SEJARAH KONFLIK ISRAEL – PALESTINA Mamin Abd. Gani, Trisnowaty Tuahunse*, Sutrisno Mohammad** Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK MAMIN ABD. GANI. Sejarah Konflik Israel-Palestina. Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 2013 Tunjuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui latar belakang konflik Israel-Palestina; (2) Untuk mengetahui penyebab bergolaknya konflik Israel-Palestina; (3) Untuk menemukan solusi efektif dalam mengatasi konflik Israel-Palestina. Penelitian ini dilaksanaan di Gorontalo, merupakan tipe penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan heuristik, kritik, interpretasi, dan penyajian terhadap fakta konflik Israel-Palestina. Data dikumpulkan melalu penulusuran pustaka yang dianalisis, kemudian diinterpretasikan lalu disajikan dalam bentuk hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang utama konflik IsraelPalestina awalnya adalah konflik agama yang melebar menjadi konflik ideologi dan politik; (2) Penyebab pergolakan antara Israel-Palestina adalah tidak adanya kesepahaman untuk mendirikan negara dengan satu etnis, dan kebijakan Israel yang senantiasa melaksanakan proyek pembangunan pemukiman di wilayah Otoritas Palestina; (3) Solusi efektif konflik Israel-Palestina adalah pengakuan bersama dua negara, dengan melibatkan beberapa pemangku kepentingan, termasuk AS dan Mesir yang dianggap mampu tampil dalam memediasi konflik kedua negara.
PENDAHULUAN Konflik Israel-Palestina telah menjadi isu dunia yang sering dibicarakan dewasa ini. Israel dan Palestina bagaikan sepasang suami isteri yang tak pernah bisa hidup akur dan berdampingan. Selalunya ada pergolakan yang memakan korban harta bahkan nyawa. Pertikaian yang terjadi antara kedua negara tersebut didasari dalam ragam spekulasi. Ada yang mengaitkannya dengan isu agama (Islam versus Yahudi), ekonomi, politik, bahkan ideologi. Namun apapun spekulasinya, konflik Israel-Palestina telah memakan korban yang tak sedikit. Masyarakat kecil adalah pihak yang paling dirugikan atas konflik tersebut. Menyusuri rangkaian sejarah yang menjadi titik tolak terjadinya pergolakan antara Israel dan Palistina terbilang cukup rumit. Namun bisa diasumsikan bahwa abad ke-19 merupakan awal api pergolakan dimulai. Tahun 1881, dengan berlindung di bawah payung Jewish Colonization Assocation, seorang Yahudi dari Eropa Timur bernama Baron Hirsch berimigrasi ke Argentinya. Di sana, Baron membentuk kolonialisme pertanian untuk kembali ke Palestina. Memasuki tahun 1896, Theodore Herzl seorang Yahudi berkebangsaan Jerman
mulai
menyampaikan
menyusun keinginannya
rancangan tersebut
pendirian dengan
negara
Yahudi.
mengajukan
Herzl
rekomendasi
pencaplokan wilayah sebagai homeland. Hasilnya, kongres Yahudi pada tahun 1903 menetapkan wilayah Afrika Timur sebagai homeland yang disepakati. Uganda dipilih menjadi wilayah yang akan dicaplok dalam pemungutan suara yang dimenangkan oleh Herzl sebagai pengusul. Konflik ini didasari oleh ragam motif dan kepentingan. Motif lain yang diasumsikan menjadi pemicu adalah faktor ekonomi. Selalu saja terjadi tarik menarik kepentingan antara kedua negara. Kawasan Palestina yang subur dengan penghasilan tanaman dan buah-buahan yang melimpah menjadi pendorong bagi Israel untuk semakin menguatkan cengkramannya terhadap Palestina. Apalagi, Pejuang Garis Keras Palestina (HAMAS) telah menetapkan Gaza sebagai wilayah teritorialnya. Daerah Gaza termasuk wilayah potensial karena langsung berbatasan dengan laut sehingga Israel sangat berambisi merebut wilayah ini karena
posisinya yang sangat strategis. Dari paparan sederhana ini, jelas penulis bisa menarik sebuah asumsi bahwa, di luar motif agama, politik, dan ideologi, faktor ekonomi juga telah menjadi pemicu lahirnya konflik berkepanjangan antara kedua negara. Untuk menguatkan dugaan tersebut, penulis mencoba menelusuri ragam motif dan kepentingan tersebut dalam sebuah kajian ilmiah. Sehingga penulis, berdasarkan latar belakang yang ada mengangkat judul: SEJARAH KONFLIK ISRAEL-PALESTINA
METODE PENULISAN Penelitian
ini
merupakan
penelitian
deskriptif
kualitatif.
