METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Hubungan Persepsi tentang Kegemukan dengan Pola Konsumsi Pangan dan Aktivitas Fisik Mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Asrama Putri mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan kemudahan akses dan birokrasi. Pengumpulan data primer dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2011. Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh penelitian adalah mahasiswi tingkat pertama yang tinggal di asrama putri TPB-IPB. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah mahasiswi TPB-IPB yang termasuk kelompok remaja ahkir dengan kisaran umur 19-21 tahun (Sarwono 2003), dalam kondisi sehat, bersedia untuk diwawancarai dan mengisi
kuesioner
penelitian
serta
berada
di
Asrama
saat
penelitian
dilaksanakan. Metode yang digunakan dalam penarikan contoh adalah secara random sampling. Adapun jumlah contoh ditentukan menggunakan rumus: n
=
Z2(1-α/2) x σ2 ε2 x φ2
n
=
1.962 x 1.32 0.012912 x 22.22
n
= 79 mahasiswi
Keterangan: / (1.96) =simpang baku status gizi (IMT) remaja putri 19-21 tahun (1.3) (Wijaya 2010) = error (1.291%) =rata-rata status gizi (IMT) remaja putri 19-21 tahun (22.2) (Wijaya 2010) α = 5% (0.05) pada derajat kepercayaan 95%
Z = nilai z pada derajat kepercayaan
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang meliputi karakteristik mahasiswi yang terdiri dari nama, usia, indeks massa tubuh, sedangkan data kondisi sosial ekonomi keluarga
terdiri
jumlah
anggota
keluarga,
pendidikan,
pekerjaan
serta
pendapatan ayah mahasiswi. Data primer lain adalah kebiasaan makan, recall 1
22
x 24 jam (2 hari), food frequency, aktivitas fisik, pengetahuan gizi dan persepsi kegemukan dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Tabel 3 Cara pengumpulan data primer Variabel
Data yang dikumpulkan
Karakteristik contoh :
- Umur - Asal daerah - Status gizi (berat dan tinggi badan)
Kondisi sosial ekonomi keluarga
Pengetahuan gizi
-
Persepsi kegemukan
-
-
-
Hal-hal terkait kegemukan
-
Kebiasaan makan
-
Tingkat konsumsi pangan
-
Aktivitas fisik
-
Pekerjaan orang tua Pendidikan orang tua Pendapatan orang tua Jumlah keluarga Pengetahuan gizi secara umum Pengetahuan mengenai kegemukan Persepsi terhadap kondisi tubuh aktual Harapan dan tingkat kepuasaan dan kepercayaan diri contoh Ketakutan terhadap kegemukan dan halhal yang ditakuti bila menjadi gemuk Upaya yang dilakukan untuk mencegah dan atau mengatasi kegemukan Persepsi terhadap gambar bentuk tubuh ideal dan gemuk Frekuensi makan Kebiasaan sarapan Kebiasaan makan malam Konsumsi sayur dan buah Konsumsi fast food dan soft drink, kebiasaan mengonsumsi camilan Jumlah dan jenis makanan yang dimakan Kegiatan sehari-hari mahasiswi (hari kuliah dan hari libur)
Cara pengumpulan data Kuesioner Pengukuran dengan microtoise dan timbangan bathroom scale Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner
Kuesioner (gambar 2 siluet tubuh Stunkard) Kuesioner dan Wawancara (Food frequency)
Kuesioner dan Wawancara (food Recall 1x 24 jam 2 hari) Kuesioner Recall 1x 24 jam
23
Pengetahuan gizi contoh diukur dengan memberikan 20 buah pertanyaan pilihan berganda yang memiliki satu jawaban yang paling benar (correct-answer multiple choice). Pertanyaan yang diajukan berkaitan zat gizi dan fungsinya secara umum serta segala sesuatu yang berkaitan dengan kegemukan. Penilaian persepsi mahasiswi mengenai kegemukan diukur dengan memberikan pertanyaan persepsi kegemukan yang diberi skor terdiri dari 10 pertanyaan yaitu kepuasaan dan kepercayaan diri terhadap tubuh aktual, distorsi penilaian tubuh, ketakutan mengalami stroke, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, sulit mengikuti mode pakaian dan sulit bergaul jika menjadi gemuk serta adakah upaya pencegahan dan atau penanggulangan terhadap kegemukan (Flynn 1997) dan (Allon 1979). Pengumpulan data primer menggunakan kuesioner dan pengukuran antropometri dilakukan pada malam hari dengan pertimbangan mahasiswi sedang berada di asrama atau tidak sedang kuliah. Pengukuran antopometri dilakukan
