ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKNMELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUPINVESTIGATION KELAS IV SDN NO.28/1 DESA MALAPARI
Oleh: ERNI YANTI NIM. A1D109002
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI, 2014
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKNMELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUPINVESTIGATION KELAS IV SDN NO.28/1 DESA MALAPARI Oleh: Erni Yanti Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan FKIPUniversitas Jambi ABSTRAK Kata kunci : Hasil Belajar, Model Cooperative Learning Group Investigation, Pembelajaran Pkn Berdasarkan observasi masih banyak guru di SDN No.28/I Desa Malapari yang membuat suatu proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga berdampak pada hasil belajar khususnya pada pembelajaran Pkn, sehingga hasil belajar siswa di bawah KKM. Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN No.28/I Desa Malapari pada pembelajaran mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat melalui model pembelajaran group investigation. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas untuk siswa kelas IV SDN No.28/I Desa Malapari pada materi mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus.Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2013/2014. Setiap siklus terdapat perbedaan materi dan tindakan yang disesuaikan dengan program pembelajaran, hasil observasi dan evaluasi, dimana pada siklus III merupakan revisis dari siklus II dan siklus III merupakan revisi dari siklus III merupakan revisi dari siklus II dan siklus II merupakan revisi dari siklus I. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan ketuntasan secara klasikal dimana pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah 7 orang dengan persentase 37% dengan rata-rata 60 dan meningkatkan menjadi 68,4% dengan siswa yang tuntas sebanyak 13 orang dari 19 siswa dengan rata-rata kelas 7,36pada siklus II. Pada siklus III jumlah yang tuntas adalah 17 orang dari 19 siswa dengan persentase 89,4% dan memperoleh nilai rata-rata 8,15. Dapat disimpulkan hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar pada tiap siklus.Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dan dianalisis maka membuktikan bahwa model pembelajaran group investigation.Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mengenal sistem pemerintahan tingkat pusat di kelas IV SDN No.28/I Desa Malapari.
I.
PENDAHULUAN Hasbullah (2012:10) Pendidikan merupakan “fenomena manusia fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia”.Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi mnusuia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan, cakap. Pendidikan juga berfungsi sebagai pembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa . Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berpengaruh , dalam pembentukan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk waraga negara yang baik sekaligus menjunjujung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara. Dalam proses belajar belajar mengajar kita sering menemukan beberapa masalah. Anak-anak cendrung tidak tertarik dengan Pelajaran Pkn, karena dianggap sebagai suatu pelajaran yang hanya mementingkan suatu hafalan atau dibaca, sehingga menyebabakan rendahya minat belajar pkn bagi setiap siswa di sekolah. Salah satu faktor penyebab rendahnya minat belajar Pkn bagi siswa adalah pemilihan dan penerapan model yang kurang baik dan masih terfokus pada guru. Di dalam model pengajaran kebanyakan guru menggunakan model ceramah yang mengakibatkan siswa bosan dan mengurangi semangat belajar. Karena didalam model pembelajaran ini siswa butuh perhatian penuh dari gurunya.Maka model pembelajaran yang digunakan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 2
Untuk itu didalam proses belajar mengajar guru harus memiliki strategi atau model yang baik ,agar siswa bisa belajar secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pengajaran yang baik, dan dapat membangkitkn semangat belajar siswa, guru diharapkan dapat memilih model yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang ditandai dengan aktifitas siswa yang meningkat sehingga ketuntasan belajar siswa dapat tercapai. Menurut Aunurrahman (2012:150) “Keaktifan siswa melalui investigasi kelompok diwujudkan didalam aktivitas saling bertukar pikiran melalui komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan mulai dari kegiatan merencanakan sampai dengan pelaksanaan pemilihan topik-topik investigasi”. Tingkat hasil belajar siswa itu tergantung bagaimana seorang guru dalam menyampaikan materi yang mampu menarik perhatian siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative tipe Group Investgation.Menurut Purwanto (2009:47) Hasil belajar merupakan “cermin untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar”. Ada empat prinsip dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 1. Perhatian: menarik dengan cara menggunakan model pembelajaran yangbervariasi, menggunakan media yang relevan, tidak monoton dan tegang serta melibatkan seluruh siswa dalam bertanya jawab. 