PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI SMK GOTONG ROYONG TELAGA KABUPATEN GORONTALO
(WAWIN KARIM) Mahasiswa Jurusan IHK Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo
ABSTRAK Wawin Karim. 2013. “Peran Guru dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di SMK Gotong Royong”. (Studi penelitian di SMK Gotong Royong Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo) dengan Pembimbing I Drs. R.O.W.Kaunang, M.Pd dan Pembimbing II Asmun W. Wantu,S.Pd.,M.Sc. Skripsi, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo. Judul ini di angkat dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis Peran Guru Dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn di SMK Gotong Royong dan untuk mengetahui dan menganalisis upaya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa di SMK Gotong Royong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomonologis, dimana peneliti berusaha memahami arti peristiwa yang ada kaitannya dengan orang biasa dalam situasi tertentu dan diharapkan mampu memberikan sebuah gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dari suatu peristiwa tertentu. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa Peran guru dalam meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMK Gotong Royong yaitu Peran guru sebagai fasilitator, organisator, mediator, motivator, inisiator, dan evaluator, belum dilaksanakan secara maksimal. Disamping itu ada beberapa upaya yang dilakukan Upaya yang dilakukan oleh guru meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMK Gotong Royong yaitu Menciptakan konsistensi tujuan untuk disiplin, pendidikan dan Pelatihan dalam pekerjaan, dan Semangat kerja/motivasi kerja sudah mulai nampak untuk untuk meningkatkan peran guru yang baik.
Kata Kunci: Peran Guru, Kualitas Belajar Siswa, dan Pelajaran PKn
PENDAHULUAN Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia, pendidikan sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan 1
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan mempunyai posisi strategis maka setiap usaha peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru baik dalam segi jumlah maupun mutunya, sehingga apa yang diharapkan dalam peningkatan kualitas belajar siswa agar dapat tercapai dengan baik, semua ini dapat berjalan apabila ada kolaborasi yang baik antara guru dengan guru, guru dengan siswa serta siswa dengan siswa. Guru adalah figur manusia sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Ketika semua orang mempersoalkan masalah dunia pendidikan figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal di sekolah. Guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi guru atau dosen pada perguruan tinggi. Hal tersebut tidak dapat disangkal kerena lembaga pendidikan formal adalah dunia kehidupan guru sebagian besar waktu guru ada di sekolah, sisanya ada di rumah dan di masyarakat (Djamarah, 2007:46). Peran guru sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa, guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di sekolah guru merupakan unsur yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur siswa dan fasilitas lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya. Guru merupakan ujung tombak pendidikan sebab secara langsung berupaya mempengaruhi, membina dan mengembangkan siswa, sebagai ujung tombak, guru dituntut untuk memiliki kemampuan dasar yang diperlukan sebagai seorang guru, pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas dan inovasi yang dimiliki guru. Gunawan (2006:29) mengemukakan bahwa guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator
2
pembelajaran di kelas, maka siswa merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Kehadiran guru dalam pengajaran di sekolah memegang peranan yang penting. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh siapapun, hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri (Wijaya dan Rusyan, 2007:39). Guru dituntut memiliki peran yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina siswa. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru. Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Harapan dalam Undang-Undang tersebut menunjukkan adanya perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Pidarta (2009:85) bahwa setiap guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen, 2006:2). Sementara itu, menurut Uno (2007: 15) guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung
3
jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan. Berdasarkan hasil pengamatan di SMK Gotong Royong menunjukkan bahwa kualitas belajar siswa masih rendah hal ini disebabkan karena guru PKn di sekolah tersebut belum sepenuhnya menunjukkan peran sebagai seorang guru, diantaranya guru PKn kurang disiplin datang di sekolah, belum mengajar sesuai dengan waktu yang ditentukan, dalam berpakaian tidak sesuai dengan aturan yang berlaku di sekolah, guru PKn dalam mengajar kurang kreatif bahkan sebagian besar guru tersebut hanya mengejar materi agar cepat selesai tanpa mempertimbangkan dari kondisi siswa sehingga hal ini dapat menghambat dan menurunkan kualitas belajar siswa di SMK Gotong Royong. Kondisi ini sangat berpengaruh pada siswa dalam hal peningkatan kualitas belajar siswa Oleh karena itu, guna mengantisipasi hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan upaya-upaya konkrit untuk mengoptimalkan peran guru sehingga akan mampu meningkatkan rangsangan terhadap kualitas belajar siswa di SMK Gotong Royong tersebut. Untuk meningkatkan kualitas belajar siswa diperlukan peningkatan dan penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu Pembelajaran secara operasional yang berlangsung di dalam kelas. Oleh karena itu, diperlukan peranan guru yang baik sehingga tujuan dapat tercapai. Karenanya, peran guru dan kerja sama yang dilakukan baik antar siswa dengan siswa, guru dengan guru maupun antara guru dan siswa memegang peranan yang sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas belajar siswa, sehingga terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Untuk itu guru harus benar-benar kreatif dan inovatif dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa yaitu menciptakan konsistensi tujuan untuk disiplin, pendidikan dan Pelatihan dalam pekerjaan, Kepemimpinan kelembagaan, Semangat kerja/motivasi kerja dan Pencegahan terhadap mutu rendah dengan pengawasan. Seorang guru dituntut mempunyai kemampuan/ keahlian tertentu untuk dapat menciptakan suasana kelas yang mendukung efektivitas pembelajaran, agar tercipta suasana/iklim belajar yang nyaman, kondusif, komunikatif, serta dinamis yang diharapkan akan menghasilkan hasil belajar yang optimal dan semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan dari pada pendidikan itu sendiri. Guru sangat menentukan suasana belajar-mengajar di dalam kelas. Guru yang kompeten akan lebih mampu dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Keberhasilan tersebut, dipengaruhi banyak faktor terutama terletak pada pengajar (guru) dan yang diajar (siswa), yang berkedudukan sebagai pelaku dan subyek dalam proses tersebut. Kajian Teoritis Guru adalah pendidik yang berada di lingkungan sekolah. Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
4
melaksanakan pendidikan ditempat tertentu, tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa di mesjid, surau/mushola, di rumah, dan sebagainya (Djamarah, 2007:31). UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru adalah: “pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Jadi tugas guru selain dari memberikan ilmu pengetahuan juga memberikan pendidikan dalam bidang moral pada anak didik sebagaimana yang disebutkan dalam UU. Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 377), yang dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008: 13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar. Selain pengertian guru menurut Suparlan, Imran juga menambahkan rincian pengertian guru dalam desertasinya. Menurut Imran (2005: 23), guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seseorang yang telah memperoleh surat keputusan (SK) baik dari pihak swasta atau pemerintah untuk menggeluti profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam tugas utamanya untuk mengajar dan mendidik siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah, yang tujuan utamanya untuk mencerdaskan bangsa dalam semua aspek. Tugas mendidik guru berkaitan dengan transformasi nilai dan pembentukan pribadi, sedangkan tugas mengajar berkaitan dengan transformasi pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Didalam undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20, maka tugas guru adalah: 1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. 2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
5
