JADAL dan USLUB-USLUB ALQUR`AN Oleh: Asep Sopian
A. Pendahuluan
Berselisih paham atau berbeda pendapat biasanya menimbulkan perdebatan. Dalam perdebatan biasanya orang-orang yang berbeda pendapat akan bertengkar dan saling menyerang dengan kata-kata untuk mengajukan alasan atau argumen masing-masing. Kemahiran berdebat juga menunjukkan sampai sejauh mana tingkat IQ seseorang, karena dalam proses berdebat sudah pasti peranan ketajaman otak seseorang tidak bisa diremehkan. Tapi itu bukan selalu menjadi ukuran bila dilihat bahwa suatu perdebatan adalah untuk tujuan mencari kebenaran atau menguji sebuah kebenaran yang telah diumumkan maupun yang akan diumumkan. Dalam hal ini ketajaman otak seseorang bisa saja memanipulasi sebuah kebenaran menjadi kebenaran baru yang tidak benar atau palsu. Kita sering mendengar, "Fakta berbicara". Sering-sering demikian tapi sayangnya tidak selalu demikian. Karena sering-sering juga manusia lebih pintar bicara dari fakta sehingga fakta yang bicara tanpa kata-kata atau sans parole itu bisa dikalahkan oleh manusia yang pintar menggunakan kata-kata. Sebagai contoh, banyak ditemui di gedung Parlemen, Pengadilan, koran-koran, majalah, pasar, dan di ruang diskusi.
1
Mengapa "fakta bicara" mungkin bisa dikalahkan oleh lidah manusia yang berbicara atau jari-jari manusia yang menulis. Salah satu sebabnya adalah karena manusia yang pandai mengajukan atau membuat, atau mengarang argumentasi, biasanya juga mempunyai seni atau cara berdebat yang pandai. Kita mengenal seni sastra, seni lukis, seni suara, seni tari dan sebutkanlah segerobak seni lainnya. Debat yang ada seninya juga harus diberi arti positif, untuk mencari dan menguji kebenaran. Memancing perdebatan adalah juga salah satu cabang seni berdebat yang juga populer. Tukang debat yang pintar dan punya motivasi besar tidak akan meladeni pendebat-pendebat amatir karena mereka tidak akan "punya waktu" untuk apa yang mereka anggap "debat kusir" yang kerap kali diartikan pertengkaran di pasar yang tidak tentu pasal mulanya, ujung pangkalnya, titik tolaknya, bertengkar seenak perutnya dan biasanya yang menang adalah yang paling keras suaranya, yang paling besar pelototan matanya dan tidak jarang yang paling besar dan kuat badannya. Pemenangnya bukan orang yang paling banyak argumentasi. Debat kusir di kalangan rakyat adalah biasanya debat jenaka yang mengandung kebijaksanaan, filsafat rakyat kecil, pemikiran mereka yang spontan dan juga dianggap sebagai hiburan sambil ngobrol ngalor-ngidul (kesana kemari) untuk melupakan kelelahan dari kerja berat atau ketegangan sosial yang di masa dulu sambil naik bendi sambil ber-"debat kusir" dengan si kusir yang juga haus ngobrol dengan penumpang-penumpangnya.