2. Relevansi: mengemukakan relevansi pelajaran dengan kebutuhan dan manfaat setelah mengikuti pelajaran dalam hal ini kita menjelaskan terlebih dahulu tujuan instruksional. 3. Percaya diri: menumbuhkan dan menguatkan rasa percaya diri pada siswa,hal ini dapat disiasati dengan menyampaikan pelajaran secara runtut dari yang mudah ke sukar. Tumbuhkembangkan kepercayaan siswa dengan pujian atas keberhasilannya. 4. Kepuasan: memberi kepercayaan kepada siswa yang telah menguasai ketrampilan tertentu untuk membantu teman-temannya yang belum berhasil dan gunakan pujian secara Verbal dan umpan balik atas prestasinya tersebut. Namun berdasarkan observasi lapangan masih banyak guru yang belum mampu membuat suatu proses pembelajaran menjadi belajar yang menyenangkan khususnya pada SDN No.28/1 Desa Malapari dapat dilihat pada tabel dibawah ini, hasil belajar siswa masih belum mencapai KKM 65 yang sudah ditetapkan. Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Pkn dan KKM
Tahun 2010 2011 2012
Nilai rata-rata siswa 59 60 60
Nilai KKM 60 65 65
Sumber dari data sekolah tahun 2010 sampai dengan 2013 dalam kegiatan pembelajaran berlangsung tampak dalam nilai rata-rata siswa yang selalu di bawah nilai KKM pada rentang 3 tahun terakhir. Maka dari latar belakang masalah diatas penulis ingin mengangkat masalah dengan judul “ Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKN Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation Kelas IV SDN No.28/1 Desa Malapari” II.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar menurut Sudjana (2009:22) adalah “kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajaranya.Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktvitas belajar”. Sementara Bloom (Hakim, 2009:100) mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu :“kognitif, afektif dan psikomotorik”. Menurut Sudjana (2009:22) Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : 1. Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motvasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. 2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualitas pengajaran.
1.
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 3
Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (2009:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motvasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. 2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreatvitasnya. 4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. 5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Keller (Nashar,2004:77)Hasil belajar adalah “terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar”. Seseorang dapat di katakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka di dapatkan hasil belajar. Salah satu tahap kegiatan evaluasi,baik yang berfungsi formatif maupun sumatif adalah tahap pengumpulan informasi melalui pengukuran. Menurut Darsono (2000:111) pengumpulan informasi hasil belajar dapat ditempuh melalui dua cara yaitu: a.Teknik Tes Teknik tes biasanya dilakukan disekolah-sekolah dalam rangka mengakhiri tahun ajaran atau semester.Pada akhir tahun,sekolah mengadakan tes akhir tahun. Menurut pola jawabannya tes dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: tes objektif,tes jawaban singkat,dan tes uraian. b.Teknis Non Tes Pengumpulan informasi atau pengukuran dalam evaluasi hasil belajar dapat juga dilakukan melalui observasi,wawancara dan angket. Teknis non tes lebih banyak digunakan untuk mengungkap kemampuan psikomotorik dan hasil belajar efektif. Menurut Sumiati (2009:200) fungsi evaluasi adalah untuk mengetahuiapakah tujuan yang diselenggarakan oleh guru mempunyai banyak kegunaan, baik bagi siswa, sekolah, ataupun bagi guru sendiri Bagi siswa hasil tes yang diselenggarakan oleh guru mempunyai banyak kegunaan, antara lain: 1. Mengetahui apakah ia sudah materi pembelajaran yang disajikan oleh guru. 2. Mengetahui bagian mana yang belum dikuasainya sehingga ia berusaha untuk mempelajarinya lagi sebagai upaya perbaikan. 3. Penguatan bagi siswa yang sudah memperoleh skor tinggi dan menjadi dorongan atau motvasi untuk belajar lebih baik lagi. 4. Mendiagnosa kondisi siswa. 5. Bagi guru untuk memperbaiki model pembelajaran. Sebagai alat penilai hasil pencapaian tujuan dalam pembelajaran, evaluasi harus dilakukan terus menerus. Evaluasi itu lebih dari hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar yang paling penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik dari proses pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi merupakan “unsur kegiatan penting dalam memproses pembelajaran, karena melalui evaluasi dapat di ketahui apakah tujuan yang direncanakan atau perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat di capai atau tidak, serta seberapa jauh keberhasilan belajar tersebut dapat dicapai” (Hakim,2009:163).
