Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Weekly Review
Market Intelligence & Analysis Group
RINGKASAN :
Minggu V/21 - 25 Okt 2013
Berita Ekonomi
Indikator Ekonomi
- Pemerintah melihat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
Pertumbuhan PDB
-
Inflasi (year on year) Cadangan Devisa (USD bn)
-
-
-
sekitar 15%-16% sejak awal tahun 2013 belum berpengaruh besar terhadap anggaran negara karena rata-rata nilai tukar rupiah sekitar Rp 10.000 per dolar AS, hanya sedikit terdepresiasi dibanding asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 sebesar Rp 9.600 per dolar AS. Penerbitan obligasi korporasi sepanjang kuartal IV 2013 diperkirakan tidak sebanyak kuartal-kuartal sebelumnya. Nilai emisi obligasi korporasi pada tahun ini diprediksi hanya Rp 68,07 triliun, lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar Rp 72,95 triliun. Ekspor Indonesia diperkirakan akan meningkat. Hal ini didorong oleh melonjaknya permintaan barang produksi Indonesia terutama mendekati hari raya Natal dan tahun baru. Dengan demikian, ekspor Indonesia ke berbagai negara tujuan pun diprediksi akan naik. Realisasi investasi selama kuartal III-2013 tumbuh 22,9% menjadi Rp 100,5 triliun. Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan dengan pencapaian periode sama tahun lalu sebesar 24,88%. Pemerintah dan DPR menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6%, lebih tinggi dari proyeksi Bank Dunia sebesar 5,3 persen.
Berita Industri Unggulan Sektor Komunikasi - Operator seluler berteknologi code division multiple access (CDMA) berencana melakukan sharing frekuensi untuk menekan biaya dan mengoptimalkan pemanfaatan frekuensi.
Sektor Migas & Tambang - Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China berpotensi
-
-
mengangkat harga nikel. Harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME), menguat 1,39% ke US$ 14.200 per ton, level tertinggi dalam sebulan terakhir. Realisasi investasi hulu migas hingga kuartal III 2013 mencapai US$ 20,99 miliar atau 80% dari rencana anggaran sebesar US$ 26,24 miliar pada 2013. Harga minyak mengalami tekanan setelah para pelaku pasar berspekulasi bahwa cadangan minyak di Amerika Serikat akan kembali naik. Di bursa nymex, senin (21/10), harga minyak jenis WTI melemah 0,61% menjadi US$ 100,19 per barel. Harga batubara terus meningkat. Pasar yang semakin optimistis bahwa kinerja ekonomi global pada tahun 2014 akan lebih baik dari tahun ini, telah mengangkat pergerakan harga komoditas emas hitam mendekati level harga tertinggi dalam lima bulan terakhir. Di Bursa ICE Eropa, Selasa (22/10), harga batubara untuk pengiriman Desember 2013 telah menembus level US$ 86,50 per ton.
Kurs (Rp/USD) BI Rate IHSG Harga Minyak Int’ WTI (USD/ barrel) Harga Gas (USD/mmbtu) Harga CPO (USD/tonnes) Harga Emas (USD/ounce) Harga Batubara (USD/tonnes)
Triwulan Triwulan II 2013 II 2012 5,81% 6,40% Sep Sep 2012 2013 8,40% 4,31% 95,66
110,17
25 Okt 2013 11.142 7,25%
25 Okt 2012 9.614 5,75%
4.580,8
4.339,1
97,85
88,39
3,71
3,86
880,0
860,0
1.350,6
1.712,1
81,45
93,75
Sumber: BI, BPS, BEI, Thomson & Reuters, Bloomberg
Analysts: Teddy Hariyanto Rifan Firmansyah Hesti Shintamurti Nany Sri Witha Vicky Imelda Philiana
Sektor Makanan & Minuman - Pelaku industri makanan dan minuman, merevisi target pertumbuhan
industri pada tahun ini dari 8% menjadi 5%. Hal ini dikarenakan banyaknya tantangan yang harus ditanggung oleh para pelaku seperti kenaikan harga listrik dan gas serta upah minimum.
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 1
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sektor Perbankan - Di tahun 2014, BI memperkirakan pertumbuhan kredit hanya sebesar
-
20%. Hal ini ditetapkan dengan melikat beberapa faktor seperti pelemahan ekonomi domestik dan global, kenaikan suku bunga, keseimbangan baru nilai tukar rupiah serta Pemilu. Satu persatu perbankan tanah air merilis kinerja sepanjang kuartal III-2013. Hasilnya tetap memuaskan, meski bank sempat mengkhawatirkan kenaikan BI rate akan melemahkan penyaluran kredit dan kinerja.
Sektor Properti - Indonesia Property Watch (IPW) memprediksi terjadi perlambatan di
-
sektor properti dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Perlambatan ini disebabkan faktor siklus properti, kondisi ekonomi nasional, dan kebijakan pengetatan kredit pemilikan rumah dari Bank Indonesia. Selama semester I 2013, rata-rata penjualan rumah di Jabodetabek tercatat sebanyak 123,6 unit per bulan. Angka ini tumbuh 7% secara semesteran. Namun, secara tahunan, penjualan rumah tersebut menunjukan penurunan sekitar 16%.
Sektor Lain-Lain - Pemerintah tidak akan menaikkan tarif cukai rokok. Hal ini dilakukan -
untuk mengurangi dampak negatif pada industri rokok setelah dikenakan pajak daerah sebesar 10%. Kementerian Perindustrian merekomendasikan 49 perusahaan alas kaki, tekstil, dan pakaian jadi untuk mendapat paket insentif pajak. Insentif tersebut dapat berupa diskon, pemotongan atau penundaan pembayaran pajak penghasilan.
Berita Singkat Perusahaan - PT Indoferro melakukan ekspansi dengan mengintegrasikan industri
-
-
-
-
baja dan stainless steel. Setelah selesai membangun unit pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) pig iron dan nickel pig iron (NPI), perusahaan akan mengakuisisi areal pertambangan hingga pembangunan pabrik stainless steel. Nilai investasi keseluruhan proyek ini diperkirakan minimal US$ 800 juta. PT Great Giant Livestock siap merealisasikan impor sapi sebanyak 11.185 ekor di kuartal empat tahun ini. Jumlah impor sapi tersebut terdiri dari 8.500 ekor sapi siap potong dan 2.685 ekor sapi bakalan. PT Modern Putra Indonesia, pengelola jaringan convenience store 7Eleven (Sevel) menggandeng MasterCard untuk mendukung kemudahan bertransaksi. Dalam kerjasama ini, MasterCard akan melayani transaksi elektronik lewat kartu debit di gerai 7-Eleven. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) melakukan spin off divisi usaha properti menjadi anak usaha yaitu PT PP Property. Untuk mendukung anak usaha barunya tersebut, PTPP menyiapkan dana sebesar Rp 1,8 triliun untuk mengembangkan usaha PP Property. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN mengungkapkan biaya penyesuaian pipa menjadi akses terbuka (open access) mencapai US$ 1,2 miliar. Kapasitas produksi pemintalan Sritex naik 65% jika akuisisi Sinar Pantja disetujui para pemegang saham pada 15 November 2013. Dengan akuisisi pabrik pemintalan tersebut, kapasitas produksi Sritex bisa mencapai 530.000 mata pintal per tahun. Saat ini, kapasitas tersebut masih sekitar 320.000 mata pintal per tahun. Tahun depan, pasokan gula di dalam negeri akan bertambah seiring dengan selesainya pembangunan pabrik gula PT Gendis Multi Manis. Pabrik gula yang berlokasi di Blora, Jawa Tengah ini merupakan pabrik pertama yang dibangun dalam 20 tahun terakhir.
