Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
PERBEDAAN EFEK TERAPI MUSIK INSTRUMENTAL DAN PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) TERHADAP TINGKAT STRES PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Eva Maria E1, Wahyu Rochdiat2 INTISARI Latar Belakang: Tingkat stres saat penyusunan tugas akhir dapat mempengaruhi kinerja mahasiswa dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan skripsi dan tidak dapat lulus tepat waktu. Berbagai metode yang digunakan untuk mengatasi stress diantaranya pendekatan farmakologis dan pendekatan nonfarmakologis (terapi musik dan PMR). Studi pendahuluan pada 20 orang mahasiswa PSIK UNRIYO, menunjukkan 19 mahasiswa (95%) mengalami stres saat mengerjakan proposal dan belum ada penelitian yang membedakan efek musik instrumental dan teknik PMR terhadap tingkat stres. Tujuan: Diketahuinya perbedaan efek terapi musik instrumental dan PMR terhadap tingkat stres mahasiswa PSIK UNRIYO angkatan 2010. Metode Penelitian: Desain penelitian quasy experimental pre and post test design with control group dengan teknik sampling Probability Proportionate to Size. Sebanyak 18 responden mendapat terapi musik instrumental, 18 responden diberikan PMR, dan 13 responden kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan uji statistik Kruskal-Wallis dengan signifikansi 95%. Hasil Penelitian: Berdasarkan uji Wilcoxon untuk melihat perbedaan tingkat stres pre-post menghasilkan P value 0,01 (terapi musik instrumental); 0,026 (PMR); dan 1,000 (kontrol). Hal ini berarti terapi musik instrumental dan PMR memberikan pengaruh terhadap tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta (P value < 0,05). Analisis perbedaan tingkat stres responden dengan uji Kruskal-Wallis didapatkan P value 0,077 (P > 0,05), artinya tidak terdapat perbedaan tingkat stres post test antara kelompok terapi musik instrumental, kelompok PMR, dan kelompok kontrol. Kesimpulan: Terapi musik instrumental dan PMR direkomendasikan sebagai terapi untuk manajemen stres sesuai dengan kebutuhan klien. Kata Kunci : Mahasiswa; tingkat stres; terapi musik instrumental; dan pmr.
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
DIFFERENT EFFECTS OF INSTRUMENTAL MUSIC THERAPY AND PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION (PMR) ON STRESS LEVELS OF THE NURSING STUDENTS OF 2010 OF UNIVERSITY RESPATI YOGYAKARTA Eva Maria E1, Wahyu Rochdiat2 ABSTRACT Background: The stress level during the preparation of the bachelor thesis may affect the performance of students in working on the thesis. The students take a long time to complete the thesis and are not able to graduate on time. Various methods are used to cope with stress including and pharmacological approaches non-pharmacological approaches (music therapy and PMR). Preliminary study on 20 students of Department of Nursing Science of indicated showed that 19 students (95%) experienced stress while working on the proposal and there was no research which differentiated the effects of instrumental music and PMR technique on stress levels. Objective: This research is aimed at identifying different effects of instrumental music therapy and PMR on stress levels of the nursing students of 2010 of University Respati Yogyakarta Methods: This research employed quasi pre and post-test experimental design with control group with a sampling technique of Probability Proportionate to Size. 18 respondents were given instrumental music therapy, 18 respondents were given PMR, and 13 respondents belonged to the control group. Data were analyzed using Wilcoxon test and Kruskal-Wallis statistical test with a significance of 95%. Results: The Wilcoxon test to see the difference in stress levels of pre-post generated P value of 0.01 (instrumental music therapy); 0.026 (PMR); and 1.000 (control). This means that instrumental music therapy and PMR influence the level of stress on nursing students of 2010 University Respati Yogyakarta (P value < 0.05). Analysis of differences in levels of stress of the respondents with the Kruskal-Wallis test produced P value of 0.077 (P > 0.05), meaning that there was no difference in the stress levels of the post-test between the instrumental music therapy group, the PMR group and the control group. Conclusion: Instrumental music therapy and PMR are recommended as therapy for stress management in accordance with the needs of the client. Keywords: students; stress levels; instrumental music therapy; and pmr.
dapat menyelesaikan fase akademik dan melanjutkan
A. PENDAHULUAN Skripsi merupakan syarat mutlak yang harus
pendidikan Ners tepat pada waktunya.
dijalani oleh semua mahasiswa yang ingin
Terdapat beberapa metode yang digunakan
menyelesaikan fase akademik dan syarat untuk
untuk mengatasi stres. Metode untuk mengatasi stres
melanjutkan pendidikan Ners, sehingga bagi
antara lain melalui pendekatan farmakologis dan
beberapa mahasiswa skripsi sering dianggap
pendekatan
sebagai
ancaman.
nonfarmakologis terdiri dari teknik relaksasi dan
Ancaman tersebut menyebabkan adanya tekanan
terapi musik4. Metode musik adalah sebuah terapi
dalam diri mahasiswa dan menyebabkan stres saat
kesehatan
menyusun skripsi1,2.
meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik,
suatu
tantangan
ataupun
nonfarmakologis.
