Volume 3, Nomor 1, Tahun 2013
ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN • Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014. • Pemberian Jus Labu Siam Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Di Daerah Pesisir • • • • •
Senggarang Tahun 2014 Motivasi Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit Stroke Pada Lansia Di Rw 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Pengaruh Air Rebusan Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013 Perbandingan Keefektifan Belimbing Manis Dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang
Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 3 NOMOR 1 TAHUN 2013
PENELITIAN Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014.
HAL 237-247
(Nur Meity Sulistia Ayu)
Pemberian Jus Labu Siam Terhadap Kadar Kolesterol Darah Pada Lansia Di Daerah Pesisir Senggarang Tahun 2014
248-256
(Endang Abdullah, Lidia Wati, Komala Sari)
Motivasi Belajar Bahasa Inggris Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2014
257-280
(Umu Fadhilah)
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap Pencegahan Penyakit Stroke Pada Lansia Di Rw 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
281-288
(Nurmalitasari)
Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia
289-297
(Marisi Manalu)
Pengaruh Air Rebusan Buah Mahkota Dewa Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2013
298-301
(Arifin Chan, Soni Hendra Sitindaon, Dian Tri Raharjo)
Perbandingan Keefektifan Belimbing Manis Dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Kota Tanjungpinang (Yudith Rezki Noviansyah,Yusnaini Siagian, Nurul Husni)
302-308
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab : Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran : Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan. Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian. Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Januari 2013 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Drs.Heri Priatna, SStFT,SKM, MM
PENGARUH GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH BIOMEDIK DI STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN AKADEMIK 2013-2014. Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK Prestasi belajar mahasiswa dapat dipengaruhi oleh gaya belajar. Setiap mahasiswa memiliki satu gaya belajar yang dominan apakah visual, auditori atau kinestetik. Mata kuliah Biomedik adalah mata kuliah dasar dalam ilmu keperawatan yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa keperawatan untuk menjadi perawat profesional. Penguasaan kompetensi mahasiswa pada mata kuliah Biomedik ditunjukkan melalui prestasi belajar mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang pada mata kuliah Biomedik Tahun Akademik 2013-2014. Peneltian ini merupakan studi korelasi dengan populasi semua mahasiswa Stikes hang Tuah Tanjungpinang yang mengambil mata kuliah Biomedik TA 2013-2014. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling berjumlah 83 mahasiswa. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki gaya belajar visual (68,67%) dan memiliki indeks prestasi rendah (74,69%). Analisis uji statistik menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ρ value < α (0,001 < 0,05) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara gaya belajar ternadap indeks prestasi mahasiswa pada mata kuliah Biomedik Stikes Hang Tuah Tanjungpinang TA. 2013-2014. Penelitian ini merekomendasikan hendaknya mahasiswa bisa mengenali gaya belajar yang sesuai dengan dirinya, sehingga jika metode/strategi pada saat proses belajar mengajar di kelas tidak sesuai dengan gaya belajarnya, mahasiswa mampu menentukan sendiri cara yang paling mudah baginya untuk menyerap pelajaran yang diberikan baik itu pada saat belajar di kelas maupun di Laboratorium.Institusi dapat memrogamkan dosen mengikuti pelatihan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Kata kunci Daftar Pustaka
: Gaya belajar, Prestasi Belajar, Biomedik, Mahasiswa Keperawatan. : 26 (1997-2009)
ABSTRACT Student achievement can be influenced by the style of learning. Each student has a dominant learning style wether is visual, auditory or kinesthetic. Biomedical major are basic courses in nursing science that must be mastered by every nursing students to become professional nurses. Mastery of competencies of students in the course of Biomedical demonstrated through the academic achievement of students. The purpose of this study was to analize the influence of learning style to academic achievement in Biomedical major of student Stikes Hang Tuah Tanjungpinang in academic year 2013-2014. This study is a correlation study with populations of all students Stikes Hang Tuah Tanjungpinang who took Biomedical major in academic year 2013-2014. This research samples using total sampling technique amounted to 83 students. The results showed that most respondents have a visual learning style (68.67%) and has a low performance index (74.69%). Statistical test analysis using Chi-Square test showed that the value ρ < α (0.001 <0.05), which concluded that there is influence between learning styles to academic achievement in Biomedical major of student Stikes Hang Tuah Tanjungpinang in academic year 20132014. The study recommends the student should be able to recognize the learning style that suits him, so that if the method / strategy during the learning process in the classroom does not correspond to their learning style, students are able to determine for themselves the easiest way for him to absorb the lessons given either at the time learning in the classroom and in Laboratorium. Institution can make faculty development training to improve the lecturers teaching methods and learning strategies. Key words : Learning styles, Learning Achievement, Biomedical, Nursing Students. Bibliography: 26 (1997-2009)
237
LATAR BELAKANG Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang – undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta beradaban bangsa yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembang potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhklaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan manjadi warga Negara
kegiatan belajar dimana kegiatan belajar tersebut terdapat beberapa hal pokok yang terjadi. Dengan belajar akan membawa pada perubahan, dan perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dan kecakapan meraih prestasi dalam proses belajar mengajar di sekolah interaksi antara dosen dan minat amat penting karena interaksi yang terjadi ini akan mempengaruhi output dalam membimbing dan mengarahkan mahasiswa untuk melakukan pemusatan perhatian terhadap suasana yang diharapkan mahasiswa.
yang demokratis serta bertanggung jawab. Setiap orang belajar dengan berbagai
Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat
dan bangsa. Kemajuan suatu
bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. Dan keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri. Guna menujudkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaiman tercantum dalam Undang – undang Nomer 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Mampu menjamin pemeratan kesempatan pendidikan,
cara yang berbeda-beda dan semua cara sama baiknya. Kenyataannya, kita semua memiliki gaya belajar
hanya biasanya satu
gaya
mendominasi.menurut Baldler dan Grinder dalam Bobbi De porter (2000:85) “Meskipun banyak orang memiliki akses ketiga modalitas visual, auditorial, dan kinestetik hampir semua orang cenderung pada satu modalitas belajar yang
berperan
pembelajaran,
sebagai
saringan
untuk
mereka
juga
modalitas,
memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang
memberikan
mereka
bakat
dan
kekurangan alami tertentu.
peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi Menurut
manajemen pendidikan.
kamus
besar
ilmu
pengetahuan (2006), gaya (lat: tyus menjadi Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perserta didik dalam usaha mengembangkan dan menitikberatkan pada kemampuan pengetahuan, kecakapan nilai sikap serta pola tingkah laku yang berguna bagi hidupnya. Dalam pendidikan terjadi suatu
yun:tipus yang diguratkan, modal,cetakan) penjabaran ilmu wakat tentang pembagian dalam manusia dalam golongan menurut watak masing-masing. Pembagian manusia dalam tipe-tipe (jenis-jenis) dan penggambaran tipe itu.
238
Tugas
utama
mahasiswa
untuk
dipapan
tulis.
Ada
pula
yang
senang
mencapai prestasi belajar dan tujuan pendidikan
mendengarkan dan ada juga yang lebih suka
adalah melalui kegiatan belajar. Kegiatan
praktek mengerjakan soal secara langsung atau
belajar yang berlangsung baik akan membantu
mendemonstrasikan. Melalui cara seperti itulah
tercapainya sebuah prestasi yang memang
yang menjadi gaya belajar setiap mahasiswa
sesuai dengan potensi dan keahlian yang
secara individu.
dimilikinya. Berapa aspek keahlian yang dimiliki oleh mahasiswa adalah keahlian dalam
Hal tersebut memiliki kaitan yang erat
aspek kognitif, efektif dan psikomotor. Menurut
dalam mendukung proses belajar dimana proses
Bobbi De Porter (2000:85) “Kesulitan belajar
belajar yang baik akan sengat membantu
itu
mahasiswa
mahasiswa dalam memahami mata pelajaran
memahami diri atau mengalami downshift
dengan baik dan tentunya bias mengetahui
menyebabkan belajar mandek. Mahasiswa
kesulitan belajar mahasiswa yang sedang
dhadapi dua masalah yaitu belajar yang sulit
dhadapi
dan resiko jika tidak mengetahui cara belajar
permecahannya sehingga tercapailah tujuan
untuk mengatasi masalah tersebut”
dari pembelajaran, selain itu tercapailah prestasi
sendiri
cukup
membuat
dan
berusaha
untuk
mencari
belajar yang memuaskan bagi mahasiswa. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang didirikan pada tahun 2007
Tetapi berdasarkan pengamatan selama
dengan SK Dirjen Dikti No. 195/D/O./2007
ini yang terjadi tidaklah demikian dalam arti
dengan visi organisasi yakni: Pada tahun 2017
tidak semua mahasiswa dengan gaya belajar
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang menjadi
yang berbeda-beda dengan tingkat kesulitan
institusi pendidikan tinggi kesehatan unggulan
yang
di Provinsi Kepulauan Riau, berdaya saing
mendapatkan prestasi belajar yang sama
global yang berwawasan kepulauan, dan
baiknya. Hal inilah yang menimbulkan sebuah
menjunjung tinggi nilai budaya bangsa serta
permasalahan apakah ada keterkaitan anatar
berjiwa
gaya belajar dalam hal ini khususnya tipe
pancasila.
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang memiliki tiga Program Studi
sama
ketika
mengerjakan
soal
belajar dan terhadap prestasi belajar.
mulai dari Diploma Tiga Keperawatan, Sarjana Keperawatan hingga Profesi Ners. Mata kuliah
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
Biomedik adalah mata kuliah dasar dalam ilmu
tertarik meneliti “Pengaruh Gaya Belajar
keperawatan yang harus dikuasai oleh setiap
Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Pada
perawat
Mata Kuliah Biomedik di Stikes Hang Tuah
professional.
Berdasarkan
studi
pendahuluan pada September 2013 mahasiswa
Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014”.
memiliki cara yang berbeda satu sama lainnya, ada yang gemar mencatat atau meringkas apa yang dijelaskan oleh dosen atau yang ditulis
BAHAN PENELITIAN 239
DAN
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
jenis
penilitian cross sectional yang menekankan pada waktu
pengukurann
observasi
Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014.
data
variabel independen dan dependen hanya satu
a. Gaya Belajar Mahasiswa
kali, pada satu saat. Tidak semua subjek
Berdasarkan hasil kuesioner mengenai
penelitian harus diobservasi pada hari atau pada
gaya belajar mahasiswa yang mengambil mata
waktu yang sama, akan tetapi baik variabel
kuliah
independen maupun dependen dinilai hanya
Tanjungpinang Tahun Akademik 2013-2014
satu kali saja.
didapatkan
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
yang
mengikuti
mata
kuliah
Biomedik
frekuensi
di
Stikes
gambaran yang
Hang
sebaran
disajikan
Tuah
distribusi
dalam
bentuk
prosentase sebagai berikut:
Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tabel 1.
Tahun Akademik 2013-2014. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling
Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Mahasiswa
berjumlah 83 mahasiswa. Waktu penelitian ini
Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)
dilakukan pada Oktober 2013 sampai April 2014.
Gaya Belajar
Peneliti menggunakan metode angket tertutup yaitu terdiri atas pertanyaan dengan
Jumlah
Prosentase
(n)
(%)
jumlah jawaban tertentu sebagai pilihan dengan
Visual
57
68,67%
kata lain responden tinggal memilih jawaban
Auditori
17
20,48%
yang tersedia untuk mendapatkan informasi
Kinestetik
9
10,84%
mengenal diri responden. Penelitian ini juga
Jumlah (N)
83
100%
menggunakan metode dokumentasi dari hasil ujian UTS dan UAS serta ujian harian (pre
Tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas
test/post test) pada mata kuliah Biomedik yang
responden memiliki gaya belajar visual (68,67
di rekapitulasi menjadi nilai indeks prestasi (IP)
%) dan minoritas responden yang memiliki
mata kuliah Biomedik.
gaya belajar kinestetik (10,84%).
HASIL PENELITIAN
b. Indeks Prestasi Mahasiswa Berdasarkan hasil observasi data sekunder
1. Analisis Univariat Analisis
univariat
dari Bagian Administrasi Akademik (BAAK) ini
untuk
didapatkan data indeks prestasi mahasiswa
mendeskripsikan distribusi frekuensi distribusi
yang mengambil mata kuliah Biomedik di
frekuensi gaya belajar mahasiswa dan distribusi
Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun
indeks prestasi mahasiswa pada mata kuliah
Akademik 2013-2014 didapatkan gambaran
240
sebaran distribusi frekuensi yang disajikan
Biomedik Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N=
dalam bentuk prosentase sebagai berikut:
83)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Indeks Prestasi Mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik
Gaya Belajar Mhs
Prosentase
(n)
(%)
Tinggi > 2,75
21
25,30%
Rendah<2,75
62
74,69%
Jumlah (N)
83
100%
Rendah
Total ρ value
Tinggi
n
%
n
%
Visual
44
77,19
13
22,81
57
100
Auditori
10
58,82
7
41,18
17
100
Kinestet ik Total
7
77,77
2
22,23
9
100
62
74,69
21
25,30
83
100
Stikes Hang Tuah TA. 2013-2014 (N= 83)
Gaya Belajar Jumlah
Prestasi Belajar
n
%
α = 0,05
Tabel responden
3
dengan
memperlihatkan gaya
belajar
bahwa auditori
memiliki prosentase hampir seimbang antara Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas
yang memiliki indeks prestasi tinggi (41,18)
mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
dengan yang rendah (58,82%). Sedangkan
pada mata kuliah Biomedik memiliki indeks
responden dengan gaya belajar visual dan
prestasi yang rendah (74,69%).
kinestetik mayoritas memiliki indeks prestasi rendah. Analisis uji Chi Square di peroleh
2. Analisis Bivariat Analisis
bivariat
bahwa dilakukan
ρ value
sebesar 0,001 lebih kecil
untuk
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 yang
mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap
artinya bahwa Ho ditolak. Hasil analisis
prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah
menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara
Biomedik di Stikes Hang Tuah Tanjungpinang
gaya
Tahun Akademik 2013-2014. Pada penelitian
mahasiswa pada mata kuliah Biomedik Stikes
ini analisa data yang akan digunakan adalah uji
Hang Tuah Tanjungpinang TA. 2013-2014.
belajar
ternadap
indeks
prestasi
Chi Square dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Statistik pada komputer.
PEMBAHASAN
Berikut ini merupakan hasil dari analisis bivariat:
1. Gaya belajar mahasiswa pada mata kuliah Biomedik TA. 2013-2014. Gaya belajar adalah kunci untuk
Tabel 3.
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di
Analisis Pengaruh Gaya Belajar terhadap
sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi.
Prestasi Belajar Mahaiswa pada Mata Kuliah
Ketika menyadari bahwa bagaimana seseorang menyerap dan mengolah informasi, belajar dan
241
0,001
berkomunikasi menjadi sesuatu yang mudah
40% adalah kinestetik, visual/kinestetik atau
dan menyenangkan (Nunan, 1991: 168). Gaya
kombinasi dari tipe belajar tersebut (Sankey,
belajar merupakan cara termudah yang dimiliki
2001).
oleh individu dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi yang masuk ke otak.
Menggunakan strategi pembelajaran
Sedangkan menurut Zaini (2002) gaya belajar
kombinasi visual dan auditorial atau auditori
atau tipe belajar adalah karakteristik atau
dan
pilihan
meningkatkan minat siswa dalam belajar
individu
informasi,
untuk
mengumpulkan
menafsirkan,
mengorganisasi,
kinestetik
matematika
dalam
karena
belajar
dalam
dapat
pembelajaran
merespon, dan memikirkan informasi yang
kombinasi dilakukan diskusi dan memeragakan
diterima.
dalam kelompok, disini seluruh panca indera mahasiswa bekerja sehingga mahasiswa lebih
Nilai
pada variabel
gaya belajar
focus dan konsentrasi dan dituntun untuk aktif,
diperoleh dari perhitungan jawaban yang
saling
diberikan kepada mahasiswa pada kuesioner.
sekelompoknya, siswa yang kurang paham pada
Hasil jawaban mahasiswa selajutnya diskoring
materi yang dipelajari dapat bertanya kepada
sesuai dengan rumus dan hasilnya berupa skor.
teman yang lebih paham, dan untuk siswa
Dalam pertanyaan yang diajukan terdapat 3
auditori membantu siswa mengembangkan
option jawaban yang menunjukkan bahwa
kemampuannyadalam belajar.
bekerja
sama
dengan
teman
apabila jawaban yang paling dominan pada kolom A maka mahasiswa bergaya belajar
Berdasarkan
penjelasan
di
atas
visual, jika dominan pada kolom B maka
persentase
mahasiswa bergaya belajar auditory dan jika
proses pembelajaran secara umum menunjukan
dominan jawaban di kolom C maka mahasiswa
peningkatan, sesuai dengan peryataan yang
bergaya belajar kinestetik.
diungkapan
keterlibatan
oleh
Rose
mahasiswa
(2002)
dalam
bahwa
pembelajaran multisensoriakan menjadi solusi Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bagi gaya belajar yang berbeda yang dimiliki
bahwa sebagian besar responden memiliki gaya
siswa. Jika mahasiswa menggunakan teknik dan
belajar visual dan Auditori dan sebagian kecil
cara yang paling sesuai dengan kecendrungan
dari responden yang diambil memiliki gaya
gaya belajar yang dimilikinya, maka mahasiswa
belajar kinestetik. Felder & Soloman (2001)
akan menyerap pelajaran dengan lebih mudah
menyatakan bahwa kebanyakan orang-orang
dan efesien.
adalah pelajar visual dan hal ini didukung oleh
Pada jawaban yang diperoleh, ada
penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Ginther
beberapa mahasiswa yang mengatakan bahwa
(1999) yang menemukan bahwa sebagian besar
lebih senang apabila dosen memberi tugas yang
pelajar di Amerika merupakan pelajar visual
dikerjakan
(40%), 20-30% adalah pelajar auditori dan 30-
mengindikasikan kecenderungan gaya belajar 242
secara
berkelompok.
Hal
ini
sosial. Selanjutnya ada mahasiswa yang lebih suka dosen menjelaskan materi kuliah secara
Menurut pengamatan peneliti, sebagian
jelas dan terperinci. Strategi belajar kelompok
mahasiswa dengan gaya belajar kinestetik ini
memungkinkan kegiatan turotial di antara
sebenarnya
termasuk
mahasiswa
berprestasi,
namun
sendiri,
sehingga
diharapkan
kategori
mahasiswa
kesalahan
metode
mengurangi rasa malu untuk bertanya. Lebih
pembelajaran yang dilakukan oleh dosen saat
dari itu, mahasiswa lebih percaya diri jika
mengajar dikelas yang hanya terfokus untuk
penyelesaiaan
pelajar visual dan audio sehingga membuat
jawabannya
mirip
dengan
temannya.
mahasiswa tidak mampu mengembangkan potensinya. Dosen dapat menggunakan lebih
Pembelajaran
secara
berkelompok
selain memiliki keunggulan pemahaman yang
banyak metode pembelajaran di laboratorium yang sesuai dengan gaya belajar kinestetik.
diperoleh secara mandiri dan kegiatan tutorial diantara teman sekaligus memiliki kelemahan
Kegiatan pembelajaran di laboratorium
jika ada mahasiswa yang pasif dan titip nama
merupakan
pada
pandang
menstimulasi mahasiswa dengan gaya belajar
pengampu, strategi ini mengurangi sebagian
kinestetik, hal ini disebabkan kecenderungan
beban dosen untuk memahamkan mahasiswa
orang kinestetik dalam menangkap pelajaran
karena dosen hanya berfungsi sebagai fasilitator
yang mereka terima dengan cara menyentuhnya
yang membimbing proses penyelesaian dengan
dan
menunjukkan materi yang relevan untuk
Sedangkan untuk mahasiswa dengan gaya
dirujuk sebagai panduan. Kelemahannya tidak
belajar
semua
mendapatkan hasil belajar memuaskan dengan
kelompoknya.
dosen
Dari
bersedia
sudut
berkeliling
kelas
memantau karya kelompok.
metode
yang
memperagakannya
visual
dan
tepat
secara
audio
untuk
langsung.
cenderung
metode ceramah maupun visualisasi yang dapat dilaksanakan di kelas. Hal ini menunjukkan
2. Distribusi indeks prestasi mahasiswa
bahwa metode/strategi yang digunakan pada
pada mata kuliah Biomedik TA. 2013-2014.
saat proses belajar mengajar berlangsung yang
Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden menunjukkan indeks prestasi
sesuai dengan tipe belajar mahasiswa akan berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa.
belajar rendah. Dalam hal ini pelajar dengan gaya belajar kinestetik lebih sedikit dengan
Beberapa peneliti telah menemukan
pelajar visual dan audio namun mayoritas
bahwa kecocokan atau ketidakcocokan antara
pelajar kinestetik mendapatkan indeks prestasi
strategi pengajaran dengan gaya belajar secara
pada mata kuliah Biomedik yang rendah,
signifikan mempengaruhi keberhasilan pelajar
sedangkan untuk gaya belajar visual dan audio
(Dunn, dkk, 1989 dikutip dari Pranata, 2009).
sebagian mahasiswanya masih menunjukan
Penelitian yang dilakukan oleh Pangabean
indeks prestasi tinggi.