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 2
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Ekonomi
Depresiasi Rupiah Belum Berdampak terhadap APBN-P 2013 Pemerintah melihat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sekitar 15%-16% sejak awal tahun 2013 belum berpengaruh besar terhadap anggaran negara, karena rata-rata nilai tukar rupiah sekitar Rp 10.000 per dolar AS, hanya sedikit terdepresiasi dibanding asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 sebesar Rp 9.600 per dolar AS. Bambang PS Brodjonegoro, Wakil Menteri Keuangan II, mengatakan hingga saat ini rata-rata nilai tukar rupiah di kisaran Rp 10.000 per dolar AS. Posisi ini masih dalam range yang terkendali. Bambang mengakui, depresiasi tersebut, akan menyebabkan peningkatan subsidi. Tapi Pemerintah tetap meyakini defisit anggaran akan di bawah target yang ditetapkan, pemerintah konservatif dengan target itu, karena belanja lainnya yang tidak optimal. Bambang mengatakan salah satu penyebab defisit tidak berada di atas target adalah realisasi belanja modal yang tidak mencapai 100% dari target. Anggaran tahun ini diproyeksikan defisit 2,38% dari PDB. Sementara itu Chatib Basri, Menteri Keuangan, mengakui kondisi fiskal hingga saat ini masih dalam posisi yang aman dan tidak mengkhawatirkan. Meskipun dari sisi penerimaan pajak tidak akan mencapai target, karena tekanan dari krisis ekonomi global yang mengakibatkan harga komoditas melemah. Dari sisi belanja kemungkinan masih ada perlambatan penyerapan meski tetap dilakukan perbaikan. (Sumber : Indonesia Finance Today, 21 October 2013)
Nilai Emisi Obligasi Korporasi Rendah - Penerbitan obligasi korporasi sepanjang kuartal IV 2013 diperkirakan tidak sebanyak kuartal-kuartal sebelumnya. Nilai emisi obligasi korporasi pada tahun ini diprediksi hanya mencapai Rp 68,07 triliun, lebih rendah dibanding nilai emisi obligasi tahun lalu sebesar Rp 72,95 triliun. Ronald T Andi Kasim, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), mengatakan penyebab rendahnya nilai emisi obligasi pada tahun ini adalah meningkatnya risiko di pasar keuangan akibat ketidakpastian ekonomi global. Dalam hal ini, perusahaan penerbit obligasi akan mengeluarkan biaya yang lebih besar karena tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Ronald mengungkapkan nilai emisi obligasi korporasi hingga 11 Oktober 2013 mencapai Rp 49,62 triliun, nilai tersebut sudah termasuk surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) sebesar Rp 2,93 triliun. Penerbit obligasi tersebut masih didominasi oleh perusahaan multifinance sebesar 41,1% atau senilai Rp 20,38 triliun dan sektor perbankan sebanyak 26,6% atau senilai Rp 13,21 triliun. Pefindo memprediksi, total penerbitan surat utang hanya mencapai Rp 68,07 triliun hingga akhir tahun ini. Angka tersebut terdiri atas penerbitan obligasi senilai Rp 56,48 triliun, penerbitan MTN sebesar Rp 9,83 triliun, dan penerbitan kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK EBA) senilai Rp 1,75 triliun. Penerbit obligasi didominasi oleh multifinance sebesar 36,8% atau setara Rp 25,07 triliun. Porsi perbankan sebesar 33,7% atau Rp 22,96 triliun. Di sisa tahun ini, korporasi cenderung menunda penerbitan obligasi. Alasannya, menunggu kondisi pasar yang lebih baik hingga tahun depan. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai obligasi jatuh tempo pada 2014 sebesar Rp 36,91 triliun, 2015 Rp 30,42 triliun, 2016 Rp 33,44 triliun, dan pada 2017 sebesar Rp 35,79 triliun. (Sumber : Indonesia Finance Today, 21 October 2013).
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 3
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Akhir Tahun, Ekspor Bahan Baku Tembus 30% - Seiring dengan melonjaknya permintaan barang produksi Indonesia, pemerintah optimistis kinerja ekspor pun akan kembali melonjak di akhir tahun ini. Momen perayaan hari raya Natal serta perayaan tahun baru menjadi pendorong tingkat konsumsi, sehingga ekspor Indonesia ke berbagai negara tujuan pun diprediksi akan naik. Menurut Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana Wirakusumah, kinerja ekspor Indonesia di bulan Oktober dan November, atau dua bulan menjelang tutup tahun selalu naik. Fenomena yang sama juga diprediksi terjadi tahun ini, sehingga neraca perdagangan Indonesia diperkirakan ikut membaik. Salah satu peningkatan ekspor bahan baku terbesar adalah tekstil. Pada dua bulan terakhir ini, biasanya sekitar 30% dari total produksi bahan baku Indonesia dialokasikan untuk ekspor. Sementara sisanya lebih banyak digunakan untuk konsumsi domestik. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja ekspor Indonesia setiap akhir tahun memang mengalami peningkatan. Contohnya tahun 2011 lalu, pada bulan November kinerja ekspor naik 1,64% menjadi US$ 17,235 miliar. Sebelumnya di Oktober nilai ekspor sebesar US$ 16,957 miliar. Tren yang sama terjadi pada 2012, pada bulan Oktober nilai ekspor US$ 15,324 miliar kemudian naik menjadi US$ 16,316 di bulan November 2012. Optimisme ekspor akan menanjak di akhir tahun juga diungkapkan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Kebijakan Moneter, Fiskal, dan Publik, Hariyadi B. Sukamdani. Meskipun meningkat apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, namun apabila dibanding dengan tahun lalu nilai ekspor tetap turun, karena ekonomi global sedang tidak bagus. Secara keseluruhan hingga akhir tahun neraca perdagangan diperkirakan tetap akan mengalami defisit. Meskipun pemerintah dan pengusaha menyatakan optimis, Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih memprediksi nilai ekspor Indonesia pada dua bulan terakhir tahun ini berpotensi menurun. Ada dua pertimbangan Lana. Pertama, karena kondisi perekonomian dunia khususnya Amerika Serikat masih belum pulih. Ini terlihat dari data indeks kepercayaan konsumen di AS yang turun dari 81,8 poin di Agustus 2013 menjadi 79,7 poin. Pada Oktober indeks ini diperkirakan kembali turun setelah adanya penghentian layanan pemerintahan AS yang berlangsung selama 16 hari. Data tersebut in memengaruhi tingkat konsumsi masyarakat di negeri Paman Sam. Maklum, 70% produk domestik bruto (PDB) di AS disumbangkan dari konsumsi masyarakat. Ini membuat proyeksi perekonomian AS turun sekitar 0,2% di kuartal IV. Dampaknya, ekspor dari semua negara menuju AS akan menyusut, termasuk dari Indonesia. Kedua, depresiasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat membuat ekspor non migas berbasis manufaktur mengalami keuntungan. Tapi, produk tekstil malah sebaliknya. Mengingat bahan bakunya tekstil banyak berasal dari impor sehingga harganya menjadi lebih mahal dibandingkan dengan Thailand. (Sumber: Kontan, 23 Oktober 2013)
Perlambatan Investasi Kuartal III Sesuai Ekspektasi - Mengonfirmasi terpukulnya perekonomian Indonesia, realisasi investasi selama kuartal III 2013 (Juli–September) tumbuh 22,9% menjadi Rp100,5 triliun, melambat dibandingkan dengan pencapaian periode sama tahun lalu, 24,88% menjadi Rp81,8 triliun. Perlambatan itu, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sejalan dengan realisasi investasi kuartal III/2013 yang hanya naik 0,7% dari kuartal II/2013. Pencapaian ini jauh lebih rendah dari pertumbuhan investasi kuartal I/2013 ke kuartal II/2013 sebesar 7,31%. Akan tetapi, secara tahun berjalan realisasi investasi Januari-September masih tumbuh 27,57% menjadi Rp293,3 triliun, sedikit di atas pencapaian periode sama tahun sebelumnya yang tumbuh 26,94% menjadi Rp229,9 triliun. Kepala BKPM Mahendra Siregar mengatakan investasi Indonesia tengah berada pada kondisi lebih stabil. Menurutnya, postur investasi Indonesia pun semakin berimbang seiring meningkatnya nilai PMDN dalam
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 4
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group empat tahun terakhir ini. Realisasi investasi PMDN kuartal III/2013 naik 43,2%, menjadi Rp94,1 triliun dari posisi yang sama tahun lalu, sementara PMA naik 21,31% menjadi Rp199,2 triliun. Ini artinya, pelaku usaha Indonesia menjadi kekuatan yang kian diperhitungkan. Menurut Mahendra, meningkatnya investasi PMDN menandakan semakin bergesernya sektor pertambangan ke sektor manufaktur dan jasa, terlihat dari bertambah besarnya sebaran lokasi proyek di koridor Jawa. Berdasarkan koridor ekonomi, realisasi investasi di koridor Jawa mencapai Rp168,6 triliun, naik 37,18% dari sebelumnya Rp122,9 triliun. Sementara koridor luar Jawa hanya naik 16,54% menjadi Rp122,9 triliun, dari Rp107 triliun. Dalam kurun waku 4 tahun terakhir ini, tren investasi menuju industri pengolahan atau manufaktur, sehingga proporsi pulau Jawa menjadi semakin besar. Hal ini juga didorong peningkatan minat PMDN ke sektor utilitis, energi, manufaktur dan jasa. Seiring dengan pencapaian tersebut, Mahendra juga optimistis target penanaman modal tahun ini mencapai Rp350 triliun. Namun demikian, target depan justru turun 10% menjadi Rp450 triliun, dari target rancangan pembangunan jangka menengah Rp500 triliun. Menanggapi data terbaru dari BKPM itu, Menteri Keuangan M.Chatib Basri mengatakan kenaikan realisasi investasi kuartal III/2013 tersebut sebetulnya di atas ekspektasi. Chatib memprediksi realisasi investasi per kuartal III/2013 akan turun dari pencapaian kuartal II/2013. Dari capaian investasi tersebut, Chatib juga optimistis defisit transaksi berjalan pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini akan berangsur turun, mengingat kontribusi BKPM yang mencapai 15% dari total pembentukan modal tetap bruto (PMTB). Ekonom PT Samuel Sekuritas, Lana Sulistyaningsih mengatakan pencapaian realisasi itu sesuai dengan ekspektasi. Ketidakpastian makro dari eksternal dan internal Indonesia menyebabkan investor asing menahan investasinya. (Sumber: Bisnis Indonesia, 24 Oktober 2013)
Ekonomi Tahun 2014 Diprediksi Lebih Baik - Pemerintah dan DPR menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan sejumlah lembaga ekonomi, yakni di bawah 6 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen pada tahun 2014 itu merupakan salah satu asumsi dasar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun 2014 yang akan disahkan pada Rapat Paripurna DPR, Jumat (25/10/2013) ini. Asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen tersebut menunjukkan bahwa pemerintah dan DPR melihat perekonomian tahun 2014 akan lebih baik dibandingkan tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi tahun ini, seperti diperkirakan Badan Kebijakan Fiskal, berkisar 5,8 persen sampai 6 persen. Bank Pembangunan Asia (ADB) juga memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 sekitar 6 persen. Pertumbuhan ekonomi tahun ini diperkirakan hanya 5,7 persen. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 adalah 5,8 persen-6,2 persen. Angka ini lebih tinggi daripada proyeksi tahun 2013 ini sebesar 5,5 persen-5,9 persen. Sebaliknya, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan melambat. Dari perkiraan tahun ini sebesar 5,6 persen, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 5,3 persen. Panitia Kerja (Panja) Asumsi Dasar RAPBN Tahun 2014, yang terdiri dari unsur pemerintah dan DPR, menyampaikan sejumlah pertimbangan atas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 sebesar 6 persen. Menurut laporan panja, meski masih menghadapi risiko, perekonomian tahun depan lebih baik daripada tahun ini. Risiko yang dimaksud antara lain masih ada gejolak likuiditas global dan gejolak harga komoditas di pasar internasional. Namun, panja menegaskan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi 2014. Ini terutama disebabkan ada bonus demografi serta ada pemilihan umum anggota legislatif dan presiden. Neraca perdagangan yang mulai membaik juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan. Ini karena kinerja ekspor berangsur- angsur pulih seiring perbaikan permintaan pasar global. Faktor lain adalah peningkatan investasi, terutama oleh sumber-sumber domestik, dan inflasi yang kembali ke level normal.
