MODEL PEMBELAJARAN MENULIS WACANA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI DI KELAS VIII SMPN 1 SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012
MAKALAH
Oleh: NAMA : LILIS HERLINA NPM : 10.21.0519
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN MENULIS WACANA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI DI KELAS VIII SMPN 1 SUKAWENING KABUPATEN GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012 Oleh: NAMA : LILIS HERLINA NPM : 10.21.0519 Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTAK Penelitian ini berjudul "Model Pembelajaran Menulis Wacana dengan Menggunakan Teknik Inkuiri di Kelas VIII SMPN 1 Sukawening Kabupaten Garut Tahun Pelajaran 2011/2012 ", yang dilatarbelakangi oleh keingintahuan penerapan model pembelajaran menulis wacana dengan menggunakan Teknik Inkuiri. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam mencapai metode yang tepat dalam pembelajaran menulis wacana. Berdasarkan hal tersebut, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : (1) Apakah terdapat perbedaan antara tes awal dan tes akhir dalam pengajaran menulis wacana dengan menggunakan Teknik inkuiri?; (2) apakah terdapat perbedaan antara tes awal dan tes akhir dalam pengajaran menulis wacana dengan menggunakan teknik inkuiri?; (3) apakah terdapat perbedaan antara keberhasilan pengajaran wacana dengan menggunakan Teknik Inkuiri?; dan (4) dari kedua metode tersebut, metode manakah yang paling efektif dalam pengajaran wacana?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen dengan menggunakan desain control group pre-test post-test atau dengan metode kuasi experimental yang merupakan salah satu kelompok dari metode eksperimen. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan antara lain studi literatur, uji coba, wawancara, dan tes menulis karangan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap data yang terkumpul, diperoleh kesimpulan antara lain yaitu: (1) 'terdapat perbedaaan hasil belajar antara tes awal dan tes akhir pada kelas kontrol mapun yang kelas eksperimen. Untuk Kelas Eksperimen didapat thitung sebesar 19,29 sedangkan ttabel sebesar 1,70 (thitung > ttabel) dan untuk kelas kontrol thitung sebesar 12,15 sedangkan ttabel sebesar 1,70 (thitung > ttabel); (2) terdapat perbedaaan hasil belajar antara kedua kelompok yang menggunakan Teknik Inkuiri, hal ini ditunjukan oleh selisih antara tes awal dan tes akhir. Pada Kelas Eksperimen selisih antara tes awal dan tes akhir sebesar 18,83 sedangkan pada kelas kontrol hanya 9,37; (3) berdasarkan hal tersebut, Kelas Eksperimen memiliki tingkat efektivitas yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelas kontrol, hal ini dapat kita lihat berdasarkan rata-rata tes awal yang hampir sama, sedangakn rata-rata tes akhir pada Kelas Eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan rata-rata tes akhir. Disamping itu berdasarkan perhitungan tingkat signifikansi (thitung) diketahui bahwa thitung pada Kelas Eksperimen lebih besar dari thitung pada kelas kontrol (18,83 > 9,37). Kata Kunci : menulis, inquiri
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar manusia. Manusia berkomunikasi dengan yang lainnya menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun secara tulisan. Bahasa itu harus dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, agar tujuan berkomunikasi dapat dipenuhi. "Kalau ucapan salah dimengerti, tidak dapat dipahami maka bahasa gagal mengkomunikasikan mereka" (Tarigan, 1983:16). Untuk memenuhi tuntutan ini
bahasa perlu dipelajari agar dapat difungsikan dengan baik. Mempelajari bahasa untuk keperluan berkomunikasi, berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai oleh setiap orang. "Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis" (Tarigan, 1983:1). Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa mempunyai tingkatan teratas untuk melatih daya pikir seseorang dalam mencurahkan ide atau