2
Juga seorang pendebat yang sungguh-sungguh ingin mencari kebenaran, menguji kebenaran dan yang terpenting memenangkan kepentingan rakyat, menyuarakan keadilan dan demokrasi, pun harus menguasai seni berdebat dengan mementingkan kepandaian beragumentasi, ketrampilan berpikir cepat, tidak terprovokasi, tidak cepat panas dan memaki tapi dengan tenang menjawab semua tuduhan yang tidak benar, menyingkap manipulasi, menjelaskan dan menguakkan dengan kata-kata jitu dan bukan memfitnah. Seni berdebat terletak pada argumentasi yang jelas, meyakinkan dan menarik dan bukan memanipulasi. Cepat marah dan terprovokasi sudah pasti bukan seni berdebat, termasuk belagak pinter maupun belagak bodoh. Berdebat itu sehat dan mencerdaskan otak kalau ia diberi seni. Begitu pula kebenaran yang bersumber dari Alquran yang sudah jelas nampak dan nyata telah dapat di sentuh manusia, dibeberkan oleh berbagai bukti alam dan tidak lagi memerlukan argumentasi lain untuk menetapkan kebenarannya. Namun demikian, kesombongan seringkali mendorong seseorang untuk membangkitkan keraguan dan mengacaukan kebenaran tersebut dengan berbagai kerancuan yang dibungkus dengan baju kebenaran serta dihiasi dengan cermin akal. Usaha demikian ini perlu dihadapi dengan hujjah agar hakikat-hakikat tersebut mendapat pengakuan yang semestinya, dipercaya, atau malah diingkari. Alquran adalah seruan Allah kepada seluruh umat manusia, berdiri tegak dihadapan berbagai macam arus yang mengupayakan kebatilan untuk mengingkari hakikat-hakikatnya dan menperdebatkan
3
pokok-pokoknya. Karena itu, perlu membungkam intrik-intrik mereka secara kongkrit dan realistis serta menghadapi mereka dengan gaya atau uslub bahasa yang memuaskan, argumen yang pasti dan bantahan yang ajeg. Allah menyatakan di dalam Alquran bahwa jadal atau berdebat merupakan salah satu tabi'at manusia:
}54{ وكان النسان أكثر شيء جدل
"Dan manusia adalah mahkluk yang paling banyak debatannya" (QS. Al-Kahfi [8]: 54). Yakni paling banyak bermusuhan dan bersaing. Rasulullah saw. juga diperintahkan agar mengahadapi pertentangan dan permusuhan orang-orang musyrikin dengan berdebat yang baik dan dapat meredakan keberingasan mereka. Allah Ta'ala berfirman,
ادع إلى سبيل رب(ك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي }125{ … أحسن
"Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik" (QS. Al-Nahl [16] :125)
4
Di samping itu, Allah memperbolehkan berdebat dengan Ahli Kitab dengan cara yang baik. Allah Ta'ala berfirman,
}46{ ول تجادلوا أهل الكتاب إل بالتي هي أحسن "Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik" (QS. Al-Ankabut [25] : 46)
Berdebat demikian bertujuan menampakkan hak (kebenaran sejati) dan menegakan hujjah atas validitasnya. Berbeda dengan perdebatan orang yang memperturutkan hawa nafsu, mereka berdebat hanya merupakan persaingan yang batil belaka. Allah Ta'ala berfirman,
}56{ ويجادل الذين كفروا بالباطل "…tetapi orang-orang kafir membantah dengan yang batil…" (QS. Al-Kahfi [18]:56) Adapun dalam makalah yang sederhana ini, penulis akan menyajikan hal yang bertemali dengan jadal dalam Alquran dan gaya atau uslubnya dalam menampakkan kebenaran dan mematahkan aneka intrik dan berbagai penentangan orang-orang kafir secara realistis dan nyata.
B. Definisi Jadal
5
1
Dikatakan di dalam KBBI (1994:214) : Debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai sesuatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Jadi berdebat ialah bertukar pikiran tentang sesuatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan argumen.
2
Manna' al-Qathan di dalam Mabahits fi 'Ulumil Qur`an berkata :
المفاوضة على سبيل المنازعة والمغالبة للزام:وجدل و الجدال .الخصم Jadal atau jidal adalah bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan. Pengertian ini berasal dari ungkapan: Jadaltu al-habla yang berarti aku kokohkan jalinan tali itu. Mengingat kedua belah pihak yang berdebat itu mengokohkan pendapanya masing masing dan berusaha menjatuhkan lawan dari pendirian yang dipengangnya. 3
Senada dengan pengertian di atas al-Ashfahani berkata :
جدلت: وأصله من، المفاوضة على سبيل المنازعة والمغالبة:الجدال . الرض: الجديل (الجديل والجدالة: أحكمت فتله ومنه: أي،الحبل ، ودرع مجدولة، أحكمته: وجدلت البناء،)179/1 المحكم:راجع : ومنه، القصر المحكم البناء: والمجدل. الصقر المحكم البنية:والجدل 1
Depdikbud, Kamu Besar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Balai Pustaka, 1994), Cet. Ke-2. hal 214 2 Manna' al-Qathan, Mabahits fi 'ulumil qur`an , (Riyadl: Mansyurat al-'Ashri al-Haditsah,tt), hal. 298 3 al-Ashfahani, Mu'jal mufradat al-fazhil qur`anil karim, (Beirut: Darul Fikr, tt), hal. 87
6
الجدال ،فكأن المتجادلين يفتل كل واحد الخر عن رأيه .وقيل :الصل في الجدال :الصراع وإسقاط النسان صاحبه على الجدالة ،وهي الرض الصلبة.