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 4
Semua pendapat di atas, menunjukkan bahwa belajar adalah proses perubahan. Perubahan itu tidak hanya perubahan lahir, tetapi juga perubahan batin, tidak hanya perubahan tingkah lakunya yang nampak, tetapi juga perubahan negatif yaitu semakin jelek perilakunya, atau perubahan yang positif yaitu perubahan menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. 2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan “sebagai sebuah aktivitas untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar, dapat dipandang sebagai sebuah sistem”(Pribadi ,2009:56). Menurut Asyhar (2011:6) pembelajaran adalah “sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik”. Menurut Hakim (2009:53) pembelajaran kooperatif merupakan “model pembelajaran dengan menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok”. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau, suku yang berbeda (heterogen).Dan Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Pembelajaran kooperatif atau Cooverative Learning bukanlah hal yang jarang kita temui, melainkan sangat sering kita lakukan. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang aktif dalam kelompok pembelajaran.Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok stretegi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut lungdren dalam isjoni (2009:16) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur dasar, antara lain sebagai berikut: 1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”. 2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab sendiridalam mempelajari maateri yang dihadapi. 3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memilki tujuanyang sama. 4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. 5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara indvidual materi yang ditangani dalam kelompok. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatun model pembelajaran yang menekankan kerja sama dalam suatu kelompok diskusi. a.
Group Investigation Group Investigation merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktvitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Dalam model Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 5
berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi. Menurut Aunurrahman (2012:154) “penerapan model investigasi kelompok juga memiliki dampak nurturant terutama sekali berupa kebebasan sebagai pelajaran, menumbuhkan harga diri serta mengembangkan kehangatan dan affiliasi”. III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Negeri No. 28/1 Desa Malapari. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV yang berjumlah 19 orang, siswa laki-laki 9 orang dan perempuan 10 orang.Siswa kelas IV rata-rata berumur 8 sampai dengan 9 tahun.Mereka berasal dari keluarga prasejahtera karena pada umumnya orang tua mereka bekerja sebagai petani karet. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa siklus.Setiap siklus dilaksanakan 2 kali tatap muka sesuai dengan pokok bahasannya. Dari observasi awal dalam pembahasan ditetapkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi PKN dengan menggunakan model pembelajaran cooperatif learning tipe group investigation dalam mengajar di kelas. Dari data observasi, evaluasi yang dikumpulkan di analisis untuk mengetahui apakah yang dilakukan sudah tepat atau perlu untuk di perbaiki. Hasil refleksi yang dilaksanakan akan dapat memberikan masukan untuk menetapkan dan melaksanakan tindakan berikutnya. Penelitian ini di lakukan tahap demi tahap untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa setelah perbaikan dilakukan. Dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah 65. Sedangkan indikator keberhasilan kinerja dalam penelitian ini dapat di tetapkan adalah sebagai berikut : aktivitas siswa di katakan berhasil jika kualifikasi kategorinya baik atau nilai paling rendah 70, prestasi belajar siswa di katakan berhasil jika nilai rata-rata yang di peroleh siswa lebih besar dari KKM yaitu 65, dan tanggapan siswa di katakan positif jika 75% siswa setuju dengan penggunaan model pembelajaran cooperatif learning tipe group investigation. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan latar belakang yang ditemukan rendahnya hasil belajar siswa materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat disebabkan oleh rendahnya minat dan motivasi belajar siswa,penyampaian materi dari guru, model yang dipakai oleh guru membuat bosan, jenuh, kesulitan pemahaman konsep dan kerjasama di antara siswa. Untuk memperbaiki kondisi tersebut penulis mencoba menggunakan model pembelajaran Tipe Group Investigation dalam pembelajaran Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat agar lebih menarik dan diharapkan akan meningkatkan aktivitas siswa yang akhirnya bermuara kepada peningkatan hasil belajar siswa. Pembelajaran cooperativemerupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Cooperative learning adalah “salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Cooperative learning juga merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda” (Isjoni : 2009 : 12). Setelah melaksanakan proses pembelajaran untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat dengan menggunakan model pembelajaran cooperative Tipe Group Investigation di SDN No.28/1 Desa Malapari tahun pelajaran 2013/2014. Dapat dilihat keberhasilan penggunaan model pembelajaran cooperative Tipe Group Investigation untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Hasil belajar dan keaktifan siswa meningkat secara bertahap dari setiap siklus sebagai berikut: 1. Hasil belajar siswa pada materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat meningkat dari setiap siklus. Untuk melihat lebih jelas keterhubungan hasil penelitian pada masing-masing siklus dengan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dapat dilihat pada tabel rekapitulasi. Temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus pertama adalah sebagai berikut: o Siswa masih bingung membentuk kelompok, dan mengerjakan tugas secara bersama-sama. o Siswa tidak berani mangajukan pertanyaan kepada guru tentang tugas yang dikerjakan, jika mereka tidak tahu. o Siswa masih belum jelas dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya o siswa belum mampu menarik kesimpulan bersama-sama guru Berdasarkan temuan siklus I maka dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan siklus II, yaitu sebagai berikut: o Guru menyajikan model pembelajaran cooperative Tipe Group Investigation dengan penuh semangat agar lebih menarik dari sebelumnya dengan tema yang sesuai dengan bahan ajar.
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 6
o Guru memberikan motivasi agar siswa berani bertanya dan berpendapat. o Guru mengontrol dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan o Guru memberikan latihan-latihan maupun PR secara terstruktur. Temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus pertama adalah sebagai berikut: o Siswa masih bingung membentuk kelompok, dan mengerjakan tugas secara bersama-sama. o Siswa tidak berani mangajukan pertanyaan kepada guru tentang tugas yang dikerjakan, jika mereka tidak tahu. o Siswa masih belum jelas dalam mempresentasikan hasil kerja kelompoknya o siswa belum mampu menarik kesimpulan bersama-sama guru Berdasarkan temuan siklus II maka dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan siklus III, yaitu sebagai berikut: o Guru menyajikan model pembelajaran cooperative Tipe Group Investigation dengan penuh semangat agar lebih menarik dari sebelumnya dengan tema yang sesuai dengan bahan ajar. o Guru memberikan motivasi agar siswa berani bertanya dan berpendapat. o Guru mengontrol dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan. o Guru memberikan latihan-latihan maupun PR secara terstruktur. Hasil observasi keaktifan belajar siswa secara keseluruhan dari semua indikator yang diobservasi pada siklus I masih berkategori kurang, sudah mulai membaik pada siklus ke II dan terus membaik pada siklus ke III. Ini menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dari setiap siklus.Temuan yang diperoleh selama pembelajaran siklus III adalah keaktivan siswa dari setiap indikator yang diobservasi meningkat dan dari hasil evaluasi pada siklus III menunjukkan peningkatan hasil belajar khususnya pada materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat. Dengan meninjau kembali hasil observasi dan evaluasi serta refleksi tindakan pada setiap siklus, dan berpedoman pada data akhir terhadap hasil belajar siswa serta memperhatikan pendapat dan pandangan para ahli, maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative Tipe Group Investigation dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, siswa lebih berminat, termotivasi dan lebih percaya diri dalam bertanya dan berpendapat yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa itu dapat dilihat pada grafik rekapitulasi dibawah ini:
Persentase Ketuntasan Klasikal 80 70 60 50 Persentase Ketuntasan Klasikal
40 30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Diagram 4.1 Rata-rata Ketuntasan Klasikal
V.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Terdapat peningkatan hasil belajar siswa mencapai 89,4% yang termasuk kategori tinggi karena hampir seluruh siswa mendapat nilai rata-rata lebih dari atau sama dengan 65.
