ISSN 2337-6686 ISSN-L 2338-3321
DAMPAK TERCIPTANYA ALIANSI STRATEGIK PADA MITRA USAHA PARIWISATA TERHADAP SUKSESNYA HARI KELUARGA NASIONAL XXII TAHUN 2015 DI KOTA TANGERANG SELATAN, PROVINSI BANTEN
Titus Indrajaya Universitas Respati Indonesia E-mail:
[email protected] Abstrak: Aliansi Strategik mitra usaha pariwisata merupakan aspek penting karena selain memberikan keuntungan yang tercipta karena kerjasama dengan mitra usaha tetapi juga memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat untuk tetap mempertahankan perspektif bisnis usahanya, dengan suatu pengabungan sumber daya, sumber informasi, sumber dana dalam mensukseskan Hari Keluarga Nasional XXII tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Banten. Tujuan penulisan ini untuk mengetahui (1) proses terciptanya aliansi strategik yang baik bersama mitra usaha pariwisata di kota Tangerang Selatan, sehingga dengan aliansi yang sempurna akan berdampak pada suksesnya menjadi Tuan Rumah Harganas 2015. (2) pola penerapan aliansi strategik yang menciptakan pola mitra usaha pariwisata bersama-sama mensukseskan program tersebut. Metode penelitian dengan studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif dan ekploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terciptanya aliansi strategik merupakan: (1) bentuk rekonsiliasi dari pelaku usaha pariwisata yang bergabung berlandaskan kecocokan, saling membutuhkan, saling menguntungkan, (2) cara untuk tetap mempertahankan pespektif usaha agar lebih fokus dan profesional (3) pooling of resources terhadap apa yang sudah dimiliki para mitra usaha pariwisata. Kata kunci: Aliansi strategik, kemitraan usaha, etika bisnis, usaha pariwisata. Abstract: Strategic alliances in the tourism business partners is an important aspect because in addition to providing the advantages created by the collaboration with business partners, but also provides the opportunity for all parties involved to maintain their business perspective, with a merging of resources, resources, resources in the success of Day National Family XXII in 2015 in South Tangerang, Banten. The purpose of this paper to determine (1) how well the creation of strategic alliances with our partners in the tourism business Tangerang South city, so the perfect alliance will have an impact on the success of the Host Harganas 2015. (2) The pattern of implementation of strategic alliances like what creates the pattern of tourism venture partners jointly succeed in the program. The method of this paper is a review of the literature with a descriptive and explorative approach. It can be concluded that the creation of strategic alliances are: (1) form a reconciliation of tourism businesses are joined based on suitability, interdependence, mutual benefit, (2) how to maintain perspective effort to be more focused and professional (3) pooling of resources towards what which already owned the tourism business partners Key words: strategic alliances, partnership business, business ethics, business tourism
Pariwisata. Merujuk dalam pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, terdapat lebih dari 13 jenis usaha pariwisata meliputi: (1) Daya tarik wisata, (2) Kawasan pariwisata, (3) Jasa transportasi wisata, (4) Jasa perjalanan wisata, (5) Jasa makanan dan minuman, (6) Penyediaan Akomodasi, (7) Penyelenggaraan kegiatan Hiburan dan Rekreasi, (8) Penyelenggaraan Pertemuan, (9) perjalanan insentif, konferensi, dan pameran, (10) jasa informasi pariwisata, (11) jasa konsultan pariwisata, (12) Jasa Pramuwisata, (13) Wisata Tirta dan Spa. Seiring dengan perkembangan sektor jasa usaha Pariwisata tersebut, Kota Tangerang Selatan yakin dan siap dalam pengembangan Kota Tangerang Selatan menjadi Kota MICE (Meeting,
PENDAHULUAN Latar Belakang tulisan ini sejalan dengan perkembangan Kota Tangerang Selatan yang sejak enam tahun terakhir ini menjadi daerah Otonom Baru berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Tertanggal 26 November 2008. Kota Tangerang Selatan mengalami laju perkembangan pesat hampir di semua sektor, terutama perekonomian yang ditunjang oleh sektor permukiman, komersial, perhotelan, jasa, perdagangan, dan industri. Hal tersebut memberikan nilai berarti pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan. Pada sisi lain membuat sektor jasa di Kota Tangerang Selatan memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan, terutama pada sektor jasa usaha Jurnal Ilmiah WIDYA
10
