1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MASALAHMASALAH SOSIAL PADA PEMBELAJARAN IPS DI SD Nunung Sarimanah1, Tuti Istianti2, Nenden Ineu H3 Prgram Studi SI Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya permasalahan rendahnnya pemahaman siswa dalam pembelajaran IPS di SD. Dalam proses pembelajarannya siswa hanya sebatas mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru tanpa berusaha membangun pengetahuan yang telah mereka miliki. Hal ini mengakibatkan pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi tidak bermakna. Penggunaan model konstruktvis sebagai alternatif pemacahan masalah. Dengan menggunakan model konstruktivis siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri dan mengaitkan pengetahuan yang telah siswa miliki dengan materi yang akan dibahas sehingga pembelajaran yang dilakukan siswa menjadi lebih bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran dan hasil belajar siswa pada pemahaman tentang masalah-masalah sosial dalam pembelajaran IPS di kelas IV SD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dengan desain John Elliot yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tirtayasa kelas IV B Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi lembar observasi, LKS, catatan lapangan, dokumentadi/foto dan soal evaluasi. Data yang diperoleh kemudian dideskripsikan, dianalisis serta direfleksikan untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil yakni pemahaman siswa meningkat. Peningkatan tersebut terlihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus pertama yaitu 50,75 kemudian pada siklus kedua yaitu 62,61 dan pada siklus ketiga yaitu 75,47. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa hasil belajar siswa meningkat pada mata pelajaran IPS dalam pemahaman tentang masalah-masalah sosial. Berdasarkan data yang diperoleh, penelitian ini direkomendasikan untuk menjadi pilihan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa SD. Kata kunci : Pemahaman, Model Konstruktivis
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Nunung Sarimanah¹, Tuti Istianti², Nenden Ineu H3 Model Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Masalah-Masalah Sosial pada Pembelajaran IPS di SD| 2
CONSTRUCTIVISM MODEL IMPLEMENTATION TO IMPROVE UNDERSTANDINGOF THE SOCIAL PROBLEMS IN LEARNING SUBJECT IN ELEMENTARY SCHOOL
ABSTRACT This research was motivated by the problems lack of understanding by students in learning social subject in elementary school. In learning process students merely listen and record material submitted by teachers without trying to build on the knowledge they already have. This resulted in the learning of the student becomes meaningless. Constructivist model as an alternative of problem-solving. Using the constructivist model, the students are given the opportunity to construct their own knowledge and linking knowledge that students have with the material that will be discussed, so student learning becomes more meaningful. This study aims to determine the learning process and student learning outcomes in understanding of the social problems in learning social subject in elementary school. The research method used is a research method designed by Jhon elliot consisting of three cycles and each cycle consisting of three acts. The study was conducted in a public elementary school classroom IV B Tirtayasa Kecamtan cileunyi Bandung. Data collection techniques used include observation sheets, worksheets, field notes, documentation / photos, and evaluation questions. Data obtained is described, analyzed, and reflected to plan further action. The improvement seen from the average value of student learning outcomes in the first cycle, namely 50.75 and then in the second cycle is 62.61 and 75.47 in the third cycle. The conclusions from this study is the increased student learning outcomes in social subject to understand social problems. Based on the results obtained. This research was recommended to be one of the alternative options to improve student learning outcomes in elementary school. Keywords: Comprehension, ConstructivistModel
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
3|Antologi UPI
Volume
PENDAHULUAN Potensi yang dimiliki manusia harus dikembangkan secara optimal, salah satu caranya yaitu dengan pendidikan. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangkan potensi manusia hasil interaksi dengan lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat sejak manusia itu dilahirkan. Pendidikan berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia,terutama diera globalisasi ini bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan manusia unggul yang mampu berkompetensi dalam semua aspek kehidupan. Dalam menyiapkan manusia yang unggul tersebut, maka diperlukan suatu penyelenggaraan pendidikan yang sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia. Sekolah sebagai salah satu pihak yang berperan penting dalam menyiapkan manusia yang unggul diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal dengan mengacu kepada sistem Pendidikan Nasional, seperti yang tertuang dalam Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional (UUSPN No. 20 Tahun 2003 bab II pasal 3) bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Syarifudin & Nur’aini, 2006, hlm. 179-180).
Edisi No.