(2009) juga menunjukkan sebagian besar 243
mahasiswa yang mendapatkan hasil belajar
3. Pengaruh Gaya Belajar terhadap
sangat memuasakan didapat pada pelajar visual
Prestasi Belajar Mahaiswa pada Mata
(72,5%) ini disebabkan metode pembelajaran
Kuliah Biomedik Stikes Hang Tuah TA.
yang dilakukan cenderung menguntungkan
2013-2014
pelajar visual dengan menggunakan metode
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
LCD, OHP dan white board. Hal yang sama
ada pengaruh yang signifikan antara gaya
juga dibuktikan dalam penelitian Sundari
belajar mahasiswa terhadap indeks prestasi
(2009) menunjukkan sebagian besar mahasiswa
mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik Stikes
yang
Hang Tuah TA. 2013-2014. Gaya belajar sangat
mendapat
prestasi
belajar
sangat
memuaskan didapat pada pelajar visual (n=28,
berpengaruh
50,9%) hal ini juga disebabkan metode
mahasiswa mahasiswa karena kecenderungan
pembelajaran yang digunakan didalam kelas
kepuasan sebagian besar mahasiswa diukur dari
dengan metode ceramah, diskusi dan visualisasi
kelulusan
cenderung menguntungkan mahasiswa dengan
pemahaman terhadap isi mata kuliah. Akibat
gaya belajar visual.
dari alasan di atas bahwa setelah selesai
terhadap
pada
mata
indeks
kuliah
prestasi
dari
pada
menempuh suatu mata kuliah mahasiswa Penelitian yang berkaitan dengan hal
cenderung lupa.
ini juga telah dilakukan oleh Husain (2000) dengan hasil penelitian bahwa kelompok visual
Pengaruh gaya belajar dalam prestasi
tidak memperoleh pencapaian belajar yang
adalah proses cara belajar siswa itu sendiri
lebih baik dari kelompok audio dan kinestetik,
dalam memahami materi yang telah diberikan.
hal ini disebabkan proses pembelajaran yang
Gaya belajar yang tidak baik maka hasilnya
dilakukan cenderung menguntungkan pelajar
tidak akan baik pula. Mutu pendidikan dan
audio dan kinestetik yaitu dengan menstimulasi
lingkungan
pendengaran dan peragaan pengucapan bahasa
prestasi dalam belajar. Maka dari itu gaya
kedua. Sehingga dapat dibuktikan mahasiswa
belajar sangatlah berpengaruh dalam prestasi
yang diberikan pembelajaran yang sesuai
belajar. Prestasi belajar yang baik pasti
dengan gaya mengajar dosen akan memperoleh
ditentukan oleh bagaimana proses belajar dia
hasil belajar yang lebih baik. Oleh karena itu,
untuk menuju hasil prestasi yang baik. Proses
peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan
atau gaya belajar pasti berbeda-beda dan
variasi dalam metode/strategi mengajar dengan
masing-masing memiliki gaya belajar sendiri-
gaya belajar mahasiswa baik gaya visual, audio
sendiri.
dan
kinestetik
akan
sangat
juga
menentukan
membantu
mahasiswa dalam memperoleh hasil maupun prestasi belajar yang optimal.
sekitarpun
Dosen
seringkali
tidak
mengidentifikasi gaya belajar mahasiswa untuk menentukan strategi pembelajarannya. Hal ini disebabkan karena jumlah mahasiswa dalam 244
satu kelas terlalu besar, sehingga seringkali
mahasiswa terhadap indeks prestasi mahasiswa
dosen lupa bahwa pada program studi memiliki
pada mata kuliah Biomedik. Oleh karena itu
karakteristik yang berbeda. Perbandingan teori
peneliti tidak dapat melihat lebih lanjut apakah
dan praktik seringkali tidak memperhatikan
gaya belajar mana yang paling berpengaruh
gaya belajar mahasiswa selama strategi praktik
terhadap indeks prestasi mahasiswa.
dilaksanakan, pada hal tidak semua mahasiswa memiliki gaya belajar pemahaman konsep Instrumen
melalui praktikum atau pengalaman. Gaya belajar
seharusnya
disesuaikan
dengan
karakteristik mata kuliah sehingga dapat dirumuskan
strategi
pembelajaran
yang
beragam yang dimungkinkan strategi tersebut lebih mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa
penelitian
ini
hanya
menggunakan lembar observasi untuk melihat hasil Indeks Prestasi mata kuliah Biomedik. Sedangkan indikator untuk melihat prestasi belajar tidak hanya dari nilai IP saja, tetapi banyak indikator lainnya yang dapat digunakan untuk mengetahui prestasi belajar seseorang
program studi pendidikan biologi.
seperti kecerdasan emosional dan kecerdasan Gaya belajar memiliki nilai positif dan
spiritual.
negatif begitu juga dengan dampaknya kepada orang tersebut dan di sekelilingnya. Memang
PENUTUP Kesimpulan
betul ada pola belajar yang tidak baik dan
penelitian
ini
adalah
karena itu menghasilkan prestasi belajar yang
bahwa sebagian besar responden memiliki gaya
buruk tetapi kalau pola belajar baik sudah
belajar visual (68,67 %) dan auditori (20,48%)
dijamin mendapat hasil yang memuaskan. Mutu
dan sebagian kecil dari responden yang diambil
pendidikan yang pun juga mempengaruhi
memiliki gaya belajar kinestetik (10,84%).
kelangsungan pola belajar seorang murid begitu
Sebagian
juga dengan lingkungan murid tersebut. Tetapi
menunjukkan indeks prestasi belajar rendah
yang
paling
mempengaruhi
pola
belajar
terhadap prestasi belajar adalah murid itu sendiri. Jika dia punya motivasi yang tinggi untuk mengembangkan pola belajar maka pola belajar tersebut akan membaik dan hasil prestasinyapun juga akan membaik (Sularso, 2006).
(74,69%).
deskriptif korelasi yang hanya bertujuan untuk gaya
Hasil
responden
penelitian
juga pengaruh
yang signifikan antara gaya belajar mahasiswa terhadap indeks prestasi mahasiswa pada Mata Kuliah Biomedik Stikes Hang Tuah TA. 20132014 dengan ρ value sebesar 0,001. Penelitian menyarankan hendaknya
Penelitian ini termasuk ke dalam
pengaruh
responden
menyimpulkan bahwa ada
4. Keterbatasan Penelitian
menghubungkan
besar
belajar
mahasiswa bisa mengenali gaya belajar yang sesuai
dengan
metode/strategi 245
dirinya, pada
saat
sehingga
jika
proses
belajar
mengajar di kelas tidak sesuai dengan gaya belajarnya, mahasiswa mampu
menentukan
KEPUSTAKAAN Abdullah, E. (2009). Profil Stikes Hang Tuah
sendiri cara yang paling mudah baginya untuk
Tanjungpinang: Tanjungpinang: Stikes
menyerap pelajaran yang diberikan baik itu Hang Tuah.
pada saat belajar di kelas maupun ketika belajar di Laboratorium pada mata kuliah Biomedik.
Adisendjaja,
Y.
H.
(2008)
Sains
dan
Pembelajaran Sains, Bandung: Jurusan Dosen
juga
disarankan
perlu Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
melakukan penyesuaian metode dan strategi dalam
mengajar
dengan
gaya
belajar
A.M.R
mahasiswa ketika proses belajar mengajar
Santoso.
(2001)
Right
Brain.
Mengembangkan Kemampuan Otak
berlangsung dan menyadari adanya perbedaan Kanan Untuk Kehidupan Yang Lebih
gaya belajar setiap mahasiswa. Dosen juga
berkualitas, Jakarta: PT Gramedia
perlu memodifikasi strategi, media dan metode mengajar yang menarik minat mahasiswa
Pustaka Utama
sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal. Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Perlu dilakukan identifikasi terhadap gaya
belajar
mahasiswa
secara
periodik
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu
sehingga gambaran gaya belajar mahasiswa Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.
akan diketahui secara keseluruhan. Institusi
Rineka Cipta.
memrogamkan bagi dosen untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan
Dalyono, M. (1997). Psikologi Pendidikan,
pengembangan metode dan strategi mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Peneliti selanjutnya disarankan untuk
Danim, S. (2003). Riset Keperawatan Sejarah
melakukan penelitian dengan desain dan
& metodologi, Jakarta: EGC.
metode penelitian yang berbeda berkaitan dengan gaya belajar mahasiswa dan prestasi belajar mahasiswa baik pada mata kuliah
Departemen Ilmu Keperawatan FK USU.
Biomedik atau mata kuliah yang lainnya.
(2007).
Buku
Panduan
Program
Peneliti dapat memperbanyak lagi responden Pendidikan Akademik Program Studi
serta lebih memperbanyak lagi faktor-faktor
Ilmu
apakah yang mempengaruhi hasil prestasi belajar.
Press.
246
Keperawatan,
Medan:
USU
Deporter,
B,
dkk.
(2004).
Teaching:Mempraktikkan Learning
di
Ruang-ruang
Quantum
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi
Quantum
Pollit & Hungler. (1999). Nursing Research Principles and Methodes, Philadelpia:
Deporter, B & Hernacki, M. (2003). Quantum
Lippincott.
Learning:Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar.
Felder, R & Soloman, B. 2001. Learning Styles Strategies.
Keperawatan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kelas,
Bandung: Kaifa.
and
Riset
Dikuti
(Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30.
dari
Pranata, M. (2009). Menyoal Kecocoktidakan
: http://www2.ncsu.edu Dibuka tanggal
Gaya Pembelajaran Desain. Dikutip dari
21 juni 2010
: http://desaingrafisindonesia.files.wordp
Husain, D. (2000). Learning and Personality
ress.com Dibuka tanggal 12 September 2010.
Styles in Second Language Acquisition : Gaya Belajar dan Gaya Kepribadian
Santoso, Singgih. (2006). Menguasai Statistik
dalam Perolehan Bahasa Kedua. Dikutip
di Era Informasi dengan SPSS 15,
dari : http://www.pascaunhas.net Dibuka
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
tanggal 12 Juni 2010
Slameto. (2003). Belajar dan faktor-faktor yang
Ir. Winardi, A. (2008). Memahami Gaya
mempengaruhinya, Jakarta: PT. Rineka
Belajar Anak. http://www.bpkpenabur-
Cipta.
bdg.sch.id Dibuka tanggal 20 Juni 2010
Sudjana, N. (2005). Penilaian Hasil Proses
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian
Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja
Kesehatan, Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Rosdakarya.
Nurhidayah R, Endah dkk, (2009). Buku
Susanto, H. (2006). Meningkatkan Konsentrasi
Penuntun Teori Praktikum Keperawatan
Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas
Dasar, Medan: USU Press.
Belajar Siswa. Diambil tanggal 18 Oktober
2009
dari http://www.bpkpenaburbdg.sch.id 247
Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar,
Sundari. (2009). Hubungan Tipe Belajar
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
dengan Prestasi Belajar Mahasiswa
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Program Ekstensi Fakultas Keperawatan
Pengembangan Bahasa. 1994. Kamus
Universitas Sumatera Utara, Skripsi
Besar Bahasa Indonesia, Edisi 2.,
Penelitian
Jakarta: Balai Pustaka.
keperawatan
Pangabean, A. (2009). Gambaran Prestasi
Universitas
Program Fakultas Sumatera
studi
Ilmu
Kedokteran Utara.
Tidak
dipublikasikan.
Belajar Mahasiswa PSIK FK USU Program Reguler Berdasarkan Tipe Belajar Mahasiswa, Skripsi Penelitian
1
Program Fakultas
studi
Ilmu
keperawatan
Kedokteran
Universitas
Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns,
M. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Sumatera Utara. Tidak dipublikasikan.
PEMBERIAN JUS LABU SIAM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH PADA LANSIA DI DAERAH PESISIR SENGGARANG TAHUN 2014 248
Endang Abdullah1, Lidia Wati2, Komala Sari3
ABSTRAK Pola makanan modern sekarang yang banyak mengandung kolesterol, disertai intensitas makan yang tinggi, stres yang menekan sepanjang hari, obesitas dan merokok membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan. mengkonsumsi obat kimia yaitu obat golongan Statin, dapat menimbulkan efek samping, diantaranya kerusakan otot. Labu siam mempunyai banyak kandungan gizi salah satunya serat nabati yang dapat mengurangi penyerapan kolesterol dalam usus. Serat nabati termasuk golongan pektin dapat menurunkan kolesterol darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jus labu siam terhadap kadar kolesterol darah pada lansia. Desain penelitian adalah eksperimen semu. Populasi pada penelitian ini berjumlah 118 pasien dengan jumlah sampel 17 orang. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon diperoleh p=0,000 (p <0,05). ada pengaruh pemberian jus labu siam terhadap penurunan kolesterol total pada pasien hiperkolesterolemia. penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk dikembangkannya tentang pengobatan herbal dalam pelayanan puskesmas terkait. Kata kunci
: Labu Siam, Kolesterol, Lansia.
ABSTRACT Modern diet that contains a lot of cholesterol, accompanied eat high intensity, stress presses throughout the day, obesity and smoking makes blood cholesterol levels are very difficult to control. Chemical drugs are drugs known as statins, can cause side effects, including muscle damage. Chayote has a lot of the nutrients one vegetable fiber that can reduce the absorption of cholesterol in the intestine. Vegetable fibers belonged pectin can lower blood cholesterol. The purpose of this study was to determine the effect of chayote juice on blood cholesterol levels in the elderly. The study design is quasi-experimental. The population in this research were 118 patients with a sample of 17 people. Statistical test results obtained by using the Wilcoxon test, p = 0.000 (p <0.05). No effect of chayote juice to the decrease in total cholesterol in patients with hypercholesterolemia. This study is expected to be taken into consideration for the development of herbal medicine in health center services related. Key words : Squash Juice , blood cholesterol, elderly
249
hingga rhabdomyolisis yaitu nyeri otot
PENDAHULUAN
disertai pecahnya protein otot. Mengingat Pola makanan modern sekarang banyaknya efek samping yang dapat yang
banyak
mengandung
kolesterol, diakibatkan oleh pengobatan secara kimia,
disertai intensitas makan yang tinggi, stres akhir-akhir ini upaya pencegahan dan yang menekan sepanjang hari, obesitas dan pengobatan
penyakit
diarahkan
pada
merokok membuat kadar kolesterol darah potensi kekayaan alam Indonesia yang sangat sulit dikendalikan yang dapat memiliki keanekaragaman hayati terbesar memunculkan
kondisi
yang
disebut di dunia untuk dimanfaatkan secara rasional
hiperlipidemia.
Hiperlipidemia
adalah yang berkhasiat dalam menurunkan kadar
keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dalam darah dengan risiko efek semua fraksi lipid dalam plasma terutama samping lebih ringan salah satunya adalah trigliserida
dan
kolesterol,
tertutama labu siam atau dengan nama latin Shecium
hiperkolesterolemia
menyebabkan edule (Wiadnya, 2014).
peningkatan kadar LDL (Low Density Menurut Agustini (2006) dalam Lipoprotein)
teroksidasi
yang
penting Wiadnya
dalam
proses
pembentukan
(2014),
labu
siam
adalah
plak tumbuhan suku labu yang dapat dimakan
arterosklerosis.
Aterosklerosis
sendiri buah dan pucuk mudanya. Labu siam
merupakan penyebab utama dari penyakit dikenal masyarakat sebagai sayuran yang jantung koroner (Ariati, 2012). mudah didapat dan mempunyai banyak Menurunkan
kadar
kolesterol kandungan gizi salah satunya serat nabati
dilakukan dengan mengkonsumsi obat yang
dapat
mengurangi
penyerapan
kimia yaitu obat golongan Statin, menurut kolesterol
dalam
usus.
Serat
nabati
Michele dalam Wiadnya (2014) dapat termasuk menimbulkan efek samping, diantaranya kerusakan otot, mulai myositis (radang otot) 250
golongan
pektin
dapat
menurunkan kolesterol darah. Labu siam
dalam kelompok perlakuan atau kontrol
juga mengandung sejenis alkaloid yang
(Dharma, 2011).
tekanan
Populasi pada penelitian ini yaitu
darah. Labu siam mengandung pektin yang
pasien hiperkolesterolemia yang berjumlah
berkadar metoksil rendah sehingga labu
118 pasien. Teknik pengambilan sampel
siam dapat dijadikan serat makanan. Pektin
dalam penelitian ini menggunakan simple
merupakan serat makanan yang dapat larut
random
(soluble dietary fibers) yang diketahui
sampel secara acak sederhana dengan cara
dapat
memasukkan nama-nama populasi kedalam
berkasiat
menormalkan
mencegah
kanker
yaitu
pengambilan
dan
diabetes.
Dalam
kaleng lalu dikocok undi. Nama yang
kerjanya,
pektin
mampu
keluar hingga berjumlah 17 orang akan
usus
mekanisme
hiperkolesterolemia,
sampling,
mengikat kolesterol yang terdapat pada
menjadi responden dalam penelitian ini.
sistem pencernaan, sehingga mencegahnya
Instrumen yang digunakan pada penelitian
untuk
ini
diserap
menuju
aliran
darah
adalah
Lembar
observasi
yang
didalamnya tercatat: usia, kadar kolesterol
(Wiadnya, 2014).
sebelum perlakuan, ceklist pemberian jus METODE PENELITIAN
labu siam dan
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
eksperimen
semu
(quasi
experiment) yaitu penelitian yang menguji
perlakuan pemberian jus labu siam. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah set pengukur kolesterol darah. Uji statistik yang peneliti pakai yaitu
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek
dengan
pembanding
atau tanpa
namun
tidak
kelompok dilakukan
randomisasi untuk memasukkan subjek ke
kadar kolesterol setelah
statistik
komparasi
non
parametrik,
merupakan uji beda mean bila datanya berskala nominal atau ordinal. Olah data
251
statistik komparasi non parametik yang b.
peneliti gunakan yaitu wilcoxon test,
Distribusi frekuensi kolesterol total setelah diberikan terapi jus labu siam
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pelaksanaan postest
a. Distribusi frekuensi kolesterol total sebelum diberikan terapi Jus Labu
yang
Siam
responden eksperimen, maka di
Berdasarkan pelaksanaan pretest
dapatkan
yang
frekuensi kolesterol total kasus
telah
dilakukan
pada
telah
data
dilakukan
mengenai
responden eksperimen, maka di
hiperkolesterolemia
dapatkan mengenai data distribusi
berikut:
frekuensi kolesterol total responden sebagai berikut. Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Sebelum Dilakukan Pemberian Jus Labu Siam Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis Tahun 2014
Pretest
MIN
MAX
222 mg/dl
200
279
22,14
Dari tabel 6.1 diatas dapat diketahui bahwa kadar kolesterol total dari 17 responden sebelum dilakukan pemberian jus labu siam dengan rerata 222mg/dl + 22,14, koleterol yang tertinggi adalah 279 mg/dl dan
data
sebagai
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Kadar Kolesterol Total Sebelum Dilakukan Pemberian Jus Labu Siam Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis Tahun 2014
Mean Posttest
Mean SD
pada
SD
MIN
MAX
18,92
196
265
215 mg/dl
Dari tabel 6.2 diatas dapat diketahui bahwa kadar kolesterol total dari 17 responden setelah dilakukan pemberian jus labu siam rerata 215 mg/dl + 18,92. Ttertinggi adalah 265 mg/dl dan yang terendah adalah 196 mg/dl. Dalam analisa bivariat ini terdapat
terendah adalah 200 mg/dl.
data rentang dan data untuk mengetahui ada 252
atau tidaknya pengaruh pemberian jus labu siam
(variabel
independen)
PEMBAHASAN
terhadap
Dari tabel 6.3 diatas dapat diketahui
penurunan kadar kolesterol total (variabel
bahwa
dependen) yang dilakukan uji kemaknaan
mendapatkan jus labu siam rerata kadar
menggunakan uji Wilcoxon, data tersebut
kolesterol sebelum 222 dan sesudah 215.
sebagai berikut :
Rerata penurunan berkisar 7 mg/dl. Tabel 6.3
dari
Hasil
Analisa Pengaruh Pemberian Jus Labu Siam
17
uji
responden
statistik
yang
dengan
menggunakan t test diperoleh p=0,000 (p
Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bugis Tahun 2013
Pretest Posttest
<0,05). Dengan demikian Ho di tolak, maka dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian
Mean
SD
MIN MAX p Value
jus labu siam terhadap penurunan kolesterol
222 mg/dl 215 mg/dl
22,14
200
279
total pada pasien hiperkolesterolemia.
18,92
196
265
0.000
Menurut Srivastava dan Malviya (2011) dalam Wiadnya (2014), labu siam
Dari tabel 6.3 diatas dapat diketahui
memiliki beberapa kandungan zat yang
yang
dapat digunakan untuk menurunkan kadar
mendapatkan jus labu siam rerata kadar
kolesterol total dalam darah. Labu siam
kolesterol sebelum 222 dan sesudah 215.
(Sechium edule) mengandung pektin. Pektin
Rerata penurunan berkisar 7 mg/dl.
merupakan serat makanan yang dapat larut
bahwa
dari
17
responden
dengan
(soluble dietary fibers). Serat makanan
menggunakan t test diperoleh p=0,000 (p
didefinisikan sebagai karbohidrat yang
<0,05). Dengan demikian Ho di tolak, maka
resisten
dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian
pencernaan manusia.
Hasil
uji
statistik
hidrolisa
enzim
Sharma dkk (2006) dalam Wiadnya
jus labu siam terhadap penurunan kolesterol total pada pasien hiperkolesterolemia.
terhadap
(2014), memaparkan bahwa pektin mampu 253
mengikat kolesterol yang terdapat pada
(Sechium
edule)
sistem pencernaan, sehingga mencegahnya
kandungan vitamin A dan vitamin E yang
untuk diserap menuju aliran darah. Semakin
berfungsi sebagai antioksidan (Wiadnya,
tinggi viskositas pektin, maka akan semakin
2014). Menurut
efektif didalam menyerap kolesterol. Pektin
juga
mempunyai
Hanuragadi
(2011),
akan
komposisi gizi labu siam dapat dilihat pada
menurunkan kadar kolesterol dengan cara
tabel 2.5. Buah labu siam memiliki kadar
meningkatkan ekskresi asam empedu feses
serat yang cukup baik, yaitu 1,7 gram per
dan sterol netral. Pektin yang memiliki
100 gram. Konsumsi serat dalam jumlah
viskositas tinggi tersebut akan berperan
yang cukup sangat baik untuk mengatasi
dalam membentuk misela dan asam empedu
sembelit dan aman untuk lambung yang
dengan laju difusi rendah melalui bolus
sensitif atau radang usus
dengan
viskositas
yang
tinggi
untuk mengikat kolesterol pada saluran pencernaan.