Dikatakan di dalam al-Qamus:
الجدل :مقابلة الحجة بالحجة
4
Selanjutnya, al-Jurjani berkata di dalam al-Ta'rifât :
الجدال عبارة عن مراء يتعلق بإظهار المذاهب وتقريرها. الجدل هو القياس المؤلف من المشهورات والمسلمات والغرض منه إلزام الخصم وإقحام من هو قاصر عن إدراك. مقدمات البرهان دفع المرء خصمه عن إفساد قوله بحجة أو شبهة أو يقصد به تصحيح كلمه وهو الخصومة في الحقيقة
Dari definisi-definisi di atas, diperoleh kesimpulan bahwa jadal atau jidal adalah berdebat dengan menggunakan hujjah dan orang yang berdebat itu saling bersaing dan mengalahkan argumen lawannya.
C. Kata Jadal dan Derivasinya Dalam Alquran
Ali al-Jurjani, al-Ta'rifât, (Beirut: Darul Kitab al-Arabiy, 1405), Juz. 1, hal. 101.
7
4
Berikut ini penulis sajikan kata jadal beserta derivasinya yang terdapat di dalam Alquran, antara lain:
:قال ا تعالى >125/وجادلهم بالتي هي أحسن <النحل "…dan debatlah mereka dengan cara yang paling baik…" (QS. Al-Nahl [16] :125)
Ash-Shabuni di dalam Mukhtashar Ibnu Kasir mengatakan 5
bahwa :
، أي من احتاج منهم إلى مناظرة وجدال،}{وجادلهم بالتي هي أحسن {ول تجادلوا أهل:فليكن بالوجه الحسن برفق ولين وحسن خطاب كقوله تعالى فأمره تعالى بلين،الكتاب إل بالتي هي أحسن إل الذين ظلموا منهم} الية كما أمر به موسى وهارون عليهما السلم حين بعثهما إلى فرعون،الجانب .} {فقول له قول لينا لعله يتذكر أو يخشى:في قوله
"(yaitu) orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah…" (QS. Ghafir [40]:35)
>68/وإن جادلوك فقل ا أعلم <الحج
5
http://www. Muhaddith. org: Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir
8
"Dan jika mereka mendebat kamu, maka katakanlah, 'Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan'". (QS. Al-Hajj [22]:68)
>32/قد جادلتنا فأكثرت جدالنا <هود
"Sesungguhnya kamu telah berdebat dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami,,," (QS. Hud [11]:32)
>58/ما ضربوه لك إل جدل <الزخرف "…mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar". (QS. Az-Zukhruf [43]:58)
>54/وكان النسان أكثرشيء جدل <الكهف "Dan manusia adalah mahkluk yang paling banyak debatannya" (QS. Al-Kahfi [8]: 54). Yakni paling banyak bermusuhan dan bersaing.
>13/وهم يجادلون في ا <الرعد
9
"…dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah…" (QS. ArRa'du [13]:13)
>5/وجادلوا بالباطل <غافر "…dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil…" (QS. Ghafir [40]:5)
Dari berbagai ayat di atas, jadal (debat) di dalam Alquran, terdiri atas dua kelompok. Pertama, debat yang dilontarkan Allah kepada para penentang-Nya. Dalam hal ini, Rasul sebagai pengemban Risalah-Nya, mendebat dan membantah para pengusung kebatilan dengan cara yang hikmah dan mengandung pelajaran serta bahasa yang lembut. Kedua, debat yang dilontarkan oleh orang-orang kafir, mereka bermaksud mematahkan dan mengalahkan Alquran dengan cara membantah kebenarannya melalui aneka hujjah dan berbagai argumen batil.
