MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: SIDDIQOH _______________________________
NIM: 11107025
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 i
ii
MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: SIDDIQOH ______________________________
NIM: 11107025
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 iii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
M. Gufron. M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudari Siddiqoh Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama
: SIDDIQOH
NIM
: 111 07 025
Jurusan / Progdi
: TARBIYAH / PAI
Judul
: MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL
POPONGAN
BRINGIN
KABUPATEN
KECAMATAN SEMARANG
TAHUN 1431/1432 H Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, wr, wb Salatiga, 06 Agustus 2011 Pembimbing
M. Gufron, M.Ag NIP. 19720814 200312 1 001 iv
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
SKRIPSI MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF ALITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H DISUSUN OLEH SIDDIQOH NIM : 111 07 025 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) salatiga, pada tanggal 15 Agustus 2011 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji
:
Suwardi, M. Pd
Sekretaris Penguji
:
Dra. Siti Asdiqoh, M. Si
Penguji I
:
Drs. Juz’an, M. Hum
Penguji II
:
Drs. Bahroni, M.Pd
Penguji III
:
M. Gufron, M. Ag
Salatiga, 22 Agustus 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002 v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siddiqoh
NIM
: 11107025
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 05 Agustus 2011 Yang menyatakan,
Siddiqoh
vi
MOTTO
Kesulitan itu seperti air keruh. Bersabarlah !!...! Jangan diaduk, karena sebentar lagi akan jernih (Silvina; 2005)
PERSEMBAHAN
1. Suamiku tercinta (Pak Rofi`) yang senantiasa memotivasi aku untuk selalu maju dan berjuang. 2. Anakku tersayang (Dek Azka) yang menjadi motivator terbesar dalam hidupku. 3. Orang tuaku (Ibu Maryatun dan Bp. Jumadi) yang telah membesarkan aku mengurus dan membimbing aku serta senantiasa mendo’akan untuk keberhasilanku. 4. Kakakku (Mbak Bis) yang senantiasa menyayangi anakku, ikut membimbing dan mengasuhnya, serta seluruh keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan. 5. Keluarga besar mertua, yang selalu mendo’akan dan mendukung aku. 6. Pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah, segala puji bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat salam tersanjung kepada beliau Nabi Muhammad SAW, yang telah mereformasi dunia dari jaman Jahiliyah menjadi jaman Islamiyah yang terang benderang dengan pancaran ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431 / 1432 H”. Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga. 3. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik 4. Bapak M. Gufron, M.Ag. yang telah membimbing dan memberi pengarahan sampai terselesainya penyusunan skripsi ini. 5. Semua Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga yang telah memberi bekal pengetahuan dan pelayanan kepada penulis.
viii
6. Suami dan anakku yang senantiasa memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh keluarga yang tercinta yang telah meberikan bantuan dan motivasi demi terselesainya skripsi ini. 8. Seluruh rekan Ibu guru RA Falahul Mu’minin 02 yang telah membantu terselesainya skripsi ini. 9. Teman-teman seperjuangan PAI-A angkatan 2007. 10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal dan budi baik yang mereka berikan kepada penulis menjadi catatan amal kebaikan di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta masyarakat pada umumnya. Amin.
Salatiga, 05 Agustus 2011
Penulis
ix
ABSTRAK Siddiqoh. 2011. Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/ 1432 H Dosen Pembimbing : M. Gufron, M.Ag Kata Kunci : Model Pembelajaran, Pondok Pesantren, Salaf Berbagai macam lembaga pendidikan di Indonesia, baik lembaga pendidikan formal maupun non formal yang senantiasa eksis dan ikut serta berperan dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Salah satu lembaga pendidikan tersebut adalah pondok pesantren yang merupakan sebuah lembaga non formal,yang merupakan lembaga pendidikan tertua di negeri ini yang masih memiliki peran penting dalam dunia pendidikan. Dalam perkembangannya pada masa sekarang semakin banyak pondok pesantren yang menampung para santri dengan berbagai predikat yaitu ada berpredikat modern yakni dengan menambahkan materi-materi umum, dan ada yang tetap mempertahankan predikat salafiyah yakni tidak memasukkan materi-materi umum. Seperti Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, yang senantiasa mempertahankan predikat salafnya di tengah-tengah zaman era modern ini. Untuk itu penulis hendak meneliti model pembelajaran di Pondok Pesantren tersebut, mulai dari model pembelajaran yang diterapkan, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran, serta implikasinya model pembelajaran pada diri santri, yang penulis fokuskan pada asrama putri. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu kurang lebih dua minggu mulai 16 Juni 2011 sampai 26 Juni 2011, dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui pengamatan, triangulasi, dan pengecekan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kec. Bringin Kab. Semarang tahun 1431 / 1432H menggunakan berbagai macam metode yaitu klasikal, hafalan, sorogan, bandongan, takror, kilatan, takzir, pelatihan, jam’iyah dan riyadloh. Dalam pelaksanaanya ada beberapa faktor yang sangat mendukung dalam proses pembelajaran diantaranya lingkungan islami, dewan asatidz yang berada dalam lingkungan pesantren, yang dibantu para santri senior. Adapun halhal yang menghambat diantaranya adalah karakter santri yang berbeda-beda dan ada yang masih melanggar peraturan. Dari model pembelajaran yang diterapkan sangat berpengaruh baik pada diri sendiri yaitu menumbuhkan rasa tanggung jawab, sosial, dan toleransi dan mandiri. x
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................
i
HALAMAN LOGO .........................................................................................
ii
HALAMAN JUDUL .......................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK .......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..................................................................
1
B. Fokus Penelitian .............................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ......................................................................
5
E. Penegasan Istilah ............................................................................
6
F. Metode Penelitian ...........................................................................
8
xi
G. Sistematika Penulisan .................................................................... 16 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran ....................................................................... 18 1. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 18 2. Teori-teori Pembelajaran ........................................................... 22 3. Ciri-ciri Pembelajaran ............................................................... 24 4. Unsur-unsur Pembelajaran ........................................................ 27 5. Model Pembelajaran ................................................................. 30 B. Pondok Pesantren ............................................................................ 32 1. Pengertian Pondok Pesantren ..................................................... 32 2. Ciri-ciri Pondok Pesantren ......................................................... 34 3. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ........................................ 42 4. Model Pembelajaran Pondok Pesantren..................................... 45 5. Perkembangan Pondok Pesantren .............................................. 48 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 51 1. Letak Geografis Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang .... 51 2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang .... 52 3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang xii
Tahun
1431/1432 H ............................................................. 53
4. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 ……………………………………………… 54 5. Keadaan Sarana dan Prasarana .................................................. 56 6. Keadaan Guru Pondok Pesantren............................................... 57 7. Keadaan Santri Pondok Pesantren ............................................. 58 B. Kegiatan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H .... 59 C. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H..................................................................................... 62 1. Kurikulum Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H……………………………………………………. 62 2. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H .................................................................... 65 3. Evaluasi Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H .................................................................... 75
xiii
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Kegiatan dan Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H .... 76 E. Implikasi Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H ......................................................................... 78 BAB IV PEMBAHASAN A. Kegiatan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H .... 82 B. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H..................................................................................... 83 1. Kurikulum Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H ............................................................................... 83 2. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H ............................................................................... 85 3. Evaluasi Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H ............................................................................... 90
xiv
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Kegiatan dan Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H .... 91 D. Implikasi Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H ........................................................................ 92 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................... 96 B. Saran ................................................................................................ 98 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN- LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sarana dan Prasarana. Tabel 2. Keadaan Ustad/Ustadzah. Tabel 3. Keadaan Santri. Tabel 4. Jadwal Kegiatan. Tabel 5. Mata Pelajaran. Tabel 6 Kesimpulan Hasil Penelitian.
xvi
DAFTAR GAMBAR
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran .1 Tata Tertib Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Beserta Sangsinya Tahun 1431/1432 H. Lampiran .2 Jadwal Hasil Penelitian tentang Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang1431/1432 H. Lampiran .3 Pedoman Observasi tentang Pelaksanaan Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang1431/1432 H. Lampiran .4 Pedoman Wawancara. Lampiran .5 Transkip Hasil Wawancara. Lampiran .6 Foto. Lampiran .7 Daftar SKK. Lampiran .8 Lembar Konsultasi Skripsi. Lampiran .9 Surat Ijin Penelitian. Lampiran .10 Surat Keterangan Penelitian.
\ xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan penyempurna dari agama yang dibawa oleh para Nabi sebelumnya. Dan inilah sebabnya Islam disebut sebagai agama yang sempurna. Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 3 dan sebagai wahyu yang terakhir yang berbunyi : 4 $YΨƒÏŠ zΝ≈n=ó™M}$# ãΝä3s9 àMŠÅÊu‘uρ ÉLyϑ÷èÏΡ öΝä3ø‹n=tæ àMôϑoÿøCr&uρ öΝä3oΨƒÏŠ öΝä3s9 àMù=yϑø.r& tΠöθu‹ø9$#
Artinya : Pada hari ini telah kusempurnakan agamamu untukmu, dan telah ku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah aku ridhai Islam sebagai agamamu. (Depag. RI., 2005:142-143) Sebagai agama yang sempurna Islam telah mengajarkan segala aspek yang ada dalam kehidupan, yang salah satunya adalah masalah pendidikan (Tarbiyah). Bahkan Islam sangat memprioritaskan masalah ini, terbukti tidak sedikit ayat Allah ataupun Hadiś yang memerintahkan serta menjelaskan arti pentingnya pendidikan. Salah satunya yang menunjukkan bahwa Allah sangat cinta pada hambanya yang berpendidikan adalah dengan mengangkat derajat para ahli ilmu. Sebagaimana tersebut dalam potongan ayat Al-Qur’an surat alMujadalah ayat 11, yaitu : ×Î7yz tβθè=yϑ÷ès? $yϑÎ/ ª!$#uρ 4 ;M≈y_u‘yŠ zΟù=Ïèø9$# (#θè?ρé& tÏ%©!$#uρ öΝä3ΖÏΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# ª!$# Æìsùötƒ
1
Artinya
: Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.(Depag. RI., 2005:793)
Di Indonesia sejauh ini telah memiliki perhatian yang tinggi terhadap masalah pendidikan, mulai dari tingkat dasar bahkan pra dasar (TK atau PAUD) sampai pada Perguruan Tinggi yang telah berkembang dan berperan dalam pencerdasan anak bangsa. Lain halnya dari pendidikan formal, masih banyak juga pendidikan non formal yang tetap memiliki eksistensi yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik yang bersifat tradisional maupun yang bersifat modern semua mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, serta selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia, yang salah satunya adalah lembaga pendidikan pondok pesantren. Pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan non formal merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia bersifat tradisional, yang tujuan pendidikannya adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama, dan mengamalkannya sebagai pedoman dalam hidup sehari-hari atau disebut dengan Tafaqquh Fiddin. Penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersebut diasuh oleh seorang Kyai atau Ulama dan dibantu oleh para Ustadz. Tujuan pendidikan di pesantren adalah untuk membentuk watak dan pribadi yang berbudi, berakhlakul karimah, serta sebagai penerus dan penegak agama dan negara. Ini sebabnya pesantren telah
2
diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarah pendidikan disebutkan bahwa pesantren adalah sebagai bukti awal kepedulian masyarakat Indonesia terhadap pendidikan, sehingga pesantren juga disebut sebagai lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia (Depag RI, 2003:1), dan pesantren telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim yang mampu menampung berjuta santri. Seiring dengan keadaan Pesantren yang semakin berkembang sampai pada masa sekarang serta selebihnya dalam memasuki era globalisasi pada saat ini, menjadikan semakin kritisnya pemikiran para pemuka agama (ulama’ Islam) untuk selalu menjaga eksistensi pondok pesantren. Dalam rangka mengimbangi dunia yang semakin mengglobal, serta untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakat, maka tidak sedikit pondok pesantren didirikan dengan memberikan predikat sebagai
pondok pesantren yang modern atau biasa
disebut dengan pondok pesantren Khalaf, yaitu dengan memberikan pola pengajaran yang berbeda dengan pondok pesantren yang masih memiliki predikat Salaf. Dengan semakin banyaknya pesantren yang berdiri yang bersifat modern, tidak menjadikan lemahnya eksistensi pesantren yang masih bersifat salaf. Terbukti di salah satu pesantren yang berada di kawasan Kabupaten Semarang, yaitu Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang tetap mempertahankan predikatnya sebagai pondok pesantren yang masih menerapkan model-model
3
pembelajaran yang bersifat salafiyah seperti model pembelajaran hafalan, sorogan, bandongan, ta’ziran (hukuman), dan lain sebagainya. Pesantren tersebut tidak berkeinginan untuk merubah menjadi pondok pesantren modern, walaupun pada saat sekarang masyarakat lebih mempercayakan pada pondok pesantren modern dalam mengarahkan pendidikan untuk anak-anaknya. Akan tetapi sesuai dengan fungsinya pesantren ini tetap memiliki peran yang sangat penting terhadap masyarakat sekitar khususnya, serta bagi kependidikan Indonesia umumnya. Dan sampai sekarang masih membimbing para santri yang datang dari berbagai penjuru. Pondok pesantren ini terbagi menjadi dua asrama yaitu putra dan putri dengan pengasuh serta pola bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran yang sama. Dari realita yang ada ini menjadiklan ide pokok bagi penulis untuk membedah eksistensi pondok pesantren salaf, dengan menfokuskan pada halhal yang mendasar yang ada di pondok pesantren tersebut khususnya di asrama putri. Sehingga penulis hendak melakukan penelitian dengan judul “MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF ALITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H.” B. Fokus Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut :
4
1. Bagaimanakah model pembelajaran di pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H ? 2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang pada tahun 1431/1432 H ? 3. Bagaimana implikasi model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamtaan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H bagi santri-santrinya ? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui model pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung proses pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan
Kecamatan
Bringin
Kabupaten
Semarang
pada
tahun
1431/1432H. 3. Untuk mengetahui implikasi model pembelajaran yang diterapkan terhadap santrinya di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H.
5
D. Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak baik secara praktis maupun teoritis. 1. Kegunaan Praktis a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang untuk lebih memperbaiki model pembelajaran yang ada. b. Sebagai masukan bagi masyarakat pada umumnya untuk lebih memperhatikan putra-putrinya dengan mengarahkan pada pendidikan yang menciptakan Akhlakul Karimah seperti Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. 2. Kegunaan Secara Teoritis a. Untuk menambah wawasan dalam rangka pengembangan pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang masih eksis di negeri ini. b. Untuk menambah pengetahuan tentang berbagai macam model pembelajaran di pesantren sebagai sarana dalam proses pembelajaran. c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi peneliti berikutnya. E. Penegasan Istilah. Untuk menghindari adanya salah penafsiran dan supanya mudah dalam memahami penelitian ini yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK
PESANTREN
SALAF
6
AL-ITTIHAD
PUTRI
PONCOL
POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H”, maka penulis perlu memaparkan penegasan istilahistilah dalam judul tersebut. 1. Model Pembelajaran a. Model Model adalah pola, acuan,
ragam (macam) (Purwodarminto,
2006:773). b. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang belajar (Depdiknas, 2007:17) Model pembelajaran adalah berbagai ragam atau macam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang. Adapun dalam penelitian ini mengarah pada macam-macam metode pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. 2. Pondok Pesantren Salaf a. Pondok. Pondok yang digunakan dalam bahasa Jawa berarti madrasah dan asrama
sebagai
tempat
mengaji
dan
belajar
agama
Islam
(Purwadarminto, 2006:906) b. Pesantren. Pesantren adalah asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji dan menuntut ilmu terutama yang berkaitan dengan agama Islam (Purwadarminto, 2006:884).
7
c. Salaf Salaf berarti sesuatu yang terdahulu (Depdiknas, 2007:982). Kata salaf merupakan kata dari bahasa Arab yang digunakan sebagai lawan dari kata modern. Pondok Pesantren salaf berarti asrama dan madrasah yang digunakan untuk tempat belajar mengaji dan menuntut ilmu dalam bidang agama Islam
yang
pembelajarannya
masih
menggunakan
model-model
pembelajaran terdahulu. Dari keterangan di atas dapat dipahami maksud judul dalam penelitian ini adalah berbagai macam atau ragam cara dalam mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam yang dilaksanakan di asrama dan madrasah Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Bogdan & Taylor, 1992:21-22). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian
8
(seorang, lembaga, masyarakat dan sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tempat sebagaimana adanya. Adapun landasan pemikiran yang digunakan adalah berdasarkan pada satu gejala yaitu fenomenologis. Pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong, 2002:9). Cara kerja pendekatan fenomenologis adalah dengan “berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga dapat mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari”(Moleong, 2002:9). Pendekatan ini lebih tepat digunakan dalam penelitian ini karena peneliti secara langsung akan masuk pada objek penelitian untuk membedah dan mengetahui fenomena yang ada dalam proses pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. 2. Kehadiran Peneliti Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis pada
bulan Juni 2011
selama kurang lebih 2 minggu. Peneliti hadir secara langsung pada objek dalam rangka untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, serta mencari informasi-informasi untuk melengkapi data-data yang dibutuhkan. Dengan ini penulis hadir pada objek penelitian berposisi sebagai seorang peneliti.
9
3. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang difokuskan pada asrama putri. Peneliti memilih lokasi ini karena sebelumnya belum ada yang melakukan penelitian tentang pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang sebagai satu-satunya Pondok Pesantren Salaf yang tertua di daerah tersebut. 4. Sumber Data Untuk pengambilan data dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data dari subjek dan informan penelitian yang telah ditentukan. Adapun subjek penelitian adalah “Sumber data utama penelitian yang memiliki data mengenai variabel yang diteliti … dan pada dasarnya yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian,” (Azwar, 2007 : 34 – 35). Dalam penelitan kualitatif yang merupakan sumber utama data adalah kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik (Moleong, 2002: 112). Data-data utama dalam penelitian ini akan didapatkan dari para pengasuh (Kyai), para ustazd/ustadzah, dan pengurus Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Informan adalah orang dalam pada latar penelitian, dan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2002: 90). Adapun para santri putri Pondok
10
Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H adalah sebagai informan dalam penelitian ini. 5. Metode Pengumpulan Data. Dalam rangka untuk memperoleh data yang dibutuhkan, maka penelitian ini dilakukan dengan prosedur yang ditetapkan dengan beberapa metode sebagai berikut : a. Observasi Metode observasi merupakan suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keadaan/fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat(Mardalis, 2004:63) Metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara mengamati secara langsung proses pembelajaran yang berlangsung dalam rangka untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran yang diterapkan, serta memperhatikan kondisi yang ada dan melakukan pencatatan seperlunya untuk dilaporkan dalam skripsi ini. b. Wawancara Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135).
11
Wawancara
ini dilakukan
untuk
mengetahui bagaimana
implikasinya model pembelajaran yang diterapkan terhadap para santri putri, serta apa saja yang menjadi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan model pembelajaran yang ada. c. Dukumentasi Metode dukumentasi berarti peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, pereturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2010:201 ) Metode ini digunakan untuk mencari data-data yang sifatnya tertulis, seperti sejarah, struktur organisasi, jumlah santri, jadwal pelajaran, tata tertib beserta sanksi-sanksinya, dan hal lain yang berhubungan dengan model pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. 6. Analisis Data Untuk menganalisis data-data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik analisis data. Analisis data sebagai proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis seperti yang disarankan data (Moleong, 2002: 103) Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif (interactive model of analysis) yang terdiri dari tiga
12
analisis data yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Miles, 1992:19) Ketiga komponen tersebut merupakan sebuah siklus yang saling berurutan dan berhubungan serta bersifat beruntun dengan saling susul menyusul. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Reduksi Data Dimaksudkan
sebagai
proses
pemilihan
dan
pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabtraksian dan transformasi data “kasar” yang berasal dari catatan-catatan yang ditemukan di lapangan. Reduksi data dilakukan sejak peneliti mulai membuat kerangka kerja konseptual, serta kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan bagaimana cara pengumpulan data yang diajukan dan bagaimana cara pengumpulan data yang dibutuhkan. Proses ini dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung dan sebagai langkah analisis. b. Penyajian Data Dari hasil penelitian yang didapatkan akan terkumpul dalam berbagai bentuk seperti matriks, skema, tabel dan jaringan kerja dengan kegiatan, kemudian data-data tersebut disajikan dalam bentuk narasi atau tulisan yang tersusun secara logis dan sistematis sehingga mudah dipahami yang mana data-data tersebut telah direduksi sebelumnya.
13
c. Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan dimulai sejak pengumpulan data dengan memahami dari data-data yang ada dan dibuat pola-pola penjelasan kemudian
baru
dibuat
kesimpulan.
