ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. DAGSAP ENDURA EATORE DI KAWASAN INDUSTRI SENTUL, BOGOR
Restu Wahyuningsih
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT. DAGSAP ENDURA EATORE DI KAWASAN INDUSTRI SENTUL, BOGOR
Restu Wahyuningsih NIM: 105092002964
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
PENGESAHAN UJIAN Skripsi yang berjudul ” Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor ”, yang ditulis oleh Restu Wahyuningsih NIM 105092002964 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu Tanggal 01 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I
Penguji II
Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM
Drh. Zulmanery, MM
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Taswa Sukmadinata, M.Si
Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si
Mengetahui,
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1 001
Ketua Program Studi Agribisnis
Drs. Acep Muhib, MM NIP. 19690605 200112 1 001
MOTTO
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ”
(Alam Nasyrah : 5-6)
“ Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu, orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan “ (Mario Teguh)
Ku persembahkan karya ini untuk kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Wahyudi (alm) dan Ibunda Satini Langkah ku hanya untuk membahagiakan kalian Semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya serta ampunan dosa bagi keduanya Amin Yaa Robb
SURAT PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 01 Juni 2011
RESTU WAHYUNINGSIH
CURRICULUM VITAE
RESTU WAHYUNINGSIH Pangkalan Jati 7, Rt:005, Rw:09, No:42 Kel: Cipinang Melayu, Kec: Makasar, Jakarta Timur 13620 +62 856 9192 7043, email:
[email protected]
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 07 Februari 1987 Kewarganegaraan
: Indonesia
Status
: Belum menikah
Pendidikan Formal 1993 – 1999
SD Negeri Pondok Cempaka I, Bekasi
1999 – 2002
SLTP Negeri 51, Jakarta
2002 – 2005
SMA Negeri 100, Jakarta
2005 – 2011
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Pendidikan Nonformal 2004 – 2005
Bimbingan Belajar Salemba Collage
2004 – 2005
Pendidikan Komputer Microsoft Office dan Web Design
Pengalaman Kerja 2009
Job Training (magang), PT. Fajar Taurus, Jakarta
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim Assalamu’alaikum. Wr. Wb Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Daging Sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammnad SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan. Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibunda Satini dan Ayahanda Wahyudi (alm) yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moriil dan materiil serta nasihat yang tak ternilai harganya bagi penulis. Penulis haturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang tinggi kepada mereka berdua atas jerih payah dan motivasinya supaya penulis dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan yang cerah. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala karunianya kepada mereka. 2. Kakak-kakak ku tercinta Eka Wahyuningsih, Edi Wahyu Wibowo dan Tri Wahyu Indratno yang selalu ada memberikan semangat kepada penulis untuk terus maju serta keponakan kecil ku Assyfa Ade Andrini, Kartika Nila Wardani dan Safira Agnia Wibowo yang selalu membuat ku ceria, semoga kalian menjadi anak yang shalihah dan senantiasa berbakti terhadap kedua orang tua. 3. Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si dan Eny Dwiningsih S.TP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan, menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Drs. Acep Muhib, MM dan Riski Adi Puspita Sari, MM selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan.. 5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Rusli Adna Solihin selaku manager produksi PT. Dagsap Endura Eatore dan Agus Riyanto selaku manager HRD PT. Dagsap Endura Eatore yang telah meluangkan waktu dan bersedia menerima penulis dengan baik selama penelitian. 7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis. 8. Teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2005 Lece, Ochid, Alip, Ari, Aris, Ayu, Buyung, Echi, Dimas, Donny, Aank, Hasyim, Iponk, Jeje, Rusman, Mitha, Tama, Bojes, Ichen, Yarfi, Anto, Rafki, Dita, Riri, Risky, Ipeh, Yudha yang selalu memberi semangat agar skripsi ini cepat selesai. Special untuk Rofikoh, Febriya, Henning Pury Asanti, Mega Friyanti dan Sarif Hidayatullah yang selalu ada di hati. Terima kasih... kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang akan selalu kita rindukan. 9. Sarifudin Syah yang telah memberikan motivasi, dukungan moriil dan perhatiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi. 10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu per satu. Namun, penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian semua.
Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT, Amin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Jakarta, Juni 2011
Penulis
RINGKASAN
Restu Wahyuningsih, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor. (Di bawah bimbingan TASWA SUKMADINATA dan ENY DWININGSIH).
PT. Dagsap Endura Eatore merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri pengolahan dengan menggunakan bahan baku daging sapi. PT. Dagsap Endura Eatore berperan sebagai penyedia produk makanan yang bersifat ready to cook (siap untuk dimasak). Dalam menjalankan tugasnya, PT. Dagsap Endura Eatore memiliki kendala pengadaan bahan baku. Masalah pengadaan bahan baku yang dihadapi meliputi jumlah permintaan, biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Permasalahan tersebut mengakibatkan terganggunya ketersediaan bahan baku yang terdapat di perusahaan. Kelancaran arus produksi harus tetap dijaga dengan mempertahankan keseimbangan antara kualitas dan kuantitas produk dengan penyediaan bahan baku sehingga biaya produksi menjadi minimum. Pengadaan persediaan bahan baku, perusahaan akan berusaha memperkecil segala hal yang berhubungan dengan biaya agar pengeluaran perusahaan dapat ditekan sekecil mungkin dalam mencapai hasil operasi perusahaan yang optimal. Setiap bagian dalam perusahaan dapat memandang persediaan dari berbagai sisi yang berbeda. Bagian pemasaran, menghendaki tingkat persediaan yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin. Bagian pembelian cenderung untuk membeli barang dalam jumlah yang besar dengan tujuan untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit menjadi lebih rendah. Demikian juga bagian produksi, menghendaki tingkat persediaan yang besar untuk mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan. Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pengendalian persediaan bahan baku daging sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor sehingga arus produksi berjalan dengan lancar dan biaya.persediaan dapat ditekan. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore, (2) menganalisis alternatif metode pengendalian persediaan dalam peningkatan efisiensi bahan baku di PT. Dagsap Endura Eatore. Penelitian dilakukan di PT. Dagsap Endura Eatore yang berada di Kawasan Industri Sentul, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa PT. Dagsap Endura Eatore merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan daging yang baru sedang berkembang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data skunder. Untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada PT. Dagsap Endura Eatore dilakukan dengan teknik wawancara kepada manajer produksi.
Data primer yang diperoleh dari perusahaan dianalisis dengan menggunakan metode Material Requirement Plannning (MRP) dengan teknik Lot For Lot (LFL), teknik Economic Order Quantity (EOQ), teknik Period Order Quantity (POQ) dan teknik Part Period Balancing (PPB) menggunakan alat bantu kalkulator dan program Microsoft Excel. Hasil penelitian diperoleh bahwa sistem pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku PT. Dagsap Endura Eatore belum terstruktur, hal ini terlihat dari sistem pengadaan bahan baku yang hanya menggunakan metode peramalan sesuai dengan target penjualan. Pemesanan bahan baku dilakukan dengan meramalkan target penjualan selama satu tahun ke depan kemudian di konversi menjadi periode bulanan. Pemesanan bahan baku juga didasarkan pada kebutuhan produksi, kapasitas produksi dan kondisi persediaan bahan baku di gudang. Analisis perhitungan persediaan bahan baku yang dilakukan dengan metode MRP diperoleh nilai total persediaan bahan baku sebagai berikut: teknik LFL sebesar Rp 2.555.029.257, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya pembelian sebesar Rp 2.543.724.000 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 3.780.256,5 dan biaya pemesanan sebesar Rp 7.525.000. Teknik EOQ 2.634.422.058, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya pembelian sebesar Rp 2.628.241.200 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 3.905.858,45 dan biaya pemesanan sebesar Rp 2.275.000. Teknik POQ sebesar Rp 2.549.735.711, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya pembelian sebesar Rp 2.544.030.000 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 3.780.711,25 dan biaya pemesanan sebesar Rp 1.925.000. Dan teknik PPB sebesar Rp 2.551.485.711, hasil tersebut diperoleh dari panjumlahan biaya pembelian sebesar Rp 2.544.030.000 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 3.780.711,3 dan biaya pemesanan sebesar Rp 3.675.000. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik yang terbaik yang dapat digunakan di PT. Dagsap Endura Eatore adalah teknik POQ. Teknik POQ menghasilkan pengeluaran biaya yang paling rendah dibandingkan dengan metode perusahaan dan ketiga teknik lain, yaitu sebesar RP 457.393.442,4 memiliki nilai penghematan sebesar 15,20 persen dibandingkan dengan metode perusahaan tahun 2009.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ................................................................................... 7 DAFTAR ISI .................................................................................................. 11 DAFTAR TABEL ......................................................................................... 14 DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 16 DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 17 BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1
Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2
Perumusan Masalah ................................................................ 2
1.3
Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4
Manfaat Penelitian .................................................................. 3
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5 2.1
Pengertian Daging Sapi ........................................................... 5
2.2
Persediaan ............................................................................... 2.2.1 Arti dan Peran Persediaan .............................................. 2.2.2 Fungsi dan Kegunaan Persediaan .................................. 2.2.3 Tipe dan Jenis Persediaan .............................................. 2.2.4 Biaya Persediaan ............................................................
11 11 12 14 15
2.3
Pengendalian Persediaan ......................................................... 2.3.1 Pengertian pengendalian Persediaan ............................... 2.3.2 Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan .................. 2.3.3 Kebijakan dalam Pengendalian Persediaan .....................
18 18 19 20
2.4
Metode Perhitungan Pengendalian Persediaan ....................... 2.4.1 Metode Persediaan ABC ................................................ 2.4.2 Metode Persediaan Probabilistik .................................... 2.4.3 Metode Persediaan Deterministik ..................................
22 22 24 27
2.5
Penelitian Terdahulu ............................................................... 36
2.6
Alur Kerangka Pemikiran Operasional ................................... 38
27
Definisi Operasional ................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 40 3.1
Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................. 40
3.2
Jenis dan Sumber Data ............................................................ 40
3.3
Metode Pengumpulan Data ..................................................... 41
3.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 42 3.4.1 Analisis Kualitatif .......................................................... 42 3.4.2 Analisis Kuantitatif ........................................................ 42
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... 50 4.1
Sejarah Perusahaan .................................................................. 50
4.2
Visi dan Misi Perusahaan ........................................................ 51
4.3
Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 52
4.4
Ketenagakerjaan ...................................................................... 53
4.5
Pemasaran Produk ................................................................... 54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 60 5.1
Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore ....................................................................................... 5.1.1 Jenis dan Asal Bahan Baku ............................................ 5.1.2 Prosedur Pembelian Bahan Baku ................................... 5.1.3 Prosedur Penanganan Bahan Baku ................................. 5.1.4 Pemakaian Bahan Baku .................................................. 5.1.5 Biaya Persediaan Bahan Baku .......................................
60 60 62 64 65 67
5.2
Analisis Pola Permintaan Bahan Baku .................................... 71
5.3
Analisis Persediaan Pengendalian Bahan Baku ...................... 73 5.3.1 Metode PT. Dagsap Endura Eatore ................................... 73 5.3.2 Metode Material Requirement Planning (MRP) ........... 78
5.4
Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan ...... 86
5.5
Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persedian Bahan Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Periode Januari 2009-Desember 2009 .................................................. 90
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................... 92 6.1
Kesimpulan ............................................................................. 92
6.2
Saran ........................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93 LAMPIRAN ................................................................................................... 97
DAFTAR TABEL Halaman
1. Format Perencanaan Bahan Baku ................................................................ 45 2. Jumlah Karyawan PT. Dagsap Endura Eatore ............................................. 53 3. Segmentasi Produk PT. Dagsap Endura Eatore ........................................... 58 4. Daftar Nama Supplier Daging Sapi PT. Dagsap Endura Eatore .................. 61 5. Perkembangan Pemakaian Bahan Baku, Tahun 2009 .................................. 66 6. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku, Tahun 2009 ........ 68 7. Total Biaya Pemesanan Bahan Baku, Tahun 2009 ...................................... 68 8. Komponen Opportunity Cost Bahan Baku, Tahun 2009 ............................. 70 9. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku, Tahun 2009 ......................... 70 10. Rencana Pengadaan Bahan Baku, Tahun 2009 ............................................ 74 11. Perkembangan Persediaan Bahan Baku, Tahun 2009 .................................. 75 12. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan, Tahun 2009 ......................... 76 13. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL ......................................................................................... 79 14. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL .............. 80 15. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ ........................................................................................ 81 16. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ ............. 82 17. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ ........................................................................................ 83 18. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ ............. 84 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB ......................................................................................... 85 20. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB .............. 85
21. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore dengan MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB ......................................... 86
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Peta Bagian Daging Sapi .............................................................................. 6 2. Metode Analisis ABC .................................................................................. 23 3. Variasi Permintaan dan Lead Time .............................................................. 24 4. Biaya Total Sebagai Fungsi dari Kuantitas Pemesanan ............................... 29 5. Jalur Distribusi Produk PT. Dagsap Endura Eatore ..................................... 56 6. Prosedur Pembelian Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore ..................... 63 7. Grafik Pola Data Permintaan ....................................................................... 72
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................ 98 2. Daftar Harga Produk PT. Dagsap Endura Eatore ...................................... 99 3. Grafik Pola Permintaan Bahan Baku ........................................................ 103 4. Total Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore, Tahun 2009 ........................................................................................................... 104 5. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL . 105 6. Perhitungan Teknik EOQ Bahan Baku Daging Sapi ................................ 106 7. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ 107 8. Perhitungan Teknik POQ Bahan Baku Daging Sapi ................................ 108 9. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ 109 10. Penggabungan Periode Teknik PPB .......................................................... 110 11. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB . 112 12. Penghematan Biaya Persediaan Bahan Baku dengan metode MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB ......................................................................... 113 13. Surat Pernyataan Penelitian di PT. Dagsap Endura Eatore ....................... 114
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu
pertumbuhan industri di segala bidang, menyebabkan meningkatnya persaingan diantara perusahaan-perusahaan untuk memperebutkan konsumen sehingga mengakibatkan meningkatnya pula tuntutan konsumen terhadap kualitas dan kuantitas dari suatu produk. Pemenuhan kebutuhan konsumen ditunjang oleh faktor ketersediaan produk di gudang. Sedangkan ketersediaan produk dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, sehingga dalam hal ini persediaan memiliki peranan penting untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen. Persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan penting dalam operasi bisnis, sehingga perusahaan perlu melakukan manajemen persediaan proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir, yaitu untuk meminimalisasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan (Yamit, 2002). Dalam sistem manufaktur maupun non manufaktur, adanya persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Penetapan jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan, tetapi apabila terlalu sedikit maka akan mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan jika permintaan nyatanya lebih besar daripada permintaan yang
diperkirakan. Pengendalian persediaan bahan baku sangatlah penting dalam sebuah industri untuk mengembangkan usahanya karena akan berpengaruh pada efisiensi biaya, kelancaran produksi dan keuntungan usaha itu sendiri. Adanya persediaan diharapkan dapat memperlancar jalannya proses produksi suatu perusahaan. PT. Dagsap Endura Eatore merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan, berbahan baku daging sapi dan daging ayam. Produk yang dihasilkan diantaranya baso sapi, sosis sapi, sosis ayam, chicken nugget dan beef burger. Dalam pemasaran produk, PT. Dagsap Endura Eatore membagi kedalam segmentasi yang berbeda-beda, yaitu wet market ditujukan ke pasar tradisional dengan merek dagang hemato, food market ditujukan ke industri kuliner seperti hotel dan restotan dengan merek dagang pedan dan dagsap, sedangkan modern market ditujukan ke swalayan dengan merek dagang yona. Secara umum bahan baku yang digunakan dalam produksi olahan daging sapi sama meliputi daging sapi, lemak dan air serta berbagai bumbu. PT. Dagsap Endura Eatore dalam pengembangan usahaanya sering menghadapi permasalahan, yaitu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang tidak terstruktur. Oleh karena itu, peneliti mencoba menganalisis pengendalian persediaan bahan baku daging sapi ynag dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore.
1.2
Perumusan Masalah Perhitungan pengendalian persediaan bahan baku harus dilakukan dengan
tepat dan cermat, mengingat biaya-biaya yang ditimbulkan sebagai akibat adanya aktivitas persediaan. Jika sistem pengendalian persediaan yang diterapkan kurang
tepat dapat mengakibatkan pemborosan dan tingginya biaya persediaan yang dikeluarkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore? 2. Alternatif metode pengendalian persediaan apa yang sebaiknya diterapkan oleh PT. Dagsap Endura Eatore untuk peningkatan efisiensi persediaan bahan baku?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore. 2. Menganalisis alternatif metode pengendalian persediaan yang dapat diterapkan oleh PT. Dagsap Endura Eatore untuk peningkatan efisiensi bahan baku.
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Perusahaan Memberikan masukan-masukan atau sumbangan pikiran yang berguna bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan sebagai bahan pertimbangan dalam penanganan pengendalian persediaan terutama dalam hal penanganan persediaan bahan baku.
