Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014
ISSN : 2086-9703
JURNAL KEPERAWATAN • Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang • •
• • • •
Rawat Inap Rsud Kota Tpi Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015 Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014 Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
Penerbit: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Tanjungpinang Kepulauan Riau, Indonesia
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG VOLUME 4 NOMOR 1 TAHUN 2014
PENELITIAN Hubungan Karakteristik Responden Dan Switching Barrier Dengan Repurchase Intention Diruang Rawat Inap Rsud Kota Tpi
HAL 381-403
(Liza Wati, Ernawati, Meily Nirna Sari)
Pengaruh Metode Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction (ATI) Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Stikes Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015
404-418
(Nur Meity Sulistia Ayu)
Pemberian Teknik Mulligan Dan Soft Tissue Mobilization Lebih Baik Daripada Hanya Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan Lingkup Gerak Sendi Ekstensi, Rotasi, Lateral Fleksi Cervical Pada Mechanical Neck Pain
419-436
(Sudaryanto)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi SDN 011 Kelas V dan VI Tanjungpinang Barat
437-449
(Wasis Pujiati, Ernawati, Daratullaila)
Pengaruh Rebusan Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang
450-466
(Zurrahman, Lidia Wati, Komala Sari)
Pengaruh Air Rebusan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tanjungpinang Tahun 2014
467-478
(Urai Muhamad Bawadi, Soni Hendra Sitindaon, Komalasari)
Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang (Ivana Arleni, Nur Meity, Zakiah Rahman)
479-488
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Terbit dua kali setahun pada bulan Januari dan Juli Penanggung Jawab : Heri Priatna Penasehat : Nur meity Sulistia Ayu Penyunting : Ketua : Ernawati Sekretaris : Rian Yuliana Bendahara : Ria Muazizah Penyunting Pelaksana : Wasis Pujiati Liza Wati Yusnaini Siagian Hotmaria Julia Dolok Pasaribu Linda Widiastuti Pelaksana Tata Usaha: Siti Halimah Cian Ibnu Sina Ummu Fadhilah Distribusi dan Pemasaran : Agus Bahtiar Ade Pardi Anas Fajri
Alamat Redaksi: STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Jl. Baru Km.8 atas Tanjungpinang 29122 Kepulauan Riau - Telp / Fax. (0771) 8038388
PRAKATA Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang berfungsi untuk memfasilitasi para penulis ilmiah keperawatan dan non keperawatan menghasilkan karya-karya terbaiknya melalui penulisan karya ilmiah untuk menambah pengetahuan dan wawasan keperawatan. Bertolak dari pandangan diatas maka Stikes Hang Tuah Tanjungpinang merasa perlu memberikan wadah bagi para dosen/peneliti dalam bidang keperawatan baik dari Stikes Hang Tuah Tanjungpinang maupun dari luar untuk turut menyebarluaskan hasil penelitiannya. Diharapkan Jurnal Keperawatan yang diterbitkan oleh Stikes Hang Tuah ini mampu menambah khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan dan menambah motivasi bagi para dosen-dosen yang lain agar melakukan penelitian. Pembaca yang budiman, semoga jurnal ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi pembaca. Kami mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam penulisan jurnal. Oleh karena itu tak lupa kami mohon saran dan kritik demi kelancaran penerbitan edisi jurnal keperawatan berikutnya.
Tanjungpinang, Januari 2014 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Drs. Heri Priatna, SStFT,SKM, MM
HUBUNGAN KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SWITCHING BARRIER DENGAN REPURCHASE INTENTION DIRUANG RAWAT INAP RSUD KOTA TPI Liza Wati1, Ernawati2, Meily Nirna Sari3
ABSTRAK Pertumbuhan dan perubahan lingkungan eksternal menyebabkan persaingan terhadap mutu pelayanan antara rumah sakit secara global. Meningkatnya sosial ekonomi, pendidikan, perkembangan pola penyakit, teknologi kesehatan, dan trend berobat keluar negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan Karakteristik Responden dan Switching Barrier dengan repurchase intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015. Desain penelitian korelasional. Sampel 66 responden dengan propporsional random sampling. Alat ukur kuesioner dengan 43 pertanyaan. Analisis data univariat, korelasi Spearman dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi karakteristik responden yaitu jarak (p=0,001), biaya pengobatan (p=0,000) dan pengalaman rawatan (p=0,000) dengan repurchase intention. Terdapat korelasi switching barrier dengan repurchase intention yaitu dimensi Alternative of attractiveness (p=0,001) dan interpersonal relathionship (p=0,000) dimana korelasi yang paling kuat adalah pada dimensi interpersonal relathionship dengan nilai koefesien korelasi r = 0,500. Rekomendasi bagi manajemen keperawatan harus inovatif mengembangkan strategi switching barrier yang sudah seperti peningkatan hubungan perawat pasien, caring perawat dan responsif perawat terhadap pasien. Kata kunci Daftar Pustaka
: Switching barrier, pelayanan keperawatan, repurchase intention pasien : (1987- 2014)
Pertumbuhan dan perubahan eksternal
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
rumah sakit meningkatkan persaingan antara Rumah sakit adalah bagian integral dari rumah sakit dengan memberikan pelayanan suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan berkualitas. Meningkatnya sosial ekonomi, fungsi
menyediakan
pelayanan
paripurna pendidikan, perkembangan pola penyakit,
(komprehensif) (WHO,2010), penyembuhan teknologi kesehatan, dan trend berobat keluar penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit negeri menjadi peluang sekaligus ancaman bagi (preventif) kepada masyarakat (Ahira, 2012). rumah sakit dalam mempertahankan pasiennya. Investasi
pada rumah sakit dalam beberapa Tuntutan inilah yang mendorong manajemen
tahun
terakhir
ini
banyak
diminati. rumah sakit untuk meningkatkan kualitas
Pertumbuhan rumah sakit sejak tahun 2008 – pelayanannya (Trisnantoro, 2005). 2010 cendrung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sekitar 1,14%. 381
Peningkatan
kualitas
akan
teknologi
dan
strategi
diferensiasi
dari
meningkatkan minat penggunaan jasa kembali
perusahaan menyebabkan switching barrier
oleh pasien (repurchase intention). Menurut
menjadi faktor penting bagi loyalitas konsumen
Soderlund dan Ohman, 2003., Hicks, dkk ,
(Aydin dan Ozer, 2005). Menurut Bloemer et al
(2005) minat menggunakan jasa kembali
(1998) dalam industri yang dikategorikan
(repurchase
Intention)
merupakan
sikap
memiliki switching barrier yang rendah
bagaimana
seseorang
akan
konsumennya akan kurang loyal dibanding
berperilaku (loyal) dimasa yang akan datang
industri jasa dengan switching barrier yang
dan
tinggi.
mengenai
komitmen
tersebut
muncul
setelah
konsumen melakukan pembelian jasa dan
Strategi
rumah
sakit
untuk
timbul karena kesan positif terhadap jasa yang
meningkatkan switching barrier dari segi
didapat.
jumlah dan mutu pelayanan pada ruang Upaya mempertahankan pasien lebih
perawatan perlu ditingkatkan lagi untuk tahun
efesien dan efektif dibanding mendapatkan
2015. Laporan RSUD Kota Tanjungpinang
pasien baru (Hasan, 2008; Lele dan Sheth,
Tahun 2012-2013 terjadi penurunan kunjungan
1995). Banyak perusahaan kehilangan 25 %
pasien baru dan pasien lama dan diikuti juga
langganan
penurunan
mereka
setiap
tahun,
dengan
kinerja
pelayanan
kesehatan.
perkiraan biaya mencapai $2 hingga $4 miliar
Berdasarkan kinerja rawat inap dari tahun 2008
dan
dapat
– 2013 yaitu BOR rata-rata 66,5 % (cendrung
menelan biaya lima kali lipat lebih besar
menurun). Pelayanan keperawatan yang belum
dibandingkan
dan
sesuai dengan standar pelayanan minimal
mempertahankan pelanggan lama (Kotler &
(SPM), tindakan keperawatan yang dilakukan
Keller, 2009). Sejumlah faktor berperan dalam
belum sesuai dengan standar operasional
masalah minat pelanggan selain faktor kualitas
prosedur,
layanan,
oleh
melaksanakan tindakan keperawatan belum
karakteristik pelanggan, nilai pelanggan, dan
sesuai dengan SAK. Adanya rumah sakit
hambatan pindah (switching barrier) (Budi
pemerintah yang mulai dibangun, rumah sakit
Suharjo dalam Palupi, 2006). Perubahan
swasta dan klinik-klinik pengobatan, serta trend
mengakuisisi
yaitu
pelanggan
baru
memuaskan
dipengaruhi
juga
382
kepatuhan
perawat
dalam
masyarakat berobat keluar negeri ini menjadi
Variabel
ancaman minat pasien berobat di RSUD Kota
Variabel dependen adalah repurchase intention
Tanjungpinang.
(7
item
pernyataan),
variabel
independen adalah karakteristik responden dan switching barrier (36 item pernyataan).
BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Rancangan untuk
penelitian
menganalisis
korelasional.
hubungan,
HASIL PENELITIAN
kekuatan
Analisis Univariat
hubungan, arah hubungan atau prediksi besaran
Karakteristik Responden
perubahan yang terjadi pada variabel terikat jika variabel
bebas
berubah
Tabel 5.1 .1 Distribusi Frekuensi
(Dharma,2011).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Karakteristik Responden di Ruang Rawat Inap
hubungan antara karakteristik responden dan
RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)
switching barrier dengan repurchase intention Karakteristik
diruang rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.
f
%
31
47,0
26
39,4
9
13,6
Responden Umur
Waktu dan Tempat Penelitian
Dewasa Awal (
Penelitian dilakukan diruang rawat inap RSUD
Kota
Tanjungpinang
yaitu
18-40 tahun)
:
Dewasa Madya (
Bougenville, Teratai, Dahlia, dan Anggrek. Waktu penelitian
41-60 tahun)
pada bulan April s/d Juli
Dewasa Akhir ( >
2015.
60 tahun )
Populasi dan Sampel
Jenis Kelamin
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap RSUD Kota Tanjungpinang.
Laki - laki
32
48,5
Sampel 66 orang pasien dengan teknik proporsi
Perempuan
34
51,5
Pendidikan
random sampling.
383
Rendah
(SD
-
menggunakan asuransi (83,3 %) dan lebih dari 46
69,7
SMP )
separuh pernah dirawat (60,6 %).
Tinggi ( SMA - PT
Repurchase intention 20
30,3
)
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Repurchase
Pekerjaan
intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota
Bekerja
51
77,3
Tidak bekerja
15
22,7
Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)
Jarak tempat tinggal
No
Kategori
f
%
Dekat ( < 5 KM )
36
54,5
1.
Minat
38
57,6
Jauh (> 5 KM )
30
45,5
2.
Kurang minat
28
42,4
66
100
Sumber
biaya
pengobatan Asuransi
55
83,3
Pribadi
11
16,7
Berdasarkan tabel 5.1.2 Berdasarkan tabel didapatkan sebagian besar pasien yang
Pengalaman rawatan 40
60,6
26
39,4
cendrung
Pernah
minat
menggunakan
kembali
pelayanan keperawatan yaitu sebanyak 40
Tidak pernah 66
100
orang (60,6 %). Switching
Berdasarkan tabel 5.1.1 dapat diketahui
Barrier
dan
dimensi
Switching Barrier
bahwa responden terbanyak berasal dari
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Responden
kelompok umur dewasa awal (47 %), jenis
Berdasarkan Switching Barrier Ruang Rawat
kelamin perempuan
Inap RSUD Kota Tanjungpinang Tahun 2015
(51,7%), berpendidikan
tinggi ( 69,7 %), dan bekerja
(n=66)
(77,3 %).
Berdasarkan jarak tempat tinggal sebagian besar responden didapatkan tinggal dekat dari rumah
sakit
(54,5%),
pada
Berdasarkan tabel didapatkan sebagian
umumnya
besar switching cost tinggi (50%), Alternative 384
of attractiveness tinggi (54,5%),, interpersonal
intention di Ruang Rawat Inap RSUD Kota
relathionsip baik (60,6%), service recovery
Tanjungpinang Tahun 2015 (n=66)
Kategori
F
% Variabel Independen
Switching cost Tinggi
33
50,0
Rendah
33
50,0
r
p value
Karakteristik responden
Alternative
of
attractiveness Tinggi
36
54,5
Rendah
30
45,5
Interpersonal relationship
Umur
0,153
0,221
Jenis Kelamin
0,097
0,440
Pendidikan
0,234
0,058
Pekerjaan
0,338
0,120
Jarak tempat tinggal
0,386
0,001
0,466
0,000
Pengalaman rawatan
0,500
0,000
Switching Barrier
0,509
0,000
Switching cost
0,184
0,139
of 0,386
0,001
0,500
0,000
0,234
0,058
Baik
40
60,6
Sumber
Kurang baik
26
39,4
pengobatan
biaya
Servive recovery Baik
46
Kurang Baik
20
69,7 30,3 Alternative
Switching barrier
attractiveness
Tinggi
36
54,5
Interpersonal
Rendah
30
45,5
relationship
66
100
Servive recovery
baik (69,7%) dan switching barrier
tinggi Pada
(54,5%). Analisis Korelasi Bivariat
tabel
5.2.2
didapatkan
karakteristik umur (p value = 0,221), jenis
Tabel 5.2.1 Hubungan karakteristik responden
kelamin (p value = 0,440), pendidikan (p value
dan Switching barrier dengan Repurchase
= 0,058) dan pekerjaan (p value = 0,120) artinya
385
tidak ada korelasi yang signifikan dengan
korelasi yang signifikan antara pengalaman
repurchase intention.
rawatan dengan repurchase intention, kekuatan
Pada
tabel
5.2.1
menunjukkan
hubungan yang kuat dan arah hubungan positif
koefesien korelasi jarak dengan repurchase
artinya semakin sering dirawat repurchase
intention pasien didapatkan nilai r = 0,386
intention tinggi.
dengan p value 0,000 (p value < 0,05).
Menunjukkan
koefesien
korelasi
Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan
Switching barrier dengan repurchase intention
antara jarak dengan repurchase intention
pasien didapatkan nilai r = 0,509 dengan p value
dengan kekuatan hubungan cukup dan arah
0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
hubungan positif yang artinya semakin dekat
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
jarak pasien di RSUD Kota Tanjungpinang
korelasi yang signifikan antara switching
memiliki repurchase intention yang tinggi.
barrier dengan repurchase intention dengan
Pada
menunjukkan
kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan
biaya dengan
positif yang artinya semakin tinggi switching
repurchase intention pasien didapatkan nilai r =
barrier di RSUD Kota Tanjungpinang maka
0,466 dengan p value 0,000 (p value < 0,05).
semakin tinggi repurchase intention
koefesien
tabel
korelasi
5.2.1 sumber
Kesimpulannya ada korelasi yang signifikan antara
sumber
didapatkan
untuk
mengetahui hubungan Switching cost dengan
intention dengan kekuatan hubungan cukup dan
repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184
arah hubungan positif yang artinya pasien yang
dengan p value = 0,139 yang lebih besar dari
menggunakan
Kota
nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
Tanjungpinang memiliki repurchase intention
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
yang tinggi.
Switching cost dengan repurchase intention.
asuransi
tabel
dengan
analisis
repurchase
Pada
biaya
Hasil
di
5.2.1
RSUD
Hasil
menunjukkan
analisis
Alternative
untuk
koefesien korelasi pengalaman rawatan dengan
mengetahui
repurchase intention pasien didapatkan nilai r =
attractiveness dengan repurchase intention
0,500 dengan p value 0,000 (p value0,05).
pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil ini ada
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05). 386
hubungan
didapatkan
of
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
antara service recovery dengan repurchase
korelasi yang signifikan antara Alternative of
intention .
attractiveness dengan repurchase intention
PEMBAHASAN
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
Hubungan
kekuatan hubungan yang kuat dan arah
Karakteristik
Pasien
dengan Repurchase Intention
hubungan positif yang artinya semakin baik
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
Alternative of attractiveness maka semakin
bahwa tidak ada hubungan antara usia dengan
tinggi repurchase intention
repurchase intention. Sejalan dengan penelitian Munawaroh tentang analisis karakteristik dan
Hasil mengetahui
analisis
didapatkan
hubungan
untuk
kepuasan responden dengan loyalitas bahwa
interpersonal
tidak ada hubungan umur dengan kesetian
intention
dalam penggunaan pelayanan kesehatan dengan
pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value
p value= 0,43. Dalam penelitian ini sebagian
= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
besar responden
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
dewasa awal (18 – 40 tahun ).
relationship
dengan
repurchase
korelasi yang signifikan antara interpersonal
berada pada rentang usia
Laporan survei kesehatan rumah tangga
intention
(SKRT) tahun 2001 menyatakan 39 %
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
penduduk yang mengalami disabilitas atau
kekuatan hubungan yang kuat
dan arah
gangguan fungsi tubuh, 30 % diantaranya pada
hubungan positif yang artinya semakin baik
golongan umur di bawah 35 tahun, meningkat
interpersonal
dengan bertambahnya umur & mencapai 80 %
relationship
dengan
repurchase
relationship
semakin
tinggi
pada golongan umur 65 tahun keatas. Dengan
repurchase intention. Hasil
analisis
didapatkan
untuk
hasil laporan SKRT ini dapat disimpulkan
mengetahui hubungan service recovery dengan
bahwa semakin meningkat usia, semakin besar
repurchase intention pasien diperoleh nilai r =
pula kebutuhan akan pelayanan kesehatan,
0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih besar
sehingga kemungkinan untuk pemanfaatan
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit akan
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
tinggi dan hal ini dapat mencerminkan loyalitas 387
apabila
pemanfaatan
tersebut
dilakukan
terhadap rumah sakit yang sama.
penelitian ini homogen pada jenis kelamin pria, sehingga bias dalam informasi yang dihasilkan
Hasil penelitian ini menyatakah bahwa
mungkin saja terjadi.
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
minat penggunaan pelayanan kembali oleh
bahwa
responden. Penelitian ini sama juga dengan
pendidikan
hasil penelitian Munawaroh bahwa tidak ada
Penelitian
hubungan jenis kelamin dengan loyalitas atau
Munawaroh
bahwa
tidak
minat
pendidikan
dengan
loyalitas
menggunakan
pelayanan
kesehatan
tidak
terdapat
dengan ini
juga
hubungan
repurchase didukung ada
antara intentio.
peneliyian hubungan pasien
(p
kembali (p value=0,964). Pada penelitian ini
value=0,964). Hal ini dapat disebabkan oleh
sebagian besar perempuan sebagai ibu rumah
kemungkinan pasien datang kembali berobat ke
tangga yang bukan pengambil keputusan,
RSUD Kota Tanjungpinang karena pengaruh
sehingga dimana mereka mencari dan memilih
sumber
rumah
pengalaman dirawat sebelumnya.
sakit
sebagai
tempat
pelayanan
tergantung dari suami atau yang berperan sebagai pengambil keputusan.
biaya
pengobatan,
jarak
dan
Berbeda dengan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh
Chandra (2010) dalam penelitiannya
Harun dan Yusrizal (2001), yang mengatakan
menyetujui tidak adanya perbedaan antara
bahwa pendidikan memiliki hubungan dengan
pasien dengan jenis kelamin wanita atau pria
loyalitas pelanggan. Sehubungan dengan ini,
terhadap perilaku loyal pasien tersebut. Namun
Setiawan (2011) menjelaskan bahwa salah satu
Kotler & Keller (2009) menyatakan konsumsi
faktor yang memegang peranan di dalam
dan selera seseorang dibentuk oleh jenis
pembentukan perilaku adalah faktor intern,
kelamin dan Supriyanto dan Ernawaty (2010)
seperti kecerdasan atau pengetahuan, dan
juga menyatakan ada perbedaan tertentu antara
kecerdasan atau pengetahuan tersebut dapat
wanita dan laki-laki, misalnya dalam perbedaan
diasah melalui pendidikan.
kebutuhan, keinginan dan harapan. Perbedaan
Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
pendapat ini dengan hasil penelitian mungkin
bahwa tidak adanya hubungan antara pekerjaan
terjadi karena distribusi jenis kelamin pada
pasien terhadap minat penggunaan kembali 388
pelayanan
keperawatan
Kota
yang dekat akan mempengaruhi bagi pencari
Tanjungpinang. Pasien yang bekerja atau tidak
pelayanan kesehatan untuk berkunjung. Suatu
bekerja lebih banyak menggunakan kartu BPJS
studi mengatakan bahwa alasan yang penting
sementara RSUD Kota menjadi salah satu
untuk memilih rumah sakit adalah yang dekat
tempat rujukan pasien untuk berobat. Berbeda
dengan lokasi. Keputusan untuk memanfaatkan
dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Harun
pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari
dan Yusrizal (2001), yang mengatakan bahwa
kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang
pekerjaan memiliki hubungan dengan loyalitas
dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan
pelanggan.
kesehatan. Konsumen sering tergantung kepada
Hasil
penelitian
di
ini
RSUD
menunjukkan
informasi
bahwa terdapat hubungan antara jarak tempat
pelayanan
tinggal pasien dengan repurchase intention,
profesinya.Faktor-faktor lain yang berpengaruh
semakin dekat jarak tempat tinggal pasien dari
antara lain pendapatan, harga, lokasi, dan mutu
RSUD Kota Tanjungpinang maka pasien akan
pelayanan (Mills, 1990).
cenderung menggunakan kembali pelayanan
yang
disediakan
kesehatan
Hasil
penelitian
oleh
institusi
ditambah
dengan
ini
menunjukkan
keperawatan. Hasil penelitian sejalan dengan
bahwa terdapat hubungan antara sumber biaya
penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal
pengobatan
(2001), yang menyatakan bahwa jarak tempat
dimana responden dengan sumber biaya
tinggal pasien dengan rumah sakit memiliki
pengobatan asuransi cenderung menggunakan
hubungan
pelanggan.
kembali pelayanan keperawatan di RSUD Kota
Kemudian Guswan (2009) dalam penelitiannya
Tanjungpinang. Hasil penelitian ini juga dapat
tentang loyalitas pasien di RS Gigi Mulut
dipengaruhi oleh mayoritas responden yang
Pendidikan Universitas Trisakti Tahun 2009,
bekerja
juga menyatakan adanya pengaruh yang
menggunakan sumber biaya pengobatan dari
signifikan antara jarak tempat tinggal pasien
asuransi atau perusahaan tempat mereka
dengan loyalitas.
bekerja yang telah menjalin kerjasama dengan
dengan
loyalitas
Lokasi adalah yang paling diperhatikan
dengan
sebagai
repurchase
karyawan
intention,
swasta
dan
RSUD yang ada di kota Tanjungpinang seperti
bagi pencari pelayanan kesehatan karena jarak 389
RSUD Provinsi, RSAL Dr. Midiyato,S dan
sebelumnya.
Karena
termasuk RSUD Kota Tanjungpinang.
merupakan
penyebab
Hasil
penelitian
sejalan
faktor
pengalaman
perubahan
dalam
dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku. Pengalaman
penelitian sebelumnya oleh Harun dan Yusrizal
yang menyenangkan selama dirawat di rumah
(2001), yang mengatakan bahwa penanggung
sakit mempunyai efek yang bermakna pada
biaya memiliki hubungan dengan minats
persepsi pasien terhadap mutu.
pelanggan. Kemudian Guswan (2009) dalam
Rangkuti (2006), bahwa kebutuhan
penelitiannya tentang loyalitas pasien di RS
merupakan
Gigi Mulut Pendidikan Universitas Trisakti
pelanggan melakukan pembelian, sedangkan
Tahun 2009, juga menyatakan adanya pengaruh
sikap
yang
kemampuan atribut suatu produk atau merk
signifikan
antara
sumber
biaya
pengobatan dengan loyalitas. Berdasarkan
tujuan
adalah
yang
evaluasi
menggerakkan
pelanggan
atas
alternative dalam memenuhi kebutuhan itu, rawatan
dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
diketahui bahwa sebagian besar responden
kebutuhan mempengaruhi sikap dan sikap
(60,6 %)
pernah dirawat di RSUD Kota
mempengaruhi perilaku pembelian. Setiap
Tanjungpinang sebelumnya, nilai p value 0,142
pasien sebagai pelanggan akan mempunyai
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan
respon terhadap evaluasi yang dirasakan antara
antara
repurchase
harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang
intention. Namun sikap positif pasien terbentuk
dirasakan saat dirawat. Dan mereka akan
melalui pengalaman yang diperoleh selama
membandingkan
menerima pelayanan,
untuk
diharapkan
membentuk pasien yang setia maka rumah
(performa).
sakit
lama
harus
pengalaman
rawatan
dengan
sehingga
(expectation)
layanan dan
yang kinerja
sebaik-baiknya
Harapan yang dimaksud berasal dari
memberikan pelayanan berkualitas yang sesuai
banyak faktor (Zeithaml et al., 1996) seperti
harapan pasien. Pasien yang sebagian besar
past experience merupakan tingkat pengalaman
mempunyai sikap loyal dari pengalaman
masa lalu yang dialami oleh seseorang
dirawat juga mempunyai perbadingan antara
konsumen dapat mempengaruhi tingkat harapan
rumah
konsumen tersebut. Selain itu What of mouth
sakit
berusaha
antara
yang
pernah
digunakan
390
communication yaitu apa yang didengar dari
tersebut dan ada kecendrungan dilakukan secara
konsumen lain yang telah menikmati kualitas
berkala.
pelayanan
yang
diberikan
perusahaan,
Hal
tersebut
memperkuat
secara
merupakan faktor potensial mempengaruhi
empirik teori yang menyatakan bahwa loyalitas
harapan konsumen.
pelanggan dipengaruhi oleh hambatan pindah
Hubungan Switching Barrier dengan
Taylor dalam Ranaweera dan Prabhu (2003)
Repurchase Intention Hasil
seperti yang dikemukakan oleh Bansal dan
penelitian
menunjukkan
serta Keaveney (1995). Rahadian (2006) dalam
koefesien korelasi Switching barrier dengan
penelitiannya tentang loyalitas pelanggan juga
repurchase intention pasien didapatkan nilai r =
memperkuat
hasil
0,509 dengan p value 0,000 yang lebih kecil
menyatakan
bahwa
hambatan
pindah
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan yang
mempunyai
pengaruh
terhadap
loyalitas
diperoleh dari hasil ini ada korelasi yang
pelanggan. Kemudian Fornell (1992) juga
signifikan antara Switching barrier dengan
menyatakan semakin besar rintangan untuk
repurchase
berpindah akan membuat pelanggan menjadi
intention
dengan
kekuatan
hubungan kuat dan arah hubungan positif yang
penelitian
ini,
yang
loyal.
artinya semakin tinggi switching barrier di
Minat
(
intention)
merupakan
mengenai
bagaimana
RSUD Kota Tanjungpinang maka semakin
pernyataan
tinggi repurchase intention.
seseorang akan berperilaku dimasa yang akan
Minat konsumen membeli ulang adalah
sikap
datang (Soderlund dan Ohman, 2003). Minat
salah satu keberhasilan dari suatu perusahaan,
membeli
terutama
merupakan suatu komitmen konsumen yang
perusahaan
jasa
(Butcher,2005).
ulang
(Repurchase
Intention
)
Menurut Hellier,dkk (2003) minat membeli
terbentuk
ulang merupakan keputusan konsumen untuk
pembelian suatu produk atau jasa. Komitmen ini
melakukan pembelian kembali suatu produk
timbul karena kesan positif konsumen terhadap
atau jasa berdasarkan apa yang telah diperoleh
suatu merek dan konsumen merasa puas
dari
melakukan
terhadap pembelian tersebut (Hick,dkk,2005).
pengeluaran untuk memperoleh barang dan jasa
Dengan pengalaman yang konsumen peroleh
perusahaan
yang
sama,
391
setelah
konsumen
melakukan
dari suatu produk dan jasa tertentu maka akan
Switching cost adalah biaya yang
menimbulkan kesan positif terhadap produk
menghalangi konsumen untuk berpindah dari
tersebut
produk atau jasa perusahaan saat ini kepada
dan
konsumen
akan
melakukan
pembelian ulang (Hellier,dkk,2003).
produk atau jasa competitor (Lovelock dan
Hubungan Switching Cost dengan
ditetapkan, satu pihak akan bergantung kepada
Repurchase Intention Hasil
Wright, 2005). Artinya ketika suatu hubungan
analisis
didapatkan
untuk
pihak lain. Salah satu yang menyebabkan
mengetahui hubungan Switching cost dengan
switching cost tinggi adalah baiknya kualitas
repurchase intention diperoleh nilai r = 0,184
pelayanan. Pasien akan merasa rugi saat harus
dengan p value = 0,139 yang lebih kecil dari
berpindah berobat ke rumah sakit lain yang
nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
pelayanannya tidak berkualitas. Dalam hal rugi
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
atau tidak dalam masalah kesehatan pasti setiap
Switching cost dengan repurchase intention
orang tidak mau mengambil resiko. Mereka akan
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.
mencari rumah sakit yang menurut mereka
Biaya perpindahan merupakan biaya
memenuhi harapan. Kualitas meliputi setiap
pemutusan hubungan dalam sudut pandang
aspek dari suatu perusahaan dan sesungguhnya
ekspektasi terhadap semua kerugian akibat
merupakan suatu pengalaman emosional bagi
mengentikan hubungan atau berpindah ke
pelanggan. Pelanggan ingin merasa senang
alternative
Biaya
dengan pembelian mereka, merasa bahwa
perpindahan merupakan salah satu faktor yang
mereka telah mendapatkan nilai terbaik dan
mendorong apakah konsumen tetap termotivasi
ingin memastikan bahwa uang mereka telah
untuk mempertahankan suatu pilihan atau
dibelanjakan dengan baik, dan mereka merasa
berpindah ke alternative lain. Ketika pembeli
bangga akan hubungan mereka dengan sebuah
mempertimbangkan
perusahaan yang bercitra mutu tinggi.
lain
(
Harsono,2005).
alternatif
lain
dari
penggunaan selama ini maka salah satu yang dipertimbangkan adalah implikasi biaya atau
Hubungan
of
attractiveness dengan repurchase intention
seperti yang dikatakan Mowen & Minor (2002) disebut sebagai resiko.
