa. Bisa jadi dari mereka itu ada orang yang miskin atau sufi ( yang benar ) atau ahli fiqih atau ulama atau pedagang atau tentara atau pekerja atau pejabat atau pemimpin dll." ( Majmu Fatwa juz 11, hal 22 ). Oleh karena itu jangan mudah kita dibodohi oleh oknum-oknum yang mengaku wali kemudian menipu dan membohongi khalayak ramai untuk memperoleh keuntungan duniawi. Sesungguhnya wali Allah SWT itu orang sangat bergantung dengan Allah SWT sehingga jauh dari pengaruh duniawi. Wallahu a`lam.
Wednesday, February 06, 2002
Hal 71 dari 73
Cerita Islam”
Wujud Kasih Sayang Rasulullah Akhlak Rasulullah saw. Sebagaimana kita yakini, bahwa Nabi Muhammad saw, adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah swt kepada segenap umat manusia di kolong jagat raya ini. Beliau diutus dengan tugas menyampaikan risalah Islam sekaligus sebagai rahmatan lil'alamin (sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta) yang penuh dengan contoh teladan utama. Wujud dari rahmatan lil'alaminnya itu ialah bahwa segala peraturan yang dibawanya, bukan hanya untuk kebahagiaan bangsanya (Arab) saja, tetapi juga untuk seluruh umat manusia secara umum. Norma-norma dan peraturan - peraturan itu diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan, sedangkan akhlaknya berfungsi sebagai uswah hasanah (suri teladan yang baik) yang patut dicontoh oleh setiap pribadi muslim khususnya, dan oleh setiap umat manusia pada umumnya (QS Al Ahzab, 33:21) Di dalam semua fase kehidupannya, beliau terkenal berbudi pekerti baik. tak ada perbuatan yang dituduhkan kepadanya sebagai celaan. Karena budi pekerti dan akhlaknya yang baik itu, sejak mudanya beliau telah mendapatkan gelar kehormatan dari kaumnya sebagai Al - Amin (yang jujur dan sangat dapat dipercaya). Kehidupan dan pribadi beliau yang baik itu dijadikan Allah sebagai pola kehidupan yang harus ditiru oleh setiap manusia. Aisyah, istri Rasulullah, ketika ditanya tentang apa dan bagaimana akhlak dan budi pekerti Rasulullah, beliau menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Quran. Oleh karenanya, maka rumah tangga yang baik, adalah yang berpola kepada rumah tangga Rasulullah. Kepemimpinan yang baik dan ideal, adalah yang berpola kepada kepemimpinan Rasulullah. Ibadah yang baik dan benar berpola kepada yang dilakukan dan dicontoh oleh Rasulullah. Ajaran Islam Bermuara Pada Akhlak Risalah Islam yang dibawa Rasulullah, amal dan ajarannya demikian luas dan dalam. Tidak saja meliputi kehidupan umat manusia, tetapi juga menjangkau seluruh kehidupan isi jagat raya ini. Meskipun amalan dan ajarannya telah 14 abad dikaji dan dibahas oleh para cerdik cendikiawan, namun hingga kini keluasan dan kedalamannya masih belum terajuk oleh ilmu dan teknologi. Dan bila kita bertanya apa sebenarnya yang dikehendaki oleh ajaran Islam yang demikian luas dan dalam ini dari makhluk manusia ? maka jawabannya cukup sederhana saja, yakni bahwa Islam menghendaki agar manusia menjadi orang yang baik. dan orang yang baik itu ternyata ada pada akhlak yang mulia dan terpuji. Maka untuk maksud dan tujuan itulah Muhammad Rasulullah saw, diutus kepermukaan bumi ini, sesuai dengan penegasannya : "Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti yang mulia" Bahkan dalam salah satu sabdanya yang lain, beliau pernah menegaskan, bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling mulia dan paling baik akhlaknya. Dengan demikian jelas bahwa semua ajaran dan amalan Islam bermuara pada akhlak yang mulia. Islam memandang bahwa akhlak yang mulia dan utama adalah sebagian dari iman, bahkan merupakan buahnya yang manis. Untuk itulah syariat Islam menggariskan perilaku perbuatan yang bernilai akhlak, dengan perintah - perintahnya. Syariat Islam membina akhlak yang positif, sedangkan dengan larangan-larangannya, ia menjauhkan nilai-nilai negatif pada akhlak. Itulah sebabnya syari'at Islam selalu mengajak kepada amar bil-ma'ruf dan nahyi 'anil-munkar, memerintahkan kepada yang baik dan mencegah dari yang buruk. Oleh karenanya, bila manusia hidup dalam naungan syari'at, ia akan terdidik kehidupannya dalam nilai-nilai yang baik, serta senantiasa akan menghindari nilai-nilai buruk. Wujud Kasih Sayang Rasulullah Seluruh perilaku hidup Rasulullah saw sehari - harinya, merupakan contoh teladan bagi umat manusia. Beliaulah satu -satunya figur manusia yang memiliki pribadi dan akhlak yang mulia dan utama. Pribadi dan akhlaknya merupakan tumpuan yang memperteduh segala makhluk dunia dalam mencari rachmat Ilahi. Kehidupannya merupakan wujud citra yang paling tinggi dalam seluruh aspek kehidupan manusia, tutur bahasanya