Agar
kesimpulan
dapat
dipertanggungjawabkan maka perlu dilakukan pengecekan dari awal. 7. Pengecekan keabsahan data Tujuan pengecekan keabsahan data adalah untuk mengetahui kebenaran
dari
data-data
yang
didapatkan
sehingga
dapat
dipertanggungjawabkan agar penelitian ini mendapatkan keabsahan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut (Hidayati, 2007: 36): a. Pengamatan secara terus menerus Pengamatan ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
berbagai model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf
Al-Ittihad
Putri
Poncol
Popongan
Kecamatan
Bringin
Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, dalam situasi yang sangat relavan dengan persoalan yang menjadi tema dalam penelitian ini. Untuk menghasilkan data yang komplit, maka penelitian ini dilaksanakan dengan penuh teliti dan rinci sehingga dapat memahami kegiatan yang berlangsung. b. Triangulasi Yang dimaksud dengan teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
14
di luar data itu sendiri untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2002:178) Dalam Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperolah melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2002:178), yakni teknik ini dilaksanakan dengan membandingkan data yang satu dengan sumber data yang lain, seperti perbandingan hasil pengamatan (observasi) dengan hasil wawancara atau dokumentasi. c. Mengadakan “Member Check” Salah satu cara yang sangat penting agar apa yang dipaparkan tidak mengalami kekeliruan, yakni dengan cara pada akhir wawancara diulangi garis besarnya berdasarkan catatan, apa yang dikatakan oleh responden dengan tujuan agar memperbaiki apabila ada kekeliruan atau menambah apa yang masih kurang. Atau sebagaimana yang dijelaskan oleh Lincoln dan Guba member check berarti mencocokkan pemahaman anda (peneliti-penleliti) mengenai data dengan orangorang
yang
dikaji,
dengan
menerangkan,
mengulangi,
atau
memparafrasekan (Daymon, 2008:149). Dalam penelitian ini peneliti mengadakan pengecekan ulang terhadap data yang ada dengan mengajukan hasil-hasil data pada sumber data, untuk mengetahui adanya kekurangan serta mendapatkan keabsahan data.
15
G. Sitematika Penulisan Untuk memudahkan dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui penyusunan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang : latar belakang masalah, fokus
penelitian,
tujuan
penelitian,
kegunaan
penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang kajian pustaka yang meliputi: pengertian pembelajaran, teori-teori pembelajarn, ciriciri
pembelajaran,
unsur
pembelajaran,
model-model
pembelajaran, pengertian pondok pesantren, ciri-ciri pondok pesantren,
sistem
pendidikan
pondok
pesantren,
model
pembelajaran pondok pesantren, serta perkembangan pondok pesantren. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dari fakta temuan hasil penelitian terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, yang berupa letak greografis, sejarah berdirinya pondok pesantren, visi dan misi, keadaan guru, santri dan sarana
prasarana. Kemudian tentang model pembelajaran
yang ada di pondok pesantren, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat
proses
pembelajaran,
serta
implikasi
model
pembelajaran yang diterapkan terhadap para santri Pondok
16
Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. BAB IV : PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas satu persatu tentang paparan data dari hasil penelitan. BAB V
: PENUTUP Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran berasal dari kata belajar yang berimbuhan awalan pe- dan akhiran –an. Secara umum dapat diketahui bahwa pembelajaran berarti sebuah proses belajar dan mengajar. Akan tetapi banyak ahli yang telah mendefinisikannya dengan lebih sistematis, baik dari kata pembelajaran itu sendiri atau secara terperinci dari kata belajar dan mengajar. Untuk lebih mudah dalam memahaminya maka akan dipaparkan pengertiannya satu persatu. Definisi belajar telah diuangkapkan oleh banyak ahli diantaranya oleh Crombach dalam bukunya Educational Psychology, menyatakan “Learning is show by a change in behavior as a result of experience.” (Suryabrata, 2007:231), yang berarti bahwa belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari latihan. Sedangkan menurut dictionary of psychology yang dikutip dari Muhimmin Syah menyebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama : belajar diartikan “the process of acquiring knowledge”, kedua: belajar diartikan “ a relatively permanent change potentiality which occurs as a result of reinforced practice.” Pengertian pertama memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian kedua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk beraksi yang relatif langgeng sebagai hasil
18
latihan yang diperkuat (Sriyanti, 2009 : 22-33). Dengan bahasa lain Tafsir (2008: 60) menyebutkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil latihan penguatan (reinforce). Dari beberapa pengertian ini dapat disimpulkan bahwa belajar berarti suatu proses yang dapat menghasilkan suatu perubahan, yang mana proses tersebut bisa berupa sebuah latihan atau pengalaman. Kata belajar memiliki beberapa pengertian sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Nasution yang dikutip oleh Usman (2002:19) yaitu sebagai berikut. a. Mengajar ialah menanamkan pengetahuan kepada murid; b. Mengajar ialah kebudayaan kepada anak; dan c. Mengajar ialah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Senada dengan pengertian tersebut di atas Reflis Kosasi menjelaskan bahwa mengajar ialah suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh guru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku pada diri anak (Usman, 2002 : 20-21). Kemudian disimpulkan oleh Usman (2002:21) bahwa mengajar adalah suatu usaha bagaimana mengatur lingkungan dan adanya interaksi subjek didik (anak) dengan lingkungannya sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.
19
Dengan adanya beberapa definisi tersebut dapat dipahami bahwa mengajar adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang terhadap peserta didik untuk menghasilkan adanya suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari perilaku buruk menjadi baik dalam satu waktu yang dikondisikan. Pengertian tersebut di atas telah sesuai dengan Firman Allah SWT, dalam Al Qur’an Surta Al-Kahfi ayat: 66, yaitu : . #Y‰ô©â‘ |MôϑÏk=ãã $£ϑÏΒ ÇyϑÏk=yèè? βr& #’n?tã y7ãèÎ7¨?r& ö≅yδ 4y›θãΒ …çµs9 tΑ$s% Artinya: Musa berkata kepadanya : "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (Depag. RI., 2005:412). Dari ayat ini nampak jelas bahwa yang namanya mengajar adalah mengarahkan peserta didik pada arah yang lebih baik (kebenaran). Setelah diketahui tentang definisi belajar dan mengajar maka akan mengarah pada pengertian pembelajaran dengan jelas. Sebagaimana telah dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan orang menjadikan belajar (Depdiknas, 2007:). Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berbeda dengan dua pengertian tersebut oleh Abdul Fattah Jalal dengan bahasa lain mengartikan pembelajaran dengan menggunakan bahasa arab yaitu ta’lim ( ) yang berarti proses pemberian
20
pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab, dan penanaman amanah (Nasir,2005:47). Muhammad Rosyid Ridlo menjelaskan ta’lim adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu (Nasir, 2005:48). Definisi ini selaras dengan ayat Al-Qur’an yang termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 31, yaitu : βÎ) ÏIωàσ‾≈yδ Ï!$yϑó™r'Î/ ’ÎΤθä↔Î6/Ρr& tΑ$s)sù Ïπs3Í×‾≈n=yϑø9$# ’n?tã öΝåκyÎz÷tä §ΝèO $yγ‾=ä. u!$oÿôœF{$# tΠyŠ#u zΝ‾=tæuρ tÏ%ω≈|¹ öΝçFΖä. Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama (benda) itu jika kamu mamang benar !" (Depag. RI., 2005:6) Berdasarkan pada firman Allah SWT dan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berarti sebuah proses yang berlangsung antara dua belah pihak yaitu penyampai (guru) dan penerima (peserta didik) dalam rangka mentransformasikan suatu pengetahuan dengan didasari rasa tanggung jawab. Dengan dijelaskannya definisi belajar, mengajar dan pembelajaran itu sendiri maka dapat ditarik satu kesimpulan bahwa belajar adalah usaha untuk mendapatkan sesuatu yang ditandai dengan adanya suatu perubahan, mengajar adalah usaha seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar memiliki sikap dan pengalaman yang baru, dan pembelajaran adalah proses antar keduanya (belajar dan mengajar).
21
2. Teori Pembelajaran Teori merupakan sebuah pernyataan ilmiah yang diungkapkan oleh para ahli dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran sebenarnya telah muncul sejak manusia itu dilahirkan, sedangkan munculnya teori pembelajaran adalah belakangan setelah kehidupan manusia berkembang secara mapan. Ketika pola pikir manusia semakin maju dan berkembang, maka teori pembelajaran juga bermunculan secara bertahab dan semakin sempurna. Akan tetapi bukan berarti teori sebelumnya adalah salah, karena masing-masing teori memiliki dasar dan pembuktian sendiri-sendiri. Secara singkat di bawah ini akan diungkapkan beberapa teori pembelajaran yang berdasarkan pada bidang psikologi yaitu : a. Teori Kondisioning Klasik oleh Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) Teori ini lebih dikenal dengan sebutan nama pencetusanya yaitu teori Pavlov. Teori ini menyatakan bahwa sikap perilaku seseorang dapat berupa sebuah respon dari stimulus yang ada, atau dengan bahasa lain perilaku telah tumbuh dari sebuah kebiasaan yang dengan sengaja telah dikondisikan. b. Teori koneksionisme oleh Edward Lee Thorndike (1874-1989) Menurut Thorndike belajar untuk mengubah sebuah perilaku tidak cukup dengan adanya stimulus dan respon, akan tetapi Thorndike telah menghubungkan keduanya karena dapat menghasilkan adanya hubungan saraf (neural) yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
22
perilaku. Oleh karena itu teori ini disebut dengan koneksionisme yang mengacu pada koneksi neural antara stimulus dan respon (Sriyanti, 2009:63). Bagi Thorndike, bentuk belajar yang paling mendasar adalah Trial and error atau disebut dengan selecting dan connecting (Sriyanti, 2009:63) Dari pernyataan tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa teori koneksionisme menurut Thorndike ini berarti sebuah perubahan akan didapatkan dari sebuah penemuan dari beberpa percobaan. Karena Thorndike
memandang
bahwa
belajar
sebagai
suatu
usaha
memecahkan (Tafsir, 2008:29). c. Teori operan kondisioning oleh B. F. Skinner (1904-1990) Teori yang diungkapkan skinner sebenarnya tidak lari dari dasar adanya hubungan antara stimulus dan respon, hanya saja Skinner menambahi bahwa stimulus yang menghasilkan respon positif hendaknya diberi sebuah pengukuhan (reinforcement). Pengukuhan (reinforcement) adalah metode peningkatan frekuensi atau kekerapan (berlangsungnya) suatu perilaku (Sriyanti, 2009:83) Teori-teori tersebut merupakan teori mendasar dari segi psikologi perspektif behaviorisme (tingkah laku). Dengan dasar teori-teori tersebut ada beberapa teori yang lebih spesifik mengarah pada proses pembelajaran disebutkan oleh Hamalik (2003:58-64) sebagai berikut : a. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah.
23
b. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. c. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. d. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik. e. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. 3. Ciri Pembelajaran Dilihat dari definisi dan teorinya, pada hakikatnya pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Pembelajaran yang dibahas di sini adalah pembelajaran yang berlangsung secara sistematis dan direncanakan dalam sebuah bangku pendidikan. Pembelajaran sebagai suatu proses belajar dan mengajar secara terperinci dari segi belajar telah memiliki ciri-ciri tersendiri sebagaimana diungkapkan oleh Sriyanti mengutip pendapat Baharudin dan Esa N. W yaitu : a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku. b. Perubahan perilaku dari hasil belajar itu relatif permanen. c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi bersifat potensial. d. Perubahan tingkah laku itu merupakan hasil latihan atau pengamalan.
24
e. Pengamalan atau latihan itu dapat memberikan penguatan (Sriyanti, 2009:24) Dari sini nampak jelas bahwa ciri-ciri orang yang telah belajar maka akan didapatkan suatu perubahan pada dirinya. Adapun ciri-ciri pembelajaran yang dilangsungkan dalam ruangan menurut Hamalik (2003: 64-66) adalah sebagai berikut : a. Rencana, b. Kesaling ketergantungan (Interdependence), c. Tujuan, Rencana berarti adanya sebuah kesengajaan penataan terhadap semua unsur-unsur sistem pembelajaran yang termasuk di dalamnya yaitu penataan ketenagaan, material dan prosedur untuk mempermudah dalam melangkah pada hal-hal yang hendak menjadi tujuan. Kesaling ketergantungan berarti adanya saling kait mengkait antara unsur-unsur pembelajaran yang satu dengan yang lainnya dengan selaras, serasi, dan sistematis. Ini berarti pembelajaran tidak akan terjadi ketika tidak ada keterpaduan dalam unsur-unsur pembelajaran. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik ketika tidak ditentukan atau memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu dalam proses pembelajaran tersebut. Maka dengan adanya tujuan akan lebih mudah mengarah dan dapat menfokuskan pembicaraan dalam pembahasan materinya, sehingga peserta didik akan lebih mudah untuk menerima dan memahami.
25
Berbeda dengan Hamalik, Djamaroh (2006:39-42) menyebutkkan ciri-ciri pembelajaran secara lebih terperinci sebagai berikut: a. Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu, sehingga perhatian dipusatkan pada anak didik. b. Prosedur yang direncanakan dan didesain secara sistematik dan relevan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sehingga dapat tercapai tujuan yang optimal. c. Materi sesuai tujuan dengan memperhatikan komponen anak didik dan
komponen-komponen
lain
serta
disiapkan
sebelum
berlangsungnya kegiatan pembelajaran. d. Aktivitas anak didik baik secara fisik maupun mental. e. Guru sebagai pembimbing harus dapat memotivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. f. Kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur yang telah ditetapkan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator pelanggaran disiplin. g. Adanya batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran. h.
Evaluasi dalam rangka untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Ciri-ciri ini sifatnya lebih melengkapi, karena ciri-ciri sebelumnya
juga telah tercakup dalam ciri-ciri yang terakhir. Dari ciri-ciri yang ada menunjukkan bahwa pembelajaran adalah suatu pelaksanaan yang tertata
26
secara sistematis, dan mengarah dalam mencapai tujuan, yang mana tujuan utamanya adalah adanya suatu perubahan atas bimbingan dari seorang guru. 4. Unsur-unsur Pembelajaran Unsur dapat dikatakan suatu komponen yang harus ada. Unsur pembelajaran berarti segala sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan pembelajaran. Sebenarnya unsur pembelajaran juga dapat mejadi ciri dari pembelajaran, maka isi dari unsur pembelajaran hampir sama dengan yang disebutkan dalam ciri-ciri pembelajaran. Secara mendasar unsur yang paling utama adalah guru, siswa dan materi. Menurut Djamaroh (2006:41-50) yang termasuk dalam unsur-unsur pembelajaran adalah : a. Tujuan pembelajaran; b. Bahan pelajaran (materi); c. Kegiatan belajar mengajar; d. Metode pembelajaran; e. Alat dan alat bantu pembelajaran; f. Sumber pelajaran; g. Evaluasi. Slameto (1991:91-92) menyebutkan unsur-unsur pembelajaran dengan bahasa yang berbeda, bahwa dalam membuat strategi belajar mengajar mencakup delapan unsur perencanaan tentang : a. Komponen-komponen sistem yaitu guru/dosen, siswa/mahasiswa;
27
b. Jadwal Pelaksanaan; c. Tugas-tugas
belajar
yang
akan
dipelajari
dan
yang
telah
diidentifikasikan; d. Materi/bahan ajar, alat pelajaran dan alat bantu mengajar; e. Masukan dan karakteristik siswa; f. Bahan pengait; g. Metode dan teknik; h. Media yang digunakan. Berbeda dengan kedua pendapat di atas menurut Hamalik (2003:6770) membagi unsur pembelajaran sebagai berikut : a. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru 1) Motivasi membelajarkan siswa. Yakni seorang guru harus memiliki motivasi yang kuat untuk mendidik siswanya. Sehingga guru harus berjiwa ikhlas dan berpendidik dalam rangka menjadikan peserta didiknya menjadi orang yang berpengetahuan dan kepribadian yang baik.
2) Kondisi guru siap membelajarkan siswa. Tidaklah cukup dengan motivasi yang tinggi untuk menjadi guru, akan tetapi juga harus benar-benar mempersiapkan diri dengan kemampuan dalam proses pembelajaran atau yang disebut dengan kemampuan profesional.
28
b. Unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar 1) Motivasi belajar menurut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. 2) Sumber-sumber
yang
digunakan
sebagai
bahan
belajar
diantaranya: a) Buku Pelajaran; b) Pribadi Guru; c) Sumber Masyarakat. 3) Pengadaan alat-alat bantu belajar. 4) Suasana kelas (belajar) yang efektif. 5) Subjek yang belajar. Unsur-unsur ini lebih mengarah pada hal yang bersifat umum yakni dari segi intern (kepribadian guru) dan juga yang bersifat ekstern (abstrak: buku materi, alat bantu, siswa). Berdasarkan pada beberapa unsur yang telah disebutkan dapat disimpulkan secara umum unsur-unsur pembelajaran adalah : a. Guru dan siswa atau pengajar dan yang diajar. b. Materi yang akan diajarkan. c. Metode pembelajaran. d. Media pembelajaran. e. Alat bantu (dapat berupa media atau bahan pengait materi). f. Sumber pelajaran.
29
g. Tujuan pembelajaran. h. Evaluasi. Dengan terpenuhinya semua unsur pembelajaran maka niscaya proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuannya. 5. Model pembelajaran Sebagaimana yang telah dijelaskan di bab I bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah berbagai macam ragam proses belajar yang dilakukan oleh seseorang. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran maka seorang guru dituntut untuk aktif dan tanggap dalam memperlakukan peserta didiknya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Pembelajaran yang dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas pasti tetap harus direncanakan dengan matang dalam menggunakan teknik yang akan digunakan. Adapun yang harus diperhatikan adalah pembelajaran di dalam kelas di mana seorang guru harus mampu menjadikan satu kesatuan (satu pandangan yang sama) dalam satu ruangan dengan kondisi peserta didik yang berbeda-beda. Dengan ini disebutkan model-model mengajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran kelas adalah : a. Model pemprosesan informasi; b. Model pribadi; c. Model interaksi sosial; d. Model perilaku (Muhtar, 2003:132-133).
30
Model pemprosesan informasi adalah seseorang guru harus berusaha menjelaskan pada siswa untuk memberikan suatu tanggapan terhadap halhal yang datang pada dirinya (seperti pergaulan, trand, dan lain-lain). Model pribadi adalah mengarahkan pada siswa untuk mengekpresikan kreatifitas yang dimiliki secara pribadi (potensi). Model interaksi sosial berarti guru mengarahkan pada siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungannya dengan sikap demokrasi, terutama kepada teman-temannya. Model perilaku berarti siswa diarahkan kepada suatu pola belajar yang lebih berfokus pada hal-hal yang lebih spesifik (Muhtar, 2003:133). Dari keempat model ini pengajaran berfungsi untuk mengarahkan pada siswa agar dapat menguasai serta bertanggung jawab atas dirinya, bersosial, dan serius dalam belajar. Dalam pelaksanaannya model-model pembelajaran dipraktekkan dengan berbagai metode atau cara pembelajaran. Sehingga pembahasan model pembelajaran juga seakan mengarah pada metode yang digunakan dalam pembelajaran. Telah disebutkan secara garis besar metode mengajar di klasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu : a. Metode mengajar konvensional; dan b. Metode mengajar inkonvensional (Usman, 2002:2003). Adapaun metode yang secara umum digunakan adalah metode mengajar konvensional. Metode inkonvensional baru diterapkan bagi sekolah-sekolah yang sudah modern. Contoh-contoh metode konvensional adalah metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi, metode
31
drill, beserta metode-metode lain yang sering dibahas dalam buku metodologi pembelajaran. B. Pondok Pesantren Salaf 1. Pengertian Pondok Pesantren. Pondok pesantren merupakan dua kata yang memiliki satu paduan makna yang secara umum telah diketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu tempat yang berupa asrama dan madrasah yang digunakan untuk mempelajari, mengkaji, dan mendalami ilmu-ilmu agama Islam. Namun sebenarnya dua kata tersebut memiliki arti sendiri-sendiri. Seperti yang dikemukan oleh Sodjoko (1974:13) Pondok diambil dari bahasa arab yaitu Funduk yang artinya ruang tidur, wisma atau hotel sederhana. Poerwadarminto (1982 : 246) menjelaskan bahwa Pondok yang dipakai dalam bahasa Indonesia lebih menekankan pada kesederhanaan yang sinonimnya adalah kamar, gubug dan rumah kecil. Berbeda yang diungkapkan oleh Dhofier (1982:18) lebih menspesifikkan pengertian pondok dengan asrama para santri atau tempat tinggal yang terbuat dari bambu. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata pondok yang digunakan dalam kaidah bahasa Indonesia memiliki arti suatu tempat yang sederhana yang digunakan untuk tempat tidur (menginap). Dalam realitanya masyarakat secara umum mengidentikkan kata pondok terhadap kata pesantren sehingga pondok dimengerti sebagai tempat tidurnya para santri yang sedang menimba ilmu di pesantren.
