1
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA BERBICARA MELALUI MODEL TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA DI KELAS V SDN 2 TELAGA KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO NUR FADJRIN PANIGORO Jurusan / Prodi : S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Nur Fadjrin Panigoro, 2013. Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Model Two Stay Two Stray ( TS-TS) di kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi Program Studi SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Sumarni Mo amad S.Pd. M.Pd dan Pembimbing II Dra. Hj Salma Halidu, S.Pd. M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Apakah dengan menggunakan model Two Stay Two Stray (TS-TS), keterampilan berbicara siswa pada kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat meningkat”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo melalui model Two Stay Two Stray (TS-TS). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tekhnik analisis kualitatif yang dilaksanakan dalam dua siklus pada siswa di kelas V SDN 2 Telaga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 13 siswa atau 59 % yang sudah terampil dalam berbicara. Ini berarti belum mencapai indikator kinerja yakni 80 %, sehingga perlu diadakan tindak lanjut kesiklus II. Pada siklus II terdapat 20 Siswa atau 90 % yang telah terampil dalam berbicara. Dengan demikian indikator kinerja telah tercapai dan pembelajaran dianggap berhasil dan tuntas. Disimpulkan bahwa model Two Stay two Stray ( TS-TS ) dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Kata Kunci : Keterampilan Berbicara, Model Two Stay Two Stray
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki arti dan peranan penting bagi siswa. Karena pada siswalah mula-mula diletakkan landasan kemampuan berbahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa merupakan syarat utama bagi setiap manusia. Kegiatan berbahasa merupakan satu proses
2
komunikasi yang berkembang mengikuti pola luas dan tingginya tingkat ketergantungan seseorang terhadap orang lain. Untuk memberikan pemahaman yang solutif kepada setiap manusia dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi yang baku adalah melalui proses belajar mengajar di bangku pendidikan formal. Melalui proses pembelajaran yang dinamis diharapkan akan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara siswa dengan siswa yang berpola melalui empat keterampilan berbahasa, yaitu : kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis. Dalam setiap keterampilan itu berhubungan erat dengan tiga keterampilan lainnya, kemampuan berbahasa di kalangan siswa sekolah dasar, khususnya keterampilan berbicara yang belum sesuai dengan harapan. Kondisi ini tidak lepas dari proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yang dinilai belum optimal dalam membentuk siswa dalam terampil berbahasa. Salah satu pokok bahasan pelajaran bahasa Indonesia itu adalah keterampilan berbicara, Tarigan (2008:1) Dengan demikian, berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi dengan mempergunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain, disamping itu secara umum berbicara adalah suatu penyampaian maksud (ide, gagasan, pendapat, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. (Depdikbud dalam Zamzani, 1997:54). Pada pendidikan sekolah dasar merupakan salah satu bentuk dari satuan pendidikan formal pertama yang memiliki fungsi sebagai peletak dari dasar-dasar perkembangan seluruh keterampilan siswa yang termasuk kedalam empat keterampilan yaitu keterampilan berbicara, menulis, membaca, dan menyimak. Setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak, mendengarkan bahasa dan kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Dalam hal ini keterampilan berbicara hanya akan bisa diperoleh dengan jalan praktek dan banyak latihan, adapun hal yang bisa dilakukan guru
3
yaitu dengan mengajak anak berbicara, menanyakan hal-hal yang mereka sering lakukan di rumah, bertanya tentang kegemaran mereka, serta meminta anak kedepan kelas untuk menceritakan pengalaman yang pernah mereka alami sedih ataupun senang. Dengan demikian secara tidak langsung ini akan membelajarkan keterampilan berbicara pada anak, hal ini juga bisa dilakukan setelah jam pelajaran selesai. Adapun hasil observasi menunjukkan bahwa siswa yang ada di kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 22 orang, hanya 9 atau (40.9%) orang yang sudah mempunyai keterampilan berbicara dengan baik dan benar. Terlihat bahwa 9 siswa tersebut tidak takut dalam memberikan komentarnya serta tidak malu tampil di depan teman-temannya walaupun masih dalam bentuk bahasa-bahasa sederhana. Sebaliknya terdapat 13 orang siswa (59%) yang belum mampu berbicara atau belum memiliki keterampilan berbicara, berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan bahwa 13 orang siswa lainnya belum mampu disebabkan oleh ketidakpercayaan diri mereka untuk tampil didepan teman-temannya, selain itu kurangnya