D. Metode Berdebat Yang Ditempuh Alquran
6
Dikatakan di dalam Mabahits fi 'ulumil qur`an Alquran al-Karim dalam berdebat dengan para penantangnya banyak mengemukakan dalail dan bukti yang kuat serta jelas yang dapat dimengerti kalangan awam dan orang ahli. Ia membatalkan setiap kerancuan vulgar dan mematahkannya dengan perlawanan dan pertahanan dalam uslub yang 6
Manna' al-Qathan, Mabahits fi 'ulumil Qur`an, (Riyadl: Mansyurat al- 'Ashei al-hadits, tt), hal. 299-302. terj
10
konkrit hasilnya, indah susunannya, dan tidak memerlukan pemerasan akal atau banyak penyelidikan. Alquran tidak menempuh metode yang dipegang teguh oelah para ahli kalam yang memerlukan adanya muqaddimah (premis) dan natijah (konklusi), seperti dengan cara ber-istidlal (inferensi) dengan seseuatu yang bersifat universal atas yang partial dalam qiyas syumul, atau ber-istidlal dengan yang partial atas yang universal dan qiyas istiqra`. Semua ini disebabkan: Pertama, Alquran datang dalam bahasa Arab dan menyeru mereka dengan bahasa yang mereka kenal. Kedua, bersandar pada fitrah jiwa, yang percaya kepada apa yang disaksikan dan dirasakan, tanpa perlu mendalam dalam beristidlal adalah lebih kuat pengaruhnya dan lefih efekif hujjahnya. Ketiga, meninggalkan perkataan yang jelas, dan mempergunakan perkataan yang jelimet dan pelik merupakan kerancuan dan teka-teki yang hanya dapat di mengerti oleh orang khâs (ahli). Cara demikian yang ditempuh oleh ahli logika tidak sepenuhnya benar. Karenanya, dalil-dalil tentang auhid dan hidup kembali di akhirat yang dapat diungkapkan dalam Alquran merupakan dalalâh tertentu yang dapat memberikan makna yang ditunjukkan secara otomatis tanpa harus memasukkannya ke dalam qadliyah kulliyah (Universal proportion). Dikatakan demikian, karena agama tidak semuanya bisa dibuktikan secara empirik, misalnya tentang wujud Tuhan dan eksistensiNya.
11
Hal di atas sejalan dengan perkataan Ibnu Taimiyah di dalam arRaddu 'alal Mantiqiyyin yang mengatakan bahwa: Dalil-dalil analogi yang dikemukakan para ahli debat, yang mereka namakan 'bukti-bukti' untuk menetapkan adanya Tuhan, Sang Pencipta, Yang Mahasuci dan Mahatinggi itu, sedikit pun tidak dapat menunjukkan esensi Zat-Nya. Namun, hanya menunjukkan sesuatu yang mutlak dan universal. Konsepnya itu sendiri tidak terlepas dari kemusyrikan…Adapun barangsiapa yang tidak mempunyai konsep tentang sesuatu yang bebas dari kemusyrikan, kama dia belum mengenal Allah…. Selanjutnya, beliau mengatakan ini (yang dilakukan ahli logika) berbeda dengan ayat-ayat yang disebutkan Allah di dalam Kitab-Nya, seperti firman-Nya:
إن في خلق السماوات والرض واختلف الليل والنهار والفلك التي ] تجري في البحر بما ينفع الناس وما أنزل ا من السماء من ماء فأحيا به الرض بعد موتها وبث فيها من ك (ل دآبة وتصريف الر( ياح }164{ والسحاب المس (خر بين السماء والرض ليات ل(قوم يعقلون
Sesungguhnya
dalam
penciptaan
langit
dan
bumi,
silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan
12
bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tandatanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah [2]:164), dan firman-Nya,
هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد ] الس(نين والحساب ما خلق ا ذلك إل بالح (ق يفص(ل اليات لقوم يعلمون ] } إن في اختلف الليل والنهار وما خلق5{ ا في السماوات والرض }6{ ليات ل(قوم يتقون
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaranNya) kepada orang-orang yang mengetahui. Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaanNya) bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Yunud [10]: 5-6), serta firman Allah Ta'ala,
13
