VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO Pada bab sebelumnya, telah dilakukan analisis dampak kebijakan Gernas dan penerapan bea ekspor kakao terhadap kinerja industri hilir dan penerimaan petani kakao. Kebijakan yang disimulasikan tersebut merupakan kebijakan yang sudah diterapkan oleh pemerintah. Sementara itu, skenario alternatif kebijakan pengembangan agribisnis kakao dalam bab ini adalah alternatif kebijakan yang berpeluang untuk diterapkan dalam upaya pengembangan agribisnis kakao, terutama yang terkait dengan industri hilir dan penerimaan petani. Skenario alternatif kebijakan yang disimulasikan dalam penelitian ini seperti yang telah disajikan pada Bab IV adalah sebagai berikut: 1. Skenario 4: Skenario 2 plus peningkatan produktivitas dan mutu kakao rakyat non Gernas sebesar 50 persen. Dengan demikian, dalam skenario ini diasumsikan terjadi peningkatan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao sebesar 50 persen dari kondisi awal, namun program Gernas kakao dan bea ekspor kakao tetap diterapkan dengan tingkat pencapaian target sebesar 60 persen. 2. Skenario 5: Skenario 2 minus bea ekspor kakao. Asumsi yang digunakan adalah kebijakan penghapusan bea ekspor kakao dengan tetap melaksanakan program Gernas kakao dengan tingkat pencapaian target sebesar 60 persen. 3. Skenario 6: Skenario 5 plus peningkatan kapasitas industri sama dengan dampak bea ekspor. Asumsi yang digunakan dalam skenario ini adalah kebijakan penghapusan bea ekspor kakao, namun pemerintah tetap memberikan insentif fiskal dan moneter terhadap industri pengolahan serta memperbaiki iklim usaha dan infrastruktur sehingga diasumsikan mampu mendorong industri pengolahan sama seperti penerapan bea ekspor kakao dengan tingkat pencapaian target sebesar 60 persen. Di sisi lain, pelaksanaan program Gernas kakao tetap dilaksanakan dengan tingkat pencapaian target sebesar 60 persen. 4. Skenario 7: Penggabungan skenario 4, 5 dan 6, yaitu alternatif kebijakan dengan meningkatkan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao, serta kebijakan penghapusan bea ekspor kakao, namun pemerintah tetap memberikan
114
insentif
fiskal
dan
moneter
terhadap
industri
pengolahan
serta
memperbaiki iklim usaha sehingga diasumsikan mampu mendorong industri pengolahan sama seperti penerapan bea ekspor kakao dengan target pencapaian 60 persen. 5. Skenario 8: Skenario 7 plus peningkatan kapasitas industri 10 persen per tahun. Pada skenario ini, asumsi yang digunakan sama seperti skenario 7, namun kebijakan pemerintah terhadap pengembangan industri pengolahan kakao meningkat sebesar 10 persen per tahun. 8.1 Skenario 4: Skenario 2 Plus Peningkatan Produktivitas dan Mutu Kakao Rakyat Non Gernas sebesar 50 Persen Asumsi yang digunakan dalam skenario 4 ini adalah adanya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao sebesar 50 persen dari kondisi awal. Pertimbangan penerapan asumsi ini adalah penerimaan pemerintah dari penerapan bea ekspor dikembalikan kepada petani yang tidak mengikuti program Gernas kakao melalui subsidi input seperti benih unggul, pupuk, obat-obatan serta kelembagaan pendukung sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan mutu usahatani kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao. Di sisi lain, pelaksanaan Gernas dan penerapan bea ekspor kakao tetap dilaksanakan dengan asumsi tingkat pencapaian target sebesar 60 persen. 100 80 60 40 20 0
Aktual: Daya serap biji oleh industri Skenario 4: Daya serap biji oleh industri
Gambar 52 Daya serap biji kakao oleh industri pada kondisi aktual dan skenario 4, Tahun 2008-2025.