yang
menggunakan
Pendekatan
musik
untuk
Stres adalah munculnya reaksi psikologis yang
kognitif, dan sosial bagi individu dalam berbagai usia
membuat seseorang merasa tegang atau cemas sebab
sehingga metode ini dijadikan salah satu cara untuk
orang tersebut merasa tidak mampu mengatasi atau
membantu mengatasi stres. Secara psikologis, musik
meraih tuntutan atau keinginannya3. Stres yang
dapat
dialami oleh mahasiswa mempengaruhi kinerjanya
mengurangi stres, menimbulkan rasa aman dan
dalam mengerjakan skripsi, mahasiswa menjadi
sejahtera, melepaskan rasa gembira serta membantu
malas, butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan
melepaskan rasa sedih dan sakit5.
skripsi sehingga pada akhirnya mahasiswa tidak
membuat
seseorang
menjadi
rileks,
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Metode nonfarmakologis lain untuk mengatasi
serta satu kelompok kontrol (tidak diberi perlakuan).
stres dengan menggunakan teknik relaksasi, salah
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 14 Maret-26
satunya
Muscle
April 2014 di Universitas Respati Yogyakarta, ruang
Relaxation (PMR). Progressive Muscle Relaxation
Skills Lab Lantai 2 kampus I dan gedung B lantai 1
merupakan suatu bentuk terapi relaksasi pada otot
kampus II Universitas Respati Yogyakarta.
dengan
teknik
Progressive
melalui dua langkah, yaitu dengan memberikan tegangan
pada
dan
mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Keperawatan
kemudian
Universitas Respati Yogyakarta angkatan 2010 yang
memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot
mengalami stres saat menyelesaikan tugas akhir.
tersebut menjadi rileks, merasakan sensasi rileks, dan
Dalam hal ini, peneliti melakukan screening seluruh
menghentikan
ketegangan
suatu
kelompok
tegangan
otot
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
tersebut
menghilang6.
Progressive
Muscle
mahasiswa
keperawatan
angkatan
2010
yang
Relaxation dapat merangsang pengeluaran zat kimia
mengambil mata kuliah Riset Keperawatan yang
endorphin dan enkefalin yang menimbulkan rasa
berjumlah
tenang (relax), bahagia (euphoria). serta mampu
digunakan adalah kuisioner stres yang diadaptasi dari
merangsang sinyal otak yang menyebabkan otot
Riyadi (2012) dan didapatkan 159 mahasiswa
7
rileks dan meningkatkan aliran darah ke otak .
194
mahasiswa.
Instrumen
yang
keperawatan angkatan 2010 yang mengalami stres.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
Sampel dipilih dari 159 orang populasi yang
oleh peneliti terhadap 20 orang mahasiswa angkatan
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Total sampel
2010 Program Studi S-1 Keperawatan di Universitas
yang dibutuhkan untuk semua perlakuan pada
Respati Yogyakarta, 19 orang mahasiswa (95%)
penelitian
menyatakan bahwa mereka mengalami stres dalam
menggunakan teknik Probability Proportionate to
mengerjakan tugas akhir (proposal). Gejala stres atau
Size mahasiswa yang dipilih secara acak sederhana
keluhan fisik yang dirasakan antara lain: penurunan
(randomize). Pada pelaksanaan penelitian, total
konsentrasi,
pusing,
sampel yang dapat dikumpulkan peneliti tidak sesuai
gangguan pola tidur, penurunan nafsu makan, sakit
dengan perhitungan sampel, yaitu sebanyak 49
perut, muncul jerawat di wajah, sering buang air
responden dengan pembagian 18 responden untuk
kecil, dan mengalami pegal di bagian bahu dan
kelompok terapi musik instrumental, 18 responden
punggung. Dari hasil wawancara juga diketahui
untuk kelompok Progressive Muscle Relaxation,
kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa untuk
serta 13 responden untuk kelompok kontrol. Hal ini
menangani stres adalah dengan menonton televisi,
dikarenakan ada responden yang tidak mengikuti
bermain game, mendengarkan musik, bercerita
kegiatan di hari kedua sehingga dikategorikan
dengan keluarga, teman sekelas atau teman di sosial
sebagai drop out.
media (facebook dan twitter), pacaran, jalan-jalan,
Peneliti
gelisah,
mudah
marah,
ini
adalah
60
mempersiapkan data
berupa
responden,
instrumen kuisioner
dengan
untuk
dan ada yang memilih menyendiri untuk mencari
pengumpulan
identitas
ketenangan.
responden, lembar kontrol dan SOP dari terapi musik instrumental serta PMR. Peneliti menggunakan surat
B. METODE PENELITIAN
undangan yang disebarkan kepada 60 responden
Metode penelitian ini menggunakan quasy
yang kemudian dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
experiment dengan pendekatan pre and post test
kelompok A (terapi musik instrumental) dan
design
ini
kelompok B (terapi PMR) dan kelompok C
menggunakan kelompok intervensi yaitu kelompok
(kelompok kontrol). Kelompok A dan B berjumlah
intervensi I (kelompok yang diberi terapi musik) dan
20 responden yang dibagi lagi menjadi 2 kelompok
kelompok intervensi II (kelompok yang diberi PMR),
kecil masing-masing 10 responden. Untuk kelompok
with
control
group.
Penelitian
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
C yang berjumlah 20 responden peneliti tidak
terapi musik instrumental menggunakan MP3
melakukan pembagian kelompok.
player.