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 7
2.
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu meningkat hasil belajar siswa pada materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat dengan menggunakan model cooperative tipe Group Investigation , pada siklus I jumlah siswa yang tuntas adalah 7 orang dengan ketuntasan 37% dengan rata-rata kelas 60 dan meningkat 68,4% dengan siswa yang tuntas dengan siswa yang tuntas 13 dengan rata-rata 7,36 pada siklus ke II. Pada siklus III jumlah siswa yang tuntas 17 orang yang dengan persentase ketuntasan 89,4% dan memperoleh rata-rata kelas 8,15. 3. Berdasarkan hasil observasi siswa selama pembelajaran dari ketiga siklus dapat di simpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SDN No.28/1 Desa Malapari khususnya pada pembelajaran Pkn dengan materi Sistem Pemerintahan Tingkat Pusat. 2. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru jangan bersifat konvensional dan monoton lagi, guru sebaiknya aktif dalam mencari sumber-sumber belajar untuk materi pengajaran mata pelajaran Pkn. Guru sebaiknya aktif dan kreatif dalam penggunaan model pembelajaran untuk mendukung proses belajar mengajar Pkn agar lebih menarik, tidak membosankan serta dapat memotivasi siswa. Adanya kerjasama antara pihak sekolah dengan pihak instansi pendidikan lainnya, yang diharapkan dapat memfasilitasi dalam mengembangkan proses pembelajaran Pkn dengan cara berusaha menyediakan sarana pembelajaran, seperti pelatihan pembuatan dan penggunaan model pembelajaran cooperative learning yang sesuai dengan materi ajar.
DAFTAR PUSTAKA Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajaran.Bandung:Alfabeta Asyar, Rayandra,2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Pers (GP) Departemen Pendidikan Nasional, 2006, Penelitian Tindaan Kelas, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Proyek Pengembangan Guru Sekolah Hasbullah, 2012. Dasar-Dasar Pendidikan.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hakim,Lukmanul.2009 Perencanaan Pembelajaran. Bandung: CV WACANA PRIMA. Hermawan, Asep Herry, 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta:Universitas Terbuka. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Ibrahim, Muslimin, et.al.. 2011. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Kiranawati. 2007. Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation). http: //gurupkn.wordpress.com/2007/11/13/ metode-investigasi-kelompok-group-investigation/. (Diakses tgl 13 November 2013). Maesaroh, Siti 2005. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Nana, Sudjana.2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Priyadi, Benny, 2009, Model Desain Sistim Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 8
Rasyid, Harun, 2009. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV WACANA PRIMA. Rahmansyah, Muhamad Ali. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Multimedia Siswa Kelas X SMK I Germe Gresik”. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Setiawan. (2006). Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan. Yogyakarta:GM Press. Sumiati, 2009, Metode Pembelajaran. Bandung: CV WACANA PRIMA. Sumantri, Mulyani (2010). Kurikulum pengajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Winaputra, S Udin. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1. Yusuf, Syamsu. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Erni Yanti, FKIP S1 PGSD_______________________________________________________________________ Page 9