Alternative
Hasil mengetahui 392
analisis hubungan
didapatkan Alternative
untuk of
attractiveness dengan repurchase intention
Faktor need atau kebutuhan terhadap
pasien diperoleh nilai r = 0,386 dengan p value
pelayanan yang berkualitas tak dapat diabaikan
= 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
untuk menilai daya tarik pasien terhadap
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
penggunaan rumah sakit yang ada di kota
korelasi yang signifikan antara Alternative of
Tanjungpinang. RSUD Kota Tanjungpinang
attractiveness dengan repurchase intention
merupakan salah satu rumah sakit rujukan di
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
kepulauan riau dan letaknya dekat dengan
kekuatan hubungan cukup kuat dan arah
pelabuhan. Sehingga memudahkan transportasi
hubungan positif yang artinya semakin baik
dan evakuasi pasien dari berbagai pulau dan
Alternative of attractiveness maka semakin
kepri. Tarif atau biaya, fasilitas dan pelayanan
tinggi repurchase intention.
personil merupakan faktor need dari penggunaan
Daya tarik alternatif mengacu pada reputasi, gambaran alternatif dan kualitas dari
pelayanan kesehatan selain lokasi, informasi dan kecepatan layanan yang ada.
persaingan yang ada dipasar. Seberapa banyak sesuatu yang lebih buruk atau lebih baik dalam berbagai konsumen
dimensi
atau
akan
produk
suatu
Hubungan Interpersonal Relationship dengan Repurchase Intention
alternative
(Julander
Hasil
analisis
didapatkan
untuk
dan
mengetahui
Soderlund, 2003). Daya tarik berorientasi pada
relationship
persepsi pelanggan mengenai alternative pilihan
pasien diperoleh nilai r = 0,500 dengan p value
dari persaingan yang ada di pasar. Konsumen
= 0,000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05).
membandingkan persepsi jumlah resiko yang
Kesimpulan dari hasil ini adalah terdapat
muncul dalam keputusan pembelian dengan
korelasi yang signifikan antara interpersonal
kriteria kepribadian mereka tentang seberapa
relationship
besar resiko. Kepercayaan pasien terhadap
pasien di RSUD Kota Tanjungpinang dengan
pelayanan keperawatan yang ada di rumah sakit
kekuatan hubungan yang kuat
meliputi kepercayaan terhadap penyakit, dokter
hubungan positif yang artinya semakin baik
dan petugas kesehatan terutama perawat.
interpersonal
hubungan dengan
dengan
393
repurchase
repurchase
relationship
repurchase intention
interpersonal intention
intention
dan arah
semakin
tinggi
Hubungan interpersonal mengacu pada
(Gremler, 1995 dalam Lupiyoadi dan A.
hubungan yang dijalin antara pelanggan dan
Hamdani, 2006:198). Oleh karena itu, investasi
karyawan maupun hubungan antara sesama
hubungan khusus membantu meningkatkan
pelanggan
ketergantungan
(Jones,dkk,2000).
Hubungan
pelanggan
dan
menekan
interpersonal mengacu pada kekuatan pribadi
hambatan pindah (Jones, Mothersbaugh, dan
dikembangkan antara pelanggan dan karyawan
Betty, 2000 dalam Lupiyoadi dan A. Hamdani,
mereka
2006).
(Julander,2003).
Hubungan
interpersonal penting dalam memberikan status
Hubungan Service Recovery dengan
yang tinggi dari interaksi yang dibangun.
Repurchase Intention
Individu lebih mungkin untuk berhubungan
Hasil
analisis
didapatkan
untuk
dengan kelompok yang mempunyai hubungan
mengetahui hubungan service recovery dengan
kuat.
repurchase intention pasien diperoleh nilai r = Pelanggan dapat memperoleh manfaat
0,234 dengan p value = 0,058 yang lebih kecil
psikososial dari hubungan dengan karyawan
dari nilai alpha (0,05). Kesimpulan dari hasil ini
atau supplier maupun hubungan dengansesama
adalah tidak terdapat korelasi yang signifikan
pelanggannya (Jones,dkk,2000). Ulaga dan
antara service recovery dengan repurchase
Edgert (2005) menyebutkan bahwa manfaat
intention pasien di RSUD Kota Tanjungpinang.
sosial merupakan bagian dari keseluruhan
Pemulihan layanan adalah berbagai hal
manfaat
yang
diterima
dalam
yang dilakukan perusahaan setelah terjadi suatu
pertukaran untuk harga yang dibayarkan. Jika
kegagalan jasa dalam pelayanan. Pemulihan
hubungan cukup kuat, maka kemungkinan
layanan terjadi ketika adanya keluhan pelayanan
pelanggan untuk tetap mengkonsumsi produk
dari pelanggan yang tidak puas akan layanan
juga tinggi, hal ini dapat dibangun melalui
dari perusahaan tersebut. Menurut Lovelock dan
interaksi antara pelanggan dan supplier saat
Wright (2007) service recovery adalah upaya
transaksi. Hubungan antar personal berarti
sistematis oleh perusahaan setelah kegagalan
hubungan psikologis dan sosial yang merupakan
jasa untuk memperbaiki suatu masalah dan
manivestasi diri sebagai perusahaan yang peduli,
mempertahankan kehendak baik pelanggan.
dapat
Pemulihan layanan adalah salah satu determinan
dipercaya,
akrab
pelanggan
dan
komunikatif
394
signifikan kepuasan dan loyalitas pelanggan
perawatan, pengkomunikasian ke penyedia
yang tidak puas melalui kebijakan pemulihan
layanan berkaitan dengan kebutuhan dan
jasa yang efektif (Tjiptono,2007).
harapan pasien telah dipenuhi. Jadi fokus
Setiap organisasai yang berorientasi
perhatian pasien dalam pelayanan keperawatan
pada pelanggan memberikan kesempatan yang
adalah apa yang mereka rasakan sesuai dengan
luas
untuk
yang mereka harapkan. Tidak banyak pasien
menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan
memikirkan bagaimana upaya rumah sakit
mereka. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
untuk memulihkan layanan karena yang bisa
cara meletakkan kotak saran di koridor,
dirasakannya
menyediakan kartu komentar untuk diisi pasien
keperawatan saat dirawat saja. Jasa adalah
yang akan keluar, dan mempekerjakan staf
setiap tindakan atau perbuatan yang dapat
khusus untuk menangani keluhan pasien. Dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain,
juga menyediakan hot lines bagi pelanggan
yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan tidak
dengan gratis, juga dapat menambah web pages
menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi
dan e-mail untuk melaksanakan komunikasi
jasa bisa berhubungan dengan produk fisik
dua arah. Informasi tersebut merupakan sumber
maupun tidak (Philip Kotler,1994).
kepeda
para
pelanggannya
gagasan yang baik yang meyakinkan pelayanan
adalah
kepuasan
pelayanan
SIMPULAN DAN SARAN
kesehatan dapat bertindak dengan cepat dalam
1. Simpulan
rangka menyelesaikan masalah.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
Para manajer menggunakan kepuasan
disimpulkan sebagai berikut : responden
sebagai variable yang sangat penting untuk
terbanyak berasal dari kelompok umur dewasa
mengukur pemasaran pelayanan perawatan
awal (47 %), jenis kelamin perempuan
kesehatan dengan kebiasaan atau perilaku
(51,7%), berpendidikan tinggi (69,7%), dan
pembelian
bekerja
berulang-ulang
(minat
untuk
(77,3%). Berdasarkan jarak tempat
kembali) yang menghasilkan ukuran kepuasan
tinggal sebagian besar responden didapatkan
maximal. Karena nilai dan harapan pasien
tinggal dekat dari rumah sakit (54,5%), pada
menentukan aspek interpersonal dari kualitas,
umumnya menggunakan asuransi (83,3 %) dan
kepuasan pasien merupakan indikator dari
lebih dari separuh pernah dirawat (60,6 %). 395
Sebagian besar switching cost tinggi (50%),
barrier terhadap minat pasien
Alternative of attractiveness tinggi (54,5%),,
penelitian ini.
interpersonal
relathionsip
baik
(60,6%),
dalam
b. Aspek dari switching barrier yang
service recovery baik (69,7%) dan switching
terkait
barrier tinggi (54,5%).
keperawatan yang perlu ditingkatkan
minat
dengan
kualitas
pelayanan
Sebagian besar pasien yang cendrung
adalah pemahaman perawat tentang
menggunakan
manajemen mutu serta aplikasi dalam
kembali
pelayanan
keperawatan yaitu sebanyak 40 orang (60,6 %).
manejemen
ruangan
mengelola
pelayanan
dalam
rangka
keperawatan
Berdasarkan analisis didapatkan ada
beserta ruang rawat yang berorientasi
korelasi antara jarak, sumber biaya dan
pada kebutuhan pasien, dengan metode
pengalaman
penugasan yang efektif maka kebutuhan
rawatan
dengan
Repurchase
Intention. Terdapat korelasi antara Alternative
pasien akan lebih terpenuhi.
of attractiveness dan interpersonal relationship
c. Melakukan evaluasi secara berkala
dengan Repurchase Intention dimana korelasi
sesuai standar yang ditetapkan rumah
yang
sakit
paling
kuat
adalah
interpersonal
mengenai
interpersonal
relationship.
relationship yaitu hubungan perawat
2. Saran
pasien dalam pelayanan keperawatan
Bagi Manajemen Keperawatan di RSUD
dan melakukan sistem keluhan dan saran
Kota Tanjungpinang
dengan customer care secara rutin
a. Untuk menjaga minat responden yang
dengan memberikan kesempatan seluas
sudah
baik
terhadap
pelayanan
luasnya pada pasien untuk memberikan
keperawatan, perlu dilakukan upaya
saran, pendapat dan keluhan. Media
peningkatan Switching Barrier secara
yang dapat digunakan meliputi kotak
terus menerus terutama dalam dimensi
saran
Interpersonal
komentar yang dapat diisi langsung.
relationship
terhadap
pasien yang dinilai memiliki pengaruh
dengan
menyedikan
Bagi peneliti selanjutnya
paling besar dalam aspek switching 396
kartu
Penelitian ini digunakan sebagai dasar
Asmuji (2012). Manajeman Keperawatan:
penelitian berikutnya dengan menggunakan
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta,Ar-
variabel lain yang berhubungan dengan
Ruzz Media
minat pasien seperti word of smooth, minat
Baroroh (2010). Bloemer. J., Ko de.R., Pascal
mereferensikan, nilai pelangga, kepuasan
.P, (1998). Investigating Drivers of
pasien, citra rumah sakit dan-lain sebagainya
Bank
dengan
Relationship Between Image, Service
repurchase
intention
pasien.
dapat
lebih
Pengumpulan
data
dikembangkan
dengan
Loyalty:
Quality,
menggunakan
The
and
International
Complex
Satisfaction,
Journal
of
Bank
Marketing, Vol 16, Issue 7 Date.
kuesioner dan wawancara mendalam serta dengan rancangan penelitian yang berbeda
Borg and Gall. (1989). Educational Research,
agar data atau informasi yang didapatkan
New York :Pinancing. Washington:
dapat lebih akurat dan mendalam.
The Word Bank Baloglu, S. (2002). “Dimensions of Customer
DAFTAR PUSTAKA Loyalty”,
European
Journal
of
Ahira, A. (2012) Rumah Sakit - Sejarah dan Marketing, page 1372-1388. Jenis-jenis
Rumah Bungin, H.M. (2009). Metodologi Penelitian
Sakit http://www.anneahira.com/rum Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, ah-sakit-20850.htm dan Kebijakan Publik Serta Ilmu – Andreassen, T. W. and Bodil, L. 1998. The Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Penerbit Impact of Corporate Image on Quality, Kencana customer Satisfaction and Loyalty for Budiastuti. (2002). Kepuasan Pasien Terhadap Customers with Varying degrees of Pelayanan Service
Expertise.
Rumah
November Journal
of
Sakit.
Diakses
International
Service
2009
dari
Industry http://www.\kepuasan-pasien-
Management vol.9 No.1: 7-23. terhadap-pelayanan
rumahsakit
«
Azwar, A, (1996), Pengantar Administrasi ArtikelPsikologiKlinisPerkembangand Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta anSosial.htm 397
Perilaku Konsumen, edisi pertama,
Cronin, J., Michael G. B. & Thomas M. (2000).
cetakan keempat, BPFE, Yogyakarta
“Assesing The Effects of Quality, Value, and Customer Satisfaction on
Ferdinand, A. (2006), Metode Penelitian
Con-sumer Behavioral Intentions in
Mannajemen, Edisi Kedua, Penerbit:
Service Envi-ronment”, Journal of
Badan
Retailing, page 193-218.
Diponegoro, Semarang .
Dahlan,M.S. (2009) Statistik untuk kedokteran
Penerbit
Universitas
Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu
dan kesehatan : deskriptif, bivariat,
pendekatan
sistem.
dan multivariat, dilengkapi dengan
Penerjemah:
Sukmana,
menggunakan SPSS, Jakarta : Salemba
Sukmana Widya. Philadelphia: WB
Medika.
Saunders. (Sumber asli diterbitkan
Destiana. (2006). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Loyalitas Pelanggan PT. POS
(Edisi
2).
Dika
dan
1994) Griffin,
J.
(2005).
Customer
Loyalty:
INDONESIA (Persero) Kantor Pos
Menumbuhkan & Mempertahankan
Tasikmalaya.
Kesetiaan
Fakultas
Tesis.
Ekonomi
Tasikmalaya. Program
Pelanggan.
Penerbit
Erlangga, Jakarta
Studi
Goetsch, D.L & Davis, S, (1994). Introduction to
Manajemen. Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Nasional
Total Quality, Quality, Productivity, Competitiveness, Englewood Cliffs,
Tahun
NJ, Prentice Hall International Inc
2007. http://www.litbang.depkes.go.id/ .
Guntur, M dan Bambang,S. (2001). Analisis
Dharma, K.K (2011), Metode Penelitian
Service Quality Terhadap Kepuasan
Keperawatan: Panduan Melaksanakan
Pelanggan pada PDAM Kota Surakarta
dan menerapkan Hasil Penelitian,
Universitas Muhammadiyah. Surakarta
Jakarta, TIM Dharmestha,
S
Gunawan.A. ( 2013). Komunikasi Interpersonal
dan
Manajemen
Hani
Pemasaran
H.,
(2008),
dan Fasilitas Kesehatan: Pengaruhnya
:
Analisa
Terhadap Kepercayaan, Loyalitas dan
398
WOM Rumah Sakit. Jurnal bisnis
Jacobalis, S (1989). Menjaga Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Citra Windu Satria,
manajeme. Gunawan, Ketut. (2009). Kualitas Layanan dan
Jakarta
Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah
Jackovist, D.S., (1999), Ambulatory Patient
Sakit Umum Swasta di Kota Singaraja–
Satisfaction : A Systematic Approach
Bali). Jurnal ekonomi
to
Collecting
and
Reporting
Information, Journal for Healthcare Haryono, E, Hari, K. & M. Syafril, N. (2006).
Quality, November / December
Hubungan Persepsi terhadap Kualitas
Jane et al. (2011). How satisfaction modifies the
Pelayanan dengan Minat Pemanfaat-
strength of the influence of perceived
an Pelayanan Rawat Inap Puskesmas
service
dan Balai Pengobatan Swasta di
intentions. Journal Leadership in
Kabupaten
Health Services 24.2 : 91-105.
Working
Tapanuli Paper
Tengah,
Series
No.4,
quality
on
behavioral
Kotler,P., dan Keller,L., (2008), Manajemen
Universitas Gadjah Mada.
Pemasaran, edisi ketigabelas, jilid I
Hasan Ali, (2008), Marketing, cetakan pertama,
dan II, terjemahan Hendra Teguh,
Penerbit : Buku Kita, Yogyakarta
Penerbit : Prenhalindo, Jakarta
Hutton, J. D and Lynne, R. 1995. Healthscapes:
Kotle,P. (2009). Manajemen Pemasara.,Edisi
The Role of Facility and Physical
13. Jakarta : Erlangga
Environment on Consumer Attitudes,
Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran,
Satisfaction, Quality assessments, and
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta: PT
Behaviors. Health Care Management
Prenhalindo.
Review 20: 48-60.
Kotler, P. (1994), Marketing Management ;
Imbalo S. Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan.
Cetakan
Analysis, Planning, Implementation
I,
and
Jakarta :EGC
International
Control
(8th
ed),
Edition,
Englewood
Cliffs, Prentice Hall, New Jersey.
399
Kozier, B et. al. (2009). Fundamentals of nursing,
concept,
process,
Lovelock, C and Wright, L. (2005). Principles
and
of
practice. New Jersey, U.S.A : Multi Media.
Mardalis.A.(
Pelanggan.Jakarta
:
Marketing
and
Managemen.
Leboeuf, M. (1992). Memenangkan dan Memelihara
Service
2005).
Meraih
Loyalitas
Pelanggan. Jakarta : Balai Pustaka Munijaya, I.G.( 2004). Manajemen Kesehatan.
Pustaka Tangga
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,
Lele, M.M, dan Sheth. (1995). Pelanggan Kunci Keberhasilan. Jakarta, Mitra
EGC M.Zid .(2013). Berobat keluar negeri tetap
Utama .
trend. Kliping Pusat Komunikasi
Leebov, W & Scott, G .(1994). Service Quality Improvement
:
The
Setjen Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : Kompas 7 Maret 2013 edisi
Customer
pagi hal : 13
Satisfaction Strategy for Health Care. American Hospital Publishing
Mabow,
Inc,USA.
(2009).
Minat
Pembeli
Dalam
Psikologi
Lestari, dkk (2000) Analisa Faktor Penentu
Marquis,
B.L.
&
Huston,
C.J.
(2010).
Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah
Kepemimpinan
Sakit Pku Muhammadiyah Bantul
Keperawatan: Teori dan Aplikasi.
Lim, C.P and Nelson K.H.Tang.2000. A Study of
Patients
Expectation
dan
Manajemen
Edisi keempat. Jakarta: EGC.
and
Nguyen, N and Gaston L. 2002. Contact
Satisfaction in Singapore Hospital
Personnel, Physical Environment and
International. Journal of Health Care
Perceived
Quality Assurance 13 No.7: 290-299.
Intangible Services by New Clients.
Lupiyoadi, R dan A. Hamdani. (2013). Manajemen
Pemasaran.
Salemba Empat
International
Jakarta:
Corporate
Journal
Image
of
of
Service
Industry Management 13: 242-262. Nordby, H (2004); Communicative challenges for
400
paramedics:
language
and
interpretation; Scand J Trauma Resusc
Sangadji,E.M dan Sopiah (2013) perilaku
Emerg Med 12; 178-181 Nursalam.
(2011).
Keperawatan.edisi
konsumen pendekatan praktis. ANDI Manajemen
3.
Jakarta
:
Yogyakarta Setiawan, S.( 2011). Loyalitas Pelanggan Jasa.
Salemba Medika.
IPB Press, Bogor.
Oliver, R.L. (1998). Whence Customer Loyalty ?,
Journal
Sharma, R.D. & Hardeep,C (1999); A Study of Patient
Of
Satisfaction
in
Outdoor
Marketing. http://www.jstor.org/pss/1
Services of Private Health Care
252099
Facilities; Vikalpa, Vol. 24, No. 4,
Profil Rumah Sakit
Umum Daerah Kota
October- December 59-76 Singer et al
Tanjungpinang Tahun 2013 Profil Rumah Sakit
Umum Daerah Kota
(2009) Shamdasani, P.N. & A.A. Balakrisnan (2000);
Tanjungpinang Tahun 2013
Determinants of Relationship Quality
Pavarini, P, S. Sanders & M. Lindsay (2012);
and Loyalty in Personalized Services;
Health Care Reform Going Forward:
Asia Pacific Journal of Management,
What’s the Impact on Providers?
17 (3), 399-422.
Becker’s Hospital Review, December.
Stewart, AL,et al,(2013) AE 12 ISSN: 2302 -
Peters, J. H, (1999). Service Management,
4119 Vol. 1, No. 3; Oktober 2013
Jakarta, Trisakti University Jakarta
Journal
Peters, Thomas J & Waterman, Robert
Entrepreneurship
H, 1984, In Search of Excellence :
Subihaini.
of
2002.
Business
“Analisis
an
Konsekuensi
Lessons from America’s Best-Run
Keperilakuan Kualitas layanan: Suatu
Companies, New York : Harper &
Penelitian Empiris.” USAHAWAN
Row, Pub.
No. 02 Thn XXXI Februari 2002 : 29-
Reichheld, F. F. (2001). Loyalty rules !. Harvard Business School Press, US.
37. Suhanura,
A.
(2008).
Pelanggan
401
Poli
Analisis
Loyalitas
Kebidanan
dan
Kandungan Rumah Sakit Asri Tahun
Sabihaini. (2002). “Analisis Konsekuensi
2008, Thesis. FKM UI. Suharno.M.
dan
Shihab.(2012).
Pengaruh
Reliabilitas,
Dimensi
Dimensi Tangibel
Keperilakuan
dan
Dimensi
Empati
hal: 29-36. Tjiptono, F. (1999). Prinsip-prinsip Total Quality
Kasus:
Penerbit Andi.
Rawat
Jalan
Layanan:
Suatu Kajian Empirik”, Usahawan,
Terhadap Loyalitas Pasien (Studi Pasien
Kualitas
RS
Service,
Yogyakarta:
MRCCC Siloam Semanggi). Jurnal
Tjiptono, F.(2001). Perspektif Manajemen dan
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya
Pemasaran Kontemporer, Penerbit
Vol.10 No.19 Juni 2012
Andi, Jogyakarta.
Sulni,dkk, (2013) . Hubungan Mutu Pelayanan
------------------. (2007). Manajemen Jasa.
Kesehatan Dengan Loyalitas Pasien
Yogyakarta : Penerbit ANDI.
Di Puskesmas Baranti Kabupaten
Tjiptono,F dan Gregorius,C, (2005), Service
Sidrap Tahun 2013. Jurnal fakultas
Quality & Satisfaction, edisi pertama,
kesehatan
cetakan pertama, Andi, Yogyakarta
masyarakat
Universitas
Thomas, R.K. (2005). Marketing Health
Hasanudin Supramono
dan
Haryanto.(2003).
Desain
Service. Health Administration Press,
Proposal Penelitian Studi Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Supriyanto,
S
dan
Ernawaty.
Chicago. Trarintya,MAP. (2011). Pengaruh kualitas
(2010).
pelayanan terhadap kepuasan dan
Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
word of mouth ( studi kasus pasien
ANDI, Yogyakarta.
rawat jalan di wing amerta rsup
Swansburg. (2000). Pengantar kepemimpinan dan
managemen
sanglah denpasar ). Tesis Program
keperawatan.
Pasca Sarjana universitas udayana
Jakarta: EGC Sarwono,J
(2006).
denpasar. (Tidak dipublikasikan) Metode
Penelitian
Trisnantoro,L.
Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta;
(2005).
Aspek
manajemen rumah sakit
Graha Ilmu, 2006, Hal. 111) – SP 402
stretegis
Ulfa,R.
(2011). Pasien,
Hubungan Kualitas
Karakteristik Layanan
Zolnierek, K.B.H. & M.R. Dimatteo (2009);
dan
Physician
Communication
and
Hambatan Pindah dengan Loyalitas
Patient Adherence to Treatment: A
Pasien di Instalasi Rawat Jalan
Metaanalysis; Medical Care, August;
Rumah Sakit Tugu ibu Depok.(tidak
47 (8): 826-834.
dipublikasikan) Westbrook,
Zeithaml, V.A., Parasuraman, A., Berry, L.L.,
R.A.
(1987),
(1990), Delivering Quality Service :
"Product/Consumption-Based Affective
Responses
and
Balancing Customer Perception and Post-
Expectations, The free press, New
Purchase Processes," Journal of
york.
Marketing Research, 24 (August), 1
pp. 258-270.
Liza Wati, S.Kep, Ns, M.Kep : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Watzlawick, P, J.B. Bavelas & D.D. Jackson (2011);
Pragmatics
of
Human
2
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. 3
Communication:
A
study
Ernawati, S.Psi, M.Si : Dosen
of
Meily Nirnasari, S.Kep, Ns : Dosen
STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. interactional patterns, pathologies, and paradoxes; jurnal of W.W. Norton & Company Winardi. 1991. Marketing dan Perilaku Konsumen, Penerbit Mandar Maju, Bandung. Wloszczak, S, Anna, M.J. Jarost & M. Goniewicz
(2013);
communication
Professional
competences
of
paramedicspractical and educational perspectives; Annals of Agricultural and Environmental Medicine, Vol 20, No 2, 366–372 403
PENGARUH METODE PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION (ATI) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG TAHUN 2015 Nur Meity Sulistia Ayu1
ABSTRAK Mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan kemampuan individu dalam pembelajaran dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar mahaiswa yang dikenal dengan metode pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain pre test post test without control design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran aptitude treatment interaction (ATI), sedangkan variabel terikatnya adalah motivasi belajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa S1 semester 2 STIKES Hang Tuah Tanjungpinang TA 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling sebanyak 36 responden. Uji paired sample t-test dengan p-value ≤ 0,05 menunjukkan bahwa ada pengaruh metode pembelajaran ATI (p-value = 0,000 < 0,05) terhadap peningkatan motivasi belajar ilmu keperawatan dasar mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. Sedangkan hasil uji multivariat pok0,05 menunjukkan melalui uji one way anova untuk data pre-test, post-test dengan p value kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi belajar paling baik dibandingkan kelompok kemampuan lainnya adalah kelompok kemampuan tinggi dan rendah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode pembelajaran ATI berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar dan kelompok kemampuan yang memiliki peningkatan motivasi paling baik adalah kelompok tinggi dan rendah. Kata kunci
: Aptitude treatment interaction (ATI), motivasi belajar, mahasiswa
ABSTRACT Accommodate and appreciate individual differences in learning ability required a learning model that can enhance learning motivation mahaiswa known methods of learning aptitude treatment interaction (ATI). This study aimed to determine the effect of learning model aptitude treatment interaction (ATI) to increase student motivation to learn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. This research is a quasi-experimental design with pre test post test without control design. The independent variables in this study is a model of learning aptitude treatment interaction (ATI), while the dependent variable is the motivation to learn. The population in this study were all students of STIKES Hang Tuah Tanjungpinang of Academic Year 2014/2015. Consecutive sampling was used for 36 respondent. Paired samples t-test with a p-value ≤ 0.05 indicates that there is influence learning methods ATI (p-value = 0.000 <0.05) increased learning motivation. While the results of multivariate analysis through one way aNOVA test 0.05 indicates that group has an increased ability to learn best motivation than among other capabilities are high and low ability groups. The study concluded that the learning method ATI affect the increased motivation to learn and the ability to have an increased motivation is best high and low groups. Key words : Aptitude treatment interaction (ATI), motivation to learn, students
404
127 negara di dunia. Penurunan peringkat ini
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat
menjadi cerminan bahwa kualitas pendidikan di
penting bagi manusia. Sehingga di Indonesia,
Indonesia
pendidikan
(Kompas, 2011).
diatur
dalam
Undang-Undang
harus
lebih
ditingkatkan
lagi
tersendiri mengenai sistem pendidikan Nasional
Sesuai dengan masalah pendidikan tersebut
yang berbunyi : "Pendidikan Nasional berfungsi
serta memperhatikan isu dan tantangan masa
mengembangkan kemampuan dan membentuk
kini serta kecenderungan di masa depan, maka
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka meningkatkan kualitas sumber
dalam rangka mencerdaskan dalam kehidupan
daya
bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan
pendidikan yang unggul. Pendidikan yang
potensi peserta didik agar menjadi manusia
unggul yang dimaksud yaitu pendidikan yang
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
dapat mengembangkan potensi dan kapasitas
Yang Maha Esa, yang berakhlak mulia, sehat,
peserta didik secara optimal. Beberapa
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara
yang
demokratis
serta
manusia
(SDM),
saat
yang
perlu
diciptakan
lalu,
kurikulum
pendidikan 2013 secara resmi disosialisaikan
bertanggung jawab (UUSPN No. 20 tahun
dan
2003).
Indonesia. Termasuk kurikulum 2013, dalam 10
Meninjau realitas saat ini, pendidikan di
akan
tahun
diimplementasikan
terakhir,
ke
seluruh
kurikulum pendidikan
di
Indonesia berada dibawah standar pendidikan
Indonesia berganti sebanyak 3 kali. Pertama,
internasional. Berdasarkan data laporan dalam
tahun
Education For All (EFA) Global Monitoring
Kompetensi)
Report 2011 yang dikeluarkan PBB bidang
pendidikan, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
pendidikan, UNESCO, menunjukkan bahwa
Pendidikan) pada tahun 2006. Yang menjadi
indeks pembangunan pendidikan (Education
alasan pergantian KTSP ke Kurikulum 2013
Development Index/EDI) Indonesia menurut
menurut kementrian pendidikan adalah karena
data tahun 2008 adalah 0,934. Indeks ini
tuntutan zaman.
2004
KBK
(Kurikulum
digunakan
sebagai
Berbasis acuan
mengantarkan peringkat Indonesia dalam hal
Karena zaman berubah, maka kurikulum
pendidikan menurun dari 65 menjadi 69 dari
harus lebih berbasis pada penguatan penalaran, 405
bukan lagi hafalan semata. Hal ini mengacu
dan model kelompok. Penerapan belajar tuntas
pada survei Trends in International Math and
dalam KBK dapat menggunakan dengan teknik
Science oleh Global Institute pada tahun 2007
model
yang menyimpulkan hanya 5 persen siswa
interaction (ATI) (Nurdin, 2005).
Indonesia yang mampu mengerjakan soal
pembelajaran
Banyak
aptitude
peneliti
yang
treatment
mencoba
berkategori tinggi yang memerlukan penalaran
mendiskripsikan dan menghubungkan gaya
dan
dapat
belajar. Diantara penelitian yang mengangkat
mengerjakan soal berkategori rendah yang
tema gaya belajar seperti; penelitian Adel, et.al.
hanya memerlukan hafalan (Rianto, 2013).
