Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Weekly Review
Market Intelligence & Analysis Group
RINGKASAN :
Minggu III/ 13 – 17 Jan 2014
Berita Ekonomi
Indikator Ekonomi
- Perekonomian nasional pada 2014 dan 2015 berpotensi tumbuh 6-6,5%.
Pertumbuhan PDB
-
Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak perlu mengurangi laju pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan suku bunga dan menahan laju sektor riil untuk menekan konsumsi hanya karena khawatir rupiah terpuruk dan inflasi tinggi. Ekonomi akan tumbuh pesat dalam level yang aman jika investasi tumbuh berkualitas dan neraca perdagangan kembali surplus. Bank Indonesia optimistis defisit transaksi berjalan akan turun menjadi 2,5% dari PDB di tahun 2014, didukung oleh membaiknya ekonomi global dan harga komoditas. Kinerja industri manufaktur dinilai terganggu degan bancana banjir dan mengganggu produktivitas. Selain, sebagian fasilitas produksi terendam banjir, proses distribusi juga terganggu akibat akses jalan tertutup banjir.
Berita Industri Unggulan Sektor Pertanian - Kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Permentan No.98/2013
-
tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan dinilai sudah tepat untuk melindungi sektor itu dari penguasaan asing karena sektor itu masuk kategori industri strategis. Kendati volume ekspor meningkat, nilai ekspor CPO mengalami penurunan sekitar 10% dibandingkan 2012. Selama Januari-November 2013, nilai ekspor CPO sebesar US$ 17,56 miliar dan hingga Desember 2013 diperkirakan mencapai US$ 19,11 miliar.
Sektor Migas & Tambang - Rencana kebijakan pembatasan produksi batubara yang akan
-
-
diterapkan pemerintah masih diragukan efektivitasnya. Pasalnya, pemerintah saat ini hanya memiliki catatan produksi dari perusahaan pemegang PKP2B. Namun, tidak memiliki data yang akurat mengenai total produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan perusahaan skala kecil lainnya. Kemkeu resmi mengeluarkan PMK nomor 6/PMK.011/2014 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Tarif bea keluar ditetapkan naik dari 20% sampai 60% secara bertahap setiap semester hingga 31 Desember 2016. Pelaksanaan pemanfaatan bersama atau open access infrastruktur pipa gas dan unbundling seakan cenderung memicu persaingan antara PT Perusahaan Gas Negara persero Tbk dengan PT Pertamina Persero melalui PT Pertamina Gas (Pertagas).
Sektor Konstruksi & Permesinan - Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA) yang beroperasi di Indonesia semakin bertambah. Hingga akhir 2013, jumlah perusahaan kontraktor asing bertambah menjadi 302 perusahaan.
Sektor Perbankan - Meski ekonomi diprediksi melambat, sebagian bank optimistis bisa
mencetak pertumbuhan laba dua digit pada tahun ini. BRI menargetkan pertumbuhan laba sebesar 15%-17%, OCBC sebesar 20% dan Bank Mandiri lebih konservatif sebesar 5%-10%.
Inflasi (year on year) Cadangan Devisa (USD bn)
Kurs (Rp/USD) BI Rate IHSG Harga Minyak Int’ WTI (USD/ barrel) Harga Gas (USD/mmbtu) Harga CPO (USD/tonnes) Harga Emas (USD/ounce) Harga Batubara (USD/tonnes)
Triwulan Triwulan III 2013 III 2012 5,62% 6,17% Des Des 2013 2012 8,38% 4,30% 99,39
96,99
17 Jan 2014 12.127 7,50%
17 Jan 2013 9.690 5,75%
4.412,2
4.398,4
94,3
95,3
4,33
3,47
850,0
820,0
1.254,1
1.679,9
83,6
93,9
Sumber: BI, BPS, BEI, Thomson & Reuters, Bloomberg
Analysts: Teddy Hariyanto Rifan Firmansyah Hesti Shintamurti Nany Sri Witha Vicky Imelda Philiana (IDR/USD)
12,000 10,000
12.127
4,000
6,000 5,000
3,727.52
4,000
8,000 6,000
IHSG
Pergerakan Kurs & IHSG (3 Jan'11 - 17 Jan'14)
14,000
4.412,23 8.976
3,000 2,000 1,000
2,000
-
Kurs BI
IHSG
-
Sumber: BI & IDX Pergerakan harga komoditas dunia (3 Jan'11 - 17 Jan'14)
2,100
140
1,800
120
1,500
100
1,200
80
900
60
600
40
300
20
-
Gold (USD/troy once)
Palm Oil (USD/tonnes)
Crude Oil (USD/barrels)
Coal (USD/tonnes)
Gas (USD/mmbtu)
Sumber: Bloomberg
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 1
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sektor Property - Pembangunan pelabuhan Cilamaya di Karawang - Jawa Barat, -
berpotensi meningkatkan permintaan lahan di lima wilayah industri yakni Jakarta, Karawang, Bekasi, Bogor dan Serang. Di kuartal I 2014, permintaan apartemen kelas menengah di kawasan penyangga Ibu Kota diproyeksikan meningkat karena tingginya harga hunian di Jakarta.
Sektor Lain-Lain - Volume impor barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok pada 2014 -
-
-
-
-
diperkirakan naik 5% dibanding perkiraan sementara volume impor di tahun 2013, yakni 7,2 juta ton. Saat ini, di pasar otomotif di Indonesia diduga terjadi aksi kanibalisme segmen pasar MPV oleh segmen mobil hemat energi dan murah (LCGC/low cost green car). Pada 2013, pangsa pasar MPV turun menjadi 10,33% dari tahun sebelumnya 13,16%. Pembiayaan Mobil Bekas kian semarak, salah satu perusahaan pembiayaan yang menjajaki pembiayaan mobil bekas adalah PT Toyota Astra Financial Services (TAFS). . Pada tahun ini, perseroan membidik penyaluran pembiayaan sekitar Rp10,3 triliun atau tumbuh 10,5% dibandingkan dengan Rp9,36 triliun pada 2013. Realisasi investasi yang masuk ke industri otomotif nasional sepanjang 2012-2013 diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun. Komitmen investasi tersebut berasal dari produsen kendaraan dan industri komponen. Impor bibit indukan ayam atau grandparent stock (GPS) tahun ini diperkirakan akan mencapai 725.000 ekor. Angka ini meningkat 11,53% dibanding kebutuhan GPS tahun 2013 yang diperkirakan mencapai 650.000 ekor. Para pelaku industri rokok diam-diam telah menaikkan harga rokok sekitar 10% seiring dengan kenaikan pajak daerah kepada tembakau sebesar 10% pada 1 Januari 2014. Namun, kenaikan pajak daerah itu tidak diiringi dengan kenaikan tarif cukai tembakau yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Komputasi awan, social business, mobilitas, dan data besar (big data) akan menjadi tren yang diminati oleh pelaku usaha pada 2014. Hal tersebut terlihat dari 10 prediksi teknologi informasi (TI) 2014 yang dikeluarkan oleh International Data Corporation (IDC).
Berita Singkat Perusahaan
- PT Semen Indonesia (SMGR), tengah mencari pinjaman dari bank untuk -
-
-
mendanai pembangunan pabrik semen di dua lokasi yaitu di Rembang, Jawa Tengah dan di Indarung, Sumatera Barat. Rencana pengambilalihan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) oleh PT BNI Tbk (BBNI) akan dilanjutkan pada tahun ini. PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara pertambangan, mengalokasikan belanja modal tahun ini sebesar Rp 1,1 triliun - Rp 1,4 triliun. Sejumlah emiten produsen minyak sawit mentah mengandalkan utang bank untuk mendanai ekspansi tahun ini. Hal itu terlihat dari tingginya persentase pinjaman bank guna membiayai belanja modal emiten CPO. Wilmar International Limited, lewat anak usahanya, yakni PT Wilmar Nabati Indonesia, tengah membangun pabrik tepung terigu di Gresik, Jawa Timur dengan investasi sekitar Rp 300 miliar hingga Rp 500 miliar untuk membangun dua lini produksi yang masing-masing berkapasitas 500 ton per hari. Realisasi penanaman lahan karet PT Multistrada Arah Sarana Tbk masih belum banyak menunjukkan hasil. Sampai dengan awal 2014, realisasi penanaman karet perusahaan masih di bawah 1.000 hektar (ha). Jauh
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 2
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
-
-
lebih kecil bila dibandingkan dengan total luas lahan karet yang dimiliki Multistrada sebesar 127.000 hektar. PT Perkebunan Nusantara (PTPN XI) menargetkan produksi gula tahun 2014 sebanyak 470.588 ton, atau meningkat 17,35% dibanding realisasi produksi tahun 2013 yang mencapai 401.000 ton. Peningkatan ini dimungkinkan karena ada penambahan areal perkebunan sekitar 3% dari tahun lalu menjadi 81.517 hektare (ha). Sepanjang tahun lalu, Toyota memperoleh pangsa pasar sebesar 35,3% atau turun dibanding perolehan di 2012 sebesar 36,3%. PT Astra International Tbk (ASII), emiten otomotif, mencatat penurunan pangsa pasar mobil sebesar 1,0 basis poin menjadi 53% sepanjang 2013 dibanding tahun sebelumnya 54%.
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 3
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi 2014 Diprediksi 5%-5,6% - Perekonomian nasional pada 2014 dan 2015 berpotensi tumbuh 6-6,5%. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) tidak perlu mengurangi laju pertumbuhan ekonomi dengan menaikkan suku bunga dan menahan laju sektor riil untuk menekan konsumsi hanya karena khawatir rupiah terpuruk dan inflasi membubung. Ekonomi akan tumbuh pesat dalam level yang aman jika investasi tumbuh berkualitas dan neraca perdagangan kembali surplus. Menurut Gubernur BI, Agus Martowardojo, perekonomian Indonesia sangat tergantung laju perekonomian global. Jika perekonomian global stabil, kinerja ekspor nasional akan meningkat. Sebaliknya, jika perekonomian global stagnan, kinerja ekspor kita hanya bisa bergerak di tempat. Dalam APBN 2014, asumsi pertumbuhan ekonomi dipatok 6%. Namun, BI memprediksi perekonomian nasional tahun ini tumbuh 5,7%. Pemerintah juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2014 di bawah 6%. Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan proyeksi yang optimistis terhadap ekonomi global tahun ini. Menurut Direktur Indef, Enny Sri Hartati, perekonomian Indonesia pada 2014 dan 2015 berpotensi tumbuh di atas 6% dalam level yang tetap aman atau tidak kelewat panas (over heating). Namun, Indonesia butuh investasi yang berkualitas. Investasi, akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi karena konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, dan ekspor impor sulit diandalkan. Pemilu 2014 memang akan mendorong konsumsi masyarakat, tetapi belum mampu memulihkan daya beli masyarakat yang tergerus inflasi pada 2013. Konsumsi pemerintah juga tidak bisa dijadikan motor pertumbuhan ekonomi karena selalu menumpuk pada akhir tahun. Begitu pula ekspor-impor. Selama ini pemerintah belum memaksimalkan potensi investasi langsung, baik penanaman modal asing (PMA), maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN). Itu sebabnya, investasi langsung hanya berkontribusi 30-34% terhadap produk domestik bruto (PDB) dari seharusnya minimal 40%. Investasi langsung yang terealisasi juga cenderung bersifat nontradable (sektor jasa atau bukan penghasil barang) dan padat modal (capital intensive), bukan sektor tradable seperti pertanian, pertambangan dan penggalian, serta industri manufaktur. Pemerintah seharusnya mengarahkan investasi ke sektor tradable, serta mempersiapkan infrastrukturnya. Selain infrastruktur, pemerintah perlu mempermudah perizinan investasi. Selama ini banyak calon investor yang mundur karena masalah perizinan, dan akibat minimnya infrastruktur. Larangan ekspor bahan mineral yang diberlakukan pemerintah mulai 12 Januari 2014 akan menyedot banyak investasi di sektor industri pemurnian dan pengolahan mineral (smelter), selain menghasilkan produk olahan logam bernilai tambah tinggi. Namun pemerintah harus konsisten, dan tidak termakan provokasi bahwa larangan itu akan memicu PHK dan menyebabkan industri tambang bangkrut. Meskipun ekspor-impor sulit dijadikan motor pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus tetap memperbaiki neraca perdagangan, di antaranya dengan melakukan diversifikasi produk dan diversifikasi pasar ekspor. (Sumber: Investor Daily, 15 Januari 2014).