gagasan secara tulisan. Seringkali keterampilan ini dianggap sebagai keterampilan yang tidak mudah untuk dilakukan. "Paul T. Rankin mengadakan penelitian tentang penggunaan waktu untuk berkomunikasi, yaitu : 9% untuk menulis, 16% untuk membaca, 30% untuk berbicara, dan 45% untuk menyimak" (Tarigan, 1983:iii). Keterampilan menulis mendapat posisi yang paling sedikit dikerjakan, karena selain harus mempunyai kemampuan tersendiri dalam menuangkan ide melalui tulisan, juga menuntut pemahaman tentang bagaimana cara menulis yang efektif. Berhubungan dengan masalah di atas, maka menulis sebagai bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia di SMP perlu diajurkan kepada siswa dengan baik. Salah satunya adalah keterampilan menulis wacana narasi. Guru bidang studi bahasa Indonesia perlu mengupayakan suatu cara mengajarkan menulis wacana narasi yang paling efektif dan efisien sehingga siswa dapat menuangkan ide atau gagasannya dengan baik. Diantara sekian banyak metode pengajaran yang kita kenal, penulis bermaksud meneliti teknik inkuiri dalam mengajarkan menulis wacana narasi kepada siswa. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Menulis Menulis adalah suatu keterampilan dalam arti sesuatu yang harus dan dapat dipelajari. Mempelajari menulis berarti berlatih menulis, bukan belajar tentang menulis. Keterampilan mensyaratkan adanya kemampuan, bukan sekedar pengetahuan. Banyak pakar mengatakan lebih baik bisa menulis, tidak paham (mengerti) teori menulis daripada paham teori tetapi tidak bisa menulis. Ada pula pakar yang berpendapat bahwa menulis erat kaitannya dengan bakat seseorang. Pendapat ini menyebutkan tidak semua orang bisa dan mampu menulis. Pendapat di atas pun ditolak keras oleh Edison (1963:10). Dia mengatakan bahwa kecerdasan (genius) atau bakat hanya 1 % sementara latihan (usaha dan keringat) sebesar 99%. Alasan lain, menulis sebagai bakat tak bisa dipelajari, tidak berguna belajar teori menulis sebab bakat tidak bisa ditularkan. Menulis sebagai suatu keterampilan berarti bahwa setiap orang akan mampu melakukannya, apabila berkemauan keras dan berlatih. Menurut Rusyana (1991: 3) menulis bagi guru bertujuan agar mampu meningkatkan mutu dirinya sendiri. Rusyana menyatakan bahwa menulis bagi guru mempunyai dua nilai guna, yaitu untuk kepentingan pribadinya dan untuk membina kepentingan mutu pekerjaannya.
Pengertian Mengarang Menurut arti katanya, sebagaimana dikemukakan Rusyana (1986:1.4), “pada kata mengarang terkandung arti tindakan menyusun, mengatur, mengikat. yang disusun, diatur, dan diikat itu dapat berupa bunga, permata, dan sebagainya. Bunga yang diserakan atau ditumpuk begitu saja tidak dapat disebut karangan bunga. Dalam mengarang bunga terjadi kegiatan memilih dan menyusun”. Berkaitan dengan pengertian mengarang dalam bentuk bahasa ini Rusyana (1986:1.5), memberikan definisi sebagai berikut: “Mengarang adalah mengutarakan sesuatu dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Dengan mengutarakan itu dimaksudkan menyampaikan, memberitakan, menceritakan, melukiskan, menerangkan, meyakinkan, menjelmakan dan sebagainya, Sedangkan yang menjadi sasaran dari karangan ini adalah pembaca. Dalam kegiatan mengarang terdapat kegiatan kreatif, yaitu dalam kegiatan mengarang tidak hanya mengutarakan pikiran, perasaan, pendapat, khayal yang ada dalam diri si pengarang, akan tetapi juga adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang baru, baik dalam hal isi maupun perwuiudannya. Mengarang adalah juga kegiatan ekspresif yaitu kegiatan untuk menjelmakan diri. Karangan Narasi Karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan, menceritakan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (sistematika kewaktuan) dengan