Juni 2016
Sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional di atas, maka diperlukannya kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD terdapat salah satu mata pelajaran yang wajib dibelajarkan yaitu mata pelajaran IPS. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) pada hakekatnya merupakan sumber kekuatan yang harus dimiliki manusia untuk dapat melangsungkan komunikasi antara manusia yang satu dengan yang lainnya di dalam masyarakat. Pada jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi dan ekonomi, dengan mengkaji menganai seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi. Adapun tujuan IPS pada kurikulum 2006 adalah agar siswa memiliki kemampuankemampuan sebagai berikut: 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, berkompetisi dalam masyarakat majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global. Bertemali dengan tujuan pendidikan IPS tersebut, maka diperlukannya materimateri yang mampu menunjang tercapainya tujuan IPS tersebut, salah satunya materi mengenai masalahmasalah sosial yang terdapat di kelas 4 SD. Sebagaimana yang kita ketahui
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Nunung Sarimanah¹, Tuti Istianti², Nenden Ineu H3 Model Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Masalah-Masalah Sosial pada Pembelajaran IPS di SD| 4 bahwa dalam kehidupannya siswa akan banyak menemukan masalah-masalah sosial seperti, masalah sampah, tindak kejahatan, perilaku tidak disiplin dan lain-lain. Dengan mempelajari materi masalah-masalah sosial diharapkan siswa tidak hanya sebatas mengetahui akan masalah-masalah yang muncul di lingkungan sekitarnya maupun di masyarakat, akan tetapi diharapkan siswa dapat menjadi pribadi yang mempunyai kepekaan akan masalah sosial dan dapat membuat keputusan-keputusan serta memecahkan berbagai permasalahan dengan didasarkan pada bukti-bukti terbaik yang diperolehnya. Selain itu, siswa juga diharapkan dapat menjadi individu yang mempunyai sikap empati terhadap berbagai permasalahan yang muncul. Sejalan dengan hal tersebut, seyogyanya guru harus mampu merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Menurut pendapat McCombs & Miller (dalam Gunawan, 2013, hlm. 167) menyatakan bahwa pembelajaran yang tepat adalah berpusat kepada siswa, dengan peran guru sebagai fasilitator memberikan kesempatan dan tanggung jawab yang lebih banyak dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa harus terlibat secara aktif, dengan guru seharusnya memperhatikan keberadaan tiap-tiap siswa, karena pada dasarnya setiap individu bersifat unik dengan berbagai kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Selain memperhatikan karakteristik setiap siswa, guru juga harus mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan berbagai isu global dan tantangan dunia nyata dari mulai yang terkecil yang dipahami siswa mengarah kepada hal-hal yang lebih kompleks.
Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di kelas IV B SD Negeri Tirtayasa. Penyampaian materi IPS kurang dikemas secara menarik, guru hanya sebatas menyampaikan materi dari buku tanpa memperhatikan pemahaman siswa. Pembelajaran dilakukan tanpa menggunakan media yang bervariasi dan metode yang digunakan pun masih menggunakan metode konvensional yaitu metode ceramah. Hal ini mengakibatkan pembelajaran berlangsung hanya satu arah dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang bermakna. Sehubungan dengan permasalahan di atas, upaya untuk meningkatkan pemahaman dalam pembelajaran IPS di SD merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Model pembelajaran yang akan digunakan peneliti sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model konstruktivis. Model konstruktivis merupakan model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Sejalan dengan pendapat Widodo, dkk. (2010, hlm. 101) “model konstruktivis merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pengatahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar”.Berdasarkan pernyataan tersebut, maka model konstruktivis dirancang untuk menciptakan suasana yang aktif dalam proses pembelajaran dengan siswa membangun pengetahuan yang baru dan mengaitkan dengan pengetahuan awal yang sudah dimilikinya melalui interaksi sosial dengan peserta didik atau pun dengan gurunya.