وجعلنا الليل والنهار آيتين فمحونا آية الليل وجعلنا آية النهار مبصرة لتبتغوا فضل م(ن رب(كم ولتعلموا عدد الس(نين والحساب وكل شيء فصلناه }12{ تفصيل
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami terangkan dengan jelas. (QS. Al-`Isra` [17]:12)
Ayat-ayat di atas menunjukkan esensi Pencipta Yang Tunggal, Allah SWT, tanpa berbagi dengan yang lain. 7
Az-Zarkasi berkata : Ketahuilah bahwa Alquran telah mencakup segala macam dalil dan bukti. Tidak ada satu dalil pun, satu bukti, atau aneka definisi mengenai sesuatu, baik berupa persepsi akal, maupun dalil naql yang universal, melainkan telah dibicarakan oleh Kitabullah. Namun, Allah mengemukakannya sejalan dengan kebiasaan-kebiasaan orang Arab; tidak menggunakan aneka metode berfikir yang rumit. Hal ini dikarenakan dua hal: Pertama, mengingat firman-Nya, "Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya" (QS. Ibrahim [14]: 4). 7
Az-Zarkasi Abu Abdullah, Al-Burhan fi 'ulumil Qur`an, (Beirut: Darul Ma'rifah, 1391 H), Juz 2, hal. 24-25.
14
Kedua, bahwa orang yang cenderung menggunakan argumentasi pelik dan rumit itu sebenarnya ia tidak sanggup meneggakkan hujjah dengan kalam yang jelas. Sebab orang yang mampu memberikan pengertian (persepsi) tentang sesuatu dengan cara lebih jelas yang bisa dipahami sebagian besar orang, tentu tidak perlu melangkah ke cara yang lebih kabur, rancu, dan teka-teki yang hanya dipahami oleh segelintir orang. Karena itu, Allah memaparkan seruan-Nya dalam berargumentasi dengan makhluk-Nya dalam bentuk argumentasi yang paling jelas yang meliputi juga bentuk yang paling pelik.
E. Macam-macam Perdebatan di dalam Alquran dan Dalilnya.
1. Menyebutkan ayat-ayat kauniyah yang disertai perintah melakukan perenungan dan pemikiran untuk dijadikan dalil penetapan dasardasar akidah, seperti ketauhidan Allah dalam uluhiyah-Nya dan keimanan kepada malaikat, Kitab-kitab, para rasul, dan hari kemudian. Perdebatan semacam ini banyak di ungkap di dalam Alquran. Misalnya,
}21{ ها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من قبلكم لعلكم تتقونbيا أي الذي جعل لكم الرض فراشا والسماء بناء وأنزل من السماء ماء فأخرج }22{ به من الثمرات رزقا لكم فل تجعلوا ]ل أندادا وأنتم تعلمون
15
Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:22)
Dan Ilah kamu adalah Ilah Yang Maha Esa; Tidak ada Ilah melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. Al-Baqarah [2]:164)
2. Membantah pendapat para penantang dan pembangkang, serta mematahkan argumentasi mereka. Perdebatan semacam ini mempunyai beberapa bentuk: a. membungkam lawan bicara dengan mengajukan pertanya tentang hal-hal yang telah diakuo dan diterima, baik oleh
16
akal, agar ia mengakui apa yang sebelumnya diingkari, seperti penggunaan dalil dengan makhluk untuk menetapkan adanya Khalik, misalnya,
} أم خلقوا السماوات35{ أم خلقوا من غير شيء أم هم الخالقون { } أم عندهم خزائن رب(ك أم هم المصيطرون36{ والرض بل ل يوقنون } أم له38{ بينbم يستمعون فيه فليأت مستمعهم بسلطان مe } أم لهم سل37 } أم40{ ثقلونb} أم تسألهم أجرا فهم م(ن مغرم م39{ البنات ولكم البنون { } أم يريدون كيدا فالذين كفروا هم المكيدون41{ عندهم الغيب فهم يكتبون }43{ ه غير ا سبحان ا عما يشركونe } أم لهم إل42 Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri). Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa ? Ataukah mereka mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu hal-hal yang gaib) Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu keterangan yang nyata. Ataukah untuk Allah anak-anak perempuan dan untuk kamu anak-anak laki-laki. Ataukah kamu meminta upah kepada mereka sehingga mereka dibebani dengan hutang. Apakah ada pada sisi mereka pengetahuan tentang yang gaib lalu mereka menuliskannya.