32
Kata pesantren juga didefinisikan oleh para ahli diantaranya Arifin (1991:240) menjelaskan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama di mana para santri menerima pendidikan melalui sistem pendidikan dan madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan dari Leadership seseorang atau beberapa kyai dengan ciri khas bersifat karismatik serta independen dalam segala hal. Menurut Zamakhsyari Dhofier, bahwa pesantren berasal dari kata santri, yang dengan awalan pe- di depan dan akhiran –an berarti tempat tinggal para santri (Nasir, 2005:81). Sehingga yang memiliki arti tampat para santri yang sebenarnya adalah kata pesantren. Dari definisi kata pondok ataupun pesantren tersebut tidaklah jauh berbeda tentang beberapa definisi pondok pesantren sebagaimana yang dipaparkan oleh Nasir (2005:80) bahwa pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Diperjelas dengan ungkapan Raharjdo (1983:6) bahwa dalam pondok pesantren seorang kyai mengajar santri-santri berdasar ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik dan memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan lembaga pendidikan lainnya.
33
Dengan kata lain berdasar pada definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia yang peserta didiknya (santri) ditempatkan dalam sebuah asrama di bawah pengasuhan para kyai dan gurunya (ustadz) secara langsung. 2. Ciri-ciri pondok pesantren Setelah dipahami apa yang dimaksud pondok pesantren, para ahli menyebutkan ada beberapa ciri yang menjadikan ke-khasannya suatu pondok pesantren. Mukti Ali dalam Nasir(2005:83) menyebutkan ada ciri-ciri umum dalam pondok pesantren yaitu Kyai, Santri, Masjid, dan Pondok. Ciri khusus pondok pesantren yaitu penekanan dalam bidang pendidikan dan pengajaran agama Islam. Hal ini hampir senada dengan pernyataan Dhofir (1986:18-43) yang menyebutkan ciri-ciri pondok pesantren adalah : Kyai, Asrama (pondok), dan adanya pendidik, dan pengajaran agama, kemudian ciri khususnya ditandai dengan sifat karismatik dan suasana kehidupan keagamaan yang mendalam. Rafiq A, dkk.(2005:3-5) menyebutkan bahwa unsur-unsur pesantren terdiri dari: (1) pelaku terdiri dari kyai, ustad, santri, dan pengurus, (2) sarana perangkat keras; misalnya masjid, rumah kiai, rumah ustad, pondok, gedung sekolah, dll., (3) sarana perangkat lunak: kurikulum, buku-buku dan sumber belajar lainnya, cara belajar mengajar (bandongan, sorogan, halaqoh, menghafal), dan evaluasi. Di sini akan dipaparkan penjelasan
34
ciri-ciri pondok pesantren secara umum, yang merupakan unsur-unsur pondok pesantren: a. Kyai. Dalam pandangan masyarakat secara umum, kyai adalah seorang pemuka agama Islam, alim ulama dan menjadi panutan masyarakat. Dalam literatur bahasa jawa, kata kyai memiliki banyak pengertian (Depag RI, 2005:11) yaitu sebagai berikut. 1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat, misalnya “Kyai Garuda Kencana” digunakan sebuah kereta emas yang ada di keraton Yogyakarta. 2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua umumnya. 3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli dalam bidang agama Islam yang memiliki atau memimpin pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santri. Selain gelar kyai, ia juga disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan keislamannya). Dalam keterangan lain disebutkan bahwa seseorang disebut dengan kyai karena beberapa faktor sebagaimana yang ditulis oleh Steenbrink(1974:109) mengutip pendapat H. Aboebakar Atjeh yaitu: 1) Pengetahuannya; 2) Kesalehannya; 3) Keturunannya; dan 4) Jumlah muridnya.
35
Dalam pondok pesantren, kyai adalah pengasuh, pemimpin serta merupakan unsur yang paling esensial yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan pesantren tersebut. Para santri berpandangan bahwa kyai merupakan figur utama dan sebagai orang yang paling dihormati dan disegani. Bahkan secara umum masyarakat menaruh harapan paling utama untuk menyelesaikan problema keagamaan praktis sesuai dengan kapasitas intelektual yang dimiliki. Sehingga masyarakat sangat mempercayai sebagai tempat untuk meminta nasihat, dan berkonsultasi. Selain itu anggapan masyarakat selalu menilai bahwa seorang kyai adalah memiliki sikap rendah hati, menghormati semua orang tanpa melihat strata sosial, ekonomi, maupun pendidikan, prihatin, mengabdikan diri kepada Allah, serta tiada henti memimpin kegiatan keagamaan, misalnya: shalat, khutbah, upacara perkawinan, kematian dan lainlain (Depag RI,2005:13). Dengan ini dapat diketahui bahwa dalam dunia pesantren kyai merupakan tokoh utama yang menjadi teladan bagi para santrinya. Serta segala peraturan dan kebijakan dalam sebuah pondok pesantren merupakan otoritas seorang kyai sehingga dalam segala sesuatunya harus mendapatkan ijin (ridlo) dari kyai. Oleh karena itu kyai yang merupakan orang yang nomor satu selalu dihormati dan disegani oleh semua santri dan orang-orang di lingkungan sekitarnya atas kewibawaannya kearifan dan ke’alimannya.
36
Sifat-sifat yang luhur serta otoritas yang dimiliki kyai menumbuhkan karisma yang besar di mata masyarakat secara umum. Karisma seorang kyai dapat diartikan seorang kyai memiliki pengaruh kuat terhadap lingkungannya (sebagaimana dalam pesantren). Hal ini disebabkan seorang kyai memiliki sikap dan sifat yang merupakan ciri-ciri yang menunjukkkan bahwa seseorang dapat dikatakan memiliki sebuah karisma apabila memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan oleh Isnaeni (2007:17) mengutip pendapat Muhammad Sulaiman yaitu : 1) Keyakinan yang tinggi; 2) Mempunyai wawasan yang ideal; 3) Bersikap fleksibel kepada pengikut; 4) Peka terhadap lingkungan; 5) Pemimpin yang karismatik dianggap sebagai agen perubahan yang radikal; dan 6) Rela mengambil resiko dan berkorban untuk mencapai wawasan. Hal-hal tersebut memang sangat nampak pada diri seorang kyai sehingga kyai memiliki tingkat pengaruh dan kepercayaan yang sangat besar. b. Santri Peserta didik yang ada di pondok pesantren dinamakan dengan santri. Atau ada juga yang menyebutkan bahwa santri adalah orang yang berlajar dengan kyai, bahkan ada asumsi yang mengatakan
37
bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai kyai ketika memiliki santri. Ada beberapa pengertian seperti yang diungkapkan oleh Dhofier(1990:18) yang mengutip pendapat Professor Johns dalam “Islam in South Asia”, santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru ngaji. Dhofier juga mengutip pendapat C. C. Berg bahwa istilah santri berasal dari kata shastri yang dalam bahasa India berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Beberapa ahli menyebutkan bahwa kata shastri itu sendiri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Dhofier, 1990:18) Memperhatikan dua pengertian tersebut seakan-akan pengertian santri adalah sebagai seorang kyai (mengambil dari pengertian sebelumnya) yaitu orang yang mengajar dan berpengetahuan. Sebenarnya hal ini tidak menjadikan permasalahan karena dapat dimengerti juga bahwa seorang santri yang belajar di pondok pesantren akhirnya akan memiliki banyak pengetahuan tentang agama kemudian menjadi kepercayaan dari masyarakat untuk memberikan (mengajarkan) ilmunya kepada mereka setelah santri tersebut kembali terjun ke dalam masyarakatnya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh A. Mukti Ali yang menyatakan bahwa pondok pesantren adalah tempat menseleksi calon-calon ulama dan kyai (Nasir, 2005:183) yang mana selama calon-calon tersebut masih belajar di pondok pesantren dinamakan dengan santri. Dan
38
dijelaskan juga oleh Mukti Ali bahwa santri adalah orang yang belajar pada kyai (Nasir, 2005:83). Dalam dunia pesantren oleh Yasmadi (2002:62) menyebutkan bahwa santri dibedakan menjadi dua macam yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri Mukim adalah santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pondok pesantren, dan Santri Kalong adalah santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumah masing-masing. Tradisi yang ada di pesantren Santri Mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santrisantri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah (Depag RI, 2005 : 11). Santri mukim yang lebih lama biasanya juga dapat berpengaruh
pada
perkembangan
pesantren
tersebut,
yang
bergantung pada kompetensi yang dimiliki, tanpa melupakan peran esensialnya kyai dari pondok pesantren. Karena ketika mereka mengurus dan bertanggug jawab dengan baik pastilah menghasilkan generasi yang baik pula. Berdasar pada penjelasan tersebut di atas dapat dipahami bahwa santri yang merupakan sebutan pagi peserta didik yang ada di pondok pesantren menjadi satu ciri khas yang berpengaruh besar
39
terhadap kemajuan, perkembangan serta eksistensimya sebuah pesantren. c. Masjid Masjid merupakan unsur pokok dalam pesantren yang memiliki peran penting demi terlaksananya pembinaan agama yang diberikan karena masjid telah dianggap sebagai tempat utama untuk mendidik santri terutama dalam praktek keagamaan (shalat lima waktu, Khutbah, Shalat Jum’at) serta pengajaran kitab–kitab (Kitab Kuning). Oleh karena itu Masjid dapat diartikan sebagai tempat mendidik dan melatih para santri terutama dalam mengajarkan tata cara beribadah, pengajaran kitab-kitab Islam klasik dan kegiatan masyarakat lainnya (Ensiklopedia Islam, 1994:103). Dalam kegiatan histori didapatkan bahwa
Nabi Muhammad SAW, dalam
mengajarkan segala hal (pendidikan) terlebih masalah keagamaan selalu bertempat di masjid yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW, di Madinah yaitu masjid Al-Qubba. Seperti yang dijelaskan oleh Dhofier (1982:49) bahwa masjid bukan hanya sekedar sarana peribadatan, lebih dari itu masjid menjadi pusat segenap aktivitas Rasul dalam berinteraksi dengan umat, dan juga dapat dikatakan sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktifivas administrasi dan kultural. Dari sini dapat dirasakan adanya kesinambungan dalam sejarah sehingga didapatkan bahwa “kedudukan masjid sebagai pusat
40
pendidikan merupakan manifestasi Universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional” (Depag RI, 2005:8) d. Asrama (pondok) Telah dipahami bahwa pondok pesantren adalah asrama dan madrasah yang digunakan untuk mendalami agama Islam. Dari sini telah jelas bahwa dapat dikatakan sebagai pondok pesantren adalah ketika memiliki asrama (pondok) yang merupakan tempat tinggal para santri, yang berada dalam lingkungan pesantren di mana kyai bertempat tinggal. Biasanya asrama (pondok) ini bersifat tertutup, sehingga “komplek pesantren biasanya dikelilingi dengan tembok untuk mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku” (Depag RI, 2005:7) Peran asrama dalam pondok pesantren merupakan ciri khas dari tradisi pesantren, yang membedakan dengan lembaga pendidikan yang lain. Pada masa dahulu ketika seorang kyai hendak mendirikan pondok pesantren dalam arti menerima santri sebagai muridnya, maka kyai tersebut sudah mempersiapkan tempat dengan membuat pondok sederhana, atau bahkan meyisihkan dari tempat tinggalnya. Selain itu dalam masa pondok pesantren mengalami perkembangan banyak para dermawan yang memberikan perhatian dengan memberikan sumbangan harta bendanya untuk membangun pondok pesantren, atau bahkan ada yang mewakafkan sebagian tanahnya untuk didirikan pondok pesantren. Walaupun demikian, para kyai
41
masih tetap memiliki kekuasaan mutlak atas pengurusan komplek pesantren tersebut. Hal itu disebabkan karena para penyumbang sendiri beranggapan bahwa para kyai berhak memperoleh dana dari masyarakat. (Depag RI, 2005:8) e. Penekanan pendidikan dan pengajaran agama Islam Penekanan pendidikan dan pengajaran agama Islam merupakan ciri
utama
yang
membedakan
pesantren
dengan
lembaga
pendidikan. Dalam pondok pesantren ciri yang lebih khusus dari pengajaran agama Islam adalah dengan mengajarkan kitab-kitab kuning karangan para ulama terdahulu meskipun pada saat ini banyak
pondok
pesantren
yang
memberikan
pengajaran
pengetahuan umum, akan tetapi tidak meninggalkan pengajaran kitab-kitab klasik, yang merupakan bentuk pendidikan tradisional. Dari sinilah yang dapat melahirkan sifat karismatik serta suasana kehidupan keagamaan yang mendalam dalam lingkungan pondok pesantren. 3. Sistem pendidikan pesantren Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat tradisional, maka pondok pesantren memiliki sistem pendidikan yang berbeda dengan pendidikan umum. Walaupun unsur-unsur dalam sistem pendidikan itu tidak jauh berbeda dengan pendidikan umum. Sebagaimana yang disebutkan oleh Mustuhu dalam Depag RI (2005:13), bahwa pesantren memiliki sebuah sistem pendidikan yang didukung beberapa unsur yaitu:
42
a. Aktor atau pelaku: yang mana dalam pondok pesantren yang menjalankan sistem pendidikan adalah kyai, ustadz, santri dan pengurus. Ini adalah sama halnya dalam pendidikan umum yaitu kepala sekolah, guru, siswa, dan komite. b. Sarana perangkat keras meliputi: masjid, rumah kyai, gedung sekolah, dan lain-lain. c. Sarana perangkat lunak meliputi: tujuan kurikulum, kitab, penilaian tata tertib, metode dan lain sebagainya yang tidak berbeda dalam pendidikan umum. Pada dasarnya yang membedakan sistem pendidikan pondok pesantren dengan lembaga pendidikan lain (umum), adalah terletak pada penekanan ajaran serta pembelajaran yang mana pondok pesantren menekankan ajaran agama Islam serta pembelajarannya menggunakan metode yang tradisional seperti bandongan atau sorogan walaupun pada perkembangannya banyak yang menggunakan sistem madrasah. Sebagai suatu lembaga pendidikan pondok pesantren memiliki kawasan yang luas dalam perannya yaitu pendidikan bersosial, serta pendidikan persyiaran agama Islam, di samping pendidikan agama Islam itu sendiri. Dari sini disebutkan bahwa sistem pendidikan dalam pondok pesantren memiliki beberapa prinsip yang merupakan landasan dalam pelaksanaan pendidikan yang ada, yaitu (Depag RI, 2005:14-17): a. Theocentric, yakni pendidikan yang selalu berorientasi pada kehidupan ukhrowi dan perilaku sakral dalam kehidupan sehari-hari.
43
b. Sukarela dan mengabdi, yakni segala kegiatan pendidikan yang ada merupakan suatu ibadah dalam rangka mengabdi kepada Allah, sehingga seorang kyai pasti akan selalu disegani dan dihormati oleh para santrinya. c. Kearifan, yaitu selalu mengajarkan budi pekerti yang luhur serta mempraktekkan (berperilaku) yang baik, seperti sabar, rendah hati, patuh dalam kehidupan sehari-hari. d. Kesederhanaan, yang dimaksud dalam kesederhanaan di sini adalah mampu bersikap dan berfikir wajar, proporsional, sehingga tidak berlebihan dan juga tidak kekurang-kurangan. e. Kolektifitas, yakni adanya sifat kebersamaan dengan prinsip mendahulukan orang lain dalam masalah hak, serta mendahulukan diri sendiri dalam hal kewajiban. f. Mengatur kegiatan bersama, yaitu para santri berhak mengatur kegiatan keseharian dengan pembentukan organisasi g. Kebebasan terpimpin, yakni bahwa pesantren mengakui adanya perbedaan individu, sehingga pesantren memperlakukan kebebasan dan keterikatan sebagai hal kodrati yang harus diterima dan dimanfaatkan sebagaimana mestinya dalam proses belajar mengajar. h. Mandiri, sangat jelas pendidikan pondok pesantren adalah dalam rangka membina hidup mandiri dalam lingkungan yang baru. i. Tempat mencari ilmu dan mengabdi. j. Mengamalkan ajaran agama.
44
k. Restu kyai. Pemakaian kata restu bagi kyai atau ulama mengacu pada pemberian doa atau kekuatan karismatik, jadi semua aktivitas warga pesantren sangat tergantung pada restu kyai. Sehingga para santri selalu berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan kyai. 4. Model pembelajaran pondok pesantren Sebagaimana umumnya lembaga pendidikan, pembelajaran pondok pesantren juga memiliki model pembelajaran yang menggunakan metode-metode yang sesuai untuk menyampaikan semua kurikulum yang dimiliki pondok pesantren tersebut. Dalam sejarah pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional dalam model pembelajarannya biasa menggunakan model non klasikal, tetapi dengan sistem bandongan atau sorogan. Di mana seorang kyai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang tertulis dalam bahasa Arab oleh para ulama-ulama besar sejak abad pertengahan. (Nasir, 2005:81). Akan tetapi dalam perkembangannya pada masa sekarang pondok pesantren juga menggunakan model pembelajaran klasikal (Madrasah) namun tetap juga menggunakan model tradisional (bandungan dan sorogan). Untuk mengetahui model pembelajaran di pondok pesantren, disebutkan beberapa metode pembelajaran yang diterapkan yaitu: (Depag RI, 2003 :38-47) a. Metode sorogan
45
Yang dimaksud dengan metode ini adalah seorang santri maju satu persatu ke hadapan kyai atau ustadz untuk belajar suatu kitab tertentu, sehingga santri mendapatkan pengawasan secara langsung tentang perkembangan dan hasil dalam pembelajaran tersebut. Untuk menyelesaikan satu kitab santri perlu maju (sorogan) beberapa kali. Kata sorogan itu sendiri berasal dari kata sorog (dalam bahasa Jawa) yang artinya menyodorkan. b. Metode wetonan/bandongan Weton berasal dari kata wektu (bahasa Jawa) yang berarti waktu, karena pengajian tersebut diberikan pada waktu tertentu, yaitu sebelum dan sesudah shalat fardlu. Proses pembelajaran ini adalah kyai menerapkan pelajaran secara kuliah, dan santri yang duduk di sekelilingnya dengan menyimak kitab masing-masing dan mencatat. Biasanya kyai menggunakan bahasa daerah setempat dan langsung menerjemahkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajarinya. Istilah weton di beberapa tempat disebut juga dengan Bandongan.
c. Metode musyawarah/Bahtsul Masa’il Metode ini lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar, yaitu beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqoh yang dipimpin langsung oleh kyai atau ustadz, atau mungkin
46
juga santri senior, untuk mengkaji persoalan yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya para santri bebas mengajukan pertanyaan dan pendapatnya. Dengan demikian metode ini lebih menitik beratkan pada
kemampuan
perseorangan
dalam
menganalisis
dan
memecahkan persoalan dengan argumen logika yang mengacu pada kitab-kitab tertentu. d. Metode pengajian pasaran Metode ini mirip dengan metode bandongan, hanya saja pengajian pasaran mengacu untuk selesai pada waktu tertentu, sehingga dilakukan secara terus menerus sampai batas waktu tertentu. Metode ini biasanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Ada daerah lain yang menyebut metode ini dengan metode kilatan e. Metode hafalan (Mukhafadzah) Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan menghafal suatu teks tertentu dalam beberapa mata pelajaran (sepertai AlQur’an, nadzam-nadzam untuk nahwu, sharaf, tajwid, dan lain-lain). Kemudian dalam waktu tertentu santri harus menghadap kyai/ustadz untuk menyetorkan hafalannya. Istilah ini lebih dikenal dengan sebutan setoran di kalangan pondok pesantren. f. Metode demontrasi Yaitu metode yang digunakan untuk mempraktekkan pelajaran yang lebih erat kaitannya pada praktek ibadah.