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015
Titus Indrajaya, 10 - 16
Dampak Terciptanya Aliansi Strategik pada Mitra Usaha Pariwisata terhadap Suksesnya Hari Keluarga Nasional Xxii Tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
Convention, Exhibition, Event) di Indonesia. Sebagai bukti adalah ketika menjadi Tuan Rumah peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII tahun 2015 sampai suksesnya penyelenggara acara tersebut. Acara berskala nasional berdasarkan Keputusan RI No. 39 Tahun 2014 tentang Hari Keluarga Nasional ini, secara rutin akan dilakukan setiap tanggal 29 Juni. Pada acara Harganas XXII tahun 2015, mempunyai tujuan meningkatkan komitmen pemerintah dan pemerintah daerah tentang pentingnya pembangunan keluarga, serta mengingatkan keluarga mengenai peran dan fungsi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera. Menjadi Tuan Rumah untuk Acara Nasional harus dikelola secara serius, bukan hanya melibatkan Pemerintah Kota Tangerang Selatan saja, tetapi juga keberhasilan lainnya bagaimana dapat memberdayakan potensi Mitra Usaha Pariwisata sehingga tercipta Aliansi Strategik yang baik dan berkesinambungan. Aliansi strategis dapat memberikan keuntungan yang tercipta karena kerjasama dengan mitra usaha dan pada saat yang bersamaan dapat memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat untuk tetap mempertahankan perspektif bisnis usahanya. Aliansi strategis yang berbobot kodeterminasi dianggap tatanan untuk mencapai “win-win situation” yang dapat menghemat waktu dan mengumpulkan sumber daya (khususnya brain-driven resources), di mana situasi yang seperti itu tidak akan tercipta tanpa adanya kerjasama dalam bentuk aliansi. Perusahaan yang besar sekalipun, dewasa ini memandang aliansi strategis sebagai suatu strategi yang lebih banyak nilai positifnya dibandingkan dengan nilai negatifnya. Keyataan yang muncul adalah “can do attitude” bukannya “be aware attitude” agar tercipta win-win situation bukannya win-lose situation (Lorange & Ross,1993:272-273). Melalui aliansi strategis akan tercipta suatu penggabungan sumber daya, sumber dana, sumber informasi untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk menciptakan nilai tambah dalam mensukses satu program yang akan dituju. Aliansi strategi dalam hal ini dapat berbentuk rekonsiliasi dari pelaku-pelaku usaha pariwisata Jurnal Ilmiah WIDYA
yang bergabung, membuat kekuatan dan menciptakan nilai baru. Dimana dasar dari terwujudnya aliansi strategis kecocokan dalam satu dengan yang lain dalam upaya pengembangan sektor jasa usaha pariwisata. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Mohammad Jafar Hafsah,1999:10). Adanya kemitraan dalam aliansi strategik kian menarik peneliti karena terdapat aneka kesempatan untuk bekerjasama antara satu pelaku usaha pariwisata dengan pelaku usaha pariwisata lainnya, karena Kemitraan itu sendiri merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul. Kemitraan usaha pariwisata yang berharap dapat dilaksanakan adalah dengan membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan usaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah dimana berlandaskan saling membutuhkan, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut. Permasalahannya adalah sebagai berikut: (1) bagaimanakah menjalin hubungan antara mitra usaha pariwisata sehingga mereka dapat menciptakan aliansi strategik yang baik (2) penerapan aliansi strategik yang seperti apa sehingga kordinasi sesama mitra usaha dapat berjalan berkesinambungan (3) bagaimanakah peran mitra usaha pariwisata dalam mensukseskan Harganas 2015 Tangerang Selatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) proses terciptanya aliansi strategik yang baik bersama mitra usaha pariwisata di kota Tangserang Selatan, sehingga dengan aliansi yang sempurna akan berdampak pada sukses menjadi Tuan Rumah Harganas 2015. (2) pola penerapan aliansi strategik yang menciptakan pola mitra usaha pariwisata bersama-sama mensukseskan program 11
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015
Titus Indrajaya, 10 - 16
Dampak Terciptanya Aliansi Strategik pada Mitra Usaha Pariwisata terhadap Suksesnya Hari Keluarga Nasional Xxii Tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
tersebut. Metode yang digunakan adalah studi kepustakaan dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang di dasarkan pada data sekunder. Sumber yang digunakan relevan pada aliansi strategik dan kemitraan usaha.