merupakan puncak segala budi bahasa, risalahnya adalah ujung segala cita-cita yang mulia. Beliaulah insan kamil manusia paling sempurna dalam lingkungan kemanusiaan, merupakan himpunan dari segala keutamaan, Beliaulah Khatamul Anbiya wal-Mursalin. Untuk mengetahui sejauh mana kelembutan, kehalusan dan kemuliaan akhlak beliau, terutama sifat kasih sayangnya yang mendalam dituturkan dalam sebuah riwayat sebagai berikut : Pada suatu hari dimusim panas, beliau pergi kepasar untuk membeli qamis (baju panjang) yang terbuat dari kain wool kasar sebagai pengganti bajunya yang sudah usang. Beliau membawa uang sebanyak 8 dirham. Ketika sedang berjalan dilihatnya ada Wednesday, February 06, 2002
Hal 72 dari 73
Cerita Islam”
seorang jariah (budak wanita) di tepi jalan sedang menangis tersedu. Beliau hampiri anak itu, seraya menegur dengan kasih sayang : "Kenapa engkau menangis nak ?", budak wanita tadi menjawab "Aku disuruh majikanku kepasar untuk belanja makanan, aku dibekali uang 2 dirham namun uang itu hilang" jawabnya sambil terus menangis. "Sudah jangan menagis lagi, ini uang 2 dirham, ambilah sebagai pengganti uangmu yang hilang, pergilah belanja", "Terima kasih" kata budak wanita itu, seraya pergi meninggalkan Rasulullah. Rasulullah berpikir bahwa uangnya sudah berkurang 2 dirham, kini tinggal 6 dirham sudah pasti dengan uang tersebut tidak dapat lagi kain wool kasar, paling hanya untuk qamis kain katun. Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke pasar dan membeli qamis seharga 4 dirham, dengan demikian masih tersisa 2 dirham, kemudian pulang. Ditengah perjalanan pulang, Rasulullah mendengar seorang tua berseru ditepi jalan "Siapakah yang akan memberiku pakaian, semoga ia akan diberi Allah pakaian yang indah di sorga" Rasulullah mendekati orang tua itu dan melihat bahwa pakaian yang dipakainya sudah tidak layak lagi untuk dipakai. Maka beliau memberikan qamis yang baru dibelinya itu kepadanya. Selanjutnya Beliau pergi lagi ke pasar membeli pakaian seharga 2 dirham sesuai sisa uangnya, yang tentu kualitasnya lebih rendah dari sebelumnya kemudian beliau pulang dengan rasa puas. Namun ditengah perjalanan pulang, bertemu dengan budak perempuan tadi dan sedang menangis pula "Apalagi yang engkau tangisi" kata Rasulullah "Uangmu yang hilang telah kuganti, dan engkau sudah belanja" budak itu menjawab "Aku terlalu lama pergi sehingga aku takut pulang, karena majikanku pasti memarahiku", "Oh, engkau jangan kuatir, pulanglah, aku akan mengantarmu sampai kerumah dan bertemu majikanmu" kata Rasulullah. Budak perempuan itu lalu berjalan menuju rumah majikannya, sementara Rasulullah mengikutinya dari belakang. Setelah sampai, Rasulullah melihat kesekelilingnya sepi dan sunyi, maka beliau dengan suara yang keras berseru menyampaikan salam "Assalamu'alaikum warahmatullah". Tetapi tidak ada jawaban, diulanginya sampai tiga kali, baru ada jawaban dari dalam "Wa alaikumssalam warahmatullahi wa barakatuh". Apakah kalian tidak mendengar salamku " kata Rasulullah maka penghuni rumah menjawab "Kami mendengar ya Rasulullah, namun sengaja kami belum menjawabnya, sampai engkau mengulanginya 3 kali, agar doa yang engkau ucapkan kepada kami lebih banyak keberkatannya", "Baiklah kalau begitu, dan ini aku mengantarkan budak kalian pulang, ia tadi kehilangan uang belanjanya 2 dirham, dan aku telah menggantinya. dan aku harap agar kalian tidak memarahinya karena terlambat pulang" demikian Rasulullah menjelaskan. "Ya Rasulullah" kata wanita pemilik budak itu, "karena engkau telah menolongnya dan telah melindunginya, maka budak ini sejak saat ini kami merdekakan, semoga senantiasa dalam lindungan Allah, berkat kasih sayangmu" Tidak dapat dibayangkan betapa gembira dan terharunya hati Rasulullah setelah mendengar pernyataan itu, demikian pula sibudak itu. Beliau sambil pulang menuju rumah, berseloroh dalam hatinya "Alangkah penuh berkahnya uang 8 dirham ini. Yang kehilangan uang dapat diganti, yang tak berpakaian dapat pakaian, yang ketakutan dapat tertolong, dan seorang budak dapat dimerdekakan, dan aku sendiri dapat membeli qamis" Apa yang dikerjakan Rasulullah saw, ini patut menjadi cermin bagi kehidupan muslim dalam kesehariannya, lebih-lebih disaat krisis moneter yang sedang dialami oleh kita bangsa Indonesia ini. Wallahun a'lam bishshawab. Diambil dari : Buletin Dakwah No 33 Thn XXV, oleh H. Abdullah Faqih S. Penerbit - Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, Perwakilan Jakarta Raya, edisi Jum'at ke - 2, Agustus 1998 M. Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
Wednesday, February 06, 2002
Hal 73 dari 73