2. Penulis Menambah pengetahuan dan sebagai alat ukur kemampuan teori yang diperoleh dari perkuliahan maupun dari literatur yang ada dalam penerapannya dengan masalah yang dihadapi perusahaan. 3. Pihak lain Memberikan informasi sebagai referensi bagi pembaca maupun peneliti dalam melakukan penelitian dengan topik permasalahan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan bahan baku.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini hanya meneliti persediaan bahan baku yang
paling banyak digunakan yaitu daging sapi. Penelitian ini bertempat di PT. Dagsap Endura Eatore yang berada di Kawasan Industri Sentul, Bogor. PT. Dagsap Endura Eatore merupakan industri pengolahan daging yang memproduksi sosis, baso dan beef burger. Penelitian ini dilakukan berdasarkan sistem pengadaan bahan baku PT. Dagsap Endura Eatore belum terstruktur.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Daging Sapi Menurut Astawan (2009:1), daging adalah sekumpulan otot yang melekat
pada kerangka. Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging merupakan bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya. Menurut Soeparno (2008:1), daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Sementara itu menurut Abrianto (2009:1), daging sapi (beef) adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Daging sapi dikategorikan sebagai daging merah, yaitu daging yang dalam kondisi mentah berwarna merah. Dalam bidang nutrisi, daging merah diartikan sebagai daging yang berasal dari binatang mamalia. Menurut Abrianto (2009:2) menyatakan bahwa bagian daging terdiri dari tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose tissue), dan jaringan ikat (connective tissue). Sementara itu, menurut Astawan (2009:2) menyatakan bahwa banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam daging akan menentukan tingkat kealotan atau kekerasan daging. Mlandhing (2008:2-6) menyebutkan bahwa daging sapi terdiri dari beberapa bagian, disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Bagian Daging Sapi Sumber: www.wikipedia.com
1. Daging sapi paha depan (chuck) Daging sapi paha depan atau dikenal juga sebagai chuck adalah bagian daging sapi yang berasal dari bagian atas paha depan. Ciri daging ini adalah berbentuk potongan segiempat dengan ketebalan sekitar 2-3 cm, dengan bagian dari tulang pundak masih menempel ke bagian paha sampai ke bagian terluar dari punuk. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat bakso, sosis. 2. Daging iga sapi (rib) Daging iga sapi atau rib adalah bagian daging sapi yang berasal dari daging di sekitar tulang iga. Bagian ini termasuk dari delapan bagian utama daging sapi yang biasa dikonsumsi. Seluruh bagian daging iga ini bisa terdiri dari beberapa iga berjumlah sekitar 6 sampai dengan 12, untuk potongan daging iga yang akan dikonsumsi bisa terdiri dari 2 sampai dengan 7 tulang iga. Biasanya bagian ini digunakan sebagai bahan dasar makanan khas Makassar, sup conro. 3. Daging has dalam (tenderloin) Daging has dalam atau tenderloin adalah daging sapi dari bagian tengah badan. Sesuai dengan karakteristik daging has, daging ini terdiri dari bagian-
bagian otot utama di sekitar bagian tulang belakang, dan kurang lebih di antara bahu dan tulang panggul. Daerah ini adalah bagian yang paling lunak, karena otototot di bagian ini jarang dipakai untuk beraktivitas. Biasanya bagian daging ini digunakan untuk membuat steak. 4. Daging has luar (sirloin) Daging has luar atau lebih dikenal dengan nama sirloin adalah bagian daging sapi yang berasal dari bagian bawah daging iga, terus sampai ke bagian sisi luar has dalam. Daging ini adalah daging yang paling murah dari semua jenis has, karena otot sapi pada bagian ini masih lumayan keras dibanding bagian has yang lain karena otot-otot di sekitar daging ini paling banyak digunakan untuk bekerja. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat steak. 5. Daging sapi penutup (round) Penutup daging sapi atau lebih dikenal dengan nama topside atau round adalah bagian daging sapi yang terletak di bagian paha belakang sapi. Potongan daging sapi di bagian ini sangat tipis dan kurang lebih sangat liat. Selain itu bagian ini sangat kurang lemak sehingga jika dibakar atau dipanggang akan sangat lama melunakkannya. Biasanya daging ini digunakan untuk campuran daging pizza. 6. T-bone T-bone adalah bagian daging sapi yang biasa dibuat sebagai steak. Potongan daging ini terbentuk dari tulang yang berbentuk seperti huruf T dengan daging disekitarnya. Bagian daging yang paling besar biasanya berasal dari bagian has luar, sedangkan bagian kecilnya berasal dari has dalam.
7.
Lamosir (cube roll) Lamosir atau lamusir atau dikenal juga dengan nama cube roll adalah
bagian daging sapi yang berasal dari bagian belakang sapi di sekitar has dalam, has luar dan tanjung. Biasanya daging ini digunakan untuk makanan khas Batam, Sup Lamosir. 8. Tanjung (rump) Tanjung atau lebih dikenal dengan nama rump adalah salah satu bagian daging sapi yang berasal dari bagian punggung belakang. Biasanya daging ini disajikan dengan dipanggang. 9. Punuk (blade) Punuk atau lebih dikenal dengan nama blade adalah daging sapi bagian atas yang menyambung dari bagian daging paha depan terus sampai ke bagian punuk sapi. Pada bagian tengahnya terdapat serat-serat kasar yang mengarah ke bagian bawah, yang cocok jika digunakan dengan cara memasak dengan teknik mengukus. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat makanan khas Nusa Tenggara Timur yaitu Se’i (sejenis daging asap). 10. Cingur Cingur adalah tulang rawan dari bagian hidung dan bibir atas sapi. Biasanya ditemui dalam rujak cingur. 11. Lidah sapi Lidah Sapi adalah bagian daging sapi yang berasal dari lidah sapi. Biasanya daging ini digunakan sebagai bahan dasar makanan untuk Sate Padang dan semur lidah. Lidah sapi juga diasap.
12. Buntut sapi (oxtail) Buntut Sapi atau lebih dikenal dengan nama oxtail adalah bagian dari tubuh sapi bagian ekor. Biasanya bagian ini disajikan sebagai hidangan sup buntut.
Daging yang layak konsumsi harus memiliki kriteria mutu kualitas yang baik. Menurut Sianturi (2009:1), bahwa kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta keadaan stres. Sedangkan faktor setelah pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging adalah penyimpanan, penanganan pasca pemotongan. Hal tersebut didukung oleh Amin (2009:2) menyatakan bahwa daging sapi yang layak di konsumsi harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal. 2. Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (intramuscular).
Lemak
berfungsi
sebagai
pembungkus
otot
dan
mempertahankan keutuhan daging pada waktu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa. 3. Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia, misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging
sapi muda lebih pucat daripada daging sapi dewasa. Rasa dan Aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih dan aroma yang sedap. 4. Kelembaban, secara normal daging mempunyai permukaan yang relatif kering sehingga dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar. Dengan demikian mempengaruhi daya simpan daging tersebut.
Kualitas mutu daging yang sesuai dengan kriteria diatas layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan dengan suhu 430 Celcius selama 24 jam, daging yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin) dengan suhu 40 Celcius, daging yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan (daging beku) dengan suhu dibawar –1,50 Celcius, daging masak, daging asap dan daging olahan (Soeparno; 2008: 2). Menurut Komariah (2007:6), hasil olahan daging sapi selain dalam bentuk segar (empal, semur, sate, rawon, rendang, bistik), daging sapi juga dapat dikonsumsi dalam berbagai produk olahan. Misalnya, daging corned (corned beef), daging asap (smoked ham), dendeng (dried meat), sosis (sausage), bakso (meat ball). Menurut Astawan (2009:3), bahwa akibat dari proses pengolahan dan komponen bumbu yang digunakan, beberapa produk olahan tersebut memiliki nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan daging segarnya. Pemasakan dengan menggunakan panas sangat bermanfaat untuk mematikan mikroba dan meningkatkan cita rasa.
Produk olahan daging dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein hewani. Menurut Komariah (2007:2) menyatakan bahwa protein daging lebih mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati. Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino esensialnya yang lengkap dan seimbang. Sementara menurut Astawan (2009:1) komposisi daging relatif mirip satu sama lain, terutama kandungan proteinnya yang berkisar 15-20 persen dari berat bahan. Protein merupakan komponen kimia terpenting yang ada di dalam daging.
2.2
Persediaan Menurut Baroto (2002:52) definisi persediaan secara umum dapat
diartikan segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan kebutuhan. Sementara menurut Soemarsono dalam Indriyati (2007:12), mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan. Sedangkan menurut Zulfikarijah (2005:4) mendefinisikan persediaan sebagai stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi operasi atau untuk memuaskan permintaan konsumen.
2.2.1
Arti dan Peran Persediaan Menurut Indriyati (2007:11) menyatakan bahwa setiap jenis perusahaan
manufaktur selalu membutuhkan bahan baku dalam proses produksinya. Berdasarkan pernyataan diatas, bahan baku tersebut diolah dalam proses produksi sehingga dapat menghasilkan suatu barang jadi. Namun bahan baku tersebut tidak
akan selamanya tersedia setiap saat, sehingga jika bahan baku tersebut tidak tersedia maka kelancaran produksi akan terganggu dan perusahaan akan kehilangan kesempatan dalam memperoleh keuntungan yang seharusnya bisa didapatkan. Hal tersebut didorong oleh pernyataan Indrajit dan Djokopranoto (2003:4-5) yang menyebutkan bahwa salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah kelancaran produksi adalah dengan mengadakan persediaan dalam nilai tertentu bagi perusahaan. Persediaan yang diadakan dapat berupa persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, maupun persediaan barang jadi. Menurut Assauri (2004:169) mengartikan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, atau persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Sedangkan menurut Herjanto (2008:237), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali atau untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Disisi lain, menurut Gitosudarmo dalam Indriyati (2007:12) mendefinisikan persediaan adalah bagian utama dari modal kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan.
2.2.2
Fungsi dan Kegunaan Persediaan Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Mariyam
(2008:15), persediaan bertujuan untuk menghilangkan berbagai kemungkinan
yang terjadi, misalnya kekurangan stok, permintaan yang tidak diperhitungkan, kenaikan harga dan kemungkinan lain yang dapat menghambat laju produksi. Sedangkan menurut Noerbiant (2009:2), fungsi persediaan pada suatu perusahaan adalah menghindari keterlambatan pengiriman, menghindari adanya material yang rusak, menghindari kenaikan harga, mendapatkan diskon bila membeli dalam jumlah tertentu dan menjamin kelangsungan produksi. Menurut Handoko (2000:334-335) fungsi persediaan terbagi atas beberapa fungsi, diantaranya: 1. Fungsi Decoupling Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan. 2. Fungsi Economic Lot Sizing Persediaan
lot
size
ini
perlu
mempertimbangkan
penghematan-
penghematan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan. 3. Fungsi Antisipasi Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode bersamaan kembali sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra (safety inventories). Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.
2.2.3
Tipe dan Jenis Persediaan Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara
pengolahannya yang berbeda. Assauri (2004:171) membedakan persediaan berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut: 1. Persediaan bahan baku (raw materials stock) Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang tersebut dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. 2. Persediaan bagian produk (purchased part/components stock) Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan bahan-bahan pembantu (supplies stock) Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi (work in process) Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaaan barang jadi (finished good stock) Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Anoraga
dalam
Mariyam
(2008:15)
menyebutkan
bentuk-bentuk
persediaan dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Bahan Baku, yaitu item yang diterima (biasa dibeli) dari luar organisasi yang akan digunakan secara langsung untuk produksi hasil akhir. 2. Intermediaries, meliputi suku cadang, komponen-komponen mesin. 3. Barang dalam proses, yaitu semua bahan atau barang yang sedang di proses atau menunggu dan dalam sistem produksi. 4. Barang jadi, yaitu persediaan produk yang telah selesai di proses dan siap dijual.
2.2.4
Biaya Persediaan Menurut Baroto (2002:55) menyatakan bahwa biaya persediaan adalah
semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. Sementara menurut Rangkuti (2007:16-18), biaya persediaan terdiri dari: 1. Biaya penyimpanan (holding cost atau crying cost) Biaya penyimpanan yaitu biaya yang terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin ruangan dan sebagainya); b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan; c. Biaya keusangan; d. Biaya perhitungan fisik; e. Biaya asuransi persediaan; f. Biaya pajak persediaan; g. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan; h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya. Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan manufacturing biasanya, biaya penyiapan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen. 2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost) Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Hal ini berarti, biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan. Biaya yang meliputi biaya pemesanan adalah: a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi; b. Upah;
c. Biaya telepon; d. Biaya pengeluaran surat menyurat; e. Biaya pengepakan dan penimbangan; f. Biaya pemeriksaan; g. Biaya pengiriman ke gudang; h. Biaya utang lancar dan sebagainya. 3. Biaya penyiapan (set-up cost) Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk memproduksi komponen-komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari: a. Biaya mesin-mesin menganggur; b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung; c. Biaya penjadwalan; d. Biaya ekspedisi dan sebagainya. 4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stortage cost) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut: a. Kehilangan penjual; b. Kehilangan pelanggan; c. Biaya pemesanan khusus; d. Biaya ekspedisi; e. Selisih harga;
f. Terganggunya operasi; g. Tambahan pengeluaran kegiatan menajerial dan sebagainya.
2.3
Pengendalian Persediaan Menurut Assauri (2004:176) mengemukakan bahwa perusahaan haruslah
dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu yang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya. Berdasarkan pernyataan tersebut Baroto (2004:54) menegaskan yang dimaksud kriteria optimum adalah meminimalisasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Tingkat persediaan yang optimum yang dapat diatur dengan memenuhi kebutuhan bahan-bahan dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah.
2.3.1
Pengertian Pengendalian Persediaan Menurut Indriyati (2007:19) mendefinisikan bahwa pengendalian adalah
proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu memungkinkan, bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi sesuai dengan rencana dan kebijaksanaannya. Menurut Sutono (2009:5), pengendalian adalah pengaturan aktivitas-aktivitas organisasi agar elemen-elemen kinerja yang menjadi target tetap berada pada batas-batas yang dapat diterima. Menurut Assauri (2004:176) pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi
produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biaya. Menurut
Herjanto
(2008:238),
pengendalian
persediaan
adalah
serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan barapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari volume produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya. Hal ini sesuai dengan Robert J. Mockler dalam Mariyam (2008:15) yang menyatakan bahwa pengendalian adalah suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaransasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang terlebih dahulu ditetapkan, menentukan
apakah
ada
penyimpangan
yang
mengukur
identifikasi
penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan yang digunakan sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran perusahaan.
2.3.2
Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan
sudah tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Menurut Gumbira (2004:41), fungsi pengendalian merupakan suatu upaya manajerial untuk mengembalikan semua kegiatan pada rel yang telah ditentukan. Berdasarkan pernyataan terebut, pengendalian persediaan dijalankan untuk memelihara keseimbangan antara
kerugian-kerugian serta penghematan dengan adanya suatu tingkat persediaaan tertentu dan besarnya biaya juga modal yang dibutuhkan untuk mengadakan persediaan tersebut. Menurut Baroto (2002:54) menyebutkan fungsi pengendalian persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi, barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas yang optimal, dan pada waktu yang optimal. Menurut Assauri (2004:177), tujuan pengendalian persediaan secara terperinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk: 1. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan sehingga dapat mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat pemesanan menjadi besar.
2.3.3
Kebijakan dalam Pengendalian Persediaan Menurut Assauri (2004:176) kegiatan pengendalian persediaan tidak
terbatas pada penentuan atas perencanaan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi juga pada pengaturan pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta biaya yang serendah-rendahnya. Menurut Sutono (2005:150) menjelaskan bahwa kebijakan pengendalian persediaan bahan baku dimaksudkan untuk meminimumkan jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Berdasarkan pernyataan tersebut, jika
kebutuhan bahan baku untuk produksi berubah-ubah maka kebijakan persediaan stabil akan berakibat pada kuantitas pembelian sama dengan kuantitas kebutuhan. Menurut Herjanto (2008:238) mengartikan sistem kebijakan pengendalian persediaan dapat didefinisikan sabagai serangkaian kebijakan pengendalian persediaan untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Menurut Baroto (2002:54), sistem kebijakan pengendalian persediaan adalah suatu mekanisme mengenai bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan menjadi output dan diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar tertentu. Menurut Sutono (2005:150) dalam menentukan kebijakan pengendalian persediaan bahan baku perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1. Waktu dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi 2. Tersedianya bahan baku 3. Waktu tunggu (lead time) antara waktu pemesanan dengan pengiriman 4. Daya tahan bahn baku 5. Fasilitas penyimpanan yang diperlukan 6. Kebutuhan modal untuk membelanjai persediaan 7. Biaya penyimpanan 8. Perubahan-perubahan harga bahan baku 9. Proteksi kekuranga bahan baku
10. Risiko persediaan 11. Opportunity cost
2.4
Metode Perhitungan Pengendalian Persediaan Menurut Noerbiant (2009:3), menjelaskan penentuan besarnya persediaan
dapat dicari dengan metode perhitungan analisis ABC, metode persediaan probabilistik, metode perhitungan persediaan deterministik. Metode persediaan probabilistik meliputi metode periode tunggal (single period) dan metode periodic review system. Sedangkan metode persediaan deterministik meliputi metode Just In Time (JIT), Ecomonic Order Quantity (EOQ), metode Material Requirement Planning (MRP).
2.4.1
Metode Analisis ABC Menurut Herjanto (2008:239), metode analisis ABC memfokuskan
pengendalian persediaan kepada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi hingga bernilai rendah, nilai klasifikasi ini merupakan volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode dikalikan dengan harga per unit. Menurut Noerbiant (2009:5) metode analisis ABC mengakui adanya fakta bahwa beberapa items persediaan lebih penting dari lainnya. Items kelompok A adalah kritis, items kelompok B adalah penting, dan items kelompok C tidak penting, kalau diukur dengan nilai uang per tahun.
Persentase kumulatif dari penjualan
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
A
B
C
Persentase jenis barang
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
dalam persediaan (kelas)
Gambar 2. Metode Analisis ABC Sumber: Rangkuti (2007:20)
Gambar
2
menjelaskan
bentuk
kurva
ABC
dengan
cara
mengklasifikasikan kelas masing-masing kelompok jenis barang berdasarkan hasil penjualan dengan sisa persediaan yang masih ada dalam stok. Gambar tersebut juga menunjukan bahwa 20 persen jenis barang merupakan wakil dari 80 persen dari nilai total penjualan. Menurut Rangkuti (2007:20-21) mengemukakan metode analisis ABC dengan cara mengelompokkanya menjadi tiga bagian: a. Kelompok A, yaitu kelompok volume terbanyak nilai penjualannya b. Kelompok C, yaitu kelompok volume terendah nilai penjualannya c. Kelompok B, yaitu kelompok yang berada ditengahnya
2.4.2
Metode Persediaan Probabilistik Menurut Aditya (2008:3), metode persediaan probabilistik adalah metode
yang menganggap bahwasanya parameter-parameter yang dimiliki menunjukkan adanya ketidakpastian dan merupakan variabel random. Sementara itu menurut Noerbiant (2009:2) metode persediaan probabilistik digunakan apabila salah satu dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti. Menurut Siswanto (2009:1), metode persediaan probabilistik merupakan suatu metode-metode persediaan dimana variabel-variabel yang terlibat yaitu input dan lead time fluktuatif sehingga harus didekati dengan distribusi probabilitas, maka kemungkinan persediaan habis dan kapan persediaan akan datang juga probabilistik sifatnya.
Kuantitas (unit)
Reorder Point
Safety stock Waktu L1
L2
L3
Gambar 3. Variasi Permintaan dan Lead Time (L) Sumber: Handoko (2000:355)
Gambar 3 menunjukan grafik tingkat persediaan teoritik dan persediaan nyata dari waktu ke waktu. Adanya perbedaan permintaan dan lead time
menyebabkan berbedanya tingkat persediaan nyata, sehingga bila tidak ada persediaan maka perusahaan akan mengalami kekurangan bahan. Menurut Noerbiant (2009:2) suatu hal yang perlu diperhatikan dalam metede persediaan probabilistik adalah adanya kemungkinan stock out yang timbul karena pemakaian persediaan bahan baku yang tidak diharapkan atau karena penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan. Lebih lanjut menurut Noerbiant (2009:2), kondisi ini lead time dan demand bersifat probabilistik, maka ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi: a. Tingkat demand konstan, namun lead time berubah. b. Tingkat lead time tetap sementara demand berubah. c. Demand dan lead time berubah.