47
Dari beberapa metode yang telah disebutkan di atas adalah metode yang digunakan dalam model pembelajaran dalam pondok pesantren pada umumnya. Metode-metode tersebut menampakkan adanya keaktifan dari para santri dalam kegiatan pembelajarannya. Selain itu juga didapatkan adanya susasana kebersamaan serta keharmonisan antara santri, ustadz dan kyai. 5. Perkembangan Pondok Pesantren Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang muncul pertama kali di Indonesia, sebagai lembaga pendidikan pribumi, dan masih memiliki eksistensi yang tinggi pada masa sekarang, pasti memiliki alur perkembangan tersendiri. Terlebih pada saat ini tidak sedikit pondok pesantren yang menambah model pendidikan klasikal dengan membentuk madrasah atau bahkan memasukkan pendidikan formal (umum) dalam lingkungan pondok pesantren dan juga di bawah kewenangan pondok pesantren juga. Tradisi ini mulai muncul pada abad XIX-an hal ini terjadi “karena pengaruh sistem madrasi yang sudah berkembang lebih dahulu di timur tengah” dan pemikiran baru dalam pendidikan Islam” (Depag RI, 2003:14) Dari perkembangan yang ada manjadikan banyaknya variasi pola atau model pondok pesantren. Sehingga terjadilah pengelompokan bentuk-bentuk pondok pesantren yang dalam peraturan menteri agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang Bantuan Kepada Pondok Pesantren yang mengkategorikan pondok pesantren menjadi:
48
a. Pondok Pesantren tipe A yaitu pondok yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional. b. Pondok Pesantren tipe B yaitu pondok yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasi). c. Pondok Pesantren tipe C yaitu pesantren yang merupakan asrama sedangkan santrinya belajar di luar. d. Pondok Pesantren tipe D yaitu pondok yang menyelenggarakan sistem pendidikan pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah. (Depag RI, 2003:15) Pengkategorian tersebut merupakan pengkategorian yang sifatnya adalah secara garis besar saja, karena pada kenyataannya ada beberapa pondok pesantren yang memberikan lebih yaitu seperti dengan menambahkan ketrampilan, atau ada juga yang mengkombinasikan berbagai model. Sehingga tidak jauh berbeda dengan pengkategorian di atas, hanya saja ini sifatnya lebih spesifik, sebagaimana yang disebutkan oleh Manfred Ziemet, ada beberapa jenis pondok pesantren yaitu : a. Jenis A : yaitu pesantren yang paling sederhana. b. Jenis B : memiliki semua komponen pondok pesantren “Klasik” c. Jenis C : yaitu bentuk klasik yang diperluas dengan suatu madrasah. d. Jenis D : yaitu bentuk klasik yang diperluas dengan suatu madrasah ditambah dengan program tambahan seperti ketrampilan. e. Jenis E : yaitu pesantren modern, yakni di samping etos pendidikan ke-Islaman klasik juga mencakup semua tingkat sekolah formal dari
49
sekolah dasar (Madrasah Ibtidaiyah) sampai perguruan tinggi (Nasir, 2005:86) Dari sini nampaklah ada perkembangan pola pikir masyarakat, yang selalu mengharapkan mendapatkan segala hal dan porsi yang paling ideal, sehingga demi memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat pula, menjadikan para ahli atau para pemilik pondok pesantren untuk berfikir secara modernis. Selain itu Nasir(2005:87) menyebutkan lima klasifikasi pesantren yaitu: a.
Pondok pesantren salaf/klasik: yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan sorogan), dan sistem klasikal (madrasi) salaf.
b.
Pondok pesantren semi berkembang: yaitu pondok pesantren yang di dalamnya terdapat sistem pendidikan salaf (weton dan sorogan). Dan sistem klasikal (madrasah) swasta kurikulum 90% agama dan 10% umum.
c.
Pondok pesantren berkembang: yaitu hampir sama dengan semi berkembang hanya berbeda dalam bidang kurikulumnya 70% agama dan 30% umum, serta telah diselenggarakan madrasah SKB Tiga Mentri.
d.
Pondok pesantren khalaf/modern: pondok pesantren ini lebih lengkap dari pondok pesantren berkembang.
50
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitan 1. Letak geografis Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri terletak bersebrangan dengan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putra yang memiliki alamat dusun Poncol desa Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang kode pos 50772. Adapun posisinya adalah sebagai berikut: a. Kurang lebih 10 Km dari pusat kota terdekat yaitu kota Salatiga arah ke selatan. b. Kurang lebih 2 Km dari kantor Kecamatan Bringin, arah ke Barat. c. Adapun arah ke timur dan utara dihitung jauh dengan pemukiman, karena berupa sungai dan perkebunan. Dari hasil observasi dapat digambarkan bahwa Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang merupakan pedesaan yang jauh dari keramaian bahkan merupakan ujung utara dari Desa Popongan, sehingga dapat dikatakan memiliki lingkungan yang kondusif sebagai tempat dan sarana belajar megajar terlebih sebagai pondok pesantren salaf. Sehingga kondisi ini sangat mendukung bagi santrinya dalam melaksanakan pembelajaran.
51
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad didirikan oleh K.H. Misbah pada tahun 1890 M/1310 H yang mana pada awalnya lokasi tersebut berupa hutan belantara yang terkenal sangat angker (sebagai tempat para makhluk halus), yang kemudian dibabat oleh K.H. Misbah dan selanjutnya oleh penguasa tempat itu yaitu Mbah Sinder lokasi tersebut dihadiahkan/diberikan kepada K.H. Misbah yang dijadikan tempat pemukiman dan bercocok tanam serta sebagai basis dakwah beliau. Karena K.H. Misbah adalah orang yang memiliki ilmu yang tinggi, dan terkenal akan kearifannya, maka beliau didatangi oleh banyak orang untuk menjadi santrinya dan menimba ilmu kepadanya maka didirikanlah masjid sebagai pusat pengajian beliau. K.H. Misbah memiliki putra yang bernama Hasan Asy’ari sepulang dari pondok pesantren beliau membantu ayahnya dalam mengurus santrinya, hingga santrinya semakin bertambah banyak, untuk itu dibangunlah sebuah kamar (asrama) yang berukuran sepuluh pecak(15 m2). Pada tahun 1332 H tepatnya pada tanggal 12 Dzulhijjah K.H. Misbah meninggal saat melaksanakan ibadah haji di kota Makkah bersama
putranya
(Hasan
Asy’ari),
kemudian
perjuangannya
mensyiarkan agama Islam dilanjutkan K.H. Hasan Asy’ari dan
52
saudaranya K. Marzuki. Tidak lama kemudian K.H. Hasan Asy’ari meninggal dunia. Sepeninggalan K.H. Hasan Asy’ari digantikan oleh K.H. Ahmad Asy’ari, K. Thohir, K. Abu Yazid, dan K. Sajid. Pada masa itu semakin banyak santri yang berdatangan untuk menimba ilmu di pondok pesantren tersebut serta pembangunan asrama pun semakin bertambah. Pada tahun 1977 M. K.H. Ahmad Asy’ari dipanggil ke Rahmatullah, kemudian perjuangannya dilanjutkan oleh saudaranya yaitu K.H. Fadlil Asy’ari, beserta putra-putranya yaitu K. Habib Ahmad, K.H. Ma’mun Ahmad, dan K.H. Musta’in Ahmad. Pada masa inilah didirikan asrama putri, yang berarti menerima santri putri yakni bertepatan pada tanggal 11 Mei 1985 M, di bawah pengasuh K. Habib Ahmad, K.H. Ma’mun Ahmad, dan K.H. Musta’in Ahmad. Dalam waktu tiga tahun kemudian (tahun 1987) K. Habib Ahmad dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, dan pada tahun 2007 K.H. Ma’mun Ahmad juga meninggal dunia. Sehingga sampai pada masa sekarang pondok pesantren salaf Al Ittihad Putri ini masih di bawah pengasuhan K.H. Mustain Ahmad, beserta putra putri K. Habib Ahmad, dan K.H. Makmun Ahmad. 3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Secara umum pondok pesantren memiliki satu tujuan yang sama yaitu dalam rangka pemahaman ilmu agama, sebagai bekal untuk mensyiarkan agama Islam. Mengarah pada hal yang hendak dicapai
53
Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang memiliki Visi dan Misi sebagai berikut: Visi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang 1431/1432 H. “Membentuk Wanita Sholihah Berakhlakulkarimah, Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Berbakti kepada Suami, Selalu Menjunjung Kebenaran dan Mensyiarkan Islam Faham Ahlussunnah wal Jama’ah, serta Menjaga Nilai-nilai Pesantren.” Misi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. a. Membekali santri dengan pendidikan Al-Qur’an, Hadiś, Fikih, Nahwu Shorof, dan Balaghoh. b. Memberikan pelatihan dan praktik keagamaan. c. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. 4. Struktur Organinsasi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432H. Untuk mencapai tujuan yang optimal dalam melaksanakan pendidikan diperlukan organisasi yang baik, dengan melaksanakan tugas sesuai yang dengan jabatannya secara optimal. Adapun struktur organisasi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H sebagai berikut:
54
STRUKTUR KEPENGURUSAN PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H
Pengasuh
Dewan Keamanan
Dewan Asatidz Ketua
Sekretaris
Wakil Ketua
Bendahara
Seksi - Seksi
Seksi kebersihan
Seksi keamanan
Seksi perlengkapan
Seksi pendidikan
Adapun yang menempati jabatan-jabatan tersebut adalah : a.
Pengasuh
: K.H. Mustain Ahmad Ny. Hj. Munawaroh Ny. Hj. Maryam K. Muhammad Fatih Al-Hafidh Ny. Nur Farida Ny. Nahdlotul Husna K. Ali Murtadlo
b.
Dewan Keamanan
: Ust. Agus Salim
55
Seksi kesehatan
c.
Dewan Asatidz
: Ust. Irfan Adib Ust. Fatkhul Amin Ust. Marwan Tohari Ust. Nur Rohim Ust. Jailani
d.
Ketua
: Qumil Laila
e.
Wakil ketua
: Siti Marzuqoh
f.
Sekretaris
: Mar’atul Kholifah Nita Arif Indriani
g.
Bendahara
: Istirohah Anissatussa’diyah
h.
Seksi-Seksi 1) Seksi Kebersihan : Siti Rohmah Uswatun Hasanah 2) Seksi Keamanan
: Anik Daryani Khoridatunni’mah Tutik
3) Seksi Perlengkapan: Siti Masiroh Irodatunni’mah Syafa’atul Husna 4) Seksi Pendidikan : Ika Warsiti Ulul Azmi Mu’awanah
56
5) Seksi Kesehatan
: Siti Marzuqoh Syarifatuzzahro
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan yang harus dimiliki oleh lembaga pendidikan. Adapun sarana dan prasarana yang menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun1431/1432 H, adalah dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut: Tabel. I Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Sarana dan Prasaran Mushola Asrama Madrasah Kantor WC Kamar Mandi Sumur Tempat Penjemuran Dapur Papan Tulis Almari Inventaris Papan Pengumuman/Mading Meja Guru Meja Santri Kursi Guru Almari Kantor
Jumlah 1 2 2 1 4 2 1 1 1 5 1 1 5 25 5 2
6. Keadaan Guru Guru dalam pondok pesantren lebih akrab disebut dengan ustadz (guru laki-laki) dan ustadzah (guru perempuan), ustadz/ustadzah adalah orang yang menjadi pimpinan dalam proses pembelajaran, dan yang
57
paling berhak dalam mengatur proses belajar mengajar tersebut. Adat dalam pondok pesantren yang menjadi ustadz/ustadzah adalah mulai dari pengasuh itu sendiri dan keluarganya (putra-putrinya), serta para santri yang sudah senior yang ditunjuk oleh kyai untuk membimbing adikadiknya. Adapun keadaan ustadz/ustadzah di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, dapat dilihat dalam tabel 2 berikut: Tabel. 2 Keadaan Ustadz/ustadzah Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
7.
Ustadz/ustadzah K.H. Mustain Ahmad K. Muhammad Fatih Ny. Hj. Maryam Ny. Nur Farida Ny. Nahdlotul Husna K. Ali Murtadlo K. Agus Salim K. Irfan Adib Ust. Jailani Ust. Fathul Amin Ust. Marwan Tohari Ust. Nur Rohim Usth. Qumil Laila Usth. Siti Marzuqoh Usth. Mar’atul Kholifah
Status Pengasuh Pengasuh Pengasuh Pengasuh Pengasuh Pengasuh Pengasuh Pengasuh Alumni Santri (Pengurus) Santri (Pengurus) Santri (Pengurus) Santri (Pengurus) Santri (Pengurus) Santri (Pengurus)
Keadaan Santri Adapun santri yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, datang dari berbagai kalangan, baik lokal maupun luar daerah. Yang mana pada masa ini santri di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten
58
Semarang tahun 1431/1432 H, berjumlah 47 santri putri dengan rincian dalam tabel 3 sebagai berikiut : Tabel. 3 Keadaan Santri Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Daerah asal santri Kecamatan Bringin Kecamatan Pabelan Kecamatan Ungaran Kecamatan Ambarawa Kecamatan Bawen Kabupaten Purwodadi Kabupaten Demak Kabupaten Kendal Kabupaten Boyolali Kabupaten Wonosobo Kabupaten Magelang Sumatra Jumlah
Jumlah 7 7 6 5 4 8 5 1 1 1 1 1 47
B. Kegiatan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Kegiatan yang ada di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, telah terjadwal mulai dari kegiatan harian, kegiatan mingguan, kegiatan bulanan, sampai pada kegiatan tahunan. Adapun jadwal-jadwal kegiatan tersebut dapat dilihat dalam tabel 4 sebagai berikut:
59
Tabel. 4 Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H No 1
Jenis Kegiatan Kegiatan Harian
Jadwal kegiatan 03.00 04.30 05.00 06.00 07.00 09.00 09.30 10.30 11.00 12.00 13.30 16.00 16.30 18.00 18.30 19.30 21.00 21.30 22.00
2
Kegiatan Mingguan
3
Kegiatan Bulanan Kegiatan Tahunan
4
Qiyamullail (Shalat tahajud) Shalat Jamaah Subuh Mengaji Sorogan Al-Qur’an MCK Kegiatan Pembelajaran Madrasah jam I Istirahat (shalat Dhuha) Kegiatan Pembelajaran madrasah jam II Bandongan Istirahat siang Shalat Jamaah Dhuhur Kegiatan pembelajaran Shalat jamaah Ashar Mengaji Bandungan Kitab kuning Shalat Jamaah Magrib Takror Mengaji bandongan Kitab Kuning Shalat Jama’ah Isya’ Semaan Istirahat Malam
Jum’at
05.00-06.30 : Tadarus Al-Qur’an 07.00-09.00 : Ro’an (kerja bakti) 09.00-11.00 : Setoran Hafalan Sabtu 19.00-22.00 : Khitobah Senin 19.00-21.00 : Dzibaiyah Selasa 12.30-13.00 : Istighosah Kamis 16.30-17.30 : Tahlilan 18.30-19.30 : Nadloman 19.30-21.00 : Qiro’ah 21.00-22.00 : Istighosah Senin I (19.00-21.00) : Mujahadah Kubro III (19.00-21.00) : Manaqib Kubro 15 Syawal : Fathu At Dirosah 8-11 Dzulhijjah : Libur Santri 1 Muharram : Ziarah Maqbaroh 1-7 Rabiul Awal : Tes Semester I 8-14 Rabiul Awal : Libur Santri 11-20 Jumadil Ula : Ijazah Manaqib 1-25 Jumadil Sani : Kilatan Bukhori/Muslim Kilatan Kitab-kitab kuning Rabu terakhir bulan jumadil sani : Khaul K. H. Misbah Tiga hari minggu terakhir bulan jumadil sani: Libur santri 25 Rajab – 2 Sya’ban : Tes Semester II 3-9 Sya’ban : Class Meeting
60
Keterangan
Kelas I-V Kelas I dan II Kelas I dan II Kelas I dan II
Kelas III-V
Kelas I-V
Belajar bersama sesuai kelas Kelas I-V
10/11 sya’ban 1-17 Ramadhan
: Akhirussanah P.P AlIttihad Poncol : Kilatan Kitab Tafsir Jalalain dan kitabkitab kuning
C. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan
Kecamatan
Bringin
Kabupaten
Semarang
Tahun
1431/1432H. 1. Kurikulum Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Kurikulum yang diterapkan di pesantren ini adalah mata pelajaran para ulama’ salaf
ala pesantren. Sesuai dengan predikatnya Pondok
Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tidak memasukkan mata pelajaran umum demi mempertahankan predikat salafiyahnya. Sehingga mata pelajaran yang ada adalah bersumber dari kitab-kitab karangan ulama’ terdahulu atau lebih dikenal dengan kitab kuning, yang mendasar pada ilmu-ilmu agama yaitu Al-Qur’an, Hadiś, Fikih, Nahwu Shorof dan Balaghoh. Untuk lebih mempermudah dalam proses pembelajaran kurikulum yang diajarkan dibagi sesuai dengan kelas dan tingkatannya. Lebih jelasnya kurikulum di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H, dapat diperhatikan pada tabel 5 sebagai berikut :
61
Tabel. 5 Mata Pelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H No 1
Kelas I
2
II
3
III
4
IV
5
V
Mata pelajaran Tajwid (Hidayatus Shibyan) Tauhid (Aqidatul Awam) Al-Qur’an Ta’limul Muta’alim Tarikh Jawan Fasholatan Khot (cara baca tulis Al-qur’an) Mathlab Fiqih (Mabadiul Fiqhiyah juz 1-2) Lughotul Arobiyah Safinah an- Naja Mukhtarul Hadits Durorul Bahiyah Risalatul Mahidz Mar’atus Solihah Nahwu (Awamil Al Jurjanji dan jurumiyah) Tajwid (Tukhfatul Athfal) Sulam Shibyan Mabadi’ul Fiqhiyah Juz 2-3 Akhlaqul Banat Khulashah Nurul Yaqin Juz 1-3 Bad’ul ‘Amali Risalatul Quro’ Lughotul Arobiyah Amtsilatut tasrif Al-Imriti Qowaidus Sorfiyah Jus 1 Bulughul Marom Jawahirul kalamiyah Tajwid (Jazariyah) Wasoya Sulam Taufiq I’lal Istilahi Hidayatul Mustafid Tanbihul Ghofilin Durrotun Nasihin Maqsud I’lal Lughowi Qowaidus sorfiyah juz 2 Alfiyah Ibn Malik Juz 1 I’rab Qowaidul I’rab Jazariyah Tahliyah Kifayatul Awam Tasrif Lughowi Fathul Qorib Alfiyah Ibnu malik Juz 2
62
Qowaidul Fiqhiyah Jawahirul Maknun Al ‘arudz Tafsir Jalalain Fathul Mu’in Ibnu Aqil Minhatsul Mughits Uyun Masailun Nisa’
Mata pelajaran tersebut adalah yang pasti diajarakan tiap tahunnya, yang disampaikan dengan beberapa metode. Salah satu agenda tahunan adalah mengajarkan kitab khusus yaitu, kitab hadiś Shohih Bukhori Muslim, Manaqib Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani, dan yang merupakan agenda mingguan yaitu kitab Al-Barjanji, serta kitab–kitab lain yang disampaikan sebagai bahan pengayaan. 2. Model pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432H. Sebagaimana yang diketahui bahwa Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, merupakan pondok pesantren salafiyah yang juga menggunakan model pembelajaran salaf. Selain menggunakan metode salafiyah, pondok pesantren tersebut juga telah menggunakan metode klasikal dengan pembagian-pembagian dalam bentuk madrasah. Sesuai dengan hasil observasi model pembelajaran yang telah diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432H, adalah menggunakan metode-metode pembelajaran sebagai berikut :
63
a. Klasikal Sebagaimana telah diuraikan dalam landasan teori bahwa pada perkembangannya
pondok
pesantren
sudah
banyak
yang
menggunakan metode pembelajaran klasikal (madrasi) yaitu dengan membentuk suatu madrasah dengan membagi menjadi beberapa kelas. Metode klasikal diterapkan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. adalah dengan membentuk madrasah Manbaussunah yang terdiri dari lima kelas. Sesuai dengan pengamatan proses pembelajaran madrasah berlangsung dengan sistematis, karena semua santri sudah mempersiapkan materi yang akan diajarkan oleh guru (ustadz/ustadzah), sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Hal ini berarti bahwa walaupun jadwal proses pembelajaran itu sangat singkat, tujuan pembelajaran tetap mudah tercapai karena waktu tidak habis digunakan untuk menulis materi akan tetapi ustadz cukup
menerangkan,
menjelaskan,
memberi
contoh
dan
mengevaluasi. b. Hafalan (Mukhafadloh) Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa hafalan juga termasuk metode pembelajaran yang diterapkan oleh pada umumnya pondok pesantren. Metode mukhafadloh ini digunakan oleh para ustadz/ustadzah untuk menghafalkan inti-inti pelajaran yang
64
biasanya berupa nadloman (barisan syair yang dibuat oleh pengarang kitab), atau bahkan menghafalkan materi yang ada secara defisionil, konsep beserta contoh-contohnya, kemudian hafalan-hafalan tersebut disetorkan di hadapan ustadz/ustadzahnya pada saat sebelum memulai pembelajaran atau pada waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan. c. Sorogan. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa sorogan adalah dengan cara santri maju satu persatu ke hadapan gurunya untuk menerima pelajaran. Metode ini digunakan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang dalam pembelajaran Al-Qur’an dan penarkiban (merinci tata bahasa dalam sebuah kalimat) kitab- kitab kuning. Dalam
penerapannya
tergambar
dalam
kutipan
hasil
pengamatan sebagai berikut: Para santri berbaris dengan urut dan rapi di hadapan ustadz/ustadzah, kemudian satu persatu secara bergiliran agar lebih dekat jaraknya dengan ustadz tersebut untuk membaca beberapa ayat Al-qur’an, dan ustadz menyimak dengan seksama serta mengingatkan ketika ada kekeliruan.