tujuan memperluas pengalaman seseorang. Cerita atau kisah yang diketengahkan di dalam narasi bisa kisah yang fiktif atau imajinatif, dapat pula kisah yang diungkapkan itu kisah nyata atau faktual. Contoh kisah yang fiktif diantaranya cerpen, novel, hikayat. Sekalipun kadang-kadang kisah ini bisa berupa kisah nyata, namun di dalam pengungkapannya, kisah yang nyata itu “dibungkus” oleh imajinasi pengarangnya. Contoh kisah yang nyata diantaranya : sejarah, biografi, otobiografi, cerita pengalaman. Dari pengertian di atas, dapat kita ketahui beberapa ciri karangan narasi. Diantaranya peristiwa yang diceritakan disusun secara kronologis, artinya di dalam penyusunan peristiwa-peristiwa itu menggunakan alur cerita atau plot, baik dengan alur maju, alur mundur, alur keras, alur lembut, alur terbuka, maupun alur tertutup. Selain itu, di dalam narasi terdapat tokoh-tokoh yang diungkapkan di dalam wacana tersebut, bahkan lebih jauh disertai perwatakannya. Ciri lain dapat kita lihat dari tujuannya, yaitu memperluas pengalaman seseorang, baik memperluas pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah. Pengalaman lahiriah adalah pengalaman-pengalaman alam nyata sedangkan pengalaman betiniah adaiah pengalaman batin
seseorang dalam mengapresiasi unsut-unsur intrinsik suatu kisah atau cerita, menikmati dan marasakan keindahan-keindahan yang terdapat didalamnya. Pengertian Metode Mengajar Metode mengajar merupakan bagian dari strategis yang diambi! guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Tidak mungkin suatu bahan dapat sampai kepada siswa jika tidak memakai atau menggunakan metode atau teknik tertentu. Ada tiga istilah yang sering digunakan guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu pendekatan, metode dan teknik. Ketiga-tiganya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan. Metode merupakan upaya yang digunakan guru langsung pada saat bertatap muka dengan siswa di dalam kelas untuk menyajikan materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu pada waktu itu. Dengan demikian, penggunaan metode dalam cara penyampaian materi sangatlah penting. Istilah teknik dalam pengajaran bahasa sama dengan metode dalam pengajaran pada umumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Surachmad (1980: 53), yaitu “Istilah metode dalam pengajaran umum dapat disebut dengan istilah teknik dalam pengajaran bahasa, seperti metode Inkuiri, diskusi, demontrasi, dan sebagainya dalam pengajaran bahasa hanya merupakan teknik”. Teknik pengajaran memang bervariasi seperti : “teknik Inkuiri, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, simulasi, kerja kelompok, problem solving, discovery-inkuiri”. (Ahdiat, 1988: 7). Qleh karena itu guru harus terampil dan akurat dalam memilih teknik pengajaran yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry berarti penyelidikan(Suharyono. 1991:59). Istilah lain yang sering dinamakan pengertiannya dengan raetode inquiri adalah discovery yang berarti penemuan. Kedua istilah itu dapat diartikan dengan maksud yang sama dan dapat digunakan secara bergantian atau keduanya sekaligus. Walaupun demikian, pada hakikatnya kedua istilah itu mengandung perbedaan : "Pengajaran discovery harus meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan proses-proses discovery. Inquiri di bentuk dan meliputi discovery atau lebih banyak Lagi. Dengan kata lain, inquiri adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewisa sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiri mengandung prosesproses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, mengumpulkan data dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan
sebagainya." (Moh. Amin dalam Sudirman, dkk.189:169). Metode Penelitian Untuk menguji hipotesis di atas penulis akan menggunakan metode kuasi experimental yang merupakan salah satu kelompok dari metode eksperimen. Metode ekperimental dalam penelitian ini menggunakan desain 4 yaitu Control group pre-test post-test. Perbedaan antara observasi sebelum eksperimen dan setelah eksperimen, diasumsikan merupakan efek dari treatmen atau eksperimen. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Hasil Belajar Siswa Data Penilaian Pretes Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tercapai tidaknya suatu tujuan, diperlukan alat evaluasi. Evaluasi dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Evaluasi dalam penelitian ini yang telah penulis lakukan terdiri atas dua jenis tes, yaitu pretes dan postes. Pretes dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum eksperimen dilakukan, sedangkan postes dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil setelah pelaksanaan eksperimen, sehingga akhirnya dapat kita tentukan bahwa eksperimen yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap pencapaian nilai yang lebih baik. Walaupun tes yang penulis lakukan bukan merupakan satu-satunya alat yang dapat meneritukan keberhasila eksperimen, akan tetapi hasil tes tersebut dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan eksperimen yang dilakukan. Pada bagian ini penulis akan menganalisis hasil pretes dan postes yang telah dilaksanakan, serta ada tidaknya perbedaan hasil yang dicapai. Data tang ada menunjukan bahwa unsur bahasa karangan merupakan unsur yang memperoleh kedudukan yang lebih tinggi atau menjadi unsur yang memperoleh skor tertinggi dalam karangan siswa, yakni sebesar 28. Sedangkan skor terendah berada pada unsur teknik karangan narasi sebesar 17. Namun jika ditinjau dari rata-rata keseluruhan menunjukkan bahwa unsur isi karangan merupakan skor rata-rata yang paling besar, yakni 22,8. Sementara itu, skor rata-rata terendah berada pada unsur teknik karangan yaitu sebesar 20,8. Di samping itu, nilai karangan narasi siswa kelas VIII SMPN 1 Sukawening Kabupaten Garut yang paling besar atau tertinggi adalah dengan jumlah skor 73. Sedangkan nilai karangan yang terendah yaitu dengan jumlah skor 60. Dari hal tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan siswa secara keseluruhan dalam menyusun karangan
narasi pada tes awal atau pretes adalah sebesar 65,2. Data Penilaian Postes Setelah penulis menggambarkan hasil penilaian karangan narasi pretes siswa kelas VIII SMPN 1 Sukawening Kabupaten Garut dengan menggunakan metode latihan, maka pada tabel di bawah ini akan penulis gambarkan penilaian postes terhadap karangan siswa. Selengkapnya hasil penilaian karangan Narasi postes siswa dengan menggunakan metode latihan. Berdasarkan data yang didapat, gambaran mengenai penilaian terhadap karangan hasil postes siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi berada pada unsur bahasa karangan yaitu sebesar 38. Sedangkan skor terendah berada pada unsur teknik karangan yaitu sebesar 21. Sedangkan apabila ditinjau dari rata-rata keseluruhan menunjukkan bahwa unsur bahasa karangan merupakan skor rata-rata yang paling besar yaitu 33,7. Sementara itu, skor rata-rata terendah berada pada unsur teknik karangan yaitu sebesar 24,0. Dari data tersebut di atas, menunjukkan pula bahwa nilai postes karangan siswa yang terbesar atau tertinggi adalah dengan jumlah skor 91. Sedangkan nilai karangan yang terendah adalah dengan jumlah skor 74. Dengan demikiah dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan siswa secara keseluruhan dalam menyusun karangan Narasi pada tes akhir atau postes adalah sebesar 84,0.
postes dengan menggunakan metode latihan secara keseluruhan adalah sebesar 18,8.
Rekapituiasi Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sukawening Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2011/2012
ceramah thjtung nya sebesar 3,77 sedangkan t tabelnya 1,99 ( t hitung > t tabel ).
No. 1. 2. 3.
