MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCANNING DI KELAS V SDN CIKANDANG 1 KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
MAKALAH
Oleh POPI PAHRIANI NPM . 10.21.0224
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SCANNING DI KELAS V SDN CIKANDANG 1 KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
POPI PAHRIANI NPM . 10.21.0224
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dan Daerah Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Model Pembelajarjan Membaca Paragraf dengan Teknik Scanning di Kelas V SDN Cikadang 1 Garut Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan (paragraf) dengan menggunakan teknik scanning. Selain itu, juga ingin mengetahui perbedaan kemampuan siswa sebelum dan sesudah adanya perlakuan pembelajaran membaca paragraf dengan menggunakan teknik scanning. Berdasarkan tujuan penelitian, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini pertama, model pembelajaran membaca paragraf dengan menggunakan teknik scanning dapat memudahkan siswa dalam memahami bacaan. Kedua, terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan teknik scanning. Berdasarkan tujuan serta hipotesis yang diajukan, dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Dengan penggunaan metode ini diharapkan dapat mcnyerap informasi scbanyak-banyaknya berkaitan dengan model pembelajaran yang dipraklekan. Adapun yang menjadi populasi adalah seluiLih kelas V SDN Cikadang 1. Sampel yang diambil adalah kelas V yang jumlahnya 30 siswa. Untuk mendapatkan data yang valid digunakan teknik tes tertulis secara objektif dan angket. Berdasarkan hasil angket diperoleh bahwa membaca dengan menggunakan teknik scanning dapat lebih memudahkan siswa memahami isi suatu bacaan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cikadang 1Garut. adapun hasil tes menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan siswa setelah mendapat perlakuan pembelajaran dengan menggunakan teknik scanning cukup signifikan. Hal tersebut terbukti bahwa pada pretes nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 4, 41 dan pada postes nilai ratarata 6,99. ini menunjukkan bahwa leknik scanning dapat digunakan dalam pembelajaran membaca. Menguji hipotesis dilalukan melalui uji perbedaan rata-rata hasil tes awal dan tes akhir. Dari perhitungan diperoleh tes awal < terakhir. Berdasarkan fakta tersebut dapat dikatakan bahwa hipotesis diterima. Artinya, model pembelajaran membaca paragraf dengan menggunakan teknik scanning efektif dan lebih memudahkan siswa dalam memahami isi suatu bacaan.
Kata Kunci : Membaca Paragraf/Scanning PENDAHULUAN Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai seluruh siswa. Kemampuan membaca menjadi dasar bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Kemampuan membaca sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam pembelajaran. Dalam kegiatan sehari-hari berdasarkan pengamatan hahwa pada umumnya kita menggunakan waktu untuk membaca sangat minim padahal membaca merupakan faktor yang sangat penting. Dengan membaca seseorang akan mendapatkan berbagai informasi. Namun, umumnya kita sangat kurang memperhatikan faktor tersebut. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa perhatian
serta minat kita umumnya sangat kurang terhadap membaca. Keberhasilan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya membaca bergantung kepada sistematika pembelajaran yang dilakukan. Sistematika pembelajaran mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Kompoenen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah kurikulum, siswa, guru, tujuan pembelajaran, bahan ajar, media, metode, teknik, interaksi, dan evaluasi. Semua komponen tersebut saling mendukung satu sama lain sehingga dapat menentukan keberhasilan pembelajaran.