perbendaharaan kata, kurangnya siswa dalam menguasai teknik berbicara, kurangnya siswa terbiasa untuk tampil didepan kelas, serta kurangnya motivasi siswa dalam menerima pembelajaran. Sehingga bahasa yang digunakan masih banyak menggunakan bahasa yang tidak baku, intonasi kurang tepat, serta penempatan tanda baca yang kurang tepat. Belum optimalnya kemampuan siswa dalam berbicara perlu dicarikan pemecahan sedini mungkin sebab apabila hal ini dibiarkan terus menerus berlangsung dapat diprediksi akan menghambat siswa dalam pergaulan siswa dengan teman - temannya . Selain itu juga siswa akan mengalami hambatan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia bahkan pada mata pelajaran lain. Sesuai hasil pengamatan peneliti, bahwa upaya guru untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontalo sampai saat ini belum maksimal, hal ini diduga dilatarbelakangi oleh kurangnya latihan siswa dalam berkomunikasi lisan dengan orang lain serta ketidakberanian siswa
4
dalam berbicara didepan kelas, hal ini disebabkan siswa lebih cenderung takut mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan jika pendapatnya langsung ditanyakan oleh guru. Pada tataran pendidikan khusunya siswa yang duduk di kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontaalo selama ini untuk melatih keterampilan berbicara siswa hanya dibelajarkan dengan metode ceramah dan diskusi yang hanya berfokus pada keaktifan guru sehingga diduga hal ini menjadi salah satu penyebab utama kurang terampilnya siswa dalam berbicara. Untuk itu dengan adanya pemilihan model “Two Stay Two Stray(TS-TS)”diharapkan agar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa di kelas V SDN 2Telaga dapat dikembangkan secara baik, karena model TS-TS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain yang bertujuan untuk mengajak siswa bergotong royong dalam menemukan suatu konsep yang mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dapat dilakukan tindakan-tindakan ataupun upaya perbaikan yang dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara khususnya dalam mengomentari tentang hal-hal yang ingin diungkapkan melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TS-TS) atau Dua Tinggal Dua Bertamu. Dengan melihat hal ini penulis sangat tertarik untuk mengadakan penilitian sehubungan dengan upaya peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara dengan formulasi judul penelitian sebagai berikut : “ Meningkatkan Keterampilan Siswa Berbicara
Melalui Model
Two Stay Two Stray (TS-TS) pada Siswa di Kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontalo”. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana yang diuraikan di atas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah keterampilan berbicara siswa melalui model Two Stay Two Stray pada siswa di kelas V SDN 2 Telaga Kabupataen Gorontalo dapat ditingkatkan?
5
Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model Two Stay Two Stray di kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontalo. Manfaat Penelitian -
Bagi guru
-
Bagi siswa
-
Bagi sekolah
-
Bagi Peneliti KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Keterampilan Berbicara Dalam hal ini akan diuraikan tentang hal-hal yang berhubungan dengan peranan keterampilan berbicara antara lain: Setiap keterampilan itu berhubungan erat sekali dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampian berbahasa, biasanya kita melalui hubungan urutan yang teratur, mula-mula pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis. Selanjutnya setiap keterampilan itu berhubungan erat pula dengan proses - prose berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. (Tarigan,1980:1:Dawson,1963 :27 ). Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa karena kompetensi keterampilan berbicara adalah komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “ berkata, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (2008:16), mengemukakan bahwa “ Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
6
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan ”. Dalam buku Tarigan, Sty Slamet (2007:12 ) menjelaskan bahwa “Berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran”. Tujuan Berbicara Menurut Tarigan (2008:16) tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seharusnya sang pembicara memahami segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan serta untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif , untuk itu pembicara harus memahami dan mengetahui prinsip - prinsip segala situasi pembicaraan baik secara umum maupun perorangan. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu proses, menguraikan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa. Fungsi Berbicara Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara sangatlah menyatu dengan kehidupan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan ide, pemikiran, harapan dan keinginan disampaikan dengan berbicara. Adapun fungsi berbicara secara khusus ialah : a.
Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang.
b.
Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan dengan topik tertentu.
c.
Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau pesan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berbicara
berfungsi untuk bagaimana kita nanti bisa beradaptasi dengan masyarakat sekitar yang tentunya dilihat dari bagaiamana cara kita berbicara dengan menggunakan tutur kata yang baik sopan dan santun, karena sesugguhnya berbicara itu
7
menandakan keberadaban manusia, dan dari bahasa atau bicara kita maka kita akan dapat memahami latar dan adat istiadat seseorang. Fakktor penunjang berbicara Menurut Supriyadi (2005:5) faktor yang harus diperhatikan guru pada saat membimbing siswa agar terampil berbicara adalah 1) ketepatan ucapan, 2) penempatan tekanan nada, sandi atau durasi yang sesuai, 3) pilihan kata, 4) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya, 5) Ketepatansasaran pembicaraan). Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi 1) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, 2) pandangan harus diarahkan kelawan bicara, 3) kesediaan menghargai orang lain, 4) gerak-gerik mimik yang tepat, 5) kenyaringan suara, 6) kelancaran, 7) relevansi, penalaran, 8) penguasaan topik. Langkah-langkah Model Pembelajaran TS-TS Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu di jelaskan dalam buku Sejuta jurus mengajar mengasikkan dan juga (dalam Lie,2002:60-61) adalah sebagai berikut : a. Membentuk beberapa kelompok
yang anggotanya 4 orang secara
heterogen b. Guru memberikan masalah yang berbeda pada masing-masing kelompok c. Setelah selesai, dua dari siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. d. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. e. Tamu memohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain dan mempresentasikan secara berkelompok. Kelebihan dan Kekurangan Model TS-TS a.
Kelebihan Model TS-TS a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan. b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna. c. Lebih beroroentasi pada keaktifan.
8
d. Diharapkan siswa akan lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya. e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri pada siswa. f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan. g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. b.
Kekurangan Model TSTS a. Membutuhkan waktu yang lama. b. Siswa cenderung tidak mau belajar berkelompok. c. Bagi guru membutuhkan banyak persiapan (Materi).
Penerapan Model TS-TS dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara Telah dijelaskan bahwa berbicara merupakan suatu proses komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih yang hampir berlangsung setiap hari atau bahkan setiap saat dimanapun dan kapanpun kita berada, termasuk komunikasi yang kita lakukan di dalam kelas saat dengan teman ataupun guru saat pelajaran berlangsung. Keterampilan berbicara siswa dapat dilatih dan dikembangkan oleh guru melalui berbagai metode atau model pembelajaran yang diminati siswa, misalnya dengan menerapkan model pembelajaran TS -TS. Aspek Yang Dinilai Dalam Ujiian Berbicara Keterampilan berbicara dapat diukur melalui berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan di kelas. Misalnya kegiatan-kegiatan: 1) Berbicara tentang apa yang diketahui, didengar, dibaca, dilihat, diamati, diingini, dipikirkan, ditonton, dialami, dan dirasakan., 2) Berpidato, berceramah, 3) Bercerita, 4) Berdiskusi, seminar, 5) Bertanya jawab, 6) Berwawancara, 7) Bercakap-cakap, 8) Berkampanye, 9) Memperkenalkan, membawakan acara, 10) Berbicara melalui telepon. METODOLOGI PENELITIAN Latar Penelitian Pelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Adapun jumlah kelas di Gedung SDN 2 Telaga ini berjumlah 12 ruang kelas, 1 ruang kepala sekolah, perpustakaaan, dan 1 ruang dewan guru. Jumlah seluruh siswa berjumlah 264 orang dan kelas yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah kelas V.