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
5|Antologi UPI
Volume
Menurut Piaget (dalam Supriatna dkk, 2010, hlm. 42) meyakini bahwa manusia belajar melalui proses konstruksi satu struktur logika setelah struktur logika lain tercapai. Maksudnya, manusia dapat mempelajari sesuatu yang baru setelah sesuatu yang lain dipelajarinya. Konstruktivis memandang bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi dari siswa yang mengetahui sesuatu. Dalam proses pembelajaran model konstruktivis memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif secara mental membangun pengetahuannya yang dilandasi oleh struktur kognitif yang telah mereka miliki. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa dalam membangun pengetahuannya. Dengan siswa aktif dalam proses pembelajaran diharapkan siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri sehingga kemampuan berpikirnya berkembang dengan baik dan siswa tidak hanya sebatas mengetahui materi – materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru tetapi sampai pada tahap memahami atau pemahaman. Sebagaimana kita ketahui bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek yang penting yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran IPS, siswa dituntut untuk mengembangkan konsep-konsep tidak hanya kepada ranah kognitif saja, melainkan pada ranah afektif dan psikomotor serta siswa harus mampu mengaplikasikan konsep-konsep yang terdapat dalam materi IPS dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Yulaelawati (2007) mendefinisikan bahwa pemahaman adalah kemampuan untuk memahami materi atau bahan pelajaran. Proses pemahaman terjadi karena adanya kemampuan menjabarkan suatu materi ke materi lain. Seseorang dapat dikatakan memahami sesuatu apabila dapat menjelaskan narasi (pernyataan kosakata) ke dalam angka,
Edisi No.
Juni 2016
dapat menafsirkan sesuatu dengan katakatanya sendiri atau dengan rangkuman. Pemahaman dapat juga ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan kecenderungan, kemampuan meramalkan akibat-akibat dari berbagai penyebab atau gejala. Hal ini dapat diartikan bahwa hasil belajar dari pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, yaitusiswa kurang memahami materi yang diajarkan, siswa yang cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran, peneliti merasa tertarik untuk memecahkan permasalahan pemahaman dengan penerapan model konstruktivis untuk meningkatkan pemahaman tentang masalah-masalah soaial pada pembelajaran IPS di SD. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk mengadakan perbaikan pembelajaran IPS di kelas IV melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Tentang Masalah-masalah Sosial pada Pembelajaran IPS di SD” METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan istilah classroom action research. Menurut Mulyasa (2012, hlm. 11) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok siswa dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama-sama dengan siswa atau oleh siswa di bawah bimbingan dan arahan guru dengan maksud memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran.Selain itu Wardhani & Wihardit(2008, hlm. 1.4) mengemukakan bahwa penelitian
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Nunung Sarimanah¹, Tuti Istianti², Nenden Ineu H3 Model Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Masalah-Masalah Sosial pada Pembelajaran IPS di SD| 6 tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar meningkat. Sejalan dengan pengertian penelitian tindakan kelas di atas, maka tujuan dari PTK itu sendiri adalah untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran, maka tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas. Desain penelitian yang digunakan pada PTK ini adalah model Elliot, yang terdiri dari tiga siklus, dimanasetiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini yakni langkah pertama yaitu ide awal dimana peneliti mengidentifikasi permasalahan melalui observasi dan wawancaran. Kemudian setelah permasalahan ditemukan kemudian langkah selanjutnya yaitu temuan analisis dimana peneliti menganalisis untuk mencari solusi pada permasalahan yaitu dengan menerapkan model konstruktivis. Tahap selanjutnya yang peneliti lakukan adalah tahap perencanaan umum pertama, dimana pada tahap ini peneliti membuat dan menyusun perencanaan mengenai tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus satu. Kemudian setelah perencanaan dirasa matang, maka peneliti akan melaksanakan tindakan berupa pembelajaran pada siklus satu. Pada siklus satu ini pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ada dan tentunya disesuaikan juga dengan perencanaan yang sudah dibuat. Setelah melaksanakan tindakantindakan pada siklus satu, peneliti melakukan monitoring terhadap pelaksanaan siklus satu dan juga mengamati efek yang ada atau ditimbulkan di siklus satu. Dalam tahap