Responden
diperdengarkan
musik
Kelompok A adalah kelompok terapi
instrumental selama ± 21 menit. Setelah intervensi
musik instrumental yang terbagi menjadi 2
selesai, peneliti melakukan tahap terminasi dan
kelompok kecil (kelompok A1 dan A2) yang
kontrak waktu dengan responden. Hari kedua,
masing-masing berjumlah 10 responden. Hari
peneliti memberikan terapi musik instrumental
pertama intervensi, responden dikumpulkan di
pada kelompok di ruang yang sama dan setelah
ruang Skill Lab Kampus I Universitas Respati
intervensi selesai, peneliti melakukan post test. Ada
Yogyakarta, peneliti menjelaskan tujuan dan
2 orang responden yang tidak mengikuti kegiatan
prosedur pemberian terapi musik, memberikan
(drop out) di hari kedua. Jadwal pemberian terapi
lembar persetujuan menjadi responden (informed
dapat dilihat pada tabel 3.2.
consent), melaksanakan pre test dan memberikan Jadwal Pemberian Intervensi pada Kelompok A, B, dan C.
Tabel 3.2.
Senin
Selasa
Rabu
Sabtu
Pre test-Intervensi
Intervensi-Post test A2
4-5 April 2014
Pre test-Intervensi Pre test-Intervensi
Intervensi-Post test B2
25-26 April 2014
Pre test-Intervensi
Intervensi-Post test C
16-17 April 2014
adalah
Intervensi-Post test B1
11-12 April 2014
B
Jumat A1
14-15 Maret 2014
Kelompok
Kamis
Pre test-Intervensi
kelompok
Intervensi-Post test
yang
musik, dan lembar kontrol. Instrumen PMR
mendapatkan terapi PMR yang dilakukan selama dua
menggunakan SOP PMR dan lembar kontrol. Untuk
hari masing-masing selama ± 25 menit untuk tiap
pengukuran tingkat stres, peneliti menggunakan
sesi, prosedur orientasinya sama seperti kelompok A,
kuisioner yang dimodifikasi dari DASS 42 Lovibond
terapi dimulai dengan peragaan 15 langkah PMR
dan Lovibond (1995). Kuisioner berisi identitas
oleh peneliti yang diikuti oleh responden, dilanjutkan
responden, dan 28 pernyataan yang mencakup respon
dengan 1 kali pengulangan. Setelah intervensi
stres (respon fisik, kognitif, emosi dan perilaku) dan
selesai, peneliti melakukan tahap terminasi dan
tingkat stres dibagi menjadi 3 kategori yaitu, stres
kontrak waktu dengan responden. Ada 2 orang
berat: 84-112, stres sedang: 56-83, dan stres ringan:
responden yang mengalami drop out. Kelompok C
28-55.
adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan terapi
Untuk analisa data, peneliti menggunakan uji dengan
taraf
signifikasi
(α=0,05).
musik instrumental dan PMR (kelompok kontrol),
Wilcoxon
prosedurnya sama, Hari pertama dilakukan pre test
Selanjutnya peneliti menggunakan uji statistik
dan post test di hari kedua. Ada 7 orang responden
Kruskal-Wallis untuk melihat perbedaan tingkat stres
yang mengalami drop out.
post test pada ketiga kelompok. Penelitian ini
Pada penelitian ini, instrumen terapi musik
menggunakan
prinsip
etik
nonmaleficience,
instrumental menggunakan MP3 player dengan
beneficience (bermanfaat), autonomy dan justice
musik instrumental modern, musik, SOP terapi
(keadilan).
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Analisa Univariat a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden yang Meliputi Jenis Kelamin dan Usia (Tabel 4.1) Kelompok TM f %
Kelompok PMR f %
10 8 18
55,6 44,4 100
12 6 18
11,1 44,4 33,3 11,1 100
10 8 18
Karakteristik 1. Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Total 2. Usia Responden a. 20 tahun b. 21 tahun c. 22 tahun d. 23 tahun Total
2 8 6 2 18 (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014).
Kontrol
Total
f
%
f
%
66,7 33,3 100
6 7 13
46,2 53,8 100
28 21 49
57,1 42,9 100
55,6 44,4 100
6 6 1 13
46,2 46,2 7,7 100
2 24 20 3 49
4 49 41 6 100
Berdasarkan hasil analisis karakteristik tabel
proporsi usia terbanyak dari 49 responden adalah
4.1., proporsi jenis kelamin terbanyak dari 49
usia 21 tahun yaitu sebanyak 24 orang responden
responden adalah laki-laki sebanyak 28 orang
(49%).
responden (57,1%). Hasil analisis karakteristik
Jumlah Responden
b. Tingkat Stres Pre Test dan Post Test pada Kelompok Terapi Musik Instrumental (Grafik 4.2.) 15
stres responden sebelum diberikan terapi musik instrumental sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 13
10
orang (72,2%). Tingkat stres responden
5
Ringan
setelah
Sedang
instrumental
0
diberikan sebagian
terapi besar
musik dalam
kategori stres ringan yaitu sebanyak 11
Pre Post Test Test
orang (61,1%).
c. Tingkat Stres Pre Test dan Post Test pada Kelompok PMR (Grafik 4.3.)
Jumlah Responden
Berdasarkan Grafik 4.2., tingkat
15
Berdasarkan grafik 4.3., tingkat stres responden sebelum diberikan PMR sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 12 orang (66,7%).
10
Ringan
Tingkat stres responden setelah diberikan
5
Sedang
PMR sebagian besar dalam kategori stres
0
Berat
sedang yaitu sebanyak 11 orang (61,1%).