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 5
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi terutama akan disumbang oleh sektor industri pengolahan sebesar 1,6 persen, sektor perdagangan-hotel-restoran 1,3 persen, serta sektor transportasi dan komunikasi 1,1 persen. Sementara sektor pertanian menyumbang 0,4 persen. Ekonom Faisal Basri di Jakarta, Kamis (24/10), menyatakan, asumsi pertumbuhan sebesar 6 persen tahun 2014 masuk akal. Angka tersebut bahkan cenderung konservatif. Menurut Faisal, semua tekanan terhadap perekonomian Indonesia sudah mencapai puncak pada tahun 2013. Hal itu di antaranya tekanan pada kurs rupiah, inflasi, suku bunga, serta neraca perdagangan dan transaksi berjalan. Itu berarti perekonomian Indonesia tahun 2014 cenderung lebih baik. Inflasi yang pada tahun ini diperkirakan BI 9 persen-9,8 persen akan turun ke 5,5 persen tahun 2014 sebagaimana asumsi pemerintah dan DPR. Bahkan, Faisal optimistis, realisasi inflasi akan di bawah asumsi itu. Sementara suku bunga BI, menurut Faisal, diturunkan pada kisaran 6 persen. Sebaliknya, dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya, Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, berpendapat, asumsi pertumbuhan ekonomi 6 persen terlalu optimistis. Alasannya, semua sumber pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat tahun depan. Investasi sebagai sumber pertumbuhan terbesar setelah konsumsi rumah tangga, menurut Prasetyantoko, akan turun pada tahun 2014. Ini menjadi konsekuensi kebijakan pengetatan likuiditas saat transaksi perdagangan defisit. Kebijakan BI mematok suku bunga menjadi 7,25 persen akan menurunkan pertumbuhan kredit. Dampaknya baru akan terasa mulai triwulan IV-2013 sampai tahun 2014. Hal ini tecermin pada proyeksi BI tentang pertumbuhan kredit pada tahun 2014 sebesar 15,3 persen-16,6 persen. Ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit tahun ini, yang diproyeksikan sekitar 20 persen. Selain pertumbuhan ekonomi, RAPBN Tahun 2014 yang disahkan menjadi APBN Tahun 2014 pada Rapat Paripurna DPR hari ini juga menyangkut asumsi makro lainnya. Inflasi diasumsikan 5,5 persen. Kurs rupiah terhadap dollar AS adalah Rp 10.500. Tingkat suku bunga SPN 3 bulan adalah 5,5 persen. Harga jual minyak Indonesia diasumsikan 105 dollar AS per barrel. Produksi minyak siap jual ditargetkan 870.000 barrel per hari. Produksi siap jual gas bumi ditargetkan 1,24 juta barrel setara minyak per hari. Sementara, penerimaan negara ditargetkan Rp 1.667 triliun. Belanja negara ditargetkan Rp 1.842 triliun. Dengan demikian, defisitnya adalah Rp 175 triliun atau 1,69 persen dari produk domestik bruto. (Sumber: Kompas, 25 Oktober 2013)
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 6
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Industri Unggulan Sektor Komunikasi
Operator CDMA Akan Melakukan Kerja Sama Frekuensi - Operator seluler berteknologi code division multiple access (CDMA) berencana melakukan sharing frekuensi untuk menekan biaya dan mengoptimalkan pemanfaatan frekuensi. Pemerintah sedang menyiapkan beberapa pola kerja sama frekuensi untuk semua operator di Indonesia baik berteknologi CDMA maupun GSM. M Budi Setiawan, Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat dan Pos Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika, sekaligus Ketua Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), mengatakan dalam pertemuan antara regulator dan operator sering dibahas konsolidasi antar operator CDMA. Dalam konteks itu, secara tidak resmi operator PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) telah mengajukan kerja sama frekuensi di 850 MegaHertz (MHz). Namun Kementerian dan regulator belum memberikan rekomendasi, sebab payung hukum terhadap kerja sama frekuensi atau model sharing frekuensi belum ada di Indonesia. Menurut Budi, belum ada permintaan merger antaroperator CDMA, tapi pembahasan cenderung pada kerja sama frekuensi. Pembahasan ini dilakukan secara lisan di rapat-rapat antara regulator dan operator. Budi juga menjelaskan bahwa sharing frekuensi dapat menekan cost atau biaya frekuensi operator, sebab menggabungkan dua frekuensi dari dua operator berbeda. Selain itu kerja sama ini juga dapat mengoptimalkan penggunaan frekuensi yang ada. Namun demikian Kementerian mendorong kerja sama frekuensi oleh seluruh operator CDMA, bukan hanya dua operator. Kerja sama frekuensi oleh dua operator CDMA berdampak kecil di frekuensi 850 MHz. Oleh karena itu Kementerian dan regulator mendorong merger seluruh operator CDMA. Selain Bakrie Telecom dan Smartfren, operator CDMA lainnya adalah Flexi milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), StarOne milik PT Indosat Tbk (ISAT), dan Ceria dari PT Sampoerna Telekom Indonesia. Payung hukum kerja sama frekuensi penting, sebab Kementerian tidak ingin kasus yang dialami PT Indosat Mega Media (IM2) terulang kembali. Untuk ke depannya, Kementerian berupaya untuk memasukkan poin-poin mengenai kerja sama frekuensi dalam pembahasan revisi Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 tentang Telekomunikas. Saat ini Kementerian dan regulator sudah memikirkan beberapa pola kerja sama frekuensi untuk semua operator di Indonesia baik berteknologi CDMA maupun GSM. Misalnya pola kerja sama swap, pulling, dan trading. Benchmarking model kerja sama ini dari Australia. Kementerian cenderung memilih kerja sama swap dan pulling dibandingkan trading, sebab lebih mudah diimplementasikan di Indonesia. Pada dasarnya yang menjadi pokok bahasan adalah berapa banyak yang harus dibayar oleh operator ketika melakukan penyewaan jaringan operator lain, serta dampaknya terhadap pungutan biaya hak penyelenggaraan (BHP) frekuensi. Jastiro Abi, Presiden Direktur PT Bakrie Telecom menyatakan pihaknya mendukung upaya konsolidasi antaroperator CDMA di Indonesia. Namun perseroan menilai belum perlu terburu-buru melakukan konsolidasi pada tahun ini. Konsolidasi antar operator baik untuk industri telekomunikasi di Indonesia, agar lebih sehat. Perseroan sering membahas soal konsolidasi ini dan dampaknya ke bisnis operator dalam pertemuan-pertemuan antar operator dan regulator. Namun perseroan belum secara resmi mengumumkan untuk melakukan konsolidasi dengan operator CDMA lain, misalnya Smartfren. Menurut Jastiro, sebaiknya konsolidasi berlaku secara natural. Perseroan tidak akan memaksakan diri untuk melakukan konsolidasi pada tahun ini, sebab masih fokus untuk membenahi layanan data ke pelanggan. Berdasarkan kinerja semester I 2013, Bakrie Telecom mencatat pendapatan usaha Rp 1,11 triliun, lebih rendah dari Rp 1,12 triliun di semester I tahun lalu. Laba usahanya tercatat Rp 101,4 miliar, dari posisi rugi usaha Rp 287 miliar di semester I tahun lalu. (Sumber: Indonesia Finance Today, 24 Oktober 2013)
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 7
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sektor Migas & Tambang
Rilis Data PDB China Angkat Harga Nikel – Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China berpotensi mengangkat harga nikel. Para analis memproyeksikan, harga nikel akan terus menguat sampai akhir tahun. Harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME), menguat 1,39% ke US$ 14.200 per ton, level tertinggi dalam sebulan terakhir. Kondisi ekonomi China yang positif jadi faktor pemicu kenaikan harga ini. China adalah konsumen terbesar komoditas metal ini. Badan Statistik China pada akhir pekan lalu menyampaikan, PDB China tumbuh 7,8% di kuartal III tahun ini. Pengumuman ini sesuai dengan proyeksi para ekonom dan menjadi bukti bahwa perlambatan ekonomi telah berakhir di kuartal II lalu. Analis PT Megagrowth Futures Wahyu Tribowo Laksono menambahkan, keputusan memperpanjang masa jatuh tempo utang di Amerika Serikat membuat harga saham dan komoditas termasuk nikel menguat. Karena itu, diyakini, sampai akhir tahun harga nikel masih akan menguat. Selain itu, ada spekulasi stimulus dari bank sentral AS masih akan diperpanjang sampai kuartal I tahun depan (Sumber : Kontan 21 Oktober 2013).
