1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT BERBASIS MULTISENSORI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS THE USE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE OF TEAM GAMES TOURNAMENT BASED MULTISENSORY TO IMPROVE THE SOCIAL SKILLS OF STUDENTS IN LEARNING THE SOCIAL STUDIES Anisa Suciyati1), Tin Rustini2) , Asep Herry Hernawan3) S1- Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS sebagai konsekuensi dari aktivitas pembelajaran yang terkesan monoton dan membosankan bagi siswa. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Bagaimana peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan Model Cooperative Learning Tipe Team Games Tournament Berbasis Multisensori? Penelitian ini sebagai alternatif pemecahan masalah pada pembelajaran IPS, yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran IPS pada konsep Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Jhon Elliot yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Penerapan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis multisensori ini sesuai dengan teori Vygotsky yang mengemukakan bahwa pembelajaran menekankan pada aspek sosial siswa dikarenakan model ini melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok yang anggota kelompoknya disusun secara heterogen. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi, observasi, wawancara, catatan lapangan, dan lembar penilaian teman sejawat. Proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis multisensori terdiri dari enam tahap kegiatan pembelajaran yang membuat siswa antusias dalam mengikuti setiap kegiatannya. Selain itu, peningkatan keterampilan sosial siswa terlihat pada rata-rata nilai keterampilan sosial siswa yang diperoleh pada setiap siklusnya. Pada siklus I sebesar 60,6, siklus II sebesar 78,5 , dan siklus III sebesar 81,4. Rekomendasi bagi guru, bahwa model ini sangat cocok diterapkan pada pembelajaran IPS SD untuk meningkatkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas dan bermutu. Kata kunci : Model Cooperative Learning Tipe Team Games Tournament berbasis multisensori, Keterampilan sosial, Pembelajaran IPS
1)
Penulis Penulis Penanggung Jawab 3) Penulis Penanggung Jawab 2)
2|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
ABSTRACT
This research is motivated by the lack of social skills of students in learning Social Studies as a consequence of learning activities that seem monotonous and boring for students. The problem of this study is how to increase the social skills of students in social studies learning using cooperative learning model type of Team Games Tournament based multisensory. This study as an alternative solution to the Social Studies, which aims to improve the learning process and increase the social skills of students in Social Studies on the concept of Maintaining Independence Struggle Indonesia. The method used is the Classroom Action Research (PTK) John Elliot models consisting of three cycles and each cycle consists of three acts. Application of Cooperative Learning model types Team Games Tournament based multisensory is consistent with Vygotsky's theory that suggests that the study emphasizes the social aspects of the students because this model involves the students to work together in groups arranged in a heterogeneous group members. Techniques used include data collection, observation, interviews, field notes, and peer assessment sheet. The learning process by using a model of Cooperative Learning Team Games Tournament type based multisensory consists of six stages of the learning activities that make students enthusiastic in participating in any activities. In addition, increased social skills of students seen in the average value of the students' social skills acquired at each cycle. In the first cycle of 60,6 , the second cycle of 78,5 and the third cycle of 81,4. Recommendations for teachers, that this model is very suitable to be applied on learning of Social Studies at the elementary school to enhance the learning process to be more qualified and quality.
Keywords: Cooperative Learning Model Type of Team Games Tournament based multisensory, social skills, learning of Social Studies
[Type text]
3|Antologi UPI
Volume
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan seseorang untuk mencapai kedewasaan, baik dari segi pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Pendidikan diupayakan melalui proses belajar yang dilakukan seseorang. Melalui proses belajar seseorang dapat mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, emosional, dan intelektual, termasuk pengendalian, kecerdasan, keterampilan serta akhlak mulia yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan bertujuan agar seseorang dapat memiliki kematangan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka seluruh komponen pendidikan harus dioptimalkan. Salah satunya yaitu komponen mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMPLB. Mata pelajaran IPS memegang peranan yang sangat penting dalam usaha mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi seharihari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut [1] : 1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; [Type text]
Edisi No.
