MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELAS II SDN LOKOTOY KECAMATAN BANGGAI UTARA KABUPATEN BANGGAI LAUT ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas II SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Laut Kabupaten Banggai Utara) ORETNA SUSANTI BUDIKASE MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Dr.Hj. Rusmin Husain, S. Pd., M. Pd, Dra. Dajani Suleman, M. Hum1) ABSTRAK ORETNA SUSANTI BUDIKASE. 151410418. Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Melalui Metode Bermain Peran Di Kelas II SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu pendididkan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Ibu Dr. Hj. Rusmin Husain S.Pd,M.Pd dan Ibu Dajani Suleman, M.Hum sebagai Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Berbicara di Kelas II SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut dalam memerankan tokoh cerita melalui metode bermain peran. Dengan adanya penelitian tentang meningkatkan kemampuan berbicara siswa melalui metode bermain peran yang digunakan guru untuk melatih siswa dalam berbicara melalui percakapan singkat. Pada hasil penelitian ini menunjukan peningkatan rata-rata presentasi jumlah siswa yang memperlihatkan peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui metode bermain peran pada tokoh percakapan singkat, hal ini nampak dimulai dari obserasi awal yang tadinya 35%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan sampai 45%, dan akhirnya pada siklus terakhir atau siklus II ini siswa sudah mengalami peningkatan belajarnya sangat baik yaitu mencapai 85%. Kata Kunci : Siswa, Kemampuan Berbicara, Bermain Peran ,1
1
Oretna Susanti Budikase, Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo, Dr.H.Rusmin Husain, S.Pd, M.Pd Dosen Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo, Dra.Dajani Suleman, M.Hum Dosen Jurusan PGSD Universitas Negeri Gorontalo
Pendahuluan Mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD) mencakup empat aspek yaitu menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Dan dilengkapi dengan apesiasi karya sastra, baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi sekolah dasar. Dari keempat aspek tersebut saya lebih fokus pada kemampuan berbicara. Adapun kemampuan kemampuan berbicara yang dimaksud sama halnya dengan kemampuan bercakap-cakap. Kemampuan bercakap-cakap dalam kehidupan sehari-hari sangat mendukung penggunaan bahasa dalam aktivitas manusia untuk menyampaikan informasi ataupun idenya kepada orang lain. Selain itu juga menurut pemahaman peneliti bahwa dengan membiasakan siswa untuk memerankan cerita dalam bentuk percakapan maka akan menumbuhkan hal-hal positif pada anak seperti : (1) Dapat menumbuhkan kepercayaan diri anak, (2) Dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa, (3) Dapat meningkatkan sikap saling menghargai dan menghormati antar sesama. Penggunaan metode bermain peran adalah cara yang tepat bagi siswa untuk belajar dan berlatih berbicara dengan mengungkapkan perasaan melalui gerakan-gerakan serta ekspresi wajah, sehingga kemampuan berbicara siswa lambat laun semakin meningkat. Metode yang ditempuh dalam pembelajaran berbicara melalui metode bermai peran akan lebih baik jika guru benar-benar tepat dan baik dalam membelajarkan metodenya. Sehingga dengan metode yag dilakukan sesuai dengan langkah-langkah yang ada. Selain pentingnya kemampuan berbicara untuk berkomunikasi, komunikasi dapat berlangung secara efektif dan efesien dengan menggunakan bahasa, sedangkan hakikat bahasa adalah ucapan. Proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa itu tidak lain adalah berbicara. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas II SDN
Lokotoy Kecamatan Banggai Utara dalam memerankan tokoh cerita melalui metode bermain peran. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Siswa
Memberikan rangsangan kepada anak dalam berfikir dan berbicara serta menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. 2. Bagi Guru
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya menigkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi Sekolah