2.4.2.1 Metode Persediaan Single Period Menurut Rangkuti (2007:104), metode single period digunakan untuk menangani pemesanan dari barang-barang yang mudah rusak atau perishable goods (seperti buah-buahan, sayuran, ikan laut, bunga potong) atau jenis produk lainnya yang memiliki masa pakai relatif lebih pendek (seperti koran dan majalah). Apabila jenis produk seperti yang telah disebutkan diatas tidak laku terjual atau tidak terpakai, jenis barang tersebut kadang-kadang dijual dengan harga miring. Menurut Anita (2009:1) menjelaskan single period merupakan tentang bagaimana menentukan ukuran pemesanan produk yang optimal untuk memaksimalkan keuntungan pada demand yang bersifat probabilistik. Menurut Rangkuti (2007:104), bahwa analisis single period umumnya difokuskan pada dua biaya, yaitu kehilangan pelanggan dan ekses. Kehilangan
pelanggan termasuk biaya akibat kehilangan pembeli atau opportunities cost akibat kehilangan penjualan. Kehilangan laba penjualan adalah laba yang tidak realistis per unitnya, yaitu: C shortage = Cs = pendapatan per unit – cost per unit Sedangkan biaya ekses adalah biaya yang ditimbulkan akibat masih adanya barang yang tersisa dalam stok pada suatu periode. Akibatnya biaya ekses ini sangat berbeda antara biaya pemeblian dan nilai salvage sehingga biaya ekses dapat dihitung dengan cara: C ekses = Ce = biaya asli per unit – nilai salvage per unit Menurut Rangkuti (2007:105), tujuan dari metode single period adalah untuk mengidentifikasi order kuantitas atau tingkat persediaan yang dapat meminimalkan ekses jangka panjang dan biaya kehilangan penjualan. Menurut Jane (2009:30), pengadaan persediaan dilakukan hanya sekali (pengurangan persediaan terjadi hanya sekali), dan ketika tingkat persediaan mencapai reorder level, maka dilakukan pemesanan sebesar Q. Kebijakan ini, variabel Q dan r yang harus ditentukan untuk mencapai total biaya persediaan minimal.
2.4.2.2 Metode Persediaan Periodic Review System Fixed order interval atau metode P atau sistem telaah berkala atau sering disebut periodic review system adalah metode untuk mengetahui berbagai jenis kuantitas persediaan yang dipesan dengan menentukan interval waktunya secara tetap, misalnya harian, mingguan atau bulanan (Rangkuti, 2007:100). Menurut Ishak (2010:173) periodic review system adalah persediaan yang dihitung hanya pada saat periode ditentukan, jika pada saat itu persediaan yang ada berada
dibawah titik minimum persediaan yang ditetapkan (reorder point) maka tidak dilakukan pemesanan. Menurut Noerbiant (2009:4) menjelaskan bahwa metode persediaan periodic review system adalah suatu sistem pengendalian persediaan yang jarak waktu antar dua pesanan tetap, persediaan pengaman dalam sistem ini tidak hanya dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead time tetapi juga untuk seluruh konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan. Menurut Baroto (2002:76) menerangkan jumlah unit yang dipesan dalam metode ini berubah-ubah tergantung sisa atau jumlah persediaan saat diperiksa. Jika pada saat diperiksa jumlah persediaan di gudang masih banyak maka dipesan sedikit atau sebaliknya.
2.4.3
Metode Persediaan Deterministik Menurut Noerbiant (2009:3), metode persediaan deterministik adalah
metode yang menganggap semua parameter telah diketahui pasti. Metode yang dapat digunakan untuk pengendalian persediaan deterministik antara lain: Just In Time (JIT), Economic Order Quantity (EOQ) dan Material Requirement Planning (MRP).
2.4.3.1 Metode Just In Time (JIT) Menurut Nasution (2004:3) menerangkan bahwa ide dasar just in time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat
diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Menurut Wikipedia (2010:1), just in time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Menurut Mayhoneys (2008:1), JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk mengurangi persediaan, tetapi JIT juga memperhatikan keseluruhan sistem produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan – tidak terlambat dan tidak terlalu cepat. Menurut Rangkuti (2007:89) menjelaskan konsep just in time bertujuan untuk meminimalkan tingkat persediaan sehingga berakibat meminimalkan biaya penyimpanan. Apabila tingkat persediaan lebih rendah dari tingkat EOQ maka ordering cost akan meningkat dan total biaya akan lebih tinggi daripada optimal. Sedangkan menurut Nasution (2004:1), tujuan utama just in time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
2.4.3.2 Metode Econonic Order Quantity (EOQ) Menurut Rangkuti (2007:11) menyatakan Economic Order Quantity (EOQ) merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan biaya yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Herjanto (2008:248)
bahwa EOQ, yaitu jumlah pemesanan yang memberiakan biaya total persediaan terendah. Menurut Handoko (2000:339), metode Economic Order Quantity (EOQ) atau Econonic Lot Size (ELS) dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Perbedaan pokoknya adalah EOQ merupakan nama yang biasa digunakan untuk barang-barang internal, sedangkan ELS adalah biaya pemesanan meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirimkan ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin yang diperlukan untuk mengerjakan pesanan. Menurut Yamit (2005:246), metode EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan pesediaan. Biaya (C) Biaya total persediaan
Biaya penyimpanan (HQ/2) Biaya total minimum
Biaya pemesanan (DS/Q) EOQ
Kuantitas pemesanan (Q)
Gambar 4. Biaya Total Sebagai Fungsi Dari Kuantitas Pemesanan Sumber: Handoko (2000:339)
Berdasarkan Gambar 4, biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan variabel mempunyai hubungan terbalik yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka semakin rendah biaya penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan
variabel dan biaya penyimpanan variabel dapat ditekan serendah mungkin, maka perlu dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis, yaitu dengan rumus:
EOQ =
√
2 SD H
Dimana: D=
Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S=
Biaya pemesanan (per pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan
H=
Biaya penyimpanan per unit per periode waktu
Menurut Handoko (2000:341) menyebutkan bahwa model EOQ dapat diterapkan bila anggapan-anggapan berikut ini dipenuhi: a. Permintaan
akan
produk
adalah
konstan,
seragam
dan
diketahui
(deterministik). b. Harga per unit produk adalah konstan. c. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan. d. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan. e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time – L) adalah konstan. f. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order.
2.4.3.3 Metode Meterial Requirement Planning (MRP) Menurut Kurniawan (2008:70) menyatakan bahwa berdasarkan sifatnya, bahan tergolong kedalam permintaan bebas dan permintaan terikat, dimana model persoalan sangat tergantung pada kedua sifat bahan tersebut. Menurut Tampubolon (2004:85), permintaan bebas adalah suatu permintaan yang bebas,
dimana tidak ada keharusan untuk membelinya sebagai kepentingan konversi. Sedangkan permintaan terikat disebabkan jika bahan tersebut tidak ada maka proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan. Menurut Herjanto (2008:275) mendefinisikan Material Requirement Planning – MRP System merupakan suatu konsep dalam menejemen produksi yang membahas cara tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi. Sedangkan menurut Rangkuti (2007:144) Material Requirement Planning – MRP System adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahap atau fase, dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yag akan dibuat. Sistem MRP mengendalikan agar komponen-komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan kebutuhan. Menurut Herjanto (2008:276-277), sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan, diantaranya: 1. Meminimalkan persediaan MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan jadwal induk produksi (master prodution schedule).
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan komponen, sehingga dapat memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang dapat mengakibatkan terganggunya rencana produksi. 3. Komitmen yang realistis Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dapat dilakukan secara lebih realistis. 4. Meningkatkan efisiensi MRP mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal produksi induk.
Menurut Herjanto (2008:278-281), penggunaan sistem MRP berkaitan dengan beberapa komponen, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Data persediaan (inventory record file) Data ini menjadi landasan untuk membuat sistem MRP karena memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan baku dan barang jadi yang aman, jumlah barang yang terdapat digudang, jumlah barang yang telah dialokasikan, komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangannya serta waktu tenggang bagi setiap komponen.
2. Jadwal induk produksi (master production schedule) Jadwal induk produksi merupakan gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana supplai atau penawaran, persediaan akhir serta kualitas yang dijanjikan tersediaan. Jadwal induk produksi berkaitan denagn pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas. 3. Spesifikasi produk (bill of material file) Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen-komponen dari produk yang akan diproses atau dirakit. Bill of material file dibuat sebagai bagian dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan barang apa yang harus dibeli dan barang apa yang harus dibuat.
Berdasarkan informasi dari jadwal induk produksi dapat diketahui permintaan dari suatu produk akhir, yang selanjutnya dengan mengetahui komponen yang membentuk produk akhir itu, status persediaan dan waktu tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atu merakit kebutuhan komponen yang diperlukan. Sistem MRP merencanakan ukuran lot sehingga barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Taryana (2008:31), ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Menurut Herjanto (2008:282), metode MRP dapat dilakukan dengan menggunakan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB.
1. MRP Teknik Lot For Lot (LFL) Menurut Munawar (2008:48), metode LFL atau sering dikenal sebagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin. Dalam kebijakan ini, ukuran lot untuk satu batch dipilih untuk memenuhi kebutuhan bersih satu periode tunggal. Menurut Hartiasih (2007:18), pemesanan yang dilakukan tepat sebesar kebutuhan yang akan dipakai. Berdasarkan hal tersebut perlu diketahui dalam menjalankan teknik lot for lot adalah besar dan waktu pemakaian bahan baku secara akurat yang didasarkan pada jadwal induk produksi dan waktu tenggang bahan baku.
2. MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Menurut Assauri (2004:182) EOQ adalah jumlah atau besarnya pesanan yang dimiliki jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per tahun yang paling minimal. Menurut Munawar (2008:49) teknik EOQ yang digunakan dalam persediaan barang-barang bebas dapat juga digunakan dalam teknik penentuan ukuran lot sistem MRP. Setelah diperoleh nilai kuantitas pesanan optimal dengan metode EOQ, maka dilakukan metode MRP seperti yang dilakukan dengan teknik Lot For Lot, besar pesanan adalah sebesar kelipatan EOQ yang lebih besar dan terdekat dengan kebutuhan bersih.
3. MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Menurut Herjanto (2008:292), teknik POQ sering disebut juga sebagai teknik Uniform Order Cycle, merupakan pengembangan dari teknik EOQ untuk
jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Menurut Hartiasih (2008:46) menjelaskan bahwa dalam teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga jumlah persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ. Menurut Kurniawan (2008:54), keunggulan kebijakan POQ dibandingkan dengan kebijakan EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform (seragam) karena persediaan berlebih dapat dihindarkan. Untuk menghitung jumlah periode kebutuhannya harus dipenuhi oleh satu lot tunggal, digunakan perhitungan sebagai berikut: Jumlah pesanan =
EOQ Permintaan rata-rata
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Menurut Herjanto (2008:290), PPB merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil biaya total persediaan. Menurut Munawar (2008:52) menegaskan bahwa metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Menurut Hartiasih (2008:47) untuk mencari ukuran lot dilakukan dengan menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis (Economic Part Period – EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode. Rumus mencari besarnya EEP adalah sebagai berikut: EPP =
biaya pemesanan biaya penyimpanan per periode
2.5
Penelitian Terdahulu Wawan Kurniawan (2008), Program Sarjana Ekstensi manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga, Majalengka. Sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku di Perusahaan kecap segitiga belum optimal dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini ditunjukkan biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan sistem pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan POQ. Sedangkan menggunakan teknik LFL biaya persediaan yang akan ditanggung perusahaan mengalami peningkatan sebagai akibat dari tingginya frekuensi pemesanan. Biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan kecap segitiga untuk persediaan bahan baku sebesar Rp 14.106.009,43 dengan biaya pembelian sebesar Rp 1.340.240.482,00 sedangkan dengan teknik LFL biaya persediaan sebesar Rp 27.659.748,70, teknik EOQ biaya persediaan sebesar Rp 9.365.809,48, dan teknik POQ biaya persediaan sebesar Rp 8.278.409,65. Tiga metode yang digunakan dalam menganalisis pengendalian persediaan bahan baku, didapat hasil bahwa penghematan terbesar diperoleh dari teknik POQ dengan tingkat penghematan sebesar Rp 5.827.599,78 (41,3%) dari biaya aktual yang dikeluarkan oleh Perusahaan kecap segitiga. Metode MRP teknik POQ menghasilkan penghematan terbesar dibandingkan dengan kondisi aktual perusahaan saat ini dari penghematan biaya persediaan maupun biaya pembelian bahan baku. Mariyam, Murda (2008), Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah,
Jakarta yang berjudul Analisis Pengendalian Bahan Baku Kedelai pada Koperasi Produksi Tahu di Kampung Iwul Parung Bogor (Studi Kasus Koperasi Ikhtiar Swadaya Masyarakat/ISM Mitra Bersama). Pengendalian persediaan bahan baku pada
Koperasi ISM Mitra Bersama dilakukan dengan menyesuaikan antara
kebutuhan anggota, mitra koperasi dan pembelian dengan kondisi keuangan koperasi. Sistem pengadaan bahan baku dilakukan apabila ketersediaan kedelai di gudang koperasi telah terjual 80-90 persenatau apabila tersesa hanya 10-20 persen. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengendalian persediaan bahan baku adalah MRP dengan teknik LFL,EOQ, POQ dan PPB. Hasil rata-rata dari persediaan perusahaan selama periode pengamatan (Januari 2009-Desember 2009) adalah sebesar 66.470 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak 48 kali. Hasil perbandingan biaya adalah biaya pemesanan tertinggi terdapat pada teknik LFL sebesar Rp 1.820.000 dan terendah terdapat pada teknik POQ sebesar Rp 315.000. Hal ini disebabkan oleh biaya penyimpanan pada metode LFL lebih rendah sehingga berbanding terbalik dengan biaya pemesanan. Biaya persediaan tertinggi pada metode perusahaan sebesar Rp 400.101.500 sedangkan yang terendah pada metode LFL sebesar Rp 294.860.000 sehingga hasil analisis menggunakan metode MRP teknik LFL direkomendasikan sebagai sistem pengendalian persediaan bahan baku.
2.6 Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Identifikasi Kebijakan Perusahaan dalam Pengadaan Bahan Baku
Jenis dan Asal Bahan Baku
Prosedur Pembelian Bahan Baku
Prosedur Penanganan Bahan Baku
Volume Pemakaian Bahan Baku
Waktu Tunggu Bahan Baku
Biaya Persediaan Bahan Baku
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Metode Perusahaan
Metode MRP - LFL - EOQ - POQ - PPB
Analisis Perbandingan dan Penghematan antara Metode Pengendalian Persediaan
feed back
Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku yang Efisien
= tahap selanjutnya = rekomendasi
Analisis Pola Data Permintaan
2.7
Definisi Operasional a. Persediaan (inventory) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu. b. Pengendalian persediaan (controlling inventory) adalah kegiatan yang saling bertautan satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan baik waktu, jumlah, kualitas maupun biayanya. c. Daging sapi (beef) adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. d. Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang terkait langsung dengan pemesanan atau pembelian bahan yang dilakukan oleh perusahaan. e. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang timbul karena adanya bahan baku yang disimpan perusahaan. f. Waktu tunggu (lead time) adalah perbedaan waktu antara saat memesan sampai saat barang datang.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Dagsap Endura Eatore, Jalan Cahaya Raya
Kav. H-3, Kawasan Industri Sentul, Cibinong, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan menimbang bahwa perusahaan merupakan salah satu industri pengolahan daging yang sedang berkembang dan produktif di Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2010 sampai dengan bulan Desember 2010.
3.2
Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung. Pengamatan langsung dilakukan dilokasi produksi dan penyimpanan. Wawancara langsung dilakukan dengan memilih responden secara sengaja, yaitu kepala bagian produksi, pergudangan dan para manajer PT. Dagsap Endura Eatore yang terkait. Data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang ada dan dokumen-dokumen PT. Dagsap Endura Eatore baik itu laporan dari manajemen perusahaan, laporan keuangan, laporan tahunan (RAT PT. Dagsap Endura Eatore) maupun dokumendokumen lain dan juga dari hasil riset dan tulisan yang berhubungan dengan topik yang dibahas serta informasi-informasi dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Jenis data yang dibutuhkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah
perusahaan, tujuan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, ketenagakerjaan, proses produksi dan pemasaran. Sedangkan data kuantitatif mengenai data pemesanan yang meliputi volume pemakaian bahan baku, waktu tunggu bahan baku, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
3.3
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu
pengamatan langsung dan wawancara. Metode pengamatan langsung yaitu penulis mengamati secara langsung objek penelitian sehingga diperoleh gambaran yang nyata tentang segala aktivitas dan keadaan perusahaan dalam pengolahaan, pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Sedangkan metode wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada manager produksi terkait pengadaan bahan baku. Data dan informasi yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif dibantu dengan gambar dan tabel. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan alat bantu microsoft excell dimana hasil pembahasannya ditampilkan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis secara deskriptif dan diinterpretasikan untuk menjelaskan hasil yang telah didapat tersebut.
3.4
Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, produk-produk yang dipasarkan, ketenagakerjaan dan pemasaran. Analisis kualitatif juga digunakan untuk mengetahui bagaimana prosedur pembelian, penyimpanan dan pengawasan mutu.