Pre Post Test Test
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
Jumlah Responden
d. Tingkat Stres Pre Test dan Post Test pada Kelompok Kontrol (Grafik 4.4.) 12 10 8 6 4 2 0
ISSN : 2088 - 8872
Berdasarkan grafik 4.4., tingkat stres responden saat dilakukan pre test dan post test sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 10 orang (76,9%). (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014).
Ringan Sedang Pre Post Test Test
2. Hasil Analisis Bivariat a. Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Musik Instrumental Tabel 4.5. Tabulasi Silang Pengaruh Terapi Musik Instrumental Terhadap Tingkat Stres Pre Test dan Post Test Tingkat Stres Post Ringan Sedang Berat f % f % f % Ringan 4 36,4 1 14,3 0 0 Sedang 7 63,6 6 85,7 0 0 Berat 0 0 0 0 0 0 Total 11 61,1 7 38,9 0 0 (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014). Tingkat Stres Pre
Berdasarkan tabel 4.5., saat pre test
Total f % 5 27,8 13 72,2 0 0 18 100 0,05),
P value 0,01
artinya
ada
perbedaan
yang
tingkat stres ringan berjumlah 5 orang
bermakna antara tingkat stres sebelum dan
(27,8%) dan saat post test mayoritas tetap
sesudah
stres ringan yaitu berjumlah 4 orang
instrumental. Dengan demikian, terapi
(36,4%). Tingkat stres sedang pada saat
musik instrumental memberikan pengaruh
pre test berjumlah 13 orang (72,2%) dan
terhadap tingkat stres pada mahasiswa
saat post test mayoritas berada pada
keperawatan angkatan 2010 Universitas
kategori stres ringan yaitu 7 orang
Respati Yogyakarta.
dilakukan
terapi
musik
(38,9%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai p value sebesar 0,001 (p value < b. Tabulasi Silang Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Tabel 4.6.
Tabulasi Silang Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Tingkat Stres Pre Test dan Post Test
Tingkat Stres Post Ringan Sedang Berat f % f % f % Ringan 2 33,3 1 9,1 0 0 Sedang 3 50,0 9 81,8 0 0 Berat 1 16,7 1 16,7 1 16,7 Total 6 33,3 11 61,1 1 5,6 (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014). Tingkat Stres Pre
Total f % 3 16,7 12 66,7 3 16,7 18 100
P value 0,026
Berdasarkan tabel 4.6., diketahui saat
berada pada tingkat stres ringan yaitu 2
pre test tingkat stres ringan berjumlah 3
orang (33,3%). Tingkat stres sedang pada
orang (16,7%) dan saat post test mayoritas
saat pre test berjumlah 12 orang (66,7%)
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
dan saat post test mayoritas tetap stres
antara tingkat stres sebelum dan sesudah
sedang dengan jumlah 11 orang (61,7%).
dilakukan PMR. Dengan demikian, PMR
Tingkat stres berat pada saat pre test
memberikan pengaruh terhadap tingkat
berjumlah 3 orang (16,7%) dan saat post
stres
test tingkat stres berat menjadi 1 orang
angkatan
(5,6%). Hasil uji Wilcoxon diperoleh p
Yogyakarta.
value sebesar 0,026 (p value < 0,05),
pada
mahasiswa
2010
keperawatan
Universitas
Respati
c. Tabulasi Silang Pada Kelompok Kontrol
artinya ada perbedaan yang bermakna Tabel 4.7. Tabulasi Silang Tingkat Stres Pre Test dan Post Test Pada Kelompok Kontrol Tingkat Stres Pre
Ringan Sedang f % f % Ringan 1 33,3 2 20,0 Sedang 2 66,7 8 80,0 Berat 0 0 0 0 Total 3 23,1 10 76,9 (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014).
Tingkat Stres Post Berat Total f % f % 0 0 3 23,1 0 0 10 76,9 0 0 0 0 0 0 13 100
P value 1,000
Berdasarkan tabel 4.7. diketahui saat
mengalami stres sedang yaitu 8 orang
pre test tingkat stres ringan berjumlah 3
(80%). Hasil uji Wilcoxon p value
orang (23,1%) dan saat
post test
sebesar 1,000 (p value > 0,05), artinya
mayoritas menjadi stres sedang yaitu 2
tidak ada perbedaan yang bermakna
orang (20%). Tingkat stres sedang pada
antara tingkat stres pre test dan sesudah
saat pre test bejumlah 10 orang (76,9%)
dilakukan post test pada kelompok
dan saat post test mayoritas tetap
kontrol.
d. Perbedaan Tingkat Stres Post Test Tabel 4.8. Analisis Perbedaan Tingkat Stres Post Test Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta Variabel Perbedaan Tingkat Stres Post Test Pada Mahasiswa Keperawatan Angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta (Sumber: Data Primer, diolah Mei 2014).