Stok Meningkat, Tekan Harga Minyak – Harga minyak mengalami tekanan setelah para pelaku pasar berspekulasi bahwa cadangan minyak di Amerika Serikat akan kembali naik. Di bursa nymex, senin (21/10), harga minyak jenis WTI melemah 0,61% menjadi US$ 100,19 per barel. Berdasarkan survey Bloomberg News, para analis memperkirakan bahwa pada pekan kedua di bulan Oktober 2013, persediaan minyak di AS naik 3 juta barel dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Tekanan harga minyak juga datang dari meredanya ketegangan politik di Timur Tengah. Selain itu, membaiknya hubungan Iran dan AS turut mendorong penurunan harga minyak global. Menurut Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures, harga minyak masih akan mengalami tekanan dalam sepekan ke depan. Harga minyak diperkirakan akan berada di kisaran US$ 98 – US$ 101,8 per barel. (Sumber: Kontan, 22 Oktober 2013)
Realisasi Investasi Hulu Migas Capai US$ 20,99 Miliar - Realisasi investasi hulu migas hingga kuartal III 2013 mencapai US$ 20,99 miliar atau 80% dari rencana anggaran sebesar US$ 26,24 miliar pada 2013. Johannes Widjonarko, Plt Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan penyerapan realisasi investasi hulu migas menunjukkan komitmen kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk mengembangkan hulu migas nasional. Realisasi investasi tersebut termasuk untuk kegiatan eksplorasi. Berdasarkan rencana kerja dan anggaran (Work Plan & Budget) 2013, perkiraan investasi hulu migas mencapai US$ 26,24 miliar, terdiri dari US$ 23,39 miliar investasi di wilayah kerja produksi atau pengembangan dan US$ 2,84 miliar untuk investasi di wilayah kerja eksplorasi. Di tahun 2014, investasi di sektor migas diperkirakan akan semakin besar. Pasalnya, dari kontrak kerja sama migas sebanyak 321, baru 79 kontrak yang sudah pada tahap pengembangan proyek, sehingga masih butuh banyak investasi, terutama di kegiatan eksplorasi migas. Meskipun tahun depan merupakan masa politik karena memasuki pemilihan umum dan pemilihan legislatif, hal itu tidak akan mengganggu upaya peningkatan investasi di hulu migas. Anggaran investasi pada 2013 ditargetkan untuk mengejar target lifting minyak sebesar 830 ribu barel per hari (bph) dan lifting gas sebesar 1,24 juta barel setara minyak per hari (BOEPD). Untuk wilayah kerja produksi, anggaran tersebut ditujukan untuk membor sebanyak 701 sumur pengembangan, 417 sumur work over, survei seismik dua dimensi sepanjang 4.778 km dan survei seismik tiga dimensi seluas 8.670,74 km2. (Sumber: Indonesia Finance Today, 22 Oktober 2013)
Tren Kenaikan Harga Batubara Berlanjut - Harga batubara terus meningkat. Pasar yang semakin optimistis bahwa kinerja ekonomi global pada tahun 2014 akan lebih baik dari tahun ini, telah mengangkat pergerakan harga komoditas emas hitam mendekati level harga tertinggi dalam lima bulan terakhir. Di Bursa ICE Eropa, Selasa (22/10), harga batubara untuk pengiriman Desember berhasil menembus level US$ 86,50 per metrik ton atau menguat 0,69% jika dibandingkan dengan hari
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 8
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group sebelumnya. Dengan penguatan ini, harga batubara menanjak 4,02% dalam dua pekan. Kondisi ekonomi global dan negara dengan tingkat konsumsi batubara dunia terbesar di dunia selama tahun 2013 dipandang tidak separah yang dibayangkan. Untuk Amerika Serikat (AS) misalnya, walaupun di dua minggu pertama bulan Oktober sempat diguncang krisis anggaran, kondisi ekonomi negara ini sepanjang 2013 masih bagus. Bahkan, ada rencana untuk mempercepat pengurangan stimulus moneter AS. Hal yang sama juga terjadi dengan China, di tengah kekhawatiran pasar bahwa pada tahun 2013 ekonomi Negeri Panda tersebut akan terpuruk, sampai dengan kuartal III-2013, China justru masih mencatatkan pertumbuhan ekonomi 7,8%. Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures mengatakan, kekhawatiran pasar bahwa kinerja ekonomi global pada tahun 2013 ini akan muram sejauh ini tidak terbukti, sehingga menimbulkan optimisme pasar terhadap akan semakin membaiknya kinerja ekonomi tahun 2014. Optimisme tersebut, ikut meningkatkan harga batubara. Menurut Wahyu, harga batubara masih belum berada dalam tren kenaikan. Namun diyakini bahwa sampai akhir tahun ini, harga batubara akan mampu menembus US$ 90 per metrik ton. Pemicu kenaikan harga saat ini adalah optimisme pasar. Dari sisi demand belum ada kenaikan permintaan signifikan. Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia mengatakan, penguatan harga batubara juga ditopang prediksi bahwa batubara masih akan menjadi sumber yang menjadi penopang utama kebutuhan energi di kawasan Asia Tenggara. Harga batubara semakin meningkat karena proyeksi atas potensi naiknya permintaan batubara dari India, China, Jepang, negara pengguna batubara terbesar. Gas alam dan heat oil harganya terus turun. Hanya batubara yang trennya bagus. Ke depan harga batubara masih bagus karena tingkat pemintaan meningkat. Juni. Secara teknikal, Juni mengatakan, sepekan ke depan harga batubara masih akan menguat. Potensi penguatan ini antara lain bisa tampak pada moving average convergence divergence (MACD) yang berada di area positif. Juni memperkirakan, harga batubara akan menguat ke kisaran US$ 89,37-US$ 92,11 per metric ton. Sementara Wahyu memprediksikan, sepekan ke depan, harga batubara akanmenguat di kisaran US$ 80-US$ 90 per metrik ton. (Sumber: Kontan, 24 Oktober 2013)
Sektor Makanan & Minuman
Gapmmi: Industri Cuma Tumbuh 5% di 2013 - Pelaku industri makanan dan minuman di dalam negeri terpaksa merevisi target pertumbuhan di tahun ini. Penyebabnya, mereka telah menemui berbagai kendala sejak awal tahun. Ketua Gapmmi (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia), Adhi Lukman, semula memprediksi industri makanan-minuman bisa tumbuh setidaknya 8% pada tahun 2013 ini. Tapi, sampai akhir tahun, pertumbuhan industri makanan & minuman diperkirakan hanya 5%. Sejak awal 2013, pelaku indsutri harus memikul kenaikkan beban yang bertubi-tubi. Di antaranya adalah kenaikkan biaya energi seperti tarif listrik dan harga gas tahap kedua. Di saat lain upah tenaga kerja pun melonjak cukup signifi kan. Memang, industri bisa menaikkan harga jual untuk mengimbangi kenaikkan be ban. Namun karena kenaikan beban nyaris bersamaan maka sangat memberatkan kinerja industry ini. Tak cuma itu, masalah pasokan bahan baku yang seret di awal tahun pun berkontribusi terhadap rendahnya pertumbuhan industri. Sebagai contoh, aturan impor hortikultura yang menyulitkan industri memperoleh bahan baku dari luar negeri. Padahal, jenis produk yang mereka butuhkan berbeda dengan holtikultura untuk konsumsi. Namun sayangnya, kedua produk itu memiliki nomor HS (harmonized system) yang sama. (Sumber: Kontan, 21 Oktober 2013).