3.4.2
Analisis Kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk persediaan bahan baku. Perhitungan-perhitungan yang dilakukan dalam menentukan kuantitas optimal pesanan pada analisis pengendalian persediaan merupakan perhitungan yang melibatkan berbagai jenis biaya yang terkandung dalam persediaan. Oleh karena itu sebelum dilakukan perhitungan-perhitungan tersebut, terlebih dahulu perlu ditentukan komponenkomponen biaya-biaya persediaan yang terjadi. Biaya persediaan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pemesanaan bahan baku, biaya penyimpanan bahan baku dan biaya pembelian bahan baku. Biaya pemesanan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan dan penerimaan bahan baku dari pemasok. Biaya ini berhubungan dengan pesanan, tetapi tidak tergantung dengan jumlah pesanan. Termasuk didalamnya adalah semua biaya administrasi, penempatan dan
penerimaaan order. Biaya penempatan pesanan (biaya telepon, faximile, surat menyurat). Biaya pemesanan per tahun dapat dihitung (Herjanto,2007:248): Biaya pemesanan per tahun = frekuensi pesanan x biaya pesanan D Q
x S
Biaya penyimpanan bahan baku adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan diadakannya persediaan. Biaya ini berhubungan dengan jumlah persediaan yang ada digudang. Termasuk didalamnya biaya gudang, upah dan gaji pegawai gudang, biaya administrasi gudang dan bunga atas modal yang ditamankan kedalam investasi. Biaya penyimpanan per tahun dapat dihitung: (Herjanto;2007:248) Biaya penyimpanan per tahun = persediaan rata-rata x biaya penyimpanan Q 2
x H
Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut: Biaya total
=
Total cost (TC)
=
Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan S(D/Q)
+
H(Q/2)
Dimana: TC
= Biaya total persediaan daging sapi
D
= Pengunaan atau permintaan daging sapi per periode tahun
S
= Biaya pemesanan daging sapi per pesanan
Q
= Jumlah pemesanan daging sapi per pesanan
H
= Biaya penyimpanan daging sapi per kilogram per tahun
Volume pemakaian bahan baku akan banyak digunakan dalam analisis ini, sebab volume pemakaian bahan baku dapat menunjukkan besar permintaan akan bahan baku yang termasuk salah satu variable penentu dalam penentuan kuantitas optimal. Sedangkan waktu tunggu bahan baku utama akan digunakan dalam menentukan jumlah waktu pesanan, sehingga pesanan dapat diterima pada saat yang tepat. Waktu tunggu bahan baku utama didasarkan pada catatan-catatan historis perusahaan. Penelitian ini akan menggunakan metode pengendalian persediaan yang memiliki jenis permintaan terikat, dimana bila jenis bahan tersebut tidak ada maka proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan. Metode untuk jenis barang permintaan terikat lebih sesuai adalah Sistem Rencana Kebutuhan Bahan (Material Requirement Planning – MRP System). Menurut Hartiasih (2008:18), analisis persediaan bahan baku merupakan analisis kuantitatif untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan optimal dan berapa total biaya persediaan yang muncul serta juga berapa stok yang aman. 3.4.2.1 Metode (Meterial Requirement Planning – MRP) Masalah yang akan dihadapi perusahaan yaitu inefisiensi dalam penentuan ukuran lot yang akan dipesan. Metode MRP ini dapat memberikan membantu permudahaan dalam menentukan waktu pemesanan dan ukuran lot yang akan dipesan sekaligus dapat memberikan biaya persediaan minimum bagi perusahaan. Format perhitungan dengan sistem MRP adalah seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1. Format Perencanaan Bahan Baku (MRP) No
Uraian 1
2
3
4
Periode 5 6 7
8
9 10
1. Kebutuhan kotor (kg) 2. Proyeksi persediaan di tangan (kg) 3. Kebutuhan bersih (kg) 4. Rencana penerimaan pesanan (kg) 5. Rencana pelaksanaan pesanan (kg) Sumber: Buffa dan Sarin, 1996
Langkah-langkah mengisi format rencana MRP adalah sebagai berikut: a. Menentukan kebutuhan kotor Kebutuhan kotor adalah rencana pemakaian bahan baku yang telah ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi. b. Menentukan persediaan di tangan Persediaan di tangan adalah persediaan awal yang ada di tangan pada suatu periode. Apabila tidak terdapat kebutuhan bersih dan tidak tidak terdapat rencana penerimaaan pada periode sebelumnya, maka besarnya proyeksi persediaan di tangan periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode yang sebelumnya. Apabila terdapat penerimaan terjadwal pada periode sebelumya, tetapi tidak terdapat kebutuhan bersih dan rencana peneriman terjadwal pesanan pada periode sebelumnya, maka proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode adalah sebesar penerimaan terjadwal periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode sebelumnya. Apabila terdapat kebutuhan bersih dan penerimaan pesanan pada periode sebelumnya, maka proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode sebelumnya dikurangi dengan kebutuhan bersih periode sebelumnya.
c. Menentukan kebutuhan bersih Kebutuhan bersih adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat dipenuhi oleh persediaan perusahaan. Apabila jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode lebih besar dari kebutuhan kotor periode tersebut, maka tidak terdapat kebutuhan bersih untuk periode tersebut. Apabila jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode lebih kecil dari kebutuhan kotor periode tersebut, maka kebutuhan bersih untuk periode tersebut adalah kebutuhan kotor dikurangi dengan jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan periode tersebut. d. Rencana penerimaan pesanan Rencana penerimaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan akan diterima untuk suatu peiode tertentu. Besar rencana penerimaan pesanan ditentukan berdasarkan teknik penentuan ukuran lot (lot sizing technique) yang digunakan. e. Rencana pelaksanaan pesanan Rencana pelaksanaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan akan dipesan pada suatu periode dengan harapan akan diterima oleh perusahaan pada saat yang tepat. Rencana pesanan sama dengan rencana penerimaan pesanan, hanya saja periode pelaksanaannya adalah lebih besar waktu tunggu (lead time) pesanan.
1. MRP Teknik Lot For Lot (LFL) Hal yang pertama kali dilakukan dalam metode MRP teknik lot for lot adalah menentukan kebutuhan kotor, apabila pada saat periode pengamatan terdapat persediaan yang cukup besar, maka perusahaan akan menghabiskan persediaan awal tersebut terlebih dahulu, sehingga tidak dilakukan pemesanan bahan baku sampai diperkirakan persediaan awal tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan selama waktu tunggu dan tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan selanjutnya. Saat persediaan bahan baku suatu periode tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan kotor, maka kebutuhan kotor, maka dilakukan perencanaan penerimaan pesanan tepat sebesar kebutuhan bersih, sehingga proyeksi persediaan di tangan dapat ditekan sampai sebesar nol. Besar dan waktu pemakaian bahan baku dalam menjalankan teknik ini perlu diketahui secara akurat serta didasarkan pada jadwal produksi master dan waktu tunggu bahan baku.
2. MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Teknik ini digunakan dalam menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya (pemesanan dan penyimpanan). Ukuran lot yang dapat meminimumkan biaya persediaan dapat dicari dengan rumus:
EOQ =
√
2 SD H
Dimana: D=
Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S=
Biaya pemesanan (per pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan
H=
Biaya penyimpanan per unit per periode waktu
Teknik EOQ dapat diperoleh kuantitas pesanan optimal, maka dilakukan metode MRP seperti yang dilakukan dengan Lot For Lot, besar pesanan adalah sebesar kelipatan dari EOQ dan terdekat dengan kebutuhan bersih. Biaya-biaya yang diperlukan dalam teknik ini yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya-biaya lain adalah konstan, sehingga dengan meminimumkan jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan berarti juga meminimumkan biaya total. Jika persediaan awal cukup besar, maka perusahaan tidak melakukan rencana penerimaan bahan baku sampai persediaan awal tersebut tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Pesanan direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah yang mencukupi dan mendekati kebutuhan bersih sesuai dengan kelipatan EOQ yang telah dihitung sebelumnya.
3. MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Teknik POQ, rata-rata permintaan digunakan dalam metode EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka ini selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya dibulatkan kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungannya dapat diselesaikan dengan rumus: Jumlah pesanan =
EOQ Permintaan rata-rata
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Teknik penyeimbang bagian periode (part period balancing – PPB) merupakan pendekatan yang lebih dimanis untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dalam teknik PPB, besar pesanan dilakukan sebesar kebutuhan pokok pada suatu periode yang dapat digabungkan. Penggabungan periode dilikukan untuk sebagian berurutan yang memiliki nilai kumulatif bagian periode yang mendekati nilai Economic Part Period (EPP). EPP dihitung dengan rumus: EPP =
Biaya pemesanan Biaya penyimpanan per unit/periode
Bagian periode dihitung dengan cara mengalikan persediaan ekstra yang ditanggung dengan periode yang ditanggung. Pesanan yang direncanakan akan diterima pada saat jumlah yang mencukupi kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan sesuai dengan perhitungan PPB berdasarkan EPP yang telah dihitung sebelumnya. Sehingga pada suatu periode gabungan yang telah ditentukan tidak memiliki kebutuhan bersih, maka tidak ada rencana penerimaan pesanan. Dan pada periode gabungan kedua dan ketiga dan seterusnya dari suatu gabungan periode, dimana kebutuhan kotornya sudah diterima pada periode pertama dari gabungan periode, maka periode kedua, ketiga dan seterusnya tidak terdapat kebutuhan bersih, sehingga pesanan direncanakan yang akan diterima juga sama dengan nol. Pada awal periode gabungan, rencana pesanan akan diterima sebesar kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1
Sejarah Perusahaan PT. Dagsap Endura Eatore merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pengolahan daging. Pada awal berdirinya tahun 1999, lokasi PT. Dagsap Endura Eatore berada di Kawasan Industri Sentul-Bogor dijadikan sebagai pusat kegiatan manajemen perusahaan sekaligus pabrik pengolahaan daging sapi asap dan dendeng. PT. Dagsap Endura Eatore memiliki skala usaha kecil, dimana proses produksinya memakai bahan baku daging sapi sebesar 500 kg per bulan dengan pendapatan bersih berkisar antara Rp 300.000.000 – Rp 1.000.000.000 per tahun. Pengunaan mesin-mesin produksi bersifat semi-otomatis, sehingga produk yang dihasilkan belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Pemasaran produk dilakukan secara eceran disekitar lokasi dengan target konsumen rumah tangga. Seiring perkembangan usahanya sehingga pada tanggal 24 Agustus 2000, PT. Dagsap Endura Eatore meresmikan perusahaannya sebagai industri pengolahan daging berskala menengah dengan target penjualan berkembang hingga ke seluruh Indonesia. Penataan sistem manajemen perusahaan terus dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore agar terstruktur, sehingga perlu didukung sarana dan prasarana yang memadai. Bulan Agustus 2007, perusahaan melakukan perluasan usaha dengan membeli sebuah lahan perkantoran di Kawasan Grand Wijaya Centre 2, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sebagai kantor pusat pemasaran, HRD dan finance. Sedangkan pabrik PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul,
Bogor dijadikan pusat kegiatan produksi, quality control dan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengolahan produk. Selain penambahan lahan perkantoran, pabrik pengolahan dilengkapi dengan peralatan modern seperti cold storage (freezer & chiller), machines sausage line, machines nugget line, smoke house machine, spryal, blast freezer, colg store van, metal detector, sehingga inovasi produk terus berkembang. Produksi yang dihasilkan PT. Dagsap Endura Eatore terdiri dari olahan daging sapi dan daging ayam, seperti sosis sapi, sosis ayam, baso sapi, beef burger, chicken nugget. PT. Dagsap Endura Eatore berkomitmen untuk menerapkan Food Safety Management System dalam proses produksi. PT. Dagsap Endura Eatore juga telah memenuhi standar prosedur cara pengolahan makanan yang baik sesuai dengan keamanan pangan yang telah dibuktikan dengan sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) dan GMP (Good Manufacturing Practices). Dengan
didapatkannya
sertifikasi
keamanan
pangan
diharapkan
dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap PT. Dagsap Endura Eatore.
4.2
Visi Perusahaan Suatu perusahaan memiliki visi yang jelas sebagai pondasi yang dapat
memperkokoh perusahaan. Adapun visi yang ditetapkan oleh PT. Dagsap Endura Eatore adalah: “Menjadi perusahaan pengolahan daging berskala nasional dengan mengutamakan kualitas produk yang tinggi, hygienis, bersih (halal) dan memberikan pelayanan terbaik”
4.3
Stuktur Organisasi Perusahaan PT. Dagsap Endura Eatore dipimpin oleh seorang general manager sebagai
pimpinan tertinggi dalam manajemen perusahaan dan penanggung jawab seluruh kegiatan perusahaan. General manager membawahi enam departemen, yaitu National Sales Manager, Production Manager PPIC Manager, PD Quality Control, HRD and GA Manager dan Finance & Accounting Manager. Struktur Organisasi PT. Dagsap endura Eatore disajikan pada Lampiran 1. Fungsi dan tugas setiap bagian dalam struktur organisasi PT. Dagsap Endura Eatore adalah: 1. General Manager selaku pelaksana kebijakan perusahaan. 2. National Sales Manager sebagai pelaksana pemasaran dan penjualan termasuk mencari konsumen. National Sales Manager membawahi tujuh departemen, yaitu Sales Manager (Wet Market), Sales Manager (Modern Market), Sales Manager (Horeca Market), Promotion Manager, Sales Manager (Bandung), Sales Manager (Surabaya), Sales Manager (Yogjakarta). Pada setiap bagian mempunyai tugas dan fungsi sebagai penanggung jawab masing-masing di tiap wilayah. 3. Production Manager sebagai pelaksana kegiatan proses produksi produk dari bahan mentah hingga produk jadi. 4. PPIC Manager (Production Planning and Inventory Control) sebagai pengawas persediaan bahan-bahan. 5. PD Quality Control sebagai penanggung jawab dan pelaksanaan mutu dari bahan mentah hingga produk jadi.
6. HRD and GA Manager sebagai pelaksana kebijakan terhadap karyawan dan tanggung jawab terhadap pengembangan produk. 7. Finance & Accounting Manager sebagai pelaksana administrasi keuangan perusahaan berupa pemasukan dan pengeluaran.
4.4
Ketenagakerjaan Pembagian pekerjaan karyawan PT. Dagsap Endura Eatore dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu bagian produksi dan staff kantor. Karyawan kantor seperti karyawan pemasaran, keuangan, administrasi dan quality control bekerja selama 5 hari dalam seminggu mulai pukul 08.00-16.00. Sedangkan karyawam produksi dan pekerja non-kantor lainnya bekerja menjadi tiga shift. Shift (1) bekerja mulai pukul 07.00-15.00, shift (2) bekerja mulai pukul 15.00-23.00 dan shift (3) mulai pukul 23.00-07.00. Total jam kerja dalam seminggu adalah 40 jam dari Senin sampai Jum’at untuk semua karyawan.
Tabel 2. Jumlah Karyawan PT. Dagsap Endura Eatore No 1. 2. 3. 4. 5.
Wilayah
Kantor Pusat Sentul (Produksi) Jawa Barat Jawa Timur Jogjakarta Total Karyawan Sumber: Data primer (diolah), 2010
Jumlah 41 192 8 6 1 248
Sistem penggajian dilakukan berdasarkan jabatan, prestasi serta lamanya masa kerja karyawan dan penilaian lain yang dilakukan setiap tahun. Selain gaji pokok, karyawan di PT. Dagsap Endura Eatore juga diberikan tunjangan dan
fasilitas seperti asuransi, tunjangan kesehatan, tunjangan makan, tunjangan transport, koperasi, Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus akhir tahun serta insentif.
4.5
Pemasaran Produk Bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai sasaran. Alat-alat yang digunakan untuk menciptakan nilai disebut marketing mix. Pemasaran dapat dikelompokkan dalam suatu klasifikasi yang dikenal dengan 4P, yaitu product , price , promotion dan place. 1. Product Product adalah bauran pemasaran yang paling mendasar, karena merupakan penawaran berwujud perusahaan kepada pasar. Bauran produk PT. Dagsap Endura Eatore meliputi keanekaragaman produk, kualitas produk, kemasan, ukuran, jaminan. Produk daging olahan yang ditawarkan PT. Dagsap Endura Eatore berdasarkan jenisnya antara lain chicken nugget, sosis, baso, dan beef burger. Kualitas yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore berdasarkan jenis produk dari masing-masing segmen, hal ini disesuaikan dengan pangsa pasar yang dituju dan hubungannya terhadap harga penjualan. Produk daging olahan yang ditawarkan PT. Dagsap Endura Eatore dalam bentuk kemasan plastik. Ukuran produk yang dijual beragam mulai dari 250 gram, 400 gram sampai 1.000 gram. Jaminan atau garansi yang diberikan PT. Dagsap Endura Eatore dalam bentuk penggantian produk apabila ada yang cacat pada saat pengiriman barang. Selain itu jaminan yang diberikan adalah batas kadaluarsa produk selama 1 tahun terhitung dari
tanggal produksi dan adanya standar mutu produk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2. Price Price yang diimplementasikan oleh PT. Dagsap Endura Eatore meliputi penetapan harga, tata cara pembayaran dan daftar harga. Bauran harga mengindikasikan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk produk tertentu. PT. Dagsap Endura Eatore memiliki daftar harga untuk produk daging olahan yang ditawarkan, disajikan pada Lampiran 3. Daftar harga tersebut menjelaskan tentang jenis-jenis produk yang dijual sesuai segmentasi pelanggan. Penetapan harga didasarkan pada kualitas produk. Kualitas pada masing-masing segmentasi berbeda, yaitu food market harga relatif mahal karena merupakan produk dengan grade tinggi dari PT. Dagsap Endura Eatore, modern market harga bersaing dengan produsen lain sesuai dengan pangsa pasar yang dituju yaitu pelanggan menengah keatas dengan kualitas yang baik, wet market harga relatif murah tetapi kualitas sedikit diturunkan untuk menjangkau pangsa pasar menengah ke bawah. Penetapan harga yang ditetapkan PT. Dagsap Endura Eatore juga berdasarkan jumlah pembelian, sehingga nominal harga produk akan sedikit berbeda jika pembelian pelanggan berbeda. Tata cara pembayaran produk pada PT. Dagsap Endura Eatore ada dua macam yaitu COD (Cash On Delivery), CIA (Cash in Advance). 3. Promotion Promotion merupakan semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran dan
mengkombinasikan manfaat dari produk untuk meyakinkan konsumen sasaran agar membelinya. Posisi PT. Dagsap Endura Eatore sebagai pemain baru dalam bidang produk daging olahan, melakukan pendekatan konsumen dengan cara promosi produk secara bertahap. Promosi yang dilakukan dengan menawarkan dan memberikan sample produk kepada hotel, restoran dan pedagang pasar, melakukan event ke modern market dan mengikuti pameran dengan sistem pembelian buy one get one free, penggunaan media cetak seperti leaflet, poster dan banner disetiap tempat yang potensial, dan promosi dari mulut ke mulut. 4. Place Place menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjadikan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen. Dalam mengembangkan produknya, PT. Dagsap Endura Eatore memperluas jalur pemasarannya dengan mendistribusikan produknya keluar pulau Jawa.
Konsumen rumah tangga, catering (konsumen akhir)
PT. Dagsap Endura Eatore
Restoran, hotel, caffe (food market)
Konsumen akhir
Swalayan (modern market)
Konsumen akhir
Sales
Agen
Pasar tradisional (wet market)
Gambar 5. Jalur Distribusi Produk PT. Dagsap Endura Eatore
Konsumen akhir
Berdasarkan Gambar 5, pendistribusian produk PT. Dagsap Endura Eatote dilakukan secara langsung dan tidak langsung sesuai dengan segmentasi, hal ini dilakukan untuk mempermudah pelanggan mendapatkan produk. Jalur distribusi secara langsung, yaitu konsumen dapat datang langsung ke pabrik tempat produksi di Kawasan Industri Sentul Bogor dan kantor pusat pemasaran produk yang berada di Grand Wijaya Center 2 Blok F No.83B, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kosumen rumah tangga atau catering adalah pelanggan yang datang langsung dengan pembelian dalam jumlah kecil minimal 1 box dengan sistem pembayaran CIA (Cash In Advance), yaitu langsung dibayar di muka. Sedangkan pemasaran secara tidak langsung disesuaikan dengan segmentasi pemasaran dengan perantara sales PT. Dagsap Endura Eatore. Segmentasi food market dilakukan langsung ke tangan industri kuliler seperti hotel, restoral dan caffe dengan sistem pembayaran COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran dilakukan saat produk diantar. Segmentasi modern market dilakukan dengan pendistribusian ke swalayan-swalayan dengan sistem pembayaran COD. Segmentasi wet market dilakukan melalui perantara agen atau distributor kemudian didistribusikan ke pasar tradisional. Segmentasi ini juga dilakukan untuk pemesanan di luar wilayah Jabodetebek. Pendistribusian produk delivery order disesuaikan dengan daerah jalur distribusi (road map). Jasa delivery order, PT. Dagsap Endura Eatore menerapkan minimum order ditambah biaya tranportasi sesuai tempat usaha pelanggan. Selain daerah Jabodetabek, PT. Dagsap Endura Eatore hanya mendistribusikan produknya ke kota-kota besar seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan Jogyakarta. Sistem pendistribusiannya, yaitu
pengiriman produk ke gudang sewaan yang berada di kota tersebut. Jumlah produk yang dikirim disesuaikan dengan pesanan agen atau distributor ditambahkan dengan produk antisipasi apabila terjadi permintaan fluktuatif dan mengantisipasi adanya cacat produk. Pemesanan dilakukan tiga hari sebelum produk datang dengan mencatat nama agen, jenis produk, jumlah pesanan, tanggal pemesanan dan tanggal pengiriman. Sistem pembayaran dengan COD (Cash On Delivery). Berikut ini merupakan segmentasi produk PT. Dagsap Endura Eatore dalam operasional pemasaran.