Transaksi Berjalan 2014 Diprediksi Defisit 2,5% - Bank Indonesia optimistis defisit transaksi berjalan akan turun menjadi 2,5% dari PDB di tahun 2014, didukung oleh membaiknya ekonomi global dan harga komoditas. Perry Warjiyo, Deputi Gubernur Bank Indonesia, mengatakan perbaikan neraca transaksi berjalan tahun ini masih didukung oleh perbaikan neraca perdagangan non migas. Tahun ini, ekonomi dunia diprediksi sebesar 3,5%, lebih tinggi dari tahun lalu sebesar 2,9%. Kondisi ini akan memicu permintaan global sehingga berpotensi meningkatkan ekspor. Sementara itu, harga komoditas tahun ini juga diprediksi lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Di sisi lain, impor pada tahun ini diperkirakan tidak akan setinggi tahun lalu. Impor non migas cenderung turun karena perlambatan pertumbuhan investasi. Sementara, impor migas tahun ini tidak akan setinggi tahun lalu karena lifting minyak diperkirakan mencapai 860 ribu-870 ribu barel per hari,
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 4
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group lebih tinggi dari tahun ini sebesar 830 ribu barel per hari, ditambah lagi harga minyak tahun ini diperkirakan di kisaran US$ 104 per barel lebih rendah dari tahun lalu US$ 109 per barel. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Dampak Banjir: Manufaktur Terancam Lumpuh – Kawasan industri di Jabodetabek, yang menjadi pusat produksi dan distribusi barang menjadi salah satu wilayah vital yang terkena dampak bencana banjir. Sebagian besar dari pelaku usaha tersebut ada yang langsung terendam banjir dan sebagian lainnya mengalami gangguan distribusi akibat akses jalan tertutup banjir. Menurut Sofyan Wanandi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), banjir menimbulkan masalah mulai dari sektor manufaktur hulu hingga hilir. Akibat banjir, industri kesulitan mendapatkan bahan baku karena distribusi dan logistik terhambat. Disamping itu, banjir juga mengakibatkan turunnya produktivitas dan meningkatnya biaya produksi dan biaya logistik. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Januari 2014)
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 5
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Industri Unggulan Sektor Pertanian Sawit Terlindungi dari Penguasaan Asing – Kebijakan pemerintah
yang tertuang dalam Permentan No.98/2013 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan dinilai sudah tepat untuk melindungi sektor itu dari penguasaan asing karena sektor itu masuk kategori industri strategis. Guru Besar Teknologi Pertanian IPB dan juga Pengamat Perkebunan E. Gumbira Sa’id menyatakan adanya regulasi itu cukup strategis sehingga bisa menjadi pemacu Indonesia menjadi negara maju. Dia mencontohkan kesuksesan ekonomi Malaysia tidak lepas dan tata kelola perkebunan yang baik, terutama di sector perkebunan kelapa sawit. Indonesia sendiri, jelasnya sangat mungkin mengikuti jejak Malaysia tersebut, bahkan me lampauinya. Indonesia kini sudah menjadi negara produsen utama beberapa komoditas perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kakao dan juga kopi. Meskipun demikian, guru besar itu mengingatkan pemerintah agar berhati-hati dalam menerapkan kebijakan yang terkait pembatasan lahan, terutama menyangkut perpanjangan moratorium izin baru melalui Inpres No.6/2013 pada hutan alam primer dan lahan gambut, syarat dengan kepentingan politik. Sebelumnya Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan pada tahun ini, asosiasi akan mengusulkan adanya merevisi Permentan No. 98/2013 tersebut dengan alasan menghambat pertumbuhan industri kelapa sawit. Sekjen Gapki Joko Supriyono berpendapat pembatasan lahan yang ada dalam salah satu poin beleid tersebut tidak memiliki pijakan yang kuat, sehingga perlu direvisi. Tidak ada dasar yang kuat terhadap regulasi pembatasan lahan, maka hal tersebutlah yang harus direvisi. Joko menolak jika dikatakan revisi beleid tersebut melanggar prinsip keadilan berusaha di sektor perkebunan kelapa sawit terutama untuk petani plasma dan rakyat. Alasannya penerapan pembatasan ini tidak akan efektif mendorong kesejahteraan petani plasma ataupun rakyat. Yang jelas, dia menambahkan, Gapki mendukung semua kebijakan yang terkait dengan pengembangan petani plasma dan rakyat, seperti kewajiban membina petani plasma minimal 20% dari total luas lahan pengusahaan yang dimiliki suatu perusahaan. Ketidakefektifan kebijakan pembatasan tersebut muncul karena untuk membangun perkebunan plasma minimal 20% dari luas lahan pengusahaan bukanlah perkara yang mudah, hanya perusahaan yang memiliki kapital besar yang mampu melakukan hal itu. Joefly J. Bachroeny, Ketua Umum Gapki juga menyatakan hal yang sama. Pembentukan aturan-aturan tersebut cenderung emosional misalnya pernyataan pemerintah yang menyebutkan adanya lahan idle (terlantar) yang mencapai 7,3 juta ha telah mendorong pemerintah membuat aturan pembatasan tersebut. Namun, fakta di lapangan menyebutkan hal yang berbeda. Dari 7,3 juta ha lahan yang dinyatakan idle tersebut, hanya 14.000 ha saja yang dinyatakan clear and clean atau dapat digunakan, sementara sisanya masih terkendala dan tidak dapat di gunakan, jelasnya. Joefly menyebutkan pembangunan industry kelapa sawit nasional berada di tangan pengusaha yang terdiri dari pengusaha besar, menengah dan kecil. Ketiga stakeholder ini harus berjalan secara seimbang, pembatasan terhadap salah satu sector akan menyebabkan ketidakstabilan usaha di sektor ini. Produksi pada 2020 mencapai 40 juta ton tidak akan tercapai. Pada kesempatan terpisah, Ketua Gapki Sumsel Rusdan Zaini Lubis mengemukakan sekitar 300.000 hektare lahan di Sumsel yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi perkebunan sawit di provinsi itu. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Januari 2014).
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 6
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Harga Menurun mengakibatkan Nilai Ekspor Sawit Juga Menurun - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, volume ekspor CPO dan turunannya di 2013 tumbuh 16% mencapai 21,2 juta ton. Joko Supriyono Sekretaris Jenderal Gapki mengatakan, peningkatan ekspor CPO tersebut karena stok CPO di dalam negeri pada akhir tahun 2012 lalu cukup tinggi sehingga penjualannya mundur ke awal tahun 2013. Menurut Joko, stok akhir tahun tinggi, sehingga dilimpahkan ke tahun berikutnya. Ini yang membuat ekspor meningkat. Pasar utama ekspor CPO Indonesia dan turunannya masih didominasi negara-negara seperti India, Cina dan Eropa. Rinciannya, ekspor CPO dan turunan ke India mencapai 6,1 juta ton, ke Eropa 4,1 juta ton dan Cina 2,6 juta ton. Kendati volume ekspor meningkat, nilai ekspor mengalami penurunan. Gapki mencatat, nilai ekspor CPO Januari-November 2013 sebesar US$ 17,56 miliar. Berdasarkan angka tersebut, diperkirakan hingga Desember 2013 nilai ekspor CPO mencapai US$ 19,11 miliar sehingga diperkirakan juga nilai ekspor CPO di sepanjang tahun 2013 lalu turun sekitar 10% dibandingkan tahun 2012. Menurunnya nilai ekspor CPO di 2013 tidak dapat dipisahkan oleh faktor harga minyak sawit yang turun. Sepanjang tahun 2013, harga CPO rata-rata berada di kisaran US$ 841,67 per metrik ton (MT). Harga itu mengalami penurunan 10% dibandingkan tahun 2012 yang berada di kisaran US$ 1.028,40 per MT. Di tahun 2014, produksi minyak sawit Indonesia diperkirakan akan meningkat. Gapki memperkirakan, produksi CPO tahun ini bisa mencapai 27,5 juta ton hingga 28 juta ton. Optimisme itu didasarkan pada kondisi cuaca yang lebih bersahabat dari tahun lalu. Sebagai catatan, pada pertengahan tahun lalu curah hujan di beberapa wilayah perkebunan sawit tinggi sehingga menurunkan pembuahan. Namun untuk ekspornya, Gapki memperkirakan tidak akan ada perubahan atau stagnan dibandingkan tahun 2013 lalu. Sebaliknya, penyerapan CPO di pasar domestic akan meningkat. Mandatory penggunaan campuran biodiesel dengan bahan bakar hingga 3,3 juta ton turut mendorong peningkatan penyerapan pasar domestik itu. Selama ini penyerapan CPO dalam negeri hanya 8 juta ton. Dengan kebijakan campuran biodiesel itu, penyerapan CPO lokal dapat bertambah lebih dari 10 juta ton. Dari sisi harga, Gapki memperkirakan akan mulai membaik. Setidaknya rata-rata harga CPO di tahun ini akan berada di kisaran US$ 900 per MT-US$ 950 per MT. Perekonomian dari beberapa negera sudah membaik, sehingga permintaan mulai meningkat. Walau prospeknya masih cukup baik, namun ada beberapa kendala yang menghambat industri sawit di tanah air. Antara lain masalah tata ruang, regulasi pajak ekspor, perpanjangan moratorium lahan gambut, pembatasan lahan yang tertuang dalam Permentan No 98 tahun 2013, dan kampanye negatif terhadap minyak kelapa sawit. (Sumber: Kontan, Tgl.16 Januari 2014).