untuk
mengetahui
BMI
(Body
Mass
Index)
yang
kemudian
dibandingkan dengan standar dari WHO 2003. Untuk menentukan nilai BMI diperlukan data berat dan tinggi badan mahasiswi. Pengukuran berat badan orang dewasa dilakukan dengan cara mahasiswi berdiri di atas timbangan (bathroom scale) dengan ketelitian 0.5 kg dengan cara melepaskan sepatu dan barang-barang yang ada di dalam saku dengan tetap menggunakan pakaian. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm dengan cara melepaskan sepatu dan mahasiswi berdiri dilantai yang rata dengan kaki sejajar, leher, bokong, punggung, dan belakang kepala menyentuh dinding tegak lurus, tangan lurus ke bawah di sisi badan secara wajar (Jellife & Jellife 1989). Data mengenai kebiasaan makan diukur melalui pengisian kuesioner dengan mengajukan pertanyaan mengenai kebiasaan sarapan, kebiasaan makan malam atau sore, frekuensi makan, konsumsi sayur dan buah, preferensi terhadap sayur bersantan atau tidak bersantan, kebiasaan mengonsumsi camilan berlebihan saat stres, kebiasaan konsumsi fast food dan soft drink, kebisaan jajan di kampus, kebiasaan minum air putih serta konsumsi camilan. Tujuan pengumpulan data ini adalah untuk melihat kebiasaan makan mahasiswi selama sebulan terahkir, yaitu setiap hari, 3-4 kali/minggu, 1-2 kali/minggu, dan jarang (<1-2 kali/seminggu). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah diberi keterangan lengkap beserta contoh pengisian untuk diisi oleh mahasiswi.
24
Selain itu, food frequency quetionaire merupakan kuesioner yang menggambarkan frekuensi responden dalam mengonsumsi beberapa jenis dan makanan dan minuman. Frekuensi konsumsi makanan dapat dilihat dalam satu hari, minggu, dan bulan. Kuesioner terdiri dari daftar jenis makanan-makanan yang berpontensi menyebabkan kegemukan jika dikonsumsi berlebihan. Makanan tersebut terdiri dari makanan pokok, pangan hewani, pangan nabati, sayuran, buah-buahan, dan makanan jajanan. Persepsi mahasiswi mengenai kegemukan diukur dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
mengenai
penilaian
mahasiswi
terhadap
bentuk
tubuhnya dan pendapatnya mengenai kegemukan. Persepsi kegemukan ini terdiri dari 10 pertanyaan yang terdiri dari kepuasaan dan kepercayaan diri terhadap bentuk tubuh aktual, ketakutan terhadap kegemukan dan hal-hal yang ditakuti bila menjadi gemuk dan usaha diet yang dilakukan untuk menangani dan atau mencegah kegemukan. Data konsumsi pangan diperoleh dengan cara food recall 1 x 24 jam (2 hari), yaitu dengan meminta mahasiswi untuk menyebutkan makanan yang dimakan selama 2 hari. Makanan yang dimakan termasuk makanan utama, makanan selingan, waktu makan, jenis pangan dan jumlah yang dikonsumsi dalam bentuk matang, kemudian dikonversikan kedalam bentuk bahan pangan mentah dan dihitung kandungan zat gizi energi, protein, lemak, dan karbohidrat dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran umum mengenai asrama TPB-IPB Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia statistik dengan menggunakan alat bantu program komputer Microsoft Excel dan SPSS version 16.0. for Windows. Karakteristik contoh dianalisis secara deskriptif. Usia contoh dikategorikan menjadi satu kategori yaitu usia 19 - 21 tahun (remaja ahkir). Asal daerah mahasiwi dikategorikan menjadi Jabodetabek dan Luar Jabodetabek. Penilaian status gizi contoh berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Secara sederhana contoh dinilai status gizinya berdasarkan nilai IMT dengan rumus: IMT = Berat badan (kg)/ Tinggi badan (m2)