KESIMPULAN
Labu siam (Sechium edule) juga
Dari hasil penelitian yang telah
mengandung banyak vitamin. Vitamin C
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa
yang terdapat didalamnya mempunyai efek
Ada pengaruh pemberian Jus Labu Siam
membantu
dalam
terhadap penurunan Kadar Kolesterol Total
sehingga
pada kasus Hiperkolesterolemia di Wilayah
meningkatkan ekskresi kolesterol. Selain
Kerja Puskesmas Pinang Kencana Tahun
itu, vitamin C juga berfungsi sebagai anti
2014, dengan p value 0,000.
pembentukan
reaksi asam
hidroksilasi empedu
oksidan. Kandungan vitamin B3 (niacin) dalam labu siam (Sechium edule) dapat
SARAN Bagi puskesmas Pinang Kencana,
menurunkan produksi VLDL, sehingga kadar IDL dan LDL menurun. Labu siam
agar
lebih
kolesterol 254
mensosialisasikan dan
tentang
pencegahannya
dan
penanganannya dalam untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat
dalam
menurunkan kadar kolesterol, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk
dikembangkannya
pengobatan
herbal
dalam
tentang
Hanuragadi, Teguh (2011). Turunkan Kolesterol-Cegah Hipertensi Dengan Labu Siam. http://anekatanamanobat.com. Diakses : 27 Januari 2014. Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
pelayanan
puskesmas terkait.
Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik &Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku
DAFTAR PUSTAKA Ariati, Reci. et.al (2012). Pengaruh Fraksi Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Kadar Koleaterol Darah Tikus Putih Jantan Hiperkolesterol Dan Hiperkolesterol-Disfungsi Hati. Tesis Program Pascasarjana Universitas Andalas Padang. hhtp://pasca.unand.ac.id. Diakses: 15 Januari 2014.
Kedokteran EGC. Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Arikunto, S. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan Dan Kedokteran. Yogyakarta : Bursa Ilmu.
Dahlan, M. Sopiyudin (2010). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat Dilengkapi Aplikasi Denagan Menggunakan SPSS. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Dharma,
Hannie
Kelana Kusuma (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan (Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media.
(2013). Jus Labu Siam. http://dapuralba15.com. Diakses: 15 Januari 2015.
Salemba Medika. Putri, Olivia Bunga (2012). Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam (Sechuim edulle) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diinduksi Aloskan. Karya Tulis Ilmiah Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. http//:eprints.undip.ac.id. Diakses: 15 Januari 2014. Salomon, Nell (2014). Cara Mengatasi Kolesterol Jahat Secara Alami. Tahukah Bahwa Labu Siam Bagus Untuk Menurunkan Kolesterol Jahat Jika Dikonsumsi Rutin? http://www.indonesiasehat.n et. Diakses: 15 Januari 2014.
255
Wiadnya, Ida Bagus Rai. et.al (2014). Efektivitas Pemberian Filtrat Labu Siam (Sechium Edule) Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Pada Darah Hewan Coba Tikus Putih (Rattus norvegicus) Strain Wistar. Jurnal Media Bina Ilmiah, Volume 8. No. 1. http://www.lpsdimataram.com. Diakses: 15 Januari 2014. 1
Endang Abdullah, S.Kp, M.Si : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. 2
Lidia Wati, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. 3
Komala Sari, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
256
MOTIVASI BELAJAR BAHASA INGGRIS MAHASISWA STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Umu Fadhilah1
ABSTRAK Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi mahasiswa sukses dalam belajar bahasa Inggris, salah satunya adalah motivasi. Motivasi adalah salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris. Dalam penelitian ini, penulis meneliti jenis-jenis motivasi dalam belajar bahasa Inggris, dan tingkatan motivasi dalam belajar bahasa Inggris, mahasiswa STIKES HangTuah Tanjungpinang Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Obyek penelitian adalah 99 Mahasiswa STIKES HangTuah Tanjungpinang. Data penelitian ini dianalisa dengan menggunakan kuesioner dan SPSS 20 Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa didapatkan sebanyak Berdasarkan tabel di atasa maka Berdasarkan tabel 43 didapatkan sebanyak (49,5%) motivasi instrinsik responden rendah, sebanyak (42,4%) motivasi ekstrinsik responden rendah, sebanyak (58,6%) motivasi integritas responden tinggi, dan sebanyak (55,6%) motivasi instrumental responden tinggi. Sedangkan motivasi responden secara keseluruhan didapatkan sebanyak (55,6%) tinggi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki motivasi integritave dan instrumental yang tinggi akan tetapi memiliki motivasi Instrinsik dan Ekstrinsik yang masih rendah. Kata kunci
: Motivasi, belajar Bahasa Inggris
ABSTRACT There are many factors that affect student success in learning the English language, one of which is the motivation. Motivation is one of the important aspects needed by the students in learning English. In this study, the authors examined the types of motivation in learning English, and the level of motivation in learning English, students STIKES HangTuah Tanjungpinang This study used quantitative descriptive approach. The research object is 99 students STIKES HangTuah Tanjungpinang. The research data was analyzed using a questionnaire and SPSS 20 Results of this study indicate that gained as much as Based on the table by table 43 Atasa then obtained as much (49.5%) of respondents low intrinsic motivation, as many (42.4%) of respondents low extrinsic motivation , as many (58.6%) respondents' motivation high integrity, and as many (55.6%) respondents instrumental motivation high. While the motivation of respondents overall earned as much (55.6%) high. From this study it can be concluded that the students have the motivation and instrumental integritave high but have intrinsic and extrinsic motivation is still low. Key words : Motivation, learning English
257
hasil ujian semester 75% mahasiswa masih
PENDAHULUAN Bahasa Inggris merupakan mata kuliah Humaniora dan merupakan kopetensi dari mata
mendapatkan nilai dibawah standar (dibawah 70).
kuliah pengembangan kepribadian. Mata kuliah
Dengan adanya beragam reaksi dan
ini membekali mahasiswa untuk mampu
motivasi dalam pembelajaran bahasa inggris
berkomunikasi secara aktif dalam berbahasa
tentu didasarkan oleh faktor yang beragam pula.
Inggris yang nantinya mahasiswa mempunyai
Bagi mahasiswa yang memiliki semangat
kopetensi dalam berbahasa inggris baik secara
ketika proses belajar bahasa inggris, rata-rata
oral maupun tulisan.
mereka yang memiliki kemampuan yang baik
Mata
kuliah
keperawatan
Bahasa
Inggris
untuk
dalam belajar
bahasa
inggris,
sementara
ini berisi tentang kompetensi
mahasiswa yang bereaksi biasa-biasa saja
berbahasa yang mengacu pada keterampilan
bahkan cenderung malas, mereka memiliki
dan prosedure keperawatan professional yang
kemampuan yang kurang atau kesulitan dalam
berlaku secara International yang nantinya
memahami pelajaran bahasa Inggris
setelah menyelesaikan studi, mahasiswa tidak asing lagi dengan istilah dalam
Melihat beragam reaksi tersebut, Pengajar
prosedure
yang mengajarkan bahasa inggris berusaha
keperawatan dan membantu mereka dalam
memberikan motivasi dengan cara berusaha
menggunakan
semaksimal mungkin membuat proses belajar
bahasa
Inggris
untuk
menjalankan proses keperawatan.
bahasa
Dari pengamatan penulis, ternyata masih banyak
mahasiswa
STIKES
inggris
yang
menarik
dan
menyenangkan bagi mahasiswa, dan terus
HangTauah
meyakinkan mahasiswa bahwa bahasa inggris
Tanjungpinang yang kurang memiliki motivasi
bukanlah pelajaran yang sangat sulit seperti
dalam belajar bahasa Inggris sehingga hasil
kebanyakan mahasiswa asumsikan selama ini.
belajar bahasa Inggrisnya sangat kurang. Dari
Beberapa metode sudah di coba pengajar dalam
hasil suryey didapatkan 20 % mahasiswa
keberhasilan pengajaran bahasa Inggris. Seperti
sangat excited (semangat),80% mahasiswa
metode role play, audio visual, drama serta
biasa-biasa saja bahkan terkesan malas untuk
mengaitkan materi
belajar bahasa inggris. hal ini bisa dilihat dari
berkaitan dengan profesi mereka, Dengan cara 258
dengan hal-hal yang
tersebut
diharapkan
akan
meningkatkan
tersebut.
Brown (2007) menyatakan bahwa
motivasi mahasiswa, sehingga meningkat pula
motivasi merupakan variabel afektif yang harus
keberhasilan Mahasiswa dalam pembelajaran
dipertimbangkan dalam proses pembelajaran
bahasa inggris,
bahasa. Motivasi belajar yang dimaksud adalah
Namun walaupun telah melakukan hal-hal yang
positif dalam upaya meningkatkan
motivasi
mahasiswa, masih saja terdapat
suatu dorongan mental yang muncul dari dalam dan luar mahasiswa untuk melaksanakan tugas secara
keseluruhan
berdasarkan
tanggung
beberapa mahasiswa yang belum sepenuhnya
jawab masing-masing. Bagi mahasiswa tugas
aktif, sehingga hasil belajarnya pun tidak
dan tanggung jawab terlihat pada aktivitas
mengalami perubahan yang signifikan kearah
belajar yang dikerjakan akibat dorongan yang
yang lebih baik.
diberikan oleh pengajar. karena itu setiap
Oleh karena itu motivasi mahasiswa hingga saat ini diyakini sebagai unsur pembelajaran
yang
individu atau mahasiswa memiliki kondisi internal yang berperan dalam aktivitas dirinya
menentukan
sehari-hari dan salah satu kondisi internal
keberhasilan belajar mahasiswa. (Chaer, 2009)
tersebut adalah motivasi. Hal inilah yang
dalam (Yanti,Arni 2013 ) menyatakan bahwa
melatar belakangi peneliti tertarik melakukan
Dalam pembelajaran bahasa kedua ( Bahasa
penelitian tentang gambaran dan jenis - jenis
Inggris) ada asumsi yang menyatakan bahwa
motivasi
orang yang di dalam dirinya ada keinginan,
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam
Hang Tuah Tanjungpinang
belajar
bahasa
Inggris
pada
bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa
KAJIAN
dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau
PEMIKIRAN
motivasi itu hal serupa juga dikemukakan oleh
Kajian pustaka (Teori Motivasi)
PUSTAKA,
KERANGKA
(Yusuf Heri 2013 ) bahwa motivasi pembelajar
Definisi Motivasi
dalam mempelajari bahasa asing merupakan
Istilah motivasi berasal dari verba latin
penggerak utama yang membawanya pada
movere (to move) yang berarti “menggerakkan
keberhasilan
“ (Pintrich 2002) Istilah ini menggambarkan
mempelajari
bahasa
asing
259
adanya kekuatan yang mendorong individu
melakukanya lagi ketika mengalami kegagalan.
bergerak melakukan sesuatu secara terus
Tileston (2004)
menerus, mendorong kita terus bergerak dan
Pendapat ketiga menurut pandang (Usman
membantu kita menyelesaikan tugas (Pintrich
Uzer M : 2000) Motivasi adalah suatu
2002 ).
perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang Sekarang
telah
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan
konseptualisasikan kedalam berbagai cara
reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah
meliputi dorongan dari dalam (inner force),
suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
keadaan yang berlangsung terus menerus
menjadi perbuatan / tingkah laku untuk
(enduring traits),respon perilaku terhadap
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan /
rangsangan (behavioral responses to stimuli)
keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
dan seperangkat kepercayaan atau penilaian (a
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat
set of beliefs and affects) (Pintrich 2002). Cara
sesuatu dalam mencapai tujuan.
yang
dimaksud
ini,
dapat
motivasi
dikaitkan
dengan
beberapa pendapat sebagai berikut :
Sedangkan menurut pendapat (Chaer, 2009) Dalam pembelajaran bahasa Asing
Pendapat pertama Menurut pandangan dari
(Inggris ) ada asumsi yang menyatakan bahwa
Budiawan (2008) diadaptasi dari Bornstein
orang yang di dalam dirinya ada keinginan,
(1987) yang menganggap motivasi sebagai
dorongan, atau tujuan yang ingin dicapai dalam
suatu dorongan dari dalam (inner drive),
bahasa kedua cenderung akan lebih berhasil
impuls,dan
menggerakkan
dibandingkan dengan orang yang belajar tanpa
seseorang melakukan aktivitas tertentu. Secara
dilandasi oleh suatu dorongan, tujuan, atau
umum motivasi diartikan sebagai usaha untuk
motivasi itu Motivasi dapat didefinisikan
memperoleh tujuan yang terorganisir. Unsur
sebagai pendorong seseorang untuk melakukan
motivasi diantaranya adalah usaha, tujuan,yang
suatu kegiatan, “Motivation relates to the drive
terorganisir dan kebutuhan Budiawan(2008)
to do something, to study new things, and
emosi,
yang
Pendapat kedua mendefinisikan motivasi berkaitan
dengan
melakukan
sesuatu,
mempelajari hal baru, dan mendorong kita
encourages us to try again when we fail.” (Tileston
dalam
pembelajaran 260
Marlina:
bahasa
2007).
asing,
Dalam
Hines
and
Rutherford menyatakan “Motivation is the
sikap,pengalaman,dan latar belakang
feeling nurtured primarily by the classroom
pengetahuan mahasiswa. 2.
teacher in the learning situation as he engages
Relevansi yang melibatkan persepsi
in carefully planned as well as intuitive
yang dibutuhkan seseorang seperti
practices which will satisfy one or more of the
prestasi,afiliasi, dan kekuatan yang
basic, universal, cognitive, and affective human
ditemui
needs”
pembelajaran bahasa sasaran
Definisi motivasi berdasarkan para Peneliti
3.
di atas pada hakekatnya adalah suatu dorongan dan
Harapan
pada
waktu
akan
mengikuti
keberhasilan
atau
kegagalan.
penggerak aktif dalam diri mahasiswa
4.
Hasil, berupa imbalan ekstrinsik yang
untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi
dirasakan
mahasiswa,
belajar bisa dikatakan sebagai energi dalam diri
eksternal
motivasi
seseorang yang ditandai dengan munculnya
bahasa dapat berupa karakteristik
“feeling” dan didahului
perilaku mahasiswa dan termasuk
dengan tanggapan
terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar
didalamnya adalah :
menentukan secara langsung terhadap intensitas
a.
dari
sisi
pembelajaran
Mahasiswa
memutuskan
belajar. Seseorang yang memiliki motivasi
memilih, menaruh perhatian, an
belajar tinggi akan melakukan kegiatan belajar
membuat
secara optimal (Wiyono, 2003).
pembelajaran
Crookes dan Schmidt dalam Budiawan (
ikatan
dengan
bahasa
sasaran
(Inggris )
2008) memperluas definisi motivasi dalam
b.
Tekun
belajar
untuk
suatu
dan
akan
pembelajaran bahasa dengan menyimpulkan
periode
bahwa motivasi dalam pembelajaran bahasa
kembali belajar setelah terjadinya
mempunyai fitur internal dan ekxternal ada
pemutusan
empat faktor internal dan attitudinal dalam
(interupsi)
struktur motivasi : 1.
c.
Minat pada bahasa sasaran yang didasari
oleh
tertentu
belajar
sementara
Mahasiswa memelihara tingkat aktivitas belajar yang tinggi
keberadaan 261
Berdasarkan urain diatas dapat
yaitu motivasi belajar dan motivasi belajar
disimpulkan bahwa motivasi merupakan
bahasa. Kedua motivasi ini yang akan
sebuah proses seseorang, kita tidak dapat
menjadi
mengamati
menggambarkan motivasi yang dimiliki
secara
langsung
tetapi
menafsirkannya dari tingkah laku tersebut sebagai
pilihan
acuan
bagi
penulis
dalam
mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris
tugas,usaha,
kesinambungan dan verbalisasi (misalnya “saya sangat ingin melakukan
ini”).
Motivasi
yang
meliputi
tujuan
Motivasi belajar (Motivasi instrinsik dan ekstrinsik) Gunarsa (2004)
Secara umum
memberikan dorongan dan arahan untuk
macam-macam motivasi dibedakan menjadi
melakukan tindakan.
dua,yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
Motivasi membutuhkan kegiatan fisik
dan
mental.
mengikuti
Kegiatan
mental
usaha,kesinambungan,
dan
ekstrinsik.
Motivasi
intrinsik
merupakan
dorongan atau keinginan yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Semakin kuat
tindakan lainnya. Kegiatan, mental yamg
motivasi
meliputi
seperti
seseorang, semakin besar kemungkinan ia
perencanaan, latihan, pengorganisasian,
memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk
pengawasan,
keputusan,
mencapai tujuan. Aliran motivasi instrinsik
penilaian
menganggap bahwa manusia telah memiliki
pengembangan. Dengan kata lain motivasi
kemampuan bawaan dari lahir (innate) untuk
merupakan
mendorong
mengembangkan dan melakukan kegiatan yang
mahasiswa menentukan tujuan, usaha-
berkaitan dengan pembelajaran, dorongan
usaha untuk mencapainya, dan tidak
eksternal tidak penting karena dorongan
menyerah ketika menghadapi kendala
pembelajaran berada dalam diri individu.
bahkan kegagalan. (Budiawan 2008)
Aliaran ini berpandangan bahwa manusia
tindakan,
pemecahan
pembuatan masalah,
energi
Dalam Pembelajarn
kognitif,
dan
yang
kaitanya Bahasa
Asing
dengan
dilahirkan
instrinsik
untuk
yang
mencari
dimiliki
oleh
kesempatan
(Inggris)
mengembangkan kemampuan dan mencari
motivasi di bedakan menjadi 2 kelompok,
sesuatu yang baru, peristiwa dan kegiatan yang 262
agak berbeda dari harapan mereka.
secara
Dalam kaitanyan dengan pembelajaran
ekstrinsik
dilakukan
atas
penghargaan dari faktor luar
dasar
atau untuk
bahasa, motivasi instrinsik (Tileston 2004)
menghindari hukuman. Penghargaan yang
merupakan keinginan yang muncul dari dalam
dimaksud
diri mahasiswa untuk melakukan sesuatu
hadiah,uang,nilai bagus,dsb. Akan tetapi, salah
dengan tujuan mendapatkan tujuan karena ingin
satu dampak yang tidak dari motivasi ekstrinsik
menemukan sesuatu, menjawab pertanyaan ,
menurut Brown bersifat adiktif.
umumnya
dalam
bentuk
atau ingin mengalami pencapaiaan yang ia
Berdasarkan uraian di atas maka dapat
lakukan sendiri (prestasi ), dengan demikian
diambil kesimpulan bahwa motivasi instrinsik
motivasi instrik siswa akan belajar giat untuk
dan motivasi ekstrinsik memiliki pengaruh
kepuasan sendiri dalam pembelajaran, sehingga
penting terhadap individu dalam melakukan
motivasi instrik ini diyakini sebagai motivator
sesuatu, terutama dalam kaitanya dengan
utama
pembelajaran. Pembelajaran yang dimaksud
yang
potensial
dalam
proses
pembelajaran.
disini adalah pembelajaran bahasa . Dengan
Dyan and Deci (2000)menunjukkan
demikian motivasi yang dimaksudkan dalam
bahwa motivasi instrinsik adalah yang paling
penelitian ini adalah motivasi belajar bahasa
penting baik dan itu mendefinisikan sebagai
inggris.
keinginan untuk terlibat dalam suatu kegiatan untuk kepuasan melekat daripada beberapa konsekuensi dipisahkan
motivasi
belajar
bahasa
Asing
(Inggris) : integratif dan istrumental
(1) Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan segala
Dalam kaitanya dengan pembelajaran
sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan
bahasa, Gardner dan Lambert (1985) seperti
sendiri, ataupun melalui saran,anjuran, atau
dikutip Budiawan (2008) mengajukan dua
dorongan
dalam
unsur utama motivasi mempelajari bahasa yang
bahwa
mereka namakan orientasi (orientation) yakni
motivasi ekstrinsik umumnya dipicu oleh faktor
motivasi intregatif (integrative motivation) :
-faktor luar seperti orang tua, guru, atau
keinginan mempelajari sebuah bahasa karena ia
lingkungan sosial. Perilaku yang termotivasi
ingin
dari
orang
lain.Borwn
Budiawan (2008) mengemukakan
263
belajar
lebih
tentang
masyarakat
kebudayaan lain dan untuk menjadi bagian dari komunitas
bahasa
asing
penjelasan
diatas
diperoleh
itu,dan
gambaran yang jelas tentang Motivasi
(instrumental
dalam pembelajaran Bahasa Inggris terlihat
motivasion): keinginan untuk mempelajari
melalui adanya motivasi instrumental,
sebuah bahasa untuk mencapai tujuan akademik
integratif, intrinsik, dan ekstrinsik yang
atau
mendorong aktivitas belajar.
motivasi
penutur
Dari
intrumental
keberhasilan
di
bidang
pekerjaan.