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 7
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sektor Migas & Tambang Pemetaan Produksi Batubara - Singgih Widagdo, Head of Natural Resources Division di Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI), mengatakan optimalisasi rencana kebijakan pembatasan produksi batubara yang akan diterapkan pemerintah masih diragukan efektivitasnya. Pasalnya, pemerintah saat ini hanya memiliki catatan produksi dari perusahaan pemegang PKP2B. Namun, tidak memiliki data yang akurat mengenai total produksi perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan perusahaan skala kecil lainnya. Hal ini berarti, di satu sisi, pemerintah menurunkan target produksi untuk perusahaan besar atau pemegang PKP2B, tetapi produksi dari perusahaan pemegang IUP dan yang lainnya tidak terkontrol. Menurut Singgih, langkah yang perlu dilakukan pemerintah adalah memetakan produksi baik dari produksi PKP2B maupun produksi IUP. Jika ini sudah bisa dipetakan, pemerintah bisa memetakan pendapatan secara nasional sehingga kebijakan ini menjadi efektif. Di samping itu, dari sisi pasar, semestinya ada kebijakan berbeda antara di wilayah barat, yakni Sumatera dengan wilayah timur yang mencakup Kalimantan. Selama ini, pemerintah menyatukan demand dan supply yang ada sebagai satu kesatuan nasional, seolah-olah kebutuhan di timur dan barat sama sehingga menimbulkan inefisiensi. Padahal, sebaiknya ada kebijakan domestic market obligation (DMO) di wilayah barat dan DMO untuk wilayah timur sesuai dengan potensi batubara dan kebutuhan di wilayah tersebut. Sebelumnya, di tahun 2014, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hanya menargetkan produksi batubara mencapai 400 juta ton atau turun 4,9% dari produksi batubara pada 2013 yang mencapai 421 juta ton. Pengurangan target produksi dilakukan untuk mengurangi ekspor batubara. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Kemkeu Tarik Bea Keluar Ekspor Mineral 20%-60% - Pada 11 Januari 2014, Kemkeu resmi mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. PMK nomor 6/PMK.011/2014 ini merevisi aturan sebelumnya nomor 75/PMK.011/2012. Dalam PMK baru, Menkeu mengenakan bea keluar ekspor produk mineral yang sudah memenuhi batasan minimum. Tujuannya untuk mendorong percepatan hilirisasi industri pertambangan. PMK ini menjadi aturan pelaksana izin ekspor produk mineral meskipun tanpa pemurnian. Tarif bea keluar ditetapkan naik dari 20% sampai 60% secara bertahap setiap semester hingga 31 Desember 2016. Para pengusaha tambang diharapkan segera melakukan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) dengan dikeluarkannya bea keluar ini.
Menurut Menteri Keuangan Chatib Basri, bea keluar produk mineral secara progresif akan memaksa pengusaha membayar tarif lebih besar jika menolak untuk membangun smelter di dalam negeri. Tarif bea keluar mencapai 60% pada 2016 juga akan membuat pengusaha bisa menghadapi masalah cash flow. Pengenaan bea keluar ini sekaligus menjawab kekhawatiran dampak negatif pelaksanaan UU Minerba terhadap melorotnya ekspor Indonesia. Potensi kehilangan penerimaan negara akibat larangan ekspor mineral diperkirakan mencapai US$ 9,2 miliar. Dengan memungut bea keluar, potensi kehilangan penerimaan negara menipis menjadi hanya US$ 4 miliar sepanjang 2014 ini. Artinya beleid Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 8
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group baru ini berpotensi meningkatkan penerimaan negara dari bea keluar sebesar US$ 5 miliar tahun ini. Pada 2017 diperkirakan neraca perdagangan bisa kembali surplus. Sebab larangan ekspor mineral mentah dan bea keluar akan membuat harga mineral dunia meningkat karena suplai berkurang. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero Wacik mengatakan, tiga tahun adalah batas waktu yang cukup untuk perusahaan tambang menyelesaikan smelter. Jika tidak, pemerintah akan memberikan penalti. Pengamat perpajakan dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Ronny Bako setuju pilihan pemerintah menetapkan bea keluar progresif. Ini memaksa eksportir mengurangi penjualan, karena tarif bea keluar 60% cukup memberatkan. (Sumber: Kontan, 15 Januari 2014)
Dari Open access Hingga Persaingan Bisnis - Pelaksanaan pemanfaatan bersama atau open access infrastruktur pipa gas dan unbundling seakan berujung pada persaingan antara PT Perusahaan Gas Negara persero Tbk dengan PT Pertamina Persero melalui PT Pertamina Gas (Pertagas). Kedua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut saling bersaing dalam menerapkan kewajiban yang diamanatkan oleh Undang-undang No. 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Meski baru didirikan pada 2007, Pertagas telah menerapkan open access di seluruh jaringan pipa gas miliknya, dan melaksanakan unbundling dengan mendirikan Pertagas Niaga. Sementara itu, PGN yang sudah lebih dulu menggarap bisnis gas memiliki pipa open access sepanjang 2.000 kilometer (km), dari total 6.000 km pipa miliknya saat ini. Bahkan, PGN juga telah membentuk PT Transportasi Gas Indonesia sebagai anak usaha yang menjual gas pada ruas pipa Grissik-Duri dan Grissik-Singapura.
Hingga kini, PGN menganggap penerapan open access pada pipa miliknya akan menimbulkan rente dan stagnasi pengembangan infrastruktur gas di dalam negeri. Alasannya, open access memerlukan peran trader atau penjual gas kepada pelanggan yang sudah ada. Trader tersebut juga selama ini tidak mengembangkan jaringan pipa untuk menjangkau pasar baru, sehingga terjadi kelebihan pasokan di wilayah yang sudah memiliki pasokan gas. Kelebihan pasokan itulah yang kemudian memunculkan persaingan usaha. Hendi Prio Santoso, Direktur Utama PGN, misalnya, sempat mengatakan perpanjangan rente bisnis gas sebagai dampak penerapan open access terjadi di Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada wilayah tersebut, pengiriman gas harus melewati lebih dari tiga trader dan mengakibatkan peningkatan harga gas di ranah konsumen. Penerapan unbundling pada bisnis ini juga dianggap berpotensi memunculkan biaya transaksi hingga US$180 juta per tahun, karena terjadinya perpanjangan struktur usaha yang masing-masing dikenakan pajak dan iuran. Akibatnya, biaya tersebut akan dibebankan kepada konsumen melalui penaikan harga. Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 9
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Karen Agustiawan, Direktur Utama Pertamina, mengatakan pihaknya mengusulkan agar pemerintah membuat standar pipa yang dapat menerapkan open access sesuai diameter dan tekanan pipanya. Selain itu, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) juga harus segera menunjuk pipa mana saja yang akan dijadikan open access dan dibangun oleh BUMN. Pipa dengan diameter lebih dari 8 inci dan tekanan lebih dari 16 bar sebaiknya diwajibkan untuk open access, sedangkan pipa yang diameter dan tekanannya di bawah itu tetap dijadikan pipa dedicated hilir, katanya. Dia juga menuturkan pemerintah harus meninjau kembali izin usaha niaga gas badan usaha yang tidak memiliki infrastruktur, untuk mengurangi trader yang dapat membebani harga jual di konsumen akhir. Dengan begitu, pemerintah dapat menjaga penerapan open access dari para trader yang tidak mau mengembangkan infrastruktur gas di dalam negeri. Keterlibatan pemerintah juga diusulkan oleh para pihak untuk menyelesaikan persoalan open access dan unbundling yang sudah mengarahkan persaingan antar pelaku usaha tersebut. Apalagi, Pertagas dan PGN memiliki kepentingan untuk mengamankan kepentingan usahanya masing-masing di lapangan. Hingga batas waktu penerapan unbundling sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 19/2009 pada Oktober 2013, pemerintah memang tidak secara tegas memutuskan apakah seluruh pipa harus menerapkan open access dan badan usaha harus melakukan unbundling atau tidak. Saat itu, Kementerian ESDM hanya memastikan PGN telah menjalankan beleid itu, karena telah mendirikan PT Transportasi Gas Indonesia, dan menerapkan open access pada pipanya yang sejauh 2.000 km. Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Someng mengatakan tidak berjalannya aturan mengenai penerapan open access dan unbundling disebabkan pengkategorian jenis pipa yang diatur dalam Permen ESDM No. 19/2009. Dalam aturan itu masih ada kategorisasi pipa open access, dedicated hilir, dedicated hulu, dan penggunaan sendiri. Itu yang selalu menjadi pegangan badan usaha dalam penerapan open access, ujarnya. Seharusnya, pembangunan pipa dedicated hilir hanya boleh dilakukan di wilayah yang sama sekali belum memiliki jaringan pipa gas, sehingga dapat menumbuhkan pasar pengguna gas. Namun, pada pelaksanaannya, badan usaha justru membangun pipa dedicated hilir di wilayah yang sudah memiliki jaringan pipa gas. WACANA MERGER - Persoalan open access dan unbundling pun kemudian menjadi semakin tajam, dan memunculkan wacana merger antara Pertagas dengan PGN. Aksi korporasi tersebut dianggap sebagai salah satu jalan keluar untuk penguatan bisnis gas dan penerapan open access pada seluruh pipa gas di dalam negeri. Wacana merger sendiri sebenarnya telah muncul sejak 2012, saat Pertamina mengajukan hasil kajian kepada pemegang saham. Namun, rencana tersebut ditolak dan perseroan pun tidak melanjutkan rencana menggabungkan PGN ke dalam Pertagas. Jika disetujui pemegang saham, langkah merger PGN dan Pertagas tersebut merupakan langkah strategis, dan menambah kekuatan bisnis hilir gas Pertamina, karena perusahaan hasil merger tersebut akan menjadi anak perusahaan Pertamina, kata Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication Pertamina. Peneliti dari Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengatakan merger Antara PGN dengan Pertagas bukan solusi untuk mengatasi perseteruan di antara kedua perusahaan itu. Pasalnya, rencana itu justru dapat membuka akses pengelolaan gas melalui infrastruktur yang ada tanpa mengembangkan jaringan baru dan menimbulkan rente penjualan gas. Menurutnya, akan lebih efektif jika dana yang disiapkan Pertamina untuk memerger Pertagas dengan PGN digunakan untuk membangun infrastruktur baru. Apalagi, saat ini kapitalisasi saham PGN di pasar bursa mencapai Rp115 triliun dengan kepemilikan pemerintah mencapai 56,97% dan publik mencapai 43,03%. Reza Priyambada, Analis Trust Securities juga mengatakan hal yang sama, yakni sebaiknya PGN dan Pertamina fokus pada usaha inti masing-masing. Kalaupun ingin melakukan merger, sebaiknya kedua perusahaan membentuk anak usaha baru dimana keduanya bisa saling mensinergikan antara hulu dengan hilir migas. Kerja sama dan sinergi yang dapat dilakukan kedua perusahaan Antara lain, Pertamina tetap fokus pada usaha meningkatkan kegiatan eksplorasi gas, kemudian PGN menyediakan infrastrukturnya untuk mendistribusikannya kepada masyarakat. Tidak hanya sampai pada wacana merger kedua perusahaan itu, persaingan antara PGN dengan Pertagas pun semakin tajam. PGN tidak diizinkan untuk membangun pipa yang melintasi pipa milik Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 10
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Pertagas. Sementara itu, Pertagas tidak diizinkan untuk menggunakan pipa PGN dengan mekanisme open access untuk mengalirkan gas ke pelanggannya. Terakhir, Pertamina membantah pelarangan penggunaan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk dispenser bahan bakar gas milik PGN. Ali Mundakir mengatakan SPBU yang dimintakan izin oleh PGN merupakan titik pembangunan SPBG oleh Pertamina. Namun, hingga kini pembangunannya masih terkendala dengan izin penggunaan akses pipa milik PGN. Padahal, Pertamina membutuhkan dukungan pemilik pipa untuk mengalirkan gas menuju SPBU yang akan menjadi SPBG Eco Station. Dalam waktu dekat ini, pengembangan SPBG Eco Station akan dapat dipercepat setelah Pertagas menyelesaikan pembangunan pipa distribusi gas sehingga akan mengurangi ketergantungan Pertamina pada pipa distribusi milik pihak lain. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Januari 2014).