25
Kondisi sosial ekonomi keluarga contoh terdiri dari besar keluarga, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan ayah contoh. Besar keluarga contoh dibagi menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar (≥8 orang) (Hurlock 1994). Adapun pendidikan ayah contoh dikategorikan menjadi SD/ Sederajat, SMP/ Sederajat, SMA/ Sederajat, Perguruan Tinggi/ Sederajat. Pekerjaan ayah contoh dikategorikan menjadi Pegawai
Negeri
Sipil,
Wiraswasta,
Pegawai
Swasta,
Polisi/ABRI,
Petani/Peternak dan lain-lain. Pendapatan orang tua dibagi menjadi lima kategori yaitu < Rp 2.000.000, Rp 2.000.000-Rp 3.000.000, 3.000.000-5.000.000, dan > Rp 5.000.000. Penilaian pengetahuan gizi dengan cara memberika skor terhadap setiap jawaban. Data pengetahuan gizi contoh diberi skor 1 jika jawaban terhadap benar dan 0 jika salah, sehingga total skor jika semua jawaban benar adalah 20. Pengetahuan gizi dinilai dengan menjumlahkan skor yang diperoleh kemudian dikategorikan baik, sedang, dan kurang. Pengetahuan gizi dikategorikan baik apabila skor yang diperoleh lebih dari 80% dari total skor, kategori sedang apabila skor yang diperoleh kurang dari 60% dari total skor (Khomsan 2000). Penilaian persepsi mahasiswi mengenai kegemukan dilakukan dengan cara memberikan skor terhadap setiap jawaban. Data persepsi kegemukan mahasiswi diberi skor 1 jika jawaban terhadap benar dan 0 jika salah, sehingga total skor jika semua jawaban benar adalah 10. Penilaian persepsi mahasiswi mengenai kegemukan dikelompokkan menjadi persepsi yang baik (skor persepsi >80%), sedang (skor persepsi 60%-<80%) dan kurang (skor persepsi <60%). Dalam penelitian ini dilakukan skoring kebiasaan makan (Maxitelia 2005). Scoring dilakukan pada pertanyaan-pertanyaan mengenai kebiasaan makan yang sudah memiliki acuan, sebagai contoh frekuensi makan mengacu pada Khomsan (2003), bahwa frekuensi makan yang baik adalah 3 kali dalam sehari sehingga contoh yang memiliki frekuensi makan makanan utama kurang dari atau lebih dari 3 kali diberi nilai 0, sedangkan untuk contoh yang frekuensi makan makanan utama 3 kali diberi nilai 1. Adapun kebiasaan makan yang diberi skor dalam penelitian ini adalah kebiasaan sarapan, frekuensi makan, kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah, kebiasaan mengonsumsi camilan, kebiasaan mengonsumsi camilan berlebihan saat sedang stress, preferensi terhadap sayur bersantan dan tidak bersantan, kebiasaan jajan di kampus, kebiasaan mengonsumsi fast food dan soft drink. Skor tertinggi kebiasaan makan adalah
26
100 dan skor terendahnya 0. Semakin tinggi skor kebiasaan makan maka semakin baik kebiasaan makan yang diterapkan contoh. Recall konsumsi pangan juga digunakan untuk melihat konsumsi makanan yang memenuhi kecukupan energi. Data konsumsi pangan diolah menggunakan aplikasi konsumsi pangan. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT kemudian dikonversi menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan dan kemudian dilakukan perhitungan angka konsumsi gizi untuk energi dan protein. Angka kecukupan energi dihitung berdasarkan pengeluaran energi contoh sedangkan angka kecukupan protein mengacu pada angka kecukupan gizi hasil Widyakarya Naional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004. Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi makanan yang dikonsumsi adalah: KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan: KGij