Dalam
www.id.wikipedia.org disebutkan bahwa penelitian kualitatif dalam merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai kompas yang mengarahkan agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena - fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Penelitian kualitatif diarahkan lebih dari sekadar memahami fenomena tetapi juga mengembangkan teori. Dalam penelitian sejarah dengan menggunakan metode pelitian deskriptif kualitatif diharapkan dapat mendiskripsikan aspek esensi dalam penelitian sejarah yaitu untuk memahami masa lalu, dan mencoba memahami masa kini atas dasar persitiwa atau perkembangan di masa lampau (Jhon W. Best, 1977 dalam Yatim Riyanto, 1996: 23 dalam Nurul Zuriah 2005: 52).
HASIL DAN PEMBAHASAN Konflik antara Israel dan palestina sudah berlangsung sejak lama. Dalam kitab suci (Al-Quran) pergolakan Israel-Palestina dinyatakan secara gamblang dalam surah Al-Baqarah ayat 120 sebagai berikut: Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela kepadamu (Muhammad)
sebelum
engkau
mengikuti
agama
mereka.
Katakanlah:
Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada pelindung dan penolong dari Allah. Dinamika konflik yang terjadi antara kedua negara (Israel-Palestina) merupakan pergolakan yang akan terus berlangsung. Konflik tersebut merupakan bagain dari rekayasa ketuhanan (Allah) terhadap agama samawi (Yahudi-NasraniIslam) yang diturunkan melalui utusan para nabi/rasul. Klaim atas Palestina kembali digulirkan oleh Yahudi, utamanya mereka yang bergabung dalam gerakan zionis yang diprakarsai oleh Theodore Herzl pada 1897. Orang-orang Yahudi merupakan keturunan Yakub dari jalur Ishak cucu Ibrahim (Abraham). Yakub mulanya tinggal di Nablus daerah Kan’an-Palestina. Keturunan Yakub terdiri dari 12 orang yang menjadi bakal 12 suku keturunan Yahudi. Jumlah seluruh kurang dari seratus orang, hidup sampai kisaran usia 500 tahun-an. Yusuf salah satu keturunan Yakub, pernahberinisiatif mengumpulkan seluruh saudaranya yang terpencar di sepanjang pantai Laut tengah sampai Irak bagian Utara. Ketika menjabatsebagai bendahara Negeri Mesir inisiatif itu tercapai, sehingga dua belas keturunan Yakub itu berkumpul di Mesir. Pada zaman Nabi musa,1600 laki-laki keturunan 12 suku Yahudi lolos dari kejaran Bernevtah- Ramses II ( Raja Mesir waktu itu bergelar Fir’aun). Saat mereka memasuki daerah Madyan, dekat Baitul Maqdis dan Padang Pasir Tih. Keturunan Yahudi 500M berkembang di daerah ini. Hingga mereka diperintahkan memasuki Baitul Maqdis sesuai dengan wahyu yang diterima Musa. “Dan ingatlah ketika berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitul Maqdis), maka makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. Dan masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, dan katakanlah: “Bebaskan kami (dari dosa-dosa kami), niscaya Kami
ampuni kesalahan-
kesalahanmu. Dan Kami akan menambah (karunia) bagi orang-orang berbuat kebaikan.” Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (perintah lain) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka kami turunkan malapetaka dari langit kepada orang-orang yang zalim itu, karena mereka (selalu) berbuat fasik.” (QS. 2:58-59)
Dalam tafsir Al-Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab, Baitul Maqdis disebut orang Yahudi Yerusalem lama atau Hebron. Namun perintah itu diabaikan, sehingga mereka (Orang Yahudi) tersesat di Padang Tih selama empat puluh tahun. Sampai datang generasi baru dibawah Yusha’ bin Nun membebaskan mereka dan memasuki kota tersebut. Namun, seperti yang dituliskan pada ayat selanjutnya, mereka (Yahudi) menukar perintah Tuhan. Kata “Hiththah” yang artinya masuk dengan menunduk dengan atau merendahkan diri sebagai tanda tobat dan mohon ampun atas dosa-dosa yang lalu, diplesetkan menjadi kata “Hinthah” artinya mohon