Sektor Konstruksi & Permesinan
Ada 302 Kontraktor Asing Di Indonesia - Badan Usaha Jasa Konstruksi Asing (BUJKA) yang beroperasi di Indonesia semakin bertambah. Berdasarkan data Kementerian Pekerjaan Umum (PU), dalam kurun waktu 10 tahun terakhir hingga akhir 2013, jumlah perusahaan kontraktor asing bertambah menjadi 302 perusahaan. Hediyanto W Husaini, Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum, mengatakan perusahaan kontraktor asing rata-rata bertambah empat sampai lima perusahaan per tahun. Hampir seluruh kontraktor asing tersebut berasal dari negara-negara di kawasan di Asia. Jepang misalnya diwakili oleh 81 perusahaan, China sebanyak 53 perusahaan, Korea Selatan 81 perusahaan,dan India empat perusahaan. Potensi pasar konstruksi di Indonesia yang besar menjadi pertimbangan kontraktor asing beroperasi di Indonesia. Apalagi beberapa tahun terakhir pasar konstruksi nasional mengalami pertumbuhan yang signifikan. Misalnya, pada 2012 pasar konstruksi Indonesia mencapai Rp 284 triliun dan meningkat menjadi Rp 369 triliun pada 2013. Sementara pada tahun ini pasar konstruksi nasional diperkirakan mencapai Rp 407 triliun atau tumbuh 10,29%. Tahun ini Kementerian PU berencana melakukan evaluasi terhadap kontraktor-kontraktor asing tersebut, dengan melibatkan tenaga surveyor independen. Evaluasi tersebut dilakukan untuk memantau kinerja perusahaan jasa konstruksi asing yang mempunyai bisnis di Indonesia. Evaluasi tersebut mencakup anggaran dasar, proyek yang ditangani, tenaga kerja, dan lain-lain. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Sektor Perbankan
Perbankan Optimistis Laba Tahun Ini Masih Tumbuh Dua Digit - Meski ekonomi diprediksi melambat, sebagian bank optimistis bisa mencetak pertumbuhan laba dua digit pada tahun ini. Bank Rakyat Indonesia (BRI), misalnya, menargetkan perolehan laba naik 15%-17% tahun ini. Proyeksi itu ditopang tiga komponen, yakni pendapatan bunga kredit, fee based income serta efisiensi usaha. Menurut Muhammad Ali, Sekretaris Perusahaan BRI, dalam situasi seperti ini, pendapatan bunga berasal dari pinjaman yang lebih selektif. Manajemen BRI memproyeksikan pendapatan berbasis komisi (fee based income) tahun ini tumbuh 27%-30%. Target itu berasal dari peningkatan layanan e-channel BRI di seluruh Indonesia. Adapula layanan jasa baru seperti pembayaran premi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Namun, Ali enggan menginformasikan target nilai laba BRI tahun ini. Pihaknya baru bisa memperkirakan nilainya jika kinerja tahun lalu sudah pasti diketahui. Bank OCBC NISP juga optimistis laba tahun ini bisa tumbuh 20% atau lebih tinggi. Menurut Presiden Direktur OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, hal ini terjadi karena ditopang pertumbuhan pendapatan bunga bersih, fee based income dan efisiensi, seperti terlihat pada penurunan cost to income rati. Parwati belum menyebutkan nilai laba 2013. Berbeda dengan BRI dan OCBC, target konservatif diungkapkan Bank Mandiri. Bank pelat merah ini hanya berani memasang target pertumbuhan laba antara 5%-10%. Manajemen Bank Mandiri mengatakan
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 11
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group perolehan laba tahun lalu masih bisa tumbuh double digit. Sedangkan Bank Central Asia enggan membocorkan target pertumbuhan laba tahun ini. Menurut Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, sebelum hasil akhir tahun lalu dipublikasikan, pihaknya belum bisa ungkapkan target laba tahun ini. Namun Jahja mengakui kinerja BCA tahun ini kemungkinan melambat. Hal itu disebabkan kondisi ekonomi lesu seiring tingginya inflasi, pelemahan rupiah, suku bunga tinggi serta likuiditas perbankan yang ketat. Per September 2013, BCA mencetak pertumbuhan laba dua digit. (Sumber: Kontan, 16 Januari 2014)
Sektor Property Proyek Pelabuhan Cilamaya Dorong Permintaan Lahan Industri – Menurut Ferry Salanto, Associate
Directors Colliers International Indonesia, mengatakan pembangunan pelabuhan Cilamaya di Karawang Jawa Barat, berpotensi meningkatkan permintaan lahan di lima wilayah industri yakni Jakarta, Karawang, Bekasi, Bogor dan Serang. Berdasarkan survei Colliers International, harga lahan industri di lima wilayah tersebut cenderung meningkat dalam satu tahun terakhir. Pengembang menawarkan lahan industri di level harga US$ 112,7 per m2 - US$ 239,7 per m2. Kenaikan harga lahan industri tertinggi terjadi di Karawang, yang mencapai US$ 200 per meter persegi Menurut dia, pembangunan Pelabuhan Cilamaya akan semakin mendorong perkembangan kawasan industri terutama di Karawang. Bahkan beberapa pengembang saat ini tengah mengincar lahan di wilayah tersebut untuk mendirikan kawasan industri baru. Sebab saat ini kondisi beberapa kawasan industri di Karawang semakin padat. Per kuartal IV 2013, penjualan lahan industri mencapai 450 hektare. Transaksi penjualan lahan industri tahun lalu ini didominasi kawasan industri Karawang Jabar Industrial Estate yang mampu menjual lahan 150 hektare kepada Toyota Automotive. Sarana infrastruktur pelabuhan menjadi salah satu pendukung vital dalam pengembangan suatu kawasan industri, selain sarana jalan dan ketenagalistrikan. Semakin lengkap sarana infrastruktur berpotensi meningkat permintaan lahan industri, sehingga mendorong harga lahan menjadi lebih tinggi. Proyek Pelabuhan Cilamaya masuk dalam rencana Metropolitan Priority Area (MPA) Indonesia dengan pemerintah Jepang. Rencananya, pelabuhan ini akan digunakan untuk komoditas ekspor impor. Pelabuhan Cilamaya dibangun dengan sistem Build, Operation, and Transfer (BOT) bersama dengan Jepang, dengan dana sekitar US$ 1,03 miliar. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Apartemen Menengah Tumbuh di Pinggiran – Di kuartal I 2014, permintaan apartemen kelas menengah di kawasan penyangga Ibu Kota diproyeksikan meningkat karena tingginya harga hunian di Jakarta. Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch, Ali Tranghanda, menyatakan segmen apartemen dengan kisaran harga Rp 300 – Rp 500 juta di pinggir Jakarta seperti di Serpong, Bintaro, Bekasi dan Bogor dinilai paling menarik minat konsumen properti. Sementara, permintaan properti di segmen menengah atas diperkirakan akan mengalami perlambatan. Hal ini dikarenakan konsumen untuk segmen pasar ini cenderung masih menunda pembelian dan menunggu hingga akhir tahun. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Januari 2014)
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 12
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sektor Lain-Lain Volume Impor Lewat Tanjung Priok Naik 5% - Volume impor barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok
pada 2014 diperkirakan naik 5% dibanding perkiraan sementara volume impor di tahun 2013, yakni 7,2 juta ton. Menurut, Sunaryo, Anggota Pengurus Indonesia National Shipowner Association (INSA), peningkatan volume impor terjadi akibat kondisi ekonomi sejumlah negara Eropa yang masih relatif belum pulih dari krisis. Kondisi ini membuat menjadikan Indonesia sebagai alternatif tujuan ekspor sejumlah negara yang selama ini mengekspor barang ke Eropa. Salah satu penyebab masih tingginya impor barang di Indonesia karena tingginya ketergantungan industri barang konsumsi terhadap bahan baku impor. Seperti di sektor makanan dan minuman, nilai impor bahan baku pada 2013 diperkirakan mencapai US$ 7 miliar, naik 16,6% dibanding realisasi 2012 sebesar US$ 6 miliar. Peningkatan nilai impor bahan baku juga didorong kebutuhan produsen yang melakukan ekspansi. Asosiasi industri mengakui sebagian besar bahan baku produsen makanan dan minuman masih belum dikembangkan di Indonesia. Kebutuhan bahan baku impor industri makanan dan minuman diperkirakan mencapai 60%-70%. Disamping itu,impor bahan baku di industri farmasi juga tinggi karena bahan baku farmasi masih belum dikembangkan oleh produsen di Indonesia. Impor bahan baku farmasi hingga akhir 2013 diperkirakan mencapai US$ 1,35 miliar, naik 15,3% dibanding tahun lalu US$ 1,17 miliar. Kenaikan tersebut juga mengikuti pertumbuhan industri farmasi di Indonesia. Menurut Kendrariadi Suhanda, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC), biaya bahan baku, khususnya bahan baku impor berkontribusi 25% terhadap nilai penjualan farmasi di Indonesia. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara kumulatif nilai impor Januari-November 2013 mencapai US$171,17 miliar, turun 2,80% jika dibanding impor periode yang sama tahun 2012. Impor non-migas mencapai US$ 130,13 miliar atau turun 5,19%. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Pasar Kendaraan 2013: LCGC Terindikasi Gerus MPV – Saat ini, di pasar otomotif di Indonesia diduga terjadi aksi kanibalisme segmen pasar MPV oleh segmen mobil hemat energi dan murah (LCGC/low cost green car). Kondisi ini terlihat dari kuantitas penjualan mobil wholesales (dari pabrikan ke dealer) yang meningkat tetapi pangsa pasar untuk segmen tertentu malah mengalami penurunan. Gabungan Industri Kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo), mencatat pertumbuhan penjualan mobil pada 2013 tercatat sekitar 10% menjadi 1,23 juta unit dibandingkan dengan realisasi penjualan tahun sebelumnya sebesar 1,12 juta unit. Namun, penjualan MPV pada 2013 hanya mencapai 123.498 unit dengan pangsa pasar hanya 10,33%. Pada tahun 2012, pangsa pasar segmen MPV masih sekitar 13,16% dengan total penjualan sebanyak 142.271 unit. Sementara itu, penjualan low MPV yang diduga akan merosot akibat kehadiran LCGC ternyata masih cukup baik. Total penjualan low MPV pada 2012 mencapai 332.971 unit, atau 30,79% dari total penjualan dan di tahun 2013 mencapai 379.205 unit atau 31,73%. (Sumber: Bisnis Indonesia, 13 Januari 2014)
Pembiayaan Mobil Bekas Kian Semarak – Pembiayaan Mobil Bekas kian semarak, salah satu perusahaan pembiayaan yang menjajaki pembiayaan mobil bekas adalah PT Toyota Astra Financial Services (TAFS), sebuah perusahaan patungan milik PT Astra International Tbk dan Toyota Financial Services Corp. Buntoro Muljono, Presiden Direktur TAFS, mengatakan pembiayaan mobil bekas telah dimulai pada tahun ini meskipun belum agresif seperti pembiayaan mobil baru. Prioritas pembiayaan untuk mobil