= Penjumlahan zat gizi i dari setiap bahan makanan/pangan yang dikonsumsi
Bj
= Berat bahan makanan j (gram)
Gij
= Kandungan zat gizi I dari bahan makanan j
BDDj
= Persen bahan makanan j yang dapat dimakan
(Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)
Tingkat kecukupan konsumsi merupakan persentase intake contoh. Menurut Depkes Kesehatan (1996), tingkat konsumsi energi dan protein diklasifikasikan menjadi lima tingkatan, yaitu defisit tingkat berat (< 70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat ringan (80-89% AKG), Normal (90-119% AKG), Kelebihan (≥ 120% AKG). Secara umum tingkat kecukupan zat gizi dapat dirumuskan sebagai berikut: TGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan:
TGi
= Tingkat kecukupan zat gizi i
Ki
= Konsumsi zat gizi i
AKGi = Kecukupan zat gizi I yang dianjurkan Data mengenai aktivitas fisik dikumpulkan dengan cara meminta mahasiswi mengisi kuesioner penelitian berupa aktivitas-aktivitas yang dilakukan
27
pada hari kuliah dan hari libur disertai dengan alokasi waktu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas tersebut kemudian ditentukan nilai Physical Activity Ratio dengan menggunakan acuan dari WHO/FAO/UNO 2001 untuk mendapatkan nilai Physical Activity Level. Berikut adalah Tabel 4 yang menunjukkan nilai PAR dari beberapa kegiatan. Tabel 4 Nilai Physical Activity Ratio (PAR) setiap kegiatan Kegiatan Aktifitas Ringan (Sedentary/Light Activity Lifestyle) - Tidur - Perawatan diri (mandi dan berpakaian) - Makan - Memasak - Kegiatan yang dilakukan dengan duduk - Pekerjaan Rumahtangga - Mengenderai kendaraan - Berjalan - Kegiatan Ringan (Menonton TV) Aktifitas Sedang (Active or Moderately Active Lifestyle) - Tidur - Perawatan diri (mandi dan berpakaian) - Makan - Kegiatan yang dilakukan dengan berdiri - Transportasi kerja dengan bus - Berjalan - Olahraga Ringan - Kegiatan Ringan (Menonton TV) Aktifitas berat (Viogorous or vigorously Active Lifestyle) Tidur - Perawatan diri (mandi dan berpakaian) - Makan - Masak - Kegiatan pertanian tanpa menggunakan alat Mengambil air - Pekerjaan Rumahtangga yang berat - Berjalan - Kegiatan Ringan Sumber: FAO/WHO/UNU 2001
PAR 1 2.3 1.5 2.1 1.5 2.8 2.0 3.2 1.4 1 2.3 1.5 2.2 1.2 3.2 4.2 1.4 1 2.3 1.4 2.1 4.1 4.4 2.3 3.2 1.4
Keterangan: PAR= Physical Activity Ratio (Rasio Aktivitas Fisik) Secara sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL adalah sebagai berikut: Physical Activity Level (PAL) = ∑ (Lama melakukan aktifitas x PAR) 24 Jam
Adapun Tingkat aktifitas dikategorikan menjadi tiga tingkatan mengacu pada WHO/FAO/UNO (2001), yaitu aktivitas ringan (1.40 ≤ PAL≤ 1.69),
aktivitas
28
sedang (1.70 ≤ PAL ≤ 1.99), dan aktivitas berat (2.00 ≤ PAL ≤ 2.39). Berikut adalah Tabel 5 yang menunjukkan jenis dan kategori variabel. Tabel 5 Jenis dan kategori variabel No
Variabel
Kategori
Sumber/ Keterangan Sarwono 2003
1
Usia
-
19-21 tahun (Remaja ahkir)
2
Asal daerah
-
Jabodetabek Luar Jabodetabek
3
Status gizi
-
Kurus (IMT < 18.5) Normal (IMT 18.5-22.9) Gemuk 23-24.9 Obes (IMT > 25)
4
Pendidikan ayah
-
SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Perguruan Tinggi/Sederajat
5
Pekerjaan ayah
6
Pendapatan Orangtua
7
Besar keluarga
-
Pegawai Negeri Sipil Wiraswasta Pegawai swasta Polisi/ABRI Petani/Peternak Lain-lain < Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 – Rp < Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 - < Rp 5.000.000 Rp > 5.000.000 Keluarga kecil (≤4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar (≥8 orang)
8
Kebiasaan sarapan