Sektor Perbankan
Tahun 2014, Kinerja Kredit Perbankan Cuma Tumbuh 20% - Di tahun 2014, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit hanya sebesar 20%. Perkiraan tersebut dengan memperhitungkan pelemahan ekonomi domnestik dan global, kenaikan suku bunga simpanan dan kredit, keseimbangan baru nilai tukar rupiah serta Pemilu. Menurut Deputi Gubernur BI, Halim Alamsyah, perlambatan pertumbuhan kredit sudah terjadi di tahun 2013. Per September 2013, pertumbuhan kredit masih berkisar 22%-23%. Namun, jika tidak memperhitungkan penguatan nilai tukar dollar AS, pertumbuhan kredit hanya sekitar 20%. Untuk itu, BI
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 9
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group akan memantau pertumbuhan kredit agar bank tetap dapat menjaga risiko sehingga tidak terjadi kredit bermasalah. (Sumber: Kontan, 22 Oktober 2013)
Tambahan Modal Bank untuk Ekspansi - Bank mencatat kinerja yang cukup baik di kuartal III-2013. Satu persatu perbankan tanah air merilis kinerja sepanjang kuartal III-2013. Hasilnya, tetap memuaskan, meski bank sempat mengkhawatirkan kenaikan BI rate akan melemahkan penyaluran kredit dan kinerja. Lihat saja Bank Victoria International, yang membukukan laba tahun berjalan bersih sebesar Rp 218 miliar di ujung September lalu. Angka ini lebih tinggi 61,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Menurut catatan KONTAN, ini merupakan laju pertumbuhan laba terbesar bank sejauh ini. Kredit Bank Victoria juga melaju kencang 43% year on year menjadi Rp 10,3 triliun. Selain itu, margin bunga bank (NIM) yang naik menjadi 3,5% dari 3,01% ikut mengerek laba Bank Victoria. Penyaluran kredit terbesar Bank Victoria mengalir ke korporasi, dengan porsi 30%. Sedangkan kredit multiguna 20%, kredit konsumer 7%, dan kredit usaha mikro kecil menengah 13%. Meski sudah melaju, Bank Victoria masih akan menginjak gas. Bank ini masih menargetkan pertumbuhan kredit hingga 47,4%, menjadi Rp 11,5 triliun tahun ini. Untuk memperluas pasar, Bank Victoria, yang memiliki 100 cabang di Jabodetabek, akan menambah cabang di Bandung dan Surabaya tahun ini. Tahun ini, Bank Victoria masih akan mengandalkan simpanan mahal sebagai pendanaan. Deposito di akhir tahun nanti ditargetkan memiliki porsi hingga 85%. Barulah sisanya tabungan dan giro. Namun, agar ongkos pendanaan tetap kompetitif, Bank Victoria tahun depan ingin mengurus pencarian dana lewat penerbitan saham baru (rights issue). Bank OCBC NISP juga sedang mengamankan rights issue sebesar Rp 3,5 triliun, yang diharapkan rampung tahun ini. Dana ini untuk menjaga laju ekspansi bank. Hingga akhir kuartal III lalu, OCBC NISP membukukan kenaikan laba sebesar 28% menjadi Rp 838 miliar. Kredit yang disalurkan mencapai Rp 61,19 triliun, tumbuh 21% year on year. Rinciannya, kredit modal kerja sebesar 42%, investasi 37% dan konsumer 21%. Sedangkan Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) sedang menyiapkan pendanaan dari pinjaman IFC dan Su-mitomo Mitsui Banking Corporation. Bank yang menyalurkan 68% portofolio kreditnya ke pensiunan ini, mengembangkan bisnis, salah satunya dengan inovasi branchless banking. Kredit terbesar kedua BTPN mengalir ke mikro, dengan pangsa hingga 22%. (Sumber: Kontan, 25 Oktober 2013).
Sektor Property
Sektor Properti Diprediksi Melambat Hingga 2016 Indonesia Property Watch (IPW) memprediksi terjadi perlambatan di sektor properti dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Perlambatan ini disebabkan faktor siklus properti, kondisi ekonomi nasional, dan kebijakan pengetatan kredit pemilikan rumah dari Bank Indonesia. Ali Tranghanda, Direktur Indonesia Property Watch, mengatakan secara siklus, sektor properti akan mengalami perlambatan pada 2015-2016. Siklus properti selalu mengalami perubahan dalam waktu empat tahunan, seperti pada periode 2009-2013 saat sektor properti mengalami perkembangan pesat. Perlambatan di sektor ini akan terjadi dalam seluruh segmen pasar properti, baik segmen menengah, atas, hingga segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 10
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Pada periode 2015-2016 diperkirakan terjadi perubahan tren dari sisi permintaan. Diperkirakan konsumen yang membeli rumah untuk dihuni (end user) semakin tinggi dibandingkan investor dan spekulan. Saat ini komposisi permintaan properti di Indonesia adalah 30% spekulan, 45% investor, dan 25% merupakan end user. Perubahan permintaan tersebut juga dipengaruhi faktor kondisi ekonomi nasional akibat inflasi dan depresiasi nilai tukar rupiah. Sebab hal itu mendorong harga bahan baku properti menjadi naik, sehingga mendorong harga jual properti semakin tinggi. Kenaikan harga ini berpotensi mengurangi daya beli masyarakat. Sementara, pengetatan kebijakan KPR oleh Bank Indonesia (BI) tentang penerapan uang muka progresif mulai dari rumah kedua dan kebijakan KPR inden, akan menekan jumlah permintaan konsumen investor dan spekulan properti. Tekanan tersebut berpotensi memperlambat laju pertumbuhan harga jual properti. (Sumber: Indonesia Finance Today, 22 Oktober 2013 & Kompas, 25 Oktober 2013)
Penjualan Properti Residensial di Semester II Hanya Tumbuh Sekitar 7% - Pasar perumahan (residensial) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) menunjukkan tren pemulihan di semester I-2013 setelah sedikit melambat di semester II-2012. Namun, tren positif ini diprediksi tidak akan berlangsung lama. Hal ini didasarkan kebijakan baru Bank Indonesia (BI) yang membatasi penggunaan dana perbankan atau loan to value (LTV) yang bisa berdampak pada transaksi penjualan di semester II-2013. Riset Cushman & Wakefield menunjukkan rata-rata sebanyak 123,6 unit rumah terjual setiap bulan di Jabodetabek selama semester I-2013. Angka ini tumbuh 7% secara semesteran. Namun, secara tahunan, angka ini justru menurun 16%. Sedangkan rata-rata nilai penjualan rumah di Jabodetabek selama semester I-2013 sebesar Rp 151 miliar, hanya naik tipis 0,8% secara semesteran dan merosot 6% secara tahunan. Menurut Head of Research & Advisory Cushman & Wakefield Arief Rahardjo, meski aturan loan to value (LTV) 70% sudah berlaku namun metode pembayaran kredit pemilikan rumah (KPR) tetap yang paling diminati. Cushman & Wakefield mencatat, sebanyak 67% pembeli memanfaatkan metode pembayaran KPR. Pengguna KPR terbanyak berasal dari rumah segmen menengah bawah sebesar 84% dan segmen bawah sebesar 80%. Menariknya, sebagian besar rumah segmen atas dan menengah atas juga dibiayai KPR, yaitu masing-masing sebesar 62% dan 61%. Arief memperkirakan, pasar perumahan akan kembali mencatat perlambatan dalam waktu dekat karena suku bunga KPR cenderung naik. Ini masih ditambah kebijakan BI mengenai LTV progresif untuk rumah kedua, ketiga, dan seterusnya, serta terlebih peniadaan KPR inden. Ishak Chandra, Managing Director Corporate Strategy and Services Sinar Mas Land juga sudah memperkirakan akan terjadi perlambatan penjualan perumahan di semester II2013. Menurut Ishak, penjualan akan tetap tumbuh namun tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Di Sinar Mas Land, transaksi pembelian rumah dengan menggunakan KPR mencapai separuh dari total seluruh transaksi. Namun, Ishak percaya diri sektor residensial akan lebih mampu bertahan dibanding komersial dan kawasan industri. (Sumber: Kontan, 24 Oktober 2013)
Sektor Lain-Lain
Cukai Rokok Tidak Naik Pada 2014 - Penerapan pajak rokok daerah sebesar 10% di tahun depan menyebabkan pemerintah tidak akan menaikkan tarif cukai rokok. Bambang Brodjonegoro, Wakil Menteri Keuangan II, mengatakan tidak dinaikkannya tarif cukai rokok tersebut untuk mengurangi dampak negatif pada industri rokok setelah dikenakan pajak daerah. Sementara, JP Suhardjo, Sekretaris Jenderal Forum Masyarakat Industri Rokok Indonesia (Formasi), mengungkapkan tidak naiknya tarif cukai rokok tahun depan cukup memberikan angin segar untuk industri rokok. Pasalnya, kebijakan tersebut mendorong pengusaha rokok kecil tidak mendapatkan tekanan karena double pajak hasil tembakau.Menurutnya, apabila pemerintah menaikkan tarif cukai rokok tahun depan sesuai dengan roadmap sebesar 5% dan pengenaan pajak daerah sebesar 10%, maka beban industri menengah sangat berat, dan industri rokok kecil terancam gulung tikar dan merumahkan pegawainya. Pada tahun 2013, produksi rokok diperkirakan mencapai lebih dari 343 miliar batang SKM, SPM, dan
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 11
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group SKT. Tahun depan jumlahnya hanya naik sebesar dua miliar batang menjadi 345 miliar batang. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mencatat hingga 13 September 2013 penerimaan cukai mencapai Rp 76,3 triliun atau 72,89% dari target APBN-P 2013 sebesar Rp 104,7 triliun. Capaian tersebut naik 11,73% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan rincian Cukai Hasil Tembakau sebesar 96%, Cukai MMEA 3,84% dan Cukai Etil Alkohol (EA) 0,14%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 22 Oktober 2013)
Obral Insentif Pajak bagi 49 Korporasi - Kementerian Perindustrian merekomendasikan 49 perusahaan alas kaki, tekstil, dan pakaian jadi untuk mendapat paket insentif pajak. Pemerintah tampaknya tengah berupaya memenuhi janjinya memberikan insentif pajak berupa diskon atau pemotongan maupun penundaan pembayaran pajak penghasilan (PPh) badan pasal 25 dan 29 ke perusahaan. Ada 49 perusahaan padat karya yang telah diusulkan Kementerian Perindustrian (Kemperin) untuk menerima insentif ini. Mereka adalah perusahaan yang bergerak di tiga sektor industri padat karya, yaitu alas kaki, tekstil, dan pakaian jadi yang berlokasi di Pulau Jawa. Perincian sektor yang mendapat rekomendasi insentif pajak itu yakni sebanyak 10 perusahaan merupakan produsen alas kaki, 16 perusahaan tekstil, sementara 23 perusahaan lain produsen pakaian jadi (lihat tabel). Di antara mereka, ada tiga perusahaan publik yakni produsen alas kaki PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk, produsen tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk., dan serta produsen pakaian jadi PT Pan Brothers Tbk. Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kemperin Ramon Bangun menjelaskan, rekomendasi Kemperin ini merupakan realisasi empat kebijakan antikrisis yang dikeluarkan pemerintah pada Agustus 2013 lalu. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengamankan cash flow mereka. Rekomendasi ini mengacu ke Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 124/PMK.011/2013 tentang pengurangan besaran PPh Pasal 25 dan penundaan PPh pasal 29 tahun 2013 bagi wajib pajak industri tertentu. Hanya saja, usulan ini masih harus menunggu Menteri Keuangan sebagai penentu terakhir apakah perusahaan itu layak mendapatkan diskon pajak atau tidak. Namun mengingatkan saja, diskon PPh pasal 25 dan 29 ini hanya diberikan ke perusahaan yang tak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Maka, agar memenuhi syarat itu, kata Ramon, perusahaan itu ini telah melakukan perjanjian dengan Kemperin untuk tidak melakukan PHK sampai akhir tahun 2013. PHK hanya bisa dilakukan atas kemauan pekerja sendiri atau pekerja itu melakukan tindakan melawan hukum yang merugikan perusahaan. Ramon yakin rekomendasi perusahaan yang akan menerima pemotongan pajak itu tepat sasaran. Sebab, sebelum memberikan rekomendasi ke Kemkeu dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kemperin sudah terlebih dahulu melakukan penyeleksian. Seleksi internal di Kemperin ini berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 43/M-IND/PER/8/2013. Beleid ini menyebutkan, rekomendasi potongan dan penundaan pajak hanya diberikan pada perusahaan yang memiliki tenaga kerja minimal 500 orang. Lalu, persentase biaya tenaga kerja dalam total biaya produksi pada perusahaan tersebut paling sedikit 20%. Selain itu, industri yang layak menerima insentif adalah bagi mereka yang berorientasi ekspor. Adapun batasan persentase produk dari perusahaan ini yang diekspor minimal 30% nilai total penjualan. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, kebijakan pemotongan dan penundaan PPh diberikan bagi perusahaan yang tidak melakukan PHK. Oleh karena itu, perusahaan yang direkomendasikan adalah perusahaan yang bermasalah dengan kondisi perekonomiannya. Kepala Seksi Hubungan Eksternal Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Chandra Budi menambahkan, dengan keluarnya rekomendasi itu, maka secara otomatis insentif bisa langsung diberikan. Hanya saja dalam mekanismenya setelah surat rekomendasi sampai ke KPP domisili perusahaan, penghitungan insentif diberikan di bulan berikutnya atau periode yang ditetapkan tanpa dianalisa kembali oleh pajak.
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 12
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Dalam PMK Nomor 124/PMK.011/2013 menyebutkan, pengurangan PPh Pasal 25 berlaku untuk masa pajak September 2013 sampai Desember 2013. Pengurangan maksimal 25% diberikan untuk perusahaan yang tidak berorientasi ekspor dan 50% diberikan untuk perusahaan dengan orientasi ekspor. Sedangkan untuk penundaan pembayaran PPh 29 diberikan selama tiga bulan.Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berharap kebijakan diskon pajak ini akan membantu perusahaan berorientasi ekspor agar bisa bertahan. Apalagi kondisi ekonomi Indonesia saat ini belum membaik. Akan sedikit mengganggu penerimaan pajak, namun bila perusahaan itu bermasalah, potensi kehilangan pajaknya jauh lebih tinggi. (Sumber: Kontan – 25 Oktober 2013)
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 13
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Singkat Perusahaan
Indoferro akan mengucurkan investasi sekitar US$ 800 juta untuk membangun industri baja dan stainless steel terintegrasi - PT Indoferro melakukan ekspansi dengan mengintegrasikan industri baja dan stainless steel. Setelah selesai membangun unit pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) pig iron dan nickel pig iron (NPI), anak usaha Growth Steel Group ini berencana merambah ke lini bisnis yang lain, mulai akuisisi areal pertambangan hingga pembangunan pabrik stainless steel. Radius Suhendra, Direktur Utama Indoferro, menargetkan, industri pertambangan tersebut sudah dapat terintegrasi pada tahun 2016 mendatang. Nilai investasi keseluruhan proyek ini belum pasti. Namun, diperkirakan minimal US$ 800 juta karena investasi di hulu akan cukup besar. Menurut Radius, awal tahun depan, perusahaannya juga akan melanjutkan proyek pembangunan smelter yang memiliki produk akhir feronikel alloy. Fasilitas tersebut ditargetkan beroperasi tahun 2015. Kini, Indoferro sedang melakukan penjajakan ke sejumlah lembaga keuangan untuk memperoleh pinjaman. Investasinya sekitar US$ 160 juta dengan kapasitas produksi sekitar 15.000 ton nikel murni per tahun dan kebutuhan bahan baku bijih nikel sekitar 800.000 ton per tahun. Setelah smelter tersebut selesai, proyek akan dilanjutkan lebih ke hilir, yakni pembangunan pabrik stainless steel. Smelter feronikel alloy dan pabrik stainless steel akan dibangun di kompleks yang sama dengan smelter NPI di kawasan industri di Cilegon dengan total luas lahan 25 hektare. Selain itu, Indoferro juga berencana masuk ke sektor hulu dengan mengakuisisi izin usaha pertambangan (IUP) bijih besi dan bijih nikel untuk menjamin pasokan bahan baku. Tanpa merinci secara detail jumlah investasi yang disiapkan, Indoferro bakal mulai menggulirkan agenda akuisisi pertambangan di awal tahun 2014. Selama ini, untuk kebutuhan bahan baku smelter pig iron, Indoferro membeli bijih besi dari Kalimantan. Sedangkan NPI mendapat pasokan dari Sulawesi. Seluruh bahan baku dibeli secara spot. Perusahaan akan melihat kondisi pada Januari 2014 depan setelah ekspor mineral mentah dilarang. Kalau ada IUP yang dijual dengan harga murah, maka perusahaan akan beli saja. Pendapatan mencapai US$ 80 juta. Jonatan Handojo, Direktur Pengembangan Indoferro mengatakan, pengembangan industri pertambangan hingga ke produk hilir masih memiliki prospek yang cerah lantaran tingginya permintaan baik di domestik maupun pasar ekspor. Taiwan misalnya, pada tahun ini meminta NPI sebanyak 125.000 ton, namun perusahaan hanya mampu memasok 60% saja. Tingginya permintaan tersebut, membuat Handojo optimistis, perusahaannya akan mampu memperoleh pendapatan US$ 80 juta dari penjualan pig iron dan NPI hingga akhir bulan Desember mendatang. Ini dengan asumsi rata-rata harga penjualan pig iron sekitar US$ 400 per ton dan US$ 600 per ton untuk NPI. Karena itulah, Indoferro sangat antusias untuk mengintegrasikan bisnisnya dari hulu ke hilir. Apalagi, nilai tambah industri ini cukup baik. Misalnya, harga feronickel alloy bisa mencapai US$ 17.000 per ton. Sementara, harga bijih nikel jauh lebih rendah, hanya sekitar US$ 30 per ton. Untuk merelisasikan sejumlah proyek tersebut, Indoferro gencar mencari sumber pendanaan. Indoferro sudah melakukan capex sekitar US$ 145 juta. Khusus untuk pembangunan smelter pig iron dan NPI yang total investasinya US$ 130 juta, pihaknya memperoleh pinjaman sebanyak US$ 50 juta dari Indonesia Eximbank. (Sumber : Kontan, 21 Oktober 2013).