gandum. Dalam tafsir Zhilalil Qur’an dikatakan bahwa mereka memasuki pintu kota sambil merayap diatas pantatnya seraya berkata “Habbah fi syara’i” Kami minta biji-bijian gandum.” Roger Garaudy membenarkan sifat orang-orang Yahudi (Israel) yang tidak patuh terhadap perintah Tuhan dan nabi-nabinya. Ia mengutip pernyataan Bernard Lazare dalam buku “Zionis, Sebuah Gerakan Keagamaan dan Politik” mengatakan: “... Orang-orang Yahudi “melindungi kembali diri mereka sendiri di balik pagar yang telah didirikan sekitar Taurat serta tulisan-tulisan yang pertama, kemudian oleh orang-oarang Farisi/munafik serta kaum Talmudis, para penerus Ezra, para penyimpang yang telah menyeleweng dari ajaran-ajaran Nabi Musa as yang masih primitif, serta musuh-musuh para Nabi dan Rasul. Semua tindakan yang mereka lakukan itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Nabi Musa as yang sebenarnya, yang dimurnikan dan diperluas oleh Isaiah, Jeremiah dan Ezekiel, serta selanjutnya diperluas dan digeneralisasikan oleh orang-orang YudeoHellinis.” Rangkaian pembangkangan ini menyebabkan umat ini dihukum dengan penghancuran. Sehingga mereka kembali terusir dari Baiul Maqdis (Palestina) dan terpencar-pencar. Pada kepemimpinan Thalut dan Nabi Daud, Bani Israil berhasil mengalahkan Raja Jalut (Goliath) yang hendak menduduki Baitul Maqdis. Tidakkah kamu perhatikan para pemuka Bani Israil setelah Musa wafat, ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka, “angkatlah seorang raja untuk kami, niscaya kami akan berperang di jalan Tuhan (Allah). Nabi mereka
menjawab, “Jangan-jangan jika diwajibkan atasmu berperang, kamu tidak berperang juga?” Mereka menjawab, “Mengapa kami tidak akan berperang di jalan Allah, sedangkan kami telah diusir dari kampung haaman kami dan (dipisahkan dari) anak-anak kami?” Tetapi ketika perang itu diwajibkan atas mereka. Mereka berpaling, kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zalim. Dan nabi mereka berkata. “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaiman Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” Nabi menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. Dan nabi mereka berkata, “Sesungguhnya tanda kerajaan adalah datangnya tabut (peti tempat menyimpan Taurat) kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan Harun, yng dibawa oleh Malaikat.” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu orang beriman. Maka ketika Talut membawa bala tentaranya, dia berkata, “Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai. Maka barangsiapa meminum (airnya), dia bukanlah pengikutku. Dan barangsiapa tidak meminumnya, maka dia adalah pengikutku kecuali menciduk secidu dengan tangan. “Tetapi mereka meminumnya kecuali sebagian kecil di antara mereka. Ketika dia (Talut) dan orang-orang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka berkata, Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya.” Mereka yang meyakini akan menemui Allah berkata, “Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.” Dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS: 2.246-249). Tetapi mereka tidak bisa masuk ke Baitul Maqdis karena kehendak Allah SWT. Mereka diam dan berkembang di Masyaaruts-Tsani, berada di sebelah Baitul Maqdis. Masyaaruts-Tsani bukan wilayah Palestina. Wilayahnya terletak