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 13
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group bekas Toyota, katanya. Buntoro mengatakan perseroan memasuki lini bisnis ini bukan karena persaingan pembiayaan mobil baru di industri multifinance kian ketat, tetapi ingin memperluas pilihan debitur dalam mendapatkan jasa pembiayaan di TAFS. Porsi pembiayaan mobil bekas juga dianggap cukup kecil dibandingkan dengan pembiayaan mobil baru. Dalam kesempatan yang sama, Direktur TAFS Kurnadi Tandudjaja mengatakan pembiayaan mobil bekas tersebut pada saat ini baru dilakukan di Jakarta. Namun, dalam beberapa waktu mendatang, pembiayaan itu akan dilakukan di seluruh kantor cabang perseroan sebanyak 27 di berbagai daerah. Pembiayaan mobil bekas diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bisnis TAFS. Pada tahun ini, perseroan membidik penyaluran pembiayaan sekitar Rp10,3 triliun atau tumbuh 10,5% dibandingkan dengan Rp9,36 triliun pada 2013. Pembiayaan perseroan paling banyak dilakukan di Jawa dan Bali dengan porsi 63%, sisanya di Sumatra 20%, Kalimantan 10% serta pasar fleet 7%. Adapun, pendanaan perseroan paling banyak berasal dari pinjaman perbankan dengan porsi 76%, sisanya pasar modal. Selain TAFS, pembiayaan mobil bekas juga dilakukan oleh perusahaan multifinance lainnya. Berdasarkan catatan Bisnis, perusahaan yang berbisnis pembiayaan mobil bekas antara lain PT Reksa Finance, PT Batavia Prosperindo Finance Tbk., PT BCA Finance, PT Mandiri Tunas Finance Tbk, dan sebagainya. Dalam kesempatan terpisah, Direktur PT Reksa Finance Ediyanto Djeragan memproyeksi pembiayaan mobil bekas pada tahun ini akan cukup baik kendati terdapat isu penurunan pasar otomotif. Memang isu di industri ada prediksi penurunan, tapi segmen mobil bekas masih cukup baik, kata Ediyanto. Dengan optimisme seperti itu, Reksa Finance yakin dapat membukukan pertumbuhan penyaluran pembiayaan sebesar 30% pada tahun ini dibandingkan dengan penyaluran pada 2013. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Januari 2014).
Investasi Sektor Otomotif Mencapai Rp. 10 Triliun - Realisasi investasi yang masuk ke industri otomotif nasional sepanjang 2012-2013 diperkirakan lebih dari Rp 10 triliun. MS Hidayat, Menteri Perindustrian, mengatakan komitmen investasi tersebut antara lain berasal dari produsen kendaraan maupun komponen kendaraan sebagai mata rantai pemasok industri otomotif. Menurut Hidayat, industri otomotif dan alat angkut merupakan sektor yang tumbuh cepat, selain industri besi baja yang diperkirakan tumbuh 11% tahun ini. Sementara dari sisi investasi, sektor ini juga menjadi salah satu sektor industri yang diandalkan dan masih prospektif tahun ini. Hidayat berharap peningkatan investasi otomotif dapat berkontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja serta industrinya. Honda Motor Co Ltd, melalui PT Honda Prospect Motor (HPM), telah merealisasikan investasinya sebesar Rp 3,1 triliun untuk membangun pabrik kedua di Karawang, Jawa Barat. Pabrik yang mulai berproduksi pada Januari 2014 ini memiliki kapasitas produksi sebesar 120 ribu unit per tahun dan akan difungsikan untuk memproduksi beberapa model baru Honda seperti Honda Mobilio. Dengan adanya tambahan kapasitas produksi dari pabrik baru ini, maka secara total produksi Honda Prospect di Indonesia akan mencapai 200 ribu unit per tahun. Menurut Takanobu Ito, President and Chief Executive Officer Honda Co di Karawang, ekspansi ini terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar otomotif yang terus meningkat. Menurut Ito, pabrik Honda di Karawang akan menjadi basis produksi Mobilio di seluruh dunia. Oleh sebab itu, sebagian dari hasil produksi pabrik Karawang rencananya dialokasikan untuk pasar ekspor. Adapun penggunaan komponen lokal untuk produksi mobil di pabrik itu secara bertahap diharapkan mampu mencapai 86%. Indonesia merupakan salah satu pasar teratas di antara negara ASEAN, sehingga Indonesia akan menjadi pasar penting bagi Honda. Dengan adanya peningkatan produksi dan permintaan pasar, ditargetkan penjualan Honda bisa mencapai 300.000 unit hingga 2016.
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 14
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sementara perusahaan otomotif Jepang lainnya, Toyota Motor Corporation (TMC), pada pertengahan tahun lalu telah merealisasikan investasi pembangunan pabrik perakitan kendaraan (complete knockdown/CKD) di Karawang, Jawa Barat. Pabrik kedua yang akan beroperasi di bawah PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) tersebut menyerap investasi sebesar Rp 3,3 triliun, berkontribusi 25% dari total komitmen investasi Toyota Motor Corp di Indonesia. Toyota Group menyatakan komitmen investasi di Indonesia Rp 13 triliun hingga 2017. Nilai tersebut merupakan bagian dari rencana investasi jangka panjang perseroan yang mencapai Rp 26 triliun di Indonesia. Dari komitmen investasi Rp 13 triliun, sebagian sudah digunakan untuk pembangunan dan ekspansi kapasitas pabrik Toyota I dan II di Karawang, Jawa Barat, serta pembangunan pabrik baru Denso di Bekasi, Jawa Barat. Investasi Toyota juga dialokasikan untuk Toyota Auto Body pada Desember 2012 serta tiga perusahaan afiliasi lainnya yakni Toyota Tsusho dan Aisin Seiki yang akan memperkuat aktivitas bisnis dalam pengembangan industri pendukung. Takahiro Iwase, Senior Managing Officer Toyota Motor Corporation, mengatakan pasar otomotif Indonesia masih dipandang menarik oleh prinsipal. Dengan pencapaian penjualan mobil nasional 2012 sebesar 1,1 juta unit, penjualan Toyota di Indonesia tumbuh konsisten hingga mencapai 400 ribu unit. Sementara dari segi produksi, dia menyatakan Indonesia memiliki arti penting seiring dengan meningkatnya ekspor multi purpose vehicle (MPV) Kijang Innova dan sport utility vehicle (SUV) Toyota Fortuner sebagai hasil produksi pabrik Karawang I hingga 60 ribu unit ke berbagai negara di ASEAN dan Timur tengah. Investasi untuk peningkatan kapasitas produksi diperlukan guna mengantisipasi pertumbuhan Toyota di masa mendatang. Budi Darmadi, Dirjen Industri Unggulan Basis Teknologi Tinggi, mengatakan industri otomotif pada tahun ini diperkirakan masih menarik untuk berinvestasi seiring dengan stabilitas pertumbuhan pendapatan per kapita penduduk. Pada 2015 GDP per kapita Indonesia diperkirakan mencapai US$ 5.000 per kapita. Dengan begitu, akan ada lompatan kedua, hal itu juga akan menjadi dasar investor melirik lagi potensi investasi di Indonesia. Stability growth income Indonesia diharapkan dapat menarik investasi dan bersiap untuk kondisi 5 tahun mendatang. Sementara terkait industri komponen otomotif, Budi menyatakan setiap tahun terdapat sekitar 100 industri komponen baru yang masuk. (Sumber: Indonesia Finance Today, 16 Januari 2014)
Impor Bibit Ayam Tahun Ini Naik – Impor bibit indukan ayam atau grand parent stock (GPS) tahun ini diperkirakan akan mencapai 725.000 ekor. Angka ini meningkat 11,53% dibanding kebutuhan GPS tahun 2013 yang diperkirakan mencapai 650.000 ekor. Proyeksi impor GPS tahun ini sebesar 725.000 ekor lantaran permintaan daging ayam diprediksi akan terus meningkat pada tahun 2015. Diperkiraan, impor bibit indukan ayam tahun ini sekitar 700.000-725.000 ekor. Kalau sama seperti 2013 yang 650.000 ekor, bisa jadi suplai parent stock (PS) akan kurang lagi, kata Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) Chandra Gunawan. Sekadar mengingatkan, GPS adalah jenis bibit ayam yang akan menghasilkan ayam indukan (parent stock). Ayam indukan inilah yang nantinya akan menghasilkan day old chicken (DOC) atau bibit ayam yang akan menjadi ayam potong yang dikonsumsi atawa final stock (FS) yang akan dijual ke pasar. Sebagai gambaran, satu ekor GPS akan menghasilkan sekitar 35 ekor ayam indukan (PS). Satu ekor ayam indukan akan menghasilkan sekitar 135 ayam siap konsumsi (ayam FS) dalam satu kali masa bertelur. Produksi parent stok tidak serta merta akan menghasilkan final stock, jelas Chandra. Chandra mencontohkan, impor GPS yang dilakukan di 2013 memang sudah mempengaruhi produksi ayam konsumsi (FS) tahun ini. Tapi, produksi tertinggi akan terjadi 2015 nanti. Biasanya dampak dari impor GPS terhadap terhadap produksi final stock sekitar tiga tahun, kata Chandra. TIDAK IMPOR PARENT STOCK - Selain GPS, tahun lalu Indonesia juga mengimpor ayam indukan (PS) sekitar 100.000 ekor. Untuk tahun ini, Chandra memperkirakan tidak ada impor ayam indukan baru. Menurut Chandra, tahun 2013 impor ayam indukan sekitar 350.000 hingga 500.000 ekor. Namun, realisasi impornya hanya sekitar 100.000 ekor. Sisanya, kemungkinan baru akan direalisasikan pada tahun ini. Tapi, kata Chandra, biasanya breeding akan mencari dari lokal terlebih dulu, karena impor PS lebih rumit. Harga PS lokal juga jauh lebih murah. Chandra bilang, harga PS impor bisa US$ 5 per ekor sementara PS lokal harganya dibawah US$ 3 per ekor. Tetapi tahun ini harga ayam indukan ini
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 15
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group diperkirakan akan ikut terkerek akibat kenaikan harga pakan dan harga GPS yang naik setiap tahun. Tahun lalu harga PS lokal sekitar Rp 28.000 per ekor dan saat ini naik menjadi Rp 30.000 per ekor. Pengusaha pembibitan ungags memperkirakan, produksi ayam indukan (PS) tahun ini akan mencukupi kebutuhan sehingga mereka tidak perlu impor. Cuma, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi produksi ayam indukan, yakni cuaca dan harga. Dengan cuaca seperti ini, stok PS yang semula cukup bisa berkurang karena terserang penyakit atau karena factor lainnya. Sementara itu, harga ayam indukan akan tergantung pada harga DOC dan ayam hidup atau live bird (LB). Kalau harga LB jelek, harga DOC juga jelek terus-terusan, produsen akan menolak atau apkir ayam indukan (PS) lebih awal. Jika ditolak diawal, permintaan PS akan bertambah, tapi tidak bisa segera dipenuhi dengan cepat karena GPS masih kurang. Tahun ini pengusaha bibit unggas memperkirakan produksi DOC final stock mencapai 2,48 miliar ekor, setara dengan ayam hidup yang beredar di pasaran. Namun, dengan catatan tidak ada kendala penyakit dan kematian. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Januari 2014).