Juni 2016
3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional maupun global. Berdasarkan tujuan tersebut, pembelajaran IPS diarahkan pada kompetensi sekaligus tantangan masa depan yang akan dihadapi peserta didik yakni arus globalisasi yang tidak mungkin dapat terhindarkan lagi. Globalisasi menjadi tantangan berat karena pola kehidupan akan selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, pembelajaran IPS harus dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang global dan dinamis. Berkaitan dengan hal tersebut, kompetensi keterampilan sosial merupakan salah satu tujuan kurikuler yang harus dicapai dalam pembelajaran IPS. Keterampilan sosial sendiri merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal secara efektif, menjalin kerjasama dan mampu menunjukkan perilaku adaptif terhadap lingkungan. Hal ini sejalan dengan pengertian lain yang dikemukakan oleh Sjamsuddin dan Maryani [2] bahwa keterampilan sosial adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang tampak dalam tindakan yaitu mampu mencari, memilah dan mengolah informasi, mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari, memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, saling menghargai, berbagi secara positif, dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk,
4|Antologi UPI
Volume
mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat global. Lebih lanjut, Maryani menyatakan bahwa keterampilan sosial ini terwujud dalam tiga aspek utama yaitu, mampu bekerjasama, belajar mengontrol diri dan pimpinan, serta tukar menukar pendapat. Berdasarkan pandangan tersebut, seyogyanya pembelajaran IPS di SD diarahkan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa, agar siswa mampu bertindak aktif dan cepat tanggap dalam merespon berbagai permasalahan serta mampu menunjukkan sikap bekerjasama dan menjalin interaksi yang positif antara sesamanya. Disinilah peran penting seorang guru dalam menyelenggarakan pembelajaran bagi para peserta didiknya. Berkaitan dengan pendapat tersebut, Hamid Hasan [3] mengemukakan bahwa “dengan memperhatikan tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggara pembelajaran IPS mampu mempersiapkan, membina dan membentuk kemampuan peserta didik yang menguasai pengetahuan, sikap dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat.” Hal-hal yang telah diuraikan di atas akan dapat terwujud ketika dilaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Sebagai suatu proses, pembelajaran merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan tidak terbatas pada penyampaian materi pelajaran di kelas. Akan tetapi, yang lebih penting adalah bagaimana agar materi yang diterima siswa di kelas dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dalam kenyataan yang ada saat ini berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di salah satu Sekolah Dasar Negeri terlihat bahwa keterampilan sosial siswa pada [Type text]
Edisi No.
Juni 2016
pembelajaran IPS relatif rendah . Faktor mendasar yang menyebabkan rendahnya keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS adalah siswa hanya mengandalkan guru saat belajar. Padahal guru hanya mengajar dengan metode ceramah dan guru kurang tepat dalam memilih model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas. Interaksi pembelajaran hanya berlangsung satu arah. Siswa hanya menerima informasi yang telah diberikan oleh guru tanpa disertai dengan keterlibatan aktivitas belajar yang positif, sehingga tidak banyak aktivitas yang dilakukan siswa dengan kelompok temannya, yang dapat menumbuhkan iklim yang baik di kelas.. Salah satu solusi alternatif agar keterampilan sosial siswa dapat meningkat, yaitu dengan memilih model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk bekerjasama dalam kelompoknya. Model pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu model Cooperative Learning tipe Team Games Tornament berbasis multisensori. Model pembelajaran tipe TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Slavin [4] bahwa model TGT merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berkompetisi dengan kelompok lain. Pada model TGT, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
5|Antologi UPI
Volume
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Tahapan pembelajaran model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament [5] yaitu : 1) Tahap Persiapan Pada tahap ini guru mempersiapkan materi beserta perangkat pembelajaran termasuk media pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan perlengkapan turnamen. 2) Tahap Penyajian Kelas Tahap penyajian kelas/materi dilakukan bervariasi dengan melibatkan siswa dan media yang beragam. Media yang digunakan berupa gambar, rekaman, video, puzzle, dan infocus untuk mendukung kegiatan pembelajaran. Selain itu, guru tidak hanya mentransfer materi akan tetapi siswa ikut berpartisipasi dalam melakukan penyajian materi dengan menyampaikan berbagai informasi yang ia temukan berdasarkan kegiatan permainan yang dirancang oleh guru. 3) Tahap Kegiatan Kelompok Tahap kegiatan kelompok ini, guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan jumlah anggota 5 orang. Guru menentukan kelompok secara heterogen. Pada kegiatan kelompok ini siswa mengerjakan LKS dan mencari berbagai informasi terkait materi yang akan dipelajari. 4) Tahap Turnamen Akademik Pada tahap turnamen akademik, guru menempatkan siswa pada meja turnamen. Guru memanggil setiap perwakilan kelompok secara acak sehingga setiap siswa harus bersiapsiap dan menguasai materi yang dipelajari. Guru menentukan perwakilan siswa berdasarkan tingkat kemampuan akademik yang dimilikinya. 5) Tahap Penghitungan Skor Skor yang diperoleh setiap siswa dari masing-masing kelompok dikumpulkan dan dihitung secara [Type text]
Edisi No.