9
Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian ditetapkan adalah siswa kelas V SDN 2 Telaga dengan jumlah siswa 22 orang yang terdiri dari siswa laki-laki 13 orang dan siswa perempuan 9 orang. Dalam usia rata - rata 11 - 12 tahun tersebut, mereka mempunyai tingkat kemampuan emosional yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang keluarga. Adapun alasan peneliti memilih kelas V karena kelas ini terdapat banyak siswa yang masih rendah keterampilan dalam berbicara. Variabel Penelitian Variabel
penelitian
yang
menjadi
titik
sasaran
untuk
menjawab
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,adapun Variabel yang menjadi penelitian tindakan kelas ini terdiri atas Variabel Input ( guru sebagai pelaksana tindakan, materi pembelajaran, prosedur pembelajaran, media pembelajaran,model pembelajaran, dan lingkungan pembelajaran Variabel Proses
( keterampilan guru dalam bertanya, gaya bertanya guru, cara siswa
mengomentari, implementasi model pembelajaran yang diukur pada saat pelaksanaannya serta upaya guru menciptakan suasana gembira. Variabel Out Put Berupa variabel yang menggambarkan peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas V SDN 2 telaga dalam hal memberikan komentar melalui model TS-TS. 3.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini menggunakan dua Siklus dengan langkah- langkah berikut : a.
Tahap Persiapan
b.
Pelaksanaan Tindakan
c.
Tahap Pemantauan dan Evaluasi
d.
Tahap Analisis dan Refleksi
e.
Tahap Analisis dan Refleksi
Teknik pengumpulan Data Adapun alat yang dingunakan dalam pengumpulan data adalah lembar observasi, lembar tes siswa,dan dokumentasi. Teknik Analisis data
10
Adapun cara menganalisis data pada penelitian ini adalah melalui kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung yang diamati melalui lembar observasi kegiatan siswa yang telah disediakan oleh guru pengajar dan guru mitra. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ini terdiri dari dua tahap.Tahap pertama, menelaah data yang terkumpul lalu mereduksinya. Kedua menyusun dan mereduksi kembali semua data dan menyimpulkan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN Deskripsi Hasil Penelitan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa Kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.Peneliti bertindak sebagai guru kelas V dan yang menjadi mitra kerja sekaligus pengamat adalah wali kelas V. Penelitian ini dilakukan dalam upaya meningkatkan keterampilan siswa berbicara pada materi pelajaran mengenai persoalan factual atau masalah yang benar-benar terjadi, seperti masalah banjir, kebakaran, tanah longsor, kecelakaan dan masalah mengenai tauran, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN 2 Telaga, dengan menggunakan model “(TS-TS)Two Stay Two Stray” Perencanaan Pelaksanaan Penelitian Perencanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga kegiatan yaitu, observasi awal, Siklus I dan siklus II. Sebelum kegiatan penelitian ini peneliti bersama guru mitra mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan selama proses penelitian ini, kemudian disepakati bahwa kegiatan observasi dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 28-03-2013 jam 07.00-08.30. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan yaitu pada hari selasa, tanggal 14 – 05 - 2013 jam 11.30 – 12-30, dan siklus II dilaksanakan pada hari jum’at, tanggal 17-05-2013 jam 07.15 – 08. 15 Pelaksanaan pada Tindakan Siklus I Setelah ditetapkan untuk menerapkan pendekatan komtekstual dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa melalui model TS-TS pada siswa kelas V SDN 2 Telaga maka kegiatan selanjutya adalah menyiapkan beberapa hal yang diperlukkan pada saat pelaksanaan tindakan, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan Standar Kompetensi : 6. Mengungkapkan
11