Tabel 3. Segmentasi Produk PT. Dagsap Endura Eatore No Produk Segmentasi 1. Hemato Wet market 2. Pedan Food market 3. Yona Modern market 4. Dagsap Food market Sumber: Data Perusahaan (diolah), 2010
Tingkatan Premium Menengah Menengah Tinggi
Konsumen dapat menjadi mitra bisnis dalam memasarkan produk PT. Dagsap Endura Eatore, yaitu dengan memenuhi persyaratan dengan melakukan pembelian minimal 1 box salah satu jenis produk selama kurun waktu 6 bulan secara rutin. Dalam memasarkan produknya, PT. Dagsap Endura Eatore memiliki 7 buah mobil box yang dilengkapi dengan rantai pendingin dengan suhu 40 Celcius. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat loading produk adalah: 1. Dibuat jadwal driver atau loper untuk antrian dipintu keluar gudang. 2. Cek kembali jenis produk, kuantitas dan pelanggan yang disesuaikan dengan yang tertera pada surat jalan.
3. Bila terjadi masalah kekurangan stock, driver harus mencatat nama petugas yang mengeluarkan produk. 4. Apabila saat dihitung pelanggan mengalami kekurangan maka saat itu juga driver mencatat kekurangan di faktur.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore Sistem pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku PT. Dagsap
Endura Eatore belum terstruktur, hal ini terlihat dari sistem pengadaan bahan baku yang hanya menggunakan metode peramalan sesuai dengan target penjualan. Pemesanan bahan baku dilakukan dengan meramalkan target penjualan selama satu tahun ke depan kemudian di konversi menjadi periode bulanan. Pemesanan bahan baku juga didasarkan pada kebutuhan produksi, kapasitas produksi dan kondisi persediaan bahan baku di gudang. Timbulnya persediaan bahan baku di perusahaan disebabkan oleh adanya perbedaan antara jumlah pembelian dan pemakaian bahan baku, sehingga persediaan bahan baku yang dilakukan perusahaan bervariasi setiap bulannya, tergantung dari besarnya jumlah pembelian dan pemakaian. Pengadaan bahan baku juga akan dilakukan apabila persediaan daging sapi yang ada di dalam gudang telah habis terpakai hingga 80-90 persen atau apabila bahan baku yang tersisa hanya 10-20 persen.
5.1.1
Jenis dan Asal Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore dalam memproduksi produknya memerlukan
bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong dalam proses pembuatannya. Bahan baku yang digunakan adalah daging sapi serta beberapa bahan tambahan seperti garam, emulsi lemak, selongsongan. Ketersediaan bahan baku dalam jumlah dan waktu yang tepat akan mempengaruhi produktifitas perusahaan dalam memproduksi produknya. Bahan baku tersebut diperoleh dari supplier yang telah
menjadi mitra perusahaan dalam pengadaan bahan bakunya, dengan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh PT. Dagsap Endura Eatore. Berikut ini merupakan daftar supplier daging sapi yang bekerjasama dengan PT. Dagsap Endura Eatore.
Tabel 4. Daftar Nama Supplier Daging Sapi PT. Dagsap Endura Eatore No Nama Supplier 1. Hade Putra 2. Sungai Budi 3. Markaindo Selaras 4. Indoguna Sumber: data perusahaan, 2010 (diolah)
Lokasi Jakarta Jakarta Jakarta Jakarta
Berdasarkan wawancara dengan bagian produksi, diperoleh keterangan mengenai bahan baku produk olahan daging sapi diperoleh dari supplier lokal. Supplier Hade Putra dan Sungai Budi adalah supplier utama pemasok daging sapi, dimana para supplier ini merupakan peternak lokal sehingga biaya untuk pemesanan daging sapi relatif murah. Sedangkan supplier Markaindo Selaras dan Indoguna adalah sebuah perusahaan pengumpul daging sapi yang berasal dari peternak-peternak lokal. Pemesanan daging sapi yang dilakukan oleh PT. Dagsap Endura Eatore berasal dari peternak lokal seperti Hade Putra dan sungai Budi. Namun apabila peternak tersebut tidak mampu memenuhi pesanan maka PT. Dagsap Endura Eatore melakukan pemesanan ke Markaindo Selaras dan Indoguna. Daging sapi merupakan bahan baku utama yang berkontribusi paling besar terhadap keseluruhan proses produksi sosis dan baso yaitu sebesar 35 persen serta beberapa bahan tambahan seperti garam, lemak emulsi, tepung tapioka. Bagian
daging sapi yang digunakan adalah daging sapi paha depan, dimana pada bagian ini terdapat jaringan otot yang liat sehingga mudah dibentuk menjadi adonan baso dan sosis. Sistem kerjasama yang dilakukan antara PT. Dagsap Endura Eator dengan para supplier, yaitu kualitas daging sapi segar (tidak cacat, tidak bau busuk, sehat secara fisik), daging sapi tidak terdiri dari karkas, pembelian daging sapi minimum 500 kg per pesanan dengan jarak waktu pemesanan maksimal 3 hari sebelum order datang, harga yang ditawarkan disesuaikan dengan kebijakan pemerintah dalam satuan kilogram, sistem pembayaran dilakukan saat order datang. Harga daging sapi yang dibeli PT. Dagsap Endura Eatore rata-rata sebesar Rp 36.000 per kilogram.
5.1.2
Prosedur Pembelian Bahan Baku Sistem pengadaan bahan baku utama yang diterapkan oleh PT. Dagsap
Endura Eatore dalam memperoleh bahan baku daging sapi dimulai dengan perencanaan produksi dari bagian marketing dan menghitung jumlah kebutuhan bahan baku selama satu tahun ke depan yang didasarkan pada target penjualan dan di konversi menjadi periode bulanan. Rencana produksi yang ditetapkan oleh bagian marketing direkomendasikan ke bagian produksi yang selanjutnya menugaskan bagian gudang untuk melakukan pengecekan dan menghitung jumlah persediaan bahan baku yang tersedia di dalam gudang sehingga diketahui kebutuhan bahan baku yang harus dipesan. Hasil pengecekan dilaporkan ke bagian produksi, kemudian bagian produksi beserta semua bagian yang terkait dalam proses produksi mengadakan rapat koordinasi untuk menyusun rencana produksi dan menghitung kebutuhan persediaan bahan baku untuk antisipasi.
Bagian produksi memberikan laporan jumlah bahan baku yang harus dibeli kepada bagian keuangan. Selanjutnya bagian keuangan membuat anggaran pembelian dan merekomendasikan kepada bagian pembelian yang selanjutnya melakukan pemesanan kepada pemasok. Alur pemesanan daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore disajikan pada Gambar 6.
Bagian Marketing
Bagian Produksi
Bagian Gudang
Bagian Keuangan
Bagian Pembelian
Pemasok
Gambar 6. Prosedur Pembelian Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore
Bahan baku sampai di tangan perusahaan setelah tiga hari pemesanan dan dilakukan pembayaran tunai. Bahan baku yang dipesan diterima di gudang, kemudian dilakukan pemeriksaan sample bahan baku yang meliputi kondisi kemasan, label segel, kuantitas bahan baku yang dilakukan oleh quality control. Sampai saat ini syarat dan mutu bahan baku yang diterapkan perusahaan kepada pemasok selalu dipenuhi dengan baik, sehingga pengembalian bahan baku dapat dihindarkan.
5.1.3
Prosedur Penanganan Bahan Baku Proses penanganan bahan baku meliputi proses penyimpanan bahan baku
di gudang, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku dari gudang untuk dilakukan proses produksi. Penyimpanan bahan baku daging sapi ditempatkan diruang pendingin (freezer) dengan suhu -14o Celcius yang berukuran 2 x 4 meter. Kapasias ruang pendingin mampu menyimpan daging sapi sebanyak 15 ton yang terdiri dari daging sapi (9 ton) dan daging ayam (6 ton). Daya simpan daging sapi dengan suhu ruang pendingin tersebut mampu bertahan sampai satu tahun. Penyimpanan bahan baku ini harus diperlukan penanganan khusus mulai dari pemasok hingga di perusahaan dengan menggunakan rantai dingin. Fasilitas yang ada dalam gudang penyimpanan adalah 2 buah lampu neon berukuran 18 watt. Pemeriksaan bahan baku dilakukan pada saat bahan baku tiba di perusahaan untuk dilakukan pengecekan mutu bahan baku yang dilakukan oleh quality control. Pengawasan bahan baku dilakukan satu minggu sekali meliputi uji organoleptik untuk pengujian fisik (wana, rasa dan aroma), uji pH untuk menguji tingkat keasaman daging sapi, uji daya putus Warner-Bratzler (WB) untuk menguji keempukan daging sapi, uji Water Holding Capacity (WHC) untuk menguji daya ikat air. Kerusakan yang terjadi pada daging sapi disebabkan oleh putusnya rantai dingin saat proses pendistribusian dari supplier, adanya kontaminasi fisik saat penanganan pasca pemotongan seperti debu atau benda asing lain, suhu dalam rantai pendingin tidak sesuai (suhu rantai pendingin 40 Celcius). Standarisasi yang diterapkan perusahaan dalam penanganan mutu bahan baku secara fisik dapat
dilihat dari warna merah terang, lemak terlihat putih kekuningan, memiliki aroma yang khas tidak bau busuk atau tengik, tingkat kekenyalan saat ditekan daging akan kembali seperti semula dan kebersihan daging itu sendiri. Penyusunan bahan baku ditempatkan di krat yang ditumpuk bertingkat, fungsinya agar tidak terjadi kontak langsung antara bahan baku dengan lantai. Lokasi gudang bahan baku ditempatkan di areal pabrik, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengambilan bahan baku dalam proses produksi.
5.1.4
Pemakaian Bahan Baku Sistem pemakaian bahan baku yang dilakukan oleh PT. Dagsap Endura
Eatore menggunakan sistem FIFO (First In First Out), bahan baku yang pertama kali masuk akan digunakan lebih dahulu untuk proses produksi. Penerapan sistem FIFO yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore adalah: 1. Sehari sebelum daging sapi datang dilakukan sanitasi untuk kebersihan gudang dan penataan ulang daging sapi. Daging sapi yang akan digunakan untuk produksi diletakkan dekat dengan pintu, hal ini disesuikan dengan tanggal kedatangan daging sapi. 2. Saat daging sapi datang dimasukkan ke ruang loading bahan baku. 3. Pengecekan kuantitas daging sapi, yaitu dengan menghitung kesamaan antara jumlah pesanan dengan order datang dan pengecekan kualitas daging sapi secara organoleptik.
4. Pemberian label tanggal kedatangan daging sapi, ini memudahkan dalam penggunaan untuk produksi sehingga terlihat perbedaan antara daging sapi lama dengan daging sapi baru (segar). 5. Daging sapi diletakkan di krat dan dimasukkan ke ruang pendingin dengan suhu -140 Celcius dengan posisi kedalam.
Pemakaian bahan baku daging sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore disesuaikan dengan rencana yang telah disusun oleh bagian produksi. Penentuan rencana produksi berdasarkan pesanan para sales-sales dan kapasitas produksi perusahaan.
Berdasarkan
rencana
produksi
tersebut
perusahaan
dapat
memperkirakan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan. Jumlah pemakaian bahan baku setiap bulannya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Pemakaian Bahan Baku, Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata Sumber: Data primer (diolah), 2010
Pemakaian (Kg) 4.588 7.514 5.648 6.425 5.892 5.584 5.215 6.472 7.591 7.643 7.079 7.483 77.134 6.427,83
Berdasarkan Tabel 5, pemakaian bahan baku mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak sama. Pemakaian tertinggi bahan baku terjadi pada bulan Februari, September, Oktober dan Desember. Hal ini dikarenakan adanya permintaan musiman. Permintaan musiman biasa terjadi pada tahun baru Imlek, bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Natal dan tahun baru Masehi. Penurunan jumlah bahan baku yang digunakan pada bulan Januari disebabkan adanya persediaan bahan baku di gudang pada bulan Desember 2008. Total pemakaian bahan baku selama Januari 2009 sampai desember 2009 sebanyak 77.134 kg.
5.1.5
Biaya Persediaan Bahan Baku Biaya persediaan PT. Dagsap Endura Eatore secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan terdiri dari biaya administrasi, biaya telepon, biaya transportasi dan biaya upah pegawai serta biaya pembelian bahan baku. Sedangkan untuk biaya penyimpanan terdiri dari biaya opportunity cost.
5.1.5.1 Biaya Pemesanan Biaya pemesanan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan, berkenaan dengan dilakukannya pembelian bahan baku yang tidak dipengaruhi oleh kuantitas bahan baku yang dipesan. Total biaya pemesanan adalah hasil dari perkalian antara frekuensi pemesanan dengan biaya per pesanan. Komponen biaya pemesanan terdiri dari biaya administrasi, biaya telepon, biaya transportasi dan biaya upah. Secara terperinci biaya pemesanan per pesanan bahan baku daging sapi terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku, Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4.
Komponen Biaya Biaya administrasi Biaya telepon Ongkos kirim Upah angkut Total Sumber: Data primer (diolah), 2010
Biaya Pemesanan Per Pesanan (Rp) 10.000 15.000 50.000 100.000 175.000
Berdasarkan Tabel 6, bahwa total biaya pemesanan per pesanan terbesar bahan baku yang paling besar adalah pada upah angkut yaitu sebesar Rp 100.000. Sedangkan untuk biaya administrasi sebesar Rp 10.000 dan biaya telepon sebesar Rp 15.000 dan biaya ongkos kirim Rp 50.000 untuk satu kali pesan. Berikut ini merupakan perincian biaya pemesanan bahan baku tahun 2009.
Tabel 7. Total Biaya Pemesanan Bahan Baku, Tahun 2009 No Komponen 1. Harga (Rp/Kg) 2. Kuantitas (Kg) 3. Frekuensi (kali) 4. Biaya pemesanan (Rp) 5. Biaya pembelian(Rp) 6. Total biaya pemesanan (Rp) Sumber: Data primer (diolah), 2010
Jumlah 36.000 83.133 57 175.000 2.992.788.000 9.975.000
Biaya pembelian adalah biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan pembelian bahan baku tersebut. Biaya pembelian merupakan hasil perkalian antara harga bahan baku dengan kuantitas pesanan. Pada tahun 2009, PT. Dagsap Endura Eatore melakukan pembelian bahan baku mencapai Rp 2.992.788.000. Maka total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pemesanan daging sapi pada perusahaan tahun 2009 sebesar Rp 9.975.000.
5.1.6.2 Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan karena perusahaan menyimpan bahan baku di gudang. Biaya penyimpanan adalah hasil perkalian dari tingkat persediaan rata-rata dengan biaya penyimpanan bahan bahan baku per unit. Komponen biaya penyimpanan PT. Dagsap Endura Eatore meliputi biaya gaji pegawai gudang, biaya gudang dan penyusutan serta biaya lain-lain termasuk biaya tetap sehingga dibebankan biaya overhead perusahaan. Biaya tetap tidak tergantung dengan jumlah bahan baku yang disimpan, oleh karena itu tidak diperhitungkan dalam pengendalian persediaan. Komponen biaya penyimpanan bahan baku hanya terdiri dari biaya kesempatan (opportunity cost). Opportunity cost adalah biaya yang terjadi karena kehilangan pendapatan berupa bunga bank yang seharusnya diperoleh oleh perusahaan karena uang yang ada digunakan untuk membeli persediaan. Opportunity cost yang dibebankan perusahaan selama tahun 2009 ditentukan oleh tingkat suku bunga rata-rata investasi di bank, berdasarkan data dari Bank Indonesia besar suku bunga rata-rata investasi antara bulan Januari 2009 sampai Desamber 2009 sebesar 7.14 persen dengan harga rata-rata pembelian Rp 36.000/kg.
Tabel 8. Komponen Opportunity Cost Bahan Baku, Tahun 2009 No
Persediaan Tingkat Suku Bunga Nilai penyimpanan Bulan Rata-rata (Kg) Rata-rata (%) opportunity cost (Rp) 1. Januari 7.039 8,75 18.093.045,6 2. Februari 7.968,5 8,25 20.482.232,4 3. Maret 8.441 7,75 21.696.746,4 4. April 8.307,5 7,5 21.353.598 5. Mei 8.320 7,25 21.385.728 6. Juni 9.006,5 7 23.150.307,6 7. Juli 9.795 6,75 2.517.7068 8. Agustus 9.984 6,5 25.662.873,6 9. September 10.448,5 6,5 26.856.824,4 10. Oktober 11.250,5 6,5 28.918.285,2 11. November 11.618 6,5 29.862.907,2 12. Desember 12.144 6,5 31.214.937,6 Total 114.322,5 85,75 293.854.554 Nilai Rp/Kg 7,14 2.570,4 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 8, bahwa komponen opportunity cost termasuk biaya yang relevan dalam perhitungan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan ini diperoleh dari perkalian jumlah persediaan bahan baku tiap bulan dengan harga bahan baku per kilogram dan nilai suku bunga pada tahun 2009, yaitu sebesar 85.73 persen dibagi dalam periode bulan. Biaya opportunity cost daging sapi terendah adalah pada bulan Januari dengan nilai sebesar Rp 26.414.715,6 dan tertinggi adalah pada bulan Desember dengan nilai sebesar Rp 46.398.290,4. berikut ini disajikan komponen biaya persediaan tahun 2009.
Tabel 9. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku, Tahun 2009 Komponen Biaya
Opportunity cost Sumber: Data primer (diolah), 2010
Biaya Penyimpanan Daging Sapi Per tahun Per bulan Per minggu (Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg) 2.570,4 214,2 53,5
Berdasarkan Tabel 9, biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan tahun 2009 adalah sebesar Rp 2.570,4/kg per tahun. Biaya opportunity cost timbul karena adanya investasi persediaan bahan baku yang dipengaruhi oleh harga per kilogram bahan baku dan tingkat suku bunga Bank Indonesia.