Dapat menciptakan kehangatan dan keharmonisan bagi warga sekolah, karena adanya komunikasi yang baik. 4. Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam rangka peningkatan pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran, khususnya metode bermain peran dalam meningkatkan hasil belajar siswa. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Kemampuan adalah hal penting dalam proses prmbelajaran, kemampuan berasal dari kata mampu yang menurut kamus bahasa Indonesia mampu adalah sanggup. Jadi kemampuan adalah sebagai kemampuan (skill) yang dimiliki seseorang untuk dapat menyelesaikan sesuatu. Mohammad Zain dalam Milman Yusdi (2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seseorang individu unutk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut
Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua faktor (Robbin,2007:57) yaitu: 1. kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah. 2. kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-
tugas yang menuntut stamina, kemampuan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Hakikat Berbicara Berbicara merupakan suatu kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berbicara adalah berkata, berbahasa, untuk melahirkan idea tau pendapat melalui perkataan, tulisan dan sebagainya. Sedangkan menurut Tarigan, (2008:16-17) Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. Dari uraian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa berbicara merupakan kegiatan seseorang atau sekelompok orang mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan kepada sekelompok orang atau individu. Manfaat dan Tujuan Berbicara Menurut Keraf (2007:320) tujuan yang akan dicapai dari berbicara, yaitu memberikan dorongan, menanamkan keyakinan, bertindak atau berbuat, menginformasikan atau memberitahukan dan memberi kesenangan. a. Memberikan dorongan
Tujuan berbicara yang bersifat mendorong dimaksudkan bahwa pembicara berusaha memberikan semangat, membangkitkan gairah atau menekankan perasaan yang kurang baik serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian. Reaksi yang diharapkan dari pendengar yaitu menumbuhkan ilham atau inspirasi, dan membakar semangat atau emosi pendengar.
b. Meyakinkan
Tujuan berbicara yang berusaha untuk mempengaruhi keyakinan atau sikap mental atau intelektual para pendengar merupakan tujuan berbicara yang bersifat meyakinkan atau mempengaruhi. Alat yang tepat dan penting untuk tujuan ini adalah bentuk argumentasi. c. Berbuat atau Bertindak
Tujuan berbicara agar pendengar berbuat atau bertindak adalah untuk memunculkan reaksi kepada pendengar agar melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Memberitahukan Tujuan berbicara untuk memberitahukan atau menginformasikan dimaksudkan agar pendengar mengerti tentang suatu hal, untuk memperluas bidang pengetahuan yang belum pernah diketahui. d. Menyenangkan
Berbicara untuk menyenangkan atau menggembirakan maksudnya pembicara berusaha membangkitkan suasana menghibur dan munculnya keceriaan pada suatu pertemuan. Metode Bermain Peran Pengertian Metode Bermain Peran Menurut
Hamzah
B
uno
dan
Nurdin
Mohamad
(2013:
100)
mengemukakakn bahwa metode ini sengaja dirancang untuk memecahkan masalah yang diawali dengan kasus, lalu akan ada yang berperan sesuai dengan kasus, untuk menyelesaikan masalah tersebut. Biasanya, siswa atau mahasiswa memainkan peran yang berbeda-beda dala situasi tertentu dan secara spontan memainkan peran sesuai dengan situasi atau kasus yang diberikan. Melalui kegiatan ini kemungkinan siswa untuk melakukan analisa dan memecahkan masalah Dari beberapa pendapat para ahli di atas penulis mengambil satu pengertian bahwa bermain peran adalah suatu metode untuk menghadirkan peran-peran yang ada dalam dunia nyata kedalam pertunjukan peran di dalam kelas. Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran Menurut (Djamarah dan Zain : 2006:88) menguraikan kelebihan dan kekurangan metode bermain peran sebagai berikut :
Kelebihan metode bermain peran : 1. Siswa melatih dirinya untuk memahami,dan mengingat isi bahan yang
akan
didramakan.
2. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. 3. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan
akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. 4. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-
baiknya. 5. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung
jawab dengan sesamanya. 6. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah
dipahami orang lain. Kekurangan metode bermain peran : 1. sebagian besar anak yang tidak ikut bermai drama mereka menjadi kurang
kreatif. 2. banyak memakan waktu, baik persiapan dalam rangka pemahamn isi
bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan. 3. memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi
kurang bebas. 4. sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya. Langkah-Langkah Penggunaan Metode Bermain Peran (Lili 2009 : 36-37), menguraikan bahwa langkah-langkah penggunaan metode bermain peran sebagai berikut : 1) Persiapan
Dalam langkah persiapan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan yakni menentukan permasalahan sebagai topik, merumuskan tujuan pembelajaran khusus
(TPK),kemudian,
merumuskan
langkah-langkah
bermain
peran,
menyiapkan cerita yang akan dimain perankan, mengidentifikasi peran yang diperlukan, lokasi, pengamat, dan sebagainya. 2) Pelaksanaan
Dalam langkah yang kedua ada beberapa hal yang harus dilakukan yakni : melakukan pemanasan, kemudian memilih peserta, mengatur tempat main, mempersiapkan pengamat, memainkanya,diskusi dan evaluasi, memainkan kembali, diskusi dan evaluasi, mengemukakan pengalaman dan generalisasi. Sedangkan menurut Hamzah B Uno dan Nurdin Mohamad (2013: 86) secara singkat mengurutkan langkah-langkah pemebelajaran bermain peran sebagai berikut: 1) Guru menyusun skenario yang ditampilkan, 2) Menunjuk beberapa siswa untuk memepelajari skenario dua hari sebelum
kegiatan belajar mengajar, 3) Guru menunjuk kelompok siswa yang anggotanya 3-5 orang siswa, 4) Memberikan penjelasan kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai, 5) Memanggil siswa yang sudah ditujuk untuk melakonkan skenari yang
sudah dipersiapkan, 6) Masing-masing siswa duduk dikelompoknya, sambil memperhatikan dan
mengamati skenario yang sedang diperagakan, 7) Setelah selesai dipentaskan masing-masing siswa diberikan kertas sebagai
lembar kerja untk dibahas, 8) Masing-masin kelompok menyampaikan hasil kesimpulnnya, 9) Guru memberikan kesimpulan secara umum, 10) Guru memberikan evaluasi pembelajaran, 11) Penutup.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang dilaksanakan di SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut Provinsi Sulawesi Tengah, pada kelas II semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Yang menjadi subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 10 orang siswa perempuan dan 10 orang siswa laki-laki pada tahun ajaran 2013/2014 dengan kemampuan dan karakteristik siswa heterogen atau yang berbeda-beda. Penelitian tindakan kelas ini akan di
laksanakan pada minggu ke dua bulan Maret sampai minggu ke tiga bulan Mei 2014. Variable Penelitian Variabel input Variabel input merupakan proses sebelum pembelajaran berlangsung yang meliputi: 1. Guru
Keberhasilan proses pembelajaran tidak akan berhasil tanpa seorang fasilitator dan nara sumber.Sosok seorang gurulah yang membantu demi tercapainya pembelajaran yang signifikan. 2. Bahan ajar
Kegiatan belajar mengajar yang signifikan bukan saja melibatkan seorang guru atau fasilitator yang handal pada saat mengajar melainkan materi atau bahan pembelajaran yang akan diberikan nanti pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Prosedur evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah salah satu langkah mengukur sejauh mana kemampuan
para
siswa
menerima
palajaran
diakhir
kegiatan
pembelajaran. 4. Lingkungan belajar
Suasana dan waktu merupakan factor satu – satunya yang dapat menentukan keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar pada siswa kelas II. Variabel proses Variable ini merupakan proses selama pembelajaran berlangsung dapat diukur melalui: 1. Menjelaskan materi secara singkat 2. Membagikan teks bacaan pada setiap kelompok 3. Memerankan cerita pada teks bacaan tersebut 4. Setelah selesai, beberapa orang siswa diminta mengungkapkan makna
dari cerita yang telah diperankan.