antara Syiria dengan Irak Utara (sekarang). Selanjutnya, Nabi Ilyas, putra Nabi Harun mengajak Bani Israil patuh kepada Tuhan (Allah) sesuai dengan ajaran Taurat dan Zabur. Namun yang patuh hanya sebagian kecil di antara mereka. Hingga daerah pemukiman itu akhirnya dikuasai oleh Nebucadnesar, Raja Chaldea. Chaldea merupakan kerajaan yang berada di wilayah Irak Utara. Kemudian berkembang luas sampai ke tanah Palestina. Pada masa itu, Bani Israil kembali terpencar sampai ke daerah Mesopotamia Utara. Ahmad Usairy dalam bukunya “Sejarah Islam (Sejak Zaman Nabi AdamAbad XX) mengatakan: Orang-orang Chaldea menjadi penguasa di kawasan itu. sedangkan penguasa dan raja terbesar dari mereka adalah Nebuchadnessar yang mampu menaklukkan Negeri Syam dan menghancurkan Al-Quds. Dia membunuh orangorang Yahudi dan merampas kerajaannya. Orang-orang Yahudi itu dihancurkan diusir dan ditawan. Sejak saat itulah orang-orang Yahudi Bani Israil terpencar kemana-mana dan bertebaran ke segala tempat. Sebagian dari mereka berdiam di Hijaz, Mesir, dan negeri yang lain. Pada tahun 504 SM. Palestina ditaklukkan kerajaan Persia, yang dipimpin raja Darius Agung (522 SM-485 SM). Penaklukan ini menyebabkan orang-orang Bani Israil kembali terusir. Lalu Tuhan (Allah) mengutus Nabi Zakariya dan Nabi Yahya. Alexander Agung (356 SM-323 SM) raja Macedonia mengalahkan Persia lalu menguasainya, dari Mesopotamia sampai ke Mesir. Penguasaan Palestina oleh Alexander Agug menyebabkan kaum Yahudi makin dikucilkan. Setelah Alexander Agung mangkat, Kerajaan Macedonia dibagi menadi kerajaan Romawi yang dipimpin oleh Octavianus Agustus (31 SM-14 SM). Romawi bangkit mengalahkan kerajaan Karthago di utara Afrika dalam sebuah pertempuran, berlanjut pada penaklukan negeri-negeri lain, termasuk Macedonia, Palestina, dan Mesir yang sebelumnya ditaklukkan Alexander Agung. Palestina berada dalam kekuasaan kerajaan Romawi sampai nabi Isa (Yesus) diutus. Orang Yahudi Bani Israil tidak mau mengikuti ajaran Isa kecuali beberapa orang saja. Bani Israil masa ini tetap terpencar-pencar. Lalu Kerajaan
Yunani melakukan penaklukan daerah tersebut di bawah Kaisar Konstantin Agung (303 M-337 M). Agama Kristen berkembang, diajarkan oleh St. Paulus seorang Yahudi yang mengaku mengikuti Isa. Islam sebagai ajaran yang diturunkan kepada utusan Tuhan yang terakhir, Muhammad SAW. Kehadirannya melanjutkan ajaran yang dibawa oleh Isa (Yesus) berkembang. Palestina menjadi ikon yang dijadikan sebagai kiblat pertama umat Islam. Apalagi setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, ketika Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsha (AlQuds) yang berada Palestina. Posisi masjid Al-Aqsha menjadi sangat penting. Di masa Umar bin Khattab, Palestina menjadi tanah waqaf lalu kemudian diambil alih oleh pasukan Sali. Sampai akhirnya Saladin (Sultan Salahuddin Al-Ayyubi) kembali membebaskannya. Bertahan sampai masa kekhalifaan Turki Ustmani sebelum keruntuhannya. Sejak saat itu, keturunan Yahudi hidup berdiaspora dalam keadaan terusir dalam kurun waktu yang lama. Mereka menyebar sampai ke Yunani, Romawi, Iran, Hijaz, Arab, Mesir, dan negara-negara yang ada di Eropa selama lebih dari 250 tahun. Perang Dunia pertama pecah, menggulingkan Kekhalifahan Islam di Turki pada 1924. Menyebabkan hilangnya legitimasi atas negeri Palestina. Dalam
bukunya
“Antisemitisme
et
revolution”
Bernard
Lazare
mengungkapkan bahwa terjadinya antisemitisme di kalangan masyarakat dunia karena adanya campur tangan orang Yahudi yang tidak senang hidup bermasyarakat. Maka dalam fakta, dikatakan bahwa orang-orang Yahudi menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas ragam konflik dan krisis ekonomi yang melanda negara yang dialaminya. Hal itu dikuatkan dengan praktek rentenir dan maraknya kegiatan prostitusi yang digagas, termasuk adanya sikap superior terhadap ras karena menganggap dirinya sebagai manusia paling baik dan unggul. Manusia selainnya adalah rendah dan pantas untuk dibunuh. Theodore Herzl (1860-1904), menjadi inisiator pendirian negara Yahudi. Dalam bukunya Der Jundenstaat, Herz merumuskan satu tesis penyelamatan Yahudi dengan mengungkit-ungkit pengalaman pengusiran dan menindasan
Yahudi ratusan tahun lamanya. Pelaksanaan Kongres Zionis pada tahun 1897 di Basel Swiss yang menelorkan resolusi sebagai berikut: 1.