informasi untuk mendapatkan kombinasi yang terbaik agar memberikan nilai tambah atau apa yang disebut synergy. Bentuk Aliansi Strategik Terdapat berbagai aliansi strategik yang berbentuk aliansi pemasaran, yang juga berarti aliansi pelayanan ataupun aliansi produk dimana suatu perusahaan mengambil ‘franchise’ dari perusahaan lain untuk membuat produk yang serupa, atau dua perusahaan menggabungkan pasar untuk produk mereka yang saling melengkapi. Melalui aliansi promosi, satu perusahaan setuju untuk bergabung berpromosi dengan perusahaan lainnya. Perusahaan mungkin membentuk aliansi logistik dimana satu perusahaan menawarkan layanan distribusi bagi perusahaan lainnya. Pada akhirnya satu atau lebih perusahaan mungkin akan membentuk aliansi harga seperti halnya hotel dan perusahaan persewaan mobil untuk menyajikan diskon harga yang saling menguntungkan. Namun Perusahaan perlu berpikir secara berhati-hati untuk menemukan mitra yang akan mendukung kekuatan mereka dan menutupi kelemahan mereka. Aliansi yang terkelola dengan baik akan memberikan pengaruh baik terhadap penjualan dan laba perusahaan.
PEMBAHASAN Aliansi Strategik Aliansi strategik adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategik (strategic alliance) ini mencakup beraneka ragam hubungan kontraktual, kerapkali di antara sesama pesaing, dan sering pula di antara sesama competitor di negara-negara yang berbeda (Simamora,2000:382). Aliansi strategik mulai merebak di seluruh penjuru bidang industri dan jasa. Menurut Jim Kelly, CEO dari UPS; “ada pepatah lama mengatakan: jika kamu tidak dapat mengalahkan mereka, bergabunglah dengan mereka;” pepatah tersebut diganti menjadi “bergabunglah dengan mereka maka kamu tidak akan terkalahkan.” Tujuan Aliansi Strategik Tujuan fundamental dari sebuah aliansi strategik internasional (international strategic alliance) ialah meningkatkan daya saing jangka panjang mitra-mitra strategiknya. Aliansi seperti itu didirikan berlandaskan keyakinan bahwa kedua belah pihak mempunyai sesuatu yang unik untuk dikontribusikan, misalnya teknologi, kepiawaian manajerial, dan akses pasar. Apapun durasi dan tujuan dari aliansi strategik, menjadi mitra yang baik telah menjadi asset korporat kunci. Aliansi strategik memberikan keuntungan skala dan cakupan yang tercipta karena kerjasama dengan mitra kerja, dan pada saat yang bersamaan aliansi strategik juga memberikan kesempatan kepada semua pihak yang terlibat untuk tetap mempertahankan perspektif usahanya. Melalui aliansi strategik terjadi semacam pooling of resources atau penggabungan sumber daya, sumber dana, sumber Jurnal Ilmiah WIDYA
Manfaat Aliansi Strategik Manfaat Aliansi strategik merefleksikan keinginan perusahaan-perusahaan daerah untuk mencapai tujuan bisnis mandiri mereka secara kooperatit, jumlah aliansi sejenis semakin membengkak. Perusahaan-perusahaan yang menerjuni aliansi strategik biasanya berharap untuk mengambil manfaat darinya. Terdapat lima manfaat potensial dari aliansi strategik: (1) Kemudahan masuk pasar, (2) berbagi resiko bisnis, (3) memangkas biaya-biaya pabrikasi, (4) pembentukan standar industri, dan (5) berbagi pengalaman dan pengetahuan. Pemikiran mendalam tentang struktur dan rincian bagaimana aliansi akan dikelola perlu mempertimbangkan hal berikut dalam perencanaan proses aliansi. Korporasi terlebih dahulu mendefinisikan outcome yang diharapkan 12
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015
Titus Indrajaya, 10 - 16
Dampak Terciptanya Aliansi Strategik pada Mitra Usaha Pariwisata terhadap Suksesnya Hari Keluarga Nasional Xxii Tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
melalui hubungan aliansi strategik, selain juga menentukan elemen-elemen apa saja yang dapat disediakan oleh masing-masing pihak dan keuntungan yang akan diperoleh. Korporasi juga perlu terlebih dahulu melakukan proteksi atas berbagai hak kekayaan intelektual (HAKI) melalui kesepakatan dan perjanjian legal. Korporasi juga harus sejak awal menentukan pada pelayanan atau produk apa yang akan dijalankan. Setelah beberapa kajian tersebut dilakukan, proses pembentukan aliansi strategik dapat melalui tahapan berikut: (1) Pengembangan Strategik, (2) Penilaian Rekanan, (3) Negosiasi Kontrak, (4) Operasional Aliansi, dan (5) Pemutusan Aliansi. Aliansi komprehensif muncul pada saat perusahaanperusahaan yang berpartisipasi setuju untuk melakukan bersama beberapa tahap proses yang didalamnya barang dan jasa dibawa ke dalam pasar: penelitian dan pengembangan, desain, produksi, pemasaran, dan distribusi. Jenis aliansi fungsional meliputi: aliansi produksi, aliansi pemasaran, aliansi financial, dan aliansi penelitian dan pengembangan.