3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, peserta didik dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perhatian diberikan secara adil tanpa adanya perbedaan. Perhatian disini bukan suatu fungsi, melainkan yaitu pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, dan pikiran. Jadi, fungsi memberi kemungkinan dan perwujudan aktifitas. 4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai nilai agama dan etika. 5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Guru mempunyai tanggung jawab, yang dimana tanggung jawabnya tidak hanya menyampaikan ide-ide, akan tetapi guru juga menjadi suatu wakil dari suatu cara hidup yang kreatif, suatu simbol kedamaian dan ketenangan dalam suatu dunia yang dicemaskan dan aniaya. Oleh karena itu, guru merupakan penjaga peradaban dan pelindung kemajuan. Guru pada hakekatnya ditantang untuk mengemban tanggung jawab moral dan tanggung jawab ilmiah. Dalam tanggung jawab moral, guru dapat memberikan nilai yang dijunjung tinggi masyarakat, bangsa dan Negara dalam diri pribadi. Hadi, .2007. Kompetensi yang harus Dimiliki Seorang Guru., (www. Saiful Hadi.Wordpress.com). Departemen Pendidikan Nasional merinci tugas guru menjadi tiga: (1) sebagai pendidik, hendaknya memiliki ciri kemampuan pandai bergaul dengan anak didik, bersikap periang, berperilaku, serta bertutur kata sesuai dengan tingkatan perkembangan anak didik; (2) sebagai pengajar, hendaknya dapat membuat perangkat program pengajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar; (3) sebagai pembimbing, hendaknya guru diharapkan dapat memberi layanan kepada anak didik agar mengenali dirinya, lingkungan, dan masa depannya, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami hambatan, dan lain-lain (Depdiknas, 2005: 31). Sesuai dengan bahan kriteria dan bahan pengajar, guru harus memiliki kualifikasi kompetensi tertentu sesuai dengan bidang tugas dan akhirnya dapat menghasilkan lulusaan yang bermutu. Adapun kualifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan PP RI No.19 tahun 2005 adalah sebagai berikut: 1) Kompetensi Pedagogik Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Jadi, dalam kaitannya dengan peran guru terhadap peningkatan kualitas belajar siswa yaitu kemampuan guru PKn dalam mengajarkan atau meningkatkan kualitas siswa melalui perencanaan pembelajaran seperti pemberian teori serta evaluasi yang terselubung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, baik secara langsung maupun tidak langsung. 2) Kompetensi Kepribadian Merupakan kondisi guru sebagai individu yang memiliki kepribadian yang mantap sebagai contoh seorang pendidik yang berwibawa. Adapun kompetensi kepribadian ini mencakup berbagai aspek yakni memiliki kepribadian sebagai
6
pendidik yang layak diteladani, dan memiliki sikap serta kemampuan kepemimpinan dalam interaksi yang bersifat demokratis dalam mengayomi peserta didik. 3) Kompetensi Profesional Merupakan penguasaan materi ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas dan mendalam mengenai bidang studi atau mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan sistem intruksional dan strategi pembelajaran yang tepat. Kompetensi professional ini mencakup: a) Penguasaan materi pembelajaran atau bidang studi yang mencakup ilmu pengetahuan, teknologi dan seni secara teriris dan praktis. b) Penguasaan pengetahuan cara mengajar dan kemampuan melaksanakannya secara efektif. c) Penguasaan pengetahuan tentang cara dan proses belajar dan mampu membimbing peserta didik secara berkualitas. d) Memiliki pengetahuan dan pemahaman professional mengenai prilaku individu dan kelompok dalam masa perkembangan dan mampu melaksanakannya dalam proses pembelajaran untuk kepentingan peserta didik, termasuk kegiatan bimbingan. e) Menguasai pengetahuan kemasyarakatan dan pengetahuan umum yang memadai. f) Menguasai kemampuan mengevaluasi hasil atau prestasi belajar peserta didik secara obyektif. Jadi, dalam kaitannya dengan pengaruh peran guru terhadap pembinaan moral seperti yang telah diterangkan sebelumnya yaitu merupakan penguasaan materi ilmu pengetahuan dan teknologi yang luas dan mendalam mengenai bidang studi atau mata pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dengan menggunakan sistem intruksional dan strategi pembelajaran yang tepat dalam memberikan pembinaan moral tersebut. 4) Kompetensi Sosial Kaitannya dengan pengaruh peran guru terhadap pembinaan moral merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari suatu kelompok sosial yang mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua atau wali peserta didik serta masyarakat sekitar dalam memberikan pendidikan moral. Adapun aspek-aspek dalam kompetensi ini meliputi: a) Memiliki prilaku yang terpuji dengan sikap dan kepribadian yang menyenangkan dalam pergaulan disekolah dan masyarakat. b) Memiliki kemampuan menghormati dan menghargai orang lain khususnya peserta didik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. c) Memiliki ahlak yang mulia sesuai agama yang dianut. Dari keempat kompetensi diatas, kompetensi kepribadian yang berhubungan langsung dengan pembentukan moral anak didik. Guru harus menjadi teladan dan memberikan contoh yang baik dari segala sisi kepada anak didik karena apa yang kita berikan dapat ditiru anak didik.