Orang-orang Yahudi, dimanapun berada, di negara manapun akan tetap sebuah “bangsa” yang tunggal.
2.
Orang-orang Yahudi selamanya dan dimanapun selalu menjadi korban pengejaran.
3.
Orang-orang Yahudi sama sekali tidak diasimilasikan oleh negara-negara dimana mereka berada. Herzl menegaskan bahwa Zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan
penindasan” atas umat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Gerakan ini ingin mengeaskan kembali bahwa nasib umat Yahudi hanya bisa diselesaikan oleh Yahudi sendiri. Herzl berkata di depan kongres bahwa dalam 50 tahun ke depan akan ada negara Yahudi. Rencana ini akhirnya terwujud pada 1948 ketika Israel mendapatkan wilayah atas mandat Inggris atas Palestina. Awalnya, kongres Yahudi menetapkan Uganda atau Amerika Latin sebagai wilayah hunian Yahudi di seluruh dunia. Setelah Herzl meninggal, kesepakatan itu berubah, Kongres Zionis selanjutnya memilih Palestina. Kesepakatan tersebut didukung oleh Yahudi sekte Zion yang merupakan sekte Yahudi radikal pecinta tanah sejarah Mesir, Kan’aan (Palestina), dan daerah sekitarnya. Selanjutnya, terjadi perjanjian rahasia Sykes-Picot oleh sekutu (Inggris, Perancis, dan Rusia) saat meletusnya Perang Dunia (PD) I pada tahun 1916. Tujuan pertemuan tersebut untuk menekan dan menggerogori wilayah-wilayah Arab dan Kekhalifaan Utsmaniyah (Kepemimpinan Islam di Turki), sekaligus sebagai upaya untuk membagi daerah-daerah jajahan. Kemenangan sekutu pada PD I menyebabkan Inggris mendapat mandat penuh atas Palestina. Pada masa inilah
terjadi
kelompok
Yahudi
Jerman
dengan
restu
Inggris
mulai
mempersiapkan pembentukan negara Israel di wilayah Palestina. Setahun setelahnya, menteri Luar Negeri Inggris keturunan Yahudi, Athur James Balfour mengumumkan Deklarasi Balfour yang melegitimasi dukungan kepada pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild. Dengan demikian, Inggris akhirnya bertekad mendukung pembangunan Pemukiman Yahudi di Palestina
sekaligus membantu pembentukan tanah air Yahudi di daerah tersebut. Lima tahun setelahnya, melalui mandat Liga Bangsa-Bangsa (Awal PBB) Inggris akhirnya memegang kontrol penuh Otoritas Palestina. Pada Perang Dunia II (1938), gerakan Nazi Jerman menganggap bahwa Yahudi Jerman telah melakukan penghianatan. Mereka dianggap sebagai biangkeladi kekalahan Jerman pada PD I. Jerman akhirnya memutuskan menempuh langkah “penyelesaian terakhir” (andivsung) dalam masalah tersebut. Ratusan ribu keturunan Yahudi dikirim ke kamp konsentrasi dan sebagiannya dideportasi ke luar negeri. Di kamp konsentrasi, para Yahudi Jerman dibantai, namun tidak semuanya. Cerita pembantaian tersebut akrab disebut “Tragedi Holocoust” yang banyak dijadikan sebagai alat propaganda Yahudi di seluruh dunia. Setelah partai buruh Inggris berkuasa pada tahn 1944, kebijakan politiknya secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap Imigrasi Yahudi ke Palestina. Dukungan ini menimbulkan polemik, khususnya dengan dunia Arab yang telah lama mendiami wilayah Palestina. Kondisi ini makin memanas, pada tahun 1947 PBB akhirnya mengeluarkan rekomendasi untuk membagi wilayah Palestina menjadi dua, yaitu Arab dan Israel. Konflik berdarah akhirnya terjadi. Israel yang merasa telah memiliki mandat atas wilayah ini melakukan operasi senjata untuk menghalau gerakan perlawanan Palestina. Namun, kondisi ini sangat tidak seimbang, menyebabkan banyak warga Palestina mengungsi ke berbagai negara, Libanon, Yordania, Syiria, Mesir, dan negara lainnya. Pencaplokan wilayah Palestina atas restu PBB bagi Israel dianggap sebagai langkah tepat. Israel menilai bahwa pendudukannya atas wilayah Palestina adalah upaya dalam rangka memajukan wilayah tersebut. Namun pendudukan ini tidak berjalan mulus karena mendapat perlawanan dari bangsa Arab. Namun perlawanan tersebut terasa sia-sia, karena Israel terlalu kuat dengan sokongan sekutu. Nasib Palestina makin tidak menentu. Imigrasi besar-besaran Yahudi menyisihkan pemukiman-pemukiman pribumi Palestina. Riak ini menyebabkan
aksi perlawanan Palestina terorganisasi secara kuat. Hal ini terbukti dengan munculnya faksi perlawanan utama Palestina.