Great Giant Impor Sapi 11.185 Ekor - PT Great Giant Livestock siap merealisasikan impor sapi sebanyak 11.185 ekor di kuartal empat tahun ini. Jumlah impor sapi tersebut terdiri dari 8.500 ekor sapi impor siap potong dan 2.685 ekor sapi bakalan. Menurut Didiek Purwanto, Direktur Operasional PT Great Giant Livestock, realisasi jatah impor sapi bakalan untuk kuartal empat tahun ini sudah dilakukan. Namun, untuk impor sapi siap potong, realisasi impor Great Giant baru 20% atau sekitar 1.700 ekor dari kuota. Sisanya akan terus direalisasikan hingga akhir tahun ini. Tahun ini, Great Giant mendapatkan jatah impor sapi bakalan sebanyak 16.875 ekor yang direalisasikan tiap kuartal. Pada kuartal pertama, Great Giant Livestock mengimpor sapi bakalan sebesar 3.602 ekor. Sementara pada kuartal kedua, jumlah impor sapi bakalan Great Giant Livestock sebesar 7.894 ekor. Di kuartal ketiga dan keempat, impor sapi bakalan sebesar 2.685 ekor. Dengan adanya tambahan impor sapi siap potong, berarti, sampai akhir tahun, Great Giant mengimpor sapi sebanyak 25.375 ekor. Great Giant Livestock juga akan mengajukan tambahan impor sapi bakalan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 14
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group pada awal 2014. Impor sapi bakalan kuartal IV dan sapi siap potong diperkirakan akan habis untuk memenuhi kebutuhan selama tiga bulan terakhir tahun ini. Pada akhir tahun lalu, pemerintah memberikan jatah impor sapi sebanyak 266.000 ekor. Jatah impor sapi ini direalisasikan per kuartal. Pemerintah memutuskan untuk impor sapi siap potong sebanyak 24.000 ekor untuk menutupi kebutuhan selama bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Pemerintah menargetkan, harga daging sapi di tingkat Rp 76.000 per kilogram (kg). Namun, harga daging sapi masih stabil tinggi di level Rp 92.000 - Rp 95.000 per kg. Pemerintah memberikan izin impor sapi siap potong sebanyak 75.000 ekor. Sampai akhir Oktober ini, realisasinya mencapai 30.000 ekor. Menurut Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Kementrian Perdagangan (Kemdag), telah menerima rekomendasi teknis dari Kementrian Pertanian (Kemtan) untuk 100.000 ekor sapi bakalan, dan berjanji akan segera mengeluarkan Surat Perjanjian Impor (SPI) untuk impor sapi-sapi tersebut sehingga harga daging bisa segera normal. SPI impor sapi bakalan diharapkan segera terbit karena berhubungan dengan suplai sapi dari negara asal dan ketersediaan kapal pengangkut sapi. jika SPI tak segera terbit, dikhawatirkan alokasi sapi yang awalnya diperuntukan untuk Indonesia bisa diberikan ke negara lain. Karena mereka (negara asal) membutuhkan kepastian. Sehingga efek domino akan terasa pada ketersediaan sapi tahun depan. Perlu juga untuk segera dihitung suplai dan permintaan tahun depan supaya diperkirakan kebutuhan impor sapi. (Sumber: Kontan, 23 Oktober 2013)
Seven Eleven Fokus Tambah Gerai Di Luar Jakarta – PT Modern Putra Indonesia, pengelola jaringan convenience store 7-Eleven (Sevel) menggandeng MasterCard untuk mendukung kemudahan bertransaksi. Dalam kerjasama ini, MasterCard akan melayani transaksi elektronik lewat kartu debit di gerai 7-Eleven. Saat ini, sekitar 50%-60% pembayaran di Sevel masih didominasi uang tunai dan kartu debit, sisanya kartu kredit. Bagi 7-Eleven, bertransaksi secara elektronik lebih efisien ketimbang pembayaran tunai. Bagi konsumen juga lebih praktis dan aman karena tidak perlu membawa uang tunai ketika berbelanja. Selain untuk alasan efisiensi, Modern Putra berharap jumlah pengunjung Sevel bisa bertambah dari saat ini rata-rata 2.000 pengunjung per hari per gerai menjadi 3.000 pengunjung per gerai per hari. MasterCard sendiri tercatat memiliki lebih dari 40 juta pengguna di seluruh Indonesia. Dalam kerjasama ini, Modern Putra membidik 10%-20% pemegang MasterCard yang berdomisili di Jabodetabek bertransaksi secara elektronik. Tahun lalu, jumlah gerai Sevel masih 117 gerai. Tahun ini, Modern Putra sudah menambah 18 gerai baru. Saat ini, Modern Putra telah mengoperasikan 135 gerai Sevel di wilayah Jabodetabek. Sevel masih fokus mematangkan rencana memperluas jaringan ke Bodetabek. Jumlah yang berada di luar Jakarta saat ini masih di bawah 10 gerai. Sejauh ini belum ada rencana ekspansi ke kota di luar Jabodetabek. Anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN) juga terus menyiapkan infrastruktur untuk kemitraaan bisnis dalam bentuk waralaba. (Sumber: Kontan, 23 Oktober 2013)
PT.Pembangunan Perumahan Tbk Resmi Mendirikan Anak Usaha di Bidang Properti - PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) akhirnya resmi melepas salah satu divisi menjadi anak usaha baru di bidang properti. Namanya PT PP Property. Untuk mendukung anak usaha barunya tersebut, pasca spin off, PTPP menggelontorkan dana sebesar Rp 1,8 triliun untuk mengembangkan usaha PP Property. Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung Rabu (23/10). Bambang Triwibowo, Direktur Utama PTPP, menjelaskan, suntikan dana yang akan diterima PP Property terdiri dari modal usaha sebesar Rp 1 triliun, total liabilitas sebesar Rp 244,1 miliar, dan dana penyertaan modal sebesar Rp 600 miliar. Untuk tahap awal, dana yang akan dialihkan PP ke anak usaha baru ini sebesar Rp 1,2 triliun, yang merupakan gabungan dari modal usaha dan liabilitas (pembayaran utang jangka pendek). Sisanya, sebesar Rp 600 miliar, bakal didapat dari penerbitan obligasi serta ekuitas. Namun Bambang enggan menjelaskan tenggat waktu penyerahan sisa dana ini. Yang jelas,
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 15
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group dana segar ini untuk menggarap sejumlah proyek yang bakal dikerjakan PP Property tahun depan. Misalnya, proyek superblock Grand Kamala Lagoon, Bekasi senilai Rp 11 triliun, dan Grand Sungkono Lagoon di Surabaya senilai Rp 5 triliun. Selain itu, ada proyek superblock lainnya di Tanjung Duren, Jakarta senilai Rp 3 triliun, dan proyek perumahan Bukit Permata Putri di Semarang senilai Rp 146 miliar, serta proyek property di Gunung Putri Bogor senilai Rp 750 miliar. Dengan sejumlah proyek ini, PTPP sudah mematok target penjualan PP Property rata-rata sebesar Rp 1,9 triliun per tahun dan bisa memberi kontribusi besar ke PTPP. Menurut Bambang, dalam 10 tahun ke depan, kontribusi laba ke induk perusahaan sangat signifikan karena laba sektor ini berkisar 20%-25. Meski baru terbentuk, PTPP ternyata sudah mematok target tersendiri untuk si anak usaha ini. Perusahaan ini berharap PP Property bisa menggaet pendapatan penjualan (marketing sales) sebesar Rp 550 miliar sampai akhir tahun ini. Sejauh ini, menurut Bambang, PP Property sudah memberikan kontribusi sebesar 4%-6% dari total pendapatan PTPP. Lima tahun ke depan, porsinya bisa naik menjadi 13%. Selain itu, PTPP juga sudah memproyeksikan anak usahanya ini bisa melantai di bursa di kuartal IV-2014. Tumiyana, Direktur Keuangan PT PP menilai, di usianya yang sudah menginjak satu tahun, PP Property sudah siap menjadi perusahaan terbuka. Apalagi, dalam menuntaskan sejumlah proyek memang diperlukan suntikan dana segar. Menurut Tumiyana, pihaknya berencana melepas 30%-35% saham PP Property ke publik. Sebagi informasi, di kuartal III-2013, PTPP berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp 13,11 triliun. Adapun target kontrak baru sepanjang 2013 sebesar Rp 19,7 triliun. Artinya, PTPP berhasil merealiasikan 66,5% dari target kontrak baru pada tahun ini. Namun manajemen perusahaan masih belum mau memberikan informasi seputar pendapatan dan laba di kuartal III ini., hanya diinformasikna pada periode tersebut PTPP berhasil memperoleh beberapa kontrak. Beberapa di antaranya proyek Gedung Peruri Karawang, pembangunan jalan Long Belulah-Long Peso di Kalimantan Utara, pembangunan Politeknik Elektro Surabaya, dan pembangunan Jalan Donggi di Sulawesi Tengah. (Sumber: Kontan, 24 Oktober 2013)
Biaya Penyesuaian Pipa Akses Terbuka Capai US$ 1,2 Miliar - Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) atau PGN mengungkapkan biaya penyesuaian pipa menjadi akses terbuka (open access) mencapai US$ 1,2 miliar. Ridha Ababil, Head of Corporate Communication PGN, mengatakan jaringan pipa distribusi gas PGN dibangun dan didesain untuk dedicated hilir, yaitu khusus pelanggan PGN. Menurut Ridha, penerapan open access dan unbundling telah dilakukan PGN pada pipa Transmisi Sumatera Tengah jalur Grissik-Duri dan Grissik-Batam-Singapura yang saat ini dioperasikan oleh anak perusahaan PGN, PT TGI. Penerapan tersebut justru menyebabkan inefisiensi penyaluran gas karena terjadi perpanjangan rantai yang seharusnya tidak perlu. Hingga saat ini, pemerintah belum memutuskan kebijakan pipa open access. Susilo Siswoutomo, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan kementerian ESDM tidak akan gegabah dalam mengambil keputusan mengenai open access pipa PGN. Pada saat ini yang paling penting adalah meningkatkan pembangunan infrastruktur pipa gas, sehingga peningkatan alokasi gas ke domestik dalam mengalir kepada lebih banyak konsumen. Pemerintah dan PGN sebagai salah satu operator pipa gas, belum sepakat terhadap kebijakan pipa akses terbuka dengan mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.19 tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Gas Bumi Melalui Pipa. Pada Pasal 9 disebutkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan usaha niaga gas bumi melalui pipa, badan usaha menggunakan pipa transmisi dan atau pipa distribusi yang tersedia untuk dapat dimanfaatkan bersama pada ruas transmisi dan atau wilayah jaringan distribusi tertentu. Sementara pada Pasal 21 disebutkan bahwa dalam jangka waktu paling lama dua tahun sejak peraturan ini berlaku, badan usaha yang telah melaksanakan kegiatan usaha pengangkutan gas bumi melalui pipa dan kegiatan usaha niaga gas bumi melalui pipa pada ruas transmisi dan atau wilayah jaringan distribusi, wajib membentuk badan usaha terpisah dan menyesuaikan dengan peraturan menteri ini. Pemerintah melalui Kementerian ESDM berencana memilih jaringan pipa gas distribusi untuk diberlakukan kebijakan pipa akses terbuka, sehingga tidak semua ruas pipa menjadi akses terbuka. Edy Hermantoro, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, sebelumnya mengatakan
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 16
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group pemilihan ruas pipa didasarkan pada tingkat pengembalian investasi dari operator pipa. Jika investasi operator sudah kembali, kemungkinan ruas pipa distribusi gas tersebut akan dijadikan akses terbuka. Sebaliknya, jika investasi operator belum kembali, ruas pipa tersebut belum dijadikan open access. Pertamina Harry Karyuliarto, Direktur Gas PT Pertamina (Persero), mengatakan pemerintah sebaiknya segera menerapkan kebijakan pipa akses terbuka karena kondisi bisnis pipa gas di Indonesia masih terbelakang karena terkendala pembangunan infrastruktur pipa gas. Harry mengatakan, kebijakan pipa akses terbuka bias diterapkan bagi pipa yang telah ada saat ini maupun pipa baru tanpa harus menunggu pengembalian investasi (Break Even Point/ BEP) dari operator pipa sebelumnya. Pasalnya, tingkat pengembalian investasi dari operator pipa akan menjadi salah satu penghitungan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) untuk menentukan biaya angkut transportasi (toll fee) kepada operator pipa, sehingga ini akan menguntungkan semua pihak. Menurut Harry, jika open access dijalankan, ada jaminan ke masyarakat atau pemain bisnis bisa menikmati layanan pipa gas meski tidak investasi dari awal. (Sumber: Indonesia Finance Today, 25 Oktober 2013).