dan adaptasi pasca aliansi. Terdapat tiga aspek dari proses pra aliansi yang terhadapnya para pengusaha harus memberikan perhatian yang cermat jika aliansi diinginkan mempunyai kemungkinan besar untuk berhasil: pemilihan mitra aliansi, peningkatan komitmen, dan lingkup aliansi. Dengan memberdayakan potensi pengusaha pariwisata di kota Tangerang Selatan dapat menciptakan suatu aliansi. Hal ini mempunyai arti strategik bagi satu atau lebih perusahaan yang terlibat, kolaborasi tersebut atau aliansi strategik. Ada berbagai macam aliansi antar pengusaha pariwisata yang dibentuk untuk dapat mengembangkan potensi bisnis di wilayahnya, bahkan mengembangkan bisnis dan memasuki persaingan di pasar Internasional. Lebih dari sekadar mengelola rantai pemasok, perusahaan masa kini juga menemukan bahwa mereka membutuhkan mitra strategik jika mereka mengharapkan untuk lebih efektif. Kemitraan Usaha Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih manfaat bersama ataupun keuntungan bersama sesuai prinsip saling membutuhkan dan saling mengisi sesuai kesepakatan yang muncul (mutual). Dalam Acara Harganas XXII tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan bisa membentuk suatu kerjasama satu pelaku ekonomi dengan pelaku ekonomi lainnya misalnya dalam bentuk aliansi strategik. Seperti antara Jasa perjalanan wisata dengan Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi, antara Pengusaha Travel Agent dengan Hotel dan Restoran, antara pelaku bisnis di sektor formal dan informal. Kemitraan yang ingin diwujudkan dengan misi utamanya adalah membantu memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah, ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam kemitraan
Membangun dan Mengelola Aliansi Strategik Ada banyak alasan mengapa dalam bermitra usaha seperti ini secara nyata menghadirkan sejumlah tantangan manajemen yang sangat signifikan: perbedaan strategik dan lingkungan di antara mitra-mitra, kurangnya pengalaman dan basis persepsi yang sama, kesulitan dalam komunikasi antar perusahaan, konflik kepentingan dan prioritas, dan tak pelak lagi perbedaan pribadi di antara individu-individu yang mengelola hubungan tersebut. Akibatnya, mampu menunjukkan kepada sebagian besar pengusaha bahwa aliansi strategik dapat memberikan manfaat besar dan akan memainkan peran yang lambat laun penting dalam strategi global perusahaan-perusahaan mereka, mereka juga mulai menyadari bahwa terdapat jurang perbedaan yang dalam di antara membentuk aliansi strategik dan membuatnya berhasil. Tantangan membangun dan mengelola aliansi trategik dapat dibagi dalam dua bagian, yang merefleksikan dua tahap dari tugas analisis dari pra aliansi, negosiasi, dan pengambilan keputusan serta tugas koordinasi, integrasi, Jurnal Ilmiah WIDYA
13
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015
Titus Indrajaya, 10 - 16
Dampak Terciptanya Aliansi Strategik pada Mitra Usaha Pariwisata terhadap Suksesnya Hari Keluarga Nasional Xxii Tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
tersebut.
dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup tinggi. Hal ini berarti Negara terhindar dari kecemburuan sosial yang dapat berkembang menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan dan menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status pada kemitraan usaha pariwisata. Dalam mendorong terciptanya kemitraan usaha yang sering dilakukan adalah dengan menciptakan iklim kondusif berupa peraturan, mewujudkan model atau pola kemitraan yang sesuai, yaitu dengan menyediakan prasarana penunjang. Produktivitas, efektivitas dan efisiensi akan meningkat, yang akhirnya akan bermuara pada meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan para pelaku kemitraan. Dengan adanya peningkatan pendapatan tentunya memberikan nilai berarti pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik pada kemitraan usaha pariwisata ini dan otomatis akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan usaha pariwisata yang pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi Kota Tangerang Selatan.