ini peneliti harus mampu mengidentifikasi hal-hal yang dirasa menjadi penghambat dalam proses pembelajaran sehingga nantinya dapat diketahui juga kegagalan-kegagalan yang ada di siklus satu. Kegagalan-kegagalan tersebut akan dijelaskan pada tahap berikutnya yaitu tahap penjelasan kegagalan implementasi. Kegagalan pada implementasi siklus satu ini dijadikan acuan untuk perbaikan di siklus selanjutnya. Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri Tirtayasa Kecamatan Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 24 orang siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda. Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, LKS (Lembar Kerja Siswa), Dokumentasi/foto, Lembar Evaluasi, dan Penilaian. Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah teknik kuantitatif, teknik kualitatif, dan triangulasi. Data yang berupa deskripsi diperoleh dari teknik kualitatif, kemudian data yang berupa angka-angka diperoleh dari teknik kuantitatif, sedangkan teknik triangulasi data adalah upaya untuk mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoeh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan menggunakan model multiliterasi investigasi di kelas IV SD Negeri Tirtayasa, peneliti menemukan
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
7|Antologi UPI
Volume
beberapa temuan-temuan pada setiap siklusnya. Temuan yang didapatkan pada proses pembelajaran di siklus I yaitu pada tahap pengungkapan konsepsi awal antusias siswa saat membuka pembelajaran masih kurang, akan tetapi ketika melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pengalaman sehari-hari siswa dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan dibahas, siswa merespon dengan baik walaupun masih terkesan ragu dan malu-malu. Pada tahap eksplorasi siswa masih terlihat kurang aktif, sehingga kegiatan tanya jawab berlangsung kurang efektif.. selain itu pada kegiatan diskusi kelompok hanya siswa pintar yang mendominasi dan aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep, siswa saling tunjuk menunjuk dengan sesama anggota kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas. Selain itu, siswa masih malu-malu ketika mengungkapkan pendapatnya dan siswa belum terbiasa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap pengembangan aplikasi, hanya satu atau dua orang yang mampu menjawab pertanyaan aplikat dari guru dan pada saat mengerjakan soal evaluasi terlihat kesulitan untuk memahami pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam soal tersebut, sehingga banyak siswa yang kebingungan dan sebagian besar dari mereka mencontek saat mengerjakan soal evaluasi. Pemahaman atau penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari masih kurang. Hal ini terlihat dari ratarata hasil belajar siswa pada siklus 1 yaitu 50,75. Pada siklus kedua, tahap pengungkapan konsepsi awal antusias dan partisipasi siswa sudah mulai muncul. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang mulai berani untuk
Edisi No.
Juni 2016
mengungkapkan pendapatnya ketika bertanya jawab dengan guru. Pada tahap eksplorasi, siswa sangat antusias mengamati media gambar yang ditempelkan guru di papan tulis, siswa aktif ketika mencerikan pengalamannya yang berhubungan dengan media yang disediakan guru. selain itu, kegiatan diskusi kelompok sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat semua anggota kelompok aktif dan saling bekerja sama dalam memecahkan permasalahanpermasalahan yang disajikan guru dalam LKS. Walaupun masih ada beberapa siswa yang masih acuh, mengobrol dan mengganggu temannya yang lain. Pada tahap diskusi dan penjelasan konsep siswa mulai mempunyai keberanian untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan menanggapi hasil diskusi kelompok lain. Namun, masih terdapat siswa yang diam menunggu penjelasan dari guru atau siswa. Selain itu siswa sudah mulai dapat menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap pengembangan dan aplikasi konsep. Beberapa siswa mulai aktif menjawab pertanyaan aplikatif dari guru dan pengerjaan soal evaluasi berlangasung tertib pada setiap tindakannya, termasuk siswa yang mencontek mulai berkurang. Pemahaman atau penguasaan materi yang telahdipelajari siswa dari setiap tindakannya mengalami peningkatan. Hal ini ditandai oleh hasil rata-rata evaluasi siswa yang mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu dari 50,75 meningkat menjadi 62,61. Pada Tahap Pengungkapan konsepsi awaldi siklus ketiga, antusias siswa sangat tinggi dimana siswa terlihat bersemangat dalam membuka pembelajaran melalui kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh guru dengan siswa.