Metode pembelajaran sorogan yang diterapkan untuk mengaji Al-Qur’an dilaksanakan setiap hari ba’da (setelah) shalat subuh. Ketika pembelajaran itu dilaksanakan semua santri yang sudah berbaris di depan kyai tidak boleh keluar masuk secara bebas kecuali yang telah selesai mengaji. Dan bagi santri yang datang paling awal
65
berarti santri tersebut mendapatka giliran yang pertama dan begitu pula untuk yang selanjutnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa metode sorogan adalah proses pembelajaran secara langsung yang bersifat individual yang ditekankan pada keberhasilan santri serta mengajarkan untuk membudayakan antri dan sopan santun. d. Bandongan Bandongan yang dalam pembahasan di depan disebut juga denga istilah weton yaitu pembelajaran yang hampir menyerupai halaqoh. Akan tetapi di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, lebih dikenal dengan istilah bandongan. Pelaksanaan metode ini digambarkan oleh salah seorang pengasuh, yaitu K. Muhammad Fatih (23/06/11:10.00): “Pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz membaca kitab, kemudian santri menyimak serta memaknai (menuliskan arti), sesuai yang dibaca ustadz. Kadang-kadang ustadz menjelaskan hal-hal yang sekiranya muskil (sulit dipahami).” Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa metode bandongan adalah pembelajaran yang bersifat searah yang mana santri hanya berposisi sebagai objek pembelajaran. Sesuai pengamatan metode ini merupakan metode yang paling dominan dilaksanakan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun
66
1431/1432 H. dalam proses pembelajaran. Sebagaimana dapat diperhatikan
dalam
tabel.4
tentang
jadwal
kegiatan,
yang
menunjukkan metode bandongan diterapkan dalam beberapa waktu. Bahkan metode ini juga diterapkan dalam kegiatan pembelajaran madrasah, ketika seorang ustadz/ustadzah hendak memberikan materi pengayaan pada para santri. e. Takror (belajar bersama) Metode takror belum didapatkan dalam teori, akan tetapi sesuai pengamatan metode ini sangat efektif sebagai proses pembelajaran. Dalam pelaksanaannya tergambar dalam cuplikan deskripsi hasil pengamatan sebagai berikut: Di waktu habis shalat magrib, semua santri bergegas keluar asrama menuju tempat-tempat tertentu seperti aula, teras, musholla, atau madrasah, dan mengelompok sesuai dengan kelasnya masing-masing. Kemudian tiap-tiap kelas melagukan nadloman (bait-bait syair arab),secara bersama-sama. Setelah itu salah seorang santri membuka dan memulai pembelajaran, mempelajari materi yang telah lalu dari mata pelajaran di hari esok, dan teman-teman yang lain menyimak dan kemudian dibahas bersama. Takror dilaksanakan setiap hari setelah shalat maghrib kecuali malam jum’at. Di mana takror dilaksanakan oleh semua santri yang mengelompok sesuai dengan kelasnya karena mereka harus mempelajari meteri yang telah diajarkan sesuai dengan pelajaran esok hari di kelasnya. Dalam kegiatan pembelajaran ini santri dituntut untuk aktif karena pembelajaran ini bersifat mandiri, dalam arti tidak ada bimbingan langsung dari seorang guru melainkan
67
dipercayakan pada salah satu temannya untuk memimpin. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa metode takror adalah model pembelajaran dengan teman sebaya, atau bisa disebut dengan belajar bersama. f.
Kilatan Metode kilatan yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang menjadi satu ciri khas tersendiri di pasantren tersebut. Adapun proses pelaksanaanya sebagaimana dijelaskan oleh Ibu Ny. Hj. Maryam (23/06/11:10.30) sebagai berikut: “Pelakasanaan kilatan sebenarnya sama dengan model bandongan yaitu kyai membaca dan santri menyimak dan mengkhatamkan satu kitab yang dibaca dalam waktu yang sangat singkat. Kalau di pondok ini kilatan diadakan 2 kali dalam setahun yaitu di bulan Jumadil Tsani dan bulan Ramadhan. Pada bulan Jumadil Tsani selama kurang dari satu bulan harus sudah mengkhatamkan kitab Shohihul Bukhori atau Shohihul Muslim, yang keduanya bergantian tiap tahunnya, dan ini hanya dilaksanakan di pondok ini. Sedangkan kalau bulan Ramadhan kan sudah menjadi jadwal umum di setiap pesantren.” Dengan ini dapat dipahami bahwa metode kilatan adalah model pembelajaran kilat, yakni penyelesaian seluruh materi pembelajaran dalam waktu yang sangat singkat. Di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang kilatan dilaksanakan 2 kali dalam satu tahun. Pada bulan-bulan kilatan ini banyak santri luar (santri yang tidak asli mukim di pesantren) dari berbagai pesantren
68
lain berdatangan untuk mengikuti kilatan. Terlebih dalam bulan Jumadil Tsani yang dibacakan kitab besar yaitu kitab hadiś Bukhori atau Muslim maka menjadikan daya tarik tersendiri bagi para santri dari berbagai penjuru. Secara rasional model kilatan dipandang kurang efektif karena hanya bertujuan untuk mengkhatamkan dan kurang memperhatikan pada
aspek
pemahaman.
Bapak
K.
Muhammad
Fatih
(23/06/11:10.00), menanggapi pandangan ini dengan penjelasan sebagai berikut : “Dengan kilatan santri memang tidak langsung dapat memahami isi kitab yang dipelajari, akan tetapi satu hal yang paling digaris bawahi adalah dalam rangka untuk tabarrukan (mengharap suatu kebaikan) dari mu’allif (pengarang kitab) para ulama’ terdahulu, serta mengharapkan kemanfaatan dan keridloan ilmunya. Selain itu kitab yang sudah diartikan suatu saat pasti akan berguna ketika mencari rujukan (referensi), dalam suatu permasalahan.” Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode kilatan tetap efektif untuk diterapkan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. g. Ta’zir Metode ini secara umum telah diterapakan di seluruh Pondok Pesantren yaitu memberi hukuman atau sanksi dari pelanggaranpelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh santri. Metode bertujuan untuk menanamkan jiwa disiplin bagi para santri serta memberikan pelajaran sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat yang memiliki
69
norma dan aturan yang harus ditaati. Adapun ta’zir yang diberikan telah ditetapkan sebagaimana terlampir. h. Pelatihan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang menerapkan model pembelajaran dengan metode pelatihan diterapkan dalam kegiatankegiatan ekstra yang terjadwal satu kali dalam seminggu, seperti latihan Qiro’ah (tilawatil qur’an), latihan Khitobah, latihan memimpin tahlil, dan seni rebana. Oleh salah satu pengurus (Mar’atul Kholifah,23/06/12.00) menjelaskan bahwa tujuan pelatihan-pelatihan ini adalah dalam rangka untuk memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan bagi para santri yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata di masyarakat sepulang dari pesantren. Dalam pelaksanaanya oleh pengurus lain (Qumil Laila, (23/06/11:12.00) mengatakan bahwa semua santri mendapat giliran untuk bertugas dalam tiap-tiap pelatihan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode pelatihan ini, melatih secara langsung untuk dapat menguasai beberapa ketrampilan yang dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat.
70
i.
Jam’iyah Di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang didapatkan satu model pembelajaran dengan metode Jam’iyah. Secara bahasa kata Jam’iyah dapat diartikan berkumpul. Pengertian jam’iyah dalam suatu model pembelajaran diartikan suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama. Sesuai hasil pengamatan metode ini digunakan dalam beberapa kegiatan yang merupakan suatu proses pembelajaran yaitu pembacaan kitab Manaqib Syekh abdul Qodir Jailani, Al-Barjanji, dan Istighosah. Dalam
pelaksanaanya
terdiskripsi
dalam
bagian
hasil
pengamatan di bawah ini: Nampak seluruh santri bersiap-siap dan berbondong-bondong dengan membawa kitab yang akan dibaca menuju ke aula madrasah. Setelah semua kumpul di aula semua santri membuka kitab yang dibawanya, dan salah seorang memimpin untuk memulai membaca bersama. Kemudian semua santri membaca bersama dan ada kalanya beberapa bait dibaca dengan menggunakan lagu-lagu yang bernuansa keislaman. Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Jam’iyah adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu tempat. j.
Riyadloh Riyadloh sebagai salah satu model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang adalah suatu
71
proses pembelajaran yang bersifat tidak langsung, dalam arti tidak ada interaksi langsung antara ustadz (guru) dengan santri (peserta didik). Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak K. Muhammad Fatih (23/06/11:10.00) “Riyadloh itu berarti tirakat. Berarti riyadloh ini mengajarkan kepada para santri untuk mengendalikan diri dalam melawan hawa nafsunya. Adapun pelaksanaanya yaitu dengan cara memberikan suatu perintah yang harus dilaksanakan atau juga dapat berupa Ijazah (tugas khusus), seperti puasa, wirid (membaca do’a-do’a tertentu), shalat tahajud, shalat dhuha, dan shalat berjama’ah. Pelaksanaan model pembelajaran riyadloh telah dijadwal seperti shalat dhuha harus dilaksanakan oleh semua santri pada waktu jam itirahat saat pembelajaran klasikal pagi hari, yaitu diantara jam 09.00-09.30 WIB. Kemudian untuk shalat tahajjud dilaksanakan tiap hari (pukul 03.00) seluruh santri harus bangun untuk
melaksanakan
shalat
sunnah
tersebut.
Puasa
yang
diperintahkan untuk dilaksanakan hanya tertentu pada bulan Muharram. Pada bulan ini Kyai memberikan beberapa perintah khusus yang berupa puasa dan wirid yang harus dilaksanakan santri. Shalat berjama’ah juga menjadi keharusan bagi semua santri dalam rangka untuk menunjukkan seorang yang mengamalkan dari apa yang telah dipelajari. Sehingga untuk memaksimalkannya dibuat sebuah peraturan diharuskan untuk sholat berjama’ah dan diberi sanksi ketika dilanggar. Dengan ini lebih jelas bahwa metode
72
pembelajaran riyadloh menuntut keaktifan dan partisipasi langsung dari santri sebagai peserta didik. 3. Evaluasi pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432H. Dalam rangka untuk mengetahui hasil dan keberhasilan dari tujuan pembelajaran yang ada maka akhir dalam setiap pembelajaran akan diadakan evaluasi. Evaluasi Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang sudah terencana secara sistematis yaitu dengan adanya tes tiap-tiap semester (Syawal- Rabi’ul awal untuk semester I dan Rabi’ul Awal - Sya’ban untuk semester II). Selain itu setiap ustadz/ustadzah juga memberikan ulangan harian setiap selesai satu pokok bahan pembelajaran. Evaluasi ini ada kalanya bersifat tertulis, dan ada kalanya dilaksanakn secara lisan. Evaluasi juga dilaksanakan dengan mengadakan berbagai macam perlombaan di akhir tahun ajaran dalam rangka untuk mengetahui tingkat kemampuan dan keberhasilan para santri dalam menguasai berbagai pembelajaran yang telah dilalui. Adapun lomba-lomba yang sering diadakan adalah membaca dan mengartikan kitab kuning, tilawah, membaca al-barjanji, juga lomba memasak. Tujuan lain pengadaan perlombaan ini adalah untuk memberikan motivasi pada santri serta agar santri benar-benar siap untuk hidup di masyarakat, terlebih sebagai seorang istri (Qumil Laila 23/06/11:12.00).
73
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Kegiatan dan Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Berdasarkan pada hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, pelaksanaan proses pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, peneliti menemukan bahwa ada faktor yang mendukung dan ada faktor
yang
menghambat dalam pelaksanaan kegiatan dan mencapai tujuan pembelajaran. Adapun
faktor-faktor
yang
dapat
mendukung
proses
pembelajaran
sebagaimana dituturkan oleh Ny. Hj. Maryam (wawancara 23/06/11: 11.00) adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan yang islami. 2. Adanya tenaga pengajar (ustadz/ustadzah) yang berada di lingkungan pesantren. 3. Adanya santri senior yang ikut membantu dalam terlaksananya segala kegaiatan pembelajaran. 4. Adanya kerja sama yang baik antara santri, dewan asatidz, dan pengasuh. 5. Antusias para santri yang sangat tinggi. Selain faktor yang mendukung ada pula faktor yang menjadi sebuah penghambat dalam kelancaran pelaksanaan proses pembelajaran dan kegiatan adalah sebagai berikut: 1. Minimnya sarana dan prasarana.
74
2. Karakter santri yang berbeda-beda, baik dari segi lingkungan maupun yang bersifat individual seperti umur, karena santri yang direkrut di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tidak memperhatikan umur para santrinya yang masuk. 3. Masih ada beberapa santri yang kurang memperhatikan peraturan dan tata tertib pondok. E. Implikasi Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H. terhadap para santri. Memperhatikan kegiatan dan pembelajaran yang menerapakan beberapa model/metode tersebut di atas, maka akan membentuk karakter yang baru bagi para santri-santrinya. Sebagaimana hasil wawancara yang dilaksanakan peneliti, didapatkan beberapa implikasi baik dari segi positif maupun negatif. Adapun implikasi positifnya yang lebih mendominasi pada diri santri telah disebutkan secara terperinci oleh K. Muhammad Fatih, (23/06/11: 10.00) sebagai berikut : 1. Klasikal a. Santri dapat mempelajari materi secara sistematis. b. Santri lebih mudah memahami materi sesuai dengan tingkatannya masing-masing. 2. Hafalan a.
Santri mudah fokus pada materi pelajaran yang dihafalkan.
75
b. Santri dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran. c.
Santri dapat menggunakan waktu-waktu luangnya untuk menghafal.
3. Sorogan a.
Santri selalu berfikir secara aktif.
b.
Santri langsung mengerti akan kesalahannya.
c.
Santri tumbuh sikap tawadlu’ yang sangat tinggi terhadap ustadznya.
4. Bandongan a.
Santri dapat mengupas permasalahan dari sudut pandang yang berbeda sesuai yang diungkapkan guru.
b.
Santri dapat belajar untuk mendengarkan secara seksama.
c.
Tumbuh sikap ketelitian pada santri.
5. Takror a.
Terjalin kebersamaan antar santri.
b.
Menumbuhkan sikap saling tolong menolong antar santri.
c.
Santri lebih terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya.
d.
Tumbuh sikap saling menghargai antar santri.
e.
Santri dapat belajar bermusyawarah dengan baik.
6. Kilatan a.
Mendidik santri untuk bersikap cekatan.
b. Mendidik santri untuk istiqomah. c.
Mendidik santri untuk disiplin dalam menyelasaikan suatu tugas.
76
d. Mendidik santri untuk berjiwa komitmen dalam mencapai suatu target. 7. Ta’zir a.
Menumbuhkan sikap saling hormat menghormati.
b.
Menumbuhkan jiwa kedisiplinan pada santri.
c.
Santri dapat belajar untuk instrospeksi terhadap dirinya sendiri.
8. Pelatihan a.
Menumbuhkan sikap tanggung jawab pada santri.
b.
Menjadikan santri yang terlatih dalam menghadapai kehidupan yang sebenarnya (masyarakat) dengan bekal ketrampilan yang dimiliki.
c.
Menumbuhkan sikap mental dan percaya diri pada santri.
9. Jam’iyah a.
Menumbuhkan sikap kekompakan pada santri.
b.
Menumbuhkan sikap saling gotong royong dan saling tolong menolong.
c.
Santri dapat belajar dalam hidup bermasyarakat.
10. Riyadloh a.
Santri dapat belajar untuk mengendalikan diri sendiri.
b.
Menumbuhkan sikap kesabaran pada santri.
c.
Menumbuhkan sikap kepatuhan dan ketaatan.
Dari beberapa implikasi tersebut dapat disimpukan bahwa metodemetode yang diterapkan sangat efektif dalam pembentukan karakter dan watak bagi para santri.
77
Selain itu oleh ustadz Fatkhul Amin (23/06/11:13.00) menyebutkan implikasi model pembelajaran yang diterapkan secara umum yaitu : 1. Tertanam jiwa kedisiplinan pada diri santri. 2. Tertanam jiwa kamandirian pada diri santri. 3. Menjadikan para santri untuk lebih bertanggung jawab. 4. Santri lebih memiliki sifat kepedulian sosial yang lebih tinggi (setia kawan, bekerja sama dan gotong royong) 5. Tertanamkan jiwa akhlakul karimah pada santri. Sebagaimana, juga telah diungkapkan oleh salah satu informan (Muslikah, 23/06/11: 13.00) : “Saya bersyukur dapat diberi kesempatan untuk belajar di pesantren ini karena banyak sekali ilmu, ketrampilan dan pengalaman dari pembelajaran yang diberikan pada kami. Terlebih dari itu saya merasa dapat lebih sabar dalam menghadapi sesuatu.” Dari penjelasan tentang implikasi model pembelajaran yang diterapkan menunjukkan bahwa pendidikan pondok pesantren memiliki perbedaan dengan pendidikan umum. Sebagaimana diungkapkan dalam landasan teori bahwa pesantren sangat menekankan pendidikan dan pengajaran Islam secara teori dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan implikasi negatifnya hampir tidak nampak, melainkan pada
santri-santri
tertentu
yaitu
ketika
seorang
atau
beberapa
ustadz/ustadzah menarget adanya hafalan (mukhafadloh), santri tersebut kurang memiliki kompetensi dalam bidang hafalan. Inilah problem yang umumnya dihadapi oleh santri.
78
BAB IV PEMBAHASAN
Menelaah dari hasil yang ada didapatkan interprestasi hasil penelitian sebagai berikut : A. Kegiatan Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H Pada tabel 4 tentang jadwal kegiatan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, dapat dibaca bahwa pondok pesantren tersebut telah memiliki jadwal yang padat, khususnya pada jadwal kegiatan harian. Memperhatikan jadwal harian dapat dipahami bahwa kegiatan pembelajaran baik yang ada dalam atau di luar kelas, dan semuanya baik secara langsung ataupun tidak langsung merupakan proses pembelajaran bagi para santri. Jadwal mingguan juga menunjukkan penuh dengan berbagai kegiatan. Pada hari Jum’at marupakan hari libur santri dalam proses pembelajaran di kelas, namun justru pada hari itu terlihat jadwal paling padat dimulai Kamis sore sampai pada malam Jum’at dan pada hari Jum’atnya telah nampak kegiatan yang telah tersusun secara berurutan. Dari semua kegiatan yang ada juga merupakan pembelajaran bagi semua santri yang berupa pelatihan-pelatihan sebagai bekal ketrampilan yang dapat dimiliki, begitu juga dengan jadwal bulanan. Sedangkan dari jadwal tahunan dapat diketahui bahwa tahun ajaran baru dimulai tanggal 15 Syawal
79
dan berakhir pada tanggal 11 Sya’ban, yang terdiri dua semester. Semester pertama berakhir pada tanggal 7 Rabiul Awal dan pada tanggal 15 Rabiul Awal dimulai semester kedua. Pada kegiatan tahunan khususnya terdapat satu jadwal kegiatan yang nampak istimewa yaitu pada bulan Jumadil Sani dilaksanakan pembelajaran yang sangat kilat, karena dalam waktu kurang dari satu bulan harus dapat menyelesaikan kitab besar yang berupa kitab Shohihul Bukhori atau Shohihul Muslim dan dikuti oleh kitab-kitab kuning lainnya. Inilah yang membedakan dengan pondok pesantren yang lain, karena kegiatan rutin ini hanya didapatkan di pondok pesantren ini. Lain halnya kilatan yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan, di semua pondok pesantren pasti ada. B. Proses Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H 1. Kurikulum Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H Telah disebutkan pada table 5 tentang kitab-kitab yang dipelajari di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, sesuai dengan masingmasing kelasnya. Sesuai dengan predikatnya sebagai pondok Pondok Pesantren Salaf, di pondok pesantren ini sama sekali tidak memasukkan kurikulum yang bersifat umum, atau tidak juga mengambil sumber mata pelajaran hasil karya para ilmuan pada masa sekarang.