(2003)
78
persen
Meskipun
siswa
sejak
DEPDIKNAS
Indonesia
2004
telah
yang
yang
bermaksud
membandingkan
lalu
kecenderungan gaya belajar menemukan bahwa
mendeklarasikan
mahasiswa program studi akuntansi cenderung
diberlakukannya pendidikan KBK diseluruh
memiliki
lembaga pendidikan di Indonesia, namun model
dibandingkan
pembelajaran
yang
manajemen dan mahasiswa bisnis, sehingga
sekolah
ini
saat
diterapkan
mahasiswa
yang program
berbeda studi
perbedaan gaya belajar tersebut mempengaruhi
berbentuk pembelajaran biasa yang bersifat
strategi dosen pengampu dalam menyajikan
konvensional.
penelitian
mata kuliah. Menurut penelitian Pujiningsih
pembelajaran
(2007) preferensi gaya belajar mahasiswa yang
konvensional belum mampu menjadikan semua
bermaksud mengidentifikasi kecenderungan
mahasiswa dikelas bisa menguasai kompetensi
gaya belajar dan perbedaan gaya belajar. Hasil
minimal yang telah ditetapkan.
penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak
Berbagai bahwa
umumnya
belajar
masih
menyatakan
pada
disekolah-
gaya
hasil
model
Dalam mengimplementasi KBK, kegiatan
adanya
perbedaan
gaya
belajar
diantara
pembelajaran harus berpusat pada mahasiswa,
mahasiswa ketiga prodi tersebut menunjukkan
berlangsung
mendidik,
kecenderungan gaya belajar yang sama yaitu
menyenangkan dan menantang dengan berbasis
perceptive dan reflector. Penelitian tersebut
prinsip pedagogis dan andragogis.Dalam KBK
tidak menghubungkan kecenderungan gaya
itu terdapat belajar tuntas, dalam belajar tuntas
belajar terhadap hasil belajar.
dalam
suasana
itu terdapat dua model yakni : model individual 406
Namun penelitian sebagaimana diuraikan diatas, cenderung hanya menganggap gaya
yang memotivasi mahasiswa belajar (Makmun, 2012).
belajar sebagai suatu proses penerimaan
Menyamaratakan pembelajaran bagi
pembelajaran saja tanpa adanya tindak lanjut.
semua kelompok kemampuan mahasiswadirasa
Begitu
tidaklah
juga
dengan
penelitian
yang
adil,
karena
semestinya
setiap
menghubungkan gaya belajar dengan variabel
kelompok kemampuan mendapatkanlayanan
lain. Kita tahu bahwa gaya belajar merupakan
pembelajaran yang berbeda sesuai dengan
cara yang dianggap paling efektif dalam
kemampuan masing-masing(Nurdin, 2005).
menerima dan memperoses informasi yang
Aptitude Treatment Interaction (ATI) mengarah
bersifat individual dan psikologis sehingga
pada bagaimana interaksi atau hubungan antara
dalam pengkajian gaya belajar tidak cukup
bakat dengan perlakuan pada masing-masing
dengan angket yang memuat indikator sifat-
mahasiswa karena kemampuan awal atau bakat
sifat individu yang selanjutnya dikaitkan
mahasiswa
dengan gaya belajar.
karakteristik mahasiswa tersebut. Oleh karena
(aptitude)
mencerminkan
Setiap individu memiliki cara sendiri yang
itu, perlu diberikan perlakuan (treatment) yang
dianggap paling mudah dalam belajar. Ada juga
sesuai dengan karakteristiknya agar proses
pengaruh motivasi pada belajar sebagaimana
pembelajaran mencapai keberhasilan. Sehingga
menurut (Makmun, 2012) motivasi timbul dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
berkembang dengan jalan datang dari dalam diri
menuntut kemampuan setiap individu sesuai
individu itu sendiri (intrinsik) dan datang dari
pendidikan yang dijalani dapat termotivasi dan
lingkungan
motif
tercapai visi dan misi pendidikan saat ini
tumbuh dan berkembangnya motivasi dibagi
(Nurdin, 2005). Sedangkan Kurikulum yang
atas motif
diterapkan
(ekstrinsik)
sedangkan
primer dan motif skunder.
di
STIKES berbasis
Hang
Tuah
Berkenaan dengan itu maka diperlukan suatu
Tanjungpinang
konsep dasar yang berkaitan dengan bagaimana
dilaksanakan
cara terbaik yang dapat diterapkan untuk
menunjukkan bahwa suatu indikasi perlunya
membelajarkan siswa dan faktor pendukung
perkembangan
pada
kompetensi
tahun
pendidikan
ini.
dari
baru
Dan
ini
sistem
pembelajarannya. Sistem KBK yang diterapkan 407
di
STIKES
Hang
banyak
rata dibawah standar dengan 4 mahasiswa
menggunakan metode ceramah dan diskusi
kurang dari sebagian (57%) tidak memuaskan
yang kadang menyamaratakan kemampuan
dan 3 mahasiswa kurang dari sebagian (43%).
mahasiswa untuk dituntut dapat memahami
Hasil wawancara pada mahasiswa tersebut yang
pembelajaran serta bersifat aplikatif. Hal ini
dikategorikan rendah ini didapatkan bahwa
tentunya kurang adil bagi kelompok mahasiswa
mereka tidak bisa mengikuti cara belajar teman-
yang memiliki kemampuan yang rendah
temannya, dan terkadang malu untuk bergabung
dibandingkan kemampuan diatasnya. Oleh
seakan mereka tidak bisa. Sehingga mereka
karena itu, pendidikan dengan sistem KBK ini
terbiasa mempelajari sendiri namun tidak
perlu didukung dengan suatu metode yang
sepaham dengan kemampuan diatas mereka.
memperhatikan
Tuah
keragaman
masih
kemampuan
Dari uraian di atas, penulis tertarik,
individu, dimana hal ini masih dalam lingkup
berinisiatif,
KBK
penelitian untuk mengetahui pengaruh metode
dengan
pembagian
kelompok
dan
perlakuan yang berbeda tiap kelompok.
dan
akhirnya
mengadakan
pembelajaran Aptitude Treatment Interaction
Berdasarkan hasil wawancara kepada
(ATI) terhadap peningkatan motivasi belajar
19 orang responden mahasiswa program studi
STIKES Hang TuahTanjungpinang tahun 2015.
S-1
keperawatan
STIKES
Hang
Tuah
Tanjungpinang Semester II didapatkan bahwa
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
pada umumnya (100%) mengatakan metode
Desain penelitian yang digunakan pada
pembelajaran ATI ini belum pernah diterapkan
penelitian ini adalah Quasy Experiment Design,
di STIKES Hang Tuah Tanjungpinang dan
pre and post test without control group design.
mereka juga belum pernah mendengar istilah
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
metode pembelajaran ATI. Dan mengatakan
mahasiswa STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
bahwa sistem pengajaran di STIKES Hang
dengan metode consecutive sampling pada 36
Tuah didominasi dengan ceramah konvensional
responden. Penelitian ini dilaksanakan selama 6
dan penugasan jika pengajar berhalangan untuk
bulan pada bulan Oktober 2014 s/d April 2015.
hadir. Dari 19 mahasiswa yang diwawancarai terdapat 7 mahasiswa yang memiliki nilai rata408
HASIL PENELITIAN
kelompok tinggi hanya didapatkan kurang dari
1. Karakteristik Responden Berdasarkan
sebagianyaitu 6 orang responden (17%).
Kelompok Kemampuan (Aptitude). Berdasarkan
2. Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan
nilai aptitude testing
Pembelajaran Dengan Metode ATI.
dengan caramenginventarisasi hasil belajar
Dari hasil penelitian yang dilakukan
seluruh siswa di kelas. Hal ini dilakukan
didapati hasil distribusi sebagai berikut :
dengan cara mengujisiswa dengan soal
Tabel 2
pengetahuan
satu
tingkat
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat
dibawah
Motivasi Sebelum Diberikan Pembelajaran ATI
pengetahuan mereka saat ini.
Tahun 2015
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan
MOTIVASI
KelompokKemampauan (Aptitude)
NO
KRITERIA
Tahun 2015
NO
KELOMPOK
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Tinggi
6
17%
2
Sedang
16
44%
3
Rendah
14
39%
TOTAL
36
100%
FREKUENSI
PERSENTASE
1
Baik
18
50%
2
Tidak Baik
18
50%
TOTAL
36
100%
Berdasarkan
tabel
2
di
atas,
karakteristik responden berdasarkan tingkat motivasi memiliki jumlah responden yang sama
Berdasarkan tabel 1 diatas, karakteristik responden berdasarkan kemampuan kurang dari sebagian yaitu 16 orang responden (44%) memiliki karakteristik
kemampuan responden
lebih dari sebagian yaitu 18 responden (50%) memiliki tingkat motivasi baik dan tidak baik sebelum diberikan pembelajaran ATI. Tabel 3
sedang.Sementara berdasarkan
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan Pembelajaran ATI
kemampuan rendahdidapatkan kurang dari Tahun 2015
sebagian yaitu 14 orang responden (39%) dan
409
MOTIVASI NO
KRITERIA FREKUENSI
PERSENTASE
1
Baik
30
83%
2
Tidak Baik
6
17%
TOTAL
36
100%
3. Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan Pembelajaran Dengan Metode ATI.
MOTIVASI NO
Berdasarkan tabel 3 di atas, karakteristik
APTITUDE
BAIK
TIDAK BAIK
F
%
F
%
1
Tinggi
6
33%
0
0%
motivasi,
2
Sedang
10
56%
6
33%
sebagian besar yaitu 30 responden (83%)
3
Rendah
2
11%
12
67%
TOTAL
18
100%
18
100%
responden
berdasarkan
tingkat
memiliki tingkat motivasi baik sedangkan karakteristik responden berdasarkan tingkat motivasi
kurang
dari
sebagian
yaitu
6
Berdasarkan tabel 4 di atas, karakteristik
responden (17%) memiliki tingkat motivasi
responden berdasarkan kemampuan (aptitude)
tidak baik setelah diberikan pembelajaran ATI.
dan
4.
Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan
pembelajaran ATI lebih dari sebagian yaitu 12
Pembelajaran Dengan Metode ATI
responden (67%) memiliki tingkat motivasi
Berdasarkan Kelompok Kemampuan
tidak baik dan kurang dari sebagian yaitu 2
(Aptitude) Peserta Didik.
responden 11%) memiliki tingkat motivasi baik
tingkat
motivasi
sebelum
diberikan
pada kelompok rendah. Sementarakurang dari Tabel 4 Tingkat Motivasi Sebelum Diberikan Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
sebagian yaitu 6 responden (33%) memiliki tingkat motivasi tidak baik pada kelompok sedang dan lebih dari sebagian yaitu 10
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
responden (56%) memiliki tingkat motivasi Tahun 2015
baik pada kelompok sedang.
410
5.
Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan
tingkat motivasi tidak baik dan kurang dari
Pembelajaran Dengan Metode ATI
sebagian yaitu 12 responden (33%) memiliki
Berdasarkan Kelompok Kemampuan
tingkat motivasi baik pada kelompok sedang. Analisis
(Aptitude) Peserta Didik.
bivariat
pada
penelitian
ini
Tabel 5
menggunakan uji Paired Sample T-Test yang
Tingkat Motivasi Sesudah Diberikan
termasuk ke dalam uji statistik parametrik. Pada
Pembelajaran ATI Berdasarkan Kelompok
statistik
Kemampuan (Aptitude) Peserta Didik
parametrik,
datanya
berdistribusi
normal dengan nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
Tahun 2015
0,000 lebih kecil dari nilai ρ= 0,05 dan variasi
MOTIVASI datanya homogen. TIDAK NO
Tabel 6
APTITUDE BAIK
BAIK
Tingkat Motivasi Sebelum dan Sesudah
F
%
F
%
Diberikan Pembelajaran ATI Peserta DidikTahun 2015
1
Tinggi
6
17%
0
0%
2
Sedang
12
33%
2
6%
3
Rendah
12
33%
4
11%
TOTAL
30
83%
6
17%
Variabel Mean
Berdasarkan karakteristik
tabel
responden
5
di
atas,
Min
Maks ρvalue
SD Motivasi
Pretest
3.7
0.3
3.7
4.2
Posttest
4.4
0.5
3.8
5.0
0.000
berdasarkan
kemampuan (aptitude) dan tingkat motivasi sesudah diberikan pembelajaran ATI kurang dari sebagian yaitu 4 responden (11%)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa
memiliki tingkat motivasi tidak baik dan kurang
untuk motivasi sebelum pembelajaran ATI,
dari sebagian yaitu 12 responden (33%)
peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-
memiliki
pada
rata 3,7. Sedangkan setelah pembelajaran ATI,
kemampuan rendah. Sementara kurang dari
peserta didik mempunyai nilai motivasi rata-
sebagian yaitu 2 responden (6%) memiliki
rata 4,4. Terlihat bahwa probabilitas atau ρ
tingkat
motivasi
baik
411
value 0,000. Karena 0,000 < 0,05, maka H 0
value, sebesar 0.001 < 0.05. Hal ini berarti H 0
ditolak. Dapat disimpulkan bahwa motivasi
ditolak,
sebelum dan
kelompok mempunyai rata-rata yang berbeda.
sesudah
pembelajaran
ATI
kesimpulannya
terdapat
bahwa
perbedaan
berbeda secara nyata.Atau, pembelajaran ATI
Artinya
tersebut efektif dalam peningkatan motivasi
motivasi belajar yang signifikan peserta didik
belajar secara bermakna.
kemampuan tinggi, sedang dan rendah sebelum
peningkatan
Analisis multivariat dalam penelitian ini
dilakukan perlakuan dengan peserta didik
menggunakan ujiOne Way Anova dimana uji
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah setelah
tersebut digunakan untuk mengetahui ada
dilakukan perlakuan metode pembelajaran ATI.
tidaknya perbedaan rata-rata antara
Tabel 8
tiga
variabel bebas (independent) yang dalam hal ini
Hasil Uji Post Hoc Data Normal Gain Angket
adalah metode pembelajaran ATI yang dibagi
Motivasi Belajar Per Kelompok Kemampuan
menjadi tiga kelompok kemampuan dengan satu variabel terikat (dependent) sebagai
MEAN NO
KLP
ρvalue
DIF
motivasi belajar. Tabel 7
1
Motivasi Belajar Per Kelompok Kemampuan
2
ρ
0.8*
0.002
RENDAH
0.3
0.372
TINGGI
-0.8*
0.002
RENDAH
-0.5*
0.004
TINGGI
-0.31
0.372
0.5*
0.004
SEDANG
MOTIVASI KLP
SEDANG TINGGI
Hasil Uji ANOVA Data Normal Gain Angket
NO
semua
3
RENDAH SEDANG
MEAN SD MIN MAX value
Untuk melihat kelompok mana yang lebih
1
TINGGI
0.9
0.1
0.9
1.0
baik
2
SEDANG
0.2
0.3
0.1
0.8 0.001
keperawatan dasar, maka harus dilanjutkan
3
RENDAH
0.7
0.4
0.2
0.9
dengan uji Post Hoc.
TOTAL
1.8
0.8
1.22
2.76
Berdasarkan tabel 7 dari hasil pengujian diperoleh output yang menunjukkan bahwa ρ 412
peningkatan
motivasi
belajar
ilmu
Dengan melihat ada tidaknya tanda * pada kolom Mean Difference, terlihat
berhubungan
hasrat,
keinginan,
dorongan dan tujuan (Notoatmodjo, 2010).
bahwa:
Motivasi juga merupakan keseluruhan
1) Mean dari kelompok sedang berbeda secara nyata dengan kelompok tinggi dan rendah 2) Mean dari kelompok rendah berbeda secara nyata dengan kelompok sedang
nyata dengan kelompok sedang. tabel
Post
Hoc
memperlihatkan bahwa
daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan
3) Mean dari kelompok tinggi berbeda secara
Dari
dengan
memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat
Testdi
atas
tercapai (Haryanto, 2010)
kelompok yang
Pendapat lain menurut John Elder dalam
menunjukan adanya perbedaan rata-rata
Notoatmodjo (2010) mendefinisikan motivasi
motivasi belajar paling dominan (ditandai
sebagai
dengan tanda bintang "*") adalah Kelompok
lingkungan sehingga dapat meningkatkan,
tinggi, sedang dan rendah.
menurunkan atau mempertahankan perilaku.
:
interaksi
antara
perilaku
dan
Definisi ini lebih menekankan pada hal-hal
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, sebelum
yang
dapat
diobservasi
dari
proses
dilakukan pembelajaran Aptitude Treatment
motivasi.Sedangkan secara psikologi, berarti
Interaction (ATI)lebih dari sebagian yaitu
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau
18orang responden (50%) memiliki tingkat
kelompok orang tergerak melakukan sesuatu
motivasi tidak baik dan baik yang berdasarkan
karena
hasil pengukuran dengan menggunakan lembar
dikehendakinya,
observasi dan kuesionerAttention, Confident,
dengan perbuatannya.
Relevance, Satisfaction (ACRS).
ingin
mencapai atau
tujuan
mendapat
yang
kepuasan
Seseorang mendapat dorongan untuk
Motivasi secara umum mengacu pada
melakukan suatu aktivitas didasari atas adanya
adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan
bioghenic theoriesdan
kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu,
Bioghenic theories yang menyangkut proses
dalam
biologis lebih menekankan pada mekanisme
mempelajari
motivasi
kita
akan
413
sociogenic theories.
pembawaan biologis. Sedang yang sociogenic
pembelajaran
theories lebih menekankan adanya pengaruh
motivasi belajar mahasiswa STIKES Hang
kebudayaan
Tuah Tanjungpinang Tahun 2015.
atau
kehidupan
masyarakat
(Haryanto, 2010).
ATI
terhadap
peningkatan
Hal ini berkelanjutan juga dengan hasil
Dengan demikian, dapatlah ditegaskan
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
bahwa motivasi, akan selalu terkait dengan soal
Agustina (2010) yang melakukan penelitian
kebutuhan. Sebab kebutuhan seseorang akan
berjudul hubungan minat dan motivasi menjadi
terdorong melakukan sesuatu bila merasa ada
perawat
sesuatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut timbul
mahasiswa program studi DIII keperawatan
karena adanya keadaan yang tidak seimbang,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi
tidak serasi atau rasa ketegangan yang menuntut
Husada
suatu kepuasan.Hal ini menunjukkan bahwa
dianalisis dengan derajat kemaknaan α =
kebutuhan manusia bersifat dinamis, berubah-
0,01,ada hubungan yang signifikan antara minat
ubah sesuai dengan sifat kehidupan manusia itu
dengan prestasi belajar karena diperoleh r
sendiri.
hitung > r tabel yaitu 0,764 >0,159 (ρ= 0.0002) Perlu
prestasi
Tulungagung
Tahun
belajar
2010,
pada
data
bahwa
motivasi
ada hubungan yang signifikan antara motivasi
tujuan.
Dengan
dengan prestasi belajar karena diperoleh r
demikian, motivasi mempengaruhi adanya
hitung > r tabel yaitu 0,632 > 0,159 (ρ= 0.0003)
kegiatan. Sehubung dengan hal tersebut ada tiga
ada hubungan yang signifikan antara minat dan
fungsi motivasi yaitu mendorong manusia
motivasi secara bersama – sama dengan prestasi
untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, dan
belajar dengan nilai F hitung > dari F tabel yaitu
menyeleksi perbuatan (Sardiman, 2011).
103,58> 4,78.
bertalian
ditegaskan,
dengan
dengan
suatu
Responden yang memiliki tingkat Berdasarkan hasil penelitian, terdapat motivasi
tidak
baik
disebabkan
karena
adanya pengaruh antara metode pembelajaran kurangnya motivasi didalam dirinya atau ATI dengan peningkatan motivasi belajar. motivasi intrinsik yang merupakan produk dari Dimana Ho ditolak yang berarti adanya pemikiran, harapan dan tujuan seseorang. pengaruh yang
bermakna antara metode Menurut Nurdin (2005) “Model pembelajaran 414
Aptitude-treatment Interaction (ATI) adalah
sesudah pembelajaran ATI berbeda secara
suatu konsep atau pendekatan yang memiliki
nyata.Atau, pembelajaran ATI tersebut efektif
sejumlahstrategi pembelajaran (treatment) yang
dalam peningkatan motivasi belajar secara
efektif digunakan individu tertentu sesuai
bermakna.
dengan kemampuan masing-masing”. PENUTUP Nurdin
(2005)
menyatakan
“Model A. Kesimpulan
pembelajaran Aptitude-Treatment Interaction Hasil penelitian menyimpulkan bahwa : (ATI)
bertujuan
untuk
menciptakan
dan 1. Karakteristik
responden
berdasarkan
mengembangkan suatu model pembelajaran kemampuankurang dari sebagian yaitu yang betul-betul peduli dan memperhatikan 16orang keterkaitan
antara
kemampuan
responden
(44%)
memiliki
(aptitude) kemampuan
sedang.
Sementara
karakteristik
responden
berdasarkan
seseorang dengan pengalaman belajar atau secara khas dengan model pembelajaran kemampuan kurang dari sebagian yaitu 14 (treatment)”. Untuk mencapai tujuan tersebut orang
responden
(39%)
memiliki
model pembelajaran ATI berupaya menemukan kemampuan
rendah dan kurang dari
dan memilih sejumlah pendekatan, metode atau sebagianyaitu 6 orang responden (17%) cara, strategi yang akan digunakan sebagai memiliki kemampuan tinggi. perlakuan
(treatment)
yang
tepat,
yaitu 2. Karakteristik
responden
berdasarkan
perlakuan yang sesuai dengan perbedaan tingkat motivasi sebagian besar yaitu 30 kemampuan siswa. responden (83%) memiliki tingkat motivasi Oleh
sebab
itu,
motivasi
sebelum baik sedangkan karakteristik responden
pembelajaran ATI, peserta didik mempunyai berdasarkan tingkat motivasikurang dari nilai motivasi rata-rata 3,7306. Sedangkan sebagian yaitu 6 responden (17%) memiliki setelah
pembelajaran
ATI,
peserta
didik tingkat
mempunyai
nilai
motivasi
motivasi
tidak
baik
setelah
rata-rata diberikan pembelajaran ATI.
4,3661dengan probabilitas atau p value 0,000. 3. Pada
kelompok
setelah
dilakukan
Karena 0,000 < 0,05, maka H 0 ditolak. Dapat pembelajaran disimpulkan bahwa motivasi sebelum dan 415
ATI,
hasil
uji
statistik
menunjukkan bahwa ada pengaruh antara
sedang dan rendah sebelum diberikan
Pembelajaran dengan Metode Aptitude
perlakuan dengan kelompok kemampuan
Treatment Interaction (ATI) Terhadap
yang sudah diberikan perlakuan.
Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa B. Saran STIKES Hang Tuah Tanjungpinang. Hal 1. Karena telah terbukti terdapat pengaruh ini dibuktikan oleh hasil ρ value= 0,000,
metode
pembelajaran
ATI
terhadap
yang mana lebih kecil nilainya dari 0,05, peningkatan
motivasi
belajar
maka
maka keputusannya Ho Ditolak yang diharapkan kepada tenaga pendidik dan artinya ada pengaruh yang bermakna antara tenaga kependidikan maupun pembaca metode
pembelajaran
ATI
terhadap dapat menggunakan metode pembelajaran
peningkatan motivasi belajar STIKES ATI yang memperhatikan keseragaman Hang Tuah Tanjungpinang Tahun 2015. kemampuan individu dalam meningkatkan 4. Hasil uji statistik dengan uji One Waymotivasi belajar peserta didik selain ANOVA
berdasarkan
kelompok pembelajaran konvesional.
kemampuan peserta didik bahwa semua 2. Selain kelompok
mempunyai
rata-rata
sasarannya
kepada
individu
yang diharapkan
Dinas
Pendidikan
dan
berbeda. Artinya terdapat peningkatan Kebudayaan
(DIKBUD)
dapat
informasi
mengenai
motivasi belajar yang signifikan antara mengembangkan peserta didik kemampuan tinggi, sedang pembelajaran dengan metode Aptitude dan rendah sebelum dilakukan perlakuan Trearment
Interaction
(ATI)
sebagai
dengan peserta didik kemampuan tinggi, metode pembelajaran dalam meningkatkan sedang, dan rendah setelah dilakukan motivasi belajar peserta didik, sehingga perlakuan metode pembelajaran ATI. Hal peserta didik berpacu dalam meningkatkan ini dibuktikan oleh hasil ρ value = 0.001,
kemampuan individu untuk menunjang
yang mana lebih kecil nilainya dari 0.05, dunia pendidikan maka keputusannya Ho Diterima yang 3. Diharapkan bagi peneliti lain agar terus berarti ada perbedaan rata-rata terhadap mengembangkan semua
kelompok
kemampuan
tinggi, 416
penelitian
tentang
penggunaan metode pembelajaran ATI
Education
terhadap peningkatan motivasi belajar
Standford
dengan
membandingkan
metode
pembelajaran
penggunaan lain
Univercity
Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodologi
dalam
Penelitian Keperawatan. Jakarta :
meningkatkan motivasi belajar.
Trans Info Media Djamarah, B, S, (2010). Strategi Belajar
KEPUSTAKAAN Agustiana, Sri, (2010). Hubungan Minat dan
Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Motivasi menjadi Perawat dengan
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
Prestasi Belajar pada Mahasiswa
Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Program Studi D III Keperawatan di
Cipta
Sekolah
Tinggi
Ilmu
Kesehatan
Nursalam, (2003). Konsep dan penerapan
Hutama Abdi Husada Tulungagung.
Metodologi
Skripsi
Keperawatan.
tidak
diterbitkan
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hutama Abdi Husada Tulungagung. Arikunto,
Suharsimi,
(2010).
PD,
(2013).
Penelitian Edisi
1.
Ilmu Jakarta
:
Salemba Medika Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu
Manajemen
Keperawatan :
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Astuti,
Stanford
Efektivitas
Pendekatan Praktis.
Jakarta : Salemba.
Metode
Pembelajaran
Aptitude
Treatment
Interaction
(ATI)
Terhadap
Oemar
Hamalik.
2003.
Proses
belajar
Mengajar.Jakarta: PT Bumi Aksara. Rianto, (2013). Perubahan Kurikulum menjadi
Peningkatan Pemahaman Konsep dan
Kurikulum
Motivasi Belajar Matematika Peserta
2013. http://www.kurikulumindonesia.
Didik.
com/ Diakses: 20 April 2014.
Cronbach, L. J., Snow, R.1969. Final Report
Santrock, J.W. (2008). Educational psychology, (2nded.). Jakarta : Kencana.
Individual Differences in Learning Ability as a Function of Intructional Variables.
California:
School
of
417
Sardiman, AM. (2011). Interaksi dan Motivasi
Winkel. W. S. (2007). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi
Belajar Mengajar. Jakarta : Raja
Woolfolk, Anita. 2004. Educational
Grafindo Persada
Psychology (Ninth Edition). Boston:
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor – Faktor
Allyn and Bacon
Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka
Woolfolk, Anita. 2009. Educational
Cipta Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan:
Psychology: Active Learning Edition
Teori dan Praktek (Edisi Kedelapan).
(Edisi Sepuluh). Yogyakarta : Pustaka
Jakarta: PT Indeks
Pelajar
Sutikno, S. (2007). Strategi Belajar Mengajar. 1
Bandung : PT. Refika Aditama Syafruddin, N, (2005). Model Pembelajaran yang
Memperhatikan
Individu Berbasis
Siswa
Dalam
Kompetensi.
Keragaman
M. Kep, CWT : Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Kurikulum Ciputat
:
Quantum Teaching Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya UNPAD. Diskusi Edufest 2011 Tentang Kritisi Mutu
Pendidikan.
Nur Meity Sulistia Ayu, S. Kep, Ns,
Artikel
: http://www.unpad.ac.id/archives/462 33. Diakses : 10 Januari 2014 Wati, Lidya, (2013). Panduan Penyusunan Metodologi Riset Keperawatan. Skripsi Tidak Diterbitkan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tanjungpinang
418
PEMBERIAN TEKNIK MULLIGAN DAN SOFT TISSUE MOBILIZATION LEBIH BAIK DARIPADA HANYA SOFT TISSUE MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN LINGKUP GERAK SENDI EKSTENSI, ROTASI, LATERAL FLEKSI CERVICAL PADA MECHANICAL NECK PAIN Sudaryanto Jl. Bendungan Bili-Bili No. 1 Karunrung (Akper Tidung), Makassar, Sulawesi Selatan Fisioterapis-Poltekkes Negeri Makasar
[email protected] ABSTRAK Latar belakang: Mechanical neck pain merupakan kasus yang memiliki prevalensi yang sama tingginya dengan low back pain, dan banyak dijumpai di berbagai lahan praktek fisioterapi. Kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization merupakan salah satu teknik manual terapi yang sangat efektif dan efisien di dalam menangani kasus mechanical neck pain namun masih sangat jarang digunakan oleh fisioterapis di lahan praktek. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya Soft Tissue Mobilization terhadap peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain. Metode: Desain penelitian ini adalah pre test – post test control group design dengan menggunakan 2 kelompok sampel yaitu kelompok kontrol yang diberikan intervensi Soft Tissue Mobilization dan kelompok perlakuan yang diberikan kombinasi teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization. Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah goniometer, dimana goniometer digunakan untuk mengukur lingkup gerak ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical baik sebelum intervensi maupun sesudah intervensi. Sampel penelitian berjumlah 32 orang yang dibagi ke dalam 2 kelompok sampel yaitu 16 orang pada kelompok kontrol dan 16 orang pada kelompok perlakuan. Sampel pada kelompok kontrol memiliki usia rata-rata sebesar 35,69 dengan laki-laki sebanyak 7 orang (43,8%) dan perempuan sebanyak 9 orang (56,2%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 12 orang (75%) dan keterbatasan kiri sebanyak 4 orang (25%). Sedangkan pada kelompok perlakuan memiliki usia rata-rata sebesar 35,94 dengan laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%) dan perempuan sebanyak 6 orang (37,5%) serta arah keterbatasan kanan sebanyak 11 orang (62,5%) dan keterbatasan kiri sebanyak 5 orang (31,2%). Hasil: Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji independent sampel ttest menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok kontrol dan rerata sesudah intervensi LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi kelompok perlakuan, dengan nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang lebih besar secara signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue Mobilization pada mechanical neck pain. Kesimpulan: Dengan demikian dapat ditarik simpulan bahwa teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization lebih baik daripada hanya Soft Tissue Mobilization dalam meningkatkan lingkup gerak sendi ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain. Kata kunci
: mechanical neck pain, teknik mulligan, soft tissue mobilization
ABSTRACT Background: Mechanical neck pain has the same high prevalence with low back pain, and commonly found in many of physiotherapy practice. Combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization are one of manual therapy technique highly effective and efficient to care the case of mechanical neck pain but still very rarely used by physiotherapist in fields of practice. Objective: This study aimed to know the effectiveness between Mulligan technique – Soft Tissue Mobilization and only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion extension, rotation and side flexion cervical on the mechanical neck pain. Method: The study design was a pre test – post test control group design using two group of samples are control groups that given intervention Soft
419
Tissue Mobilization and treatment groups that given a combination of Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization. Measuring instrument used for data collection was goniometer, that the goniometer was used to measure the range of motion extension, rotation and lateral flexion of the cervical either before the intervention and after the intervention. Sample of this study was 32 people who divided into 2 groups of samples were 16 people in the control group and 16 people in the treatment group. Samples in the control group had a mean age of 35,69 with male of 7 people (43,8%) and female of 9 people (56,2%) as well as limitations of the right direction were 12 people (75%) and left direction were 4 people (25%). Whereas in the treatment group had e mean age of 35,94 with male of 10 people (62,5%) and female of 6 people (37,5%) as well as limitations of the right direction were 11 people (62,5%) and left direction were 5 people (31,2%). Result: The results of hypothesis testing using independent sampel t-test showed a significant difference between the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral flexion of the control groups and the mean post-intervention ROM extension, rotation, lateral flexion of the treatment groups, with value p < 0,05. It is suggests that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization resulting increase range of motion extension, rotation, and side flexion of the cervical that significantly greater than only Soft Tissue Mobilization on the mechanical neck pain. Conclusion: Thus, it can be concluded that the Mulligan technique and Soft Tissue Mobilization better than only Soft Tissue Mobilization to the increasing range of motion extension, rotation, and side flexion cervical on the mechanical neck pain.