115
Hasil simulasi terhadap kemampuan industri pengolahan dalam menyerap produksi biji kakao nasional menunjukkan bahwa dengan skenario 4, daya serap industri pengolahan lebih rendah dari kondisi aktual sebelum tahun 2020 (Gambar 52). Adanya peningkatan produktivitas kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao mampu sebesar 50 persen mampu meningkatkan
produksi
biji
kakao
dengan
sangat
signifikan,
sehingga
pertumbuhan industri pengolahan tidak mampu mengimbanginya. Pada tahun 2025, industri pengolahan dalam negeri diperkirakan hanya mampu menyerap 38,78 persen produksi biji kakao dalam negeri.
40 35 30 25 20 15
Aktual: Pangsa Nilai Kakao Olahan Aktual: Pangsa Volume Kakao Olahan Skenario 4: Pangsa Nilai Kakao Olahan Skenario 4: Pangsa Volume Kakao Olahan
Gambar 53 Pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan pada kondisi aktual dan skenario 4, Tahun 2008-2025. Rendahnya daya serap industri pengolahan menyebabkan terjadinya surplus biji kakao dalam negeri yang semakin tinggi. Hal tersebut berdampak pada meningkatnya ekspor biji kakao ke pasar internasional. Dari Gambar 53 dapat
dilihat
bahwa
terjadinya
peningkatan volume
ekspor
biji
kakao
menyebabkan pangsa ekspor kakao olahan mengalami penurunan yang cukup drastis. Selama periode analisis, pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan selalu lebih rendah dibandingkan kondisi aktual. Pada tahun 2025, pangsa volume ekspor kakao olahan dari total volume ekspor kakao hanya sebesar 24,39 persen, masih lebih tinggi dibandingkan kondisi aktual sebesar 22,58
116
persen. Sedangkan pangsa nilai ekspor kakao olahan hanya sebesar 32,11 persen, juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi aktual yang mencapai 29,9 persen. Alternatif kebijakan pemerintah dengan skenario 4 memberikan dampak positif terhadap penerimaan petani yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao. Penurunan harga di tingkat petani akibat penerapan bea ekspor kakao mampu diimbangi oleh peningkatan produktivitas dan mutu biji kakao. Dari Gambar 54 dapat dilihat bahwa penerimaan petani yang tidak terlibat dalam Gernas kakao meningkat secara signifikan dibandingkan dengan kondisi aktual. Sedangkan penerimaan petani yang mengikuti program Gernas kakao tidak mengalami perubahan seperti skenario 2. Pada tahun 2025, penerimaan petani yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao mencapai Rp. 9,9 juta per ha,
( Rp.0 0 0 ,- )
sedangkan pada kondisi aktual hanya Rp. 4,18 juta per ha.
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
Aktual: Penerimaan petani Skenario 4: Penerimaan petani Gernas Skenario 4: Penerimaan petani Non-Gernas
Gambar 54 Penerimaan petani pada kondisi aktual dan skenario 4, Tahun 2008-2025 Dari kriteria-kriteria yang diukur di atas, alternatif kebijakan dengan skenario 4 mampu meningkatkan penerimaan petani, khususnya yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao secara signifikan. Skenario ini juga menyebabkan produksi biji kakao meningkat tajam dan tidak mampu diimbangi
117
peningkatan kapasitas industri sehingga daya serap biji kakao oleh industri pengolahan domestik menjadi rendah. Kondisi ini juga berdampak pada menurunnya pangsa ekspor kakao olahan baik dari sisi volume maupun nilai. 8.2 Skenario 5: Skenario 2 Minus Bea Ekspor Kakao Skenario 5 merupakan hasil modifikasi terhadap skenario 2 dengan mengasumsikan tidak ada bea ekspor kakao sehingga variabel bea ekspor pada model skenario 2 dihilangkan. Program Gernas kakao tetap dilaksanakan dengan asumsi pencapaian produktivitas dan mutu biji kakao sebesar 60 persen dari dampak yang diharapkan. Dengan demikian, dampak yang diakibatkan oleh penerapan bea ekspor seperti peningkatan kapasitas terpasang dan utilisasi industri, penurunan harga di tingkat petani serta penurunan luas areal perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao tidak terjadi. Dasar yang digunakan untuk menempatkan skenario ini sebagai salah satu bahan analisis adalah penerapan bea ekspor hanya menguntungkan bagi industri pengolahan, sedangkan petani kakao khususnya yang tidak terlibat dalam