Juni 2016
bersama-sama. Kelompok yang mendapatkan jumlah skor tertinggi adalah pemenangnya. 6) Tahap Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan jumlah skor tertinggi yang diperoleh oleh kelompok siswa. Pada setiap tindakan, guru memberikan reward berupa bintang prestasi bagi kelompok siswa yang menang, kemudian pada setiap siklus guru memberikan sertifikat penghargaan kepada kelompok siswa yang mendapatkan paling banyak bintang prestasi. Untuk kelompok yang mendapatkan juara pertama mendapat julukan “Super Team”, untuk kelompok yang mendapatkan juara kedua mendapat julukan “Great Team” dan untuk kelompok yang mendapatkan juara ketiga mendapat julukan “Good Team”. Teori yang mendukung model Cooperative Learning tipe TGT yaitu sebagai berikut : 1) Teori Pembelajaran Sosial Vygotsky Teori Vygotsky ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Pada teorinya ini, Vygotsky mengemukakan dua ide penting yaitu bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika siswa bekerja atau menangani tugas-tugas yang masih berada dalam jangkauan mereka yang disebut dengan zone of proximal development dan scaffolding yaitu pemberian bantuan kepada siswa oleh siswa lain yang lebih mampu [6]. Kedua ide tersebut berimplikasi bahwa pembelajaran pada dasarnya harus menekankan pada aspek sosial siswa itu sendiri melalui kegiatan kerjasama dalam menyelesaikan suatu tugas tertentu. Dengan adanya kerjasama suatu tugas akan terselesaikan dengan baik dan nantinya berimplikasi pula pada keterampilan atau kemampuan
6|Antologi UPI
Volume
yang akan dimiliki siswa secara individu. Berdasarkan pandangan tersebut, teori Vygotsky ini mendukung terhadap model pembelajaran Team Games Tournament dimana siswa harus membangun kerjasama dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas tertentu. Dengan adanya kerjasama ini keterampilan sosial siswa akan berkembang. 2) Teori Pembelajaran Perilaku Teori pembelajaran perilaku ini dikembangkan oleh Skinner. Prinsip penting dalam pembelajaran perilaku ini adalah perilaku akan berubah sesuai dengan konsekuensi langsung dari perilaku tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan (reinforcement) akan memperkuat perilaku sedangkan konsekuensi yang tidak menyenangkan (punishment) akan memperlemah perilaku. Berdasarkan pandangan tersebut, pada hakikatnya perilaku seseorang akan berubah bergantung pada penguatan ataupun pemberian reward tertentu dan hukuman yang diberikan. Dengan demikian, teori ini mendukung terhadap model pembelajaran Team Games Tournament bahwa pemberian reward atau penghargaan akan mengubah perilaku siswa. Reward akan diperoleh ketika siswa mampu bekerjasama dengan siswa lain dikelompoknya dalam mengumpulkan poin sebanyaksebanyaknya. Melalui pembelajaran model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament Berbasis Multisensori keterampilan sosial siswa siswa dapat ditingkatkan. Keterampilan sosial [7] adalah suatu kemampuan atau kecakapan yang tampak dalam tindakan yaitu mampu mencari, memilah dan mengolah informasi, mampu mempelajari hal-hal baru untuk [Type text]
Edisi No.
Juni 2016
memecahkan masalah sehari-hari, memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, saling menghargai, berbagi secara positif, dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang majemuk, mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan perkembangan masyarakat global. Berdasarkan pengertian di atas, indikator yang dapat diamati dari berkembangnya keterampilan sosial adalah sebagai berikut. 1) Mampu Bekerjasama Hal ini tercermin dari memberikan kesempatan kepada orang lain di dalam kelompok untuk sama-sama mendapatkan hak dan kewajiban yang sama, membiasakan anggota kelompok untuk saling menghormati, berbagi, dan berpandangan positif kepada anggota yang lain. Peka terhadap sesama sehingga turut merasakan dan mau menolong kesulitan atau penderitaan orang lain. 2) Belajar mengontrol diri dan pimpinan Untuk terciptanya suasana yang harmonis antara anggota kelompok, maka perlu dibuat aturan main. Ada penugasan, peran dan kewenangan untuk mencapai tujuan bersama. Kontrol ini sangat penting untuk keberlangsungan kelompok, dengan cara nasihat-menasihati sampai pada sanksi. 3) Tukar menukar pendapat Kebiasaan mengeluarkan pendapat dapat memupuk jiwa pemberani dan siap menerima pendapat orang lain walaupun pendapat itu berbeda dengan dirinya. Ketiga indikator keterampilan sosial tersebut, selanjutnya dikembangkan menjadi 7 sub indikator diantaranya: a) Kerjasama b) Tolong Menolong c) Adaptasi
7|Antologi UPI
Volume
d) Aktif selama proses pembelajaran e) Bertanggung jawab dan disiplin f) Berani bertanya dan mengemukakan pendapat g) Tepat dan cepat dalam merespon METODE Desain penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model Elliot. Model Elliot merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin yang mencoba menggambarkan secara lebih rinci langkah demi langkah yang harus dilakukan peneliti. Model Elliot ini terdiri atas tiga siklus, setiap siklusnya terdiri atas tiga tindakan atau lebih dan setiap tindakan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Setelah semua tindakan dilaksanakan, barulah dilakukan analisis dan refleksi. Setelah kegiatan refleksi selesai, dilanjutkan dengan membuat perencanaan baru dengan melihat kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya untuk dilakukan perbaikan. Partisipan yang dilibatkan dalam penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut: a. Subjek penelitian yaitu siswa SD sebanyak 30 orang yang terdiri dari 14 orang siswa perempuan dan 16 orang siswa laki-laki, dengan latar belakang yang berbeda baik dalam segi akademik dan sikapnya. b. Peneliti, yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dari mulai tahap perencanaan sampai pada perumusan kesimpulan. c. Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti juga dibantu oleh guru wali kelas VB sebagai observer. d. Selain itu, peneliti juga dibantu oleh teman sejawat yang membantu dalam mendokumentasikan selama proses kegiatan penelitian. Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SD Negeri Hegarmanah I, yang berlokasi di Dusun Mekar Asih RT 03/RW 13 Desa [Type text]
Edisi No.