80
Pada tabel 4, dapat dilihat susunan mata pelajaran yang sistematis yaitu dari tingkat yang mendasar baru kemudian dilanjutkan yang di atasnya. Seperti dalam pembelajaran ilmu Tajwid, pada kelas satu memakai sumber materi dari kitab yang berjudul Hidayatus Shibyan, dan kelas dua menggunakan kitab Tukhfatul Athfal. Kedua kitab ini samasama membahas tentang ilmu Tajwid, akan tetapi kitab Tukhfatul Athfal lebih luas pembahasannya dibanding kitab Hidayatus Shibyan. Kemudian di kelas tiga memakai kitab Jazariyah yang berarti cakupan meterinya lebih luas dan mendalam dibanding kitab Tukhfatul Athfal. Selain dari pada itu nampak pada kelas I, mata pelajaran yang diajarkan adalah kitab dasar sebagai pembentuk pola pikir dan perilaku sebagai seorang murid (santri) yang berupa kitab Ta’limul Muta’alim yang mengajarkan tentang bagaimana adab seorang murid (santri) terhadap para gurunya. Diajarkan juga bagaimana tata cara penulisan huruf arab yang benar serta kitab-kitab yang lainnya, akan tetapi belum diajarkan tentang ilmu Nahwu dan Shorof. Baru kemudian ilmu Nahwu mulai diajarkan pada kelas tiga, yang masih tetap selalu diimbangi dengan kitab-kitab lain tentang akhlak. Ilmu Nahwu dan Shorof juga bertingkat yakni di kelas dua pembelajaran ilmu Nahwu menggunakan kitab Awamil dan Jurumiyah kemudian di kelas tiga kitab al-Imrithi, dan kelas empat kitab Alfiyah juz 1. Dari tingkatan-tingkatan itu berarti semakin tinggi kelasnya semakin luas dan mendalam kajiannya dan begitu juga dengan mata-mata pelajaran yang lainnya.
81
Adapun kitab-kitab yang disebutkan di luar tabel bukan merupakan kitab yang diajarkan dalam jadwal sehari-hari, melainkan hanya diajarkan pada waktu tertentu sebagaimana yang dijelaskan dalam jadwal waktu kegiatan. Merupakn proses yang paling menonjol adalah kitab hadiś Shohihul Bukhori dan Shohihul Muslim yang diajarkan pada waktu Kilatan di bulan Jumadil Tsani dikhususkan untuk santri yang sudah memasuki kelas empat dan kelas lima, sedangkan kelas tiga ke bawah pada bulan kilatan ini diajarkan kitab-kitab kuning kecil yang belum pernah diajarkan dalam jadwal sehari-hari dan juga diajarkan secara kilatan (harus khatam pada bulan tersebut). 2. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H Sesuai dengan judul dan tujuan dalam penelitian ini adalah hendak membedah
tentang
bagaimana
pelaksanaan
pembelajaran
yang
diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun1431/1432 H. Dalam data hasil penelitian telah dipaparkan beberapa model pembelajaran yang menggunakan beberapa metode sebagaimana yang akan dibahas sebagai berikut: a. Klasikal Model pembelajaran ini diterapkan untuk mempermudah menyampaikan materi pembelajaran yang sesuai pada tingkatannya. Sehingga madrasah yang terdiri dari 5 kelas ini masing-masing
82
mempelajari kitab sesuai dengan tingkatannya, yakni kelas satu sebagai pemula (Ibtida’), maka materi yang diberikan adalah materi yang paling dasar dan juga sebagai dasar pada materi-materi berikutnya yang diajarkan dan dikembangkan di kelas atasnya. Dalam pelaksanaannya waktu pembelajaran selama kurang lebih hanya 90 atau 60 menit untuk satu materi pembelajaran. Dan ini bukanlah waktu yang lama sebagai proses pembelajaran. Akan tetapi dalam kenyataannya dapat dilaksanakan dengan efektif karena materi yang akan dipelajari sudah dipersiapkan sebelumnya oleh para santri sendiri, sehingga ustadz cukup langsung menjelaskan, memberi contoh dan evaluasi. b. Hafalan (Mukhafadloh) Model Hafalan (mukhafadloh) diterapkan dalam rangka untuk mempermudah santri dalam mengingat materi pelajaran sehingga akan lebih mudah juga untuk memahaminya. Dengan ini santri akan lebih fokus pada materi pembelajaran, dan selain itu juga para santri dapat menggunakan waktu luangnya untuk menghafal demi mencapai target yang ditentukan. c. Sorogan Sorogan yang digunakan untuk belajar Al Qur’an dan penarkiban (merinci tata bahasa dalam sebuah kalimat) dinilai sangat efekktif karena dapat memberikan hasil yang sempurna bagi
83
santri untuk dapat membaca Al Qur’an dengan tartil dan lancar, serta dapat langsung mengerti akan kelasalahan yang dilakukan. Memperhatikan dari proses pelaksanaannya terdapat sebuah pendidikan yang sangat bagus yaitu mendidik santri untuk senantiasa menghormati dan bersikap tawadlu’ terhadap gurunya secara langsung. Selain dari pada itu juga diajarkan untuk belajar bersabar dan disiplin karena harus menunggu giliran sesuai urutannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini bersifat langsung secara individu. d. Bandongan Metode bandongan adalah metode pembelajaran yang bersifat satu arah, karena santri hanya berposisi sebagai penyimak dan pendengar, dan tidak ada komunikasi yang aktif antara santri dengan ustadznya. e. Takror Telah disebutkan bahwa model pembelajaran ini dinilai sangat efektif karena banyak hal yang bernilai positif dalam proses pembelajaran ini. Yakni santri yang sebelumnya belum dapat memahami pelajaran dapat memahami dan yang sudah paham akan semakin paham. Pelaksanaannya bersifat sangat terbuka antara santri satu dengan yang lainnya sehinnga dapat menambah rasa kebersamaan, saling membantu dan tolong menolong antar santri.
84
f. Kilatan Dalam penjelasannya pelaksanaan model kilatan adalah seperti model bandongan, hanya saja dalam kilatan dituntut harus dikhatamkan (diselesaikan) pada waktu tertentu, dan juga hanya diterapkan pada waktu tertentu. Dari segi efktifitas telah dijelaskan bahwa yang menjadi tujuan utama dalam model pembelajaran ini adalah bukan pemahaman, melainkan dalam bahasa pesantren disebutkan hanya ingin mencari berkah (tabarrukan) dan keridloan serta kemanfaatan ilmu dari pengarang kitab. Dan selain itu juga disebutkan dengan kilatan santri akan lebih banyak memiliki kitab kuning yang sudah diartikan (dimaknai), sehingga suatu saat pasti berguna untuk mempermudah menelaah ketika akan mencari sumber rujukan (referensi). g. Ta’zir Metode ini sebenarnya bukanlah metode yang asing karena tidak
hanya
lembaga
pendidikan
pondok
pesantren
yang
menerapkannya, akan tetapi dalam teori pembelajaran umum disebutkan bahwa dalam sebuah proses pembelajaran dibutuhkan adanya suatu punishment (hukuman) untuk merubah perilaku seorang anak. Metode ta’zir yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, telah menumbuhkan hasil
85
yang baik terbukti adanya kedisiplinan para santri dalam mengikuti dan mentaati tata tertib yang ada. Memperhatikan
sanksi-sanksi
yang
telah
ditetapkan
sebagaimana terlampir, menunjukkan bahwa sanksi yang diberikan bukanlah suatu hal yang menyiksa akan tetapi semua mengandung nilai-nilai pendidikan h. Pelatihan Model pembelajaran pelatihan yang diterapkan dalam kegiatan ekstra justru melibatkan santri secara langsung untuk berpartisipasi aktif untuk mempraktekkan sebuah ilmu yang berupa ketrampilan, kemampuan, dan keberanian yang dapat diterapkan langsung di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Seperti pelatihan qiro’ah (seni baca Al Qur’qan), khitobah, memimpin tahlil, dan seni rebana. Lebih efektifnya lagi dalam pelaksanaannya menggunakan sistem bergilir sehingga semua santri dapat berlatih secara langsung. i. Jam’iyah Telah disebutkan bahwa pembelajaran metode
jam’iyah
adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam arti tidak ada kata subjek dan objek pendidik sendiri-sendiri. Melainkan seluruh santrilah yang merupakan subjek sekaligus objek pembelajaran. Salah satu penerapannya adalah membaca kitab Albarjanji. Dalam ilmu metode pembelajaran metode ini dapat
86
dikatakan dengan metode drill, yaitu membaca serempak secara bersama-sama. j. Riyadloh Sebagaimana dijelaskan dalam paparan data hasil penemuan bahwa model pembelajaran ini bersifat tidak langsung ada interaksi antara guru dan murid. Akan tetapi pembelajaran ini lebih mengarah pada sebuah peraturan atau perintah yang harus dilaksanakan, yang mana di balik perintah tersebut terdapat satu tujuan untuk memberikan pelajaran pada santri agar belajar mengendalikan diri seperti hawa nafsu, dan keinginan. Adapun perintah yang diberikan adalah berupa suatu ibadah yang hanya ditujukan
kepada Allah
SWT, seperti shalat sunah, puasa, baca wirid, dan lain-lain. Dari beberapa perintah tersebut bukan hanya sekedar untuk mentaati peraturan, melainkan terdapat satu pendidikan yang secara langsung mengajarkan pada santri untuk memaksa diri berbuat kebaikan ( beribadah). Dengan kata lain santri langsung diajarkan untuk mengamalkan segala sesuatu yang telah dipelajari. 3. Evaluasi Pembelajaran Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H Evaluasi pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H dapat dinilai sudah sistematis yakni ada
87
evaluasi harian serta evaluasi tiap akhir semester. Evaluasi ini khusus dalam sistem pembelajaran klasikal. Adapun dalam model pembelajaran yang lain seperti pelatihan juga diadakan evaluasi dengan cara mengadakan perlombaan pada akhir tahun ajaran. Dari uraian di atas tentang pembelajaran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang telah memenuhi unsur-unsur pembelajaran yang sesuai dengan teori yang ada secara mendasar yakni pengajar adalah ustadz atau kyai, siswa santri, bahan ajar adalah materi pokok (Al Qur’an, Fikih, Hadiś, Nahwu Shorof, Balaghoh – sesuai dalam misi pondok pesantren), sumber ajar adalah kitab-kitab kuning, alat dan alat bantu berupa sarana dan prasarana yang ada, beserta metode dan evaluasi sebagaimana yang telah disebutkan. 4. Faktor Pendukung dan Penghambat proses Kegiatan Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H. Adapun faktor-faktor yang mendukung ataupun yang menghambat kelancaran pelaksanaan proses kegiatan dan pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, sebagaimana tersebut dalam paparan data temuan penelitian.
88
Faktor-faktor yang ada telah menunjukkan kesesuaian dengan landasan teori yang ada. Yaitu seperti yang disebutkan oleh Hamalik (2003:67-70) bahwa diantara dari unsur pembelajaran adalah: a. Motivasi belajar b. Sumber belajar yang diantaranya adalah guru c. Suasana belajar yang efektif. Adapun faktor-faktor yang menghambat sebagaimana tersebut dalam paparan data bukan berarti menjadikan fatalnya dalam pelaksanaan
pembelajaran
akan
tetapi
karena
kebanyakan
penghambatnya bersifat individual maka akibatnya juga hanya tidak tercapainya tujuan pembelajaran pada masing-masing individu. Adapun sarana dan prasarana yang merupakan salah satu unsur pokok dalam proses pembelajaran yang kurang lengkap, memang sedikit menghambat. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan apa adanya tanpa ada pengembangan. 5. Implikasi Model Pembelajaran di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H. Secara terperinci telah disebutkan beberapa implikasi tiap-tiap model pembelajaran pada diri santri baik secara sikap, sifat maupun perilaku. Dari sini dapat dinilai bahwa model pembelajaran yang diterapkan lebih banyak berimplikasi positif dibanding dengan implikasi negatifnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran yang
89
ada di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H adalah efektif. Selain itu dapat disimpulkan pula bahwa model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H, sangat berpengaruh besar terhadap pembentukan pola pikir dan perilaku bagi para santri-santrinya. Dari hasil penelitian di atas terutama tentang model pembelajaran serta implikasinya, dapat dipahami dalam tabel 6 sebagai berikut: Tabel. 6 Kesimpulan Hasil Penelitian Tentang Pembelajaran di Pondok Pondok Pesantren Salaf A-Ittihad Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun 1431/1432 H. Beserta Implikasinya Terhadap Santri
No 1
2
Model Pembelajaran Klasikal.
Hafalan(Muhafa dhah)
Penjelasan
Pelaksanaan
Pembelajaran madrasah dengan membagi menjadi beberapa kelas.
Madrasah dibagi menjadi kelas.
Menghafal disetorkan ustadz.
Untuk menghafal pelajaran (Nadloman), Juz Amma, tahlil.
dan pada
90
5
Sifat Pembelajaran langsung di dalam kelas dan bersifat umum.
Pembelajaran individual dan langsung.
Implikasi Pada Santri Santri dapat mempelajari materi secara sistematis Santri lebih mudah memahami materi sesuai dengan tingkatannya. Santri mudah fokus pada pelajaran yang dihafalkan. Santri dapat mengoptimalk an hasil pembelajaran. Santri dapat menggunakan waktu luangnya untuk
3
Sorogan.
Maju satu persatu membaca langsung disimak oleh kyai/ustadz.
Untuk mengaji Al Quran dan penarkiban kitab kuning.
4
Bandongan.
Kyai/ustadz membaca kitab dan santri menyimak dan memaknai.
Untuk mengaji kitab-kitab kuning.
5
Takror.
Mengulangi pelajaran sebelumnya secara bersamasama.
Dilaksanakan masingmasing kelas.
6
Kilatan.
Menyelesaikan pembelajaran (Mengkhatamkan ) dengan kilat.
Seperti bandongan akan tetapi hanya dilaksanakan pada bulan Jumadil Tsani dan Ramadhan.
7
Takzir.
Hukuman (Punishment) bagi santri yang melanggar peraturan.
Diberikan sesuai dengan pelanggaran yang
91
menghafal. Pembelajaran Santri selalu individual berpikir dan langsung. secara aktif. Santri langsung mengerti akan kesalahannya. Tumbuh sikap tawadlu’ terhadap ustadznya. Pembelajaran Santri dapat bersifat mengupas langsung, permasalahan umum, dan dari sudut satu arah. pandang yang berbeda. Santri dapat belajar untuk mendengarka n secara seksama. Tumbuh sikap ketelitian terhadap santri. Pembelajaran Terjalin tidak kebersamaan langsung dan dan sikap umum. saling tolong menolong. Tumbuh sikap saling menghargai. Santri belajar berpendapat dan bermusyawara h. Pembelajaran Santri langsung, memiliki umum, dan sikap cekatan, satu arah. disiplin, dan istiqomah. Tumbuh sikap komitmen dalam mencapai target. Pembelajaran Tumbuh sikap disiplin, tidak langsung. saling menghormati, dan belajar
diperbuat.
8
Pelatihan.
Membelajari santri secara langsung dalam bidang keterampilan.
Dalam kegiatan ekstra: seni baca Al Quran, khitobah, tahlil, dan seni rebana.
Pembelajaran langsung dan umum.
9
Jam’iyah.
Membaca bersama-sama seperti model drill.
Pembelajaran umum dan langsung.
10
Riyadloh.
Melaksanakan suatu perintah/peratura n dari kyai/ustadz.
Dalam kegiatan ekstra: membaca kitab alBarjanji, kitab manakib, istighosah, dan tahlil. Perintah untuk shalat sunah, puasa sunah, dan do’a-do’a wirid.
92
Pembelajaran individual bersifat tidak langsung.
untuk introspeksi diri. Tumbuh sikap tanggung jawab, sikap mental, dan percaya diri. Menjadikan santri terlatih dalam menghadapi kehidupan di masyarakat. Tumbuh sikap kekompakan, gotong royong, dan saling tolong menolong.
Santri belajar untuk mengendalika n diri dengan kesabaran dan kepatuhan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. dapat dipaparkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol adalah menggunakan berbagai macam metode sebagai berikut: klasikal, hafalan, sorogan, bandongan, takror, kilatan, takzir, pelatihan, jam’iyah dan riyadloh. Apabila diimplementasikan pada metode-metode pembelajaran secara umum pada masa sekarang, model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran konvensional. 2. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran ada beberapa faktor yang mendukung, dan ada pula faktor yang menghambat. Adapun faktor yang mendukung terlaksananya proses kegiatan dan pembelajaran dengan baik adalah: a. Lingkungan yang islami; b. Adanya tenaga pengajar yang berada di lingkungan pesantren; c. Adanya santri senior yang ikut membantu dalam melaksankan kegiatan dan proses pembelajaran; d. Adanya kerja sama yang baik antara santri, dewan asatidz, dan pengasuh; dan e. Antusias santri yang sangat tinggi.
93
Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan kegiatan dan pembelajaran adalah a. Minimnya sarana dan prasarana yang dimiliki; b. Karakter santri dan kemampuannya yang berbeda-beda; dan c. Ada beberapa santri yang kurang memperhatikan peraturan dan tata tertib. 3. Implikasi model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol. Model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol bukan sekedar sebuah metode pembelajaran yang ditujukan untuk memperlancar proses pembelajaran. Akan tetapi secara langsung berimplikasi positif pada diri santri, yakni dengan pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren tersebut secara umum menumbuhkan sikap-sikap positif yang muncul dari diri santri yaitu memiliki sikap disiplin, mandiri, bertanggung jawab, dan toleransi terhadap sesama. Selain itu juga ditekankan pembelajaran tentang pengendalian diri serta berlatih hidup bermasayarakat. Di samping implikasi yang positif sebagaimana tersebut, ada sedikit masalah yang sering dihadapi para santri yaitu ketika ada tugas hafalan yang terlalu banyak dikarenakannya setiap ustadz/ustadzah pasti menggunakan metode tersebut. Akan tetapi masalah ini hanya akan menimpa pada santri-santri tertentu yang memiliki potensi lebih rendah dari teman-temannya.
94
B. Saran-saran 1. Kepada pengasuh Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang . Pondok pesantren sebagai lembaga pedidikan Islam memiliki peran yang sangat penting dalam bidang dakwah dan syiar agama. Untuk itu dalam rangka
membekali para santri untuk selau memperjuangkan
mempertahankan, dan menyebarkan agamanya hendaknya semakin diperbaiki dalam segala kegiatan maupun pembelajaran yang sudah dapat berjalan secara mapan dan baik. 2. Kapada para Ustad/ustadzah dan pengurus Pondok Pesantren Salaf AlIttihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Pembelajaran merupakan sarana pengembangan dan pentransferan ilmu dari seorang guru terhadap peserta didiknya. Dalam rangka mendapatkan tujuan pembelajaran dengan baik maka bagi pihak ustadz/ustadzah hendaknya selalu memperhatikan para santri dengan memperbaiki dan lebih meningkatkan kualitas pembelajarannya. 3. Kepada santri Pondok Pesantren Salaf Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Diharapkan bagi semua santri untuk selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, serta selalu mengikuti tata tertib dan peraturan dengan seksama, dan juga disiplin serta rajin dalam belajar.
95
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M 1991. Kapita Selekta Pendidikan Islam Dan Umum. Jakarta: Bulan Bintang Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Azwar, Saefuddin. 2007. Metode Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bogdan, Robert & Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif Suatu Pendekatan Fenomenologis Terhadap Ilmu-ilmu Sosial. Surabaya: Usaha Nasional Daymon, Christine. 2008. Metode-Metode Riset Kualitatif Dalam Publik Relation Dan Marketing Communication. Yogyakarta: Bentang Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur`an dan terjemahanya. Surabaya: CV. Karya Utama. Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dewan Redaksi. 1994. Ensiklopedia Islam. Jakata :Ikhtiar Baru Van Voeve Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan perkembangannya. Jakarta: Departemen Agama RI. ________ . 2005. Pembakuan Sarana Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI. Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Kyai. Jakarta: LP3ES Djamaroh, Syaiful Bahari. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hidayah. 2007. Pelaksanaan Pembinaan Agama Islam dengan Sistem Asrama di MA Keagamaan Negeri I Surakarta. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta : Jurusan Tarbiyah STAIN Surakarta. Isnaini, Siti. 2007. Pengaruh Karisma Kyai Terhadap Moral Santri di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Kota Salatiga Tahun 2007. Skripsi tidak diterbitkan. Surakarta: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Miles, Matthew B & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Suarakarta: Universitas Indonesia Press. Mardalis. 2004. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Pendidikan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mukhtar. 2003. Desain Pembalajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: CV. Misaka Galisa. Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tepologi Format pendidikan Ideal Pondok Pesantren di Tengah Arus Perubahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Purwadarminto. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Raharjo, Dawam. 1983. Dunia Pesantren dalam Peta Pembaharuan. Jakarta: LP3ES. Rofiq A, Widodo, Yani dan Romdin. 2005. Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesialisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pesantren Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara. Sriyanti, Lilik, Muna Erawati, & Suwardi. 2009. Teori-teori Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga. Steenbrink, Karel A dan Abdurrahman. 1974. Pesantren, Madrasah, Sekolah. Jakarta: LP3ES Sudjoko, Prasodjo. 1974. Profil Pesantren. Jakarta : LP3ES. Suryabrata., Sumadi, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tafsir, Ahmad. 2008. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Turner, Bryans. 1991. Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analisis atas Tesa Sosiologi Weber. Jakarta. Rajawali Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi Pembeljaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. Yasmadi. 2005. Modernisasi Pesantren Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Ciputat: Quantum Teaching.