Sebaliknya mahasiswa yang memiliki orientasi
Pengelolaan
keempat
motivasi
instrumental mempelajari bahasa asing untuk
tersebut dapat menunjang keberhasilan
mencapai
proses
akademis
atau
tujuan
yang
pembelajaran
Bahasa
Inggris.
berhubungan dengan karir masa depan. Hal
meskipun motivasi tersebut berbeda tujuan
senada dikemukakan oleh Gardner dan Lambert
dan hasrat misalnhya tujuan mahasisawa
(1972: 3) dalam Chaer (2009: 251) motivasi
dalam pembelajaran bahasa asing memiliki
yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa
tujuan sosial dan budaya, dengan kata lain
kedua mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
mempelajari budaya dan dan perilaku
integratif dan fungsi instrumental. Motivasi
penutur bahasa itu (Integrative motivation),
berfungsi
sebaliknya
integratif
kalau
motivasi
itu
memiliki
tujuan
praktis,
mendorong seseorang untuk mempelajari suatu
biasanya berkaitan dengan tujuan akdemis
bahasa
dan bisnis(motivasi instrumental).
karena
adanya
keinginan
untuk
berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota masyarakat
Peranan dan Manfaat Motivasi dalam
bahasa tersebut. Sedangkan motivasi berfungsi
pembelajaran bahasa asing (inggris)
instrumental kalau motivasi itu mendorong seseorang
untuk
memiliki
Dalam kaitanya dengan pembelajaran
kemauan
bahasa (Hines dan Rutherford 1982 dalam
mempelajari bahasa kedua itu karena tujuan
Budiawan 2008) motivasi merupakan perasaan
yang bermanfaat atau karena dorongan ingin
terasuhi (nurtured) oleh guru kelas (dosen)
memperoleh suatu pekerjaan atau mobilitas
karena situasi pembelajaran dilakukan dengan
sosial pada lapisan atas masyarakat tersebut.
sangat terencana, demikian juga halnya dengan latihan-latihan 264
yang
bersifat
intuitif
memberikan
kepuasan
kebutuhan
pada
salah
satu
mengarahkan, dan memelihara perilaku
dasar,universal,kognitif,dan
manusia,
kebutuhan efektif manusia. Brown,harre,glelete
melakukan
dalam Budiawan 2008 menempatkan motivasi
kemampuan
sebagai isu sentral. Pentinnya peranan motivasi
Inggris)
dalam
pembelajaran
bahasa
2.
upaya-upaya berbahasa
untuk meraih
kedua(bahasa
Berdasarkan
Uraian
para
Pakar
Motivasi yang tinggi dapat mengarahkan
Diatas
pembelajar
melakukan
kesimpulan bahwa dalam belajaran Bahasa
usaha-usaha secara lebih giat untuk belajar
Inggris sebagai bahasa asing. Mahasiswa harus
bahasa kedua (Inggris )
memiliki motivasi yang tinggi. Dianatara
Motivasi
(mahasiswa)
yang
pembelajar
3.
perilaku
asing
(Inggris)dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
termasuk
tinggi
mencari
dan
mendorong menentukan
maka
penulis
dapat
mengambil
motivasi belajar bahasa Inggris adalah motivasi Instrinsik,motivasi
Ekstrinsik,motivasi
strategi belajar yang sesuai dengan kondisi
Integrative. dan motivasi Istrumental dan
dirinya dan asupan atau kemampuan
keem[pat jenis inilah yang menjadi gambaran
kebahasaan
motivasi
yang
menjadi
sasaran
yang
dimiliki
bagi
mahasiswa
belajarnya.
STIKES HangTuah Tanjungpinang dalam
Motivasi mendorong seorang pembelajar
belajar Bahasa Inggris.
berusaha mencari dan menentukan strategi metakognitif
yang
memungkinkanya
belajar dengan muda 4.
23. Kerangka Pemikiran Kerangka teori
Motivasi yang dimiliki seorang pembelajar
Pada penelitian yang akan dilakukan oleh
akan
peneliti,
melakukan
berbagai
upaya
beberapa
faktor
menaggulangi kendala-kendala belajar dan
motivasi dalam pembelajarn bahasa inggris
mengupayakan terwujudnya kemudahan-
menurut Budiawan (2008), (cit Gardner dan
kemudahan
Lambert (1985) dan Gunarsa (2004).
yang
mendukung
proses
belajar. 5.
menggunakan
Motivasi
membantu
mengaktifkan, 265
Adapun
faktor-faktor
yang
berhubungan
Sampel adalah objek yang diteliti dan
dengan motivasi belajar bahasa inggris menurut
dianggap
pakar di atas adalah sebagai berikut.
(Notoatmodjo,
1. intrinsik, 2. ekstrinsik, 3. integratif 4. Instrumental. Beberapa faktor tersebut akan digambarkan seperti pada
mewakili
pengertian
seluruh
2010).
sampel
populasi Sedangkan
menurut
Nursalam
(2009) sampel terdiri dari bagian populasi
kerangka teori
terjangkau
yang
dapat
dipergunakan
berikut
sebagai subjek penelitian melalui sampling METODE PENELITIAN
(proses menyeleksi porsi dari populasi yang
Populasi sampel
dapat mewakili populasi yang ada).
Populasi.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian
atau
objek
yang
diteliti
Tehnik Pengambilan Sample.
Sedangkan
Pengumpulan data dilakukan dengan
pengertian populasi menurut Nursalam
menggunakan kuesioner kepada responden.
(2009) populasi adalah subjek (manusia ;
Kemudian peneliti menghubungi responden
klien) yang memenuhi kriteria yang telah
dan meminta kesediaannya untuk mengisi
ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini
kuesioner, serta sebelumnya diminta untuk
adalah seluruh mahasiswa STIKES Hang
mengisi lembar informed consent terlebih
Tuah Tanjungpinang T.A 2013-2014 yaitu
dahulu sebelum mengisi kuesioner yang
sebanyak
diberikan.Pengambilan
(Notoatmodjo,
99
2010).
orang
dengan
rincian
penelitian
orang, mahasiswa semester III berjumlah
jenuh.Sampling
34 orang, mahasiswa D3 tingkat II
penentuan sampel bila semua anggota
berjumlah 45 orang,
populasi
Sample.
(Setiadi, 2007).Berarti dalam penelitian ini
266
adalah
dalam
mahasiswa SI semester 1 berjumlah 20
sampel
ini
sampel
jenuh
digunakan
yang
diambil
sampling
adalah
sebagai
adalah
teknik
sampel
semua
mahasiswa
STIKES
Hang
Tuah
ganjil tahun ajaran 2013/2014 melaku,
Tanjungpinang Tahun 2014 yang berjumlah
kemudian
dianalisis
untuk
mencari
99 orang yang sedang mengikuti proses
gambaran
motivasi
yang
dimiliki
pembelajaran mata kuliah Bahasa Inggris.
mahasiswa
STIKES
Tanjungpinang
dalam
3 Desain Penelitian
HangTuah belajar
bahasa
Inggris
Pada penelitian ini menggunakan desain
Seperti yang telah digambarkan pada
penelitian deskriptif kuantitatif, dengan
kerangka konsep penelitian ini, variabel
pendekatan atau desain cross sectional
yang akan diteliti adalah : variabel
observasi atau pengumpulan data sekaligus
dependen yaitu motivasi
pada
inggris
suatu
saat
(point
time
pada
belajar Bahasa
mahasiswa
STIKES
approach).Artinya tiap subjek penelitian
HangTuah Tanjungpinang dan Variable
hanya
dan
independen
status
mahasiswa.
diobservasi
pengukuran
sekali
dilakukan
saja
terhadap
nilai
Akhir
hasil
belajar
karakter atau variabel subjek pada saat
Pengumpulan Data
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa
Observasi adalah kegiatan pengumpulan
semua subjek penelitian diamati pada waktu
data melalui pengamatan langsung terhadap
yang sama. Penelitian cross sectional ini
aktivitas responden atau partisipan yang
sering disebut juga dengan penelitian
terencana, dilakukan secara aktiv dan
transversal (Notoatmodjo, 2010).Penelitian
sistematis
ini mengidentifikasi melalui pemberian
dikumpulkan
peneliti
kuesioner pada responden dalam hal ini
menggunakan
metoda
yaitu Mahasiswa Keperawatan di STIKES
partisipasif berupa metoda kuesioner yaitu
Hang Tuah Tanjungpinang yang mengikuti
pengumpulan
mata kuliah bahasa Inggris pada semester
memberikan daftar pertanyaan/pernyataan
267
(kelana,2011).
data
Data
yang dengan
observasi
dengan
cara
tertulis dengan beberapa pilihan jawaban
yang kurang jelas, dipersilakan untuk
kepada responden. Jenis kuesioner adalah
bertanya.
kuesioner tertutup dan langsung, dimana
3.
Pengumpulan
responden diminta memilih jawaban yang
membagikan
sesuai dengan keadaan dirinya sendiri
langsung
dengan
kuesioner peneliti,
pengisian kuesioner peneliti
Dalam pengumpulan data peneliti
cara secara selama
berada
di sekitar responden.
dibantu tim yang terdiri dari 3 anggota dan 2 mahasiswa. Sebelumnya anggota tim
oleh
data
5.
Setelah semua pernyataan diisi, lembar
diberi arahan tentang cara mengumpulkan
kuesioner diambil dan dikumpulkan
data, yaitu dengan karakteristik responden
oleh peneliti
yang akan diambil, tempat pengambilan
6.
Analisa data
sampel dan menjelaskan masing-masing
Alat Pengumpulan Data.
pertanyaan kuesioner. Hal ini dilakukan
Alat pengumpulan data atau instrumen
supaya pada saat pengumpulan data tidak
dalam penelitian ini adalah instrumen
terjadi
berupa kuesioner motivasi belajar yang
kesalah
pahaman
atau
salah
dibuat sendiri oleh peneliti. Kuisioner
persepsi. Proses
pengumpulan
data
dilakukan
berisi beberapa item pertanyaan atau
sebagai berikut : 1.
Pengambilan peneliti
data
sendiri
dilakukan dimana
oleh
peneliti
penyataan
yang
indikator-indikator
dibuat suatu
berdasarkan variabel
pendekatan
(Kelana,2011). Kuesioner motivasi belajar
kepadaMahasiswa STIKES di dalam
terdiri dari 50 pertanyaan yang bersifat
mengadakan
kelas masing-masing 2.
adalah suatu bentuk atau dokumen yang
positif. Skoring menggunakan skala Likert
Responden diberi penjelasan cara
dengan rentang minimal-maksimal 1-5
pengisian kuesioner dan apabila ada
yakni nilai 5 dengan menjawab SS
268
=
Sangat setuju , nilai 4 dengan menjawab S
Berdasarkan hasil penelitian (58,3%)
= Setuju , nilai 3 dengan R= Ragu- ragu
responden memiliki
(sama banyaknya antara setuju dan tidak
yang
setuju), nilai 2 dengan TS= Tidak Setuju
disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki
(lebih banyak tidak setuju daripada setuju),
motivasi Instrinsik yang rendah dalam
nilai 1 dengan dan STS= Sangat tidak setuju
belajar bahasa Inggris. Hal ini sangat
sedangkan
berpengaruh
untuk
pernyataan
negative
rendah.
motivasi Instrinsik
Dari
hasil
dalam
tersebut
keberhasilan
diberikan skor 2. Skor 2 diberikan pada
Mahasiswa dalam belajar bahasa Inggris.
jawaban tidak setuju, sedangkan untuk
Karena motivasi instrik adalah keinginan
pernyataan negative diberikan skor 3. Skor
yang timbul dalam diri seseorang dan
1 diberikan pada jawaban tidak setuju untuk
merupakan sebuah awal dalam memacu
pernyataan
motivasi-motvasi yang yang lain yaitu,
positif,
sedangkan
untuk
pernyataan negative diberikan skor 4.
motivasi
Pilihan jawaban yang bervariasi, dan
integrative,instrumental
responden memilih jawaban yang telah
bahasa Inggris.
tersedia.
Ekstrinsik,
Motivasi
intrinsik
dalam
belajar
mengacu
pada
PEMBAHASAN
belajar
Interpretasi dan Hasil
sendiri (Arnold, 2000). Artinya peserta
sendiri
memiliki
penghargaan
Interpretasi dan diskusi hasil ini didahului
didik yang rela dan sukarela (tidak wajib)
dengan pembahasan tentang variabel motivasi
mencoba untuk mempelajari apa yang
instrinsik,
ekstrinsik,
integritas
dan
instrumental.. Kemudian dilanjutkan dengan
mereka pikir itu layak atau penting bagi mereka.
Ketika
mahasiswa
memiliki
pembahasan serta kesimpulan dari keseluruhan
motivasi intrinsik, mereka memiliki hasrat motivasi
yang dimiliki oleh mahasiswa
untuk belajar dan mereka tidak memiliki STIKES dalam belajar Bahasa Inggris.
Instrinsik Motivasi
kebutuhan untuk hasil eksternal. Tidak ada
269
dampak negatif dalam memiliki motivasi
, atau ingin mengalami pencapaiaan yang ia
intrinsik. Selain itu, motivasi intrinsik
lakukan
mendorong mahasiswa untuk belajar tanpa
demikian motivasi instrik Mahasiswa akan
imbalan, karena kebutuhan bawaan atau
belajar giat untuk kepuasan sendiri dalam
datang dari dalam atau tergantung pada
pembelajaran, sehingga motivasi instrik ini
kemauan mereka sendiri. Lightbown dan
diyakini sebagai motivator utama yang
Spada (1999) menyebutkan bahwa dosen
potensial
tidak memiliki banyak efek pada motivasi
bahasaasing (Inggris). Dari
intrinsik mahasiswa karena mahasiswa
sendiri
dalam
hasil
(prestasi
proses
),
dengan
pembelajaran
item kuestioner
motivasi
berasal dari latar belakang yang berbeda
Instrinsik maka didapatkan beberapa hasil yaitu
dan satu-satunya cara untuk memotivasi
pada kuestioner 1, 2,3,4mahasiswa sebanyak
mahasiswa adalah dengan membuat kelas
(62.6
%
)
menyatakan
bahwa
mereka
menyatakan bahwa mereka sangat menikmati
lingkungan yang mendukung.
belajar bahasa inggris dan belajar bahasa
Dyan and Deci (2000)menunjukkan inggris adalah hobi serta belajar bahasa inggris
bahwa motivasi instrinsik adalah yang adalah merupakan tantangan yang di nikmati.
paling penting baik dan itu mendefinisikan sebagai keinginan untuk terlibat dalam
Sedangkan pada keestioner 7,8,9,10,11,1213. Sebanyak (45.5%) mahasiswa memiliki usaha
suatu kegiatan untuk kepuasan melekat
dan pengharapan untuk bisa belajar bahasa
daripada beberapa konsekuensi dipisahkan
inggris lebih baik lagi dari pada sebelumnya. Hal ini mengambarkan bahwa sebagian
Menurut (Tileston 2004) motivasi yang
mahasiswa memiliki keinginan,kemauan dan
muncul dari dalam diri Mahasiswa untuk
usaha yang cukup dalam diri mereka untuk
instrinsik
merupakan
melakukan mendapatkan
sesuatu tujuan
keinginan
dengan karena
tujuan ingin
belajar bahasa inggris meskipun sebagian mahasiswa
lagi
tidak
memiliki
kemauan,keinginan dan usaha untuk belajar
menemukan sesuatu, menjawab pertanyaan bahasa inggris. Keinginan dan kemauan inilah 270
yang menjadi dasar dari motivasi instrinik yang
umumnya dalam bentuk hadiah,uang,nilai
harus dimiliki oleh setipa mahasiswa. Karena
bagus,dsb. Saville-Troike,
tanpa adanya motivasi instrinsik ini maka
Sebagai motivasi ekstrinsik berdasarkan
keberhasilan dalam belajar bahasa inggris dapat di wujudkan.
hasil
eksternal
seperti
M.
(2006).
imbalan
dan
hukuman. Motivasi ini bisa membawa
Ekstrinsik dampak negatif kepada Mahasiswa, karena Berdasarkan hasil penelitian sebanyak dengan motivasi ekstrinsik, Mahasiswa (42.4%) motivasi ekstrinsik responden tidak belajar dengan niat yang kuat atau rendah. Dari hasil tersebut
disimpulkan akan tetapi mereka mempelajarinya karena
bahwa
mahasiswa
memiliki
motivasi mereka didorong oleh kepentingan dalam
Ekstrinsik yang rendah dalam belajar imbalan atau hukuman. Ketika seorang bahasa Inggris. Motivasi ekstrinsik sangat mahasiswa belajar karena dia dijanjikan berperan
penting
dalam
pembelajaran imbalan atau karena dia ingin imbalan, dia
bahasa inggris setelah motivasi instrinsik akan sangat termotivasi untuk datang ke karena
Motivasi
Ekstrinsik
adalah kelas dan belajar dan mencapai tujuan yang
dorongan segala sesuatu yang diperoleh ditetapkan baginya. Tapi ketika imbalan melalui
pengamatan
sendiri,
ataupun tersebut
diambil,
atau
kadang-kadang
melalui saran,anjuran, atau dorongan dari bahkan jika mereka tidak melihat hukuman orang lain. Borwn dalam Budiawan (2008) apapun, mahasiswa tidak akan tertarik mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik untuk datang ke kelas dan belajar bahasa umumnya dipicu oleh faktor -faktor luar lagi.Berbeda dengan penelitian Achmadi, seperti orang tua, guru, atau lingkungan 2010 tentang pembelajaran Bahasa Inggris sosial. Perilaku yang termotivasi secara pada
mahasiswa
jurusan
perhotelan
ekstrinsik dilakukan atas dasar penghargaan akademi parawisata indonesia. Mereka dari faktor luar atau untuk menghindari memiliki motivasi ekstrinsik yang tinggi hukuman. Penghargaan yang dimaksud 271
dalam belajar bahasa inggris sekitar (60,
dapat menolong mahasiswa untuk belajar
5%) mahasiswa menyatakan bahwa mereka
bahasa Inggris.
antusias menguasai bahasa Inggris. Hal ini
Dari hasil item kuestioner motivasi
dikarenakan responden menilai bahasa Inggris
ekstrinsik maka kita dapat menggambarkan
mutlak diperlukan untuk pencapaian karir.
motivasi mahasiswa Stikes HangTuah
Penelitaian dari Alviana 2013 dari Universitas
Tanjungpinang yang didapatkan beberapa
Brawijaya bahwa motivasi ekstrinsik adalah
hasil kuestioner. Pada kuestioner 15,16,
motivasi yang paling dominan yang dimiliki
18,19 alasan mahasiwa untuk belajar
oleh mahasiswa tahun pertama dengan
bahasa inggris adalah karena orang tua,
persentase
status sosial,teman, keluarga,lingkungan
bahwa
(53%).Hal
rata-rata
ini
menunjukkan
mahasiswa
universitas
brawijaya tahun pertama memiliki motivasi ekstrinsik untuk belajar bahasa Inggris karena mereka didorong oleh keluarga, kelompok, atau masyarakat.
sebanyak
kuestioner
yang
(48.5
%).
menyatakan
Pada tentang
motivasi mereka karena mengajar dosen yang menyenangkan sebanyak menjawab setuju (45%) dan (23.2 %) menjawab sangat
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil
rata-rata
kesimpulan
bahwa
motivasi
ekstrinsik adalah jenis motivasi dari luar
setuju
15%.
Pada
kuestioner
yang
menyatakan tentang media pembelajaran yang belum mendukung dalam belajar
yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
bahasa inggris sebayak (46.5 % ) yang mahasiswa yang mempengaruhi belajar bahasa
menjawab setuju dan yang menjawab Inggris mahasiswa.
Faktor -faktor luar sangat setuju sebanyak (21.2%).
tersebut
meliputi,Pujian
dan
hadiah,
Berdasarkan uraian gambaran tentang peraturan/tata tertib kampus, suri tauladan orangtua, dosen, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang
questioner motivasi Ekstrinsik yang ada pada mahasiswa maka penulis dapat mengabil kesimpulan bahwa Beberapa faktor motivasi ekstrinsik dianggap memiliki 272
peran yang sangat signifikan dalam belajar bahasa Inggris
Hal senada dikemukakan oleh Gardner
diantaranya adalah dosen,
dan Lambert (1972: 3) dalam Chaer (2009:
lingkungan sosial, orang tua. materi ajar, dan
251) Motivasi berfungsi integratif kalau
fasilitas
di
motivasi itu mendorong seseorang untuk
optimalkan sebaik mungkin karena faktor -
mempelajari suatu bahasa karena adanya
pembelajaran.
Harus
dapat
faktor inilah yang membantu mahasiswa dalam menimbulkan motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa inggris.karena Motivasi
keinginan untuk berkomunikasi dengan masyarakat penutur bahasa itu atau menjadi anggota
mahasiswa hingga saat ini diyakini sebagai unsur
pembelajaran
yang
masyarakat
Integrative
bahasa
motivation
tersebut.
didefinisikan
menentukan
sebagai keinginan untuk menjadi bagian keberhasilan belajar bahasa inggris.
dari diakui atau penting anggota masyarakat Integrative atau masyarakat yang yang berbicara Berdasarkan
hasil
penelitian bahasa kedua. Hal ini didasarkan pada
didapatkan sebanyak (59,2%) motivasi minat
belajar
bahasa
kedua
karena
integrativ responden tinggi. Dalam kaitanya kebutuhan mereka untuk belajar tentang, dengan pembelajaran bahasa, Gardner dan asosiasi atau bersosialisasi dengan orangLambert (1985) seperti dikutip Budiawan orang yang menggunakannya atau karena (2008) mengajukan dua unsur utama tujuan atau niat untuk berpartisipasi atau motivasi mempelajari bahasa yang mereka mengintegrasikan dalam bahasa kedua namakan
orientasi
(orientation)
yakni menggunakan bahasa yang sama dalam
motivasi intregatif (integrative motivation) komunitas
itu;
tapi
kadang-kadang
: keinginan mempelajari sebuah bahasa melibatkan emosi atau afektif faktor karena ia ingin belajar lebih tentang banyak. (Saville-Troike.) masyarakat kebudayaan lain dan untuk Hasil penelitian ini sama dengan penelitian
menjadi bagian dari komunitas penutur bahasa asing.