Pikiran dan Perasaan Secara Lisan Dalam Diskusi dan Bemain Drama, Kompetensi Dasar 6.1 Mengomentari Persoalan Faktual Disertai Alasan yang Mendukung Dengan Memperhatikan Pilihan Kata dan Santun Berbahasa serta materi Pokok tentang persoalan faktual atau masalah yang benar-banar terjadi seperti masalah banjir, kebakaran, dan tanah lonsor, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam hal ini siswa diminta untuk mampu memberikan komentar terhadap persoalan faktual.Selain RPP peneliti juga harus menyipkan media pembelajaran pada saat pelaksanaan tindakan untuk menarik perhatian siswa serta membantu guru saat proses pembelajaran, selain media juga dibutuhkan lembar kerja siswa serta lembar kerja kelompok untuk menilai kerja dari masing-masing siswa dan kerja kelompok, berdasarkan LKS dan LKK ini guru/peneliti bisa memberikan nilai berdasarkan kemampuan masing-masing siswa. Untuk
meningkatkan
pelaksanaan
pembelajaran
dan
meningkatkan
keterampilan berbicara siswa siswa melalui model TS-TS di Kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontalo pada siklus I menggunakan format observasi siswa dan hasil observasi guru. Tahap Analisis Data dan Reflekksi Siklus I Analisis Hasil Pengamatan Kemampuan Siswa Adapun kemampuan siswa yang harus dicapai berupa kemampuan berbicara yang ditekankan pada hal-hal sebagai berikut : (a) Keberanian siswa, (b) Kelancaran berbicara,(c) Gerak gerik
dan mimik pada saat berbicara, (d)
ketepatan pengucapan, serta (e) kerja sama kelompok dalam mengerjakan lembar kerja yang telah dibagikan pada masing-masing kelompok. Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus I, peneliti melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, refleksi dilakukan untuk memperoleh kesimpulan dari kegiatan tindakan kelas yang dilakukan pada siklus I apakah telah sesuai dengan rencana program pembelajaran dan apakah kegiatan tindakan kelas dapat memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui model TS-TS pada siswa kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontalo.
12
Dari hasil refleksi dapat disimpulkan bahwa tindakan siklus I belum dapat mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga harus dilanjutkan ke tindakan siklus II. Pelaksaan Tindakan pada Siklus II Pada kegiatan pelaksanaan tindakan siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I, dalam hal ini kekurangan pada siklus I diperbaiki pada siklus II serta diupayakan untuk dapat memecahkan masalah yang telah ditemukan oleh peneliti maupun guru pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa untuk melaksanakan tindakan siklus II pada tanggal 17-05-2013 adapun prosedur pelaksanaannya sama seperti pada siklus I dengan tahapan-tahapan Pembahasan Hasil Penelitian Adapun yang menjadi indiktor kinerja pada kegiatan penelitian tindakan kelas pada kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, apabila minimal 80 % siswa sudah memiliki keterampilan berbicara yang diharapkan. Berdasarkan standar tersebut, penelitian tindakan kelas ini menunjukkan hasil yaitu, pada observasi hasil penelitian awal diperoleh dari 22 siswa mampu berbicara hanya sebanyak 9 orang siswa atau 40 %, kemudian pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 13 orang siswa atau 59 % yang memiliki keterampilan berbicara yang diharapkan, dan pada siklus II sudah mencapai 90% atau 20 orang siswa yang sudah memiliki keterampilan berbicara yang diharapkan. Dari kegiatan tersebut maka pada penelitian tindakan siklus I diperoleh hasil yaitu hanya meningkat menjadi 13 orang atau 59 % yang memiliki keterampilan berbicara yang diharapkan, hal ini dipengaruhi oleh siswa yang masih banyak tidak memahami cara kerja kelompok TS-TS sehingga pada proses pembelajaran masih banyak siswa yang bertanya-tanya tentang bagaimana cara kerja kelompok TS-TS. Namun demikian hasil capaian tersebut belum menacapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 80% , sehingga perlu upaya perbaikan yang dilakukan pada tahap berikutnya yaitu pelaksanaan tindakan pada siklus II. Dari kegiatan tersebut maka pada siklus II diperoleh data yaitu, 20 orang siswa atau 90% sudah memiliki keterampilan berbicara yang diharapkan melalui
13