PONDOK PESANTREN PUTRA-PUTRI
“AL“AL-ITTIHAD” PONCOL POPONGAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG Berdiri Tahun 1310 Hijriyah / 1893 Masehi. Akta Notaris : Arini Hidaya, SH. No : 4, tanggal : 2 Agustus 2007. Kode Pos 50772 (0298)7102110, 085226337311,
[email protected]
TATA TERTIB PONDOK PESANTREN SALAF AL ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H BAB I : KEWAJIBAN-KEWAJIBAN 1. Setiap santri wajib mendaftarkan diri pada pengurus. 2. Diharuskan melunasi administrasi sebelum jatuh tempo yang telah ditentukan. 3. Diharuskn memakai seragam sekolah (sarung, minang, pakaian putih) pada hari senin dan kamis. 4. Diharuskan berpakaian sopan dan berkerudung setiap hari. 5. Diharuskan shalat berjamaah. 6. Diharuskan mengikuti semua kegiatan. 7. Yang bertugas kegiatan diharuskan memakai seragam putih. 8. Diharuskan mengikuti pengajian sorogan Al-Qur’an, dan bandungan kitab yang telah ditetapkan. 9. Diharuskan mengikuti kegiatan jam’iyah, tahlilan ba’da maghrib pada malam jum’at walaupun sedang udlur(haid). 10. Diharuskan ijin pihak ndalem(pengasuh). 11. Diharuskan berpakaian sopan dan berjilbab putih ketika keluar dari komplek pondok. 12. Diharuskan sholat dhuha. 13. Diharuskan setoran tahlil setiap hari jum’at. 14. Diharuskan mujahadah pada malam senin dan malam jum’at. 15. Diharuskan memakai rukuh terusan. 16. Diharuskan berakhlakul karimah.
BAB II : LARANGAN-LARANGAN 1. Dilarang keluar dari komplek pondok tanpa ijin. 2. Dilarang menemui saudara laki-laki yang ada di komplek putra tanpa ijin dari pengurus. 3. Dilarang meninggalkan sekolah dan kegiatan lain kecuali ada keperluan keluarga atau sakit. 4. Dilarang berkuku panjang. 5. Dilarang memakai rok belahan ketika keluar masuk komplek pondok.
BAB III : SANKSI-SANKSI Bagi santri putri yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan maka akan mendapatkan sanksi (ta’zir). Adapun sanksi yang ditetapkan dari pelanggaran yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengurus yang datang terlambat saat berlibur didenda Rp. 3000.- perhari. 2. Santri yang datang terlambat saat liburan diharuskan menyapu halaman pondok selama tiga hari. 3. Bagi santri yang keluar pondok tanpa ijin diharuskan mencuci pakaian ndalem selama tiga hari. 4. Bagi santri yang tidak berjama’ah diberi sanksi membaca sholawat 1000 X. 5. Bagi santri yang pacaran diberi sanksi membaca Al-Qur’an 5 juz. 6. Mensita pakaian ketat yang dipakai santri. 7. Bagi santri yang sengaja meninggalkan kegiatan tanpa alasan diharuskan mencuci piring pondok atau menguras jeding.
JADWAL HASIL PENELITIAN TENTANG MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H No
Hari / Tanggal
Kerja Peneliti
1
Jum`at, 16 Juli 2011
Survey dan mohon ijin penelitian
2
Jum`at, 17 Juli 2011
Observasi lingkungan pesantren, meliputi:
3
Senin, 20 Juli 2011
•
Keadaan sarana dan prasarana
•
Keadaan guru
•
Keadaan santri
A) Wawancara I, tentang: •
Sejarah pondok pesantren
•
Visi dan misi pondok pesantren
•
Letak geografis pondok pesantren
•
Struktur organisasi pondok pesantren
•
Tata tertib pondok pesantren
B) Dokumentasi data-data yang relevan 4
Selasa, 21 Juli 2011
Observasi tentang kegiatan dan pembelajaran di pondok pesantren
5
Kamis, 23 Juli 2011
A) Wawancara II, tentang: •
Kurikulum pondok pesantren
•
Jadwal kegiatan pondok pesantren
•
Model pembelajaran pondok pesantren
•
Implikasi
model
pembelajaran
yang
diterapkan terhadap diri santri •
Faktor-faktor
yang
mendukung
dan
menghambat proses pembelajaran B) Dokumentasi data-data yang relevan C) Observasi
terhadap
model-model
pembelajaran yang diterapkan 6
Jum`at, 24 Juli 2011
Wawancara III dengan informan yaitu para santri.
7
Minggu, 26 Juli 2011
A) Member check dari data yang telah tersusun dalam diskripsi laporan B) Permohonan surat keterangan penelitian
PEDOMAN OBSERVASI TENTANG PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN SALAF AL-ITTIHAD PUTRI PONCOL POPONGAN KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 1431/1432 H Aspek Yang Diamati
NO A
Lingkungan pondok pesantren: 1. Gambaran umum lokasi pondok pesantren (letak geografis) 2. Keadaan dan kondisi fisik pondok pesantren: a. Keadaan sarana dan prasarana b. Keadaan guru c. Keadaan santri
B
Proses pembelajaran dan kegiatan di pondok pesantren, terdiri dari: 1. Kurikulum 2. Model pembelajaran 3. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran
PEDOMAN WAWANCARA A. Untuk pengasuh 1. Bagaimana sejati berdirinya pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? 2. Apa visi dan misi pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? 3. Fasilitas apa sajakah yang sudah dimiliki di pondok pesantren salaf AlIttihad putri? B. Untuk Ustadz/ Ustadzah 1. Bagaimana kurikulum di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? 2. Bagaimana proses pembelajaran di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri serta metode apa yang diterapkan? 3. Bagaimana implikasi model pembelajaran yang diterapkan terhadap diri sendiri? 4. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan proses pembelajaran di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? C. Untuk pengurus pondok 1. Di mana letak geografis pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri ini? 2. Bagaimana struktur organisasi pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? 3. Bagaimana tata-tertib di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? 4. Bagaimana jadwal kegiatan dan pembelajaran di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri?
5. Bagaimana keadaan guru (ustadz) dan santri di pondok pesantren salaf AlIttihad putri? 6. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana di pondok pesantren salaf AlIttihad putri? D. Untuk santri 1. Apakah anda selalu mengikuti proses pembelajaran dengan baik? 2. Bagaimana anda mengatur waktu untuk kegiatan yang sangat banyak? 3. Pernahkah anda melanggar tata tertib yang ada? 4. Bagaimana reaksi pengurus ketika melihat seorang santri melanggar tata tertib? 5. Menurut anda bagaimana pelaksanaan pembelajaran di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri? 6. Hal-hal positif apa saja yang sudah anda dapat selama belajar di pondok pesantren ini? 7. Apakah hal-hal negatif yang anda dapat selama di pondok pesantren ini?
TRANSKIP HASIL WAWANCARA Kode
:1
Hari / Tanggal : Kamis, 16 Juni 2011 Topik
: Survey dan Permohonan Ijin Penelitian Pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri poncol yang berada di daerah
kawasan pedesaan dengan suasana yang tenang, aman dan nyaman. Pada hari ini saya datang ke pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol, dan tiba di sana kurang lebih pukul 10.00 WIB. Kedatangan saya yang pertama ini adalah dalam rangka memohon ijin penelitian kepada para pengasuh pondok pesantren tersebut. Karena pondok pesantren ini diasuh oleh tiga pengasuh utama, maka sayapun menghadap beliau satu per satu dengan membawa surat rekomendasi dari akademik STAIN Salatiga diantaranya yang saya sowani adalah Bpk. K.H. Musta`in Ahmad selaku pengasuh tertua di pesantren tersebut. Setelah saya menghadap saya langsung menyampaikan maksud kedatangan saya : “Begini pak, maksud kedatangan saya yang pertama adalah untuk silaturrahim, dan kedua kalinya memohon ijin untuk penelitian di pondok pesantren putri ini dalam rangka untuk menyelesaikan tugas skripsi saya.”
Saat itu Bpk. H Mustain menjawab dengan senang hati: “Alhamdullah, ya silahkan! Apa judul sekripsi kamu?”
“Ya pak maaf! ini surat rekomondasi saya.” Sebelumnya saya belum sempat untuk memberikan surat rekomendasi. Setelah beliau membuka dan membaca surat rekomendasi yang saya berikan, beliau langsung memahami, dan kemudian bekata “Ya, ya mbak silahkan! Apa saja yang kamu butuhkan silahkan cari, dan sekiranya butuh dengan keterangan dan penjelasan dari saya silahkan menemui saya” “Ya pak, terima kasih. Dengan ini saya juga minta ijin dalam beberapa hari ini saya akan sering keluar masuk ke pesantren ini sampai semuanya selesai. ”Saya mencoba lebih menjelaskan. “Ya silahkan! Kami akan selalu terbuka. ”Beliau mengungkapkan sebuah persetujuan. Begitu juga dengan para pengasuh dan pengurus telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.
Kode
:2
Hari / tanggal : Senin, 20 Juni 2011 Topik I
: Sejarah Berdirinya pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Pada hari ini saya kembali melakukan wawancara untuk mendapatkan data
tentang sejarah berdirinya pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Wawancara saya lakukan dengan Bp. K.H. Musta`in Ahmad, karena beliau adalah pengasuh tertua, sehingga lebih paham tentang sejarah berdirinya pondok pesantren tersebut. Dalam kesempatan ini saya langsung menanyakan tentang sejarah berdirinya pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri, dan Bp. K.H. Musta`in Ahmad langsung menjelaskan: “Untuk sejarah berdirinya pondok pesantren salaf Al-Ittihad secara umum dapat kamu lihat dalam majalah “silvina” (majalah yang diterbitkan pada bulan Jumadil Tsani) atau dalam kalender pondok. Adapun tentang
berdirinya pondok putri ini baru pada tahun 1985 M menerima santri puti oleh saudara-saudara saya yaitu Bp. K. Habib dan Bp. K.H. Ma`mun Ahmad dan saya sendiri. Namun tiga tahun kemudian Bp. K Habib Ahmad telah pulang ke rahmatullah, maka tinggal kami berdua yang selalu tetap berjuang. Tetapi apa hendak dikata, pada tahun 2007 empat tahun yang lalu, kakak saya (Bp. K.H. Ma`mun Ahmad) juga telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Sehingga sampai pada masa sekarang saya sendiri beserta para putra putri dari kedua kakak saya yang tetap berusaha untuk selalu memperjuangkan dan mengasuh pondok pesantren ini” Bp. K.H. Musta`in Ahmad nampak dengan jelas dan runtut menceritakan semua ini.
Topik 2: Visi dan Misi pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Kemudian untuk menyatakan visi dan misi pondok pesantren saya menemui Bp. K. Muhammad Fatih, setelah saya menanyakan tentang visi dan misi pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri, beliau menjawab: “Untuk visi dan misi pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri ini memang belum tercantum secara jelas, jadi begini saja mbak, nanti say tuliskan dahulu baru kamu salin.” “Ya pak terima kasih sebelumnya.” Saya mengiyakan. Topik 3: Letak Geografis, Struktur Organisasi, dan Tata Tertib pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Untuk mendapat data tentang letak geografis pondok pesantren ini saya menuju kantor pengurus saya langsung menanyakannya: “Mbak! Kalau secara geografis pondok pesantren putri ini terletak di mana ya?”
Kemudian salah seorang pengurus mencoba menerangkan: “Pondok pesantren salaf Al-Ittihad ada dua asrama yaitu putra dan putri di bawah pengasuh yang sama, akan tetapi memiliki kepengurusan sendirisendiri. Adapun secara umum letak geografis pondok ini dapat di katakan jauh dari pemukiman desa lain karena sebelah utara dan timur dusun ini berupa perkebunan dan sungai besar. Sedangkan di sebelah barat dalam jarak 1 km juga baru di dapatkan desa yang di sana terdapat pasar tradisional yaitu desa Bringin dan juga merupakan wilayah kecamatan. Adapun sebelah selatan adalah desa Popongan, Kelurahan dari dusun Poncol yang dari pusat kota terdekatpun sangat jauh jaraknya yaitu ±10 km arah keselatan kota Salatiga.” “Kalau begitu kawasan ini sangat nyaman karena jauh dari pemukiman.” Saya mencoba menyimpulkan. Kemudian saya menanyakan tentang struktur organisasi dan tata tertib pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol 1431/1432 H. Kemudian salah seorang pengurus mengeluarkan buku administrasi pondok sambil berkata: “Untuk struktur organisasi dan tata tertib kamu salin saja dari buku ini.” “Ya, terima kasih” Saya terima buku itu kemudian saya salin.
Kode: 3 Hari / tanggal : Kamis, 23 Juni 2011 Topik 1
: Kurikulum serta jadwal kegiatan dan pembelajaran di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H.
Pada hari ini saya datang kembai ke pesantren untuk melengkapi data. Diantaranya tentang kurikulum pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri tahun 1431/1432 H. untuk mendapatkan data ini saya mendatangi Ustadzah Qumil Laila
selaku salah satu dewan asatidz. Setelah saya menemuinya langsung saya tanyakan: “Ustadzah, saya ingin menanyakan tentang kurikulum atau pelajaranpelajaran yang diberikan pada santri.” Kemudian Ustadzah itu segera menjawab: “Untuk kurikulum yang diterapkan di pondok pesantren salaf Al-Ittihad ini berupa kurikulum salafiyah yaitu mengajarkan dengan sumber materi kitab-kitab kuning tanpa memasukkan kurikulum umum sama sekali. Adapun kitab-kitab yang diajarkan dapat kamu lihat dalam jadwal pelajaran yang ada.” Setelah saya melihat jadwal, saya mencoba menerima arsipnya untuk saya salin. “Ya, ini ada arsipnya bisa kamu bawa.” Ustadzah Qumil Laila memberikan arsip jadwal pelajaran kepada saya. Kemudian saya menanyakan tentang jadwal kegiatan mulai dari jadwal harian, mingguan, bulanan, hingga jadwal tahunan. Ustadzah Qumil Laila menjelaskan: “Untuk jadwal kegiatan kamu minta saja di kantor pengurus.” “O, ya terima kasih!”
Setelah itu saya langsung bergegas menuju katror dan meminta arsip tentang jadwal kegiatan di pondok pesantren salaf Al-Ittihad putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H.
Topik 2 : Model Pembelajaran Pondok Pesantren Selain dari hasil observasi, saya ingin memperjelas tentang model-model pembelajaran yang diterapkan. Karena banyak sekali model pembelajaran yang
diterapkan, namun ada beberapa hal yang belum saya mengerti. Diantaranya adalah model pembelajaran dengan metode bandongan. Saya menanyakan penjelasan kepada Bp. K. Muhammad Fatih. “Model pembelajar bandongan secara umum diterapkan di seluruh pondok pesantren begitu juga di pesantren ini, sebenarnya bagaimana teknis pelaksanaanya?”
Kemudian Bp. K. Muhammad Fatih menjelaskan: “Pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz membaca kitab, kemudian santri menyimak serta memaknai. (menulis arti), sesuai yang dibaca ustadz, kadang-kadang ustadz menjelaskan hal-hal yang sekiranya muskil (sulit dipahami).”
Selain dengan Bp. K. Muhammad Fatih, saya juga menemui Ibu Ny. Hj. Maryam. Keduanya adalah pengasuh akan tetapi juga menjadi bagian dari dewan asatidz. Ketika itu Bp. K. Muhammad Fatih tiba-tiba ada kepentingan lain, sehingga saya menanyakan kepada Ibu Ny. Hj. Maryam, tentang metode yang disebutkan dalam jadwal kegiatan yang berupa kilatan. “Bagaimana penjelasan model pembelajaran kilatan yang diterapkan di pesantren ini?”
Kemudian Ibu. Ny. Hj. Maryam menerangkan: “Pelaksanaan kilatan sebenarnya sama dengan bandongan yaitu kyai membaca dan santri menyimak dan mengkhatamkan satu kitab yang dibaca dalam waktu yang sangat singkat. Kalau di pondok ini kilatan diadakan dua kali dalam satu tahun yaitu bulan Jumadil Tsani dan bulan Ramadhan. Di bulan Jumadil Tsani kurang dari satu bulan harus sudah mengkhatamkan kitab Shohihul Bukhori atau Shohihul Muslim, yang keduanya bergantian tiap tahunya, dan ini hanya dilaksanakan di pondok ini. Sedangkan kalau di bulan Ramadhan kan sudah menjadi jadwal umum di setiap pesantren.”
“Berarti hanya berbeda dalam masalah waktunya?” saya mencoba menyimpulkan pemahaman. “Ya,” Ibu Ny. Hj. Maryam menjawab.
Dari penjelasan ini menjadikan pertanyaan saya berkembang, yang terus mejadi angan-angan. Kemudian saya melihat Bp. K. Muhammad Fatih sudah siap untuk saya wawancarai lagi, dengan ini saya langsung menanyakan tentang angan-angan tersebut: “Maaf pak sebelumnya, tadi sudah dijelaskan oleh Ibu Ny. Hj. Maryam tentang model pembelajaran kilatan, apakah model ini memiliki efektifitas sebagai suatu model pemebelajaran? Apakah para santri mendapatkan tujuan pembelajarannya?”
Bapak K. Muhammad Fatih menjelaskan: “Dengan kilatan santri memang tidak langsung dapat memahami isi kitab yang dipelajari, akan tetapi satu hal yang paling digaris bawahi adalah dalam rangka untuk tabarrukan (mengharap suatu kebaikan) dari mu’allif (pengarang kitab) para ‘ulama terdahulu, serta mengharapkan kemanfaatan dan keridloan ilmunya. Selain itu kitab yang sudah diartikan suatu saat pasti akan berguna ketika mencari rujukan (referensi) dalam suatu permasalahan.”
Dengan ini saya dapat memahami bahwa kilatan tetap memiliki tingkat efektif yang tinggi. Adapun model pembelajaran yang belum dapat saya pahami lagi adalah model pembelajaran riyadhoh. Sehingga hal ini sekalian saya tanyakan kepada Bapak K. Muhammad Fatih, kemudian beliau menjawab: “Riyadhoh itu berati tirakat. Berarti riyadhoh ini mengajarkan kepada para santri untuk mengendalikan diri untuk melawan hawa nafsunya. Adapun pelaksanaanya yaitu dengan cara memberikan suatu perintah yang benar dilaksanakan atau juga dapat berupa ijazah (tugas khusus), seperti puasa,
wirid (membaca do`a-do`a tertentu), shalat tahajud, shalat dhuha, dan shalat berjama`ah.” “Ya pak, saya dapat memahaminya.” Saya sambil menganggukan kepala. Setelah itu saya menemui pengurus pondok untuk menanyakan tentang model pembelajaran yang berupa pelatihan-pelatihan, karena yang menghandle proses kegiatan ini adalah pengurus pondok. Kemudian saya minta dijelaskan tentang tujuan dan teknis pelaksanaanya. Dan mbak Mar`atul Kholifah menjelaskan: “Kegiatan penelitian ini adalah satu proses pembelajaran yang diberikan pada santri sebagai bekal ketrampilan ketika mereka nanti akan kembali ke desanya masing-masing”
Sedangkan
untuk
teknis
pelaksanaannya
Ustadzah
Qumil
Laila
menyambung dengan menjelaskan: “Kegiatan ini dibuat sistem bergilir, sehingga dapat merata pada semua santri.”
Setelah ini saya sudah merasa cukup dalam menyusun data tentang model pembelajaran, sehingga saya berganti topik lain. Topik 3: Implikasi Model Pembelajaran yang diterapkan pada pola pikiran tingkah laku pada diri sendiri. Setelah selesai mendapatkan data tentang model-model pembelajaran kemudian saya kembali menyusun pertanyaan tentang implikasi model pembelajaran pada diri santri. Kemudian pertanyaan itu saya ajukan kepada Ustadz Fatkhul Amin.
“Ustadz, banyak sekali model pembelajaran yang diterapkan di pesantren ini dan dengan berbagai metode, dan tentunya hal ini akan berpengaruh dalam sikap dan pola perilaku pada diri sendiri?”
Ustadz Fatkhul Amin menjawab: “Ya tentu, terlebih pelaksanaan pembelajaran di sini sudah terjadwal dengan rapi, maka hal ini pasti akan membentuk pola baru dalam diri santri, ya seperti santri lebih disiplin, dan bertanggung jawab. Dan selain itu dengan adanya kehidupan dilingkungan pesantren ini akan tumbuh sikap kepedulian sosial yang tinggi, karena ini adalah gambaran hidup dalam bermasyarakat. Kemudian yang pasti santri akan lebih memiliki sifat-sifat yang baik (akhlakul karimah), karena selalu dalam pengawasan dan pembinaan.” Dan selain kepada Ustadz Fatkhul Amin, pertanyaan ini juga saya ajukan kepada Bp. K. Muhammad Fatih, yang akhirnya memberikan jawaban tentang implikasi model pembelajaran secara terperinci tiap-tiap model pembelajaran yang disebutkan. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembalajaran. Dan yang terakhir wawancara hari ini tentang faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses pembelajaran, saya menemui Ibu Ny. Hj. Maryam, karena beliau adalah pengasuh dan dewan asatidz yang terhitung paling lama berkecimpung dalam proses pembelajaran di pondok pesantren ini. “Begini bu, dalam proses pembelajaran pastikan ada kan ada kalanya lancar dan ada kalanya terhambat, kira-kira faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam proses pembalajaran?”