Yusuf
2013 Untuk orientasi integratif,
ditemukan pemilih ‘sangat tidak setuju’ ada 273
0,62 %, pemilih ‘tidak setuju’ ada 5,24%,
)dan yang lainnya menjawab tidak setuju dan
pemilih ‘abstain’ ada 3,57%, pemilih ‘setuju’
ragu-ragu Hal
ada 45,17%, dan pemilih ‘sangat setuju’ ada
dirasakan sebagai modal besar
44, 94%, dengan jumlah mahasiswa yang
keberhasilan mahasiswa dalam belajar bahasa
melewatkan salah satu pernyataan sebanyak
Inggris
0,46 %. Setelah dikalkulasikan, dari 68 mahasiswa yang mengisi responden, 61 orang dapat dikatakan memiliki orientasi integratif dan sisa tujuh orang lainnya tidak memiliki
Dari beberapa pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti, terungkap bahwa mahasiswa komunitas
memiliki keterbukaan terhadap dan
budaya
Inggris.
Mereka
mengatakan bahwa kesempatan untuk dapat berbicara dengan pembicara asli Bahasa Inggris
orientasi yang bersifat sosiokultural atau merupakan impian dan hal yang paling mereka
tidak dapat ditentukan karena memilih tunggu-tunggu dalam proses pembelajaran
‘abstain’. Bahasa Inggris. Mahasiswa percaya bahwa Berdasarkan hasil kuestioner motivasi berkomunikasi dengan penutur asli, dapat integrative
menggambarkan
motivasi meningkatkan motivasi mereka dalam belajar
mahasiswa Stikes HangTuah Tanjungpinang Bahasa Inggris. Mereka tidak khawatir dalam yang
di
dapatkan
beberapa
hasil berkomunikasi dengan penutur asli, walaupun
kuestioner.pada item kuetioner 35,36,39 yaitu pasti akan ada kesulitan-kesulitan dalam keinginan bisa belajar bahasa inggris karena berkomunikasi seperti aksen Bahasa Inggris, bisa memahami kebudayaan , peradapan, dan perbedaan budaya. Mereka anggap itu kesusastraan penutur asli yang menjawab sebagai tantangan dalam mempelajari Bahasa sangat setuju sebanyak (46.5%,.) Setuju (29.3% Inggris.
Beberapa
dari
mereka
bahkan
)yang lainya menjawab tidak sejuju, atau raguberangan-angan untuk bisa pergi ke negara ragu.sedangkan pada kestioner 37,38 yaitu yang menggunakan Bahasa Inggris sebagai tentang belajar bahasa inggris penting karena native language atau first language. Bahkan memberikan kemudahan dalam berkomunikasi ada yang berangan-angan memiliki aksen dengan masyarakan internasional sebanyak penutur asli.
Tentang perbedaan budaya, .
sangat setuju (40.4%,) setuju sebanyak (44.4 % Mereka 274
beranggapan
bahwa
mempelajari
budaya lain merupakan hal yang menarik,
atau keberhasilan di bidang pekerjaan(Gardner
namun hal ini bukan berarti mereka akan
dan Lambert (1985) dalam (Budiawan 2008)
mengadopsi semua budaya Inggris, mereka
hal serupa diungkapkan oleh Chaer (2009)
mengatakan bahwa mereka harus memilih
bahwa Motivasi berfungsi instrumental kalau
budaya yang mana yang cocok diterapkan dan
motivasi itu mendorong seseorang untuk
memberi pengaruh positif bagi diri mereka dan
memiliki kemauan mempelajari bahasa kedua
lingkungan. Gardner (2001) menyatakan bahwa
itu karena tujuan yang bermanfaat atau karena
Integrativeness
dorongan ingin memperoleh suatu pekerjaan
merefleksikan
ketertarikan
alami dalam belajar bahasa kedua dengan
atau
tujuan dapat lebih dekat secara psikologis pada
masyarakat tersebut.
komunitas bahasa lain. Hal ini berarti bahwa saat
seseorang
memiliki
motivasi
mobilitas
sosial
pada
lapisan
atas
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Yusuf
2013
Untuk
untuk
orientasi
integrativeness akan ada kesempatan yang lebih
instrumental, temuannya adalah pemilih
besar bagi dia untuk meraih sukses dalam
‘sangat tidak setuju’ ada 0%, pemilih ‘tidak
pemerolehan bahasa kedua (bahasa Inggris)
setuju’ ada 5 %, pemilih ‘pemilih ‘setuju’ ada
Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki
52%, dan pemilih ‘sangat setuju’ ada 37 %,
motvasi integrativeness
kesempatan untuk
meraih sukses dalam pemerolehan bahasa asing
dan sisanya yaitu 6 % adalah mereka yang memilih ‘abstain’.
( Bahasa Inggris) akan lebih kecil.
Berdasarkan hasil kuestioner motivasi
Instrumental
integrative
menggambarkan
motivasi
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
mahasiswa sebanyak
(55,6%)
responden
tinggi.ini
motivasi
Stikes
HangTuah
Instrumental
menunjukkan
bahwa
mahasiswa memiliki motivasi instrumental
Tanjungpinang yang di dapatkan beberapa hasil
kuestioner.pada
item
kuetioner
yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris.
42,43,44 yaitu keinginan belajar bahasa
Motivasi
(instrumental
Inggris ingin mendapatkan pekerjaan yang
motivasion): keinginan untuk mempelajari
lebih baik, bisa bekerja di luar negeri, dan
sebuah bahasa untuk mencapai tujuan akademik
bisa bersaing di luar negeri. yang menjawab
intrumental
275
sangat setuju sebanyak (36.5%,.) Setuju
Motivasi
(43.3% )yang lainya menjawab tidak sejuju,
Berdasarkan
hasil
analisis
data
atau ragu-ragu. Yang menyatakan belajar
didapatkan sebagian besar Mahasiswa
bahasa inggris akan memiliki keuntungan
didapatkan motivasi kesecara keseluruhan
finansial yang menjawab sangat setuju
didapatkan lebih separuh 50 mahasiswa
sebanyak (2.0%,.) Setuju (11.1% )yang
(51,5%) masih rendah. Hasil Penelitian ini
lainya menjawab tidak sejuju, atau ragu-
sama dengan penelitian Heri Yusuf (2012)
ragu.sedangkan pada kestioner belajar
yamg mengungkapkan bahwa motivasi
bahasa
mahasiswa sastra Inggris unisma
inggris
untuk
melanjutkan
masih
pendidikan diluar negeri yang menjawab
rendah. Sebagian responden (142%) 68
sangat setuju sebanyak (51.5%,.) Setuju
mahasiswa memiliki motivasi yang rendah
(32.3% )yang lainya menjawab tidak sejuju,
dalam belajar Bahasa Inggris.Motivasi
atau ragu-ragu.Yang menyatakan belajar
memiliki kontribusi positif dan signifikan dari
bahasa inggris penting untuk bisa lulus
pembelajaran mahasiswa serta merupakan
toefel
yang
menjawab
sangat
Peranan penting
setuju
dengan keberhasilan
sebanyak (20%,.) Setuju (52% )yang lainya
belajar bahasa kedua (Bahasa Inggris). Ini
menjawab tidak sejuju.
berarti bahwa pembelajar bahasa yang
Berdasarkan hasil kuestioner diatas dapat
mempunyai
motivasi,
apapun
jenis
dimbil kesimpulan bahwa motivasi dari dalam
motivasinya, cenderung akan lebih cepat
diri dan motivasi instrumental sangatlah
mencapai keberhasilan belajar.
mempengaruhi kesusksesan dalam belajar bahasa dan juga dapat membantu mereka
dengan karir masa depan dan pekerjaan, yang diharapkan
bisa
didapat
Menurut Brown (2007) menyatakan bahwa motivasi merupakan variabel afektif yang harus dipertimbangkan dalam proses
setelah
pembelajaran bahasa. Motivasi belajar yang menyelesaikan kuliah.
dimaksud adalah suatu dorongan mental
276
luar
kegiatan fisik dan mental. Kegiatan mental
mahasiswa untuk melaksanakan tugas
mengikuti usaha,kesinambungan, dan tindakan
secara keseluruhan berdasarkan tanggung
lainnya. Kegiatan, mental yamg meliputi
yang
muncul
dari
dalam
dan
jawab masing-masing. Bagi mahasiswa tugas dan tanggung jawab terlihat pada
tindakan,kognitif,sepertiperencanaan,latihan, pengorganisasian,
pengawasan,pembuatan
keputusan, pemecahan masalah, dan penilaian
aktivitas belajar yang dikerjakan akibat pengembangan. Dengan kata lain motivasi
dorongan yang diberikan oleh pengajar. merupakan energi yang mendorong mahasiswa
karena itu setiap individu atau mahasiswa memiliki kondisi internal yang berperan
menentukan
tujuan,
usaha-usaha
mencapainya, dan tidak menyerah ketika
dalam aktivitas dirinya sehari-hari dan salah
menghadapi
satu
kegagalan.Budiawan (2010)
kondisi
internal
tersebut
adalah
untuk
kendala
bahkan
Motivasi merupakan keseluruhan tujuan
motivasi. Motivasi mahasiswa itu sendiri jika
pembelajar dalam mempelajari bahasa kedua.
mahasiswa mempunyai motivasi , apapun jenis
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
motivasinya, cenderung akan lebih cepat
bahwa motivasi berkorelasi positif dengan
mencapai keberhasilan belajar bahasa Inggris
keberhasilan belajar Bahasa kedua. Semakin
dari pada Mahasiswa yang tidak memiliki
besar motivasi seseorang dalam mempelajari
motivasi apapun daalam belajar Bahasa Inggris.
bahasa kedua akan semakin besar kemungkinan
Oleh karena itu motivasi adalah merupakan
keberhasilan
sebuah proses seseorang, kita tidak dapat
bahasa tersebut. Di lain pihak, pembelajar
mengamati
Bahasa kedua yang tidak mempunyai motivasi
secara
langsung
tetapi
menguasai
akan
sebagai pilihan tugas,usaha, kesinambungan
pembelajarannya.
dan verbalisasi (misalnya “saya sangat ingin
jenisnya, merupakan salah satu faktor yang
melakukan ini”). Motivasi meliputi tujuan yang
berperan dalam mempengaruhi keberhasilan
memberikan dorongan dan arahan untuk
pembelajaran Bahasa asing (Inggris).
277
mencapai
dalam
menafsirkannya dari tingkah laku tersebut
melakukan tindakan. Motivasi membutuhkan
sulit
seseorang
Jadi,
keberhasilan motivasi,
dari
apapun
KESIMPULAN DAN SARAN
motivasi yang sifatnya sosiokultural,
Kesimpulan
tetapi juga memiliki motivasi yang
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
berhubungan dengan karir masa depan
kepada 99 responden di STIKES Hang Tuah
dan pekerjaan, yang diharapkan bisa
Tanjungpinang pada bulan Juni 2014, maka
didapat setelah menyelesaikan kuliah.
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa : 1.
Sebagian
besar
responden
Akan tetapi motivasi belajar mahasiswa
memiliki
yang meliputi motivasi instrinsik dan
motivasi Instrinsik rendah, dengan jumlah
Ekstrinsik mahasiswa dalam belajar
49 orang (49,5%) dari 99 orang. 2.
Sebagian
besar
responden
Bahasa Inggris masih kurang. Padahal memiliki
kedua motivasi tersebut adalah dua unsur motivasi Ekstrinsik rendah, dengan jumlah
yang paling berperan penting dalam 49 orang (49,5%) dari 99 orang.
belajar bahasa Inggris. 3.
Sebagian
besar
responden
motivasi
integritave
memiliki 6.
Tinggi,
Peranan motivasi dalam pembelajaran
dengan bahasa inggris pada mahasiswa STIKES
jumlah 58 orang (58,6%) dari 99 orang. hangtuah Tanjunpinang
4.
Sebagian
besar
responden
berpengaruh
memiliki dengan hasil belajar (nilai) mahasiswa.
motivasi
Instrumental
tinggi,
dengan Akan tetapi mahasiswa hanya memiliki
jumlah 49 orang (49,5%) dari 99 orang. motivasi belajar bahasa inggris yang 5.
Untuk keseluruhan motivasi yang dimiliki tinggi(integrative & Instrumental )akan oleh mahasiswa Sebagian besar responden tetapi masih kurang memiliki motivasi memiliki motivasi Tinggi, dengan jumlah belajar (instrinsik & Ekstrinsik). Oleh 52 orang (52.,5%) dari 99 orang. Jadi, karena
kesimpulan mahasiswa
akhirnya, Mahasiswa
itu
peran
aktif
pengajar,lingkungan,keluarga
serta
rata-rata STIKES institusi pendidikan itu sendiri sangat
HangTuah motivasi
Tanjungpinang integratif
memiliki sekaligus
instrumental. Mereka selain memiliki
dibutuhkan oleh mahasiswa. Saran 1. 278
Bagi Peneliti Selanjutnya
Dengan adanya hasil penelitian ini,
and Reflections in Education. December
diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk
2008, Vol. 2, No.2, pp 121 -144
mengadakan penelitian yang faktor-faktor
http://www.ue.edu.pk/jrre
apa saja yang dapat memotivasi instrinsik
2.
Bohlin,
Roy
M,
(1987).
Motivation
in
mamupun ekstrinsik mahasiswa dalam
Instructional Design: Comparison of an
belajar Bahasa Inggris.
American
Bagi Lokasi Penelitian/Institusi
Journal of Instructional Development
Kondisi
Lingkungan
kampus/kelas.
Kondisi
lingkungan
and
a
Soviet
Model,
Vol 10 (2) h 11-14. Suroso, Imam. (2011). Menumbuhkan Motivasi
merupakan unsur-unsur yang datangnya
dalam Pembelajaran
Bahasa Kedua.
dari luar diri mahasiswa. Lingkungan
Ragam
Pengembangan
mahasiswa sebagaimana juga lingkungan
Humaniora Vol. 11 No. 3.
individu pada umumnya ada tiga yaitu lingkungan
keluarga,
sekolah
Jurnal
Stipek, Debora.2002. Motivation to learn
dan
integrating
masyarakat.
theory
(Fourth Edition)
and
practice
massachusetts.
person education company Henry
DAFTAR PUSTAKA Dornyei,Z.
2001.
Teaching
and
UNISMA.
Language Learning: A Case of EFL Students.
about
Meenaz.
Students’
www.ejournal-
Parsons, R., Hinson, S., Brown, D. (2001). Educational psychology : practitioner – researcher
Student
Motivation.California:Corwin Shams,
Dalam
unisma.net/ojs/index.php/makna
Tileston, D.W.2004. What Every Teacher Know
Motivasi
Kasus Pada Mahasiswa Sastra Inggris
Marlina, Lenny. 2007.Motivation and
Should
2012
Pembelajaran Bahasa Inggris: Studi
Researching Motivation. England.Longman.
Jurnal KOLITA. Unika Atma Jaya.
Yusuf,
models
of
teaching.
University of Virginia: Wadsworth
Attitudes,
Thomson Learning
Motivation and Anxiety towards English
Dörnyei, Z., & Ushioda, E. (Eds.). (2009).
Language Learning. Journal of Research
Motivation, language identity and the L2 279
self (Vol. 36). Multilingual Matters.
SMP. Dwijendra Denpasar
Ferdinand, A. (2006), Metode Penelitian
Alfiana, Fauziah. 2013. Motivation in Learning
Mannajemen, Edisi Kedua, Penerbit:
English of First Year Students at Study
Badan
Program of English Faculty of Cultural
Penerbit
Universitas
Diponegoro, Semarang . Nursalam.
(2011).
Keperawatan.edisi
Studies, Universitas Brawijaya. Manajemen
3.
Jakarta
Achmadi Rudhi, 2006, Hubungan Antara
:
Metode
Salemba Medika. Oliver, R.L. (1998). Whence Customer Loyalty ?,
Siriluck
Journal
Dosen
Mengajar
Dengan
Motivasi Belajar
Bahasa
Inggris
Mahasiswa
Jurusan
Akademi Pariwisata
Of
Marketing. http://www.jstor.org/pss/1
(AKPINDO)
252099.
Vol. 1 No. 1 Juli
Wechsumangkalo
and
Prasertrattanadecho
(2002).
Tanjungpinang.
among students in the Faculty of Arts. Unpublished master’s thesis, School of Language and Communication. National Institute of Development Administration. Noto Atmodjo, Soekidjo,2002. Metodologo Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Jayanti, Ni Luh Putri, 2012. Kontribusi dan
Panorama
Nusantara,
1 Umu Fadhilah : Dosen STIKES Hang Tuah
motivation, and English achievement
Belajar
Indonesia
Sirithip
Integrative motivation, instrumental
Motivasi
Perhotelan
Strategi
BelajarBahasa terhadap Kemampuan Berbahasa Inggris Siswa Kelas Dua di 280
281
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT STROKE PADA LANSIA DI RW 04 KELURAHAN TANJUNGPINANG BARAT TAHUN 2013 Nurmalitasari1
ABSTRACT Family intrinsically represent set of smallest as core of from an social system exist in society. Function conservancy of health of family very seen at family with old. Especial role of family in treatment of old is not quit of two especial activity of treatment of health, that is prevention of and disease treatment of moment old suffer an disease. Intention of this research is to know relation mount family attitude and knowledge to prevention of stroke disease at old in RW 04 Sub-District of Tanjungpinang West Year 2012. Stroke disease represent especial death cause in world and can cause death, paralysis, talking trouble, degrading awareness and many other effect. This Stroke disease earn happened because disease trouble like heart, mellitus diabetes and hypertension. This research is conducted in RW 04 Sub-District of Tanjungpinang West, aim to obtain get relation mount family attitude and knowledge to prevention of stroke disease at old in RW 04 Sub-District of this Tanjungpinang West Year 2012 Type research use research of corelasional with device research of sectional cross. Research population is entire/all family with old residing in RW 04 Sub-District of Tanjungpinang West amounting to 50 people. Technique intake of sampel Totally sampling. Statistical analysis which used by square chi statistic. Result indicate that signifiqantion assess knowledge of family about prevention of stroke disease at old with p value = 0,045≤0,05 meaning there is difference of preventive proportion of stroke between knowledgeable family of goodness with bad knowledgeable family, its meaning of Ho fail to be refused. From result of research got that relation between knowledge, attitude, behavior and intention will influence someone taking part in a certain activity. Besides, expected by role and also from active to community nurse to be more conduct education of health to family in RW 04 Sub-District of Tanjungpinang West utilize to improve knowledge of family about prevention of stroke disease so that this research is expected to earn happened degradation of number occurence of stroke in RW 04 Sub-District of Tanjungpinang West. Key words : Knowledge, Attitude, Prevention of Disease Stroke
281
PENDAHULUAN
Pengetahuan pertama yang diperoleh pertama kali oleh seseorang yaitu di keluarga. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk membangun suatu kebudayaan dimulai dari keluarga Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada di masyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal Fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga sangat terlihat pada keluarga dengan lansia. Peran utama keluarga dalam perawatan lansia tidak terlepas dari dua kegiatan utama perawatan kesehatan, yaitu pencegahan penyakit dan perawatan lansia saat menderita suatu penyakit. Jumlah lansia diseluruh dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata – rata 60 tahun dan diperkirakan pula tahun 2025 akan mencapai 1,2 miliyar (Nugroho, 2000). Menurut data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan burreau of the cencus USA 1993, dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun 1990-2025 akan mengalami kenaikan jumlah lansia sebesar 4,4%, merupakan suatu angka tertinggi diseluruh dunia (Nugroho, 2008). Menurut WHO (2009) stroke adalah masalah neurologik primer di Amerika Serikat dan di dunia. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada insiden pada beberapa tahun terakhir. Serangan otak ini merupakan kegawat daruratan medis yang harus ditangani secara cepat, tepat dan cermat. Diperkirakan 5,5 juta orang meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat dari fase akut stroke dan 5070% diantaranya menderita kecacatan kronis dengan derajat yang bervariasi. Di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh
Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya telah meninggal. Keluarga merupakan sumber bantuan yang terpenting bagi anggota keluarganya atau bagi individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup atau mengubah gaya hidup anggotanya menjadi berorientasi pada kesehatan. Usaha pencegahan serangan stroke yang dapat dilakukan adalah menyingkirkan faktor risiko (konsumsi alkohol, merokok, dan lain-lain), terutama bagi mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan kolesterol darah tinggi. Peran keluarga menjadi penting dalam pencegahan karena sebagian besar faktor risiko serangan stroke dapat dimodifikasi/diubah dengan mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat. Survei Gallop pada tahun 1985 memastikan bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapat bantuan yang lebih banyak dari keluarga mereka (Setyowati, 2007). Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada 10 keluarga didapatkan bahwa 7 diantara keluarga tidak mengetahui tentang upaya pencegahan penyakit stroke pada lansia sehingga tidak dapat memastikan bagaimana cara penyelesaian terhadap lansia. HIPOTESIS
Hipotesis yang ingin dibuktikan dalam penelitian ini adalah Ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga terhadap pencegahan penyakit stroke pada lansia di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian a. Variabel independent (variabel bebas)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah : Pengetahuan dan sikap keluarga. b. Variabel dependent (variabel terikat )
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pencegahan penyakit stroke pada lansia. B. Definisi Operasional
282
bermakna antara variabel independent dan variabel dependen dan bila p lebih besar dari 0,05 (p>0.05) berarti tidak ada hubungan bermakna antara variabel independent dan variabel dependent Formula:
1. Pengetahuan keluarga tentang penyakit stroke adalah Segala sesuatu yang diketahui oleh keluarga tentang penyakit stroke 2. Sikap keluarga tentang penyakit stroke adalah Pendapat keluarga dalam menghadapi tentang penyakit stroke 3. Pencegahan keluarga terhadap Stroke pada lansia adalah Suatu tindakan yang dilakukan untuk menghindari terjadinya stroke
X2= ∑ (O-E)2 E Batas kemaknaan (α) ditetapkan = 0,05 Keterangan : X : Nilai Chi square O : Nilai yang diobservasi E : Nilai yang diharapkan
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini populasi adalah semua keluarga yang memiliki lansia di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat adalah 50 orang. Pengambilan sampel dengan hitungan berdasarkan Total sampling. Sampel dalam penelitian ini seluruh populasi sebanyak 50 orang D. Analisis Bivariat Untuk melihat hubungan antara variabel dependent (pengetahuan) dan variable independent pengetahuan dan sikap lansia dengan penyakit stroke Analisis bivariat tuntuk menguji adanya hubunganan antara pengetahuan dan sikap keluarga yang memiliki lansia tentang pencegahan penyakit stroke pada lansia menggunakan uji chi square. Selanjutnya untuk menghitung besarnya risiko (odds rasio), dihitung dengan menggunakan rumus dan tabel 2 x 2. OR (Odds Rasio) = AD/BC. Confidence interval ( CI ) sebesar 95%, Interpretasi nilai OR adalah sebagai berikut: a. Bila OR lebih dari 1, menunjukkan bahwa hubungan yang diteliti merupakan hubungan risiko. b. Bila OR = 1, menunjukkan bahwa hubungan yang diteliti bukan merupakan hubungan risiko. c. Bila OR < 1, menunjukkan bahwa hubungan yang diteliti merupakan hubungan protektif.