7
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Siswa memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tanpa adanya seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya. Menurut Ahmad (2008:47) mengemukakan “Peran guru adalah membimbing dan mengarahkan siswa binaannya menjadi pribadi-pribadi yang berakhlak baik dan berprestasi pada bidang yang ditekuninya nanti” (massofa.peran. wordpress.com). Syamsuddin 2007 (dalam akhmadsudrajat.wordpress.com) berpendapat bahwa, “peran guru dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, sebagai berikut : a) Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan; b) Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan; c) Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya; d) Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin; e) Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik; f) Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan g) Penterjemah kepada masyarakat, yaitu guru berperan untuk menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat”. Menurut Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasikan tujuh peran guru dalam pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pembaharu (innovator), model dan teladan, pendorong kreativitas, dan pembangkit pandangan. Menurut istilah, kata kualitas berarti mutu, yaitu tingkat baik buruknya sesuatu. Pakar dan organisasi yang mencoba mendefinisikan kualitas (mutu) berdasarkan sudut pandangnya masing-masing seperti yang terurai di bawah ini: a) Menurut Joseph Juran, kualitas adalah kesesuaian untuk penggunaan (fitness for use), ini berarti bahwa suatu produk atau jasa hendaklah sesuai dengan apa yang diperlukan atau diharapkan oleh pengguna. b) Welch Jr mengatakan bahwa kualitas adalah jaminan kesetiaan pelanggan, pertahanan terbaik melawan saingan dari luar, dan satu-satunya jalan menuju pertumbuhan dan pendapatan yang langgeng. c) Menurut Edward Deming, kualitas adalah totalitas kerakteristik suatu produk (barang dan jasa) yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikan atau ditetapkan.
8
d) Menurut Soewarso Hardjosudarmo, bahwa yang dimaksud kualitas adalah penilaian subyektif daripada “costumer” penentuan ini ditentukan oleh persepsi “costumer” terhadap produk dan jasa. Suharsaputra, (2010:226-227). Dari beberapa pendapat tokoh di atas, terdapat beberapa kesamaan yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut: 1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Kualitas menyangkut produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap kualitas saat ini, mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang) Dalam pendidikan, yang dimaksud dengan pelanggan atau klien (client) dibagi menjadi dua, yakni pelanggan internal dan pelanggan eksternal, yaitu: a. Pelanggan internal (internal custeomer) adalah orang-orang yang berada dalam organisasi sekolah, yaitu guru, staf tata usaha, pesuruh (office boys) cleaning service, pelayan ternis dan komponen lainnya. b. Pelanggan eksternal (eksternal costumer) adalah orang-orang yang berada di luar organisasi sekolah yang memperoleh layanan dari sekolah. Pelayanan eksternal dibagi menjadi dua macam, yakni: 1) Pelanggan primer (primary costumer) adalah pelanggan utama, yakni orangorang yang langsung bersentuhan dengan jasa-jasa pendidikan yang diberikan oleh sekolah, seperti peserta didik. 