Ibu Ny. Hj. Maryam menjawab: “Ya, ada tentunya yang pasti lingkungan yang ada inipun sangat berpengaruh besar yaitu, kehidupan yang senantiasa bernuansa Islam. Selain itu pembelajaran selalu terlaksana dengan baik karena semua dewan asatidz berada di pesantren. Ya ada memang satu Ustadz yang dari luar,
tetapi tidak masalah, karena di sini juga mengangkat para santri senior untuk membantu mengajar. Kemudian antara santri, ustadz, dan pengasuh pun terjalin kerja sama yang baik. Selain itu juga santri-santrinya pada semangat.” “Ini berarti hal-hal yang mendukung, kemudian apa yang menjadi sebuah penghambat? Pertanyaan saya perjelas lagi. Ibu Ny. Hj. Maryam mengatakan: “Ya, yang pasti karena keadaan yang masih serba apa adanya, terus yang namanya manusia, santripun memiliki banyak perbedaan, ada yang nurut dan ada saja juga yang membandel melanggar peraturan.” “Ya buk! Terima kasih atas semua informasinya.” Saya mengakhiri wawancara ini kemudian saya kembali ke asrama pesantren untuk melihat-lihat proses kegiatan dan pembelajaran yang ada. Kode
:4
Hari /Tanggal : Jum`at, 24 Juli 2011 Hari ini saya melakukan wawancara dengan para informasi, dengan forum tidak resmi (santri), namun terkadang juga terfokus pada suasana keseriusan. Berbagai macam pertanyaan saya lontarkan. Sehingga saya dapat jawabanjawaban yang memperkuat dari sumber utama data. Di antaranya seorang santri menjawab pertanyaan saya. “Mbak, gimana rasanya belajar di pondok pesantren?” Informan (Muslikah) mejawab: “ Saya bersyukur dapat diberi kesempatan untuk belajar di pesantren ini karena banyak sekali ilmu, ketrampilan dan pengalaman dari pembelajaran yang diberikan kepada kami. Terlebih dari itu saya merasa dapat lebih sabar dalam menghadapi sesuatu.” Ini menunjukkan salah satu implikasi yang positif yang terdapat pada diri santri.
Letak Geografis Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang : Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri terletak bersebrangan dengan dengan Pondok Pesantren Al-Ittihad Putra yang memiliki alamat dusun Poncol desa Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang kode pos 50772. Adapun posisinya adalah sebagai berikut: 1) Kurang lebih 10 Km dari pusat kota terdekat yaitu kota Salatiga arah ke selatan. 2) Kurang lebih 1 Km dari kantor Kecamatan Bringin, arah ke Barat. 3) Adapun arah ketimur dan utara dihitung jauh dengan pemukiman, karena berupa sungai dan perkebunan.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren : Pondok Peantren Al-Ittihad didirikan oleh K. H. Misbah pada tahun 1890 M/1310 H yang mana pada awalnya lokasi tersebut berupa hutan belantara yang terkenal sangat angker (sebagai tempat para makhluk halus). oleh karena itu K. H. Misbah di babat kemudian oleh penguasa tempat itu yaitu Mbah Sinder lokasi tersebut dihadiahkan/ diberikan kepada K. H. Misbah. Kemudian dijadikanlah tempat pemukiman dan bercocok tanam serta sebagai basis dakwah beliau. Karena K. H. Misbah adalah orang yang memiliki ilmu yang tinggi, dan terkenal akan kearifannya, maka beliau didatangi oleh banyak orang untuk menjadi santrinya dan menimba ilmu kepadanya. Sehingga didirikan masjid sebagai pusat pengajian beliau. K. H. Misbah memiliki putra yang bernama Hasan Asy’ari sepulang dari pondok pesantren beliau membantu ayahnya dalam mengurus santrinya, hingga santrinya semakin bertambah banyak,
untuk itu dibangunlah sebuah kamar (asrama) yang berukuran sepuluh pecak. Pada tahun 1332 H tepatnya pada tanggal 12 Dzulhijjah K. H. Misbah meninggal saat melaksanakan ibadah haji dikota makkah bersama
putranya
(Hasan
Asy’ari),
kemudian
perjuangannya
mensyiarkan agama islam dilanjutkan K. H. Hasan Asy’ari. Kemudian sepeninggalan K. H. Hasan Asy’ari digantikan oleh K. H. Ahmad Asy’ari dan dibantu oleh saudara-saudaranya (K. Marzuqi, K.juned, K. Aba Yazid, K.Khoir). Pada masa ini semakin banyak santri yang berdatangan untuk menimba ilmu serta membangun asrama pun semakin bertambah. Pada tahun 1977 M. K. H. Ahmad Asy’ari dipanggil ke Rahmatullah, kemudian perjuanganngya dilanjutkan oleh putra serta saudaranya yaitu K. H. Ma’mun Ahmad, K.H. Musta’in Ahmad dan K. H. Fadil Asy’ari (saudara K.H. Ahmad Asy’ari). Pada masa inilah didirikan asrama putri, yang berarti menerima santri putri yakni bertepatan pada tahun 1985 M, dibawah pengasuh K.H. Ma’mun Ahmad, dan K. H. Musta’in Ahmad. Akan tetapi pada tahun 2007 K. H. Ma’mun Ahmad meninggal dunia, hingga sekarang dilanjutkan oleh para putra-putranya.
Visi dan Misi Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. Visi Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang 1431/1432 H:
“Membentuk Wanita Sholihah Berakhlaku lkarimah, Taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Berbakti kepada Suami, Selalu
Menjunjung
Kebenaran
dan
Mensyiarkan
Islam
Faham
Ahlussunnah wal Jama’ah, serta Menjaga Nilai-nilai Pesantren.” Misi Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432 H. 1) Membekali santri dengan pendidikan Al-Qur’an, Hadi , Fikih, Nahwu Shorof, dan Balaghoh.\ 2) Memberikan pelatihan dan praktik keagamaan. 3) Mengamalkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Pondok Pesantren Kurikulum yang diterapkan di pesantren ini adalah mata pelajaran para ulama’ salaf ala pesantren yaitu mata pelajaran yang bersumber dari kitab-kitab karangan ulama’ terdahulu (kitab kuning), yang mendasar pada ilmu-ilmu agama yaitu Al-Qur’an, Hadi , Fikih, Nahwu Shorof dan Balaghoh.
Model pembelajaran Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 1431/1432H:
1) Klasikal Adalah dengan membentuk madrasah Mambaussunah yang terdiri dari lima kelas yang mana semua santri sudah mempersiapkan (ustadz/ustadzah)
materi
yang
sebelumnya.
akan
diajarkan
Sehingga
oleh
ustadz
guru cukup
menerangkan, menjelaskan, memberi contoh dan mengevaluasi. 2) Hafalan (Mukhafadloh)
Digunakan untuk menghafalkan inti-inti pelajaran yang biasanya berupa nadloman (barisan syair yang dibuat oleh pengarang kitab), atau bahkan menghafalkan materi yang ada secara defisionil, konsep beserta contoh-contohnya. Kemudian hafalan-hafalan tersebut disetorkan dihadapan ustadz/ustadzahnya pada saat sebelum memulai pembelajaran atau pada waktu-waktu tertentu yang telah ditentukan. 3) Sorogan. Yaitu santri maju satu persatu ke hadapan gurunya untuk menerima pelajaran yang digunakan dalam pembelajaran AlQur’an dan penarkiban (merinci tata bahasa dalam sebuah kalimat) kitab- kitab kuning. 4) Bandongan “Pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz membaca kitab, kemudian santri menyimak serta memaknai (menuliskan arti), sesuai yang dibaca ustadz. Kadangkadang ustadz menjelaskan hal-hal yang sekiranya muskil (sulit dipahami).” K. Muhammad Fatih (23/06/11:10.00) Ini berarti bandongan adalah pembelajaran yang bersifat searah yang mana santri hanya berposisi sebagai objek pembelajaran. 5) Takror (belajar bersama dan musyawarah) Adalah model pembelajaran dengan teman sebaya, atau bisa disebut dengan belajar bersama. 6) Kilatan Pelaksanaannya sama dengan bandongan tapi hanya diterapkan pada waktu tertentu dan kitab yang dibaca harus selesai pada waktu itu juga. 7) Ta’zir
Yaitu memberi hukuman atau sanksi dari pelanggaranpelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh santri. Metode bertujuan untuk menanamkan jiwa disiplin bagi para lesai bermasyarakat yang memiliki norma dan aturan yang harus ditaati. 8) Pelatihan Metode pelatihan diterapkan dalam kegiatan-kegiatan ekstra yang terjadwal satu kali dalam seminggu, seperti latihan Qiro’ah (tilawatil qur’an), latihan Khitobah, dan latihan memimpin tahlil dalam rangka untuk memberikan bekal ketrampilan dan kemampuan bagi para santri yang dapat diterapkan dalam kehidupan nyata di masyarakat sepulang dari pesantren yang mana semua santri mendapat giliran untuk bertugas dalam tiap-tiap pelatihan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode pelatihan ini, melatih secara langsung untuk dapat menguasai beberapa ketrampilan yang dapat diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. 9) Jam’iyah Secara bahasa kata Jam’iyah dapat diartikan berkumpul. Sedangkan diartikan dalam suatu model pembelajaran diartikan suatu pembelajaran yang dilaksanakan secara bersama-sama, yang digunakan dalam beberapa kegiatan yang merupakan suatu proses pembelajaran yaitu pembacaan kitab Manaqib Syekh abdul Qodir Jailani,Al-Barjanji, dan Istighosah. 10) Riyadloh Riyadloh sebagai salah satu model pembelajaran yang bersifat tidak langsung, dalam arti tidak ada interaksi langsung antara ustadz (guru) dengan santri (peserta didik). Yaitu mengajarkan kepada para santri untuk mengendalikan diri dan
melawan hawa nafsunya dengan cara memberikan suatu perintah yang harus dilaksanakan atau juga dapat berupa Ijazah (tugas khusus), seperti puasa, wirid (membaca do’a-do’a tertentu), shalat tahajud, shalat dhuha, dan shalat berjama’ah.
Evaluasi pembelajaran Pondok Pesantren: Evaluasi dilaksanakan tiap-tiap semester (syawal- rabi’ul awal untuk semester I dan Rabi’ul awal – sya’ban untuk semester II) dan ulangan harian setiap selesai
satu pokok bahan
pembelajaran dengan cara tertulis, dan ada kalanya dilaksanakan secara lesan. Dengan mengadakan berbagai macam perlombaan di akhir tahun ajaran .Adapun lomba-lomba yang sering diadakan adalah membaca dan mengartikan kitab kuning, tilawah,membaca albarjanji, juga lomba memasak. Tujuan lain pengadaan perlombaan ini adalah untuk memberikan motivasi pada santri serta agar santri benar-benar siap untuk hidup di masyarakat, terlebih sebagai seorang istri
Faktor pendukung dan penghambat proses kegiatan dan pembelajaran:
Pendukung : a. Lingkungan yang islami. b. Adanya tenaga pengajar (ustadz/ustadzah) yang berada di lingkungan pesantren. c. Adanya santri senior yang ikut membantu dalam terlaksananya segala kegaiatan pembelajaran. d. Kerja sama yamg baik antara pengasuh, ustadz, pengurus.
e. Antusias santri yang tinggi. Penghambat : a. Minimnya sarana dan prasarana. b. Karakter santri yang berbeda-beda, baik dari segi lingkungan maupun yang bersifat individual seperti umur, karena santri yang direkrut di Pondok Pesantren Al-Ittihad Putri Poncol Popongan Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tidak memperhatikan umur para santrinya yang masuk. c. Masih ada beberapa santri yang kurang memperhatikan peraturan dan tata tertib pondok.
Implikasiasi model pembelajaran tehadap para santri: a.
Metode Klasikal 1) Santri dapat mempelajari materi secara sistematis. 2) Santri lebih mudah memahami materi sesuai dengan tingkatannya masing-masing.
b.
Metode hafalan 1) Santri mudah fokus pada materi pelajaran yang dihafalkan. 2) Santri dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran. 3) Santri
dapat
menggunakan
waktu-waktu
luangnya
untuk
menghafal. c.
Metode sorogan 1) Santri selalu berfikir secara aktif. 2) Santri langsung mengerti akan kesalah-kesalahannya. 3) Santri tumbuh sikap tawadlu’ yang sangat tinggi terhadap ustadznya.
d.
Metode bandongan
1) Santri dapat mengupas permasalahan dari sudut pandang yang berbeda sesuai yang diungkapkan guru. 2) Santri dapat belajar untuk mendengarkan secara seksama. 3) Tumbuh sikap ketelitian pada santri. e.
Metode takror 1) Terjalin kebersamaan antar santri. 2) Menumbuhkan sikap saling tolong menolong antar santri. 3) Santri lebih terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya. 4) Tumbuh sikap saling menghargai antar santri. 5) Santri dapat belajar bermusyawarah dengan baik.
f.
Metode kilatan 1) Mendidik santri untuk bersikap cekatan. 2) Mendidik santri untuk istiqomah. 3) Mendidik santri untuk disiplin dalam menyelasaikan suatu tugas. 4) Mendidik santri untuk berjiwa komitmen dalam mencapai suatu target.
g.
Metode ta’ziran 1) Menumbuhkan sikap saling hormat menghormati. 2) Menumbuhkan jiwa kedisiplinan pada santri. 3) Santri dapat belajar untuk instrospeksi terhadap dirinya sendiri.
h.
Metode pelatihan 1) Menumbuhkan sikap tanggung jawab pada santri. 2) Menjadikan santri yang terlatih dalam menghadapai kedidupan yang sebenarnya. 3) Menumbuhkan sikap mental dan percaya diri pada santri.
i.
Metode jam’iyah 1) Menumbuhkan sikap kekompakan pada santri. 2) Menumbuhkan sikap saling gotong royong dan saling tolong menolong. 3) Santri dapat belajar dalam hidup bermasyarakat.
j.
Metode riyadloh 1) Santri dapat belajar untuk mengendalikan diri sendiri. 2) Menumbuhkan sikap kesabaran pada santri. 3) Menumbuhkan sikap kepatuhan dan ketaatan.
Fatkhul Amin (23/06/11:13.00) menyebutkan implikasi model pembelajaran yang diterapkan secara umum yaitu : a. Tertanam jiwa kedisiplinan pada diri santri b. Tertanan jiwa kamandirian pada diri santri. c. Menjadikan para santri untuk lebih bertanggung jawab. d. Santri lebih memiliki sifat kepedulian sosial yang lebih tinggi (setia kawan, bekerja sama dan gotong royong) e. Tertanamkan jiwa Akhlakul Karimah pada santri Sedangkan
implementasi
negatifnya
hampir
tidak
nampak,
malainkan pada santri-santri tertentu yaitu ketika seorang atau beberapa ustadz/ustdzah menarget adanya hafalan (mukhafadloh), santri tersebut kurang memilki kompetensi dalam bidang hafalan. Inilah problem yang umumnya dihadapi oleh santri.
Kegiatan Seni Rebana
Pembelajaran Jam’iyah Al Barjanji
Pelatihan Khitobah
Pembelajaran Model Kilatan
Acara Penutupan Kegiatan Jam’iyah Pada Akhir Tahun Ajaran
P
Pembelajaran Klasikal
Ijazah Manaqib
Pelatihan Qiro’ah
DAFTAR SKK
Nama : Siddiqoh
Jurusan/ Progdi : Tarbiyah PAI
NIM : 11107029
PA
No
Jenis Kegiatan
1.
Masa
: Maslikhah, S.Ag, M.Si
Waktu Kegiatan
Status
Nilai
Buka 14 September 2007
Peserta
2
Diskusi Ramadahan “Merah 18 September 2007
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
6
Peserta
2
Peserta
6
Peserta
2
ta’aruf
dan
Bersama oleh IMM 2.
Kesempatan Diri di Bulan yang suci Oleh HMI 3.
Sarasehan Bela Negara dan 24 September 2007 Buka Bersama Oleh BEM
4.
“Breaking
The
Fast
And 25 September 2007
Bioskop Ramadhan oleh CEC 5.
Diskusi dan buka bersama oleh 11 September 2008 HMI
6.
Seminar
Nasional
dan 17 Oktober 2008
Sarasehan Gubernur JATENG oleh KASEI 7.
Bedah buku “Kaum Muda 17 November 2008 Menatap
Masa
Depan
Indonesia” oleh DEMA 8.
Seminar Silaturrahmi
Nasional Oleh
dan 16 Desember 2008 HMJ
Syariah 9.
Bedah Buku “Mengifas Dan 17 Desember 2008 Menyebrang
Perpindahan
Masal Keagamaan Pasca 1965 di pedesaan Jawa” oleh UPT
Perpustakaan STAIN Salatiga 10. Kuliah Umum Dan Dialog 10 Pebruari 2009 “Perkembangan
Peserta
3
Peserta
4
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
2
GTT
12
Kerjasama
ASEAN bersama Direktorat Jenderal
Kebersamaan
ASEAN Negeri
Departemen Republik
Luar
Indonesia
oleh STAIN Salatiga 11. KMD Kwartir Cabang Salatiga 9-14 Pebruari 2009 tahun 2009 12. Lomba Pemilihan Muslimah 11 April 2009 Berprestasi Oleh LDK Darul Amal 13. Bedah buku “Dead Line Your 14 April 2009 Life” oleh LDK Darul Amal 14. Bedah
Buku
“Harmonisasi 25 Mei 2009
Lingkungan Hidup” oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga 15. Seminar Entrepreuner Goesto 3 Juni 2009 campus oleh FKWM Jateng 16. Debat Politik Oleh KAMMI 14 Juni 2009 Komisarita Salatiga 17. SK (Surat Keputusan) Dari LP 1 Juli 2009 Ma’arif NU Sebagai Tenaga Pengajar
di
RA
Falahul
Mukminin 02 18. OPAK STAIN Salatiga 19. Seminar
Nasional
18-20 Agustus 2009 Peserta
“Strategi 23 Januari 2010
Pembelajaran Kreatif, Menarik
Peserta
3 6
dan Menyenangkan Menuju Siswa Cerdas oleh STDI 20. Gebyar
Kobse
Semarang 5 Prebuari
Pembimbing
3
Peserta
4
Peserta
6
Serasi anak RA/ BA/ TA se Kabupaten Semarang tahun 2010 (Pencapai Rekor Muri) 21. Seminar
Regional
“Peran 22 Maret 2010
Lembaga Publik Sebagai Alat Kontrol
Pemerintah
Demi
terciptanya Good Gaverment 22. Diklat Nasional PTK oleh 18-20 Pebruari STDI 23. Pelatihan Manasik Haji Anak 29 April 2010 RA Se Kecamatan Pabelan
Pembing dan 2 Panitia
Tahun 2010 24. Seminar Pendidikan Seks bagi 2 Mei 2010
Peserta
3
Peserta
4
Peserta
4
Peserta
3
Remaja oleh LPD Asy Shihab dan Biro Konsultan Taskia 25. Seminar Regional “Menggali 12 Mei 2010 Potensi
Mahasiswa
Menghadapi
Dalam
Persaingan
Global” Oleh HMI 26. Seminar
Regional
Pendidikan Membentuk Mahasiswa
“Peran 17 Mei 2010
Islam
dalam
Jati
Diri
Oleh
HMJ
Tarbiyah 27. Workshop Pengenalan
Model Baca
Metode 21 Juni 2010 Melalui
Pembelajaran
Berbasis
Permainan pada nak Usia dini oleh IGRA Kab. Semarang 28. Lomba
Tpg
“Semangat 1 Mei 2011
Panitia
3
Peserta
2
Anggota
4
Berakhlak Mulia” Se Desa Kembaran Oleh KKN STAIN Salatiga 29. Dauroh
Mar’atus
Sholihah 4 Juni 2011
(DMS) II oleh LDK 30. SK Pengurus Badko TPQ Kec. 24 Juli 2011 Pabelan tahun 2011 sd.2015 TOTAL
Pengurus 104
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: SIDDIQOH
Tempat/Tanggal Lahir
: Kab. Semarang 16 September 1984
Alamat
: Padaan 03/01 Kec. Pabelan Kab. Semarang 50771
Pendidikan : - MI Padaan 01 lulus tahun 1996 - MTs Tarqiyqtul Himmah Kauman Lor Pabelan lulus tahun 1999 - MAN 1 Salatiga lulus tahun 2002 -STAIN Salatiga Jurusan Tarbiyah Progdi PAI angkatan tahun 2007
Salatiga, 05 Agustus 2011
Siddiqoh 11107025