Juni 2016
Hegarmanah Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Ada beberapa instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti, yang tertuju pada pengembangan keterampilan sosial, yaitu lembar pedoman wawancara, lembar observasi, catatan lapangan, lembar penilaian teman sejawat dan dokumentasi.
TEMUAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori ini dilakukan pada materi Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Kegiatan pembelajaran dilakukan sebanyak tiga siklus atau sembilan tindakan pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus I masih ditemukan banyak kendala dan kesulitan yang mengakibatkan adanya permasalahan dalam kegiatan pembelajaran. meskipun demikian, permasalahan tersebut semakin berkurang dengan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II , yang kemudian diperbaiki kembali pada siklus III. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan terdapat beberapa temuan yang menghambat jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori. Temuan pada Siklus I yaitu siswa sulit untuk berkelompok, siswa kurang aktif selama proses pembelajaran, siswa kurang menjalin kerjasama dengan kelompoknya, siswa masih terlihat ragu-ragu dan kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Temuan pada siklus II yaitu siswa belum percaya diri untuk mengemukakan pendapat saat bertanya dan ditanya ketika guru mengajukan pertanyaan, ada dua kelompok siswa yang tidak menemukan kode materi yang harus disusun dan siswa nampak kesulitan saat menyusun puzzle. Pada siklus III pembelajaran berlangsung kondusif dan temuan-temuan yang terdapat pada siklus
8|Antologi UPI
Volume
sebelumnya berhasil diminimalisirDengan diterapkannya model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori terlihat perubahan yang terjadi pada proses pembelajaran. Aktivitas pembelajaran terlihat lebih hidup, aktivitas guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya pun semakin terlihat dan terjalin dengan baik. Siswa ditempatkan sebagai subjek pembelajaran dengan guru sebagai fasilitator dan motivator dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung efektif dan kondusif. Penggunaan media yang bervariasi juga menambah antusiasme siswa untuk belajar. Sejalan dengan hal tersebut, penggunaan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori juga dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar khususnya pada materi “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan” dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata yang diperoleh siswa berdasarkan lembar observasi dan lembar penilaian teman sejawat. Nilai rata-rata keterampilan sosial yang dimiliki siswa terus menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada Siklus I yaitu 60,6 , Siklus II 78,5 dan Siklus III 81,4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori dalam pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar terdiri dari enam tahapan yaitu tahap persiapan, tahap penyajian materi yang dibantu dengan berbagai media pembelajaran, tahap kelompok, tahap [Type text]
Edisi No.
Juni 2016
turnamen akademik, tahap penghitungan skor dan tahap penghargaan. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori dalam pembelajaran IPS di kelas V Sekolah Dasar dengan materi “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia” membuat siswa tertarik dan antusias untuk mengikuti setiap tahapan pembelajaran pada setiap siklusnya. 2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning tipe Team Games Tournament berbasis Multisensori dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada pembelajaran IPS di Sekolah Dasar kelas V. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai keterampilan sosial siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. DAFTAR PUSTAKA [1]Sapriya. (2015). Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [2]Sjamsuddin, H. dan Maryani, E. (2008). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Sosial. Makalah pada Seminar Nasional, Makassar. [3]Solihatin, E., dan Raharjo. (2008). Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara [4]Slavin, RE. (2015). Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media [5]Shoimin, A. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : ArRuzz Media [6]Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
9|Antologi UPI
Volume
[7]Maryani, E. (2011). Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung : Alfabeta
[Type text]
Edisi No.
Juni 2016