2) Pelanggan sekunder (secondary costumer) adalah pihak-pihak lain yang secara tidak langsung terimbas dari layanan pendidikan yang diberikan oleh sekolah, yaitu orang tua siswa, masyarakat, pemerintah dan dunia usaha dan industri sebagai pengguna tenaga kerja. Hanafiah dan Suhana, (2009: 81-83). Para pakar telah mendefinisikan kualitas secara beragam menurut pendapatnya masing-masing, begitu juga dengan indikator kualitas dalam belajar siswa. Menurut Rusman, 2012:58 mengemukakan ketegori kritis dari peran guru terdiri dari guru berperan sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, supervisor, motivator, dan evaluator. Peranan Guru adalah bagian tugas utama yang harus dilaksanakan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran agar tercipta suasana belajar dan kualitas yang diharapkan. (http://akhmadsudrajat.wordpress.com). Paul Suparno (2004: 26-27) berpendapat bahwa “Peran guru itu ada dua: mendidik dan mengajar”. Mendidik artinya mendorong dan membimbing siswa agar maju menuju kedewasaan secara utuh. Salah satu peran guru adalah sebagai pendidik, guru diharapkan dapat membantu siswa membentuk kepribadianya secara utuh mencangkup kedewasaan intelektual, emosional, sosial, fisik, spiritual, dan moral. Adapun mengajar artinya membantu dan melatih siswa agar mau belajar untuk mengetahui sesuatu dan mengembangkan pengetahuan. Peran guru yang kedua sebagai pengajar. Secara umum tugas mengajar dijelaskan sebagai tugas membantu siswa agar mereka dapat belajar dan akhirnya mengerti bahan yang sedang dipelajari secara benar. Dengan demikian siswa akan menjadi semakin bertambah pengetahuannya. Secara ringkas peran guru sebagai fasilitator dan moderator dalam membantu siswa belajar secara konstruktivistik diterapkan dalam tindakan-tindakan: “Kegiatan sebelum guru mengajar, selama proses pembelajaran dan sesudah
9
proses pembelajaran” (Paul Suparno, 2004: 34-36). Kegiatan sebelum mengajar guru telah menyiapkan bahan yang akan diajarkan serta mempelajari keadaan siswa untuk mempermudah dalam menyampaikan pengetahuan. Tugas guru selama proses pembelajaran, yaitu mengajak siswa aktif untuk memberikan pertanyaan sesuai dengan pikiran dan gagasan siswa serta menerima jawaban alternatif dari masing-masing siswa. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan PR maupun tes untuk memperdalam kemempuan siswa dalam berfikir bukan hafalan semata. Adapun sikap yang perlu dimiliki oleh guru dalam berperan sebagai fasilitator dan moderator pada pembelajaran konstruktivistik, yaitu menganggap siswa bukan tabu rasa, menciptakan kelas yang aktif untuk kegiatan tanya jawab maupun diskusi. Menurut Shoimin (2004: 34-51) berpendapat bahwa “Peran guru dalam kegiatan belajar-mengajar berperan sebagai fasilitator, organisator, mediator, motivator, inisiator, dan evaluator, dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Fasilitator Menurut Sanjaya (dalam Shoimin, 2008: 34) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. 2. Organisator. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Shoimin (2013:39) peran guru sebagai organisator ialah melakukan kegiatan yang memungkinkan seluruh unsur pembelajaran tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 3. Mediator. Seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget (dalam Shoimin, 2013:48) menyatakan bahwa seorang guru berperan untuk membantu proses belajar siswa berjalan dengan baik. 4. Motivator. Sebagaimana yang tercantum dalam jiwa kerja atau motivasi seperti menurut Rusyam (2000:100) pada hakekatnya motivasi adalah perbuatan energi dalam diri seseorang ditandai dengan timbulnya perasaan dari reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian tersebut menggambarkan bahwa motivasi mengandung suatu kekuatan yang timbul dalam diri seseorang sebagai dukungan untuk memenuhi keinginannya. 5. Inisiator Sebagaimana menurut Shoimin (2013: 48) menyatakan bahwa seorang guru yang berperan sebagai inisiator seorang guru lebih berfungsi sebagai media inisiatif yang dapat mengaktifkan terjadinya kegiatan pembelajaran yag efektif dan efisien.
6. Evaluator Menurut Shoimin (2013:51) menyatakan bahwa guru dituntut untuk menjadi evaluator yanga baik dan jujur dengan memberikan penialaian yang menyentuh aspek instrinsik dan ekstrinsik yang bertujuan untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya.