Variabel output Variable output merupakan variable setelah pelaksanaan pembelajaran, dapat diukur melalui: 1. Memotivasi siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberiakn oleh
guru. 2. Kemampuan siswa dalam bermain peran 3. Meningkatnya kemampuan siswa dalam mengungkapakn cerita 4. Meningkatnya kemampuan siswa dalam berbicara 5. Hasil belajar yang diperoleh siswa 6. Tindakan perbaikan terhadap hasil yang dicapai oleh siswa
Teknik Pengumpulan Data a. Observasi
Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengumpulkan data umum.Objek penelitian yaitu dengan mengamati secara langsung situasi dan kondisi di lapangan dengan tetap berfokus pada subjek yang dikaji, dalam hal ini tentang meningkatkan kemampuan berbicara siswa. b. Wawancara
Melalui teknik ini peneliti mengadakan wawancara atau dialog langsung dengan responden atau pihak-pihak yang terkait seperti kepala sekolah, guru dan siswa-siswa tentang penggunaan metode bermain peran. c. Dokumentasi
Agar pelaksanaan tindakan ini benar-benar diakui kebuktiannya dan konkret, maka peneliti mengadakan pemotretan (dokumentasi) pada saat kegiatan penelitian berlangsung tentang meningkatkan kemampuan berbicara siswa dan sebagai bukti fisik pelaksanaan penelitian. d. Tes perbuatan
Pada pelaksanaan tindakan ini, peneliti menggunakan tes perbuatan dengan fungsi untuk mengukur sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung yaitu meningkatkan kemampuan berbicara siswa di kelas II SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Awal Dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diperoleh data hasil pengamatan awal dari 20 orang siswa yang memiliki kemampuan dalam memerankan tokoh percakapan dalam mata pelajaran bahasa indonesia dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa dari jumlah siswa kelas II yang berjumlah 20 siswa nilai kemampuan memerankan tokoh dalam percakapan dari aspek Kemampuan memerankan tokoh percakapan hanya 8 orang dengan kategori mampu atau 40% dan 12 orang dengan kategori kurang mampu atau 60%, dan pada aspek kemampuan berekspresi terdapat 7 orang dengan kategori mampu dengan prosentase 35% dan 13 orang dengan kategori tidak mampu dengan prosentase 65% dan pada aspek memerankan tokoh percakapan dengan menggunakan lafal dan intonasi yang tepat diperoleh 6 orang siswa dengan kategori mampu dengan prosentase 30% dan 14 orang siswa dengan kategori tidak mampu dengan prosentase 70%. Jadi dari 20 orang jumlah siswa yang masih perlu ditingkatkan kemampuan dalam dalam berbicara. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Hasil pengamatan kemampuan siswa berbicara melalui bermain peran pada siklus I
Kemampuan N o
1.
Nama Siswa
Amzal
siswa memerankan isi percakapan
Kemampuan mengekspresikan isi percakapan
Kemampuan mengungkapkan isi drama dengan lafal dan intonasi yang tepat
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
√
√
√
% ∑ RT
5
55,5 6
Kemampuan N o
2.
Nama Siswa
siswa memerankan isi percakapan
Kemampuan mengekspresikan isi percakapan
Kemampuan mengungkapkan isi drama dengan lafal dan intonasi yang tepat
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Efendi L
√
√
√
% ∑ RT
3
33,3 3
3.
Faidil
√
√
√
3
33,3 3
4.
Febiola
√
√
√
9
100
5.
Hadija
√
√
√
9
100
6.
Jenarista
√
√
√
9
100
7.
Muh. K
√
√
√
9
100
8.
Muh. S
3
33,3
√
√
√
3 9.