Kruskal-Wallis Test P value 0,077
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
Tabel 4.8. menunjukan analisis perbedaan
sosial bagi individu dalam berbagai usia5.
tingkat stres responden memiliki p value 0,077 (p
Intervensi menggunakan terapi musik dapat
> 0,05), yang artinya “tidak terdapat perbedaan
mengubah ambang otak yang dalam keadaan
tingkat stres post test antara kelompok terapi
stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan
musik
efektif. Musik tidak membutuhkan otak untuk
instrumental,
kelompok
PMR,
dan
kelompok kontrol”.
berpikir maupun menginterpretasi, tidak pula
3. Pembahasan
dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran
a. Pengaruh Terapi Musik Instrumental
mental. Musik tidak memiliki batasan-batasan
Berdasarkan grafik 4.2 dan tabel 4.5,
sehingga begitu mudah diterima organ dan saraf
mahasiswa
pendengaran yang kemudian diartikan oleh otak
keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati
atau sistem limbik. Musik dapat pula beresonansi
Yogyakarta sebelum diberikan terapi musik
dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung
instrumental mayoritas mengalami stres sedang,
masuk otak tanpa melalui jalur kognitif. Lebih
dan sesudah diberikan terapi musik instrumental
jauh lagi, terapi musik tidak membutuhkan
mayoritas berada dalam kategori stres ringan.
panduan fungsi intelektual tinggi untuk berjalan
Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p value
efektif8.
diketahui
bahwa
tingkat
stres
sebesar 0,001 (p value < 0,05), artinya terapi
Terapi musik berdampak positif untuk
musik instrumental memiliki pengaruh signifikan
mengatasi stres karena dapat mengaktifkan sel-
terhadap
sel pada sistem limbik dan saraf otonom pasien,
tingkat
stres
pada
mahasiswa
keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati
sehingga
Yogyakarta. Hal ini berarti terapi musik
merangsang
instrumental memberikan pengaruh atau efek
serotonin. Serotonin merupakan zat kimia yang
positif terhadap penurunan tingkat stres pada
mentransmisikan impuls saraf di seluruh ruang
mahasiswa
2010
antara sel-sel saraf atau neuron dan memiliki
Universitas Respati Yogyakarta yang sedang
peran dalam mencegah kecemasan, muntah, dan
menyusun tugas akhir.
migrain. Perubahan tingkat serotonin dapat
keperawatan
angkatan
kekebalan
tubuh
pengeluaran
meningkat
dan
endorphin
dan
merupakan
memperbaiki suasana hati (mood), baik itu
intervensi yang efektif untuk menurunkan tingkat
menciptakan suasana tenang, rileks, aman,
dan respon stres secara fisiologis, kognitif,
maupun
emosional, dan perilaku. Terapi musik adalah
membuat pasien merasa nyaman9.
Terapi
musik
instrumental
menyenangkan,
sehingga
mampu
sebuah terapi kesehatan yang menggunakan
Peneliti memilih menggunakan lagu Tears in
musik untuk meningkatkan dan memperbaiki
Heaven, Wonderful Tonight, I Think I Love You,
kondisi fisik, kognitif, memberi pengaruh positif
dan I Know, dimana tiap lagu ini memiliki tempo
terhadap kondisi suasana hati dan emosi, dan
yang lambat yaitu 120 dan kurang dari 60 ketukan
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
per menit. Musik lembut dan teratur seperti
variabel pengganggu yang tidak dikendalikan.
intrumentalia dan musik klasik merupakan musik
Dari hasil wawancara peneliti dengan responden,
yang sering digunakan untuk terapi musik karena
stres yang dialami oleh responden tidak hanya
sejalan dengan irama jantung8. Hasil penelitian
berkaitan dengan penyusunan tugas akhir,
ini didukung oleh penelitian Primadita (2011),
melainkan stres akibat masalah finansial, masalah
tentang efektivitas intervensi terapi musik klasik
pribadi, dan sebagainya yang tidak terkaji oleh
terhadap stres dalam menyusun skripsi pada
peneliti, sehingga tingkat stres mengalami
mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. Primadita
penurunan walaupun sudah diberikan terapi
juga
musik instrumental.
mendapatkan
hasil
bahwa
terdapat
perbedaan tingkat stres responden sebelum dan
b. Pengaruh
10
sesudah diberikan terapi musik klasik .
Progressive
Muscle
Relaxation (PMR)
Berdasarkan tabel 4.5., sebelum diberikan
Berdasarkan grafik 4.3 dan tabel 4.6,
terapi musik instrumental, sebanyak 13 orang
diketahui
bahwa
tingkat
(72,2%) berada dalam tingkat stres sedang dan
keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati
setelah diberikan terapi musik instrumental 7
Yogyakarta sebelum diberikan terapi PMR
orang menjadi stres ringan, dan 6 orang
sebagian besar mengalami stres sedang dan
responden tetap berada dalam tingkat stres
sesudah diberikan terapi PMR, sebagian besar
sedang. Artinya, ada 6 responden yang tetap
masih berada dalam kategori stres sedang. Hasil
berada dalam kategori stres sedang. Pada
uji Wilcoxon didapatkan nilai p value sebesar
kenyataannya, 6 orang responden ini juga
0,026 (p value < 0,05), PMR memiliki pengaruh
mengalami penurunan skor stres, namun rentang
signifikan terhadap tingkat stres pada mahasiswa
skor masih berada dalam kategori stres sedang,
keperawatan angkatan 2010 Universitas Respati
yaitu 56-83.
Yogyakarta.