Kemampuan membaca merupakan hal yang sangat penting dalam kajian seseorang. Kemampuan membaca sangat menunjang kehidupan dalam setiap masa. Membaca adalah suatu kegiatan yang lumrah dilakukan. Nyaris tak ada manusia yang tidak mengalami membaca sepanjang hidupnya dengan intensitas yang tentu pasti berbeda. Membaca merupakan kegiatan berbahasa secara aktif. Agar siswa dapat membaca secara aktif, mereka perlu dilatih untuk dapat menginformasikan dua hal yaitu: a) apa yang sudah mereka ketahui (apa yang ada dalam pikiran mereka). b) isi atau cerita yang sedang mereka telusuri melalui kegiatan membaca teks, Purwo (1997: 12). Membaca dapat diartikan menyuarakan huruf atau deretan huruf yang berupa kata atau kalimat. Adapun hakikat membaca adalah melihat tulisan dan menyuarakan atau tidak bersuara (dalam hati) serta mengerti isi tulisannya. (Zaenuddin, 1991: 12). Membaca merupakan bagian pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Berhasil tidaknya pengajaran bahasa Indonesia, menyangkut pula keberhasilan pengajaran membaca di dalamnya. Harus diakui bahwa sampai saat ini pengajaran Bahasa Indonesia belum berjalan seperti yang diharapkan. Pengajaran bahasa Indonesia mengalami perbagai hambatan dan problematika di dalamnya. Waktu yang tersedia untuk pembelajaran membaca padahal sudah begitu banyak porsinya. Berbicara tentang pemahaman membaca, banyak siswa khususnya di Indonesia yang belum pernah mendapatkan bimbingan khusus dalam membaca sehingga apapun tujuan dan jenis buku yang dibaca, mereka membacanya dengan kecepatan yang relative rendah. Misalnya, untuk membaca sebuah buku yang seharusnya bisa selesai dibaca dalam waktu beberapa jam, mereka membaca dengan memakan waktu cukup lama bahkan bisa sampai berhari-hari. Belum lagi masalah pemahaman tentang isi bacaan yang masih kurang. Kemampuan membaca setiap orang berbeda-beda, terutama dalam hal pemahaman isi bacaan. Hal tersebut bergantung pada perbendaharaan kata yang dimilikinya, minat, kecepatan interpreteasi, pengalaman, kemampuan intelektual, dan tujuan membaca. Banyak orang yang melakukan kesalahan dalam membaca. Kesalahan umum yang sering dilakukan pembaca adalah membaca secara keseluruhan atau terlalu menekuni detail sehingga ide pokoknya hilang. Hal tersebut sebetulnya tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan tujuan membaca. Dalam memahami suatu bacaan dihadapkan kepada berbagai masalah seperti bagaimana menemukan gagasan utama, pandangan pengarang, bahkan menyimpulkan isi bacaan. Hal tersebut
merupakan rangkaian masalah yang sering kali dihadapi para siswa. Jika hal tersebut dibiarkan akan mengakibatkan siswa akan menjauh dari teks bacaan dan bisa jadi siswa akan membenci kegiatan membaca. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Model Pembelajaran Model adalah corak atau kerangka kerja dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: a. Suatu tipe atau desain; b. Suatu deskripsi atau analogi yang digunakan untuk proses; c. Visualisasi sesuatu yang tidak dapat langsung diamati; d. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data, dan interferensi-interferensi yang dipakai untuk menggambarkan secara sistematis suatu objek atau peristiwa; e. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realistis yang disederhanakan; f. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; g. Penyajian yang diperkecil agar dapat dijelaskan; dan h. Menunjukkan sifat bentuk aslinya. (Komarudin, 2000: 152). Model pembelajaran merupakan suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, kursuskursus, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran, perlengkapan belajar. Model pembelajaran tidak hanya memiliki makna deskriptif, tetapi juga bermakna prospektif dan berorientasi ke masa depan. (Joyce dan Weil 2000: 13). Empat kategori yang penting menurut Joyce dan Weil dalam model mengajar yakni model informasi, model personal, model interaksi, dan model tingkah laku. Definisi Membaca Membaca merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang aktif reseptif. Membaca merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Dengan membaca seseorang dapat menyerap berbagai informasi yang diperlukan. Berbagai pengertian membaca diungkapkan oleh beberapa ahli bahasa. Dari segi linguistik membaca dapat diartikan sebagai suatu proses penyandian kembali dan menyebutkan kembali sandi itu (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang hanya melibatkan penyandian (encoding) (Anderson dalam Tarigan, 1986: 7).