program Gernas
kakao mengalami kerugian
berupa
penurunan
penerimaan. Selain itu, penerapan bea ekspor kakao juga menyebabkan penurunan luas areal perkebunan kakao. Skenario ini digunakan untuk menganalisis dampak
kebijakan Gernas kakao terhadap sistem agroindustri
kakao. Hasil simulasi menunjukkan bahwa alternatif kebijakan dengan skenario 5 menyebabkan kemampuan industri pengolahan dalam menyerap produksi biji kakao menurun dibandingkan dengan kondisi aktual (Gambar 55). Selama periode
analisis,
daya
serap
industri
pengolahan
selalu
lebih
rendah
dibandingkan kondisi aktual. Pada tahun 2025, industri pengolahan diperkirakan hanya mampu menyerap 27,81 persen produksi biji kakao, sedangkan pada kondisi aktual mampu menyerap sebesar 30,41 persen. Perubahan perilaku daya serap industri yang mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisi aktual pada skenario 5 ini disebabkan oleh kapasitas terpasang dan utilisasi kapasitas terpasang industri pengolahan kakao tidak mengalami perubahan. Di sisi lain, terjadi peningkatan produksi biji kakao akibat pelaksanaan program Gernas dibandingkan dengan kondisi aktual, sehingga kemampuan industri pengolahan untuk menyerap produksi biji kakao domestik mengalami penurunan.
118
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktual: Daya serap biji oleh industri Skenario 5: Daya serap biji oleh industri
Gambar 55 Daya serap biji kakao oleh industri pada kondisi aktual dan skenario 5, Tahun 2008-2025.
40 35 30 25 20 15
Aktual: Pangsa Nilai Kakao Olahan Aktual: Pangsa Volume Kakao Olahan Skenario 5: Pangsa Nilai Kakao Olahan Skenario 5: Pangsa Volume Kakao Olahan
Gambar 56 Pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan pada kondisi aktual dan skenario 5, Tahun 2008-2025.
119
Rendahnya daya serap industri menunjukkan peningkatan produksi kakao olahan lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan produksi biji kakao. Kondisi tersebut berdampak pada pertumbuhan ekspor biji kakao lebih tinggi dibandingkan kakao olahan sehingga pangsa ekspornya mengalami penurunan. Gambar 56 menunjukkan bahwa pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan cenderung mengalami penurunan selama periode analisis. Pangsa tersebut juga lebih rendah dibandingkan dengan kondisi aktual. Pada tahun 2025, pangsa ekspor volume dan nilai kakao olahan diperkirakan masing-masing sebesar 19,55 persen dan 26,26 persen. Dampak alternatif kebijakan dengan skenario 5 terhadap penerimaan petani mampu meningkatkan penerimaan petani yang terlibat dalam program Gernas kakao. Sedangkan petani yang tidak terlibat memiliki tingkat penerimaan yang sama dengan kondisi aktual (Gambar 57). Namun, penerapan alternatif kebijakan dengan skenario 5, mampu meningkatkan penerimaan petani, baik yang mengikuti Gernas maupun tidak jika dibandingkan dengan skenario 2. Peningkatan ini terjadi karena petani dapat memperoleh harga yang lebih tinggi
( Rp.0 0 0 ,- )
dibandingkan dengan skenario 2 akibat tidak adanya penerapan bea ekspor.
20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
Aktual: Penerimaan petani Skenario 5: Penerimaan petani Gernas Skenario 5: Penerimaan petani Non-Gernas
Gambar 57 Penerimaan petani pada kondisi aktual dan skenario 5, Tahun 2008-2025.