-
Setiap hari 3-5 kali/minggiu 1-2 kali /minggu Tidak pernah
Sebaran contoh
9
Frekuensi makan sehari
-
1-2 kali 3-4 kali > 4 kali
Sebaran contoh
10
Frekuensi konsumsi sayur dan buah
-
1-2 kali 3-4 kali > 4 kali
Sebaran contoh
11
Frekuensi fast food dan soft drink
-
Setiap hari 3-5 kali/minggiu 1-2 kali /minggu Tidak pernah
Sebaran contoh
12
Frekuensi mengemil dalam sehari
-
Setiap hari 3-5 kali/minggiu 1-2 kali /minggu Tidak pernah
Sebaran contoh
Sebaran contoh WHO 2003 diacu dalam Sunarti 2004 Strata Pendidikan Formal BKKBN 1996
Sebaran contoh
Hurlock 1994
29
Tabel 5 (Lanjutan) No
Variabel
Kategori
13
Aktivitas seharihari
- Ringan (PAL 1.40-1.69) - Sedang (PAL 1.70-1.99) - Berat (PAL 2.00-2.39)
14
Persepsi tentang kegemukan
15
Pengetahuan gizi
-
16
17
Sumber/ Keterangan WHO/FAO/UNO 2001
Baik (≥ 80%) Sedang (60-80%) Kurang (<60%) Baik (≥ 80%) Sedang (60-80%) Kurang (<60%)
Khomsan 2000
Kebiasaan makan
- Baik (≥ 80%) - Sedang (60-80%) - Kurang (<60%)
Sebaran contoh
Tingkat kecukupan energi dan protein
-
Khomsan 2000
Defisit berat (< 70% AKG) Defisit sedang (70-79% AKG) Defisit ringan (80-89% AKG) Normal (90-119% AKG) Kelebihan (≥ 120% AKG)
Depkes 1996
Hubungan antar variabel dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan Moment Pearson. Uji korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kegemukan dengam status gizi, pendapatan ayah mahasiswi, skor kebiasaan makan, dan tingkat kecukupan energi dan protein mahasiswi. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui mengetahui hubungan antara aspek-aspek kebiasaan makan seperti kebiasaan sarapan, frekuensi makan, kebiasaan makan malam dan lain-lain. Selain itu uji korelasi Spearmen juga digunakan untuk mengetahui persepsi kegemukan dengan pengetahuan gizi dan aktivitas fisik mahasiswi. Definisi Operasional Kegemukan adalah keadaan tubuh dimana berat badan melebihi berat badan ideal sebesar 20%. Remaja ahkir adalah remaja yang berada dalam masa pertumbuhan tahap ahkir menjelang dewasa dan berada pada kisaran umur 19-21 tahun. Persepsi
kegemukan
adalah
penolakan
seorang
mahasiswi
terhadap
kegemukan yang sesuai dengan ilmu pengetahuan serta tidak mengalami distorsi penilaian tubuh dan puas serta percaya diri terhadap tubuh aktualnya. Semakin baik nilai persepsi tentang kegemukan maka semakin baik penolakan mahasiswi terhadap kegemukan begitu pula sebaliknya. Pola konsumsi pangan adalah perilaku seseorang dalam mengonsumsi makanan sehari-hari yang terkait dengan kebiasaan sarapan, konsumsi
30
sayur dan buah, konsumsi fast food dan soft drink, frekuensi makan, serta kebiasaan mengonsumsi camilan . Frekuensi makan adalah tingkat keseringan seseorang dalam mengonsumsi makanan utama yang diukur dengan satuan kali per hari serta kuantitas dari makanan tersebut (gram). Fast food adalah makanan cepat saji yang umumnya mengandung kalori dan lemak yang tinggi seperti ayam goreng, hamburger, pizza dan hotdog. Soft drink adalah minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubur atau cair yang mengandung bahan makanan atau bahan tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap untuk dikonsumsi. Aktivitas fisik adalah segala jenis kegiatan fisik yang dilakukan remaja yang digolongkan menjadi 3 jenis yaitu aktivitas ringan, sedang dan berat. Pengetahuan gizi adalah pemahaman remaja terhadap hal-hal yang berkaitan dengan gizi dan kesehatan khususnya terkait dengan kegemukan yang diukur dengan menggunakan kuesioner. Pengetahuan gizi dikategorikan kurang jika <60% jawaban benar, sedang jika jawaban benar antara 6080%, dan baik jika jawaban benar >80% jawaban benar (Khomsan 2000).