17
Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya Maka orang-orang yang kafir itu merekalah yang kena tipu daya. Ataukah mereka mempunyai ilah selain Allah.Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Thur [52]: 35-43)
b. Mengambil dalil dengan mabda` (sala mula kejadian) untuk menetapkan ma'ad. Misalnya firaman Allah Ta'ala, Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama Sebenarnya mereka dalam keadan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru. (QS. Qaaf [50]:15) Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). (QS. At-Thariq [86]:8)
c. Membatalkan pendapat lawan dengan membuktikan (kebenaran) kebalikannya, seperti
Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan semestinya dikala mereka berkata, "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia". Katakanlah, "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai
18
cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai berai, kamu perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapakbapak kamu tidak mengetahui(nya)". Katakanlah,"Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian (sesudah kamu menyampaikan alQur'an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. (QS. Al-An'am [6]:91)
d. Menghimpun dan memerinci, yakni menghimpun beberapa sifat dan menerangkan bahwa aneka sifat itu bukanlah 'illah, alasan hukum, seperti,
(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang dari domba dan sepasang dari kambing. Katakanlah:"Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya". Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah, "Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya. Apakah kamu menyangsikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk
19
menyesatkan manusia tanpa pengetahuan". Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. AlAn'am 6:1443-144)
e. Membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya dengan menjelaskan bahwa pendapat yang dikemukakannya itu menimbulkan suatu persepsi yang tidak di akui oleh siapa pun, misalnya,
Dan mereka (orang-orang Musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-An'am [6]: 100-101)
F. Definisi Uslub Alquran
Sebagaimana kita ketahui bahwa Alquran bukanlah ciptaan manusia, atau ciptaan Muhammad, tetapi ia adalah kalam Allah. Karenanya, uslub atau gaya bahasanya pun akan berbeda sekali dengan
20
perkataan manusia. Karena tiada satu makhluk pun yang dapat membuat semisal Alquran. Hal ini ditegaskan oleh Ash-Shabuni di dalam 8
shafwatuf tafasir ketika menafsirkan ayat, "Fa`tu bi suratim mim mistslihi…" bahwa manusia tidak akan pernah mampu untuk membuat yang semisal dengan Alquran dalam hal balaghah, fashahah, dan bayannya. 9
Dikatakan di dalam al-Qamus : Uslub berarti: gaya; jalan/cara, metode, teknik, prosedur; cara, gaya, pertunjukan, pola teladan. Adapun yang dimaksud dengan uslub Alquran adalah gaya atau metode Alquran dalam menyampaikan perintah, larangan, memberi pilihan, dan sebagainya.
G. Contoh-Contoh Uslub Alquran
Alquran di dalam menyuruh, melarang, dan memberi pilihan kepada hamba, tidak hanya memakai semacam uslub saja. Berikut ini uslub-uslub yang terdapat di dalam Alquran, antara lain:
10
1. Uslub dalam menyuruh suatu perbuatan
Alquran dalam menuntut kita mengerjakan suatu pekerjaan menggunakan sepulub macam uslub, yakni:
8
Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Beirut: Darul Qur`anul Karim, 1985). Jilid 1, hal. 42 http://www. Muhaddith.org 10 Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah PengantarIlmu Alquran/tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1954), hal. 165-172 9
21
Pertama, menyuruh dengan jelas menggunakan kata suruhan, seperti firman Allah Ta'ala:
] إن ا يأمر بالعدل والحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء }90{ والمنكر والبغي يعظكم لعلكم تذكرون Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran. (QS. Al-Nahl [16]:90), dan
] إن دوا المانات إلى أهلها وإذا حكمتم بين الناس أنb ا يأمركم أن تؤ ] ا نعما يعظكم به إن ] تحكموا بالعدل إن }58{ ا كان سميعا بصيرا Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa 4:58)
Kedua, menerangkan bahwa perbuatan yang diperintahkan itu diwajibkan kepada yang dikenai hukum.