120
8.3
Skenario 6: Skenario 5 Plus Peningkatan Kapasitas Industri Sama dengan Dampak Bea Ekspor Alternatif strategi kebijakan pengembangan sistem agroindustri kakao
dengan skenario 6 adalah pengembangan skenario 5 dengan pemberian insentif oleh pemerintah yang mampu mendorong perkembangan industri pengolahan kakao. Pada skenario ini, insentif yang diberikan pemerintah seperti keringanan pajak, subsidi suku bunga pinjaman, perbaikan infrastruktur, perbaikan iklim usaha dan lain-lain diasumsikan mampu mendorong industri pengolahan sama seperti penerapan bea ekspor kakao dengan tingkat pencapaian target sebesar 60 persen. Dengan demikian asumsi pada skenario 6 adalah program Gernas kakao dilaksanakan dengan pencapaian dampak sebesar 60 persen dari target, bea ekspor dihapuskan dan diganti dengan pemberian insentif terhadap pelaku industri yang mampu mendorong industri pengolahan sama seperti penerapan bea ekspor kakao dengan tingkat pencapaian dampak kebijakan sebesar 60 persen dari target. Skenario ini disusun untuk menghilangkan dampak negatif pelaksanaan bea ekspor kakao terhadap penerimaan petani akibat adanya penurunan harga. Sedangkan kebijakan pengganti bea ekspor digunakan berdasarkan beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa ada beberapa insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah dalam upaya pengembangan agroindustri. Insentif tersebut antara lain kebijakan pajak (Sinaga dan Susilowati, 2007), insentif investasi; kebijakan harmonisasi tarif bagi produk hilir dan bahan bakunya (Suprihatini, 2004); pengendalian nilai tukar, penetapan tingkat suku bunga (Munandar, et al., 2008; Sukmananto, 2007). Selain itu, kebijakan pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif juga mampu mendorong industri hilir seperti jaminan keamanan investasi, supply chain management dan infrastruktur (Suprihatini, 2004),
layanan dan kemudahan dalam melakukan
bisnis (Christy, et al., 2009). Pemberian insentif dan penciptaan iklim usaha tersebut diasumsikan mampu mendorong perkembangan industri pengolahan kakao juga didasarkan pada hasil penelitian Syam (2006) yang menyebutkan bahwa beberapa kendala utama dalam program pengembangan agroindustri kakao adalah keterbatasan modal usaha, buruknya mekanisme birokrasi seperti perizinan dan pajak, serta infrastruktur yang belum memadai.
121
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktual: Daya serap biji oleh industri Skenario 6: Daya serap biji oleh industri
Gambar 58 Daya serap biji kakao oleh industri pada kondisi aktual dan skenario 6, Tahun 2008-2025. Hasil simulasi terhadap skenario 6 menunjukkan bahwa selama periode analisis, kemampuan industri pengolahan kakao dalam menyerap produksi biji kakao lebih tinggi dibandingkan kondisi aktual (Gambar 58). Kondisi ini menunjukkan bahwa alternatif kebijakan dengan skenario 6, mampu mendorong pertumbuhan industri lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan produksi biji kakao. Dengan skenario ini, pada tahun 2025, daya serap industri pengolahan mencapai 83,07 persen. Alternatif kebijakan dengan skenario 6 juga mampu meningkatkan pangsa ekspor kakao olahan menjadi lebih baik dibandingkan dengan kondisi aktual selama periode analisis (Gambar 59). Kondisi ini disebabkan oleh tingginya daya serap biji kakao oleh industri pengolahan sehingga biji kakao yang tersedia untuk diekspor semakin berkurang. Di sisi lain, volume kakao olahan yang tersedia untuk diekspor mengalami peningkatan. Pada tahun 2025, dari 1.138.705,7 ton ekspor kakao Indonesia, 67,69 persen di antaranya merupakan kakao olahan. Sedangkan jika dilihat dari sisi nilai, pangsa nilai ekspor kakao olahan 75,44 persen.
122
Gambar 59 Pangsa volum lume dan nilai ekspor kakao olahan pada kondi ndisi aktual dan an skenario 6, Tahun 2008-2025.