HASIL DAN PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Umur, Pendidikan dan Jenis Kelamin Di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
No Variabel 1 Umur <20 tahun 20 – 35 tahun >35 tahun 2 Jumlah
3
Pendidik an SD SLTP SLTA PT Jumlah Jenis Kelamin Laki-laki Perempu an Jumlah
Jumlah
Persentase
8
16
50
52 32 100
15 8 17 10 50
30 16 34 20 100
20 30 50
40 60 100
26 16
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden terbanyak di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 berada pada usia 20-
Uji statistik yang sesuai adalah melalui perhitungan uji Chi Square selanjutnya ditarik kesimpulan bila p lebih kecil dari nilai 0,05 (p<0,05) maka ada hubungan 283
35 tahun yaitu 26 (52%) orang, tingkat pendidikan SLTA yaitu 17 (34%) orang, dan berjenis kelamin perempuan yaitu 30 (60%) orang.
4. Pencegahan Stroke Pencegahan Stroke dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu baik dan tidak baik. Hasil penelitian tentang distribusi frekuensi sikap dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:
2. Pengetahuan Responden Pengetahuan responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategorik yaitu baik dan tidak baik. Hasil penelitian tentang distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Pencegahan Stroke Pada Lansia Di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
No Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Pengetahuan Di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
No 1 2
1 2
Pengetahuan Jumlah Persentase Tidak baik 18 36 Baik 32 64 Jumlah 50 100,0
Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Pencegahan Stroke Pada Lansia Di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Keluarga Berdasarkan Sikap Di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
2
Jumlah 13
Persentase 26
37 50
74 100,0
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa responden di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 memiliki sikap yang baik adalah 37 (74%) orang.
42 58 100,0
ANALISIS BIVARIAT 1. Hubungan Pengetahuan Keluarga dengan Pencegahan Stroke Pada Lansia Hasil penelitian hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan stroke di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut:
3. Sikap Responden Sikap responden dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu baik dan tidak baik. Hasil penelitian tentang distribusi frekuensi sikap dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:
Sikap Tidak baik Baik Jumlah
Persentase
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa responden di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 memiliki pencegahan terhadap stroke baik adalah 29 (58%) orang.
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa responden di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 dengan pengetahuan baik adalah 32 (64%) orang.
No 1
Pencegahan Jumlah Stroke Tidak baik 21 Baik 29 Jumlah 50
N Penge Pencegahan o tahua Stroke n Kelua Tidak Baik rga baik N % n % 1. Tidak 5 Baik 1 5 1 3 9, 7, 1 9
284
Juml Nil ah ai p
OR
(CI:95 %)
n % 1 3 0,0 6,644 8 6 0 4
2. Baik
2 3 9 4 3 8 2 0, 2, 9 1 Jumla 2 44 56 5 h 2 2 0 8
6 4
( 1.83424.077)
1 0 0
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 50 responden yang berpengetahuan tidak baik dengan pencegahan stroke yang tidak baik sebanyak 13 (59,1%) orang dan pengetahuan keluarga yang tidak baik dengan pencegahan stroke yang baik sebanyak 5 (17,9%) orang, sedangkan berpengetahuan baik dengan pencegahan stroke yang tidak baik sebanyak 9 (40,9%) orang dan pengetahuan keluarga yang baik dengan pencegahan stroke yang baik pula sebanyak 23 (82,1%) orang. Dari hasil tersebut secara persentase, keluarga dengan pengetahuan baik tidak mengalami stroke banyak dibandingkan keluarga dengan pengetahuan tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p value 0,004≤0,05 berarti dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan stroke antar keluarga yang berpengetahuan baik dengan keluarga yang berpengetahuan tidak baik, artinya Ho gagal ditolak (ada hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan stroke di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013). Analisis keeratan hubungan dua variabel didapat OR= 6,644(95%CI: 1.834-24.077), artinya keluarga dengan pengetahuan tidak baik mempunyai risiko stroke 6,644 kali dibandingkan keluarga dengan pengetahuan baik. 2. Hubungan Sikap Keluarga dengan Pencegahan Stroke Pada Lansia Hasil penelitian hubungan sikap keluarga dengan pencegahan stroke di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut: Tabel 5.6 Hubungan Sikap Keluarga Dengan Pencegahan Stroke Di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013
N Sikap o Keluar ga
Pencegahan Stroke Tidak Baik baik N % N % 1. Tidak 47, 4 13,8 Baik 1 6 0 2. Baik 52, 25 86,2 1 4 1 Jumlah 21 42 29 58
Jumlah Nil OR ai p (CI:95%) n % 14 28 0,0 12 36 72
5,682
(1.45922.159)
50 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 50 responden dengan sikap keluarga yang tidak baik dengan pencegahan stroke yang tidak baik sebanyak 10 (47,6%) orang dan sikap keluarga yang tidak baik dengan pencegahan stroke yang baik sebanyak 4 (13,8%) orang, sedangkan sikap yang baik dengan pencegahan stroke yang tidak baik sebanyak 11 (52,4%) orang dan sikap keluarga yang baik dengan pencegahan stroke yang baik pula sebanyak 25 (86,2%) orang. Dari hasil tersebut secara persentase, keluarga dengan sikap yang baik tidak mengalami stroke banyak dibandingkan keluarga dengan sikap yang tidak baik. Hasil uji statistik chi-square didapatkan nilai p value 0,012≤0,05 berarti dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi pencegahan stroke antar keluarga yang sikapnya baik dengan keluarga yang sikapnya tidak baik, artinya Ho gagal ditolak (ada hubungan sikap keluarga dengan pencegahan stroke di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013). Analisis keeratan hubungan dua variabel didapat OR= 5,682 (95%CI: 1.459-22.159), artinya keluarga dengan sikap yang tidak baik mempunyai risiko stroke 5,682 kali dibandingkan keluarga dengan sikap yang baik. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 responden di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang pada tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa:
285
Terdapat 32 (64%) orang memiliki pengetahuan baik 18 (36%) tentang pencegahan stroke. b. Terdapat 37 (74%) orang responden dengan sikap yang baik dan yang tidak baik adalah 13 (26%) orang. c. Terdapat hubungan pengetahuan keluarga dengan pencegahan stroke di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapat OR= 6,644 (95%CI: 1.834-24.077), artinya keluarga dengan pengetahuan tidak baik mempunyai resiko stroke 6,644 kali dibandingkan keluarga dengan pengetahuan baik. d. Terdapat hubungan sikap keluarga dengan pencegahan stroke di RW 04 Kelurahan Tanjungpinang Barat Tahun 2013. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapat OR= 5,682 (95%CI: 1.459-22.159), artinya keluarga dengan sikap yang tidak baik mempunyai resiko stroke 5,682 kali dibandingkan keluarga dengan sikap yang baik
mampu mempengaruhi kejadian stroke pada lansia. Karena penelitian ini juga hanya dilakukan pada posyandu lainnya sehingga metode penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk semua lansia yang memiliki keluarga. Sehingga peneliti menyarankan agar dilakukan penelitian yang lebih luas.
a.
SARAN
1. Diharapkan dalam praktek keperawatan khususnya perawat komunitas dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang perlu ditingkatkan, seperti pemberian informasi dan diberikan brosur agar dapat dilihat dan dibaca oleh warga tentang hipertensi dan stroke yang nantinya akan meningkatkan upaya pasien penderita hipertensi dalam mencegah kejadian stroke. 2. Hendaknya lebih meningkatkan lagi ketersediaan buku dan media lain yang mendukung untuk penelitian selanjutnya. 3. Hendaknya dapat memperhatikan pola makan dan lebih peka terhadap kondisi kesehatan lansia sehingga jika orang tua atau lansia yang sudah menderita suatu penyakit maka selayaknya kita sebagai seorang anak bertanggung jawab atas kesembuhan dan kesehatan orangtuanya. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar lebih menggali lagi faktor-faktor yang
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H. Aziz. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Arief A. (2009). Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Diakses : 5 Mei 2009 http://tokobiofir.com/berita-daninformasi/hipertensi-tekanandarahtinggi. html.. Arikunto. S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Azwar S .(2002). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.Liberty. Yogyakarta ________(2003). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya Edisi Ke 2. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Budiarto E. (2002). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kedokteran EGC Darmojo dan Martono. (2004). Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: FK-UI. Dempsey. (2002). Riset Keperawatan. Jakarta: EGC. Depkes.
286
RI. (2005). Demensia Dalam Lansia. http://repository.usuac.id/bitstream/123456789/17277/5/Chapter%20I.pdf . Online: 27 Juni 2011. Jam: 09.00 WIB.
Depkes RI. (2008). Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Jakarta: Depkes RI. Depsos,
(2005).
Perawatan http://repository.usu-
Lansia. ac.id/bitstream/123456789/17277/5/Chapter%20I.pdf . Online: 27 Juni 2011. Jam: 09.00 WIB. Embersole (2001). Social Support as Coping Assistence. Journal of Consulting and Clinical Psychology. Fatmah.
(2008). Factor-faktor yang mendorong lansia. Johor bahru : Universitas Tekhnologi Malaysia. Hurlock ,B, Elizabeth. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Ismayadi. Proses menua (aging proses). Tesis. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2004. h. 1-11. Junaidi, I., (2004). Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke. Jakarta:PT. Bhuana Ilmu Populers. 2004.) Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada. Kuntjoro. Z.S. (2002). Dukungan Sosial pada Lansia. www e-psikologi.com tanggal 14 Oktober 2010.
Notoatmodjo. (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ___________ (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta ___________ (2007). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Nursalam.(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Perry and Potter. (2004). Buku Fundamental Keperawatan. Edisi 4, vol 1. Jakarta : EGC Poerwandari. E.K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
KBBI.(
Leavell, (2003). Manajemen Stoke pada Lansia. Available from : http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp? q=2009421101559 (Accessed 7 march 2010) Lumbantobing SM,( 2007). Perawatan Lansia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Mubarak, W & Nurul Chayatin. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Mu’tadin. (2002). Kemandirian Lansia. Digilib.unimus.ac.id/-files/disk1/104/jtptunimus-gdl-sitiyulian-5170-3bab2.pdf. Online : 29 Mei 2011. Jam 09.35 WIB
Pudjiastuti. Surini, S dan Utomo, B (2003). Fisioterapi pada Lansia. EGC. Jakarta. Hal: 17 – 20. Retty. Irwanasari. (2009). Ringkasan Bahan Dialog METRO TV. http://komnaslansia.or.id/modules .php?name=News&file=article&sid=2 3. Online: 03 Juni 2011. Jam 21.00 WIB. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology Biopsychosocial Interaction. 5 edition. United States of America: John Wiley & Sons Setiabudi. (2000) Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta : Graha Ilmu Setiadi. (2008). Manajemen Stroke. Jogjakarta : Graha Ilmu
287
Setyonegoro dkk. (2004). Buku Keperawatan Lansia. Jakarta : Sagung Seto Setyonwati. (2007). Lansia. Jakarta :EGC Shimberg, EF, (2005). Stroke petunjuk Penting Bagi Keluarga. Alih Bahasa Anne Rozana. PT. Pustaka Delapratasa, Jakarta
pemulihan stroke. Jakarta. PT Buana Ilmu Popules Watson, (2003). Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC. Yusnita, I., (2004). Mencapai Kebahagiaan di Usia Lanjut. USU Repository.
Sutrisno, A, (2007). Stroke Sebaiknya Anda Tahu Sebelum Anda Terserang Stroke. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Siti.
Maryam. (2008) Kemampuan Fungsional.. http://repository.usu.ac.i d/bitstream/123456789/24764/4/Chap ter%20II.pd Online: 25 April 2011. Jam 15.00 WIB.
Stuart and suddart, (1998) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC. Sustrai. (2008). Perilaku Pengobatan Dan Perawatan Pada Lansia http://id.shvoong.com/medicine -and-health/1799376-remaja-danhubungan seksual-pranikah/ . Diakses pada tanggal 21 Januari 2009 Surafino. (2006). Lansia. Jakarta : FKUI. Valery Felgin. (2006). Stroke panduan bergambar tentang pencegahan dan
288
HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG HIPERTENSI DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA LANSIA Marisi Manalu
ABSTRACT Hypertension or high blood pressure is actually a disorder of the arteries that lead to supply oxygen and nutrients, which is carried by obstructed blood to the body ke jaringan need. Is said to have hypertension if darahs pressure ≥ 140 mmHg istolik or diastolic blood pressure ≥ 90 mmHg, or both. The research was conducted at the health center Tanjungpinang, aims to acquire knowledge of the family relationship of hypertension to hypertension in the elderly precautions at the clinic Tanjungpinang. This type of research using this type of correlational research with cross sectional research design. The study population was a family member who had hypertension in the elderly health centers that berjumlah 55 Tanjungpinang people. Sampling techniques with accidental sampling. Statistical analysis used was statistic chi square (χ2). Based on the analytical results obtained from data processing to the 55 respondents using Chi Square test showed p-value = 0.002 <0.005, Ho fails to be rejected, which means there is a relationship between family knowledge about hypertension and hypertension in the elderly precautions in the health center Tanjungpinang. Based on the results of research to the clinic is expected to be input in the planning for programs to improve family knowledge about hypertension. Development of health services in the community, with a variety of methods and concepts such as the education, experience, and education. So that family members can understand / know how to do and hypertension prevention measures so as to make early treatment for the disease from getting worse. Key words : Knowledge, hypertension, family members
PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk Lansia meningkat secara cepat pada abad ini, pada tahun 2010 di seluruh dunia telah mencapai 465 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan akan mengalami peningkatan hampir dua kali lipat pada tahun 2025. Di Indonesia jumlah lansia pada tahun 2010 mencapai 15 juta jiwa (Mubarok, 2009). Hal ini akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lanjut usia, seperti sosial, ekonomi, budaya, kesehatan fisik dan mentalnya. Masalah kesehatan yang timbul perlu diantisipasi, untuk selanjutnya diatasi oleh tenaga professional bersama masyarakat, khususnya para lanjut usia itu sendiri serta keluarganya. Pengetahuan, dan kemampuan keluarga perlu ditumbuhkan agar dapat mengatasi persoalan tersebut secara mandiri. Lansia hipertensi menjadi masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas (pola makan), inaktivitas
fisik, dan stres psikososial. Data World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan, di seluruh dunia, sekitar 972 juta lansia atau 26,4% penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta lansia penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Zamhir (2006), menyatakan dari 33 Provinsi di Indonesia terdapat 8 propinsi yang kasus penderita hipertensi melebihi rata–rata nasional yaitu: Sulawesi Selatan (27%), Sumatera Barat (27%), Jawa Barat (26%), Jawa Timur (25%), Sumatera Utara 24%, Sumatera Selatan (24%), Riau (23%), dan Kalimantan timur (22%). Menurut Laporan Departemen kesehatan RI didapatkan angka kejadian penyakit hipertensi pada lansia golongan usia 45-54 tahun adalah 19.5%, yang meningkat menjadi 30.6% diatas usia 55 tahun (Rilantono, 2004). Dari data diatas lansia hipertensi harus banyak mendapat perhatian yang lebih agar 289
kesehatan terjamin dan dapat menekan terjadinya hipertensi atau juga kekambuhan, untuk itu peran keluarga disini sangat diperlukan. Dalam hal ini keluarga harus mengetahui tentang hipertensi agar dapat mencegahnya atau menangulanginya, seperti apa itu hipertensi, komplikasinya, pencegahanya, dan pengobatannya. Misalnya pencegahannya yaitu menghentikan merokok, tidak konsumsi alkohol, latihan fisik/olahraga teratur, mengurangi asupan garam, memperbanyak konsumsi buah dan sayur, mengurangi konsumsi lemak (Elokdyah, 2007). Pada keluarga dalam upaya pencegahan dilakukan pemeriksaan yang teratur supaya penyakitnya tidak bertambah parah juga cara yang paling tepat untuk menghindari penyakit jantung, dan kegiatannya mencakup mengurangi perilaku buruk yang sudah menjadi kebiasaan, misalnya kebiasaan
merokok, pola makan yang berlebihan serta kebiasaan hidup yang tidak sehat. Maka dianjurkan untuk berolah raga secara teratur, pola makan dan diet perlu diubah (Setiabudhi & Hardywinoto, 2000). Data yang peneliti dapat dari Dinas Kesehatan Kota TanjungPinang berbasis sentinel pada tahun 2011 bulan JanuariNovember, penyakit yang banyak terjadi pada lansia adalah Hipertensi 4.098 kasus, Diabetes Mellitus 1.144 kasus, Gastritis 924, dan Asam Urat 825 kasus (Dinkes Kota Tanjung Pinang, 2010). Berdasarkan data rekam medik puskesmas Tanjungpinang dari bulan OktoberDesember tahun 2011 hipertensi pada lansia menempati peringkat ke-1, peningkatan jumlah kasus baru sebanyak 136 (11,3%) kasus bulan Oktober, 176 (14,6%) kasus bulan November, dan 235 (19,58%) bulan Desember.
Tabel 1. Data Rekam Medik Puskesmas Tanjungpinang Hipertensi Pada Lansia Dari Bulan Oktober Desember Tahun 2011 Bulan
Frekuensi
Oktober November Desember
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan keluarga tentang hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang tahun 2012. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini mengunakan desain penelitian cross-sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko terhadap efek, dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan sampel mengunakan teknik accidental sampling dengan mengambil kasus atau
136 176 235
Persentase (%) 11% 14% 19%
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Sampel yang peneliti ambil adalah keluarga yang memiliki lansia hipertensi yang berobat ke Puskesmas Tanjungpinang dengan tekanan darah diatas 120/80 mmHg. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanjungpinang. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Setelah data dikumpulkan proses selanjutnya adalah menganalisis data yang telah diperoleh dengan analisis deskriptif. Pengunaan teknik analisis ini untuk mengambarkan data lapangan secara deskriptif dengan cara menginterpretasikan hasil 290
pengolahan lewat tabulasi. Hasil analisis data deskriptif ini berguna untuk mendukung interpretasi terhadap hasil analisis yang digunakan. Metode yang digunakan uji chi square dengan perangkat lunak komputer signifikan (𝛼𝛼 =5%) karena analisis ini merupakan analisis statistik non parametrik dengan mengunakan skala ordinal dan ordinal.
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden : 1. Berumur setingkat remaja (16-20) sebanyak 32 orang (58%). 2. Berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang (54.5%). 3. Berpendidikan rendah (SD-SMP) sebanyak 28 orang (50,9%)
HASIL DAN PEMBAHASAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden di Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2012
No 1 2
1 2
1 2
Karakteristik Umur Dewasa (21-45) Remaja (16-20) Total Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Total Pendidikan SD-SMP SMA-Perguruan Tinggi Total
Usia Usia adalah masa hidup responden yang dinyatakan dalam satuan tahun dan sesuai dengan pernyataan responden. Responden dalam penelitian ini adalah anggota keluarga yang memiliki lansia dengan hipertensi. Hasil dari analisa data usia menunjukan bahwa usia remaja (16-20) sebanyak 32 responden (58,2%). Kemudian usia dewasa (21-45) sebanyak 23 responden (21,8%). Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan identitas responden yang dapat digunakan untuk membedakan responden laki-laki atau perempuan. hasil dari analisa data dari jenis kelamin menunjukan bahwa proporsi laki-laki lebih banyak dari pada perempuan yaitu lakilaki sebanyak 30 responden (54,5 %), kemudian perempuan 25 responden (45,5%).
Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujukan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik Frekuensi
Persentase (%)
23 32 55
41,8% 58,2% 100%
30 25 55
54,5 % 45,5 % 100 %
28 27
50,9 % 49,1 %
55
100%
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, kecerdasan, serta keterampilan yang diperlukan dirinya maupun masyarakat, Dimasputra (2008). Dalam penelitian ini pendidikan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: pendidikan rendah (SD-SMP) , pendidikan tinggi (SMAPerguruan tinggi). Dari hasil analisa data tingkat pendidikan menunjukan proporsi tingkat pendidikan paling banyak yaitu responden yang tamatan SD-SMP sebanyak 28 responden (50,9%) , dan diikuti responden yang tamatan SMA-Perguruan tinggi sebanyak 27 responden (49,1%). Pengetahuan Keluarga Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan 291
bahwa sebagian besar 28 responden (51%) memiliki pengetahuan yang buruk. Tabel. 3 Distribusi Pengetahuan KeluargaTentang Hipertensi Di Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2012 Pengetahuan Baik Buruk Total
Frekuensi
Persentase (%)
27 28 55
49 51 100
diperolehnya dan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuannya sehingga seseorang menjadi berkualitas. menurut Notoadmodjo (2010), usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia dewasa (21-45), individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan dan keluarga sangat berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Bila dalam keluarga tersebut salah satu anggotanya mengalami masalah kesehatan maka system dalam keluarga akan terpengaruhi (Jhonson L &Leny R, 2010). Untuk menciptakan suatu kondisi yang sehat dan terkontrol, maka keluarga diharapkan mempunyai pengetahuan tentang penyakit hipertensi agar tercipta suatu perilaku perawatan yang tepat pada penderita hipertensi, dalam hal pencegahan, penatalaksanaan yang benar, cepat pada penderita hipertensi.