Faksi-faksi tersebut adalah PLO,
Al-Fatah, Harakah Al-Muqawwamah Al-Islamiyah (Hamas), dan Jihad Islam Palestina (JIP). Setiap faksi memiliki karakteristik perlawanannya sendiri. PLO dan Fatah cenderung menggunakan langkah diplomasi dalam menyelesaikan konflik IsraelPalestina, sedangkan Hamas dan JIP memilih perawalanan bersenjata dan tidak mengakui Israel sebagai negara. Namun demikian, karena besarnya dukungan luar negeri utamanya negara sekutu yang dipelopori oleh AS terhadap Israel, menyebabkan suara perlawanan dari Palestina seolah tak terdengar. Konflik antara kedua negara masih terus berlanjut, hingga akhirnya Uni Eropa, Rusia, PBB, dan Amerika Serikat mengajukan Peta Menuju Perdamaian pada tanggal 17 September 2002. Peta Menuju Perdamaian tersebut mempertegas adanya dua negara dalam satu wilayah: Israel dan Palestina. Namun peta damai ini tidak mengubah keadaan. Gejolak antara kedua negara tetap saja bergulir. Faksi Hamas tetap menuntut kemerdekaan penuh atas Palestina. Israel tetap saja melakukan pendudukan, mengusir pribumi Palestina dan mencaplok tanahnya. Hingga saat ini, konflik Israel-Palestina masih saja bergulir. Konflik panjang seolah tak ada ujung. Menyebabkan setiap jengkal tanah Palestina dirampas dan diduduki.
Simpulan dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan analisis historis dengan menggunakan pendekatan heuristik, kritik, interpretasi, dan penyajian, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nugroho Notosusanto tentang Konflik Israel-Palestina dari tahun 1947 hingga 2012 dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Latar Belakang Konflik Israel-Palestina Latar belakang konflik Israel-Palestina awalnya didasari oleh konflik agama antara
pemeluk agama samawi. Konflik ini akhirnya berlanjut menjadi
konflik ideologi yang
melibatkan sekte zionis dalam aliran agama Yahudi.
Selanjutnya konflik ideologi ini
melebar
menjadi
konflik
politik
dalam rangka mendapatkan status quo dua negara. 2.
Penyebab Konflik Israel-Palestina selalu bergolak ada dua faktor. Pertama, gagalnya membentuk dua negara yang berdasarkan pada kesamaan etnik,
terutama ketika sebagian besar lahir di luar negeri.
Kedua, pendudukan yang terus menerus
dilakukan
perampasan tanah milik perorangan Palestina dan
tentara juga
Jalur Gaza sangatlah militerisitik, dengan rakyat Palestina
Israel
dan
pengendalian hanya
sedikit
memiliki kewenangan atas tanah mereka sendiri. 3.
Resolusi Konflik Israel-Palestina. - Pengakuan de yure dan de facto dari dua negara, bahwa tidak bisa tidak, keduanya
harus saling mengakui bahwa di wilayah Palestina saat ini
telah berdiri dua negara
yaitu Negara Palestina dan Israel.
- Intervensi militer yang selama ini dilakukan oleh Israel sebagai jalan untuk menciptakan perdamaian harus dihentikan , utama di beberapa wilayah otoritas
Palestina, seperti di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
- Proyek Rekonsiliasi Nasional Palestina untuk mengakhiri perpecahan internal
Palestina antara Hamas dan Fatah.
- Proyek Pemukiman Yahudi yang saat ini senantiaasa digulirkan oleh Pemerintah
Israel harus dihentikan untuk menghormati hak warga
Palestina. - Peran strategis Mesir harus senantiasa dimaksimalkan dalam rangka menciptakan suasana kondusif antara Israel-Palestina. Mesir diharapkan dapat berada di garda terdepan dalam menggagas rekonsiliasi kedua negara. - Peran Liga Arab, dalam rangka mendukung status Palestina di PBB. - Perhatian PBB dalam menghormati hak-hak Palestina atas wilayah mereka harus didukung dengan kebijakan yang lebih menguntungkan Palestina sebagai pihak yang
terjajah.
- Peran Amerika sebagai polisi dunia hendaknya ditunjukkan sebagai sikap yang
berpihak kepada kemanusiaan.
- Meningkatkan titik tawar Indonesia sesuai dengan amanat konstitusinya berdasarkan
garis ideologi yang dimiliki untuk menolak segala bentuk
penjajahan di atas dunia. Saran Dalam rangka menciptakan suasana kondusif yang berkepanjangan antara dua pihak yang terlibat konflik yaitu Israel dan Palestina, nampaknya perlu untuk menggagas cita-cita rekonsiliasi bersama yang didukung oleh: -
Gerakan diplomasi formal yang dilakukan oleh negara-negara yang memiliki power dan bargaining di kancah inteurnasional dengan memasukkan agenda Israel-Palestina sebagai agenda dunia yang harus diselesaikan bersama.
-
Konflik Israel-Palestina hendaknya tidak sekadar didukkan pada konteks agama dan ideologi semata, karena faktayang terjadi adalah pemberangusan hak-hak kemanusiaan atas nama Hak Asasi Manusia.
-
Diharapkan pemerintah Republik Indonesia turut mengambil bagian dalam rangka mendorong upaya rekonsiliasi antara dua negara.
-
Gerakan non-formal dalam aksi-aksi kemanusiaan hendaknya terus dilakukan mengingat selama ini pihak yang paling dirugikan atas konflik yang ada adalah warga sipil Palestina.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik dan Abdurrahman Surjomehardjo, 1985. Ilmu Sejarah dan Historiografi. Jakarta: Gramedia. Cockburn, Alexander & Jeffrey St. Clair. 2005. Politik Anti-Yahudi: AntiSemitisme Sebagai Dalih. Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika. Ghazi, Randa. 2006. Sognando Palestina: Impian Palestina. Jakarta: Qisthi Press. Gottschalk, Louis, 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press. Husaini, Adian. 2004. Pragmatisme dalam Politik Zionis Israel. Jakarta: Penerbit Khairul Bayan. Kuncahyono, Trias. 2009. Jalur Gaza: Tanah Terjanji, Intifadah, dan Pembersihan Etnis. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Notosusanto, Nugroho. 1978. Norma-norma Penelitian dan Penulisan Sejarah. Jakarta: Dep. HANKAM Pusat ABRI. Subana, M. dkk. 2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Usman, Husaini, dkk. 1996. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Zuriah,
Nurul.
2005.
Metodologi
Penelitian
Sosial
dan
Pendidikan.
Jakarta: PT. Bumi Aksara. Website Anonim. 2007. Sejarah Tanah Palestina dan Zionisme Israel. http://blogpribadisobirinnur/artikel/html Satir. 2006. Sejarah: Israel dan Yahudi http://www.tragedipalestina.com/sejarah.html Anonim. 2012. Palestina Diakui Sebagai Negara Non-Anggota PBB http://www.wowkeren.com/berita/tampil/00028550.html#ixzz2IaR3b0Ly Nugroho Suksmanto. 2012. Ringkasan Singkat Konflik Israel-Palestina. http://www.kompasiana.com Anonim.
Sejarah
Konflik
Israel
dari
Masa
ke
Masa.
httprealnewszone.blogspot.com201211sejarah-konflik-israel-palestinadari.html
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah Collingwood, R.G. 1973. The Idea of History. London. Oxford University Press. Gottschalk, Louis. 1982. Mengerti Sejarah (terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta : Universitas Indonesia. Hugiono. 1992. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Mohamad Ali, R. 1961. Pengantar Ilmu Sedjarah Indonesia Djakarta : CV. Bhratara. Nugroho Notosusanto. 1971. Norma-Norma Dasar Penelitian dan Penulisan Sedjarah. Djakarta : Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sedjarah ABRI Roeslan Abdulgani. 1963. Penggunaan Ilmu Sedjarah. Bandung : Prapanca Badan Penerbit. Sartono Kartodirdjo. 1959. The Philosophy of History. In Our Time. New York. Guernica. --------------. 1993. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Banteng Budaya. Sidi Gazalba. 1966. Pengantar Sedjarah Sebagai Ilmu. Jakarta : Bratara.