Key words : mechanical neck pain, mulligan technique, soft tissue mobilization
420
Dalam penelitian epidemiologi, insiden
PENDAHULUAN Secara
mekanikal,
cervical
spine
mechanical neck pain paling banyak dialami
merupakan regio yang paling mobile dan
populasi usia 18 – 30 tahun sampai usia
memiliki peluang terjadinya perubahan beban
pertengahan. Mechanical neck pain merupakan
mekanikal kaitannya dengan perubahan posisi
problem
kepala dan perubahan postur cervicothoracal.
prevalensi yang sama tinggi dengan prevalensi
Perubahan biomekanik cervical spine dapat
low back pain. Suatu evidence synthesis di
mempengaruhi struktur cervical spine dimana
Amerika Serikat menunjukkan bahwa penderita
cervical spine menerima beban kepala dengan
mechanical neck pain yang melapor sendiri
distribusi yang tidak merata, dan hal ini lebih
pada populasi umum berkisar antara 146 dan
banyak mempengaruhi lower cervical karena
213 per 1000 pasien per tahun. Hasil penelitian
lower cervical menjadi paling besar menerima
multisenter berbasis rumah sakit pada 5 rumah
beban akibat perubahan biomekanik tersebut.
sakit di Indonesia diperoleh prevalensi nyeri
Keadaan ini dapat memicu terjadinya nyeri
leher disertai dengan nyeri kepala sebesar 24%
tengkuk.
dari populasi umum.
klinis
yang
signifikan
dengan
Nyeri tengkuk merupakan kondisi yang
Mechanical neck pain, secara khas
umum terjadi dimana sekitar 60% orang di
digambarkan sebagai nyeri lokal atau non-
dunia dapat mengalami nyeri tengkuk pada
radikular
setiap waktu dalam kehidupannya. Tipe nyeri
meningkat saat terjadi gerakan pada cervical.
tengkuk yang paling sering terjadi adalah non-
Suatu
spesific neck pain yang biasa dinamakan secara
pemeriksaan fisik yang teliti dapat membantu
sederhana dengan istilah “mechanical neck
jika nyeri tengkuk tergolong
pain”. Mechanical neck pain mencakup kondisi
mechanical neck pain dengan memperhatikan
minor strain/sprain pada otot dan ligamen serta
ada tidaknya tanda-tanda atau gejala-gejala
disfungsi facet joint. Kebiasaan postur yang
patologi major seperti fraktur, myelopathy,
jelek
neoplasma, atau penyakit sistemik, dan ada
merupakan
faktor
mechanical neck pain.
kontribusi
dari
pain
riwayat
tidaknya
dengan
penyakit
tanda-tanda
intensitas
yang
jelas
dan
ke dalam
neurologis
tendon, gangguan sensorik/motorik). 421
nyeri
(refleks
Mechanical neck pain merupakan nyeri
segala arah terutama gerak rotasi, lateral fleksi
leher yang tidak beradiasi ke lengan atau upper
dan ekstensi cervical.9 Hilangnya lingkup gerak
extremitas, dimana nyeri tejadi pada area leher,
cervical pada mechanical neck pain sangat
occipital, dan punggung bagian atas. Sesuai
berhubungan dengan nyeri yang diikuti oleh
dengan namanya “mechanical” maka kondisi
minor positional fault pada facet joint dan
ini sangat berhubungan dengan mekanik
muscle
gerakan.
paravertebralis cervical, levator scapulae, dan
Mechanical
neck
pain
sering
guarding/splinting
pada
otot-otot
upper trapezius. Beberapa intervensi dapat diterima
berhubungan dengan kebiasaan postur yang jelek terutama dalam aktivitas pekerjaan.
sebagai
standar
penatalaksanaan
Pekerjaan yang secara fisik menuntut postur
mechanical neck pain seperti traksi, latihan
statik yang repetitif memberikan peluang
aktif dan pasif, ultrasound, transcutaneous
terjadinya mechanical neck pain. Beberapa
electrical nerve stimulation (TENS), edukasi
penelitian menunjukkan hubungan yang sangat
pasien, dan obat-obatan antiinflamasi non-
kuat antara mechanical neck pain dengan
steroid, tetapi bukti penelitian yang substansial
pekerjaan dalam postur statik seperti pengetik,
menyangkut
penjahit, pengrajin. Kerja yang berat, kerja
Manual
yang berulang, gaya dan fleksi leher yang statik
umumnya digunakan dalam penatalaksanaan
dalam posisi duduk, semuanya berhubungan
mechanical neck pain. Beberapa penelitian
dengan kejadian mechanical neck pain.7 Posisi
menunjukkan bahwa penggunaan manual terapi
duduk dengan postur yang jelek merupakan
spine pada cervical spine merupakan intervensi
posisi yang paling sering menyebabkan stress
yang efektif dan efisiensi biaya pengobatan
postural pada cervical, dimana sering terjadi
untuk
pasien-pasien
duduk dengan kepala dalam posisi protrude.
pain.
Meskipun
efektifitasnya
terapi
dan/atau
untuk
masih
kurang.
mobilisasi
mechanical demikian,
spine
neck
beberapa
Sumber gejala dari mechanical neck
pengamatan peneliti di beberapa Rumah Sakit
pain khususnya berasal dari zygapophyseal
dan lahan praktek (klinik mandiri) daerah
joint atau uncovertebral joint pada cervical, dan
Denpasar masih jarang sekali menggunakan
umumnya menyebabkan keterbatasan gerak ke
intervensi manual terapi spine. 422
Manual terapi spine memiliki beberapa metode,
antara
lain
adalah
Soft
Tissue
struktur otot dan fascia dengan tujuan akhir adalah mengembalikan kualitas cairan atau
Mobilization dan teknik Mulligan. Soft tissue
lubrikasi
mobilization merupakan salah satu metode
jaringan fascia dan otot, dan fungsi sendi
manual terapi yang efektif untuk kasus-kasus
normal.
pada
jaringan
fascia,
mobilitas
vertebra khususnya mechanical neck pain.
Kedua metode Soft tissue mobilization
Muscle Energy Technique merupakan salah
di atas sangat berperan di dalam menurunkan
satu metode Soft tissue mobilization yang biasa
ketegangan otot dan taut band yang akhirnya
dikenal sebagai metode manipulasi osteopathic
berimplikasi pada peningkatan lingkup gerak
soft tissue yang menggabungkan arah dan
sendi cervical. Penelitian Nayak (2012), dengan
kontrol yang tepat dari pasien, kontraksi
topik “Combined Effect of Myofascial Release
isometrik, yang didesain untuk memperbaiki
And Muscle Energy Technique In Subjects With
fungsi muskuloskeletal dan menurunkan nyeri.
Mechanical Neck Pain” menunjukkan adanya
Metode Muscle Energy memiliki aplikasi yang
penurunan nyeri dan perbaikan lingkup gerak
ditujukan pada normalisasi struktur-struktur
sendi cervical yang bermakna pada pasien-
jaringan lunak seperti otot-otot yang memendek
pasien mechanical neck pain.
(tension/hipertonus),
namun
secara
tidak
Problem
keterbatasan
gerak
yang
langsung memberikan implikasi pada sendi
ditimbulkan oleh zygapophyseal joint (facet
yang berkaitan dengan otot yang memendek,
joint) tidak dapat secara efektif dan efisien
sehingga metode ini dapat juga digunakan
diatasi oleh Soft Tissue Mobilization karena
untuk membantu memperbaiki mobilitas sendi
target jaringan dari metode ini adalah jaringan
melalui efeknya pada jaringan lunak yang
lunak di sekitar sendi, meskipun memiliki
disfungsi.
dampak secara tidak langsung pada facet joint. Technique
Penambahan teknik Mulligan pada intervensi
merupakan salah satu metode Soft tissue
soft tissue mobilization dapat menghasilkan
mobilization yang memfokuskan pada jaringan
peningkatan lingkup gerak sendi cervical yang
lunak yaitu fascia dan otot, berperan untuk
lebih efektif dan efisien dimana problem sendi
memberikan regangan atau elongasi pada
akan terlepas secara maksimal. Secara khas,
Myofascial
Release
423
konsep Mulligan adalah mobilisasi spine dalam
Ruang Lingkup Penelitian
posisi weight bearing dan arah mobilisasi
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklnik
paralel terhadap bidang gerak facet spinal.
Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital, Jalan
Passive
Tantular
oscillatory
dinamakan
dengan
mobilization
No.
6
Renon
Denpasar,
yang
(Natural
dilaksanakan selama 12 minggu mulai tanggal
Apophyseal Glides) dan sustained mobilization
1 April sampai tanggal 22 Juni 2013. Jenis
dengan
dinamakan
penelitian ini adalah penelitian eksperimen
“SNAGs” (Sustained Natural Apophyseal
dengan pre test – post test control group design.
Glides) merupakan teknik utama dari konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengobatan pada spine.
efektifitas dari penambahan teknik Mulligan
gerakan
“NAGs”
yang
aktif
yang
Penelitian Kumar et al. (2011), dengan
pada intervensi soft tissue mobilization terhadap
topik “Efficacy of Mulligan Concept (NAGs) on
peningkatan lingkup gerak sendi cervical pada
Pain at available end range in Cervical Spine:
mechanical neck pain.
A Randomised Controlled Trial” menunjukkan
Populasi dan Sampel
hasil adanya perbaikan lingkup gerak cervical
Populasi dalam penelitian ini adalah
dan penurunan nyeri yang signifikan pada
sejumlah pasien yang datang berkunjung di
pasien-pasien
pain.
Poliklinik Fisioterapi RS. Bali Royal Hospital
Berdasarkan hal tersebut di atas yang didukung
dengan keluhan nyeri dan kaku pada leher
dengan hasil penelitian sebelumnya maka
selama
peneliti mencoba mengambil topik tentang
penelitian adalah sejumlah sampel yang diambil
“Pemberian teknik Mulligan dan Soft Tissue
dari populasi terjangkau dan sesuai dengan
Mobilization lebih baik daripada Soft Tissue
kriteria inklusi dalam pengambilan sampel.
Mobilization dalam meningkatkan lingkup
Berdasarkan hasil rumus Pocock diperoleh
gerak sendi cervical pada mechanical neck
jumlah sampel sebanyak 17 orang (16,8
pain”.
dibulatkan menjadi 17) pada setiap kelompok
mechanical
neck
penelitian
berlangsung.
Sampel
sampel sehingga total sampel sebanyak 34 orang. Namun selama penelitian berlangsung, Metode Penelitian
terdapat 1 orang yang drop out pada kelompok 424
kontrol dan 1 orang yang drop out pada
gerak sendi cervical-nya yang meliputi lingkup
kelompok perlakuan, sehingga jumlah sampel
gerak ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi dengan
pada setiap kelompok adalah 16 orang dan total
menggunakan
sampel sebanyak 32 orang.
intervensi keempat yaitu sesudah intervensi
Kelompok kontrol
dilakukan kembali pengukuran lingkup gerak
Kelompok kontrol diberikan intervensi
sendi
soft tissue mobilization, terdiri atas Muscle
sebanyak 3 kali repetisi setiap kali kunjungan,
cervical
dengan
menggunakan
sendi cervical: 1. Pengukuran LGS ekstensi cervical a. Center
fulcrum
waktu 1 hari, jumlah terapi sebanyak 4 kali
diletakkan
terapi. MRT dilakukan 30 kali stroking pada
meatus.
jaringan lunak setiap kali kunjungan, frekuensi
pada
dari
goniometer
external
auditory
b. Lengan proksimal goniometer harus
3 kali seminggu dengan interval waktu 1 hari,
tegak lurus atau paralel dengan lantai.
jumlah terapi sebanyak 4 kali terapi.
c. Lengan distal goniometer harus segaris dengan base of the nares.
Kelompok perlakuan perlakuan
akhir
Prosedur pengukuran lingkup gerak
frekuensi terapi 3 kali seminggu dengan interval
Kelompok
Pada
goniometer yang sama.
Energy Technique (MET) dan Myofascial Release Technique (MRT). MET dilakukan
goniometer.
diberikan
d. Selama pengukuran, lengan proksimal
intervensi teknik Mulligan dan soft tissue
goniometer dipertahankan tetap tegak
mobilization. Penambahan teknik Mulligan
lurus dengan lantai sedangkan lengan
dilakukan 6 kali repetisi dengan 2 set latihan
distal tetap dipertahankan mengikuti
setiap kali kunjungan, frekuensi terapi 3 kali
gerakan dan segaris dengan base of the
seminggu dengan interval waktu 1 hari, jumlah
nares.
terapi sebanyak 4 kali setiap sampel.
2. Pengukuran LGS rotasi cervical a. Center
fulcrum
dari
goniometer
Cara Pengumpulan Data
diletakkan diatas pusat os cranial dari
Sebelum diberikan intervensi pertama
kepala
maka sampel terlebih dahulu diukur lingkup 425
b. Lengan proksimal harus paralel dengan
Analisis data
garis imajinasi antara kedua processus acromion.
Dalam menganalisis data penelitian yang
c. Lengan distal harus segaris dengan ujung hidung.
telah
diperoleh,
maka
peneliti
menggunakan beberapa uji statistik sebagai berikut:
d. Selama pengukuran, lengan proksimal
1. Uji statistik deskriptif, untuk memaparkan
dipertahankan tetap paralel dengan
karakteristik sampel berdasarkan usia,
garis imajinasi antara kedua processus
jenis kelamin dan arah keterbatasan gerak.
acromion sedangkan lengan distal tetap
2. Uji Persyaratan Analisis, menggunakan uji
dipertahankan mengikuti gerakan dan
Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah
segaris dengan ujung hidung.
data berdistribusi normal (p>0,05) atau
3. Pengukuran LGS lateral fleksi cervical
tidak berdistribusi normal (p<0,05), dan
a. Center
fulcrum
dari
goniometer
menggunakan uji Levene’s test untuk
diletakkan diatas processus spinosus
mengetahui
vertebra C7.
(p>0,05) atau sampel tidak homogen
b. Lengan proksimal harus segaris dengan vertebra thoracal sehingga tegak lurus
homogen
3. Uji analisis komparatif, menggunakan uji statistik parametrik atau non-parametrik.
c. Lengan distal harus segaris dengan dorsal
sampel
(p<0,05).
dengan lantai.
midline
apakah
kepala,
Hasil uji persyaratan analisis menunjukkan
patokan
data berdistribusi normal maka digunakan
menggunakan occipital protube-rance
uji statistik parametrik yaitu uji paired
external.
sample t dan uji independent sample t.
d. Selama pengukuran, lengan proksimal
4. Uji paired sample t digunakan untuk
dipertahankan tetap segaris dengan
menganalisis data pre test dan post test
vertebra thoracal sedangkan lengan
pada setiap kelompok sampel dengan
distal tetap dipertahankan mengikuti
hipotesis statistik yaitu taraf signifikansi
gerakan dan segaris dengan occipital
95% (nilai p < 0,05). (5) Uji independent
protuberance external.
sample t digunakan untuk menganalisis 426
data post test antara kelompok kontrol dan
kelompok kontrol dan diperoleh nilai 35,94 ±
kelompok perlakuan dengan tujuan untuk
6,952 tahun untuk kelompok perlakuan. Hal ini
membuktikan efektifitas dari penambahan
menunjukkan bahwa rata-rata sampel tergolong
teknik Mulligan, dengan hipotesis statistik
ke dalam usia dewasa baik pada kelompok
yaitu taraf signifikansi 95% (nilai p <
kontrol
0,05).
Kemudian, dilihat dari jenis kelamin pada
kelompok
perlakuan.
kelompok kontrol diperoleh sampel laki-laki
Hasil dan Pembahasan Tabel 1
sebanyak 7 orang (43,8%) dan sampel
Rerata dan Persentase Sampel berdasarkan karakteristik Sampel
perempuan
sebanyak
9
orang
(56,2%).
Sedangkan pada kelompok perlakuan diperoleh
Karakteristik
n
sampel
(%)
Kontrol
Perlakuan
Umur
16
35,69±7,
35,94±6,
525
952
(tahun)
maupun
Rerata ± SB
sampel laki-laki sebanyak 10 orang (62,5%)
J.K :
dan sampel perempuan sebanyak 6 orang (37,5%). Dilihat dari arah keterbatasan, pada kelompok
kontrol
diperoleh
data
bahwa
keterbatasan kearah kanan sebanyak 12 orang
Laki – laki
7 (43,8)
-
-
(75%) dan keterbatasan kearah kiri sebanyak 4
Perempuan
9 (56,2)
-
-
orang (25%). Sedangkan pada kelompok
A.K :
perlakuan diperoleh data bahwa keterbatasan
Kanan
12 (75)
-
-
kearah kanan sebanyak 11 orang (68,8%) dan
Kiri
4 (25)
-
-
keterbatasan kearah kiri sebanyak 5 orang (31,2%).
Keterangan : J.K = jenis kelamin A.K = arah keterbatasan Tabel di atas menunjukkan nilai rerata dan
persentase
karakteristik
sampel.
sampel Dilihat
Tabel 2
berdasarkan dari
Rerata LGS (derajat) berdasarkan nilai
umur
pre test, post test dan selisih
diperoleh nilai 35,69 ± 7,525 tahun untuk 427
Klp
Rerata LGS dan Simpang Baku
sampel
Pre test
Post test
Selisih
± 6,386 dan rerata post test sebesar 71,19o ± 4,651 dengan selisih rerata sebesar 22,06o ± 5,483. Dilihat dari LGS rotasi, diperoleh rerata
Ekstensi : 53,31±5,606 67,25±4,041 13,94±4,419
pre test sebesar 56,00o ± 3,882 dan rerata post
Perlakuan 49,12±6,386 71,19±4,651 22,06±5,483
test sebesar 72,94o ± 2,265 dengan selisih rerata
Rotasi :
sebesar 16,94o ± 3,872. Kemudian, dilihat dari
Kontrol
56,69±3,478 69,25±2,176 12,56±3,366
LGS lateral fleksi diperoleh rerata pre test
Perlakuan 56,00±3,882 72,94±2,265 16,94±3,872
sebesar 32,44o ± 2,128 dan rerata post test
Lat.fleksi
sebesar 45,13o ± 1,455 dengan selisih rerata
Kontrol
Kontrol
32,50±2,066 42,38±2,527
9,88±1,544
sebesar 12,69o ± 2,243. Uji
Perlakuan 32,44±2,128 45,13±1,455 12,69±2,243
Normalitas
Data
dan
Homogenitas Varian Tabel 3
Tabel di atas menunjukkan nilai rerata
Uji normalitas data dan homogenitas varian
sampel berdasarkan nilai LGS pre test, post test dan selisih. Pada kelompok kontrol, dilihat dari LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar
Kelompok
53,31o ± 5,606 dan rerata post test sebesar
data
p uji normalitas
Homogenitas
(Shapiro Wilk)
dengan Levene’s test
Kontrol
67,25o ± 4,041 dengan selisih rerata sebesar
Perlakua n
13,94o ± 4,419. Dilihat dari LGS rotasi,
Ekstensi :
diperoleh rerata pre test sebesar 56,69o ± 3,478
Sebelum
0,248
0,375
0,447
dan rerata post test sebesar 69,25o ± 2,176
Sesudah
0,158
0,480
0,502
dengan selisih rerata sebesar 12,56o ± 3,366. Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi
Rotasi :
diperoleh rerata pre test sebesar 32,50o ± 2,066
Sebelum
0,580
0,542
0,485
dan rerata post test sebesar 42,38o ± 2,527
Sesudah
0,093
0,069
0,876
dengan selisih rerata sebesar 9,88o ± 1,544. Pada kelompok perlakuan, dilihat dari LGS ekstensi diperoleh rerata pre test sebesar 49,12o 428
Lat.fleksi :
berdistribusi normal. Dilihat dari LGS lateral
Sebelum
0,055
0,521
0,451
fleksi, hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok
Sesudah
0,129
0,254
0,010
kontrol sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan
pada
kelompok
perlakuan
sebelum
intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini Tabel di atas menunjukkan hasil uji
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
normalitas dengan Shapiro-Wilk test dan uji
Kemudian,
homogenitas varian dengan Levene’s test.
kelompok kontrol sesudah intervensi yaitu nilai
Dilihat dari LGS ekstensi diperoleh hasil uji
p > 0,05 dan pada kelompok perlakuan sesudah
Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sebelum
intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini
intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu
Berdasarkan uji homogenitas dengan
nilai p > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data
Levene’s test diperoleh data untuk LGS ekstensi
berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji
sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang
Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah
berarti data bersifat homogen dan sesudah
intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data
kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu
bersifat homogen. Dilihat dari LGS rotasi, hasil
nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
uji Levene’s test sebelum intervensi yaitu nilai
berdistribusi normal. Dilihat dari LGS rotasi,
p > 0,05 yang berarti data bersifat homogen dan
hasil uji Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol
sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang
sebelum intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
berarti data bersifat homogen. Dilihat dari LGS
kelompok perlakuan sebelum intervensi yaitu
lateral fleksi, hasil uji Levene’s test sebelum
nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
intervensi yaitu nilai p > 0,05 yang berarti data
berdistribusi normal. Kemudian, hasil uji
bersifat homogen dan sesudah intervensi yaitu
Shapiro-Wilk pada kelompok kontrol sesudah
nilai p < 0,05 yang berarti data tidak bersifat
intervensi yaitu nilai p > 0,05 dan pada
homogen.
kelompok perlakuan sesudah intervensi yaitu nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa data
hasil
Melihat
uji
Shapiro-Wilk
keseluruhan
hasil
pada
uji
persyaratan analisis diatas maka peneliti dapat 429
mengambil keputusan untuk menggunakan uji
sample t untuk kelompok kontrol. Dilihat dari
statistik parametrik (uji paired sample t) untuk
LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang
masing-masing kelompok sampel (kontrol dan
berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
perlakuan) dan uji statistik parametrik (uji
ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah
independent sample t) untuk membuktikan
intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh
efektifitas antara kedua kelompok sampel,
nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
sebagai pilihan pengujian statistik
rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari
Uji sebelum
Beda
dan
Rerata
sesudah
LGS
cervical
intervensi
pada
LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan
lateral fleksi yang bermakna sebelum dan
Tabel 4
sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat
sesudah intervensi pada kelompok kontrol
memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi
Kelompok Sebelum
Sesudah
dan lateral fleksi cervical yang bermakna pada
p
data
kondisi mechanical neck pain.
Ekstensi :
Tabel 5
Rerata
53,31
67,25
SB
5,606
4,041
0,0001
Uji beda rerata LGS (derajat) sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
Kelompok
Rotasi :
Sebelum Sesudah Rerata
55,75
69,25
SB
3,022
2,176
0,0001
32,19
42,38
SB
2,455
2,527
Tabel
diatas
data Ekstensi :
Lat.fleksi : Rerata
p
0,0001
menunjukkan
Rerata
49,12
71,19
SB
6,386
4,651
Rerata
54,94
72,69
SB
3,623
2,358
0,0001
Rotasi :
hasil
pengujian hipotesis menggunakan uji paired 430
0,0001
Tabel 6
Lat.fleksi : Rerata
30,94
45,00
SB
2,144
1,549
Uji beda rerata LGS (derajat) sesudah
0,0001
intervensi antara kontrol dan perlakuan
Kelompok Tabel
diatas
menunjukkan
hasil
Kontrol
Perlakuan
p
0,016
data
pengujian hipotesis menggunakan uji paired
Ekstensi :
sample t untuk kelompok perlakuan. Dilihat
Rerata
67,25
71,19
dari LGS ekstensi diperoleh nilai p < 0,05 yang
SB
4,041
4,651
berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS
Rotasi :
ekstensi yang bermakna sebelum dan sesudah
Rerata
69,25
72,69
intervensi. Dilihat dari LGS rotasi diperoleh
SB
2,176
2,358
nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada perbedaan
Lat.fleksi
rerata nilai LGS rotasi yang bermakna sebelum
:
42,38
45,00
dan sesudah intervensi. Kemudian, dilihat dari
Rerata
2,527
1,549
LGS lateral fleksi diperoleh nilai p < 0,05 yang
SB
0,0001
0,002
berarti bahwa ada perbedaan rerata nilai LGS lateral fleksi yang bermakna sebelum dan
Tabel diatas menunjukkan hasil uji
sesudah intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa
independent sample t untuk pengujian hipotesis
intervensi teknik Mulligan dan Soft Tissue
diatas, mulai dari LGS ekstensi, rotasi dan
Mobilization dapat memberikan peningkatan
lateral fleksi. Dilihat dari LGS ekstensi
LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical
diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada
yang bermakna pada kondisi mechanical neck
perbedaan rerata sesudah intervensi LGS
pain.
ekstensi yang bermakna antara kelompok cervical
kontrol dan kelompok perlakuan. Dilihat dari
sesudah intervensi antara kelompok kontrol
LGS rotasi diperoleh nilai nilai p < 0,05 yang
dan kelompok perlakuan
berarti bahwa ada perbedaan rerata sesudah
Uji
Beda
Rerata
LGS
intervensi LGS rotasi yang bermakna antara 431
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
muscle tightness disekitar leher, sehingga
Kemudian, dilihat dari LGS lateral fleksi
kondisi ini menyebabkan keterbatasan gerak
diperoleh nilai p < 0,05 yang berarti bahwa ada
pada cervical terutama gerak ekstensi, rotasi
perbedaan rerata sesudah intervensi LGS lateral
dan lateral fleksi cervical.
fleksi yang bermakna antara kelompok kontrol
Problem keterbatasan gerak ekstensi,
dan kelompok perlakuan. Hal ini menunjukkan
rotasi dan lateral fleksi umumnya ditemukan
bahwa Teknik Mulligan dan Soft Tissue
oleh peneliti pada setiap sampel, dan rasa nyeri
Mobilization
umumnya
menghasilkan
peningkatan
dirasakan
pada
akhir
lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan
keterbatasannya. Berdasarkan pengamatan dan
lateral fleksi cervical yang lebih besar secara
penulusuran peneliti dari hasil pemeriksaan
signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue
menunjukkan bahwa problem keterbatasan
Mobilization pada mechanical neck pain. Hasil
ekstensi umumnya disebabkan oleh lesi facet
pengujian hipotesis diatas telah membuktikan
joint cervical, sedangkan problem keterbatasan
bahwa “Teknik Mulligan dan Soft Tissue
rotasi dan lateral fleksi umumnya disebabkan
Mobilization lebih baik daripada hanya Soft
oleh muscle spasm atau muscle tightness pada
Tissue
otot-otot leher terutama splenius capitis,
Mobilization
dalam
meningkatkan
lingkup gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan
semispinalis cervicis dan upper trapezius.
lateral fleksi cervical pada mechanical neck pain”.
Soft
Tissue
Mobilization
dapat
memberikan peningkatan LGS ekstensi, rotasi dan lateral fleksi cervical yang bermakna, Efek teknik Mulligan dan Soft Tissue
dimana peningkatan LGS cervical dihasilkan
tissue
oleh adanya efek post isometric relaxasi (PIR)
Mobilization terhadap peningkatan LGS
dan reciprocal inhibition (RI) serta efek
ekstensi, rotasi, lateral fleksi cervical pada
elongasi serabut otot. Efek PIR dan RI
mechanical neck pain
dihasilkan oleh intervensi Muscle Energy
Mobilization
serta
hanya
Mechanical neck pain
Soft
merupakan
Technique, sedangkan efek elongasi serabut
kondisi kronik nyeri leher yang melibatkan lesi
otot dihasilkan oleh intervensi Myofascial
facet joint cervical dan muscle spasm atau
Release Technique. Menurut Chaitow (2006), 432
efek PIR dan RI dapat menghasilkan refleks
dalam
relaksasi dan perubahan otot terhadap toleransi
komponen kontraktile otot oleh GTO dapat
stretch, karena Efek PIR dapat mengaktivasi
memberikan
golgi tendon organ (GTO) pada otot yang
relaksasi
bersangkutan dimana GTO memiliki sifat
terjadinya peningkatan lingkup gerak sendi.
inhibitor
yang
dapat
waktu
mempengaruhi
yang
lama.
kontribusi
otot
Inhibisi
terhadap
sehingga
dari
refleks
memungkinkan
Menurut Mulligan, lesi pada facet joint
sekumpulan motor neuron sehingga efek
cervical
tersebut dapat menyebabkan penurunan tonus
positional fault didalam permukaan facet joint
atau ketegangan otot. Kemudian, efek RI yang
sehingga terjadi keterbatasan gerak fisiologis
dihasilkan oleh MET dengan mengaktivasi
pada cervical. Minor positional fault atau minor
kontraksi otot antagonist (otot yang sehat) dapat
subluksasi tersebut dapat dikoreksi dengan
menginhibisi
yang
teknik Mulligan. Secara khas, teknik Mulligan
spasme/tightness sehingga akan menunjukkan
adalah mengombinasikan mobilisasi gerak
penurunan tonus dengan cepat setelah kontraksi
asesori dengan gerak fisiologis secara aktif
(Chaitow, 2006). Adanya penurunan tonus otot
dan/atau pasif, dimana mobilisasi gerak asesoris
yang dihasilkan oleh Muscle Energy Technique
selalu diaplikasikan pada sudut perpendicular
dapat
restriktif
atau paralel terhadap bidang facet joint (bidang
sehingga akan terjadi peningkatan lingkup
pengobatan Kaltenborn).14 Teknik SNAGs yang
gerak sendi. Disamping itu, efek elongasi
merupakan salah satu metode Mulligan dapat
serabut otot yang dihasilkan oleh Myofascial
mengembalikan
Release Technique juga dapat mengaktivasi
permukaan sendi facet dan mengembalikan
golgi
pada
keluasan gerak asesoris sendi facet sehingga
musculotendinogen junction. Menurut Kisner
efek tersebut dapat mengembalikan kebebasan
and Colby (2007), adanya stretch pada serabut
gerak fisiologis pada cervical. Aplikasi teknik
otot akan mengaktivasi GTO, dimana aktivitas
SNAGs dapat dengan mudah diterapkan pada
GTO akan menghasilkan efek inhibitory pada
regio cervical karena adanya efek sebelumnya
level
dari
tonus
mengeliminir
tendon
otot
yang
otot
agonis
penghambat
organ
(GTO)
mengalami
ketegangan
khususnya jika gaya stretch dipertahankan
umumnya
Soft
menyebabkan
minor
Tissue
positional
Mobilization
minor
fault
yang
menghasilkan penurunan tonus atau ketegangan 433
otot regio cervical. Hal ini dapat memberikan
aplikasi
kontribusi yang besar terhadap peningkatan
manfaatnya didalam memfasilitasi prosedur dan
lingkup gerak sendi cervical.
efek dari teknik SNAGs, hal ini karena
teknik
SNAGs
sangat
besar
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat Efektifitas antara teknik Mulligan
memberikan penurunan tonus otot-otot leher
dan Soft Tissue Mobilization dengan hanya
secara
Soft
terhadap
pelaksanaan teknik SNAGs dan menghasilkan
peningkatan LGS ekstensi, rotasi, lateral
efek yang lebih besar yaitu peningkatan lingkup
fleksi cervical pada mechanical neck pain
gerak sendi cervical dan bebas nyeri.
Tissue
Mobilization
Penambahan teknik Mulligan pada
peningkatan
LGS
sehingga
memudahkan
Kesimpulan
intervensi Soft Tissue Mobilization dapat menghasilkan
signifikan
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan
ekstensi,
pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
rotasi, dan lateral fleksi yang lebih besar secara
“Teknik Mulligan dan Soft Tissue Mobilization
signifikan dibandingkan hanya Soft Tissue
lebih
Mobilization. Hal ini disebabkan karena teknik
Mobilization dalam meningkatkan lingkup
Mulligan dapat mengoreksi adanya faulty minor
gerak sendi (LGS) ekstensi, rotasi dan lateral
positional dari facet joint. Menurut Exelby
fleksi cervical pada mechanical neck pain”.
(2002), keterbatasan gerak cervical dapat disebabkan oleh adanya kesalahan kecil dari
baik
daripada
Soft
Tissue
Daftar Pustaka Chaitow, L, “Muscle Energy Technique. Third
posisi permukaan sendi facet atau dapat
Edition”,
dikatakan terjadi minor subluksasi didalam
Edinburgh, 2006
sendi facet. Aplikasi teknik SNAGs yang
hanya
Churchill
Livingstone,
De-las-Penas, C.F., del-Cerro, L.P., Blanco,
berulang dan kontinyu dapat mengoreksi
C.R.,
adanya minor subluksasi didalam sendi facet
Miangolarra, “Changes in Neck Pain
sehingga terjadi keluasan gerak asesoris sendi
and Active Range of Motion After A
facet yang akhirnya terjadi peningkatan lingkup
Single Thoracic Spine Manipulation in
gerak sendi cervical yang cepat dan bebas nyeri.