10
Menurut Nanang Hanifah dan Cucu Suhana dalam bukunya konsep strategi pembelajaran, bahwa indikator dalam suatu pendidikan adalah mencakup input, proses dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Seperti terurai berikut ini: 1) Input sumber daya, meliputi sumber daya manusia (kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumber daya lainnya (peralatan, perlengkapan, uang dan bahan) 2) Input perangkat lunak, meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana dan program. 3) Input harapan-harapan, berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran-saran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu tinggi rendahnya suatu input dapat diukur daru tingkat kesiapan. Proses dapat dikatakan bermutu tinggi jika pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang dan peralatan) dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendiring mutivasi dan minat belajar dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Evaluasi pun harus menjadi proses yang berkelanjutan dan tidak boleh ditinggal sampai akhir studi. Hasilnya harus dibicarakan dengan murid dengan tujuan untuk melengkapi hasil evaluasi. Sifat melibatkan seluruh eleen akan sangat membantu dalam membangun kecakapan analitis para pelajar. Kualitas dalam kontek pendidikan adalah mengacu pada prestasi yang dicapai oleh anak didik atau sekolah pada setiap kurung waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis, (misalnya ukangan umum, UAS, EBTA dan UNAS). Dapat pula prestasi dibidang lain, seperti prestasi disuatu cabang olahraga, seni atau ketrampilan tanbahan tertentu. Hanifah dan Suhana, (2009:83-86). Sedangkan dalam PP No. 19 tahun 2005 disebutkan bahwa pendidikan di Indonesia mengunakan delapan standar yang menjadi acuan dalam membangun dan meningkatkan kualitas pendidikan. Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal setelah sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Peningkatan kualitas adalah sejumlah asumsi yang dinilai dan diyakini memiliki kekuatan untuk mewujudkan mutu. Beberapa ahli dan organisasi mencoba merumuskan prinsip-prinsip yang paling tepat untuk mewujudkan kualitas dalam organisasi atau kelembagaan. Menurut Deming (dalam Suharsaputra, (2010: 306-307) mengemukakan ada lima untuk meningkatkan kualitas belajar siswa yang harus dilakukan jika menghendaki tercapainya suatu kualitas yang baik, yaitu: 1. Menciptakan konsistensi tujuan untuk disiplin.
11
Disiplin adalah latihan watak dan batin dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib, juga dapat diartikan disiplin adalah ketaatan pada aturan dan tata tertib” (Poerwadarminto, 2008:254). Menurut Hasibuan (2005:193) Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap pimpinan selalu berusaha agarpara bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Untuk memelihara dan meningkatkan kedisiplinan yang baik adalah hal yang sulit, karena banyak faktor yang mempengaruhinya. 2. Mengikutsertakan Pendidikan dan Pelatihan dalam pekerjaan Menurut Nawawi (2008:54) mengemukakan bahwa faktor pengikat dalam pekerjaan dan merupakan alat yang dapat memaksa pegawai atau tenaga kerja untuk mentaati peraturan serta prosedur kerja yang berlaku. Dengan motivasi kerja yang tinggi akan mempunyai kinerja tinggi dan sebaliknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua faktor yaitu motivasi dan kemampuan mempunyai hubungan yang positif. Menurut Manulang (2007:76) yang dimaksud dengan kemampuan dalam hubungan dengan pekerjaan adalah suatu keadaan pada seseorang yang secara penuh kesungguhan, berdayaguna dan berhasil guna melaksanakan pekerjaan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal dengan melakukan pendidikan dan pelatihan kerja. 3. Semangat kerja/ motivasi kerja Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Hasibuan, 2006: 141). Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi tumbuh didalam diri seseorang. Maka dapat dikatakan sebagai sesuatu yang menyebabkan terjadinya perubahan energi pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan emosi untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. 2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa Kualitas yang dicapai oleh siswa atau suatu pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang datang dari dalam maupun dari luar, faktor-faktor tersebut antara lain: a) Sumber daya; sekolah harus mempunyai fleksibilitas dalam mengatur semua sumber daya sesuai dengan kebutuhan setempat. Selain pembiayaan operasional atau administrasi, pengelelolaan keuangan harus ditujukan untuk: 1. Memperkuat sekolah dalam menentukan dan mengisolasikan dana sesuai dengan skala prioritas yang telah ditetapkan untuk proses penigkatan kualitas 2. Pemisahan antara biaya yang bersifat akademis dari proses pengadaannya 3. Pengurangan kebutuhan birokrasi pusat. b) Pertanggung jawaban (accuantability); sekolah dituntut memiliki akuntabilitas baik kepada masyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan perpaduan antara komitmen terhadap standar keberhasilan dan harapan atau tuntutan orang tua atau masyarakat. Pertanggung jawaban ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa dana masyarakat digunakan sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan dalam 12
rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan jika mungkin untuk menyajikan informasi mengenai apa yang sudah dikerjakan. Untuk itu setiap sekolah harus memberikan laporan pertanggung jawaban dan mengomunikasikannya dengan orang tua atau masyarakat dan pemerintah, dan melaksanakan kaji ulang secara komprehensif terhadap pelaksanaan program prioritas sekolah dalam proses peningkatan kualitas pendidikan. c) Kurikulum; berdasarkan standar kurikulum yang telah ditentukan secara nasional, sekolah bertanggung jawab untuk emngembangkan kurikulum baik dari standar materi (content) dan proses penyampaiannya. Melalui penjelasan bahwa materi tersebut ada manfaat dan relevansinya terhadap siswa, sekolah harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan melibatkan semua indra dan lapisan otak serta mencipttakan tantangan agar siswa tumbuh dan berkembang secara intelektual dengan menguasai ilmu pengetahuan, ketrampilan, memiliki sikap arif dan bijaksana, karakter dan memiliki kematangan emosional. Ada tiga yang harus diperhatikan dalam hal ini yaitu: 1. Pengembangan kurikulum tersebut harus memenuhi kebutuhan siswa. 2. Bagaimana mengembangkan ketrampilan pengelolaan untuk menyajikan kurikulum tersebut kepada siswa sedapat mungkin secara efektif dan efisien dengan memperhatikan sumber daya yang ada. 3. Mengembangkan berbagai pendekatan yang mampu mengatur perubahan sebagai fenomena alamiah di sekolah. d) Personil sekolah; sekolah bertanggung jawab dan terlibat dalam proses perekrutan (dalam arti menentukan jenis guru yang diperlukan) dan pembinaan struktural staf sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan staf lainnya). Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2009:296-302.
Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut: 1. Peran guru dalam meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMK Gotong Royong yaitu Peran guru sebagai fasilitator, organisator, mediator, motivator, inisiator, dan evaluator, belum dilaksanakan secara maksimal. 2. Upaya yang dilakukan oleh guru meningkatkan kualitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMK Gotong Royong yaitu Menciptakan konsistensi tujuan untuk disiplin, pendidikan dan Pelatihan dalam pekerjaan, dan Semangat kerja/motivasi kerja sudah mulai nampak untuk untuk meningkatkan peran guru yang baik. DAFTAR PUSTAKA Daryanto, 2005. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: PT Apollo. ..............., 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. 2007. Prestasi belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya. Usaha Nasional. Gunawan, 2006. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 13
Hadari, Nawawi. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta, Rineka Citra Hamsah, B. Uno 2007. Profesi Keguruan. PT Bumi Aksara: Jakarta Hanifah dan Suhana,2009.Produktivitas kerja,Pengertian dan Ruang Lingkupnya. Jakarta: Rineka Cipta Hasibuan,
Malayu,
2008.
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia,
PT Toko Gunug Agung, Jakarta. Imran. 2005. Administrasi Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Manulang, ML, 2008 , Dasar-dasar Manajemen, Ghalia Indonesia, Jakarta. Moleong, J.Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Rosydakarya. Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nanang, Hanafiah dan Cucu, Suhana, 2009. Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: Rafika Aditama Pidarta, 2009. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT. Bina Rineka Cipta. Poerwadarminto, 2008. Mengenal Kehidupan dalam Berorganisasi, Yogyakarta: Balai
Penerbitan.
Poerwanto, Ngalim. 2006. Interaksi dan motivasi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafinda Persada Shoimin, Aris. 2013. Excelent TeacherMeningkatkan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi. Semarang: Dahara Prize Sugiyono. 2008. Metode penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta Sukadi, 2006. Guru Powerful Guru Masa Depan. Bandung: Kolbu, Suparlan. 2008. Menjadi Guru Efektif. Jakarta: Grasindo. Supriadi, 2009. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Syaiful Bahri Djamarah. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Uhar Suharsaputra, 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Refika Aditama Wijaya dan Rusyan. 2007. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT Rosdakarya, Ahmad. 2008. massofa.peran. wordpress.com. Depdiknas, 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar (Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.
14
Peraturan pemerintah RI No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV Eko Jaya. Saiful, Hadi .2007. Kompetensi yang harus Dimiliki Seorang Guru., www. Saiful Hadi. Wordpress.com. Syamsuddin 2007.akhmadsudrajat.wordpress.com. Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2009. Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005. Jakarta: Sinar Grafika Undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Jakarta: Sinar Grafika,
15