Harga Rokok Naik 10% – Para pelaku industri rokok diam-diam telah menaikkan harga rokok sekitar 10% seiring dengan kenaikan pajak daerah kepada tembakau sebesar 10% pada 1 Januari 2014. Namun, kenaikan pajak daerah itu tidak diiringi dengan kenaikan tarif cukai tembakau yang menjadi kewenangan pemerintah pusat. Besaran pajak daerah ini diambil dari besaran tarif cukai yang ditetapkan. Artinya, misalkan dalam satu bungkus rokok tarif cukainya adalah Rp1.000 dan pajak rokoknya 10%, besaran pajak rokok tersebut adalah Rp100 per bungkus. Penetapan perda tentang pajak rokok merupakan implementasi dari Pasal 2 UU No. 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam UU tersebut diterangkan daerah diberi kewenangan memungut beberapa jenis pajak baru diantaranya pajak rokok. Hasan Aoni Aziz Us, Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri), menyatakan kenaikan pajak daerah 10% berdampak pada kenaikan harga jual rokok 10%. Dia menjelaskan dalam Pasal 29 UU No.28/2009 tentang PDRD dan penjelasannya disebutkan bahwa pada saat pajak rokok daerah diberlakukan pada 2014, maka pada tahun tersebut cukai rokok tidak ikut naik. Hal tersebut dimaksudkan agar industri rokok tidak mengalami beban ganda. Ilustrasi pada Pasal 29 itu menjelaskan pada tahun pertama penerapan pajak daerah, cukai tidak naik, lalu pada tahun berikutnya baru dinaikkan, terangnya. Hasan yakin kenaikan pajak daerah pada tahun ini tidak akan berdampak signifikan pada industri rokok. Pelaku usaha bisa menyesuaikan dengan menaikkan harga jual rokok sesuai dengan kenaikan besaran pajak daerah. Namun, lain halnya jika kenaikan cukai pada 2015 diterapkan. Menurut Hasan, bila itu terjadi akan mengancam industri rokok di tingkat menengah ke bawah. Kemungkinan terberat industri kecil rokok bahkan bisa gulung tingkar. Sebelumnya, penerimaan yang diterima dari pajak rokok itu akan dibagi dua. Untuk pemerintah kabupaten/kota sebesar 70% dan untuk pemerintah provinsi 30%. Dari jumlah yang diterima itu, 50% di antaranya untuk alokasi kesehatan dan penegakan hukum. Pada 2013, produksi rokok diperkirakan lebih dari 343 miliar batang sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM) dan sigaret kretek tangan (SKT). Pada 2014, produksi diperkirakan hanya naik sebesar 2 miliar batang menjadi 345 miliar batang. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Januari 2014).
Tren Teknologi Informasi 2014 – Komputasi awan, social business, mobilitas, dan data besar (big data) akan menjadi tren yang diminati oleh pelaku usaha pada 2014. Hal tersebut terlihat dari 10 prediksi teknologi informasi (TI) 2014 yang dikeluarkan oleh International Data Corporation (IDC). Persaingan
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 16
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group usaha yang semakin ketat akan membuat perusahaan mengoptimalkan keempat aspek yang disebut platform ketiga. Prediksi juga menyebutkan, separuh dari perusahaan yang disurvei IDC menyatakan anggaran teknologi informasi tidak berubah, tetapi dituntut untuk lebih produktif. Sudev Bangah, Associate Director of Head of Operations IDC Indonesia, menyatakan adopsi platform ke-3 ini dipicu oleh penetrasi teknologi yang semakin masif. Dia juga mengatakan mayoritas belanja TI akan terfokus pada pembelian perangkat keras (hardware). Prediksi menyebutkan big data menjadi platform yang paling dipentingkan perusahaan. Sekitar 70% perusahaan yang disurvei menyatakan akan mengandalkan analisis data besar pada 2014. Sementara itu, sekitar 60% pelaku usaha akan meningkatkan anggaran belanja untuk big data. Kendati demikian, persoalan kemampuan teknis mengelola big data masih menjadi momok yang menakutkan bagi pelaku usaha. Komputasi awan juga akan semakin berkembang. Bahkan, IDC memprediksi 2014 juga akan ditandai dengan makin berkembangnya private cloud dan virtual private cloud. Pada 2015, lebih dari 55% konsumen juga akan memilih menggunakan infrastructure as a service. Faktor performa, keandalan, dan keamanan akan menyertai tren adopsi komputasi awan di masa mendatang. Sementara itu, sekitar 28,2% pelaku usaha juga akan meningkatkan belanja di bidang ini. Pada sektor mobilitas, enterprise yang akan meningkatkan anggaran mencapai 35,3%. Hal ini menurut IDC akan membuat perusahaan mendefinisikan ulang apa yang disebut bring your own device (BYOD). Apalagi, pengiriman perangkat tahun lalu ke Indonesia sudah mencapai lebih dari 55 juta unit. Dengan penjualan tablet yang semakin masif, tren ini diprediksi meningkat. Tren menarik lainnya adalah outsourcing layanan TI. Tahun ini belanja layanan TI diprediksi mencapai US$1,4 miliar atau naik 25%. Kendati demikian, sektor ini justru lebih banyak dialokasikan untuk perusahaan oursourcing. (Sumber: Bisnis Indonesia, 17 Januari 2014).
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 17
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Berita Singkat Perusahaan
Bangun Pabrik, SMGR Memburu Utang Bank – PT Semen Indonesia (SMGR), tengah mencari pinjaman dari bank untuk mendanai pembangunan pabrik semen di dua lokasi yaitu di Rembang, Jawa Tengah dan di Indarung, Sumatera Barat. Proyek pembangunan kedua pabrik semen tersebut diprediksi membutuhkan dana sekitar Rp 7 triliun. SMGR berencana mendanai 50% dari nilai proyek tersebut dari pinjaman eksternal. Sebenarnya, perusahaan sudah memperoleh komitmen pinjaman senilai Rp 2,8 triliun dari Export Credit Agency (ECA). Namun, perusahaan masih mencari sisa pinjaman sebesar Rp 700 miliar dari kredit perbankan, khususnya bank BUMN. Di masa depan, dengan selesainya dua pabrik tersebut di tahun 2017, kapasitas produksi SMGR akan meningkat menjadi 40,8 juta ton. Hingga akhir tahun lalu, kapasitas produksi perusahaan tercatat sebesar 30 juta ton. (Sumber: Kontan, 13 Januari 2014)
Pengambilalihan BPUI Ditargetkan Tuntas Tahun Ini - Rencana pengambilalihan PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) oleh PT BNI Tbk (BBNI) akan dilanjutkan pada tahun ini. Menurut pejabat Kementerian Badan Usaha Milik Negara, rencana pengambilalihan ini ditargetkan selesai pada tahun ini. Pengambilalihan BPUI oleh BNI belum bisa dilakukan selama penyertaan modal negara (PMN) dalam bentuk non-cash belum disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Oleh karena itu, Kementerian BUMN akan kembali mengajukan PMN non-cash ini kepada Komisi VI dan Komisi XI DPR. Dwina Septiani Wijaya, Presiden Direktur BPUI, sebelumnya mengatakan pemerintah telah menyetujui untuk mengonversi utang pokok RDI (Rekening Dana Investasi) senilai Rp 250 miliar menjadi penyertaan modal negara (PMN). "Penyelesaian utang ini bersifat non-cash. Dana Rp 250 miliar akan menjadi tambahan modal sedangkan bunga dan denda senilai Rp 950 miliar akan dicicil selama 20 tahun. Selanjutnya, perusahaan akan melakukan penyehatan neraca keuangan dan melakukan strategic partnership dengan institusi keuangan besar. Sebelumnya, BNI memang berniat mengakuisisi BPUI lewat skema tukar guling kepemilikan obligasi rekapitalisasi. Berdasarkan data keuangan perseroan, per September 2013 BNI memiliki obligasi rekap senilai Rp 41,16 triliun. Sebanyak 81% dari obligasi tersebut berstatus available for sale. Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI, mengatakan perseroan memiliki kemampuan pendanaan yang cukup meski valuasi atas nilai BPUI berubah. Namun, kondisi pasar modal pada tahun lalu yang berfluktuasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi menghambat rencana akuisisi ini. BPUI merupakan holding company yang memiliki empat anak usaha, yaitu PT Bahana Securities, PT Bahana TCW Investment, PT Bahana Artha Ventura, dan PT Graha Niaga Tata Utama. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Timah Anggarkan Belanja Modal Hingga Rp 1,4 Triliun - PT Timah Tbk (TINS), badan usaha milik negara pertambangan, mengalokasikan belanja modal tahun ini sebesar Rp 1,1 triliun - Rp 1,4 triliun. Agung Nugroho, Sekretaris Perusahaan Timah, mengatakan sumber dana belanja modal berasal dari kas internal perusahaan. Sebagian dari belanja modal perusahaan akan digunakan untuk pengembangan konsensi tambang yang sebelumnya dikelola PT Koba Tin. Pada tahun lalu, perusahaan telah mendapatkan surat penugasan resmi dari Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk mengelola konsesi yang sebelumnya dikelola Koba Tin, untuk sementara hingga terbitnya izin usaha pertambangan khusus (IUPK). Selain menggarap konsensi tambang Koba Tin, Timah juga akan melakukan ekspansi ke Myanmar. Untuk itu, Timah juga membentuk dua anak usaha, yakni PT Timah Myanmar Mining yang bergerak di sektor pertambangan dan PT Timah Myanmar yang fokus di industri pengolahan timah. Saat ini, perusahaan
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 18