Gambar 60 Penerim rimaan petani pada kondisi aktual dan skenario rio 6, Tahun 2008-2025. Dilihat dari sisi pener n sskenario 6 nerimaan petani, alternatif kebijakan dengan tidak mengalami perubaha Gambar 60). han jika dibandingkan dengan skenario 5 (Ga Hal ini terjadi karena ske pasitas dan skenario 5 dan 6 hanya berbeda pada kapa
123
utilisasi industri pengolahan. Namun jika dibandingkan dengan kondisi aktual, skenario 6 mampu meningkatkan penerimaan petani yang terlibat dalam program Gernas kakao, sedangkan penerimaan petani yang tidak terlibat dalam program tersebut memiliki penerimaan yang sama dengan kondisi aktual. 8.4 Skenario 7: Penggabungan Skenario 4, 5 dan 6 Skenario 7 merupakan penggabungan alternatif strategi kebijakan yang disimulasikan pada skenario 4, 5 dan 6. Dengan demikian, asumsi yang digunakan dalam skenario ini adalah dengan menggunakan alternative kebijakan sebagai berikut: 1. Meningkatkan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao sebesar 50 persen dari kondisi pada tahun awal analisis 2. Kebijakan penghapusan bea ekspor kakao, namun pemerintah tetap memberikan insentif fiskal dan moneter seperti keringanan pajak dan subsidi suku bunga pinjaman terhadap industri pengolahan serta memperbaiki iklim usaha dan infrastruktur sehingga diasumsikan mampu mendorong industri pengolahan sama seperti penerapan bea ekspor kakao dengan tingkat pencapaian dampak kebijakan sebesar 60 persen dari target. 3. Tetap
melaksanakan
program
Gernas
kakao
dengan
pencapaian dampak kebijakan sebesar 60 persen dari target. 100 80 60 40 20 0
Aktual: Daya serap biji oleh industri Skenario 7: Daya serap biji oleh industri
Gambar 61 Daya serap biji kakao oleh industri pada kondisi aktual dan skenario 7, Tahun 2008-2025.
tingkat
124
Hasil simulasi terhadap skenario 7 menunjukkan bahwa sebelum tahun 2017, kemampuan industri pengolahan menyerap produksi biji kakao masih lebih rendah dibandingkan kondisi aktual (Gambar 61). Namun setelah tahun 2017, daya serap industri pada skenario 7 lebih tinggi dibandingkan kondisi aktual karena pada kondisi aktual terjadi tren penurunan daya serap industri walaupun daya serap industri pengolahan pada skenario 7 relatif stagnan sejak tahun 2011. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kapasitas dan utilisasi produksi industri pengolahan relatif sama dengan pertumbuhan produksi biji kakao. Dengan skenario 7, produksi biji kakao yang dapat diserap oleh industri pengolahan pada tahun 2025 diperkirakan sebesar 38,96 persen. Daya serap industri pengolahan kakao yang relatif stagnan juga diikuti oleh pangsa ekspor kakao olahan baik volume maupun nilai. Dari Gambar 62 dapat dilihat bahwa pangsa ekspor kakao olahan relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan sejak tahun 2015. Pangsa ekspor kakao olahan baik volume maupun nilai dengan skenario 7 baru bisa melampaui kondisi aktual pada tahun 2020. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja ekspor industri pengolahan pada skenario 7 masih lebih rendah dibandingkan kondisi aktual. Pada tahun 2025, pangsa volume ekspor kakao olahan diperkirakan sebesar 24,41 persen, sedangkan pangsa nilai ekspor kakao olahan adalah sebesar 32,13 persen.
50 45 40 35 30 25 20 15
Aktual: Pangsa Nilai Kakao Olahan Aktual: Pangsa Volume Kakao Olahan Skenario 7: Pangsa Nilai Kakao Olahan Skenario 7: Pangsa Volume Kakao Olahan
Gambar 62 Pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan pada kondisi aktual dan skenario 7, Tahun 2008-2025.