Membaca merupakan sebuah proses perbuatan yang dilakukan dengan suilar dan bertujuan untuk mcngenal larnbang-lambang yang disampaikan penulis untuk menyampaikan makna (Tarigan 1989: 118). Membaca di sini diartikan sebagai perbuatan dengan kesungguhan yang bertujuan mengenal lambang-lambang yang disampaikan penulis (tulisan). Membaca juga bertujuan untuk memperoleh pesan yang terdapat dalam tulisan yang dibaca. Tarigan mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1986: 7). Sedangkan Tampubolon ( 1990: 5) mengungkapkan bahwa. Membaca adalah satu dari empat kemampuan pokok dan merupakan satu bagian komponen dari komunikasi tulisan. Membaca juga merupakan proses penerimaan informasi melaui lambang-lambang yang berbentuk tulisan (Mascita dalam tarigan, 1989: 133). Proses untuk mendapatkan informasi salah satunya dilakukan dengan kegiatan membaca. Dengan demikian membaca merupakan aktivitas yang dilakukan dengan kesadaran dan kesungguhan karena mempunyai tujuan tertentu. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa membaca merupakan proses aktif yang dilakukan pembaca. Membaca juga dapat diartikansebagai pengungkapan kembali makna yang terdapat dalam bahasa tulis. Selain itu juga membaca merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sadar yang berupa kegiatan aktif yang menerapkan sejumlah kemampuan intelektual. Definisi Paragraf Secara etimologi kata paragraf berasal dari bahasa Yunani para yang berarti sampingatan pinggir dan graphein yang berarti menulis. Paragraf dapat bermakna tanda atau tulisan yang diletakkan di bagian pinggir teks yang digunakan untuk menunjukkan suatu topik baru dalam suatu pembicaraan. Paragraf ada yang mengartikan bagian dari bab dalam buku atau pasa (Poerwadarminta, 1979). Ini menunjukkan bahwa paragraf merupakan bagian tulisan yang dalam sebuah buku. Unsur paragraf pasti terdapat dalam sebuah tulisan dalam buku. Sejalan dengan pendapat tersebut, Soedjito dan Mansyur Hasan mengemukakan bahwa paragraf sebagai satuan yang lebih kecil dari wacana. Paragraf merupakan sebuah sistem yang saling berkaitan dengan paragraf-paragraf lainnya dalam sebuah karangan. Karena itu, paragraf harus tersusun secara logis dan sistematis. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang tersusun logis, sistematis
yang merupakan satu kesahan ekspresi, pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan (tarigan, 1987: 5). Teknik Scaning / Membaca Sepintas Membaca sekilas atau scanning merupakan suatu teknik pembacaan dilakukan dengan cara teliti untuk mendapatkan informasi khusus, infomasi tertentu dari bacaan tertentu. Teknik membaca sekilas ini menentukan sebelumnya. Pembaca menggerakkan matanya secara cepat pada seluruh halaman, siap untuk menyaring atau menyedot terminologi tertentu, pengertian tertentu atau frasefrase inti yang dapat memenuhi tujuan atau penyelesaian permasalahan. Membaca sekilas dipergunakan bila seseorang ingin cepat menemukan suatu kata, fakta, tanggal, nama, dan sebagainya. Mata secara cepat melirik seluruh halaman untuk mencari sesuatu yang di inginkan, misalnya indeks, daftar isi, halaman buku telepon atau kamus. Dapat pula secara cepat membaca sekilas untuk menemukan suatu bagian ataupun suatu gagasan yang hendak kita baca selanjutnya dengan cara lebih teliti. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu cara untuk mencapai suatu kebenaran melalui metode ilmiah, penelitian dilakukan dengan rnenempuh langkah-langkah ilmiah, sistematis, ogis sehingga ditentukan jawaban atas segala permasalahan. Penelitian merupakan upaya sistematis dalam menemukan, menganalisis, dan menafsirkan bukti-bukti otentik untuk memahami gejala atau menemukan jawaban terhadap permasalahan yang terkait dengan gejala tersebut. Untuk menghindari kekeliruan dan dapat memecahkan masalah secara tepat dalam sebuah penelitian diperlukan penggunaan metode penelitian yang tepat. Metode dalam penelitian