Manfaat Kemitraan Usaha Dengan adanya menjalin kemitraan seluruh jasa usaha pariwisata di Kota Tangerang Selatan pada acara Harganas XXI tahun 2015 ini akan memberikan manfaat untuk seluruh usaha pariwisata di kota Tangerang Selatan ini. Manfaat Kemitraan adalah: (1) Produktivitas; (2) Efisiensi; (3) Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas; (4) Risiko; (5) Sosial; (6) Ketahanan Ekonomi Daerah. Secara umum produktivitas didefinisikan dalam model ekonomi sebagai output dibagi dengan input. Dengan kata lain produktivitas akan meningkat apabila dengan input yang sama dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi atau sebaliknya dengan tingkat hasil yang sama hanya membutuhkan input yang lebih rendah (Schonberger and Knod, 1991; Chase and Aquilano, 1992), maka peningkatan produktivitas diharapkan dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang bermitra. Menurut Schonberger & Knod (1991) produktivitas adalah sebagai hasil perkalian antara efisiensi dan utilisasi. Definisi efisiensi dipandang dari sudut penggunaan tenaga kerja adalah jumlah waktu yang sebenarnya digunakan untuk memproduksi barang dibagi dengan standar waktu yang telah ditetapkan atau output yang telah dihasilkan lalu dibagi dengan standar output yang telah ditetapkan. Pada kegiatan kemitraan di mana proses produksi biasanya tidak dikuasai oleh satu pihak, maka bagi pihakpihak yang terlibat perlu ditetapkan suatu standar mutu yang disepakati sehingga pada akhir produk dapat diperoleh jaminan mutu yang berkesinambungan atau karena tuntutan keterjaminan kualitas mulai dari hulu gingga hilir maka satu-satunya alternatife adalah terjalinnya kemitraan industri hulu dengan industri hilir. Dengan kemitraan diharapkan risiko yang besar pada usaha pariwisata dapat ditanggung bersama (risk sharing), tentunya pihak-pihak yang bermitra akan menanggung risiko secara proposional sesuai dengan besarnya dan keuntungan yang akan diperoleh. Dengan kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan saling menguntungkan melainkan Jurnal Ilmiah WIDYA
Proses Pengembangan Kemitraan Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang menurut Mariotti (1993) dimulai dengan mengenal calon mitra-mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengavaluasi sampai target sasaran tercapai. Di samping itu perubahan peluang dan pangsa pasar yang timbul dapat segera diantisipasi sehingga target yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Rangkaian urutan proses pengembangan kemitraan adalah: (a) Memulai Membangun Hubungan dengan calon mitra, (b) Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra, (c) Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis, (d) Mengembangkan program, (e) Memulai pelaksanaan, (f) Memonitor dan mengevaluasi perkembangan. 14
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015
Titus Indrajaya, 10 - 16
Dampak Terciptanya Aliansi Strategik pada Mitra Usaha Pariwisata terhadap Suksesnya Hari Keluarga Nasional Xxii Tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
Penerapan Etika Bisnis dalam Kemitraan Dalam menjalin kemitraan dengan berbagai usaha pariwisata perlu adanya penerapan etika bisnis agar semakin kokoh fondasi kemitraan yang dibangun dan pada gilirannya akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri dan setiap ada acara besar di Kota Tangerang Selatan dapat berjalan sukses dan menguntungkan bagi semua pihak. Karena merupakan suatu strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat di tentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Di samping itu Pemerintah Kota Tangerang Selatan mempunyai andil yang besar dalam memacu keberhasilan kemitraan. Keberpihakan pemerintah terhadap pengusaha pariwisata dalam mempermudah arus investasi, permodalan, manajemen dan teknologi merupakan keharusan untuk membuat keseimbangan dengan pengusaha besar yang padat modal, teknologi tinggi, manajemen yang efisiensi. Konsistensi dalam penerapan etika bisnis akan berbanding lurus dengan kemantapan atau kekokohan dalam menopang pilar-pilar di atasnya. Mariotti (1993) mengemukakan 6 dasar etika berbisnis dimana 4 yang pertama merupakan perspektif bisnis. Keenam dasar etika bisnis adalah: (1) Karakter, Integritas dan Kejujuran, (2) Kepercayaan, (3) Komunikasi