( Rp.0 0 0 ,- )
125
20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
Aktual: Penerimaan petani
Skenario 7: Penerimaan petani Gernas
Skenario 7: Penerimaan petani Non-Gernas
Gambar 63 Penerimaan petani pada kondisi aktual dan skenario 7, Tahun 2008-2025. Alternatif kebijakan dengan menggunakan skenario 7 menyebabkan penerimaan petani menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi aktual (Gambar 63). Peningkatan penerimaan petani tersebut disebabkan oleh 3 faktor yaitu: (i) peningkatan produktivitas perkebunan rakyat, baik yang mengikuti program Gernas maupun tidak; (ii) peningkatan produksi biji kakao fermentasi yang memiliki tingkat harga yang lebih baik pada perkebunan rakyat; dan (iii) penghapusan bea ekspor kakao menyebabkan tingkat harga yang diterima petani menjadi lebih tinggi. Pada tahun 2025, penerimaan petani Gernas diperkirakan mencapai Rp. 15,01 juta, dan petani yang tidak terlibat dalam Gernas sebesar Rp. 10,84 juta.
8.5 Skenario 8: Skenario 7 Plus Peningkatan Kapasitas Industri 10 Persen per Tahun Alternatif kebijakan dengan skenario 8 merupakan pengembangan dari skenario 7 dimana kapasitas terpasang industri pengolahan diasumsikan meningkat sebesar 10 persen per tahun, sedangkan utilisasinya meningkat sebesar 20 persen dari kondisi aktual menjadi 79,9 persen. Pertimbangan dari penggunaan skenario ini adalah rendahnya daya serap industri pengolahan
126
terhadap produksi biji kakao serta masih rendahnya pangsa ekspor volume dan biji kakao olahan yang dihasilkan dengan skenario 7. Dengan demikian, secara keseluruhan asumsi yang digunakan pada skenario 8 adalah: 1. Meningkatkan produktivitas dan mutu kakao perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao sebesar 50 persen dari kondisi pada tahun awal analisis 2. Kebijakan penghapusan bea ekspor kakao, namun pemerintah tetap memberikan insentif fiskal dan moneter seperti keringanan pajak dan subsidi suku bunga pinjaman terhadap industri pengolahan serta memperbaiki
iklim
usaha
dan
infrastruktur
sehingga
kapasitas
terpasang industri pengolahan diasumsikan meningkat sebesar 10 persen per tahun, sedangkan utilisasinya meningkat sebesar 20 persen dari kondisi aktual menjadi 79,9 persen. 3. Tetap
melaksanakan
program
Gernas
kakao
dengan
tingkat
pencapaian dampak kebijakan sebesar 60 persen dari target.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktual: Daya serap biji oleh industri Skenario 8: Daya serap biji oleh industri
Gambar 64 Daya serap biji kakao oleh industri pada kondisi aktual dan skenario 8, Tahun 2008-2025 Hasil simulasi terhadap skenario 8 menunjukkan bahwa kinerja sistem agroindustri kakao lebih baik dari kondisi aktual. Dinamika daya serap biji kakao oleh industri pengolahan menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, bertolak belakang dengan kondisi aktual (Gambar 64). Penerapan alternatif
127
kebijakan dengan sk skenario 8, industri pengolahan kakao dip diperkirakan akan mampu mengolah 84 84,27 persen produksi biji kakao Indonesia pa pada tahun 2025. Dengan demikian,, b biji kakao yang tersedia untuk dieksporr masih tersedia sebesar 15,73 persen sen atau sebesar 622 ribu ton. Pangsa volum me dan nilai ekspor kakao olahan deng ngan penerapan alternative kebijakan an skenario 8 juga menunjukkan kecenderun ungan yang terus meningkat dan nilainy inya selalu lebih tinggi dibandingkan kondisi si aktual (Gambar 65). Dengan skenar nario ini, pertumbuhan ekspor kakao olaha ahan lebih tinggi dibandingkan ekspor or biji kakao sehingga pangsanya mengalam lami peningkatan. Pada tahun 2025, pa pangsa volume ekspor kakao olahan mencapa pai 68,03 persen, sedangkan pangsa ni nilai ekspor kakao olahan sebesar 75,73 perse rsen.