Muslimi
√
√
√
9
100
√
√
9
100
7
77,7
n 10
Melia P
√
11
Rendi S
√
√
√
8 12
Rian H
√
√
√
5
55,5 6
13
Raflin
√
√
√
4
44,4 4
Kemampuan N o
14
Nama Siswa
siswa memerankan isi percakapan
Kemampuan mengekspresikan isi percakapan
Kemampuan mengungkapkan isi drama dengan lafal dan intonasi yang tepat
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
Siti M
√
√
√
% ∑ RT
8
88,8 9
15
Suanti
√
√
√
8
88,8 9
16
Tasrik B
√
√
√
9
100
17
Wanasar
√
√
√
9
100
√
√
√
9
100
√
√
7
77,7
i 18
Wiga A
19
Yulvita
√
8 20
Yulita
√
√
√
7
77,7 8
Jumlah
13
2
5
12
2
6
12
2
6
900
Prosentase
65
10
25
60
10
30
60
10
30
45%
%
%
%
%
%
%
%
%
%
Keterangan: -
M = 13 Orang (65%)
KM = 2 Orang ( 10 %)
TM = 5 Orang ( 25 %)
-
M = 12 Orang ( 60%)
KM = 2 Orang ( 10% )
TM = 6 Orang ( 30 %)
-
M = 12 Orang ( 60%)
KM = 2 Orang ( 10 %)
TM = 6 Orang ( 30 %)
Dari tabel di atas terlihat bahwa dari jumlah total siswa 20 orang memiliki kemampuan memerankan tokoh percakapan yang berbeda baik dari aspek
keberanian,
kemampuan
memerankan
percakapan,
dan
kemampuan
mengungkapkan isi percakapan dengan lafal dan intonasi yang tepat, dari aspek memerankan isi percakapan 13 orang siswa dengan kategori mampu atau 65% , sedangkan kategori kurang mampu ada 2 orang atau 10 % dan 5 orang dengan kategori tidak mampu atau 25%, sedangkan dalam aspek kemampuan mengekspresikan isi percakapan 12 orang dengan kategori mampu atau 60%, dan 2 orang dengan kategori kurang mampu atau 10%, dan pada kategori tidak mampu ada 6 orang atau 30%, sedangkan pada kemampuan mengungkapkan terdapat 12 orang dengan kategori mampu atau 60%, dan 2 orang dengan kategori kurang mampu atau 10%, dan ada 6 orang atau 30% pada kategori tidak mampu. Sedangkan untuk kemapuan siswa secara individu mendapatkan rata-rata 45%. Dari data di atas dapat dilihat bahwa kemampuan memerankan tokoh percakapan belum mencapai indikator yang diharapkan. Pelaksanaan siklus II Hasil pengamatan kemampuan siswa berbicara melalui bermain peran pada siklus II
Kemampuan No Nama Siswa
siswa memerankan isi percakapan
Kemampuan mengekspresikan isi percakapan
Kemampuan mengungkapkan isi drama dengan lafal dan intonasi yang tepat
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
∑
%
RT
1.
Amzal
√
√
√
9
100
2.
Efendi L
√
√
√
9
100
3.
Faidil
6
66,67
4.
Febiola
9
100
√ √
√ √
√ √
Kemampuan No Nama Siswa
siswa memerankan isi percakapan
Kemampuan mengekspresikan isi percakapan
Kemampuan mengungkapkan isi drama dengan lafal dan intonasi yang tepat
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
3
2
1
3
2
1
3
2
1
∑
%
RT
5.
Hadija
√
√
√
9
100
6.
Jenarista
√
√
√
9
100
7.
Muh. K
√
√
√
9
100
8.
Muh. S
√
7
77,78
9.