yang terbuka, (4) Adil, (5) Keinginan Pribadi dari Pihak yang Bermitra, (6) Keseimbangan antara Insentif dan Risiko. Dengan kata lain keberhasilan kemitraan merupakan suatu Kesepakatan dari konsistensi dalam penerapan etika bisnis, perencanaan yang tepat dibarengi dengan aliansi strategis yang jitu serta proses pelaksanaan yang selalu dimonitor, dievaluasi dalam lingkungan dan kondisi yang kondusif serta hal yang tak dapat dipungkiri adalah adanya faktor keberuntungan. Sejalan dengan program pemerintah Kota Tangerang Selatan menjadi Kota MICE (Meeting, Convention, Exhibition, Event) di Indonesia, maka sangat tepat bila upaya yang dilakukan dalam kaitannya dengan memasyarakatkan kemitraan sebagai alternative pemerataan dalam menghadapi era globalisasi ini adalah dengan cara memasyarakatkan etika bisnis bagi pelaku Jurnal Ilmiah WIDYA
bisnis. PENUTUP Kesimpulan 1. Menciptakan aliansi strategik yang baik bersama mitra usaha pariwisata di kota Tangerang selatan dengan (1) membentuk rekonsiliasi dari pelaku usaha pariwisata yang bergabung berlandaskan kecocokan, saling membutuhkan, saling menguntungkan; (2) cara untuk tetap mempertahankan perspektif usaha agar lebih focus dan professional; (3) pooling of resources terhadap apa yang sudah dimiliki para mitra usaha pariwisata sehingga dengan aliansi yang sempurna akan berdampak pada sukses menjadi Tuan Rumah Harganas XXII tahun 2015. 2. Pola penerapan aliansi strategik yang menciptakan pola mitra usaha pariwisata bersama-sama mensukseskan program tersebut adalah dengan penggabungan sumber daya, sumber dana, sumber informasi untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan menciptakan nilai tambah dalam mensukses satu program yang akan dituju, sesuai prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Saran-saran 1. Dalam menciptakan aliansi strategik yang baik bersama mitra usaha pariwisata di kota Tangserang selatan dibutuhkan mitra usaha pariwisata saling memahami 6 (enam) dasar etika bisnis yang meliputi: (1) Karakter, Integritas dan Kejujuran, (2) Kepercayaan, (3) Komunikasi yang terbuka, (4) Adil, (5) Keinginan Pribadi dari Pihak yang Bermitra, (6) Keseimbangan antara Insentif dan Risiko. 2. Perlu perhatian dan peran Pemerintah Kota Tangerang Selatan serta para mitra usaha pariwisata agar bisa menerapkan pola aliansi strategik terhadap pola mitra usaha pariwisata untuk membantu Aliansi Strategik dapat dilaksanakan secara serius karena bukan hanya berdampak pada suksesnya pelaksanaan Harganas XXII tahun 2015 tetapi juga memecahkan masalah ketimpangan dalam kesempatan usaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah sehingga dapat tercipta iklim usaha yang 15
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015
Titus Indrajaya, 10 - 16
Dampak Terciptanya Aliansi Strategik pada Mitra Usaha Pariwisata terhadap Suksesnya Hari Keluarga Nasional Xxii Tahun 2015 di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
baik di Kota Tangerang Selatan. 3. Semua Mitra Usaha Pariwisata di Kota Tangerang Selatan membuat Perjanjian kerjasama (MoU) Kemitraan yang didalamnya membahas pelaksanaan tugas, kesepakatan harga dan tanggung jawab masing-masing bisnis usaha didampingi BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) dan Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Selatan.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. Dasar-Dasar Pemasaran Edisi Sembilan Jilid 1: Principles of Marketing. Terjemahan…………..Indeks. Jakarta. 2004. Lorange, Peter and Johan Roos. Strategic Alliances: Formation, Implementation, and Evolution, Cambridge, MA: Blackwell Business. 1993. Mariotti, John L, The Power of Partnerships. Blackwell Publisser. Massachussets, USA. 1996. Mohammad Jafar Hafsah. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1999. Schonberger, J., Edward M. Knod, Jr, Operation Management; Improving Customer Service, 4th ed. Richard D. Irwin. Boston, USA. 1991. Simamora, Henry. Manajemen Pemasaran Internasional Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta. 2000.
DAFTAR PUSTAKA Chase, Richard B., Nicolas J. Aquilano. Production and Operations Management; A Life Cycle Approach, 6th ed. Richard D. Irwin. Boston, USA. 1992.
Jurnal Ilmiah WIDYA
16
Volume 3 Nomor 1 Januari-Agustus 2015