Subjects Presenting with Mechanical
Pemberian Soft Tissue Mobilization sebelum
Neck Pain : A Case Series”, Journal of 434
Conesa,
A.G.,
Page,
J.C.,
Manipulative
Physiological
Kumar, D., Sandhu, J.S., Broota, A, “Efficacy
Therapeutics, Vol 30: Number 4, 2007
of Mulligan Concept (NAGs) on Pain at
Donatelli, R.A., Wooden, M.J, “Orthopaedic
available end range in Cervical Spine:
Pysical
and
Therapy.
Third
Edition”,
A
Randomised
Controlled
Trial”,
Churchill Livingstone, New York, 2001
Indian Journal of Physiotherapy and
Exelby, L, “The eMulligan concept: Its
Occupational Therapy, Vol 5: 154-158, 2011
application in the management of spinal conditions”, Manual Therapy,
Makofsky, H.W, “Spinal Manual Therapy”,
Vol 7: 64-70, 2002
Slack Incorporated, USA, 2010
Grant, K.E., Riggs, A, “Myofascial Release”,
McKenzie, R., Kubey, C, “7 Steps To A Pain-
Wiley Interscience, New York, 2009
Free Life”, Penguin Group Inc, New
Green, B.N., Dunn, A.S., Pearce, S.M., Johnson,
York, 2000
C.D,
“Conservative
McKenzie, R., May, S, “The Cervical &
of
uncomplicated
Thoracic Spine Mechanical Diagnosis
mechanical neck pain in a military
& Therapy”, Volume One, Spinal
aviator”, The Journal of the Canadian
Publications, New Zealand, 2008
management
Chiropractic Association, Vol. 8: 676–
Nayak, S.K, “Combined Effect of Myofascial
680, 2004
Release And Muscle Energy Technique
Kenny, T., Kenny, B, “Non-spesific Neck Pain”,
2010.
In Subjects With Mechanical Neck Pain”,
Available
dissertation,
Rajiv
from www.patient.co.uk/ health/non-
University
specific-neck-pain, diakses tanggal 12
Karnataka, Bangalore, 2012
Desember 2012.
Sciences
Universitas Sumatera Utara, Medan,
Foundations And Techniques”, Fifth F.A.
Health
Sjahrir, “Nyeri Leher dan Nyeri Kepala”, tesis,
Kisner, C., Colby, L.A, “Therapeutic Exercise
Edition,
Of
Gandhi
Davis
Company,
2004 Steve, “Mechanical Neck Pain is also cal led
Philadelphia, 2007
Axial Neck Pain”, 2005. Available from www.necksolutions.com/mechani 435
cal-neck-pain.html, diakses tanggal 12 Desember 2012 Touche, R.L., de-las-Penas, C.F., Carnero, J.F., Parreno, S.D., Alemany, A.P., Nielsen, L.A,
“Bilateral
Mechanical-Pain
Sensitivity Over the Trigeminal Region in Patients With Chronic Mechanical Neck Pain”, The Journal of Pain, Vol 11: No 3, 256-263, 2010 Walker, M.J., Boyles, R.E., Young, B.A., Strunce, J.B., Garber, M.B, “The Effectiveness
of
Manual
Physical
Therapy and Exercise for Mechanical Neck Pain : A Randomized Clinical Trial”, SPINE, Vol 33: Number 22: 2371–2378, 2008
436
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN 011 KELAS V DAN VI TANJUNGPINANG BARAT Wasis Pujiati1, Ernawati2, Daratullaila3
ABSTRAK Menarche menjadi tanda seorang remaja putri sudah memasuki tahap kedewasaan khususnya organ tubuh sistem reproduksi merupakan masa penting dalam siklus kehidupan perempuan. Kecemasan menghadapi menarche dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang menstruasi dan pendidikan kesehatan dari orang tua yang kurang.Pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang menstruasi terhadap tingkat kecemasan menghadapi menarche. Berdasarkan uji stastistik menggunakan uji wilcoson pada kelompok eksperimen, menunjukkan bahwa hasil p value=0,000 dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna antara pendidikan kesehatan tentang menstruasi dalam penurunan kecemasan menghadapi menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang Barat. Kata kunci: Menarche, Kecemasan, Pendidikan kesehatan
Organization (WHO) sekitar seperlima dari
PENDAHULUAN Remaja merupakan tahapan antara fase
penduduk dunia dari remaja berumur 10-19
anak dan dewasa yang ditandai dengan
tahun.Sekitar sembilan ratus juta berada di
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan
negara sedang berkembang. Sementara di
emosi. Dari beberapa literature usia remaja
Indonesia dari hasil sensus penduduk, dari total
antara 12-24 tahun dan 15-24 tahun (WHO,
237,6 juta jiwa penduduk Indonesia 26,67%
2007 cit Efendi dan Makhfudli, 2009). Masa
yaitu 63,4 juta jiwa diantaranya adalah remaja,
remaja merupakan masa peralihan antara masa
49,30% dari total remaja tersebut berjenis
anak-anak, dimulai saat terjadinya kematangan
kelamin
seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun
memiliki populasi remaja usia 10-14 tahun
sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang
sebanyak 82.050 jiwa, untuk remaja putri
dewasa
2004).Data
berjumlah 39.821 jiwa (Safitri et al., 2013).
demografi menunjukkan bahwa penduduk
Pada tahun 2013 terdapat jumlah remaja pada
dunia jumlah populasi remaja merupakan
usia 10-14 tahun sebanyak 170.056 orang atau
populasi yang besar. Menurut World Health
8,0% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun
muda
(Soetjiningsih,
437
perempuan.
Wilayah
Pekanbaru
139.143 orang atau 6,5%. Sedangkan untuk
pertahanan terhadap kecemasan (Gunarso,
wilayah Kota Tanjungpinang berdasarkan data
2003).
yang diperoleh dari Dinas Kependudukan Kota
menarche dapat terjadi karena kurangnya
Tanjungpinang tahun 2015 terdapat jumlah
informasi tentang menstruasi dan pendidikan
remaja pada usia 10-14 tahun 22.687 orang,
dari orang tua yang kurang. Orang tua
untuk remaja putri berjumlah 10.943 orang atau
menganggap bahwa hal ini merupakan hal yang
48% dan jumlah remaja pada usia 15-19 tahun
tabu untuk dibicarakan dan berfikir bahwa anak
sebanyak 19.187 orang, untuk remaja putri
akan tahu dengan sendirinya, kondisi ini akan
sebanyak 9.375 orang atau 49% (Dinas
menimbulkan kecemasan pada anak tersebut.
Kependudukan Kota Tanjungpinang).
Hal yang harus dilakukan untuk mengurangi
Menarche yang menjadi tanda seorang remaja
putri
sudah
memasuki
Kecemasan
dalam
menghadapi
kecemasan tersebut salah satunya adalah
tahap
dengan meningkatkan pengetahuan remaja putri
kedewasaan khususnya organ tubuh sistem
tentang menstruasi sejak dini dengan cara
reproduksi
pemberian informasi kesehatan reproduksi
merupakan
dalamsiklus
kehidupan
masa
penting perempuan
remaja
melalui
pendidikan
kesehatan
(Soetjiningsih, 2004).Masa ini juga menjadi
khususnya tentang menstruasi (Proverawati,
pertanda berbagai perubahan yang terjadi dalam
2009).
siklus kehidupan seorang anak. Perubahan tidak
Pendidikan
kesehatan
merupakan
hanya terbatas pada aspek fisik tetapi juga
kegiatan untuk membantu individu, kelompok
meliputi
dan
perubahan
dalam
status
sosial,
masyarakat
dalam
meningkatkan
psikologis, ekonomi, bahkan juga spiritual
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
(Triyanto, 2013). Kecemasan adalah rasa
mencapai
khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya.
(Triwibowo et al., 2013). Pendidikan kesehatan
Kecemasan merupakan kekuatan yang besar
tentang reproduksi remaja khususnya tentang
untuk menggerakkan tingkah laku baik tingkah
menstruasi merupakan masalah penting yang
laku normal maupun tingkah laku yang
perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak.
menyimpang, yang terganggu dan kedua-
Apabila kecemasan tidak dapat diatasi, disini
duanya merupakan pernyataan, penampilan dari
peran dari orang tua sangat penting dimana baik 438
hidup
sehat
secara
optimal
orang tua ataupun remaja putri itu sendiri harus
tentang
lebih terbuka tentang masalah kesehatan
Tentang
terutama kesehatan reproduksi (Proverawati,
Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi
2009). Orang tua berusaha menjalin komunikasi
SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
dengan anak sehingga setiap permasalahan
Barat”.
yang terjadi, dapat diketahui termasuk pada saat
Tinjauan Pustaka
anak mendapatkan menstruasi pertama kali (menarche).
Sebaiknya,
orang
tua
dapat
“Pengaruh
Pendidikan
Menstruasi
Kesehatan
Kesehatan
Terhadap
reproduksi
Tingkat
merupakan
bagian kesehatan yang sangat penting yang
menempatkan diri sebagai teman curhat,
kurang
sehingga akan menjadi orang pertama yang
biasanya pertama kali mengalami menstruasi
mendengar
(menarche) pada umur 12-16 tahun (Kusmiran,
segala
permasalahan
anaknya
(Somendawai, 2010).
mendapat
perhatian.Pada
wanita
2012). Usia 12-16 termasuk fase remaja awal,
Berdasarkan studi pendahuluan di SDN
dimana fase ini terdapat pada usia Sekolah
011 Tanjungpinang Barat kepada 20 siswi kelas
Dasar. Perubahan fisik yang cepat di masa
V dan VI
didapatkan 9 siswi (40%) telah
pubertas terjadi beriringan dengan emosi yang
mengalami menstruasi, dan 11 siswi (60%)
tidak stabil dan pertumbuhan psikis pada
belum mengalami menstruasi mengatakan
remaja. Hal tersebut dapat menimbulkan
merasa takut saat menghadapi menstruasi. Dari
perasaan
9
menstruasi
ketakutan dan kecemasan.Remaja putri akan
mengatakan timbul perasaan takut karena tidak
kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang
mendapatkan pengetahuan tentang menstruasi
pertama (menarche) jika sebelumnya ia belum
sebelumnya. Sedangkan, 11 siswi yang belum
pernah mengetahui atau membicarakannya
mengalami
cemas.
dengan teman sebaya maupun ibu mereka.
Berdasarkan wawancara dari ke empat SD
Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi
tersebut, SDN 011 paling banyak mengalami
pada remaja putri akan berdampak terhadap
kecemasan dalam menghadapimenarche.
kesiapan
siswi
yang
mengalami
menstruasi
merasa
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
Sebelum
bingung,
dalam
berbagai
pertanyaan,
menghadapi
menghadapi
menstruasi
menarche. pertama
(menarche) kesiapan mental sangat diperlukan 439
karena akan timbul perasaan cemas dan takut
1) Responden terdaftar sebagai siswi kelas V
(Proverawati, 2009).
dan
Usia remaja sering dicirikan sebagai
VI
(enam)
di SDN 011 Tanjungpinang Barat dan aktif
masa pubertas. pubertas dapat diartikan sebagai
mengikuti belajar mengajar
tahap ketika seorang remaja memasuki masa
2) Siswi yang belum mengalami menarche
kematangan seksual dan mulai berfungsi organ-
Pada penelitian ini sampel di bagi
organ reproduksi (Khuzaiyah, 2015). Ciri-ciri
menjadi
pubertas pada laki-laki antara lain pertumbuhan
eksperimen dan kelompok kontrol, dimana
bulu-bulu badan dan suara berubah menjadi
terdiri dari 32 orang kelompok eksperimen dan
lebih dalam. Sedangkan ciri-ciri pubertas pada
32 orang kelompok kontrol. Dalam pembagian
perempuan, antara lain pertumbuhan payudara
kelompok ini peneliti menggunakan teknik
dan kedatangan menstruasi yang pertama yang
pengambilan sampel yang digunakan adalah
disebut dengan menarche (Khuzaiyah, 2015).
sistematik random sampling. Pemilihan sampel
Metode Penelitian
dua
kelompok
yaitu
kelompok
menggunakan nama abjad siswi kelas V dan VI
Penelitian ini merupakan jenis penelitian
(enam), dimana untuk nama abjad bernomor
kuantitatif dengan menggunakan rancangan
ganjil, siswi di tempatkan pada kelompok
penelitian eksperimen semu (quasi experiment).
eksperimen dan untuk nama abjad bernomor
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
genap dimasukkan ke dalam kelompok kontrol.
siswi kelas V dan VI (enam) di SDN 011
Responden dengan 2 kelompok eksperimen dan
Tanjungpinang Barat dengan jumlah 64 orang
kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan
yang terdiri dari 4 kelas. Sampel yang
bersedia menjadi responden, melakukan pretest
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
pada kedua kelompok selama 15 menit dengan
siswi SDN 011 Tanjungpinang Barat kelas V
menggunakan
dan VI (enam) yang belum mengalami
pendidikan
kesehatan
kepada
kelompok
menstruasi (menarche). Jumlah sampel dalam
eksperimen
dengan
metode
ceramah
penelitian ini adalah 64 siswi. Sebagai berikut:
menggunakan media film dan leaflet selama 30
Kriteria Inklusi
menit,
dan
kuesioner,
memberikan
memberikan
leaflet
kepada
kelompok kontrol, melakukan posttest pada 440
kelompok eksperimen dan kontrol selama 15
metode
menit.
memberikan
kesehatan
Sebelum
dilakukan
responden
dibagi
pendidikan menjadi
pengumpulan
data
dengan
pertanyaan/pernyataan
cara
tertulis
2
dengan beberapa pilihan jawaban kepada
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
responden. Dalam penelitian ini alat ukur yang
kontrol.Masing-masing kelompok terdiri dari
digunakan untuk mengumpulkan data berupa
30 orang.Peneliti melakukan penelitian dengan
instrument HARS (Hamilton Anxiety Rating
menggunakan kuesioner dan peneliti juga
Scale).
membuat jadwal penyampaian pendidikan Hasil Penelitian dan pembahasan kesehatan tentang menstruasi dengan metode 1. ceramah
kepada
Analisis
Uji
Pengaruh
Pendidikan
kelompok Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
eksperimen.Sebelum
diberikan
pendidikan Tingkat
Kecemasan
Menghadapi
kesehatan, peneliti melakukan pretest atau tes Menarche Pada Kelompok Eksperimen. awal pada kelompok eksperimen dan kontrol
Tabel 1. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan
dalam waktu 15 menit, kemudian setelah itu
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
peneliti memberikan pendidikan kesehatan tentang
menstruasi
kepada
Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche
kelompok
Pada Kelompok Eksperimen
eksperimen dengan metode ceramah dengan
Tingkat
Pre
menggunakan LCD dan leaflet dilakukan satu
Kecemasan
Test
Test
(n=30)
(n=30)
kali pertemuan dalam waktu 30 menit kepada
(%)
(%)
Post
value
responden. Pada kelompok kontrol diberikan
Ringan
1
3,1
3
9,4
leaflet kepada responden. Selanjutnya setelah
Sedang
6
18,75
14
43,8
diberikan
kepada
Berat
17
53,1
15
46,9
kelompok eksperimen dan pemberian leaflet
Berat
8
25
0
0
kepada kelompok kontrol dilakukan posttest
Sekali
pendidikan
kesehatan
atautes akhir pada kelompok eksperimen dan kontrol dalam waktu 15 menit.Instrument yang
Tabel
1
menunjukkan
bahwa
digunakan pada penelitian ini adalah dengan
mayoritas
menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan
eksperimen sebelum diberikan pendidikan 441
responden
pada
P
kelompok
0,000
kesehatan tingkat kecemasan sebanyak 17
Sedang
17
53,1
14
43,8 0,487
responden (53,1%) mengalami kecemasan
Berat
12
37,5
17
53,1
berat.
Berat
1
3,1
0
0
Sesudah
diberikan
pendidikan
kesehatan tingkat kecemasan berat yang
Sekali
dialami oleh responden menurun sebanyak 15 responden (46,9%). Hasil p value = 0,000 (p
Tabel
2
menunjukkan
bahwa
value< α= 0,05) tingkat kecemasan, dapat
mayoritas responden pada kelompok kontrol
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
tingkat kecemasan sebanyak 17 responden
ada
(53,1%) mengalami kecemasan sedang. Sama
pengaruh
yang
bermakna
antara
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
sebelum
terhadap tingkat kecemasan menghadapi
perlakuan
menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan VI
meningkat menjadi 17 responden (53,1%)
Tanjungpinang Barat.
mengalami kecemasan berat. Hasil p value=
Menstruasi
Terhadap
sesudah
tingkat
tanpa
diberikan
kecemasan
responden
0,487 (p value>α= 0,05) tingkat kecemasan,
2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
dan
Tingkat
dapat disimpulkan bahwa Ho gagal ditolak
Kecemasan Menghadapi Menarche Pada
yang artinya tidak ada pengaruh yang
Kelompok Kontrol.
bermakna tentang
antara
pendidikan
menstruasi
kesehatan
terhadap
tingkat
Tabel 2. Analisis Uji Pengaruh Pendidikan
kecemasan menghadapi menarche pada siswi
Kesehatan Tentang Menstruasi Terhadap
SDN 011 kelas V dan VI Tanjungpinang
Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche
Barat.
Pada Kelompok Kontrol
Pembahasan 1.
Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi Menarche Sebelum Diberikan Pendidikan
Tingkat
Pre
(%)
Kecemasan
Test
Test
(n=30)
(n=30)
Post
(%)
P Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen. value Menstruasi
merupakan
siklus
masa subur telah dimulai dan terjadi saat Ringan
2
6,3
1
3,1 lapisan dalam dinding rahim luruh dan 442
keluar dalam bentuk kumpulan darah
menghadapi menarche. Hal ini sesuai
(Pudiastuti, 2012). Walaupun menstruasi
dengan teori Notoatmodjo (2010), yang
adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh
menyatakan bahwa pengetahuan adalah
setiap perempuan normal hal ini akan
hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
menjadi masalah apabila remaja putri belum
seseorang terhadap objek melalui indera
pernah mengetahui tentang menstruasi.
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi
sebagainya).Dengan sendirinya, pada waktu
pada remaja putri akan berdampak terhadap
penginderaan
kesiapan dan mengalami kecemasan dalam
pengetahuan tersebut sangat mempengaruhi
menghadapi menarche (Proverawati, 2009).
persepsi individu terhadap objek.
sampai
menghasilkan
Berdasarkan teori Pieter et al
2. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi
(2011), menyatakan bahwa kecemasan
Menarche Sesudah Diberikan Pendidikan
merupakan pengalaman emosi dan suatu
Kesehatan Pada Kelompok Eksperimen.
anggapan tanpa ada objek yang spesifik
Dalam penelitian ini dapat
sehingga orang merasakan suatu perasaan
dilihat bahwa sesudah siswi SDN 011
yang was-was (khawatir) seperti ada sesuatu
Tanjungpinang Baratdiberikan pendidikan
yang buruk akan terjadi dan pada umumnya
kesehatan tentang menstruasi ternyata ada
disertai gejala otonomik yang berlangsung
pengaruh
beberapa waktu.
kecemasan kearah yang lebih baik, yang
Hasil
penelitian
terhadap
penurunan
tingkat
menunjukkan
awalnya sebelum diberikan pendidikan
bahwa tingkat kecemasan siswi SDN 011
kesehatan responden mengalami kecemasan
Tanjungpinang Barat sebelum diberikan
berat sekali sebanyak 8 responden (25%)
pendidikan
besar
dan kecemasan berat sebanyak 17 responden
memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak
(53,1%) dan sesudah diberikan pendidikan
17 responden (53,1%) dan kecemasan berat
kesehatan, kecemasan berat sekali yang
sekali sebanyak 8 responden (25%) hal ini
dialami oleh responden menjadi kecemasan
disebabkan karena ketidaktahuan responden
berat sebanyak 0 responden (0%) dan terjadi
mengenai apa itu menstruasi dan cemas
peningkatan
kesehatan
sebagian
443
yang
awalnya
responden
mengalami kecemasan sedang sebanyak 6
menunjukkan bahwa tingkat kecemasan
responden (18,75%) meningkat menjadi 14
siswi
responden (43,%) dan kecemasan ringan
Tanjungpinang
sebanyak 1 responden (3,1%) meningkat
pretest pada kelompok kontrol sebagian
menjadi 3 responden (9,4%).
besar memiliki tingkat kecemasan sedang
Pada menggunakan
penelitian metode
SDN
011
kelas
V
dan
Baratsetelah
VI
dilakukan
ini
peneliti
sebanyak 17 responden (53,1%), kecemasan
ceramah
dalam
berat sebanyak 12 responden (37,5%)dan
memberikan pendidikan kesehatan tentang
kecemasan
berat
menstruasi. Menurut teori Widyanto (2014),
responden
(3,1%).
metode ceramah merupakan penyampaian
kecemasan menghadapi menarche pada
pesan/informasi secara verbal atau lisan
awal
yang meliputi tanya jawab, dan memberikan
sebagian
gambar salah satunya dengan menggunakan
kelompok eksperimen maupun kelompok
media film sebagai alat dalam memberikan
kontrol memiliki tingkat kecemasan dalam
pendidikan kesehatan tentang menstruasi.
kategori sedang dan berat. Kondisi ini
3. Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi
menunjukkan bahwa sebagian besar siswi
Menarche
Sebelum
Diberikan
besar
sebanyak
Distribusi
(pretest)
1
tingkat
menunjukkan
responden
baik
pada
memiliki perasaan cemas akan datangnya
Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Kontrol.
penelitian
sekali
menstruasi pertama (menarche). 4.
Menurut teori Proverawati (2009),
Tingkat Kecemasan Siswi Menghadapi Menarche
Sesudah
Diberikan
yang menyatakan bahwa perasaan bingung,
Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok
cemas, gelisah, dan tidak nyaman selalu
Kontrol.
menyelimuti perasaan seorang wanita yang
Menurut Pieter et al (2011), tingkat
mengalami menstruasi pertama (menarche).
kecemasan atau ansietas terdapat empat
Namun hal ini akan semakin parah apabila
tingkatan yaitu ringan, sedang, berat, berat
pengetahuan remaja mengenai menstruasi
sekali (panik). Dari hasil penelitian setelah
ini sangat kurang dan pendidikan dari orang
dilakukan posttest pada kelompok kontrol
tua
didapatkan bahwa jumlah responden yang
yang
kurang.
Hasil
penelitian 444
mengalami
cemas ringan sebanyak 2
responden
(6,3%),
responden
(53,1%),
cemas cemas
5. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
sedang
17
Menstruasi
berat
12
Kecemasan Pada Siswi SDN 011 Kelas
responden (37,5%). Dalam hal ini bahwa
Terhadap
Tingkat
V dan VI Tanjungpinang Barat.
tingkat kecemasan pada kelompok kontrol
Pada penelitian ini responden dibagi
tidak mengalami perubahan kearah yang
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
lebih baik.Hal ini dibuktikan dari hasil yang
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
didapat yaitu pada tingkat kecemasan
kelompok eksperimen didapatkan bahwa
sebelum dan sesudah tanpa diberikan
tingkat
perlakuan pendidikan kesehatan tentang
Tanjungpinang Barat mengalami penurunan
menstruasi. Didapatkan pretest kelompok
yang
kontrol 2 responden (6,3%) yang mengalami
eksperimen diberikan pendidikan kesehatan
cemas ringan dan cemas berat sebanyak 12
tentang menstruasi menggunakan media
responden
pada
visual yang singkat yang mudah dimengerti
posttest responden yang mengalami cemas
oleh responden. Dari hasil penelitian pada
ringan menurun menjadi 1 responden (3,1%)
kelompok eksperimen didapatkan hasil p
dan
value=0,000
17
(37,5%),
responden
selanjutnya
yang
mengalami
peningkatan menjadi cemas berat (53,1%).
kecemasan
lebih
baik
(p
siswi
SDN
karena
011
kelompok
value<α=0,05)
dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang artinya
Meningkatnya tingkat kecemasan
ada
pengaruh
yang
bermakna
antara
siswi pada kelompok kontrol tersebut
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
disebabkan dari lingkungan sekolah maupun
terhadap tingkat kecemasan menghadapi
di lingkungan keluarga itu sendiri karena
menarche pada siswi SDN 011 kelas V dan
remaja putri tidak diberikan atau penjelasan
VI Tanjungpinang Barat.
mengenai
menstruasi
disekolah
belum
Hal
ini
sesuai
dengan
teori
pernah diadakan penyuluhan kesehatan atau
Widyanto (2014), yang menyatakan bahwa
pun materi pelajaran mengenai kesehatan
pendidikan kesehatan merupakan proses
reproduksi.
mekanisme dan interaksi yang terjadi terhadap perubahan kemampuan (perilaku) 445
pada diri subjek tersebut sehingga hasil yang
p value=0,487 (p value>α=0,05) tingkat
diharapkan dapat merubah perilaku maupun
kecemasan, dapat disimpulkan bahwa Ho
persepsi
Dalam
gagal ditolak yang artinya tidak ada
penelitian Perestroika (2011), mengatakan
pengaruh yang bermakna antara pendidikan
bahwa pemberian pendidikan kesehatan
kesehatan
reproduksi remaja
khususnya tentang
tingkat kecemasan menghadapi menarche
menstruasi
diberikan
pada siswi SDN 011 kelas V dan VI
dari
subjek
dapat
belajar.
melalui
penyuluhan, sehingga kecemasan remaja
kontrol
Pada hasil penelitian oleh Fajria menyimpulkan
terhadap
Dalam penelitian ini kelompok
atau bahkan tidak ada.
yang
menstruasi
Tanjungpinang Barat
putri terhadap menarche dapat berkurang
(2010),
tentang
tidak
pendidikan
adanya
diberikan
perlakuan
kesehatan
tentang
menstruasi.Selain itu, informasi yang masih
pengaruh pengetahuan menstruasi terhadap
kurang
kecemasan menghadapi menstruasi pada
menstruasi serta pendidikan pada responden
siswi kelas V dan VI SDN Ardimulyo 3
yang
Singosari tahun 2010. Dengan hasil p
mempengaruhi pengetahuan dan emosional
value=0,000.
mereka dan mudah mengalami kecemasan.
Dengan demikian maka
khususnya
masih
pendidikan kesehatan tentang menstruasi
Kecemasan
terbukti
ketidaktahuan
bahwa
signifikan
ada
terhadap
pengaruh
tingkat
tersebut
dasar
tentang
sehingga
disebabkan
remaja
putri
oleh tentang
tingkat
perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi
kecemasan menghadapi menarche pada
saat remaja sehingga menstruasi dianggap
siswi
sebagai hal yang tidak baik.
SDN
011
penurunan
yang
kesehatan
Kelas
V
dan
VI
Tanjungpinang Barat mengenai menstruasi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh
Sedangkan pada kelompok kontrol
Fajria (2010), yang mengatakan bahwa
disimpulkan
pendidikan
dapat
bahwa
tidak
ada
kesehatan
adalah
suatu
perubahan pada tingkat kecemasan kearah
pendidikan yang dilakukan dengan cara
yang lebih baik pada pretest dan posttest.
menyebarkan pesan menanamkan keyakinan
Hal ini terbukti dengan didapatkannya hasil
sehingga sadar, tahu, dan mengerti, tetapi 446
juga mau serta bisa melakukan suatu
value<α=0,05). Untuk itu kepada pihak terkait
tindakan yang ada hubungannya dengan
Diharapkan dapat memberikan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan tentang
kesehatan
menarche bertujuan untuk memberikan
reproduksi ke berbagai sekolah, terutama pada
informasi
tentang
sekolah dasar (SD) dimana pada tingkat ini
pengertian, tanda dan gejala menarche.
remaja akan menghadapi masa pubertas. kepada
Dengan
tersebut
remaja putri dapat membicarakan atau lebih
tentang
terbuka tentang kesehatan reproduksi kepada
menarche meningkat dan dapat mengurangi
orang tua, agar mendapatkan informasi yang
kecemasan yang dialami oleh siswi. Dalam
tepat.
kepada
siswi
pemberian
diharapkan
SD
informasi
pengetahuan
siswi
hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa
pendidikan
kesehatan
tentang
khususnya
tentang
Daftar Pustaka Abrahams, Peter. (2010). Panduan Kesehatan
menstruasi sangat bermanfaat dan berguna
Dalam
jika diberikan kepada remaja putri untuk
Karisma Publishing Group
dapat
meningkatkan
pengetahuan
kesehatan
Kehamilan.
Tangerang:
dan
American Academy of Child and Adolescent’s
menurunkan tingkat kecemasan remaja putri
Facts for Families.(2008). Stage of
mengenai
Adolescent Development.
menstruasi
karena
dapat
mempengaruhi persepsi remaja putri untuk
Anwar, M. B, A., & Prabowo, P. (2011).Ilmu
menghadapi menarche.
Kandungan Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Dharma, Kelana Kusuma, (2011).Metodologi
Kesimpulan dan Saran Penelitian
Keperawatan
(Panduan
Ada pengaruh yang bermakna antara pendidikan
kesehatan
tentang
menstruasi
tingkat
kecemasan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans Info Media
terhadap
penurunan
Dinas Kependudukan Kota Tanjungpinang menghadapi menarche pada siswi SDN 011 2015 kelas
V
dan
VI
Tanjungpinang
Barat Efendi, F., Makhfudli.(2009). Keperawatan
dinyatakan dengan
hasil p value= 0,000 (p Kesehatan 447
Komunitas
(teori
dan
praktik dalam keperawatan).Jakarta:
Laila, Nur Najmi. (2011). Buku Pintar
Salemba Medika. Efendi,
Ferry
&
Menstruasi
Makhfudli.
(2013).
Keperawatan Kesehatan Komunitas (Teori
dan
Praktik
Keperawatan).
Jakarta:
(Solusi
Atasi
Segala
Keluhannya). Yogyakarta: Buku Biru Lowdermilk, Perry, Cashion. (2013). Buku
dalam
Keperawatan Maternitas (Edisi 8),
Salemba
Alih Bahasa dr. Felici Sidartha dan dr.
Medika
Anesia Tania. Jakarta : Salemba
Ersiana.(2014). Hubungan Obesitas Dengan
Medika
Gangguan Siklus Menstruasi Pada
Naviati, Elsa. (2011). Hubungan Dukungan
Remaja Di SMK Mahardika Dabo
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
Singkep.
Orang Tua di Ruang Rawat Anak.
Tanjungpinang:
STIKES
Hang Tuah Fajria.(2010).
Depok: Universitas Indonesia
Pengaruh
Menstruasi
Pengetahuan
Notoatmodjo, S. (2007).Promosi Kesehatan
Kecemasan
Teori dan Aplikasinya.Jakarta : Rineka
Terhadap
Cipta
Menghadapi Menstruasi Pada Siswi Kelas V Dan VI SDN Ardimulyo 3
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Singosari. Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode
Nursalam, (2013).Metodologi Penelitian Ilmu
Penelitian Keperawatan dan Teknik
Keperawatan:
Analisis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Data.
Jakarta:
Salemba
Medika
Pendekatan
Praktis
Perestroika, Grhasta Dian.(2011). Pengaruh
Khuzaiyah, Siti. (2015). The Secret Of Teens
Penyuluhan
Menstruasi
Terhadap
Guide Book For Teen Mengatasi Masa
kecemasan
Menghadapi
Menarche
Pubertas Seksualitas dan Pergaulan.