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
Nunung Sarimanah¹, Tuti Istianti², Nenden Ineu H3 Model Konstruktivis untuk Meningkatkan Pemahaman Masalah-Masalah Masalah Masalah Sosial pada Pembelajaran IPS di SD SD| 8 Pada ada tahap eksplorasi, siswa sangat antusias mengamati media yang disediakan guru dan terlihat beberapa siswa berebutan untuk menjawab pertanyaan dari guru. selain itu, pada kegiatan diskusi kelompok berlangsung dengan efektif. Hal ini terlihat beberapa siswa wa yang memicu kegaduhan berkurang dan aktif dalam kegiatan diskusi. Pada tahap p diskusi dan penjelasan konsep, siswa sudah terbiasa dan mampu untuk mempresentasikan hasil dskusi dan percaya diri. Selain itu siswa sudah mampu menyimpulkan pembelajaran dengan baik. Pada tahap pengembangan dan aplikasi konsep. Siswa antusias menjawab pertanyaan aplikati dari guru dan pengerjaan soal evaluasi berlangsung dengan tertib. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada siklus 3 mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya yaitu dari 62,61 meningkat menjadi 75,47. Berdasarkan pemaparan di atas, nilai rata-rata rata kelompok siswa siklus I,II dan III dapat dilihat dari gambar diagram di bawah ini: 100 80 60 40 20 0
71,66 dan pada siklus III rata rata-rata nilai kelompok siswa meningkat menjadi 81,66. Selanjutnya gambar diagram hasil belajar siswa dapat dilihat di bawah ini: 80 75,47
60 40
62,61 50,75
20 0
Nilai Ratarata Has…
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Berdasarkan gambar diagram di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai rata-rata rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I nilai rata ratarata hasil belajar siswa yaitu 50,75. Pada siklus II rata-rata rata nilai hasil belajar siswa meningkat menjadi 62,61 dan pada siklus III nilai rata-rata rata hasil belajar siswa meningkat menjadi 75,47. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa model kontruktivis dapat meningkatkan pemahaman tentang masalah-masalah masalah sosial pada pembelajaran IPS kelas IV SD.
81,66 71,66 58,66 Nilai ratarata Kelompok setiap…
Siklus Siklus Siklus 1 2 3
Berdasarkan gambar diagram dia atas, dapat disimpulkan bahwa nilai keompok siswa mengalami peningkatan yang signifikan. Di mana dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata rata nilai kelompok siswa yaitu 58,66, pada siklus II rata--rata nilai kelompok siswa meningkatkan menjadi
KESIMPULAN Berdasarkan dasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya berkaitan dengan proses dan hasil yang diharapkan pada pembalajaran IPS materi masalah sosial dengan menggunakan model konstruktivis diperoleh simpulan sebagi berikut. 1. Proses pembelajaran IPS materi masalah-masalah masalah sosial dengan menggunakan model konstruktivis mengalami peningkatan pada setiap siklusya. Peningkatan ini ditandai dengan terjadinya perubahan yang
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.
9|Antologi UPI
Volume
signifikan pada diri siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Perubahan yang dimaksud dibuktikan dengan antusias siswa dalam belajar semakin meningkat yang ditandai dengan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran baik itu aktif dalam bertanya maupun aktif dalam mengemukakan pendapatnya ketika menjawab pertanyaan dari guru, aktif dalam kegiatan diskusi kelompok, dapat menganalisis permasalahan yang diberikan oleh guru melalui pengamatan/ observasi siswa terhadap masalah-masalah sosial yang dipelajari dengan mengamati dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada di dunia nyata yang dekat dengan kehidupan siswa. Seiring dengan keberhasilan penerapan model konstruktivis pada pembelajaran IPS tersebut tidak terlepas dari peran guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan di kelas seperti dengan variasi metode pembelajaran, pengembangan materi yang dihubungkan dengan pengalaman siswa sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. 2. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model konstruktivis padapembelajaran IPS materimasalah-masalah sosial mengalami peningkatan yang baik. Peningkatan nilai hasil belajar tersebut dapat dilihat dari rata-rata siklus I yaitu 50,67, selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 62,3, dan pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa yaitu sebesar 75,45. Berdasarkan peningkatan hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi masalah-masalah sosial semakin baik, hal ini dapat ditandai dengan siswa semakin mampu untuk menguraikan suatu konsep yang dipelajarinya
Edisi No.
Juni 2016
dengan kata-kata sendiri, siswa dapat menyebutkan contoh dari konsep yang dipelajari, siswa dapat menyatakan ciri-ciri suatu konsep yang dipelajari dan siswa semakin mampu untuk dapat memecahkan permasalahan dari suatu konsep yang dipelajari. DAFTAR PUSTAKA Gunawan, R. (2013). Pendidikan IPS filosofi, Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta Mulyasa, E. (2012). Praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: Rosda karya Supriatna, N., Mulyani, S., & Rokhayati, A. (2010). Pendidikan IPS SD. Bandung: Upi Press Syarifudin, T & Nur’aini. (2006). Landasan Pendidikan. Bandung: Upi Press Wardhani, I & Wihardit, K (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka Widodo, A, Wuryastuti, S, & Margaretha. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran ilosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya
1
penulis penulis penanggungjawab 3 penulis penanggungjawab 2
This PDF file is Created by trial version of Quick PDF Converter Suite. Please use purchased version to remove this message.