5.2
Analisis Pola Data Permintaan Bahan Baku Analisis pola data permintaan bahan baku diperlukan untuk menentukan
jenis metode yang digunakan dalam perhitungan persediaan bahan baku. Data kuantitatif yang digunakan merupakan data yang berbentuk time series dimana data tersebut merupakan data penjualan dari masa yang lalu (Aditya;2010:6). Lebih lanjut menurutnya, data time series merupakan data yang berurutan dari waktu ke waktu mulai dari masa lalu hingga masa kini. Data yang telah memilki trend maka peramalan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah baik dengan cara membaca grafik, melaksanakan analisa statistik. Menurut Akhyasrinuki (2011:2), time series adalah serangkaian nilai-nilai variabel yang disusun berdasarkan waktu. Analisis time series mempelajari pola gerakan nilai-nilai variabel pada suatu interval waktu (misalnya minggu, bulan, tahun) yang diatur, dari analisis times series dapat diperoleh ukuran-ukuran yang dapat digunakan untuk membuat keputusan pada saat ini, untuk peramalan dan untuk merencanakan masa depan.
Permintaan
15000 14000 13000 12000 11000 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
7.557,41 5.298,25
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Periode permintaan
batas bawah
batas atas
Gambar 7. Grafik Pola Data Permintaan
Berdasarkan Gambar 7, bahwa bahan baku daging sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore memiliki pola permintaan konstan, dimana permintaan rata-rata lebih banyak terjadi di dalam antara batas atas sebesar 7.557,41 dengan batas bawah sebesar 5.298,25. Penentuan batas atas dan batas bawah disajikan pada Lampiran 3. Perhitungan pola permintaan konstan menggunakan analisis pengendalian persediaan deterministik, diantaranya metode Economic Order Quantity (EOQ) dan Material Requirement Planning (MRP). Metode pengendalian persediaan daging sapi jenis permintaan terikat. Permintaan terikat adalah jenis bahan yang apabila tidak tersedia maka proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan. Metode untuk jenis barang permintaan terikat lebih sesuai adalah metode Material
Requirement Planning (MRP). Perhitungan metode MRP dapat dilakukan dengan MRP teknik Lot For Lot (LFL), MRP teknik Economic Order Quantity (EOQ), MRP teknik Period Order Quantity (POQ) dan MRP teknik Part Period Balancing (PPB). Metode MRP digunakan untuk mengetahui berapa banyak dan kapan
jumlah
suatu
komponen
diperlukan,
mengurangi
resiko
karena
katerlambatan jumlah suatu komponen diperlukan, mengurangi resiko karena katerlambatan produksi.
5.3
Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bahan baku sangat penting untuk kelancaran proses produksi, agar bahan
baku selalu tersedia dengan biaya minimum, perusahaan harus dapat melakukan pengendalian terhadap persediaan bahan baku. Selain untuk menjaga ketersediaan bahan baku, pengendalian persediaan bahan baku juga bertujuan untuk meminimumkan biaya total perusahaan.
5.3.1
Metode PT. Dagsap Endura Eatore Pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk
memperlancar proses produksi dan melindungi perusahaan agar tidak terjadi kekurangan bahan baku, yang dapat menghambat kegiatan produksi perusahaan. Sehingga diharapkan metode pengendalian persediaan yang dilakukan ini dapat lebih mengefisienkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan pengadaan bahan baku serta dapat menjamin kontinuitas produksi perusahaan. Berikut ini merupakan rencana pengadaan bahan baku selama tahun 2009 disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rencana Pengadaan Bahan Baku, Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata Sumber: Data Primer (diolah), 2010
Pembelian (kg) 5.716 8.245 5.862 5.944 6.398 6.451 5.925 6.140 8.852 7.986 7.471 8.143 83.133 6.927,75
Berdasarkan Tabel 10, rencana pengadaaan bahan baku selama periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 sebanyak 83.133 kg, dengan pemesanan tertinggi terjadi pada bulan September sebanyak 8.852 kg. Sedangkan pemesanan terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 5.716 kg, hal ini dikarenakan masih tersedianya persediaan pada bulan Desember 2008. Perkembangan persediaan bahan baku daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore selama tahun 2009 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkembangan Persediaan Bahan Baku, Tahun 2009 Pembelian Persediaan Pemakaian Persediaan Persediaan Bulan (Kg) Awal (Kg) (Kg) Akhir (Kg) Rata-rata (Kg) Januari 5.716 6.475 4.588 7.603 7.039 Februari 8.245 7.603 7.514 8.334 7.968,5 Maret 5.862 8.334 5.648 8.548 8.441 April 5.944 8.548 6.425 8.067 8.307,5 Mei 6.398 8.067 5.892 8573 8.320 Juni 6.451 8.573 5.584 9.440 9.006,5 Juli 5.925 9.440 5.215 10.150 9.795 Agustus 6.140 10.150 6.472 9.818 9.984 September 8.852 9.818 7.591 11079 10.448,5 Oktober 7.986 11.079 7.643 11.422 11.250,5 November 7.471 11.422 7.079 11.814 11.618 Desember 8.143 11.814 7.483 12.474 12.144 Total 83.133 111.323 77.134 117.322 114.322,5 Rata-rata 6.927,75 9.276,91 6.427,83 9.776,83 9.526,87 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 11, bahwa persediaan awal bulan Januari 2009 merupakan persediaan akhir bulan Desember 2008, begitu pula dengan bulanbulan sebelumnya, persediaan akhir bulan sebelumnya merupakan persediaan awal bulan berikutnya. Sedangkan persediaan awal dikurangi dengan pemakaian pada bulan tersebut. Jumlah persediaan awal dan persediaan akhir daging sapi secara total memiliki nilai yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pemakaian bahan baku dengan jumlah tertentu, misal pada awal Januari perusahaan mempunyai persediaan awal sebanyak 6.475 kg, kemudian berkurang karena adanya pemakaian sebanyak 4.588 kg, setelah melakukan pembelian sebanyak 5.716 kg, sehingga perusahaan mempunyai persediaan akhir sebanyak 7.603 kg dan begitu seterusnya.
Selama tahun 2009, PT. Dagsap Endura Eatore melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan yang telah dihitung oleh PPIC. Berikut ini adalah frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan dengan metode perusahaan tahun 2009.
Tabel 12. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan, Tahun 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan
Frekuensi (kali)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Rata-rata Sumber: Data primer (diolah), 2010
3 4 5 5 6 5 6 3 5 3 6 6 57 4,75
Kuantitas (kg) 5.716 8.245 5.862 5.944 6.398 6.451 5.925 6.140 8.852 7.986 7.471 8.143 83.133 6.927,75
Berdasarkan Tabel 12, frekuensi pemesanan daging sapi sebanyak 57 kali, sehingga setiap bulannya perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku, seiring melakukannya pemesanan tersebut dikarenakan perusahaan membutuhkan banyak bahan baku untuk mengejar target produksi. Perbedaan jumlah frekuensi pemesanan dan penggunaannya menyebabkan kuantitas pemesanan berbeda pula. Kuantitas pesanan daging sapi sepanjang tahun 2009 adalah sebanyak 83.133 kg. Tinggi rendahnya kuantitas pesanan bahan baku sangat berpengaruh terhadap
biaya pembelian yang merupakan perkalian dari kuantitas bahan baku yang dibeli dengan harga per kilogramnya. Perhitungan biaya persediaan daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore diketahui dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pembelian bahan baku diperoleh dari hasil antara kuantitas pembelian bahan baku tiap bulan dikalikan dengan harga pembelian bahan baku. Biaya pemesanan bahan baku per bulan diperoleh dari hasil antara biaya pemesanan per pesanan dikalikan dengan frekuensi pemesanan daging sapi tiap bulannya. Sedangkan biaya penyimpanan diperoleh dari hasil perkalian antara biaya penyimpanan per bulan dengan persediaan rata-rata tiap bulannya. Adapun rincian biaya persediaan daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore tiap bulannya disajikan pada Lampiran 4. Diketahui berdasarkan Lampiran 4, bahwa biaya pemesanan pada tahun 2009 sebesar Rp 9.975.000 dengan biaya pemesanan tertinggi terjadi pada bulan Mei, Juli, November dan Desember sebesar Rp 1.050.000. Biaya penyimpanan pada tahun 2009 sebesar Rp 6.116.253,75 dengan biaya penyimpanan tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar Rp 649.704 Sedangkan biaya pembelian pada tahun 2009 sebesar Rp 2.992.788.000 dengan biaya pembelian tertinggi terjadi pada bulan September sebesar Rp 318.672.000. Hal ini disebabkan pada bulan September pembelian bahan baku meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri mengakibatkan tingginya biaya pemesanan dan tingginya biaya penyimpanan pada bulan berikutnya. Sehingga untuk biaya persediaan daging sapi per bulan diperoleh dari hasil penjumlahan antara biaya pembelian daging sapi tiap bulan, biaya pemesanan daging sapi tiap bulan dengan biaya penyimpanan daging sapi
tiap bulan dan total persediaan daging sapi sepanjang tahun 2009 adalah sebesar Rp 3.008.879.254.
5.3.2
Metode Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan
dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahapan atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa banyak pesanan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan dibuat. Dalam penggunaan MRP, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dalam penelitian ini akan menggunakan empat teknik diantaranya teknik Lot For Lot (LFL), teknik Econonic Order Quantity (EOQ), teknik Period Order Quantity (POQ) dan teknik Part Period Balancing (PPB). Kuantitas produksi tidak sama untuk setiap periodenya, oleh karena itu perusahaan perlu mendukung dengan menerapkan metode MRP sebagai alternatif sistem pengendalian persediaan bahan baku. Langkah pertama yang harus dilakukan ialah penetapan kebutuhan kotor bahan baku sesuai dengan penjadwalan produksi yang telah dibuat. Jika persediaan di tangan masih ada, maka persediaan dihabiskan terlebih dahulu, kemudian ditentukan kebutuhan bersih yang merupakan hasil pengurangan dari kebutuhan kotor dengan penerimaan terjadwal dan persediaan di tangan.
1. Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL) Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik LFL adalah dengan melakukan pemesanan tepat sebesar kebutuhan bersih dan sesuai dengan tenggang waktu persediaan. Kebutuhan persediaan bahan baku diharapkan dapat tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sehingga dapat dihilangkan adanya persediaan di gudang. Hal ini dapat mengurangi biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Selama tahun 2009, frekuensi pemesanan dengan menggunakan metode ini berbeda dengan metode perusahaan. Pembelian daging sapi frekuensi pemesanan perusahaan sebanyak 57 kali, sedangkan hasil dari LFL disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Frekuensi (kali) Januari 0 Februari 4 Maret 4 April 4 Mei 4 Juni 4 Juli 4 Agustus 4 September 4 Oktober 4 November 4 Desember 3 Total 43 Rata-rata 3.58 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Kuantitas (Kg) 0 7.039 5.842,25 6.291,75 5.815 5.491,75 5.529,25 6.751,75 7.604 7.502 7.180 5.612,25 70.659 5.888,25
Berdasarkan Tabel 13, kuantitas pesanan bervariasi setiap bulannya, disesuaikan dengan kebutuhan bersih setiap minggu dalam satu bulan. Total
frekuensi yang dilakuakan dengan teknik LFL adalah sebanyak 43 kali dengan kuantitas pemesanan sebanyak 70.659 kg. Kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 7.604 kg. Hal ini disebabkan adanya permintaan dari pelanggan yang bersifat musiman. Perincian biaya persediaan bahan baku dengan metode LFL disajikan pada Tabel 14 dan Lampiran 5.
Tabel 14. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL No 1. 2. 3. 4.
Komponen Frekuensi (kali) Biaya pemesanan (Rp) Biaya penyimpanan (Rp) Biaya pembelian (Rp) Total Biaya Persediaan (Rp) Sumber: Data primer (diolah), 2010
Jumlah 43 7.525.000 3.780.256,5 254.372.4000 2.555.029.257
Berdasarkan Tabel 14, total biaya pemesanan daging sapi dengan metode ini sebesar Rp 7.525.000. Teknik Lot For Lot jika dibandingkan dengan metode perusahaan memiliki kuantitas pemesanan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena teknik LFL bersifat mengurangi biaya penyimpanan dan berusaha untuk melakukan pemesanan tepat sesuai dengan kebutuhan bersih.
2. Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ) Metode pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik Economic Order Quantity (EOQ) melakukan pemesanan sebesar kelipatan dari EOQ terdekat yang lebih besar dari kebutuhan bersih. Berdasarkan perhitungan dengan rumus EOQ diperoleh besarnya kuantitas ekomonis untuk ukuran lot (pesanan) bahan baku. Nilai EOQ merupakan kuantitas optimal dalam melakukan pemesanan.
Tabel 15. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Frukuensi (kali) Januari 0 Februari 2 Maret 1 April 1 Mei 1 Juni 1 Juli 1 Agustus 1 September 1 Oktober 1 November 2 Desember 1 Total 14 Rata-rata 1.08 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Kuantitas (kg) 0 11.231,8 5.615,9 5.615,9 5.615,9 5.615,9 5.615,9 5.615,9 5.615,9 5.615,9 11.231,8 5.615,9 73.006,7 6.083,89
Berdasarkan Tabel 15, kuantitas pesanan daging sapi tertinggi terjadi pada bulan Februari dan November yaitu 11.231,8 kg. Teknik EOQ ini jika dibandingkan dengan metode perusahaan juga memiliki kuantitas pemesanan yang lebih rendah dibanding dengan metode perusahaan. Hal ini disebabkan karena teknik EOQ merupakan kuantitas optimal dalam melakukan pemesanan. Total pemesanan daging sapi dengan metode ini sebesar Rp 2.275.000, perincian biaya persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik EOQ disajikan pada Tabel 16 dan Lampiran 7.
Tabel 16. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ No 1. 2. 3. 4.
Komponen Frekuensi (kali) Biaya pemesanan (Rp) Biaya penyimpanan (Rp) Biaya pembelian (Rp) Total Biaya Persediaan (Rp) Sumber: Data primer (diolah), 2010
Jumlah 13 2.275.000 3.905.858,45 2.628.241.200 2.634.422.058
Total biaya persediaan dengan menggunakan metode MRP teknik EOQ daging sapi sebesar Rp 2.634.422.058, lebih tinggi jika dibandingkan metode MRP dengan teknik LFL. Penerapan metode EOQ menghasilkan frekuensi pemesanan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan teknik LFL dan metode perusahaan, yaitu sebanyak 13 kali.
3.
MRP Teknik Period Order Quantity (POQ) Penggunaan teknik POQ, ukuran lot ditetapkan dengan kebutuhan aktual
dalam jumlah tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian, kelebihan biaya persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ dapat ditekan. Keunggulan teknik POQ dibandingkan dengan teknik EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform, karena persediaan yang berlebihan dapat dihindari. Kebutuhan akan bahan baku perusahaan dalam produksi olehan daging sapi memiliki kebutuhan yang tidak seragam tiap periodenya. Hasil perhitungan jumlah periode yang harus dipenuhi menghasilkan nilai POQ daging sapi adalah 4 periode, yang berarti kebutuhan untuk empat periode atau empat minggu harus dipenuhi oleh satu kali pemesanan daging sapi. Dengan
menggunakan teknik POQ ini, tingkat persediaan bahan baku lebih rendah dibanding dengan teknik LFL dan teknik EOQ, sehingga dengan teknik ini perusahaan dapat menekan biaya persediaan dari penyimpanan. Pemesanan daging sapi yang dilakukan dalam teknik ini sebanyak 11 kali.
Tabel 17. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Frekuensi (kali) Januari 0 Februari 1 Maret 1 April 1 Mei 1 Juni 1 Juli 1 Agustus 1 September 1 Oktober 1 November 1 Desember 1 Total 11 Rata-rata 0.91 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Pembelian (kg) 0 7.047,5 5.842,25 6.291,75 5.815 5.491,75 5.529,25 6.751,75 7.604 7.502 7.180 5.612,25 70.667,5 5.888,96
Berdasarkan Tabel 17, kuantitas pesanan sepanjang tahun 2009 sebanyak 11 kali. Kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada bulan September sebanyak 7.604 kg. Hal ini terjadi disebabkan adanya permintaan musiman menjelang Hari Raya. Berikut ini disajikan perincian biaya persediaan dengan metode MRP teknik POQ pada Tabel 18 dan Lampiran 9.
Tabel 18. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ No 1. 2. 3. 4.
Komponen Frekuensi (kali) Biaya pemesanan (Rp) Biaya penyimpanan (Rp) Biaya pembelian (Rp) Total Biaya Persediaan (Rp) Sumber: Data primer (diolah), 2010
Jumlah 11 1.925.000 3.780.711,3 2.544.030.000 2.549.735.711
Kuantitas pesanan daging sapi dalam teknik POQ lebih rendah dibandingkan dengan teknik LFL dan teknik EOQ. Perusahaan melakukan pembelian daging sapi sebanyak 70.667,5 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 2.544.030.000.
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB) Metode MRP teknik PPB berusaha untuk membuat biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan. Teknik ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, hal ini dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pandekatan sebagian periode ekonomis (Economic Part Period – EPP), yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode. Nilai yang diperoleh dari perhitungan EPP adalah sebanyak 3.271,02 kg. Frekuensi pesanan daging sapi dengan teknik ini sebanyak 21 kali.
Tabel 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Bulan Frekuensi (kali) Januari 0 Februari 2 Maret 2 April 2 Mei 2 Juni 2 Juli 1 Agustus 2 September 2 Oktober 2 November 2 Desember 2 Total 21 Rata-rata 1.75 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Kuantitas (kg) 0 7.047,5 5.842,25 6.291,75 5.815 8.099,25 2.921,75 6.751,75 7.604 7.502 7.180 5.612,25 70.667,5 5.888,95
Berdasarkan Tabel 19, kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada bulan Juni sebanyak 8.099,25 kg. Sepanjang tahun 2009 kuantitas pesanan dengan teknik ini sebanyak 70.777,5 kg. Kuantitas pesanan daging sapi teknik PPB lebih rendah dibandingkan teknik LFL. Perincian total biaya persediaan metode MRP teknik PPB disajikan pada Tabel 20 dan Lampiran 11.
Tabel 20. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB No 1. 2. 3. 4.
Komponen Frekuensi (kali) Biaya pemesanan Biaya penyimpanan Biaya pembelian Total Biaya Persediaan (Rp) Sumber: Data primer (diolah), 2010
Jumlah 21 3.675.000 3.780.711,3 2.544.030.000 2.551.485.711
Perusahaan melakukan pembelian daging sapi sebesar Rp 2.544.030.000 dengan frekuensi pemesanan sebanyak 21 kali. Kuantitas pemesanan teknik PPB menempati urutan ketiga dalam pemesanan terendah. Biaya persediaan dengan teknik PPB menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp 2.551.485.711.