Muslimin
√
√
√
9
100
10
Melia P
√
√
√
9
100
11
Rendi S
√
√
√
9
100
12
Rian H
√
√
√
9
100
13
Raflin
√
√
√
9
100
14
Siti M
√
√
√
9
100
15
Suanti
√
√
√
9
100
16
Tasrik B
√
√
√
9
100
17
Wanasari
√
√
√
9
100
18
Wiga A
√
√
√
9
100
19
Yulvita
√
√
√
9
100
20
Yulita
3
33,33
√
√
√
√
√
Kemampuan siswa memerankan isi percakapan
No Nama Siswa
Jumlah Prosentase
Kemampuan mengekspresikan isi percakapan
Kemampuan mengungkapkan isi drama dengan lafal dan intonasi yang tepat
∑
%
M
KM
TM
M
KM
TM
M
KM
TM
RT
3
2
1
3
2
1
3
2
1
18
1
1
17
1
2
17
1
2
1700
90%
5%
5%
85%
5%
10%
85%
5%
10%
85%
Keterangan: - M = 18 ( 90 %)
KM =1 Orang ( 5% )
TM = 1 Orang ( 5 %)
-
M = 17 ( 85 %)
KM =1 Orang ( 5% )
TM = 2 Orang ( 10 %)
-
M = 17 ( 85 %)
KM =1 Orang ( 5% )
TM = 2 Orang ( 10 %)
Dari tabel di atas dapat dilihat terjadi peningkatan terhadap kemampuan siswa dari siklus sebelumnya, yakni dari aspek kemampuan memerankan isi percakapan telah meningkat menjadi 18 orang dengan kategori mampu atau 90%, sedangkan aspek mengekspresikan isi percakapan menjadi 17 orang dengan prosentase
85%,
demikian
pula
ang
terjadi
pada
aspek
kemampuan
mengungkapkan isi percakapan 17 orang dengan prosentase 85%. Sedangkan untuk rata-rata kemampuan siswa secara individu adalah 85% artinya, kemampuan siswa sudah mencapai target sesuai dengan indikator yang diharapkan. Analisis dan Refleksi Berdasarkan pada hasil tindakan siklus II, dapat diketahui hasil yang dicapai sudah memenuhi indikator kinerja sebesar 75%. Dengan demikian peneliti berkesimpulan bahwa tidak perlu diadakan tindakan lanjutan dan penelitian tindakan kelas ini (PTK) ini dianggap selesai dan berhasil.
Pembahasan Pengajaran yang efektif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas sekaligus dapat meningkatkan penguasaan siswa pada materi yang diajarkan. Makin baik kualitas belajar mengajar peneliti maka makin baik pula kualitas hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Pada pelaksanaan penelitian nampak bahwa pemilihan metode mengajar yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar sangat menentukan tingkat keberhasilan penguasaan siswa pada materi yang diajarkan. Hal ini ditunjukan oleh keadaan siswa dalam proses pembelajaran dimana siswa sangat aktif dalam proses pembelajaran dimana sangat aktif dalam proses belajar, siswa memahami benar materi pelajaran, dan materi lebih lama diingat oleh siswa. Dari hasil pengamatan dan pelaksanaan evaluasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran dikelas, pada siklus I menunjukan bahwa dari 23 aspek kegiatan peneliti yang diamati terdapat1 aspek dengan kriteria sangat baik, 16 aspek dengan kriteria baik, dan 5 aspek dengan kriteria cukup, dan 1 aspek dengan kriteria kurang. Demikian pula kegiatan siswa dari aspek 10 aspek yang diamati 5 aspek dengan kriteria baik, 4 aspek dengan kriteria cukup, dan 1 aspek dengan kriteria kurang. Dengan demikian secara keseluruhan baik kegiatan peneliti maupun kegiatan siswa belum sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Hal ini didukung pula oleh hasil evaluasi terhadap analisis kemampuan siswa memerankan tokoh percakapan, dimana kemampuan siswa pada setiap aspek memperoleh hasil yang berbeda dari aspek memerankan tokoh percakapan pada siklus I ini terdapat 13 orang dengan prosentase 65%,dan pada kemampuan mengekspresikan isi percakapan terdapat 12 orang dengan prosentase 60%, sedangkan pada kemampuan mengungkapkan isi percakapan dengan lafal dan intonasi terdapat 12 orang dengan prosentase 60%. Ketidakberhasilan siklus I telah dilakukan analisis terhadap data hasil pengamatan kegiatan peneliti dan siswa dan hasil belajar siswa belum