Gambar 65 Pangsa sa volume dan nilai ekspor kakao olahan pada da kondisi aktual dan skenario 8, Tahun 2008-2025. Selain member erikan dampak positif terhadap industri pen engolahan kakao, alternatif kebijakan d dengan skenario 8 juga mampu meningkatk atkan penerimaan petani, baik yang ter terlibat dalam program Gernas kakao maupu pun tidak. Hal ini dapat dilihat dari tingk ngkat penerimaan petani dibandingkan dengan an kondisi aktual, dimana dengan skena kenario 8, penerimaan petani lebih tinggi diband andingkan dengan kondisi aktual (Gam mbar 66). Pada akhir periode analisis, pen enerimaan petani Gernas diperkirakan n mencapai Rp. 15,01 juta per ha, sedangk gkan penerimaan
128
petani yang tidak terlibat da dalam program Gernas kakao mencapai Rp. p. Rp. 10,84 juta.
Gambar 66 Penerim rimaan petani pada kondisi aktual dan skenario rio 8, Tahun 2008-2025. Secara keseluruhan, latif mampu n, alternatif kebijakan dengan skenario 8 rela mendorong industri peng lebih baik. ngolahan dan usahatani kakao menjadi le Skenario ini dapat mening sitas terpakai ingkatkan kapasitas terpasang dan kapasitas industri pengolahan sehing aya tersebut ngga produksi kakao olahan meningkat. Upay juga tidak mengorbankan an usahatani kakao sebagaimana dengan an adanya penerapan bea ekspor yan yang menyebabkan penurunan harga di tingk ngkat petani yang mendorong penuruna nan luas areal perkebunan rakyat. 8.6 Perbandingan Antarr S Skenario Alternatif Hasil simulasi dari be berbagai skenario di atas dapat dibandingkan n sa satu sama lain untuk merumuskan a alternatif kebijakan yang paling baik dala alam upaya pengembangan sistem ag agroindustri kakao sekaligus peningkatan pe penerimaan petani. Dalam analisis ini,i, d dilakukan membandingkan kinerja model pad pada kondisi aktual dengan hasil pene nerapan kebijakan pengembangan agroindust dustri kakao dengan skenario 2 serta a alternatif kebijakan dengan skenario 4, 5, 6, 7 dan 8,
129
sehingga dapat diperoleh alternatif kebijakan yang memiliki kinerja yang paling baik. Perbandingan simulasi yang terkait dengan output model sistem agroindustri kakao yaitu daya serap industri pengolahan, pangsa volume dan nilai ekspor kakao olahan serta penerimaan petani disajikan pada Gambar 67, 68, 69 dan 70 serta Lampiran 5, 6, 7, 8 dan 9. Sedangkan perbandingan simulasi yang terkait dengan output submodel pengolahan kakao, penyediaan bahan baku, konsumsi dan perdagangan disajikan pada Lampiran 10, 11, 12, 13, 14,
(% )
15, 16 dan 17.
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktual
Skenario 2
Skenario 4
Skenario 6
Skenario 7
Skenario 8
Skenario 5
Gambar 67 Perbandingan daya serap industri pengolahan kakao pada kondisi aktual, skenario 2, 4, 5, 6, 7 dan 8, Tahun 2008-2025. Perbandingan perilaku daya serap industri antar skenario pada Gambar 67, dapat dilihat bahwa daya serap industri pengolahan kakao tertinggi pada akhir periode analisis diperoleh melalui skenario 8, sedangkan daya serap terendah diperoleh pada skenario 5. Hal ini mengindikasikan bahwa skneario 8 memiliki pertumbuhan daya serap industri yang lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lainnya. Namun, jika dianalisis selama periode analisis, alternatif kebijakan dengan skenario 6 memiliki rata-rata daya serap tertinggi yaitu sebesar 68 persen, diikuti skenario 8 sebesar 65 persen. Kondisi ini terjadi karena pada skenario 8, produksi biji kakao lebih tinggi dibandingkan dengan skenario 6
130
akibat adanya peningkatan produktivitas perkebunan rakyat yang tidak terlibat
(% )
dalam program Gernas kakao.