adalah alat yang membantu untuk melakukan serentetan kegiatan penelitian baik dari perencanaan, pelaksanaan atau pun pengolahan data sampai terbentuknya sebuah kesimpulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Model ini dilakukan dengan cara mengenakan pada suatu kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran membaca paragraf berdasarkan teknik scanning. Kelas yang dipakai sebagai kelas eksperimen adalah kelas V yang berjumlah 30 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Tes Pretes Berdasarkan jawaban yang dikumpulan meunjukkan bahwa kemampuan siswa cukup bervariasi. Artinya kemampuan siswa dalam hal ini
tidak merata. Hal tersebut didasarkan atas hasil pretes. Hasil pretes ini menunjukkan bahwa: Dua orang siswa subjek nomor 11 dan 23 mendapatkan skor 20 yang merupakan skor tertinggi. Kedua siswa tersebut adalah menjawab dengan tepat sebanyak 20 nomor yakni nomor 1, 2, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20. 22, 23, 24, dan 25 untuk subjek nomor 11. Sedangkan untuk subjek 23 nomor yang dijawab dengan benar yakni nomor 1, 2, 3, 5. 6, 7, 8, 10, 11, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 26, 28, dan 29. dengan demikian kedua siswa tersebut mendapat nilai 6,6 termasuk kategori baik. Subjek nomor 20 dan 26 mendapatkan nilai 19. Kedua subjek tersebut mampu menjawab dengan benar sebanyak 19 nomor. Dengan demikian mereka mendapatkan nilai 6,3 termasuk kategori baik. Subjek nomor 8 dan 24 menuapatkan skor 18 karena mampu menjawab dengan benar sebanyak 18 nomor. Dengan demikian, mereka mendapatkan nilai 6 termasuk kategori cukup. Subjek nomor 9 mendapatkan skor 17 karena mampu menjawab dengan benar sebanyak 17 nomor. Dengan demikian, ia mendapatkan nilai 5,6 yang termasuk kategori cukup. Siswa yang mendapat skor 16 sebanyak dua orang yakni subjek nomor 17 dan 18. Mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 16 nomor. Dengan demikian, kedua subjek tersebut mendapat nilai 5,3 termasuk kategori cukup. Subjek yang mendapat skor 15 sebanyak 2 orang yakni subjek nomor 16 dan 25. Kedua subjek tersebut mampu menjawab dengan benar sebanyak 15 nomor. Dengan demikian, kedua subjek tersebut mendapat nilai 5 dan termasuk kategori cukup. Siswa yang mendapat skor 14 hanya satu orang yakni subjek nomor 10. subjek tersebut mendapat nilai 4,6 dan termasuk kategori cukup. Subjek nomor 1 dan 28 mendapatkan skor 13 karena kedua subjek tersebut hanya mampu menjawab dengan benar sebanyak 13 nomor. Karena itu, keduasubjek tersebut mendapat nilai 4,3 yang termasuk ke dalam kategori cukup. Satu orang siswa mendapat skor 12 yakni subjek nomor 113. Karena itu, ia mendapatkan nilai 4 yang termasuk ke dalam kategori kurang. Enam orang subjek mendapatkan skor 11 karena hanya mampu menjawab dengan benar sebanyak 11 nomor. Subjek yang mendapatkan skor tersebut adalah subjek nomor 2, 7, 15, 22, 29, dan 30. Karena itu, mereka mendapatkan nilai 3,6 yang termasuk kategori kurang. Subjek nomor 3, 4, 5, 6, 12dan 21 mendapatkan skor 10 karena mereka hanya mampu menjawab dengan benar 10 soal. Dengan demikian mereka mendapatkan nilai 3,3 yang termasuk ke dalam kategori kurang. Subjek nomor 14 dan 19 mendapat skor 9 karena kedua subjek tersebut hanya mampu
menjawab dengan benar sebanyak 9 nomor. Karena itu, mereka mendapat nilai 3 yang termasuk ke dalam kategori kurang. Sedangkan yang mendapatkan skor 8 hanya satu orang yakni subjek nomor 27. la hanya mampu menjawab dengan benar sebanyak 8 nomor. Karena itu, ia mendapat nilai 2,6 yang termasuk kategori kurang. Postes Adapun hasil postes menunjukkan bahawa kemampuan siswa rata-rata meningkat. Misal menunjukkan bahwa skor tertinggi pada pretes adalah 20 sedangkan skor tertinggi pada postes 26 ini menunjukkan peningkatan yang cukup baik. Hasil postes menunjukkan bahwa subjek yang mendapatkan skor 26 sebanyak dua orang yakni subjek nomor 23 dan 26 mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 26 nomor dari 30 nomor yang tersedia. Dengan demikian kedua subjek tersebut mendapatkan nilai 8,67 dengan kategori sangat baik. Subjek yang mendapatkan skor 25 juga dua orang yakni subjek nomor 11 dan 24. Kedua subjek tersebut mampu menjawab dengan benar sebanyak 25 nomor. Dengan demikian kedua subjek tersebut mendapatkan nilai 8,33 dengan kategori sangat baik. Skor 24 didapatkan hanya oleh seorang. Nomor Subjek ini mendapatkan skor 24 karena mampu menjawab dengan benar sebanyak 24 nomor dari 30 soal yang tersedia. Subjek yang mendapatkan skor 24 adalah subjek nomor 8. Dengan demikian subjek tersebut mendapatkan nilai 8,00 dengan kategori baik. Skor 23 diperoleh oleh 5 orang subjek. Kelima subjek tersebut adalah nomor 9, 10, 17, 18, dan 19. Mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 23 nomor dari 30 soal yang tersedia. Dengan demikian mereka mendapatkan nilai 7,67 dengan kategori baik. Skor 22 diperoleh oleh subjek nomor 7 dan 13. mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 22 nomor dari 30 soal. Dengan demikian mereka mendapatkan nilai 7,33 dengan kategori baik. Skor 21 diperoleh lima 5 orang subjek. Kelima subjek tersebut adalah nomor 1,2, 15, 22, dan 28. Mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 21 soal dari 30 soal yang tersedia. Dengan demikian mereka mendapatkan nilai 7,00 dengan kategori baik. Subjek nomor 6 dan 29 mendapatkan skor 20 karena kedua subjek tersebut mampu menjawab dengan benar sebanyk 20 nomor dari 30 soal yang tersedia. Dengan demikian mereka mendapatkan nilai 6,66 dengan kategori baik. Skor 19 diperoleh 5 orang subjek. Kelima subjek tersebut adalah subjek nomor 3, 4, 12, 21, dan 30. Mereka mampu menjawab dengan benar sebanyak 19 nomor dari 30 soal yang tersedia. Dengan demikian, mereka mendapatkan nilai 6,33 dengan kategori baik. Dua orang subjek mendapatkan
skor 18 yakni subjeknomor 14 dan 19. Kedua subjek tersebut mampu menjawab dengan benar sebanyak 18 nomor dari 30 nomor soal yang tersedia. Dengan demikian, mereka mendapatkan nilai 6,00 dengan kategori cukup. Skor terkecil pada postes yakni 17. Skor tersebut didapat oleh empat orang subjek. Keempat subjek tersebut adalah nomor 16, 24, 25, dan 27. Keempat subjek tersebut mampu menjawab dengan benar sebanyak 17 dari 30 soal yang tersedia. Dengan demikian, mereka mendapatkan nilai 5,67 dengan kategori cukup. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang berupa data dan pengolahan data, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: a. Berdasarkan data angket diperoleh hasil bahwa membaca paragraf dengan menggunakan teknik scanning lebih memudahkan siswa kelas V SDN Cikandang I Garut dalam memahami teks bacaan. b. Terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam hal memahami teks bacaan sebelum dan sesudah diberikan perlakukan pembelajaran dengan menggunakan teknik scanning. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil
perhitungan uji t melalui uji perbedaan ratarata tes. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan kemampuan siswa sebelum dan setelah adanya perlakuan pembelajaran yang menggunakan teknik scanning dalam pembelajaran membaca paragraf diterima. Artinya, teknik scanning dapat lebih memudahkan siswa dalam memahami teks bacaan. Tingkat pemahaman terhadap bacaan siswa kelas V SDN Cikandang I Garut meningkat cukup signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai rata-rata yang diperoleh yakni pada pretes 4, 41 dan mengalami kenaikan pada postes dengan nilai rata-rata 6,99. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, S., et al. 1991. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud Hidayat, K. Dan lim Rahmina. 1995. Perencanaan Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Bina Cipta Nurhadi. 1997. Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa. Jakarta: Grmaedia Redway, K. 1997. Membaca cepat. Jakarta: Gramaedia