menggambarkan hasil yang diharapkan. Berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan peneliti mitra, ternyata ada beberapa aspek yang diamati belum terlaksana sesuai indikator-indikator yang dicantumkan pada format penilaian pengamatan baik pengamatan terhadap peneliti maupun pada siswa, kekurangan tersebut antara lain : (a) menyampaikan kompentensi tujuan masih kurang, (b) penyampaian materi ajar belum sesuai dengan hirarki pembelajaran, (c) pelaksanaan pebelajaran belum optimal,(d) penguasaan kelas masih kurang,(e) penggunaan waktu belum efisien, (f) belum mampu menumbuhkan partisipasi siswa secara aktif,(g) kurangnya perhatian siswa dalam memperhatikan penjelasan-penjelasan yang diberikan peneliti, (h) kurangnya respon terhadap arahan dalam memerankan tokoh percakapan,(i) kurang meminta penjelasan kepada peneliti terhadap kesulitankesulitan yang dihadapi dalam memerankan tokoh percakapan, siswa kurang optimal dalam memerankan tokoh percakapan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dirumuskan kesimpulan bahwa kemampuan memerankan percakapan pendek sangat penting untuk dimilki siswa terutama siswa kelas II guna meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran kemampuan memerankan percakapan pendek pada pelajaran bahasa indonesia di kelas II dapat ditingkatkan. Hal ini dapat ditunjukan oleh hasil peneliitian tindakan. Prosentse siswa yang memperlihatkan kemampuan memerankan tokoh dalam percakapan dari aspek memerankan isi drama 65% meningkat menjadi 90%, sedangkan pada aspek mengekspresikan isi drama yang sebelumnya 60% meningkat menjadi 85%, dan pada aspek mengungkapkan isi drama yang pada siklus I 22,72% meningkat menjadi 85%
pada proses tindakan siklus II. Demikian pula pada rata-rata
kemapuan siswa secara individu, pada siklus I mencapai 45% dan meningkat 85% pada siklus II. Dengan demikian indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya bahwa minimal 75% siswa dapat meningkatkan kemampuan memerankan
tokoh
percakapan
melalui
metode
bermain
peran
dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas II SDN Lokotoy Kecamatan Banggai Utara Kabupaten Banggai Laut” dapat diterima 5.2 Saran Berdasarkan simpulan diatas, dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : 1) Bagi Guru a. Diharapkan para guru bahasa indonesia khususnya guru kelas II dapat
menggunakan pembimbingan dengan metode bermain peran untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. b. Diharapkan para guru agar melaksankan peneliitian tindakan kelas
yang serupa dalam rangka perbaikan peningkatan proses hasil belajar siswa khususnya memerankan tokoh drama dengan menggunakan metode bermain peran 2) Bagi siswa, merupaka latihan untuk meningkatkan kemampuan berbicara
melalui metode bermain peran. 3)
Bagi sekolah, kiranya dapat memberikan dukungan serta memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian tindakan kelas lainnya guna meningkatkan kemapuan dan hasil belajar siswa.
4) Bagi Peneliti, dapat menambah wawasan peneliti sebagai calon guru yang
professional melalui pengalaman penelitian tindakan ini. DAFTAR PUSTAKA Djamarah dan Aswan, Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: Gramedia. Robbins, Stephen P.2007. Perilaku Organisasi Buku 1.Jakarta: Salemba Empat Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo Uno, B Hamzah. 2007. Model Pembelajaran. Jakarata : Bumi Aksara Uno, Hamzah B dan Mohamad, Nurdin. 2013. Belajar dengan Pendekatan PAILKEM. Jakrta: Bumi Aksara
Yusdi Milman, 2010. Pengertian Kemampuan. blogspot.com/pengertiankemampuan.html (14 Maret 2014) Zain, Aswan. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta : PT. Rhineka Cipta