Artinya,
stres
PMR
mahasiswa
memberikan
Berdasarkan tabel 4.5., juga diketahui
pengaruh atau efek positif terhadap penurunan
sebelum diberikan terapi musik instrumental,
tingkat stres pada mahasiswa keperawatan
sebanyak 5 orang (27,8%) berada dalam tingkat
angkatan 2010 Universitas Respati Yogyakarta
stres ringan dan setelah diberikan terapi musik
yang sedang menyusun tugas akhir.
instrumental 4 orang tetap berada dalam tingkat
Progressive Muscle Relaxation adalah teknik
stres ringan, dan 1 orang responden berada dalam
relaksasi yang memusatkan perhatian pada suatu
tingkat stres sedang. Artinya, ada 1 orang
aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang
responden yang mengalami peningkatan stres
tegang
kemudian
setelah diberikan terapi musik instrumental, hal
dengan
melakukan
ini
mendapatkan perasaan rileks8. Selama stres,
dikarenakan
ada
faktor
lain
yang
mempengaruhi nilai post test responden, yaitu
hormon-hormon
menurunkan teknik
seperti
ketegangan
relaksasi
epineprin,
untuk
kortisol,
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
glukagon, ACTH, kortikosteroid, dan tiroid akan meningkat,
stres
fisik
Berdasarkan tabel 4.6., juga diketahui bahwa
emosional
sebelum diberikan terapi PMR, sebanyak 2 orang
mengaktifkan sistem neuroendokrin dan sistem
(16,7%) berada dalam tingkat stres ringan dan
saraf simpatis melalui hipotalamus-pituitari-
setelah diberikan terapi musik instrumental 2
adrenal. Respon stres adalah bagian dari jalur
orang tetap berada dalam tingkat stres ringan, dan
umpan balik yang tertutup antara otot-otot dan
1 orang responden berada dalam tingkat stres
pikiran.
sedang.
Penilaian
mengakibatkan
maupun
ISSN : 2088 - 8872
terhadap
ketegangan
stressor
ada 1 orang responden
yang
mengalami peningkatan stres setelah diberikan
mengirimkan stimulus ke otak dan membuat jalur
intervensi. Hal ini sama dengan kelompok terapi
umpan balik. PMR akan menghambat jalur
musik instrumental, adanya faktor lain yang
tersebut dengan cara mengaktivasi kerja sistem
mempengaruhi nilai post test responden, yaitu
saraf
memanipulasi
variabel pengganggu yang tidak dikendalikan.
hipotalamus melalui pemusatan pikiran untuk
Dari hasil wawancara peneliti dengan responden,
memperkuat sikap positif sehingga rangsangan
stres yang dialami oleh responden tidak hanya
parasimpatis
otot
Artinya,
dan
11
stres terhadap hipotalamus berkurang .
berkaitan dengan penyusunan tugas akhir,
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
melainkan stres akibat masalah finansial, masalah
Tobing (2012), dimana dari hasil penelitiannya
pribadi, dan sebagainya, sehingga tingkat stres
ditemukan penurunan ansietas, depresi, dan
mengalami penurunan walaupun sudah diberikan
peningkatan
terapi PMR.
kemampuan
relaksasi,
serta
kemampuan memaknai hidup klien kanker yang
c. Perbedaan Pengaruh Terapi Musik
mendapatkan PMR dan Logoterapi lebih besar dibandingkan
dengan
kelompok
yang
7
Instrumental dan PMR Analisa menggunakan uji Kruskal-Wallis
mendapatkan hanya Logoterapi . Berdasarkan
didapatkan p value
tabel 4.6., diketahui bahwa sebelum diberikan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat
terapi PMR, sebanyak 12 orang (66,7%) berada
stres post test antara ketiga kelompok, yaitu
pada tingkat stres sedang, setelah diberikan terapi
kelompok terapi musik instrumental, kelompok
PMR 3 orang berada pada tingkat stres ringan dan
PMR, dan kelompok kontrol. Responden yang
9 orang tetap berada dalam tingkat stres sedang.
diberikan
Artinya, ada 9 orang responden yang tetap berada
instrumental, PMR ataupun tidak diberikan
dalam kategori stres sedang. Pada kenyataannya,
intervensi apapun hasilnya tingkat stres post test
9 orang responden ini juga mengalami penurunan
responden tidak ada perbedaan, yakni sama-sama
skor stres, namun rentang skor masih berada
mengalami penurunan. Artinya ada faktor lain
dalam kategori stres sedang, yaitu 56-83.
yang mempengaruhi nilai post test responden, yaitu
intervensi
variabel
0,077 (p > 0,05),
baik
pengganggu
terapi
yang
musik
tidak
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
dikendalikan seperti koping, jumlah stresor, sifat
baik terapi musik instrumental ataupun PMR
stresor, durasi stresor, pengalaman masa lalu, tipe
sama-sama efektif menurunkan tingkat stres
kepribadian. Diluar waktu terapi, responden bisa
responden, akan tetapi jika dilihat dari penurunan
saja melakukan kegiatan seperti olahraga, jalan-
tingkat stres yang signifikan, PMR efeknya masih
jalan, berbincang-bincang dengan teman dekat
kurang optimal dalam menurunkan tingkat stres
atau keluarga, beribadah, beristirahat sebagai
dibandingkan dengan terapi musik instrumental.
mekanisme koping untuk menghilangkan stres.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi
Setiap individu mempunyai persepsi dan respon
keberhasilan dari PMR. Pelaksanaan PMR untuk
yang berbeda-beda terhadap stres. Persepsi
hasil yang maksimal dianjurkan dilakukan secara
seseorang didasarkan pada keyakinan dan norma,
rutin selama 25-30 menit setiap sesi, 2 kali sehari.
pengalaman dan pola hidup, faktor lingkungan,
Jadwal latihan biasanya memerlukan waktu
struktur
tahap
minimal satu minggu untuk hasil yang lebih
perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu
maksimal7. Pada kenyataannya, penelitian ini
serta mekanisme koping12.