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktual
Skenario 2
Skenario 4
Skenario 6
Skenario 7
Skenario 8
Skenario 5
Gambar 68 Perbandingan pangsa volume ekspor kakao olahan pada kondisi aktual, skenario 2, 4, 5, 6, 7 dan 8, Tahun 2008-2025 Pangsa volume ekspor kakao olahan tertinggi pada akhir periode analisis juga diperoleh dari alternatif kebijakan dengan skenario 8 (Gambar 68), diikuti oleh skenario 6, skenario 2, skenario 7, skenario 4, aktual dan skenario 5 dengan pangsa masing-masing sebesar 68,03 persen, 67,70 persen, 56,32 persen, 32,13 persen, 24,39 persen, 22,54 persen dan 19,55 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa
alternative
kebijakan
dengan
skenario
8
mampu
meningkatkan produksi kakao olahan dengan sangat signifikan sehingga mendorong volume ekspor kakao olahan jauh melebihi volume ekspor biji kakao yang hanya memiliki pangsa sebesar 24,27 persen. Sejalan dengan pangsa volume ekspor kakao olahan, alternatif kebijakan dengan skenario 8 juga memiliki pangsa tertinggi untuk nilai ekspor kakao olahan (Gambar 69). Pada akhir periode analisis, pangsa nilai ekspor kakao olahan dengan skenario 8 mencapai 75,73 persen. Sedangkan pangsa terendah juga diperoleh dari skenario 5 dengan nilai 26,27 persen.
(% )
131
80 70 60 50 40 30 20 10 0
Aktual
Skenario 2
Skenario 4
Skenario 6
Skenario 7
Skenario 8
Skenario 5
Gambar 69 Perbandingan pangsa nilai ekspor kakao olahan pada kondisi aktual, skenario 2, 4, 5, 6, 7 dan 8, Tahun 2008-2025. Jika dilihat dari sisi penerimaan petani, skenario 8, 7, 6 dan 5 memiliki tingkat penerimaan petani tertinggi untuk petani yang mengikuti program Gernas kakao pada akhir periode analisis (Gambar 70). Sedangkan untuk petani yang tidak terlibat dalam program Gernas, penerimaan tertinggi diperoleh dari skenario 8 dan 7. Adanya kesamaan penerimaan petani pada skenario-skenario tersebut disebabkan oleh adanya kesamaan kebijakan yang terkait dengan penerimaan petani. Pada skenario 5, 6, 7, dan 8, kesamaan penerimaan petani yang terlibat dalam program Gernas kakao disebabkan oleh asumsi tingkat keberhasilan Gernas kakao yang sama yaitu sebesar 60 persen ditambah dengan peningkatan harga di tingkat petani akibat penghapusan bea ekspor kakao. Sedangkan skenario 7 dan 8 mampu mendorong penerimaan petani yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao lebih tinggi dibandingkan dengan skenario lainnya akibat adanya kebijakan peningkatan produktivitas perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao.
132
( Rp. 0 0 0 ,- )
18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
Aktual Skenario Skenario Skenario Skenario
4: 5: 7: 8:
Skenario Skenario Skenario Skenario
Gernas Non-Gernas Gernas Non-Gernas
2: 4: 6: 7:
Gernas Non-Gernas Gernas Non-Gernas
Skenario Skenario Skenario Skenario
2: 5: 6: 8:
Non-Gernas Gernas Non-Gernas Gernas
Gambar 70 Perbandingan penerimaan petani pada kondisi aktual, skenario 2, 4, 5, 6, 7 dan 8, Tahun 2008-2025. Hasil perbandingan antar skenario alternatif kebijakan di atas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa skenario 8 mampu mendorong kinerja sistem agroindustri kakao lebih baik dibandingkan dengan skenario lainnya. Dengan demikian, dalam upaya pengembangan agroindustri kakao, diperlukan kebijakan yang mampu meningkatkan kinerja industri pengolahan kakao melalui insentif fiskal dan moneter yang tidak memberikan dampak negatif terhadap usahatani kakao seperti penerapan bea ekspor kakao. Sementara itu, program Gernas kakao memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap peningkatan penerimaan petani di samping peningkatan produktivitas dan mutu kakao. Perkebunan rakyat yang tidak terlibat dalam program Gernas kakao seharusnya juga tidak luput dari perhatian pemerintah dengan melakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu. Hal ini penting karena adanya kecenderungan
penurunan
produktivitas
menurunkan penerimaan petani.
perkebunan
rakyat,
sehingga