Sritex Memintal Kapasitas Pemintalan - Kapasitas produksi pemintalan Sritex naik 65% jika akuisisi Sinar Pantja disetujui para pemegang saham pada 15 November 2013. Realisasi ekspansi anorganik PT Sri Rejeki Isman Tbk tinggal menghitung hari. Niat perusahaan ini mengakuisisi sebagian saham pabrik pemintalan benang di Semarang tinggal menunggu persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan digelar 15 November 2013. Sritex berniat mengakuisisi 99,9% saham PT Sinar Pantja Djaja dari tangan PT Kapas Agung Abadi dan Iwan Kurniawan Lukminto. Iwan Kurniawan tidak lain adalah Presiden Direktur Sritex serta anak Muhammad Lukminto, pendiri Sritex. Anggaran yang disiapkan untuk akuisisi itu sekitar Rp 723,58 miliar. Sinar Pantja mengoperasikan pabrik pemintalan di Semarang, Jawa Tengah. Sekretaris Perusahaan Sritex, Welly Salam, kepada KONTAN belum lama ini, mengatakan, akuisisi pabrik yang sudah berproduksi ini dipilih Sritex lantaran lebih gampang dan bisa langsung berproduksi. Semula, Sritex menargetkan proses akuisisi itu bisa tuntas akhir tahun ini. Namun, jika RUPSLB yang digelar pada pertengahan bulan depan setuju atas rencana tersebut, akuisisi Sinar Pantja akan lebih cepat terealisasi. Sebagai catatan, dengan akuisisi pabrik pemintalan tersebut, kapasitas produksi Sritex bisa mencapai 530.000 mata pintal per tahun. Sekarang ini, kapasitas tersebut masih sekitar 320.000 mata pintal per tahun. Selain memacu pertumbuhan anorganik, Sritex juga akan mendorong pertumbuhan organik berupa pembangun anpabrik garmen baru. Pembebasan lahan calon pabrik tersebut sudah selesai dan saat ini mulai dilakukan pembangunan. Lahannya sudah tersedia. Sudah mulai dibangun awal September kemarin. Sekarang dalam tahap fi nalisasi, Dia memaparkan, pabrik tersebut diperkirakan rampung dan sudah bisa digunakan pada kuartal I-2014. Kapasitas produksi 8 juta potong per tahun. Hingga akhir tahun ini, manajemen Sritex menargetkan bisa meraup penjualan hingga Rp 5,14 triliun. Sebagai informasi saja, hingga semester pertama 2013, mereka sudah menorehkan nilai penjualan Rp 2,35 triliun. Kemudian target laba tahun ini diharapkan bisa menembus angka Rp 325 miliar. Pada semester I-2013, laba bersih Sritex sebesar Rp 163 miliar. Apabila akuisisi ini tuntas, manajemen SRIL memproyeksikan pendapatannya akan naik menjadi Rp 5,94 triliun, dari target awal Rp 5,13 triliun. Laba bersih SRIL bisa bertambah sekitar Rp 41 miliar di akhir tahun 2013 menjadi Rp 366 miliar. Sebab, kapasitas pemintalan Sritex naik 65% menjadi 530.000 mata pintal per tahun. Menurut Welly, target itu bisa tercapai karena saat ini Sritex sedang memperisapkan pengiriman untuk konsumen di luar Indonesia berupa pakaian musim panas. Dia menambahkan, saat ini, Sritex sedang menyiapkan produksi pakaian musim panas yang akan diekspor. Asal tahu saja, baju musim panas memang diekspor pada akhir tahun, sebagai persiapan pergantian musim. Sritex juga berniat mengembangkan pasar ekspor ke kawasan Eropa Timur dan negara-negara pecahan Soviet. Perusahaan ini akan mulai menggarap wilayah tersebut mulai kuartal II-2014. Kini, SRIL telah memasarkan produknya di Asia, Eropa, Australia, Amerika Serikat, hingga Timur Tengah. Ekspor berkontribusi 54% dari total penjualan Sritex. (Sumber: Kontan, 25 Oktober 2013)
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 17
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Pabrik Gula Blora Beroperasi Mei 2014 - Tahun depan, pasokan gula di dalam negeri akan bertambah seiring dengan selesainya pembangunan pabrik gula PT Gendis Multi Manis. Pabrik gula yang berlokasi di Blora, Jawa Tengah ini merupakan pabrik pertama yang dibangun dalam 20 tahun terakhir. Kamajaya, Direktur Utama Gendis Multi Manis, mengatakan proses uji coba pabrik (commisioning) akan berlangsung pada 20 Desember 2013 mendatang. Proses commisioning ini akan berlangsung selama lima bulan sampai pabrik tersebut beroperasi. Diharapkan uji coba selesai April 2014, dan mulai giling tebu 20 Mei 2014. Pabrik gula yang menelan biaya investasi hingga senilai Rp 1,7 triliun ini digadanggadang untuk menjadi pabrik gula termodern di Indonesia pada saat ini. Maklum, mayoritas pabrik gula di dalam negeri sudah berumur tua dan masih menggunakan teknologi konvensional. Di sisi lain, program revitalisasi pabrik gula yang dijalankan pemerintah juga masih stagnan. Kamajaya mengklaim, berbeda dengan pabrik gula pada umumnya, PG Gendis Multi mampu memproduksi gula mentah, selain gula kristal pula. Saat ini pabrik gula yang ada hanya mampu memproduksi gula kristal putih.Berkat kemampuan tersebut, kata Kamajaya, pabrik gula Gendis Multi dapat terus menyerap tebu petani dan lebih besar. Asal tahu saja, selama ini, jika kelebihan suplai tebu, pabrik gula akan menghentikan permintaan tebu. Alhasil, tanaman tebu tak bisa berkesinambungan. Nah, Gendis Multi akan mengolah kelebihan suplai tebu menjadi gula mentah. Jika suplai tebu berkurang, gula mentah itulah yang akan diproses menjadi gula kristal. Cara ini akan menjaga kelangsungan operasi pabrik sepanjang tahun. Pabrik gula Gendis Multi awalnya berkapasitas 6.000 ton cane per day (TCD) dan dapat dinaikkan menjadi 10.000 TCD-12.000 TCD. Dengan rendemen tebu minimal 8%, produksi gula pabrik Gendis Multi akan mencapai 50.000 ton per tahun.Kamajaya mengklaim, pabrik gula ini siap menampung seluruh hasil tebu petani. Selama ini petani tebu di Blora mengirimkan panen tebu ke beberapa pabrik di wilayah luar Blora seperti PG Rejo Agung, PG Trangkil dan PG Pakis Baru. Dengan jarak yang lebih dekat, sehingga biaya angkut maksimum Rp 300.000 per truk. Biasanya petani harus mengeluarkan Rp 5 juta untuk satu truk. (Sumber: Kontan, 25 Agustus 2013)
Minggu V Oktober /21 -25 Okt 2013
Page 18