terapi PMR diberikan sebanyak 4 kali dalam
dan
fungsi
keluarga,
Tabel 4.5. dan tabel 4.6. menunjukkan bahwa
rentang waktu 2 hari. Hari pertama dimulai
ada 1 orang responden yang mengalami
dengan peragaan 15 langkah PMR oleh peneliti
peningkatan stres setelah diberikan terapi musik
dan diikuti oleh responden, kemudian dilanjutkan
instrumental, begitu pula dengan kelompok
dengan 1 kali pengulangan. Hari kedua,
PMR, ada 1 orang responden yang mengalami
pemberian terapi PMR sama seperti dihari
peningkatan tingkat stres, dimana saat pre test
pertama dengan waktu ± 25 menit.
berada pada tingkat stres ringan dan post test
Kemungkinan
yang
kedua
karena
berada pada tingkat stres sedang. Namun dari
ketidakmampuan responden melaksanakan PMR
hasil analisa univariat terlihat bahwa pada
dengan benar. Teknik relaksasi otot progresif
kelompok PMR, tingkat stres responden pre test
adalah
sebagian besar dalam kategori stres sedang yaitu
perhatian pada suatu aktivitas otot dengan
sebanyak 12 orang (66,7%) dan saat post test
mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
sebagian besar responden masih dalam kategori
menurunkan ketegangan dengan melakukan
stres sedang yaitu sebanyak 11 orang (61,1%).
teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan
Berbeda
musik
rileks8. Pada penelitian ini, pemberian terapi
instrumental, dimana tingkat stres responden pre
dimulai dengan peragaan 15 langkah PMR oleh
test sebanyak 13 orang (72,2%) berada dalam
peneliti yang diikuti oleh responden dan
kategori stres sedang dan saat post test sebanyak
dilanjutkan
11 orang (61,1%) masuk dalam kategori stres
Meskipun responden dapat melakukan semua
ringan (Tabel 4.2.). Hal ini menunjukkan bahwa
langkah-langkah PMR, namun bila responden
dengan
kelompok
terapi
teknik relaksasi yang memusatkan
dengan
1
kali
pengulangan.
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
ISSN : 2088 - 8872
tidak mampu berkonsentrasi dan memfokuskan
instrumental. Sementara terapi musik seperti
pikiran dalam melaksanakan PMR juga membuat
yang diketahui memiliki efek yang menenangkan
hasil yang kurang maksimal, karena PMR sendiri
dan
merupakan salah satu bentuk terapi yang
aktivitas selama intervensi berlangsung4.
memerlukan
pemusatan
perhatian
terhadap
responden
Hasil
tidak
penelitian
memerlukan
banyak
menunjukkan
bahwa
sensasi atau perasaan yang dialami saat kelompok
pemberian terapi musik instrumental sama
otot dilemaskan atau ditegangkan.
efektifnya dengan PMR dalam menurunkan
Hal ini juga sejalan dengan penelitian
tingkat stres mahasiswa keperawatan angkatan
Mashudi (2011), bahwa dengan perlakuan yang
2010. Hasil penelitian ini dapat memberi
sama yaitu PMR, responden melaporkan 2
implikasi bahwa terapi musik ataupun PMR
sensasi
merasakan
merupakan bentuk terapi komplementer pada
ketegangan otot ketika bagian otot-otot tubuhnya
mahasiswa atau klien yang mengalami stres
ditegangkan dan merasa sesuatu yang rileks
dalam upaya menurunkan tingkat stres. Selain itu,
ketika otot-otot tubuh direlaksasikan. Namun ada
kedua terapi ini dapat dijadikan sebagai bahan
beberapa responden yang melaporkan kurang
pembelajaran
bisa merasakan sensasi dari latihan PMR karena
terutama
mereka
komunitas.
yang
berbeda
kurang bisa
yaitu
berkonsentrasi
dalam
pendidikan
pada
terapi
keperawatan
jiwa
keperawatan
jiwa
melakukan PMR meskipun sudah melakukan semua langkah atau prosedur PMR11. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
D. KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
Singh (2009), tentang perbandingan efektivitas
1. Kesimpulan
musik dan PMR terhadap ansietas pada pasien
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
PPOK, didapatkan bahwa musik dan PMR efektif
maka dapat ditarik kesimpulan:
dalam mengurangi kecemasan dan dyspnea pada
a. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan
pasien
PPOK,
namun
terdapat
penurunan
angkatan
2010
Universitas
Respati
kecemasan yang lebih besar dalam kelompok
Yogyakarta sebelum dilakukan terapi musik
musik.
instrumental mayoritas dalam kategori stres
Musik
efektif
mengurangi
tingkat
kecemasan, dsypnea, dan berhubungan dengan parameter fisik, yakni menurunkan detak jantung (heart
rate)
(respiration Relaxation
dan rate).
frekuensi
pernapasan
Progressive
membutuhkan
lebih
dibandingkan
dengan
terapi
b. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan
2010
Universitas
Respati
Muscle
Yogyakarta
banyak
mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu
konsentrasi dan perhatian untuk mempelajari teknik
sedang yaitu sebanyak 13 orang (72,8%).
musik
sebelum
dilakukan
sebanyak 12 orang (66,7%).
PMR
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
c. Tingkat stres pada kelompok kontrol sebelum dilakukan pre test kontrol mayoritas dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 10 orang (76,9%).