ها الذين آمنوا كتب عليكم القصاص في القتلىbيا أي
22
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh… (QS. AlBaqarah [2]:178)
Ketiga, mengabarkan bahwa perbuatan itu diwajibkan kepada semua manusia atau golongan tertentu.
e ات بي(ـن e فيه آي ات مقام إبراهيم ومن دخله كان آمنا و ]ل على الناس حج }97{ عن العالمينhالبيت من استطاع إليه سبيل ومن كفر فإن ا غني Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran 3:97) Keempat, berkaitan dengan sesuatu perbuatan yang dituntut kepada orang yang dikenai perbuatan itu.
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'… (QS. Al-Baqarah [2]:228)
Kelima, memerintah dengan menggunakan fi'il amr atau fi'il mudlari` yang disertai lam amr.
)238( حافظوا على الصلوات والصلة الوسطى وقوموا ]ل قانتين 23
Peliharalah segala shalatmu, dan shalat wustha. Berdirilah untuk Allah dalam shalatmu dengan khusyu'. (QS. Al-Baqarah [2]:238)
Keenam, dengan menggunakan kata fardlu, seperti
قد علمنا ما فرضنا عليهم في أزواجهم وما ملكت أيمانهم لكيل يكون }50{ ج وكان ا غفورا رحيماe عليك حر …sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang Kami wajibkan kepada mereka tentang isteri-isteri mereka dan hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi kesempitan bagimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. AlAhzab 33:50)
Ketujuh, menyebut perbuatan sebagai sebagai pembalasan atau jawaban suatu syarat, seperti
ر لكم إن كنتمe إلى ميسرة وأن تصدقوا خيeوإن كان ذو عسرة فنظرة }280{ تعلمون Dan jika orang berhutang itu dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:280)
24
Kedelapan, menyabut perbuatan disertai dengan lapadz khair. Misalnya,
رe ح لهم خيe ويسألونك عن اليتامى قل إصل …dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah, "Mengurus urusan mereka secara patut adalah lebih baik…(QS. Al-Baqarah [2]:220)
Kesembilan, menyebut perbuatan disertai dengan janji baik, seperti,
] من ذا الذي يقرض ا قرضا حسنا فيضاعفه له أضعافا كثيرة وا }245{ يقبض ويبسط وإليه ترجعون
Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rizki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 2:245)
Kesepuluh, menyifatkan perbuatan dengan kebaikan, atau menerangkan bahwa perbuatan itu dapat mengantarkan pada kebaikan, seperti,
25
…akan tetapi sesungguhnya berbakti itu ialah beriman kepada Allah… (QS. Al-Baqarah [2]:177), dan
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran [3]:92)
2. Uslub dalam mencegah suatu perbuatan
Dalam mengungkapkan larangan, Alquran menggunakan sembilan uslub, yakni: Pertama, dengan jelas memakai kata mencegah, seperti
وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي …dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan…(QS. An-Nahl [16]:90)
Kedua, dengan memakai kata "mengharamkan", seperti
}3{ وحر( م ذلك على المؤمنين …dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu'min... (QS. An-Nur [24]:3)
Ketiga, dengan menjelaskan "tidak halal", seperti
ل لكم أن ترثوا ال (نساء كرهاb ها الذين آمنوا ل يحbيا أي 26
Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa… (QS. An-Nur [24]:19)
Keempat, memakai fiil mudlari` yang didahului kata "mencegah" atau fiil amr yang menunjukkan kepada mencegah, seperti
ول تقربوا مال اليتيم إل بالتي هي أحسن حتى يبلغ أشده Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa'at, hingga sampai ia dewasa...(QS. Al-`An'am [6]:152), dan
وذروا ظاهر الثم وباطنه Dan tinggalkanlah dosa yang nampak dan yang tersembunyi… (QS. Al-`An'am [6]:120)
Kelima, menegasikan pekerjaan, seperti
}193{ فإن انتهوا فل عدوان إل على الظالمين... …Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah [2]:193)
Keenam, meniadakan kebaikan suatu pekerjaan, seperti
بأن تأتوا البيوت من ظهورهاbوليس البر …Dan bukanlah kebaktian memasuki rumah-rumah dari belakangnya…(QS. Al-Baqarah [2]:189)
27
Ketujuh, menyebut perbuatan dengan disertai penjelasan pantasnya diimpakkan dosa bagi yang mengerjakannya, seperti
] فمن بدله بعد ما سمعه فإنما إثمه على الذين يب (دلونه إن { مe ع عليe ا سمي }181 Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orangorang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2]:181)
Kedelapan, menyebut perbuatan yang disertai dengan ancaman, seperti
] والذين يكنزون الذهب والفضة ول ينفقونها في سبيل ا فب (شرهم }34{ بعذاب أليم Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (QS. At-Taubah [9]:34)
Kesembilan, menyifati suatu perbuatan dengan kejahatan, seperti
] ول يحسبن الذين يبخلون بما آتاهم ا من فضله هو خيرا لهم بل هو لهمhشر
28
Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. (QS. Ali Imaran [3]:180)