5.4
Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan Pengendalian persediaan daging sapi menjadi sangat penting karena
menjadi bagian dari pengeluaran untuk biaya pengendalian persediaan bahan baku. Jika pengeluaran untuk daging sapi minimum maka biaya pengendalian persediaan bahan baku secara keseluruhan dapat ditekan. Berdasarkan
hasil
perhitungan
metode
pengendalian
persediaan
perusahaan dengan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB selama periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, dapat dilakukan perbandingan diantara teknikteknik tersebut. Perbandingan biaya persediaan daging sapi disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore dengan MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB Metode Frek Kuant (kali) (Kg) PT. DEE LFL EOQ POQ PPB
57 83.133 43 70.659 13 73.006,7 11 70.667,5 21 70.667,5
Biaya Biaya Pemesanan Penyimpanan (Rp) (Rp) 9.975.000 6.116.253,7 7.525.000 3.780.256,5 2.275.000 3.905.858,4 1.925.000 3.780.711,3 3.675.000 3.780.711,3
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Biaya Pembelian (Rp) 2.992.788.000 2.543.724.000 2.628.241.200 2.544.030.000 2.544.030.000
Total Biaya Persediaan (Rp) 3.008.879.254 2.555.029.257 2.634.422.058 2.549.735.711 2.551.485.711
Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa frekuensi pemesanan 57 kali yang dilakukan perusahaan merupakan yang tertinggi, karena perusahaan melakukan pemesanan setiap minggunya dengan biaya total tertinggi sebesar Rp 3.008.879.254. Sedangkan pada metode MRP teknik LFL sebanyak 43 kali, pemesanan dilakukan pada saat stok persediaan habis. Metode MRP teknik LFL menghasilkan biaya pemesanan tertinggi sebesar Rp 7.525.000 dibandingkan metode lainnya. Jumlah pemesanan disesuaikan dengan kubutuhan bersih daging sapi tanpa memperhatikan cadangan yang harus disimpan perusahaan Metode MRP teknik EOQ, menghasilkan frekuensi pemesanan sebanyak 13 kali, dikarenakan jumlah persediaan ditangan lebih besar akibat dari pemesanan kuantitas ekonomis sehingga biaya penyimpanan tinggi. Total biaya persediaan teknik EOQ lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknik LFL, namun lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan teknik perusahaan. Metode MRP teknik EOQ menghasilkan biaya penyimpanan dan biaya pembelian yang relatif tinggi. Metode MRP teknik POQ, frekuensi pemesanan sebanyak 11 kali sehingga teknik POQ menghasilkan total biaya persediaan paling rendah dibandingkan metode perusahaan, metode teknik LFL, EOQ dan PPB. Penghematan biaya persediaan total yang dihasilkan dengan metode PPB tersebut adalah yang terbesar. Sedangkan metode MRP teknik PPB frekuensi pemesanan sebanyak 21 kali dengan jumlah kuantitas yang sama dengan teknik POQ, yaitu sebanyak 70.667,5. Metode MRP teknik PPB menempati urutan kedua dalam penghematan
persediaan bahan bahu. Total biaya persediaan yang dihasilkan sebesar Rp 2.551.485.711. Nilai penghematan bahan baku diperoleh dengan menghitung selisih antara metode perusahaan dengan nilai pada keempat teknik, yaitu LFL, EOQ, POQ dan PPB, selanjutnya hasilnya akan dibandingkan. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut ditentukan metode dengan teknik terbaik yang dapat mengefisiensikan persediaan bahan baku di perusahaan untuk direkomendasikan pada perusahaan sebagai alternatif sistem pengendalian persediaan bahan baku yang terbaik. Penghematan persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik POQ mampu menghemat biaya persediaan terbesar mencapai 17,47 persen dibanding dengan yang dilakukan oleh perusahaan. Penghematan terhadap biaya pemesanan teknik
POQ
menghasilkan
penghematan
tertinggi
yaitu
80,70
persen
dibandingkan dengan metode perusahaan. Sedangkan untuk penghematan terhadap biaya penyimpanan dan biaya pembelian teknik LFL menghasilkan penghematan tertinggi masing-masing 38,19 persen dan 15,00 persen. Penghematan biaya persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB disajikan pada Lampiran 12. Diketehui berdasarkan Lampiran 12, ketiga alternatif teknik pengukuran lot dalam metode MRP memiliki keunggulan dan kelemahan. MRP teknik LFL merupakan teknik yang konsisten dalam ukuran lot yang kecil, pesanan berskala, persediaan tepat waktu tanpa persediaan pengaman dan permintaan terikat yang telah diketahui sebelumnya. Kelemahan teknik LFL ini menimbulkan risiko
kekurangan bahan baku, karena perusahaan tidak memerlukan persediaan bahan baku di gudang, sehingga apabila terjadi fluktuasi permintaan, permintaan bahan baku tidak terduga, terjadi kerusakan mesin dan keterlambatan penerimaan bahan baku dari pemasok akan menyebabkan perubahan jadwal produksi maka siklus produksi di perusahaan akan terganggu. Metode MRP teknik EOQ memiliki keunggulan dalam hal mempermudah manajemen dalam menentukan jumlah pesanan yang optimal dalam setiap kali pemesanan. Teknik EOQ ini juga memenuhi kebijakan perusahaan dalam tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup. Kelemahan teknik ini, persediaan yang tersisa di akhir periode masih bervariasi sesuai dengan kebutuhan pemakaian sehingga biaya penyimpanan bervariasi sesuai dengan tingkat persediaannya. MRP teknik POQ memiliki keunggulan yaitu dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform (seragam) karena persediaan berlebih dapat dihindarkan, tetapi metode ini tidak selalu memberikan biaya total persediaan yang paling rendah diantara metode lain. Hal ini dapat dipengaruhi oleh besar biaya pemesanan, biaya penyimpanan per unit barang dan variasi kebutuhan bahan baku setiap periode. MRP teknik PPB digunakan jika biaya pemesanan lebih tinggi dibandingkan biaya penyimpanan, sehingga akan lebih menguntungkan jika perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar. Kelemahan teknik ini adalah menimbulkan penumpukan bahan baku yang cukup besar di gudang dan memiliki risiko kerusakan pada bahan baku karena penyimpanan yang lama.
5.5
Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Periode Januari 2009 – Desember 2009 Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan biaya pembelian bahan
baku serta penghematan metode MRP tentang kebijakan perusahaan periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, maka dapat direkomendasikan suatu motode alternatif pengendalian persediaan bahan baku daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore. Metode alternatif ini diharapkan dapat menghemat biaya perusahaan, melalui penghematan biaya persediaan bahan baku yang terdiri dari biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku serta melalui penghematan biaya pembelian bahan baku. Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode MRP terhadap kebijakan perusahaan periode Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, menunjukan bahwa kebijakan pengendalian persediaan daging sapi belum efisien, artinya biaya persediaan masih dapat ditekan lebih rendah. Biaya persediaan bahan baku yang ditanggung perusahaan periode tersebut mencapai Rp 3.008.879.254 Penggunaan metode MRP teknik POQ dan PPB memungkinkan perusahaan melakukan penghematan terhadap biaya persediaan, terutama teknik POQ. Sedangkan teknik EOQ tidak dapat digunakan dalam model alternatif pengendalian persediaan, hal ini dikarenakan teknik EOQ menyebabkan meningkatnya biaya penyimpanan. Tingginya biaya pembelian bahan baku yang ditanggung perusahaan disebabkan oleh kuantitas selama periode tersebut, bahan
baku yang dibeli perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan metode MRP teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB. Hasil analisis dengan metode MRP teknik POQ dalam penelitian ini dapat memberikan alternatif bagi perusahaan untuk menghasilkan penghematan terhadap total biaya persediaan. Penghematan biaya persediaan perusahaan dengan teknik PPB yaitu sebesar Rp 457.393.442,4 atau 15,20 % di tahun 2009 dengan syarat bila kebutuhan tidak uniform atau seragam sehingga persediaan yang berlebihan dapat dihindari.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan 1. Sistem pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku PT. Dagsap Endura Eatore belum terstruktur, hal ini terlihat dari sistem pengadaan bahan baku yang hanya menggunakan metode peramalan sesuai dengan target penjualan. Pemesanan bahan baku dilakukan dengan meramalkan target penjualan selama satu tahun ke depan kemudian di konversi menjadi periode bulanan. Pemesanan bahan baku juga didasarkan pada kebutuhan produksi, kapasitas produksi dan kondisi persediaan bahan baku di gudang. 2. Metode MRP teknik POQ direkomendasikan sebagai metode alternatif dalam pengendalian persediaan bahan baku perusahaan. Metode MRP teknik POQ mampu menghemat biaya persediaan sebesar Rp 457.393.442,4 atau 15,20 % di tahun 2009.
6.2
Saran 1. Perusahaan perlu memperhatikan kebutuhan bersih dari bahan baku sehingga persediaan bahan baku perusahaan dapat menghasilkan nilai efisien. 2. Perusahaan perlu menjalin kemitraan dengan Gabungan Kelompok Ternak agar pengadaan bahan baku yang diharapkan dapat tercapai sesuai rencana produksi sehingga dapat mengurangi biaya pemesanan.
DAFTAR PUSTAKA Abrianto. Cara Sehat Makan Daging Sapi. 30 Agustus, 2009:3hlm, http://duniasapi.com/cara-sehat-makan-daging-sapi, 07 Oktober 2009 pukul 18:42 Aditya, Dimas. Forecasting By Using Stationary Models. 04 Oktober, 2010:11hlm, http://dimasadityayudanegara.blogspot.com/, 05 Mei 2011 pukul 17:36 Aditya, Wirawan. Pengendalian Persediaan Spare Part dengan Pendekatan Periodic Review System (Studi Kasus: PT. GMF Aero Asia). [Skripsi]. Surabaya: Fakultas Teknik Industri. 2006 Akyasrinuki. Pengertian Time Series. 24 Februari, 2011:2hlm, http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2122738-pengertian-timeseries/#ixzz189qTdn5F, 05 Mei 2011 pukul 17:13 Amin.
Tips Mengenali Daging Sehat. 14 Mei, 2009:4hlm. http://resepmasakanindonesia.info/tips-mengenali-daging-sehat, 11 Agustus 2009 pukul 19:02
Anita, Puspa. Pengembangan Decisiogan Decision System untuk Menentukan Diskon dan Ukuran Pemesanan yang Optimal pada Single Period. 2009:3hlm. http://one.indoskripsi.com, 20 Februari 2010 pukul 19:43 Assuari, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. (Jakarta: FEUI Press, 2004) Astawan, Made. Mengapa Kita Perlu Makan Daging?. 11 Desember, 2009:7hlm. http://depkes.go.id, 07 Oktober 2010 pukul 16:38 Bank Indonesia. Suku Bunga Bank Indonesia Tahun 2009. 2010:3hlm. http://www.bi.go.id/web/id/moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/, 17 Februari 2011 pukul 16:23 Baroto, Teguh. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2002) Buffa E.S dan Sarin R.K. Manajemen Operasi dan Produksi Jilid 8. (Jakarta: Binarupa Aksara, 1996) Direktorat Jenderal Peternakan. Tabel Produksi Daging Tahun 2005-2009. 2010:1hlm. www.dijennak.go.id, 25 Maret 2011 pukul 17:26 Erlina. Manajemen Persediaan. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara. Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi. 2002.
Gumbira. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2004) Handoko, Hani. Manajemen Produksi dan Operasi. (Yogyakarta: BPFE UGM Press, 2000) Hartiasih, Rida. Analisis Pengendalian Persediaan Susu Bubuk pada PT. Australian Indonesian Milk Industries. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. 2007 Herjanto, Eddy. Manajemen Operasi edisi 3. (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2008) Indrajit, E.R dan Djokopranoto. Manajemen Persediaan. (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2003) Indrayati, Rike. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode EOQ (Ecomonic Order Quantity) pada PT. Tipota Furnishing Jepara. [Skripsi] Semarang: Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi. 2007 Ishak, Aulia. Manajemen Operasi. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) Jane.
Metode Pengendalian Bahan Baku. 2009:8hlm. http://file2shared.wordpress.com, 20 Februari 2011 pukul 18.42
Komariah dkk. Aneka Olahan Daging Sapi. (Jakarta: PT. Agromedia Pustaka, 2007) Kurniawan, Wawan. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. 2008 Mariyam, Murda. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kedel9i pada Koperasi Produksi Tahu di Kampung Iwul Parung Bogor (Studi Kasus Koperasi Ikhtiar Swadaya Masyarakat/ISM Mitra Bersama. [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Sains dan Teknologi, Jurusan Agribisnis. 2008 Mayhones. Just In Time. 2008:4hlm. ht4hlm. http://www.ittelkom.ac.id/library. 25 Maret 2011 pukul 19:03 Mlandhing. Mengenal Daging Sapi. 10 April, 2008:6hlm. http://dapurmlandhing.dagdigdug.com/2008/04/10/mengenal-daging-sapi1/, 08 September 2009 pukul 18:54
Munawar, Sofyan. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Maja Sari Bakery Majalengka. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. 2006 Nasution. F, Natigor. Just In Time dan Perkembangannya dalam Perusahaan Industri. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi. 2004 Noerbiant. Metode Pengendalian Bahan Baku. 2009:8hlm. http://file2shared.wordpress.com, 20 Februari 2011 pukul 18.42 Nastya, Rini. Analisis Pengendalian Pesediaan Bahan Baku Susu Pasteurisasi Cup Rasa Coklat (Kasus di Milk Treatment Koperasi Peternakan Bandung Selatan Pangalengan DT II, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. 2006 Prihatna. Kajian rantai Pasok (Supply Chain) Bahan pada PT. Fajar Taurus. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. 2007 Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan Aplikasi dalam Bisnis. (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2007) Republika. Industri Pengolahan Daging Tumbuh 15 Persen. 11 Agustus, 2009:1hlm. http://www.republika.co.id, 05 Oktober 2009 pukul 18:59 Sianturi. Mengurangi Susut Gizi. 25 April, 2009:5hlm. http://www.gizi.net/cgibin, 07 Oktober 2009 pukul 18:22 Siswanto. Manajemen Persediaan. 2009:14hlm. http://fe.uajy.net/fs/as/?tag=inventory-theories, 20 Februari pukul 18.56 Soebagyo. Dasar-Dasar Operation Research. (Yogyakarta: BPFE UGM Press, 2000) Soeparno. Industri Pengolahan Daging Bagian Hilir Agribisnis. 2008:4hlm. http: www.depkominfo.go.id, 05 Oktober 2009 pukul 18:17 Sutono. Perencanaan dan Pengendalian Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku. 22 September, 2009:21hlm. http://infobuku.com, 19 Januari 2011 pukul 14:35 Tampubolon. Manajemen Operasional. (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2004)
Taryana, Nanang. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Produk Sepatu dengan Pendekatan Teknik Lot Sizing dalam Mendukung sistem MRP (Studi Kasus: PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Teknologi Industri Pertanian. 2005 Yamit, Zulian. Manajemen Persediaan. (Jakarta: Ekonisia, 2005) Zulkafarijah, Fien. Manajemen Persediaan. (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press, 2005)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan General Manager
National Sales Manager
Sales Manager (Wet Market)
Production Manager
Sales Manager (Modern Market)
PPIC Manager
Sales Manager (Horeca Market)
PD QC Manager
Promotion Manager
HRD & GA Manager
Sales Manager (Bandung)
Sales Manager (Surabaya)
Sales Manager (Yogjakarta)
Finance & Accounting Manager
Lampiran 2. Daftar Harga Produk PT. Dagsap Endura Eatore
Daftar Harga Produk PT. Dagsap Endura Eatore (Harga sudah termasuk PPN 10%) Daftar harga untuk setiap pembelian 3 box atau lebih No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box 1 Dagsap Beef Bacon 100 50 2 Dagsap Beef Bacon 1000 10
Rp/pack 11500 95000
Rp/box 575000 950000
No Merk 1 Yona 2 Yona 3 Yona 4 Yona 5 Yona 6 Yona 7 Yona 8 Yona 9 Yona 10 Yona
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 180 50 450 20 250 30 500 20 180 50 450 30
Rp/pack 14500 14500 20500 20500 9800 20500 16700 29500 10000 20000
Rp/box 290000 290000 307500 307500 490000 410000 501000 590000 500000 600000