ISSN : 2088 - 8872
keperawatan
angkatan
2010
Universitas
Respati Yogyakarta. i. Tidak ada perbedaan efek terapi musik instrumental dan PMR terhadap tingkat stres
d. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan
2010
Universitas
pada mahasiswa keperawatan angkatan 2010
Respati
Universitas Respati Yogyakarta. Didapatkan p
Yogyakarta setelah dilakukan terapi musik
value 0,077 (p > 0,05), sehingga hipotesis
instrumental mayoritas dalam kategori stres
ditolak atau tidak terdapat perbedaan tingkat
ringan yaitu sebanyak 11 orang (61,1%).
stres post test antara ketiga kelompok, yaitu
e. Tingkat stres pada mahasiswa keperawatan angkatan
2010
Universitas
Respati
kelompok
terapi
musik
instrumental,
kelompok PMR, dan kelompok kontrol.
Yogyakarta setelah dilakukan PMR mayoritas
2. Saran
dalam kategori stres sedang yaitu sebanyak 11
a. Bagi Institusi Pendidikan Universitas Respati
orang (61,1%).
Yogyakarta
f. Tingkat stres pada kelompok kontrol setelah
Saran untuk bidang keperawatan yang mengelola
dilakukan post test kontrol mayoritas dalam
pengembangan bidang keperawatan agar lebih
kategori stres sedang yaitu sebanyak 10 orang
memperhatikan
(76,9%).
mahasiswa terkait dengan penyusunan tugas
g. Ada pengaruh yang signifikan terapi musik
stres
yang
dialami
oleh
akhir. Rekomendasi peneliti adalah dengan
instrumental terhadap tingkat stres pada
memperkuat
mahasiswa
2010
pembimbing skripsi agar menjalin komunikasi
Universitas Respati Yogyakarta. Karena nilai
dua arah yang lebih efektif dengan mahasiswa
signifikansi 0,001 (p value < 0,05) yang
bimbingan.
berarti ada pengaruh terapi musik instrumental
b. Bagi Profesi Keperawatan Jiwa
terhadap
keperawatan
tingkat
keperawatan
stres
angkatan
angkatan
peran
pendamping
melalui
pada
mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
2010
Universitas
evidence based dalam mengembangkan konsep
Respati Yogyakarta.
terapi musik instrumental dan PMR, dan
h. Ada pengaruh yang signifikan PMR terhadap
diharapkan perawat dapat menerapkan serta
tingkat stres pada mahasiswa keperawatan
mensosialisasikan terapi musik instrumental dan
angkatan
PMR dalam praktik mandiri keperawatan jiwa
2010
Universitas
Respati
Yogyakarta. Karena nilai signifikansi 0,026 (p
komunitas.
value < 0,05) yang berarti ada pengaruh PMR
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
terhadap
Bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti
tingkat
stres
pada
mahasiswa
dengan topik yang terkait dengan pengaruh terapi
Vol. 3 Nomor 3 September 2013 – Jurnal Keperawatan Respati
musik instrumental dan PMR terhadap tingkat stres, sebaiknya jumlah responden yang diteliti lebih banyak lagi agar hasil penelitian dapat
8.
digeneralisasikan untuk tingkat populasi yang lebih luas, perlunya pengendalian variabel perancu seperti tipe kepribadian responden dan
9. 10.
penatalaksanaan stres nonfarmakologis, atau melakukan penelitian tentang kombinasi dari terapi musik instrumental dan PMR untuk menurunkan tingkat stres.
DAFTAR PUSTAKA 1. Slamet. (2003). “Banyak yang Melakukan Plagiat”. Suara Merdeka. http://www.suaramerdeka.com/harian/0301/15/k ha2.htm. Diakses tanggal 23 Oktober 2013. 2. Riewanto, A. (2003). Skripsi Barometer Intelektualitas Mahasiswa. Suara Merdeka http://www.suaramerdeka.com/harian/0302/05/k ha3.htm . Diakses pada 21 Oktober 2013. 3. Smeltzer, S.C. dan Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Volume 1 (Edisi 8). Jakarta : EGC. 4. Singh, Vijay P. (2009). Comparison of The Effectiveness of Music and ProgressiveMuscle Relaxation for Anxiety in COPD. http://web.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/p dfviewer?sid=4f359b9e-fb57-448e-881b00899a46825d%40sessionmgr14&vid=2&hi d=20 . Diakses tanggal 15 Oktober 2013. 5. Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress. 6. Richmond, R. L. (2007). A Guide to Psychology and Its Practice. http://guidetopsychology.com/Progressive Muscle Relaxation.htm Diakses pada 21 Oktober 2013. 7. Tobing, Duma Lumban. (2012). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation dan Logoterapi terhadap perubahan Ansietas, Depresi, Kemampuan Relaksasi dan Kemampuan Memaknai Hidup Klien Kanker
11.
12.
ISSN : 2088 - 8872
si RS Kanker Dharmais Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Setyoadi., & Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta : Salemba Medika. Hastomi, I. & Sumaryati. (2012). Terapi Musik. Yogyakarta : Javalitera. Primadita, Adhe. (2011). Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik terhadap Stress dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang. http://eprints.undip.ac.id/33143/2/ARTIKEL _efektifitas_intervensi_terapi_musik_klasik _terhadap_stres_mahasiswa_skripsi.pdf . Diakses tanggal 15 Oktober 2013 Mashudi. (2011). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Raden Mattaher Jambi. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Purwati, Susi (2012). Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.