Kriteria Penilaian Bahasa Karangan Isi Karangan Teknik Karangan Jumlah
Pretes 21,6 22,8 20,8 65,2
Postes 33,7 26,3 24,0 84,0
Selisih 12,0 3,5 3,2 18,8
Merujuk pada tabel di atas, gambaran yang dapat diperoleh adalah bahwa kemampuan siswa dalam menyusun karangan Narasi setelah berlangsungtiya proses belajar mengajar dengan menggunakan metode latihan menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan. Perubahan yang cukup menonjol terjadi pada unsur bahasa karangan. Hal ini berarti siswa telah memahami fungsi bahasa yang merupakan salah satu alat komunikasi yang harus digunakan dengan baik dan benar. Dari tabel tersebut di atas, kekesimpulannya adalah bahwa selisih antara nilai pretes dan postes pada unsur bahasa karangan yaitu sebesar 12,0, unsur isi karangan selisihnya adalah 3,5, dan selisih yang terjadi pada unsur teknik karangan yaitu sekitar 3,2. Sedangkan selisih antara rata-rata nilai pretes dan
SIMPULAN kesimpulan Pada bagian ini penulis mencoba menarik beberapa kekesimpulan sebagai hasil analisis terhadap data yang penulis dapatkan di lapangan. Kekesimpulan yang penulis ambil didasarkan pada perumusan masalah yang penulis ungkapkan pada bagian sebelumnya. Kekesimpulan tersebut antara lain sebagai berikut. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat perbedaan antara tes awal dan tes akhir pada pembelajaran wacana argumentasi dengan menggunakan metode latihan dan metode ceramah. Hal ini dapat penulis uraikan bahwa pada kelas eksperimen metode latihan antara rata-rata tes awal dengan rata-rata tes akhir terdapat perbedaan sebesar 0,77, sedangkan pada kelas eksperimen metode ceramah terdapat perbedaan sebesar 0,44. Perbedaan antara tes awal dan tes akhir tersebut memiliki signifikan yang tidak dapat diabaikan, yaitu berdasarkan pengujian signifikansi, keduanya menunjukkan signifikan, antara lain untuk metode latihan didapat t hitung sebesar 5,97 sedangkan t tabel nya sebesar 1,70 ( t hitung > t tabel } dan untuk metode
Metode latihan memiliki tingkat efektivitas yang lebih baik, hal ini dapat kita lihat berdasarkan ratarata tes awal. Di samping itu berdasarkan perhitungan tingkat signifikansi ( t hitung ) diketahu bahwa t hitung pada metode latihan lebih besar 5,97.
DAFTAR PUSTAKA Abdulah Ambary. 1984. Bahasa Tata Karangan Ilmiah Untuk SMA & SMTA. Djatmika. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatau Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Bandung. Hidayat, Kosadi. 1995. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Binacipta. Bandung Hidayat, Kosadi. 1990. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Binacipta. Bandung. Keraf. G. 1994. Argumentasi dan Narasi. Gramedia. Jakarta. Poerwadanninta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka Rusyana. 2000. Para Guru Perlu Melakukan Kegiatan Menulis. Makalah Disampaikan pada Seminar Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi Milenium III. STKIP Garut. Sabarti, Akhadiah, at.all. 1986. Buku Materi Pokok Menulis I. Karunika. Jakarta. Sudinnan. 1991. Ilmu Pendidikan. Remaja Rosdakarya, Bandung. Sutardi. 1979. Penelitian Pendidikan, FTP, IKIP Bandung Sutrisno Hadi. 1980. Metodologi Riset, UGM, Yogyakarta. Syamsudin. 1987. Bimbingan Karang Mengarang (Teknis dan Redaksional). FPBS. IKIP Bandung. Surachmad. 1982. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Tarsito, Bandung. Surachmad. 1984. Pengantar Interaksi Mengajar Belajar Dasar dan Teknik Metodologi Pembelajaran. Tarsito. Bandung Tarigan, H.G. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung