PENGARUH PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN KINERJA KEUANGAN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
MARFIANSYAH 208082000068
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 M / 1432 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi Nama Tempat dan Tanggal lahir Status Alamat Handphone Email NPWP
: Marfiansyah : Jakarta, 18 maret 1987 : Belum Nikah : Gg Jami No.56 Rt 003/001 Kel. Pondok Aren Kec. Pondok Aren, Tangerang 15224 : 0857 1423 1413 :
[email protected] : 77.104.648.9-411.000
Riwayat Pendidikan SD Negeri 02 Pondok aren, tahun 1993-1998 melanjutkan di SD Negeri Balun 3 Cepu, Jawa tengah, tahun 1998-1999, lulus berijazah. SLTP Negeri 177 Jakarta Selatan, tahun 1999-2002, lulus berijazah. SMA Negeri 90 Jakarta Selatan, tahu 2002-2005, lulus berijazah. UIN Syarif-Hidayatullah Jakarta, Jurusan akuntansi 2005-2007 Reguler. UIN Syarif-Hidayatullah Jakarta, Jurusan akuntansi 2008-2011 NonReguler. Seminar dan Pelatihan Kajian Ekonomi Islam Ramadhan (P3EI dan Lisensi) 10-15 oktober 2005 Seminar “analisis kebutuhan dunia kerja” (Lisensi) 7 maret 2006 Seminar Introduction to Capital Market (BEM FEIS) 19 april 2006 Workshop Perbankan Syariah (BEM FEIS Non-Reguler) 29 april 2006 Lokakarya Nasional (BEM Jurusan Muamalat Se-Jabodetabek) 16-17 mei 2006 Seminar “lawan Dolar Dengan Dinar” (LDK Syahid) 31 mei 2006 Seminar “Akuntansi Syariah Menjawab Tantangan Global”, 21 desember 2006 Seminar “Potensi Lembaga Keuangan Sosial Islam dalam Sistem Keuangan Syariah di Indonesia”, 17 januari 2007 Workshop Audit Investigatif “Enhancement of Attitude and Ethics to Prevent and Avoid Fraudulent”, 24-25 November 2009 Pengalaman Kerja Loan Advisor of Citifinancial Citibank, September 2005-Februari 2006 Reqruiter of user at PT Deka Marketing and Research, Maret 2006Agustus 2006 Credit Marketing Officer (CMO) PT Paramitra Multifinance, 2008 Sales Marketing at PT Bank Danamon Tbk., Juli 2008-Desember 2008 Telemarketing Officer at The Royal Bank of Scotland (RBS) 2009 Micro Analys at PT Bank Syariah Mandiri 2010 – sekarang.
ABSTRACT
The purpose of this research is to examine the impact of Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loan (NPL) and Return On Assets (ROA), to the Company Value. To examine the most dominant independent variables impact to the Company value. The population in this research are bankings company listing on Indonesian Stock Exchange at 2007-2009. This samples are choose with purposive sampling and multiple regression analysis to examine hypothesis. The result of this research showed that Corporate Social Responsibility (CSR) and capital Adequacy Ratio (CAR) are significant positive impact to the Company Value. Non Performing Loan (NPL) and Return On Asset (ROA) are not significant to the Company Value. In the simultant examine, the independent variables are positive significant impact to the Company Value.
Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA) and Company Value (Tobin's Q)
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return on Aset (ROA) terhadap Nilai Perusahaan. Untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang paling dominan mempengaruhi Nilai Perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Penelitian ini memilih sampel dengan purposive sampling dan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Secara simultan, variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Kata kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA) dan Nilai Perusahaan (Tobin‟s Q)
KATA PENGANTAR
Assaalamu‟alaikum wr. wb. alhamdulillahi Rabbil‟ alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit. Atas berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dan telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju jalan cahaya, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutpengikutnya hingga akhir zaman. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Kedua orang tuaku tercinta (Abdul Hafidz dan Nuning Sri Purwaningsih), atas kasih sayang dan do‟a yang tak pernah henti. Terima kasih juga untuk nenek tercinta (Ibu Ismiati), adik (Ardi), om Agus, tante Sri, om Iwan, tante Lina serta keluarga besar kakek Abdul Majid (alm.).
2.
Habib Hasan bin Ja‟far Assegaf beserta keluarganya dan para kru dari Majelis Nurul Mustofa Jakarta.
3.
Habib Munzir Al Musawwa beserta keluarga dan kru dari Majelis Rosulullah.
4.
Ustadz Yusuf Mansur. Terima kasih telah membuka mata saya untuk selalu bersedekah disaat senang dan susah sehingga selalu ada rizqi yang datang dari
arah yang tidak disangka-sangka terutama saat menjelang pembayaran kuliah awal semester. Alhamdulillah, semoga ustadz selalu dalam bimbingan dan ridho Allah SWT. Amin. 5.
Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.
6.
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ucapkan terima kasih atas support yang telah Bapak berikan selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.
7.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing I Skripsi. Saya ucapkan terima kasih atas support yang telah Bapak berikan selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.
8.
Ibu Rini, SE.,Ak.,M.Si selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen penbimbing II skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaranya dan keikhlasanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
9.
Ibu Rahmawati, SE., MM selaku dosen yang ramah, terima kasih atas perhatian ibu selama ini. Semoga tetap tersenyum.
10. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si selaku dosen yang memberikan arahan terbaik untuk mahasiswa. Terima kasih banyak. 11. Para Dosen UIN Jakarta FEB Non Reguler yang telah mengajar dan mendidik peneliti selama menjadi mahasiswa di FEB Non Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada peneliti dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman. Amin. 12. Semua saudara sepupu, aa‟ Ipan, mba Eva, Iksan, Irma, Iwan, mba Eka, Ela, Fanny, Bertha, Adit, Mila, Zidan, Syifa, Tomi, Ferin, Azya, Teddy, Azzahra, Haikal, Jihan, Rizqi, Putri.
13. Seluruh staf bagian akademik dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis terima kasih atas keramahanya dalam memberikan pelayanan. Untuk mas Aziz, mpok Heni, mba Ani dan mas Afried, terima kasih atas bantuannya selama ini. 14. Kepada sahabat seperjuangan dalam penyusunan skripsi Pak Trimo, Ilham, Tomi, Misbah dll. Semoga persahabatan yang sudah kita jalin tetap abadi. 15. Kepada teman-teman di kelas manajemen dan akuntansi
angkatan 2005
Reguler, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. 16. Kepada teman-teman di kelas Akuntansi Non-Reguler angkatan 2008, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. Tetap semangat!!! 17. Terima kasih tidak lupa peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Demikianlah dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan penulisan, peneliti mengharapkan saran dan kritik membangun untuk skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Terima kasih. Wassalaamu‟alaikum wr. wb.
Tangerang, Juni 2011
Marfiansyah
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ............................................................................ i Lembar Pengesahan Komprehensif ............................................................... ii Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ................................................................. iii Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................. iv Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... v Abstact ............................................................................................................... vi Abstrak .............................................................................................................. vii Kata Pengantar ................................................................................................ viii Daftar Isi ........................................................................................................... xi Daftar Tabel ...................................................................................................... xii Daftar Gambar ................................................................................................. xiii Daftar Lampiran .............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 15 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 15 D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan .............................................. 17 B. Prinsip, Model, dan Tipe Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ..... 22 C. Alasan Pengungkapan Sosial ........................................................ 25 D. Cara Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ............ 27 E. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Keuangan........................................................................................ 33 F. Kinerja Keuangan Perbankan ....................................................... 38 G. Nilai Perusahaan ........................................................................... 42
H. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 44 I.
Kerangka Pemikiran ..................................................................... 49
J. Hipotesis ....................................................................................... 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 54 B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 54 C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 55 D. Metode Analisis ............................................................................. 56 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 56 a. Uji Normalitas Data ............................................................. 56 b. Uji Multikolonieritas ............................................................ 57 c. Uji Heterokedastisitas .......................................................... 57 d. Uji Autokorelasi ................................................................... 58 2. Uji Hipotesis ............................................................................ 59 a. Metode Regresi linear ....................................................... 59 b. Koefisien determinasi (R2) ................................................ 60 c. Uji regresi parsial (Uji Statistik t) ..................................... 60 d. Uji regresi simultan (Uji Statitistik F) ............................... 60 E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ...................... 61 1. Variabel Independen ................................................................ 61 2. Variabel dependen ..................................................................... 64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian .............................................. 66 1. Bank Artha Graha International Tbk ........................................ 66 2. Bank Bumiputera Indonesia Tbk ............................................. 68 3. Bank Central Asia Tbk ............................................................. 69 4. Bank Danamon Indonesia Tbk ................................................. 69 5. Bank International Indonesia Tbk ............................................ 70 6. Bank Kesawan Tbk .................................................................. 70 7. Bank Mandiri (persero) Tbk ..................................................... 72
8. Bank Mayapada Tbk ................................................................ 72 9. Bank Mega Tbk ........................................................................ 73 10. Bank Negara Indonesia Tbk ..................................................... 75 11. Bank NISP Tbk ........................................................................ 77 12. Bank Nusantara Parahyangan Tbk ........................................... 79 13. Bank Permata Tbk .................................................................... 80 14. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk ...................................... 82 15. Bank Swadesi Tbk ................................................................... 83 16. Bank Victoria International Tbk .............................................. 86 B. Analisis Deskriptif Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) Terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) ................................................................ 89 C. Hasil dan Pembahasan .................................................................. 95 1. Uji Asumsi Klasik .................................................................... 95 2. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................ 100 D. Intrepretasi .................................................................................... 107
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................... 108 B. Implikasi ....................................................................................... 109 C. Saran ............................................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ....... 30
2.2
Perbandingan Penelitian Terdahulu ................................................ 47
3.1
Pengukuran Operasional Variabel Penelitian ................................... 65
4.1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ..................................... 88
4.2
Corporate Social Responsibility (CSR) Tahun 2007 - 2009 ........... 89
4.3
Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2007-2009 ......................... 90
4.4
Non Performing Loan (NPL) Tahun 2007-2009 ............................. 92
4.5
Return On Asset Tahun 2007-2009 ................................................. 93
4.6
Nilai Perusahaan (Tobin‟s Q) Tahun 2007-2009 ............................ 94
4.7
Uji Multikolinieritas ......................................................................... 95
4.8
Uji Kolmogorov . ............................................................................. 98
4.8
Uji Autokorelasi .............................................................................. 99
4.9
Uji Regresi Linier Berganda ........................................................... 100
4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi ...................................................... 103
4.11
Uji F (Simultan) ............................................................................... 103
4.10
Uji t (Parsial) .................................................................................... 105
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Hal
2.1
Kerangka Pemikiran ........................................................................ 49
4.1
Uji Normalitas ................................................................................. 97
4.2
Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 99
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Hal
1
Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ..................................... 117
2
Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel ....................................... 118
3
Hasil Perhitungan SPSS 16.0 ......................................................... 123
BAB I PENDAHULUAN
E. Latar Belakang Penelitian Menurut Lindrawati et. al (2008: 1), salah satu isu yang menarik dan menjadi pusat perhatian saat ini adalah masalah yang berkaitan dengan ethics dan tanggung jawab moral perusahaan terhadap eksistensinya dalam masyarakat, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility sebenarnya telah lama dikenal dan diperbincangkan sejak akhir abad ke-20, hingga kini belum ada pengertian tunggal tentang CSR. Sebenarnya CSR merupakan bagian strategi jangka panjang sebuah korporasi. Hal ini disebabkan paradigma lama yang dulu sering digunakan perusahaan, yaitu mengejar keuntungan semata dan menutup mata terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung
jawab
sosial
perusahaan
atau
Corporate
Social
Responsibility adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan kewajiban dalam kebijakan publik. Tujuan dari adanya corporate social responsibility yaitu sebagai wujud tanggung jawab
sosial
perusahaan
karena
dampak-dampak
lingkungan
yang
ditimbulkannya. Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin meningkat serta memburuknya kesehatan masyarakat memicu perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian yang penting dalam
strategi perusahaan dalam berbagai sektor dimana terjadi ketidakkonsitenan antara keuntungan perusahaan dan tujuan sosial, atau perselisihan yang dapat terjadi karena isu-isu tentang kewajaran yang berlebihan (Ismail Solihin, 2009). Jadi tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. Tanggung jawab sosial juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan. Menurut Chotib (2008) dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah Archid B. Caroll mengembangkan tiga komponen penting dalam sustainable development yaitu 3P, singkatan dari Profit, Planet, and People. Maksudnya, perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi semata (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people). Hal ini sejalan dengan Wibisono (2007) dimana saat ini dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Dengan dasar pemikiran bahwa dengan menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan
dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Perusahaan tidak akan mengesampingkan kepentingan pekerja, konsumen, masyarakat, pemerintah, dan lingkungan. Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. Menghadapi permasalahan tersebut, perusahaan mulai melihat serius pengaruh dimensi sosial dan lingkungan pada setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukan suatu pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan keberlanjutan. Perkembangan Corporate Social Responsibility secara konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal berikut: (1). Maraknya fenomena “take over” antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan rekayasa finansial. (2). Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara-negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: hak asasi manusia, kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap buruh. (4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya lembaga sosial masyarakat (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil. (5)
Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan. Di Indonesia sendiri, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an, dan baru-baru ini mengalami perhatian yang cukup besar dari berbagai kalangan. Aksi tanggung jawab sosial ini sudah lama dilakukan oleh berbagai industri di Indonesia. Banyak paradigma yang bermunculan yang menganggap bahwa tanggung jawab sosial perusahaan hanyalah sebuah pelayanan sosial yang bersifat sukarela yang muncul sebagai cost center perusahaan atau semacam pajak tambahan yang memberatkan perusahaan. Menurut Wibisono (2007: 35), Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki dimensi yang lebih rumit dari sekedar analisis rugi-laba sebagai profit center dan merupakan investasi jangka panjang perusahaan. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, maka masyarakat akan ikut menjaga eksistensi perusahaan. Kebanyakan isu yang beredar dan penelitian sebelumnya mengenai penerapan tanggung jawab sosial biasanya hanya pada perusahaan yang memiliki tingkat resiko terhadap dampak lingkungan atas aktivitas operasional perusahaan seperti perusahaan manufaktur dan pertambangan. Padahal penerapan tanggung jawab sosial tidak hanya dibatasi oleh jenis industri dan seberapa besar ukuran suatu perusahaan. Perusahaan yang memberikan jasa kepada para konsumennya seperti perbankan juga dapat menerapkan tanggung jawab sosial, hal ini didasari bahwa bank sebagai institusi keuangan juga mempunyai kontribusi penting dalam kondisi keuangan nasional dan
mempunyai hubungan yang erat dengan para stakeholdersnya seperti investor, calon investor, dan pemerintah dalam penyediaan informasi dalam kegiatan sosial mereka (Karlina, 2009). Hozi (2009) menyatakan bahwa pelaksanaan Corporate Social Responsibility dapat menjadi suatu strategi bisnis yang baik bagi bank untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra. Perbankan yang ingin tetap mempertahankan eksistensinya dalam perbankan nasional, selain mengejar keuntungan (profit), bank juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah (miskin) khususnya di lingkungan sekitar. Menurut Ratnawati (2008), Corporate Social Responsibility bagi sebagian perusahaan merupakan penyeimbang antara kepentingan perusahaan dan masyarakat. Corporate Social Responsibility juga merupakan wujud nyata paradigma bahwa bisnis tidak hanya berjalan atas kepentingan pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk stakeholders. Perusahaan tidak akan mengesampingkan kepentingan pekerja, konsumen, masyarakat, pemerintah, dan lingkungan. Pemikiran yang sama juga diterapkan pada industri perbankan. Corporate social Responsibility pada sektor perbankan dianggap sebagai suatu kebutuhan. Bahkan Bank Indonesia (BI) sebagi bank sentral mewajibkan bank melakukan program Corporate Social Responsibility, terutama di bidang pendidikan. Seperti halnya penelitian mengenai penerapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan perbankan islam yang diteliti oleh Harahap dan Gunawan (2005) dalam Karlina (2009) yang
menganalisis pemeriksaan tanggung jawab sosial dan pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan bank islam di tiga negara. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan sebagai institusi keuangan juga peduli dalam menerapkan Corporate Social Responsibility. Seperti yang telah disebutkan diatas Corporate Social Responsibility merupakan
isu-isu
yang
strategis.
Pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility merupakan kunci strategi perusahaan (Ismail Solihin, 2009) sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak informasi Corporate Social Responsibility terhadap tingkah laku investor. Corporate Social Responsibility akan menjadi strategi bisnis yang yang tidak dapat dipisahkan dalam perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Ismail Solihin, 2009). Selain itu, di Indonesia, penggunaan laporan tahunan sebagai media komunikasi antara perusahaan dengan stakeholders juga masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Perusahaan asing di Indonesia diduga memiliki pengungkapan sosial pada laporan tahunan yang lebih luas daripada perusahaan lokal, karena investor asing di Indonesia pada umumnya membutuhkan serta menuntut informasi sosial yang luas. Pengungkapan informasi sosial pada laporan tahunan sangat dibutuhkan oleh para investor asing tersebut untuk membuat keputusan investasi. Hal ini disebabkan karena umumnya investor asing mau berinvestasi pada daerah yang aman, tidak banyak klaim (tuntutan) baik dari komunitas
masyarakat sekitar, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun pemerintah. Sehingga, investor asing dalam membuat keputusan investasi tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ekonomi dan keuangan, tetapi juga pada pertimbangan sosiologis. Selain melihat profit, mereka juga melihat tanggung jawab perusahaan pada stakeholders selain pemegang saham. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagaimana tertulis dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2004) paragraf kesembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Pernyataan PSAK di atas merupakan manifestasi kepedulian akuntansi akan masalah-masalah sosial yang merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan . Pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena sosial baru, melainkan merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu lingkungan di akhir 1980-an (Hendrik Budi Untung, 2008). Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang memuat tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Pasal 1 ayat 3, dan pada Pasal 66 mengenai laporan tahunan, dalam ayat 2(c) disebutkan laporan
pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, mengharuskan adanya pertanggungjawaban sosial serta pengungkapannya disetiap perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Besarnya dampak sosial perusahaan tergantung pada jenis atau karakteristik operasi perusahaan. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggungjawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan tanggungjawab sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan soial dalam laporan tahunan (Mirfazli dan Nurdiono, 2007). Pengungkapan pertanggungjawaban sosial (CSR Disclosure) kini dikaitkan dengan kinerja keuangan (financial performance). Apakah memang benar, adanya biaya sosial yang dikeluarkan dapat memberikan kontribusi pada keuntungan perusahaan atau tidak? Dan pemahaman ini menjadi salah satu perdebatan di tingkat manajer, apakah mereka telah secara sistematis kehilangan peluang keuntungan (miss profit opportunity) jika para manajer memutuskan untuk berlawanan dengan perlindungan lingkungan yang alami (King dan Lenox, 2002, dalam Arx dan Ziegler, 2008). Dilling (2008) dalam Efendi (2009) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh pencantuman pada Dow Jones Sustainability World Index (DJSI World) terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut memberikan pandangan baru mengenai bukti empiris dalam reaksi harga saham (stock price reaction). Dengan tahun sampel antara 2002 sampai dengan 2005, dan sampel sebanyak 116 perusahaan yang terdaftar di DJSI World.
Hasil dari penelitian yang dilakukan Dilling tersebut adalah, pada dua tahun awal, harga saham bereaksi positif ketika pertama kali pengumuman terdaftarnya perusahaan sampel dan pengaruhnya menurun setelah tahun selanjutnya. Namun menurut Dilling, tidak ada perbedaan reaksi investor pada pencantuman
perusahaan
ke
DJSI
World
untuk
beberapa
negara.
Kesimpulannya pelaporan CSR membuat investor dan stakeholder sulit menampung informasi untuk menentukan kualitas pelaporan CSR. Nelling dan Webb (2006) menyimpulkan bahwa menguatnya performance harga pasar saham dalam menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek Corporate Social Responsibility khususnya hubungan karyawan
(employee
Responsibility
tidak
relations),
namun
mempengaruhi
aktivitas
kinerja
Corporate
keuangan.
Social
Mereka
juga
mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility digerakkan lebih dari karakteristik perusahaan yang tidak dapat diobservasi daripada dengan kinerja keuangan. DeMaCarty (2009) membuat penelitian dengan judul ”Financial Returns of Corporate Social Responsibility, and the Moral Freedom and Responsibility of Business Leaders“, dan hasilnya dari penelitian tersebut bahwa Corporate Social Responsibility bukan terletak pada pengaruh utama, melainkan kemampuan manajemen (management skill). Manajer yang memiliki
kemampuan
lebih,
bertanggungjawab
atau
tidak,
sanggup
menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atau mendapatkan kredit yang
lebih besar dalam ketidaksempurnaan perhitungan dari Corporate Social Responsibility. Yuningsih
(2008)
melakukan
pengujian
mengenai
pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan publik, dengan sampel penelitian sebanyak 20 perusahaan terbesar berdasarkan nilai kapitalisasi pasar yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan mempengaruhi secara signifikan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial. Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor. Zubaidah (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya sosial pada kinerja keuangan pada perusahaan semen yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dan hasilnya menjelaskan bahwa biaya sosial memiliki pengaruh yang kuat pada kinerja keuangan. Dengan biaya Corporate Social Responsibility yang digunakan seperti biaya gaji, biaya air bersih, biaya bonus, dan biaya promosi. Dan biaya gaji adalah faktor Corporate Social Responsibility yang paling kuat dalam mempengaruhi kinerja keuangan.
Saleh et. al (2008) melakukan pengujian empiris mengenai hubungan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan kinerja keuangan dalam Pasar Terbuka yang berada di Malaysia, dengan menggunakan longitudinal data analysis. Hasilnya adalah terdapat sedikit bukti (evidence) dari pengaruh signifikan Corporate Social Responsibility dalam kinerja keuangan dalam hubungan jangka panjang. Brine et. al (2007) dalam Efendi (2009) melakukan pengujian Corporate Social Responsibility and Financial Performance dalam konteks Australia, beberapa penggerak ekonomi untuk telah mereka temukan yang mungkin dapat dijelaskan dari pemungutan sukarela oleh beberapa perusahaan. Hasil pertama mereka menerangkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan diantara Corporate Social Responsibility dengan kinerja keuangan. Rosmasita (2007) melakukan pengujian pengaruh faktor-faktor perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan dengan memasukkan unsur kepemilikan manajemen, dalam sampel sebanyak 113 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasilnya menyatakan bahwa faktor-faktor perusahaan mempengaruhi pengungkapan sosial dan variabel kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan. Wirakusuma dan Yuniasih (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Coprporace Governance sebagai
variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut antara lain adalah Return On Asset (ROA) positif mempengaruhi nilai perusahaan; pengungkapan CSR terbukti berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan nilai perusahaan; dan, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan. Sembiring (2005) telah melakukan penelitian empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya berupa ukuran perusahaan, karakteristik dan jumlah dari jajaran komisioner memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tetapi profitabilitas dan leverage tidak menunjukkan efek positif. Tsoutsoura (2004) dalam proyek aplikasi keuangan juga melakukan pengujian ”Corporate Social Responsibility and Financial Performances”, didasari dengan metode empiris dan data diambil dari rentang waktu 1996 sampai 2000 yang termasuk juga dalam S&P 500. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan statistik yang signifikan, mendukung pandangan dari aktivitas pertanggungjawaban sosial (CSR) dapat dijadikan salah satu bagian keuntungan. Mahoney dan Roberts (2002) dalam Efendi (2009) juga melakukan penelitian diantara hubungan sosial dan lingkungan perusahaan terhadap pengaruhnya dalam kinerja keuangan dan instritusi kepemilikan, dengan menggunakan panel data selama empat tahun dari sampel perusahaan yang berada di Canada (Canadian Firms). Mereka menemukan hubungan positif
antara kinerja lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ditambah lagi, hubungan positif antara aktivitas sosial perusahaan dengan institusi kepemilikan dalam bentuk saham (shares). Dari hasil-hasil yang mereka temukan, mereka berargumen bahwa aktivitas sosial berhubungan positif dalam kesuksesan perusahaan. Beberapa bursa sudah menerapkan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mengimplementasikan Corporate Social Responsibility. New York Stock Exchange telah memiliki Dow Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai Corporate Social Responsibility yang baik. DJSI mulai dipraktekkan sejak tahun 1999. begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) mempunyai FTSE4Good sejak 2001. Belakangan, inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti Hanseng Stock Exhange dan Singapore Stock Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks
tersebut
memacu
investor
global
untuk
menanamkan
investasinya hanya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk dalam indeks tersebut. Suatu analisa perlu adanya dasar teori dan acuan yang tepat dalam melakukan penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat teori-teori pendukung dan berdasarkan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisa kembali dari penelitian terdahulu dengan sedikit perbedaan yang dapat menjadi analisis yang baru.
Adapun perbedaan dari analisis kali ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 1. Pada penelitian terdahulu variabel independennya terdiri dari CSR dan Good Corporate Governance. Sedangkan pada penelitian ini variabel independennya terdiri dari CSR dan kinerja keuangan. 2. Pada penelitian terdahulu menganalisa perusahaan yang berada pada sektor manufaktur, sedangkan pada penelitian ini menganalisa perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Pada penelitian terdahulu menganalisa pada periode tahun 2005-2006, sedangkan pada penelitian ini menganalisis pada periode tahun 2007-2009. Berdasarkan kajian dan paparan penelitian terdahulu yang telah disebutkan, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bukti empiris pada sektor perbankan dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi banyak pihak mengenai penerapan tanggung jawab sosial sebagai suatu kebutuhan bisnis dan bukan sebagai biaya tambahan yang dikeluarkan perusahaan sehingga dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang.
F. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), mempengaruhi Nilai Perusahaan (Tobin„s Q)? 2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi Nilai Perusahaan? G. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjawab permasalahan yang telah disebutkan diatas. Adapun tujuan tersebut adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), terhadap Nilai Perusahaan (Tobin„s Q). 2. Untuk
menganalisis
variabel
independen
yang
paling
dominan
mempengaruhi Nilai Perusahaan. H. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain: 1. Manfaat bagi perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam memahami peranan praktek pertanggungjawaban sosial atau
corporate social responsibility dan analisis kinerja keuangan yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan (bank). 2. Bagi Calon Investor Dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang laporan keuangan tahunan khususnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (perbankan) dan kinerja keuangan sehinggga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan investasi. 3. Bagi Pemerintah Sebagai acuan untuk membuat regulasi atau peraturan perundangundangan dalam pengawasan perusahaan dalam penerapan aktivitas pertanggungjawaban sosial. Agar dampak negatif dari operasi perusahaan terhadap lingkungan sekitar dapat berkurang. 4. Manfaat bagi dunia akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitianpenelitian sebelumnya mengenai praktik pertanggungjawaban sosial atau corporate social responsibility dan kinerja keuangan berkaitan dengan nilai perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Tanggung jawab sosial perusahaan dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responbilities of The Businessman. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris dikalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan
publik
terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang Ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak CSR (Untung, 2008: 3). Dalam buku itu Bowen memberikan definisi awal dari CSR sebagai: “… obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those line of action wich are desirable in term of the objectives and values of our society”. Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis (Rajafi dan Irianto, 2007) yang memperkenalkan konsep “Iron Law of Social Responsibility”. Dalam konsepnya, Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau ukuran perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya (Untung, 2008: 4).
Diantara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas Corporate social responsibility (CSR) di Indonesia masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang
dilaksanakannya
(http://donhangga.com).
Karena
sebelumnya,
perusahaan-perusahaan biasa menggunakan istilah Community Development. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan yang diberikan adalah Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best Environmental Reporting Award, dan Best Website (http://donhangga.com) dalam Efendi (2009:5). Pada tahun 2006, kategori penghargaan ditambah menjadi Best Sustainability Reports Award, Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best Website, Impressive Sustainability Report Award, Progressive Social Responsibility Award, dan Impressive Website Award. Pada tahun 2007, kategori diubah dengan menghilangkan kategori impressive dan progressive dan menambah penghargaan khusus berupa Commendation for Sustainability Reporting: First Time Sutainability Report. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA (http://donhangga.com).
Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR)
melibatkan
tanggung
jawab
kemitraan
antara
pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders (Nurlela dan Islahuddin, 2008: 5). Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (Wikipedia, 2008). Berikut adalah beberapa definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan: 1. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam Pasal 1 butir 3 disebutkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat sekitarnya. 2. Menurut World Business Council for Sustainable Development Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility merupakan komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi
seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya (Tunggal,2008: 25). 3. Menurut The World Bank Group Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility komitmen
bisnis
untuk
memberikan
kontribusi
agar
dapat
mengembangkan kelangsungan ekonomi, bekerja dengan para pegawainya dan anggota mereka, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup, dalam jalan menuju antara baik untuk bisnis dan baik untuk peningkatan (Tunggal,2008). Beberapa ahli telah mendefinisikan akuntansi sosial ekonomi, antara lain: 1. Menurut Ahmed Belkaoui (1998) dalam Retno Anggraini (2006), akuntansi
pertanggungjawaban
sosial
adalah
proses
pengurutan,
pengukuran, dan pengungkapan pengaruh yang kuat dari pertukaran antara suatu perusahaan dan lingkungan sosialnya. 2. Menurut Haniffa, akuntansi sosial ekonomi (Rusmanto, 2004) adalah ekspresi dari tanggung jawab sosial perusahaan, melalui pengungkapan pelaporan aktivitas sosial perusahaan dapat menunjukkan apa yang telah mereka capai dan penuhi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah alat yang berfungsi untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menilai dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, baik social cost maupun social benefit, dan mengkomunikasikannya kepada
stakeholder, yaitu stockholder, karyawan, masyarakat, pemasok dan pemerintah dalam bentuk pelaporan pertanggungjawaban sosial. Akuntansi
pertanggungjawaban
sosial
(Social
Responsibility
Accounting) merupakan proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran, yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Akuntansi pertanggungjwaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan, yaitu: (1) untuk siapa informasi didisclosure?, (2) apa tujuan informasi tersebut?, (3) berapa banyak informasi yang harus didisclosure? (Hendriksen, 2001). Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan. Fair disclosure menyatakan tujuantujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Full disclosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa orang, full disclosure berarti penyajian informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan diintepretasikan. Namun demikian, disclosure yang tepat
atas informasi yang penting bagi investor dan pemakai laporan lainnya harus disajikan dengan adequate, fair, full. Tidak ada perbedaan riil di antara ketiga konsep tersebut bila mereka digunakan dalam konteks yang tepat (Sudarmadji, 2007).
B. Prinsip, Model, dan Tipe Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet. (Porter, 2002: 5 dalam Majalah Bisnis dan CSR, 2008). 1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat. 3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme).
Sedikitnya ada empat model atau pola tanggung jawab sosial perusahaan yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu (Majalah Bisnis dan CSR, 2008): 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan
menjalankan
program
CSR
secara
langsung
dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar). 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga social yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama. Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan
mulai
dari
menentukan
populasi
atau
kelompok
sasaran,
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kelompok sasaran, merancang program kegiatan dan cara-cara pelaksanaannya, menentukan sumber pendanaan, menentukan dan mengajak pihak-pihak yang akan dilibatkan, melaksanakan
kegiatan
atau
mengimplementasikan
memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
program,
hingga
Karlina
(2009:21)
Kegiatan-kegiatan
pemberdayaan
biasanya
dilakukan secara berkelompok dan terorganisir dengan melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup (life skills), ekonomi produktif, perawatan sosial, penyadaran dan pengubahan sikap dan perilaku; advokasi: pendampingan dan pembelaan hak-hak klien; aksi sosial: sosialisasi, kampanye, demonstrasi, kolaborasi, kontes; atau pengubahan kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan kelompok sasaran. Berbeda dengan kegiatan bantuan sosial karitatif yang dicirikan oleh adanya hubungan “patron-klien” yang tidak seimbang, maka pemberdayaan masyarakat dalam program Community Development didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis dan emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip sebagai berikut: 1. Bekerja bersama berperan setara. 2. Membantu rakyat agar mereka bisa membantu dirinya sendiri dan orang lain. 3. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam. 4. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya.
C. Alasan Pengungkapan Sosial Desakan dunia internasional agar manajemen perusahaan memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial
lingkungan dalam proses pengambilan keputusan bisnis telah muncul sejak
dekade 1960-an. Tekanan-tekanan tersebut mendorong munculnya sejumlah usulan yang bertujuan untuk mengembangakan dan mengaplikasian metodemetode pengukuran dan penilaian akuntansi, dan pengendalian kinerja sosial lingkungan perusahaan yang lebih baik dengan memperhatikan masalahmasalah yang menjadi perhatian publik (Hackston dan Milne, 1996 dalam Retno Anggraini, 2006:10). Salah satu usulan yang diajukan adalah bahwa profesi akuntansi perlu pengembangan kapasitas akuntansi (accounting capacity) yaitu teori-teori, kriteria dan metologi untuk mengukur dan melaporkan beberapa aspek kinerja sosial perusahaan. Tujuanya adalah agar perusahan- perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi yang berkenaan dengan masalah-masalah kinerja sosial ekologis mereka kepada publik. Pengungkapan kinerja sosial pada laporan tahunan perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. Menurut Henderson dan Peirson, adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapan kinerja sosial secara sukalera (Henny dan Murtanto, 2001:27) antara lain: 1. Internal decision making: manajemen membutuhkan informasi untuk menentukan efektivitas dari informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Data harus tersedia agar biaya dari pengungkapan tersebut dapat diperbandingkan dengan manfaatnya bagi perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.
2. Product differentiation: manajer dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. 3. Enlightened self interest: perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder yang terdiri dari stockholder, kreditor, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat karena dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan. Menurut Mathews dan Perera (Rusmanto, 2004: 83) terdapat beberapa alasan perusahaan mencantumkan kegiatan sosial mereka dalam laporan keuangan, antara lain ialah: 1. Mencoba mempengaruhi pasar modal 2. Sebagai wujud dari kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat, dan 3. Pelaksanaan legistimasi organisasi
D. Cara Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Berdasarkan hasil penelitian Sueb (2001: 28), pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan khususnya perusahaan publik di Indonesia menggunakan media yang berbeda-beda. Kelompok biaya sosial dan pengungkapan yang paling banyak dipilih perusahaan adalah: 1) penyajian biaya pengelolaan lingkungan di dalam prospectus, 2) biaya kesejahteraan pegawai yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan tahunan, 3) biaya untuk masyarakat disekitar perusahaan yang disajikan dalam laporan
keuangan, dan 4) biaya pemantauan produk yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Lebih lanjut penulis tersebut juga menyatakan bahwa bervariasinya cara memilih media pengungkapan tanggung jawan sosial perusahaan nampaknya didasarkan pada kelaziman dan untuk kepentingan tertentu. Seperti pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan, lebih banyak perusahaan yang memilih laporan prospectus, karena laporan prospectus ini biasa digunakan sebagai ajang propaganda pada saat perusahaan menjual saham perdananya di bursa efek. Pengungkapan tersebut minimal memberikan kesan bahwa perusahaan sudah memiliki kepedulian di dalam pengelolaan lingkungan. Diharapkan dengan adanya pengungkapan dapat menarik para calon investor agar tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Pengungkapan tanggung jawab social perusahaan mengenai kesejahteraan pegawai, masyarakat di luar perusahaan, biaya pemantauan produksi memilih media pengungkapan melalui laporan tahunan dan catatan atas laporan keuangan. Penyebab
lain
yang
mengakibatkan
ketidakseragaman
cara
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, karena belum adanya aturan yang jelas mengenai cara penyajiannya maupun komponenkomponen yang termasuk biaya sosial tersebut. Akibatnya masing-masing perusahaan mempunyai cara dan kebijakan masing-masing mengenai pengeluaran yang menyangkut biaya sosial ini.
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal dan Ahmed dalam Retno Anggraini (2006:22) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut: 1. Lingkungan Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan. 2. Energi Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi, dan lain-lain. 3. Praktik bisnis yang wajar Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial. 4. Sumber daya manusia Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang
memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain. 5. Produk Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan lain-lain. Berikut disajikan beberapa poin-poin yang diungkapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi full disclosure dalam tabel cheklist item. Tabel 2.1 Checklist Item Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan KATEGORI (Total 78) Lingkungan 1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi 2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi 3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi 4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi daratan atau reboisasi 5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi , minyak, air dan kertas 6. Penggunaan material daur ulang 7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan 8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan 10. Kontribusi dalam pemugaran bangungan sejarah 11. Pengolahan limbah 12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan 13. Perlindungan lingkungan hidup Energi 1. Menggunakan energi secarea lebih efisien dalam kegiatan operasi 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi 3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumi energi Tabel ini berlanjut
Tabel 2. 1 (lanjutan) 5. Peningkatan efisiensi energi dari produk 6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 7. Kebijakan energi perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja 1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja 2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 3. Statistik kecelakaan kerja 4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 8. Pelayanan kesehatan tenaga kerja Lain-lain Tenaga Kerja 1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat 2. Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial 3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan 7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 8. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan 9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 11. Presentase gaji untuk pensiun 12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14. Tingkatan managerial yang ada 15. Disposisi staff, dimana staff ditempatkan 16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja Tabel ini berlanjut
Tabel 2. 1 (lanjutan) 20. Rencana pembagian keuntungan lain 21. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja 22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan peruahaan 23. Laporan tenaga kerja yang terpisah 24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 25. Gangguan dan aksi tenaga kerja 26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 27. Kondisi kerja secara umum 28. Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29. Statistik perputaran tenaga kerja Produk 1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 4. Produk memenuhi standar keselamatan 5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen 6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan 9. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000) Keterlibatan Masyarakat 1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni 2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4. Membantu riset medis 5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 6. Membiayai program beasiswa 7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 8. Sponsor kampanye nasional 9. Mendukung pengembangan industri lokal Tabel ini berlanjut
Tabel 2. 1 (lanjutan) Umum 1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat 2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas Sumber: Yosefa Sayekti (2007)
E. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Keuangan Hendriksen (1991:203) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008:7) mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari paraturan yang berlaku. Gray et. al mengelompokkan teori yang dipergunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kecendrungan pengungkapan sosial ke dalam tiga kelompok (Henny dan Murtanto, 2001 dalam jurnal Media Riset Akuntansi Auditing dan Informasi Vol. 2) yaitu: 1. Decision usefullness studies: pengungkapan sosial dilakukan karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan dan ditempatkan pada posisi yang moderatly important.
2.
Economy theory studies: sebagai agen dari suatu prinsipal yang mewakili seluruh
intrest
group
perusahaan,
pihak
manajemen
melakukan
pengungkapan sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan publik. 3. Social and political theory studies: pengungkapan sosial dilakukan sebagai reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan merasa eksistensi dan aktifitasnya terlegitimasi. Terdapat beberapa paradigma yang menimbulkan kecendrungan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya, antara lain: 1. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejaterahan masyarakat hanya dapat lahir dari sikap kerjasama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Sehingga timbulah kesadaran dan kebutuhan pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan sosialnya. 2. Kecendrungan Terhadap Kesadaran Lingkungan Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk di antara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat serta dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, dan politik. Akibat semakin meningkatnya kesadaran perusahaan terhadap kenyataan tersebut, sehingga
timbul
kebutuhan
tentang
pertanggungjawaban sosial kepada stakeholder.
perlunya
melakukan
3. Perspektif Ekosistem Dalam perspektif ini perusahaan sadar bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan akan menimbulkan dampak bagi ekosistem yang berada di sekitarnya. 4. Ekonomisasi vs Sosialisasi Ekonomi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan
kepentingan
masyarakat.
Sebaliknya,
sosialis
menfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu memperhatikan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya. Pengungkapan sosial ini harus menggambarkan bagaimana perusahaan menciptakan nilai dalam konteks yang lebih luas seperti pengembangan komunitas. Dimensi sosial dari triple bottom line reporting mencakup hal-hal seperti, informasi mengenai kesegeragaman jenis dan gender, buruh anak, jam kerja ,upah buruh, maslah hak asasi
manusia, keamanan karyawan dan
investasi sosial. Dimensi lingkungan hidup mencakup informasi mengenai dampak produk terhadap lingkungan, emisi dan limbah serta perubahan iklim. Dengan keterbukaan ini perusahaan menciptakan suasana kepercayaan dengan para stakeholder sehingga apabila terjadi krisis di masa mendatang perusahaan telah mempunyai “tabungan” kepercayaan yang memungkinkan perusahaan untuk mengarungi krisis dengan selamat tanpa terganggu reputasinya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut juga sebagai corporate social responsibility (CSR) merupakan proses
pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Hackston dan Milne, 1996 dalam Retno Anggraini,
2006).
Dalam
kegiatan
operasinya,
perusahaan
sering
menimbulkan masalah pada lingkungan dan masyarakat seperti masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah. Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua yaitu dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Retno Anggraini, 2006). Perusahaan menterjemahkan
yang prinsip
mengedepankan sustainability
sustainability
kedalam
strategi
tentu dan
akan operasi
perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan value bagi perusahaan dapat juga menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan oleh
investor. Dengan pengungkapan sosial ini diharapkan investor dapat pemahaman yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan value yang pada giliranya akan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka memaksimalkan kemakmurannya. Hasil akhirnya adalah meningkatkan kepercayaan investor bahwa ia telah menanamkan ke tempat yang tepat sehingga pasar modal menjadi tidak gampang bergejolak, cost of capital menurun, dan proses alokasi sumberdana dan ekonomi menjadi efisien dan efektif. Dimensi efektif dari pengungkapan ini
mencakup tidak hanya
sekedar laporan keuangan
sebagaimana
dipersyaratkan oleh undang-undang. Ada beberapa alasan yang mendukung dan menentang konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh para pendukung tanggung jawab sosial yaitu: 1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang hal ini sangat menguntungkan perusahaan. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan masyarakat yang mungkin akan menurunkan biaya produksi. 2. Meningkatkan nama baik perusahaan, dan akan menimbulkan simpati klien, karyawan, investor dan lain-lain. 3. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Karena campur tangan pemerintah dianggap cenderung akan membatasi
peran perusahaan, sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan. 4. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masayarakat. Sesuai dengan keinginan pemegang saham, dalam hal ini publik. 5. Membantu kepentingan nasional dan lingkungan seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lain-lain. Menurut Dessy Amalia (2005: 27) alasan-alasan yang dikemukakan oleh para penentang pengungkapan tanggung jawab sosial antara lain adalah: 1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari laba. 2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik yang sebenarnya bukan bagian dari pekerjaan dan bidangnya. 3. Keterlibatan sosial membutuhkan dana dan tenaga yang cukup besar, keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks, sehingga memerlukan tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.
F. Kinerja Keuangan Perbankan Kinerja merupakan ukuran-ukuran keefisienan dan keefektifan suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Ukuran kinerja pada perusahaa umumnya diukur berdasarkan kinerja keuangannya.
Menurut Stoner (1995) dalam Lindrawati et. al (2008: 7), pengertian kinerja adalah: “Ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan, seberapa baik manajer atau perusahaan tersebut mencapai tujuan yang memadai”. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif. Menurut Bringham dan Houston (1998) dalam Januarti dan Apriyanti (2005: 7) Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen pada masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan merupakan permulaan masa depan bila dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan bagi manajemen bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi mendatang dan menjadi titik awal perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian mendatang. Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005: 25) untuk menilai kinerja keuangan perbankan, umumnya digunakan penilaian rasio keuangan CAMEL. Dalam kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia) 1999, CAMEL adalah
aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, rasio keuangan CAMEL merupakan tolak ukur yang menjadi objek pemeriksaaan yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri atas lima aspek penilaian yaitu capital (modal), assets (aktiva), management (manajemen), earnigs (pendapatan), dan liquidity (likuiditas). Empat dari kelima aspek tersebut masing-masing modal, aktiva, pendapatan, dan likuiditas dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan. Bahkan lebih dari itu, rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan. Keadaan kinerja keuangan perbankan sangat penting untuk mengetahui sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajemen di segala aspek. Dengan adanya kinerja yang baik maka para investor dan pihak lain di luar perbankan tidak akan ragu-ragu untuk menanamkan investasinya kepada bank-bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005: 25). Menurut Sembiring (2003: 3) kinerja keuangan umumnya diwakili oleh berbagai variabel seperti (1) return pemegang saham, (2) rasio return terhadap asset, modal sendiri, penjualan dan modal, (3) pendapatan perlembar saham, (4) ukuran pendapatan dan (5) ukuran price-earning ratio. Ada juga penelitian yang menggunakan risiko sistematis pasar, umur perusahaan, atau tingkat perputaran asset. Hasil yang ditemukan menunjukkan adanya korelasi positif, tidak ada korelasi, korelasi berbentuk U dan korelasi semu.
Hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja ekonomi telah menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak, sehingga timbullah berbagai pokok pikiran yang menghasilkan prediksi yang berbedabeda. Herremans et. al (1993) dalam Januarti dan Apriyanti (2005: 25) menyebutkan beberapa pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja ekonomi, antara lain : 1. Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional; berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, sehingga akan menurunkan profitabilitas. 2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial menghasilkan dampak netral (balance) terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisien yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut. 3. Pokok pikiran yang memprediksi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berdampak positif terhadap profitabilitas. Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Sembiring (2003), paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Dalam usaha untuk memahami hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan, ada beberapa studi empiris yang mengkhususkan pada pembahasan
mengenai hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan. Studi-studi ini secara keseluruhan memasukkan hubungan positif antara Corporate Sosial Responsibility. Beberapa pendapat menyatakan bahwa ada efek timbal balik dalam hubungan antara CSR dan kinerja keuangan, dimana perusahaan yang menghadirkan kinerja dengan baik biasanya mendukung CSR, dan perusahaan yang mengadopsi CSR biasanya menampilkan kinerja keuangan yang baik. Menurut Lindrawati et al., menunjukkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap ROI dan perusahaan yang menerapkan CSR tetap dapat menampilkan kinerja keuangannya. Hilman dan Keim (2001) serta Waddck dan Graves (1997) dalam Lindrawati et al (2008), menemukan bahwa meningkatkan CSR berakibat pada kinerja keuangan yang lebih baik dan kinerja keuangan yang kuat membuat perusahaan melakukan investasi CSR dan meningkatkan investasi CSRnya.
G. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai
nilai
perusahaan
umumnya
para
pemodal
menyerahkan
pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin, 2008: 9).
Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008:4) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut di jual. Morck dkk (1998), Mc Connell dan Servaes (1990), Steiner (1996), Cho (1998), Itturiaga dan Sanz (1998), Mark dan Li (2000) dalam Suranta dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa hubungan struktur kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan non-monotonik. Hubungan non-monotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan di sebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outside owners dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat. Wennerfield dkk (1988) di dalam Suranta dan Machfoedz (2003) menyimpulkan bahwa Tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan. Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio-q diatas satu,
ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan meransang investasi baru. Jika rasio-q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik (Herawaty, 2008: 27). Jadi rasio-q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya. Penelitian yang dilakukan oleh Copeland (2002), Lindenberg dan Ross (1981) yang dikutip oleh Darmawati (2004) dalam Herawaty (2008), menunjukkan bagaimana rasio-q dapat diterapkan pada masing-masing perusahaan.
Mereka
menemukan bahwa beberapa perusahaan dapat
mempertahankan rasio-q yang lebih besar dari satu. Teori ekonomi mengatakan bahwa rasio-q yang lebih besar dari satu akan menarik arus sumber daya dan kompetisi baru sampai rasio-q mendekati satu. Seringkali sukar untuk menentukan apakah rasio-q yang tinggi mencerminkan superioritas manajemen atau keuntungan dari dimilikinya hak paten.
H. Penelitian Terdahulu Pada tahun 2008, Rika Nurlela dan Islahuddin melakukan penelitian tentang pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan prosentase kepemilikan manajemen sebagai variable moderating. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan
bepengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya prosentase kepemilikan manajemen dan interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel lainnya yang terdapat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma telah melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variable pemoderasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu; ROA terbukti berpengaruh positif secara statistik pada nilai perusahaan manufaktur tahun 2005-2006, kepemilikan manajerial sebagai variable pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan ROA dan nilai perusahaan atau dengan kata lain kepemilikan manajerial bukan merupakan variable pemoderasi. Retno Anggraini, 2006 melakukan penelitian tentang pengungkapan informasi sosial dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi sosial dalam laporan keuangan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Hampir semua perusahaan mengungkapan kinerja ekonominya, hal ini disebabkan oleh dikeluarkannya surat keputusan No. Kep150/Men/2000 oleh Menteri Tenaga Kerja tentang penyelesaian pemutusan hubungan kerja dan penetapan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dang
anti
kerugian
perusahaan.
Hal
ini
berarti
perusahaan
akan
mengungkapkan informasi jika ada aturan yang menghendakinya. Perusahaan dengan kepemilikan manajemen yang besar dan termasuk dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi (high profile) cenderung mengungkapkan informasi social yang lebih banyak dibandingkan perusahaan lain. Yuningsih,
2002
melakukan
penelitian
mengenai
pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan go public di BEJ. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa dari semua variable independent, tersebut hanya variable industri saja yang secara parsial berpengaruh terhadap karakteristik perusahaan. Adi Murdoko Sudarmadji dan Lana Sularto melakukan penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan tipe kepemilikan manajemen terhadap voluntary disclosure laporan keuangan tahunan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah asumsi klasik regresi linear berganda terpenuhi. Yaitu ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas voluntary disclosure. Edwin Mirfazli dan Nurdiono meneliti tentang evaluasi pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada laporan tahunan perusahaan dalam kelompok aneka industri yang go public di BEI. Pengujian hipotesis membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian jumlah pengungkapan social seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok aneka industri high profile dengan perusahaan dalam kelompok aneka industri low profile. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya dampak
social yang muncul pada sebagian perusahaan dalam dua kelompok di atas yang termasuk dalam type high profile yang mendorong mereka untuk melakukan dan mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Tabel 2. 2 Perbandingan Penelitian Terdahulu No Peneliti . (Tahun) 1 Yosefa Sayekti
Judul Penelitian
Pengaruh CSR Disclosure Ludovicus Terhadap Sensi Wondabio Earnings Respons Coeficient 2007
2
Rika Nurlela Islahuddin 2008
3
Ni Wayan Yuniasih Made Gede Wirakusuma 2009
Metodologi Penelitian Regresi Berganda
Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating
Regresi Berganda
Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi
Regresi Berganda
Hasil Penelitian Tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan berpengaruh negatif terhadap ERC perusahaan 2006 Corporate Social Responsibility, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan bepengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ROA berpengaruh positif secara statistik terhadap Nilai Perusahaan Pengungkapan CSR sebagai variable pemoderasi berpengaruh positif secara statistik pada hubungan ROA dan Nilai Perusahaan Kepemilikan Manajerial sebagai variable pemoderasi
4
Lely Dahlia Sylvia Veronica Siregar 2008
5
Margarita Tsoutsoura 2004 (USA)
6
Edward Nelling Elizabeth Webb 2006 (USA)
Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 dan 2006)
Regresi Berganda
Corporate Social Responsibility And Financial Performance
Regression
Corporate Social Regression Responsibility and Financial Performance: The “Virtuous Circle” Revisited
tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan ROA dan Nilai Perusahaan Tingkat pengungakapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap variable ROE. Tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap variabel CAR. Terdapat hubungan yang positif dan statistik yang signifikan, mendukung pandangan dari aktivitas pertanggungjawaban sosial (CSR) dapat dijadikan salah satu bagian keuntungan. Performance harga pasar saham menguat dalam menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek CSR, namun tidak mempengaruhi kinerja keuangan.
I. Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian di atas, variabel independen pada penelitian ini yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan yang terdiri dari proksi capital adequacy ratio, non performing loan, return on asset. Penelitian ini digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
(Kinerja Keuangan) 1. Capital Adequacy Ratio (CAR) 2. Non Performing Loan (NPL) 3. Return On Asset (ROA)
Corporate Social Responsibility (CSR)
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Multikolonieritas Uji Autokolerasi Uji Heteroskedastisitas
Regresi Berganda
Uji t
Uji F
Interpretasi
Uji R2
J. Perumusan Hipotesis Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan perusahaan makin berkembang. Tujuannya, tentu memberikan kontribusi kepada masyarakat sekitar. Dengan melakukan tanggung jawab sosial, perusahaan akan mendapat benefit, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungan ini bisa berupa laba dan citra positif perusahaan. Untuk mencapai kedua hal tersebut sudah pasti membutuhkan proses dan waktu (Karlina, 2009). Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) menganalisis pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan dengan prosentase kepemilikan sebagai variable moderating. Dalam penelitian itu didapatkan kesimpulan bahwa corporate social responsibility, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi antara corporate social responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan bepengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini, pengungkapan corporate social responsibility akan dianalisis pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dan rumusan hipotesisnya: H0 : Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. H1: Pengungkapan
Tanggung
Jawab
Sosial
signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Perusahaan
berpengaruh
Kinerja keuangan diproksikan dalam perhitungan kuantitatif
yang
terdiri dari rasio keuangan. Rasio keuangan dalam menilai kinerja perbankan yang biasa dilakukan adalah dengan menghitung rasio CAMEL yang terdiri dari Capital (rasio kecukupan modal), Asset (rasio harta/rasio kualitas produktif bermasalah), management, Earnings (rasio laba/keuntungan), dan Liability (rasio hutang). Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang terdapat dalam aspek penilaian kinerja Perbankan (CAMEL). Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005), CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank yang memperlihatkan seberapa besar seluruh jumlah aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank. Perhitungan rasio aspek permodalan suatu bank lebih dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah memadai untuk menunjang kebutuhannya. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik pula penilaian kinerja bank pada aspek modal. Dari uraian tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 : Rasio CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. H2 : Rasio CAR berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Non Performing Loan (NPL) adalah indikator kualitas yang dipakai untuk menentukan rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif. NPL merupakan rasio yang digunakan dalam menghitung
prosentase kredit macet dalam Perbankan. Rasio NPL ini dihitung berdasarkan perbandingan antara kredit bermasalah dengan total kredit yang dikeluarkan oleh bank. Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005), rasio NPL menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Berkaitan dengan uraian ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 : NPL tidak pengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. H3 : NPL berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Return
On Asset
(ROA) merupakan rasio
rentabilitas
yang
dimaksudkan untuk mengukur produktivitas asset yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya. Return on Assets (ROA) ratio digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma (2009) mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan corporate social responsibility dan good corporate governance sebagai variable pemoderasi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu; ROA terbukti berpengaruh positif secara statistik pada nilai perusahaan manufaktur tahun 2005-2006, kepemilikan manajerial sebagai variable pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan ROA dan nilai perusahaan atau dengan kata lain kepemilikan manajerial bukan merupakan variable pemoderasi. Dari uraian tersebut, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: H0 : ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. H4 : ROA berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Center) dengan mengambil data keuangan perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20072009. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan perbankan dan menghitung kinerja perbankan berdasarkan rasio CAMEL. Pemilihan populasi dalam penelitian ini dikarenakan penerapan Corporate Social Responsibility dalam industri perbankan merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dan perbankan merupakan jenis industri yang tergantung pada stakeholdersnya.
B. Metode Penentuan Sampel Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam penelitian ini data laporan tahunan diperoleh dengan mengunjungi Pusat Referensi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia dan mengunjungi website http://idx.co.id. Periode populasi penelitian mencakup data obyek penelitian menggunakan Laporan Tahunan (Annual Report) sebagai sampel tahun 2007-2009. Sampel perusahaan dipilih dengan menggunakan metode
purposive sampling adalah pemilihan sampel
berdasarkan pertimbangan peneliti (Hamid, 2005:24). Dengan metode purposive sampling sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik dengan kriteria sampel yaitu : 1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009 dan konsisten listing selama periode 2007-2009. 2. Perusahaan perbankan yang mempublikasikan annual report untuk tahun buku 2007-2009. 3. Perusahaan perbankan yang mempublikasikan (mengungkapkan) laporan pertanggungjawaban sosial untuk tahun buku 2007-2009.
C. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penggabungan data (pooling data). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun
dalam arsip
(data dokumenter)
yang
dipublikasikan atau tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002). Sedangkan tipe data sekunder yang digunakan adalah data eksternal dan pengambilan data berupa laporan keuangan tahunan (annual report) perusahaan perbankan yang go public yang terdaftar di BEI diperoleh dari situs www.idx.co.id, dan dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal (Capital Market Reference Center).
D. Metode Analisis Dalam
penelitian
ini
dilakukan
pengujian
variabel-variabel
menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan bantuan perangkat lunak SPSS 17. Untuk membahas permasalahan yang diteliti, penelitian ini menggunakan metode content analysis yaitu metode analisis data melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari satu dokumen (Indroantoro dan Supomo, 2002: 159 Rajafi dan Irianto, 2007). Dengan menggunakan instrumen penelitian laporan tahunan perusahaan sampel edisi 2007-2009 ditelusuri untuk mencari item-item yang diungkapkan oleh perusahaan tersebut. Untuk pengujian variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis sebagai berikut : 1. Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas data, uji multikolonieritas, uji heteroskedatisitas, dan uji autokorelasi, karena data yang digunakan lebih dari satu tahun. a. Uji Normalitas data Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel dependaen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak dengan menggunakan Normal P-P Plot (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar disekitar
garis
diagonal
dan
mengikuti
arah
garis
diagonal
menunjukkan pola distribusi normal, sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2005: 112) b. Uji Multikolonieritas Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen (Ghazali, 2005). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem Multikolonieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya. Ada tidaknya Multikolonieritas di dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi yang terbebas dari problem Multikolonieritas apabila nilai VIF <10 dan nilai tolerance >0,10. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada pola scatterplot antar SPRESID dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu x adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)
yang
telah
di-studentized.
Dasar
pengambilan
keputusannya jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan bahwa telah terjadi Heteroskedastisitas. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara data pada suatu waktu tertentu dengan nilai data tersebut pada waktu satu periode sebelumnya atau lebih pada data runtut waktu. Penggunaan uji DW (Durbin Waston) untuk mendeteksi tidak adanya korelasi antar error, maka nilai DW diharapkan berada di sekitar angka 2 (dari 1,5 sampai 2,5). Panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson) untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada Tabel D-W, dengan pengambilan keputusan berikut: 1) Jika nilai d lebih rendah dari dl atau lebih tinggi dari 4-dl, maka signifikan terdapat autokorelasi; 2) Jika nilai d berada lebih besar dari du atau lebih kecil dari 4-du, berarti tidak terdapat autokorelasi; 3) Jika nilai d berada antara du dan dl atau berada diantara 4-du dan 4-dl, maka dinyatakan sebagai daerah tidak dapat diambil kesimpulan atau ragu-ragu.
2. Uji Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, digunakan metode regresi linear berganda, uji signifikansi parameter individual (Uji statistik t), uji signifikansi simultan (Uji statistik F), dan koefisien determinasi: a. Metode Regresi Linear Berganda Metode regresi linear berganda, yaitu metode yang digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002). Adapun persamaan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Keterangan: Y
= Nilai Perusahaan
α
= Konstanta
β1 - β6
= Koefisien Regresi
X1
= Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
X2
= Rasio CAR
X3
= NPL
X4
= ROA
e
= Standar error
b. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien
determinasi
pada
intinya
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Nilai koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai determinasi yang
kecil
berarti
kemampuan
variabel
independen
dalam
menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005). c. Uji regresi parsial (Uji stastistik t) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria sebagai berikut : 1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). 2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). d. Uji regresi simultan (Uji stastistik F) Menurut Ghozali (2005) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance
level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau penolakan hipotesis adalah sebagi berikut : 1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). 2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan)
I. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Independen a. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Variabel independen pada penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu proses mengkomunikasikan dampak-dampak sosial dan lingkungan dari keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan (Gray et.al, 1987 dalam Khoirunnisa, 2006). Variabel ini dapat diukur dengan melihat banyaknya item pengungkapan sosial yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan, jika perusahaan menyajikan pengungkapan sosial diberi skor satu (1), namun jika tidak menyajikan diberi skor nol (0). Jumlah item yang mungkin dipenuhi oleh perusahaan sebanyak 78 item (Sayekti dan Wondabio, 2007).
Maka untuk mendapatkan rasio, ditentukan rumus sebagai berikut:
Indeks = n x 100% K
dimana: n = Jumlah item pengungkapan yang dipenuhi k = Jumlah semua item yang mungkin dipenuhi b. Kinerja Keuangan Pada penelitian ini digunakan proksi-proksi untuk menghitung variable kinerja keuangan diantaranya: 1) Rasio Permodalan Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005), Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank yang memperlihatkan seberapa besar seluruh jumlah aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber di luar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Capital Adequacy Ratio (CAR) =
Modal Bank x 100 % Total ATMR
dimana: Modal Bank = Modal inti + modal pelengkap ATMR
= Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
2) Rasio Aktiva Indikator kualitas yang dipakai adalah rasio kualitas produktif bermasalah dengan aktiva produktif (NPL). Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005), rasio NPL menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: NPL =
Kredit bermasalah
x 100%
Total kredit 3) Rasio Rentabilitas (earnings) Analisis rentabilitas dimaksudkan untuk mengukur produktivitas asset yaitu kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimilikinya, dan juga mengukur efisiensi penggunaan modal. Rasio rentabilitas yang digunakan adalah ROA. Rasio ROA (Return on Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total asset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA maka
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh bank bersangkutan. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
2. Variabel Dependen Nilai perusahaan merupakan variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q yang dihitung dengan menggunakan rumus:
Q
= Nilai perusahaan
MVE = Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value) D
= Nilai buku dari total hutang
BVE
= Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value)
Market Value Equity (MVE) diperoleh dari hasil perkalian harga saham dan penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. BVE diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajibannya. (Herawaty, 2008). Beberapa penelitian terdahulu menggunakan Tobin’s Q Model yang diberi simbol ”Q” untuk mengukur nilai perusahaan. Perusahaan yang
menunjukkan Tobin’s Q lebih besar berarti perusahaan tersebut memanfaatkan
sumber
daya
yang
dimilikinya
dengan
baik
(Murwaningsari, 2007). Tabel 3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian Variabel
Pengukuran
Skala
Dependen Nilai Perusahaan
Q=
MVE + D BVE + D
Rasio
Independen Pengungkapan Tanggung
Banyaknya item pengungkapan sosial
Jawab Sosial perusahaan
yang terdapat pada laporan tahunan. Jika perusahaan mengungkapkan diberi skor satu (1), namun jika tidak
Rasio
mengungkapkan diberi skor (0). Indeks = n x 100 % K
Rasio CAR
CAR =
Modal Bank x 100 %
Rasio
Total ATMR
NPL
ROA
NPL = Kredit bermasalah Total kredit
ROA = Laba sebelum pajak Rata-rata Total Aktiva
x 100%
x 100%
Rasio
Rasio
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data perusahaan (bank) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahwa pada tahun 2007 terdapat 26 bank yang listing. Pada tahun 2008 terdapat 30 bank yang listing dan pada tahun 2009 terdapat 28 bank yang listing di BEI. Dari tahun 2007-2009, perusahaan (bank) yang konsisten untuk melaporkan annual report adalah 25 bank. Dari 25 bank yang konsisten (listing) di BEI tahun 2007-2009, hanya 16 perusahaan (bank) yang mengungkapkan aktivitas sosialnya. Adapun perusahaan (bank) yang dapat dijadikan sampel penelitian adalah sebagai berikut: 1. PT Bank Artha Graha Internasional Tbk Mandiri Financial Services (perusahaan patungan Bank Mandiri dan asuransi AXA titan) menawarkan jasa penasihat keuangan, termasuk perencanaan berkedudukan di Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta, dengan ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975
Tambahan Nomor 47. Pada tanggal 10 Juli 1990, PT Inter-Pacific Financial Corporation mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Berdasarkan Akta Nomor 67 tanggal 19 Mei 1992, dibuat dihadapan Adam Kasdarmadji, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 10 tanggal 2 Pebruari 1993 Tambahan Nomor 591, PT Inter-Pacific Financial Corporation berubah nama menjadi PT Inter-Pacific Bank. Pada
tanggal
24
Pebruari
1993,
PT
Inter-Pacific
Bank
mendapatkan izin usaha sebagai bank umum dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/KMK.017/1993. Berdasarkan Akta Nomor 44 tanggal 13 Juni 1997 juncto Akta Nomor 8 tanggal 15 Januari 1998, keduanya dibuat dihadapan Sri Nanning, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 70 tanggal 1 September 1998 Tambahan Nomor 5056, PT Inter-Pacific Bank berubah nama menjadi PT Bank Inter-Pacific, Tbk. Pada tanggal 9 April 1999 Direksi mengajukan permohonan pembatalan pencatatan (delisting) saham di Bursa Efek Surabaya, dan pada tanggal 19 April 1999, Direksi Bursa Efek Surabaya memberikan persetujuan atas permohonan pembatalan pencatatan (delisting) saham pada Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 14 April 2005, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. telah menandatangani Akta Penggabungan Nomor 17, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dimana PT Bank Artha Graha menggabungkan diri ke dalam PT Bank Inter-Pacific, Tbk. Penggabungan
tersebut telah mendapat izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/32/ KEP.GBI/2005 tanggal 15 Juni 2005, dan berlaku efektif pada tanggal 11 Juli 2005. Berdasarkan Akta Nomor 27 tanggal 12 Juli 2005, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah mendapatkan izin dari Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/49/KEP.GBI/2005 tanggal 16 Agustus 2005, PT Bank Inter-Pacific, Tbk. berganti nama menjadi PT Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Perubahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 101 tanggal 19 Desember 2006 Tambahan Nomor 13128. 2. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Industri perbankan mengalami suatu perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Ketidakpastian telah mendorong manajemen lebih bijaksana dan siap dalam menjalankan operasional Perseroan demi menghindari hantaman krisis keuangan maupun ekonomi Bank ICB Bumiputera menapaki tahun 2009 dengan era baru melalui upaya mewujudkan usaha yang lebih besar (bigger), lebih baik (better) dan lebih kuat (stronger). Visi baru menjadi Premier Retail Bank di Indonesia diyakini akan mengarahkan kemampuan Perseroan dalam memenangi persaingan di masa-masa sulit. Misi Perseroan berfokus pada pelayanan nasabah; penciptaan nilai bagi seluruh pemangku kepentingan; pengembangan usaha yang berfokus ke segmen ritel, mikro dan UKM; serta penerapan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Perseroan akan berupaya semaksimal mungkin dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimiliki dan dukungan pemangku kepentingan guna mewujudkan bisnis usaha yang berdaya saing untuk menjadi lebih baik, lebih besar dan lebih kuat. Seluruh transformasi mulai dari struktur manajemen, kerangka pikir dan tindakan karyawan serta peningkatan produk jasa dan pelayanan, merupakan upaya yang akan terus berkesinambungan. Perseroan memiliki komitmen untuk menyediakan Best Product, Best Service dan Best Price untuk seluruh pelanggan. 3. Bank Central Asia Tbk. Bank Central Asia Tbk. menyediakan layanan perbankan komersial dan pribadi melalui sekitar 850 cabang, lebih dari 6.200 ATM, dan melalui telepon, perangkat mobile atau Web. Meliputi kegiatan pemberian kredit pinjaman rumah dan pinjaman pembiayaan kembali, apartemen dan mobil, dan pinjaman kepada perusahaan dan usaha kecil. Bank ini juga menawarkan asuransi, treasury, dan jasa perbankan internasional. Melalui FarIndo Investasi (Mauritius) Ltd, anggota keluarga Hartono memiliki lebih dari 50% saham BCA, yang ditempatkan di bawah kontrol pemerintah pada tahun 1998 menyusul rush bank. Setelah restrukturisasi, pemerintah secara bertahap menjual saham pengendali di bank tersebut. 4. Bank Danamon Indonesia Tbk. Bank Danamon Indonesia menyediakan layanan perbankan komersial di Indonesia, dengan sekitar 1.400 kantor dan 700 ATM di
seluruh negeri. Selain layanan tradisional perbankan untuk bisnis dan konsumen, Bank Danamon Indonesia dan anak perusahaan menawarkan Perbankan Syariah atau Islam-disetujui, kartu kredit, pembiayaan perdagangan, dan produk keuangan lainnya. Bank target indiduals berpenghasilan rendah (mayoritas penduduk Indonesia), wiraswasta, dan usaha sangat kecil lainnya. Kekayaan Singapura Temasek Holdings danasovereign kontrol dua-pertiga Bank Danamon Indonesia, sehingga bank terbesar di Indonesia dikuasai asing. 5. Bank International Indonesia Tbk. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) bergerak dalam kegiatan perbankan domestik dan internasional yang menyediakan berbagai layanan keuangan untuk baik perusahaan nasional dan multinasional, perusahaan ukuran menengah, usaha kecil dan individu, dan juga perbankan Syariah untuk pembiayaan, penggalangan dana, dan produk jasa. BNII didirikan 15 Mei 1959.BNII's pelayanan dan fasilitas termasuk perbankan korporasi (corporate advisory menyediakan dan keuangan). 6. Bank Kesawan Tbk. Hampir 100 tahun yang lalu yaitu pada tahun 1913 Khoe Tjin Tek dan Owh Chooi Eng mendirikan NV Chunghwa Shangyeh (The Chinese Trading Company Limited) di Medan, sebagai pendiri beliau bertindak masing-masing sebagai Direktur Utama dan Komisaris Utama.