Pada Remaja Putri Kelas VII SMPN 2
Yogyakarta: Andi Publisher
Punggelan Banjarnegara. Surakarta:
Kusmiran, Eny, (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Universitas Sebelas Maret Surakarta Pertiwi, A. (2014). Hubungan antara usia
Medika
menarche dan depresi pada remaja 448
dengan mengontrol pengaruh variabel
Soetjiningsih.(2004).
perancu lainnya. Surakarta Pieter,
Herri
Z.
J.B.,
&
Remaja
Saragih,
M.
Tumbuh
Dan
Kembang
Permasalahannya.
Jakarta: Sagung Seto.
(2011).Pengantar Psikopatologi untuk Somendawai.(2010). Panik Saat Puber? Say Keperawatan. Jakarta: Kencana No!!. Jakarta: PT. Dian Rakyat Priyono, Dewi. (2010). Paham Analisis Statistik Syarifudin.(2010). Panduan TA Keperawatan Data
dengan
SPSS.
Yogyakarta: Dan
Kebidanan
Dengan
SPSS.
MediaKom Yogyakarta: Grafindo Litera Media Proverawati,
Atikah.
(2009).
Menarche Triwibowo,
Cecep
&
Pusphandani,
M.
(Menstruasi Pertama Penuh Makna). (2013).Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha Medika Yogyakarta: Nuha Media Pudiastuti, Ratna Dewi. (2012). 3 Fase Penting Videbeck, Sheila L. (2012). Buku Ajar Pada Wanita. Jakarta: Gramedia Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Rifrianti, Destri. (2013). Tingkat Kecemasan Widyanto,
Faisalado
Candra.
(2014).
Komunitas
dengan
Siswi Kelas VII Dalam Menghadapi Keperawatan Menarche Di SMP Warga Surakarta. Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha Surakarta: STIKES Kusuma Husada Medika Surakarta Safitri, Arneliwati, Erwin. (2013). Analisis Indikator
Gaya
Hidup
Yang
Berhubungan Dengan Usia Menarche Remaja Putri. Pekanbaru: Universitas Riau Siswosudarmo, R., Emilia, O. (2008). Obstetri fisiologi.
Bagian
Obstetri
dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran UGM. Pustaka Cendikia Press: Yogyakarta.
449
PENGARUH REBUSAN BELIMBING WULUH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA CAMAR PUSKESMAS SEI JANG TANJUNGPINANG Zurrahman¹, Lidia Wati², Komala Sari³
ABSTRAK Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Menurut DEPKES hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis. Di KEPRI khususnya di Tanjungpinang hipertensi merupakan penyakit terbesar ke-2. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh rebusan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap penurunan tekanan darah, dengan metode Quasi Experimen menggunakan rancangan Non Equivalent Control Group. Sample dalam penelitian ini sebanyak 18 responden wanita yang dibagi menjadi dua kelompok: 9 responden eksperimen dan 9 responden kontrol. Rebusan belimbing wuluh diberikan 1kali sehari sebanyak 200 ml selama 7 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah, dengan menggunakan uji Wilcoxon Test .menunjukan nilai 𝜌𝜌 responden eksperimen = 0,025 (< 0,05), nilai 𝜌𝜌 responden kontrol = 0,317 (> 0,05). Disimpulkan bahwa rebusan belimbing wuluh berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Kata Kunci : Rebusan Belimbing Wuluh, Tekanan Darah Tinggi.
ABSTRACT Hypertension is increase in systolic blood pressure 140 mm Hg or diastolic blood pressure of 90 mmHg . According the Department of Health hypertension is a leading cause of death after stroke and tuberculosis 3 . In KEPRI especially Tanjungpinang hypertension is a disease of the 2nd largest . This study aims to determine the effect of stew starfruit ( Averrhoa bilimbi ) to decrease blood pressure , with Quasi Experiment method using a design Non Equivalent Control Group. Samples in this study were 18 female respondents divided into two groups : 9 respondents experimental and 9 respondents control . Starfruit decoction is given once a day as much as 2oo ml for 7 days. The results obtained show the influence of starfruit stew to decrease blood pressure , using the Wilcoxon test . Shows the experimental value of ρ = 0.025 respondents ( < 0.05 ) , the value ρ = 0.317 control respondents ( > 0.05 ) . It was concluded that the decoction starfruit effect on blood pressure reduction Keywords : Stew starfruit , High Blood Pressure
450
penurunan
PENDAHULUAN
dan
masalah-masalah
yang
Hipertensi atau yang lebih dikenal
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut
dengan nama penyakit darah tinggi adalah suatu
(Pattel dalam Kartikawati, 2008). Survei
keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
epidemiologi
darah diatas ambang batas normal yaitu 120/80
merupakan
mmHg. Menurut World Health Organization
terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk
(WHO), batas tekanan darah yang masih
hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi
dianggap normal adalah kurang dari 130/85
berkembang setelah umur mencapai 45 tahun
mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih
(Black dalam Kartikawati, (2008).
dari140/90
mmHg
satu
dari
bahwa
umur
prediktor
terkuat
hipertensi,
Penyebab penyakit hipertensi secara
batasan tersebut untuk orang dewasa diatas 18
umum diantaranya aterosklerosis (penebalan
tahun (Adib dalam Ramadi, 2012).
dinding arteri yang menyebabkan hilangnya
Hipertensi kematian
nomor
tuberkulosis, yakni
dinyatakan
menunjukan
merupakan 3
setelah
penyebab stroke
elastisitas
pembuluh
darah),
keturunan,
dan
bertambahnya jumlah darah yang dipompa
mencapai 6,7% dari
kejantung, penyakit ginjal, kelenjer adrenal dan
populasi kematian pada semua umur di
sistem
Indonesia. Hal itu disampaikan Menkes dr.
psikologis,
Endang R. Sedyaningsih, Dr. PH, ketika
menyebabkan hipertensi (Tambayong, 2000).
membuka The 4th Scientific Meeting on
saraf
simpatis,
stress
obesitas,
dan
tekanan
ketegangan
bisa
Pemerintah Indonesia telah memberikan
Hypertension pada hari ini, Sabtu, 13 Februari
perhatian
2010 di Jakarta (DEPKES, 2010).
penanggulangan
serius
dalam penyakit
pencegahan tidak
dan
menular
Pada umumnya peningkatan tekanan
termasuk hipertensi. Hal ini dapat dilihat
darah (hipertensi) terjadi seiring bertambahnya
dengan dibentuknya Direktorat Pengendalian
umur terutama setelah umur 40 tahun (Depkes,
Penyakit Tidak Menular berdasarkan Peraturan
2006). Sejalan dengan proses pertambahan
Menteri
umur, resiko seseorang terkena penyakit
2005
kardiovaskuler meningkat. Hal ini dikarenakan
penanggulangan
efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami
pembuluh darah termasuk hipertensi, diabetes 451
Kesehatan
No.
1575
Tahun
dalam melaksanakan pencegahan dan penyakit
jantung
dan
mellitus dan penyakit metabolik, kanker,
dewasa dapat dikategorikan sebagai mayoritas
penyakit kronik dan penyakit generatif lainnya
utama yang status kesehatannya akan menjadi
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
lebih baik bila dapat dikontrol tekanan darahnya
Dalam
(Adib dalam Ramadi, 2012).
pencegahan
dan
penanggulangan
hipertensi berbagai upaya telah dilakukan, yaitu penyusunan
berbagai
berupa
adalah 21,7%. Prevalensi di Vietnam pada
pedoman, Juklak dan Juknis pengendalian
tahun 2004 mencapai 34,5%. Thailand (1989)
hipertensi.
Pencegahan dan penanggulangan
17%. Malaysia (1996) 29, 9 %. Filipina (1993)
hipertensi sesuai dengan kemajuan teknologi
22%, dan Singapura (2004) 24,9% (Dinkes
dan
Kota Semarang, 2007)
kondisi
daerah
kebijakan
Di Amerika, prevalensi tahun 2005
(local
area
specific). Memperkuat logistik dan distribusi
Berdasarkan analisis prevalensi yang
untuk deteksi dini faktor risiko penyakit jantung
dilakukan oleh Puslitbang dan Kebijakan
dan pembuluh darah termasuk hipertens.
Kesehatan (2008), hasilnya menunjukan bahwa
Meningkatkan surveilans epidemiologi dan
34,9% penduduk Indonesia terkena hipertensi.
sistem
hipertensi.
Prevalensi terbesar terdapat propinsi Kepulauan
Mengembangkan SDM dan sistem pembiayaan
Riau sebesar 45,0%. Papua sebesar 24,7%.
serta memperkuat jejaring serta monitoring dan
Jawa dan Bali sebesar 22,24% dan Sumatra
evaluasi pelaksanaan (DEPKES, 2010).
sebesar 9,17%.
informasi
pengendalian
Penyakit hipertensi tahun demi tahun
Berdasarkan
data
dari
penelitian
terus mengalami peningkatan. Tidak hanya di
terdahulu pada tahun 2012, di dapatkan data
Indonesia, namun juga di dunia. Sebanyak satu
dari Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau
milyar orang didunia atau satu dari empat orang
yang berbasis puskesmas sentinel pada tahun
dewasa
2009-2010 terjadi penurunan signifikan. Pada
menderita penyakit ini. Bahkan,
diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan
tahun
meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang tahun
menduduki peringkat pertama untuk penyakit
2025. Kurang lebih 10-30% penduduk dewasa
tidak menular yang banyak diderita oleh
dihampir semua Negara mengalami penyakit
penduduk Kepulauan Riau dengan persentase
hipertensi, dan sekitar 50-60%
64%. Namun data pada 2010 terjadi penurunan
penduduk
452
2009
penderita
hipertensi
masih
jumlah persentase dimana untuk tahun 2010
1.479 kasus terjadi pada usia 45 tahun ke atas,
menjadi 54,7% (P2PL, Dinkes Provinsi KEPRI,
dan 290 kasus terjadi pada usia di bawah 45
2010). Menurut data IPKM DINKES Provinsi
tahun. (DINKES Kota Tanjungpinang, 2012).
Kepri
tahun 2010, Kota Tanjungpinang
Berdasarkan data yang didapat peniliti
menduduki peringkat pertama dengan jumlah
dari Puskesmas Sei Jang Kota Tanjugpinang
13,04%, Kabupaten Lingga kedua denga
dari tujuh posyandu lansia yang berada di
persentase 10,04%, dan peringkat terakhir Kota
wilayah kerja Puskesmas Seijang, posyandu
Batam dengan 5,47% (DINKES KEPRI dalam
lansia “Camar” yang memilki jumlah penderita
Hidayatullah, 2012).
hipertensi terbanyak yaitu 24 orang, posyandu
Berdasarkan peneliti
dari
data
Dinas
yang
didapatkan
Kesehatan
Kota
lansia “Ananda” di peringkat kedua dengan 12 orang dan posyandu lansia “Asoka” diperingkat
Tanjungpinang pada tahun 2011 hipertensi
ketiga
menduduki peringkat kedua dari daftar penyakit
(Puskesmas Sei Jang, 2012).
paling sering terjadi dengan jumlah kejadian
dengan
Beberapa
delapan
orang
penderita.
di
Indonesia
penelitian
11.448 kejadian. Pada tahun 2012 terjadi
menjelaskan prevalensi hipertensi berkisar
penurunan jumlah kejadian menjadi 8.718
antara 17-22 persen, jadi mengobati hipertensi
kejadian, namun hipertensi masih menduduki
dimasyarakat
peringkat kedua dari daftar penyakit paling
menurunkan efek lebih lanjut, seperti penyakit
sering terjadi di Kota Tanjungpinang. Menurut
jantung koroner, karena hipertensi merupakan
data bulanan kesakitan Dinas Kesehatan Kota
faktor resiko penting penyebab penyakit
Tanjungpinang tahun 2012, Puskesmas Sei jang
jantung koroner. Tujuan pengobatan hipertensi
menduduki peringkat pertama dengan jumlah
saat ini adalah untuk menurunkan tekanan
kejadian
Puskesmas
darah, juga ditujukan untuk menurunkan
Tanjungpinang kedua dengan jumlah kejadian
komplikasi kardiovaskuler. Menurut konsensus
1.389 kejadian. dan Puskesmas Kampung Bugis
JNCV12
menduduki peringkat ketiga dengan jumlah
didahulukan, jika gagal penderita hipertensi
kejadian 639 kejadian. Dari 1.769 kejadian
harus menelan obat-obatan farmakologi seumur
hipertensi yang terjadi di Puskesmas Sei Jang
hidup (Penerbit Buku Kompas, 2006)
1.769
kejadian,
453
dengan
pengobatan
benar
non
akan
dapat
farmakologik
Salah
satu
penanganan
Yuni Herlinawati (2006), mengatakan
menyembuhkan
dibalik rasanya yang asam, Belimbing Wuluh
penyakit hipertensi yaitu terapi komplementer.
memiliki khasiat kesehatan luar biasa, penyakit
Terapi
terapi
yang bisa diatasi oleh Belimbing Wuluh
pengobatan alamiah diantaranya adalah dengan
meliputi diabetes mellitus, rematik, hipertensi,
terapi herbal, terapi nutrisi, relaksasi progresif,
gondongan,
meditasi, terapi tawa, akupuntur, aroma terapi
kolesterol, pencegahan kanker dan pelancar
dan
pencernaan.
nonfarmakologis
dari
dalam
komplementer
refleksologi.
Terapi
bersifat
herbal
banyak
cacar
air,
Kandungan
wasir,
kalium
penurunan
membuat
digunakan oleh masyarakat dalam menangani
Belimbing Wuluh menstabilkan tekanan darah.
penyakit hipertensi dikarenakan memiliki efek
Berdasarkan uraian di atas peneliti
samping
yang
sedikit
(Sustrani
dalam
Hidayatullah, 2012).
langsung untuk mengetahui pengaruh rebusan
Banyak tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan
untuk
tertarik untuk melakukan penelitian secara
terapi
herbal
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) terhadap
dalam
penurunan tekanan darah pada penderita
pengobatan hipertensi, diantaranya adalah
hipertensi di wilayah kerja Posyandu Lansia
bawang putih, seledri, bunga rosella, belimbing
Camar
wuluh dan daun alpukat. Bawang putih dan
Tanjungpinang.
Puskesamas
Sei
Jang
Kota
seledri kurang disukai oleh masyarakat karena rasanya yang kurang enak untuk dijadikan obat. Sedangkan bunga rosella dan belimbing wuluh
BAHAN
DAN
METODE
PENELITIAN
memiliki rasa asam yang pada umumnya kurang disukai oleh masyarakat. Daun alpukat
Desain : Desain penelitian yang
memiliki rasa yang sedikit pahit jika diseduh
digunkan adalah Quasy Exsperiment dengan
(Rachdian dalam Hidayatullah, 2012). Namun
rancangan penelitian Non Equivalent Control
Belimbing Wuluh jika di konsumsi dalam
Group.
bentuk air rebusan dapat mengurangi rasa asam
Tempat dan Waktu : Penelitian ini dilakukan
yang dikandungnya.
pada minggu ketiga bulan Juni tahun 2013 selama satu minggu yaitu dari tanggal 17 454
sampai dengan tanggal 23, dan dilaksanakan di
perlakuan berupa terapi rebusan belimbing
Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang
wuluh 1 kali sehari (per 200ml) selama
Kota Tanjungpinang.
seminggu
Sampel : Sampel yang digunakan diambil
perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah
menggunakan
Sampling
rseponden. Sedangkan pada kelompok kontrol
dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang
hanya dilakukan pengukuran tekanan darah saja
dengan rincian 10 orang sebagai kelompok
tanpa perlakuan berupa pemberian terapi
eksperimen dan 10 orang sebagai kelompok
rebusan belimbing wuluh.
kontrol.
tehnik
Keseluruhan
Purposive
sampel
dan
sesudah
Karakteristik Responden
kerja posyandu lansia camar puskesmas sei jang yang
sebelum
merupakan
penderita hipertensi yang berada di wilayah
tanjungpinang,
dimana
berjenis
Merupakan ciri-ciri dari responden yang
kelamin
terdapat didalam penelitian ini yang meliputi
perempuan dan yang menderita hipertensi
usia dan derajat hipertensi yang diderita.
ringan, sedang dan berat.
Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel
Alat ukur : Alat ukur pada penelitian ini yaitu
berikut: Tabel
sphygmomanometer dan lembar obserbvasi. Sphygmomanometer adalah alat mekanik yang
1.
Karakteristik
Kelompok
Eksperimen
digunkan untuk mengukur tekanan darah. Tekanan responden pada kelompok eksperimen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui
diukur sebelum dan sesudah diberikan rebusan
karakteristik responden kelompok eksperimen
belimbing wuluh setiap dua hari sekali selama
sebagian besar berusia 45-59 tahun (Middle
satu
darah
Age) sebanyak empat orang (44,5%), dan
responden pada kelompok kontrol diukur tanpa
sebagian besar responden menderita hipertensi
pemberian perlakuan kemudian hasilnya dicatat
sedang sebanyak lima orang (55,6%).
minggu,
sedangkan
tekanan
Tabel
pada lembar obserbvasi. Prosedur : Responden dibagi menjadi dua
Kontrol
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelopok kontrol. Kelompok eksperimen diberi 455
2.
Karakteristik
Kelompok
No 1
Kategori
F
(%)
Usia :
No
Kategori
1
• 45-59
Tahun
(Middle Age) • 60-69
Tahun
4
44,4%
5
55,6%
0
0%
(%)
4
44,4%
5
55,6%
0
0%
9
100%
Usia : • 45-59
Tahun
(Middle Age) • 60-69
(Elderly)
Tahun
(Elderly)
• >70 Tahun (Old) Jumlah 2
F
• >70 9
100%
Derajat Hipertensi :
Tahun (Old)
Jumlah 2
Derajat Hipertensi :
• Ringan
4
44,4%
• Ringan
4
44,4%
• Sedang
4
44,4%
• Sedang
4
44,4%
• Berat
1
11,2%
• Berat
1
11,2%
9
100%
9
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui karakteristik responden kelompok
control
sebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak lima orang (55,6%), dan sebagian besar responden
menderita
hipertensi
Jumlah eksperimen
dan
kelompok
kontrol
pada
pemeriksaan awal (pre test) dan pemeriksaan akhir (post test) yang dilakukan uji kemaknaan menggunakan uji Mann-Whitney.
ringan
sebanyak empat orang (44,4%) dan menderita
Tabel 3. Analisa Perbedaan Tekanan
hipertensi sedang sebanyak empat orang
Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok
(44,4%).
Kontrol pada Pengukuran Awal (Pre Test)
HASIL
Tekanan
Kelompok
Kelompok
Stati
darah
Eksperime
Kontrol
stik
Analisa Perbedaan Tekanan Darah Dalam analisa ini bertujuan untuk
n
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
F
distribusi
tekanan
darah
pada
kelompok
456
%
F
%
𝝆𝝆
Normal
0
0%
0
0%
Tinggi
0,80 4
Tekanan
Kelompok
Kelompok
Stati
darah
Eksperime
Kontrol
stik
n Hipertens
4
44,4%
4
44,4%
i Ringan
Normal
F
%
F
%
1
11,1%
0
0%
𝝆𝝆
0,20
Tinggi Hipertens
5
55,6%
4
44,4%
i Sedang
Hipertensi 1
Hipertens
3
0
0%
100%
9
100%
besar
tekanan
55,6%
2
22,2%
3
33,3%
0
0%
1
11,1%
9
100%
9
100%
Sedang
Pada tabel di atas dapat diketahui sebagian
5
11,2% Hipertensi
9
66,7%
Ringan
i Berat Jumlah
6
darah
Hipertensi
kelompok
Berat
eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test)
Jumlah
adalah hipertensi sedang sebanyak lima orang (55,6%), sedangkan sebagian besar tekanan
Berdasarkan table di atas dapat diketahui
darah kelompok kontrol pada pemeriksaan awal
sebagian
(pre test) adalah hipertensi ringan sebanyak
eksperimen pada pemeriksaan akhir (post test)
empat orang (44,4%) dan hipetensi berat
adalah hipertensi ringan yaitu sebanyak enam
sebanyak empat orang (44,4%), kemudian
orang (66,7%), sedangkan sebagian besar
didapat hasil uji statistik dengan nilai 𝜌𝜌 = 0,804.
tekanan
Tabel 4. Analisa Perbedaan Tekanan
pemeriksaan akhir (post test) adalah hipertensi
Darah Kelompok Eksperimen dan Kelompok
ringan sebanyak lima orang (55,6%), kemudian
Kontrol pada Pengukuran Akhir (Post Test)
didapat uji statistik dengan nilai 𝜌𝜌 = 0,203.
457
besar
darah
tekanan
darah
kelompok
kelompok
kontrol
pada
Analisa
Pengaruh
Rebusan
Belimbing Wuluh
Hipertensi Berat
Dalam analisa ini bertujuan untuk
Jumlah
menterhui ada atau tidak pengaruh rebusan belimbing terhadap
wuluh
(variabel
penurunan
independen)
tekanan
darah
pada
penderita hipertensi (variabel dependen) yang dilakukan uji kemaknaan menggunakan uji Wilcoxon Test.
9
100%
9
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tekanan darah kelompok eksperimen pada pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test) terdapat empat orang (44,4%) yang menderita hipertensi ringan dan lima orang (55,6%) yang menderita hipertensi sedang, sedangkan pada
Tabel 5. Analisis Pengaruh Rebusan
pemeriksaan akhir (post test) terdapat satu Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan
orang (11,1%) memiliki tekanan darah normal Darah pada kelompok eksperimen
tinggi, Tekanan
Sebelum
Setelah
Stati
darah
Terapi
Terapi
stik
Normal
F
%
F
%
0
0%
1
11,1%
𝝆𝝆
enam
orang
(66,7%)
menderita
hipertensi ringan dan dua orang (22,2%) menderita hipertensi sedang, kemudian didapat hasil uji statistik dengan nilai 𝜌𝜌 = 0,046.
Tabel 6. Analisis Pengaruh Rebusan
0,04 Belimbing Wuluh Terhadap Penurunan Tekanan
Tinggi
6 Darah pada Kelompok Kontrol
Hipertensi
4
44,4%
6
66,7%
5
55,6%
2
22,2%
0
0%
0
0%
Ringan
Hipertensi Sedang
458
didapat hasil uji statistik kemaknaan dengan Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui tekanan
darah
kelompok
kontrol
pada
nilai 𝜌𝜌 = 0,317.
PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Tekanan
Sebelum
Setelah
Stati
darah
Terapi
Terapi
stik
Responden pada penelitian ini termasuk
𝝆𝝆
dalam batasan usia pertengahan (middle age =
Normal
F
%
F
%
0
0%
0
0%
Tinggi
0,31
45-59 tahun), lanjut usia (elderly = 60-69
7
tahun), dan usia lanjut tua (old = >70 tahun) karna pada batasan usia tersebut seseorang
Hiperten
4
44,4%
5
55,6%
sangat rentan untuk terkena penyakit hipertensi. Pada umumnya peningkatan tekanan darah
si Ringan
(hipertensi) terjadi seiring bertambahnya umur Hiperten
4
44,4%
3
33,3%
terutama setelah umur 40 tahun (Depkes, 2006). Sejalan dengan proses pertambahan umur,
si Sedang
resiko Hiperten
1
11,2%
1
11,1%
terkena
penyakit
kardiovaskuler meningkat, hal ini dikarenakan efisiensi sistem kardiovaskuler mengalami
si Berat Jumlah
seseorang
9
100%
9
100%
penurunan
dan
masalah-masalah
yang
pemeriksaan awal (pre test) dan akhir (post
berhubungan dengan fungsi sistem tersebut
test), yaitu pada pemeriksaan awal (pre test)
(Pattel dalam Kartikawati, 2008). Berdasarkan keterangan tabel 1 dan 2
terdapat empat orang (44,4%) yang menderita (44,4%)
menunjukan adanya kesesuaian dengan survei
menderita hipertensi sedang dan satu orang
epidemiologi yang menunjukan bahwa umur
(11,2%) menderita hipertensi berat, sedangkan
merupakan
pada pemeriksaan akhir (post test) terdapat lima
terjadinya penyakit kardiovaskuler termasuk
orang (55,6%) menderita hipertensi ringan, tiga
hipertensi. Faktor resiko penyakit hipertensi
orang (33,3%) hipertensi sedang, dan satu orang
berkembang setelah umur mencapai 45 tahun
(11,2%) menderita hipertensi berat, kemudian
(Black dalam Kartikawati, 2008).
hipertensi
ringan,
empat
orang
459
satu
dari
prediktor
terkuat
jika diberikan dalam jangka waktu yang Analisa Perbedaan Tekanan Darah Pada tabel 3 dapat diketahui hasil analisa
panjang panjang (Astawan dalam Hidayatullah, 2012).
perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada pemeriksaan awal
Analisa
Pengaruh
Rebusan
Belimbing Wuluh
(pre test) yang didapat nilai 𝜌𝜌 > 0,05 yaitu =
0,804, membuktikan tidak terdapat perbedaan
pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap
yang signifikan tekanan darah kelompok
penurunan tekanan darah pada penderita
eksperimen dan kontrol pada pemeriksaan awal
hipertensi
(pre test).
Puskesmas Sei Jang terhadap responden
Pada tabel 4 dapat diketahui hasil analisa
Pada tabel 5 dapat diketahui hasil analisa
kelompok
di
Posyandu
eksperimen
Lansia
(responden
Camar
yang
perbedaan tekanan darah kelompok eksperimen
diberikan terapi rebusan belimbing wuluh) yang
dan kontrol pada pemeriksaan akhir (post test)
didapat nilai 𝜌𝜌 < 0,05 yaitu = 0,046,
yang didapat nilai 𝜌𝜌 > 0,05 yaitu = 0,203,
membuktikan adanya perbedaan tekanan darah
membuktikan tidak terdapat perbedaan yang
yang signifikan pada pemeriksaan awal (pre
signifikan terhadap tekanan darah kelompok
test) dan pemeriksan akhir (post test).
eksperimen
dan
kelompok
kontrol
Pada tabel 6 dapat diketahui analisa
pada
pengaruh rebusan belimbing wuluh terhadap
pemeriksaan akhir (post test). Berdasarkan keterangan dari tabel 3 dan
penurunan tekanan darah pada penderita
4 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hipertensi
perbedaan yang signifikan terhadap tekanan
Puskesmas Sei Jang pada responden kontrol
darah kelompok eksperimen dan kelompok
(responden yang tidak diberikan terapi rebusan
kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan
belimbing wuluh) yang didapat nilai 𝜌𝜌 > 0,05
pemeriksaan
akhir
terdapatnya hasil
(post
test)
.
Tidak
perbedaan tekanan darah
di
Posyandu
Lansia
Camar
yaitu = 0,317 yang membuktikan bahwa tidak adanya
perbedaan
tekanan
darah
yang
yang besar (signifikan) dapat dikaitkan dengan
signifakan pada pemeriksaan awal (pre test) dan
teori yang mengatakan bahwa terapi herbal
pemeriksaan akhir (post test).
akan memberikan efek atau manfaat yang besar 460
Berdasarkan keterangan dari tabel 5 dan
Dalam penelitian ini peneliti menemukan
6 dapat disimpulkan bahwa adanya perubahan
berbagai macam bentuk keterbatasan ketika
tekanan
melakukan
darah
yang
signifikan
terhadap
penelitian,
sehingga
dengan
kelompok eksperimen pada pemeriksaan awal
berbagai keterbatasan tersebut menjadikan
(pre test) dan pemeriksaan akhir (post test), dan
penelitian ini tidak mendapatkan hasil yang
tidak ada perbedaan tekanan darah yang
maksimal. Adapun keterbatasan tersebut adalah
signifikan terhadap kelompok kontrol pada
sebagai berikut:
pemeriksan awal (pre test) dan pemeriksaan
1. Dalam penelitian ini objek yang digunakan
akhir (post test), yang telah dibuktikan dengan
sebagai sampel adalah manusia sehingga
menggunakan uji statistik Wilcoxon Test
sangat sulit untuk melakukan kontrol yang
dimana didapat nilai 𝜌𝜌 pada kelompok
ketat terhadap faktor-faktor yang dapat
eksperimen lebih kecil (<) dari 0,05 dan nilai
meningkatkan tekanan darah khususnya
lebih 𝜌𝜌 pada kelompok kontrol lebih besar (>)
faktor pola makan.
dari 0,05, hasil ini sesuai dengan teori yang
2. Penelitian ini merupakan penelitian herbal
mengatakan bahwa penderita penyakit darah
atau alami yaitu salah satu cara mengontrol
tinggi pada umumnya kekurangan kalium,
tekanan darah tanpa mengunakan obat-
potassium, dan kalsium. Oleh karena itu,
obatan kimia, selain tidak memiliki efek
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
samping yang besar pengobatan herbal
yang mengandung kalium, potasium, dan
merupakan pengobatan yang dapat member
kalsium
dalam
efek yang besar dalam waktu yang lama,
belimbing wuluh merupakan cara yang tepat
maka dalam penelitian ini kurang lamanya
untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Nisa
waktu pemberian terapi sehingga tidak
2012).
menimbulkan efek yang begitu besar.
seperti
yang
tekandung
3. Pada penelitian ini desain penelitian yang digunakan kurang tepat karna itu terdapat beberapa kerancuan dari hasil penelitian ini. Keterbatasa Penelitian
4. Pada penelitian tidak dilakukannya validitas alat yang digunakan (sphygmomanometer) 461
sehingga dapat memunculkan keraguan
(post test) terhadap responden eksperimen
pada akurasi alat ketika digunakan pada saat
terjadi penurunan tekanan darah, yaitu
melakukan pengukuran.
dimana penderita hiperte si ringan menjadi enam orang (66,7%), hipertensi sedang
PENUTUP
turun menjadi dua orang (22,2%)
Kesimpulan
terdapat satu orang (11,1%) memiliki
Pemberian terapi rebusan belimbing
dan
tekanan darah normal tinggi.
wuluh pada penderita hipertensi menunjukan
b. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap
adanya pengaruh terhadap penurunan tekanan
responden kontrol dari sembilan orang
darah pada penderita hipertensi, yaitu dapat
(100%) responden terdapat empat orang
dilihat dalam analisa uji kemaknaan yang
(44,4%) yang menderita hipertensi ringan,
menunjukan
rebusan
empat orang (44,4%) yang menderita
menurunkan
hipertensi sedang dan terdapat satu orang
tekanan darah. Tekanan darah pada responden
(11,2%) yang menderita hipertensi berat.
yang menderita hipertensi ringan, sedang, dan
Pada pengukuran akhir (post test) tidak
berat mengalami penurunan. Hal ini di buktikan
terdapat perbedaan tekanan darah yang
dari hasil pengukuran tekanan darah responden
berarti yaitu yang menderita hipertensi
eksperimen yang diberikan terapi rebusan
ringan
belimbing wuluh dan responden kontrol yang
hipertensi sedang menjadi tiga orang
tidak diberikan terapi rebusan belimbing wuluh.