Pengetahuan keluarga tentang hipertensi, menunjukkan pengetahuan keluarga yang buruk 28 orang (51%). Dari hasil penelitian ini pendidikan responden yang tamatan SD-SMP sebanyak 28 responden (50,9%). Ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pendidikan juga mempengaruhi pengetahuan seseorang, menurut Koentjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam (2003), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya, makin rendah tingkat pendidikan seseorang maka semakin sulit menerima informasi sehingga tingkat pengetahuannya kurang. Pada penelitian yang dilakukan sesuai dengan pernyataan Koentjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam (2010), dimana dengan tingkat pendidikan yang mayoritas berpendidikan SD-SLTP, responden kurang bisa menerima dengan cepat informasi – informasi dan pelajaran yang baru ia terima. Sehingga mereka akan sulit mempelajari dan mencerna informasi tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2010), menunjukkan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi sebagian besar tidak baik sebanyak 42 orang (56,0%). Ditambah hasil dari analisa data usia menunjukan bahwa usia remaja (1620) sebanyak 32 responden (58,2%). Menurut Hendra (2008), bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang 292
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, distribusi responden menurut pencegahan hipertensi dapat dilihat pada table 5.5 :
Tindakan Pencegahan Hipertensi
Tabel 5.5 Distribusi Tindakan Pencegahan Hipertensi Di Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2012
Pencegahan hipertensi
Frekuensi
Persentase (%)
32 23 55
58,2 41,8 100
Baik Buruk Total
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa sebagian besar 32 responden (58,2%) memiliki tindakan pencegahan yang baik. Tindakan pencegahan hipertensi pada lansia, menunjukan tindakan pencegahan hipertensi yang baik 32 responden (58,2%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Firdayani (2010) menunjukkan bahwa tindakan pencegahan hipertensi pada lansia baik sebesar 75%. Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian / penyimpangan yang potensial Nurhidayat (2011), tindakan pencegahan hipertensi yaitu menghentikan merokok, tidak konsumsi alkohol, latihan fisik/olahraga teratur, mengurangi asupan garam, memperbanyak konsumsi buah dan sayur,
mengurangi konsumsi lemak (Elokdyah, 2007). Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Hipertensi dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Berdasarkan data dari tabel 5.6 hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan tindakan pencegahan hipertensi pada lansia di Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2012 menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan keluarga buruk memiliki tindakan pencegahan hipertensi yang buruk ada 18 dari 28 (64,3%) dan responden dengan pengetahuan keluarga buruk memiliki tindakan pencegahan hipertensi yang baik ada 10 dari 28 (35,7%). Sedangkan responden dengan pengetahuan keluarga baik memiliki tindakan pencegahan hipertensi yang buruk ada 5 dari 27 (18,5%) dan responden dengan pengetahuan keluarga baik memiliki tindakan pencegahan hipertensi yang baik ada 22 dari 27 (81,5%).
Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Hipertensi Dengan Tindakan Pencegahan Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Tanjungpinang Tahun 2012
Pengetahuan Keluarga
Tindakan Pencegahan Hipertensi Buruk Baik
Total
N
%
n
%
n
Buruk Baik
18 5
64,3 18,5
10 22
35,7 81,5
28 100 27 100
Total
23
41,8
32
58,2
55
293
OR 95%
p-value
%
100
7,9 2.28927.400
0,002
penting dalam memperoleh informasi baik tentang kesehatan maupun informasi lainnya (Widiyanto, 2001). Asumsi peneliti terhadap hasil penelitian ini bahwa pengetahuan seseorang mempengaruhi tingkah laku seseorang, apabila pengetahuan seseorang meningkat, meningkat pula kesadaran untuk melakukan sesuatu sesuai kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa sebagian besar peningkatan pengetahuan merupakan salah satu pendekatan dasar terhadap pencegahan hipertensi pada lansia. Proporsi tingkat pendidikan paling banyak yaitu responden yang tamatan (SD-SLTP) sebanyak 28 responden (50,9%), dari 28 responden tersebut yang berpengetahuan buruk sebagian besarnya memiliki perilaku pencegahan yang buruk juga yaitu 17 orang (60,7%). Dari hasil tersebut didapatkan bahwa pendidikan rendah (SD-SLTP) mempengaruhi prilaku pencegahan hipertensi pada lansia. Dengan tingkat pendidikan yang mayoritas berpendidikan (SD-SLTP), responden kurang bisa menerima dengan cepat informasi – informasi dan pelajaran yang baru ia terima. Sehingga mereka akan sulit mempelajari dan mencerna informasi tersebut. Hal ini menunjukan pentingnya keluarga memiliki pengetahuan yang baik sehingga perilaku pencegahan hipertensi menjadi baik, Seperti Mengurangi konsumsi garam, menghindari kegemukan (obesitas), membatasi konsumsi lemak, olahraga teratur, makan banyak buah dan sayuran segar, tidak merokok dan minum alkohol, berusaha membina hidup yang positif, latihan relaksasi atau meditasi.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari pengolahan data kepada 55 responden dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan nilai p = 0,002 < 0,005 yang artinya ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan tindakan pencegahan hipertensi padal ansia di Puskesmas Tanjungpinang tahun 2012. Diperoleh pula nilai OR = 7,9 yang artinya responden dengan pengetahuan keluarga buruk memiliki peluang tindakan pencegahan hipertensi yang buruk 7,9 kali dibandingkan dengan pengetahuan keluarga yang baik. Dari hasil yang diperoleh dari pengolahan data dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan p Value = 0,002. Oleh karena ρ < 0,05 didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan tindakan pencegahan hipertensi pada lansia di Puskesmas Tanjungpinang tahun 2012. Sesuai dengan teori Rogers (1980) dalam Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan faktor penting terbentuknya perilaku seseorang karena perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan merupakan faktor mendasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk merubah perilaku atau gaya hidupnya. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh dengan berbagai usaha, baik sengaja maupun secara kebetulan. Usaha yang dilakukan dengan sengaja meliputi berbagai metode dan konsep baik melalui proses pendidikan, pengalaman, penyuluhan maupun dari berbagai sumber seperti media cetak yaitu buku, majalah, koran, dan poster. Dari media elektronik radio, televisi, film dan lainnya, berperan 294
KESIMPULAN
Bagi masyarakat Bagi masyarakat dapat menambah wawasan lebih jauh tentang bagaimana upaya dalam tindakan pencegahan hipertensi pada lansia di keluarga, sehingga dapat melakukan penanganan lebih dini agar penyakitnya tidak bertambah parah. Seperti mengurangi konsumsi garam, menghindari kegemukan (obesitas), membatasi konsumsi lemak, olahraga teratur, makan banyak buah dan sayuran segar, tidak merokok dan minuman alkohol, berusaha membina hidup yang positif, latihan relaksasi atau meditasi. Tahu pentingnya pengetahuan terhadap tindakan pencegahan Bagi peneliti lain Sebagai referensi atau bahan kajian pustaka, terutama karena pertimbangan tertentu ingin melakukan penelitian lanjutan atau penelitian sejenis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan menambah wawasan bagi penelitilain terutama penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan dan tindakan pencegahan keluarga tentang hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya. Peneliti menarik berberapa kesimpulan antara lain: Pengetahuan keluarga tentang hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang tahun 2012 berada pada kategori buruk sebanyak 28 dari 55 responden (51%). Tindakan pencegahan keluarga tentang hipertensi lansia di wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang tahun 2012 berada pada kategori baik sebanyak 32 dari 55 responden (58,2%). Adanya hubungan pengetahuan keluarga dengan tindakan pencegahan terkait hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang tahun 2012. SARAN
Bagi Puskesmas. Bagi puskesmas diharapkan dapat menjadi masukan dalam perencanaan untuk program - program peningkatan pengetahuan keluarga tentang hipertensi. pengembangan pelayanan kesehatan pada masyarakat. meliputi berbagai metode dan konsep baik melalui proses pendidikan, pengalaman, penyuluhan maupun dari berbagai sumber seperti media cetak yaitu buku, majalah, koran, dan poster. Dari media elektronik radio, televisi, film dan lainnya, berperan penting dalam memperoleh informasi baik tentang kesehatan maupun informasi lainnya. Bagi ilmu keperawatan Khususnya bagi Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Hang Tuah Tanjungpinang, diharapkan bisa bermanfaat sebagai masukan untuk pengembangan ilmu dalam melakukan penanganan pada pasien lansia dengan hipertensi, dalam asuhan keperawatan dan memberikan informasi mengenai hubungan pengetahuan keluarga tentang hipertensi dengan tindakan pencegahan hipertensi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto S, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (EdisiRevisi). Rineka Cipta: Jakarta. Armilawati dkk. (2007). Hipertensi dan Faktor Risikonya dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemioogi FKM UNHAS: Makassar. Brookes-Linda, (2004) The Update WHO/ISH Hypertension Guidline. J Hypertens, 151-183: Brazil. Dinas Kesehatan Provinsi Kepri. Sepuluh Jumlah Kasus PTM Berbasis Puskesmas Sentinel Tahun 20092010. Tanjungpinang 2011. Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang. Sepuluh Penyakit Lansia Terbesar 295
di Puskesmas. Tahun 2010-2011. Tanjungpinang 2011. Ganong WF. (1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed.17.Widjajakusumah MD dkk, penerjemah: Widjajakusumah MD, editor. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Review of Medical Physiological :567-569 Gunawan.(2001). Hipertensi. Gramedia: Jakarta.
PT
Jhonson L & Leny R. (2010). Keperawatan Keluarga: Plus Contoh Askep Keluarga. Cetakan 1. Nuha Medika: Yogyakarta. Hamid, Achir Yani S. (2007). Buku Ajar Riset Keperawatan Konsep Etika dan Instrumentasi Ed 2. EGC: Jakarta. Karyadi Karyadi et al. (2002). Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Intisari Mediatama: Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipt: Jakarta. ------------.(2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta. ------------. (2003). Pendidikan dan prilaku kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. ------------. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan (EdisiRevisi). Rineka Cipta: Jakarta. Nursalam.S. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. ------------. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. CV Sagung Seto: Jakarta. Puskesmas Pancur Kota Tanjungpinang. (2011). Sepuluh Penyakit Terbanyak pada Lansia dan Jumlah Lansia yang Mengalami Penyakit Hipertensi di Tanjungpinang Tahun 2010-2011: Tanjungpinang.
Khomsan. (2004). Peranan Pangan dan Gizi
untuk
Kualitas
Hidup.
Grasindo: Bandung . Krummel DA. (2004). Medical Nutrition Therapy in Hypertension. Di dalam: Mahan LK dan Escott-Stump S, editor. 2004. Food, Nutrition and Diet Therapy. USA: Saunders co. hlm. 900-918. Lanny Sustrani, dkk. (2004). Hipertensi Gramedia PustakaUtama: Jakarta. Maryam, R Siti, dkk. (2008). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta: Jakarta.
Puspita WR. (2009). Gaya Hidup pada Mahasiswa Penderita Hipertensi [skripsi]. Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta. Syarifudin, B. ( 2010). Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan dengan SPSS. Grafindo Litera Media: Yogyakarta. Sudarmoko, A. (2010). Tetap Tersenyum Melawan Hipertensi. Atma Media Press: Yogyakarta . Sugiono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabet: Bandung. Sustrani, dkk. (2006).Hipertensi, Gramedia PustakaUtama: Jakarta.
Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Hipertensi. In Books: Yogyakarta.
296
Sutanto. (2009). Awas 7 Penyakit Degeneratif, Paradigma Indonesia: Yogyakarta. Tandra
H. (2003). Merokok dan kesehatan. http://www. Anti rokok. or.id/berita/ berita rokok kesehatan.htm.on line: 15 Feb 2012.
Zamhir. (2006). Prevalensi Dan Determinan Hipertensi Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Jakarta.
297
PENGARUH AIR REBUSAN BUAH MAHKOTA DEWA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGPINANG TAHUN 2013 Arifin Chan1 , Soni Hendra Sitindaon 2, Dian Tri Raharjo3
ABSTRAK Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun ditandai dengan glukosa darah melebihi nilai normal. Menurut WHO Indonesia menempati urutan ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika. Di KEPRI khususnya di Tanjungpinang jumlah angka kejadian diabetes mellitus meningkat dalam kurun 2 tahun terakhir. Penelitian yang di lakukan peneliti merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Pra-eksperimen yang menggunakan rancangan one group pretest posttest. Sampel dalam penelitian ini sebanyak sepuluh orang Sampel dalam penelitian ini sebanyak sepuluh orang responden wanita sebagai kelompok eksperimen, diberikan minum air rebusan buah mahkota dewa selama 2 minggu (14 hari), pagi dan sore sebanyak 200 ml. dilakukan pengecekan pada hari 1, 5, 10, dan 14 selama pemberian. Hasil penelitian menunjukan perbedaan perubahan sebelum dan sesudah di berikan terapi dengan cara uji Wilcoxon menunjukan ρ Value adalah 0,005 (P < 0,05) maka Ho di tolak artinya ada pengaruh air rebusan buah mahkota dewa terhadap penderita gula darah tinggi atau diabetes mellitus. Disimpulkan bahwa air rebusan buah mahkota dewa mampu menurunkan kadar gula darah. Kata Kunci : Buah Mahkota Dewa, Diabetes Mellitus, Kadar Gula Darah.
ABSTRACT Diabetes Mellitus is a chronic disease that characterized by blood glucose values upper normal. Blood glucose normal is <140 mg/dl. According to WHO, Indonesia was rank 4th after India, China, and America. In Kepri particularly in Tanjungpinang the total number has been increased of incidence of diabetes mellitus in last 2 years ago. This research is a quantitative research that uses method pra-experimental and uses one group pretest posttest design. The samples in this research were ten female respondents as the experimental group, given drink crown of god boiled water for 2 weeks (14 days), morning and evening as much as 200 ml. Checks performed on days 1, 5, 10, and 14 for administration. The results showed differences in the changes before and after the therapy given by the Wilcoxon test showed P value is 0,005 decision is if (P <0,05) then Ho is rejected. Then there is the influence of the crown of god boiled water of patient of high blood sugar or diabetes mellitus. The conclusion is crown of god boiled water can lower blood sugar levels. Keywords : Phaleria, Diabetes Mellitus, Blood Sugar Levels.
PENDAHULUAN Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan glukosa darah (gula darah) melebihi nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Diagnosis khas DM pada umunya adalah bahwa terdapat keluhan khas DM yaitu: poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya, dan keluhan
lainnya: kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada pria (Misnadiarly, 2006). World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita diabetes mellitus mencapai lebih dari 180 juta jiwa di seluruh dunia. Kejadian ini akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 2030 (WHO 2006). Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes mellitus terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Menurut data Depkes, jumlah pasien diabetes mellitus rawat inap dan rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes, RI 2005). 298
Hasil survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2% di pedesaan. Peningkatan ini seiring dengan peningkatan faktor resiko yaitu obesitas (kegemukan) kurang aktivitas fisik kurang konsumsi serat tinggi lemak, merokok, hiperkolestrol dan lainlain (DepKes RI, 2007). Diabetes Melitus terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan oleh life style atau gaya hidup. Ini berarti gaya hidup (life style) yang tidak sehat menjadi pemicu utama menigkatnya prevalensi DM. Bila dicermati, penduduk dengan obesitas mempunyai resiko terkena DM lebih besar dari penduduk yang tidak obesitas. Saat ini di seluruh dunia manusia semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Alam dari dulu sebenarnya telah menyediakan berbagai macam obat yang selama ribuan tahun dimanfaatkan manusia secara turun temurun. Manusia modernlah yang kemudian cendrung mengabaikan anugrah alam tersebut. Indonesia memiliki keanekaragaman tumbuhan yang dapat dijadikan obat tradisional salah satunya buah mahkota dewa. Belakangan ini mulai banyak diadakan penelitian tentang buah mahkota dewa sebagai salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang sangat banyak khasiatnya. Selain untuk diabetes mellitus, mahkota dewa juga dipercaya untuk mengobati kanker, penyakit hati dan tekanan darah tinggi (Saufi, 2007). Pertumbuhan buah mahkota dewa di Indonesia melebar luas di Indonesia, termasuk Kepulauan Riau sudah banyak terdapat buah mahkota dewa sehingga sangat mudah untuk menemukan tanaman obat ini serta dengan adanya penelitian ini masyarakat mampu mengetahui manfaat dari buah mahkota dewa tersebut.
melaporkan ekstrak buah mahkota dewa dalam pelarut etanol mengandung senyawa golongan flavonoid dan memiliki daya inhibisi aglukosidase sebesar 29,22%. Flavonoid dapat bersifat sebagai antidiabetes karena flavonoid mampu berperan sebagai senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, sehingga dapat mencegah kerusakan sel betta pankreas yang memproduksi insulin. Berdasarkan uraian diatas bahwa mahkota dewa merupakan salah satu alternatif terapi non farmakologi secara alamiah yang dapat menurunkan kadar gula dalam darah. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Pra eksperiment dengan rancangan penelitian one group pretest-posttest. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja puskesmas Tanjungpinang. Alat ukur dalam penelitian ini yaitu menggunakan Glukometer penelitian ini dilakukan selama 2 minggu dari tanggal 27 Mei hingga 9 Juni 2013 pada penelitian dilakukan pengecekan gula darah sebanya 4 kali dalam 2 minggu yaitu pada hari pertama, kelima, ke sepuluh, dan terakhir ke hari ke empat belas. Selama 15 hari responden di berikan terapi air rebusan buah mahkota dewa sebanyak 2 kali sehari yaitu 200 ml pagi dan 200 ml sore. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini membahas tentang gula darah sewaktu sebelum perlakuan dan gula darah sewaktu sesudah perlakuan pada 10 responden yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang.
Tabel 1 Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu Sebelum Perlakuan pada Penderita Diabetes Mellitus
No Responden 01 02 03 04 05
Wulandari (2005) melakukan fraksinasi terhadap ekstrak buah mahkota dewa dalam pelarut etanol yang mengandung flavonoid melalui analisis spektrum ultraviolet (UV) dan inframerah (IR) dalam septiawati (2008), 299
Jumlah GDS 403 mg/dl 194 mg/dl 244 mg/dl 195 mg/dl 317 mg/dl
06 07 08 09 10
321 mg/dl 262 mg/dl 332 mg/dl 383 mg/dl 325 mg/dl
02
03
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 10 orang penderita diabetes mellitus, dengan kadar gula darah sewaktu sebelum diberikan perlakuan di atas normal (70 – 140 mg/dl). Kadar gula darah paling tinggi dari data tersebut adalah responden nomor 01 yaitu 403 mg/dl dan yang paling rendah adalah responden nomor 02 yaitu 194 mg/
04
05
06
Tabel 2 Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu Sesudah Perlakuan Pada Penderita Diabetes Mellitus
No Responden 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
Jumlah GDS 159 mg/dl 139 mg/dl 140 mg/dl 113 mg/dl 226 mg/dl 147 mg/dl 181 mg/dl 161 mg/dl 238 mg/dl 169 mg/dl
Berdasarkan data tabel di atas, diketahui bahwa dari 10 orang penderita diabetes mellitus, dengan kadar gula darah sewaktu sesudah diberikan perlakuan. Kadar gula darah tertinggi yaitu pada nomor responden 09 (238 mg/dl). Tabel 3 Analisis Perbandingan Gula Darah Sewaktu Sebelum dan Sesudah Pemberian Air Rebusan Buah Mahkota Dewa terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus
No Respo n den 01
Jumla h GDS Pretes t
Jumlah GDS Postest 4
03 mg/dl
Renta ng Penur u nan
P Val ue
07
08
09
10
1
2 44 mg/dl
1 -104
40 mg/dl 1
95 mg/dl
1 -82
13 mg/dl 3
17 mg/dl
2 -91
26 mg/dl 3
21 mg/dl
1 -174
47 mg/dl 2
62 mg/dl 3
-81 1 -171
61 mg/dl 3
83 mg/dl
0,00 5
1 81 mg/dl
32 mg/dl
2 -142
38 mg/dl 3
25 mg/dl
-55
39 mg/dl
1 69 mg/dl
-159
Berdasarkan data tabel di atas, dapat dilihat terjadi penurunan dari rentang GDS yang sebelumnya responden merupakan penderita diabetes mellitus yang kadar gula darah di atas normal yaitu >140 mg/dl setelah pemberian air rebusan buah mahkota dewa. Saat ini terdapat 3 orang dari responden mengalami penurunan mencapai kadar gula darah normal yaitu berkisar antara 70 - 140 mg/dl dan pada responden yang lain mengalami penurunan yang sangat drastis, sebanyak 2 kali lipat seperti yang terjadi pada responden 01. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh P value 0.005 (<0,05), dengan demikian Ho ditolak. Maka ada pengaruh air rebusan buah mahkota dewa terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpinang tahun 2013.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1 59 mg/dl
1 94 mg/dl
-244
300
Sebelum diberikan air rebusan buah mahkota dewa terdapat jumlah kadar gula darah yang tinggi berkisar antara 194 mg/dl hingga 403 mg/dl dari 10 orang responden. Setalah di berikan air rebusan buah mahkota dewa terjadi penurunan pada penderita kadar gula darah tinggi, berkisar antara 113 mg/dl hingga 238 mg/dl dari 10 orang responden Ada pengaruh air rebusan buah mahkota dewa terhadap penurunan kadar gula darah pada 10 orang penderita diabetes mellitus dengan ρ Value 0,005. Saran Untuk masayarakat diharapkan mampu memahami fungsi Toga yang sebenarnya terdapat banyak di sekitar lingkungan masyarakat dengan demikian angka penderita DM akan menurun jika masyarakat tahu cara pengolahannya. Diharapkan adanya campur tangan pihak-pihak yang mengerti benar akan fungsi tanaman obat tradisional ini, dalam hal ini butuh bantuan pemerintah untuk mengembangkannya, dimana semakin maraknya obat-obatan kimia yang efek sampingnya malah menimbulkan gangguan lain. Serta bertujuan membantu masyarakat untuk mengerti fungsi dan kegunaan tanaman tradisional ini. Perlu dikembangkan penelitian yang serupa untuk mengetahui dosis pasti untuk menentukan seberapa besar dosis yang diberikan untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA Arjadi, F. (2010), Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Diabetes Yang Diberi Rebusan Daging Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa), Jurnal, Vol. 2, No.2, Juli-Desember 2010 Dharma Kusama Kelana, (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jak-Tim: CV. Trans Info Media, Hal: 197.
dalam Website www.permatagbkp.com, by Mangai Balaseragam. Hartika, Rolif. (2009). Aktifitas Inhibasi aGlukosidase Ekstrak Senyawa Golongan Flavonoid Buah Mahkota Dewa. Bogor. FKITB. Hal: 1 Hidayatullah Redha M, (2012). Pengaruh jus timun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas pancur RW 3 RT 1 kelurahan kampong baru. Skripsi tidak di terbitkan. STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/pres s-release/414-tahun-2030-prevalensidiabetes-melitus-di-indonesia-mencapai213-juta-orang.html Kawati R, 2012. Hubungan dukungan social keluarga dan koping keluarga dan koping lansia dengan kejadian stress pada lansia di kelurahan Tanjungpinang Barat kecamatan Tanjungpinang Barat Tahun 2013. Skripsi tidak di terbitkan. STIKES HANGTUAH TANJUNGPINANG. Lenny, S., (2006), Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida dan Alkaloida, Karya lmiah, Fakultas FMIPA, Universitas Sumatera Utara. 13 April 2013. Lidia, Sony, & Nurmeity (2013). Panduan Penyusunan Penyusuan Metodologi Riset Keperawatan. Tanjungpinang: Prodi S1. Mills Simon and Bone Kerry. 2000. Principles And Practice Of Phytotherapy Modern Herbal Medicine. London: Churchill Livingstone. p. 3 1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah Tanjungpinang.