No Merk 1 Pedan 2 Pedan 3 Pedan 4 Pedan 5 Pedan 6 Pedan 7 Pedan 8 Pedan 9 Pedan 10 Pedan 11 Pedan 12 Pedan
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 250 20 400 12 150 50 375 20 375 50 750 20 150 50 375 20
Rp/pack 11000 11000 15000 15000 11000 15000 7500 13500 13700 24500 6700 12500
Rp/box 220000 220000 225000 225000 220000 180000 375000 270000 685000 490000 335000 250000
No Merk 1 Hemato 2 Hemato 3 Hemato 4 Hemato 5 Hemato 6 Hemato 7 Hemato
Jenis Produk Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs Beef Burger Ekonomis
Varian (gram) Pack/box 500 12 400 12 375 27 750 15 375 27 750 15 225 40
Rp/pack 13000 11000 11000 18800 10500 18200 7500
Rp/box 156000 132000 297000 282000 283500 273000 300000
Daftar harga untuk pembelian 1 - 2 box No Merk Jenis Produk 1 Dagsap Beef Bacon 2 Dagsap Beef Bacon
Varian (gram) Pack/box 100 50 1000 10
Rp/pack 12500 97500
Rp/box 625000 975000
No Merk 1 Yona 2 Yona 3 Yona 4 Yona 5 Yona 6 Yona 7 Yona 8 Yona 9 Yona 10 Yona
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 180 50 450 20 250 30 500 20 180 50 450 30
Rp/pack 15500 15500 21500 21500 10800 21500 17700 30500 11000 21000
Rp/box 310000 310000 322500 322500 540000 430000 531000 610000 550000 630000
No Merk 1 Pedan 2 Pedan 3 Pedan 4 Pedan 5 Pedan 6 Pedan 7 Pedan 8 Pedan 9 Pedan 10 Pedan 11 Pedan 12 Pedan
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 250 20 400 12 150 50 375 20 375 50 750 20 150 50 375 20
Rp/pack 12000 12000 16000 16000 12000 16000 8500 14500 14700 25500 7700 13500
Rp/box 240000 240000 240000 240000 240000 192000 425000 290000 735000 510000 385000 270000
No Merk 1 Hemato 2 Hemato 3 Hemato 4 Hemato 5 Hemato 6 Hemato 7 Hemato
Jenis Produk Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs Beef Burger Ekonomis
Varian (gram) Pack/box 500 12 400 12 375 27 750 15 375 27 750 15 225 40
Rp/pack 14000 12000 12000 19800 11500 19200 8500
Rp/box 168000 144000 324000 297000 310500 288000 340000
Daftar harga untuk pembelian eceran No Merk Jenis Produk 1 Dagsap Beef Bacon 2 Dagsap Beef Bacon
Varian (gram) Pack/box 100 50 1000 10
Rp/pack 13500 100000
Rp/box 675000 1000000
No Merk 1 Yona 2 Yona 3 Yona 4 Yona 5 Yona 6 Yona 7 Yona 8 Yona 9 Yona 10 Yona
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 180 50 450 20 250 30 500 20 180 50 450 30
Rp/pack 16000 16000 22000 22000 11300 22000 18200 31000 11500 21500
Rp/box 320000 320000 330000 330000 565000 440000 546000 620000 575000 645000
No Merk 1 Pedan 2 Pedan 3 Pedan 4 Pedan 5 Pedan 6 Pedan 7 Pedan 8 Pedan 9 Pedan 10 Pedan 11 Pedan 12 Pedan
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 250 20 400 12 150 50 375 20 375 50 750 20 150 50 375 20
Rp/pack 12500 12500 16500 16500 12500 16500 9000 15000 15200 26000 8200 14000
Rp/box 250000 250000 247500 247500 250000 198000 450000 300000 760000 520000 410000 280000
No Merk 1 Hemato 2 Hemato 3 Hemato 4 Hemato 5 Hemato 6 Hemato 7 Hemato
Jenis Produk Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs Beef Burger Ekonomis
Varian (gram) Pack/box 500 12 400 12 375 27 750 15 375 27 750 15 225 40
Rp/pack 14500 12500 12500 20300 12000 19700 9000
Rp/box 174000 150000 337500 304500 324000 295500 360000
Daftar harga tertinggi di tangan konsumen No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box 1 Dagsap Beef Bacon 100 50 2 Dagsap Beef Bacon 1000 10
Rp/pack 14500 101000
Rp/box 725000 1010000
No Merk 1 Yona 2 Yona 3 Yona 4 Yona
Rp/pack 16500 16500 22500 22500
Rp/box 330000 330000 337500 337500
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15
No Merk 5 Yona 6 Yona 7 Yona 8 Yona 9 Yona 10 Yona
Jenis Produk Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 180 50 450 20 250 30 500 20 180 50 450 30
Rp/pack 11800 22500 18700 31500 12000 22000
Rp/box 590000 450000 561000 630000 600000 660000
No Merk 1 Pedan 2 Pedan 3 Pedan 4 Pedan 5 Pedan 6 Pedan 7 Pedan 8 Pedan 9 Pedan 10 Pedan 11 Pedan 12 Pedan
Jenis Produk Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Nuget Hot Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Baso Sapi 25 pcs Baso Sapi 50 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs
Varian (gram) Pack/box 250 20 250 20 400 15 400 15 250 20 400 12 150 50 375 20 375 50 750 20 150 50 375 20
Rp/pack 13000 13000 17000 17000 13000 17000 9500 15500 15700 26500 8700 14500
Rp/box 260000 260000 255000 255000 260000 204000 475000 310000 785000 530000 435000 290000
No Merk 1 Hemato 2 Hemato 3 Hemato 4 Hemato 5 Hemato 6 Hemato 7 Hemato
Jenis Produk Chicken Nuget Regular Chicken Sticky Sosis Sapi 6 pcs Sosis Sapi 15 pcs Sosis Ayam 6 pcs Sosis Ayam 15 pcs Beef Burger Ekonomis
Varian (gram) Pack/box 500 12 400 12 375 27 750 15 375 27 750 15 225 40
Rp/pack 16000 14000 13000 20800 12500 20200 9500
Rp/box 192000 168000 351000 312000 337500 303000 380000
Lampiran 3. Grafik Pola Permintaan Bahan Baku
Bulan Xi Xi-X Januari 5716 -1211.75 Februari 8245 1317.25 Maret 5862 -1065.75 April 5944 -983.75 Mei 6398 -529.75 Juni 6451 -476.75 Juli 5925 -1002.75 Agustus 6140 -787.75 September 8852 1924.25 Oktober 7986 1058.25 November 7471 543.25 Desember 8143 1215.25 Total 83133 0 Rata-rata (X) 6927.75 Sumber: Data primer (diolah), 2010
Simpangan baku
=
√
√
=
[Xi-X]2 1468338.1 1735147.6 1135823.1 967764.06 280635.06 227290.56 1005507.6 620550.06 3702738.1 1119893.1 295120.56 1476832.6 14035640 1169636.7
n
∑[X1 – X]2 i=1
n-1 14.035.640 11
= 1.129,58 Batas atas
= penjualan rata-rata + simpangan baku = 6.427,83 + 1.129,58 = 7.557,41
Batas bawah = penjualan rata-rata – simpangan baku = 6.427,83 - 1.129,58 = 5.298,25
Penjualan 4588 7514 5648 6425 5892 5584 5215 6472 7591 7643 7079 7483 77134 6427.833
Lampiran 4. Total Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore, Tahun 2009
No
Bulan
Pembelian Frekuensi (Kg) (kali) 1 Januari 5.716 3 2 Februari 8.245 4 3 Maret 5.862 5 4 April 5.944 5 5 Mei 6.398 6 6 Juni 6.451 5 7 Juli 5.925 6 8 Agustus 6.140 3 9 September 8.852 5 10 Oktober 7.986 3 11 November 7.471 6 12 Desember 8.143 6 Total 83.133 57 Rata-rata 6.927,75 4,75 Sumber: Data primer, 2010 (diolah)
Persediaan Rata-rata (Kg) 7.039 7.968,5 8.441 8.307,5 8.320 9.006,5 9.795 9.984 10.448,5 11.250,5 11.618 12.144 114.322,5 9.526,87
Biaya Pembelian (Rp) 205.776.000 296.820.000 211.032.000 213.984.000 230.328.000 232.236.000 213.300.000 221.040.000 318.672.000 287.496.000 268.956.000 293.148.000 299.2788.000 249.399.000
Biaya Biaya Pemesanan Penyimpanan (Rp) (Rp) 525.000 376.586,5 700.000 426.314,75 875.000 451.593,5 875.000 444.451,25 1.050.000 445.120 875.000 481.847,75 1.050.000 524.032.5 525.000 534.144 875.000 558.994,75 525.000 601.901,75 1.050.000 621.563 1.050.000 649.704 9.975.000 6.116.253,75 831.250 509.687,81
Total Biaya Persediaan (Rp) 206.677.586,5 297.946.314,8 212.358.593,5 215.303.451,3 231.823.120 233.592.847,8 214.874.032,5 222.099.144 320.105.994,8 288.622.901,8 270.627.563 294.847.704 3.008.879.254 250.739.937,8
Lampiran 5. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL Persediaan awal: 6475 kg Jenis Komponen Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg)
1 1147 5328
2 1147 4181
3 1147 3034
4 1147 1887
5 1878.5 8.5
6 1878.5
7 1878.5
8 1878.5
9 1412
10 1412
11 1412
12 1412
1878.5 1878.5 1878.5 19 1473
1878.5 1878.5 1412 20 1473
1412 1412 1412 21 1396
1412 1412 1412 22 1396
1412 1412 1412 23 1396
1412 1316.5 1606.25 24 1396
13 1606.25
14 1606.25
15 1606.25
16 1606.25
1870 17 1473
1870 1870 1878.5 18 1473
1606.25 1606.25 1606.25 25 1303.75
1606.25 1606.25 1606.25 26 1303.75
1606.25 1606.25 1606.25 27 1303.75
1606.25 1606.25 1473 28 1303.75
1473 1473 1473 29 1618
1473 1473 1473 30 1618
1473 1473 1473 31 1618
1473 1473 1396 32 1618
1396 1396 1396 33 1897.75
1396 1396 1396 34 1897.75
1396 1396 1396 35 1897.75
1396 1396 1303.75 36 1897.75
1303.75 1303.75 1303.75 37 1910.75
1303.75 1303.75 1303.75 38 1910.75
1303.75 1303.75 1303.75 39 1910.75
1303.75 1303.75 1618 40 1910.75
1618 1618 1618 41 1769.75
1618 1618 1618 42 1769.75
1618 1618 1618 43 1769.75
1618 1618 1897.75 44 1769.75
1897.75 1897.75 1897.75 45 1870.75
1897.75 1897.75 1897.75 46 1870.75
1897.75 1897.75 1897.75 47 1870.75
1897.75 1897.75 1910.75 48 1870.75
1910.75 1910.75 1910.75
1910.75 1910.75 1910.75
1910.75 1910.75 1910.75
1910.75 1910.75 1769.75
1769.75 1769.75 1769.75
1769.75 1769.75 1769.75
1769.75 1769.75 1769.75
1769.75 1769.75 1870.75
1870.75 1870.75 1870.75
1870.75 1870.75 1870.75
1870.75 1870.75 1870.75
1870.75 1870.75
Biaya pemesanan : 43 x 175.000 = 7.525.000 Biaya penyimpanan : 70.659 x 53,5 = 3.780.256,5 Biaya pembelian : 70.659 x 36.000 = 2.543.724.000 Biaya persediaan : 7.525.000 + 3.780.256,5 + 2.543.724.000 = 2.555.029.257
Lampiran 6. Perhitungan Teknik EOQ Bahan Baku Daging Sapi
Pemakaian Bahan Baku dalam setahun (D) sebanyak 77.134 kg Biaya pemesanan per pesanan (S) sebesar Rp 175.000 Biaya penyimpanan per kg per periode (H) sebesar 53,5
EOQ =
√
2 x 77.134 x 175.000 53,5
= 22.463,63 kg
Lampiran 7. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ Persediaan awal: 6475 kg Jenis Komponen Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg)
Biaya pemesanan Biaya penyimpanan Biaya pembelian Biaya persediaan
1 1147 5328
2 1147 4181
3 1147 3034
4 1147 1887
13 1606.25 3966.45
14 1606.25 2360.2
15 1606.25 753.95
16 1606.25 4763.6 852.3 5615.9
25 1303.75 3215.65
26 1303.75 1911.9
5615.9 27 1303.75 608.15
37 1910.75 178.35
38 1910.75 3883.5 1732.4 5615.9
5615.9
5615.9 39 1910.75 1972.75
5 1878.5 8.5
6 1878.5 3745.9 1870 5615.9
7 1878.5 1867.4
5615.9 17 1473 3290.6
18 1473 1817.6
5615.9 19 1473 344.6
28 1303.75 4920.3 695.6 5615.9
29 1618 3302.3
30 1618 1684.3
5615.9 31 1618 66.3
40 1910.75 62
41 1769.75 3908.15 1707.75 5615.9
42 1769.75 2138.4
5615.9 43 1769.75 368.65
5615.9
: 13 x 175.000 = 2.275.000 : 73.006,7 x 53,5 = 3.905.858,4 : 73.006,6 x 36.000 = 2.628.241.200 : 2.275.000 + 3.905.858,4 + 2.628.241.200 = 2.634.422.058
5615.9
8 1878.5 5604.8 11.1 5615.9
9 1412 4192.8
20 1473 4487.5 1128.4 5615.9
21 1396 3091.5
32 1618 4064.2 1551.7 5615.9
33 1897.75 2166.45
44 1769.75 4214.8 1401.1 5615.9
45 1870.75 2344.05
EOQ = 5615.9 kg 11 12 1412 1412 1368.8 5572.7 43.2 5615.9 5615.9 22 23 24 1396 1396 1396 1695.5 299.5 4519.4 1096.5 5615.9 5615.9 34 35 36 1897.75 1897.75 1897.75 268.7 3986.85 2089.1 1629.05 5615.9 5615.9 46 47 48 1870.75 1870.75 1870.75 473.3 4218.45 2347.7 1397.45 5615.9 5615.9 10 1412 2780.8
Lampiran 8. Perhitungan Metode POQ Bahan Baku Daging Sapi
EOQ Dagings sapi sebanyak 22.463,63 kg Permintaan rata-rata 6.427,8 kg Jumlah pesanan
= 22.463,63 6.427,8 = 3,5 = 4 periode
Lampiran 9. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ Persediaan awal: 6475 kg Jenis Komponen Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg)
Biaya pemesanan Biaya penyimpanan Biaya pemelian Biaya persediaan
1 1147 5328
2 1147 4181
3 1147 3034
4 1147 1887
5 1878.5 8.5
13 1606.25 8.5
14 1606.25 4694 1597.75
15 1606.25 3087.75
16 1606.25 1481.5
7047.5 17 1473 8.5
6291.75 6291.75 25 1303.75 8.5
5529.25 37 1910.75 8.5
7502
6 1878.5 5177.5 1870 7047.5
7 1878.5 3299
8 1878.5 1420.5
9 1412 8.5
18 1473 4350.5 1464.5
19 1473 2877.5
20 1473 1404.5
5842.25 21 1396 8.5
26 1303.75 4234 1295.25 5529.25
27 1303.75 2930.25
28 1303.75 1626.5
38 1910.75 5599.75 1902.25 7502
39 1910.75 3689
40 1910.75 1778.25
6751.75 41 1769.75 8.5
7180
: 11 x 175.000 = 1.925.000 : 70.667,5 x 53,5 = 3.780.711,25 : 70.667, 5 x 36.000 = 2.544.030.000 : 1.925.000 + 3.780.711,25 + 2.544.030.000 = 2.549.735.711
22 1396 4104.25 1387.5
POQ = 4 Periode 11 12 1412 1412 3026.75 1614.75
23 1396 2708.25
24 1396 1312.25
34 1897.75 5714.75 1889.25 7604
35 1897.75 3817
36 1897.75 1919.25
46 1870.75 3750 1862.25 5612.25
47 1870.75 1879.25
48 1870.75 8.5
5491.75
5815 5815 29 1618 8.5
10 1412 4438.75 1403.5 5842.25
30 1618 5142.25 1609.5 6751.75
31 1618 3524.25
32 1618 1906.25
5491.75 33 1897.75 8.5
42 1769.75 5418.75 1761.25 7180
43 1769.75 3649
44 1769.75 1879.25
7604 45 1870.75 8.5
5612.25
Lampiran 10. Penggabungan Periode Teknik PPB
Biaya pemesanan per pesanan sebesar Rp 175.000 Biaya penyimpanan per periode sebesar 53,5 Nilai EEP
= 175.500 53,5
= 3.271,02
Periode Jumlah Kebutuhan Lama Penggabungan Pesanan (kg) Penyimpanan 1 6475 1147 0 1,2 1147 1 1,2,3 1147 2 1,2,3,4 1147 3 5 3757 1878.5 0 5,6 1878.5 1 7 3290.5 1878.5 0 7,8 1878.5 1 9 2824 1412 0 9,10 1412 1 11 3018.25 1412 0 11,12 1412 1 13 3212.5 1606.25 0 13,14 1606.25 1 15 3079.25 1606.25 0 15,16 1606.25 1 17 2946 1473 0 17,18 1473 1 19 2869 1473 0 19,20 1473 1 21 4188 1396 0 21,22 1396 1 21,22,23 1396 2 24 3911.25 1396 0 24,25 1303.75 1 24,25,26 1303.75 2 27 2921.75 1303.75 0 27,28 1303.75 1 29 3236 1618 0 29,30 1618 1 31 3515.75 1618 0 31,32 1618 1 33 3795.5 1897.75 0 33,34 1897.75 1
Periode Bagian 0 1147 2294 3441 0 1878.5 0 1878.5 0 1412 0 1412 0 1606.25 0 1606.25 0 1473 0 1473 0 1396 2792 0 1303.75 2607.5 0 1303.75 0 1618 0 1618 0 1897.75
Akumulasi Periode 0 1147 3441 6882 0 1878.5 0 1878.5 0 1412 0 1412 0 1606.25 0 1606.25 0 1473 0 1473 0 1396 4188 0 1303.75 3911.25 0 1303.75 0 1618 0 1618 0 1897.75
Periode Jumlah Kebutuhan Lama Penggabungan Pesanan (kg) Penyimpanan 35 3808.5 1897.75 0 35,36 1897.75 1 37 3821.5 1910.75 0 37,38 1910.75 1 39 3680.5 1910.75 0 39,40 1910.75 1 41 3539.5 1769.75 0 41,42 1769.75 1 43 3640.5 1769.75 0 43,44 1769.75 1 45 3741.5 1870.75 0 45,46 1870.75 1 47 1870.75 1870.75 0 47,48 1870.75 1
Periode Bagian 0 1897.75 0 1910.75 0 1910.75 0 1769.75 0 1769.75 0 1870.75 0 1870.75
Akumulasi Periode 0 1897.75 0 1910.75 0 1910.75 0 1769.75 0 1769.75 0 1870.75 0 1870.75
Lampiran 11. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB Persediaan awal: 6475 kg
POQ = 3271.02 kg
Jenis Komponen Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) Kebutuhan Kotor (Kg) Persediaan ditangan (Kg) Kebutuhan Bersih (Kg) Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg)
Biaya pemesanan Biaya penyimpanan Biaya pembelian Biaya persediaan
1 1147 5328
2 1147 4181
3 1147 3034
4 1147 1887
13 1606.25 8.5
14 1606.25 1614.75 1597.75 3212.5
15 1606.25 8.5
16 1606.25 1481.5 1597.75 3079.25
3212.5 25 1303.75 2616 1295.25 3911.25 37 1910.75 8.5
3821.5
26 1303.75 1312.25
38 1910.75 1919.25 1902.25 3821.5
3079.25 27 1303.75 8.5
2921.75 39 1910.75 8.5
3680.5
5 1878.5 8.5
3757 17 1473 8.5
2946 29 1618 8.5
28 1303.75 1626.5 1295.25 2921.75 40 1910.75 1778.25 1902.25 3680.5
3236 41 1769.75 8.5
3539.5
: 21 x 175.000 = 3.675.000 : 70.667,5 x 53,5 = 3.780.711,3 : 70.667,5 x 36.000 = 2.544.030.000 : 3.675.000 + 3.780.711 + 2.544.030.000 = 2.551.485.711
6 1878.5 1887 1870 3757 18 1473 1481.5 1464.5 2946 30 1618 1626.5 1609.5 3236 42 1769.75 1778.25 1761.25 3539.5
7 1878.5 8.5
3290.5 19 1473 8.5
2869 31 1618 8.5
3515.75 43 1769.75 8.5
3640.5
8 1878.5 1420.5 1870 3290.5 20 1473 1404.5 1464.5 2869 32 1618 1906.25 1609.5 3515.75 44 1769.75 1879.25 1761.25 3640.5
9 1412 8.5
2824 21 1396 8.5
4188 33 1897.75 8.5
3795.5 45 1870.75 8.5
3741.5
10 1412 1420.5 1403.5 2824 22 1396 2800.5 1387.5 4188 34 1897.75 1906.25 1889.25 3795.5 46 1870.75 1879.25 1862.25 3741.5
11 1412 8.5
3018.25 23 1396 1404.5
35 1897.75 8.5
3808.5 47 1870.75 8.5
1870.75
12 1412 1614.75 1403.5 3018.25 24 1396 8.5
3911.25 36 1897.75 1919.25 1889.25 3808.5 48 1870.75 8.5 1862.25 1870.75
Lampiran 12. Penghematan Biaya Persediaan Bahan Baku dengan metode MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB
N
M
o
eto de
Frek Kuantitas Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan (kali) (kg) (Rp) (%) (Rp) (%) 1. LFL 14 12.474 2.450.000 24.56 2.335.897,2 38.19 2. EOQ 44 10.126,3 7.700.000 77.19 2.210.295,2 36.13 3. POQ 46 12.465,5 8.050.000 80.70 2.335.442,4 38.18 4. PPB 36 12.465.5 6.300.000 63.15 2.335.442,4 38.18 Sumber: Data Primer, 2010 (diolah)
Biaya Pembelian (Rp) (%) 449.064.000 15.00 364.546.800 12.18 448.758.000 14.99 448.758.000 14.99
Biaya Persediaan (Rp) (%) 453.849.897,2 15.08 374.457.095,3 12.44 459.143.442,4 15.25 457.393.442,4 15.20