NV Chunghwa Shangyeh bergerak dalam bidang simpan pinjam keuangan selain juga bergerak di bidang perdagangan umum. Setelah kemerdekaan yaitu pada tahun 1958 NV Chunghwa Shangyeh resmi melakukan kegiatan sebagai Bank Umum dan pada tahun 1962 bentuk usaha berganti menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Chunghwa Shangyeh. Pada tahun 1965, PT Bank Chunghwa Shangyeh berganti nama menjadi PT Bank Kesawan dan untuk lebih memantapkan posisi Bank maupun pengembangan usaha yang lebih baik, Kantor Pusat Bank Kesawan direlokasi atau hijrah ke Jakarta pada tahun 1990. Tahun 1995, Bank Kesawan memperoleh persetujuan menjadi Pedagang Valuta Asing dan selanjutnya pada tahun 1996 mendapatkan izin menjadi Bank Umum Devisa maupun Bank Persepsi, yaitu Bank yang dapat menerima pajak.Walaupun pada masa krisis ekonomi Indonesia di tahun 1998 Bank Kesawan masih merupakan salah satu Bank yang berhasil masuk dalam kategori “A” berdasarkan penilaian Bank Indonesia. Pada tahun 2000 terjadi pergantian pemegang saham di PT Darmex Corporation yang merupakan pemegang saham mayoritas Bank Kesawan dan Bank Kesawan mengganti Direkturnya dengan para Profesional. Untuk itu, kinerja tahun 2000 Bank Kesawan memperoleh penghargaan sebagai salah satu “Bank Berkinerja Terbaik” dalam beberapa kategori dari majalah independen perbankan “InfoBank”. Pada tahun 2001 terjadi perubahan nama dari PT Darmex Corporation menjadi
PT Adhi Tirta Mustika. Pada tahun 2002 pula sistem operasional manual diganti menjadi „on-line‟ sistem di seluruh cabang Bank Kesawan. Bank Kesawan menjadi Bank Publik pada tahun 2002 dengan Penawaran Saham Umum Perdana sejumlah 78,8 juta lembar melalui Bursa Efek Jakarta. Dalam penawaran umum saham ini dikeluarkan pula Waran Seri I dengan jangka waktu pelaksanaan di tahun 2003 sampai dengan 2005. Tahun 2009 melakukan penawaran umum terbatas I kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu ("HMETD") 7. Bank Mandiri (persero) Tbk. Bank Mandiri memiliki mandat untuk perbankan di Indonesia. Bank komersial terbesar di negara itu dengan aset, Bank Mandiri melayani konsumen dan bisnis melalui lebih dari 900 kantor dan beberapa ATM di seluruh Indonesia 2.800. Bank Mandiri juga pemberi pinjaman terbesar di Indonesia, produk dan jasa lainnya meliputi pembiayaan perdagangan, perbankan syariah, dan perbankan investasi melalui anak perusahaan Mandiri Sekuritas.AXA kekayaan dan asuransi.Pemerintah mengontrol dua pertiga dari saham Bank Mandiri. 8. Bank Mayapada Tbk. Bank mayapada berdiri pada tanggal 10 Januari 1990, Selama tahun 2008 Bank Mayapada berhasil meningkatkan kinerjanya di berbagai bidang antara lain memperluas jaringan kantor, sumber daya manusia, system teknologi, pengawasan, menerapkan prinsip kehati-
hatian dalam menjalankan operasional bank dalam rangka meningkatkan Good Corporate Governance. Secara berkala Dewan Komisaris dan Direksi melakukan evaluasi kinerja manajemen dan mengevaluasi laporan keuangan serta menetapkan arah kebijakan agar mampu memenuhi target pencapaian sesuai dengan rencana bisnis Bank, yang selanjutnya akan dilaporkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan. Walaupun ditengah krisis ekonomi global yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang melambat, tekananinflasi dan meningkatnya kurs mata uang asing terhadap mata uang rupiah, Bank Mayapada tetap dapat mempertahankan pertumbuhan bisnisnya yang tercermin dari total asset pada akhir tahun 2008 mencapai Rp5,5 triliun dan CAR 23,69% serta jumlah kantor mencapai 109 kantor. 9. Bank Mega Tbk. Berawal dari sebuah usaha milik keluarga bernama PT Bank Karman yang didirikan pada tahun 1969 berkedudukan di Surabaya, selanjutnya pada tahun 1992 berubah nama menjadi PT Mega Bank dan melakukan
relokasi
Kantor
Pusat
ke
Jakarta.
Seiring
dengan
perkembangannya, PT Mega Bank pada tahun 1996 diambil alih oleh PARA GROUP (PT Para Global Investindo dan PT Para Rekan Investama). Untuk lebih meningkatkan citra PT Mega Bank, pada bulan Juni 1997 melakukan perubahan logo dengan tujuan bahwa sebagai lembaga keuangan kepercayaan masyarakat, akan lebih mudah dikenal melalui logo perusahaan yang baru tersebut.
Dalam rangka memperkuat struktur permodalan maka pada tahun yang sama PT Bank Mega melaksanakan Initial Public Offering dengan menawarkan saham kepada masyarakat, dengan demikian sebagian saham PT Bank Mega dimiliki oleh publik dan berubah namanya menjadi PT Bank Mega Tbk. Saat ini Bank telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa sehingga memungkinkan memperluas dan menjangkau bisnis yang lebih luas lagi. PT Bank Mega Tbk. yang bersemboyan “Mega Tujuan Anda” tumbuh dengan pesat dan terkendali serta menjadi lembaga keuangan ternama yang mampu disejajarkan dengan bank-bank terkemuka di Asia Pasifik dan telah mendapatkan berbagai penghargaan dan prestasi baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Dalam upaya mewujudkan kinerja sesuai dengan nama yang disandangnya,
PT
profesionalisme,
Bank
keterbukaan
Mega dan
Tbk.
Berpegang
kehati-hatian
pada
dengan
azas
struktur
permodalan yang kuat serta produk dan fasilitas perbankan terkini. Dengan visi “Menjadi Kebanggaan Bangsa”, PT Bank Mega Tbk. merealisasikan berbagai strategi Perusahaan sehingga dapat tumbuh dan berkembang
dengan
pesat.Dalam
perjalanan
usaha
selanjutnya,
Perusahaan terus meningkatkan fasilitas produk dan kualitas layanan agar dapat bersaing dan sejajar dengan bank-bank terkemuka lainnya di Asia Pasifik.Atas penilaian kinerja yang telah dicapai, Bank Mega berhasil
meraih beberapa prestasi dan penghargaan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. 10. Bank Negara Indonesia Tbk. Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah.Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional.
Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa.Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara.
11. Bank NISP Tbk. PT Bank NISP Tbk, yang kini menjadi PT Bank OCBC NISP Tbk., merupakan bank keempat tertua di Indonesia, didirikan di Bandung pada tanggal 4 April 1941 dengan nama NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank. Sejak awal berdirinya, Bank NISP terus berkembang menjadi bank yang solid dan handal dengan fokus pelayanan kepada segmen usaha kecil dan menengah (UKM). Bank NISP mendapatkan statusnya sebagai bank umum pada tahun 1964, kemudian menjadi bank devisa pada tahun 1990 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1994. Pada akhir 1998, Bank NISP berhasil keluar dari krisis financial yang melanda Asia dan juga krisis perbankan Indonesia tanpa memerlukan program rerekapitalisasi Pemerintah.Bahkan, Bank NISP menjadi bank pertama yang memberikan pinjaman konsumer secara intensif melalui kredit pemilikan rumah, KPR Merdeka, tahun 1999. Inisiatif ini membuka jalan bagi Bank NISP untuk tumbuh pesat di era milenium baru, dimana jumlah aktiva Bank meningkat dari Rp 2,7 triliun tahun 1998 hingga Rp 29 trilion di akhir tahun 2007. Selain itu, sebagai bukti keberhasilannya, pada tahun 2006, Bank NISP memindahkan kantor pusatnya dari Bandung ke Jakarta dan menempati kantor pusat baru, Bank NISP Tower, di kawasan segitiga emas, Jakarta. Pada akhir tahun 2008, OCBC Bank-Singapura adalah pemegang saham pengendali dengan memiliki 74,73% saham Bank NISP melalui beberapa akuisisi
sejak tahun 2004. Dengan dukungan OCBC Bank-Singapura, Bank NISP melakukan berbagai perbaikan dan pengembangan untuk dapat mencapai status sebagai Bank Nasional sesuai Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Bank Swasta Terbesar Ke-5 di Indonesia (di luar Bank Pemerintah dan Bank Asing) pada tahun 2013. Untuk lebih mengoptimalkan hubungan dengan OCBC Bank Singapura, maka Bank NISP merubah namanya menjadi PT. Bank OCBC NISP Tbk. Dengan perubahan ini, maka Bank NISP menjadi sangat melekat dengan OCBC Bank sebagai salah satu bank terbesar di Asia. Hal ini juga merupakan komitmen besar OCBC Bank Singapura untuk terus mendukung perkembangan Bank OCBC NISP. Dengan nama dan brand yang baru, Bank OCBC NISP akan terus konsisten dengan komitmennya memberikan pelayanan terbaik bagi para nasabah dan stakeholders lainnya, termasuk menjalankan fungsi tanggung jawab sosial dan menjalankan prinsip Tata Kelola Perusahaan. Profil pemegang saham pengendali: OCBC Bank Singapura OCBC Bank Singapura merupakan bank lokal tertua di Singapura, dengan jaringan, kantor perwakilan serta perusahaan afiliasi di 15 negara dan teritori termasuk Singapura, Malaysia, Indonesia, Cina, Hong Kong, Brunei, Jepang, Australia, Inggris dan Amerika. Anak perusahaan OCBC Bank, Great Eastern Holding, adalah grup asuransi terbesar di Singapura dan Malaysia dalam hal aset dan pangsa pasar.Sedangkan anak perusahaan yang bergerak di bidang manajemen aset, Lion Global, adalah
perusahaan
manajemen
investasi
swasta
terbesar
di
Asia
Tenggara.Informasi selengkapnya dapat diakses di www.ocbc.com. 12. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk berkedudukan di Bandung dan berkantor pusat di Jalan Ir. Juanda No. 95, Bandung - 40132, Indonesia, didirikan berdasarkan Akta Pendirian No. 47, tanggal 18 Januari 1972, yang dibuat dihadapan Komar Andasasmita, SH, Notaris di Bandung. Bank BNP semula didirikan dengan nama PT. Bank Pasar Karya Parahyangan yang berorientasi bisnis pada usaha retail, kemudian pada bulan Juli 1989 ditingkatkan statusnya menjadi Bank Umum Nasional
dengan
harapan
dapat
meningkatkan
pelayanan
jasa
perbankannya lebih luas dan dapat membidik sektor ekonomi yang lebih besar lagi, sekaligus berganti nama menjadi PT Bank Nusantara Parahyangan. Pada Agustus 1994 guna melengkapi ragam transaksi dan akses perdagangan yang lebih luas khususnya untuk mengakomodir transaksi valuta asing dan perdagangan luar negeri melalui transaksi ekspor dan impornya, maka Bank BNP dilengkapi dengan ijin sebagai Bank Devisa. Pada tahun 2000 berdasarkan keputusan RUPSLB tanggal 15 September 2000, Bank BNP mengubah status perusahaan menjadi perusahaan publik (terbuka) dengan menawarkan 50.000.000 saham biasa kepada masyarakat dengan harga nominal per lembar saham Rp500 disertai dengan penerbitan waran sejumlah 20.000.000 lembar yang
dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta tanggal 10 Januari 2001, sehingga jumlah saham beredar saat itu menjadi sebanyak 150.000.000 saham. 13. Bank Permata Tbk. Bank Permata dibentuk sebagai hasil merger dari 5 bank di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yakni PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot pada tahun 2002. Di tahun 2004, Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk mengambil alih BankPermata dan memulai proses transformasi secara besar-besaran
didalam
organisasi.
Selanjutnya,
sebagai
wujud
komitmennya terhadap BankPermata, kepemilikan gabungan pemegang saham utama ini meningkat menjadi 89,01% pada tahun 2006. Kombinasi unik dari kedua pemegang saham strategis merupakan
salah
satu
kekuatan
utama
BankPermata.PT
Astra
International Tbk merupakan perusahaan Indonesia yang besar dan memiliki pengalaman kuat di pasar domestik.Standard Chartered Bank dengan keahlian dan pengalaman global terkemuka yang dimilikinya menjadikan BankPermata berada dalam posisi yang unik. Dan saat ini Bank Permata telah berkembang menjadi sebuah bank swasta utama yang menawarkan produk dan jasa inovatif serta komprehensif terutama disisi delivery channel-nya termasuk Internet Banking dan Mobile Banking.BankPermata memiliki aspirasi untuk menjadi penyedia jasa keuangan terkemuka di Indonesia, dengan fokus di
segmen Konsumer dan Komersial. Melayani sekitar 1,9 juta nasabah di 55 kota di Indonesia, PermataBank memiliki 278 cabang (termaksuk 10 cabang Syariah) dan 631 ATM dengan akses tambahan di lebih dari 40.000 ATM (VisaPlus, Visa Electron, MC, Alto, ATM Bersama dan ATM Prima) Pengakuan terkini atas pencapaian PermataBank adalah Penghargaan dari Bisnis Indonesia Award sebagai bank nasional terbaik tahun 2010, The Most Profitable and The Most Efficient Syariah Unit 2009 dalam The Islamic Award Nite 2010, The Asian Banker Sebagai Bank dengan Cash Management Terbaik di Indonesia 2010, The Most Prestigious Carre' dalam CCSL's Annual Call Center Award 2010 selama lima kali berturut-turut, peringkat pertama Annual Report Award 2008 untuk kategori listed private bank dan juara umum “Annual Report Award 2008 untuk seluruh kategori, peringkat pertama terbaik eCompany Award 2008 untuk seluruh kategori, Corporate Governance Award untuk kategori Best Equitable Treatment of Shareholders dari Business Review, Asosiasi Emiten Indonesia dan IICD, posisi kedua The Best CEO in Asia Best Managed Companies dan delapan besar The Best Corporate Governance in Asia Best Managed Companies dari Finance Asia Magazine, Banking Service Excellence Awards 2009 (10 konvensional dan 7 syariah) dari MRI & InfoBank, Penghargaan dari MURI untuk Nabung Serentak di 12 kota bagi pelajar, The Prestigious Service Quality Diamond Award 2009 dari Carre-Center for Service
Satisfaction & Loyalty (CCSL) &Marketing Magazine dan Banking Efficiency Award 2009 dari Bisnis Indonesia. 14. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Aria Wirjaatmadja dengan namaHulp-en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi yang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undangundang Pokok Perbankan dan Undangundang No. 13 tahun 1968 tentang Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugastugas pokok BRI sebagai Bank Umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang kepemilikannya masih 100% di tangan Pemerintah. PT BRI (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 didasarkan pelayanan pada masyarakat kecil sampai sekarang tetap konsisten, yaitu dengan fokus pemberian fasilitas kredit kepada golongan
pengusaha kecil. Hal ini antara lain tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp6.419,8 milyar yang meningkat menjadi Rp8.231,1 milyar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp20.466 milyar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) mempunyai Unit Kerja yang berjumlah 4.447 buah, yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BRI, 12 Kantor Wilayah, 12 Kantor Inspeksi /SPI, 170 Kantor Cabang(Dalam Negeri), 145 Kantor Cabang Pembantu, 1 Kantor Cabang Khusus, 1 New York Agency, 1 Caymand Island Agency, 1 Kantor Perwakilan Hongkong, 40 Kantor Kas Bayar, 6 Kantor Mobil Bank, 193 P.POINT, 3.705 BRI UNIT dan 357 Pos Pelayanan Desa. 15. Bank Swadesi Tbk. Keberadaan Bank Swadesi berawal dari sebuah bank pasar bernama Bank Pasar Swadesi yang berdiri pada tahun 1968 di Surabaya. Pada tahun 1984, kepemilikan Bank diambil alih oleh Keluarga Chugani yang menumbuh-kembangkan bank ini sehingga pada tanggal 2 September 1989, Bank Swadesi secara resmi beroperasi menjadi Bank Umum dengan nama PT Bank Swadesi. Pada tahun 1990, Bank Swadesi melakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT Bank Perkreditan Rakyat Panti Daya Ekonomi yang berkedudukan di Surakarta untuk dapat membuka kantor cabang di Jakarta dan setelah memperoleh ijin
dari Bank Indonesia, pada tahun 1992 Bank Swadesi menjalankan usaha sebagai pedagang valuta asing. Proses tumbuh dan berkembang ini terns berlanjut dibawah kepemilikan dan manajemen yang baru dan pada tanggal 11 November 1994 Bank Swadesi mendapatkan peningkatan status dari Bank Indonesia dan secara resmi beroperasi menjadi Bank Devisa, Dengan status devisa ini semakin memperkokoh posisi Bank Swadesi sebagai lembaga kepercayaan yang memberikan jasa dan layanan perbankan yang lebih beragam sesuai dengan kebutuhan nasabah. Dalam upaya pengembangan usaha dan sekaligus untuk mendekatkan diri pada sentra bisnis nasional, pada tahun 1995 dilakukan pemindahan Kantor Pusat dari Surabaya ke Jakarta.Konsistensi pada komitmen untuk terus berkembang dan memberikan yang terbaik dengan berpedoman pada prinsip kehati-hatian, telah menjadi bukti keberhasilan Bank Swadesi daiam melewati masamasa
sulit
ditengah
krisis
multidimensi
yang
melanda
Indonesia.Berdasarkan hasil due diligence yang dilakukan oleh pihak independent. Bank Swadesi termasuk dalam kategori bank "A" sehingga tidak perlu masuk dalam program rekapitalisasi. Sebagai langkah strategis untuk mengantisipasi perkembangan perbankan dimasa mendatang, khususnya dalam aspek permodalan, pada tahun 2002 Bank Swadesi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan tercatat sebagai lembaga perbankan ke-22 yang "go public". Sejalan dengan program kegiatan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Bank
Swadesi telah memenuhi kriteria sebagai Bank Fokus dengan modal minimal Rp100 miliar dan dengan kondisi permodalan yang cukup akan memberikan
keunggutan
kompetitif
bagi
Bank
Swadesi
dalam
memanfaatkan segala peluang yang ada. Sampai akhir tahun 2007, Bank Swadesi telah mengembangkan Jaringan operasional di dua kota terbesar di Indonesia yaitu Jakarta dan Surabaya dengan Jaringan unit kerja terdiri dari 4 Kantor Cabang, 5 Kantor Cabang Pembantu, 5 Kantor Kas dan 1 unit mobil kas keliling. Berpedoman pada visi dan misi yang baru, komitmen unluk memberikan yang terbaik dan penerapan prinsip kehatihatian, Bank Swadesi bertekad untuk memberikan jasa dan layanan yang terbaik bagi masyarakat dan pembangunan perekonomian Indonesia. Untuk dapat mewujudkan Visi, Misi dan sekaligus memperkuat posisinya dipeta perbankan nasional, Bank Swadesi memandang perlu untuk menjalin aliansi strategis dengan mengundang investor yang kuat. Upaya tersebut direalisasikan dengan penandatanganan Akta Akuisisi antara pemegang saham mayoritas Bank Swadesi dengan Bank Of India terkait dengan pengambilalihan saham sebanyak 235.600.000 lembar saham atau yang mewakili 76% dari keseluruhan saham Bank Swadesi pada tanggal 22 Juni 2007. Dengan demikian secara resmi Bank of India telah menjadi pemegang saham mayoritas dan mengambil alih pengendalian Bank Swadesi. Dengan dukungan Bank of India, Bank Swadesi kedepan diharapkan akan terus membangun fondasi yang kokoh untuk mencapai kinerja terbaik dengan pertumbuhan yang berkelanjutan
melalui alih pengetahuan dan teknologi, penempatan individu dan meningkatkan modal pada saat dibutuhkan. Bank of India, sebagai bank yang telah berusia 100 tahun dan memiliki 25 kantor cabang diluar negeri yang meliputi: USA, United Kingdom, Channel Islands, France, Kenya, Singapore, Indonesia, Hongkong, West Indies, Japan, China. Vietnam, South Africa, serta 2.718 kantor cabang di seluruh India, memberikan keyakinan kepada Bank Swadesi untuk tumbuh dan berkembang serta dapat berperan diperbankan nasionai maupun internasional. 16. Bank Victoria International Tbk. Tahun 1992, PT Bank Victoria International didirikan di Jakarta. Tahun 1994 PT Bank Victoria International memperoleh ijin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk beroperasi sebagai Bank Umum dan mulai beroperasi secara komersil. Tahun 1997, PT Bank Victoria International memperoleh ijin dari Bank Indonesia sebagai Pedagang Valuta Asing. 1999 PT. Bank Victoria International, Tbk pada bulan Juni, memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal
(Bapepam)
untuk
melakukan
penawaran
umum
kepada
masyarakat sebanyak 250.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal dan harga penawaran sebesar Rp100 per Saham dan sebanyakbanyaknya 80.000.000 Waran Seri I yang menyertai Saham Biasa Atas Nama melalui pasar modal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
PT Bank Victoria International, Tbk pada bulan Desember, memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan penawaran Obligasi Bank Victoria I tahun2000
kepada
masyarakat
sebanyak-banyaknya
sebesar
Rp100.000.000.000. Pada maret 2000, seluruh obligasi Perusahaan telah dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya. PT Bank Victoria International, Tbk pada bulan Agustus, memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas I kepada para pemegang saham dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD), Pada bulan November, dari jumlah saham yang ditawarkan sebanyak-banyaknya 614.000.000 Saham, jumlah yang diambil oleh Pemegang saham yang berhak/pemegang Sertifikat Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanyak 100.000.000 saham. 2003 PT Bank Victoria International, Tbk pada bulan Februari, memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan Penawaran Umum Terbatas II kepada para pemegang saham dalam penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak-banyaknya 705.243.360 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp100 per saham dan yang ditawarkan dengan harga Rp100 per saham dan sebanyak-banyaknya sejumlah 423.146.616 Waran Seri III yang menyertai Saham Biasa Atas Nama melalui pasar modal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pada bulan April, dari jumlah saham yang ditawarkan sebanyakbanyaknya 705.243.360 Saham, jumlah yang diambil oleh Pemegang saham yang berhak/pemegang Sertifikat Bukti Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanyak 400.000.000 saham. Pada bulan desember 2004, sejumlah 1.258.585.426 saham Bank Victoria telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta. 2005 Pada bulan Maret, PT. Bank Victoria International, Tbk melakukan pelunasan awal (call option) atas seluruh pokok obligasi dengan harga perolehan 100%. Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian No.
Nama Perusahaan
1 Bank Artha Graha International Tbk. 2 Bank Bumiputera Indonesia Tbk. 3 Bank Central Asia Tbk. 4 Bank Danamon Indonesia Tbk. 5 Bank International Indonesia Tbk. 6 Bank Kesawan Tbk. 7 Bank Mandiri (persero) Tbk. 8 Bank Mayapada Tbk. 9 Bank Mega Tbk. 10 Bank Negara Indonesia Tbk. 11 Bank NISP Tbk. 12 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 13 Bank Permata Tbk. 14 Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. 15 Bank Swadesi Tbk. 16 Bank Victoria International Tbk. Sumber : idx.co.id
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
B. Analisis Deskriptif Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA) Terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) 1. Corporate Social Responsibility (CSR) Pada tabel 4.2 menunjukkan adanya aktivitas CSR pada Bursa Efek Indonesia sektor perbankan tahun 2007-2009. Tabel 4.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Tahun 2007-2009 No. Kode Emiten 1 INPC 2 BBAP 3 BBCA 4 BDMN 5 BNII 6 BKSW 7 BMRI 8 MAYA 9 MEGA 10 BBNI 11 NISP 12 BBNP 13 BNLI 14 BBRI 15 BSWD 16 BVIC Sumber : data diolah
2007 44,87% 51,28% 52,56% 55,13% 53,85% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 55,13% 33,33% 38,46%
2008 44,87% 51,28% 52,56% 55,13% 53,85% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 55,13% 33,33% 38,46%
2009 44,87% 51,28% 52,56% 55,13% 53,85% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 55,13% 33,33% 38,46%
Berdasarkan hasil perhitunganCorporate Social Responsibility (CSR) masing-masing perusahaan pada Tabel 4.2, Pada Tahun 2007, Corporate Social Responsibility (CSR), tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon Tbk dan Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 55,13%dan terendah dipegang oleh Bank Kesawan Tbk dan Bank Mega Tbk sebesar
29,49%. Pada Tahun 2008, Corporate Social Responsibility (CSR), tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon Tbk dan Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 55,13%dan terendah dipegang oleh Bank Kesawan Tbk dan Bank Mega Tbk sebesar 29,49%. Dan pada Tahun 2009, Corporate Social Responsibility (CSR), tertinggi dimiliki oleh Bank Danamon Tbk dan Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 55,13%dan terendah dipegang oleh Bank Kesawan Tbk dan Bank Mega Tbk sebesar 29,49%.
2. Capital Adequacy Ratio (CAR) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio permodalan yang terdapat dalam aspek penilaian kinerja perbankan. Semakin besar rasio CAR maka semakin baik kinerja perusahaan (bank).Pada tabel 4.3 menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan CAR pada Bursa Efek Indonesia sektor perbankan tahun 2007-2009. Tabel 4.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)Tahun 2007-2009 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP
2007 12,24% 11,86% 19,20% 19,30% 20,19% 10,36% 21,10% 29,95% 11,84% 15,70% 16,15% 17,00%
2008 14,93% 11,78% 15,80% 16,80% 19,44% 10,43% 15,70% 23,69% 16,09% 13,50% 17,01% 14,40%
2009 13,87% 11,69% 15,30% 17,40% 14,71% 12,56% 15,60% 19,37% 18,13% 13,80% 15,45% 12,56%
13 BNLI 14 BBRI 15 BSWD 16 BVIC Sumber : data diolah
13,30% 15,84% 20,66% 15,43%
10,80% 13,18% 33,27% 22,77%
12,20% 13,20% 32,50% 16,86%
Berdasarkan hasil perhitunganCapital Adequacy Ratio (CAR) masing-masing perusahaan pada Tabel 4.3, Pada Tahun 2007, Capital Adequacy Ratio (CAR), tertinggi adalah Bank Mayapada Tbk sebesar 29,95%dan terendah adalah Bank Kesawan Tbk sebesar 10.36%. Pada Tahun 2008, Capital Adequacy Ratio (CAR), tertinggi dimiliki oleh Bank Swadesi Tbk sebesar 33.27%dan terendah dipegang oleh Bank Kesawan Tbk. Pada Tahun 2009, Capital Adequacy Ratio (CAR), tertinggi dimiliki oleh Bank Swadesi Tbk sebesar 32.50% dan terendah dipegang oleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk sebesar 11.69%. 3. Non Performing Loan (NPL) Pada tabel 4.4 menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan Non Performing Loan(NPL) pada Bursa Efek Indonesia sektor perbankan tahun 2007-2009 atau yang menjadi sampel penelitian. NPL merupakan perbandingan antara outstanding kredit bermasalah dengan outstanding kredit secara keseluruhan. Hal ini berarti semakin besar nilai rasio NPL sebuah bank, maka semakin kurang baiknya kinerja sebuah bank. Pada Tahun 2007, Non Performing Loan (NPL) tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 13.45%dan terendah dipegang oleh Bank Victoria International Tbk sebesar 0.20%. Pada Tahun 2008, Non Performing Loan (NPL) tertinggi dimiliki oleh Bank Bumiputera
Indonesia Tbk sebesar 5.64%dan terendah dipegang oleh Bank Victoria International Tbk sebesar 0,44%. Dan pada Tahun 2009, Non Performing Loan (NPL)tertinggi dimiliki oleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk sebesar 4,57% dan terendah dipegang oleh Bank Victoria International Tbk sebesar 0,03%. Tabel 4.4 Non Performing Loan (NPL)Tahun 2007-2009 No. Kode Emiten 1 INPC 2 BBAP 3 BBCA 4 BDMN 5 BNII 6 BKSW 7 BMRI 8 MAYA 9 MEGA 10 BBNI 11 NISP 12 BBNP 13 BNLI 14 BBRI 15 BSWD 16 BVIC Sumber : data diolah
2007 2,55% 6,10% 0,80% 4,10% 2,23% 6,81% 1,50% 0,14% 0,34% 4,00% 2,12% 1,48% 1,50% 13,45% 1,95% 0,20%
2008 2,70% 5,64% 0,60% 3,20% 2,00% 4,08% 1,10% 2,07% 0,45% 1,70% 1,75% 1,12% 1,10% 0,85% 2,16% 0,44%
2009 2,83% 4,57% 0,70% 3,30% 1,56% 5,70% 0,40% 0,49% 0,57% 0,80% 2,14% 1,81% 1,50% 1,08% 1,82% 0,03%
4. Return On Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa perusahaan bisa mencetak laba. Dasar pemikirannya adalah pada saat investor membeli saham,maka investor sedang memberikandana segar untuk menambah modal perusahaan tersebut. Dengan bertambahnya modal, investor mengharapkan kemampuan perusahaan untuk mencetak laba lebih besar
dari sebelumnya.Pada tabel 4.5 menunjukkan adanya kenaikan
dan
penurunan Return On Asset (ROA) pada Bursa Efek Indonesia sektor perbankan tahun 2007-2009.
Tabel 4.5 Return On Asset Tahun 2007-2009 No. Kode Emiten 1 INPC 2 BBAP 3 BBCA 4 BDMN 5 BNII 6 BKSW 7 BMRI 8 MAYA 9 MEGA 10 BBNI 11 NISP 12 BBNP 13 BNLI 14 BBRI 15 BSWD 16 BVIC Sumber : data diolah
2007 0,29% 0,52% 3,30% 2,80% 0,68% 0,35% 2,30% 1,46% 2,33% 0,90% 1,31% 1,29% 1,90% 4,61% 1,17% 1,64%
2008 0,34% 0,09% 3,40% 2,30% 1,15% 0,23% 2,50% 1,27% 1,98% 1,10% 1,54% 1,17% 1,70% 4,18% 2,53% 0,88%
2009 0,44% 0,18% 3,40% 2,60% 0,20% 0,30% 3,00% 0,90% 1,77% 1,70% 1,47% 1,02% 1,40% 3,73% 3,53% 1,10%
Berdasarkan hasil perhitunganReturn On Asset (ROA) masingmasing perusahaan pada Tabel 4.5, Pada Tahun 2007,Return On Asset (ROA), tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 4,61% dan terendah dipegang oleh Bank Artha Graha Tbk sebesar 0,29%. Pada Tahun 2008, Return On Asset (ROA), tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 4,18%dan terendah dipegang oleh Bank Bumiputera Indonesia Tbk sebesar 0,09%. Dan pada Tahun 2009,
penurunan Return On Asset (ROA), tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 3,73% dan terendah dipegang olehBank Bumiputera Indonesia Tbk sebesar 0,18%.
5. Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) Pada tabel 4.6 menunjukkan adanya kenaikan dan penurunan nilai perusahaan (Tobin’s Q) pada Bursa Efek Indonesia sektor perbankan tahun 2007-2009. Semakin besar presentasi nilai sebuah perusahaan (bank) maka semakin baik perusahaan tersebut. Tabel 4.6 Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) Tahun 2007-2009 No. Kode Emiten 1 INPC 2 BBAP 3 BBCA 4 BDMN 5 BNII 6 BKSW 7 BMRI 8 MAYA 9 MEGA 10 BBNI 11 NISP 12 BBNP 13 BNLI 14 BBRI 15 BSWD 16 BVIC Sumber : data diolah
2007 93,10% 122,00% 440,20% 360,40% 251,30% 189,30% 248,30% 262,70% 14,70% 174,50% 155,40% 153,60% 173,90% 469,00% 223,80% 87,90%
2008 32,00% 61,40% 344,20% 140,80% 362,70% 247,80% 138,60% 452,80% 16,40% 67,20% 112,10% 140,80% 87,10% 252,20% 184,20% 61,70%
2009 67,70% 111,10% 429,30% 240,10% 304,20% 259,90% 279,20% 433,20% 23,30% 157,70% 112,40% 111,60% 126,30% 346,10% 172,20% 84,40%
Berdasarkan hasil perhitungan, Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) masing-masing perusahaan pada Tabel 4.6, Pada Tahun 2007, Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) tertinggi dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia Tbk sebesar 469,00%dan terendah dipegang oleh Bank Mega Tbk14,70%. Pada Tahun 2008, Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) tertinggi dimiliki oleh Bank Mayapada Tbk sebesar 452,80% dan terendah dipegang Bank Mega Tbk sebesar 16,40%. Pada Tahun 2009, Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) tertinggi dimiliki oleh Bank Mayapada Tbk sebesar 433,20% dan terendah dipegang oleh Bank Mega Tbk sebesar 23,30%.
C. Hasil dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas model regresi adalah dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinearitas nilai VIF berkisar pada angka 1 hingga 10 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Ghozali, 2005: 91-92).
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model
Tolerance
1
VIF
(Constant) CSR
.788
1.270
CAR
.886
1.129
NPL
.793
1.261
ROA
.657
1.522
a. Dependent Variable: NP
Sumber : data diolah Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa setiap variabel memiliki nilai Tolerance tidak kurang dari 0.10 dan nilai Variance Inflation Faktor (VIF) tidak lebih dari 10.Analisis ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas terhadap variabel penelitian.Sehingga
layak
untuk
digunakan
dalam
pengujian
selanjutnya. b. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2005: 110-112). 1. Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Gambar 4.1 Uji Normalitas
Sumber : data diolah Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu nilai perusahaan berdasarkan masukan variabel independen yaitu Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA).
2. Analisis Statistik Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan jika tidak hati-hati. Secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya. Tabel 4.8 Uji Kolmogorov CSR N
CAR 48
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
NPL
ROA
NP
48
48
48
48
2.450000E1 2.450000E1
2.450000E1
2.450000E1
2.450000E1
1.3779031E1 1.3999240E1
1.3997340E1
1.3997720E1
1.3999620E1
.073
.075
.065
.183
.071
Positive
.109
.071
.073
.075
.065
Negative
-.183
-.065
-.065
-.075
-.065
1.269
.489
.509
.520
.451
.080
.971
.958
.950
.987
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
Sumber : data diolah Berdasarkan uji kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai Asymp.Sig memiliki nilai > 0,05, Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel independen yaitu Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA) sehingga data layak digunakan sebagai data penelitian.
c. Uji Autokorelasi Apabila data penelitian mengandung autokorelasi, data harus segera
diperbaiki
agar
model
tetap
dapat
digunakan.
Untuk
menghilangkan masalah autokorelasi dapat menggunakan uji durbin Watson. Adapun hasil uji Durbin Watson dalam penelitian ini adalah:
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Model
R
1
.563
R Square a
.317
Adjusted R Square .254
Std. Error of the Estimate 12.0934531
Durbin-Watson 2.166
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP
Sumber : data diolah Nilai Durbin Watson dari penelitian ini sebesar 2.166, ini mengartikan bahwa penelitian tidak mengalami autokorelasi. Apabila nilai Durbin Watson berada diantara 1.54 sampai dengan 2,64 maka dapat dipastikan data tidak mengalami autokorelasi (Wing Wahyu Winarno, 2006:5.27). d. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.
Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : data diolah Gambar 4.2 menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu serta tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan berdasarkan masukan atas variabel Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA). 2. Analisis Regresi Linear Berganda Untuk mengetahui hubungan dua atau lebih independen variabel dengan satu dependen variabel, misalnya dalam penelitian ini penulis menggunakan Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA).terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan pada pengolahan data, menggunakan Software SPSS 16.0 maka didapatkan suatu model regresi linear berganda dalam tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9 Uji Regresi Linier Berganda Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error
-.124
6.453
CSR
.336
.144
CAR
.292
NPL
.215
ROA
.162
Beta
t
Sig.
-.019
.985
.330
2.327
.025
.134
.292
2.183
.035
.142
.215
1.519
.136
.155
.162
1.043
.303
a. Dependent Variable: NP
Sumber : data diolah Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai koefisien dari persamaan regresi. Dalam kasus ini, persamaan regresi berganda yang digunakan adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan: a
= konstanta
b
= koefisien regresi
Y
= Nilai Perusahaan
X1
= CSR
X2
= CAR
X3
= NPL
X4
= ROA
e
= standar error
Dari output didapatkan model persamaan regresi: Y = - 0.124 + 0.336 X1 + 0.292 X2 + 0.215 X3 + 0.162 X4
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta sebesar - 0,124. hal ini menyatakan bahwa jika variabel Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA) dianggap konstan, maka nilai perusahaan akan konstan sebesar - 0.124 satuan. Koefisien regresi pada variabel CSR sebesar 0,336, hal ini berarti jika variabel CSR bertambah satu satuan maka variabel nilai perusahaan bertambah sebesar 0,336 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi pada variabel CAR sebesar 0,292, hal ini berarti jika variabel CAR bertambah satu satuan maka variabel nilai perusahaan bertambah sebesar 0,292 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi pada variabel NPL sebesar 0,215, hal ini berarti jika variabel NPL bertambah satu satuan maka variabel nilai perusahaan bertambah sebesar 0,215 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Koefisien regresi pada variabel ROA sebesar 0,162, hal ini berarti jika variabel ROA bertambah satu satuan maka variabelnilai perusahaan bertambah sebesar 0,162 satuan dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
a. Uji Koefisien Determinasi Uji ini dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel-variabel independen, yaitu Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA) dalam menjelaskan variasi variabel dependen, yaitu nilai perusahaan. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada kolom adjusted R square, yang ditampilkan pada tabel berikut: Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model 1
R .563
R Square a
.317
Adjusted R Square .254
Std. Error of the Estimate 12.0934531
Durbin-Watson 2.166
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP
Sumber : data diolah Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien Adjusted R Square yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen sebesar 0.254 yang artinya adalah 25,4% variabel dependen nilai perusahaan dijelaskan oleh variabel independen Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA). Sisanya sebesar 74,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel independen yang digunakan dalam penelitian.
b. Uji F (Simultan) Untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang digunakan dalam model regresi mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependen maka digunakan uji F, hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji F Statistik Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2922.681
4
730.670
Residual
6288.819
43
146.252
Total
9211.500
47
F 4.996
Sig. .002
a
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP
Sumber : data diolah Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikan sebesar 0.05 atau lebih kecil dari nilai probabilitas (p-value) 0.05 (0.002< 0.05), ini berarti bahwa variabel independen yaitu Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa H1 : Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap nilai perusahaan.
c. Uji t (Parsial) Pengujian regresi secara parsial (uji t) berguna untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen.Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas (p-value) dari masing-masing variabel dengan tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0.05. jika p-value lebih kecil dari 0.05 maka dapat dikatakan bahwa
variabel-variabel
independen
secara
parsial
mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji regresi secara parsial (uji t) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Hasil Uji t Statistik Model 1
t
Sig.
(Constant)
-.019
.985
CSR
2.327
.025
CAR
2.183
.035
NPL
1.519
.136
ROA
1.043
.303
a. Dependent Variable: NP
Sumber : data diolah 1) Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan Dari tabel di atas terlihat bahwa thitung koefisien CSR adalah 2,327, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai
α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 46 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 48-2 = 46). Didapat ttabel adalah 2.01. Variabel CSR memiliki nilai signifikansi 0.025 (0.025< 0.05). Sedangkan thitung > ttabel (2.327 > 2.01) maka H1 diterima, dan H0 ditolak, berarti secara parsial terdapat pengaruh variabel independen CSR (X1) terhadap variabel dependen nilai perusahaan (Y). 2) Pengaruh CAR terhadap nilai perusahaan Dari tabel di atas terlihat bahwa thitung koefisien CAR adalah 2.183, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 46 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 48-2 = 46). Didapat ttabel adalah 2.01. Variabel CAR memiliki nilai signifikansi0.035 (0.035 < 0.05).Sedangkan thitung > ttabel (2.186 > 2.01) maka H1 diterima dan H0 ditolak, berarti secara parsial terdapat pengaruh variabel independen CAR (X2) terhadap variabel dependen nilai perusahaan (Y). 3) Pengaruh NPL terhadap nilai perusahaan Dari tabel di atas terlihat bahwa thitung koefisien nilai perusahaan adalah 1.519, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel ttest, dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 46 (didapat dari
rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 48-2 = 46). Didapat ttabel adalah 2.01. Variabel NPL memiliki nilai signifikansi 0.136 (0.136> 0.05).sedangkan thitung < ttabel (1.043 < 2.01) maka H1 ditolak, dan H0 diterima, berarti secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel independen NPL (X3) terhadap variabel dependen nilai perusahaan (Y). 4) Pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan Dari tabel di atas terlihat bahwa thitung koefisien ROA adalah 1.043, sedangkan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0.05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi 2 menjadi 0.025 dan df = 46 (didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 48-2 = 46). Didapat ttabel adalah 2.01. Variabel ROA memiliki nilai signifikan 0.303 (0.303< 0.05). Sedangkan thitung < ttabel (1.043 < 2.01) maka H1 ditolak, dan H0 diterima, berarti secara parsial tidak terdapat pengaruh variabel independen ROA (X4) terhadap variabel dependen nilai perusahaan (Y).
D. Intrepretasi Hasil uji regresi berganda yang didapat adalah yang paling berpengaruh dan signifikan adalah CSR, sedangkan secara parsial ditemukan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah Corporate Social Responsibility (CSR) dan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), sedangkan Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dan secara simultan seluruh variabel berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma (2009), dengan judul penelitian Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa ROA berpengaruh positif secara statistik terhadap Nilai Perusahaan Pengungkapan CSR sebagai variabel pemoderasi berpengaruh positif secara statistik pada hubungan ROA dan Nilai Perusahaan Kepemilikan Manajerial sebagai variable pemoderasi tidak terbukti berpengaruh terhadap hubungan ROA dan Nilai Perusahaan. Penelitian lain memperkuat hasil penelitian, dalam penelitian yang dilakukan oleh Rika Nurlela Islahuddin (2008), dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating. Hasil penelitian menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi antara Corporate Social
Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan bepengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini perbedaan antara hasil pengujian sebelumnya dengan pengujian ini dikarenakan adanya perbedaan waktu penelitian, sektor yang diteliti,.Sehingga adanya perbedaan hasil analisis antara penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu. Sedangkan untuk nilai perusahaan, bila dikaitkan dengan variabel yang berpengaruh dan signifikan yaitu Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA)merupakan variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan dan nilai perusahaan adalah salah satu patokan dari para pemegang saham untuk menanamkan modalnya dalam berinvestasi dan merupakan pertimbangan bagi nasabah untuk menabung di dunia perbankan, sehingga nasabah akan yakin dengan eksistensi perbankan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL)dan Return On Asset (ROA) terhadap nilai perusahaan. Data yang diambil berdasarkan dari hasil laporan keuangan perusahaan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil Uji regresi ditemukan bahwa variabel Corporate Social Responsibility (CSR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan pada variabel Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan Yuniasih dan Made Gede Wirakusuma (2009). 2. Berdasarkan standard coefficient beta pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah CSR, atau yang memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan variabel bebas lainnya.
B. Implikasi Laporan keuangan merupakan acuan atau patokan bagi para investor karena laporan keuangan menggambarkan kondisi ekonomi suatu perusahaan. Para investor haruslah cermat mengamati kinerja keuangan perusahaan (bank). Diantaranya keterlibatan perusahaan untuk membangun masyarakat dan lingkungannya dan rasio kecukupan modal. Sesuai dengan hasil penelitian ini, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan rasio kecukupan modal menjadi pertimbangan, sehingga para investor tidak salah dalam melakukan investasi di suatu perusahaan. Penelitian ini membuktikan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan dan capital adequacy ratio (CAR) juga menjadi indikator perusahaan yang baik. Dengan positifnya pengaruh CSR dan CAR maka kedua variabel tersebut dapat dijadikan alasan penilaian investor untuk berinvestasi di perusahaan (bank).
C. Saran Penelitian ini dimasa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian yang berkualitas lagi dengan adanya beberapa masukan mengenai beberapa hal diantaranya: 1. Untuk penelitian mendatang, dapat memperluas sampel penelitian bukan hanya pada perusahaan yang perbankan saja.
2. Untuk penelitian mendatang, diharapkan mengambil waktu penelitian jangan hanya 3 tahun saja akan tetapi harus lebih dari 3 tahun agar nantinya dapat mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi. 3. Untuk penelitian mendatang, sebaiknya menambah variabel independen atau variabel moderating guna mengetahui variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau memperlemah variabel dependen.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Puguh Siswanto.”Pengaruh Pengungkapan Sosial Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Terhadap Reaksi Investor (Studi Kasus Pada Perusahaan High Profile Yang Listing di BEJ)”. Juli 2008. data didownload tanggal 3 Juli 2010, Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 7, No.2, November 2005. Arx, Urs von and Ziegler, Andreas. “The Effect of CSR on Stock Performance : New Evidence for the USA and Europe”. Swiss Federal Institute of Technology Zurich, Economics Working Paper Series, Working Paper 08/85, May 2008. Becchetti, Leonardo, et.all. “ Corporate Social Responsibility dan Shareholders Value – An Empirical Analysis”. Bank Of Finland Research, Discussion Paper, Jan 2009. Data didownload tanggal 10 Juli 2010, http://papers..ssrn.com/abstract=928557.pdf Becchetti, Leonardo and Ciciretti, Rocco. “Corporate Social Responsibility and Stock Market Performance”. CEIS Tor Vergata, Research Paper Series, Vol. 27, No. 79, March 2006. data didownload tanggal 10 Juli 2010, http://papers.ssrn.com/abstract=897499.pdf Brine, Matthew et.all. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance in the Australian Context”. Corporation dan Financial Services Divisions, the Australian Treasury, Juni 2007. data didownload tanggal 10 Juli 2010, www.treasury.gov.au/documents/1268/PDF/04_CSR.pdf Chotib. 2008. Model Pemberdayaan Lokal yang Berkelanjutan Melalui CSR. Warta Demografi”. Tahun 38 No.2 2008. Depok. Darmawati, Deni dkk. “Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja perusahaan”. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar, 2-3 Desember 2004. DeMaCarty, Peter. “Financial Returns of Corporate Social Responsibility,and the Moral Freedom and Responsibility of Business Leaders”. Beacon Management Consulting, Januari 2009. data didownload tanggal 3 Juli 2010, http://papers.ssrn.com/-abstrack=1154827
Dilling, Peter F.A. “The Effect Of The Inclusion To The Dow Jones Sustainability World Index On Firm Value – An Empirical Event Study”. 2008 EABR & TLC Conferences Proceedings, Rothenburg, Jerman, Juni 2008. data didownload tanggal 11 Juli 2010, http://www.cluteinstituteonlinejournals.com/Programs/Rothenburg_2008/Article%20296.pdf Edi. 2008. CSR dan Bisnis. Majalah Bisnis dan CSR, maret 2008: 223. Efendi, Munandar. 2009. “Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Harga Saham”. Skripsi FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Undip, Semarang. _______. 2007. Pengaruh CAR (Capital Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio), BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) dan NPL (Non Performing Loan) terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri (Januari: 2004– Oktober: 2006. Yogyakarta. Skripsi UII, Yogyakarta Goss, Allen dan Gordon S. Robert. 2009. The Impact of Corporate Social Responsibility on The Cost of Bank Loans. Diakses melalui www.ssrn.com pada 28 September 2009. Hamid, Abdul. 2008. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Indira, Januarti dan Apriyanti, Dini. “Pengaruh Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal MAKSI Vol. 5 No.2, Agustus, 2005. Kenta, Hino. ”Corporate Social and Financial Performance: An Empirical Study on a Japanese Company”. Maret 2006. Japan Productivity Center for Socio Economic Development. Data didownload tanggal 3 Juli 2010, http//:www.jpc-sed.or.jp/ Khoirunnisa. 2007. Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Sosial Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi FEIS Majalah Bisnis dan CSR. Vol.1, No.4 Maret 2008 Mardiyah, Aida Ainul dan Widyastuti, Anis.”Pengaruh Stakeholder Terhadap Tanggung Jawab Sosial Dan Akuntansi Sosial Perusahaan” November 2007. data didownload tanggal 3 Juli 2010,
Mirfazli, Edwin dan Nurdiono. “Evaluasi Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Pada Laporan Tahunan Perusahaan dalam Kelompok Aneka Industri yang Go Publik di BEJ”. Jurnal Akuntansi Keuangan,Vol.12 No.1, Januari 2007. didownload tanggal 3 Juli 2010, dari lemlit.unila.ac.id/file/1-Semua-%20(word).pdf. Nawiyah. 2008. Analisis Rasio CAMEL Dalam Mempredikdi Kondisi Kebangkrutan Pada Lembaga Perbankan Yang Go Public Di Indonesia Periode 2002-2006. Skipsi UIN. Nelling, Edward dan Webb, Elizabeth. “Corporate Social Responsibility And Financial Performance:The “Virtuous Circle” Revisited”. Philadelphia, Agustus 2006. data didownload tanggal 3 Juli 2010, www.fma.org/SLC/Papers/CSR_and_Financial_Performance_FMA.pdf Nurlela, Rika dan Islahuddin. “Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XI Pontianak 2008, 2008. Rachmawati, Andri dan Hanung Triamoko. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”, Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, 2007. Rajafi, Lalu Roby dan Irianto, Gugus. “Analisis Pengungkapan Laporan Sosial dan Lingkungan Sebagai Bagian dari Triple Bottom Line Reporting Dalam Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan: Studi Perbandingan Rata-Rata Tema Pengungkapan Antar Kelompok Industri Yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2005”. TEMA, Vol. 8, No.1, Maret, 2007. Ratnawati, Enny. 2008. Menu Wajib www.google.com pada 10 Juli 2010.
Perbankan.
Diakses
melalui
Rosmasita, Hardhina. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sosial (Social Disclosure) dalam Laporan Keuangan Tahunan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek jakarta”. Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2007. data didownload tanggal 3 Juli 2010, rac.uii.ac.id/server/document/Public/2008041510305305312539.pdf Saleh, Mustaruddin, et.all. “ An Empirical Examination of the Relationship between Corporate Social Responsibility Disclosure and Financial Performance in an Emerging Market”. Kuala Lumpur, Malaysia, Juni 2008. data didownload tanggal 3 Juli 2010, www.pbfeam2008.bus.qut.edu.au/papers/documents/MustaruddinSaleh_Final.pdf
Sayekti, Yosefa dan Wondabio, Ludovicus Sensi.”Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 10, Makasar, 2007. Sembiring, Edi Resmana. 2005. “Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial : Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium Nasional Akuntansi KAKPM-24. Sembiring. 2008. Manfaat CSR Kembali ke Perusahaan. Bisnis dan CSR”. Jakarta. Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat Suharto, Edi. “Menggagas Standar Audit Program CSR”. www.policy.hu/suharto, Januari 2008. Tsoutsoura, Margarita. “Corporate Social Responsibility and Financial Performance”. Haas School of Business, University of California at Berkeley, California, Maret 2004. data didonwload tanggal 10 Juli 2010, http://www.haas.berkeley.edu/responsiblebusiness/documents/CSRandFinancialReporting.pdf Tunggal, Amin Widjaja. “ Business Ethics dan Corporate Social Responsibility (CSR) – Konsep dan Kasus”. Harvarindo, Jakarta, 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas didownload dari www.bpkp.go.id/unit/dan/uu40-2007-pt.pdf Untung, Hendrik Budi. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep & Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho Publishing: Gresik. Yuniasih, Ni Wayan dan Wirakusuma, Made Gede.”Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi” Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, 2007. Data didownload tanggal 23 Maret 2004, http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok%20wirakusuma-yuniasih.pdf Yuningsih. “Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Praktek Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan Publik”. Perth University, Australia, Juli 2008. data didownload tanggal 11 Juli 2010, www19.indowebster.com/3f81840a4e3041d6f36853b67edd74a3.pdf.
Zubaidah, Siti. “Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Semen Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”. UMM, 2008. data didownload tanggal 3 Juli 2010, www19.indowebster.com/db86575aa012341a464dc051ab28b573.pdf
LAMPIRAN 1 : Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian No.
Nama Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Bank Artha Graha International Tbk. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. Bank Central Asia Tbk. Bank Danamon Indonesia Tbk. Bank International Indonesia Tbk. Bank Kesawan Tbk. Bank Mandiri (persero) Tbk. Bank Mayapada Tbk. Bank Mega Tbk. Bank Negara Indonesia Tbk. Bank NISP Tbk. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Bank Permata Tbk. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Bank Swadesi Tbk. Bank Victoria International Tbk.
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
LAMPIRAN 2 : Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel Perhitungan CSR Perusahaan (Bank) 1 - 8 Perhitungan Corporate Social Responsibility (CSR)
No
Tema Pengungkapan
INPC
BBAP
BBCA
BDMN
BNII
BKSW
BMRI
MAYA
Lingkungan 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1 Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluran riset dan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi daratan atau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi , 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Penggunaan material daur ulang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 Kontribusi dalam pemugaran bangungan sejarah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 Pengolahan limbah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 Perlindungan lingkungan hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Energi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 Menggunakan energi secarea lebih efisien dalam kegiatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 Peningkatan efisiensi energi dari produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 Kebijakan energi perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 Statistik kecelakaan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 Pelayanan kesehatan tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Lain-lain Tenaga Kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 29 Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 35 Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36 Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 37 Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 38 Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 39 Presentase gaji untuk pensiun 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 40 Kebijakan penggajian dalam perusahaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41 Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42 Tingkatan managerial yang ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43 Disposisi staff, dimana staff ditempatkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44 Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 45 Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46 Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 47 Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 48 Rencana pembagian keuntungan lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 49 Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 50 Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 51 Laporan tenaga kerja yang terpisah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 52 Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 53 Gangguan dan aksi tenaga kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 54 Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 55 Kondisi kerja secara umum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 56 Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 57 Statistik perputaran tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 Produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 58 Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 59 Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 60 Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 61 Produk memenuhi standar keselamatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62 Membuat produk lebih aman untuk konsumen 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 63 Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 64 Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 65 Informasi atas keselamatan produk perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 66 Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 67 Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 Keterlibatan Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 68 Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 69 Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 70 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 71 Membantu riset medis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 72 Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 73 Membiayai program beasiswa 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 74 Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 75 Sponsor kampanye nasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 76 Mendukung pengembangan industri lokal 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 77 Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78 Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 Total Per Tahun 35 35 35 40 40 40 41 41 41 43 43 43 42 42 42 23 23 23 42 42 42 41 41 41 0,4487 0,4487 0,4487 0,5128 0,5128 0,5128 0,5256 0,5256 0,5256 0,5513 0,5513 0,5513 0,5385 0,5385 0,5385 0,2949 0,2949 0,2949 0,5385 0,5385 0,5385 0,5256 0,5256 0,5256
Perhitungan CSR Perusahaan (Bank) 9 - 16 No Tema Pengungkapan MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC Lingkungan 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 1 Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluran riset dan pengembangan 0 untuk0pengurangan 0 polusi0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum 2 dan peraturan polusi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah 3 atau akan dikurangi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat 4 pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi daratan atau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi , 5 minyak, air dan kertas 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 Penggunaan material daur ulang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan 7 yang dibuat perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 Kontribusi dalam pemugaran bangungan sejarah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11 Pengolahan limbah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak 12 lingkungan perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 Perlindungan lingkungan hidup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Energi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 Menggunakan energi secarea lebih efisien dalam kegiatan operasi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumi energi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 Peningkatan efisiensi energi dari produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 Kebijakan energi perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kesehatan dan Keselamatan Kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 Statistik kecelakaan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 Menetapkan suatu komite keselamatan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 Pelayanan kesehatan tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Lain-lain Tenaga Kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 30 Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat managerial 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 33 Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 35 Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 36 Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan 0 diri 0 atau yang 0 telah membuat 0 kesalahan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 38 Fasilitas untuk aktivitas rekreasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 39 Presentase gaji untuk pensiun 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 40 Kebijakan penggajian dalam perusahaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 41 Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 42 Tingkatan managerial yang ada 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 43 Disposisi staff, dimana staff ditempatkan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 44 Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 45 Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 46 Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 47 Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 48 Rencana pembagian keuntungan lain 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 49 Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan 0 kepuasan 0 dan motivasi 0 kerja 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 50 Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan peruahaan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 51 Laporan tenaga kerja yang terpisah 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 52 Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 53 Gangguan dan aksi tenaga kerja 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 54 Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 55 Kondisi kerja secara umum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 56 Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 57 Statistik perputaran tenaga kerja 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 Produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 58 Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 59 Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 60 Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 61 Produk memenuhi standar keselamatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 62 Membuat produk lebih aman untuk konsumen 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 63 Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 64 Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 65 Informasi atas keselamatan produk perusahaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 66 Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 67 Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat0(misalnya0 ISO 9000) 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 Keterlibatan Masyarakat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 68 Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, 1 pendidikan 1 1dan seni 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 69 Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 70 Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 71 Membantu riset medis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 72 Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 73 Membiayai program beasiswa 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 74 Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 75 Sponsor kampanye nasional 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 76 Mendukung pengembangan industri lokal 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 77 Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung 0jawab sosial 0 perusahaan 0 kepada 1 masyarakat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 78 Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain0 yang disebutkan 0 di0 atas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Total Per Tahun 23 23 23 42 42 42 41 41 41 23 23 23 42 42 42 43 43 43 26 26 26 30 30 30 0,2949 0,2949 0,2949 0,5385 0,5385 0,5385 0,5256 0,5256 0,5256 0,2949 0,2949 0,2949 0,5385 0,5385 0,5385 0,5513 0,5513 0,5513 0,3333 0,3333 0,3333 0,3846 0,3846 0,3846
Corporate Social Responsibility (CSR) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
2007 44,87% 51,28% 52,56% 55,13% 53,85% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 55,13% 33,33% 38,46%
2008 44,87% 51,28% 52,56% 55,13% 53,85% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 55,13% 33,33% 38,46%
2009 44,87% 51,28% 52,56% 55,13% 53,85% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 52,56% 29,49% 53,85% 55,13% 33,33% 38,46%
Capital Adequacy Ratio (CAR) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
2007 12,24% 11,86% 19,20% 19,30% 20,19% 10,36% 21,10% 29,95% 11,84% 15,70% 16,15% 17,00% 13,30% 15,84% 20,66% 15,43%
2008 14,93% 11,78% 15,80% 16,80% 19,44% 10,43% 15,70% 23,69% 16,09% 13,50% 17,01% 14,40% 10,80% 13,18% 33,27% 22,77%
2009 13,87% 11,69% 15,30% 17,40% 14,71% 12,56% 15,60% 19,37% 18,13% 13,80% 15,45% 12,56% 12,20% 13,20% 32,50% 16,86%
Non Perfoming Loan (NPL) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
2007 2,55% 6,10% 0,80% 4,10% 2,23% 6,81% 1,50% 0,14% 0,34% 4,00% 2,12% 1,48% 1,50% 13,45% 1,95% 0,20%
2008 2,70% 5,64% 0,60% 3,20% 2,00% 4,08% 1,10% 2,07% 0,45% 1,70% 1,75% 1,12% 1,10% 0,85% 2,16% 0,44%
2009 2,83% 4,57% 0,70% 3,30% 1,56% 5,70% 0,40% 0,49% 0,57% 0,80% 2,14% 1,81% 1,50% 1,08% 1,82% 0,03%
Return On Asset (ROA) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
2007 0,29% 0,52% 3,30% 2,80% 0,68% 0,35% 2,30% 1,46% 2,33% 0,90% 1,31% 1,29% 1,90% 4,61% 1,17% 1,64%
2008 0,34% 0,09% 3,40% 2,30% 1,15% 0,23% 2,50% 1,27% 1,98% 1,10% 1,54% 1,17% 1,70% 4,18% 2,53% 0,88%
2009 0,44% 0,18% 3,40% 2,60% 0,20% 0,30% 3,00% 0,90% 1,77% 1,70% 1,47% 1,02% 1,40% 3,73% 3,53% 1,10%
Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kode Emiten INPC BBAP BBCA BDMN BNII BKSW BMRI MAYA MEGA BBNI NISP BBNP BNLI BBRI BSWD BVIC
2007 93,10% 122,00% 440,20% 360,40% 251,30% 189,30% 248,30% 262,70% 14,70% 174,50% 155,40% 153,60% 173,90% 469,00% 223,80% 87,90%
2008 32,00% 61,40% 344,20% 140,80% 362,70% 247,80% 138,60% 452,80% 16,40% 67,20% 112,10% 140,80% 87,10% 252,20% 184,20% 61,70%
2009 67,70% 111,10% 429,30% 240,10% 304,20% 259,90% 279,20% 433,20% 23,30% 157,70% 112,40% 111,60% 126,30% 346,10% 172,20% 84,40%
LAMPIRAN 3 : Hasil Perhitungan SPSS 16.0 Descriptive Statistics Mean NP CSR CAR NPL ROA
Std. Deviation
2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1
N
13.9996201 13.7790312 13.9992401 13.9973402 13.9977202
48 48 48 48 48
Correlations NP Pearson Correlation
NP
Sig. (1-tailed)
CSR
NPL
ROA
1.000
.442
.327
.122
.304
CSR
.442
1.000
.099
.096
.386
CAR
.327
.099
1.000
-.228
.315
NPL
.122
.096
-.228
1.000
-.359
ROA
.304
.386
.315
-.359
1.000
.
.001
.012
.205
.018
CSR
.001
.
.252
.258
.003
CAR
.012
.252
.
.059
.015
NPL
.205
.258
.059
.
.006
ROA
NP
N
CAR
.018
.003
.015
.006
.
NP
48
48
48
48
48
CSR
48
48
48
48
48
CAR
48
48
48
48
48
NPL
48
48
48
48
48
ROA
48
48
48
48
48
b
Model Summary
Model 1
R
R Square .563
a
Adjusted R Square
.317
.254
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
12.0934531
2.166
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2922.681
4
730.670
Residual
6288.819
43
146.252
Total
9211.500
47
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP
F 4.996
Sig. .002
a
Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error
-.124
6.453
CSR
.336
.144
CAR
.292
.134
NPL
.215
ROA
.162
a. Dependent Variable: NP
Charts
a
Standardized Coefficients Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
-.019
.985
.330
2.327
.025
.788
1.270
.292
2.183
.035
.886
1.129
.142
.215
1.519
.136
.793
1.261
.155
.162
1.043
.303
.657
1.522
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test CSR N a Normal Parameters
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal.
48 2.450000E1
CAR
NPL
ROA
NP
48 48 48 48 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1
1.3779031E1 1.3999240E1 1.3997340E1 1.3997720E1 1.3999620E1 .183 .109 -.183 1.269 .080
.071 .071 -.065 .489 .971
.073 .073 -.065 .509 .958
.075 .075 -.075 .520 .950
.065 .065 -.065 .451 .987