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group telah mendapat konsesi tambang seluas 10 ribu hektare di Pubyin-Tamok, Myeik District, Tanithary State, Union of Myanmar. Adapun, Jenis produk yang akan ditambang adalah timah putih (tin ingot). Pada tahun ini, perusahaan menargetkan produksi sebesar 25 ribu-30 ribu ton atau tidak jauh berbeda dengan target yang ditetapkan perseroan tahun lalu. Penetapan target produksi ini disesuaikan dengan peningkatan konsumsi timah dunia dan aturan larangan ekspor mineral mentah mulai 12 Januari 2014. (Sumber: Indonesia Finance Today, 13 Januari 2014)
Biayai Ekspansi, Emiten CPO Andalkan Utang Bank - Sejumlah emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mengandalkan utang bank untuk mendanai ekspansi tahun ini. Hal itu terlihat dari tingginya persentase pinjaman bank guna membiayai belanja modal emiten CPO. PT Gozco Plantations Tbk (GZCO) berencana mencari pinjaman bank sebesar Rp 100 miliar, atau 50% dari belanja modal tahun ini yang mencapai Rp 200 miliar. Menurut Eddbert Effendy, Investor Relation Gozco Plantations, perseroan berencana melakukan pinjaman kepada bank sekitar 50% dari total anggaran belanja modal 2014. Perusahaan lebih memilih utang bank daripada rights issue ataupun private placement, meskipun di tengah tren kenaikan suku bunga domestik. Belanja modal Gozco Plantations tahun ini sebesar Rp 200 miliar lebih rendah dibanding tahun lalu sebesar Rp 350 miliar. Perseroan mulai memperlambat ekspansi dimulai dari kuartal I 2013, sehingga saat ini belum ada rencana untuk melakukan ekspansi. Belanja modal Gozco Plantations tahun ini sebesar Rp 200 miliar akan digunakan untuk replanting serta merawat tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan. Sebesar Rp 125 miliar akan digunakan untuk perawatan tanaman baru menghasilkan dan untuk penanaman baru sebesar Rp 50 miliar. Sementara Rp 25 miliar sisanya digunakan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) dan dermaga. Gozco juga berencana membangun kantor regional di Palembang, Sumatera Selatan. PT BW Plantation Tbk (BWPT) juga mengandalkan pinjaman bank untuk mendanai belanja modal tahun ini. Perseroan mengalokasikan belanja modal pada 2014 sebesar Rp 700 miliar, turun 42,8% dibanding anggaran belanja modal tahun lalu Rp 1 triliun. Menurut Kelik Irwantono, Direktur & Corporate Secretary BW Plantation, penurunan belanja modal itu terjadi seiring dengan penurunan jumlah luas lahan yang akan diperbaiki. Anggaran belanja modal sebagian dipakai untuk meremajakan lahan yang rusak. Tahun lalu luas lahan yang rusak sebesar 65 ribu hektare, tahun ini hanya 55 ribu hectare. Selain itu, dana belanja modal tahun ini juga akan digunakan untuk perluasan pabrik dan penambahan pabrik di daerah Kalimantan Barat. Fokus utama perseroan tahun ini salah satu diantaranya melakukan ekspansi pabrik baru di daerah Kalimantan Barat dengan investasi Rp 150 miliar berkapasitas produksi 60 ton per jam. Perseroan mengandalkan kas dan pinjaman yang telah di peroleh untuk membiayai anggaran belanja modal tahun lalu. Sumber pendanaan dari kas internal sekitar Rp 100 miliar, sementara Rp 600 miliar berasal dari fasilitas pinjaman bank yang belum diambil perseroan. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) juga menambah pinjaman baru senilai US$ 100 juta dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan Mizuho Bank Ltd (Mizuho). Fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana belanja modal tahun lalu sekitar US$ 300 juta-US$ 350 juta. Menurut Rudi Lumarjo, Investor Relation Officer Astra Agro, Perseroan sudah closing pinjaman baru dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation dan Mizuho Bank Ltd (Mizuho) masing-masing sebesar US$ 50 juta. Dana tersebut rencananya digunakan untuk mendanai belanja modal. (Sumber: Indonesia Finance Today, 15 Januari 2014).
Yield PT.Astra Agro Lestari Tbk tahun 2013 turun sebesar 11,7% dari Tahun Sebelumnya - Rata-rata imbal hasil (yield) produksi tandan buah segar kelapa sawit PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) sepanjang tahun lalu turun 11,7% menjadi 20,71 ton per hektare dibandingkan dengan 23,45 ton per hektare pada tahun sebelumnya. Akibatnya, total tandan buah segar (TBS) yang dipanen di sejumlah kebun inti jauh di bawah ekspektasi yakni hanya 5,12 juta ton atau turun 6,8% dari 5,49 juta ton. Kebun inti di wilayah kerja Sumatra hanya berkontribusi 2,19 juta ton, turun 6% dibandingkan dengan 2,33 juta ton. Penurunan produksi juga terjadi pada konsesi kebun di Kalimantan dan Sumatra, masingmasing 8,5% dan 4,8%. Untuk mengimbangi kebutuhan pasokan pabrik, perseroan terpaksa
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 19
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group meningkatkan pembelian dari pihak eksternal hingga 3,18 juta ton atau naik 21,3% dibandingkan dengan 2,62 juta ton pada tahun sebelumnya. Saat ini, perseroan telah memastikan agenda penuntasan proyek pembangunan pabrik Aceh dan Kalimantan Timur dan telah memasuki masa uji produksi pada Desember 2013. Pabrik itu menghabiskan investasi senilai Rp240 miliar—Rp250 miliar. Astra Agro juga akan mempercepat pembangunan refinery di Sulawesi yang sesuai rencana beroperasi komersial bulan ini. Pabrik refinery pertama itu berkapasitas 2.000 ton per hari dengan taksiran nilai proyek US$65 juta—US$75 juta. (Bisnis Indonesia, 16 Januari 2014)
Wilmar Operasikan Pabrik Terigu – Tahun ini, Grup Wilmar menghadapi persaingan yang kian ketat di industri hilir agribisnis Indonesia. Bisnis Wilmar International Limited di Indonesia kian menggurita. Tak cuma di bisnis sawit dan produk turunannya, kelompok usaha yang didirikan Martua Sitorus dan Kuok Khoon Hong itu juga kian memperkuat penetrasinya di bisnis terigu. Lewat anak usahanya, yakni PT Wilmar Nabati Indonesia, Wilmar tengah membangun pabrik tepung terigu di Gresik, Jawa Timur. Jika tak ada halangan, fasilitas produksi tersebut bisa segera beroperasi tahun ini. Wilmar mengucurkan investasi sekitar Rp 300 miliar hingga Rp 500 miliar untuk membangun dua lini produksi yang masingmasing berkapasitas 500 ton per hari. Total kapasitas produksi pabrik tersebut mencapai 1.000 ton per hari. Tahun ini, flour mill beroperasi, kata Hendri Saksti, Head of Operations in Indonesia Wilmar Group. Sejatinya, Wilmar bukanlah pemain baru di bisnis terigu tanah air. Pada 2010 silam, mereka telah mengakuisisi 20% saham FFM Berhad, salah satu perusahaan besar di industri terigu Malaysia. FFM memiliki lima pabrik terigu di Malaysia, satu di Indonesia, satu di Vietnam, dan satu lagi di Thailand. Nah, khusus di Indonesia, FFM memiliki fasilitas produksi tepung terigu lewat PT Pundi Kencana. Pabriknya yang berlokasi di Cilegon, Banten berkapasitas sekitar 1.000 ton per hari.Meski begitu, ekspansi Wilmar di bisnis terigu bukanlah tanpa hambatan. Kebutuhan terigu domestik rata-rata 4,4 juta ton-5 juta ton per tahun. Sedangkan kapasitas terpasang pabrik terigu nasional sekitar 7 juta ton8 juta ton. Alhasil, kapasitas terpakainya hanya sekitar 60%-70%. Jual biodiesel Di bisnis produk turunan sawit, Wilmar telah mengoperasikan pabrik biodiesel di Gresik. Dengan kapasitas produksi 2,6 juta ton, fasilitas produksi ini menjadi pabrik biodiesel berbasis sawit terbesar di dunia. Yang dijual ke pemerintah 1 juta kiloliter (1 kl=0,353 ton), kata Hendri. Komisaris Wilmar Indonesia MP Tumanggor menyebut, rendahnya utilitas ini tidak terkait dengan pasokan CPO. Asal tahu saja, dari proyeksi produksi CPO 27,5 juta ton hingga 28 juta ton di 2014, hanya 8 juta ton yang dikonsumsi di dalam negeri, tidak termasuk untuk biodiesel. Hendri bilang, kinerja keuangan Wilmar tahun 2013 tidak akan jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Penyebabnya, persaingan yang makin ketat lantaran semakin banyak perusahaan yang bermain di sektor hilir agribisnis. Selain itu, harga CPO juga masih tertekan. Faktor serupa juga akan membayangi kinerja mereka tahun ini. Hendri belum bersedia menyebut proyeksi kinerja 2013 dan 2014. Alasannya, sebagai perusahaan publik yang terdaftar di bursa Singapura, mereka tidak bisa sembarangan mengumbar informasi. Wilmar baru akan mengumumkan laporan keuangan 2013 pada 20 Februari 2014. Sebagai patokan, per 31 Desember 2012, pendapatan Wilmar International mencapai US$ 45,463 miliar. Sekitar 99,36%, atau setara dengan US$ 45,174 miliar pendapatan berasal dari penjualan produk agribisnis dan turunannya, seperti sawit, gula, minyak kelapa, serta komoditas agri lainnya. Sementara, laba bersihnya mencapai sekitar US$ 1,25 miliar. Hendri bilang, kontribusi bisnis di Indonesia terhadap pendapatan grup hanya sekitar 15%-20%. Sebagai catatan, selain di Indonesia, bisnis Wilmar tersebar di berbagai seperti Malaysia, Australia, China, hingga Maroko. (Sumber: Kontan, 17 Januari 2014).
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 20
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group
Penanaman Karet Multistrada Lambat – Realisasi penanaman lahan karet PT Multistrada Arah Sarana Tbk masih belum banyak menunjukkan hasil. Sampai dengan awal 2014, realisasi penanaman karet perusahaan masih di bawah 1.000 hektar (ha). Jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan total luas lahan karet yang dimiliki Multistrada. Saat ini, Multistrada memiliki lahan karet seluas 127.000 ha yang tersebar di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Perusahaan masih melihat situasi ekonomi global yang masih berfluktuasi. Menurut Investor Relation PT Multistrada Arah Sarana Tbk, Yunita Xi, industri perkebunan karet adalah hal baru bagi Multistrada. Namun perusahaan berkode emiten MASA ini akan terus melanjutkan penanaman lahan karet sesuai dengan rencana. Sejak April 2012, perusahaan mulai melakukan penanaman lahan karet seluas 1.000 hektar yang ditargetkan akan selesai dalam dua tahun sejak penanaman dimulai. Kebun karet diharapkan akan mulai menghasilkan dalam lima tahun setelah penanaman. Kebun karet milik MASA dikelola oleh beberapa anak usahanya yang bergerak di bidang pengelolaan Hutan Tanaman Industri (HTI). Anak usaha tesebut, antara lain, PT Multistrada Agro International (MAI), PT Meranti Laksana (MLA), PT Meranti Lestari (MLI), PT Mitra Jaya Nusaindah (MJN), dan PT Sylvaduta (SDC). Multistrada dikenal sebagai produsen ban luar bermerek Achilles, Corsa, dan Strada. Untuk memproduksi ban tersebut, Multistrada membutuhkan pasokan bahan baku karet rata-rata 15.000 ton - 20.000 ton per tahun. Saat ini, total kapasitas produksi Multistrada mencapai 16 juta unit ban per tahun, yang terdiri dari kapasitas produksi Passanger Car Radial (PCR) sebanyak 10 juta ban, dan kapasitas produksi ban mobil lainnya 6 juta ban per tahun. Multistrada akan menginvestasikan dananya sebesar Rp 50 miliar untuk melanjutkan penanaman lahan karet. Dana ini untuk penanaman Hutan Tanaman Industri, pembersihan lahan (land clearing) serta membiayai pos operasional lainnya. Sejak April 2012 hingga akhir tahun lalu, perusahaan telah mengucurkan dana sebesar Rp 200 miliar untuk merealisasikan penanaman lahan karet. Multisrada mengalokasikan sebesar 26% dari dana hasil penerbitan saham baru (right issue) yang mencapai Rp1,5 triliun. Pada akhir 2012, Multistrada menyatakan menunda pembangunan pabrik pengolahan karet senilai US$ 10 juta, yang rencananya akan dibangun pada tahun 2013. Alasannya, karena ekspansi pabrik belum mendesak, dan volume produksi multistrada selama 2013 diproyeksikan masih sama seperti 2012. Disamping itu, penjualan ban ke Eropa pada tahun 2013 juga sedang menunjukkan tren yang menurun. Pabrik pengolahan milik Multistrada ini rencananya akan berlokasi di Kalimantan Barat, berdekatan dengan lokasi perkebunan karet milik perusahaan. Perkebunan karet dan pabrik tersebut diharapkan dapat memenuhi separuh dari total bahan baku karet yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memproduksi ban. (Sumber: Kontan, 15 Januari 2014).
Produksi Gula, PTPN XI Targetkan Produksi Gula Tahun Ini Naik 17,35% - PT Perkebunan Nusantara (PTPN XI) menargetkan produksi gula tahun 2014 sebanyak 470.588 ton, atau meningkat 17,35% dibanding realisasi produksi tahun 2013 yang mencapai 401.000 ton. Peningkatan ini dimungkinkan karena ada penambahan areal perkebunan sekitar 3% dari tahun lalu menjadi 81.517 hektare (ha). Menurut Adig Suwandi, Sekretaris Perusahaan PTPN XI, perkiraan produksi gula tersebut dihitung berdasarkan aktivitas penggilingan tebu sebanyak 5,98 juta ton di 16 pabrik gula (PG) PTPN XI di Jawa Timur. Total kapasitas dari 16 pabrik gula ini mencapai 42.000 ton tebu per hari. Produktivitas yang dihasilkan tahun ini ditargetkan bisa mencapai 5,74 ton gula per hektar, dengan berat tebu 73,2 ton per hektar dan rendemen 7,84%. Proses penggilingan tebu di pabrik milik PTPN XI diperkirakan akan dimulai pada pertengahan Mei 2014 dan akan berlangsung selama enam bulan. Dalam rangka mendukung target tersebut, petani diminta memasok tebu sesuai kelayakan giling, yakni manis, bersih, dan segar. Tebu kotor, tidak cukup masak, dan tak segar akan ditolak atau dikenakan penalti melalui rafaksi atau pemotongan harga barang yang diserahkan karena mutunya rendah. Seperti pada musim giling 2013, tahun ini PTPN XI juga memberikan dana talangan kepada petani selama gula dari bagi hasil dengan PG belum terjual. Dana
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 21
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group talangan yang diberikan sebesar harga patokan (floor price) yang ditetapkan Menteri Perdagangan dengan tanpa bunga dan biaya administrasi. Pada 2013, Kementerian Perdagangan menetapkan harga patokan gula di tingkat petani sebesar Rp 8.100 per kg. Harga patokan ini biasanya ditetapkan setiap tahun menjelang musim giling. Dengan dana talangan ini, petani tetap bisa melaksanakan kegiatan keprasan dan budidaya lain meskipun gula belum terjual. Kementerian Pertanian menargetkan produksi gula tahun ini sebesar 3,1 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi 26,19% dibandingkan dengan realisasi produksi gula tahun lalu sebesar 2,54 juta ton. Kementerian Pertanian berencana menambah areal tanam tebu seluas 237.000 hektar demi mencapai target tersebut. Disamping itu, upaya peningkatan produktivitas tebu juga dilakukan melalui rawat ratoon seluas 61.000 hektar dan kegiatan bongkar ratoon seluas 8.000 hektar. (Sumber: Kontan, 15 Januari 2014).
Pangsa Pasar Mobil Astra Tertekan - Sepanjang tahun lalu, Toyota memperoleh pangsa pasar sebesar 35,3% atau turun dibanding perolehan di 2012 sebesar 36,3%. PT Astra International Tbk (ASII), emiten otomotif, mencatat penurunan pangsa pasar mobil sebesar 1,0 basis poin menjadi 53% sepanjang 2013 dibanding tahun sebelumnya 54%. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh berkurangnya penjualan kendaraan komersial yang biasa digunakan untuk aktivitas jasa dan niaga serta persaingan pasar yang menekan penjualan salah satu merek mobil andalan Astra. Berdasarkan data yang dirilis per seroan, penjualan kendaraan roda empat Astra tumbuh 8% dari periode sebelumnya menjadi 654 ribu unit kendaraan. Sekitar 66,3% penjualan kendaraan perseroan masih berasal dari PT Toyota Astra Motor melalui merek kendaraan Toyota dan 28% lainnya berasal dari PT Astra Daihatsu Motor. Penjualan tiga merek lainnya, yakni Peugeot dan dua segmen kendaraan niaga yaitu Isuzu dan UD Truck, juga mengalami penurunan. Penjualan Peugeot turun dari 333 unit menjadi sekitar 270 unit. Sedangkan penjualan Isuzu turun dari 33.163 unit menjadi 31.527 unit dan penjualan UD Trucks melemah dari 2.925 unit menjadi 1.965 unit. Pelemahan harga komoditas menyebabkan beberapa merek kendaraan niaga Astra mengalami penurunan penjualan. Sementara jika dilihat dari total penjualan mobil nasional, pangsa pasar Toyota tampak tertekan. Sepanjang tahun lalu, Toyota memperoleh pangsa pasar sebesar 35,3% atau turun dibanding perolehan di 2012 sebesar 36,3%. Sementara pangsa pasar Daihatsu dan beberapa merek kendaraan non-Astra Grup seperti Suzuki dan Honda justru mengalami peningkatan, masing-masing menjadi sebesar 15%, 13,3%, dan 7,4%. Kenaikan pangsa merek-merek tersebut mengikuti kenaikan pasar mobil nasional sebesar 10% dibanding tahun sebelumnya menjadi 1,22 juta unit kendaraan. Menanggapi ketatnya persaingan di bisnis otomotif, Prijono Sugiarto, Presiden Direktur Astra International, menilai hal itu sebagai hal yang wajar. Sebab, selama bertahun-tahun Astra menikmati pasar otomotif, wajar ketika pasar semakin membesar dan pelaku industri otomotif makin agresif memasarkan produk baru. Menurut dia, hal tersebut justru dinilai baik terhadap industri karena konsumen akan memiliki banyak pilihan. Sementara terkait dengan penjualan otomotif nasional yang diperkirakan stagnan tahun ini sebesar 1,2 juta unit akibat kondisi ekonomi dunia yang belum membaik dan dampaknya ke Indonesia, dia berharap minimal dapat mempertahankan perolehan pangsa pasar yang sudah ada saat ini dengan cara memperkuat mata rantai industry otomotif Astra. Proyeksi kami di internal bahwa pasar otomotif kemungkinan fl at di 2014 yakni sebesar 1,2 juta unit akibat kondisi ekonomi dunia yang belum membaik dan dampaknya ke Indonesia. Namun selama kelas menegah bertumbuh dan pangsa pasar kami di kisaran 50%-55%. Selain itu, kompetisi pasar yang makin ketat seiring ekspansi pesaing Astra dalam mengembangkan tipe-tipe kendaraan terbaru juga diperkirakan masih menjadi tantangan perseroan tahun ini. Untuk menjaga perolehan pangsa pasar, Prijono mengatakan perseroan akan memperkuat unit bisnis otomotif yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Astra kebetulan memiliki keuntungan mengcover seluruh mata rantai, mulai dari pembuatan komponen, fasilitas perakitan, pabrik, pemegang merek, perusahaan distribusi, asuransi, pembiayaan hingga penjualan mobil bekas. Dengan sinergi yang baik ini, kami optimistis bisa membuat paket-paket yang menarik buat konsumen dan ini menjadi penolong perusahaan, ujar Prijono.
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 22
Weekly Review – Market Intelligence & Analysis Group Sementara PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), emiten otomotif pesaing Astra, belum bisa memperkirakan dampak dari kondisi perekonomian global yang belum membaik serta tekanan nilai tukar rupiah terhadap bisnis otomotif perseroan. Meski demikian, perseroan berencana memanfaatkan pasar mobil murah untuk menopang penjualan otomotif Indomobil di 2014. Total pasar akan dibantu dengan low cost green car (LCGC). Jadi menurut kami, LCGC akan menjadi kunci penjualan mobil di tahun ini. Indomobil mengandalkan penjualan mobil murah berasal dari dua brand milik perusahaan joint venture yang berada di bawahnya, yakni Suzuki Wagon R dan Datsun dari Nissan. (Sumber: Indonesia Finance Today, 17 Januari 2014).
Minggu III Januari /13 – 17 Jan 2014
Page 23