(33,3%), dan hipertensi berat masih satu
Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah
orang (11,1%).
belimbimg
adanya wuluh
pengaruh terhadap
terapi, dimana didapat hasil sebagai berikut:
menjadi
lima
orang
(55,6%),
c. Pada analisa pengaruh rebusan belimbing
a. Pada pengukuran awal (pre test) terhadap
wuluh terhadap penurunan tekanan darah
responden eksperimen dari sembilan orang
dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon
(100%) responden terdapat empat orang (44,4%) yang menderita hipertensi ringan
Test didapat nilai 𝜌𝜌
dan lima orang (55,6%) yang menderita
kelompok kontrol = 0,317 (> 0,05), hal
hipertensi sedang. Pada pengukuran akhir
menunjukkan
pada kelompok
eksperimen = 0,046 (< 0,05) dan nilai 𝜌𝜌 pada
462
bahwa
berdasarkan
uji
statistik bahwa terdapat pengaruh rebusan
mengkonsumsi obat-obatan yang pastinya
belimbing
akan memberikan efek samping yang kurang
wuluh
terhadap
penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi di Posyandu Lansia Camar Puskesmas Sei Jang
baik bila dikonsumsi secara terus-menerus. b. Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk
Tanjungpinang.
dapat
d. Berdasarkan analisa perbedaan tekanan
ikut
berperan
mensosialisasikan
atau
dalam memberikan
darah kelompok eksperimen dan kelompok
pengetahuan kepada masyarakat untuk lebih
kontrol dengan menggunakan uji statistic
mengenal
Mann-Whitney
didapat
𝜌𝜌
nilai
mengontrol
pada
tekanan
herbal darah
dalam terhadap
penderita hipertensi.
pemeriksaan awal (pre test) = 0,804 (> 0,05) dan nilai 𝜌𝜌 pada pemeriksaan akhir (post
obat-obatan
c. Diharapkan
adanya yang
pengembangan
test) = 0,203, hal ini menunjukkan tidak
penelitian
serupa
mengenai
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap
pengobatan herbal dari jenis dan desain yang
tekanan darah kelompok eksperimen dan
berbeda serta waktu penelitian yang lebih
kontrol pada pemeriksaan awal (pre test) dan
lama untuk dapat melihat pengaruh secara
pemeriksaan akhir (post test)
signifikan sehingga akan terus didapat hasil penelitian yang lebih baik.
Saran d. Karna sudah terdapat beberapa penelitian a. Diharapkan masyarakat lebih memberikan pengobatan
herbal
dalam
mengontrol
perhatian yang serius terhadap pengobatan hipertensi seperti jus timun, air putih, pisang herbal dalam mengontrol tekanan darah dan termasuk rebusan belimbing wuluh, pada
penderita
hipertensi.
Pengobatan maka
peneliti
berharap
adanya
herbal seperti rebusan belimbing wuluh pengembangan
penelitian
membanding
keefektifan
dalam
hal
selain mudah didapat dan tidak memberikan terhadap
efek samping yang berbahaya juga tergolong penurunan tekanan darah dari beberapa ekonomis
(murah).
Dengan
penderita
hipertensi
dapat
demikian pengobatan herbal di atas.
tekanan
darahnya
mengontrol
tanpa
DAFTAR PUSTAKA
harus 463
Dharma, Kelana Kusuma, (2011). Metodelogi
Hidayatullah, M Redha. (2012). Pengaruh Jus
Penelitian Keperawatan. CV. Trans Info
Timun Terhadap Penurunan Tekanan
Media: Jakarta Timur. hal: 197-204
Darah Pada Penderita Hipertensi Di
Depkes. (2010). Hipertensi Penyebab Kematian
Wilayah Kerja Puskesmas Panncur.
Nomor
Skripsi
Tidak
diterbitkan.
Tiga. http://www.depkes.go.id. Di akses: 5
Tanjungpinang. STIKES Hang Tuah.
April 2013.
Hal: 9 dan 39-45
Freyanti, Veni Aznur. (2012). Faktor-Faktor
Kusnul, Zauhani & Munir, Zainal (2012). Efek
Yang Berhubungan Dengan Kunjungan
Pemberian Jus Mentimun Terhadap
Lansia Ke Posyandu Lansia Di Wilayah
Penurunan Tekanan Darah. Skripsi
Kerja
Tidak diterbitkan. Stikes Bahrul Ulum.
Puskesmas
Sei
Jang
Kota
Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.
Hal: Lathifah, Qurrotu A, (2008). Uji Efektifitas
hal: 10-37
Ekstrak Kasar Senyawa Anti Bakteri
Guyton, Arthur C, (1990). Fisiologi Manusia dan
Mekanisme
Penyakit
Edisi
Pada Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Dengan Variasi Pelarut.
3.
Jakarta: EGC, hal:
Skripsi Tidak diterbitkan. Fakultas Sains
Hariana, Arief, (2004). Tumbuhan Obat &
dan TeknologiI. Universitas Islam Negeri
Khasiatnya, Seri 1 .Depok: Penebar
(UIN) Malang. Diakses 5 Maret 2013.
Swadaya, hal: 36-38.
Hal: 20-24.
Herlinawati, Yuni , (2006). Terapi Jus Untuk
M. Wijoyo, Padmiarso, (2011). Rahasia
Kolesterol Plus Ramuan Herbal. Jakarta:
Penyembuhan Hipertensi Secara Alami.
Puspa Swara, hal: 61.
Bogor: Bee Media AGRO, Hal: 9-19.
Hidayat, A. Aziz Alimul, (2008). Metode
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
Penelitian Keperawatan dan Tehnik
Penelitian
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Rineka Cipta, hal:
hal: 76.
Kesehatan.
Jakarta:
PT.
Penerbit Buku Kompas, (2006). Rahasia Sehat dengan Makanan Berkhasiat. Jakarta: 464
PT. Kompas Media Nusantara, hal: 199-
Tidak diterbitkan. STIKES Hang Tuah.
200.
hal:
Permadi, Adi, (2006). Tanaman Obat Pelancar
Smeltzer & Bare, (2001). Buku Asuhan
Air Seni. Jakarta: Penebar Sebaya, hal:
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
24.
Jakarta: EGC, hal:
Purwaningsih,
Eko,
(2007).
Multiguna
Soenanto, Hardi, (2009). 100 Resep Sembuhkan
Belimbing Wuluh. Jakarta: Ganeca Exact,
Hipertensi, Asam urat, dan Obesitas.
Hal: 1-3.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo,
Ramadi, Afdhal, (2012). Perbedaan Pengaruh Pemberian
Seduhan
Alpukat
Sutanto, (2010). Cekal (Cegah & Tangkal)
Terhadap
Penyakit Modern. Yogyakarta: CV. Andi
Daun
(PerseagratissimaGaerth)
hal: 52-53.
Offset, hal: 1-34.
Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Laki-Laki Yang Perokok Dengan Bukan
Syarifudin, (2010). Panduan TA Keperawatan
Perokok Di Wilayah Kerja Puskesma
dan
Padang Pasir Kota Padang Tahun 2012.
Yogyakarta: Grafindo Litera Media, hal:
Skripsi
Tidak
Keperawatan
diterbitkan. Universitas
Fakultas
Kebidanan
dengan
SPSS.
Stanley, Mickey & Beare, Gauntlett Patricia,
Andalas.
(2002).
Diakses 5 Maret 2013. Hal: 1-2
Buku
Ajar
Keperawatan
Gerontik Edisi 2. Jakarta; EGC. hal: 11.
Riyanto, (2009). Pengolahan dan Analisi Data
Wati, Lidia, (2013). Panduan Penyusunan
Kesehatan. Yogjakarta: Ruha Medika,
Metodologi
hal:
Tanjungpinang : STIKES Hang Tuah
Sari, Wening, et al, (2008). Care youself, hepatitis. Jakarta: Penebar Plus+, hal: 74.
Riset
Keperawatan.
Tanjungpinang, hal:1-61. Widharto, (2009). Bahaya Hipertensi. Klaten:
Shinta, (2012). Hubungan Peran Keluarga
PT Sunda Kelapa Pustaka, hal: 3-36.
Dalam Perawatan Kesehatan Lansia Dengan
Kejadian
Hipertensi
Di
1
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah Tanjungpinang.
Puskesmas Sei Jang Tahun 2012. Skripsi
465
2
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
466
PENGARUH AIR REBUSAN LIDAH BUAYA TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI JANG TANJUNGPINANG TAHUN 2014 Urai Muhamad Bawadi1, Soni Hendra Sitindaon2, Komalasari3
ABSTRAK Diabetes Mellitus berasal dari kata Yunani diabainein yang berarti “tembus” atau “pancuran air”, mellitus yang berarti “rasa manis”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rebusan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang Tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode Pra eksperimen dan jenis pendekatan yang digunakan adalah one group pretest postest tanpa kelompok kontrol. Jumlah populasi sebanyak 1393 orang penderita Diabetes Mellitus dan sampel dengan teknik Purposive Sampling berjumlah 12 orang. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi. Uji hipotesis yang digunakan adalah Uji Wilcoxon. Hasil Penelitian yang diperoleh yaitu kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan semua responden kadar gula darah >200mg/dL sebanyak 12 orang (100%). Kadar gula darah sesudah diberikan air rebusan lidah buaya didapatkan sebagian besar responden kadar gula darah <150mg/dL sebanyak 6 orang (50%).
Kata Kunci : Lidah buaya, Diabetes Mellitus
ABSTRACT Diabetes Mellitus comes from the Greek diabainein which means "hit" or "fountain ", mellitus which means "sweet taste ". The aim of this research is to find out the influence decoction aloe vera to experienced the blood sugar at patients with diabetes mellitus in the Community Health Center Sei Jang in 2014. Types of research that is quantitative research with the method Pre experiments and type of approach that is used is one group pretest postest without controls. Number of population as many as 1393 people with Diabetes Mellitus and samples with Purposive sampling techniques %12 people. Instruments that used is sheets observation. Hypothesis test is trial Wilcoxon. Results of research, the blood sugar level before given decoction aloe vera obtained all respondents blood sugar level >200mg/dl as many as 12 people (100%). Blood sugar level after given decoction aloe vera found most respondents blood sugar level <150mg/dl as much as 6 people (50%). Keyword : Sweet Star Fruit and, Cucumber Therapy, The Decrease Blood Pressure of Hypertensive
467
antaranya luka yang sulit sembuh, bahkan bisa
PENDAHULUAN Berkembangnya suatu negara menjadi salah satu faktor permasalahan
baru
terjadi pembusukan pada kaki dan berakibat diamputasi. Juga menyebabkan kebutaan dan
terutama permasalahan tentang gaya hidup
katarak
masyarakat di dunia. Dengan meningkatnya
pembuluh darah jantung yang mengakibatkan
beban
penyakit jantung koroner. Terjadi gangguan
kerja
dini,
gagal
ginjal,
penyumbatan
masyarakat khususnya masyarakat perkotaan,
saraf berupa kesemutan, baal, stroke, dan
serta semakin tinggi penggunaan bahan-bahan
impotensi (Sukmasari, 2014). Studi
additive (bahan tambahan makanan) dalam
terbaru
dari
International
makanan ataupun bahan baku makanan maka
Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2012
semakin tinggi pula penyakit-penyakit yang
mengatakan penderita DM di seluruh dunia
ditimbulkan
kurang
mencapai 371 juta orang. Posisi pertama adalah
seimbangnya pola hidup dan pola makan yang
Cina dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak
dilakukan. Salah satu penyakit yang disebabkan
63 juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa,
oleh buruknya pola hidup dan pola makan ini
Brasil 13,4 juta jiwa, Rusia 12,7 juta jiwa,
adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus
Meksiko 10,6 juta jiwa, dan Indonesia dengan
(DM) adalah hiperglikemia kronik disertai
jumlah penderita DM sebanyak 7,6 juta jiwa,
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
saat ini Indonesia menempati peringkat ketujuh
hormonal
berbagai
dalam daftar negara dengan penderita DM
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan
terbanyak di dunia, lebih buruk dibanding tahun lalu
pembuluh darah, disertai lesi pada membran
dimana Indonesia berada pada peringkat kesepuluh.
basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop
Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati
elektron (Mansjoer, 2001).
urutan
Ketua
sebagai
yang
akibat
menimbulkan
Umum
Persatuan
Diabetes
ke-7
penyebab
kematian
dunia.
Sedangkan untuk di Indonesia diperkirakan
Indonesia (PERSADIA, 2013) Prof. Sidartawan
pada tahun
Soegondo menjelaskan, jika tidak diintervensi
2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi)
dengan baik DM menimbulkan komplikasi dan
sebanyak 21,3 juta jiwa (Depkes, 2010).
mengakibatkan kecacatan, bahkan kematian. Di 468
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013
menunjukan
penderita
DM
penderita dan jumlah keseluruhan penderita
dengan
juga
pada tahun 2013 mencapai 3689. Berikut
obesitas
atau
Prevalensi angka kunjungan penderita DM
kegemukan yang juga terus meningkat yaitu
tahun 2013 di setiap Puskesmas di kota
dari 18,8% tahun 2007 menjadi 26.6% di 2013.
Tanjungpinang : Puskesmas Mekar Baru
Obesitas pada perempuan cenderung lebih
terdapat 150 kunjungan, Puskesmas Kampung
tinggi
Perempuan
Bugis 232 kunjungan, Puskesmas Melayu Kota
meningkat dari 14,8% (2007) menjadi 32,9%
Piring 294 kunjungan, Puskesmas Batu 10
(2013), sedangkan laki-laki hanya 13,9%
sebanyak 371 kunjungan, Puskesmas Sei Jang
menjadi 19,7%. Kenaikan DM pun lebih tinggi
1393
pada perempuan yaitu 7,7% sedangkan laki-laki
Tanjungpinang Kota 1249 kunjungan. Dari data
5,6%.
tersebut diketahui angka kunjungan tertinggi
meningkat.
Ini
meningkatnya
tren
meningkat sebanyak 1904 orang (106%)
seiring proporsi
dibanding
laki-laki.
( Depkes, 2013). Angka
Kepulauan Riau pada tahun 2011 menduduki
terdapat pada Puskesmas Sei Jang dengan
posisi ke 3 dengan jumlah angka kejadian
jumlah kunjungan sebanyak 1393 (DINKES
mencapai 2121, setelah Hipertensi dan Asma.
Kota Tanjungpinang, 2013).
data
di
Puskesmas
pada penderita DM di Kota Tanjungpinang
prevalensi
DM
dan
provinsi
Berikut
kejadian
kunjungan,
DM
di
Beberapa upaya untuk penyembuhan
setiap :
dilakukan, mulai dari penanganan secara medis,
Lingga 62 kasus, Natuna 230 kasus, Karimun
pengaturan pola makan dan perbaikan pola
489
dan
hidup dengan olahraga yang teratur, akupuntur,
Tanjungpinang 1649 kasus (Dinkes Provinsi
ataupun dengan penggunaan tanaman obat-
Kepri, 2011).
obatan yang lebih dikenal dengan pengobatan
kabupaten/kota
kasus,
berdasarkan
Bintan
337
kunjungan
kasus,
Angka penderita DM di Tanjungpinang
herbal. Penggunaan tanaman herbal di percaya
setiap tahunnya meningkat dari tahun 2012
dapat memperbaiki kondisi pasien DM dengan
hingga tahun 2013. Penderita DM pada tahun
konsumsi herbal yang teratur dibantu dengan
2012 mencapai angka 1.785 orang, sementara
pola makan dan pola hidup yang teratur juga
jumlah penderita DM pada tahun 2013
(Suryo, 2010). 469
adalah
sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat
memperbaiki sistem tubuh yang rusak, yang
tradisional, dan bahan kecantikan. Budidaya
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan,
komersial dan perluasan penggunaan untuk
maka kesembuhan suatu penyakit termasuk DM
bahan baku produk minuman dimulai pada
bukanlah hal yang tidak masuk akal. Saat ini
tahun 900-an, ditandai dengan dibukanya lahan
sudah banyak tanaman bermanfaat untuk
lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di
melawan DM. Khasiat anti diabetik pada
kota Pontianak. Beberapa daerah lainnya seperti
tanaman tersebut telah dibuktikan secara ilmiah
Palembang, Malang, dan Jawa Barat juga
maupun
memiliki
Sifat
pengobatan
empiris.
herbal
Beberapa
herbal
yang
digunakan sebagai sediaan untuk mengobati
lahan
perkebunan
lidah
buaya
(Kristianto,2005).
DM mulai fase penurunan kadar gula darah, Berdasarkan hasil penelitian, lidah buaya pengganti
insulin,
penyembuh
luka
atau mngandung
bahan
kimia
seperti
aloin,
gangren yang biasanya diderita oleh penderita barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, DM ataupun untuk
memperbaiki fungsi aloesin, rhein, homonatolin, aloidoside A, B;
pangkreas bradykininase, aloctin A. Aloe-emodin dan diantaranya
adalah
mimba,
lidah
buaya, rhein, serta polifenol berkhasiat sebagai laksatif
ciplukan, daun sendok, tapak liman, mengkudu, (pencahar/ urus-urus). Polisakarida sebagai buncis, pare, bungur, duwet, kacang panjang, penyembuh luka dan dapat mengurangi reaksi taoge, sambiloto, daun anting-anting, dan peradangan (Putra, 2013) beberapa tanaman lainnya (Suryo, 2010). Kandungan
dari
lidah
buaya
yang
Salah satu tanaman herbal yang sangat dianggap mampu menurunkan kadar gula darah bermanfaat dan berkhasiat dalam menurunkan adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah kadar gula darah pada penderita DM dan kering
lidah
buaya
yang
mengandung
komplikasinya adalah lidah buaya atau Aloe hypoglycemic (Jatnika & Saptoningsih, 2009). Vera. Berdasarkan uraian
permasalahan
di
Lidah buaya menurut sejarahnya di bawa atas,
peneliti
tertarik
untuk
melakukan
ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17. penelitian mengenai “ Apakah Ada Pengaruh Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas 470
Air Rebusan Lidah Buaya terhadap Penurunan
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Mei
Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes
sampai 10 Juni tahun 2014. Tempat penelitian
Mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang
ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sei
tahun 2014?”
Jang Tanjungpinang. Pemilihan responden berdasarkan kriteria
BAHAN
DAN
METODE inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan. Pada
PENELITIAN setiap responden diberikan perlakuan berupa air Desain penelitian adalah model atau rebusan lidah buaya yang diminum pagi dan metode
yang
digunakan
peneliti
untuk sore hari sebanyak 300 ml selama 14 hari secara
melakukan suatu penelitian yang memberikan teratur tanpa putus dan di cek nilai gula darah arah terhadap jalannya penelitian. Desain sewaktu sebelum diberikan minum air rebusan, penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan dan hari ke tujuh dan hari ke lima belas, jika hipotesis penelitian. responden tidak minum secara teratur maka Penelitian ini menggunakan metode responden tersebut harus mengulang dari awal penitian pra-eksperimen dengan rancangan one atau
mengganti
dengan
responden
yang
group pretest posttest yaitu rancangan tanpa lainnya. Alat pengumpulan data menggunakan kelompok pembanding (kontrol) tetapi sudah lembar observasi yang di dapatkan dari hasil dilakukan observasi pertama (Pretest) yang pengecekkan Glukometer. memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang
terjadi
setelah
adanya
eksperimen
(Notoatmojo, 2010).
HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat
Populasi penderita Diabetes Mellitus di Merupakan analisa yang dilakukan pada Wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014 tiap variabel dalam hasil penelitian. Pada berjumlah 1393 orang. Teknik sampling yang umumnya analisa ini hanya menghasilkan digunakan pada penelitian ini adalah dengan distribusi dan presentasi tiap variabel yang menggunakan teknik purposive sampling yaitu disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : dengan sampel pada penelitian ini berjumlah 12 1. Data gula darah sewaktu sebelum perlakuan orang responden penderita Diabetes Mellitus. 471
Tabel 1. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu
responden nomor 02 yaitu 482 mg/dl dan yang
Sebelum Perlakuan Pada Penderita Diabetes
paling rendah adalah responden nomor 11 yaitu
Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
No Responden
Jumlah GDS
01
255 mg/dl
237 mg/dl. 2. Data gula darah sewaktu sesudah perlakuan
Tabel 2. Distribusi Kadar Gula Darah Sewaktu
02
482 mg/dl
03
317 mg/dl
04
414 mg/dl
Sesudah Perlakuan Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
No Responden
05
303 mg/dl
06
452 mg/dl
07
386 mg/dl
08
253 mg/dl
09
465 mg/dl
10
GDS
01
125 mg/dl
02
219 mg/dl
03
137 mg/dl
04
169 mg/dl
05
144 mg/dl
06
207 mg/dl
07
132 mg/dl
08
87 mg/dl
09
210 mg/dl
10
153 mg/dl
11
92 mg/dl
12
138 mg/dl
378 mg/dl
11
237 mg/dl
12
349 mg/dl
Berdasarkan
Jumlah
tabel
1
diatas
dapat
diketahui bahwa dari 12 orang penderita Diabetes Mellitus dengan kadar gula darah sewaktu sebelum diberikan perlakuan diatas normal (70-140 mg/dl). Kadar gula darah
Dari tabel 2 diatas, diketahui bahwa dari 12 orang penderita diabetes mellitus, dengan kadar gula darah sewaktu sesudah diberikan perlakuan. Kadar gula darah tertinggi yaitu
sewaktu paling tinggi dari data tersebut adalah 472
pada nomor responden 02 (219 mg/dl) dan
No
Jumlah
Jumlah
Rentang
P
kadar gula darah terendah yaitu pada nomor 08
Reponden
GDS
GDS
Penuruna
Value
Pretest
Posttest
n
255 mg/dl
125
130
mg/dl
mg/dl
219
263
mg/dl
mg/dl
137
180
mg/dl
mg/dl
169
245 mgdl
(87 mg/dl). B. Hasil Analisis Bivariat
01
Untuk melihat hubungan antara variabel dependen (kadar gula darah pada penderita
02
482 mg/dl
diabetes mellitus) dan variabel independen (air rebusan
lidah
menggunakan
buaya). Uji
Uji
Wilcoxon
kemaknaan Test,
03
317 mg/dl
untuk
mengetahui nilai rata-rata antar satu kelompok
04
414 mg/dl
dengan kelompok lain, dimana antara suatu
mg/dl
kelompok lain tidak saling berhubungan yang
05
303 mg/dl
menghasilkan ρ, dengan α = 0,05. Berdasarkan data dari tabel 2 dan 3,
06
452 mg/dl
dilakukan analisa data dengan menggunakan Uji Wilcoxon Test yang merupakan uji beda dua
07
386 mg/dl
sampel berpasangan. Berikut ini dalam tabel 5.5 hasil penelitian yang telah dilakukan :
08
09
253 mg/dl
465 mg/dl
Tabel 3. Distribusi adar Gula Darah
10
Sewaktu Sebelum Perlakuan Pada Penderita
378 mg/dl
Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Jang
11
12
473
237 mg/dl
349 mg/dl
144
159
mg/dl
mg/dl
207
245
mg/dl
mg/dl
132
254
mg/dl
mg/dl
287
166
mg/dl
mg/dl
210
255
mg/dl
mg/dl
153
225
mg/dl
mg/dl
92
145
mg/dl
mg/dl
138
211
mg/dl
mg/dl
0,002
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat terjadi
yaitu menjadikan perbandingan awal (pretest)
penurunan dari rentang GDS yang sebelumnya
sebagai acuan perubahan setelah dilakukan
responden
penelitian (posttest).
merupakan
penderita
diabetes
mellitus yang kadar gula darah diatas normal
Sebelum memberikan terapi air rebusan
yaitu > 140 mg/dl setelah pemberian air rebusan
lidah buaya peneliti melakukan pengecekkan
lidah buaya. Saat ini terdapat 6 orang dari
awal, ditemukan hasil kadar gula darah
responden mengalami penurunan mencapai
responden secara keseluruhan berada di atas
kadar gula darah normal yaitu berkisar antara 70
nilai normal yaitu >140 mg/dl. Menurut ADA
– 140 mg/dl dan pada responden yang lain
(2009) terlepas dari waktu setelah makan, kadar
mengalami penurunan yang sangat drastis,
gula darah sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
sebanyak 2 kali lipat seperti yang terjadi pada
atau
responden 02, 04, 06, 09, 10, 12.
terutama bila digabungkan dengan salah satu
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Wilcoxon Test diperoleh ρ value 0,002 <
lebih
tinggi
menunjukkan
diabetes,
tanda dan gejala diabetes, seperti sering kencing dan haus yang ekstrim.
0,05, dengan demikian Ho ditolak. Maka dapat
Pada nomor responden 01 jumlah GDS
disimpulkan ada pengaruh air rebusan lidah
255 mg/dl, responden 02 jumlah GDS 482
buaya terhadap penurunan kadar gula darah
mg/dl, responden 03 jumlah GDS 317 mg/dl,
pada penderita diabetes mellitus di wilayah
responden
04
jumlah
GDS
414
mg/dl,
kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014.
responden
05
jumlah
GDS
303
mg/dl,
responden
06
jumlah
GDS
452
mg/dl,
Setelah dilakukan penelitian awal pada
responden
07
jumlah
GDS
386
mg/dl,
penderita Diabetes Mellitus di Wilayah kerja
responden
08
jumlah
GDS
253
mg/dl,
Puskesmas Sei Jang terdapat 1393 jumlah
responden
09
jumlah
GDS
465
mg/dl,
kunjungan penderita Diabetes Mellitus. Dalam
responden
10
jumlah
GDS
378
mg/dl,
penelitian ini peneliti mengambil sampel
responden
11
jumlah
GDS
237
mg/dl,
sebanyak 12 orang yang berusia 45 – 65 tahun
responden 12 jumlah GDS 349 mg/dl.
PEMBAHASAN
sebagai
kelompok
eksperimen
dengan
Saat dilakukan pemberian terapi air
menggunakan desain one group pretest-postest,
rebusan lidah buaya secara rutin pagi dan sore, 474
dilakukan pengecekkan gula darah untuk
mg/dl, responden 12 jumlah GDS 349 menjadi
melihat sudah sampai sejauh mana penurunan
138 mg/dl.
kadar gula darah, di hari ke 4 dan ke 8 yang
Berdasarkan
tabel
5.5
di
uji
bertujuan untuk mengurangi resiko yang
menggunakan uji Wilcoxon Test didapatkan
mungkin terjadi seperti penurunan kadar gula
hasil yang sangat baik dengan jumlah ρ Value
darah yang berlebihan, dan dapat menyebabkan
adalah 0.02, jika ρ lebih kecil maka Ho ditolak.
hipoglikemia sehingga terjadi ketidaksadaran
Dengan demikian ada pengaruh air rebusan
diri, mual dan muntah-muntah.
lidah buaya terhadap penurunan kadar gula
Pada pengecekkan terakhir hari ke 15 terjadi penurunan kadar gula darah, dari 12
darah pada penderita diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Sei Jang tahun 2014.
responden yang telah berhasil mengalami penurunan
yang
responden
dari
diharapkan,
6
penilitian yang telah dilakukan oleh Mustofa
yang
(2012) dan Endang (2006) bahwa lidah buaya
penurunannya mencapai angka normal yaitu 70
berpengaruh untuk menurunkan kadar gula
– 140 mg/ dl. Pada nomor responden 01 jumlah
darah.
12
didapati
Hasil penelitian di atas sejalan dengan
responden
GDS 255 menjadi 125 mg/dl, responden 02
Dari distribusi sebelum dan sesudah
jumlah GDS 482 menjadi 219 mg/dl, responden
pemberian air rebusan lidah buaya dapat dilihat
03 jumlah GDS 317 menjadi 137 mg/dl,
perbedaan penurunan yang signifikan hal ini
responden 04 jumlah GDS 414 menjadi 169
sesuai dengan teori yang dijelaskan dalam buku
mg/dl, responden 05 jumlah GDS 303 menjadi
Wijoyo (2012) bahwa lidah buaya merupakan
144 mg/dl, responden 06 jumlah GDS 452
obat tradisional dalam mengobati diabetes
menjadi 207 mg/dl, responden 07 jumlah GDS
mellitus. Sedangkan menurut Duke (2002)
386 menjadi 132 mg/dl, responden 08 jumlah
kandungan yang dimiliki lidah buaya yaitu
GDS 253 menjadi 87 mg/dl, responden 09
saponin yang bersifat anti bakteri dan jamur
jumlah GDS 465 menjadi 210 mg/dl, responden
serta mengurangi penyerapan glukosa pada
10 jumlah GDS 378 menjadi 153 mg/dl,
tubuh, flavonoid untuk meningkatkan produksi
responden 11 jumlah GDS 237 menjadi 92
insulin dan meregenerasi pulau Langerhans
475
Pankreas terutama sel β, polifenol sebagai anti
3.
histamine atau anti alergi.
terhadap penurunan kadar gula darah pada 12 orang responden penderita diabete
KESIMPULAN DAN SARAN
mellitus dengan ρ Value 0,005.
Pemberian air rebusan lidah buaya terhadap
penderita
Ada pengaruh air rebusan lidah buaya
mellitus
Untuk masyarakat diharapkan mampu
mendapatkan hasil yang diharapkan, dimana
memahami fungsi Toga, khususnya tanaman
telah terjadi penurunan kadar gula darah,
lidah buaya yang sebenarnya terdapat banyak di
sehingga ada pengaruh dari air rebusan lidah
sekitar
buaya. Dari 12 responden yang telah berhasil
demikian angka penderita DM akan menurun
mengalami
jika masyarakat tahu cara pengolahannya.
penurunan
diabetes
yang
diharapkan,
didapati 6 responden dari 12 responden yang
lingkungan
Diharapkan
masyarakat
adanya
dengan
sosialisasi
penurunannya mencapai angka normal yaitu 70
penggunaan Toga khususnya tanaman lidah
– 140 mg/dl dan 6 orang responden berhasil
buaya yang berguna menurunkan kadar gula
mengalami
darah pada penderita diabetes mellitus pada saat
penurunan
kadar
gula
darah
meskipun tidak mencapai angka normal.
Keperawatan Komunitas.
Namun penelitian ini telah mencapai hasil yang
Perlu dikembangkan penelitian yang
diharapkan serta maksimal karena air rebusan
serupa untuk mengetahui dosis pasti untuk
lidah buaya telah mampu menurunkan kadar
menentukan
gula darah pada 12 responden. Hal ini dapat di
diberikan untuk pasien dengan jumlah kadar
buktikan berdasarkan hasil penelitian :
gula darah yang berbeda untuk mencapai hasil
1. Sebelum diberikan air rebusan lidah buaya
yang optimal.
terdapat jumlah kadar gula darah yang tinggi berkisar antara 237 mg/dl hingga 482
besar
dosis
yang
KEPUSTAKAAN Andrianto, Tuhana Taufiq, (2011). Ampuhnya
mg/dl dari 12 orang responden.
Terapi Herbal Berantas Berbagai
2. Setelah diberikan air rebusan lidah buaya terjadi penurunan pada penderita kadar gula
seberapa
Penyakit Berat. Yogyakarta: Najah. Anonim, (2001). Plant Remidies Aloe Vera
darah tinggi, berkisar antara 87 mg/dl
Research.
hingga 219 mg/dl dari 12 orang responden. 476
www.internethealthlibrary.com.
bin/duke/farmacy-scroll3.pl. Di akses:
Di
15 Maret 2014.
akses: 13 Maret 2014. Chan, Arifin, (2013). Pengaruh Air Rebusan Buah
Mahkota
Dewa
Furnawanthi, Irni, (2002). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib.