3. Uslub dalam memberi hak pilih untuk mengerjakan sesuatu atau tidak.
Pertama, menyandarkan kata "halal" kepada pekerjaan, atau dipertautkan dengan pekerjaan, seperti
مe أحلت لكم بهيمة النعام إل ما يتلى عليكم غير محل(ي الصيد وأنتم حر Dihalalkan bagimu binatang-binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. (QS. Al-Maidah 5:1)
Kedua, meniadakan dosa, seperti
] إنما حرم عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل به لغير ا فمن ] اضطر غير باغ ول عاد فل إثم عليه إن }173{ مe ر رحيe ا غفو Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut
29
(nama) selain Allah. Namun, barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah [2]:173)
Ketiga, memberi keringanan, seperti
] إن الصفا والمروة من شعآئر ا فمن حج البيت أو اعتمر فل جناح ] عليه أن يطوف بهما ومن تطوع خيرا فإن }158{ مe ر عليe ا شاك Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i di antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui. (QS. 2:158)
G. Penutup
Dari uraian di atas, penulis memperoleh simpulan bahwa Alquran adalah kalam Allah yang agung, bukan ciptaan manusia, atau Muhammad, yang tentunya akan sangat berbeda dari perkataan manusia atau makhluk lain. Alquran menyajikan aneka ungkapannya dengan gaya dan uslub yang sarat dengan balaghah, fashah, dan bayan.
30
Begitu pula dalam jadal, ia menyuruh Nabi saw. untuk menyeru para penantangnya dan berdebat dengan hikmah dan penuh dengan pelajaran, bahkan dengan pekataan baik dan lemah lembut. Karenanya, bila diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari, kita bisa mencontoh uslub dan metode Alquran dalam berdebat. Alquran memerintahkan berdebat, bila ada para penantang yang meragukan kebenarannya dengan hikmah dan mau'izhah. Dari pengertian ini, kita dapat memaknai bahwa bila ada perselisihan atau perbedaan pendapat, maka kita harus bijak dalam mengeluarkan pendapat, apalagi kalau perdebatan itu dengan sesama muslim. Alquran menyajikan aneka macam uslub dalam memerintah, melarang, dan memberi hak pilih untuk mengerjakan suatu perbuatan atau tidak.
31
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Qura`n al-Karim Al-Ashfahani, Mu'jam mufradat al-fazhil qur`anil karim, Beirut: Darul Fikr, tt Ali al-Jurjani, al-Ta'rifât, Beirut: Darul Kitab al-Arabiy, 1405 Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir: Jilid I, Beirut: Darul Qur`anul Karim, 1985 Az-Zarkasi Abu Abdullah, Al-Burhan fi 'ulumil Qur`an, Beirut: Darul Ma'rifah, 1391 H Depdikbud, Kamu Besar Bahasa Indonesia, Yogyakarta: Balai Pustaka, 1994 Hasbie Ash-Shiddiqie, Sejarah PengantarIlmu Alquran/tafsir, (Jakarta: Bulan Bintang, 1954
32
Manna' al-Qathan, Mabahits fi 'ulumil qur`an, Riyadl: Mansyurat al-'Ashri al-Haditsah,tt http://www. Muhaddith. org: Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir
33