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3
Gauden Galea, Dr. (WHO), 2005. Wabah Diabetes Mengancam Asia. Terdapat
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
301
PERBANDINGAN KEEFEKTIFAN BELIMBING MANIS DAN MENTIMUN TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG KOTA TANJUNGPINANG Yudith Rezki Noviansyah1,Yusnaini Siagian2, Nurul Husni3
ABSTRAK Data Dinkes Kota Tanjungpinang tahun 2009 – 2011 menunjukkan hipertensi merupakan penyakit peringkat ke-2 setelah ISPA. Kota Tanjungpinang menduduki peringkat pertama dengan jumlah penderita 13,04%. Pengobatan secara farmakologi yang memiliki banyak efek samping dan cukup mahal menjadi penghambat masyarakat melakukan terapi farmakologi maka dari itu terapi herbal adalah salah satu jalan pengontrolan tekanan darah secara hemat dan minim efek samping. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 – 30 Juni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perbedaan keefektifan dari belimbing manis dan mentimun terhadap tekanan darah penderita hipertensi. Jenis penelitian quasi experiment dengan rancangan Pre and Post Test Without Control. Subjek penelitian ini berjumlah 30 responden terbagi atas 15 responden untuk terapi belimbing manis dan 15 responden untuk terapi mentimun. Analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon matched paired test dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil menunjukkan terdapat pengaruh terapi belimbing manis terhadap penurunan tekanan darah sebesar 80% sedangkan pada terapi mentimun 73,7%. Tetapi tidak terdapat perbedaan keefektifan yang bermakna antara terapi belimbing manis dan mentimun. P value pada penelitian terapi belimbing manis dan mentimun ini adalah 0,000 dengan kesimpulan Ho ditolak. Kesimpulan terapi mentimun dan belimbing manis berkhasiat menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Kata Kunci : Terapi Belimbing manis, Terapi mentimun, Tekanan darah Tinggi.
ABSTRACT The data of Tanjungpinang City Health Office in 2009 - 2011 showed hypertension is a disease of the rank-2 after ISPA. Tanjungpinang city was first ranked its about 13.04% total of people. The Pharmacological treatment has many side effects and quite expensive become resistor of people doing the pharmacological treatment of the herbal therapy was one way to control blood pressure in saving and minimal side effects. This study was conducted on 24 to 30 June. This study aims to determine the effect and effectiveness sweet star fruit and cucumber on the blood pressure of hypertensive patients. This type of research design quasi-experiment with Pre and Post Test Without Control. The subjects were 30 respondents consisting of 15 responders used sweet star fruit therapy and 15 responders used cucumber therapy. Statistical analysis of the data using the Wilcoxon matched paired test with a significance level of 0.05. The results show there are significant sweet star fruit therapy to decrease blood pressure by 80% and 73.7% in the treatment of cucumber. But there is no significant difference between treatment effectiveness sweet star fruit and cucumber. P value on study therapy of sweet star fruit and cucumber are 0,000 rejected Ho .the Conclusion, therapy cucumber and sweet star fruit lowers blood pressure of hypertensive patients. Keyword : Sweet Star Fruit and, Cucumber Therapy, The Decrease Blood Pressure of Hypertensive
(yang sering juga disebut sebagai hipertensi
PENDAHULUAN Hipertensi
merupakan
kenaikan
primer
atau
hipertensi
idiopatik,
yang
intermitten atau berlarut – larut dalam tekanan
merupakan hipertensi paling umum) dan
darah diastolik maupuns sistolik, yang muncul
hipertensi sekunder
dalam dua tipe utama yaitu hipertensi esensial
302
(yang disebabkan oleh
penyakit ginjal atau penyebab lain yang bisa
dikarenakan memiliki efek samping yang
diidentifikasi).
minim. Beberapa contoh tumbuhan dan buah
Sebagian besar penderita hipertensi di
herbal yang dipercaya dapat menurunkan
Indonesia tidak terdeteksi, sementara bagi
tekanan darah tinggi antara lain belimbing
mereka yang terdata kurang menyadari tentang
manis (Averrhoa Carambola) dan mentimun
penyakitnya. Berdasarkan analisi prevalensi
(Cucumis
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
mengkudu, kumis kucing, bawang putih, daun
Pengembangan dan Kebijakan Kesehatan,
seledri, pegagan, daun selada air, buah alpukat
hasilnya menunjukkan bahwa 34,9% penduduk
dan lain – lain.
Indonesia
terkena
bunga
rosela,
buah
Prevalensi
Pada penelitian ini akan dilakukan
terbesar terdapat di propinsi Kepulauan Riau
pemberian belimbing manis dan mentimun
45,0%, Papua 24,7%, Jawa dan Bali sebesar
terhadap penderita hipertensi. Akan dilihat
22,24% dan Sumatera 9, 17%. Tingginya
efeknya setelah tujuh hari pemberian dan akan
tingkat kejadian hipertensi di daerah Kepulauan
dibandingkan keefektifan
Riau
manis dan mentimun. Hipotesis penelitian
disebabkan
hipertensi.
Sativus),
oleh
gaya
hidup
antar belimbing
masyarakatnya yang masih sangat sederhana
adalah
dan ilmu pengetahuan yang masih rendah
pemberian belimbing manis dan mentimun
dibandingkan di kota – kota besar. Berdasarkan
terhadap penderita hipertensi.
data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui
hanya
25%
yang
tidak
ada
perbedaan
pengaruh
Bahan dan Metode Penelitian
mendapat
Penelitian ini menggunakan desain
pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati
penelitian eksperimen semu (quasi experiment)
dengan baik (adequately treated cases).
dan menggunakan rancangan Pre and Post Test
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Without Control.
dapat ditanggulangi dengan dua cara yaitu
Populasi penelitian adalah wanita
dengan cara menggunakan farmakologi dan non
berumur 45 – 55 tahun dengan kategori
farmakologi (seperti terapi dengan herbal).
hipertensi
Terapi
oleh
89mmHg), hipertensi derajat I (140-159/90-99
hipertensi
mmHg), derajat II (160-179/100-109 mmHg)
herbal
masyarakat
banyak
dalam
digunakan
mengatasi
303
:
Pre
hipertensi
(130-139/85-
dan hipertensi derajat III (180 – 209/110-119
Jumlah
30
100,0
mmHg) dan tinggal di wilayah kerja puskesmas Sei Jang.
Sedangkan pada tabel 2 tampak terjadi Sampel yang diambil pada penelitian
penurunan tekanan darah pada masing masing
ini berjumlah 30 dengan menggunakan teknik
kelompok
purposive sampling. 15 sampel diberikan
belimbing manis mengalami penurunan tekanan
belimbing manis dan 15 sampel diberikan
darah dan masuk kedalam lingkup tekanan
mentimun. Subyek yang memenuhi kriteria
darah normal sedangkan pada kelompok sampel
inklusi akan mulai diberikan terapi selama 7
untuk pemberian mentimun 73,3% mengalami
hari, setelah itu akan dilakukan pemeriksaan
penurunan tekanan darah dan masuk kedalam
tekanan darah.
lingkup tekanan darah normal
Hasil Penelitian Pada Tabel 1 dapat kita lihat kategori
sampel.
80%
sampel
untuk
Tabel 2 Distribusi Keefektifan Belimbing dan Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
usia dan pekerjaan sampel yang telah diambil Pengaruh Terapi Belimbing
peneliti. Sebanyak 73,3% responden dalam
responden dalam kategori usia 45 - 50 tahun. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia dan Pekerjaan Penderita Hipertensi
Kategori
Jumla h
Persentas e (%)
8 22
26,7 73,3
30
100,0
Pengaruh Terapi Mentimun
Jumlah
12 3
80 % 20 %
15
100 %
Jumlah
• Penurunan TD • Tidak Ada Penurunan TD Jumlah
Usia 45 – 50 51 – 55
Persentas e
• Penurunan TD • Tidak ada Penurunan TD Jumlah
kategori usia 51 – 55 tahun dan 26,7%
N O 1
Jumlah
Persentas e
11 4
73,3 % 26,7 %
15
100 %
Tabel 3
2
Pekerjaan PNS Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
3 9 18
10,0 30,0 60,0
Distribusi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Belimbing Manis pada Penderita Hipertensi
304
T ekanan Darah
Ju mla h
L
-
Pers enta se (%) Seb elu m
Ju mla h
-
11
ingkupa n Normal
Pers enta se (%) Ses uda h
tatistik
73,3 %
,000
( Value)
0
P 1
re Hiperte nsi
6,7 %
1 6,7 %
responden dalam lingkup hipertensi derajat I tetapi setalah diberikan terapi menjadi 3 (20%) responden, pada hipertensi derajat II ada 3 (20%) responden sebelum diberikan belimbing manis dan setelah di berikan belimbing manis menjadi 0 (0%) responden sama dengan hipertensi derajat III yang sebelum diberikan belimbing manis mempunyai 1 (20%) responden tetapi setelah diberikan menjadi 0 (0%) responden. Pada pre hipertensi sebelum diberikan belimbing manis terdapat 1 (6,7%) responden dan setelah diberikan masih terdapat 1 (6,7%) responden pada pre hipertensi ini. Tabel 4 Distribusi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Mentimun pada Penderita Hipertensi Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
Ju mla h
Pers enta se (%) Seb elu m
Ju mla h
-
-
11
-
-
-
H ipertens i Derajat I
10
3 66,6 %
20%
Tekana n Darah
H ipertens i Derajat II
3
L -
20% H
ipertens i Derajat III
1
6,7 %
re Hiperte nsi
ipertens i Derajat I
ipertens i Derajat IV
-
15
100 %
12
100 %
H 2
H Berdasarkan tabel 3 dapat kita lihat perbedaan antara sebelum dan sesudah pemberian belimbing manis. Sebelum diberikan belimbing manis terdapat 10 (66,7%)
305
13,3 %
1
ipertens i Derajat II
ipertens i Derajat III
3 20%
H 15
80%
1 6,7 % -
6,7 %
S tatistik ( Value)
73,3 % ,000
-
P
H
Jumlah
ingkupa n Normal
Pers enta se (%) Ses uda h
-
0
sehingga semakin meningkatkan kemungkinan terkena penyakit kerdiovaskuler, termasuk hipertensi.
H ipertens i Derajat IV Jumlah
15
100 %
15
100 %
Pada tabel 4 dapat kita lihat sebelum diberikan mentimun terdapat 12 (80%) reponden hipertensi derajat I setelah diberikan mentimun responden yang berada dalam lingkup hipertensi derajat I menjadi 3 (20%) responden. 2 (13,3%) responden pada hipertensi derajat II menjadi 1 (6,7%) setelah diberikan mentimun. Responden dengan hipertensi derajat III terdapat 1 (6,7%) responden tetapi setelah diberikan mentimun responden pada hipertensi derajat III menjadi 0 (0%) responden. Hasil yang didapat dari pengolahan data terhadap 30 responden dengan menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan hasil 𝜌𝜌 value 0,000. Keputusannya adalah jika nilai 𝜌𝜌 ≤ 𝛼𝛼 = 0,05, maka keputusannya adalah Ho ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan pengaruh antara variabel independen mentimun dan variabel independen belimbing manis. PEMBAHASAN A.
Analisa Univariat
Usia dominan responden adalah 51 – 55 tahun dengan jumlah responden mencapai 73,3% dan 26,7% pada usia 45 – 50 tahun. Dari kategori usia dapat dilihat bahwa wanita yang mulai atau sudah memasuki periode menopause memiliki resiko atau kemungkinan lebih besar menderita hipertensi, ini dikarenakan menurunnya produksi hormon estrogen yang “melindungi” wanita, hormon estrogen ini berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein) (Hidayatullah, 2012). Efek perlindungan estrogen ini adalah melindungi pembuluh darah dari proses terbentuknya aterosklorosis sehingga wanita lebih jarang menderita penyakit kardiovaskuler. Semakin bertambahnya usia juga mengurangi keelastisan dari pembuluh darah itu sendiri
Ibu rumah tangga merupakan responden yang paling banyak dalam penelitian ini yaitu 60% diikuti oleh wiraswasta 30% dan PNS 10%. Banyaknya responden dari kalangan ibu rumah tangga menimbulkan dugaan pekerjaan rumah yang secara terus menerus dan monoton yang responden lakukan setiap hari menimbulkan kejenuhan dan stress pada mereka. Stress dan kejenuhan dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu karena adanya pelepasin hormon adrenalin dan nor-adrenalin (hormon stress) yang bersifat vasokontriksi. Penelitian ini menggunakan alat bantu yaitu spygnomanometer dan stethoscope, peneliti menggunakan spygnomanometer yang berjenis jarum. Peneliti memerlukan waktu tujuh hari untuk mendapatkan sampel yang diinginkan yaitu pada tanggal 17 Juni - 23 Juni dan peneliti mendapatkan bantuan seorang teman dalam melakukan pengambilan sampel ini. Pemberian terapi dilakukan selama 7 hari berturut – turut pada tanggal 24 – 30 Juni dengan cara mengantarkan terapi ke rumah sampel. Pengantaran terapi dilakukan peneliti dibantu oleh seorang teman peneliti dan terapi ini diberikan 2 kali dalam sehari, pada pagi dan sore hari. Menurut teori kedua variabel tersebut sangat efektif dalam menurunkan tekanan darah dikarenakan kandungan yang terdapat pada masing – masing variabel, seperti kalium dan magnesium. Belimbing manis dan mentimun ini dapat diberikan kepada responden dalam bentuk jus maupun buah utuh tergantung keinginan responden, ini dikarenakan tidak ada perubahan kandungan buah baik sebelum maupun sesudah di jus. Setelah 7 hari berturut – turut melakukan terapi belimbing manis dan mentimun tampaklah efek penurunan tekanan darah pada responden. Setelah dilakukan pretest didapatkan responden yang paling banyak terdapat pada hipertensi derajat I (76,7%), diikuti oleh hipertensi derajat II (16,7%) sedangkan pre hipertensi dan hipertensi derajat III 306
memilki jumlah responden yang sama (3%). Responden mengatakan semenjak mengikuti terapi responden lebih sering buang air kecil (BAK). Ini dikarenakan belimbing manis dan mentimun mengandung mineral yaitu potassium, magnesium dan fosfor. Magnesium dan fosfor dapat membantu merelaksasikan pembuluh darah sehingga memperlebar pembuluh darah dan melancarkan peredaran darah. Pemanfaatan belimbing manis dan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui air seni), ini dikarenakan mentimun dan belimbing manis bersifat diuretik (Wijoyo,2011).
belimbing manis dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. 2. Setelah diberikan perlakuan terapi mentimun didapatkan 73,7% responden pada lingkupan tekanan darah normal dan ini membuktikan efektifnya belimbing manis dalam menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. 3. Tidak ada perbedaan keefektifan yang berarti antara pemberian terapi belimbing manis dan mentimun terhadap penderita hipertensi. Normal kadar asam urat. Saran Setelah dilakukan penelitian, peneliti menyimpulkan beberapa saran yaitu : 1.
B.
Analisa Bivariat
Pada kelompok terapi belimbing manis terjadi penurunan tekanan darah pada lingkup normal sebanyak 80 %, sedangkan 20 % masih dalam lingkup hipertensi. Untuk kelompok terapi mentimun, responden yang masuk kedalam lingkup tekanan darah normal berjumlah 73,7% sedangkan yang tidak masuk kedalam lingkupan tekanan darah normal berjumlah 26,7%. Kandungan kalium di dalam kedua variabel tidak berbeda jauh, di dalam belimbing manis terkandung 130 mg kalium/100 gram sedangkan pada mentimun 122 mg kalium/100 gram. Tidak adanya perbedaan yang bermakna dikarenakan hanya terdapat 1 perbedaan jumlah responden yang mengalami penurunan tekanan darah antara pemberian belimbing manis (80%) maupun mentimun (73,7%) juga sejalan dengan hasil uji Wilcoxon. Taraf signifikansi pada penelitian ini adalah 0,05 dan 𝜌𝜌 value pada penelitian ini adalah 0,000 dengan kesimpulan Ho ditolak. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Setelah diberikan perlakuan terapi belimbing manis didapatkan 80% responden pada lingkupan tekanan darah normal dan ini membuktikan efektifnya
Untuk institusi pendidikan, Diharapkan kampus lebih mengembangkan ilmu herbal dan kontemporer agar dapat menambah wawasan mahasiswa didikannya. 2. Untuk institusi kesehatan, Diharapkan penelitian ini dapat memperkuat pertimbangan untuk dikembangkannya pengobatan herbal dalam pelayanan puskesmas terkait
DAFTAR PUSTAKA Burn, N., & Grove, S. K. (2005). The practice of nursing research: conduct, critique, and utilization. Missouri: Elsevier Saunders. Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodelogi Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info Media: Jakarta Timur Kemenkes. (2010). Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. http://www.depkes.go.id. Di akses: 5 April 2013. Dalimartha, Setiawan. (2008). 1001 Resep Herbal. Jakarta : Penebar Swadaya. Guyton, Arthur C, (1990). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi 3. Jakarta: EGC
307
Hariana, Arief, (2004). Tumbuhan Obat & Khasiatnya, Seri 1 .Depok: Penebar Swadaya. Herlinawati, Yuni , (2006). Terapi Jus Untuk Kolesterol Plus Ramuan Herbal. Jakarta: Puspa Swara. Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hidayatullah, M Redha. (2012). Pengaruh Jus Timun Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Panncur. Skripsi Tidak diterbitkan. Tanjungpinang. STIKES Hang Tuah.
Soenanto, Hardi, (2009). 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam urat, dan Obesitas. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sutanto, (2010). Cekal (Cegah & Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Wati, Lidia, (2013). Panduan Penyusunan Metodologi Riset Keperawatan. Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Widharto, (2009). Bahaya Hipertensi. Klaten: PT Sunda Kelapa Pustaka. Wijayakusuma H.M Hembing, dan Dalimartha (2008). Ramuan Tradisional untuk Penobatan Darah Tinggi, cetakan XIII, Jakarta : Penebar Swadaya.
M. Wijoyo, Padmiarso, (2011). Rahasia Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Bogor: Bee Media AGRO.
William, L. & Wilkins. (2011). Memahami Berbagai Macam Penyakit, Jakarta : PT. Indeks
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
YGDI.
(2013). The Indonesian Diatrans Kidneys Foundation. Diperoleh tanggal 12 April 2013
Kompas, (2006). Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. 1
Permadi, Adi, (2006). Tanaman Obat Pelancar Air Seni. Jakarta: Penebar Sebaya.
Tanjungpinang. 4
Potter
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah
& Perry, (2005). Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
5
Smeltzer & Bare, (2001). Buku Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
308
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan 1.
Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Pendahuluan : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara Metodologi pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar. : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Hasil tersebut dengan penelitian lain. Dan Pembahasan : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil Daftar Pustaka tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk). 3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang. 4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea. 5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. 6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12). 8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. 10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN
Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah. Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan
Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
…
Nama dan alamat untuk percetakan ulang ………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama:
……………………………….
Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Nama Alamat
:……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan
Tgl. Pesanan :…………………….
…………………..