Terhadap
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja
Puskesmas
Jatnika, Ajat & Saptoningsih. (2009). 1001 Obat Herbal, cet. 1. Jakarta: Agro
Tanjungpinang
Media Pustaka.
Tahun 2013. Skripsi Tidak diterbitkan. Tanjungpinang. STIKES Hangtuah.
Kristianto, Yohanes, (2005). Olahan Lidah Buaya,
Depkes. (2013). Wanita Lebih cenderung Diabetes
Trubus
Mansjoer, Arif, dkk, (2001). Kapita Selekta
Maret 2014.
Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta:
DetikHealth, (2014). Waspada Sering Lapar, Haus, dan Pipis Bisa jadi Gejala
Surabaya:
Agrisarana.
Dibanding
Pria. www.depkes.go.id. Di akses: 16
Cet.1.
Media Aesculapius. Misnadiarly,
(2006).
Diabetes
Diabetes. www.detik.com. Di akses: 10
Gangren,
maret 2014.
Pustaka Populer Obor.
Ulcer,
Infeksi.
Mellitus Jakarta:
Dharma, Kelana Kusama, (2011). Metodologi
Ningsih, Widarti, (2012). Pengaruh Senam
Penelitian Keperawatan. Jakarta: CV.
Diabetes Mellitus (DM) Terhadap
Trans Info Media.
Penurunan Kadar Glukosa Darah pada
Djubaedah, E. (2003). Pengolahan lidah buaya
Penderita
DM
Tipe
II
di
Unit
dalam sirup. Pra-Forum Apre2siasi dan
PERSADIA
Komersialisasi Hasil Riset. Balai Besar
Tanjungpinang Tahun 2012. Skripsi
Industri Agro, Bogor.
Tidak
Duke, (2002). Plant Contituent and Biological
Cabang
diterbitkan:
Kota
Tanjungpinang.
STIKES Hangtuah.
Effect Databases : Chemicals and their
Notoatmodjo, Soekidjo, (2010). Metodologi
Biological Activities in : Aloe vera
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
(L).www.ars-grin.gov/cgi-
Cipta. 477
Oci, Yonita .M, (2013). Khasiat Sakti Tanaman Obat untuk Diabetes. Jakarta: Dunia
Wijoyo, Padmiarso M, (2012). Cara Tuntas
Sehat.
Menyembuhkan
Putra, Winkanda Satria, (2013). Sehat dengan
Herbal.
Herbal tanpa Dokter. Yogyakarta:
Diabetes
dengan
Jakarta:
Pustaka
Agro
STIKES
Hang
Tuah
Indonesia
Citra Media. Riyanto, Agus, (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan.
Yogyakarta:
Nuha Medika. Saraswati, Sylvia, (2009). Diet Sehat Untuk Penyakit
Asamurat
1.
Tanjungpinang Prodi S1 Keperawatan. 2.
Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
3.
Dosen STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
Diabetes
Hipertensi Dan Stroke. Yogyakarta: A Plus. Sari, Kumala Ruma, O.L, (2006). Pemanfaatan Obat
Tradisional
Pertimbangan
Dengan
Manfaat
dan
Keamanannya. Jurnal Ilmu Farmasi vol. III, no. 1 (hal. 1) Sunaryati, Sinta Septi, (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Yogyakarta: Flashbooks. Suryo,
Joko,
(2010).
Penyembuh
Rahasia
Diabetes
Herbal
Edisi
2.
Yogyakarta: B First. Wati, Lidia, (2014). Panduan Penyusunan Metodologi
Mahasiswa
Riset
Keperawatan.Tanjungpinang: STIKES Hang Tuah. 478
PENGARUH JUS TOMAT PLUM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA POSYANDU LANSIA CAMAR TANJUNGPINANG Ivana Arleni 1, Nur Meity 2, Zakiah Rahman3
ABSTRAK Hipertensi tidak dapat diremehkan, karena dampaknya dapat mengancam keselamatan jiwa. Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan rancangan non equivalent control group. Jumlah populasi sebanyak 20 orang dan sampel dipilih 10 orang menggunakan purposive sampling dengan tekanan darah 140-160 mmHg. Analisis data menggunakan uji wilcoxon dengan taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai z hitung sebesar -2.000 dengan signifikansi 0,046 < 0,05. Data ini menunjukkan bahwa ada pengaruh jus tomat plum terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Disarankan agar penggunaan jus tomat plum dapat lebih dikenalkan lagi kepada penderita hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia camar Tanjungpinang.
Kata Kunci : Jus Tomat plum, Penurunan Tekanan Darah, Hipertensi
ABSTRACT Hypertension can not be underestimated, because the impact can be life threatening. Tomato is a food ingredient with high folic acid, vitamin c, and potassium. The potassium content in 100 gram tomato is 360 mg. Objective this studi is to know the effect of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension at working area of Camar elderly service post Tanjungpinang. This studi is an quasi experiment with non equivalent control group design. Total Population is 20 people, and sample choise 10 people use purposive sampling with blood pressure 140-160 mmHg. Analysis of data using a wilcoxon test with significance level 0,05. Based on analysis resulting z observation -2.000 with significance of 0,046 < 0,05. These data show there is influence of tomato juice to the decrease blood pressure in patient with hypertension. It is recommended to use more tomato juice was introduced again to the patient with hypertension at working area Camar elderly service Post Tanjungpinang. Keyword : Plum Tomato Juice, Blood Pressure, Hypertension
479
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
PENDAHULUAN Hipertensi tidak dapat diremehkan.
pada tahun 2004 27,5 % tercatat menderita
Penyakit kardiovaskuler ini perlu mendapat
hipertensi. Selanjutnya hasil Riset Kesehatan
perhatian yang serius karena dampaknya
Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan Badan
membahayakan kesalamatan jiwa. Hipertensi
Penelitian
yang tidak tertangani dengan baik dapat
(Balitbangkes)
berujung pada kematian. Oleh karena itu
prevelensi hipertensi secara nasional mencapai
hipertensi menjadi masalah kesehatan global
31,7%. Diperkirakan meningkat lagi menjadi
yang memerlukan perhatian khusus karena
37% pada tahun 2015 dan menjadi 42% pada
dapat menyebabkan kematian yang utama di
tahun 2025. Data Kementrian Kesehatan RI
negara-negara
menunjukkan pada tahun 2009 prevalensi
maju
maupun
negara
berkembang. WHO
dan
Pengembangan tahun
2007
Kesehatan
menunjukkan
hipertensi sebesar 29,6% dan meningkat (2010)
menyebutkan
bahwa
menjadi 34,1% pada tahun 2010. Tekanan
berdasarkan Data Global Status Report on
darah
sangat
bervariasi
Noncommunicable Disesases, 40 % negara
tergantung pada keadaan, akan meningkat saat
ekonomi
penderita
aktivitas fisik, emosi, dan stres, dan turun
hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35
selama tidur. Hipertensi juga berkaitan dengan
%. Kawasan Afrika memegang posisi puncak
gaya hidup masyarakat seperti merokok,
penderita
%.
konsumsi alkohol yang berlebih, makanan
Sementara kawasan Amerika menempati posisi
tinggi kadar lemak, asupan natrium yang tinggi,
buncit dengan 35 %. Di kawasan Asia
kurangnya asupan kalium dan serat. Selain
Tenggara sendiri, 36 % orang dewasa
mengkonsumsi obat-obatan, penyakit darah
menderita
menurut
tinggi juga dapat di obati secara herbal, dimana
Khancit (perwakilan WHO untuk Indonesia)
yang dibutuhkan adalah buah-buahan, sayur-
pada tahun 2011 mencatat ada satu miliar
sayuran, daun-daunan, dan akar-akaran yang
orang yang terkena hipertensi
mengandung kalium, potassium, dan kalsium.
berkembang
hipertensi
hipertensi.
memiliki
sebanyak
Kemudian
46
Penderita hipertensi di Indonesia sendiri
Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam
prevalensinya terus terjadi peningkatan. Hasil
folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan 480
kalium dalam 100 gram tomat adalah 360 mg.
2012, hipertensi menempati urutan kedua dalam
Kalium dapat menurunkan tekanan darah
daftar 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah
dengan mengurangi natrium dalam urine dan
kerja puskesmas diantaranya puskesmas KM.
air dengan cara yang sama seperti deuretic.
10 sebanyak 11%, puskesmas Kp. Bugis 13%,
Hasil penelitian tahun 2004 pada pasien
puskesmas Mekar Baru 3%, Puskesmas Kota
hipertensi rawat jalan di Bandung menunjukkan
Piring 10 %, Puskesmas Pancur 28% dan
penurunan tekanan sistolik 10,28 mmHg dan
puskesmas Sei jang memiliki jumlah warga
diastolik 3,49 mmHg dengan melakukan
terbanyak yang menderita hipertensi yaitu
intervensi menggunakan jus tomat yang terbuat
sebesar 35%. Sedangkan, data penderita
dari 150 gram tomat buah dan 5 gram gula pasir
hipertensi di puskesmas Sei Jang tahun 2013
dengan lama intervensi 2 hari berturut-turut
periode bulan Januari yakni sebanyak 154
(Gunawan IZ et al, 2005). Sementara itu,
orang, terdiri dari 64 orang laki-laki dan 90
penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan
orang perempuan. Berdasarkan penjelasan
Ningsih (2010) menunjukkan hasil bahwa
diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
pemberian 200 ml jus tomat (lycopersium
penelitian tentang “ Pengaruh Jus Tomat Plum
commune) sebanyak satu kali dalam sehari
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
selama 7 hari berpengaruh terhadap penurunan
Penderita Hipertensi”.
tekanan darah sistolik sebesar 11.76 mmHg
METODE
(84%) dan tekanan darah diastolik sebesar 8.82
Desain penelitian yang digunakan pada
mmHg (96%) pada wanita postmenopause
penelitian
hipertensif.
kuantitatif yang berbentuk eksperimen semu (
ini
berupa
desain
penelitian
Pada tahun 2011 jumlah penderita
quasi eksperiment ) dimana desain penelitian ini
hipertensi di wilayah Provinsi Kepri yakni
merupakan suatu metode penelitian yang
sebanyak, Bintan 13%, Karimun 12%, Lingga
menguji coba suatu intervensi pada sekelompok
6%,
dan
subjek dengan atau kelompok pembanding
Tanjungpinang memiliki penderita hipertensi
namun tidak dilakukan randomisasi untuk
sebanyak
memasukkan
Batam
47%.
7%,
Natuna
Berdasarkan
15%
data
dinas
kesehatan kota Tanjungpinang pada tahun
subjek
kedalam
kelompok
perlakuan atau kontrol ( Dharma, 2011). 481
Rancangan penelitian ini menggunakan
wilayah
kerja
posyandu
rancangan non equivalent control group yaitu
Tanjungpinang tahun 2013.
dalam rancangan ini, pengelompokan anggota
A. Analisa Univariat
sampel
pada
kelompok
eksperimen
Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi
random atau acak ( Notoatmodjo, 2010). Populasi,
sampel
dan
camar
Tabel 1
dan
kelompok kontrol tidak dilakukan secara
lansia
Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja
teknik
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
sampling 2013
Populasi dalam penilitian ini mencakup semua Lansia yang terdaftar di posyandu lansia No
Kriteria
F
%
1
normal
0
0
2
tinggi
5
50
5
50%
CAMAR Tanjungpinang, yang berjumlah 20 lansia. Pemilihan sempel menggunakan tehnik Jumlah keseluruhan purposive sampling yang merupakan pemilihan sampel yang di kehendaki peneliti sehingga Berdasarkan tabel 1 menunjukkan data sempel tersebut dapat mewakili karakteristik mengenai populasi yang
telah dikenal
tekanan
darah
pada
penderita
sebelumnya hipertensi pada kelompok eksperimen pretest
(Notoatmodjo, 2010). Sampel berjumlah 10, diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut dimana 5 sampel sebagai kelompok eksperimen dapat dilihat bahwa sebelum diberi terapi jus dan 5 orang sebagai kelompok kontrol. tomat plum dari 5 orang responden seluruhnya HASIL Penelitian
menderita hipertensi katagori tinggi. tentang
“Pengaruh
Jus Tabel 2
Tomat Plum Terhadap Penurunan Tekanan Distribusi Tekanan Darah Pre Test Terapi Jus
Darah Pada Penderita Hipertensi di Wilayah
Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi
Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja
Tahun 2013 “ telah dilaksanakan pada tanggal
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
24 Juni 2013 sampai dengan 30 Juni 2013 di
2013
482
No
Kriteria
F
%
dapat dilihat bahwa setelah diberi terapi jus
1
normal
0
0
tomat plum dari 5 orang responden sebagian
2
tinggi
5
5
besar mengalami penurunan tekanan darah.
5
50%
Jumlah keseluruhan
Tabel 4 Distribusi Tekanan Darah Post Test Pada
Pada
Penderita Hipertensi Kelompok Kontrol Di
tabel 2 menunjukkan data
Wilayah KerjaPosyandu Lansia Camar
mengenai
tekanan
darah
pada
penderita Tanjungpinang Tahun 2013
hipertensi pada kelompok kontrol saat pretest. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada saat No
Kriteria
F
%
1
normal
1
10
2
tinggi
4
40
Jumlah keseluruhan
5
50%
dilakukan pre test dari 5 orang responden seluruhnya menderita hipertensi katagori tinggi. Tabel 3 Distribusi Tekanan Darah Post Test Terapi Jus Tomat Plum Pada Penderita Hipertensi
Pada tabel 4 menunjukkan data mengenai
Kelompok Eksperimen Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
tekanan darah pada penderita hipertensi pada
2013
kelompok kontrol saat post test. Dari tabel tersebut
dapat
dilihat
bahwa
pada
saat
No
Kriteria
F
%
dilakukan post test dari 5 orang responden 40%
1
normal
4
40
menderita hipertensi tinggi.
2
tinggi
1
10
Jumlah
5
50%
B. Analisa Bivariat Tabel 5 Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum
keseluruhan
TerhadapTekanan Darah Pada Penderita
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan data
Hipertensi Kelompok eksperimen Di Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang
mengenai
tekanan
darah
pada
penderita Tahun 2013
hipertensi pada kelompok eksperimen posttest diberi terapi jus tomat plum. Dari tabel tersebut 483
No
Pre
Post
test
test
statistik
uji wilcoxon dapat dilihat nilai p value yang
Kriteria
1
normal
0
4
2
tinggi
5
1
diperoleh adalah 0,317. Keputusannya adalah 0,046
jika p > 0,05 maka Ho gagal ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Ho gagal ditolak artinya tidak ada pengaruh pemberian jus tomat plum
Hasil perhitungan yang diperoleh dari
terhadap
penurunan
tekanan
darah
pada
pengolahan data dari 5 orang responden
penderita hipertensi kelompok kontrol di
menunjukkan bahwa hasil uji wilcoxon dapat
wilayah
dilihat nilai p value yang diperoleh adalah
Tanjungpinang.
0,046. Keputusannya adalah jika p ≤ 0,05 maka
kerja
posyandu
lansia
camar
PEMBAHASAN
Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
A. Tekanan Darah Pre Test Pada Penderita
ditolak artinya ada pengaruh pemberian jus
Hipertensi Kelompok Eksperimen dan
tomat plum terhadap penurunan tekanan darah
Kelompok Kontrol Berdasarkan hasil pengukuran tekanan
pada penderita hipertensi di wilayah kerja
darah sebelum diberi terapi jus tomat plum pada
posyandu lansia camar Tanjungpinang. Tabel 6
penderita hipertensi kelompok eksperimen dan
Analisis Pengaruh Jus Tomat Plum
kontrol dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
TerhadapTekanan Darah Pada Penderita
responden mengalami hipertensi katagori tinggi
Hipertensi Kelompok Kontrol Di Wilayah Kerja
(≥140 mmHg).
Posyandu Lansia Camar Tanjungpinang Tahun
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2013
berarti ada tekanan tinggi di dalam pembuluh No
Pre
Post
test
test
statistik darah arteri. Tekanan darah dikatakan normal
Kriteria
pada angka 120/80 mmHg. Tekanan darah 1
normal
0
1
0,317 antara 120/80 mmHg dan 139/89 mmHg
2
tinggi
5
4 disebut prehipertensi. Lebih dari 140/90 mmHg sudah tergolong hipertensi.
Hasil perhitungan pengolahan data dari Menurut Najammudin (2010) gangguan 5 orang responden menunjukkan bahwa hasil kardiovaskuler sangat dipengaruhi juga dengan 484
proses menua. Hal ini pada akhirnya juga akan
menyebabkan kerusakan arteri sehingga dapat
menyebabkan perubahan pada fisiologi jantung.
mencegah hipertensi (Sutomo, 2009).
perubahan-perubahan normal pada jantung
C. Tekanan Darah Post Test Pada Penderita
meliputi kekuatan otot jantung berkurang,
Hipertensi Kelompok Kontrol
elastisitas dinding pembuluh darah berkurang
Tekanan darah pada penderita hipertensi
dan kemampuan memompa dari jantung harus
kelompok kontrol saat pos test mayoritas masih
bekerja lebih keras sehingga terjadi hipertensi.
bertekanan darah katagori tinggi, dikarenakan
B. Tekanan Darah Kelompok Eksperimen
pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan. Pengobatan pada penderita hipertensi
Setelah Diberi Terapi Jus Tomat Plum Tekanan darah responden yang awalnya
memang dilakukan secara teratur dan diberikan
dengan katagori tinggi, setelah diberi terapi jus
selama hidupnya. Bila tidak diobati, dalam
tomat sebagian besar mengalami penurunan
jangka waktu yang lama bisa mengakibatkan
tekanan
komplikasi atau sakit yang lebih parah
darah
menjadi
katagori
rendah
(normal). Dapat disimpulkan bahwa terapi jus
(Sudarmoko, 2010).
tomat plum yang diberikan memberi pengaruh terhadap penurunan tekanan darah. Tomat dapat menurunkan tekanan darah tinggi
secara
alami
karena
Penderita penyakit darah tinggi dapat menurunkan tekanan darahnya pada keadaaan normal dengan melakukan berbagai macam
mengandung
cara. Contohnya, dengan mengonsumsi obat-
magnesium dan kalsium yang tinggi. Selain itu,
obatan yang diresepkan dokter, dengan cara
tomat juga merupakan sumber likopen handal
mengonsumsi buah-buhan dan sayuran yang
yang bermanfaat untuk menurunkan tekanan
dapat menurunkan tekanan darah, menerapkan
darah. Likopen adalah karotenoid yang tidak
pola pikir seimbang, menerapkan pola hidup
memiliki efektivitas sebagai pro vitamin A,
sehat dan lain-lain (Nisa, 2012).
tetapi memiliki khasiat lain yang bermanfaat bagi kesehatan. Pigmen merah-jingga ini
D. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap
merupakan antioksidan yang sangat baik untuk
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
melindungi sel dari radikal bebas yang larut
Hipertensi Kelompok Eksperimen Di
dalam lemak, termasuk peroksida lipid yang 485
Hasil penelitian ini didukung oleh
Wilayah Kerja Posyandu Lansia Camar
penelitian lainnya seperti penelitian pada tahun
Tanjungpinang Tahun 2013 Hasil yang diperoleh dari pengolahan
2004 pada pasien hipertensi rawat jalan di
data didapat hasil 0,046 (p < 0,05), ini
Bandung menunjukkan penurunan tekanan
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
sistolik 10,28 mmHg dan diastolik 3,49 mmHg
jus tomat plum terhadap penurunan tekanan
dengan melakukan intervensi menggunakan jus
darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
tomat yang terbuat dari 150 gram tomat buah
posyandu lansia camar Tanjungpinang tahun
dan 5 gram gula pasir dengan lama intervensi 2
2013.
hari berturut-turut (Gunawan IZ et al, 2005). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh
ada pengaruh positif pemberian jus tomat plum
Lestari dan Ningsih (2010) menunjukkan hasil
terhadap penurunan tekanan darah. Tomat yang
bahwa
diberikan untuk terapi adalah tomat jenis plum.
(lycopersium commune) sebanyak satu kali
Tomat plum dipilih karena umumnya tomat
dalam sehari selama 7 hari berpengaruh
jenis ini dipakai untuk tumisan dan masakan
terhadap penurunan tekanan darah sistolik
yang membutuhkan waktu memasak yang
sebesar 11.76 mmHg (84%) dan tekanan darah
relatif lama seperti membuat saos tomat dan
diastolik sebesar 8.82 mmHg (96%) pada
diolah sebagai jus tomat. Jus tomat yang
wanita postmenopause hipertensif.
diberikan
yaitu
sebanyak
200ml
dengan
kekentalan 60% selama 7 hari sekali satu kali.
pemberian
200
ml
jus
tomat
Penelitian serupa juga dilakukan di Wonorejo. Penelitian ini dilakukan selama 2
Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa
hari dan responden diukur tekanan darahnya 5
Tomat merupakan bahan makanan tinggi asam
menit sebelum konsumsi jus tomat, dan 30, 60,
folat, vitamin C, dan kalium. Kandungan kalium
90 menit setelah konsumsi jus tomat. Hasil uji
dalam 100 gram tomat adalah 360 mg. Kalium
analisa statistik menunjukkan ada pengaruh
dapat menurunkan tekanan darah dengan
pemberian jus tomat terhadap penurunan
mengurangi natrium dalam urine dan air dengan
tekanan darah sistolik dan diastolik dan
cara yang sama seperti deuretic ( Nisa, 2012).
penurunan terbesar pada 30 menit setelah pemberian jus tomat (Raharjo, 2007). 486
E. Pengaruh Jus Tomat Plum Terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita
Anjdati Soeria, (2013). 101 Resep Ampuh
Hipertensi Kelompok kontrol Di Wilayah
Sembuhkan Asam Urat, Hipertensi dan
Kerja Posyandu Lansia Camar
Obesitas. Yogjakarta: Aroska Anne Selby, (2005). Makanan Berkhasiat : 25
Tanjungpinang Tahun 2013 Hasil yang diperoleh dari pengolahan
Makanan Bergizi Super untuk Kesehatan
data kelompok kontrol didapat hasil 0,317 (p <
Prima. Jakarta: Erlangga
0,05), ini menunjukkan bahwa tidak ada
Apriany Rista Emiria Afrida, Tatik Mulyati
pengaruh pemberian jus tomat plum terhadap
(2012). Asupan Protein, Lemak Jenuh,
penurunan tekanan darah pada penderita
Natrium, Serat dan IMT Terkait dengan
hipertensi di wilayah kerja posyandu lansia
Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Jurnal
camar Tanjungpinang tahun 2013. Tidak
of Nutrition College vol. 1, no. 1 (hal
adanya pengaruh pemberian jus tomat plum
700-714)
terhadap penderita
penurunan hipertensi
tekanan
darah
kelompok
pada
Budi Sutomo, (2009). Menu Sehat Penakluk
kontrol
Hipertensi. Jakarta: Demedia Pustaka
dikarenakan pada kelompok ini tidak diberikan
Dahlan M Sopiyudin, (2009). Statistik untuk
perlakuan (terapi jus tomat plum) kelompok ini
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
hanya sebagai pembanding.
Salemba Medika
KESIMPULAN DAN SARAN
Dharma kelana kusama, (2011). Metodologi
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh
Penelitian Keperawatan. Jakarta : Trans
jus tomat terhadap penurunan tekanan darah dapat disimpulkan bahwa mayoritas penderita
Info Media Dr.
Setiawan
Dalimarta.
(2005).
Atlas
hipertensi yang ada di wilayah kerja posyandu
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3.
lansia camar mengalami penurunan tekanan
Jakarta: Puspa Swara
darah setelah diberi terapi selama 7 hari sekali.
Gray Huan H, Dawkind Keith D, Simpson Iain
Maka disarankan jus tomat plum dapat lebih
A, & Morgan Jhon M. (2005). Lecture
dikenalkan
Notes Kardiologi. Jakarta : Erlangga
sebagai
obat
nonfarmakologis
dalam pengobatan tekanan darah tinggi. 487
Intan Nisa, (2012). Ajaibnya Terapi Herbal
(2005).
Fundamental
Keperawatan
Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta:
Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4
Dunia Sehat
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Julianti D.E , S.P, Nunung Nurjanah, S.P, &
Kedokteran, EGC
Soetrisno Uken S.S, PhD. (2005). Bebas Hipertensi dengan Terapi Jus. Jakarta:
1
Tanjungpinang.
Puspa Swara Lestari A.P, Rahayuningsih (2012). Pengaruh Pemberian Jus Tomat
Postmenopause
2
3
(hal 26-37) Lidia Wati, S.Kep, Ns, Soni Hendra S.Kep, Ns, & Nur Meity S.A, S.Kep, Ns, M.Kep, CWT (2013). Panduan Penyusunan Riset
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang
Hipertensif.
Jurnal of Nutrition College vol. 1, no. 1
Metodologi
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatn STIKES Hang Tuah Tanjungpinang.
(Lycopersicum
commune) terhadap Tekanan Darah Wanita
Mahasiswa S1 Keperawatan Hang Tuah
Keperawatan.
Tanjungpinang. Stikes Hang Tuah. Lingga Lanny Phd, (2012). Bebas Hipertensi tanpa Obat. Jakarta: Agro Media Pustaka Muhammad Najamuddin, (2010). 100 TanyaJawab Kesehatan Harian untuk Lansia. Yogjakarta. Tunas Publishing Notoatmodjo Soekidjo, (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Potter A. Patricia, RN, BSN, MSN & Perry Griffin Anne, RN, BSN, MSN, Edp, 488
PEDOMAN BAGI PENULIS
JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Umum Semua naskah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang adalah karya asli dan belum pernah di publikasikan sebelumnya. Artikel yang telah diterbitkan menjadi hak milik redaksi dan naskah tidak boleh diterbitkan dalam bentuk apapun tanpa persetujuan redaksi. Pernyataan di artikel sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Redaktur akan mempertimbangkan agar penulis memperbaiki isi dan gaya serta tehnik penulisan apabila diperlukan. Artikel yang tidak di terbitkan akan di kembalikan jika disertai perangko balasan.
Petunjuk Penulisan 1.
Jenis artikel yang di terima redaksi adalah: ulasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi, dan riset keperawatan. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau inggris dengan format essay. Format terdiri atas : : berisi latar belakang, masalah, tujuan penelitian. Pendahuluan : berisi desain penelitian, desain tempat dan waktu, populasi dan sampel, cara Metodologi pengukuran data. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, dan grafikal.Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel dan atau gambar yang disajikan dalam tabel atau gambar. : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang di temukan, band ingkan hasil Hasil tersebut dengan penelitian lain. Dan Pembahasan : berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yang ditemukan, bandi ngkan hasil Daftar Pustaka tersebut dengan penelitian lain. 2. Sistemika artikel hasil pemikiran adalah judul; nama penulis (tanpa gelar akademik); abstrak; kata kunci; pendahuluan (tanpa judul) yang berisi latar belakang, tujuan atau ruang lingkup tulisan; bahasan utama; kesimpulan dan saran; daftar rujukan (hanya memuat sumber yang dirujuk). 3. Halaman judul berisi judul karya tulis ilmiah, nama setiap penulis, dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi. Nomor telepon, alamat faksimile dan e-mail. Judul singkat dengan jumlah maksimal 40 karakter termasuk huruf dan spasi. Untuk laporan kasus penulis sebaiknya di batasi 4 orang. 4. Abstrak untuk artikel penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dibuat dalam bahasa Indonesia dan inggris maksimum 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuan penelitian, metode, hasil utama, dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat jelas dan singkat sehingga memungkinkan pembaca memahami tentang aspek baru dan penting tanpa harus membaca seluruh karya tulis ilmiah. Kata kunci dicantumkan pada halaman yang sama dengan abstrak. Pilih 3-5 kata yang dapat membantu penyusun indeks.Dalam artikel yang terbit, abstrak akan diubah menjadi satu alinea. 5. Setiap tabel diketik 1 spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan penyebutan tabel dalam teks. Penjelasan tabel harus singkat, jelas, dan mewakili isi tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. 6. Metode statistik di jelaskan secara rinci pada bagian metode. Metode yang tidak umum di gunakan harus di lampiri referensi. 7. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik perujukan berkurung (nama, tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangan tentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Novia, 2009:12). 8. Daftar rujukan disusun dengan sistem APA (American Psychological Association). 9. Tata letak penulisan karya tulis ilmiah; termasuk tabel, daftar pustaka, dan gambar harus di ketik 2 spasi ukuran A4 dengan jarak dari tepi minimal 2,5cm, jumlah halaman masing-masing 20. Setiap halaman diberi nomor berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. 10. Karya ilmiah yang dikirim berupa karya tulis asli dan 2 buah fotokopi termasuk foto serta soft copy dalam bentuk CD dialamatkan ke Sekretariat Redaksi , Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah , Jl. Baru Bt.VIII, Tanjungpinang 29111, Kep. Riau. Karya tulis ilmiah yang dikirim ke Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah di sertai tanda tangan penulis.
KRITERIA PENILAIAN AKHIR DAN PETUNJUK PENGIRIMAN
Lampirkan fotokopi format ini bersama naskah dan soft copy naskah anda. Beri tanda (√) pada setiap nomor /bagian untuk meyakinkan bahwa artikel anda telah memenuhi bentuk dan sesuai syarat-syarat dari Jurnal keperawatan STIKES Hang Tuah. Jenis Artikel Penelitian Ulasan artikel Ringkasan
Laporan kasus Penelitian klinis Tinjauan pustaka Lembar Metodologi Halaman Judul Judul Artikel Nama lengkap penulis Tingkat pendidikan penulis Asal institusi penulis Alamat lengkap penulis Abstrak Abstrak dalam Bahasa Indonesia Abstrak dalam Bahasa Inggris Kata kunci dalam Bahasa Indonesia Kata kunci dalam Bahasa Inggris Teks Artikel mengenai penelitian klinis dan dasar sebaiknya dibuat dalam urutan Pendahuluan Bahan dan Cara Hasil Diskusi Kesimpulan Kepustakaan Gambar dan Tabel Pemberian nomor gambar dan/atau tabel penomoran secara Arab Pemberian judul tabel dan/atau judul utama dari seluruh gambar
…
Nama dan alamat untuk percetakan ulang ………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………… Soft Copy Penulis menjamin bahwa: Semua penulis telah meninjau ulang naskah akhir dan telah menyetujui untuk dipublikasikan. Tidak ada naskah yang sama ataupun mirip, yang telah dibuat oleh penulis dan telah dipublikasikan dalam bentuk apapun. Menyerahkan soft copy dalam bentuk CD, naskah penulis Tanda tangan penulis utama:
……………………………….
Tgl…………………20………..
FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG Nama Alamat
:……………………………………………………………………………………… Mahasiswa Individu Instansi :………………………………………………....................................................................... …………………………………………………………………............................... Telp: …………………………………………………..............................................
Akan berlangganan Jurnal Keperawatan, Vol..............: No:……………………..s/d…………………………………… Sejumlah : ………………………….Eksp./ penerbitan Uang langganan setahun Rp…………………………(2 nomor) dapat ditransfer ke Rekening No……………….., Bank……………a/n………………………………………….. Alamat Redaksi Jurnal Keperawatan STIKES Hang Tuah Tanjungpinang: Jl. Nala No.1 Tanjungpinang 29111, Kep.Riau Telp / fax (0771) 316516 Pelanggan
Tgl. Pesanan :…………………….
…………………..