model TS-TS atau dua tingga dua bertamu. Adapun peningkatan siswa dalam berbicara melalui model TS-TS pada pelaksanaan observasi awal,siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel rekapitulasi di bawah ini.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada observasi awal, pelaksanaan Siklus I dan siklus II, maka dapat disimpulkan bahawa keterampilan berbicara siswa pada kelas V SDN 2 Telaga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajran Two StayTwo Stray (Dua tinggal dua bertamu).Hal ini dibuktikan oleh adanya pencapaian indikator kinerja yang ditetapkan 80% dapat dilampaui capaiannya mencapai 90%. Capaian indikator tersebut dilalui secara bertahap yaitu : pada observasi awal keterampilan berbicara siswa hanya 40% atau 9 orang siswa, pada siklus I keterampilan berbicara siswa mengalami sedikit peningkatan hingga mencapai 59% atau 13 orang siswa dan pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 90% atau 20 orang siswa yang disebabkan oleh siswa sangat senang dengan model pembelajaran TS-TS. Dengan demikian model pembelajaran Two Stay- Two Stray dapat meningkatkan keterampilanberbicara siswa pada kelas V SDN 2 TeLAGA Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Saran Berdasarkan hasil simpulan penelitian di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: 5.1.1 Diharapkan kepada guru kelas V SDN 2 Telaga Kabupaten Gorontalo pada khususnya dan guur lain pada umumnya agar agar dapat mengoptimalkan penggunaan model TS-TS dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa, terutama dalam memberikan komentar. 5.1.2 Diharapkan kepada para gru yang akan melaksanakan penelitin tinkan kelas berikutnya untuk tetap merencanakan program kegiatannya dengan baik. DAFTAR PUSTAKA
14
Iskandar, Wansyah.
2006.
Tekhnik Pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia.Surabaya : SIC Mulyati, Yeti dkk.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Pusat Penerbit Universitas Terbuka Maufur, Fauzi Hasan 2009. Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikan. PT Sindur Press Munandar, SG. Utami.2001 .Bunga Rampai Psikologi Perkembangan Pribadi dari Bayi
sampai Usia Lanjut,Jakarta : IU Press
Nurgiyantoro.Burhan, 1995.Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
Yogyakarta : BPFE
Parera, Daniel, 1986. Keterampilan Bertanya dan Menjelaskan, Jakarta : Penerbit Erlangga. Palilati, Jaurah. 2011. Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Metode
Permainan Simulasi pada Siswa Kelas IV SDN Pohowato
Kecamatan Marisa
Kabupaten Pohuwato.
Rustina.2007 .Konsep Metode Bercerita dan Kecerdasan Linguistik.Jakarta : Graha Cipta Rochma, Arini. 2012. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Model (NHT) Dalam
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
di
SDN
Karangbesuki 01 Kota Malang Rahman, Oktaviani. 2010. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui PenerapanProblem
Based Learning (PBL)Pada Bidang Studi Bahasa
Indonesia Siswa Kelas IVSDN
Boyolali Kabupaten Boyolali.
Tarigan, Henry Guntur 2008 . Berbicara sebagai suatu keterampilan Berbahasa .Bandung
:FKSS-IKIP
15
Tarigan, H.G. dan Suhender 1986. Komponen Komponen Keterampilan Berbahasa dan
Hubungannya satu sama lain dalam berbicara
1.Jakarta: Universitas Terbuka Tarigan, Djago, 1997. Pengembangan Keterampilan Berbicara,Jakarta : Depdiknas Tarigan .2006. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2, Jakarta : Depdiknas Sunendar, Dadang, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa , Bandung : Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Profesor – fairuz . Keterampilan – Berbicara ( Online ) Tersedia di http:// Profesor Fairuz.Blogspot.com / 2012/01 html. Diakses pada tanggal 15
februari 2013
Wulandarinurfazriyah. Hakikat Berbicara ( Online ) Tersedia di http://www.slideshare.net . Diakses pada tanggal 15 februari 2013. Pengertian Berbicara ( Online ) Tersedia di http://Makalah dan Skiripsi.Blogspot.Com 2009/03/.Diakses pada tanggal 15
februari 2013.
http:// Berbicara adalah Keterampolan Berbahasa.Blogspot. Com /2011/12 Berbicara-
Merupakan-Keterampilan.html.